BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, mengingat
pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Hak atas pangan merupakan bagian
yang penting dalam bagian hak asasi manusia. Tingkat mutu Pola konsumsi pangan
yang masih belum beragam, bergizi dan seimbang di Indonesia terutama di Sulawesi
Utara menunjukan bahwa keadaan ketahanan pangan yang belum maksimal. Hal ini
ditunjukan berdasarkan hasil survei Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara, dari
skor Pola Pangan Harapan (PPH) baru sebesar 87,8 atau kurang dari skor PPH ideal
sebesar 100 (BKP SULUT, 2011).
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dan tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan Pangan itu sendiri tidak semata-
mata hanya mencakup aspek produksi saja, tetapi mencakup aspek yang lebih luas
yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi . Aspek konsumsi merupakan merupakan
bagian penting dalam mencapai ketahanan pangan yang maksimal. (BKP SULUT,
2011).
Program diversifikasi merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang
dapat membantu terwujudnya pola pangan harapan yang maksimal.Pemerintah
Indonesia sejak tahun 1960-an telah merintis upaya perbaikan kualitas makanan dan
gizi keluarga melalui berbagai program atau kegiatan perbaikan menu makanan
rakyat. Upaya tersebut diawali dengan pelaksanaan Applied Nutrition Program
(ANP) yang merupakan cikal bakal program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
(UPGK). Kemudian sejak tahun 1990, di Departemen Pertanian untuk memperbaiki
gizi dan peningkatan pendapatan keluarga miskin terutama di pedesaan telah
melaksanakan Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (Badan Ketahanan Pangan
Departemen Pertanian, 2009).
Kegunaan PPH dapat diimplementasikan dalam perencaan kebutuhan
konsumsi dan penyediaan pangan, oleh sebab itu PPH merupakan instrumen untuk
1
menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik dari segi jumlah maupun komsumsi
pangan menurut jenis pangan, skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan
keragaman konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan
kebutuhan konsumsi pangan tahun-tahun berikutnya. Dengan pendekatan PPH, maka
perencanaan produksi dan penyediaan pangan dapat didasarkan pada patokan
imbangan komoditas seperti yang telah terumuskan dalam PPH (9 kelompok pangan),
untuk mencapai sasaran kecukupan pangan dan gizi penduduk).
Konsumsi pangan yang tidak beragam, menu makanan, mutu gizi dan status
gizi sangat berpengaruh pada gangguan fisik, mental dan kecerdasaan, semakin tinggi
skor mutu gizi konsumsi pangan semakin kecil pula resiko penyakit sehingga
hasilnya berdampak pada pembangunan sumber daya manusia yang sehat, tangguh
fisik, mental dan cerdas. Oleh sebab itu pendekatan pembangunan kesehatan pangan
perlu diarahkan untuk mengkonsumsi pangan beragam, bergizi, dan seimbang,
dengan jalan menumbuhkan minat melalui Gerakan Percepatan Penganekaragam
Konsumsi Pangan (BKP SULUT, 2011).
Badan Ketahanan Panganmerupakan Lembaga Teknis Daerah yang
merupakan unsur pendukung tugas Gubernur mempunyai tugas melaksankan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang
Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara memiliki
fungsi yang diatur sesuai dengan SK Gub. No. 4 tahun 2010 dan visi yaitu
terwujudnya Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga Menuju Kemandirian
Pangan dan Kesejahteraan Masyarakat dan mempunyai landasan hukum yaitu
Peraturan Gubernur No.18 Tahun 2010 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (BKP SULUT
2011).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik membahas tentang
gambaran program diversifikasi pangan di Sulawesi Utara melalui kegiatan magang
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi tahun 2012.
2
1.2 Tujuan Magang
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan selesai mengikuti kegiatan magang, peserta magang telah mampu dan
terampil dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan praktik yang diperoleh selama
menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi,
serta memperoleh gambaran mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab Sarjana
Kesehatan Masyarakat di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1.Bagi Peserta Magang
1. Mampu mengidentifikasi dan menjelaskan tentang organisasi,sistem
manajemen, prosedur kerja dan ruang lingkup pelayanan di Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
2. Mampu mengidentifikasi masalah, merumuskan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (problem solving) yang ada di Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sulawesi Utara.
3. Mampu melakukan tindakan-tindakan standar yang umum dilaksanakan
dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, ditekankan pada bidang minat Gizi
Kesehatan Masyarakat.
4. Mampu bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh
manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun di Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
1.2.2.2.Bagi Fakultas dan Tempat Magang
1. Fakultas mendapat masukan yang berguna untuk penyempurnaan kurikulum
dalam upaya mendekatkan diri dengan kebutuhan pasar kerja.
2. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sulawesi Utara.
3. Membina dan meningkatkan kerja sama antara Fakultas Kesehatan
MasyarakatUniversitas Sam Ratulangidengan Badan Ketahanan
PanganProvinsi Sulawesi Utara.
3
4. Membuka peluang kerja bagi para lulusan untuk berkarir di Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang
Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Gizi Kesehatan Masyarakat.
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman kerja di lapangan.
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat
terhadap permasalahan yang ditemukan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara.
4. Memperkaya kajian dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat terutama sesuai
bidang minat Gizi Kesehatan Masyarakat.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan
masalah kesehatan.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat.
7. Mendapat bahan untuk penulisan skripsi / karya ilmiah.
1.3.2 Bagi Tempat Magang
1. Tempat magang dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu
penyelesaian tugas-tugas yang ada sesuai kebutuhan di Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
2. Badan Ketahanan Pangan mendapatkan alternatif calon pegawai / karyawan
yang telah dikenal kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam peningkatan kualitas pendidikan perguruan tinggi
dalam menciptakan lulusan yang berkualitas, trampil dan memiliki
pengalaman kerja.
1.3.3 Bagi Fakultas
1. Laporan magang dapat menjadi salah satu bahan audit internal kualitas
pengajaran.
2. Memperkenalkan program kepada stakeholders terkait.
4
3. Terbinanya jaringan kerja sama dengan Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan
antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang
Waktu pelaksanaan magang selama 3 minggu 4 hari, yaitu mulai dari tanggal 25 Juni
2012sampai dengan 19 juli 2012 dan tempat pelaksanaan magang di Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
5
BAB II GAMBARAN UMUM
2.1. Analisis Situasi Umum
2.1.1 Tugas dan Fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
2.1.1.1 Tugas Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
Sesuai dengan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 4 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Lembaga Lain Provinsi Sulawesi Utara, maka
tugas Badan Ketahanan Pangan merupakan unsur pendukung tugas Gubernur yang
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang
bersifat spesifik di bidang ketahanan pangan.
2.1.1.2 Fungsi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Ketahanan Pangan
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusanan kebijakan teknis.
2. Penyusunan perencanaan, pengkoordinasian, dan pembinaan pelaksanaan
tugas.
3. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
ketahanan pangan.
4. Penyelenggaraan urusan administrasi, kesekretariatan, ketersediaan pangan,
distribusi dan harga pangan, konsumsi pangan, dan keamanan dan kerawanan
pangan.
5. Pelaksanaaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.
2.1.2. Visi dan Misi Badan Ketahanan Pangan
2.1.2.1 Visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
Berpijak dari visi, misi, sasaran pembangunan pertanian Provinsi Sulawesi Utara,
maka visi Pembangunan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011-
2015 adalah Terwujudnya Ketahanan Pangan Tingkat Rumah TanggaMenuju
Kemandirian Pangan danKesejahteraan Masyarakat.
6
Pengertian visi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara yakni:
1. Ketahanan Pangan adalahkondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
2. Kemandirian Pangan adalahkemampuan produksi pangan dalam negeri (daerah)
yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik
jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh
sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal.
2.1.2.2. Misi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
1. Meningkatkan profesionalisme, kualitas, kinerja dan pelayanan aparatur
pemerintah bidang ketahanan pangan.
2. Mengembangan koordinasi dan sinergitas peran dan fungsi antar
stakeholder/instansi terkait dalam perumusan kebijakan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi.
3. Mendorong dan memfasilitasi peran serta masyarakat dalam mewujudkan
ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan daerah berbasis sumberdaya
dan budaya lokal.
4. Memantapkan diversifikasi konsumsi pangan sebagai pilar utama dalam
perwujudan ketahanan pangan.
5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan masyarakat sebagai pemacu dan
pemicu pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan.
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kebijakan di bidang ketahanan pangan
melalui pengkajian dan analisis ketahanan pangan.
2.1.3. Letak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara terletak dijalan Martadinata No. 9
Manado, Sulawesi Utara.
7
2.1.4. Ketenagaan
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara memiliki jumlah pegawai
sebanyak 71 pegawai, terdiri dari laki-laki 35 pegawai dan perempuan 36 pegawai
dengan tingkat pendidikan yang beragam: S2 berjumlah 4 pegawai, S1 berjumlah 28
pegawai, D3 berjumlah 3 pegawai, dan SLTA berjumlah 36 pegawai.
2.1.5. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara meliputi 15
kabupaten/kota di Sulawesi Utara, yaitu sebagai berikut:
1. Kabupaten Kepulauan Sangihe
2. Kabupaten Kepulauan Talaud
3. Kabupaten Minahasa
4. Kabupaten Minahasa Selatan
5. Kabupaten Minahasa Utara
6. Kota Tomohon
7. Kabupaten Bolaang Mongondow
8. Kota Manado
9. Kota Bitung
10. Kabupaten Minahasa Tenggara
11. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
12. Kota Kotamobagu
13. Kabupaten Kepulauan SITARO
14. Kabupaten Bolaang Timur
15. Kabupaten Bolaang Selatan
8
2.2.1.5. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
9
KEPALA BADANIr. P. Rene Hosang, M.Si
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARISIr. Lucia R. Turangan, Msi.
KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN dan
KEUANGAN
Della D. Pontoh, STP, MS
KEPALA SUB BAGIANHUKUM dan
KEPEGAWAIAN
Dra. Ventje F. Malonda
KEPALA SUB BAGIANUMUM
Dra. Jans D. Mongkaren
KEPALA BIDANG KONSUMSI PANGAN
Ir. Grace K.I. Kumaat
KEPALA BIDANG KEAMANAN dan
KERAWANAN PANGAN
Ir. Hilbert Takaendengan
KEPALA BIDANG DISTRIBUSI dan HARGA
PANGAN
Ir. Norry Kapojos
KEPALA BIDANG KETERSEDIAAN PANGAN
Ir. Grietje Andries
KEPALA SUB BIDANG SUMBER DAYA PANGAN
Meity B. Ngantung, SE, MM
KEPALA SUB BIDANG PENGEMBANGAN
CADANGAN PANGAN
Ir. Jaily T. Wangko
KEPALA SUB BIDANG AKSES dan HARGA
PANGAN
Ir. Laila Kiay Mardjo
KEPALA SUB BIDANG DISTRIBUSI PANGAN
Herman Sonda, SPt
KEPALA SUB BIDANG TEKNOLOGI PANGAN
Radhiah Hamadi, STP, Msi.
KEPALA SUB BIDANG PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
Jemmy Jopy Pandey, SE
KEPALA SUB BIDANG MUTU dan KEAMANAN
PANGAN
Ir. Tri Teguh Santoso
KEPALA SUB BIDANG KERAWANAN PANGAN
Drs. P. J. Ronald Sepang
2.2. Analisis Situasi Khusus
Salah satu bidang dari empat (4) bidang yang ada di Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sulawesi Utara adalah Bidang Konsumsi Pangan. Di bidang inilah
penempatan selama 4 (empat) minggu pelaksanaan magang.
2.2.1. Deskripsi Tentang Organisasi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara
Bidang Konsumsi Pangan mempunyai struktur organisasi yakni sebagai berikut:
1. Kepala Bidang Konsumsi Pangan
2. Kepala Sub Bidang Teknologi Pangan
3. Kepala Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan
4. Staf-Staf
2.2.2. Tugas dan Fungsi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sulawesi Utara
2.2.2.1. Tugas Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara
Tugas dari Bidang Konsumsi Pangan ini sesuai dengan Peraturan Gubernur
Sulawesi Utara Nomor 67 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas Badan Ketahanan
Pangan Provinsi Sulawesi Utara yakni Bidang Konsumsi Pangan melaksanakan
tugas penyelenggaraan di Bidang Teknologi Pangan dan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan serta tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan.
2.2.2.2. Fungsi Bidang Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Konsumsi Pangan
mempunyai fungsi yakni sebagai berikut:
1. Pemberian pelayanan administrasi dilingkungannya
2. Penyusunan rencana dan pelaporan kegiatan
3. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas konsumsi pangan
4. Penyelenggaraan urusan teknologi pangan
5. Penyelenggaraan urusan penganekaragaman konsumsi pangan
10
Bidang Konsumsi Pangan terdapat 2 (dua) sub bidang yakni Sub Bidang
Teknologi Pangan dan Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Adapun tugas dari kedua sub bidang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tugas Sub Bidang Teknologi Pangan adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pelayanan administrasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas.
b. Melakukan pengembangan teknologi pengolahan pangan alternatif khas
daerah.
c. Identifikasi dan pengumpulan bahan/informasi teknologi pangan yang
diterapkan industri rumah tangga serta masyarakat umumnya.
d. Membuat bahan rekomendasi dan sosislisasi teknologi terapan pengolahan
pangan alternatif khas daerah yang padat gizi dimasyarakat.
e. Melakukan monitoring dan fasilitasi penerapan teknologi pengolahan
panganalternatif khas daerah (pangan lokal) pada industri rumah tangga.
f. Melaksanakan uji coba dan rekayasa ulang teknik pengolahan pangan
lokal untuk menghasilkan produk olahan pangan yang bergizi.
g. Menyusun pengembangan makanan tradisional daerah dan makanan khas
nusantara.
h. Membuat bahan pembinaan, sosialisasi dan pengawasan mutu makanan
jajanan.
i. Membuat dan menyusun laporan kegiatan.
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
2. Tugas Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan
a. Melaksanakan pelayanan administrasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan tugas.
b. Menyusun identifikasi jenis dan kemampuan penyediaan pangan lokal
dalam rangka pengembangan penganekaragamanan konsumsi pangan dan
gizi.
c. Membuat bahan/data untuk pelaksanaan gerakan percepatan
pengembangan dan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi berbasis
pangan lokal.
11
d. Melaksanakan peningkatan peran serta masyarakat untuk berpartisipasi
aktif mengembangkan penganekaragaman konsumsi sesuai potensi
wilayah.
e. Mengumpulkan dan menghimpun bahan/data dan penyusunan rumus Pola
Pangan Harapan (PPH).
f. Melaksanakan pemantauan pengembangan penganekaragaman konsumsi
pangan dan gizi berdasarkan Pola Pangan Harapan.
g. Menyusun optimasi pemanfaatan pekarangan dan potensi sumber daya
pangan lainnya dalam pengembangan penganekaragaman konsumsi
pangan dan gizi masyarakat.
h. Membuat bahan informasi/data serta analisis pola konsumsi pangan dan
gizi masyarakat.
i. Membuat bahan dalam rangka penyusunan pola bimbingan dan sesuai
sosialisasi penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi masyarakat.
j. Menyusun petunjuk teknis gerakan percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan dan gizi.
k. Membuat dan menyusun laporan kegiatan.
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang.
12
BAB III HASIL KEGIATAN
3.1 Uraian Kegiatan
Kegiatan magang dilaksanakan di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi
Utara sejak tanggal 25 juni 2012 sampai dengan tanggal 19 juli 2012 sesuai
dengan Pedoman Magang yang disediakan oleh Panitia Magang.
Adapun dalam pelaksanaan kegiatan magang ini saya ditempatkan di
Bidang Konsumsi Pangan. Dalam pelaksanaan magang ini, kami mengikuti sesuai
hari kerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara yaitu dari hari Senin
hingga Jumat. Secara umum kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pertemuan dengan Kepala Sub Bagian Hukum dan Kepegawaian sekaligus
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Adapun pertemuan yang dilakukan
menyangkut:
a. Diskusi mengenai gambaran umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara.
b. Diskusi mengenai maksud dan tujuan magang
c. Pengarahan mengenai tempat lokasi kerja di Badan Ketahanan Pangan
Sulawesi Utara.
d. Pembimbingan selama berada di Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara tentang situasi dan permasalahan yang ditemukan pada
bidang Konsumsi Pangan.
1. Diskusi tentang Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang
pangan.
2. Penjelasan mengenai profil Badan Ketahanan Sulut.
2. Mengikuti apel pagi setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat bersama
seluruh staf dan pegawai yang ada di Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara.
13
3. Mengikuti Ibadah bersama staf dan pegawai yang dilaksanakan setiap hari
Kamis dalam minggu ke II dan IV bulan berjalan.
4. Mencatat dan mengoreksi arsip SK. BKP sulawesi utara.
5. Turun Lapangan dalam rangka Survei Konsumsi Pangan di Kota Bitung
pada hari rabu, 27 juni 2012.
6. Rekapitulasi data Food Recall 24 jam dalam survei Konsumsi Pangan di
Kota Bitung dan Minahasa Selatan.
7. Diskusi dengan petugas survei pola konsumsi makanan di Kota Bitung
8. Diskusi dengan Kepala Bidang Konsumsi Pangan dan Kepala Sub Bidang
Teknologi Pangan, serta Kepala Sub Bidang Penganekaragaman Konsumsi
Pangan.
9. Mengikuti kerja bakti di kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Sulawesi Utara.
3.2. Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah
Berdasarkan hasil kegiatan magang yang dilakukan dari tanggal 25Juni 2012
sampai dengan 19 Juli 2012 di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara,
ditemukan bahwa kualitas konsumsi penduduk sulawesi utara ini diketahui dari
jenis pangan yang dikonsumsi. Jenis pangan yang beraneka ragam merupakan
syarat penting untuk menghasilkan pola konsumsi yang bermutu gizi seimbang.
Parameter yang digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman dan
keseimbangan konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH) yang
memuat jenis dan jumlah kelompok pangan yang dianjurkan untuk dikonsumsi
pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Sesuai hasil analisis data survei Pola konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi
Utara pada tingkat rumah tangga tahun 2011 menunjukan bahwa :
a. Masyarakat Sulawesi Utara mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang masih
kurang dari Angka Kecukupan Energi ideal sebesar 2.000 kkal/hari. Hal ini
ditunjukan dalam jumlah kalori/energi yang dikonsumsi baru sebesar 1.975 kkal
perkapita perhari, jumlah tersebut baru mencapai 98,7% dari rata-rata angka
kecukupan energi ideal sebesar 2.000 kkal (WNPG 2004), namun dilihat dari
klasifikasi tingkat konsumsi pangan termasuk dalam katergori normal.
14
b. Tingkat mutu pola konsumsi Pangan masyarakat belum beragam, bergizi dan
seimbang. Hal ini ditunjukan dari skor PPH baru sebesar 87,8 atau kurang dari
PPH ideal sebesar 100.
c. Tingkat konsumsi pangan padi-padian menyumbangkan energi sebesar 1.159,5
kkal (58,7%) dari total energi 1.975 kkal. Dimana bahan pangan beras
memberikan kontribusi terbesar yaitu 1.150,2 kkal, selanjutnya terigu 8,6 kkal,
dan jagung 0,7 kkal. Sedangkan konsumsi energi pangan ini sudah melebihi
jumlah konsumsi yang dianjurkan sebesar 1.000 kkal (WNPG2004).
d. Tingkat konsumsi pangan umbi-umbian memberikan kontribusi energi sebesar
69,5 kkal (3,5%) dari total konsumsi energi sebesar 1.975. Dimana, energi
tersebut berasal dari bahan pangan Ketela pohon 55,5 kkal, Ubi jalar 4,4 kkal,
Sagu 0,2 kkal, dan Talas 8,9 kkal, serta kentang 0,6 kkal. Total konsumsi energi
kelompok pangan umbi-umbian masyarakat Sulawesi Utara sebesar 69,5 kkal
yang berarti masih dibawah dari konsumsi energi yang dianjurkan sebesar 120
kkal (WNPG 2004).
e. Tingkat konsumsi pada kelompok pangan hewani menyumbangkan energi
sebesar 196,0 kkal atau 9,9% dari total konsumsi energi 1.975 kkal, yang berarti
konsumsi tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi energi
kelompok pangan yang dianjuran WNPG 2004 sebesar 240 kkal.
f. Tingkat konsumsi pangan pada kelompok pangan minyak dan lemak
memberikan kontribusi energi sebesar 287,2 kkal atau 14,5 % dari total konsumsi
energi sebesar 1.975 kkal, yang berarti konsumsi tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan konsumsi energi kelompok pangan minyak dan lemak yang
dianjurkan dalam WNPG 2004 sebesar 200 kkal.
g. Tingkat konsumsi terhadap kelompok pangan buah/biji berminyak
menyumbangkan energi sebesar 36,9 kkal atau 1,9% dari total konsumsi energi
1.975 kkal, yang berarti konsumsi tersebut masih kurang dari konsumsi energi
kelompok pangan buah/biji berminyak yang dianjurkan dalam WNPG 2004
sebesar 60 kkal. Tingkat konsumsi kelompok pangan sayur dan buah
menyumbangkan energi sebesar 123,6 kkal atau 6,3% dari total konsumsi energi,
yang berarti konsumsi tersebut melebihi total konsumsi energi kelompok pangan
sayur dan buah yang dianjurkan WNPG 2004 sebesar 120 kkal.
15
h. Tingkat konsumsi kelompok kacang-kacangan menyumbangkan energi
sebesar 40,3 kkal atau 2,0% dari total konsumsi energi tahuin 2011, yang berarti
konsumsi tersebut masih lebih rendah dari konsumsi energi yang dianjurkan
WNPG 2004 sebesar 100 kkal.
i. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap kelompok pangan gula
menyumbangkan energi sebesar 59,8 kkal atau 3,0% dari total konsumsi energi,
yang berarti konsumsi tersebut dibawah konsumsi energi kelompok gula yang
dianjurkan WNPG 2004 sebesar 100 kkal. Selanjutnya hasil survei juga
menunjukan bahwa konsumsi gula pasir memberikan konstribusi sebesar 57,0
kkal, sementara gula aren hanya sebesar 2,8 kkal.
j. Secara umum komsumsi protein masyarakat Sulawesi Utara telah mencapai 54
gram/kapita/hari.
Kebijakan pangan dari pemerintah yang dahulu belum memberikan
perhatian yang seimbang terhadap pangan non-beras (diversifikasi pangan),
disamping itu program pendidikan gizi dan pangan bagi masyarakat juga belum
memadai. Berbagai bahan pangan lokal seperti umbi-umbian, jangung, sagu dan
sebagainya dianggap sebagai bahan pangan alternatif, yang berakibat pada pola
konsumsi pangan masyarakat yang didominasi oleh bahan pangan beras.
Hal ini terlihat jelas dengan data yang ada pada Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sulawesi Utara yakni konsumsi padi-padian warga Sulawesi Utara sangat
tinggi yakni 60,84% yang telah melebihi target yang ditetapkan yakni 50%. Data
mengenai Pola Pangan Harapan (PPH) Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel3.1
(BKP SULUT 2011).
Tabel 3.1. Konsumsi Energi per Kelompok Pangan dan Skor PPH Berdasarkan Survei Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori
%%AK
EBobo
t
Skor Aktu
al
Skor AKE
Skor Maks.
Skor PPH
Padi-Padian 1159 58,7 58,0 0,5 29,4 29,0 25,0 25,0Umbi-Umbian 69,5 3,5 3,5 0,5 1,8 1,7 2,5 1,7Pangan Hewani 196, 9,9 9,8 2,0 19,8 19,6 24,0 19,6Minyak dan Lemak 287, 14,5 14,4 0,5 7,3 7,2 5,0 5,0Buah/Biji Berminyak 36,0 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 1,0 0,9Kacang-Kacangan 40,3 2,0 2,0 2,0 4,1 4,0 10,0 4,0Gula 59,8 3,0 3,0 0,5 1,5 1,5 2,5 1,5Sayur dan Buah 123, 6,3 6,2 5,0 31,3 30,9 30,0 30,0
16
Lain-Lain 2,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0Total 1975 100 98,7 11,5 96,1 94,9 100 87,8
(Sumber: BKP SULUT, 2011)
Tabel 3.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Seimbang (per kapita perhari) sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional
Kelompok PanganBerat
(gram)Energi(kkal)
%AKE/G Skor PPH
Padi-Padian 275 1000 50,0 25,0Umbi-Umbian 100 120 6,0 2,5Pangan Hewani 150 240 12,0 24,0Minyak dan Lemak 20 200 10,0 5,0Buah/Biji Berminyak 10 60 3,0 1,0Kacang-Kacangan 35 100 5,0 10,0Gula 30 100 5,0 2,5Sayur dan Buah 250 120 6,0 30,0Lain-Lain - 60 3,0 0,0
Total 2000 100 100,0(Sumber: BKP SULUT, 2011)
Berdasarkan perbandingan antara Tabel 3.1 dan Tabel 3.2, dapat dilihat
bagaimana konsumsi pangan di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya dalam
golongan padi-padian. Terlihat jelas sesuai data yang ada bahwa konsumsi padi-
padian telah melebihi dari PPH ideal yang ditetapkan. Dimana sesuai dengan PPH
Ideal, seharusnya konsumsi padi-padian adalah sebesar 50,0 %AKE/G, namun
pada Tabel 3.1 terlihat konsumsi padi-padian di Sulawesi Utara telah melebihi
PPH ideal yakni sebesar 61,3%AKE.Adapun kelompok Pangan Hewani, kacang-
kacangan yang masih jauh dari angka ideal, serta kelompok pangan yang lainnya
yang belum memenuhi PPH ideal yang ditetapkan.
Hal ini dikatakan menjadi suatu masalah karena terlihat melalui data yang
ada, Pola Pangan Harapan (PPH) di Sulawesi Utara tahun 2011, konsumsi beras
masyarakat melebihi dari PPH ideal, konsumsi umbi-umbian yang belum
memenuhi PPH ideal, pangan hewani yang masih dibawah PPH ideal, dan
kelompok pangan yang lain yang belum sesuai dengan ketentuan ideal PPH yang
ditetapkan sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional yang didapatkan dalam
Hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004, seperti yang terlihat
pada Tabel 3.2.
Berdasarkan hasil analisis data survei pola konsumsi pangan Provinsi
Sulawesi Utara tersebut ditemukan suatu masalah bahwa program diverifikasi
17
konsumsi pangan yang belum maksimal.Hal ini dilihat dari belum tercapainya
pola konsumsi masyarakat yang bergizi seimbang, beragam, dan aman yang
dinyatakan dalam Pola Pangan Harapan (PPH).
3.3. Alternatif Pemecahan Masalah
Beberapa upaya Badan Ketahanan Provinsi Sulawesi Utara dalam upaya
meningkatkan ketahanan pangan yaitu :
1. Pengembangan industri pangan lokal berupa pemberian fasilitas alat
pengolahan bahan pangan berupa alat penepung di daerah Sanger, Bolaang
Mongondow, Minahasa, Minahasa tenggara yang semuanya 180 kelompok.
2. Pemanfaatan pekarangan rumah berupa kegiatan percontohan desa intensif
pekarangan yang berjumlah 180 kelompok pada tahun 2010 sampai 2012.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pemberian bibit benih tanaman.
3. Sosialisasi pangan beragam, bergizi dan seimbang di seluruh kabupaten/kota
Provinsi Sulawesi Utara.
4. Setiap tahun dalam memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS), diadakan
lomba cipta menu yang berbahan pangan lokal (umbi-umbian, sagu, jagung)
non beras disertai menyusun menu makan keluarga selama sehari. Lomba ini
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kabupaten,
Provinsi sampai tingkat pusat. Semuanya dilakukan guna meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya Diversifikasi Pangan
5. Pemberian bantuan dana oleh Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara
kepada sekolah-sekolah untuk pengadaan makanan bagi murid-murid di
sekolah. Dalam hal ini pihak sekolah diberi hak mengolah makanan bergizi
seimbang, bervariasi, dan aman.
6. Badan Ketahanan Pangan melaksanakan program penganekaragaman
makananberupa program one day no rice yaitu satu hari tanpa
mengkonsumsi nasi, serta program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP).
18
Dari beberapa upaya tersebut, dilakukan analisis SWOT untuk
menentukan alternatif pemecahan masalah.
1. Strengtnees (Kekuatan)
a. Adanya kebijakan pemerintah daerah yang tertuang dalam Peraturan
Gubernur Nomor 18 tahun 2010 tentang Gerakan Percepatan
Penganekaragamanan Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.
b. Adanya sosialisasi kepada kelompok masyarakat maupun sekolah-sekolah.
c. Adanya bantuan berupa bibit tanaman dan alat pengolahan bahan pangan
pada beberapa kelompok masyarakat.
d. Adanya lomba cipta menu.
e. Terjalin kerjasama antara pihak Badan Ketahanan Pangan Sulawesi Utara
dengan Mahasiswa Fakultas Pertanian dalam pengolahan pangan.
2. Weakness (Kelemahan)
a. Kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan karena keterbatasan
tenaga.
b. Belum meratanya pemberian bantuan baik berupa bibit tanaman maupun
alat pengolahan bahan pangan di Provensi Sulawesi Utara.
3. Opportunity (Peluang)
a. Adanya lomba cipta menu dapat merangsang masyarakat dalam
mendukung program diversifikasi ini, yaitu berupa terciptanya beraneka
ragam makanan dari berbagai bahan pangan.
b. Kerjasama dengan Mahasiswa Fakultas Pertanian dalam pengolahan
pangan dapat meningkatkan teknologi pengolahan bahan pangan.
4. Threat (Ancaman)
a. Pembagian daerah sosialisasi yang tidak merata di Sulawesi Utara.
b. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Dari penjabaran prioritas masalah dengan menggunakan SWOT, maka
ditemukan alternatif pemecahan masalahnya,sebagai berikut :
1. Meningkatan Sosialisasi program diversifikasi pangan di seluruh
kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara.
19
2. Peningkatan bantuan pengadaan alat pengolahan pangan secara merata di
seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara.
3. Pelatihan dan pemberdayaan kelompok masyarakat melalui pengembangan
industri pangan lokal.
3.4. Kontribusi Bagi Instansi dan Peserta Magang Sesuai Tujuan dan
Manfaat Magang
3.4.1. Bagi Institusi Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
Pelaksanaan magang di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara
diharapkan dapat menghasilkan masukan dan pemikiran baik dalam pelaksanaan
maupun evaluasi kegiatan terhadap masalah-masalah yang ada di Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara terlebih khusus di Bidang Konsumsi
Pangan. Melalui kegiatan magang ini diharapkan dapat menciptakan kerjasama
yang baik antara pihak Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara dengan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi.
3.4.2. Bagi Mahasiswa
Manfaat dari pelaksanaan magang ini bagi mahasiswa sendiri adalah sebagai
berikut:
a. Memperoleh pengalaman dalam kegiatan survei pola konsumsi pangan
masyarakat dan pengetahuan dalam menghitung Pola Pangan Harapan (PPH)
di provinsi Sulawesi Utara.
b. Memperoleh pengetahuan secara menyeluruh tentang bagaimana orientasi
kerja di Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Utara.
20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Sekilas Mengenai Diversifikasi Konsumsi Pangan
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi, sehingga ketersediaan
pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala
kemampuannya selalu berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara.
Kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan suatu hal yang sangat strategis.
Oleh karena itu sudah kewajiban pemerintah untuk menyediakan pangan yang
cukup baik dari segi jumlah, mutu dan ketersediaannya yang terjangkau. Sehingga
Kondisi ketahanan pangan dapat terpenuhi sesuai dengan undang-undang No. 7
Tahun 1996 yang menyatakan bahwa pengertian ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik
dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam peristilahan
kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia karena konsep tersebut telah
banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar. Kasryno et al. (1993)
memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di
bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang mencakup aspek produksi,
konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara Suhardjo (1998) menyebutkan
bahwa pada dasarnya diversifikasi pangan mencakup tiga lingkup pengertian yang
saling berkaitan, yaitu diversifikasi konsumsi pangan, diversifikasi ketersediaan
pangan, dan diversifikasi produksi pangan. Kedua penulis tersebut
menterjemahkan konsep diversifikasi dalam arti luas, tidak hanya aspek konsumsi
pangan tetapi juga aspek produksi pangan. Pakpahan dan Suhartini (1989)
menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga
diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras
yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Secara
lebih tegas, Suhardjo dan Martianto (1992) menyatakan dimensi diversifikasi
konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada diversifikasi konsumsi makanan
pokok, tetapi juga makanan pendamping. (Anonim, 2010)
21
Dimensi diversifikasi pangan secara jelas dapat dibedakan antara apa yang
dimaksud diversifikasi produksi pangan atau diversifikasi konsumsi pangan atau
kedua-duanya. Konsep harus dipahami secara jelas, sehingga dimensi mana yang
akan digunakan juga akan jelas, tidak tumpang tindih. Dimensi diversifikasi
konsumsi pangan tidak hanya terbatas pada pangan pokok tetapi juga pangan jenis
lainnya, karena konteks diversifikasi tersebut adalah untuk meningkatkan mutu
gizi masyarakat secara kualitas dan kuantitas, sebagai usaha untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia.
Upaya diversifikasi pangan masih perlu ditingkatkan guna menurunkan
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap beras. Sebab saat ini tingkat
konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kilogram (kg) per kapita per
tahun.Dinilai dari segi kesehatan setiap manusia membutuhkan gizi seimbang
yang bukan diperoleh dari satu jenis saja. Jadi nasi bukan merupakan makanan
satu-satunya penentu kesehatan (Anonim, 2012).
Pemerintah sebagai penjamin terhadap ketersediaan pangan bagi warga
negaranya, tidak bisa hanya terpaku kepada ketersediaan beras saja. Harus ada
suatu diversifikasi pangan untuk menjamin ketahanan pangan. Pola pikir
masyarakat Indonesia harus mampu diubah bahwa pangan itu hanya beras saja,
sehingga budaya “kalau belum makan nasi sama saja belum makan” yang melekat
di warga kita bisa ditanggalkan. Diversifikasi harus digalakkan dengan berusaha
mengkonsumsi atau mengganti pola makan nasi dengan pangan lainnya seperti
mie, ubi, sagu, dan lainnya yang nilai gizi dan kalorinya setara dengan nasi.
China dan Vietnam mempunyai kebudayaan untuk memakan mie, India
mempunyai kebudayaan memakan roti. Indonesia mempunyai beragam makanan,
seperti Pecel, Gado-gado, Papeda dan lainnya yang tak kalah dengan China dan
Vietnam dengan mie-nya, dan India dengan rotinya.
Jumlah penduduk Indonesia yang pada saat sekarang ini merupakan suatu
angka yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan pangannnya, sehingga tak
heran bila ketahanan pangan Indonesia yang tidak pernah tertanggulangi akan
menimbulkan ancaman kelaparan yang akhirnya dapat menimbulkan kerawanan
terhadap kestabilan keamanan bangsa. Hal ini mengisyaratkan bahwa pemantapan
ketahanan pangan harus dilakukan dengan diversifikasi pangan, mengandalkan
22
keunggulan keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan budaya
(termaksuk budaya dan kebiasaan pangan) lokal, mengutamakan produksi dalam
negeri, dan menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang
dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau, dan peningkatan pendapatan
masyarakat terutama petani dan nelayan. (Anonim, 2010)
4.2. Manfaat Diversifikasi Pangan
Hipocrates, seorang filosof Yunani menyatakan bahwa makanan mempunyai
manfaat penting untuk pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit.Dalam
pernyartaannya tersirat bahwa ada zat-zat tertentu dalam makanan yang apabila
dikonsumsi akan membantu membangun kesehatan seseorang. Sebaliknya,
apabila zat tersebut tidak diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, maka dapat
menimbulkan penyakit.Kemudian hasil analisis kandungan gizi pada berbagai
jenis pangan menunjukan tidak ada satu jenis pangan pun yang mengandung zat
gizi yang lengkap yang mampu memenuhi semua zat gizi yang di butuhkan oleh
manusia, kecuali ASI. Itupun hanya untuk bayi yang berusia 4-6 bulan lebih dari
usia itu memerlukan makanan tambahan (Anonim, 2012).
Kebijakan diversifikasi konsumsi pangan sangat diperlukan. Selain
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dampak positif dari kebijakan
diversifikasi konsumsi pangan antara lain memperkuat ketahanan pangan
Indonesia, meningkatkan pendapatan petani dan agroindustri pangan, serta
menghemat devisa negara (Anonim, 2012).
4.3. Program Diversifikasi Pangan di Sulawesi Utara
Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi anekaragam
pangan dari berbagai kelompok pangan, baik pangan pokok (sumber energi), lauk
pauk (sumber protein nabati dan hewani), sayur maupun buah (sumber vitamin
dan mineral) dalam jumlah yang cukup (Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan,
2010).
Salah satu parameter yang dipakai untuk menilai tingkat keanekaragaman
dan keseimbangan konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan (PPH). Secara
fungsional, PPH dapat dikenal dengan istilah konsumsi pangan yang beragam,
23
bergizi dan berimbang yang dinyatakan dalam skor mutu pangan dengan nilai
100.
Berdasarkan hasil Suvei Konsumsi Pangan tahun 2011 di Provinsi
Sulawesi Utara, ditemukan bahwa konsumsi pangan khususnya golongan padi-
padian telah melebihi target konsumsi yang ditetapkan sesuai Susunan Pola
Pangan Harapan Nasional yang bersumber dari Hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi tahun 2004 yang terlihat pada Tabel 2. Hal ini menunjukan
bahwa Program Diversifikasi Pangan di Propinsi Sulawesi Utara belum berjalan
secara maksimal. Terjadinya kondisi seperti akibat dari belum maksimalnya
pelaksanaan program dari pihak Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi
Sulawesi Utara sehingga pelaksanaan program belum dapat mencakup seluruh
masyarakat yang ada di Sulawesi Utara.
Dalam pelaksanaan program ini, terdapat kendala yang berasal dari
masyarakat itu sendiri dimana budaya masyarakat Sulawesi Utara dalam hal
konsumsi pangan yang memiliki asumsi bahwa “belum dikatakan makan kalau
belum makan nasi”. Hal ini akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat itu
sendiri akan konsumsi pangan beragam, bergizi, dan berimbang. Selain itu hal ini
diakibatkan karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan
pekarangan guna menanam berbagai sumber pangan lokal.
Pihak Badan Ketahanan Pangan sendiri telah melakukan berbagai kegiatan
untuk menanggulangi kendala yang ada di masyarakat seperti yang telah
dijelaskan di atas yaitu dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Festival Pangan/ Lomba Cipta Menu tingkat Provinsi. Festival Pangan tahun
2010 dilaksanakan dalam bentuk Lomba Kreasi Cipta Menu Pangan
Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman berbasis Potensi Sumberdaya
Wilayah dan Displey Aneka Olahan Pangan Lokal. Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan acara peringatan Hari Pangan Sedunia
(HPS) ke 30 tahun 2010 Tingkat Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 29
Oktober 2010 di pendopo Kantor Bupati Kabupaten Minahasa Utara.
b. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi mengenai Program
24
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kabupaten/Kota di
Provinsi Sulawesi Utara.
c. Pengembangan industri pangan lokal yaitu pemberian fasilitas alat
pengolahan bahan pangan berupa alat penepung di daerah Sangihe, Bolaang
Mongondow, Minahasa, Minahasa tenggara yang semuanya 180 kelompok.
d. Pemanfaatan pekarangan rumah berupa kegiatan percontohan desa intensif
pekarangan yang berjumlah 180 kelompok pada tahun 2010 sampai 2012.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan pemberian bibit benih tanaman.
25
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang ada Program Diversifikasi Pangan di Propinsi Sulawesi
Utara belum berjalan secara maksimal, sehingga pola konsumsi makanan belum
memenuhi angka maksimal Pola Pangan Harapan. Terjadinya kondisi seperti
akibat dari belum maksimalnya pelaksanaan program dari pihak Badan Ketahanan
Pangan (BKP) Provinsi Sulawesi Utara yang dapat dilihat dari :
1. Pola Pangan Harapan yang belum mencapai titik maksimal
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pola konsumsi makanan yang
bergizi seimbang, beranekaragam, dan aman bagi kesehatan
3. Kurangnya pelatihan kader dalam menunjang program diversifikasi pangan di
Provinsi Sulawesi Utara dalam mensosialisasikan program diversifikasi.
4. Belum meratanya bantuan bibit tanaman dan alat pengolahan bahan
pangandi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Utara
Program diversifikasi makanan tetap harus dilakukan. Selain dapat
meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat, juga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat
tersebut.
5.2. Saran
Berdasarkan masalah tersebut, maka saran yang dapat beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu :
1. Harus diadakannya pelatihan tenaga program diversifikasi pangan untuk
mensosialisasikan program diversifikasi pangan. Kerja sama dengan
berbagai pihak seperti sekolah dan kelompok masyarakat dapat membantu
terbentuknya kader atau tenaga diversikasi yang dapat mempromosikan
program-program yang ada.
2. Anggaran Badan Ketahanan Pangan harus ditingkatkan terutama dalam
pengadaan alat pengolahan pangan dan penyediaan bibit tanaman unggul
di masyarakat.
26
3. Pengawasan juga harus terus dilakukan tershadap semua pihak yang
terkait dalam program diversifikasi pangan ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat. 2012. Panduan Magang. Manado
Almatsier, Sunita.2009. Prinsip Dasar Ilmi Gizi. PT SUN: Jakarta
Anonim, 2009, Program Diversifikasi, dilihat 18 agustus 2012,
(http://bkp.deptan.go.id/file/petapangan/)
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado. 2011:
Profil badan pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan. Manado.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2010. PT RajaGrafindo
Persada:Jakarta
Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan
Peraturan Daerah Kota Manado No. 05 tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja
28
LAMPIRAN
29
30
Lampiran 2
Tabel 3.1. Konsumsi Energi per Kelompok Pangan dan Skor PPH Berdasarkan Survei Pola Konsumsi Pangan di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011
Kelompok Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori
%%AK
EBobo
t
Skor Aktu
al
Skor AKE
Skor Maks.
Skor PPH
Padi-Padian 1159 58,7 58,0 0,5 29,4 29,0 25,0 25,0Umbi-Umbian 69,5 3,5 3,5 0,5 1,8 1,7 2,5 1,7Pangan Hewani 196, 9,9 9,8 2,0 19,8 19,6 24,0 19,6Minyak dan Lemak 287, 14,5 14,4 0,5 7,3 7,2 5,0 5,0Buah/Biji Berminyak 36,0 1,9 1,8 0,5 0,9 0,9 1,0 0,9Kacang-Kacangan 40,3 2,0 2,0 2,0 4,1 4,0 10,0 4,0Gula 59,8 3,0 3,0 0,5 1,5 1,5 2,5 1,5Sayur dan Buah 123, 6,3 6,2 5,0 31,3 30,9 30,0 30,0Lain-Lain 2,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 1975 100 98,7 11,5 96,1 94,9 100 87,8(Sumber: BKP SULUT, 2011)
31
Lampiran 3
Tabel 3.2. Komposisi Pangan Beragam, Bergizi dan Seimbang (per kapita perhari) sesuai Susunan Pola Pangan Harapan Nasional
Kelompok PanganBerat
(gram)Energi(kkal)
%AKE/G Skor PPH
Padi-Padian 275 1000 50,0 25,0Umbi-Umbian 100 120 6,0 2,5Pangan Hewani 150 240 12,0 24,0Minyak dan Lemak 20 200 10,0 5,0Buah/Biji Berminyak 10 60 3,0 1,0Kacang-Kacangan 35 100 5,0 10,0Gula 30 100 5,0 2,5Sayur dan Buah 250 120 6,0 30,0Lain-Lain - 60 3,0 0,0
Total 2000 100 100,0(Sumber: BKP SULUT, 2011)
32
Top Related