BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran
rekontrusionisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang
kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan sekarang
merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme
menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia masa
depan sangat di tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.
B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang:
1. Latar belakang lahirnya aliran rekonstruksionisme
2. Pandangan rekonstruskionisme dan penerapannya dibidang pendidikan.
3. Teori pendidikan rekonstruksionisme
C. Tujuan penulisan makalah
Makalah ini ditulis bertujuan untuk :
1. Agar kita bisa mengetahui latar belakang lahirnya rekonstruksionisme
2. Mengetahui dan penerapannya dibidang pendidikan
3. Mengetahui teori-teori pendidikan rekonstruksionisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang Aliran rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern.[1]
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme
bahwa ada kebutuhan anam mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan
zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang
sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran
rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh
filsafat perenialisme. Aliran perenialisem memilih jalan kembali ke alam kebudayaan
abad pertengahan. Sementara itu alliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu
konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi
dalam kehidupan manusia.[2]
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha mencari
kepepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidup
manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui lembagai dan
proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.[3]
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivme, gerakan
ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan
melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini.
Rekonstrusionisme di pelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun
1930 yang ingin membangun masyarakat baru, masyrakat yang pantas dan adil.tokoh-
tokoh aliran rekonstruksionisme yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.[4]
Progresifisme yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan oleh Kilpatrick
dan Jhon Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar terhadap tanggung jawab
sosial. Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan rugg bahwa sekolah harus
melakukan perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum progresif lebih suka
menekankan tujuan umum pertumbuhan masyarakat melalui pendidikan . aliran ini
berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau mengarahkan perubahan
(rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini.
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld didasarkan atas
suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris pedesaan kemasyarakat
urban yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu kelambatan budaya yang
serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri terhadap masyarakat
teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa apa yang diperlukan
pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang cepat adalah
rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia baru.[5]
B. Pandangan rekonstruksionisme dan penerapannya di bidang pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Oleh karena itu pembinaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan
generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat
manusia.
Aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu
dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang
dikuasasi oleh golongan tertentu. sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya teori
tetapi mesti menjadi kenyataan sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-
potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturuanan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.[6]
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the
school build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul- betul
berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan,
dan kesukuan (rasialisme). masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-
masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan
perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya
mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-
masalah yang terpendam di dalamnya.
sekolah harus bersatu dengan kekuatan buruh progresif, wanita, para petani, dan
kelompok minoritas untuk mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan. Counts
mengkritik pendidikan progresif telah gagal menghasilkan teori kesejahteraan sosial
dan mengatakan sekolah dengan pendekatan child centered tidak cocok untuk
menentukan pengetahuan dan skill sesuai dalam abad dua puluh.[7]
C. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a. Tujuan Pendidikan
1. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-
insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara
radikal wajah masyarakat masa kini.
3. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para
peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat
manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Metode pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-
kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode
pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan
masyarakat.
c. Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-
kebutuhan masyarakat masa depan.
Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang
dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para
peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara
ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan
proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
d. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia
pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa
depan.
e. Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang
dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah
tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi
dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara
untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan
keberhasilannya.[8]
Menurut Brameld (kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5
yaitu:
a. Pendidikan harus di laksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan
tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras
dengan yang mendasari kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat
modern.
b. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati dimana sumber
dan lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri.
c. anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
d. Guru harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara
bijaksana dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
e. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan
untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya
dewasa ini, dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang
mendorong kita untuk menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau
tidak bahwa nilai-nilai itu bersifat universal.
f. meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,
struktur administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang bercorak modern. maka dari itu rekonstruksionisme berusaha
mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata
kehidup manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui
lembagai dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
B. Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan ini terdapat
kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing kami
harapkan sehingga dalam pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari yang
sebelumnya kami hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan sehingga
tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai
kesempurnaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah lah penulis selalu mengharap ridhoNya. Semoga
dari penulisan yang terbatas ini, bisa mendatangkan manfaat yang tiada batas. Amien.....
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Mudyarhardjo Redja, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004
Syam Muhammad Noor, Filsafat Penidikan dan Dasar Filfasat Kependidikan Pancasila,
Surabaya : Usaha Nasional, 1986
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta 2003
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2004
http:// neneng- halimah- unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
http:// fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran rekonstruksionisme.html
FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran
Rekonstruksionisme.Dizaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai bidang
kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan, dimana keadaan sekarang
merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstruksionisme
menempuhnya dengan jalan berupa membina konsensus yang paling luas dan mengenai
tujuan pokok yang tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Oleh karena itu pada aliran
rekonstruksionisme ini peradaban manusia masa depan sangat ditekankan, disamping itu
aliran rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berpikir
kritis dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana disinggung dalam latar belakang masalah maka dalam penulisan ini penulis
akan memformulasikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut, “Apakah Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme”.
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah adalah :
1. Agar mengetahui pengertian Filsafat Rekonstruksionisme
2. Agar mengetahui teori pendidikan Rekonstruksionisme
3. Agar mengetahui pandangan-pandangan tentang Rekonstruksionisme
4. Agar mengetahui macam-macam pendekatan Rekonstruksionisme
5. Agar mengetahui komponen kurikulum Rekonstruksionism
BAB II
FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Rekontruksionisme
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris “reconstruct” yang berarti menyusun
kembali, dalam konteks filsafat aliran rekonstruksionisme adlah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata hidup kebudayaan yang bercorak
modern yaitu melakukan perombakan dan menyusun kembali pola-pola lama menjadi pola-
pola baru yang lebih modern.
B. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan oleh Brameld terdiri dari enam
tesis, yaitu :
1. Pendidikan harus dilaksanakan disini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial
baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar budaya kita dan selaras dengan yang mendasari
kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial modern. Pendidikan harus mensponsori perubahan
yang benar dalam nurani manusia. Oleh karena itu, kekuatan teknologi yang sangat kuat
harus dimanfaatkan untuk membangun umat manusia, bukan untuk menghancurkannya.
Masyarakat harus diubah bukan melalui tindakan positif, melainkan dengan cara mendasar.
2. Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber dan
lembaga utama dalam masyarakat dikontrol oleh warganya sendiri. Semua yang
mempengaruhi harapan dan hajat masyarakat seperti sandang, pangan, papan, kesehatan
industry dan sebagainya. Semua akan menjadi tanggung jawab rakyat melalui wakil-wakil
yang dipilih. Masyarakat ideal adalah masyarakat yang demokrasi. Struktur, tujuan dan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tata aturan baru harus diakui merupakan bagian
dari pendapat masyarakat.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial.
Menurut rekonstruksionisme hidup beradab adalah hidup berkelompok sehingga kelompok
akan memainkan peran yag penting disekolah.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensinya dirinya dengan cara bijaksana
yaitu dengan memperhatikan prosedur yang demokratis. Guru harus mengadakan pengujian
secara terbuka terhadap fakta-fakta.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan
untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial adalah
mendorong kita untuk menemukan nilai-nilai, dimana manusia percaya atau tidak bahwa
nilai-nilai itu bersifat universal.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang pakai,
struktur administrasi, dan bagaiman guru dilatih. Semua itu harus di bangun kembali
bersesuaian dengan teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
Kita harus menyusun kurikulum dimana pokok-pokok dan bagiannya dihubungkan secara
integral, tidak disajikan sebagai suatu sekuensi komponen pengetahuan.
C. Pandangan-pandangan Tentang Rekonstruksionisme
1. Pandangan Ontology
Dengan ontology dapat mengetahui tentang bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aturan
rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal yang mana realita itu
ada dimana dan sama disetiap tempat. Menurut Noor Syam, untuk mengerti suatu realita
beranjak dari suatu yang kongkrit dan menuju kearah yang khusus menampakkan diri
dalam perwujudan sebagaimana yang kita lihat dihadapan kita dan ditangkap oleh panca
indera manusia.
2. Pandangan Epistimologis
Kajian epistimologis aliran ini berpijak pada pola pemikiran bahwa untuk memahami
realita alam nyata memerlukan asas tahu, karenanya baik indera maupun rasio sama-sama
membentuk pengetahuan dan akal dibawa oleh panca indera menjadi pengetahuan dalam
yang sesungguhnya.
3. Pandangan Ontologis
Bernadib mengungkapkan bahwa aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai
berdasarkan asas supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi
berdasarkan prinsip nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi (pancaran) yang
potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang
kebenaran dan keburukan dapat diketahui. Kemudian manusia sebagai subjek telah
mempunyai potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai kodratnya.
4. Pandangan Filsafat Rekonstruksionisme Tentang Pengetahuan
Secara umum, filsafat rekonstruksionisme merupakan sebuah paham anti essensialisme,
yang menekankan kepada penciptaan budaya dan sejarah. Bagi filsafat rekonstruksionisme
yang terpenting adalah pribadi sebagai bentuk budaya, karena pribadi terbentuk dari materi
budaya, seperti bahasa dan praktik budaya lainnya dalam waktu tertentu dan tempat tertentu
pula. Sementera itu ia memandang pengetahuan merupakan proses menjadi pelan-pelan
yang menjadi lengkap dan benar.
Para penganut rekontruksionisme berpendapat bahwa pengetahuan itu adalah merupakan
konstruksi dari kita yang sedang belajar. Pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu
kenyataan yang dipelajari tetapi merupakan kontruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada disana
dan orang tinggal mengmbilnya,tetapi merupakan suatu bentuk terus menerus dari
seseorang yang setiap kali mengadakan reorganisasi karena munculnya pemahaman yang
baru.
Kaum rekonstruksionisme menyatakan bahwa manusia dapat mengetahui sesuatu dengan
inderanya. Dengan berinteraksi terhadap objek dan lingkungan melalui proses melihat,
mendengar, menjamah, membau, dan merasakan, orang dapat mengetahui sesuatu.
Von Glaserfeld menyebutkan beberapa kemampuan yang diperlukan untuk proses
pembentukan pengetahuan itu seperti :
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.
2.Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan
3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain.
Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengaaman sangat penting karena
pengetahuan dibentuk oleh interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
D. Macam-macam Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut rekonstruksi sosial karena memfokus kurikulum pada masalah-
masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, dan
lain-lain.
Dalam gerakan rekonstruksionisme terdapat dua kelompok utama yang sangat berbeda
pandangan tentang kurikulum, yakni :
1. Rekonstruksionisme Konservatif, aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan
kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari
penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat, masalah-
masalah dapat bersifat local dan bersifat daerah nasional, regional dan internasional bagi
pelajar SD dan Perguruan Tinggi. Peranan guru sebagai orang yang menganjurkan
perubahan (agent of change) mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam proses
perbaikan masyarakat. Pendekatan kurikulum ini konsisten dengan Falsafah Pragmatisme.
2. Rekonstruksionisme Radikal, pendekatan ini berpendapat bahwa banyak Negara
mengadakan pembangunan dengan merugikan rakyat kecil, yang miskin yang merupakan
mayoritas masyarakat. Elite yang berkuasa mengadakan tekanan terhadap massa yang tak
berdaya melalui system pendidikan yang diatur demi tujuan itu.
Golongan radikal ini menganjurkan agar pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
mengabdikan diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata. Mereka berpendapat bahwa sekolah yang
dikembangkan negara bersifat opresif dan tidak humanistic serta digunakan sebagai alat
golongan elit untuk mempertahankan status quo.
Untuk pendirian yang saling bertentangan ini, baik yang konservatif maupun yang radikal
mempunyai unsur kesamaan. Mereka berasumsi bahwa masalah-masalah sosial adalah hasil
ciptaan manusia dan karena itu dapat diatasi oleh manusia. Sebaliknya golongan radikal
ingin merombak tata sosial yang ada dan menciptakan tata sosial yang baru sama sekali
untuk memperbaiki system lebih efisien.
E. Komponen-komponen Kurikulum Rekonstruksi
1. Tujuan dan Isi Kurikulum
Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah, misalnya dalam pendidikan ekonomi-
politik, pada tahun pertama membangun kembali dunia ekonomi politik. Maka kegiatan
yang dilakukan adalah :
a. Mengadakan survey secara kritis terhadap masyarakat.
b. Mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal, nasional, serta
internasional.
c. Mengadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan
pertimbangan ekonomi, hubungannya dengan ekonomi lokal.
d. Mengkaji praktek politik dalam hubungannya dengan faktor ekonomi
e. Memantapkan rencana perubahan praktek politk.
f. Mengevaluasi semua rencana dengan kriteria apakah telah memenuhi kepentingan
sebagian besar orang.
2. Metode
Guru berusaha membantu siswa dalam menemukan minat dan kebutuhannya sesuai dengan
minat masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno atau kelompok berusaha
memecahkan masalah sosial yang dihadapi dengan kerja sama.
3. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal yang diujikan dinilai
terlebih dahulu baik ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak
hanya menilai apa yang dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah
terhadap msyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat
dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pandangan aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamat dunia
merupakan tugas bersama semua umat manusia atau bangsa, karenanya pembinaan kembali
daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar demi generasi sekarang dan generasi
yang akan datang, sehingga terbentuk alam dan dunia baru dalam pengawasan umat
manusia.
Aliran rekonstruksionisme ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis sehingga
perubahan-perubahan untuk mencapai tujuan yang lebih baik akan selalu diadakan dan
dijadikan realita, dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan-golongan tertentu, sehingga
dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi yang mampu
meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta
keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, agama, dan masyarakat
yang bersangkutan, akan tetapi perubahan yang digunakan untuk kepentingan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
HanafiImam,”ParadigmaPembelajaranRekonstruksionisme”:http://nafieihsan.blogspot.com/
2008/05/Paradigma-Pembelajaran html (diakses tanggal 13 Desember 2010)
Jalaludin dan Abdullah,” Filsafat Pendidikan Manusia dan Pendidikan “(Jakarta : Gaya
Media Pratama, 1997)
Priari,”Pendekatan-Pendekatan Dalam Pendidikan Luar Sekolah,”007luck di/ pada 8
Oktober 2008, http : //priari007luck.wordpress. (diakses tgl 13 Desember 2010)
Sadullah Uyoh,”Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung,” : Alfa Beta, 2003
Sukma Dinata, Nana Syaodih, “Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,”Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya, 2006
Top Related