TP INJEKSI by:kelp.4
1. Definisi Injeksi
FI III : 13
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Parrot : 283
Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril yang diberikan
dengan menembus satu atau lebih lapisan kulit.
Scoville's : 124
Injeksi adalah larutan yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam
tubuh dengan menggunakan alat suntik.
PTM : 3
Injeksi adalah sediaan cair dari obat yang dimaksudkan ke tubuh atau
melalui kulit atau selaput lendir.
RPS 18th : 1545
Parenteral merupakan rute pemberian obat melalui injeksi di bawah untuk
menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.
FN : 317
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir.
Ansel: 399
Injeksi adalah obat suntik yang didefinisikan secara luas sebagai sediaan
steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral.
2. rute-rute injeksi (3 pustaka)
Jawab:
Rute-rute Injeksi
DOM Martin : 970
1. Parenteral Volume Kecil
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang
berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan
pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah
betul-betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini
lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat
dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka
penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk
obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas
terhadap mikroorganisme.
b. Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke
dalam obat. Rute intramuskular menyiapkan kecepatan aksi
onset sedikit lebih normal daripada rute intravena, tetapi
lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika
tidak ada absorpsi, puncak konsentrasi dalam darah terjadi
dengan segera, dan efek yang diinginkan dari obat
diperoleh hampir sekejap.
d. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah
kulit. Parenteral diberikan dengan rute ini mempunyai
perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi sedikit
daripada yang diberikan dengan IV atau IM.
e. Rute Injeksi Lain
Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga
digunakan untuk aksi khusus, kadang-kadang untuk aksi
lokal daripada efek sistemik.
Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri,
digunakan untuk rute intravena ketika aksi segera
diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung,
digunakan ketika kehidupan terancam dalam keadaan
darurat seperti gagal jantung.
Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan
khusus untuk aksi lokal sebagaimana penggunaan fenol
dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan
konsentrasi tinggi dari obat dalam daerah lokal. Untuk
pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
Intraperitoneal dan intrapleural
2. Parenteral Volume Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena
dan subkutan yang secara normal digunakan.
a. Intravena
Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang
disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan
banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan
volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek
sistemik dapat segera dicapai; (4) level darah dari obat yang
terus-menerus disiapkan, dan (5) kebangkitan secara
langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin
dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.
Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan
kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume
cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat
volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan
potensial trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal
atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi
septik, dan (4) pembatasan cairan berair.
b. Subkutan
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan
sebuah alternatif ketika rute intravena tidak dapat
digunakan. Cairan volume besar secara relatif dapat
digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat.
Dibandingkan dengan rute intravena, absorpsinya lebih
lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis cairan
yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan
isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.
PTM : 6-11
1. Subkutan (s.c)
Injeksi yang dimasukkan ke dalam jaringan lunak tepat di
bawah permukaan kulit karena ketersediaan ruangan dalam
jaringan terbatas, volume injeksi tidak lebih dari 1 ml. Perhatian
diinginkan untuk membuat formulasi yang berhubungan dengan
kondisi pH dan tonisitas.
2. Intramuskular (i.m)
Injeksi yang secara langsung dimasukkan ke dalam otot,
biasanya lengan atau daerah panggul. Rute ini juga digunakan
jika obat mengiritasi atau tidak larut dalam air atau minyak
sehingga obat tersebut harus digunakan dalam bentuk suspensi.
Volume injeksi harus tetap kecil, umumnya tidak lebih dari 2
ml.
3. Intravena (i.v)
Injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam aliran darah. Hal
ini memungkinkan dengan hati-hati untuk memberikan volume
kedil larutan pekat yang secara normal akan mengiritasi
jaringan. Rute ini diberikan secara perlahan-lahan sehingga
larutan diencerkan oleh darah mengalir melewati titik dimana
jarum disuntikkan. Rute ini juga digunakan untuk pemberian
volume besar dari penggantian dan larutan hiperalimentasi.
4. Intrakutan (i.c)
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di
bawah stratum corneum. Rute ini digunakan untuk memberi
volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau vaksin.
5. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi
lumbar oleh larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid.
Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya untuk
mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan
dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan.
Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi
untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan
tubuh pasien.
6. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti
obat antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak
atau teriritasi.
7. Intrakardial
Secara langsung ke dalam jantung, merupakan suatu rute yang
mana digunakan untuk menginjeksi ke dalam aliran darah
volume besar dari larutan hipertonik atau larutan teriritasi
seperti dekstrosa 70%. Proses ini membutuhkan bantuan kateter.
Kateterisasi meliputi proses pembedahan dan secara umum
hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu dari rumah sakit yang
lebih besar.
8. Intraperitoneal (i.p)
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin
rabies. Rute ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis
ginjal.
9. Intrasisternal dan Peridural
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat
spinal. Keduanya merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan
keadaan kritis untuk injeksi.
Ansel: 400-404
- Rute intravena: pemberian obat secara iv menghasilkan kerja obat yang
cepat dibandingkan dengan cara pemberian lain dank arena absorpsi obat
tidak menjadi masalah maka tingkatan darah optimum dapat dicapai
dengan kecepatan dan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan
cara-cara lain.
- Rute intramuscular: pemberian obat lewat intramuscular menghasilkan
efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama
dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat iv suntikan i.m dilakukan
dengan memasukkan ke dalam otot rangka.
- Rute intradermal: sejumlah zat bisa diinjeksikan dengan efektif ke dalam
carium, yang merupakan lapisan kulit yang lebih vascular di bawah
epidermis. Zat-zat ini meliputi berbagai zat untuk penentuan diagnosis,
pengurang kepekaan atau imunisasi. Tempat injeksi intradermal yang biasa
adalah permukaan anterior dari lengan muka.
- Rute subkutan: pembenar rute subkutan digunakan untuk menyuntikkan
sejumlah kecil obat-obat disuntikkan di bawah permukaan kulit yang
umumnya dilakukan di jaringan interstinal longgar lengan, lengan bawah,
paha atau bokong.
3. keuntungan dan kerugian injeksi (3 pustaka)
Jawab:
SDF : 11
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila
diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi
klinik seperti gagal jantung, asma, shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif
secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan,
seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak
sadar harus diberikan secara injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat
dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan
selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat
menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat
bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang,
bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode
panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode
panjang secara i.m.
7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada
keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total
diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.
PTM : 6
1. Aksi obat biasanya lebih cepat.
2. Seluruh dosis obat digunakan.
3. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak
aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara
parenteral.
4. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi
dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya
larutan kuat dektrosa.
5. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian
intravena dapat menyelamatkan hidupnya.
Parrot : 283
Beberapa obat mempunyai keuntungan dibandingkan dengan
pemberian secara oral.
1. Pemberian rute ini adalah penting ketika jalur gastrointestinal
tidak dapat digunakan karena pembedahan atau kekurangan
stabilitas, seperti obat-obat penisilin dan penisilin G.
2. Respon fisiologis dari injeksi lebih cepat dan efektif
dibandingkan pemberian secara oral.
3. Dalam kasus darurat dimana pasien tidak sadar atau tidak
menerima obat oral, pemberian parenteral dapat memberikan
efek yang segera dan menentu.
4. Injeksi dapat menghasilkan efek lokal. Anestesi lokal digunakan
oleh dokter gigi untuk menginjeksi dekat batang dari serabut dan
membantu sensasi nyeri segera pada daerahnya.
4 Kerugian Injeksi
SDF : 11
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup
untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak
dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk
mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk
sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang
lain.
PTM : 11
1. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh
pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok
untuk pemakaian i.v.
2. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk
mengatur dosis.
3. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya.
Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah
penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
4. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian
sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh.
Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang
diinjeksikan.
Parrot : 283
Beberapa orang tidak menyukai pemberian injeksi karena :
1. Umumnya, injeksi itu tidak nyaman.
2. Dibutuhkan orang-orang yang terlatih untuk pemberiannya.
3. Perhatian harus diberikan untuk injeksi intravena.
4. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada
bentuk sediaan lain.
5. Terapi parenteral lebih mahal daripada bentuk yang lain karena
penggunaan dan produksinya.
4. komposisi injeksi
Jawab:
Farmakope Indonesia edisi III : 13-14
1. Obat
2. Zat pembawa berair umumnya air untuk injeksi digunakan sebagai zat
pembawa untuk injeksi berair, injeksi NaCl , injeksi NaCl majemuk,
injeksi glukosa, campuran gliserol dan etanol atau zat pembawa berair
lainnya dapat juga digunakan. Memenuhi uji pirogenitas.
3. Zat pembawa tidak berair umumnya digunakan minyak untuk injeksi
(oleo pro injections) meliputi minyak lemak, ester asam lemak tinggi
baik alam maupun sintetis. Minyak untuk injeksi harus bersyarat:
a. Harus jernih pada suhu 10 C
b. Tidak berbau tengik
c. Bilangan asam 0,2-0,9
d. Bilangan iodium 79-128
e. Bilangan penyabunan 185-200
f. Harus bebas minyak mineral
4. Larutan dapar. Umum digunakan larutan dapar borat, dapar fosfat dan
larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika
disebutkan PH dalam paparan obat jadi, pengaturan PH dilakukan.
5. Zat pengawet.
Ansel: 406-409
1) Pelarut dan pembawa untuk obat suntik
Pelarut yang sering digunakan pada pembuatan obat suntik secara besar-
besaran adalah water for injection.
- sterile water for injection USP
- bacteriostatic water for injection
- sodium chloride injection USP
- bacteriostatic sodium chloride injection USP
- ringer’s injection USP
- lactated ringer’s injection USP
2) pembawa bukan air
bila faktor-faktor fisika dan kimia membatasi penggunaan pembawa air
secara keseluruhan, pembuat formulasi harus beralih pada suatu pembawa
bukan air.
Di antara pelarut bukan air sebagai produk parenteral adalah minyak-
minyak lemak nabati, gliserin, polietilen glikol, propilen glikol dan
alcohol. Harus aman dan kadar dapat bereaksi pada pemeriksaan lain.
Sediaan farmasi steril: 95
Bahan tambahan produk parenteral
Fungsi Bahan tambahan Range (%)
Antimikroba Benzalkonium klorida
Benzyl alcohol
Chlorobutanol
Metacresol
Butyl P-hidroxybenzoate
Metyl P-hidroxybenzoate
Propil P-hidroxybenzoate
Phenol
Thimerasol
0,01
1-2
0,25-0,5
0,1 – 0,3
0,005
0,1-0,2
0,2
0,25-0,5
0,01
Antioksidan Ascorbic acid
Cysteine
Monothioglycerol
Sodium bisulfit
Tocoferol
0,01-0,5
0,1-0,5
0,1-1,0
0,1-1,0
0,05-0,5
Buffer Acetat
Sitrat
Fosfat
1
1-5
0,8-2,0
Zat tambahan Laktosa
Manitol
1-8
1-10
Sorbitol 1-10
Chelating
Agent
Etylendiamin tetra acetic dan
garam-garamnya
Etil alcohol
Gliserin
Polietilen glikol
Propilen glikol
Lesitin
0,01-0,05
1-50
1-50
1-50
1-50
0,5-2,0
Surfaktan Polioksietilen sorbitol monooleat
Sorbitan monooleat
0,1-0,5
0,05-0,25
Tonisitas Dekstrosa
NaCl
4-5
0,5-0,9