perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SIKAP PETANI TERHADAP SUBSIDI BENIH PADI
VARIETAS CIHERANG PADA PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI
BERAS NASIONAL (P2BN) DI KECAMATAN KARANGANYAR
KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh:
DANTI NOVITASARI
H 0407028
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan salah satu komoditas penting di dunia, sebab sekitar
90% dihasilkan dan dikonsumsi sebagai makanan pokok bagi penduduk di
negara-negara Asia dengan nilai perdagangan beras global mencapai US$
6,88 billion. Sedangkan di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok
bagi sekitar 95% penduduk dengan konsumsi beras 108-137 kg per kapita.
Oleh karena itu peningkatan produksi padi di Indonesia harus tetap dilakukan
lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,3%
per tahun (Iskandar et al, 2009).
Pembangunan pertanian merupakan suatu upaya untuk menciptakan
ketahanan pangan serta untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Kemandirian pangan nasional sangat diperlukan untuk menjamin kecukupan
pangan nasional. Oleh karena itu untuk mewujudkannya perlu upaya yang
serius dalam peningkatan produksi pangan khususnya beras yaitu dengan
memproduksi beras seoptimal mungkin.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian
menetapkan aksi Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
sebesar 2 juta ton beras per tahun dan selanjutnya kenaikkan 5% untuk setiap
tahunnya. Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
dimaksudkan untuk mendukung ketahanan pangan agar terjadi surplus beras
nasional sekitar 1 juta ton sebagai stok beras di Bulog (Badan Urusan
Logistik), sehingga harga beras lebih mudah dikontrol (Deptan, 2011).
Program P2BN juga dilatarbelakangi oleh terjadinya penurunan luas areal
tanam dan luas areal panen akibat konversi lahan sawah produktif, serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT), semakin terbatasnya sumberdaya air
serta perubahan iklim (dampak fenomena iklim) yang sulit diprediksi.
Dalam beberapa tahun terakhir, iklim di Indonesia banyak mengalami
perubahan dan tidak bisa diprediksi. Terjadinya pergeseran musim hujan atau
musim kemarau, membuat para petani sulit menentukan pola tanam yang
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sesuai, sehingga hal ini menyebabkan pertumbuhan hama tanaman padi
terutama wereng berkembang dengan pesat dan merusak tanaman padi. Maka,
dibutuhkan varietas tanaman padi yang tahan terhadap serangan hama.
Mengetahui keadaan ini, Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa)
Departemen Pertanian mengeluarkan varietas unggul baru yaitu varietas
ciherang yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lebih
mampu tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Menurut Suprihatno et
al, (2010), padi ciherang memiliki keunggulan dalam hal umur tanam yang
pendek, hasil produksi yang tinggi (dengan perlakuan sama), anakan
produktif yang banyak, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, cocok
ditanam pada musim hujan dan kemarau, serta rasa nasi yang enak.
Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan pengadaan benih tahan
hama yang dapat meningkatkan hasil dan pendapatan petani. Progam
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) sudah berlangsung sejak tahun
2009 dan pada tahun ini dilaksanakan kembali di Kecamatan Karanganyar.
Hal ini disebabkan karena petani sedang menghadapi krisis produktivitas
tanaman padi yang kurang maksimal akibat dari kebutuhan petani oleh
keterbatasan benih yang tahan hama. Dengan berlangsungnya program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang dicanangkan pemerintah
sangat membantu kebutuhan petani akan benih padi yang berkualitas. Benih
padi yang diberikan adalah jenis padi inhibrida dengan pertimbangan lebih
tahan hama dan memiliki produktivitas tinggi.
Setelah pernah dilaksanakan pada tahun 2009 diketahui kegiatan
subsidi benih sangat diminati petani, tetapi terdapat kendala yang disesalkan
petani yaitu mengenai pelaksanaannya. Terjadinya keterlambatan pasokan
benih dari perusahaan benih mengakibatkan penerimaan benih juga terlambat.
Hal ini meyebabkan benih tiba diluar musim tanam, sehingga benih tidak
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, petani sedikit
ragu untuk kegiatan subsidi benih yang dilaksanakan kembali dalam program
P2BN pada tahun ini. Benih yang diberikan pada tahun ini adalah varietas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
ciherang, berbeda dengan varietas sebelumnya yaitu inpari. Pemilihan benih
dilatarbelakangi oleh kondisi di lapang yaitu terjadinya penurunan produksi
akibat pertumbuhan hama wereng yang menyerang padi petani. Mengetahui
sifat varietas ciherang tahan terhadap hama, maka dipilih untuk jenis varietas
yang diberikan. Kecamatan Karanganyar sendiri memperoleh pasokan benih
padi varietas ciherang dengan ketentuan 600 hektar lahan pertanian yang
dibagi menjadi 21 kelompok tani masing-masing memperoleh jatah 25 hektar
per kelompok tani, dimana 1 hektar lahan memperoleh 25 kilogram benih
ciherang
Keberhasilan suatu program pembangunan sangat ditentukan oleh sikap
objek pembangunan itu sendiri. Ketika diketahui sikap petani maka
pemerintah dan pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan kebijakan
yang tepat untuk pengembangan kegiatan pertanian selanjutnya. Kegiatan ini
akan berkembang apabila mendapat dukungan dari masyarakat dan
pemerintah. Sikap petani yang inovatif akan membantu keberlanjutan dan
kemajuan program, akan tetapi sikap petani yang kurang inovatif akan
menghambat kegiatan program itu sendiri. Demikian halnya keberhasilan
program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) tidak terlepas dari
sikap petani peserta program.
Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang yang
diberikan oleh pemerintah melalui program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) didefinisikan sebagai respon petani terhadap kegiatan,
berdasarkan karakteristik petani yang dapat mempengaruhi sikap. Hasil akhir
dari pemikiran petani dalam merespon atau memberi tanggapan terhadap
kegiatan tersebut adalah petani setuju, netral atau tidak setuju terhadap
subsidi benih padi varietas ciherang pada program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN).
Penelitian tentang sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap petani dan hubungan antara faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yang mempengaruhi pembentukan sikap petani dengan sikap petani terhadap
program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
B. Perumusan Masalah
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan
program strategis sebagai upaya terobosan guna memacu peningkatan
produksi padi (beras) nasional dalam rangka memantapkan ketahanan pangan
dan mengisi peluang pasar ekspor.
Pelaksanaan subsidi benih padi varietas ciherang pada program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) diharapkan dapat membantu
dan memenuhi kebutuhan petani akan benih yang berkualitas, tahan serangan
hama dan sekaligus dapat meningkatkan produksi padi sehingga dapat
membantu meningkatkan penghasilan petani. Penerapan benih padi varietas
ciherang pada program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di
Kecamatan Karanganyar bertujuan untuk mewujudkan pengadaan benih padi
yang berkualitas untuk mencapai ketahanan pangan nasional dengan petani
sebagai sasaran obyek program tersebut. Latar belakang diberikannya subsidi
benih padi varietas ciherang pada program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) lebih didorong kebutuhan petani oleh keterbatasan benih
yang tahan oleh serangan hama sehingga diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan petani.
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang
dilaksanakan tersebut diharapkan dapat menimbulkan respon dari petani
melalui rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional, sehingga
menimbulkan sikap saling berinteraksi satu sama lain. Respon dan reaksi
pada akhirnya dinyatakan dalam bentuk perilaku yang konsisten dan
memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik dan
buruk, positif dan negatif, menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap
obyek sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dari pembahasan diatas maka dapat dijelaskan beberapa permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apa saja faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap subsidi benih
padi varietas ciherang pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang
pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar?
3. Bagaimanakah hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani
dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji faktor-faktor pembentuk sikap petani terhadap subsidi benih
padi varietas ciherang pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar.
2. Mengkaji sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap petani dengan
sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program
P2BN di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah untuk :
1. Bagi peneliti, sebagai sarana belajar untuk mengetahui atau memahami
sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program
P2BN, sekaligus sebagai sarana yang ditempuh untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait, diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya
khususnya di bidang pertanian.
3. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan pembanding untuk
melakukan penelitian sejenis
4. Bagi petani diharapkan dapat menjadi motivasi untuk lebih
menggunakan benih padi varietas ciherang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian memiliki makna perubahan dalam teknik
produksi pertanian dan sistem usahatani menuju ke situasi yang
diinginkan, biasanya situasi yang memungkinkan petani dapat
memanfaatkan hasil-hasil penelitian pertanian dan berkurangnya pertanian
pokok dan lebih berorientasi pasar. Tujuan utama kebijakan pembangunan
pertanian di kebanyakan negara adalah meningkatkan produksi pangan
dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang
semakin meningkat, dengan harga yang bersaing di pasar dunia melalui
produksi yang efisien (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Pengalaman pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan di
Indonesia selama tiga dasawarsa terakhir, menunjukkan pembangunan
pertanian harus ada perbaikan. Deptan yang dikutip dalam Mardikanto
(2007) menunjukkan masih diperlukan perbaikan-perbaikan yang
menyangkut:
a. Perbaikan kelembagaan pertanian (better organization) demi
terjalinnya kerjasama dan kemitraan antar stakeholders,
b. Perbaikan kehidupan masyarakat (better community) yang tercermin
dalam perbaikan pendapatan, stabilitas keamanan dan politik,
c. Perbaikan usaha dan lingkungan hidup (better environment) demi
kelangsungan usahataninya.
Sektor pertanian memiliki peran yang sangat stategis dalam
pembangunan nasional, diantaranya sebagai penyerap tenaga kerja,
kontribusi terhadap produk domestik bruto, sumber devisa, bahan baku
industri, sumber bahan pangan dan gizi, serta mendorong bergeraknya
sektor-sektor riil lainnya. Pengalaman pembangunan tahun 1990
menunjukan bahwa sektor pertanian terbukti mampu menjadi penyangga
perekonomian nasional saat terjadi krisis ekonomi. Pengalaman tersebut
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
memberikan penjelasan bahwa menggantungkan perekonomian pada
kegiatan ekonomi yang berbasis sumber daya ternyata sangat rentan
terhadap guncangan dan dinamika lingkungan eksternal, dengan demikian
dukungan dari semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat
untuk mengembangkan perekonomian yang berbasis sumber daya
termasuk sektor ekonomi sangat diperlukan (Ashari, 2009).
Salah satu tolak ukur pembangunan pertanian adalah tercapainya
peningkatan pendapatan masyarakat (petani) yang hidup di pedesaan,
dengan adanya kenaikan pendapatan itu jumlah dan ragam serta mutu
konsumsi masyarakat terus bertambah, baik konsumsi bahan pokok
(khususnya pangan) maupun konsumsi terhadap barang-barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sektor non pertanian. Kenyataan juga menunjukan
bahwa, keberhasilan pembangunan pertanian tidak selalu dapat
menciptakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja, terutama
bagi angkatan kerja baru di pedesaan. Keberhasilan pembangunan
pertanian tidak cukup dijadikan andalan bagi pertumbuhan ekonomi
nasional untuk jangka panjang (Mardikanto, et, al, 2010).
Pembangunan pertanian merupakan bagian yang terintegral dari
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Pembangunan yang dilakukan sudah semestinya mengandung nilai-nilai:
(a) Tercapainya swasembada, dalam arti kemampuan masyarakat untuk
memenuhi atau mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar yang mencakup:
pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar, dan keamanan;
(b) Peningkatan harga diri, dalam arti berkembangnya rasa percaya diri
untuk dapat hidup mandiri terlepas dari penindasan dan tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain untuk kepentingan mereka; dan (c)
Diperolehnya kebebasan, dalam arti kemampuan untuk memilih alternatif-
alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan perbaikan mutu hidup
atau kesejahteraan secara terus menerus bagi setiap individu maupun
seluruh warga masyarakatnya (Mardikanto, 1993).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Ketahanan Pangan
Pengertian ketahanan pangan telah dibakukan dalam Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Pada Bab 1 Pasal 1
disebutkan ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik mutu,
aman, merata dan terjangkau (Saliem, 2004). Sementara definisi ketahanan
pangan yang secara resmi disepakati oleh pimpinan negara anggota
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk Indonesia pada World Food
Conference On Human Right 1993 dan World Food Summit 1996 adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu dalam jumlah dan
mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai
budaya setempat (Wibowo, 2000).
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan
pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan mengakses (termasuk
membeli) pangan, keamanan pangan (terkait keterjaminan kualitas) dan
tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Hal ini,
petani mempunyai kedudukan strategis dalam ketahanan pangan. Petani
adalah produsen pangan sekaligus kelompok konsumen terbesar yang
sebagian masih miskin dan berdaya beli rendah. Petani harus memiliki
kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga pendapatan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka (Krisnamurthi, 2005).
Dari sisi dimensi waktu, ketahanan pangan dapat terwujud jika aspek
risiko kegagalan askes terhadap pangan dapat ditanggulangi. Terkait
dengan faktor resiko tersebut, dikenal dua bentuk ketidaktahanan pangan
(Food Insecurity), yaitu yang bersifat kronik dan transitori.
Ketidaktahanan pangan kronik terjadi secara terus menerus (jangka
panjang) karena rendahnya faktor daya beli dan rendahnya kualitas
sumberdaya manusia. Ketidaktahanan pangan transitori terjadi sementara
(sering bersifat mendadak atau tiba-tiba) yang sering diakibatkan oleh
adanya: bencana alam, kegagalan produksi dan kenaikan harga
(Saliem, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
dalam jumlah maupun mutunya aman, merata, dan terjangkau. Dengan
pengertian tersebut, terwujudnya ketahanan pangan dapat diartikan lebih
lanjut sebagai berikut:
a. Terpenuhinya pangan yang cukup, bukan hanya beras tetapi mencakup
pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang
bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari
cemaran biologis, kimia dan benda/zat lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari
kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan
pangan harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh setiap rumah tangga dengan harga yang terjangkau
(Suryana, 2003).
3. Sikap
Mar’at (1981) mendefinisikan sikap merupakan produk dari proses
sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang
diterimanya. Jika sikap mengarah pada objek tertentu, berarti bahwa
penyesuaian diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap objek.
Sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan dengan obyek tertentu,
menggugah motif untuk bertingkah laku. Sikap mengandung unsur
penilaian dan reaksi afektif terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil
penalaran, pemahaman dan penghayatan individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut G. W. Allport (1935) dalam Taylor (1997), sikap adalah
suatu mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui
pengalaman, menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu
menjawab semua obyek dan situasi yang terkait
Ahmadi (1999) mengemukakan mengenai pengertian sikap adalah
predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku, berubah
dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam situasi
yang sama, dan komposisinya hampir selalu kompleks. Sikap adalah
kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau
situasi secara konsisten.
Myers (1992) mendefinisikan sikap sebagai bentuk evaluasi yakni
sikap merupakan pengorganisasian terakhir secara relatif dari kepercayaan
dimana terdapat kecenderungan untuk merespons benda-benda dalam
keadaan yang nyata. Sikap tidak pernah dilihat secara langsung, seseorang
harus mengambil kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan
orang lain. Sikap melibatkan evaluasi-evaluasi yang positif dan negatif,
perasaan-perasaan emosional, dan kecenderungan positif atau negatif
secara pasti yang berhubungan dengan obyek, orang dan kejadian atau
peristiwa. Sikap merupakan respons manusia dan dapat diuji melalui tiga
dimensi yaitu arahnya, intensitasnya, dan ketenangannya.
Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kesadaran, perasaan dan
perilaku. Hal ini sangat bermanfaat untuk mempelajari dan memahami
kerumitan dan hubungan antara sikap dan perilaku. Komponen-komponen
di dalam sikap dan perilaku sangat berkaitan (Robbins, 2008).
Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap
obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap
perasaan. Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu
tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu
hal. Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak
ada sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa penyesuaian diri
terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kesediaan
untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap obyek atau perasaan, pikiran
dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen
mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-
komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan untuk
bertindak. Sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau
subjek yang mempunyai konsekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadap-hadapan dengan objek sikap (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap
sesuatu. Sesuatu tersebut adalah obyek sikap. Mengukur sikap seseorang
adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum
afektif berkisar dari sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu
obyek sikap. Dalam penskalaan likert kuantifikasi dilakukan dengan
mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan
negatif tentang obyek sikap (Mueller, 1996).
4. Komponen sikap
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek tersebut.
Dengan melihat adanya satu kesatuan dan hubungan atau keseimbangan
dari sikap dan tingkah laku, maka sikap sebagai suatu sistem atau interaksi
antar komponen. Komponen-komponen sikap meliputi :
1) Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal
yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek
sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah
sikap, yaitu positif dan negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Walgito, 2005).
Dalam ketiga komponen sikap juga terdapat perbedaan tingkatan atau
kadar, serta terdapat pula perbedaan kompleksitasnya. Pada suatu
tingkatan sederhana, komponen afektif sikap seseorang dapat berarti
sekedar suka atau tidak suka terhadap obyek, namun pada tingkat yang
lebih kompleks alkan lebih sukar untuk berubah walaupun dimasukkan
informasi baru yang berlawanan mengenai obyek sikapnya (Azwar, 1998).
Karakteristik sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang
berasal sari komponen afeksi. Sikap relatif konstan dan agak sukar
berubah dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap
melalui proses tertentu. Komponen afeksi memiliki penilaian emosional
yang bersifat positif atau negatif. Sehingga terjadilah kecenderungan untuk
bertingkah laku hati-hati. Komponen afeksi yang memiliki sistem evaluasi
emosional mengakibatkan timbulnya perasaan senang atau tidak senang,
takut atau tidak takut. Dengan sendirinya proses evalusi ini terdapat suatu
valensi positif atau negatif (Mar’at, 1981).
Psikologi pada umumnya menggambarkan bahwa sikap mempunyai
tiga komponen yaitu apa yang kita pikirkan atau percaya tentang suatu hal
(komponen kognitif), bagaimana kita merasakan tentang hal tersebut
(komponen emosional) dan bagaimana kita bereaksi terhadap hal itu
(komponen perilaku). Sering kali tiga komponen itu berkaitan antara satu
dengan yang lainnya (Wortman, 1999).
5. Faktor-faktor Pembentuk Sikap
Menurut Azwar (1998), sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sikap adalalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting,
kebudayaan, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
a. Pengalaman Pribadi
Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi
yang melibatkan emosi, penghayatan akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas. Lebih lanjut Mardikanto (1996) menyatakan bahwa
pengalaman dalam melakukan kegiatan bertani tercermin dari
kebiasaan-kebiasaan yang mereka (petani) terapkan dalam kegiatan
bertani dan merupakan hasil belajar dari pengalamannya.
Orang merasa bahwa pengalaman-pengalaman pribadi memberikan
pengertian yang lengkap tentang kodrat manusia. Memang betul bahwa
pengalaman itu bisa memberikan pengertian yang cukup, tetapi yang
terang tidak memberikan pengertian yang lengkap. Pengalaman kita
sendiri menunjukkan bahwa mereka yang merasa bisa memahami orang
lain dengan baik itu sebenarnya tidak mengerti apa-apa, baik orang lain
maupun dirinya sendiri. Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat
dan tabiatnya sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya
benar tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri
(Mahmud, 1990).
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman
berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh
para petani, petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-
hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Semakin banyak
pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas petani
akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan
semakin baik (Hasan, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan petani baik formal maupun pendidikan non
formal akan mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada
usahataninya (Hernanto, 1991).
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan struktur dari suatu sistem
pengajaran yang kronologis dan berjenjang. Lembaga pendidikan
mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi
(Suhardiyono, 1992).
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur,
bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya
ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum,
program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan
dalam waktu yang terus menerus (Seniar, 2011).
Pendidikan formal dimulai dari suatu kerangka teori atau
konsep dan menuju ke arah praktek atau kerja lapang. Dalam
pendidikan jenis ini terdapat suatu kurikulum yang telah ditetapkan
ataupun yang belum ditetapkan. Sedangkan pendidikan penyuluhan
adalah latihan, yang berorientasi pada pemecahan masalah petani,
dimulai dari suatu latihan yang kembang;kan dari teori atau
pemahaman dasar. Dalam penyuluhan tidak terdapat penetapan
kurikulum. Di samping itu juga memungkinkan disesuaikan
dengan kebutuhan sasaran (Singh, 2006).
Pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan,
kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat
pada pengembangan ketrampilan, ketrampilan (kejuruan) atau
pekerjaan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan
(Schaefer dan Robert, 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Pendidikan non formal
Pendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan
sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang
lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya (Seniar, 2011).
Salah satu ciri utama yang membedakan antara pendidikan
formal dan pendidikan non formal adalah: bahwa penyelenggaraan
pendidikan non formal (seperti halnya penyuluhan) dapat
diselenggarakan kapan saja, dan dimana saja. Dengan demikian,
metode yang akan diterapkan di dalam pelaksanaan penyuluhan
dapat menerapkan metoda pendidikan formal (ceramah, diskusi,
belajar mandiri) atau metoda yang tidak pernah diterapkan dalam
sistem pendidikan formal seperti: pameran, kunjungan ke rumah
(anjangsana), dll. Ciri lain, kegiatan pendidikan non formal
(termasuk penyuluhan) selalu diprogram sesuai dengan kebutuhan
penerima manfaat. Setiap kegiatan pendidikan non formal harus
selalu menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan penerima
manfaatnya (Mardikanto,2009).
Menurut Azwar (1998) mengemukakan bahwa pendidikan non
formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah.
Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non
formal. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non
formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau
menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya
agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas,
memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif
terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta terampil
melaksanakan kegiatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Pengaruh Orang Lain
Seseorang yang dianggap penting akan banyak mempengaruhi
pembentukan sikap. Diantara orang yang biasanya dianggap penting
bagi individu adalah orang tua, orang yang berstatus sosial lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami. Pada
umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan
ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut. Mardikanto (1996) menyatakan bahwa tokoh-tokoh informal
(tokoh keagamaan, tokoh adat, politikus dan guru) merupakan tokoh
yang dianggap berpengaruh karena memiliki wibawa untuk
menumbuhkan opini publik dan/atau yang dijadikan panutan oleh
masyarakat setempat.
Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat petani
secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan-keputusan
tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk memberikan sesuatu
yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena itu, mereka tergantung
kepada hasil yang didapat dari usahatani. Anggota-anggota keluarganya
mungkin memberikan tekanan kepada petani dalam mengambil
keputusan. Di pihak lain hasrat petani untuk memberikan kehidupan
yang lebih baik bagi keluarganya merupakan dorongan yang efektif
dalam banyak hal untuk meningkatkan produktivitas usahatani.
Keputusan-keputusan yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi
oleh sikap dan perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat
setempat di mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya
mempunyai arti yang penting (Soetriono et al, 2006).
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu di antara komponen
sosial yang dapat mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap
penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi setiap gerak
tindak dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
atau seseorang yang berarti khusus bagi kita, akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Di antara orang
yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang
yang status usianya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,
teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain (Azwar, 1998).
d. Media Massa
Peran media massa dalam pembangunan nasional adalah sebagai
agen pembaru (agent of social change). Letak peranannya adalah dalam
hal membantu mempercepat proses pengalihan masyarakat yang
tradisional menjadi masyarakat modern. Khususnya peralihan dari
kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap
baru yang tanggap terhadap pembaharuan demi pembanguan (Depari
dan Colin, 1995).
Sampai saat ini, sudah banyak media atau bentuk komunikasi yang
sengaja dipasarkan ke pelosok-pelosok pedesaan. Dimulai dari yang
khusus ditujukan bagi individu, kelompok ataupun yang sifatnya
massal. Semua itu, akan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat desa di masing-masing tempat. Program Koran
Masuk Desa (KMD) ataupun siaran pedesaan melalui radio sebagai
salah satu alternatif pemerintah yang betul-betul berguna dalam rangka
mendukung tercapainya tujuan pembangunan (Sastraatmadja, 1993).
Perkembangan media massa bagi manusia sempat menumbuhkan
perdebatan panjang tentang makna dan dampak media massa pada
perkembangan masyarakat. Dalam perkembangan teori komunikasi
massa, konsep masyarakat massa mendapat relasi kuat dengan produk
budaya massa yang pada akhirnya akan mempengaruhi bagaimana
proses komunikasi dalam konteks masyarakat massa membentuk dan
dibentuk oleh budaya massa yang ada. Media massa berperan untuk
membentuk keragaman budaya yang dihasilkan sebagai salah satu
akibat pengaruh media terhadap sistem nilai, pikir dan tindakan
manusia (Wordpress, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Shannon dalam Saleh (2004), informasi adalah sesuatu yang
membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan
perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada
pengetahuan yang kita miliki. Sedangkan pengertian informasi adalah
data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi yang menerimanya.
e. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dapat diartikan sebagai pola perilaku yang dipelajari,
dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat (baik oleh individu
maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang ada) dan diteruskan
secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Kebudayaan tidak
hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan, dan moral tetapi juga sikap,
perbuatan, pikiran-pikiran, kemampuan, adat istiadat, tata nilai,
motivasi maupun kesenian-kesenian yang dimiliki oleh masyarakat
yang bersangkutan (Mardikanto,2009).
Menurut Shadily (1984), kebudayaan (culture) berarti keseluruhan
dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan
oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, dan
lain-lain.
Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat diubah, tradisi justru
dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia dan diangkat dalam
keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu dengan tradisi itu:
ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah sebabnya mengapa
kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-perubahan: riwayat
manusia yang selalu memberi wujud baru kepada pola-pola kebudayaan
yang sudah ada (Peursen, 1988).
6. Petani
Para petani dalam arti ekonomi adalah para manajer sumber daya
yang memanipulasi tenaga kerja, lahan, modal, dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan atau sasaran ini bervariasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sesuai dengan tanggung jawab petani dan kadang-kadang juga sesuai
dengan ambisi untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Hampir semua
petani tradisional menerima teknologi beru yang relevan, dalam bentuk
apapun karena mereka menjadi lebih baik melalui satu atau lain cara, dan
mungkin memperoleh laba yang lebih banyak, dengan mengadopsi
teknologi itu (Makeham dan Malcolm, 1991).
Mosher (1978) memberikan gambaran yang luas mengenai petani,
yakni:
a. Petani sebagai manusia
Petani sebagai manusia, ia juga rasional, memiliki harapan-harapan,
keinginan-keinginan, dan kemauan untuk hidup lebih baik. Di
samping itu, petani seperti halnya manusia yang lain juga memiliki
harga diri dan tidak bodoh, sehingga memiliki potensi yang dapat
dikembangkan guna memperbaiki kehidupannya.
b. Petani sebagai jurutani
Petani sebagai jurutani adalah petani yang melakukan kegiatan
bertani, yang memiliki pengalaman dan telah belajar dari
pengalamannya. Hasil belajarnya itu, tercermin dari kebiasaan-
kebiasaan yang mereka terapkan dalam kegiatan bertani.
c. Petani sebagai pengelola usahatani
Hal ini berarti bahwa, petani adalah orang yang memiliki wewenang
untuk mengambil keputusan sendiri tentang usahatani yang
dikelolanya itu kepada keluarga serta masyarakat lingkunganya.
Menurut Samsudin (1982), yang disebut petani adalah mereka yang
untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian,
menguasai sesuatu cabang atau beberapa cabang usahatani dan
mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga bayaran.
Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, bagi hasil atau
berupa memiliki tanah sendiri. Disamping menggunakan tenaga sendiri ia
dapat menggunakan tanaga kerja yang bersifat tidak tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Ciri-ciri petani menurut Mardikanto (1993), terdapat dua kutub
pendapat yang menyatakan bahwa: di satu kutub adalah petani sub-sisten
dengan ciri-ciri khusus yang pada umumnya sangat tidak responsif
terhadap penyuluhan (pembangunan) petanian, dan di kutub lain petani
rasional dengan ciri-ciri yang sangat responsif terhadap upaya penyuluhan
(pembangunan) pertanian.
7. Pelaksanaan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) digulirkan
selain dilatarbelakangi oleh kondisi pemerintah Republik Indonesia yang
masih mengimpor beras sekitar 3% untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional pada tahun 2007, maka dilatarbelakangi pula oleh ketidakstabilan
kondisi perberasan nasional dimana diantaranya disebabkan terjadinya
penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat konversi lahan
sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT),
semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim (dampak
fenomena iklim) yang sulit diprediksi (Departemen Pertanian, 2011).
Program Subsidi Benih padi Ciherang merupakan salah satu
implementasi dari gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Tahun 2011 yaitu kegiatan peningkatan produksi beras disertai penyediaan
input sarana dan prasarana peningkatan produksi beras melalui
optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertanian, teknologi dan
kelembagaan. Adapun tujuan dan sasaran dari proyek subsidi benih padi
ciherang di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut:
a. Tujuan
1) Meningkatkan produksi padi
2) Meningkatkan pendapatan petani
3) Meningkatkan kesejahteraan petani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Sasaran
1) Meningkatkan ketahanan pangan nasional
2) Meningkatkan penggunaan benih bermutu varietas unggul
3) Meningkatkan produktivitas dan produksi padi
(Departemen Pertanian, 2011).
Organisasi Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Tahun 2011 merupakan wahana (wadah) untuk mewujudkan koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian gerakan sebagaimana yang tersusun sebagai berikut:
a) Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten
b) Tim Pelaksana Tingkat Kecamatan P2BN
c) Tim Tingkat Kelurahan/Desa P2BN
Sosialisasi dan penyuluhan pertanian dalam rangka gerakan
peningkatan produksi beras nasional dilaksanakan melalui kampanye
penyebarluasan informasi dan kegiatan belajar mengajar untuk
meningkatkan motivasi dan mengoptimalkan pencapaian produksi melalui
penerapan komponen teknologi PPT. Sosialisasi dan penyuluhan pertanian
juga dilakukan dengan memanfaatkan media massa, lembaga komunikasi
yang ada di masyarakat dan meningkatkan peran serta institusi penyuluhan
di kabupaten/kecamatan/desa serta pusat penerangan masyarakat. Kegiatan
penyuluhan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas di
pedesaan lainnya dengan pola agribisnis dan pendapatan usahatani
melalui pemasyarakatan penerapan teknologi sesuai anjuran,
meningkatkan kemampuan kelompok tani serta kelembagaan
(Departemen Pertanian, 2011).
Mekanisme pelaksanaan subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN di Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 1. Bagan Mekanisme Pelaksanaan Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang di Kecamatan Karanganyar
a. Penyusunan CPCL
Penyusunan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) adalah rencana
kelompok tani untuk satu periode tertentu yang disusun berdasarkan
musyawarah anggota kelompok tani untuk mendukung pelaksanaan
program subsidi benih padi ciherang. Penyusunan CPCL terkait
langsung dengan dukungan para camat dan lurah/kepala desa.
b. Dinas Pertanian mengadakan lelang terbuka yang dihadiri para
produsen benih. Lelang kemudian dimenangkan oleh PT. Sang Hyang
Sri.
c. Penyaluran benih dilaksanakan sesuai dengan kaidah enam tepat yang
meliputi: tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat cara, tepat guna
dan tepat sasaran. Subsidi benih padi inhibrida seluas 600 hektar di
Kecamatan Karanganyar meliputi varietas ciherang dan inpari.
Program P2BN berasal dari dana APBN dari pemerintah pusat
Pemilihan dan penyusunan CPCL oleh kabupaten kemudian diajukan ke pusat
PT. Sang Hyang Sri menerima surat tugas dari
pemerintah untuk pengadaan benih
Benih dikirim melalui dinas terkait hingga sampai di tingkat Kecamatan/BPP
Benih dibagikan kepada kelompok tani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Pembagian varietas dilakukan berdasar CPCL yang telah disetujui
sebelumnya yang tersebar di 11 desa atau 21 kelompok tani di
Kecamatan Karanganyar. Setiap kelompok tani memperoleh jatah
25Ha/kelompok, setiap 1 Ha/25Kg benih yang diberikan
(Departemen Pertanian, 2011).
Benih bersertifikat untuk pertanaman petani adalah benih dengan
sertifikat dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) atau dari
Perusahaan BUMN/swasta yang telah mendapatkan sertifikasi mandiri dari
lembaga penilai yang berwenang (Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu dan
Lembaga Sertifikasi Produk) dengan spesifikasi mutu benih sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, yaitu standar mutu benih
bersertifikat yang tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan nomor: 01/Kpts/HK.310/C/1/2009 tanggal 9 Januari 2009 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Benih
yang disalurkan paling tidak (minimal) satu bulan sebelum masa
kadaluarsa pada saat diterima oleh kelompok tani/petani, dan masa berlaku
label untuk padi adalah sebagai berikut: benih padi non hibrida dan padi
hibrida, masa berlaku label yang diberikan paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal selesai pengujian atau paling lama 9 bulan setelah panen
(Ditjentan, 2011).
B. Kerangka Berpikir
Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan sikap
sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih
bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek
atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang
berhadap-hadapan dengan obyek sikap.
Kecamatan Karanganyar adalah salah satu kecamatan yang
menjalankan program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan
memberikan subsidi berupa benih padi varietas ciherang kepada para petani.
Dalam hal ini petani sebagai obyek penelitian tentunya dipengaruhi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap petani yang berkaitam
dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang dalam
program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), yang terdiri dari
pengalaman dalam berusahatani, pendidikan formal yang pernah ditempuh,
pendidikan non formal yang pernah diikuti, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, keterpaan media massa yang diperoleh petani dan
kebudayaan yang masih dijalankan oleh petani.
Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu,
interaksi sosial mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak sosial.
Pengalaman pribadi menjadi salah satu dasar pembentukan sikap. Pendidikan
formal petani akan mempengaruhi pola pikir petani, semakin tinggi
pendidikannya maka akan semakin luas, maju dan sangat berpengaruh pada
sikap petani terhadap suatu objek. Dalam pendidikan non formal petani
mendapatkan tambahan pengetahuan, pengalaman, serta solusi dari
permasalahan yang sedang mereka hadapi, hal tersebut juga mempengaruhi
sikap petani terhadap suatu objek.
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah
dengan sikap orang yang dianggap penting, kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung dan keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut, hal tersebut akan
mempengaruhi sikap petani terhadap suatu objek. Media massa merupakan
sarana untuk memperoleh kebutuhan informasi, dan mengembangkan
pemikiran manusia terhadap dunia luar, semakin sering mengaskes media
massa semakin banyak informasi yang di peroleh, hal tersebut akan
mempengaruhi sikap petani terhadap suatu objek. Sedangkan kebudayaan
adalah adat istiadat yang melekat yang menjadi norma-norma yang mengatur
kehidupan masyarakat terutama masyarakat di pedesaan, pengaruh
kebudayaan menentukan langkah dan sikap individu terhadap suatu objek.
Sedangkan untuk sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas
ciherang pada program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
didefinisikan sebagai kecenderungan petani untuk memberikan respon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
terhadap proyek tersebut. Sikap petani pada program ini diukur oleh lima
variabel yang terdiri dari tujuan diadakannya subsidi benih, sasaran yang
ingin dicapai, pelaksanaan, kualitas benih bersubsidi yang diberikan, dan
manfaat serta hasil setelah memperoleh subsidi benih ciherang dari
pemerintah.
Kerangka berpikir di atas secara sistematis dapat digambarkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Keterangan : ____________ : Diteliti
: : Tidak diteliti Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir Penelitian Variabel Yang Berhubungan
Dengan Tingkat Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN di Kecamatan Karanganyar.
Variabel X Faktor-faktor pembentuk sikap : 1. Pengalaman usahatani 2. Pendidikan formal 3. Pendidikan non formal 4. Pengaruh orang lain 5. Keterpaan media massa 6. Kebudayaan
Variabel Y
Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN: 1. Tujuan 2. Sasaran 3. Pelaksanaan
a. Sosialisasi b. Penyusunan CPCL c. Distribusi d. Penerimaan
4. Kualitas benih 5. Manfaat dan hasil
Pembangunan Pertanian
Ketahanan Pangan
Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang P2BN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini yaitu diduga
terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengalaman responden,
tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat keterpaan
media massa, dan tingkat pengaruh kebudayaan dengan tingkat sikap petani
terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN).
D. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada pelaksanaan program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) yang dilaksanakan pada tahun 2011 di Kecamatan
Karanganyar.
2. Responden penelitian adalah petani yang menerima subsidi benih padi
varietas ciherang di Kecamatan Karanganyar.
3. Faktor pembentuk sikap pada penelitian ini dibatasi pada tingkat
pengalaman responden, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non
formal, tingkat keterpaan media massa yang dimanfaatkan, dan tingkat
pengaruh kebudayaan terhadap subsidi benih ciherang. Walaupun
dimungkinkan ada hubungan timbal balik, namun pada penelitian ini
hanya mempelajari hubungan searah yaitu antara tingkat pengalaman
responden, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal,
keterpaan media massa yang dimanfaatkan dan tingkat pengaruh
kebudayaan dengan penerimaan subsidi benih varietas ciherang dalam
program P2BN di Kecamatan Karanganyar.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional
a) Faktor-faktor pembentuk sikap yaitu merupakan faktor personal yang
ada dalam diri individu (yang dalam hal ini petani) yang turut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
mempengaruhi pola perilakunya sehingga dapat membentuk sikap
petani terhadap subsidi benih varietas ciherang dalam program P2BN.
1) Pengalaman pribadi dalam berusaha tani responden hingga saat
penelitian ini dilakukan (dinyatakan dalam tahun) dan diukur
dengan skala ordinal.
2) Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang pernah
ditempuh oleh responden di bangku sekolah yang diukur dengan
skala ordinal
3) Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diperoleh
responden di luar pendidikan formal (penyuluhan-penyuluhan
sebelum dan selama mengikuti proyek) diukur dengan skala
ordinal.
4) Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran,
ajakan bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dapat
mempengaruhi pembentukan sikap dan pengambilan kesimpulan
dalam budidaya padi (PPL, ketua kelompok tani ataupun petani
lain, suami/istri) diukur dengan skala ordinal.
5) Keterpaan media massa merupakan sarana komunikasi yang
mempunyai pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Tingkat
keterpaan media massa dapat dilihat dari jumlah media massa yang
dimanfaatkan dan frekuensi media massa. Dimana jumlah media
massa adalah banyaknya media yang dimanfaatkan oleh petani
dalam memperoleh informasi sedangkan frekuensi media massa
adalah sering tidaknya petani memperoleh informasi diukur dengan
skala ordinal.
6) Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan-
kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat setempat yang turut
mempengaruhi pola pikir dan pola berusaha tani responden diukur
dengan skala ordinal.
b) Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN diartikan sebagai tanggapan atau respon evaluatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
petani responden terhadap segala bentuk kegiatan dalam program
P2BN berupa sikap sangat setuju/ sangat positf, setuju/ positif, tidak
tahu/ ragu-ragu, tidak setuju/ negatif, sangat tidak setuju/ sangat
negatif dilihat dari pengetahuan responden tentang:
1) Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan atau
ingin dihasilkan, implikasi atau hal-hal yang perlu dilakukan
sebagai pemanfaatan hasil melalui subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN yang diukur dengan skala ordinal.
2) Sasaran pada dasarnya merupakan strategi yang digunakan oleh
individu atau kelompok yang terlibat secara langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan untuk mewujudkan tujuan yang telah
dirumuskan melalui pelaksanaan pembagian subsidi benih padi
varietas ciherang pada program P2BN yang diukur dengan skala
ordinal.
3) Pelaksanaan kegiatan adalah suatu tindak lanjut yang nyata dari
suatu gagasan atau perencanaan yang dirumuskan dalam tujuan
yang telah dibuat sebelumnya, yaitu:
a. Sosialisasi, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Petugas
Penyuluh Lapang (PPL) untuk mengenalkan program P2BN
terutama pada pemberian subsidi benih padi ciherang kepada
petani yang diukur dengan skala ordinal.
b. Penyusunan CPCL merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
pemilihan Calon Petani dan Calon Lokasi yang berhak
menerima bantuan subsidi benih padi ciherang yang diukur
dengan skala ordinal.
c. Distribusi merupakan kegiatan penyaluran subsidi benih padi
ciherang yang dilakukan melalui pihak-pihak terkait hingga
sampai ke tangan petani yang diukur dengan skala ordinal.
d. Penerimaan merupakan kegiatan pembagian benih padi
ciherang bersubsidi kepada para petani yang diukur dengan
skala ordinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Kualitas padi ciherang merupakan ukuran nilai lebih atau kurang
(baik buruknya padi ciherang) yang diperoleh petani saat
menggunakan subsidi benih padi ciherang diukur dengan skala
ordinal.
5) Manfaat dan hasil merupakan keadaaan akhir dari program yang
telah dicapai yang dapat dirasakan dan dinikmati serta bermanfaat
terhadap petani diukur dengan skalal ordinal.
2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal.
Suryabrata (1998) mengatakan bahwa, ciri-ciri penerapan skala ordinal
adalah seperangkat obyek atau sekelompok orang diurutkan dari yang
“paling atas” ke yang “paling bawah” dalam atribut tertentu.
a. Faktor Pembentuk Sikap
Faktor-faktor pembentuk sikap petani terdiri dari pengalaman
responden dalam berushatani, pendidikan formal responden yang
pernah ditempuh, keikutsertaan dalam pendidikan non formal yang
pernah diikuti, pengaruh orang lain yang dianggap penting oleh
responden, keterpaan media massa, dan kebudayaan yang masih
berlaku yang dapat mempengaruhi sikap responden. Sedangkan untuk
penjelasannya dapat dilihat dalam Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Tabel. 2.1 Faktor-Faktor Pembentuk Sikap
Variabel Indikator Kategori Skor 1. pengalaman
usahatani
2. pendidikan formal
3. pendidikan non
formal
4. pengaruh orang
lain yang dianggap penting
5. keterpaan media
massa
Lamanya pengalaman responden berusahatani padi (dalam satuan tahun) Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh responden di bangku sekolah Frekuensi responden mengikuti kegiatan penyuluhan tentang program P2BN (dalam 1 satu musim tanam) · Saran dan ajakan untuk
meningkatkan produksi, pendapatan dan nilai tambah dengan menggunakan benih ciherang bersubsidi(PPl, ketua kelompok tani, petani lain, suami/istri) dalam satu musim tanam · Dukungan terhadap
penggunaan benih ciherang bersubsidi oleh orang yang dianggap penting (PPl, ketua kelompok, petani lain, suami/istri)
· Jumlah media massa yang
dimanfaatkan responden (radio, TV, koran, majalah,
>35 th 26-35th 16-25th 6-15th 1-5 th
D1-S1 sederajat SMA/tamat SMA SMP/Tamat SMP SD/Tamat SD Tidak sekolah Sangat sering ( >3 kali) Sering (3kali) Kadang-kadang(2kali) Pernah (1kali) Tidak pernah Sangat sering >6kali Sering (5-6 kali) Kadang-kadang (3 – 4 kali) Pernah (1-2 kali) Tidak pernah · Didukung >5 pihak
(PPL, ketua kelompok, petani lain, pemerintah, dll )
· Didukung 4-5 pihak · Didukung 2-3 pihak · Hanya didukung PPL/
ketua kelompok/ petani lain
· Tidak didukung > 5 jenis 4-5 jenis 2-3 jenis
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
5 4 3 2
1
5 4 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Sikap petani pada program ini dapat diukur oleh beberapa
pernyataan-pernyataan positif dan negatif kepada responden tentang
sikap petani terhadap tujuan dari pelaksanaan subsidi benih padi
ciherang, sasaran yang ingin dicapai, mengenai pelaksanaan, kualitas
dari benih bersubsidi, dan hasil serta manfaat yang diperoleh setelah
mendapatkan subsidi benih padi ciherang. Pernyataan-pernyataan
tersebut disajikan pada Tabel 2.2.
6. Tingkat
pengaruh kebudayaan
internet)
· Frekuensi menyimak
tentang informasi yang berkaitan dengan pertanian dalam satu musim tanam
Sering tidaknya melaksanakan budaya setempat (kerukunan, gotong royong, adat istiadat setempat)
1 jenis Tidak menggunakan Sangat sering (4 kali) Sering (3 kali) Kadang-kadang(2kali) Pernah (1kali) Tidak pernah Sangat sering (>3kali) Sering (3 kali) Kadang-kadang (2kali) Pernah (1 kali) Tidak pernah
2 1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 2.2 Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Ciherang pada Program P2BN
No Variabel Indikator 1 2 3 4 5
Tujuan subsidi benih Sasaran Pelaksanaan a. Sosialisasi
b. Penyusunan CPCL
c. Distribusi d. Penerimaan
Kualitas benih
Manfaat dan Hasil
Penilaian petani dalam tujuan subsidi benih atau hal-hal yang ingin diwujudkan Penilaian petani dalam sasaran pelaksanaan subsidi benih a. Penilaian petani mengenai sosialisasi
kegiatan subsidi benih dalam program P2BN
b. Penilaian petani terhadap penyusunan CPCL
c. Penilaian petani mengenai distribusi penyaluran subsidi benih
d. Penilaian petani mengenai penerimaan dan pembagian benih padi bersubsidi
Penilaian petani terhadap kualitas benih bersubsidi Penilaian petani terhadap manfaat dan hasil dari kegiatan subsidi benih
Responden kemudian diminta untuk memberikan respon berupa
sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju terhadap
pertanyaan yang diajukan kepada mereka, dimana alternatif jawabannya
berskala ordinal. Sikap petani terhadap tujuan dari pelaksanaan subsidi
benih padi ciherang, sasaran yang ingin dicapai, mengenai pelaksanaan,
kualitas dari benih bersubsidi, dan hasil serta manfaat yang diperoleh
setelah mendapatkan subsidi benih padi ciherang diukur dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan positif dan negatif yang nantinya
dihubungkan dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Jawaban
dari pernyataan positif dan negatif yang disediakan untuk petani
responden berjumlah 5, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1) Pernyataan Positif
Sangat setuju/ sangat positif (SS) : skor 5
Setuju/ positif (S) : skor 4
Tidak tahu/ragu-ragu (R) : skor 3
Tidak setuju/ negatif (TS) : skor 2
Sangat tidak setuju/ sangat negatif (STS) : skor 1
2) Pernyataan Negatif
Sangat setuju/ sangat positif (SS) : skor 1
Setuju/ positif (S) : skor 2
Tidak tahu/ragu-ragu (R) : skor 3
Tidak setuju/ negatif (TS) : skor 4
Sangat tidak setuju/ sangat negatif (STS) : skor 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian
kuantitatif memusatkan pada pengumpulan data yang berupa angka-angka
untuk kemudian dianalisis dengan mengggunakan alat-alat analisis kuantitatif
maupun dengan perhitungan matematika (Mardikanto, 2001). Penelitian
kuantitatif diawali dengan merumuskan masalah penelitian. Masalah
penelitian dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang dipilih
dapat diukur secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik
dengan cara mengacu pada teori-teori yang telah ada (Slamet, 2006).
Penelitian ini menggunakan teknik survai, yaitu mengumpulkan data
terhadap sejumlah individu yang dianggap mewakili populasinya untuk
memperoleh sejumlah nilai-nilai tertentu atas sejumlah variabel yang dipilih,
penelitian survai dipergunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel
atau lebih (Slamet, 2006). Teknik survai ini mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data dengan
maksud menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui
pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 2006).
B. Teknik Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purpossive) yaitu
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan
penelitian (Singarimbun dan Effendi, 2006). Lokasi yang diambil adalah
Kecamatan Karanganyar dengan pertimbangan-pertimbangan:
1. Kecamatan Karanganyar merupakan kecamatan yang berada di Kabupaten
Karanganyar yang memperoleh subsidi benih padi varietas ciherang paling
banyak dibandingkan dengan kecamatan lain dalam Program P2BN tahun
2011.
2. Kecamatan Karanganyar memperoleh subsidi benih padi yang sesuai
dengan kebutuhan para petani yang sedang mengalami krisis produktivitas
padi akibat serangan hama yaitu varietas ciherang.
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-
cirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 2006). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anggota kelompok tani yang berada di
Kecamatan Karanganyar yang menerima bantuan benih padi varietas
ciherang bersubsidi.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian di Kecamatan Karanganyar No. Desa Kelompok tani Jumlah peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jungke Cangakan Delingan Gedong Tegalgede Bejen Lalung Popongan Jantiharjo Bolong Gayamdompo Jumlah
Sido Makmur IV Sido Makmur II Ngudi Makmur II Tani makmur II Tani Makmur IV Subur Makmur IV Makarti Tani I Makarti Tani III Marbakti Tani I Marbakti Tani III Rukun Tani I Rukun Tani III Ngudi Mulyo II Mahargyo Tani II Mahargyo Tani V Mahargyo Tani IV Makaryo Tani I Makaryo Tani II Makaryo Tani IV Rukun Tani III Rukun Tani IV
55 65 45 67 65 53 67 75 63 75 60 65 65 62 60 63 67 64 65 70 64
1335
Sumber : BPP Kecamatan Karanganyar Tahun 2011
2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah secara acak (simple random sampling), yaitu semua anggota sampel
memiliki karakteristik yang sama sehingga siapapun yang terambil
diyakini dapat mewakili populasinya (Mardikanto, 2001). Kemudian untuk
menentukan jumlah responden tiap sub populasi menggunakan metode
proportional random sampling yaitu pengambilan responden dengan
menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi/ kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2001). Penentuan jumlah petani untuk
masing-masing kelompok tani ditentukan dengan rumus :
ni =Nnk
x n
Dimana
ni : jumlah petani sampel masing-masing kelompok tani
nk : jumlah petani dari masing-masing kelompok tani yang
memenuhi syarat sebagai responden
N : jumlah petani dari seluruh populasi
n : jumlah petani sampel yang diambil yaitu 50 petani
Adapun jumlah sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Petani Sampel No. Kelompok tani Jumlah anggota Sampel
1 Rukun Tani I 60 9 2 Rukun Tani III 70 11 3 Mahargyo Tani II 62 10 4 Mahargyo Tani IV 63 10 5 Makaryo Tani II 64 10 Jumlah 314 50
Sumber : BPP Kecamatan Karanganyar Tahun 2011
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
obyek penelitian dan pengamatan langsung di lapang. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan petani yang menjadi
responden dalam penelitian dengan menggunakan kuisioner sebagai
alatnya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah yaitu tingkat
pengalaman responden, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non
formal, tingkat keterpaan media massa dan tingkat pengaruh kebudayaan
serta sikap responden terhadap subsidi benih padi varietas ciherang dalam
program P2BN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau
lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan cara mencatat langsung
data yang bersumber dari dokumentasi yang ada. Data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data monografi kecamatan
Karanganyar, keadaan alam, keadaan penduduk dan keadaan pertanian
yang ada di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar dan data
pendukung berupa Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program P2BN.
Adapun rincian jenis dan sumber data adalah :
Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data Jenis Data Sifat Data Sumber
Primer Sekunder Kuantitatif Kualitatif Data Pokok: 1. Identitas responden √ √ √ 2. Faktor pembentuk sikap
a. Tingkat pengalaman petani dalam berusahatani
√ √ Responden
b. Tingkat Pendidikan formal
√ √ Responden
c. Tingkat Pendidikan nonformal
√ √ Responden
d. Tingkat pengaruh PPL √ √ Responden e. Tingkat pengaruh
petani lain √ √ Responden
f. Tingkat pengaruh suami/istri
g. Tingkat pengaruh kebudayaan
√
√
√
√
Responden Responden
3. Subsidi benih varietas ciherang
a. Tujuan √ √ Responden b. Sasaran √ √ Responden c. Pelaksanaan √ √ Responden d. Kualitas √ √ Responden e. Manfaat dan hasil √ √ Responden
Data pendukung 1. Keadaan alam √ √ √ Kecamatan 2. Keadaan penduduk √ √ √ Karanganyar 3. Keadaan pertanian √ √ √ Kabupaten
Karanganyar
Keterangan: Pr = primer Kn = kuantitatif Sk = sekunder Kl = kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
E. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Pengumpulan data primer dengan mengajukan pertanyaan yang sistematis
dan langsung kepada responden dengan menggunakan alat bantu
kuisioner.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada
obyek yang akan diteliti.
3. Pencatatan
Pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat sumber-sumber
informasi dari pustaka-pustaka maupun instansi-instansi yang terkait
dengan penelitian ini.
F. Metode Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan dianalisis, sesuai data yang tersedia
kemudian dianalisis melalui tabulasi. Untuk mengetahui sikap petani
terhadap subsidi benih padi varietas ciherang dengan menggunakan Skala
Likert. Menurut Mueller (1996), mengukur sikap seseorang adalah mencoba
untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari
sangat positif hingga sangat negatif terhadap suatu obyek sikap. Dalam
penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon
dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap.
Dalam penskalaan Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan
respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek
sikap. Sikap petani terhadap subsidi benih dibagi menjadi 5 kategori, yaitu
sangat setuju/ sangat positif, setuju/ positif, tidak tahu/ ragu-ragu, tidak
setuju/ negatif, sangat tidak setuju/ sangat negatif.
Variabel pembentuk sikap meliputi tingkat pengalaman petani, tingkat
pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, tingkat keterpaan media
massa dan tingkat pengaruh kebudayaan. Pengkategorian faktor pembentuk
sikap maupun sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menggunakan rumus median score, yaitu dengan menentukan nilai tengah
dari data yang sudah diurutkan.
Untuk menguji derajat hubungan faktor pembentuk sikap dengan sikap
petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang di Kecamatan
Karanganyar digunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel, 1997):
NN
dir i
s --=å=31
261
Keterangan : rs = koefisien korelasi rang spearman
N = jumlah sampel petani
di = Selisih ranking antar variabel
Untuk menguji tingkat signifikansi hubungan digunakan uji t karena
sampel yang diambil lebih dari 10 (N>10) dengan tingkat kepercayaan 95%
dengan rumus (Siegel, 1997) :
t = rs 2)(12
rsN--
Kesimpulan :
1. Jika t hitung ³ t tabel (a = 0,05) maka Ho ditolak, berarti ada hubungan
signifikan antara tingkat pengalaman petani, tingkat pendidikan formal,
tingkat pendidikan non formal, tingkat keterpaan media massa dan tingkat
pengaruh kebudayaan dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi
varietas ciherang pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar.
2. Jika t hitung < t tabel (a = 0,05) maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan
yang signifikan tingkat pengalaman petani, tingkat pendidikan formal,
tingkat pendidikan non formal, tingkat keterpaan media massa yang
dimanfaatkan, frekuensi media massa dan tingkat pengaruh kebudayaan
dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN di Kecamatan Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis dan Topografi
Secara astronomis Kecamatan Karanganyar terletak pada 70 28’ - 70
46’ Lintang Selatan, dan 1100 40’ sampai 1100 70’ Bujur Timur dengan
ketinggian wilayah 320 meter dari permukaan laut, serta beriklim tropis
dengan suhu rata-rata 35º-50°C dengan banyak curah hujan sebesar 1.335
mm/tahun. Secara administratif Kecamatan Karanganyar termasuk salah
satu kecamatan yang berada di Kabupaten Karanganyar. Adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Mojogedang
Sebelah Timur : Kecamatan Karangpandan dan Kecamatan Matesih
Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Jumantono
Sebelah Barat : Kecamatan Tasikmadu dan Kecamatan Jaten
Jarak Kecamatan Karanganyar dari ibukota kabupaten berjarak satu
kilometer ke arah timur. Kecamatan Karanganyar terdiri dari 12 kelurahan
yaitu: Lalung, Bolong, Jantiharjo, Tegalgede, Jungke, Cangakan,
Karanganyar, Bejen, Popongan, Gayamdompo, Delingan dan Gedong
2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan
Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah 4.302.638,20 hektar
yang terdiri dari luas tanah sawah 7.784,90 hektar dan luas tanah kering
2.585,74 hektar. Adapun pembagian luas wilayah Kecamatan Karanganyar
disajikan dalam Tabel 4.1.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Karanganyar No. Jenis Tanah Luas (ha) Prosentase (%) 1. Tanah Sawah
a. Irigasi teknis b. Irigasi setengah teknis c. Irigasi sederhana d. Tadah hujan
2.126,58 1.342,99
618,41 119,33 45,85
27,02 17,06 7,86 1,51 0,58
2. Tanah Kering a. Pekarangan b. Perkebunan c. Hutan d. Lain-lain
5.743,11 5.117,24
122,00 117,00 386,87
72,98 65,02 1,56 1,49 4,92
Jumlah 7.869,69 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.1, tata guna lahan sebagian besar digunakan
untuk tanah kering sebesar 5.743,11 Ha (72,98%). Penggunaan lahan
terbesar pada pekarangan yaitu sebesar 5.117,24 Ha (65,02%). Sedangkan
untuk sawah irigasi hanya sebesar 2.126,58 Ha (27,02%), yang sebagian
besar digunakan untuk sawah irigasi teknis seluas 1.342,99 Ha (17,06%).
B. Keadaan Penduduk
Kecamatan Karanganyar berpenduduk 76.626 jiwa yang dapat dibedakan
menurut jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, dan mata
pencaharian.
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Keadaan penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk
mengetahui besarnya sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk
laki-kaki dan perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Karanganyar
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Total 0-4 5-9
10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 +75
3146 3317 3515 3667 3469 3207 2978 2708 2442 2134 1757 1435 1301 1118 924 860
3060 3265 3501 3649 3454 3214 2987 2732 2462 2149 1810 1555 1378 1231 1088 1053
6206 6581 7015 7317 6923 6421 5965 5440 4904 4283 3567 3050 2678 2349 1989 1936
Jumlah 38038 38588 76626
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.2, maka dapat dihitung sex ratio. Sex ratio adalah
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan. Adapun perhitungan sex ratio adalah sebagai berikut :
57,98100588.38038.38
100 ==-
= xxuanudukPerempJumlahPendlakiudukLakiJumlahPend
SexRatio
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui besarnya sex ratio sebesar
98,57. Artinya dalam setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 98
orang penduduk laki-laki. Apabila angka SR (Sex Ratio) di bawah 100,
maka dapat menimbulkan berbagai masalah, dimana berarti di wilayah
tersebut kekurangan penduduk laki-laki, sehingga berakibat terjadinya
kekurangan tenaga kerja laki-laki untuk melaksanakan pembangunan. Akan
tetapi, angka SR (Sex Ratio) di atas tidak terlalu jauh dari 100 sehingga
dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk laki-laki tidak selisih jauh dengan
penduduk perempuan, sehingga tidak akan berdampak terhadap pelaksanaan
pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui
besarnya penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif dalam
kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Tabel 4.2 dapat digunakan untuk
menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT) di Kecamatan Karanganyar.
Jumlah penduduk usia non produktif adalah 26.076 jiwa dilihat dari usia 0-
14 tahun dan diatas 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif sebesar
50.548 jiwa dilihat dari usia 15-64 tahun. Angka Beban Tanggungan (ABT)
penduduk Kecamatan Karanganyar dapat diketahui melalui rumus berikut
ini :
ABT = 100Xproduktifusiapenduduk
produktifnonusiapenduduk
SS
ABT = 100 50.548
076.26X
ABT = 51,58
Berdasarkan perhitungan Angka Beban Tanggungan (ABT) pada
Tabel 4.2, dapat diketahui besarnya Angka Beban Tanggungan yaitu sebesar
51,58. Artinya dalam setiap 100 penduduk usia produktif menanggung 51
penduduk usia non produktif. Semakin besar rasio antara jumlah kelompok
non produktif dan jumlah kelompok produktif berarti semakin besar beban
tanggungan bagi kelompok yang produktif. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap proses pembangunan perekonomian yang sedang dijalankan pada
suatu daerah.
3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kualitas
penduduk di wilayah tersebut dan dapat dijadikan indikator pertumbuhan
pembangunan suatu wilayah. Karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk yang berpendidikan tinggi diharapkan dapat menjadi pendorong
pembangunan daerah setempat. Orang yang berpendidikan cenderung
berpikir lebih rasional dan umumnya cenderung menerima adanya
pembaharuan. Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mudah mengadopsi suatu inovasi baru sehingga akan memperlancar proses
pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
rendah akan sulit untuk mengadopsi suatu inovasi baru. Keadaan penduduk
Kecamatan Karanganyar menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
Prosentase (%)
1 Belum Sekolah 9.159 24,43 2 Tidak Tamat Sekolah Dasar 2.703 7,21 3 Tamat SD/sederajat 9.521 25,40 4 Tamat SLTP/sederajat 7.237 19,31 5 6 7
Tamat SLTA/sederajat Tamat Akademi/sederajat Tamat Perguruan Tinggi/sederajat
5.438 1.709 1.717
14,51 4,56 4,58
Jumlah 37.484 100
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penduduk Kecamatan
Karanganyar sebagian besar 25,40 persen berpendidikan tamat SD,
sedangkan yang lain berturut-turut adalah belum sekolah sebesar 24,43
persen, tamat SLTP sebesar 19,31 persen, tamat SLTA sebesar 14,51
persen, tidak tamat SD sebesar 7,21 persen, tamat perguruan tinggi sebesar
4,58 persen dan tamat akademi sebesar 4,56 persen. Hal ini dapat dikatakan
bahwa tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Karanganyar tergolong
rendah, karena kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan.
Tingginya jumlah penduduk yang hanya tamat SD umumnya terjadi karena
ketidakmampuan dari segi biaya untuk melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan. Dalam bidang pertanian, tingkat pendidikan penduduk yang
tergolong rendah akan berdampak pada sikapnya dalam menerima inovasi
pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah menunjukkan struktur
perekonomian yang ada pada suatu wilayah tersebut. Mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar bersifat
heterogen. Adapun keadaan penduduk menurut mata pecaharian Kecamatan
Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Kecamatan Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)
Prosentase (%)
1. Petani 14.074 24,64 2. Buruh tani 7.351 12,87 3. Pengrajin/industri kecil/jasa 608 1,06 4. Karyawan swasta 13.033 22,82 5. Pertukangan 2.064 3,62 6. Pedagang/wiraswasta 5.905 10,34 7. Pengangkutan 383 0,67 8. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2.461 4,31 9. ABRI 550 0,96 10. Pensiunan (ABRI/PNS) 973 1,70 11. Peternak 6.681 11,59 12. Nelayan/lainnya 3.094 5,42
Jumlah 57.114 100,00
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
penduduk Kecamatan Karanganyar bekerja pada sektor pertanian, baik
sebagai petani sebesar 24,64 persen maupun buruh tani sebesar 12,87. Jenis
pekerjaan lain memiliki prosentase yang lebih kecil adalah peternak 11,59
persen, pertukangan 3,62 persen, dan pengrajin/industri kecil/jasa sebesar
1,06 persen. Berdasarkan persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mata pencaharian sebagai petani atau buruh tani di Kecamatan Karanganyar
masih banyak ditekuni oleh penduduk. Hal ini didukung karena di
Kecamatan Karanganyar memiliki lahan pertanian yang cukup luas dengan
keadaan tanah dan irigasi yang mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi masyarakat untuk
menggantungkan hidupnya dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan
Salah satu sektor utama dalam pembangunan di pedesaan adalah sektor
pertanian karena sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian
sebagai petani. Selain itu pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk
menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada
pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah
lainnya. Kegiatan pertanian mempunyai peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Kondisi pertanian yang baik harus didukung dengan
ketersediaan lahan pertanian yang cukup, inovasi atau teknologi yang tepat
guna dan sumber daya manusia yang handal. Kecamatan Karanganyar
memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian karena kondisi alam yang
mendukung.
1. Komoditas Utama
Tanah di Kecamatan Karanganyar merupakan dataran rendah yang
berpotensi untuk pertanian khususnya tanaman pangan. Prioritas komoditas
yang dibudidayakan di suatu daerah akan berbeda dengan daerah lain yang
dipengaruhi oleh perbedaan struktur dan jenis tanah, iklim maupun
ketinggian tempat. Data mengenai luas panen dan produksi tanaman pangan
yang diusahakan di Kecamatan Karanganyar dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No. Tanaman Luas Panen (ha) Rata-Rata Produksi (Ton)
1. Padi 680 5,5 2. Jagung 168 4,5 3. Kacang tanah 584 2,1 4. Sayuran 6 3,5 5. Buah-buahan 175 9
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui komoditas pertanian yang
terdapat di Kecamatan Karanganyar adalah padi, jagung, kacang tanah,
sayuran dan buah-buahan. Padi merupakan komoditas pertanian yang paling
banyak ditanam oleh petani yaitu pada lahan seluas 680 ha dengan rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
produksi sebesar 5,5 ton. Komoditas paling banyak kedua yang ditanam
oleh petani yaitu kacang tanah pada lahan seluas 584 ha dengan rata-rata
produksi 2,1 ton. Komoditas paling banyak ketiga yang ditanam oleh petani
yaitu buah-buahan pada lahan seluas 175 ha dengan rata-rata produksi 9
ton. Luas usahatani akan mempengaruhi besarnya jumlah produksi suatu
komoditas tanaman, dimana semakin luas lahan maka jumlah produksi akan
semakin besar.
2. Peternakan
Disamping produksi pertanian, Kecamatan Karanganyar juga memiliki
hasil ternak yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Tabel 4.6 adalah
data mengenai kepemilikan hewan ternak yang terdapat di Kecamatan
Karanganyar.
Tabel 4.6. Jumlah Hewan Ternak di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No. Hewan Ternak Jumlah (ekor) 1. Sapi perah 180 2. Sapi biasa 2.230 3. Kerbau 26 4. Kambing 5.010 5. Kuda, Babi 310 6. Ayam 37.360 7. Itik 4.968 8. Ayam Ras 40.639
Sumber: Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Jumlah hewan ternak berdasarkan Tabel 4.6 yang terdapat di
Kecamatan Karanganyar cukup banyak dan beragam. Jumlah ternak terbesar
di Kecamatan Karanganyar adalah ternak ayam ras sebesar 40.639 ekor,
yang selanjutnya berturut-turut adalah ayam 37.360 ekor; kambing 5.010
ekor; itik 4.968 ekor; sapi biasa 2.230 ekor; kuda, babi 310 ekor, sapi perah
180 ekor dan kerbau sebanyak 26 ekor. Kegiatan peternakan dapat
membantu menambah penghasilan keluarga, dan banyaknya hewan ternak
yang terdapat di Kecamatan Karanganyar dapat dimanfaatkan kotorannya
sebagai pupuk kandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Keberadaan sarana perekonomian merupakan suatu hal yang
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan perekonomian penduduk pada suatu
wilayah tertentu. Sarana perekonomian yang terdapat dalam suatu wilayah
akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Berikut adalah gambaran
sarana perekonomian di Kecamatan Karanganyar:
Tabel 4.7 Keadaan Lembaga Perekonomian di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010.
No. Jenis Lembaga Jumlah (unit) 1. Koperasi
a. Koperasi Simpan Pinjam b. Koperasi Unit Desa (KUD) c. BKK d. BPKD e. Koperasi Produksi f. Koperasi Lainnya
90 1 1 1 3
39 2. Pasar Selapan/Umum
a. Umum b. Hewan
5 1
3. Pasar Tanpa Bangunan Semi Permanen 5 4. Toko/Kios/Warung 980 5. Bank 13 6. Lumbung Desa 12 7. Stasiun Bus 1 8. Telepon Umum 5
Jumlah 1.157
Sumber : Data Monografi Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang
terdapat di Kecamatan Karanganyar cukup lengkap mulai dari pasar hingga
terdapatnya stasiun bus. Sarana perekonomian yang terbanyak adalah
toko/kios/warung sebanyak 980 unit yang tersebar setiap Kelurahan di
Kecamatan Karanganyar. Kecamatan Karanganyar mempunyai koperasi yang
terdiri dari koperasi simpan pinjam 90 unit, koperasi unit desa (KUD) 1 unit,
BKK 1 unit, BPKD 1 unit, koperasi produksi 3 unit dan koperasi lainnya 19
unit. Selain koperasi, Kecamatan Karanganyar terdapat 11 pasar, terdiri dari
pasar umum sebanyak 5 unit, pasar hewan sebanyak 1 unit dan pasar tanpa
bangunan semi permanen sebanyak 5 unit. Untuk memudahkan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menabung, kecamatan Karanganyar memiliki 13 unit bank. Selain itu terdapat
12 unit lumbung desa, 5 unit telepon umum dan 1 unit stasiun bus.
Lembaga perekonomian di Kecamatan Karanganyar dapat dikatakan
cukup berkembang mengingat ini adalah sebuah kecamatan pada pusat kota.
Hal ini ditunjang dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pendidikan
yang cukup tinggi, sehingga menunjang kegiatan perekonomian di daerah
tersebut. Penduduk setempat juga lebih dimudahkan karena hanya perlu
menempuh jarak yang cukup dekat untuk memenuhi kebutuhan perekonomian.
E. Kondisi Umum Pelaksanaan Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Subsidi benih padi varietas ciherang merupakan suatu kegiatan yang
dicanangkan oleh pemerintah melalui program Peningkatan Produksi Beras
Nasional (P2BN) yang dilaksanakan pada tahun 2011. Program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) dimaksudkan untuk mendukung ketahanan
pangan agar terjadi surplus beras nasional. Kegiatan ini juga dilatarbelakangi
oleh factor-faktor yang terjadi yang menghambat kegiatan produksi beras,
diantaranya terjadinya penurunan luas areal tanam dan luas areal panen akibat
konversi lahan sawah produktif, serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT), semakin terbatasnya sumberdaya air serta perubahan iklim (dampak
fenomena iklim) yang sulit diprediksi.
Gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang bertujuan
untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan pengadaan benih tahan
hama yang dapat meningkatkan hasil dan pendapatan petani. Dengan
berlangsungnya program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang
dicanangkan pemerintah sangat membantu kebutuhan petani akan benih padi
yang berkualitas. Maka, Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) Departemen
Pertanian mengeluarkan varietas unggul baru yaitu varietas ciherang yang
ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan lebih mampu tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Padi varietas ciherang memiliki
keunggulan dalam hal umur tanam yang pendek, hasil produksi yang tinggi
(dengan perlakuan sama), anakan produktif yang banyak, lebih tahan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
hama dan penyakit, cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau, serta rasa
nasi yang enak.
Kecamatan Karanganyar sendiri memperoleh pasokan benih padi varietas
ciherang dengan ketentuan 600 hektar lahan pertanian yang dibagi menjadi 21
kelompok tani. Masing-masing kelompok tani memperoleh jatah 25 hektar,
dimana satu hektar lahan memperoleh 25 kilogram benih ciherang. Untuk
pelaksanaan subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN di
Kecamatan Karanganyar diawali dari pengajuan pihak kabupaten/kota dengan
mengusulkan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) yang dikuatkan oleh SK
Kepala Dinas Pertanian pada Pemprov Jateng. Selanjutnya, Pemprov Jateng
memverifikasi CPCL tersebut hingga merekomendasikan CPCL yang akan
menjadi target penerima subsidi benih yang juga dikuatkan melalui SK Kepala
Dinas Pertanian setempat. Data CPCL selanjutnya diberikan pada PT Sang
Hyang Sri (SHS) dan tembusannya diberikan pada Dirjen Tanaman Pangan
Kementan. SHS adalah perusahaan yang mendapatkan jatah untuk pengadaan
dari berbagai jenis bibit, seperti padi non hibrida, padi lahan kering, padi
hibrida, jagung hibrida, dan kedelai. Setelah itu, SHS yang akan berkoordinasi
dengan Dinas Pertanian kabupaten/kota untuk penyaluran benih yang telah
ditetapkan besar luasan lahan yang akan mendapatkan bantuan sesuai CPCL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sosialisasi sosialisasi sosialisasi&desiminasi
Rembuk
Gambar 3. Mekanisme Penetapan CPCL Penerima Subsidi Benih
Dinas Propinsi
Dinas Kab/Kota
Kelompok Tani
Petani
Verifikasi & Persetujuan CPCL
Verifikasi & CPCL Secara Resmi
DITJENTAN Perjanjian dengan
PT SHS
Penyaluran Benih Sesuai CPCL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Identitas responden digunakan untuk mengetahui keadaan responden.
Dalam penelitian kali ini identitas responden terdiri dari jenis kelamin, umur,
dan status petani dalam penguasaan lahan.
Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Karakteristik Individu Responden Penelitian
No Karakteristik Responden Jumlah (orang) Prosentase (%) 1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
50 0
100 0
2. Umur Responden (th) a. 33-42 tahun b. 43-52 tahun c. ≥53 tahun
11 24 15
22 48 30
3. Status petani a. Pemilik dan penggarap b. Penggarap c. Penyewa
27 12 11
54 24 22
4. Luas Lahan (Ha) a. <0,5 b. 0,5-1,0 c. >1,0
19 26 5
38 52 10
5. Jumlah Benih (Kg) a. ≤10 b. 11-20 c. >20
13 32 5
26 64 10
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
1. Jenis Kelamin
Dalam Tabel 5.1 menunjukkan bahwa semua responden dalam
penelitian ini adalah laki-laki dengan prosentase 100 persen. Hal ini
dikarenakan peserta penerima subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN ditujukan pada kelompok tani yang beranggotakan laki-
laki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak berperan dalam setiap kegiatan usahatani
dibandingkan dengan responden perempuan. Hal ini juga menunjukkan
bahwa dalam kegiatan usahatani kaum laki-laki selalu yang diandalkan
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dalam pengambil segala keputusan pada kegiatan usahatani di Kecamatan
Karanganyar.
2. Umur Responden
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden
dengan kelompok usia 43-52 tahun lebih besar daripada kelompok lainya
yaitu sebesar 24 responden dengan prosentase 48 persen. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kelompok usia 43-52 tahun lebih mendominasi atau
hampir dari setengah dari jumlah sampel, dan termasuk dalam usia yang
produktif. Menurut De Cecco (1968) dalam Mardikanto (1996), umur akan
berpengaruh kepada tingkat kematangan seseorang (baik kematangan fisik
maupun emosional) yang sangat menentukan kesiapannya untuk belajar.
Umur akan mempengaruhi seseorang untuk merespon sesuatu yang baru
meskipun belum memiliki pengalaman. Kelompok responden produktif
masih aktif dalam kegiatan usahatani dibandingkan dengan kelompok usia
non produktif. Petani usia non produktif yang masih aktif dalam kegiatan
usahatani karena hal ini merupakan suatu rutinitas meskipun tenaga dan
semangatnya telah berkurang. Kegiatan yang dilakukan oleh petani usia
non produktif biasanya yang lebih ringan dan tidak membutuhkan tenaga
ekstra seperti memeriksa saluran irigasi, mengirim makan, dan lain-lain.
3. Status Petani
Status kepemilikan lahan dibedakan menjadi tiga yaitu pemilik
sekaligus penggarap, penggarap dan penyewa. Untuk status kepemilikan
terbesar yaitu pemilik sekaligus penggarap sebesar 27 orang dengan
prosentase 54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani masih memiliki
kemampuan untuk mengolah lahan pertaniannya sendiri, ini juga akan
menguntungkan pemilik karena hasil yang diterima nantinya juga akan
dimiliki sendiri. Sedangkan untuk penggarap sebesar 24 persen disusul
penyewa sebesar 22 persen. Dapat diketahui bahwa penyewa adalah petani
yang tidak memiliki lahan pertanian dan memiliki modal akan menyewa
dan menggarap tanah milik orang lain. Sedangkan untuk petani yang tidak
memiliki lahan dan tidak memiliki modal yang besar akan menggarap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tanah milik orang lain dengan sistem bagi hasil yang dibagi dengan
pemilik tanah sesuai perjanjian sebelumnya yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak.
4. Luas Lahan
Luas lahan merupakan salah satu syarat CPCL (Calon Petani Calon
Lokasi) yang dimiliki petani. Luas lahan yang dimaksud adalah seberapa
luas lahan yang dimiliki dan digarap petani dalam kegiatan usahataninya.
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui luas kepemilikan lahan responden
yang terbesar adalah antara 0,5-1,0 hektar dengan prosentase 52 persen.
Kemudian disusul luas kepemilikan lahan <0,5 hektar dengan presentase
38 persen, sedangkan untuk luas lahan diatas 1 hektar dimiliki oleh 5
responden atau 10 persen. Berdasarkan CPCL, maka luas lahan yang
digarap oleh petani dapat mempengaruhi jumlah benih yang akan diterima.
Semakin luas lahan yang dimiliki maka akan semakin banyak pula jumlah
benih yang diterima.
5. Jumlah Benih
Jumlah benih merupakan kebutuhan benih ciherang bersubsidi yang
diterima oleh petani berdasarkan CPCL yang telah disepakati sebelumnya.
Banyaknya benih ciherang bersubsidi yang akan diterima petani
tergantung atau ditentukan berdasarkan luas lahan yang dimiliki atau yang
sedang digarap untuk kegiatan usahataninya. Dari Tabel 5.1, 32 responden
menerima benih sebesar antara 11-20 kilogram dengan prosentase sebesar
64 persen, 13 responden menerima benih dibawah 10 kilogram yaitu
dengan presentase 26 persen, sedangkan sisanya benih yang diterima
melebihi 20 kilogram atau 10 persen.
B. Faktor-faktor Pembentuk Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Faktor pembentuk sikap yaitu faktor yang diduga mampu
mempengaruhi pola perilaku petani sehingga dapat membentuk sikap
terhadap subsidi benih. Faktor pembentuk sikap dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa variabel yang diduga dapat mempengaruhi pembentukan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
petani terhadap subsidi benih. Agar distribusi dari faktor pembentuk sikap
petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada Program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dapat dikategorikan, maka
digunakan median score untuk mengukur kategori, yaitu dengan menentukan
nilai tengah dari data yang sudah diurutkan.
1. Pengalaman Usahatani
Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan di luar bangku
sekolah dan diperoleh dari suatu peristiwa-peristiwa yang dialami atau
keterangan yang bersumber dari petani lain, tetangga dan penyuluh. Selain
umur dan tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani sangat menentukan
langkah-langkah keputusan kearah yang lebih baik sehubungan dengan
usahanya. Seorang petani akan merubah sikapnya dalam bertindak
tergantung dari pengalaman yang diperoleh pada masa lalu. Mardikanto
(1996), menyatakan bahwa pengalaman yang dimiliki seseorang akan
mempengaruhi semangatnya untuk belajar. Contohnya petani yang pernah
gagal dalam mengadopsi inovasi, akan sulit untuk mengadopsi inovasi
yang lain.
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman berusahatani
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situsasi
yang melibatkan emosi, penghayatan pengalaman akan lebih mendalam
dan lebih lama berbekas. Pengalaman berusahatani responden dilihat dari
lamanya petani berusahatani dan disajikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengalaman Berusahatani
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi(> 35 th) Tinggi(26-35 th) Sedang(16-25 th) Rendah(5-15 th) Sangat Rendah(< 5 th)
5 4 3 2 1
1 14 23 11 1
2 28 46 22 2
3
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Berdasar Tabel 5.2 dapat diketahui tingkat pengalaman berusahatani
masuk dalam kategori sedang (16-25 tahun) dengan prosentase 46 persen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dan nilai median 3. Pengalaman usahatani responden diukur dari seberapa
lama responden bekerja di sektor pertanian dengan satuan tahun. Maka
dapat diketahui, dilihat dari pengalaman berusahatani sebagian besar
responden dapat dikatakan masuk dalam usia produktif. Dimana di dalam
usia produktif dan dengan pengalaman yang cukup akan mempengaruhi
sikapnya dalam menerima inovasi. Begitu pula dengan kegiatan subsidi
benih, petani sudah mengetahui kegiatan subsidi benih padi varietas
ciherang pada Program P2BN sehingga mereka cukup mendukung dan
menerima kegiatan tersebut.
Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman
berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh para
petani, petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-
hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Semakin banyak
pengalaman yang diperoleh petani, diharapkan produktivitas petani akan
semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin
baik (Hasan, 2000).
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan
yang pernah ditempuh oleh petani di bangku sekolah. Pendidikan dinilai
sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi. Tingkat
pendidikan akan sangat menentukan tingkat pemahaman, ketrampilan
berkomunikasi serta sikap petani terhadap suatu inovasi yang diterapkan.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal.
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi(D1-S1 sederajat) Tinggi(SMA/tamat SMA) Sedang(SMP/tamat SMP) Rendah(SD/tamat SD) Sangat rendah(Tidak Sekolah)
5 4 3 2 1
4 15 16 12 3
8 30 32 24 6
3
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dari Tabel 5.3, tingkat pendidikan responden tergolong dalam
kategori sedang (SMP/Tamat SMP) sebesar 32 persen dengan nilai median
3. Pendidikan fomal dapat mempengaruhi petani dalam mengadopsi
teknologi dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan responden di
Kecamatan Karanganyar masuk dalam kategori sedang atau dapat
dikatakan sebagian besar responden hanya menempuh pendidikan di
bangku sekolah sampai SMP. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran
petani akan pentingnya pendidikan formal di sekolah, sehingga mereka
cenderung merasa tidak perlu meneruskan pendidikannya ke taraf
selanjutnya. Pendidikan formal dirasakan petani tidak dapat mendukung
kegiatan usahataninya, karena petani lebih percaya kepada pengalaman
dan kemampuan mereka dalam mengelola usahataninya.
3. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal dalam penelitian ini adalah pendidikan yang
diperoleh petani di luar pendidikan formal. Pendidikan non formal di sini
dimaksudkan pendidikan yang sasaran utamanya adalah orang dewasa
(baik dewasa dalam arti biologis maupun psikologis), memiliki program
yang terencana, dapat dilakukan dimana saja, tidak terikat waktu serta
disesuaikan dengan kebutuhan sasaran peserta didik. Semakin sering
petani mengikuti kegiatan penyuluhan di bidang pertanian, maka informasi
yang diperoleh akan semakin banyak. Hal ini juga akan berpengaruh
terhadap kegiatan pengelolaan usaha taninya.
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat sering Sering Kadang-kadang Pernah Tidak pernah
5 4 3 2 1
3 16 9 7 15
6 32 18 14 20
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Berdasar Tabel 5.4 diketahui pendidikan non formal responden
tergolong dalam kategori sering dengan prosentase 32 persen dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
median 4. Penyuluhan dilakukan setiap bulan sekali dengan waktu dan
tempat disesuaikan dengan kebutuhan petani. Sehingga petani tidak mau
melewatkan kesempatan untuk mengikuti penyuluhan yang diadakan 4
kali dalam 1 musim tanam. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan
non formal yang diperoleh di luar bangku sekolah, yang dapat memberikan
penerangan atau informasi tetapi berupaya untuk merubah perilaku
sasaranya.
Penyuluhan yang dilaksanakan di Kecamatan Karanganyar
umumnya sudah berjalan dengan baik. Petani antusias dalam mengikuti
kegiatan penyuluhan tersebut karena dirasa sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan dan informasi mengenai pertanian yang dapat
berguna untuk meningkatkan kegiatan usahataninya. Hanya saja dalam
penyampaian materi penyuluhan yang dilaksanakan masih kurang, karena
diketahui dalam penyampaian dan sosialisasi program P2BN dilakukan
secara bersamaan dengan kegiatan penyuluhan. Sehingga hal ini
menyebabkan terpecahnya konsentrasi para petani tentang materi
penyuluhan yang telah disampaikan.
4. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran,
ajakan, bujukan dari orang yang dianggap penting seperti pengaruh dari
PPL, ketua kelompok tani, aparat desa, petani di luar kelompok tani yang
mempengaruhi pembentukan sikap yang berkaitan dengan penerimaan
subsidi benih padi varietas ciherang.
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
5 4 3 2 1
- 34 15 1 -
- 68 30 2 -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Dari Tabel 5.5, tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting
masuk dalam kategori tinggi dengan prosentase 68 persen dan dengan nilai
median 4. Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting disini
diukur dengan kategori jumlah orang berpengaruh yang mendukung
pengambilan keputusan dan frekuensi pertemuan dengan tokoh panutan.
Orang lain yang dianggap penting dapat berupa PPL, ketua kelompok tani,
petani lain, maupun keluarga. Disamping itu, terdapat pula saran, ajakan
maupun nasehat dari orang-orang yang dianggap penting dimana hal ini
juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan menbentuk
sikap. Azwar (1998) menyatakan bahwa pada umumnya, individu
cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut. Pada umumnya petani mau
mengikuti saran dan ajakan dari orang-orang yang dianggap penting
karena lebih dapat dipercaya sehingga hal ini dapat mempengaruhi
pembentukan sikap terhadap subsidi benih padi varietas ciherang untuk
meningkatkan produksi, pendapatan dan nilai tambah.
5. Keterpaan Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi yang dipergunakan untuk
memberikan informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan
khususnya tentang pertanian. Media massa yang digunakan baik berupa
media cetak maupun elektronik media cetak. Media massa yang ada
diantaranya radio, televisi, koran, majalah dan internet. Media massa
tersebut dilihat dari jumlah media massa yang dimanfaatkan responden
dan frekuensi menyimak media massa, hal ini akan berpengaruh terhadap
petani dalam mengambil sikap terhadap sebuah inovasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Keterpaan Media Massa
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
5 4 3 2 1
- 15 35 - -
- 30 70 - -
3
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 5.6, tingkat keterpaan responden terhadap media
massa termasuk dalam kategori sedang dengan nilai median 3 dan
prosentase 70 persen. Rata-rata responden mengakses media massa yang
sudah tersedia seperti televisi, radio dan brosur atau majalah dengan
frekuensi yang dapat dikatakan sering. Tetapi untuk informasi mengenai
pertanian dan untuk subsidi benih secara khusus jarang diperoleh dari
mengakses media massa.
Acara televisi yang biasa di lihat responden seputar pertanian,
biasanya responden melihat acara “mbangun desa” yang disiarakan oleh
stasiun televisi nasional (TVRI) setiap satu minggu sekali, selain itu juga
terdapat liputan singkat seputar pertanian di televisi swasta tetapi
waktunya tidak menentu (kadang-kadang). Radio yang biasa di dengarkan
responden seputar pertanian adalah Radio Siaran Pemerintah Daerah
(SWIBA), biasanya disiarkan sore hari setiap satu minggu sekali. Majalah
yang biasa diakses responden adalah majalah sinartani, responden
mendapatkan majalah sinartani pada saat penyuluhan yang dibagikan oleh
penyuluh kepada petani secara gratis. Kandungan isi materi dari media
massa yang diakses respoonden dinilai bermanfaat, karena media massa
mampu menumbuhkan aspirasi dan memperluas pengetahuan.
6. Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan merupakan suatu pola perilaku yang dilakukan secara
terus-menerus dan turun-temurun oleh masyarakat baik individu-individu
ataupun kelompok dalam suatu wilayah. Kebudayaan dimana kita hidup
dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan corak
pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok
masyarakat asuhannya (Azwar, 1998).
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengaruh Kebudayaan
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
5 4 3 2 1
- 46
4 - -
- 92 8 - -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 5.7, tingkat pengaruh kebudayaan responden
tergolong dalam kategori tinggi dengan nilai median 4 dan prosentase
mencapai 92 persen. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden
masih sering melaksanakan budaya setempat. Diantaranya, mengadakan
tirakat (kondangan) setelah menanam padi dan mengadakan bersih desa
setelah panen. Terdapat pula gotong-royong dan kerukunan yang masih
dilaksanakan oleh responden yang umumnya tinggal di daerah pedesaan
dan padat penduduk. Tingkat pengaruh kebudayaan yang tergolong tinggi
juga dipengaruhi oleh masih terpeliharanya norma dan nilai-nilai sosial
yang masih dipertahankan, misalnya dalam kegiatan subsidi benih padi
yang tengah dilaksanakan diterima masyarakat dengan sangat baik karena
kebiasaan yang ada mendorong mereka untuk selalu bersikap menghargai.
Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan sosial mereka sehingga akan
menimbulkan perilaku yang sama.
Mardikanto (2009) menyebutkan kebudayaan tidak hanya mencakup
kepercayaan, kebiasaan, dan moral tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-
pikiran, kemampuan, adat-istiadat, tata nilai, motivasi maupun kesenian-
kesenian yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan kebudayaan juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mempengaruhi sikap seseorang dalam perbuatan yang sesuai dengan
norma atau aturan yang berlaku.
C. Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program
P2BN dalam penelitian ini menggunakan penskalaan Likert. Dalam penskalaan
Likert kuantifikasi dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk
pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang obyek sikap. Sikap petani
terhadap subsidi benih dibagi menjadi 5 kategori, yaitu sangat setuju/ sangat
positif, setuju/ positif, tidak tahu/ ragu-ragu, tidak setuju/ negatif, sangat tidak
setuju/ sangat negatif. Agar distribusi dari sikap petani terhadap subsidi benih
dapat dikategorikan menjadi sangat setuju/ sangat positif, setuju/ positif, tidak
tahu/ ragu-ragu, tidak setuju/ negatif, sangat tidak setuju/ sangat negatif, maka
digunakan median score untuk mengukur kategori, yaitu dengan menentukan
nilai tengah dari data yang sudah diurutkan.
1. Sikap Petani terhadap Tujuan Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang
Sikap petani terhadap tujuan subsidi benih ciherang yaitu tujuan dari
pelaksanaan kegiatan subsidi benih varietas ciherang melalui program P2BN
yang diukur melalui indikator berupa pernyataan positif dan negatif, dimana
masing-masing pernyataan tersebut memiliki kriteria/ kategori mulai dari
sangat setuju/ sangat positif sampai sangat tidak setuju/ sangat negatif.
Tabel 5.8 Sikap Petani terhadap Tujuan Subsidi Benih
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
- 30 11 9 -
- 60 22 18 -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Suatu program yang baik didasarkan pada tujuan yang selalu merujuk
pada upaya perbaikan baik secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial
budaya. Tujuan merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diinginkan dan
perlu dilakukan untuk dapat memanfaatkan hasil. Pada Tabel 5.8 diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sikap petani terhadap tujuan subsidi benih padi varietas ciherang pada
program P2BN termasuk dalam kategori setuju dengan nilai median 4 dan
prosentase 60 persen. Hal ini menunjukkkan bahwa sebagian besar petani
mengetahui dan memahami tujuan kegiatan subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN, Tujuan kegiatan subsidi benih padi varietas
ciherang pada Program P2BN sendiri memiliki tujuan meningkatkan
produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani dengan upaya menggunakan
benih padi berkualitas.
Petani mengetahui mengenai tujuan subsidi benih padi ciherang pada
penyuluhan yang diadakan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang
diadakan setiap bulan sekali pada saat pertemuan rutin kelompok tani.
Tujuan program P2BN sendiri untuk meningkatkan kesadaran petani dalam
menggunakan benih padi yang berkualitas dan disamping itu program P2BN
juga bertujuan untuk merubah sikap petani dalam menggunakan benih padi
ciherang bersubsidi.
2. Sikap Petani terhadap Sasaran Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang
Sikap petani terhadap sasaran subsidi benih, merupakan strategi yang
digunakan unuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan
subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN. Sub variabel
tersebut diukur melalui indikator berupa pernyataan positif dan negatif,
dimana masing-masing pernyataan tersebut memiliki kriteria/ kategori mulai
dari sangat setuju/ sangat positif sampai sangat tidak setuju/ sangat negatif.
Tabel 5.9 Sikap Petani terhadap Sasaran
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
- 15 31 4 -
- 30 62 8 -
3
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Sasaran merupakan strategi yang digunakan unuk mewujudkan tujuan
yang ingin dicapai. Sasaran dari pelaksanaan subsidi benih ciherang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
program P2BN meliputi dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui
kegiatan produksi, pengelolaan benih ciherang, dengan pengembangan
SDM, jaringan kerja sama dan usaha yang berkelanjutan.
Dari Tabel 5.9, sikap petani terhadap sasaran subsidi benih ciherang
pada program P2BN termasuk dalam kategori ragu-ragu dengan median 3
dan prosentase 62 persen. Petani cenderung tidak mengetahui secara pasti
mengenai sasaran program P2BN dalam kegiatan produksi, pengelolaan dan
benih ciherang, karena semua kegiatan tersebut dilakukan oleh pemerintah
sehingga petani hanya bersedia menerima benih ciherang bersubsidi yang
disediakan untuk digunakan lebih lanjut.
3. Sikap Petani terhadap Pelaksanaan Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang
Sikap petani terhadap pelaksanaan subsidi benih terdiri dari empat
variabel diantaranya sosialisasi, penyusunan CPCL, distribusi, dan
penerimaan. Masing- masing sub variabel tersebut diukur melalui indikator
berupa pernyataan positf dan negatif, dimana masing-masing pernyataan
tersebut memiliki kriteria/ kategori mulai dari sangat setuju/ sangat positif
sampai sangat tidak setuju/ sangat negative.
Tabel 5.10 Sikap Petani terhadap Pelaksanaan
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
15 25 10 - -
30 50 20 - -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Dari Tabel 5.10 dapat diketahui sikap petani terhadap pelaksanaan
subsidi benih ciherang pada program P2BN termasuk dalam kategori setuju
dengan median 4 dan prosentase 50 persen. Sikap positif ini dikarenakan
sebagian petani yang menerima subsidi benih padi varietas ciherang
beranggapan dalam sosialisasi yang dilakukan oleh PPL dapat dimengerti
dan dapat berjalan dengan lancar, sedangkan untuk penyusunan CPCL
dilakukan secara terbuka dan melibatkan petani, dan untuk distribusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
penerimaan berjalan tertib sesuai dengan CPCL yang disusun sebelumnya.
Maka sikap ini sesuai dengan sikap yang diharapkan pemerintah untuk
mendukung setiap program yang diadakan khususnya pada program P2BN
sendiri yang berguna untuk membantu petani untuk memenuhi kebutuhan
petani akan benih padi yang berkualitas dalam upaya meningkatkan
produksi.
4. Sikap Petani terhadap Kualitas Benih Padi Varietas Ciherang Bersubsidi
Sikap petani terhadap kualitas dari benih padi ciherang bersubsidi
pada program P2BN. Sub variabel tersebut diukur melalui indikator berupa
pernyataan positf dan negatif, dimana masing-masing pernyataan tersebut
memiliki kriteria/ kategori mulai dari sangat setuju/ sangat positif sampai
sangat tidak setuju/ sangat negatif.
Tabel 5.11 Sikap Petani terhadap Kualitas Benih
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
- 1 23 26 -
- 2 46 52 -
2
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Kualitas penggunaan benih padi ciherang merupakan ukuran nilai
lebih atau kurang (baik buruknya padi ciherang) yang diperoleh petani saat
menggunakan padi ciherang. Tabel 5.11 menunjukkan sikap petani terhadap
kualitas benih ciherang bersubsidi termasuk dalam kategori tidak setuju atau
negative dengan prosentase 52 persen dan median 2. Sikap petani terhadap
kualitas benih padi ciherang bersubsidi dikatakan tidak setuju atau negatif,
karena benih setelah disemaikan tidak tumbuh. Meskipun varietas ciherang
dalam teori memiliki kelebihan dalam hal umur tanam yang pendek, hasil
produksi yang tinggi (dengan perlakuan sama), anakan produktif yang
banyak, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, cocok ditanam pada
musim hujan dan kemarau, serta rasa nasi yang enak (Suprihatno et al,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
2010), tapi pada kenyataanya benih ciherang bersubsidi yang diberikan
pemerintah tidak dapat meningkatkan pendapatan usahataninya.
5. Sikap Petani terhadap Manfaat dan Hasil Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang
Sikap petani terhadap manfaat dan hasil dari kegiatan subsidi benih
padi varietas ciherang pada program P2BN diukur melalui indikator berupa
pernyataan positf dan negatif, dimana masing-masing pernyataan tersebut
memiliki kriteria/ kategori mulai dari sangat setuju/ sangat positif sampai
sangat tidak setuju/ sangat negatif.
Tabel 5.12 Sikap Petani terhadap Manfaat dan Hasil
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
- 42 -
8 -
- 84 -
16 -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Hasil merupakan keadaan akhir dari program yang telah dicapai yang
dapat dirasakan atau dinikmati serta bermanfaat bagi petani. Sikap petani ini
akan menunjukkan apakah kegiatan subsidi benih padi ciherang pada
program P2BN yang telah dirasakan hasilnya oleh petani. Hasil dalam
penelitian ini diukur dari sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan
subsidi benih padi ciherang dalam menunjang peningkatan usahatani dan
penilaian petani terhadap hasil yang diperoleh.
Berdasarkan Tabel 5.12, diketahui sikap petani terhadap manfaat dan
hasil subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN termasuk
dalam kategori setuju atau positif dengan median 4 dan prosentase 84
persen. Sebagian besar petani berusaha memanfaatkan subsidi benih padi
ciherang, selalu aktif memanfaatkan sarana dan teknologi baru yang
dianjurkan oleh pemerintah meskipun petani belum merasakan hasil yang
dapat menunjang kegiatan usahataninya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
6. Sikap Petani terhadap Subsidi Benih padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Untuk mengetahui sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5. 13 Sikap petani terhadap Kegiatan Subsidi Benih Padi Ciherang
No Kategori Skor Jumlah Prosentase (%) Median 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
- 32 17 1 -
- 64 34 2 -
4
Jumlah 50 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Pada Tabel 5.13 diatas dapat diketahui sikap petani terhadap subsidi
benih padi varietas ciherang tergolong dalam kategori setuju atau positif
dengan prosentase 64 persen dan median 4. Sikap ini menunjukkan sikap
keterbukaan petani terhadap inovasi baru sekaligus mendukung program
P2BN. Sikap yang memang diharapkan pemerintah untuk dapat merubah
perilaku petani agar petani mau menerima inovasi dan teknologi yang
diberikan yang memang bertujuan untuk meningkatkan kegiatan
usahataninya.
D. Hubungan antara Faktor Pembentuk Sikap dengan Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang Pada Program P2BN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor
pembentuk sikap dengan sikap petani padi terhadap subsidi benih padi ciherang
pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.
Faktor-faktor pembentuk sikap yang diteliti adalah pengalaman berusahatani,
pendidikan formal, pendidikan non formal, pengaruh orang lain yang dianggap
penting, keterpaan media massa dan kebudayaan. Sedangkan sikap petani
terhadap subsidi benih padi ciherang diukur dengan lima parameter yaitu sikap
petani terhadap tujuan subsidi benih, sikap petani terhadap sasaran yang ingin
dicapai dari subsidi benih, sikap petani terhadap pelaksanaan terhadap kegiatan
subsidi benih, sikap petani terhadap kualitas benih padi ciherang bersubsidi,
dan sikap petani terhadap manfaat dan hasil yang diperoleh setelah menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
benih padi ciherang bersubsidi sekaligus melaksanakan program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN).
Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap, dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi ciherang
digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) dengan bantuan SPSS for windows
12. Untuk mengetahui tingkat signifikasi dengan membandingkan besarnya
nilai t hitung dengan t tabel menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).
Jika t hitung ≥ t tabel, berarti ada hubungan yang signifikan antara faktor-
faktor pembentuk sikap, dengan sikap petani terhadap subsidi benih padi
varietas ciherang pada program P2BN di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar. Hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut.
Tabel 5.14 Analisis Hubungan antara Faktor Pembentuk Sikap dengan Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang Pada Program P2BN
No X Tingkat Sikap Petani terhadap Subsidi Benih
Padi Ciherang Ket Y Total (rs) t hitung
1. X1 0,163 1,168 NS 2. X2 -0,209 -1,481 NS 3. X3 0,634** 5,680 SS 4. X4 0,456** 3,550 SS 5. X5 -0,043 -0,298 NS 6. X6 0,379** 2,837 SS
Sumber : Analisis Data Primer, 2011
Keterangan : X : Faktor pembentuk sikap
X1 : Pengalaman usahatani X2 : Pendidikan Formal X3 : Pendidikan non formal X4 : Pengaruh orang lain X5 : Keterpaan media massa X6 : Pengaruh kebudayaan Ytotal : Sikap Petani terhadap Subsidi Benih Padi Ciherang T tabel (α = 0,05) : 2,031 ** : Sangat Signifikan (α = 0,01) * : Signifikan (α = 0,05)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
1. Hubungan Antara Pengalaman Berusahatani dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Menurut Hasan (2000) menyatakan, pengalaman berusahatani
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menerima
suatu inovasi. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh petani,
diharapkan produktivitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam
mengusahan usahataninya akan semakin baik.
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa nilai rs 0163 dengan t
hitung sebesar 1,168 sedangkan t tabel 2,031, jadi t hitung < t tabel pada
tingkat kepercayaan 95% sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengalaman berusahatani responden
terhadap kegiatan subsidi benih padi ciherang pada program P2BN. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak sedikitnya pengalaman berusahatani tidak
berhubungan dengan sikap positif petani terhadap subsidi benih.
Hubungan antara pengalaman berusahatani dengan sikap petani terhadap
subsidi benih tidak signifikan dikarenakan sikap atau penilaian petani,
tidak dipengaruhi olah tingkat pengalaman berusahatani.
Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani tidak
dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani tetapi dipengaruhi oleh bukti
yang telah dilihat di lingkungan sekitar mereka tinggal. Petani cenderung
mengamati dan menilai manfaat dan hasil dari kegiatan subsidi benih padi
ciherang dan keuntungan yang diperoleh setelah mengikuti program
P2BN.
2. Hubungan Antara Pendidikan Formal dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang pernah ditempuh
oleh responden di bangku sekolah. Tingkat pendidikan yang ditempuh
seseorang akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara
berpikir. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem yang mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan lembaga pendidikan
meletakan dasar pengertian dan konsep moral dari individu (Azwar, 1998).
Sehingga semakin tinggi pendidikannya maka semakin baik sikapnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Berdasarkan Tabel 5.14, dapat diketahui nilai rs -0,209 dengan nilai t
hitung sebesar -1,481. Sedangkan untuk t tabel 2, 031 jadi t hitung < t tabel
pada tingkat kepercayaan 95% sehingga tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara pendidikan formal dengan sikap petani terhadap subsidi
benih. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal
yang ditempuh responden tidak berhubungan dengan sikap petani terhadap
subsidi benih. Hubungan yang tidak signifikan antara pendidikan formal
petani dengan subsidi benih padi varietas ciherang pada Program P2BN
disebabkan oleh pendidikan formal responden yang tergolong sedang
(SMP/lulus SMP) akan berdampak pada kemampuan dalam pemahaman,
ketrampilan berkomunikasi maupun sikap terhadap suatu inivasi baru yang
diterapkan.
3. Hubungan Antara Pendidikan Non Formal Petani dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapat di luar
bangku sekolah. Pendidikan non formal diukur dengan frekuensi petani
mengikuti kegiatan penyuluhan selama satu tahun. Penyuluhan di
Kecamatan Karanganyar biasanya dilaksanakan setiap bulan sekali.
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa nilai rs 0,634 dan
nilai t hitung sebesar 5,680 sedangkan t tabel 2,031, jadi t hitung > t tabel
pada tingkat kepercayaan 95%, sehingga terdapat korelasi positif yang
sangat signifikan antara pendidikan non formal dengan sikap petani
terhadap subsidi benih. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya
frekuensi pendidikan non formal yang diikuti responden berhubungan
dengan sikap positif petani terhadap subsidi benih, yaitu semakin tinggi
frekuensi mengikuti pendidikan non formal maka akan semakin positif
sikapnya terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program
P2BN.
Kondisi yang terjadi di lapang adalah tingkat pendidikan non formal
petani cukup tinggi, dimana frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan
cukup sering karena diadakan bertepatan pada pertemuan kelompok tani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sehingga memudahkan petani untuk menghadiri kegiatan penyuluhan.
Kegiatan penyuluhan di Kecamatan Karanganyar diadakan setiap bulan
sekali, dimana untuk sosialisasi mengenai program P2BN dilaksanakan
bertepatan ketika penyuluhan berlangsung, yaitu sebelum atau setelah
penyampaian materi penyuluhan diberikan. Melalui kegiatan penyuluhan
pula, petani memperoleh pengetahuan tentang subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN yang mampu mempengaruhi sikap atau
penilaiannya terhadap kegiatan subsidi benih, yang kemudian
menghasilkan sikap positif terhadap subsidi benih padi ciherang pada
program P2BN.
4. Hubungan Antara Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui bahwa nilai rs 0,456 dan t hitung
3,550 > t tabel 2,031 pada tingkat kepercayaan 95%, sehingga terdapat
hubungan positif yang sangat signifan antara tingkat pengaruh orang lain
yang dianggap penting dengan sikap petani terhadap subsidi benih
ciherang. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya tingkat pengaruh
orang lain yang dianggap penting berhubungan dengan sikap petani
terhadap subsidi benih. Semakin tinggi tingkat pengaruh orang lain yang
dianggap penting maka semakin akan semakin positif sikapnya terhadap
subsidi benih.
Dari hasil di lapangan proses perubahan sikap petani dipengaruhi
oleh pengaruh orang lain, tidak hanya PPL ataupun aparat desa yang
memberikan saran serta ajakan kepada petani untuk melakukan perubahan
kearah yang lebih baik. Tetapi terdapat pula ketua dan anggota kelompok
tani, petani-petani lain dan juga pengaruh dari keluarga yang juga
memberikan saran serta nasihat mengenai keputusan yang harus diambil
yang berguna untuk peningkatan kegiatan usahataninya. Jumlah orang
yang diaggap penting dan lamanya frekuensi pertemuan dengan orang
yang dianggap penting tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengambil keputusan. Saran dari orang-orang terdekat dan yang dianggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
penting dapat merubah sikap petani terhadap perubahan, khususnya
terhadap subsidi benih padi varietas ciherang.
5. Hubungan Antara Keterpaan Media Massa dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Tingkat penggunaan media massa merupakan sarana komunikasi
yang mempunyai pengaruh dalam opini dan kepercayaan. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi
sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1998).
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa nilai rs -0,043 dengan
t hitung sebesar -0,298 sedangkan t tabel 2,031, jadi t hitung < t tabel pada
tingkat kepercayaan 95% sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keterpaan media massa terhadap kegiatan
subsidi benih padi ciherang pada program P2BN. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak sedikitnya media massa yang diakses responden tidak
berhubungan dengan sikap petani terhadap subsidi benih. Hubungan antara
keterpaan media massa dengan sikap petani terhadap subsidi benih tidak
signifikan dikarenakan sikap atau penilaian petani baik itu positif atau
negative, tidak dipengaruhi oleh tingkat keterpaan media massa.
Hubungan yang tidak signifikan disebabkan media massa yang ada
belum bisa memberikan informasi yang rinci tentang adanya kegiatan
subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN, dan informasi
tersebut belum bisa menjangkau keseluruhan petani yang menerima
subsidi benih. Selain itu, meskipun terdapat radio dan televisi yang telah
diakses oleh responden tetapi hal ini belum mampu mempengaruhi sikap
responden dikarenakan media massa yang diakses tidak memberikan
pengetahuan dan informasi mengenai kegiatan subsidi benih padi varietas
ciherang pada program P2BN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
6. Hubungan Antara Pengaruh Kebudayaan dengan Sikap Petani Terhadap Subsidi Benih Padi Varietas Ciherang pada Program P2BN
Kehidupan di masyarakat dapat diamati dari sikap masyarakat
dengan kebudayaan yang ada di daerahnya. Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang
memberikan corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1998).
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa bahwa nilai rs 0,379
dan t hitung 2,837 > t tabel 2,031 pada tingkat kepercayaan 95%, sehingga
terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara pengaruh
kebudayaan dengan sikap petani terhadap subsidi benih. Hal ini
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pengaruh kebudayaan berhubungan
dengan sikap petani terhadap subsidi benih, yaitu semakin tinggi pengaruh
kebudayaan maka akan semakin tinggi pula sikap positifnya terhadap
subsidi benih.
Tingkat pengaruh kebudayaan diukur dengan sering tidaknya
responden atau frekuensi melakukan tradisi. Tradisi yang dimaksud antara
lain selalu membuat sesaji sebelum menggarap sawah dan sebelum panen,
mengadakan rasulan sesudah menanam padi, mengadakan kondangan
(tirakat) setelah panen padi, mengadakan bersih desa setelah panen dan
menggunakan tanda-tanda alam untuk menentukan musim tanam padi.
Selain itu terdapat norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat,
dimana mereka selalu menjunjung tinggi azas menghormati dan
menghargai antar sesama.
Kebudayaan merupakan pola perilaku yang dipegang teguh oleh
masyarakat. Dimana dalam pelaksanaanya berbeda-beda dalam suatu
wilayah dengan wilayah lain. Kebudayaan sendiri dapat berupa
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan adat istiadat. Kebudayaan dapat
mempengaruhi pikiran, kebiasaan maupun sikap bagi yang
melaksanakannya. Tingkat pengaruh kebudayaan dikatakan signifikan atau
berhubungan dengan sikap petani terhadap subsidi benih karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
disamping kuatnya unsur-unsur kebudayaan atau tradisi-tradisi yang masih
dilaksanakan oleh masyarakat setempat, juga dipengaruhi oleh sikap
masyarakat yang selalu berbagi. Dimana dalam kegiatan subsidi benih padi
varietas ciherang pada Program P2BN kali ini mereka bersedia menerima
dan mendukung kelancaran kegiatan tersebut sebagai salah satu kebiasaan
atau kebudayaan yang selama ini mereka lakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang menganalisis
hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani padi
terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor pembentuk sikap petani diantaranya:
a. Pengalaman usahatani responden dalam kategori sedang dengan nilai
median 3, karena pengalaman usahatani akan mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam mengelola kegiatan usahataninya.
b. Pendidikan formal responden dalam kategori sedang yaitu SMP/tamat
SMP dengan nilai median 3, karena responden belum menyadari akan
pentingnya pendidikan formal yang ditempuh sehingga tidak
melanjutkan pendidikanya ke jenjang berikutnya.
c. Pendidikan non formal responden tergolong tinggi dengan nilai median
4, berupa penyuluhan yang dilakukan setiap bulan sekali dengan waktu
dan tempat yang telah disesuaikan dengan kebutuhan petani.
d. Tingkat pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam kategori
tinggi dengan nilai median 4, karena pada umumnya petani akan
mengikuti saran dan ajakan dari orang-orang terdekat seperti PPL,
anggota kelompok tani lain, dan keluarga.
e. Tingkat keterpaan media massa responden tergolong sedang dengan
nilai median 3, karena dalam mengakses informasi pertanian melalui
media massa jarang dilakukan.
f. Tingkat pengaruh kebudayaan responden dalam kategori tinggi dengan
niali median 4, karena masyarakat masih sering melaksanakan budaya
setempat seperti kerja bakti, bersih desa, selamatan dan adat istiadat
setempat
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang tergolong dalam
kategori setuju atau positif. Sikap petani terhadap subsidi benih dapat
dilihat dari masing-masing aspek, dapat dilihat sebagai berikut:
a. Sikap petani terhadap tujuan subsidi benih dalam kategori setuju/ positif
dengan nilai median 4, karena petani mengetahui dan memahami tujuan
dari kegiatan subsidi benih padi varietas ciherang pada Program P2BN.
b. Sikap petani terhadap sasaran subsidi benih dalam kategori ragu-ragu/
netral dengan nilai median 3, umumnya petani tidak mengetahui secara
pasti mengenai sasaran dalam kegiatan subsidi benih padi varietas
ciherang pada Program P2BN
c. Sikap petani terhadap pelaksanaan subsidi benih dalam kategori
setuju/positif dengan nilai median 4, petani mengetahui dan memahami
dalam sosialisasi, berperan dalam penyusunan CPCL, mengawasi
distribusi hingga penerimaan benih.
d. Sikap petani terhadap kualitas subsidi benih dalam kategori tidak
setuju/ negative dengan nilai median 2, karena benih bersubsidi yang
diterima petani tidak tumbuh setelah disemaikan.
e. Sikap petani terhadap manfaat dan hasil subsidi benih dalam kategori
setuju/ positif dengan nilai median 4, umumnya petani sudah berusaha
memanfaatkan subsidi benih dan selalu aktif memanfaatkan sarana dan
teknologi baru yang dianjurkan pemerintah.
3. Hubungan antara faktor-faktor pembentuk sikap dengan sikap petani
terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program P2BN di
Kecamatan Karanganyar:
a. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pengaruh kebudayaan
dengan sikap petani terhadap subsidi benih.
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman
berusahatani, pendidikan formal, dan keterpaan media massa dengan
sikap petani terhadap subsidi benih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
B. Saran
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dengan
sikap petani terhadap subsidi benih padi varietas ciherang pada program
P2BN, maka hendaknya kegiatan penyuluhan yang sudah berlangsung
baik tetap dipertahankan agar kebutuhan petani akan informasi pertanian
dapat tersalurkan dan dapat meningkatkan usahataninya.
2. Terjadinya benturan kegiatan antara penyuluhan dan sosialisasi program
sebaiknya dihindari, sehingga perlu diadakan peningkatan
keanekaragaman materi agar informasi dapat diserap secara optimal oleh
petani dan waktu sosialisasi program di luar kegiatan penyuluhan.
3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian sejenis lebih dikembangkan.
Penelitian selanjutnya tidak hanya menganalisis hubungan faktor-faktor
pembentuk sikap petani tetapi juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi
sikap dan pengukuran masing-masing variabel diharapkan lebih
operasional.
Top Related