1
1. Pendahuluan
Kredit menurut UU No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu
tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit,
maka ia akan dikenakan bunga tagihan.
BRI Cabang Ambon bagian Kretap adalah salah satu Bank yang
memberikan kredit. Kredit yang diberikan ialah kredit briguna yang termasuk
kelompok kredit Ritel. Kredit Briguna adalah kredit yang diberikan kepada
calon debitur/debitur dengan sumber pembayaran yang berasal dari sumber
pendapatan tetap/fixed income (gaji/pensiun)[1]
Proses kredit ini sendiri meliputi pengajuan kredit, pembuatan berkas
kredit menggunakan BRInet, analisa, putusan dan realisasi. Dalam pembuatan
berkas kredit selama observasi sudah dua kali ditemui error yang disebabkan
intensitas penggunaan aplikasi BRInet dan kesalahan process pada BRInet. Hal
ini menyebabkan persiapan berkas kredit, dan pelaksanaan analisa kredit,
putusan, serta realisasi tertunda. Dengan kata lain efisiensi proses kredit belum
dilakukan secara optimal oleh bagian Kretap.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka perlu dilakukan evaluasi
pengendalian internal menggunakan framework COSO. COSO digunakan
karena struktur pengendalian internalnya mencakupaktivitas pengendalian
terkait pengendalian dengan pemrosesan informasi yaitu pengendalian umum
dan pengendalian aplikasi. Evaluasi pengendalian dilakukan untuk memberikan
informasi tentang kondisi pengendalian dan memberikan rekomendasi untuk
mengefektifkan dan mengefisiensikan sistem informasi perkreditan. Penelitian
ini berjudul : “Evaluasi Pengendalian Internal Sistem Perkreditan Produk
Briguna Menggunakan Framework COSO 2013 (Studi Kasus: BRI Cabang
Ambon Bagian Kretap)”.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitan terdahulu yang pernah dilakukan salah satunya tentang Evaluasi
Penerapan Internal Control Berdasarkan Kerangka COSO 2012 pada Divisi
Kartu Kredit di Bank “X”. Penelitian ini berisi tentang bagaimana internal
control yang telah dimiliki oleh Bank “X” sudah memadai namun masih ada
beberapa ketidaksesuaian yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini
menggunakan COSO 2012 dengan metode pengumpulan data berupa
wawancara dan dokumentasi dengan hasil penelitian terdapat ketidaksesuaian
pada control environment meliputi tidak adanya multiple structure, komponen
risk assesment berupa tidak adanya penilaian terhadap fraud risk. Selain itu
juga control activities dan komponen informational and coordination berupa
ketidakmampuan sistem menampung jumlah nasabah akibatnya informasi yang
dihasilkan kurang relevan. Yang terakhir ketidaksesuaian kompone monitoring,
yang mana audit hanya dilakukan saat kenaikan angka delinquency.(2012)[2]
Penelitian lainnya tentang Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemberian
Kredit (Studi Kasus PD BPR Bank Pasar Kabupaten Boyolali). Penelitian ini
menggunakan metode studi kasus yang memfokuskan pada sistem
pengendalian intern terhadap pemberian kredit yang diterapkan PD BPR Bank
Pasar Kabupaten Boyolali. Penelitian dilakukan dengan dua cara, yaitu (1)
mereview data tentang unsur-unsur sistem pengendalian intern, dokumen,
catatan dan prosedur pemberian kredit melalui wawancara dan observasi, (2)
melakukan pengujian kepatuhan terhadap 60 sample berupa surat perjanjian
kredit dengan menggunakan metode stop or go sampling. Hasilnya berupa
sistem pengendalian intern pemberian kredit pada PD BPR Bank Pasar
Kabupaten Boyolali sudah efektif dan dapat diandalkan. Ini sesuai dengan
pengukuran atribut sampling. (2008)[3]
Adapun penelitian terdahulu lainnya tentang Evaluasi Terhadap Sistem
Pengendalian Intern pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi Kasus PT .
Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Majapahit Semarang). Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode fixed sample size. Hasil dari penelitian
ini yaitu sistem pengendalian intern yang ada pada proses pemberian kredit
mikro memadai dan telah dilaksanakan oleh manajemen.(2011)[4]
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mana penelitian
sebelumnya cederung membahas pengendalian internal pemberian kredit
sedangkan penelitian ini tidak hanya membahas pengendalian pemberian
kreditnya saja melainkan pengendalian pemrosesan informasi meliputi
pengendalian umum dan aplikasi.
Menurut COSO[5]Internal control is a process, effected by entity's board
of directors management, and other personel, designed to provide reasonable
assurance regarding the achievement of objectives relating to operations,
reporting, and compliance.
Sistempengendalian internal dengan kata laindapat dikatakan sebagai
proses suatu perusahaan menjaga dan mempertahankan efektivitas serta
menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut.
Menurut Bank Indonesia [6], tujuan pengendalian internal antara lain :
1) Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
2) Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan
tepat waktu
3) Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha Bank
4) Meningkatkan efektivitas budaya resiko (risk culture) pada organisasi
secara menyeluruh
The Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s
(COSO) dibentuk pada tahun 1985 sebagai aliansi dari 5 (lima) organisasi
professional. Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting
Association,American Instititue of Certified Public Accountants,
Financial ExecutivesInternational, Instititute of Management
Accountants, dan The Institute ofInternal Auditors. Koalisi ini
didirikan untuk menyatukan pandangan dalamkomunitas bisnis
3
berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yangmengandung
fraud.
Pada tahun 1992, COSO menyusun dan menerbitkan internal
control integrated framework yang berisi rumusan definisi pengendalian
intern,pedoman penilaian, serta perbaikan terhadap sistem pengendalian
intern.Kerangka ini diterima sebagai acuan umum pengendalian
intern, yangpenggunaannya mencakup penentuan tujuan pengendalian
pelaporan keuangandan proses operasional dalam konteks
organisasional, sehingga perbaikan dankontrol dapat dilakukan secara
menyeluruh. Struktur pengendalian internal menurut COSO mencakup
aktivitas pengendalian terkait pengendalian dengan pemrosesaninformasi
yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Adapun lima komponen pengendalian internal menurut COSO 2013
meliputi :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian meliputi komitmen perusahaan terhadap
integritas dan nilai etika, manajemen direksi terhadap pengawasan,
struktur organisasi, tugas dan wewenang, dan komitmen terhadap
kompetensi.
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Penilaian resiko dilakukan guna mengidentifikasi, menganalisis dan
mengelola resiko-resiko dari berbagai aktivitas-aktivitas dalam perusahan.
3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen penting dari
pengendalian internal perusahaan, sebab informasi sendiri sangat
dibutuhkan untuk menjalankan dan mengelola pengendalian internal
perusahaan.
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian diperlukan untuk menetapkan proses kerja yang
menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi.
5. Pemantauan (Monitoring Activities)
Aktivitas pemantauan dilakukan untuk mengurangi hal-hal yang tidak
dinginkan dalam perusahaan dan unutk membuat efektivitas semakin
meningkat.
3. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatifyaitu teknik
analisis dengan cara memaparkan dan menjelaskan karakteristik objek yang
diteliti. Pengumpulan data menggunakan metode observasi mendalam dan
wawancara langsung.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Data
primer berupa hasil observasi secara mendalam yang penulis lakukan pada BRI
Cabang Ambon bagian Kretap dan wawancara dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan sistem perkreditan.Data sekunder berupa dokumen-
dokumen persyaratan kredit yaitu form permohonan kredit kretap dan pensiun,
4
surat rekomendasi atasan, surat pernyataan yang berhutang/debitur, surat
pernyataan kesanggupan bendaharawan/juru bayar, surat kuasa potong
gaji/upah dan atau hak-hak lainnya, surat kuasa debet rekening untuk
pensiunan. Adapula data mengenai berdirinya BRI Cabang Ambon, dan syarat-
syarat umum perjanjian pinjaman dan kredit.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitan ini, yaitu seperti
gambar dibawah ini :
Tahapan pertama yaitu studi pustaka dimulai dengan mengumpulkan data-
data dari berbagai sumber informasi seperti buku-buku dan jurnal-jurnal yang
berhubungan dengan pengendalian internal.Setelah proses studi pustaka sudah
dilakukan, maka dilanjutkan dengan observasi dan wawancara. Observasi
dengan melakukan peninjauan langsung ke bagian Kretap BRI Cabang Ambon
dan melihat proses pengerjaan atau transaksi pada bagian Kretap. Serta
wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dengan sistem perkreditan
seperti nasabah, AO Briguna, ADK dan bagian SDM.
Selanjutnya dilakukan evaluasimenggunakan COSO sesuai dengan hasil
dari wawancara menggunakan list pertanyaan dan observasi. Berdasarkan
evaluasi yang dilakukan akan ditemui beberapa temuan-temuan yang mana
selanjutnya akan diberikan rekomendasi.
4. Hasil dan Pembahasan
BRI Cabang Ambon memiliki struktur organisasi yang menerangkan
kedudukan setiap pegawai dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-
masing. BRI Cabang Ambon memiliki Pemimpin Cabang yang membawahi
AMO (Asisten Manajer Operasional), SPB (Supervisor Pelaksana Bisnis), SPO
(Supervisor Pelaksana Opersional), AO (Account Officer), FO (Funding
Officer). Selanjutnya AMO membawahi SupervisorPelayanan Kas , Teller dan
5
juga bagian pelayanan yaitu DJS (Dana Jasa) , DJS kliring, CS (Customer Service)
dan petugas TKK (Tim Kurir Kas).
SPB membawahi ADK (Adminitrasi Kredit) Ritel dan ADK Komersial ,
selain itu SPO membawahi petugas IT/E-channel, sekertaris, petugas SDM serta
petugas logistik. AO meliputi AO Briguna, AO Komersil dan AO program .
yangterakhir PKSS membawahi atau meliputi satpam, pengemudi dan pramubakti.
BRI Cabang Ambon dalam beberapa kegiatan, dibawahi oleh kantor
wilayah Makassar dan BRI pusat. Kantor wilayah Makassar menangani pelatihan
bagi pegawai-pegawai, baik untuk pelatihan aplikasi, pelatihan prosedur kerja tiap
bagian serta pelatihan jika pegawai direkrut atau mendapat promosi ke level
manajerial. Sedangkan BRI pusat sendiri akan menangani error yang terjadi pada
BRInet, menyediakan portal DWH BRI (Data Warehouse Bank Rakyat
Indonesia) untuk maintenance data salah satunya digunakan untuk bagian Kretap
BRI Cabang Ambon sendiri.
BRI Cabang Ambon bagian Kretap dalam pengelolaan kredit sudah
ditunjang dengan sistem informasi berupa BRInet. BRInet merupakan New
Core Banking System yang dibuat untuk menggantikan sistem lama, dan
beralih dari sistem terdistribusi menjadi centralized. Jaringan komunikasinya
terhubung (online) secara realtime. BRInet digunakan bagian Kretap
khususnya ADK (administrasi kredit) untuk membuat atau menyiapkan berkas
kredit Briguna yang digunakan analisa, putusan, akad kredit sampai realisasi.
Berikut ini merupakan hasil evaluasi pengendalian internal sistem informasi
dan rekomendasi untuk perbaikan pada sistem kredit dan BRInet.
Hasil evaluasi pengendalian internal berdasarkan COSO berupa
pengendalian umum dan aplikasi. Hasil evaluasi pengendalian umum antara
lain lingkungan pengendalian menyangkut;
a. Nilai integritas dan etika
Nilai integritas dan etika sudah dilakukan dengan efektif oleh bagian
Kretap, terlihat dari sudah dipatuhinya kebijakan-kebijakan sesuai BRI
Pusat. Kebijakan-kebijakan yang ada sudah dipatuhi berupa besarnya
kredit untuk pegawai sebesar 60% dari gaji pokok dan pensiun sebesar
80% dari gaji pokok pensiun, angsuran kredit tiap bulannya juga bersifat
tetap. Jumlah tagihan setiap bulan sama besar dan dibayar setiap bulan
sampai dengan lunasnya tagihan kredit. Jangka waktu kredit maksimal
yang diberikan adalah 10 tahun dengan setiap calon debitur/debitur
diikutsertakan auransi jiwa kredit. Asuransi diberikan untuk melindungi
calon debitur/debitur jika pada keadaan tidak diinginkan atau debitur
meninggal maka pihak asuransi yang akan melunasi kredit debitur.
Selain kebijakan yang dipatuhi, analisa kredit juga telah memperhatikan
prinsip kehati-hatian yang disesuaikan dengan prinsip 5C yaitu character,
capacity, capital, collateral, dan condition of economic. Kelengkapan
berkas persyaratan kredit juga diperhatikan meliputi fotocopy data diri
calon debitur/debitur, KK, SK pangkat pertama asli dan SK kenaikan
pangkat terakhir, daftar gaji serta form persyaratan lainnya. Jika ada yang
kurang, akan dikembalikan untuk dilengkapai. Untuk calon debitur/debitur
6
pada BRI Cabang Ambon bagian Kretap sendiri adalah dari instansi yang
telah bekerja sama dengan BRI Cabang Ambon bagian Kretap.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen
atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan panduan atas
kecerdasan, pelatihan dan pengalaman dalam pengembangan kompetensi
telah efektif dan efisien dilakukan oleh bagian Kretap. Hal ini didukung
dengan pelatihan dimana semua pegawai bagian Kretap telah mendapatkan
pelatihan baik untuk proses pemberian kredit maupun penggunaan BRInet.
Pelatihan juga dilakukan jika ada perubahan pada BRInet dan rekrut serta
promosi pegawai ke level manajerial. Pelatihan ditangani oleh Divisi
Pelatihan dan Pendidikan (BRI Pusdiklat). Pelatihan untuk pegawai BRI
Cabang Ambon bagian Kretap dilakukan pada kantor wilayah Makassar.
Selain itu untuk penerimaan pegawai sendiri, harus memiliki pendidikan
terkahir minimal Strata satu (S1).
c. Dewan komisaris dan komite audit
Pemimpin Cabang turut berperan dalam pengambilan putusan kredit
sudah efektif dilakukan bagian Kretap terlihat dari Pemimpin Cabang yang
melakukan putusan kredit, tanpa putusan kredit Pemimpin Cabang maka
kredit tidak dapat direalisasi walaupun telah dianalisa sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kecurangan pada pemberian kredit kepada
calon debitur/debitur. Karena jika hanya dianalisa dan diputuskan oleh AO
Briguna maka kemungkinan akan ada penyelewengan.
d. Filosofi dan gaya operasi
Penanganan dalam sistem pengkreditan pada bagian Kretap, ada yang
sudah dilakukan dengan baik dan juga ada yang belum dilakukan dengan
baik. Namun secara garis besar sudah efektif dan efisien dilakukan, hal ini
didukungdengan setiap bulannya, bagian Kretap khususnya ADK dan AO
Briguna akan membuatkan daftar nominatif dan kwitansi KP-02 untuk
pemberitahuan besarnya uang yang harus dibayarkan tiap debitur.
Pembuatan daftar nominatif ini untuk memberikan kelancaran pembayaran
setiap bulanya sampai dengan selesai agar todak terdapat kredit macet.
Pembayaran pelunasan sendiri diwakilkan oleh bendahara tempat debitur
bekerja. Selain itu untuk penanganan pegawai yang berlaku tidak jujur,
BRI Cabang Ambon pertama-tama akan memberikan surat peringatan 1, 2
sampai 3. Jika pegawai yang bersangkutan masih melakukan hal yang
sama, akan dilanjutkan dengan penanganan jalur hukum dan berujung
pada pemecatan atau pemutusan hubungan kerja secara tidak hormat.
Pemecatan atau pemutusan hubungan kerja dipilih untuk memberikan efek
bagi pegawai agar tidak berlaku curang.
Pengendalian yang belum dilakukan dengan baik ialah rotasi pegawai
pada BRI Cabang Ambon bagian Kretap. Yang hanya dilakukan adalah
rolling, itu pun juga selama 1 tahun terakhir ini belum dilakukan rolling
pegawai.
7
e. Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan kerangka yang menunjang seluruh
fungsi yang ada dalam suatu organisasi berikut tugas dan wewenangnya
secara jelas.
Hal tersebut diatas sudah efektif dan efisien dilakukan pada bagian
Kretap, terlihat dari BRI Cabang Ambon telah memiliki struktur organisasi
berikut tugas dan wewenangnya. Tiap pegawai melakukan tugas dan
wewenang sesuai dengan bagiannya masing-masing, tidak ada dua
pengerjaan yang dilakukan satu pegawai. Ini dilakukan Bagian Kretap
untuk menghindari satu pegawai mengerjakan dua tugas sekaligus dan
juga menghindari kecurangan yang dapat terjadi jika ada rangkap tugas
yang dilakukan.
Selanjutnya adalah penilaian resiko, hasil evaluasi untuk penilain resiko
dapat diuraikan sebagai berikut. Penilaian resiko sudah dilakukan secara garis
besar sudah efektif dan efisiendilakukan, penilain resiko bertujun untuk
mengurangi resiko yang mungkin terjadi seminimum mungkin agar tercapai
hasil yang memuaskan. Didukung dengan adanya analisa kredit dengan
memperhatikan prinsip 5C, prinsip 5C digunakan untuk memastikan calon
debitur/debitur telah memenuhi semua aspek dalam analisa kredit. Analisa
kredit menggunakan prinsip 5C dilakukan untuk menghindari kredit macet,
karena AO akan menganalisa kemampuan debitur sehingga rekomendasi
putusan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan dalam hal ini
pembayaran kredit debitur setiap bulannya berjalan lancar. Adapun untuk
peningkatan aktivitas kredit, dilakukan pemberitahuan jika kredit debitur
macet. Untuk pemahaman pegawai Kretap sendiri tentang manajemen resiko
telah diketahui oleh tiap-tiap pegawai. Tidak hanya pegawai bagain Kretap,
melainkan semua pegawai BRI Cabang Ambon memiliki pemahaman akan
manajemen resiko. Pemahaman akan manajemen resiko diketahui seluruh
pegawai BRI guna menghindari kerugian yang dapat terjadi dalam kegiatan
perbankan pada BRI Cabang Ambon khususnya.
BRI secara umum untuk mengurangi resiko telah bekerja sama dengan
Akuntan Publik yaitu Purwantono, Suherman, dan Surja (Ernst & Young) yang
berlokasi di Indonesian Stock Exchangee Building Tower 2, lanatai 7 Jl.
Jenderal Sudirman Kav.52-53, Jakarta dan juga bekerja sama dengan notaris
Fatiah Helmi, SH.
Namun keterlibatan auditor internal dalam proses pemberian kredit masih
belum dilakukan dengan baik oleh BRI Cabang Ambon bagian Kretap.
Hasil evaluasi untuk aktivitas pengendalian adalah pemisahan fungsi
akuntansi dan fungsi analisa kredit secara garis besar sudah dilakukan secara
efisien namun belum sepenuhnya efektif, karena ada yang masih belum
diterapkan pada bagian Kretap. Hal ini didukung dengan pemisahan fungsi
akuntansi dan fungsi analisa dimana fungsi akuntansi sendiri dijalankan oleh
Teller sedangkan fungsi analisa kredit yaitu dijalankan oleh AO Briguna.
Analisa kredit dipisahkan dari akuntansi untuk menghindari kecurangan yang
dapat terjadi misalnya misalnya satu orang saja yang melakukan kedua fungsi
tersebut maka jika ada calon debitur/debitur yang dikenali, petugas tersebut
8
dapat dengan sesuka hatinya memberikan analisa besar putusan kredit dan
memberikan besar uang pembayaran kredit tanpa memperhatikan prinsip 5C
dan putusan yang diberikan. Selain itu adapula otorisasi kredit pada BRI
Cabang Ambon yang dilakukan lebih dari satu petugas yaitu ADK sebagai
penyeleksi berkas kredit, AO Briguna sebagai petugas yang melakukan analisa
kredit, Pemimpin Cabang sebagai pejabat pemutus kredit, supervisor
ADKsebagai petugas yang menandatangani data statis dan kwitansi sebagai
checker atau signer, dan AMO (Asistem Manager Operasional) sebagai
petugas yang menandatangani kwitansi realisasi sebagai signer. Kelengkapan
administrasi kredit juga diperiksa oleh ADK dengan baik menyangkut
kelengkapan dan keaslian dokumen, melegalisasi dokumen berupa fotocopy
dan mencocokkan antara fotocopy dengan aslinya serta membandingkan
dokumen asli dengan nama calon debitur/debitur. Pengendalian kredit juga
dilakukan dengan baik dimana ada batasan kredit yang diberikan, 60% dari gaji
pokok untuk pegawai dan 80% dari gaji pokok untuk pensiun. Keaslian
dokumen persyaratan kredit juga dilakukan untuk menghindari debitur
melakukan kredit di Bank lain, sedangkan batasa kredit dilakukan untuk
menghindari kredit macet yang mungkin terjadi.
Ada satu pengendalian yang belum dilakukan dengan baik oleh BRI
Cabang Ambon bagian Kretap yaitu auditor internal tidak melakukan kaji
ulang kinerja operasional secara keseluruhan dan juga pemeriksaan mendadak
dalam proses pemberian kredit.
Untuk hasil evaluasi informasi dan komunikasi adalah sebagai berikut.
Informasi dan komunikasi pada BRI Cabang Ambon bagian Kretap tidak hanya
terbatas pada laporan keuangan saja melainkan sistem informasi. Secara garis
besar, penanganan informasi dan komunikasi sudah dilakukan secara efektif
dan efisien terlihat dari BRI Cabang Ambon bagian Kretap sistem informasi
berupa BRInet yang digunakan untuk menunjang proses kredit. Selain itu,
sistem dokumentasi juga dilakukan dengan baik, dimana penyimpanan
khusunya soft file sudah didukung oleh online system management. Online
system management tidak hanya digunakan untuk menyimpan atau
menginputkan data saja, tetapi dapat digunakan untuk mengedit data dan
mencari data debitur yang diperlukan. Dengan adanya Online system
management, petugas Kretap terbantu untuk tidak menulis segala data
menyangkut debitur pada register serta mencari satu per satu dokumen yanng
diperlukan. Petugas hanya perlu menginputkan dan mencari data debitur pada
Online system management. Kerahasiaan data juga dijaga dengan baik oleh
BRI Cabang Ambon bagian Kretap.
Sedangkan untuk hasil evaluasi pemantauan dapat diuraikan sebagai
berikut. Pemantauan merupakan proses penilaian terhadap kualitas kinerja
pengendalian internal. Pemantauan harus dilakukan secara menyeluruh apabila
ada kelemahan atau kekurangan pada sistem pengendalian internal dapat
diperbaiki. Pemantauan belum sepenuhnya dilakukan secara efektif namun
efisien oleh BRI Cabang Ambon bagian Kretap. Pemantauan yang dilakukan
dengan baik antara lain pemantauan untuk kredit. Setiap bulannya ADK dan
AO Briguna akan membuat daftar nominatif dan kwitansi KP-02 untuk
9
mengendalikan pembayaran kredit agar terhindar dari kredit macet.
Pemantauan yang belum dilakukan dengan baik adalah tidak diikutsertakan
auditor internal dalam proses pemantauan kredit. Auditor hanya melakukan
pemantauan selama itu dipandang perlu. Selain itu tidak dilakukan pemantauan
terhadap BRInet, tidak adanya pemantauan ini menyebabkan error pada
BRInet.
Selain hasil evaluasi pengendalian umum seperti di atas, adapun hasil
pengendalian aplikasi sebagai berikut. Pengendalian aplikasi berupa
pengendalian input, process dan output. Hasilnya adalah pengendalian input
sudah dilakukan dengan efektif dan efisien pada BRI Cabang Ambon bagian
Kretap dalam hal ini data calon debitur/debitur diinputkan sesuai dengan
pemeriksaan yang dilakukan sebelumnya oleh ADK (administrasi kredit)
bagian Kretap dengan memperhatikan kelengkapan form persyaratan kredit dan
kelengkapan lainnya. Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan data yang
akan diinputkan ke BRInet valid. Selain itu untuk akses pengguna ke aplikasi
BRInet juga menjadi penting untuk pengendalian aplikasi, pengguna atau user
BRInet adalah ADK dan AO Briguna. Pengendalian input tidak hanya
mengenai data debitur yang saja melainkan sinkronisasi BRInet dengan LAS.
Dimana perhitungan besar kredit harus diinputkan sesuai pada BRInet untuk
mencegah tidak validnya data. username dan password dari petugas Kretap
pun berbeda-beda dan akan diubah setiap seminggu sekali. Hal ini dilakukan di
bagian Kretap untuk menghindari kecurangan dan penyalahgunaan akses oleh
petugas yang lain.
Pengendalian process belum sepenuhnya dilakukan secara efektif dan
efisien pada bagian Kretap. Selama observasi, sudah 2 kali ditemukan error
pada BRInet saat pengolahan data. Proses pengolahan data ini disebabkan oleh
aplikasi pengolahan data itu sendiri. Data yang diinputkan sudah valid namun
dalam proses pengolahan pada aplikasi terjadi error. Error yang terjadi tidak
disebabkan oleh input data. Untuk penanganannya pun masih dilakukan oleh
Kantor Wilayah Makassar atau BRI Pusat. Hal ini menyebabkan proses
pembuatan berkas kredit, pengerjaan lainnya berupa analisa kredit, putusan
sampai realisasi menjadi tertunda. Sedangkan pengendalian outputmenyangkut
apa yang dihasilkan dari input dan process sebelumnya. Pengendalian output
akan efektif dan efisien dilakukan jika pengendalian process telah dilakukan
dengan baik. Selama error terjadi pada BRInets, output berupa berkas kredit
tidak dapat dikeluarkan. Proses kredit pun tertunda, pengerjaan dalam hal ini
output yang dihasilkan dilakukan setelah ada perbaikan pada error di BRInet.
Namun bila pengendalian dari input sampai dengan prosesnya berjalan dengan
baik tanpa adanya error maka output yang dihasilkan sesuai dengan yang
sudah diinputkan sebelumnya. Tidak ada perbedaan yang terjadi pada output
yang dihasilkan.
10
Dari evaluasi pengendalian internal diperoleh beberapa temuandan dapat
diberikan rekomendasi yang terlihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Tabel temuan dan rekomendasi evaluasi pengendalian internal
Temuan Rekomendasi
Lingkungan Pengendalian
Selama 1 tahun terkahir ini
belum ada rotasi pegawai BRI
Cabang Ambon Bagian Kretap
Diperlukan rotasi setidaknya
rollingpegawai pada bagian kretap.
Hal ini diperlukan untuk
mengurangi resiko pegawai
melakukan penyelewengan dalam
proses kredit
Penilaian Resiko
Auditor internal tidak terlibat
dalam proses kredit. Kredit
hanya dilakukan oleh Bagian
Kretap
Auditor internal sebaiknya
dilibatkan dalam proses kredit
untuk melakukan evaluasi atau
pengawasan, karena auditor
internal ini sendiri bertugas
melakukan pemeriksaan dan
evaluasi terhadap efektivitas
perusahan, sistem pengendalian
internal dan kualitas kerja
manajemen perushan dalam
pencapian tujuan.
Aktivitas Pengendalian
Selama 1 tahun terkahir ini
auditor internal belum
melakukan kaji ulang kinerja
operasional dan juga
pemeriksaan mendadak dalam
proses pemberian kredit.
Pemeriksaan hanya dilakukan
selama itu dipandang perlu
Untuk error pada BRInet
masih ditangani oleh kantor
wilayah Makassar atau BRI
pusat
Diperlukan kaji ulang dan
pemeriksaan mendadak dalam
proses kredit, agar bagian Kretap
dapat mengetahui kinerjanya serta
mencegah dan memperbaiki
kesalahan yang dapat terjadi dalam
proses kredit
Sebaiknya petugas IT yang sudah
ada diberi pelatihan untuk
menangani error pada BRInet
sehingga jika terjadi error dapat
ditangani langsung
Pemantauan
Auditor internal diperlukan
Auditor internal sebaiknya
11
jika dipandang perlu untuk
diikutsertakan
Selama observasi pada bagian
kretap belum ada pemantauan
terhadap BRInet secara rutin
diikutsertakan dalam pemantauan
proses kredit. Hal ini diperlukan
untuk mengurangi resiko dalam
proses kredit
Perlu dilakukan pemantauan secara
rutin terhadap BRInet untuk
mencegah terjadinya error yang
menyebabkan tertundanya proses
kredit.
5. Simpulan
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah pengendalian internal sudah
dimiliki oleh bagian Kretap BRI Cabang Ambon dan sudah dilakukan secara
efektif dan efisien, namun masih ada beberapa kekurangan yang perlu
diperbaiki.
6. Daftar Pustaka
[1] Kredit Briguna. 2013. BRI. http://bri.co.id/articles/41 diakses 15 juli 2013
[2] Santoso Patricia Angela, 2012, Evaluasi Penerapan Internal Control
Berdasarkan Kerangka COSO 2012 pada Divisi Kartu Kredit di Bank “X”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, (Volume 1 No.1),
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/view/77diakses tanggal
19 agustus 2013
[3] Budiyati, 2008, Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pemberian Kredit
(Studi Kasus Pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Boyolali),
http://eprints.uns.ac.id/3481/ diakses tanggal 19 agustus 2013
[4] Amanina Ruzanna, 2011, Evaluasi Terhadap Sistem Pengendalian Intern
pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi Kasus PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk Cabang Majapahit Semarang),
http://eprints.undip.ac.id/26647/ diakses tanggal 19 agustus 2013
[5] COSO, 2013, Internal Control-Integrated Framework Executive Summary,
http://www.coso.org/documents/990025P_Executive_Summary_final_may
20_e.pdf diakses tanggal 14 september 2013
[6] Peraturan Bank Indonesia, 2003, Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank
Umum, http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/maluku/files/PBI-5-8-
2003%20MR.pdf diakses tanggal 11 oktober
Top Related