1
EKSTRAKSI FORCEPS
Ekstraksi forceps atau ekstraksi cunam adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan dengan tarikan cunam yang dipasang di kepala janin.
Sejarah penggunaan CUNAM
Riwayat Cunam Obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500 SM sudah
terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini.
Cunam Obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu dikenal lebih dari 700
jenis cunam obstetrik. William Smellie (1745) memberikan penjelasan tentang
rincian aplikasi cunam yang benar pada kepala janin dalam panggul. Sir James
Simpson (1845) mengembangkan jenis cunam obstetrik yang sesuai dengan
lengkungan kepala dan lengkungan panggul. Joseph DeLee (1920) membuat
modifikasi dari cunam obstetrik yang telah ada dan menyarankan sebuah tindakan
yang disebut sebagai“Prophylactic Forceps Delivery”.
Pada praktek obstetrik modern, dimana sudah dikenal tranfusi darah dan
berbagai jenis antibiotika serta semakin langkanya ahli obstetri yang memiliki
ketrampilan melakukan ekstraksi cunam maka ekstraksi cunam sebagai alternatif
persalinan pervaginam nampaknya semakin jarang digunakan dan digantikan
dengan tindakan seksio sesar.
Pada tahun 1980, beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan
cunam tengah (“mid forceps delivery”) seringkali menimbulkan adanya efek
samping jangka panjang terhadap anak. Faktor-faktor ini menyebabkan banyak
ahli obstetri yang semakin enggan menggunakan persalinan ekstraksi cunam.
Cunam / Forceps
Cunam terdiri dari dua sendok, sendok kanan dan sendok kiri
Sendok kanan / forces kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan
penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu
2
Sendok kiri / forceps kiri adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong
dan dipasang di sebelah kiri ibu.
Pemasangan cunam sendok kiri dan kanan harus dikerjakan secara terpisah.
- Daun cunam: bagian yang dipasang di kepala janin saat melakukan ekstraksi
forceps. Terdiri dari dua lengkungan (curve) , yaitu lengkung kepala janin
(cephalic curve) dan lengkung panggul (cervical curve).
Daun cunam :
Fenestrated ( berlubang)
Solid ( tidak berlubang)
3
- Tangkai Cunam: adalah bagian yang terletak antara daun cunam dan kunci cunam
Tangkai (leher ) cunam:
Terbuka (cunam Simpson)
Tertutup (cunam Kielland)
- Kunci cunam: kunci cunam ada beberapa macam, ada yang interlocking, system
sekrup, dan system sliding.
- Pemegang cunam, bagian yang dipegang penolong saat melakukan ekstraksi.
Cunam Kielland dengan ciri-ciri tertentu : Kunci geser, lengkungan pelvik
minimal dan ringan
Indikasi Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Indikasi Relatif
Pada indikasi relative, forceps dilakukan secara elektif (direncanakan), ada dua:
1.1. Indikasi menurut De Lee
Forceps dilakukan secara elektif, asal syarat untuk melakukan ekstraksi terpenuhi
1.2. Indikasi menurut Pinard
4
Indikasi menurut Pinard hampir sama dengan menurut De Lee, namun ibu harus
dipimpin dulu mengejan selama 2 jam.
2. Indikasi Absolut
2.1. Indikasi Ibu : Ekstraksi forceps dilakukan pada ibu-ibu dengan keadaan pre-
eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu dengan penyakit jantung, paru, partus kasep
2.2. Indikasi Janin: pada keadaan gawat janin
2.3. Indikasi waktu: pada kala dua lama
KONTRAINDIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM
1. Terdapat kontra-indikasi berlangsungnya persalinan pervaginam.
2. Pasien menolak tindakan ekstraksi cunam obstetrik.
3. Dilatasi servik belum lengkap.
4. Presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan
jelas.
5. Kegagalan ekstraksi vakum.
6. Fasilitas pemberian analgesia yang memadai tidak ada.
7. Fasilitas peralatan dan tenaga pendukung yang tidak memadai.
8. Operator tidak kompeten.
Jenis Ekstraksi Forceps Menurut Pemasangannya:
1. High Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum masuk pintu atas panggul
(floating). Saat ini tidak dilakukan lagi karena sangat berbahaya bagi janin
ataupun ibu. Sectio cesarean lebih direkomendasikan
5
2. Mid Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah masuk pintu atas
panggul (engaged), namun belum mencapai dasar panggul. Saat ini tidak
dilakukan lagi. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan
3. Low Forceps/ Outlet Forceps
Forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah mencapai dasar panggul.
Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini
KLASIFIKASI PERSALINAN CUNAM OBSTETRIK
Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi cunam – EC dan ekstraksi vakum EV
berdasarkan Americian College Of Obstetricians and Gynecologists dan American
Academy of Pediatrics 2002 :
Tabel 1 : Klasifikasi Persalinan Ekstraksi Cunam dan Ekstraksi Vakum
berdasarkan desensus dan putar paksi dalam.
PROSEDUR KRITERIA
Ekstraksi Cunam “OUTLET”
Kulit kepala terlihat pada introitus tanpa
melakukan tindakan memisahkan labia
Tengkorak kepala sudah mencapai dasar
panggul
Sutura sagitalis berada pada diameter
anteroposterior ; oksiput berada di kanan atau
kiri depan atau di posterior
Kepala janin berada pada perineum
Putar paksi dalam tidak lebih dari 450
Ekstraksi Cunam ”LOW” Bagian terendah kepala berada pada station ≥
+2 dan tidak didasar panggul
Putar paksi dalam ≤ 450(oksiput kiri atau
kanan depan menjadi oksiput anterior ;
6
oksiput kiri atau kanan belakang menjadi
oksiput posterior)
Putar paksi dalam > 450
Ekstraksi Cunam ”mid pelvic” Stasion diatas + 2cm ; tetapi kepala sudah engage
Ekstraksi Cunam “HIGH” Tidak termasuk dalam kriteria
Dari : American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians
and Gynecologists (2002)
Sejumlah ahli menyarankan agar pembagian panggul menggunakan
terminologi “station” 1+ , 2+ dan 3+ yang sesuai dengan jarak 2 cm , 4 cm dan 5
cm dibawah spina ischiadica.
Kriteria persalinan ekstraksi cunam dibedakan menjadi :
1. Persalinan Ekstraksi Cunam Out-let
2. Persalinan Ekstraksi Cunam Rendah
3. Persalinan Ekstraksi Cunam Tengah (mid- pelvik)
Persalinan cunam tinggi yang dilakukan sebelum engagemen kepala (berarti diatas
station 0) sudah tidak digunakan lagi dalam obstetri modern.
7
Fungsi dan pemilihan jenis Cunam Obstetrik
Fungsi cunam obstetrik terutama adalah traksi ; namun pada kasus oksiput
melintang atau oksiput posterior, fungsi cunam selain traksi adalah untuk rotator.
Cunam Obstetrik jenis Simpson biasanya digunakan untuk melahirkan anak
dengan kepala yang sudah mengalami molase pada nulipara ; Cunam Obstetrik
jenis Tucker Mc Lane digunakan untuk kepala anak yang bundar pada multipara.
Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps:
1. Pembukaan lengkap
2. Presentasi belakang kepala
3. Panggul luas / tidak ada DKP
4. Ketuban sudah pecah
5. Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul
6. Janin tunggal hidup
Cara Pemasangan Cunam ada dua:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
Dimana cunam dipasang biparietal, atau sumbu panjang cunam sejajar dengan
diameter mento-occiput kepala janin. Pemasangan sefalik adalah cara yang paling
aman baik untuk ibu maupun janin
2. Pemasangan pelvic (Pelvic forceps)
Dimana pemasangannya dalam keadaan sumbu panjang cunam sejajar dengan
sumbu panjang panggul.
8
Pemasangan forceps yang sempurna , jika memenuhi kriteria berikut:
1. Forceps terpasang biparietal kepala , atau sumbu panjang forceps sejajar dengan
sumbu diameter mento-oksiput kepala janin, melintang terhadap panggul
2. Sutura sagitalis berada di tengah kedua daun forceps yang terpasang, dan tegak
lurus dengan cunam
3. Ubun ubun kecil berada kira-kira 1 cm di atas bidang tersebut
Persiapan dalam ekstraksi forceps:
1. Persiapan ibu :
a. litotomi set,
b. cunam,
c. vulva dicukur,
d. kandung kemih dikosongkan,
e. infuse bila diperlukan,
f. narkose,
g. gunting episiotomy
h. hecting set
i. uterotonika
2. Persiapan untuk janin
a. Kain bersih
b. Alat resusitasi
9
3. Persiapan untuk dokter
a. Alat pelindung diri
b. Ilmu pengetahuan yang cukup
Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:
1. Membayangkan forceps sebelum dipasang
2. Memasang forceps
3. Mengunci forceps
4. Memeriksa kembali pemasangan
5. Traksi percobaan
6. Traksi definitive
7. Melepaskan cunam
Contoh kasus : Seorang pasien , primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap
dengan UUK kanan depan, dengan penurunan HIII+
Ad.1. Membayangkan
Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang kedua
cunam dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang
pada kepala
10
Ad.2. Memasang forceps
Pada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang
adalah forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri
penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.
Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil , dengan tangkai
forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong
masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari
tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps masuk ke dalam
vagina.
Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri tersebut
agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan, yaitu
forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi kanan
ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps
sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk ke
dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong.
Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian
11
Ad.3. Penguncian Forceps
Penguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit dilakukan,
jangan dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar, dan dicoba
pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka penguncian
dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang duluan , maka
forceps dikunci secara tidak langsung.
Ad.4. Pemeriksaan Ulang
Setelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah
forceps telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang
terjepit
12
Ad.5. Traksi Percobaan
Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan.
Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil jari
telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan tarikan.
Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin,
berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi
definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari kepala janin,
berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan
ulang.
Ad.6. Traksi defrinitif
Traksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan
penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan.
Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan
cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri
segera menahan perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan
traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri
menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.
13
Ad.7. Melepaskan cunam
Setelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan seperti
persalinan biasa.
14
Pemasangan Forceps dikatakan gagal apabila:
1. Forceps tidak dapat dipasang
2. Forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
Komplikasi ekstraksi forceps:
Morbiditas Maternal:
Angka kejadian morbiditas persalinan dengan ekstraksi cunam harus
dibandingkan dengan persalinan dengan setio caesar atau persalinan operatif
pervaginam lain dan tidak dengan persalinan spontan pervaginam.
Carmon dkk (1995) : persalinan dengan cunam out-let elektif dengan rotasi tidak
lebih dari 450 tidak menyebabkan peningkatan angka kejadian morbiditas maternal
yang bermakna.
Hankins dan Rowe (1996) : cedera maternal meningkat bila rotasi lebih dari
450 dan pada station kepala yang tinggi.
Sherman dkk ( 1993) : kebutuhan tranfusi darah pada ekstraksi cunam 4.2%,
pada ekstraksi vakum 6.1% dan sectio caesar 1.4% .
1. Laserasi jalan lahir:
Robekan serrvik dapat terjadi bila dilatasi belum lengkap atau
terjepit diantar daun cunam dengan kepala janin.
Robekan vagina yang dapat mengenai vesica urinaria atau robekan
vagina yang meluas kearah vertikal.
2. Simfisiolisis.
3. Perdarahan.
4. Infeksi.
5. Inkontinensia urinae dan inkontinensia alvi.
15
Morbiditas Anak:
Persalinan operatif pervaginam khususnya yang dikerjakan pada panggul tengah
cenderung meningkatkan kenaikan morbiditas neonatal:
1. Nilai Apgar rendah.
2. Cephal hematoma.
3. Cedera pada daerah wajah .
4. Erb paralysa.
5. Fraktura klavikula.
6. Kenaikan kadar bilirubin.
7. Perdarahan retina.
8. Morbiditas jangka panjang :
Gangguan IQ sebagai manifestasi dari morbiditas jangka panjang persalinan
operatif pervaginam dan per abdominal merupakan sebuah bahan perdebatan
panjang yang sampai saat ini sulit untuk disimpulkan hasilnya.
16
Penuntun Belajar Keterampilan Klinik
Ekstraksi Cunam
LANGKAH MEDIK KASUS
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas
yang akan melakukan tindakan medis
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan, misal : kala
dua lama, kala dua tak maju, preeklamsi berat atau eklamsi
3. Jelaskan bahwa tindakan medik mengandung resiko, baik yang
telah diduga sebelumnya maupun tidak
4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
mengenai penjelasan tersebut
5. Beri kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapat
penjelasan ulang apabila masih ragu dan belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan
persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan
secara tertulis denagn mengisi dan menandatangani formulir
yang telah disediakan
7. Masukkan lembar persetujuan tindakan medik yang telah diisi
dan ditandatangani kedalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya catatan kondisi pasien dan pelaksanaan
instruksi
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang
10. Pasien berbaring dalam posisi litotorsi. Daerah vulva dan
sekitarnya (perut bawah dan sekitarnya) dibersihkan dengan
larutan antiseptik
11. Kandung kencing dikososngkan
12. Siapkan alas bokong, sarung tangan dan penutup perut bawah
17
B. INSTRUMEN (BAHAN DAN ALAT)
13. a) Uetrotonika (ergometrin maleat, oksitosin)
b) cuanm naegle : 1 pasang
c) klem ovum : 2
d) cunam tampon : 1
e) semprit 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai) : 2
f) spekulum Sim’s ata L : 2
g) Kateter karet : 1
h) larutan antiseptik (povidon iodin 10%)
i) Oksigen dan regulator
C. PENOLONG
14. Baju kamar tindakan, pelapis platik, masker dan kaca mata
pelindung : 3 set
15. Sarung tangan DTT / steril : 4 pasang
16. Alas kaki sepatu “boot” karet : 3 pasang
17. Instrumen
a. Lampu sorot
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1
D. ANAK
18. Instrumen
a. Penghisap lendir dan sudep / penekan lidah : 1 set
b. Kain penyeka badan : 2
c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1
d. Inkubator : 1 set
e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No.23 / Insulin (sekali
pakai) : 2
g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2
h. Popok dan selimut : 1
19. Medikamentosa
a. Larutan bikarbonas natrikus 7.5 % atau 8.4 %
b. Nalokson (Narkan) 0.01 mg/kgBB
18
c. Epinefrin 0.01%
d. Antibiotika (Penicilin Procain Injeksi, Gentamicin
injeksi)
e. Akuabidetila dan dextrosa 10%
20. Oksigen dan regulator
E. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
21. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun, dibawah
air mengalir
22. Keringkan tangan dengan handuk DTT
23. Pakai baju dan alas kaki kamar tinadakan, masker dan kaca
mata pelindung.
24. Pakai sarung tangan DTT / steril
25. Pakai alas bokong, sarung tangan dan penutup perut bawah,
fiksasi dengan klem
F. TINDAKAN
26. Instruksikan asisten untuk menyiapkan cunam dan pastikan
petugas dan alat untuk menolong bayi telah siap
27. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi cunam pembukaan lengkap, kepala
engaged, dan kososngkan kandung kencing dengan kateterisasi
28. Masukkan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan
jerin 0.5 %, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat
pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut
29. Pakai sarung tangan DTT / steril yang baru
G. PRINSIP DASAR PEMASANGAN
30. Cunam dipasang biparietal, sebelum pemasangan dilakukan
perkonstruksi didepan vulva, dengan meletakkan cunam,
didepan vuva seperti posisi cunam yang akan dipasang sesuai
dengan posisi kepala janin
31. Pada posisi depan dipasang cunam kiri terlebh dahulu
Pada posisi kiri depan atau kanan belakang, dipasang cunam
19
kanan terlebih dahulu
Pada posisi kanan depan atau kiri belakang dipasang daun
cunam kiri terlebih dahulu
Pada posisi kiri lintang, dipasang cunam kanan terlebih dahulu
Pada posisi kanan lintang, dipasang cunam kiri terlebih dahulu
32. Cuanm kanan dipegang dengan ibu jaritelunjuk dan jari tengah
seperti memegang tangkai bola
33. Cunam dimasukkan pada jam 5 atau 7
34. Memasukkan cunam kanan dengan tangkai cunam dari arah
lipat paha kanan dan cunam kiri dari lipat paha kiri
H. PEMASANGAN CUNAM
35. Sarung tangan dipasang, fundus uteri ditahan asisten operator.
Cunam dimasukkan dengan bimbingan tangan, dimasukkan
diantara telapak tangan dan kepala janin (dua jari telunjuk dan
jari tengah atau empat jari), masukkan cunam dengan dorongan
ringan pada tangkai cunam dibantu dengan dorongan ibu jari
sebelah dan cunam masuk dilanjutka dengan wondering cunam
kearah biparietal janin. Tindakan ini dilakukan bergantian
cunam kiri-kanan atau sebaliknya.
36. Dilakukan penguncian, dengan penyilangan ataupun tanpa
penyilangan
37. Menilai kedudukan cunam dan menilai bagian jaringan ibu
yang mungkin terjepit cunam dengan memasukkan jari kanan
untuk menilai daerah cunam kiri dan memsukkan jari kiri untuk
menilai daerah cunam kanan
38. Setelah kedudukan baik dan tidak ada bagian ibu yang terjepit
dilakukan tarikan percobaan. Dengan ibu jari dan telunjuk jari
tengah kanan mengait tangkai cunam dan jari-jari tangan kiri
diletakkan diatas jari-jari tangan kanan dengan telunjuk jari
tangan kiri melekat kekepala, dilakukan tarikan ringan, bila
dengan tarika ringan kepala dirasakanoleh jari tengah tangan
kiri menurun berarti tarikan percobaan berhasil dan dilanjutkan
20
dengan tarikan cunam
39. Tangkai cunam dipegang oleh tangan kanan dengan mengaitka
tangan cunam yang terletak antara ibu jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan. Tangan kiri seperti memegang cunam,
dilakukan tarikan sesuai dengan sumbu jalan lahir secara
intermitten.
Bila tarikan berta maka tarika dihentikan. Bila tarikan terasa
ringan maka tarikan dilanjutkan sampai kepala janin lahir.
40. Episiotomi dilakukan saat kepala mendorong perineum
41. Saat subocciput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas
hingga berturut-turut lahir dahi, muka, dan dagu, cunam dilepas
I. LAHIRKAN BAYI
42. Kepala dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan
bahu depan kemudian gerakkan keatas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian lahirkan bayi.
43. Bersihkan muka (mulut dan hidung) bayi dengan kain bersih,
potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak
J. LAHIRKAN PLASENTA
44. Tunggu tanda lepasnya plasenta, lahirkan plasenta dengan
menarik tali pusat dan mendororng uterus kearah dorsokranial
45. Periksa kelengkapan plasenta, (perhatikan bila ada bagian-
bagian yang tidak lengkap atau hilang)
46. Masukkan plasenta kedalam tempatnya.
K. EKSPLORASI JALAN LAHIR
47. Masukkan spekulum Sim’s L atas dan bawah pada vagina
48. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka
episiotomi atau robekan pada dinding vagina di tempat lahir
49. Ambil klem ovarium sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan
secara bergantian kearah samping searah jam, perhatikan ada
tidaknya robekan porsio
50. Bila terjadi robekan diluar episiotomi lakukan penjahitan
L. PENJAHITAN EPISIOTOMI (UNTUK PRIMIPARA)
21
51. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikkan procain
1% (yang telah disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam
luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan subkutis) bagian
atas dan bawah. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit
perineum yang dianestesi dengan pinset bergerigi.
52. Masukkan tampon vagina, kemudian jepit tali pengikat tampon
dan kain penutup perut bawah dengan kocher
53. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit luka
bagian dalam secara jelujur bersimpul kearah luar kemudian
tautkan kembali luka kulit dan mukosa secara subkutikuler atau
jelujur matras.
54. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga
tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung
kemih
55. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan
kapas yang diberikan larutan antiseptik
56. Pasang kasa yang dipasang dengan povidon iiodin pada tempat
jahitan episiotomi
M DEKONTAMINASI
57. Sementara masih menggunakan sarung tangan kumpulkan
instrumen dan masukkan keadalam wadah berisi cairan clorin
0.5%
58. Masukkan sampah habis pakai ke tempat yang tersedia
59. Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh
dibubuhi dengan larutan clorin 0.5%
60. Masukkan tangan kedalam wadah yang berisi larutan clorin
0.5%, bersihkan darah atau cairan tubuh pasien yang melekat
pada sarung tangan, lepaskan terbalik dan rendam pada wadah
tersebut
N. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
61. Cuci tangan dan lengan hingga kesiku dengan sabun dibawah
air yang mengalir
22
62. Keringkan tangan dengan handuk atau tissue bersih
O. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
63. Periksa kembali tanda vital pasien, kontraksi uterus dan
perdarahanpervaginam
64. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
pada kolom yang tersedia pada status pasien
65. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien (pertahankan infus bila diperlukan, bila keadaan umum
pasien cukup baik lepaskan infus)
66. Beritahu kepada pasien bahwa tindakan telah selesai dan pasien
masih memerlukan perawatan lanjutan
67. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan lanjutan
jelaskan jenis dan lama perawatan serta laporkan pada petugas
tersebut jika ada gangguan atau keluhan pasca tindakan
68. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan
instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila
pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan – perubahan
seperti tertulis dalam catatan pasca tindakan .
Top Related