EKSTRAKSI DAN ENKAPSULASI
MINYAK OMEGA-3 DARI DAUN KROKOT
(Portulaca oleracea L.) MENGGUNAKAN
PELARUT ALKOHOL FOOD GRADE 96%
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Program Studi Teknik Kimia
Oleh
Nurahmad Rifai
NIM. 5213414068
TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Nurahmad Rifai
NIM : 5213414068
Skripsi
Judul : Ekstraksi Dan Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun Krokot
(Portulaca Oleracea L.) Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade 96%.
Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.
Semarang, 19 Desember 2018
Pembimbing
Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T.
NIP. 197603112000122001
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Ekstraksi Dan Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun
Krokot (Portulaca Oleracea L.) Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade
96%.” telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Teknik
UNNES pada tanggal 19 bulan 12 tahun 2018.
Oleh :
Nama : Nurahmad Rifai
NIM : 5213414068
Program Studi : S-1 Teknik Kimia
Ketua Panitia Sekretaris
Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. Dr. Megawati, S.T., M.T.
NIP.197405191999032001 NIP.197211062006042001
Penguji 1 Penguji 2 Pembimbing
Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. Rr. Dewi Artanti Putri, S.T., M.T. Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T.
NIP.197405191999032001 NIP. 198711192014042002 NIP. 197603112000122001
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang
Dr. Nur Qudus, M.T
NIP.196911301994031001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik sarjana, baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Semarang, 19 Desember 2018
Yang membuat pernyataan
Nurahmad Rifai
NIM.5213414068
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Antusiasme adalah ragi yang membuat harapan Anda bersinar ke bintang.
Antusiasme adalah kilau di mata Anda, ayunan dalam gaya berjalan anda.
Cengkeraman tangan Anda, gelombang kehendak dan energi yang tak tertahankan
untuk mengeksekusi gagasan Anda ”
–Henry Ford–
“Tak ada yang tak mungkin, selama masih berusaha menggapainya”
–Anonim–
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT.
2. Orang Tua
3. Saudaraku
4. Dosen – dosenku
5. Sahabat – sahabatku
6. Almamaterku
vi
ABSTRAK
Krokot (Portulaca oleracea L.) dapat dimanfaatkan sebagai suplemen
makanan karena kandungan asam alpha-linoleat (ALA) yang cukup tinggi.
Penggunaan pelarut alkohol foodgrade 96% dalam berbagai varian jumlah pelarut
dan waktu didapatkan hasil ekstrak omega-3 yang dapat dijadikan acuan dalam
menentukan variasi jumlah pelarut terbaik dalam ekstraksi organik tanaman
krokot dengan simplisia daun kering. Ekstraksi maserasi dipilih karena biaya yang
digunakan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lain
dan lebih mudah dalam perlakuannya. Ekstraksi paling optimal terjadi pada
variasi jumlah pelarut 2 L dan waktu ekstraksi 30 hari dengan hasil filtrat 14,82 g
lebih baik daripada menggunakan variasi pelarut 1 L dan 1,6 L yang
menghasilkan massa filtrat 7,42 g dan 7,67 g untuk perbandingan variasi jumlah
pelarut dan lebih baik daripada menggunakan variasi waktu 20 hari menghasilkan
9,389 g, sehingga variasi pelarut 2 L menggunakan pelarut alkohol foodgrade
96% adalah variasi pelarut yang paling optimal digunakan untuk ekstraksi organik
tanaman krokot dan waktu ekstraksi yang paling optimal pada waktu 30 hari
ekstraksi. Konsentrasi minyak omega-3 hasil ekstraksi menggunakan pelarut
alkohol foodgrade 96% adalah 1.61 g omega-3/100g simplisia daun kering. Hasil
enkapsulasi menggunakan metode plate driying dapat menjaga kualitas bahan inti
dengan ditandai perubahan fase menjadi kristal pada waktu proses sehingga
terhindar dari kerusakan akibat radikal bebas.
Kata kunci: ekstraksi maserasi, tanaman krokot, konsentrasi omega-3, enkapsu -
lasi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Ekstraksi Dan
Enkapsulasi Minyak Omega-3 Dari Daun Krokot (Portulaca Oleracea L.)
Menggunakan Pelarut Alkohol Food Grade 96%.”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Jurusan Strata I untuk memperoleh gelar
Sarjana Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Ratna Dewi K., S.T., M.T. Dosen Pembimbing yang selalu memberikan
bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi.
4. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T., M.T. dan Rr. Dewi Artanti Putri, S.T., M.T.,
Dosen Penguji yang telah memberi masukan dan pengarahan dalam
penyempurnaan Skripsi.
5. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun
material.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Semarang, 19 Desember 2018
Penulis
viii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................... ...........i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
2.1 Tanaman Krokot ....................................................................................................... 6
2.2 Karakteristik Tanaman Krokot ................................................................................. 7
2.3 Karakteristik Asam Lemak ..................................................................................... 10
2.3.1 Jenis Asam Lemak dan Sumbernya ................................................................ 10
2.3.2 Asam Lemak Omega- 3 .................................................................................. 13
2.3.3 Asam Lemak dan Kesehatan ........................................................................... 15
2.4 Asam Lemak Omega- 3 dalam Tanaman Krokot ................................................... 17
2.5 Macam – Macam Proses Ekstraksi ......................................................................... 17
2.5.1 Pemilihan Pelarut dalam Proses Ekstraksi ...................................................... 20
2.5.2 Proses Ekstraksi Senyawa Aktif dalam Industri Farmasi ............................... 22
2.5.3 Ekstraksi Maserasi Krokot Omega- 3 ............................................................. 22
2.6 Enkapsulasi ............................................................................................................. 23
2.6.1 Enkapsulasi dengan Metode Plate Drying ...................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 26
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................. 26
ix
3.2 Variabel .................................................................................................................. 26
3.2.1 Variasi rasio bahan ekstraksi........................................................................... 26
3.2.2 Variasi waktu ekstraksi ................................................................................... 26
3.3 Alat ......................................................................................................................... 27
3.4 Bahan ...................................................................................................................... 28
3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 28
3.5.1 Preparasi Simplisia Kering ............................................................................. 28
3.5.2 Maserasi Daun Tanaman Krokot .................................................................... 28
3.5.3 Perhitungan Filtrat dan Analilis Asam Lemak Minyak Omega -3 ................. 30
3.5.4 Enkapsulisasi Filtrat Minyak Omega – 3 Hasil Ekstraksi ............................... 31
3.5.5 Analisis Asam Lemak Minyak Omega Tiga ................................................... 31
3.4 Diagram Alir Penelitian Pembuatan Suplemen Minyak Omega -3 ........................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34
4.1 Pengaruh Ekstraksi dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut Alkohol
Foodgrade Terhadap Hasil Filtrat Omega -3 ......................................................... 34
4.2 Hasil Uji GC Terhadap Kadar Kandungan Minyak Omega-3 Pada Ekstrak .......... 37
4.3 Perbandingan Kadar Omega- 3 Esktrak dengan Penelitian Bahan Lain ................. 39
4.4 Pengaruh Enkapsulasi Menggunakan Metode Plate Drying Terhadap Hasil Filtrat
Ekstraksi Menggunakan Pelarut Alkohol Foodgrade 96% .................................... 41
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 44
5.2 Saran ....................................................................................................................... 44
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 45
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Nutrisi Tanaman Krokot per 100 g ............................ 8
Tabel 2.2. Sumber Asam Lemak Omega – 3 Pada Bahan Pangan Nabati
per 100 g ....................................................................................... 9
Tabel 2.3. Komposisi Perbandingan Kandungan Asam Lemak (mg/100 g). 10
Tabel 4.1. Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega – 3 .......................... 34
Tabel 4.2. Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi ........................ 37
Tabel 4.3. Perbandingan Kadar Konsentrasi Senyawa Omega -3 antara
Daun Krokot dengan Berbagai Jenis Rumput Laut...................... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penomoran atom karbon .......................................................... 10
Gambar 2.2. Beberapa jenis sumber asam lemak tak jenuh (PUFAs), ......... 12
Gambar 2.3. Struktur jenis asam lemak ........................................................ 12
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ........................................................... 31
Gambar 4.1. Grafik Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega – 3 ........... 35
Gambar 4.2. Blok Diagram Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil
Ekstraksi .................................................................................. 38
Gambar 4.3. Minyak omega -3 hasil ekstrak dari berbagai simplisia dan
pelarut ....................................................................................... 40
Gambar 4.4. Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:
) ............... 42
Gambar 4.4. Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1: ) .............. 42
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bahan baku tanaman krokot segar ............................................. 47
Lampiran 2 Pencucian tanaman krokot ......................................................... 47
Lampiran 3 Pengeringan daun krokot ........................................................... 47
Lampiran 4 Hasil Uji FTIR ........................................................................... 47
Lampiran 5 Sortasi simplisia kering ............................................................. 47
Lampiran 6 Ekstraksi maserasi ..................................................................... 47
Lampiran 7 Hasil ekstraksi maserasi ............................................................ 47
Lampiran 8 Hasil evaporasi .......................................................................... 48
Lampiran 9 Hasil enkapsulasi ....................................................................... 48
Lampiran 10 Hasil GC- MS .......................................................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Grand design untuk mewujudkan bangkitnya Generasi Indonesia
Emas 2045 telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia, khususnya
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Triyono, 2018). Dalam rangka
mewujudkan hal itu, generasi muda Indonesia dituntut untuk menjadi
generasi yang berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas terdapat berbagai faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya faktor gizi, kesehatan, pendidikan, informasi, teknologi dan jasa
pelayanan lainnya. Di antara faktor-faktor tersebut, faktor gizi merupakan
faktor yang sangat berperan dalam mewujudkan SDM yang berkualitas.
Faktor gizi yang memadai harus diberikan sejak usia dini karena tumbuh
kembang anak paling cepat terjadi pada anak usia dini (AUD). Jika gizi pada
anak usia dini tidak terpenuhi dengan baik maka akan terjadi hambatan
perkembangan otak pada anak (Elnovriza, 2012).
Zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sel-sel neuron otak
untuk bekal kecerdasan pada anak usia dini adalah asam lemak. Asam lemak
terdiri dari asam lemak esensial (omega-3, EPA, DHA, omega-6 dan AA) dan
asam lemak non esensial (omega-9). Asam lemak omega-3 merupakan asam
lemak tak jenuh ganda. Omega-3 (α-linolenat) berfungsi untuk pembentukan
2
spingomielin dan merupakan komponen struktural sel saraf atau mielin
(Diana, 2013).
Asam lemak omega-3 adalah lemak - lemak yang terdapat dalam
minyak hewani dan minyak nabati. Asam lemak omega-3 adalah asam lemak
politakjenuh dengan sebuah ikatan rangkap-dua dimulai setelah atom karbon
ketiga dari salah satu ujung rantai karbonya. Asam lemak ini mempunyai dua
ujung - salah satu ujungnya adalah asam (-COOH) dan ujung yang lain adalah
metil (-CH3). Lokasi ikatan rangkap-dua pertama adalah berlawanan dari
ujung metilnya, yang juga dikenal sebagai ujung omega (ω) atau ujung n
(Diana, 2012).
Asam lemak omega-3 adalah asam lemak esensial yang diperlukan
oleh tubuh manusia karena berperan penting dalam proses metabolisme,
namun tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia. Salah satu komponen
utama dalam asam lemak omega-3 adalah asam alpha-linolenat (ALA, 18
karbon dengan 3 ikatan rangkap) yang mempunyai khasiat lebih dibandingkan
asam lemak lain karena berfungsi mecegah rusaknya membran sel dalam
tubuh dan sebagai pra-pembetukan komponen utama lain dalam asam lemak
omega-3 yang meliputi asam eicosapentaenoic acid (EPA, 20 karbon dan 5
ikatan rangkap) dan asam docosahexaenoic acid (DHA, 22 karbon dengan 6
ikatan rangkap) (Bellows, 2015).
Sumber-sumber umum dari asam lemak omega-3 meliputi minyak
ikan, minyak alga, minyak cumi-cumi dan beberapa minyak tanaman seperti
minyak echium dan minyak biji rami. Selain itu banyak sumber omega-3 di
3
Indonesia yang aplikasinya belum digunakan dengan maksimal seperti halnya
krokot, jenis kacang – kacangan (kedelai, kacang hijau, kacang merah),
bayam, kangkung, kembang kol, selada dan brokoli sehingga dipilih krokot
yang mempunyai kandungan tertinggi diantara bahan pangan di Indonesia
yang berpotensi untuk dimaksimalkan potensi kandungan omega-3 (Li,
2012).
Omega-3 banyak terkandung dalam tanaman pangan lokal krokot
(Portulaca oleracea L.) yang teridentifikasi sebagai bahan pangan lokal
sumber penghasil asam α-linolenat yang baik untuk kecerdasan otak anak.
Kandungan omega-3 dalam krokot mencapai 3% (lrawan et, al. 2003). Oleh
karena itu, tanaman krokot berpotensi untuk diolah menjadi produk suplemen
yang dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak usia dini. Menurut
Simopuolous, (2016) dalam 100 gram satu porsi daun krokot segar me-
ngandung sekitar 300 – 400 mg asam α-linolenat, 12,2 mg α-tochoperol, 26,6
mg asam askorbat 1,9 mg beta-carotene, dan 14,8 mg glutathione. Defisiensi
omega-3 yang berkepanjangan dapat berakibat fatal. Kekurangan asam lemak
omega-3 menimbulkan gangguan saraf dan penglihatan serta bisa
mengganggu perkembangan sistem saraf akan mengakibatkan gangguan pada
sistem daya tahan tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan. Penelitian ini
akan menghasilkan minyak omega-3 hasil ekstraksi tanaman krokot dan akan
dianlisis kandungan asam lemak dengan menggunakan inovasi pelarut
alkohol food grade, dengan harapan untuk merintis produk olahan berbasis
4
tanaman pangan lokal yang mempunyai manfaat tinggi dan belum
dimaksimalkan dalam aplikasinya.
Teknik pengambilan suatu zat aktif tertentu di dalam simplisia
tanaman yang paling umum adalah menggunakan ekstraksi, zat yang diambil
berupa zat aktif yang dapat bermanfaat bagi tubuh atau membantu
memulihkan kesehatan manusia. Ekstraksi yang digunakan untuk mengambil
senyawa asam lemak omega-3 dari tanaman krokot adalah ekstraksi dengan
metode maserasi karena dinilai paling efisen, langkah kerja yang digunakan
cukup sederhana, dan dapat menggunakan bahan baku simplisia yang banyak
dalam sekali proses sehingga tidak menghabiskan banyak waktu untuk
proses. Menurut Tan (2014), ekstraksi minyak omega-3 dari simplisia nabati
bergantung pada tingkat konsentrasi dan kepolaran pelarut, semakin tinggi
konsentrasi pelarut makan semakin banyak filtrat yang dihasilkan dan
semakin non-polar pelarut maka semakin banyak filtrat yang dihasilkan.
Pemilihan pelarut alkohol foodgrade adalah untuk mengetahui filtrat yang
dihasilkan dari proses ekstraksi layak untuk menjadi produk pangan atau
edible karena semakin polar suatu pelarut yang digunakan dalam proses
pembuatan suatu produk pangan maka semakin tinggi tingkat keamanan
untuk dapat dikonsumsi oleh manusia.
Dalam industri secara nyata yang melibatkan ekstraksi dalam proses
pembuatan seperti salah satunya adalah jamu menggunakan pelarut polar
seperti alkohol. Tingkat keamanan dari pelarut alkohol cukup tinggi dan tidak
meninggalkan residu yang berbahaya seperti metanol, dengan demikian layak
5
untuk menjadi bahan pelarut yang digunakan dalam proses untuk mengolah
produk pangan bagi manusia. Menurut BPOM (2014), suatu produk olahan
pangan yang dalam prosesnya menggunakan bahan kimia dikategorikan
sebagai produk high risk. Kategori produk high risk berarti dalam proses
pembuatan produk olahan pangan tersebut harus melalui seleksi ketat
sehingga benar – benar aman untuk dikonsumsi bagi manusia.
Menurut Anwar (2011), dalam suatu industri yang menghasilkan
produk berupa cairan atau dalam hal ini adalalah minyak omega-3, zat aktif
dan zat gizi yang terkan-dung di dalamnya mempunyai sifat yang mudah
rusak terhadap lingkungan, atau sifat alami dari bahan itu sendiri seperti
mudah teroksidasi maupun memiliki stabilitas penyimpanan yang rendah atau
mudah menguap. Salah satu usaha untuk melindungi zat aktif atau zat gizi
tersebut adalah menggunakan teknologi enkapsulasi. Enkapsulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah enkapsulasi metode plate driying
dengan menggunakan bahan kapsul gelatin. Dengan demikian zat aktif dan
zat gizi yang terkandung dalam miyak omega-3 dapat dipertahankan karena
stabilitas penyimpanan menjadi lebih stabil dan melindungi zat aktif dan zat
gizi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat
dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
6
a. Bagaimana pengaruh ekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut alkohol food grade 96% pada daun krokot
terhadap jumlah kandungan asam lemak omega-3?
b. Berapa rasio antara simplisia dengan pelarut dan variasi waktu
esktraksi yang menghasilkan filtrat paling banyak untuk maserasi
minyak omega-3 menggunakan pelarut alkohol food grade 96%?
c. Apakah pengaruh enkapsulasi dengan metode plate driying
terhadap filtrat hasil ekstraksi minyak omega-3 menggunakan
pelarut alkohol food grade 96%?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini, diantaranya
yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh ekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut alkohol food grade 96 pada daun krokot
terhadap jumlah kandungan asam lemak omega-3.
b. Untuk mengetahui rasio antara simplisia dengan pelarut dan variasi
waktu esktraksi yang menghasilkan filtrat paling banyak untuk
maserasi minyak omega-3 menggunakan pelarut alkohol food
grade 96%
c. Untuk mengetahui pengaruh enkapsulasi dengan metode plate
driying terhadap filtrat hasil ekstraksi minyak omega-3
menggunakan pelarut alkohol food grade 96%
7
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini,
diantaranya yaitu :
a. Memberikan alternatif pengolahan daun krokot untuk efektifitas
teknologi pangan sebagai sumber omega-3
b. Kajian baru mengenai proses ekstraksi omega- 3 dari daun krokot
menggunakan pelarut alkohol food grade 96%
c. Menerapkan enkapsulasi model baru dengan metode plate driying
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Krokot
Bahan utama dalam penelitian ini adalah tanaman krokot yang mempunyai
tingkat nutraceutical tinggi, menyediakan sumber nutrisi yang baik untuk
manusia, serta mencegah beberapa penyakit. Meskipun dikenal sebagai gulma,
pengunaan krokot sebagai bahan makanan telah dilaporkan di berbagai negara,
sebagian besar terbatas pada daerah Asia dan Mediterania. Krokot juga diakui
sebagai bahan makanan di Amerika Utara karena status gizinya yang tinggi
(Mosquera, 2013).
Tabel 2.1. Komposisi Nutrisi Tanaman Krokot per 100 g
Kandungan Komposisi (%)
Protein 26
Lemak 4
Karbohidrat 40
Serat 10
Abu 20
Sumber: (Mosquera, 2013)
Dari tabel 2.1. kandungan lemak krokot yang merupakan asam lemak
mencapai 4% dengan jumlah kandungan mencapai 300 – 400 mg ALA omega-3
per 100 g tanaman krokot, dibandingkan dengan kandungan asam lemak dalam
beberapa bahan pangan nabati seperti bayam, brokoli, selada air, peterseli, dan
lainnya kandungan ALA dalam tanaman krokot paling besar, sehingga berpotensi
untuk diolah sebagai sumber bahan pangan alternatif. Kandungan asam lemak
omega–3 yang terdapat pada beberapa bahan pangan nabati ditampilkan pada
tabel 2.2.
9
Tabel 2.2. Sumber Asam Lemak Omega – 3 Pada Bahan Pangan Nabati per 100 g
Sumber Jumlah kandungan omega- 3 (mg)
Bayam 150
Selada air 225
Brokoli 114
Peterseli 169
Sawi 125
Tauge 101
Sumber: (Li, 2012)
2.2 Karakteristik Tanaman Krokot
Uji yang dilakukan tanaman krokot mengindikasiakn adanya peningkatan
konsentrasi asam linoleat dan asam ⍺-linolenat yang terdapat dalam biji, batang
dan daun, dan adanya antioksidan dan asam oksalat, hasil penelitian yang
dilakukan juga telah menjadi terobosan alternatif dalam pengembangan obat pada
seseorang yang beresiko memiliki penyakit batu ginjal (Fontana 2006, Sara 2013).
Krokot adalah sumber asam α-linolenat yang sangat baik. ⍺-linolenat
adalah asam lemak omega-3 yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan manusia dan dalam mencegah penyakit. Krokot telah terbukti
mengandung asam lemak omega-3 lima kali lebih tinggi dari bayam. Asam lemak
Omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak tak jenuh ganda yang penting
untuk pertumbuhan, perkembangan, pencegahan berbagai penyakit kardio-
vaskular, dan pemeliharaan sistem kekebalan tubuh. Komposisi asam linoleat dan
asam α-linolenat yang terdapat dalam tanaman krokot dibandingkan dengan
tanaman lain dapat dilihat pada tabel 2.3.
10
Tabel 2.3. Komposisi Perbandingan Kandungan Asam Lemak (mg/100 g)
Tanaman Asam linoleat Asam ⍺-linolenat Krokot 204 457
Bunga Matahari 1200 74
Bayam 26 138
Alpukat 1440 110
Selada 0 0
Zaitun 810 64
Rami 55 280
Sumber: (Mosquera, 2013)
2.3 Karakteristik Asam Lemak
Asam lemak merupakan suatu senyawa yang terbentuk dari ikatan asam
karboksilat dengan ikatan alifatik bersifat jenuh maupun tak jenuh. Asam lemak
merupakan unsur dasar pembangun lemak (lipid) atau biasa disebut sebagai
turunan dari trigliserida atau fosfolipid dan merupakan komponen utama
penyusun lemak yang mempunyai rumus kimia R-COOH atau R-CO2H. Asam
lemak alami mempunyai rantai dengan jumlah karbon genap dari 4 hingga 28.
Gambar 2.1 Penomoran atom karbon
(www.en.wikipedia.org/wiki/Fatty_acid.com)
2.3.1 Jenis asam lemak dan sumbernya
Menurut JH (2008), asam lemak dibagi menjadi beberapa macam, antara
lain asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, asam lemak asetilenik, asam lemak
trans, asam lemak bercabang, asam lemak siklik, asam lemak epoksi dan hipoksi,
dan asam lemak furanoid.
11
Definisi dari asam lemak jenuh merupakan asam karboksilat yang
mempunyai 1 hingga 32 atom karbon di mana ikatan antara atom-atom karbonnya
tidak mempunyai ikatan rangkap (JH, 2008). Dalam kehidupan sehari – hari
ditemukan beberapa jenis makanan yang mengandung asam lemak jenuh,
beberapa ditemukan dengan proporsi tinggi (lebih dari 40%) antara lain dairy
products (krim, keju, butter, es krim), cokelat, beberapa jenis kue, pastry, butter,
lemak daging, dan minyak kelapa sawit.
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap pada struktur kimianya. Asam lemak tak jenuh terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (MUFAs) dan asam lemak tak jenuh ganda
(PUFAs). MUFAs merupakan asam lemak tak jenuh yang mempunyai 1 ikatan
rangkap, sedangkan PUFAs merupakan asam lemak yang mempunyai lebih dari 1
ikatan rangkap. PUFAs terdiri dari asam lemak omega-3 (n-3), omega-6 (n-6), dan
omega-9 (n-9). Banyaknya ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak
jenuh mempengaruhi sifat asam lemak tersebut terhadap oksidasi lemak, dimana
semakin banyak ikatan rangkap dalam asam lemak tersebut semakin rentan
terhadap oksidasi lemak. Selain itu, asam lemak tak jenuh juga akan rusak apabila
terkena panas dan perubahan suhu. Asam lemak tak jenuh banyak ditemukan pada
kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, kekerangan, udang-udangan, alga (makroalga
dan mikroalga), dan daun yang berwarna hijau.
12
Gambar 2.2. Beberapa jenis sumber asam lemak tak jenuh (PUFAs), (a) ikan, (b)
rumput laut, (c) minyak kanola, (d) minyak ikan, (e) walnut.
Gambar 2.3. Struktur jenis asam lemak (sumber:
https://www.123rf.com/photo_32093881_stock-vector-saturated-fatty-acids-
styl.html)
13
Beberapa jenis asam lemak dalam bahan pangan dapat kita lihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Beberapa Jenis Asam Lemak. Simbol * menandai asam lemak esensial.
Rumus
Kimia
Nama Asam Lemak Jenis Asam lemak Sumber
12:0 Asam lemak laurat Jenuh Minyak kelapa
14:0 Asam lemak miristat Jenuh Susu sapi, minyak
ikan, alga
16:0 Asam lemak palmitat Jenuh Minyak sawit
(>40%), alga
18:0 Asam lemak stearat Jenuh Cocoa butter
18:1n-9 Asam lemak oleat Tak jenuh (-9) Minyak zaitun,
pecan oil, minyak
biji bunga
matahari
18:1n-7 Asam lemak vacenat Tak jenuh Bakteri
18:2n-6* Asam lemak linoleat Tak jenuh ( Minyak jagung,
minyak bunga
matahari
18:3n-6 Asam lemak -linoleat Tak jenuh ( Minyak kanola,
kedelai, walnut
18:3n-3* Asam lemak -linoleat Tak jenuh ( Spirulina, rumput
laut, jagung,
krokot
18:4n-3 Asam lemak stearidonat Tak jenuh ( Blackcurrant, alga
laut
20:0 Asam lemak arakidat Jenuh Mikroorganisme
20:2n-6 Asam lemak eicosadienat Tak jenuh ( Jaringan hewan
20:3n-3 Asam lemak eicosatrienat Tak jenuh ( Teh, rumput laut
20:3n-6 Asam lemak dihomo -
linoleat
Tak jenuh ( Jaringan hewan
20:4n-6 Asam lemak arakidonat Tak jenuh ( Alga laut, daging,
telur
20:5n-3 Asam lemak EPA Tak jenuh ( Ikan, alga laut
22:0 Asam lemak behenat Jenuh Minyak kelapa
22:1 Asam lemak erukat Tak jenuh Minyak mustard
22:6n-3 Asam lemak DHA Tak jenuh ( Ikan, alga laut
24:0 Asam lemak lignoserat Jenuh Peanut oil
24:1n-9 Asam lemak nervonat Tak jenuh ( Ikan kod
Sumber: www.cyberlipid.org
2.3.2. Asam Lemak Omega-3
Asam lemak Omega-3 adalah komponen lemak dalam makanan yang kita
makan. Istilah omega dan nomor tiga mengacu pada bahan kimia
14
struktur asam lemak. Ada tiga asam lemak omega-3 utama: Asam ⍺-linolenat
(ALA) adalah kandungan yang paling banyak terdapat dalam asam lemak omega-
3 dan universal digunakan untuk bahan makanan mayoritas terutama negara di
Eropa dan Amerika barat, eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic
acid (DHA) diketahui sebagai "rantai panjang" atau asam lemak omega-3 laut
karena kebanyakan ditemukan pada ikan dan minyak ikan.
. ALA berasal dari tumbuhan, dan ditemukan di minyak sayur, terutama
biji rami, kenari, minyak kanola dan kedelai. ALA adalah asam lemak esensial
yang diperlukan bagi tubuh, tubuh kita harus mengkonsumsinya karena tubuh kita
membutuhkan ALA tetapi tidak bisa memproses dan memproduksinya yang
dibutuhkan untuk membentuk fungsional asam lemak omega-3 esensial, EPA dan
DHA.
EPA dan DHA memiliki manfaat yang berperan penting dalam menjaga
kesehatan tubuh. Meskipun bahan makanan yang mengandung ALA dalam
prosesnya tidak dapat dikonversi dengan baik menjadi EPA dan DHA. Namun,
pra-pembentukan EPA dan DHA diperlukan untuk menjaga kesehatan optimal
pada tubuh seseorang, khususnya selama periode pertumbuhan yang cepat dan
perkembangan seperti kehamilan dan dalam tahun pertama kehidupan.
.
15
2.3.3. Asam lemak dan kesehatan
Asam lemak dan kesehatan saling memiliki keterkaitan satu dengan yang
lain. Asam lemak jenuh menurut berbagai organisasi kesehatan dunia (WHO,
FDA) merupakan faktor penyebab penyakit yang berhubungan dengan
kardiovaskular. Selain itu, konsumsi asam lemak jenuh yang berlebihan dapat
menyebabkan timbulnya penyakit dyslipidemia, kanker (payudara, ovarium,
colorectal, dan prostat). Mereka menyarakan agar asupan asam lemak jenuh
sebaiknya kurang dari 10 % bagi orang normal dan kurang dari 7% bagi yang
berisiko tinggi. Selain asam lemak jenuh, jenis asam lemak trans yang terdapat
pada makanan cepat saji dan snack juga tidak baik bagi kesehatan. Pada tahun
2002, National Academy of Sciences memberikan rekomendasi terkait konsumsi
asam lemak trans dimana asam lemak trans dapat meningkatkan LDL (kolesterol
jahat) dan menurunkan HDL (kolesterol baik) serta meningkatkan risiko penyakit
jantung. Selain itu, konsumsi asam lemak trans yang berlebihan dapat
menyebabkan penyakit alzheimer, kanker, diabetes, obesitas, disfungsi hati,
ketidaksuburan pada wanita, serta depresi.
Berkebalikan dengan kedua jenis asam lemak tersebut, asam lemak tak
jenuh mempunyai peran penting dalam kesehatan. Asam lemak tak jenuh yang
banyak terdapat pada alga, minyak ikan, seafood dan biji-bijian dapat menurunkan
resiko terhadap serangan jantung. Selain itu, Omega-6 pada minyak bunga
matahari juga dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Omega-3 dapat
menurunkan resiko penyakit jantung, serangan jantung, resiko kanker payudara,
depresi, dan hipertensi. Konsumsi omega-3 dianjurkan bagi wanita hamil untuk
16
meningkatkan kesehatan otak dan mata. Namun yang lebih penting dalam
konsumsi makanan yang mengandung asam lemak adalah kecukupan rasio antara
asam lemak omega-6 dan omega 3. Beberapa sumber menyebutkan bahwa rasio
yang baik antara asam lemak esensial (n-6/n-3) adalah ~1
Studi menurut Diana (2012), Asam lemak omega-3 akan menghasilkan
asam-asam lemak dan kolesterol yang dibutuhkan untuk membentuk sel-sel
membran pada organ – organ vital tubuh seperti retina dan sistim saraf pusat
terutama terssusun oleh lemak. Asam lemak omega-3 termasuk asam lemak
esensial. Asam lemak yang esensial adalah asam lemak yang tidak dapat
diproduksi dalam tubuh sehingga harus diperoleh dari luar dengan cara
menkonsumsi makanan, terdiri dari asam linoleat, linulenat dan arakidonat.
Menurut Diana (2012) kekurangan omega-3 yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan gangguan saraf dan penglihatan serta bisa mengganggu
perkembangan sistem saraf. Akibatnya, dapat terjadi gangguan pada sistem
kekebalan tubuh, daya ingat, mental,dan penglihatan. Namun kelebihan asam
lemak dapat menyebabkan obesitas dan penyakit jantung serta dapat
meningkatkan kadar kolesterol, LDL yang dapat memacu terjadinya
atherosclerosis dan penyakit jantung koroner karena asam lemak pada dasarnya
adalah energi yang diperlukan oleh tubuh pada kadar tertentu yang bersifat
esensial sehingga tidak baik apabila diberikan secara berlebih, akbiatnya dapat
meningkatkan kadar kolestrol dan kadar LDL
17
2.4. Asam Lemak Omega–3 dalam Tanaman Krokot
Krokot adalah salah satu sumber tanaman hijau yang kaya asam lemak
omega-3. Asam lemak omega-3 dalam tanaman krokot tergolong asam lemak
nabati yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida, dan
meningkatkan kadar lipoprotein dalam darah yang bermanfaat bagi kesehatan.
Selain itu, kemampuan asam lemak omega-3 untuk mengurangi kepekatan dalam
darah dapat menguntungkan dalam pengobatan penyakit vaskular. Tidak seperti
minyak ikan dengan kandungan kolesterol dan kalori yang tinggi, krokot juga
menyediakan sumber asam lemak omega-3 bermanfaat yang sangat baik bagi
tubuh tanpa kolesterol seperti dalam minyak ikan, karena tidak mengandung
kolesterol. Ada 3 varietas krokot, yaitu, hijau, emas, dan varietas emas berdaun
lebar.
2.5. Macam – Macam Proses Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Ekstraksi
bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam jaringan
tanaman ke dalam pelarut yang dipakai untuk proses ekstraksi tersebut.
a. Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena adanya
18
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di
luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan di dalam sel.
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan
melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya
dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak
tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan
daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
c. Metode Refluks
Salah satu metode sintesis senyawa anorganik adalah refluks,
metode ini digunakan apabila dalam sintesis tersebut menggunakan pelarut
yang volatil. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka
pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai. Prinsip dari
metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada
suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
19
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan
turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama
reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak ada uap
air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam
untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif.
d. Metode Soxhlet
Sokletasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan
akan terisolasi. Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu.
Menggunakan metode pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah
dingin secara terus - menerus akan membasahi sampel, secara teratur
pelarut tersebut dimasukkan kembali ke dalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa
senyawa kimia pada labu distilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator
sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu campuran organik
berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka dapat
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.
e. Metode Destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-
minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
20
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).
Dari beberapa jenis metode ekstraksi yang ada, teknik ekstraksi dengan
metode maserasi menjadi pilihan untuk penelitian ini karena dinilai paling efisen,
langkah kerja yang digunakan cukup sederhana, dan dapat menggunakan simplisia
yang banyak dalam sekali proses sehingga filtrat yang dihasilkan cukup banyak,
maka dari itu ekstraksi dengan metode maserasi adalah pilihan yang tepat
digunakan untuk penelitian ini.
2.5.1. Pemilihan Pelarut dalam Proses Ekstraksi
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi
ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:
a. Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
b. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar.
c. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak
boleh larut dalam bahan ekstraksi.
d. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dengan bahan ekstraksi.
21
e. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen bahan ekstraksi.
f. Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak
dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.
g. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak
korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan
fisik.
Dalam penelitian ini pelarut alkohol foodgrade dipilih menjadi pelarut
karena tingkat keamanan dari pelarut tersebut tinggi dan tidak meninggalkan
residu yang berbahaya seperti methanol,maupun hexane dengan demikian layak
untuk menjadi bahan pelarut yang digunakan dalam proses untuk mengolah
produk pangan bagi manusia.
Studi oleh (Damayanti, 2012) dalam esktrak senyawa minyak
menggunakan metode maserasi dengan pemilihan pelarut alkohol mendapatkan
rendemen 8,76 % sedangkan dengan pelarut n-hexane sebanyak 0,34 %, hal ini
menunjukkan bahwa pelarut alkohol lebih baik melarutkan senyawa minyak
namun dalam percobaan percobaan yang dilakukan oleh Damayanti minyak yang
diekstrak adalah miyak atsiri dengan bahan aktif eicosane dan octadecane pada
bunga mawar.
22
2.5.2 Proses Ekstraksi Senyawa Aktif dalam Industri Farmasi
Ekstraksi, dalam farmasi istilah ini digunakan untuk proses yang
melibatkan pemisahan bagian aktif dari tumbuhan atau jaringan hewan dari
komponen inaktif atau inert dengan menggunakan pelarut selektif dalam prosedur
ekstraksi standar. Produk yang diperoleh dari hasil ekstraksi tanaman relatif tidak
murni cairan, terdapat juga semisolids atau bubuk dan hasil dari proses ini hanya
digunakan sebagai obat untuk penggunaan oral atau eksternal.
Ada beberapa teknik ekstraksi dalam mengekstrak pada tanaman, dalam
hal ini merupakan tanaman yang memiliki senyawa aktif khusus yang berfungsi
sebagai obat, prosedur ekstraksi tanaman obat dalam dunia indsutri mempunyai
tahapan yaitu, decoctions, infus, liquid extraction, tincture, pilular extract (ekstrak
semipadat) dan ekstrak bubuk. Tahapan ekstrak tersebut bernama galenicals,
dinamai oleh Galen, dokter Yunani abad ke-2. Tujuan prosedur ekstraksi dalam
dunia farmasi adalah untuk memberlakukan prosedur standar yang benar untuk
mengekstrak tanaman obat-obatan agar menpatkan senyawa aktif yang diinginkan
dan untuk menghilangkan bahan inert dengan pelarut selektif yang dalam farmasi
dikenal sebagai menstruum.
2.5.3 Ekstraksi Maserasi Krokot Omega 3
Ekstraksi secara maserasi dalam ilmu farmasi melibatkan teknik
mengekstrak tanaman obat untuk memperoleh agen obat dalam bentuk tincture
dan ekstrak cairan, hasil proses ekstraksi yang didapatkan disimpan dalam bentuk
sediaan seperti tablet atau kapsul, atau difraksinasi untuk mengisolasi entitas
kimia individu. seperti ajmalicine, hyoscine dan vincristine, yang merupakan obat
23
modern. Dengan demikian, standardisasi prosedur ekstraksi memberikan
kepastian terhadap kualitas akhir dari obat herbal yang diproses dengan ekstraksi
secara maserasi.
Dalam proses ini, simplisia tanaman kering atau bubuk ditempatkan dalam
suatu wadah dengan pelarut dan dibiarkan pada suhu kamar untuk jangka waktu
minimal 3 hari dengan pengadukan yang sering sampai zat terlarut larut.
Campuran kemudian disaring, lalu akan meninggalkan marc (residu bahan padat
basah) dan cairan gabungan (pelarut dan filtrat) yang dapat dipekatkan dengan
melakukan penyaringan lanjutan atau dekantasi seperti mealukan evaporasi
pelarut.
2.6. Enkapsulasi
Enkapsulasi merupakan teknik melindungi suatu material yang dapat
berupa komponen bioaktif berbentuk cair, padat, atau gas menggunakan penyalut
yang membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang
dilindungi dalam proses enkapsulasi disebut sebagai core dan struktur yang
dibentuk oleh bahan pelindung yang menyelimuti inti disebut sebagai dinding,
membran, atau kapsul (Kailasapathy, 2002; Krasaekoopt et al., 2003). Melalui
teknik enkapsulasi, inti yang berada di dalam kapsul akan terhindar dari pengaruh
lingkungan sehingga akan terjaga dalam keadaan baik dan inti tersebut akan
dilepaskan hanya ketika persyaratan kondisi terpenuhi.
Teknik enkapsulasi dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat
pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Saat ini teknik enkapsulasi
dikembangkan untuk melindungi komponen bioaktif seperti polifenol, enzim, dan
24
antioksidan dalam ukuran yang lebih kecil sehingga lebih efisien dan efektif
dalam distribusi dan penanganannya karena melalui proses enkapsulasi mampu
mengubah bentuk dari senyawa bioaktif yang semula berupa cair atau gas menjadi
mampat dalam bentuk bubuk (padatan) yang stabil. Teknik enkapsulasi saat ini
dapat dibedakan atas ukuran partikel yang dihasilkan. Makrokapsul ditujukan
untuk partikel yang memiliki partikel berukuran > 5.000 μm, mikroenkapsulasi
apabila memiliki ukuran partikel 1-5.000 μm, dan nanoenkapsulasi apabila
menghasilkan partikel berukuran < 1μm.
Beberapa metode enkapsulasi yang sering digunakan dalam dunia indsutri
adalah Spray drying dan Freeze drying. Spray drying ini banyak digunakan karena
biayanya yang relatif lebih rendah namun dibandingkan plate driying biaya masih
jauh lebih mahal. Proses spray drying adalah dengan pembentukan emulsi atau
suspensi antara bahan aktif dan pelapis, dan pengkabutan emulsi ke sirkulasi
udara kering panas dalam ruang pengering menggunakan atomizer ataupun nozzle.
Kadar air dalam droplet emulsi diuapkan akibat kontak dengan udara panas.
Padatan yang tersisa dari bahan pelapis menjebak bahan inti. Meski demikian,
pengeringan menggunakan spray dyer yang melibatkan suhu tinggi dapat merusak
beberapa komponen dalam bahan pangan yang sensitif atau mudah rusak oleh
suhu yang tinggi
2.6.1. Enkapsulasi dengan Metode Plate Drying
Metode yang digunakan untuk mengaplikasikan teknologi mikro-
enkapsulasi pada penelitian ini adalah Plate drying karena biayanya yang lebih
rendah dibandingkan dengan semua proses enkapsulasi yang ada. Proses plate
25
drying adalah dengan pembentukan kristal antara bahan inti dan pelapis dengan
panas sebagai pengering menggunakan plate. Kadar air dalam suspensi bahan inti
dan penyalut diuapkan akibat kontak dengan plate yang sudah mengalami
penaikkan suhu. Padatan yang tersisa dari bahan pelapis menjebak bahan inti dan
terjadi pengkristalan. Beberapa metode pengeringan, misalnya menggunakan
spray dyer yang melibatkan suhu tinggi dapat merusak beberapa komponen dalam
bahan pangan yang sensitif atau mudah rusak oleh suhu yang tinggi. Namun
proses ini dinilai cocok karena selain biaya yang relatif cukup rendah aplikasi
penggunaan metode ini cukup sederhana dan suhu yang digunakan tidak terlalu
tinggi, sehingga dipilih enkapsulasi menggunakan metode plate driying.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian tentang ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan tanaman
lokal krokot (Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut alkohol food
grade dan aplikasinya sebagai sumber minyak omega-3 yang disediakan dalam
bentuk suplemen kesehatan dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi.
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Universitas
Negeri Semarang dengan waktu pelaksanaan pada semester genap
2017/2018.
Ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan tanaman lokal krokot
(Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut alkohol food grade
dan aplikasinya sebagai suplemen sumber minyak omega–3. Ekstraksi
menggunakan metode maserasi dari daun krokot memiliki beberapa
variabel sebagai berikut.
3.2 Variabel
3.2.1 Variasi rasio bahan ekstraksi
a. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan
pelarut 1 : 5, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 1 liter
pelarut.
27
b. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan
pelarut 1 : 8, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 1,6 liter
pelarut
c. Penggunaan rasio bahan dengan perbandingan kadar simplisia dan
pelarut 1 : 10, dengan kuantitas 100 gram simplisia dan 2 liter
pelarut
3.2.2 Variabel waktu ekstraksi
a. Variasi waktu dalam proses ekstraksi selama 20 hari, dengan satu
kali waktu siklus setelah ekstraksi selama dua minggu.
b. Variasi waktu dalam proses ekstraksi selama 30 hari, dengan satu
kali waktu siklus setelah ekstraksi selama tiga minggu.
. Penelitian tentang ekstrak minyak omega-3 dari bahan pangan
tanaman lokal krokot (Portulaca oleracea L.) dengan menggunakan pelarut
alkohol food grade 96% dan aplikasinya sebagai sumber minyak omega-3,
menggunakan alat,bahan dan prosedur kerja sebagai berikut:
3.3. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Timbangan digital
2. Gelas ukur 100 mL (2)
3. Pipet tetes (2)
4. Labu takar 100 mL (1)
5. Beaker glass 500 mL (1)
6. Gelas arloji
28
7. Spatula
8. Corong kaca
9. Kertas saring
10. Alat uji GC-MS
11. Vial glass 5 mL (9)
12. Ember (9)
13. Termometer100°C
3.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Daun tanaman krokot 50 kg
2. Pelarut alkohol food grade 96% sebanyak 9 L
3. Maltodekstrin 50 g
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Preparasi Simplisia Kering
Daun krokot dibersihkan menggukan air bersih sampai kotoran
yang menempel hilang kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari
hingga kering. Daun krokot yang sudah cukup kering kemudian
disimpan dalam ruangan terhindar dari sinar matahari dalam keadaan
dihamparkan kemudian telah siap untuk menjalani proses ekstraksi.
3.5.2. Maserasi Daun Tanaman Krokot
Daun krokot yang telah menjadi simplisia kering diambil
menggunakan spatula ke dalam gelas arloji kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital sebanyak 100 gram/sampel sampai
29
mendapat 9 sampel. Masukkan sampel variabel pertama(A) ke dalam
wadah maserasi sebanyak 100 gram kemudian tuangkan sebanyak 1 L
pelarut menggunakan corong dan glass beaker, kemudian untuk
sampel variabel kedua(B) masukkan 100 gram simplisia ke dalam
wadah maserasi kedua dan tambahkan pelarut sebanyak 1,6 L
menggunakan corong dan glass beaker, dan sampel variabel ketiga(C)
masukkan 100 gram simplisia ke dalam wadah maserasi ketiga dan
tambahkan pelarut sebanyak 2 L menggunakan corong dan glass
beaker. Setelah itu buat kembali sampel variabel pertama(A) sampai
terdapat 3 sampel variabel pertama(A), kemudian melakukan
perlakuan yang sama untuk variabel kedua(B), dan ketiga(3).
Wadah tempat maserasi ditutup rapat dan disimpan pada tempat
yang terlindung dari sinar matahari langsung untuk 3 sampel pertama
variabel A, B, dan C selama 20 hari dan untuk 3 sampel kedua selama
30 hari. Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan kain saring
untuk memisahkan filtrat dan pelarut alkohol food grade dengan
ampasnya. Kemudian larutan yang telah dipisahkan dibawa ke
Laboratorium Terpadu Undip untuk melakukan penguapan
menggunakan rotary evaporator sehingga mendapatkan hasil ekstrak
yang lebih pekat.
30
3.5.3. Perhitungan Filtrat dan Analilis Asam Lemak Minyak Omega – 3
Hasil ekstrak daun krokot yang berupa suspensi pekat kemudian
dilakukan perhitungan pada setiap variabel sampel dengan
menggunakan persamaan (1) :
Filtrat (g) = Keseluruhan berat (vial+ekstrak), (g) – berat vial (g), (1)
Setelah itu mencatat dan pisahkan hasil perhitungan pada tiap sampel.
Untuk analisis asam lemak minyak omega-3, siapkan satu set alat
GC (Gas Chromatography) Shimadzu QP 5000. Sampel sebanyak 1 μl
diinjeksikan ke alat GC yang dioperasikan menggunakan kolom kaca
panjang 25 m, diameter 0,25 mm, dan ketebalan 0,25 μm dengan fasa
diam CP- Sil 5 CB dengan set temperatur 50°C – 250°C, dengan
pengaturan 25°C/ menit menuju 200°C, 30°C/ menit menuju 230°C,
dan 18 menit untuk split rasio dengan pemilihan gas helium sebagai
gas carrier bertekanan 12 kPa. Hasil dari pengamatan alat GC
kemudian dibuat tabel pengamatan. Kemudian menganalisis
kandungan asam lemak omega – 3 dinyatakan dalam persen (%)
dengan menggunakan persamaan (2) :
k𝑜𝑛.𝜔 − 3 =
(2)
Kon.ω-3 berarti konsentrasi dari ekstrak omega 3, (g/ 100g); C berarti
konsentrasi omega 3 yang diperoleh dari hasil pembacaan tabel GC-
MS, (%); Y berarti berat dalam suspensi filtrat hasil evaporasi
31
menggunakan rotary evaporator (RE) setelah proses ekstraksi, (g) dan
Wsimplisia adalah berat dari simplisia awal, (g).
3.5.4. Enkapsulisasi Filtrat Minyak Omega – 3 Hasil Ekstraksi
Mengenkapsulasi minyak hasil ekstraksi dengan metode plate
driying menggunakan kapsul gelatin yang dilakukan di Laboratorium
Terpadu Jurusan Teknik Kimia Unnes, kemudian pisahkan hasil
enkapsulasi untuk setiap sampel.
3.5.5. Analisis Asam Lemak Minyak Omega- 3
Komposisi jenis asam lemak bebas dalam minyak akan
menentukan kualitas dan kemudahan dalam mengalami kerusakan
minyak. Minyak yang terdiri dari banyak asam lemak tak jenuh
(unsaturated) akan lebih mudah rusak dan tidak sesuai untuk digunakan
dalam proses pemanasan suhu tinggi dalam waktu lama. Oleh karena
itu, pengetahuan mengenai komposisi asam lemak suatu minyak
menjadi penting untuk menentukan kualitas dan kesesuaian
penggunaan. Analisis komposisi asam lemak dapat dilakukan dengan
menggunakan instrumen Gas Chromatography (GC) (Hussain, 2014).
3.6. Diagram Alir Penelitian Pembuatan Suplemen Minyak Omega -3
Daun Krokot
Pencucian
(Menggunakan air bersih)
32
Pengeringan
(Menggunakan sinar matahari)
Sortasi
(Memilih bagian daun sebagai simplisa)
Ekstraksi Maserasi (perbadingan 100 gram
sampel : 200 mL pelarut )
Rasio = 1 : 8
Rasio = 1 : 5 Rasio = 1 : 10
t = 20 hari t = 30 hari
Pembagian Ekstraksi Maserasi dalam 3
variabel waktu dengan satu kali siklus dan
pengadukan (setiap 3 hari) sekali
Penyaringan dengan kain
saring dan kertas saring
Pemurnian dengan rotary
dryer
33
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Analisis asam lemak minyak
omega 3 (GC-MS)
Enkapsulasi filtrat omega 3
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Ekstraksi dengan Metode Maserasi Menggunakan Pelarut
Alkohol Foodgrade Terhadap Hasil Filtrat Omega–3
Pada proses ekstraksi omega-3 dari daun krokot menggunakan pelarut
alkohol foodgrade 96%, hasil ekstrak setelah mengalami treatment berupa
pemekatan hasil ekstrak sampel dengan metode rotary evaporator yang dilakukan
di Laboratorium Terpadu Undip menunjukkan bahwa sampel dengan variabel
proses 30 hari dengan volume 2 L pelarut mendapatakan hasil ekstrak yang paling
banyak sedangkan hasil ekstrak paling sedikit ditunjukkan dengan variabel 20 hari
dengan volume pelarut 1 L. Hasil ekstraksi maserasi setelah mendapatkan
treatment pemekatan dengan rotary evaporator dapat dilihat pada gambar 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega–3
volume
pelarut (L)
massa filtrat hasil evaporasi rotay evaporator (g)
waktu (20 hari) waktu (30 hari)
1
5,532
7,42
1,6
6,472
7,67
2
9,389
14,82
35
Gambar 4.1. Grafik Hasil Evaporasi Pemekatan Ekstrak Omega–3
Pada Krokot (Portulaca oleracea L.)
Dari grafik hasil percobaan jumlah ekstrak yang dihasilkan meningkat
seiring dengan meningkatnya waktu ekstraksi. Percobaan dengan variabel waktu
30 hari dengan perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, diperoleh jumlah
ekstrak 7,42 g lebih banyak dibandingkan dengan percobaan variabel waktu 20
hari dengan perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, diperoleh jumlah
ekstrak 7,42 g. Percobaan dengan variabel waktu 30 hari perbandingan rasio
simplisia dan pelarut 1 : 1,6, diperoleh jumlah ekstrak 7,67 g lebih banyak
dibandingkan dengan percobaan dengan variabel waktu 20 hari perbandingan
rasio simplisia dan pelarut 1 : 1,6, diperoleh jumlah ekstrak 6,47 g. Percobaan
dengan variabel waktu 30 hari perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 2,
diperoleh jumlah ekstrak 14,82 g lebih banyak dibandingkan dengan percobaan
dengan variabel waktu 20 hari perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 2,
diperoleh jumlah ekstrak 9,42 g.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Ma
ssa
fil
tra
t m
iny
ak
om
ega
- 3
(g)
Volume Pelarut (L)
m pada 20 hari
m pada 30 hari
36
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam metode ekstraksi
maserasi variabel waktu berpengaruh dalam hasil ekstraksi misalnya pada variabel
B(1) dan B(2) perbandingan hasil esktraksi hanya meningkat sebanyak
18%, ,maupun dengan variabel A(1) dan A(2) meingkatkan hasil ekstraksi
sebanyak 31%.
Dari hasil percobaan jumlah ekstrak yang dihasilkan meningkat seiring
dengan jumlah pelarut yang digunakan. Percobaan dengan variabel waktu 30 hari
perbandingan rasio simplisia dan pelarut 1 : 1, untuk 100 g simplisia dengan
menggunakan 1 L pelarut diperoleh jumlah ekstrak 7,42 g. Perbandingan rasio
simplisia dan pelarut 1 : 1,6 untuk 100 g simplisia dengan menggunakan 1 L
pelarut diperoleh jumlah ekstrak 7,67 g. Perbandingan rasio simplisia dan pelarut
1 : 2 untuk 100 g simplisia dengan menggunakan 2 L pelarut diperoleh jumlah
ekstrak 14,82 g. Hasil pengamatan dapat disimpulkan rasio perbadingan antara
simplisia dan pelarut yang paling optimal untuk menghasilkan jumlah ekstrak
yang paling banyak adalah dengan menggunakan rasio perbandingan 1 : 2, untuk
100 gr simplisia dengan menggunakan 2 L pelarut diperoleh jumlah ekstrak 14,82
g.
Dari hasil dapat disimpulkan variabel volume pelarut sangat berpengaruh
dalam hasil ekstraksi misalnya pada variabel A(1) terhadap C(1) yaitu meningkat
sebesar 100% yaitu 7,42 g dan 14,82 g.
Dari hasil pengamatan rasio waktu yang paling optimal untuk memperoleh
hasil ekstrak yang paling banyak adalah pada hasil esktraksi rasio waktu 30 hari.
37
4.2 Hasil Uji GC Terhadap Kadar Kandungan Minyak Omega-3 Pada
Ekstrak
Hasil uji GC dari salah satu sampel terbaik yaitu pada waktu 30 hari dan
volume pelarut 2 L menunjukkan asam lemak omega-3 yang dapat diekstrak
sebesar 10,84 %, dengan penjabaran sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi
Nama Komponen Jenis Asam Lemak Persen komposisi (%)
Hexadecanoic acid
(Asam palmitat)
Jenuh 14,79
9-Octadecenoic acid
(Asam oleat) Tak jenuh (-9) 40,68
Octadecenoic acid
(Asam oleat) Tak jenuh (-9) 01,90
2-hexadecen-1-ol
(Asam palmitat)
Jenuh 08,61
9,12,15-Octadecatrienoic
acid
(⍺-linolenat)
Tak jenuh (-3) 03,89
1-Eicosanol
(Arachidic acid) Tak jenuh (-3) 06,95
Methyl 9-Dideutero-
Octadecanoate
(Asam oleat)
Tak jenuh (-9) 02,80
Ethyl 9-Octadecanoate
(Asam oleat) Tak jenuh (-9) 01,70
Hexadecanamide
(Asam palmitat)
Jenuh 10,30
9-Octadecenamide
(Asam oleat) Tak jenuh (-9) 08,37
Total 100,00
38
Gambar 4.2. Blok Diagram Hasil Pembacaan GC dari Filtrat Hasil Ekstraksi
Dari komponen senyawa omega-3 yang dapat dianalisis oleh
spektrofotometri GC teridentifikasi menjadi 2 senyawa komponen asam lemak
omega-3, yaitu ALA dan EPA Hasil analisis yang merupakan seyawa ALA adalah
Octadecatrienoic acid yang mempunyai persentase kadar kandungan 3,89% dan
EPA adalah 1-Eicosanol (Arachidic acid) yang mempunyai persentase kadar
kandungan 6,95%, sehingga total persen kandungan omega-3 hasil analisis GC
dari filtrat hasil ekstraksi sebesar 10,84%.
Kemudian melakukan perhitungan konsentrasi omega-3 dalam satuan
berat (g/100g simplisa daun krokot) menggunakan persamaan :
k𝑜𝑛.𝜔−3 =
=
= 1,606 g/ 100 g simplisia daun krokot
= 1606 mg/ 100 g simplisia daun krokot
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
15%
41%
2% 9%
4% 7% 3% 2%
10% 8%
Per
sen
Ko
mp
osi
si (
%)
Nama Komponen
Hexadecanoic acid 9-Octadecenoic acid
Octadecenoic acid 2-hexadecen-1-ol
9,12,15-Octadecatrienoic acid 1-Eicosanol
Methyl 9-Dideutero-Octadecanoate Ethyl 9-Octadecanoate
Hexadecanamide 9-Octadecenamide
39
dengan :
Kon.ω-3 = konsentrasi dari ekstrak omega 3, (mg/ 100g simplisia daun krokot)
C = konsentrasi omega 3 yang diperoleh dari hasil pembacaan tabel
GC-MS, (%)
Y = berat dalam suspensi filtrat hasil evaporasi menggunakan RE
(rotary evaporator) setelah proses ekstraksi, (g)
Wsimplisia = berat dari simplisia awal, (g)
Pada 1,3 kg tanaman krokot segar dapat menghasilkan sekitar 100 g
simplisia daun krokot kering sehingga persen kandungan dalam 1,3 kg tanaman
krokot segar menganduk senyawa asam lemak minyak omega-3 sebesar 0,12%.
Semakin banyak kandungan ALA dalam suatu komponen asam lemak
omega-3 maka semakin baik tingkat kualitas omega-3 tersebut karena ALA
berperan penting dalam pra-pembentukan DHA yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan otak dan retina mata. ALA bersifat esensial
diperlukan oleh tubuh manusia namun tubuh tidak dapat memproduksi sendiri
sehingga kebutuhan ALA penting untuk menjaga kesehatan tetap optimal pada
tubuh
4.3. Perbandingan Kadar Omega- 3 Esktrak dengan Penelitian Bahan Lain
Penelitian mengenai ekstrak omega-3 dari bahan alam lain seperti biji
perah (Elacteriospermum tapos blume) dan beberapa jenis ikan dan hewan laut,
setelah mengalami perbandingan dengan daun krokot (Portulaca oleracea L.)
kandungan omega-3 di dalam daun krokot termasuk besar meskipun
menggunakan pelarut polar seperti alkohol foodgrade 96% dibandingkan dengan
40
hasil perbandingan ekstrak omega-3 yang menggunakan pelarut hexan yang non-
polar dengan jurnal simplisia lain. Gambar diagram perbandingan disajikan dalam
Gambar 4 .3.
Gambar 4.3. Minyak omega-3 hasil ekstrak dari berbagai simplisia dan pelarut
Dari hasil tabel diperoleh bahwa jumlah kandungan ekstrak minyak
omega-3 dari daun tanaman krokot cukup besar dibandingkan dengan simplisia
lain sebesar 1,6 mg/100 g simplisia dengan hasil tertinggi diperoleh dari ikan
makarel sebesar 2,5 mg/100 g simplisia dan hasil terendah diperoleh dari biji
perah dengan pelarut (etanol : metanol, 7: 3) sebesar 0,13 mg/100 g simplisia, hal
ini membuktikan bahwa daun krokot berpotensi menjadi alternatif bahan pangan
sumber omega-3 karena kandungan omega-3 yang cukup besar.
Pengeleompokan senyawa omega-3 yang terekstrak dalam daun krokot
dibandingkan dengan beberapa jenis rumput laut disajikan dalam tabel 4.3.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0.13 0.14 0.12 0.2
0.6
1.2
1.6 1.7
2.5
Ju
mla
h K
an
du
ng
an
om
ega
-3
(g/
10
0 g
sim
pli
sa)
Simplisia dan Pelarut
biji perah (ethanol- methanol, 7: 3) biji perah (hexane- methanol, 9:1)
biji perah (hexane) Lobster (hexane)
Cumi - Cumi (Hexane) Salmon (hexane)
daun krokot (alkohol foodgrade 96%) Herring (hexane)
Makarel (hexane)
41
Tabel 4.3. Perbandingan Kadar Konsentrasi Senyawa Omega-3 antara
Daun Krokot dengan Berbagai Jenis Rumput Laut
Nama
Komponen
Nama Simplisia
Daun krokot Gracilaria S Ulva sp. Euchema C Euchema S
DHA - - - 0,68 % 1,55 %
ALA 3,89 % 1,49 % - 0,91 % 1,33 %
EPA 6,95 % 0,93 % 1,10 % 2,37 % 1,33 %
ETE - 1,66 % 0,77 % 1,38 % 1,55 %
Total 10,84 % 4,08 % 1,87 % 5,34 % 5,76 %
Perbandingan berdasar persen kandungan senyawa omega-3 antara daun
krokot dan beberapa jenis rumput laut menunjukkan bahwa kualitas asam lemak
yang dihasilkan dari ekstrak daun tanaman krokot lebih bagus dari keseluruhan
simplisa rumput laut ditinjau dari jumlah komponen ALA dan total senyawa
komponen omega-3 yang lebih besar.
4.4. Pengaruh Enkapsulasi Menggunakan Metode Plate Drying Terhadap
Hasil Filtrat Ekstraksi Menggunakan Pelarut Alkohol Foodgrade 96%
Proses enkapsulasi menurut Lachman adalah suatu proses penyalutan tipis
suatu bahan inti baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer
sebagai pelapis untuk membentuk sediaan kapsul. Kapsul yang dihasilkan dalam
proses dapat berupa partikel atau dalam bentuk agregat, dan memiliki rentang
ukuran partikel antara 5–5000 μm.
Hasil proses enkapsulasi yang mengubah bentuk bahan inti berupa minyak
omega-3 hasil ekstrak tanaman krokot menjadi bentuk partikel atau dalam bentuk
agregat kemudian dimasukan kedalam sediaan pelapis berupa kapsul dalam hal ini
menggunakan metode plate drying menunjukkan bahwa bahan inti dapat
terlindungi di dalam sediaan terhadap lingkungan luar.
42
Gambar 4.4 Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:
)
Gambar 4.5 Enkapsulasi dengan rasio bahan inti : penyalut (1:1)
Gambar 4.4 dan 4.5 menunjukkan bahan inti yang sudah mengalami
pengkristalan dan telah dienkapsulasi. Gambar 4.4 menunjukkan proses
pengkristalan berjalan kurang sempurna karena rasio bahan penyalut yang kurang,
sedangkan gambar 4.5 proses pengkristalan berjalan sempurna menggunakan rasio
bahan penyalut dan ekstrak 1 : 1.
Menurut Lachman (1994), keuntungan menggunakan proses enkapsulasi
adalah dengan adanya lapisan dinding polimer, bahan inti akan terlindung dari
pengaruh lingkungan luar.
4.4.1.a Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga
stabilitas bahan inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama.
4.4.1.b Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan
bahan inti
43
Dengan adanya proses enkapsulasi terhadap hasil ekstrak daun krokot
minyak omega – 3 maka memperoleh manfaat sebagai berikut
4.4.2.a. Proteksi: beberapa senyawa aktif mudah terurai bila mengalami
kontak lansung dengan lingkungan. Contoh: vitamin dan asam
lemak tak jenuh sangat mudah bereaksi dengan oksigen. Beberapa
senyawa aktif dalam obat dan probiotik dapat terurai ketika
berada dalam lambung
4.4.2.b. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan
4.4.2.c. Melindungi inti dari pengaruh lingkungan
4.4.2.d. Memperbaiki stabilitas bahan inti
Dalam bidang farmasi mikroenkapsulasi bertujuan untuk mengubah
bentuk zat aktif, perlindungan, penutupan rasa dan pelepasan zat aktif secara
terkendali
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Menggunakan metode ekstraksi maserasi diperoleh dari hasil
perhitungan kandungan omega- 3 di dalam 100 g simplisia daun krokot
kering sebesar 1606 mg/ 100 g simplisia daun krokot dan 0,12% dalam
1,3 kg tanaman krokot segar.
2. Menggunakan metode ekstraksi maserasi kualitas ekstrak minyak
omega- 3 akan semakin baik seiring bertambahnya jumlah pelarut dan
waktu ekstraksi.
3. Proses enkapsulasi dengan metode plate driying dapat melindungi
ekstrak minyak omega- 3 ditandai dengan perubahan fase ekstrak yang
menjadi kristal sehingga bahan penyalut dapat melindungi bahan aktif
di dalam ekstrak.
5.2. Saran
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dalam menggunakan satu
sumber bahan baku sebagai simplisia sehingga hasil penelitian lebih
akurat.
2. Gunakan kondisi operasi yang sama pada proses penyaringan setelah
ekstraksi sehingga diperoleh simplisia filtrat sampel yang memiliki
kondisi serupa dengan sampel lainnya.
3. Pada saat proses enkapsulasi dengan maltodekstrin menggunakan
metode plate driying lebih baik memasukkan semua bahan di awal
selanjutnya diaduk sampai jenuh kemudian baru melakukan proses
pemanasan sehinnga terbentuk serbuk.
45
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S.H. 2011. Microencapsulation of omega-3 fatty acids: What it is, howit’s
made, and challenges in food technology. Proceedings of The Annual International Conference Syiah Kuala University. 1 (1): 39-47.
BPOM RI. 2014. User Manual. E-Registration versi. 2.1. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta
Bullows, L. Clifford, J. Niebaum, K., dan Bunning, M. Omega- 3 Fatty Acid.
Journal of Health, Food and Nutritioon Series. No.9.382. Colorado State
University, U.S. Department of Agriculture and Colorado counties
cooperating
Damayanti, A dan Endah, A.F. 2012. Pemungutan Minyak Atsiri Mawar (Rose
oil) dengan Metode Maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan 1 (2)
Diana, F.M. 2012. Omega 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (2): 113-117
Diana, F.M. 2013. Omega 3 dan Kecerdasan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
7 (2): 82-88
Elnovriza, D. dan Rina, Y. 2012. Hubungan Status Gizi dan Keikutsertaan Dalam Layanan Tumbuh Kembang Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Usia 2-
5 Tahun di Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (2): 80-85
Irawan, D. Hariyadi, P. dan Wijaya, H. 2003. The Potency of Krokot (Portulaca
oleracea) as Functional Food Ingredients. Indonesian Food and Nutrition
Progress. 10 (1): 1-12
JH, L. O’keefe, JH. Lavie, CJ. Marchioli, R. dan Harris, W.S. Omega-3 Fatty
Acids For Cardioprotection. Mayo Clinic Proceedings, 83 (3), 324 – 332.
Kailasapathy, K. 2002. Microencapsulation of probiotic bacteria: technology and
potential applications. Curr. Issues Intest. Microbiol. 3, 39–48
Krasaekoopt, W. Bhandari, B. and Deeth, H. 2003. Evaluation of encapsulation
techniques of probiotics for yoghurt. International Dairy Journal.
13:3–13.
Lachman, L. dan Lieberman, H. A. 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Kedua. 1091-1098.UI Press: Jakarta
Li, D. 2012. Omega – 3 (n-3) fatty acid. Journal of lipids for functional foods and
nutraceuticals. Hangzhou University of commerce.
46
Simopolous, AP. 2016. An Increase in the Omega – 6/Omega – 3 Fatty acid ratio
Increases the Risk for obesity. Journal of Nutrients volume 8 number 128.
The Center of Genetics Nutrition, and Health.
Sutriani, L. 2008. Metode – Metode Ekstraksi. http://www.chemistry.org/
artikel_kimia/teknologi_tepat_guna/analisis_total_minyak_atsiri/. Diakses
pada hari Selasa, 8 Mei 2018
Tan, N.A.H. Ida, I.M, dan Bazlul, M.S. 2014. The Effect of Solvents on the
Soxhlet Extraction of Omega 3 from Perah Oil. Jurnal Teknologi. UTM
Mosquera, S.M.E. 2013. Purslane (Portulaca Oleracea L.) An Excellent Source
Of Omega-3 And Omega-6 Fatty Acids With Abatement of Risk Factors.
Thesis. Department of Plant Science. McGill University, Montreal.
47
Lampiran
Gambar 1. Tanaman Krokot Segar Gambar 2. Pencucian tanaman krokot
Gambar 3. Pengeringan daun krokot Gambar 4. Sortasi simplisia kering
Gambar 5. Ekstraksi maserasi Gambar 6. Hasil ekstraksi maserasi
48
Gambar 7. Hasil evaporasi Gambar 8. Hasil enkapsulasi
Lampiran Hasil GC-MS
49
50
51
52
53
54
Top Related