i
EFEEKTIFITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
DALAM MEMBANTU MENGATASI PERILAKU
MEMBOLOS SISWA KELAS IX
SMPN 22 KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Ilmu (Bimbingan Penyuluhan Islam)
Fakultas Dakwah
Oleh :
SUCI GUSTI LOTA
NIM:UB 160254
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
قل يعباد الذيه امىوا اتقوا
للذيه احسىوا في هذي الدويا ربكم
اوما يوفى وارض الله واسعة حسىة
﴾۰۱﴿الزمر : الصهبزون اجزهم بغيز حساب
Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman!
Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang
bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.1
1 Departeman Agama RI Al-‘Alliy, Al-Quran dan Terjemahannya, Diponegoro Bandung,
2006, hlm. 365
vi
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena peserta didik di SMP Negeri
22 Kota Jambi membolos. Fenomena ini perlu penanganan tersendiri oleh pihak
sekolah. Selain membolos, banyak siswa yang tidak berkata jujur. Melalui
penggunaan konseling individual yang berpengaruh besar terhadap peningkatan
peserta didik penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanan layanan
konseling individal di SMPN 22 kota Jambi, bagaimana konseling individual yang
efektif dalam membantu mengatasi perilaku membolos dan apa saja faktor dari
efektifitas konseling individual dalam membantu mengatasi perilaku membolos di
SMPN 22 Kota jambi.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa yang melakukan perilaku membolos dan telah mendapatkan layanan
konseling individual yang berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan 12 informan, observasi pada bulan januari hingga
februari 2020 sedangkan dokumentasi dilakukan saat wawancara dan observasi
dilakukan.
Peneliti menemukan dalam penelitian ini bahwa pelaksanan konseling di
SMPN 22 Kota jambi dilaksanakan dengan baik. Ini disebabkan karena layanan
konseling dilakukan dengan prosedur dan tehnik yang benar oleh guru BK. Hasil
dari penelitian ini menemukan bahwa efektifitas layanan konseling individual
dalam membantu mengatasi perilaku membolos siswa efektif dilihat dari absen
semester ganjil dan genap siswa yang melakukan perilaku membolos. Efektifitas
ini di pengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu: faktor guru pembimbing, peserta didik,
sarana dan prasaran dan juga waktu.
vii
PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur kupanjatkan kehadirat Allah SWT Shalawat dan
salam kucurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW Dengan segala
kerendahan hati dan rasa syukur dari lubuk hati yang paling dalam karya tulis ini
kupersembahkan kepada orang-orang yang mendukung terselesainya karya tulis
ini,diantaranya:
Kepada Ibu Rini, Ibuku tercinta yang selalu berusaha memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya. Terimakasih atas do‟a dan dukungan yang tiada henti
selama ini, kesabaran ibu yang selalu membimbing dan mengajarkanku dengan
penuh kasih sayang untuk menjadi seseorang yang baik di mata Allah dan
manusia.
Kepada Mamah Martini terimakasih telah melahirkanku kedunia ini,
perjuangan mu tidak akan pernah bisa kubalas.
Kepada Mimih Rosita, Apih Suhanda yang menyayangiku serta Abang
kebangaanku Ramdan Imel Nur Media, kakak iparku Meri Maryanti dan My baby
Hendro Sofyan. Terimakasih atas kesabaran dan ketulusan serta tak penuh henti
memberikan dukungan dan do‟a untukku.
Terimakasih untuk teman-teman seperjuangan Norimirani, Ayu Silvia,
Riski Asmanovita, Puji Astuti.
Terimakasih kepada Ibu Dian Mursyidah dan Bapak Affriansyah yang
sudi merelakan waktunya untuk membimbing dengan baik serta memberikan
saran dan motivasi untukku.
Hidup terlalu berat jika mengandalkan diriku sendiri aku tak kuasa Tanpa
melibatkan Allah dan orang lain dihidup ini.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu‟alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Alhamdulillah, puji syukur tiada henti-hentinya atas kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan kesehatan dan anugrah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat beserta salam serta salam kepada baginda Rasulullah SAW.
Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju alam yang terang
benderang yaitu ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa upaya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini
banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui, baik disebabkan kekurangan
penulis dan keterbatasan waktu. Namun penulis dapat menyelesaikan skipsi yang
berjudul” Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Akhlak Anak Di
Kelurahan Jambi Kecil Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi”. Guna
melengkapi salah satu syarat memperoleh Strata (S1) dalam ilmu Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI) pada Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
Tak lupa pula rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.,M. EI selaku Wakil Rektor I Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. As‟ad Isma, M.Pd selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag., MA selaku Wakil Rektor III Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Zulqarnin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Dr. D.I. Ansusa Putra, Lc.,M.A.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Arfan.S.Th.I.M.Sos,Sc, Ph.D selaku Wakil Dekan II Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
8. Bapak Dr. Samin, M. HI selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Bapak Abdullah Yunus, M.Pd.I selaku Ketua Prodi Bimbingan Penyuluhan
Islam (BPI).
10. Ibu Dr. Dian Mursyidah, M,Ag selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membantu dalam menyusun Skipsi ini.
11. Bapak Afriansyah, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu
dalam penyusunan Skipsi ini.
12. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya Kepada Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN ..................................................................................................... i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN ORIENTASI SKRIPSI ....................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTO ............................................................................................................. v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Batasan Masalah................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
E. Kerangka Teori
1. Efektifitas ...................................................................................... 9
a. Pengertian Efektifitas ............................................................... 9
b. Faktor-faktor Efektivitas Layanan Konseling Individual ........ 11
2. Layanan Konseling Individual .................................................... 14
a. Pengertian Layanan Konseling Individual ............................... 14
b. Tujuan Layanan Konseling Individual ..................................... 15
c. Teknik Layanan Konseling individual ..................................... 17
d. Proses Layanan Konseling Individual ...................................... 19
3. Perilaku Membolos ...................................................................... 24
a. Pengertian Perilaku Membolos ................................................ 24
b. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Membolos ........................... 25
F. Metode Penelitian................................................................................. 28
G. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 31
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32
I. Pemeriksa Keabsahan Data .................................................................. 32
J. Studi Relevan ....................................................................................... 33
BAB II: PROFILE SEKOLAH
A. Sejarah Sekolah .................................................................................... 35
B. Identitas Sekolah .................................................................................. 36
C. Visi dan Misi Sekolah .......................................................................... 37
D. Kurikulum ............................................................................................ 37
E. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan...................................... 38
F. Struktur Organisasi............................................................................... 44
G. Sarana dan Prasarana............................................................................ 47
xi
BAB III: PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI
SMPN 22 KOTA JAMBI
A. Layanan Bimbingan dan Konseling ..................................................... 51
B. Prosedur Layanan Konseling Individual .............................................. 54
C. Fungsi Layanan Konseling Individual ................................................. 58
BAB IV: EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI
SMPN 22 KOTA JAMBI
A. Pelaksanaan Layanan Konseling Individual ........................................ 60
B. Efektivitas Layanan Konseling Individual ........................................... 61
C. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Layanan Konseling Individual
.............................................................................................................. 69
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 76
B. Saran ..................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Peserta Didik SMPN 22 Kota Jambi ........................................ 7
Tabel 2 : Identitas SMPN 22 Kota Jambi......................................................... 36
Tabel 3 : Struktur Organisasi SMPN 22 Kota Jambi ....................................... 46
Tabel 4 : Sarana dan Prasarana SMPN 22 Kota Jambi .................................... 47
Tabel 5 : Ruang BK SMPN 22 Kota Jambi ..................................................... 48
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 : Tehnik-tehnik Layanan Konseling Individual .............................. 18
Bagan 2.2 : Proses Layanan Konseling Individual .......................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memperoleh pendidikan sekolah merupakan salah satu
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal yang mempunyai
peranan sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Pendidikan
merupakan alat terpenting bagi masyarakat untuk menghantarkan setiap
individu pada target tertentu sekaligus menyempurnakan perannya sebagai
makluk yang peling mulia. Pendidikan sangat mempengaruhi sendi-sendi
kehidupan manusia.2
Para ahli pendidikan sepakat bahwa tujuan pendidikan dan
pengajaran bukanlah memahami otak peserta didik semata, tetapi juga lebih
jauh dari itu yakni mendidik jiwaan akhlak mereka, menanamkan rasa
keutamaan dan membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi agar
peserta menjadi insan kamil yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga
orang lain.3 Jadi pokok isi dari pendidikan adalah bimbingan. Sebab
pendidikan bertujuan agar peserta didik menjadi kreatif, produktif dan
mandiri. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas
secara efektif membantu peserta didik mengatasi permasalahnnya maka
sebab itu kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu
diarahkan ke sana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan
konseling disamping kegiatan pengajaran.
Layanan bimbingan dan konseling digunakan sebagai terjemahan
dari bahasa inggris guidance dan counseling. Bimbingan (guidance)
mempunyai pengertian yaitu memberikan petunjuk, pemberian bantuan atau
pemberian bimbingan pada orang lain yang membutuhkan. Menurut winkel
2 Abu Ahmad dan Nur Uhbaiti. Ilmu pendidikan, PT.Roenka Cipta, Jakarta, 2001. Hal 98 3 Abu Ahmad dan Nur Uhbaiti, Op. Cit. Hal 99
1
2
kata guidance berkaitan dengan kata guiding, menunjukan jalan (Showing
the way), memimpin (Leading), memberikan petunjuk (giving intruction),
mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan nasehat
(giving advice).4
Menurut Frank W. Miller dalam bukunya Guindance, principle and
Services, mengemukakan definisi “bimbingan adalah proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri
yang dibutuhkan bagi penyesuain diri secara baik dan maksimum disekolah,
keluarga, dan masyarakat‟Sedangkan istilah konseling berasal dari bahasa
inggris “Counseling” yang mempunyai beberapa arti yaitu nasehat (to
obtain consel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel).
Berdasarkan arti diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian
nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran lebih lanjut
Prayitno, mengemukakan bahwa : “Konseling adalah pertemuan empat mata
antara konseli dan konselor yang berisi usaha yang selaras, unik, human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas
norma – norma yang berlaku.5
Dalam era global dan pembangunan, konseling lebih menekan kan
pada potensi pengembangan individu yang terkandung didalam dirinya,
termasuk dalam potensi itu adalah aspek intelektual, afektif, sosial,
emosional, dan relegius. Sehingga individu akan berkembang dengan
nuansa yang lebih bermakna, harmonis, sosial, dan bermanfaat. Maka
definisi konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu-individu
yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya
4 Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Edisi
Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, Hal 16 5 Sofyan S.Wilis. Konseling individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung, 2013. Hal
13
3
secara optimal mampu mengatasi masalahnya dan mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan selalu berubah.6
Berdasarkan layanan konseling tersebut diatas maka jelaslah bahwa
konseling adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang
sistematis dari pembimbing kepada konseli, melalui pertemuan tatap muka
atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah
konseli, sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, sesuai dengan
potensinya serta mampu memecahkan masalah yang dihadapinya.
Jika mengacu kepada tugas dan fungsi guru bimbingan dan
konseling disekolah hendaknya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
sehingga dapat mencapai pada fungsi BK agar permasalahan yang dihadapi
oleh konseli dapat dicegah dan teratasi dengan baik. Konselor dalam tugas
bimbingannya haruslah merupakan teladan yang baik bagi peserta didik
(konseli), meskipun tidak berarti berbagai kelemahan serta keterbatasan
perilaku yang dapat atau dijadikan ukuran kualitas konseling. Berikut
pedoman bagi seorang konselor ataupun guru bimbingan dan konseling
dalam melaksanakan tugas dan harus menjadi cermin bagi seorang konseli.
Seperti diterangkan dalam firman Allah SWT, yaitu:
ر كخر وذ
يوم ال
وال
ه يرجو الل
ان
لمن ك
ة حسن
سوة
أ
هي رسول الل
م ف ك لان
كدقل
ا ثير ك
ه الل
Arinya : ”Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah (QS. Al-Ahzab:21)7
Konselor dalam bimbingannya haruslah merupakan teladan yang
baik bagi peserta didiknya (konseli). Telah disebutkan dalam Firman Allah
SWT QS. Al-Ahzab: 21 bahwa Rasulullah tidak hanya dikenal sebagai orang
yng baik dalam mengji beribadah, kepribadian Rasullulah bukanlah setting
6 Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, PT.Rienka Cipta, Jakarta, 2000. Hal 21 7 Departeman Agama RI Al-‘Alliy, Al-Quran dan Terjemahannya, Diponegoro Bandung,
2006, hlm. 336.
4
tertentu tetapi kepribadian beliau relatif tetap dan permanen. Rasulullah
adalah contoh perilaku yang patut dicontoh dalam setiap hal dan
kepribadian itu harus diterapkan oleh seorang konselong, meskipun tidak
berarti konselor atau guru bimbingan dan konseling tanpa kesalahan.
Sebagai manusia memiliki berbagai kelemahan serta keterbatasan perilaku
yang dapat atau dijadikan ukuran kualitas oleh konseli.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang konselor atau
guru bimbingan konseling harus memiliki karakter kepribadian agar dapat
menjadi konselor yang baik. Karakter atau sifat yang harus dimiliki oleh
seorang konselor antara lain sederhana, jujur, simpatik, harmonis, ramah,
sabar, bijaksana, tulus, bersikap tenang, siap menerima tugas, memahami
perbedaan individu peserta didik, berpengetahuan luas, bersikap profesional,
mengenal situasi dan kondisi kerja serta yang diutamakan membimbing
seluruh peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.
Salah satu layanan konseling yang dapat dilakukan oleh guru BK
adalah layanan konseling individual. Konseling individual mempunyai
makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan konseli secara
individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan
konselor berupaya memberikan bantuan pengembangan pribadi konseli serta
konseli dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.8
Dalam bimbingan konseling terdapat berbagai macam yang dapat
digunakan untuk membantu mengatasi masalah yang dialami peserta didik.
Salah satu layanan konseling individual atau yang sering juga dikenal
dengan non-direktif. Cart R.Rogers dipandang sebagai pelopor dan tokoh
konseling tersebut. Menurut Rogers konseling dan psikoterapi tidak
mempunyai perbedaan. Konseling yang berkembang pesat di Amerika
Serikat dan diterima ebagai konsep, dan alat baru dalam terapi yang
8 Sofyan S.Wilis. Konseling individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung, 2013. Hal
159
5
diterapkan tidak hanya bagi orang dewasa akan tetapi bagi remaja dan anak-
anak.9
Menurut Dewa Ketut Sukardi konseling individual atau yang disebut
konseling non-directive, yaitu yang memberikan suatu gambaran bahwa
proses konseling yang menjadi pusatnya adalah konseli, dan bukan
konselor. Karena itu dalam proses konseling ini kegiatan sebagaian besar
diletakkan dipundak konseli itu sendiri. Dalam pemecahan masalah, maka
konseli itu sendiri didorong oleh konselor untuk mencari serta menemukan
cara yang baik dalampemecahan masalahnya.10
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa konseling individual adalah suatu metode perawatan psikis yang
dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseling, untuk
menetukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah bagi
dirinya, maka konseli itu sendiri didorong oleh konselor untuk mencari serta
menemukan cara yang baik dalam pemecahan masalahnya.
Konsep konseling individual ditunjukan untuk membantu peserta
didik memperbaiki kebiasan yang kurang memadai (perilaku menyimpang)
agar menjadi perilaku yang lebih baik terutama dalam lingkungan sekolah.
Cara yang dilakukan yaitu dengan menyadarkan peserta didik atas sikap dan
perilaku yang kurang tepat agar dapat diubah dan diperbaiki. Diharapkan
peserta didik dapat memahami dan menyadari bahwa sikap dan perilaku
lamanya itu tidak layak dilakukan dan mesti diubah menuju kondisi yang
lebih baik.
Perilaku peserta didik dalam kenyataan dilingkungan sekolah dapat
dilihat dari tata tertib yang dibuat dilembaga pendidikan, pada prinsipnya
merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Jika peserta
didik mematuhi peraturan disekolah makan peserta didik tersebut
9Nelson Richard-Jones. Theory and Practice Of Counseling an Terapy, Terjemahan Helly
Prajitno Seotjipto, Teori dan Praktek Konseling dan Terapi, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2011. Hal 129
10 Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, PT.Rienka Cipta, Jakarta, 2000. Hal 70
6
melakukan perilaku yang baik, jika peserta didik melanggar peraturan
tersebut berarti peserta didik menunjukan perilaku yang kurang baik
(perilaku menyimpang). Masalah sosial dewasa ini yang terjadi di
masyarakat cukup menjadi perhatian semua pihak, diataranya adalah
masalah kenakalan peserta didik. Adapun kenakalan peserta didik yang
merupakan salah satu perilaku yang menyimpang. Sarlito Wirawan Sarwono
mengatakan “kenakalan anak adalah tindakan seorang yang belum dewasa
yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak-anak itu
sendiri bahwa jika perbuatan itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia
bisa dikenai hukuman”.11
Berkenan dengan kenakalan remaja, adapun beberapa jenis atau
bentuk kenakalan remaja yang ada disekolah misalnya peserta didik yang
tidak mengikuti pelajaran, membolos, merokok dilingkungan sekolah,
datang terlambat, membuka situs porno, pakaian tidak sesuai aturan sekolah
dan lain sebagainya. Kenakalan remaja yang sangat marak diperbincangkan
adalah masalah membolos. Perilaku membolos bukanlah hal yang baru lagi
bagi kalangan pelajar.
Menurut Kun Maryati dan Juju Suryawati menjelaskan bahwa
perilaku membolos merupakan salah satu bentuk penyimpangan perilaku,
penyimpangan itu terjadi karena adanya proses labeling (pemberian julukan,
cap atau merk yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial)
yang diterima seseorang yang membuatnya melakukan penyimpangan.12
Membolos adalah pergi dari sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.
Untuk menangani dan mencegah terjadinya perilaku membolos
peserta didik, maka diperlukan sebuah terobosan baru yakni dengan
memberikan layanan konseling. Itulah sebabnya layanan bimbingan dan
konseling sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan. Di sekolah
guru bimbingan dan konseling (BK) bertugas membantu memecahkan
11 Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2010. Hal
215-252 12 Kun Maryati dan Juju Suryawanti, Sosiologi 1 B For Senior High Scool Grade X
Semester 2, Gelora Aksara Pratama, jakarta, 2010. Hal-23
7
masalah yang dihadapi oleh peserta didik termasuk didalamnya perilaku
membolos.
Hasil wawancara dan observasi awal dengan guru bimbingan dan
konseling, diperkuat dengan data perilaku membolos peserta didik. Data
tersebut merupakan data pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik
kelas IX tahun ajaran 2019/2020. Data tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1
Data Peserta Didik di SMPN 22 Kota Jambi
NO Nama
Kelas Mendapatkan
Konseling
Layanan
Individual
Sudah Belum
1. SY IX
2. HL IX
3. MD IX
4. AD IX
5. RM IX
6. MR IX
7. YS IX
8. AL IX
9. JU IX
10. RD IX
11. FH IX
12. BT IX
13. ARD IX
14. MS IX
Perilaku membolos peserta didik yang terjadi di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 22 Kota Jambi merupakan fenomena yang perlu
penanganan tersendiri oleh pihak sekolah. Menurut hasil dari wawancara
dengan guru bimbingan dan konseling pada observasi dan wawancara awal,
guru bimbingan konseling mengatakan “Disekolah ini banyak layanan
konseling yang dilakukan tetapi yang sering digunakan adalah layanan
konseling individual dan klasikal”. Guru BK juga mengatakan bahwa “ada
berbagai macam kenakalan peserta didik disekolah ini, namun pada
umumnya kenakalan yang sering terjadi yaitu kurangnya disiplin atau
melanggar tata tertib sekolah seperti: Perilaku membolos, tidak berkata jujur
8
dan kurang menghargai guru saat menerangkan dan layanan konseling
individu sudah dilaksanakan tetapi perilaku membolos tetap saja terjadi
namun ada juga yang berubah”.
Permasalahan di atas seharusnya tidak terjadi karena salah satu tugas
perkembangan peserta didik adalah belajar dan mampu mengaktualisasikan
diri seoptimal mungkin. Jika dalam melaksanakan tugas perkembangan
selanjutnya. Oleh karena itu permasalahan tersebut harus kita tangani,
pecahkan dan selesaikan.
Melalui penggunaan konseling individual yang berpengaruh besar
terhadap peningkatan peserta didik karena pada konseling individual
konselor berusaha meningkatkan sikap peserta didik dengan berinteraksi
selama jangka waktu tertentu dengan cara bertatapan secara langsung untuk
menghasilkan peningkatan-peningkatan pada diri peserta didik baik secara
berpikir, berperasaan, sikap dan perilaku.13
Berdasarkan uraian diatas
penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan
mengangkat judul penelitian: “Efektivitas Konseling Individual dalam
Membantu Mngatasi Perilaku Membolos Siswa Peserta Didik Kelas IX
SMPN 22 Kota Jambi”.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan konseling individual dalam membantu
mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas XI SMPN 22 Kota
jambi?
2. Bagaimana efektifitas layanan konseling individual dalam membantu
mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas IX SMPN 22 Kota
jambi?
13Holipah, “Penggunaan Layanan Konseling Individu Untuk Meningkatkan Sikap Moral
Siswa Kelas VIII SMP PGRI 6 Bandar Lampung”,Jurnal Bimbingan Konseling FKIP Universitas Lampung, Vol.4:1
9
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas konseling individual
dalam membantu mengatasi perilaku membolos peserta didik kelas
IX SMPN 22 Kota Jambi?
B. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan kajian skripsi
ini dibuat batasan untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak timbul
penafsiran yang berbeda-beda yang akan mengakibatkan kekacauan dalam
penulisan skripsi ini, maka dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup
dan fokus masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Penggunaan konseling individual yang dimaksud adalah dengan cara
guru bimbingan konseling memberikan layanan konseling individual
untuk membantu peserta didik memperbaiki perilaku yang
melanggar aturan.
2. Peserta didik yang melakukan perilaku membolos dan mendapatkan
layanan konseling individual.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan dalam rangka penulisan
skripsi adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksaan konseling individual dalam
membantu mengatasi perilaku membolos.
2. Untuk mengetahui efektifitas konseling individual dalam membantu
mengatasi perilaku membolos siswa.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas konseling individual dalam membantu perilaku membolos
siswa.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori sebagai pedoman bagi penulis dalam melakukan
penelitian guna untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam judul
skripsi dan menghindari penafsiran yang berbeda sehingga penulisan ini
terarah dan lebih baik maka skripsi ini sangat perlu untuk diperhatikan
kerangka teori dibawah ini.
10
1. Efektifitas
a. Pengertian Efektifitas
Didalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan bahwa efektifitas merupakan
“hal yang menunjukkan taraf tercapainya tujuan dan suatu usaha yang
dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuan. Seiring dengan
itu,pendapat lain juga mengatakan bahwa efektifitas adalah “pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya”.14
Menurut Ravianto pengertian efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan
yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan
yang diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai
dengan perencanaan baik dalam waktu, biaya maupun mutunya maka
dikatakan efektif.15
Menurut Gibson pengertian efektifitas adalah penilaian yang dibuat
sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Semakin
dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka
mereka dinilai efektif.16
Menurut beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas
adalah suatu tingkat keberhasilan yang dihasilkan seseorang dengan cara
tertentu sesuai dengan tujuan yag hendak dicapai. Sedangkan yang dimaksud
dengan layanan yang efektif adalah terlaksananya layanan dalam
menyelesaikan masalah peserta didik sehingga tercapai tujuan layanan
tersebut. Sehingga yang menjadi tolak ukur efektifitas layanan yaitu
tercapainya tujuan dan hasil yang tinggi. Dan dalam konteks layanan
konseling individual, suatu bantuan yang dikatakan efektif apabila mencapai
tujuan seperti pengembangan diri yang optimal dan mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri.
14 DEBDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 1995. Hal 338 15 Ravianto J, Produktivitas dan Pengukuran, Binaman Aksara, Jakarta, 2014. Hal 11 16 Heri Risal Bungkaes, J H Posumah & Kiyai B, Hubungan Efektifitas Pengelolaan
Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Taland, Jurnal, 2013. Vol 2 No 2
11
Dari penjelasan diatas, bahwa pengertian efektifitas dalam konteks
pencapaian tujuan layanan konseling individual adalah tercapainya tujuan
layanan konseling individual yaitu mengentaskan masalah yang dialami
peserta didik dan dapat mengembangkan dirinya secara optimal.
b. Faktor-Faktor Efektifitas Layanan Konseling Individual
Dalam pelaksanaan layanan konseling individual terdapat beberapa
faktor agar konseling individual tersebut berjalan dengan efektif, berikut
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan konseling individual:17
1. Faktor dari Siswa
Dalam proses konseling individu ada beberapa kondisi yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mendukung keberhasilan konseling yaitu
keadaan awal, maksudnya keadaan sebelum proses konseling dan keadaan
yang menyangkut proses konseling secara langsung, yaitu:
a) Siswa harus termotivasi untuk mencari penyelesaian terhadap
masalah yang sedang dihadapi.
b) Siswa harus mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan apa
yang diputuskan dalam proses konseling.
c) Siswa harus mempunyai keberanian dan kemampuan untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya serta masalah yang sedang
dihadapi.
2. Faktor dari Guru BK
Menurut Belkin, dalam buku yang ditulis Fenti Hikmawati yang berjudul
bimbingan konseling edisi revisi menyatakan bahwa seorang guru BK harus
itu harus mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan mengenal diri
sendiri, kemampuan memahami orang lain dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain. Sedangkan guru BK yang efektif dan tidak efektif dapat
17 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2011. Hal 26.
12
dibedakan atas tiga dimensi yaitu pengalaman, corak hubungan antar pribadi
dan faktor-faktor non kognitif.
Dalam proses konseling individu, ada beberapa kondisi yang harus
dilakukan guru BK, yaitu:
a) Guru BK dituntut untuk mampu bersikap simpatik dan empati.
Keberhasilan pembimbing bersimpati dan berempati akan
memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor.
b) Guru BK berpakaian rapi. Kerapian dalam berpakaian sudah
menimbulkan kesan pada siswa bahwa siswa dihormati dan
sekaligus menciptakan suasana agak formal.
c) Guru BK tidak memasang rekaman atas pembicaraannya dengan
siswa, baik berupa rekaman radio ataupun video.
d) Penggunaan sistem janji. Guru BK membuat janji dengan siswa
kapan konseling dapat dilakukan, sehingga siswa tidak perlu
menunggu lama dan tidak kecewa karena konseling tidak dapat
dilakukan.
3. Faktor dari Kepala Sekolah
a) Menyediakan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam layanan
konseling individu yang efektif.
b) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan layanan konseling individu.
4. Faktor dari Guru Mata Pelajaran
a) Membangun kerjasama dengan guru BK dalam mengidentifikasi
siswa yang memerlukan konseling kepada guru BK.
b) Mengalih tangankan kasus siswa yang perlu konseling dengan guru
BK. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
layanan konseling individu dari guru BK.
5. Faktor dari Wali Kelas
a) Memberikan informasi kepada guru BK tentang siswa yang perlu
mendapatkan perhatian khusus.
13
b) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk
mengikuti layanan konseling individu.
c) Memantau siswa dalam perkembangannya, sehingga bisa
mengetahui siswa yang memerlukan bantuan dari guru BK.
6. Faktor Setting atau Tempat
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan
konseling individu dalam hal setting (tempat) atau ruangan konseling
yaitu sebagai berikut:
a) Lingkungan fisik dan tempat wawancara berlangsung. Warna cat
tembok yang terang, beberapa hiasan dinding, satu atau dua pot
tumbuhan dan sinar cahaya yang tidak menyilaukan membantu
suasana yang tenang sehingga siswa merasa nyaman di ruang
konseling.
b) Penataan ruangan, misalnya tempat duduk yang memungkinkan
duduk dengan enak sampai agak lama.
c) Susunan tempat duduk guru BK dan siswa sebaiknya diatur dengan
posisi siswa duduk agak ke samping di sisi kiri atau kanan meja dan
tidak duduk berhadapan langsung dengan pembimbing. jarak antara
guru BK dan siswa adalah antara 1,5 meter, namun tidak
ditumbuhkan kesan bahwa pembimbing dan siswa sedang berkencan.
Serta barang atau perabot yang terdapat di ruang dan di atas meja
guru BK diatur dengan rapi, berkas-berkas yang berserakan di mana-
mana dan ruangan yang tidak bersih, mudah menimbulkan kesan
bahwa siswa adalah orang yang tidak tahu disiplin diri dan sopan
santun terhadap tamu.
d) Bentuk bangunan ruangan, yang memungkinkan pembicaraan secara
pribadi (private). Pembicaraan di dalam ruang tidak boleh
didengarkan orang lain di luar ruang, dan orang lain tidak boleh
melihat ke dalam, paling sedikit tidak dapat melihat siswa dari depan.
Hal ini berkaitan erat dengan etika jabatan pembimbing, yang
14
mengharuskan guru BK untuk menjamin kerahasiaan pembicaraan
dan karena itu merupakan prasyarat. Namun perlu diingat pertemuan
dua orang yang berlainan jenis di ruang tertutup, harus dijaga jangan
sampai timbul kesan-kesan yang dapat mencemarkan nama baik guru
BK dan siswa.
Berdasarkan pemaparan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
konseling individu di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses konseling terdiri dari faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan fisik dan tempat wawancara
berlangsung, penataan ruangan, dan bentuk bangunan ruangan. Sedangkan
faktor internal terdiri dari pihak siswa yang harus termotivasi untuk mencari
penyelesaian terhadap masalah yang sedang dihadapi, harus mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan apa yang diputuskan dalam proses
konseling, harus mempunyai rasa simpati dan empati, kemampuan
memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, guru BK , menyisihkan
berbagai barang yang ada di atas meja saat berwawancara dengan siswa,
tidak memasang rekaman atau pembicaraannya dengan siswa, penggunaan
sistem janji, serta guru BK berpakaian rapi.
2. Layanan Konseling Individu
a. Pengertian Layanan Konseling Individu
Konseling individual mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan
konselor dengan konseli secara individual, dimana terjadi hubungan
konseling bernuansa rapport (Kondisi saling memahami), dan konselor
berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi konseli serta
konseli dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.18
Jadi
konseling individual adalah pertemuan antara konselor dan konseli untuk
memberi bantuan pengembangan potensi konseli guna mencapai suatu
tujuan yaitu penyelesaian sebuah masalah. Dalam Islam telah diterangkan
dalam Al-Qur‟an tentang konseling individual ialah sebagai berikut:
18 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Edisi
Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Hal 21
15
إن
ه ٱلل
واقن وٱت و
عد
م وٱل
ث ٱل
ل
ع
واعاون
ت
وى ول
ق وٱلت ي
ٱل
ل
ع
واعاون
وت
ديد
ش
هٱلل
اب عق
ٱل
Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajukan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah amat berat siksa-
Nya (QS. Al-Maidah: 2)19
Dari Qs. Al-maidah ayat 2 sebagai makluk Allah SWT, hendaknya kita
saling tolong menolong antar sesama, didalam konseling yaitu antara
konselor dan konseli dalam hal kebaikan agar mendapat pahala dan berkah
dari Allah SWT, baik didunia maupun di akhirat.
Menurut kamus konseling dan terapi, istilah layanan konseling
diartikan sebagai suatu hubungan profesional yang dilakukan oleh konselor
untuk membantu konseli mendapatkan pengertian dan menjernihkan atau
memperjelas pandangannya untuk dipakai sepanjang hidup sehingga
konseli pada tiap kesempatan dapat menentukan pilihan yang berguna
sesuai dengan sifat esensial khusus disekitarnya; konseling merupakan
suatu proses belajar-membelajarkan pada kedua pihak konseli dan
konselor.20
Istilah konseling berasal dari bahasa inggris “Counseling”
yang mempunyai beberapa arti yaitu nasehat (to obtain counsel), anjuran
(to be give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti
diatas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan
pembicaraan dengan bertukar pikiranLayanan konseling dapat dipahami
sebagai bagian dari bimbingan baik sehingga pelayanan maupun sebagai
teknik. Layanan konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua orang individu, dimana konselor berusaha membantu konseli
untuk mencaoai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan
19 Departeman Agama RI Al-‘Alliy, Al-Quran dan Terjemahannya, Diponegoro Bandung,
2006. Hal 85 20 Andi Mappier, Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, Hal 69
16
masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.21
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan konseling individual adalah suatu metode perawatan psikis
yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli,
untuk menentukan isi yang penting dalam bagi dirinya dan pada pemecahan
masalah bagi dirinya, maka konseli itu sendiri didorong oleh konselo untuk
mencari serta menemukan cara yang baik dalam pemecahan masalahnya.
b. Tujuan Layanan Konseling
Konseling individual memiliki tujuan seperti yang dijelaskan oleh
beberapa para ahli. Menurut Tohirin, tujuan layanan konseling individual
adalah agar peserta didik memahami kondisi dirinya, sehingga peserta didik
mempu mengatasinya. Dengan kata lain, konseling individual bertujuan
untuk mengetaskan masalah yang dialamai konseli(peserta didik).22
Secara lebih khusus, tujuan konseling individual adalah merujuk pada
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagaimana telah dikemukakan:
1. Pertama, merujuk kepada fungsi pemahaman, maka tujuan layanan
konseling adalah agar peserta didik memahami seluk-beluk yang
dialami secra mendalam dan komprehensif, positif dan dinamis.
2. Kedua, merujuk kepda fungsi pengetasan, maka layanan konseling
perorang bertujuan untuk mengetaskan peserta didik dari masalah
yang dihadapinya.
3. Ketiga, dilihat dari fungsi pengembangan dan pemeliharaan, tujuan
layanan konseling individual adalah untuk mengembangkan potensi-
potensi individu dan memelihara unsur-unsur positif yang ada pada
diri peserta didik.23
Adapun tujuan dari konseling individual menurut Dewa Ketut tujuan
dari pendekatan konseling non-direktif ialah sebagai berikut:
21 Dewa Ketut Sukardi dan Desak Nila K, Proses bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Rineka Cipta, Jakarta, 2008, Hal 5 22 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Edisi
Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2013. Hal 158 23 Tohirin ,Op. Cit. Hal 158-159
17
a) Membebaskan konseli dari berbagai konflik psikologis yag
dihadapinya.
b) Menumbuhkan kepercayaan pada diri konseli, bahwa ia memiliki
kemampuan sendiri tanpa merugikan orang lain.
c) Memberikan kesempatan seluas-luasnya, kepada konseli untuk
mempercayai orang lain, dan memiliki kesiapan secara terbuka untuk
menerima berbagai pengalaman orang lain yang bermanfaat bagi
dirinya.
d) Memberikan kesadaran kepada konseli bahwa dirinya adalah
merupakan bagian dari suatu lingkup sosial budaya yang luas,
walaupun demikian ia masih memiliki kekhasan atau keunikan
tersendiri.
e) Menumbuhkan suatu keyakinan pada konseli bahwa dirinya terus
bertumbuh dan berkembang (proces of becoming).24
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulakn bahwa
konseling individu bertujuan agar konseli dapat mengenal diri sendiri,
menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat
membantu individu membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang
bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik
dilingkungannya. Layanan konseling membantu konseli untuk mengerti diri
sendiri mengeksplorasi diri sendiri dan dapat memimpin diri sendiri dalam
suatu masyarakat.
c. Teknik konseling individu
Penekanan masalah ini adalah dalam hal filsofis dan sikap konselor
ketimbang teknik. Dan mengutamakan hubungan layanan konseling
ketimbang perkataan dan perbuatan konselor, implementasi teknik layanan
konseling didasari atas paham filsafat serta sikap konselor, karena itu
penggunaan teknik seperti pertanyaan, dorongan, interpretasi dan sugesti
24 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program dan Konseling di Sekolah, Rienka
Cipta, Jakarta, 2002, Hal 90-91
18
yang dipakai data frekuensi yang rendah. Karena itu teknik layanan
konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan
pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain, dan memahami
konseli. Adapun teknik-teknik layanan konseling yang digunakan adalah
seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:
Bagan 2.1
Gambar diatas menjelaskan tentang teknik-teknik layanankonseling
yang dogunakanpenelitian,25
untuk membantu konseli selama penelitian
dilaksanakan yaitu diawali dengan menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut:
1. Attending (menghampiri konseli) yaitu konselor
berperilakumenghampiri konseli yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa badan dan bahasa lisan.
2. Empati, konselor mencoba memahami konseli mengenai emosi,
perasaan serta ketika konseli sedang menyampaikan permasalahnnya
kepda konselor.
3. Refleksi, konselor coba mengulang apa yang telah dikatakn oleh
konseli dalam rangkaian kata pendek.
25 Sofyan S.WiliS,Op. Cit. Hal 160-172
Konfrontasi Attending
Empati Menjernihkan
Refleksi Memudahkan
Diam Eksplorasi
TEKNIK-TEKNIK
KONSELING
Open questions
Paraphrasing Mengambil inisiatif
Memberi Nasehat
Memberi informasi Close questions
Dorongan Minimal Merencanakan
Menyimpulkan Mengarahkan
Summarizing Interpretasi
Fokus Mempimpin
19
4. Eksplorasi, konselor mencoba menggali perasaan, pengalaman, dan
pikitran konseli.
5. Paraphrasing (menangkap pesan utama) konselor memahami inti
ungkapan konseli secara sederhana dan mudah dipahami disampaikan
dengan bahasa konselor sendiri.
6. Open Questions (bertanya untuk membuka percakapan), konselor
mencoba membuka percakapan dengan konseli.
7. Close Questions (bertanya tertutup), konselor tidak selalu bertanya
terbuka, akan tetapi ada juga yang tertutup yaitu bentuk pertanyaan
yang sering dimulai dengan kata-kata apakah, adakah dan konselipun
menjawab dengan kata “ya” atau “tidak”.
8. Dorongan Minimal, konselor mencoba memberikan dorongan melalui
kata-kata kepada konseli agar konseli dapat menyampaikan
permaalahannya.
d. Proses Layanan Konseling Individual
Setiap tahapan proses laynan konseling membutuhkan keterampilan-
keterampilan khusus. Namun keterampilan itu bukanlah yang utama jika
hubungan layanan konseling tidak mancapai rapport (Kondisi saling
memahami). Hubungan layanan konseling ditentukan oleh penggunaan
keterampilan layanan konseling yang bervariasi. Dengan demikian proses
layanan konseling tidak dirasakan oleh peserta konseling sebagai hal yang
menjemukan. Akibatnya keterlibatan mereka dalam proses layanan
konseling sejak awal hingga akhir dirasakan sangat bermakna dan berguna.
Proses layanan konseling terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
mendefinisikan masalah, tahap pertengahan atau juga disebut tahap kerja
dan tahap akhir atau tahap perubahan dan tindakan. Sedangkan tahapan
layanan konseling individual terdiri dari beberapa tahapan-tahapan
konseling individual sebagai beriku:
1. Konseli datang kepada konselor atas kemauan sendiri.
2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab konseli,
untuk itu konselor harus menyadarkan konseli.
20
3. Konselor memberikan konseli agar ia mampu mengemukakan
perasaannya, konselor harus bersifat ramah, dan menerima konseli
sebagaimana adanya.
4. Konselor menerima perasaan konseli serta memahaminya.
5. Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima
keadaan dirinya.
6. Konseli menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil.
7. Konseli merealisasikan pilihannya itu.26
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.2
Pada garis besarnya langkah-langkah proses terapi dalam layanan
konseling yang berpusat pada konseli diatas adalah sebagai berikut27
:
a) Konseli datang kekonselor, atas kemauan sendiri. Datang kepada
konselor yang berpengalaman atau sudah ahli untuk dimintai bantuan.
Apabila konseli itu datang atas prtunjuk orang lain, maka konselor
harus menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif, sehingga
individu dapat menentukan pilihannya, apakah akan melanjutkan
meminta bantuan kepada konselor atau tidak.
b) Penyadaran konseli, situasi layanan konseling ditetapkan atau dimulai
sejak situasi telah disadarkan bahwa yang bertanggung jawab dalam hal
ini adalah konseli, untuk hal ini konselor harus yakin bahwa konseli
26 Ibid., hlm 50-53 27 Ibid., hlm 64
Konseli
datang ke
konselor
Penyadaran
konseli
Konseli menyadari
permasalhannya
pProses
konseling pPermasalahan
yang dialami
konseli
Penentuan
pilihan
Pperealisasian
pilihan konseli
21
mempunyai kemampuan untuk “menolong” dirinya dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi.
c) Konseli manyadari permasalahannya, konselor mendorong atau
memberanikan konseli agara ia mampu mengungkapkan perasaanya
secara bebas berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Untuk
memungkinkan terjadinya hal itu, konselor harus memperhatikan sikap
ramah, bersahabat, dan menerima sebagaimana adanya.
d) Permasalahan yang dialami konseli, ungkapan-ungkapan perasaan
negatif yang meluap dari konseli itu biasanya disertai ungkapan-
ungkapan perasaan positif yang lemah atau smar-samar yang dapat
disembuhkan. Konselor menerima dan memahami perasaan-perasaan
positif yang diungkapkan konseli sebagaimana adanya, sama seperti
menerima dan memahami dirinya sendiri sebagaimana adanya. Hal itu
terjadi setelah konseli memahami dan menerima hal-hal yang negatif
dan positif pada dirinya.
e) Proses layanan konseling, konselor menerima, mengenal dan
memahami perasaan-perasaan negatif yang diungkapkan konseli,
kemudian meresoinnya. Respon konselor harus menunjukan atau
mengarahkan kepada apa yang ada dibalik ungkapan-ungkapan
perasaan itu, sehingga menimbulkan suasana konseli dapat memhami
dan menerima keadaan negatif atau tidak menynangkan itu tidak di
proyeksikan kepada orang lain atau disembunyikan sehingga menjadi
mekanisme pertahanan diri.
f) Penentuan pilihan, apabila konseli telah memahami dan menerima
dirinya maka tahap berikutnya adalah memilih dan menentukan pilihan
sikap dan tindakan mana yang akan diambil, sejak saat itu
terbayangkanlah oleh konseli rangkaian kegiatan yang harus dilakukan
sehubungan dengan keputusan pilihannya dan ia menyadari tanggung
jawabnya. Dalam hal ini konsleor membantu memberikan penjelasan-
penjelasan yang berhubungan dengan keputusan pilihan yang diambil
konseli, untung rugianya, resiko dan konsekuensinya. Konselor pun
22
berharap perilaku konseli semakin berintegrasi dan pilihan-pilihan yang
dilakukan semakin kuat, kemandirian dan pengarahan dirinya makin
meyakinkan.
g) Perealisasian pilihan konseli, konseli mencoba merealisasikan atau
mengaktualisasikan pilihannya itu dalam sikap dan perilakunya.
Perkembangan sikap dan tingakah lakunya itu adalah sejalan dengan
perkembangan dirinya.
Selain beberapa tahapan diatas, Winkel menyatakan bahwa proses
layanan konseling individual terbagi dalam lima fase atau tahapan, setiap
tahapan memiliki keterkaitan dan hubungan dengan tahapan yang lain.
Tahapan-tahapan layanan konsleing individual yang dimaksud yaitu28
:
a. Pembukaan. Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar
pribadi (working relationship) yang baik, yang memungkinkan
pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara layanan konseling.
b. Penjelasan masalah. Konseli mengutarakan hal yang ingin dibicarakan
dengan konselor, sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan
yang berkaitan dengan hal itu.
c. Penggalian latar belakang masalah. Oleh karena konseli pada fase
penjelasan masalah belum menyajikan gambaran lengkap mengenai
kedudukan masalah, diperlukan penjelasan lebih mendetail dan
mendalam.
d. Penyelesaian masalah. Berdasarkan apa yang telah digali dalam fase
analisis kasus, konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan
diatasi.
e. Penutup. Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian
masalah yang ditemukan dengan konselor, proses layanan konseling
dapat diakhiri.29
Klien dipersilahkan mengungkapkan pengalamanya
selama pertemuan-pertemuan dan menyatakan dalam hal-hal apa yang
merasa puas dan masih ingin memperdalam sendiri (evaluasi diri 28 WS. Winkel, Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah, Grasindo, Jakarta. 2001. Hal 473-476
29 Ibid,.Hal 476
23
sendiri). Konselor menawarkan untuk bertemu kembali pada lain
kesempatan, bila klien menghadapi persoalan lain. Dalam fase ini
konselor harus membantu klien refleksi atau manfaat yang diperoleh
dari pengalaman dalam diri klien tersebut, dan menyilahkan klien
untuk terjun langsung ke lapangan. Proses layanan konseling belum
selesai dan waktu pertemuan kali ini habis, maka konselor meringkas
apa yang sudah dibahas bersama dan menunjukkan kemauan yang
telah dicapai. Serta memberikan satu dua pertanyaan untuk dipikirkan
selama hari-hari sebelum pertemuan berikutnya.30
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka diketahui bahwa proses
layanan konseling individual dapat diuraikan menjadi tiga tahapan, antara
lain:
a) Tahap pembukaan (awal)
Tahap ini merupakan tahap pertama dalam kegiatan layanan
konseling. Pada tahap ini konselor membangun hubungan baik dengan
konseli. kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain: menyambut
kedatangan konseli, mengajak berbasa-basi sebentar, dan
mempersilahkan konseli untuk mengemukakan masalah yang ingin
dihadapinya dan membicarakannya dengan konseli.
b) Tahap inti kegiatan (pertengahan)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan kegiatan layanan
konseling. Tahap inti ini terbagi dalam beberapa kegiatan antara lain:
mendefinisikan masalah, penggalian latar belakang masalah, memeriksa
kembali definisi masalah, mengembangkan solusi alternatif
penyelesaian masalah, memutuskan solusi mana yang paling tepat bagi
klien, dan meninta klien untuk menyusun rencana atas solusi yang telah
diambil.
c) Tahap penutup (pengakhiran)
30 Gerald Corey, Theory and Practice of Counseling and Psychoteraphy, Terjemahan
Kaswara, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Rafika Aditama, Bandung. 2013. Hal 13
24
Pada tahap ini konseli menyatakan kemantapannya atas keputusan
yang telah diambil. Sedang konselor pada tahap ini mengakhiri
hubungan pribadi dengan konseli. kegiatan yang dilakukan oleh
konselor pada tahap ini antara lain: memberikan ringkasan jalannya
pembicaraan, menengaskan kembali keputusan yang diambil klien, dan
menutup kegiatan layanan konseling.
3. Perilaku Membolos
a. Pengertian Prilaku Membolos
Perilaku membolos dapat dimaksudkan sebagai salah satu bagian dari
kenakalan remaja. Masalah ini berkaitan dengan pelanggaran norma hukum
dan norma-norma sosial. Dalam hal ini peserta didik yang melakukan
pelanggaran terhadap aturan atau norma atau tata tertib yang diterapkan
disekolah.
Perilaku adalah pengaruh hubungan antara organisme dengan
lingkungannya terhadap perilaku, intrapsikis yaitu proses-proses dan
dinamika mental atau psikologis yang mendasari prilaku. Sedangkan
membolos adalah bentuk perilaku yang meninggalkan aktivitas yang
seharusnya dilakukan dalam waktu tertentu dan tugas atau peranan tertentu
tanpa pemberitahuan yang jelas.
Menurut kun Maryati dan Juju Suryawati menjelaskan bahwa perilaku
membolos merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan perilaku,
penyimpangan itu terjadi karena adanya proses labeling (pemberian julukan,
cap atau merk yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai sosial)
yang diterima seseorang yang membuatnya melakukan penyimpangan31
Menurut Imam Musbikin membolos adalah “pergi meninggalkan sekolah
tanpa sepengetahuan pihak sekolah”32
. Berdasarkan definisi diatas, maka
dapat diketahui bahwa perilaku membolos adalah tindakan yang dilakukan
oleh peserta didik dalam bentuk pelanggaran tata tertib yatitu meninggalkan
sekolah pada jam pelajaran berlangsung atau tidak masuk sekolah tanpa izin
31 Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA/MA KELAS x. Jakarta. 32 Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Remaja, Zafana Publishing, Jakarta, 2013. Hal
30
25
dan tanpa sepengetahuan orang tua, membolos dari awal pelajaran dampai
akhir pelajaran.
Membolos merupakan tindakan yang tidak baik dan seharusnya tidak
dilakukan oleh peserta didik karena membolos merupakan tindakan yang
tidak bermoral. Perilaku tidak bermoral adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan sosial. Perilaku tidak bermoral disebabkan karena ketidak
setujuan individu dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib
menyesuaikan diri. Pada peserta didik yang membolos, mereka kurang
adanya perasaan wajib menyesuaikan diri terhadap tata tertib sekolah.
Sehingga mereka melanggar tata tertib yang ada disekolah, padahal perilaku
tersebut tidak sesuai dengan harapan sosial.
Perilaku membolos disebut juga perilaku yang tidak disiplin. Disiplin
merupakan cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok. Disiplin ini digunakan bila anak melanggar peraturan dan
perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berada
disekitar peserta didik. Peserta didik yang membolos merupakan hasil dari
pendidikan anak yang diperoleh dari lingkungan pada kesalahan bawaan.
b. Faktor Penyebab Perilaku Membolos
Perilaku membolos peserta didik tidak terjadi begitu saja, tetapi perilaku
yang telah membudaya tersebut didukung oleh faktor-faktor yang
menguatkan timbulkan perilaku membolos peserta didik, diantaranya karena
peserta didik memiliki atau mempunyai kesempatan untuk membolos dari
sekolah atau kondisi lingkungan sekitar yang mendukung sehingg perlaku
membolos itu sering kali terjadi.
Perilaku membolos ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor pribadi, setiap anak mempunyai kepribadian khusus.
Kepribadian ini bisa menjadi sumber munculnya perilaku
menyimpang.
2. Faktor keluarga, merupakan faktor unit sosial paling kecil dalam
masyarakat yang peranannya besar sekali terhadap perkembangan
26
sosila terlebih awal-awal perkembangan yang menjadi landasan
perkembangan kepribadian selanjutnya.
3. Faktor lingkungan, masyarakat, pada lingkungan masyarakat inilah
remaja dihadapkan berbagai bentuk kenyataan yang da dalam
kehidupan masyrakat yang berbeda-beda, akibatnya remaja
terpengaruh dengan adanya yang terjadi dalam masyarakat yang
mana kurang landasan agamanya, dan masyarakat yang acuh
terhnadap lingkungan yang ada disekitarnya.
4. Faktor lingkungan sekolah, bisa menyebabkan timbulnya kenakalan
remaja, yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja dipicu dari
adanya pengaruh teman-temanya.
Menurut Prayitno dan Erman Amti, penyebab peserta didik membolos
dari sekolah yaitu sebagai berikut:33
a) Tak senang dengan sikap dan perilaku guru.
b) Merasa kurang mendapatkan perhatian guru.
c) Proses belajar mengajar yang membosankan.
d) Pengaruh teman yang suka membolos.
e) Merasa gagal dalam belajar.
f) Kurang berminat terhadap matapelajaran.
Menurut M.Surya, kebiasaan membolos dapat bersumber dari berbagi
faktor, baik internal maupun eksternal, yaitu sebagai berikut:34
1. Secara internal, kebiasaan membolos bersumber dari kondisi
didalam diri peserta didik yang antara lain berkaitan erat dengan
faktor kecakapan potensial maupun aktual, kematangan
perkembangan, sikap dan kebiasaan, minat, kestabilan emosional,
pengalaman, kemandirian, kualitas kepribadian, dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya kebiasaan
membolos dapat bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan pergaulan sebaya.
33 Prayitno dan Eman prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta,2016. Hal 19
34 Mohammad Surya, Bina Keluarga Cet Ke-2, Aneka Ilmu, Bandung, 2005. Hal 23
27
3. Faktor keluarga yang menjadi sumber timbulnya kebiasaan
membolos, yaitu suasana keluarga yang kurang mendukung,
keterbatasan sarana dalam keluarga, kurangnya keharmonisan
hubungan dalam keluarga. Lingkungan sekolah yang kurang baik
dapat menjadi sumber timbulnya kebiasaan membolos seperti
suasana kelas kurang menyenangkan, sikap guru yang kurang baik,
hubungan antara peserta didik yang kurang baik, lingkungan sekolah
yang kurang baik, materi pelajaran yang kurang menarik.
Berdasarkan beberapa faktor diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
faktor dari perilaku membolos yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik bisa
berupa karakter peserta didik yang memang suka membolos, sekolah hanya
dijadikan tempat mangkal dari rutinitas-rutinitas yang membosankan
dirumah. Sementara faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi
dari luar diri peserta didik, misalnya kebijakan sekolah yang tidak berdamai
dengan kepentingan peserta didik, guru tidak professional, fasilitas
penunjang sekolah yang tidak memadai.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif, yaitu data penelitian diungkap ini diungkap
melalui wawancara mendalam, observasi dan metode dokumentasi.
Narasumber penelitian dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
Teknik purposive sampling dimana narasumber hanya berjumlah 5 orang
dengan kriteria subjek penelitian adalah:
a. Siswa yang pernah membolos.
b. Siswa yang membolos dan mendapatkan konseling oleh guru BK.
Adapun lokasi penelitian ini berada di SMP Negeri 22 Kota Jambi.
Pada penelitian ini data-data yang diperoleh dari penelitian kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif.
28
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengangkat
fakta, keadaan, variable dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika
penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya.
2. Setting Dan Subjek Penelitian
Setting penelitian adalah di SMPN 22 Kota Jambi, Jl. HM Thaib
Fachrudin Kenali besar, Alam Barajo, Kota jambi. Pemilihan settingan
didasarkan atas pertimbangan praktis bahwa penulis sering melihat anak-
anak membolos disekitaran SMPN 22 Kota Jambi. Subjek penelitian dalam
penelitian kualitatif ini terdiri dari Guru BK. Mengingat subjek yang baik
adalah subjek yang terlibat aktif, dan berkepentingan dengan aktifitas yang
akan diteliti, serta memberikan informasi secara benar.
3. Sumber Data Dan Jenis Data
Sumber data ini diambil dari unsur manusia dan non manusia yang
masuk dalam sebuah penelitian. Unsur manusia yaitu unsur yang langsung
terlibat dalam sebuah penelitian seperti perkataan ataupun perbuatan. Orang
yang bisa memberi data melalui wawancara. Sedangkan yang non manusia
yaitu dapat berupa suasana yang bergerak ataupun diam meliputi ruangan,
suasana, dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan di
observasi.
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data dari sumber pertama ( first hand) melalui observasi
dan wawancara dilapangan, sedanglan data sekunder adalah data yang
diperoleh dengan mengguakan studi literature yang dilakukan terhadap
banyak kubu, yang kadang-kadang diperoleh melalui internet yang
berhubungan dengan penelitian.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data di lapangan yang diperlukan dalam
penelitian ini digunakan beberapa metode, yaitu sebagai berikut:
29
a. Metode Wawancara
Wawancara adalah instrumen pengumpulan data yang
digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
narasumbernya. Wawancara terbagi menjadi 2 jenis yaitu:35
1) Wawancara Tersruktur
Wawancara terstruktur merupakan jenis wawancara yang
dilaksanakan secara terencana dengan pedoman pertanyaan yang
telah disiapkan.
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak
berpedoman pada daftar pertanyaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancar tidak
terstrutur karena wawancara tidak terstruktur dirasa lebih bebas
dibanding wawancara terstruktur, sehingga narasumber lebih terbuka
dalam menyampaikan pendapatnya.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan
data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung.36
Menurut Gall dkk. memandang observasi sebagai salah
satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan
lingkungan (sosial dan atau material) individu yang sedang diamati.37
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode observasi disini adalah suatu cara yang
digunakan dalam mengumpulkan data-data melalui suatu pengamatan
dan juga pencatatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana.
Dilihat dari keterlibatan subjek terhadap objek yang sedang di
observasi (observee), observasi bisa dibedakan menjadi tiga bentuk
yaitu:
35 Sugiono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfa Beta,
Bandung, 2009. Hal 317 36 Anas Salahudin, Op. Cit,. Hal 72 37 Anwar Sutoyo, Pemahaman Individu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012. Hal 85-86
30
1) Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang melakukan observasi
(observer) turut serta atau berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang
dilakukan oleh subjek yang sedang diobservasi (observee).
2) Observasi non-partisipan, yaitu bila observer tidak terlibat secara
langsung atau tidak berpartisipasi dalam aktivitas yang sedang
dilakukan oleh observee.
3) Observasi kuasi-partisipan, yaitu bila observer terlibat pada sebagian
kegiatan yang sedang dilakukan oleh observee, sementara pada
sebagian kegiatan yang lain observer tidak melibatkan diri.38
Dalam penelitian ini penulis menggunakan observasi non partisipan
karena peneliti tidak mengambil bagian secara penuh dari aktifitas objek
yang diteliti.Dalam observasi ini, peneliti mengamati pelaksanaan layanan
konseling individual dalam mengatasi perilaku membolos peserta didik
kelas IX SMPN 22 Kota Jambi. Dari penelitian tersebut dapat dilihat gejala-
gejala yang nampak pada peserta didik, sehingga peserta peneliti dapat
mengambil kesimpulan dari observasi bahwa peserta didik mengalami
perbaikan perilaku menyimpang atau sebaliknya.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sejumlah besar fakta dan data yang
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumen baik berupa surat,
buku atau catatan harian, memorial, cendera mata, laporan, artefak,
maupun foto.39
Menurut Suharsimi Arikunto dokumentasi yaitu
“mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya”.40
38 38 Anas Salahudin, Op. Cit,. Hal 86-87 39 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skirpsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah,
Kencana Pernada Media Grouup, Jakarta, 2011. Hal 141 40 Suharismi Ari Kunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Cet
Ke-4 Bina Aksara, Jakarta,1998. Hal 27
31
Berdasarkan keterangan tersebut maka dapat dipahami bahwa
metode dokumentasi adalah suatu cara dalam mengumpulkan data-
data yang diperlukan dengan melalui catatan tertulis.
d. Triagulasi
Pemeriksaan pengumpulan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi juga bisa disebut
sebagai tekhnik pengujian yang memanfaatkan penggunaan sumber
yaitu membandingan dan mengecek terhadap data yang diperoleh.
Triangulasi dilakukan dengan sumber data yang memanfaatkan
penggunaan sumber yaitu membandingkan dengan mengecekan balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif . Triangulasi ini
dilakukan dengan cara :
1) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
saling berkaitan.
3) Mengadakan perbincangan dengan banyak pihak untuk mencapai
pemahaman tentang sesuatu atau berbagai hal.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat diinterpresentasikan temuannya
kepada orang lain”
Sesuai dengan bentuk penelitiannya, dalam penelitian ini analisis
data yang digunakan adalah seperti yang dikemukakakn miles dan
huberman, mereka mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
32
sampai tuntas , sehingga datanya sudah jenuh. Akitivitas dalam analisisn
data tersebut,analisis data tersebut :
a. Data Reduction (Reduksi data)
“Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian dana yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya , dan mencarinnya bila diperlukan”.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan kata
dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi.
b. Display Data (penyajian data)
Pada proses ini penelitian berusaha menyusun data yang relevan,
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variable.
c. Verifikasi
Pada langkah verifikasi penbeliti menuju kearah kesimpulan yang
sifatnya terbuka, juga peneliti masih dapat menerima masukan data dari
penelitian lain.
H. Pemeriksaan Keabsahan Data
Selama pelaksanaan penelitian, Suatu kesalahan dimungkinkan dapat
timbul. Entah itu berasal dari diri penelitian atau dari pihak informan. Untuk
mengurangi dan meniadakan kesalahan data tersebut, penelitian perlu
mengadakan pengecekan kembali data tersebut sebelum diproses dalam
bentuk laporan dengan harapan laporan yang disajikan nanti tidak
mengalami kesalahan.Ada 3 tekhnik yang dapat dilakukan dalam
pemeriksaan keabsahan data :
33
a. Memperpanjang masa pengamatan
Hal ini memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji
informasi dari responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan
para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti
sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus.
Dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara inci.
c. Diskusi dengan teman sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, penelitian akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa
data diterima benar-benar real dan buka semata persepsi sepihak
dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti
mengharapkan mendaptkan sumbangan, masukan, dan saran yang
berharga dan konstruktif dalam meninjau keabsahan data.
I. Studi Relevan
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan dari berbagai
sumber penulis menemukan penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu :
a. Peneliti dilakukan oleh Marti Yoan Tutiona, mahasiswa fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Tadaluko, dengan judul
“Upaya mengurangi perilaku membolos melalui konseling individual
dengan teknik behavior contract pada siswa SMPN 6 Palu”. Pada
penelitian yang dilakukan Marti Yoan Tutiona adalah tentang
bagaimana upaya mengurangi perilaku membolos siswa dengan
teknik behavior contract pada siswa SMPN 6 Palu, sedangkan
peneliti hanya melakukan penelitian menggunakan layanan konseling
individual.
34
b. Penelitian dilakukan oleh Risa Septi Wahyuni, mahasiswa fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, dengan judul “Pengaruh
keaktifan mengikuti konseling individual terhadap kenakalan siswa
SMP Negeri 21 Pekanbaru”. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Risa Septi Wahyuni tentang bagaimana tingkat keaktifan siswa kelas
VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru dalam mengikuti layanan konseling
individu dan mengetahui bagaimana tingkat kenakalan siswa kelas
VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru, sedangkan dalam penelitian ini
meneliti tentang perilaku membolos dan mengatasinya dengan
layanan konseling individual.
c. Penelitian dilakukan oleh Astuti Indri, mahasiswa fakultas ilmu
pendidikan Universitas Negeri Semarang, dengan judul “Mengurangi
perilaku membolos siswa dengan menggunakan layanan konseling
individual (Studi kasus pada siswa kelas XI IPS di SMA
Muhammadiyah 1 purbalingga)”. Pada penelitiaan yang dilakukan
oleh Astuti Indri tentang bagaimana cara mengurangi perilaku
membolos dengan layanan konseling individual pada siswa kelas IX
IPS SMA Muhammadiyah 1 prubalingga, peneliti juga
menggunakan konseling individual dalam membantu mengatasi atau
mengurangi perilaku membolos siswa.
35
BAB II
PROFIL SEKOLAH
A. Sejarah Sekolah
1. Sejarah SMP Negeri 22 Kota Jambi
SMP Negeri 22 Kota Jambi berdiri sejak tahun 1995, sejak berdiri
hingga sekarang telah mengalami 8 (delapan) kali pergantian Kepala
Sekolah, yaitu41
:
a. Drs. Ikwan (1995-1996)
b. Mustakim (1996-1998)
c. Sunarto, S.Pd (1998-2001)
d. Mardiah, S.Pd (2001-2007)
e. Mahfud, S.Pd (2007-2014)
f. Drs. Tedi Suyono (2014-2015)
g. Arman Danil, S.Pd (2015-2016)
h. Erdalena M.Pd (2017- sekarang)
Sekolah ini mengalami 4 kali renovasi, yang di mulai sejak tahun
1997 hingga sekarang yang dilakukan secara bertahap.
2. Letak Geografis SMP Negeri 22 Kota Jambi
SMPN 22 Kota Jambi berada di Jln. HM. Thaib Fachrudin
Kelurahan Kenali besar, Kecamatan Alam Barajo. Secara geografis,
SMPN 22 Kota Jambi jauh dari pusat kota jambi sehingga transpotasi
umum susah ditemukan. Dulu SMP ini didominasi pepohonan, semak
belukar dan beberapa tanah sekelilingnya masih hutan belum banyak
pemukiman warga sehingga proses belajar mengajar sangat ideal karena
tidak bising, tetapi sekarang sudah banyak pemukiman warga bahkan
dibelakang sekolah sedang dibangun perumahan sehingga sedikit
menganggu proses belajar karena terdengar suara pekerja.
41 Observasi SMPN 22 Kota Jambi, Januari 2020
35
36
B. Identitas Sekolah
Tabel 2
Nama Sekolah : SMP Negeri 22 Kota Jambi
Nomor Sekolah : 201100407022
NPSN : 10504672
Provinsi : Jambi
Otonomi Daerah : Kota Jambi
Kecamatan : Alam Barajo
Desa/Kelurahan : Kenali Besar
Jalan : Thaib Fahruddin SimpangRimbo
Kode Pos : 36129
Telp : (0741) 580588
Fax : -
Daerah : Perkotaan
Status Sekolah : Negeri
Kelompok Sekolah : B
Akreditasi : B
SK : No. 0315/0/1995 tanggal 26-11-1995
Penerbit SK di tandatangai oleh : Mnedikbud RI
Tahun berdiri : 1995
Tahun Penegrian : 1995
Kegiatan belajar mengajar : pagi
Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
Lokasi Sekolah : Kelurahan Kenali Besar
Jarak ke pusat kecamatan : 5 km
Jarak ke pusat otoda : 10 km
Terletak pada lintasan : Desa/kabupaten/Kota
Perjalanan Perubahan Sekolah : -
Jumlah keanggotaan Rayon : 10
Organisasi penyelenggara : Pemerintah
Gedung Bangunan Sekolah :
Jumlah gedung SMPN 22 Kota
Jambi, diantaranya:
- Kelas VII = 8 kelas
- Kelas VIII = 7 kelas
- Kelas IX = 7 kelas
- Gedung Perpustakaan = 1 bangunan
- Gedung Laboratorium = 1 bangunan
- Bangunan Ruang Kantor = 1 bangunan
- Bangunan Musholla = 1 bangunan
- Ruangan kepala Sekolah = 1 Ruangan
- Ruang Tata Usaha = 1 Ruangan
- Ruang BK = 1 Ruangan
37
C. Visi dan Misi SMP Negeri 22 Kota Jambi
Visi dan Misi dari sekolah SMPN 22 Kota Jambi sebagai berikut42
:
VISI
“TERWUJUDNYA PRESTASI GEMILANG, BERWAWASAN
LINGKUNGAN BERLANDASAN IMAN DAN TAQWA”
MISI
- MENINGKATKAN – Keimanan dan ketaqwaan terhadap allah
SWT/Tuhan yang maha esa, sebagai pemilik tunggal ilmu
pengetahuan.
- MELAKSAAKAN – Pembelajaran dan bimbingan secara optimal
berdasarkan potensi yang handal dan teruji.
- MENGEMBANGJAN – Kemampuan peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan, menjadi lebih terampil, kreatif, dinamis dan
inovatif, melalui pemberdayaan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
- MEWUJUDKAN – Lingkungan sekolah yang rapi, bersih, kondusif,
dan menyenangkan sebagai wujud wawasan “ ADIWIYATA
SEKOLAH” yang indah, damai, sejahtera lahir, dan batin.
- MENGEJAWANTAHKAN – Semua kemampuan dalam upaya
meraih tujuan sekolah hingga menjadi yang terdepan dalam
menghadapi setiap tantangan.
D. Kurikulum Sekolah
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu.Kurikulum adalah
seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi
pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar,
program pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar
pebelajar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan
perubahan tingkah laku.
Kurikulum yang digunakan di SMP 22 Kota Jambi yaitu
kurikulum 2013 dan kurikulum satuan pendidikan. Kurikum 2013 ini di
42 Dokumentasi SMPN 22 Kota Jambi
38
gunakan untuk kelas VII dan VIII, sedangkan kurikulum satuan
pendidikan digunakan untuk kelas IX.
E. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pelaksana teknis
bimbingan dan konseling. Kepala sekolah juga bertanggung jawab
tentang kelancaran pelaksanaan serta peningkatan mutu pendidikan di
sekolah. Kepala sekolah merupakan pemimoin, yang dalam
kepemimpinannya di bantu oleh wakil kepala sekolah. Pada saat ini
SMPN 22 Kota Jambi dipimpin oleh Ardalena, M.Pd.
Adapun tugas kepala sekolah adalah:
a. Membina dan memberi pengarahan
b. Mengembangkan program sekolah sesuai dengan kebijakan
sekolah
c. Menyesuaikan program sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat
d. Menyusun jabatan petugas personalia sekolah
e. Mengembangkan kemampuan staf personalia
f. Menentukan judul-judul survey yang di perlukan sekolah
g. Mengadakan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain
h. Bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana sekolah
i. Kerjasama dengan pengurus komite sekolah
2. Komite Sekolah
Komite sekolah merupakan organisasi persatuan antara orang tua
siswa, masyarakat, dan pihak sekolah yang bertujuan untuk
mewujudkan dan memelihara hubungan antara orang tua siswa dan
guru agar sekolah dapat berkembang dan snaggup memenuhi
kebutuhan sebagai tempat manusia berakhlak, berkualitas dan dapat
menerapkan ilmunya di tengah masyarakat, bangsa dan negara.
Adapun tugas dan wewenang komite sekolah SMPN 22 Kota Jambi
yaitu :
39
a. Mendorong dan mengembangkan hubungan yang baik antara
orang tua siswa, masyarakat dan pihak sekolah
b. Membantu kelancaran kegiatan pendidikan
c. Membantu bantuan dari masyarakat yang berupa benda dan jasa
uang dapat mendukung kegaiatan pendidikan
3. Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah merupakan orang-orang yang di
perbantukan khusus untuk memegang beberapa bidang yang berada
di bawah koordinasi kepala sekolah, misalnya kepala sekolah bidang
kesiswaan, kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah
bidang humas. Wakil kepala sekolah SMPN 22 Kota Jambi memiliki
tuagas sebagai berikut :
a. Penyususnan rencana kegiatan
b. Pembuatan program kegiatan dan pelaksanaan program
c. Pengorganisasian
d. Pengarah pelaksanaan
e. Ketenagaan
f. Pengorganisasian laporan
g. Penilaian
h. Koordinasi dan pengawasan
i. Identifikasi dan pengumpulan data
j. Penyusunan laporan
Di SMPN 22 Kota Jambi terdapat 4 (empat) orang wakil kepala
sekolah, yaitu :
1) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Bapak Edimar,
S.Pd. Tugas dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu:
a. Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan
b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
40
c. Mengatur penyusuna program pengajaran (program semester
satuan pelajaran dan persiapan mengajar, penjabaran dan
penyelesaian kurikulum )
d. Mengatur kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dan kulikuler
e. Mengatur pelaksanaan program penilaian kreteria kenaikan
kelas, kreteria ketulusan dan laporan kemajuan belajar siswa
serta pembagian lapor dan STTB.
f. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran
g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
h. Mengatur pengembangan MGMP dan koordinasi mata
pelajaran
i. Mengatur mutasi siswa
j. Melakukan pengawasan administrasi dan akademis
k. Menyusun laporan
2) Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yaitu Ibu Ir. Efiryati.
Tugas dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu,
a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan konseling
b. Mengatur dan mengkoordinasi pelaksanaan 6k (keamanan,
kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kerindangan)
c. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi ke
pramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah
kerja (KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli
keamanan sekolah (PKS), paskibraka.
d. Mengatur program semester kilat
e. Menyusun dan mangatur pelaksanaaan pemilihan sisiwa
teladan sekolah
f. Menyelenggaraan cerdas cermat dan olahraga prestasi
g. Menyeleksi calon untuk di usulkan untuk mendapatkan
beasiswa
41
3) Wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasaranayaitu Dra. HJ
Rasmiati Umar. Tugas dari wakil kepala sekolah bidang sarana
dan prasarana yaitu,
a. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk
menunjang proses belajar mengajar
b. Merencanakan proses pengadaannya
c. Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana
d. Mengelola perawatan, perbaikan, dan pengisian sarana dan
prasarana
e. Mengatur pembukaannya
f. Menyusun laporan
4) Wakil kepala sekolah bidang hubungan masyarakat yaitu
.Hasnawati, S.Pd.I Tugas dari wakil kepala sekolah bidang
hubungan masyarakat yaitu,
a. Mengatur dan mengembnagkan hubungan dengan kommite
sekolah dan peran komite sekolah
b. Menyelanggarakan bakti sosial dan karya wisata
c. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di sekolah
(gebya pendidik)
d. Menyusun laporan
4. Majelis Guru
Majelis guru di SMPN 22 Kota Jambi adalah berjumlah 46 orang,
terbagi menurut bidang studi masing-masing. Guru memiliki
tanggung jawab atas kelancaran proses belajar mengajar di sekolah.
Sehingga dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berpotensi
bagi pembangunan, karena keberhasilan proses belajar mengajar
terletak pada peran dan tugas guru dalam melaksanakan tanggung
jawabnya. Adapun tugas guru adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi tentang sistem sekolah dan kegiatan sekolah
secara langsung kepada orang tua siswa melalui kontak sehari-hari
42
b. Mengembangkan kerja sama dengan orang tua siswa dan masyarakat
c. Mendidik siswa dan melakukan proses belajar mengajar dengan baik
d. Menerima informasi dan keluhan dari masyarakat untuk di
sampaikan kepada wakil kepala sekolah biadang humas
e. Memelihara kode etik jabatan guru
5. Wali kelas
Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a. Pengelolaan kelas
b. Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi :
- Denah tempat duduk siswa
- Papan absensi kelas
- Daftar pelajaran kelas
- Daftar piket kelas
- Buku absensi siswa
- Buku kegiatan pembelajaran kelas
- Tata tertib kelas
6. Bimbingan Konseling
Guru bimbingan konselling mempunyai kelas dan wewenang di
luar mata pelajaran. Khususnya bagi siswa yang bermasalah. Melalui
guru bimbingan konseling di harapkan bagi para siswa yang memiliki
masalah yang mengakibatkan terganggunya proses belajar mengajar,
maka guru bimbingan konseling bertugas menyelesaikan masalah
siswa tersebut melalui proses, di harapkan setelah berkonsultasi
dengan guru bimbingan konseling tersebut maka siswa yang
mempunyai masalah dapat menyelesaikan nya dengan baik.
7. Tenaga Administrasi dan Tata Usaha
Dalam usaha pendidikan atau sekolah tidak pernah terlepas dari
tenaga administrasi, yaitu tata usaha. Pegawai-pegawai yang ada di
dalam tata usaha bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan
memiliki tugas menjalankan ketatausahan sekolah. Di SMPN 22 Kota
43
Jambi terdapat 14 orang pagawai tata usaha. Adapun tugas tata usaha
adalah sebagai berikut:
a. Menyusun program tata usaha
b. Mengelola keuangan
c. Mengurus administrasi ketenagaan dan siswa
d. Membina dan mengambangkan karir pegawai tata usaha sekolah
e. Menyusun perlengkapan administrasi sekolah
f. Menyusun dan menyajikan data administrasi sekolah
g. Mengkoordinasikan dan melaksankan 7 K
h. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan secara
berkala
8. Pengelolaan Laboratorium
Pengelola laboratorium membantu kepala sekolah dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium
b. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratoriu m
c. Meyusun penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium
d. Memelihara dan memperbaiki alat-alat laboratorium
e. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium
9. Teknisi Media
Teknisi media membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan
sekolah sebagai berikut:
a. Merencanakan pengadaan alat-alat media
b. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaaan media
c. Menyusun program kegiatan teknisi media
d. Mengatur penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat
media
e. Inventarisasi dan pengadministrasian alat-alat media
f. Meyusun laporan pemanfaatan alat-alat sekolah
10. Layanan Teknisi di Bidang Pertamanan ( Tukang Kebun)
Layanan teknisi di bidang pertamanan ( tukang kebun ) bertugas :
44
a. Mengusulkan keperluan alat perkebunan
b. Merencanakan jenis dan pemilah tanaman
c. Memotong rumput
d. Memelihara dan memangkas tanaman
e. Memupuk tanaman
f. Menjaga kebersihan dan keindahan tanaman serta
kerindangannnya
g. Memberantas hama dan penyakit tanaman
h. Merawat tanaman beserta infrastruktur ( pagar, saluran air, dsb)
i. Merawat dan memperbaiki peralatan kebun
j. Membuang sampah kebun dan lingkungan sekolah ke tempat
sampah
11. Pelayanan teknisi ( satpam)
Pelayanan teknisi ( satpam) bertugas :
a. Mengisi buku catatan kejadian
b. Mengantar atau memberi petunjuk tamu sekolah
c. Mengamankan pelaksanaan upacara bendera, PBM, UAS, UAN,
dan rapat
d. Menjaga kebersihan pos
e. Menjaga ketenangan dan keamanan siang dan malam
f. Merawat peralatan jaga malam
g. Melaporkan kejadian secepatnya,
F. Struktur Organisasi
Dalam rangka menjalankan proses belajar mengajar yang telah
dilakukan, maka tentulah memerlukan pengorganisasian yang jelas dan
terarah sesuai dengan aturan yang ada di sekolah.
Berdasarkan struktur yang ada, maka dilihatlah garis fungsi dan
tanggung jawab masing-masing.Melalui struktur organisasi yang jelas
dan terarah dapat dilihat dari pembagian tugas dan terdapat pemisahan
tugasnya antara pemimpin dan bawahan.
45
Srtuktur organisasi di SMP Negeri 22 Kota Jambi dalam
penyelenggaraannya telah terorganisir dengan baik dan tidak terdapat
kejanggalan dan kendala yang cukup berarti bagan struktur organisasi
pada SMP Negeri 22 Kota Jambi terdapat pada gambar43
:
43 Dokementasi SMPN 22 Kota Jambi, Januari 2020.
46
STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 22 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2018-2019
NO. 318/800/SMPN22/2018 Tabel 3
KOMITE
KEPALA SEKOLAH
ERDALENA M.Pd NIP. 19680212 198812 2 002
TATA USAHA 1. KARTINI
NIP. 196304211986032003 9. BASRI
2. INDRAMAWAN NAIPOSPOS, SE NUPTK.6346757658200013 NIP.196309201994032001 10.JUSMAN, S.Pd .
3. Y A T N O NUPTK.2842753654200020 NIP.196212311986031177 11.RISMAL AKBAR, A.Md.
4. MURNIWATI, SE NUPTK.2061759661200023 NIP.197103121992032004 12.PRAWOTO
URUSAN KURIKULUM EDIMAR, S.Pd
NIP.196906141997021001
URUSAN KESISWAAN Ir. EFIRYATI
NIP.196311101998022001
URUSAN HUMAS HASNAWATI, S.Ag
NIP.196704091996022001
PENGELOLA KEUANGAN BOS HASNAWATI
NIP. 196704091996022001
PENGELOLA PERPUSTAKAAN 1. Hj. RAFNIS M.Pd
NIP. 19600105 198203 2 008 2. EKA HERLINDA.
NUPTK---
WALI KELAS IX
SUHARNI, S.Kom IX A NIP. 197912312006042012 SOFIANIS, S.Pd IX B NIP.196504091992032002 YULIA M.Pd IX C NIP. 197406152009032003 SITI ATIKA S.Pd IX D NIP. 19700402 199703 2 003 MARDIANA, S.Pd IX E NUPTK Dra. ROSITA IX F
WALI KELAS VIII
DWI ASTUTI, S.Pd VIII A NUPTK RINI NURMALA VIII B NUPTK. HAYATI S.Pd VIII C NIP. 196804291997022001 NADILA ANISA PUTRI VIII D NUPTK Drs. Syahril, M.Si VIII E NIP. 196803161995121001 ARMAINI VIII F NIP. 196004131984032002 Dra. Zaharah, M.Pd VIII G NIP. 196710121995122004 YARTI NIP. 196206111984122001
PENGELOLA LABOR IPA 1. Drs. SYAHRIL, M.Si
NIP.196803161995121001 2. RAFIAH, S.Pd
NIP.196811161991032005 3. ADE SUSILOWATI
NUPTK--- 4. Dra. ZAHARAH
NIP.196710121995122004 5. DETRINA, S.Pd
NIP.197208071997022001
WALI KELAS VII
DIRMANIDA S.Pd.I VII A NIP. 196012301986102001 PENTI WAHYU ANGGELINA, S.Pd VII B NUPTK Liston L. Tobing, S.Pd VII C NIP. 197003211998021002 MISWANI, S.Pd VII D NIP. 196208291984122001 LILI DEWITA, MPd VII E NIP. 197007031998022002 RAFIAH S.Pd VII F NIP. 19681116 199103 2 005 Bimbi mukhtar S.Pd VII G NUPTK--- Sri Yulia, S.Pd NUPTK
PENGELOLA LABORAN TIK
1. SUHARNI, S.Kom NIP. 197912312006042012
2. KURNIATI, S.Kom NUPTK---
PENGELOLA MUSHOLA
1. RAMIDAS, S.Pdi NIP.196112311987122002
2. Dra.Hj.Rasmiati Umar NIP.195811251986032005
3. Hj. DIRMANIDA, S.Pdi NIP.196012301986102001
4. Drs. H.Mustapa Sabri, M.Pdi NIP.196512311992031094
5. HASNAWATI, S.Ag NIP.196704091996022001
PENGELOLA KANTIN KEJUJURAN
1. Dra. ERNAWATI NIP.196808181997032002
2. Dra. ROSITA NIP.196412312012122004
GURU MATA PELAJARAN
GURU PEMBIMBING
BIMBINGAN KONSELING
1. Dra. Martha Br. Tarigan NIP.196602271995122001 2. HAYATI, S.Pd NIP.196804291997022001 3. KHOLILAH, M.Pdi NIP.19760528200
O S I S
1. SITI ATIKA, S.Pd NIP.197004021997032003
2. RAFIAH S.Pd NIP. 19681116 199103 2 005
PRAMUKA
1. Dra Martha Br. Tarigan NIP. 196602271995122001
2. JUSMAN S.Pd NUPTK. 2842753654200020
SISWA / SISWI
UKS / PMR
1. KHOLILAH, M.Pdi NIP.197605282009032003
2. M.SYAHRONI S.Pd NUPTK---
Keamanan, Cleaning Service & Penjaga Malam 1. B A S R I
NUPTK. 6346757658200013 2. PRAWOTO
NUPTK. 9237734635200003 3. JUSMAN, S.Pd
NUPTK. 2842753654200020 4. ANDRIYADI NUPTK ---
KESENIAN
1. MESSI JULIZA S.Pd Kons NUPTK---
2. NIA ARYASTUTI S.Pd NIP.198604192011012002
3. Y A R T I NIP.196206111984122001
OLAH RAGA
1. Drs. YOSNEDI NIP.196103101988031006
2. M. SYAHRONI S.Pd NUPTK----
URUSAN SARANA & PRASARANA Dra.Hj. RASMIATI UMAR
NIP.195811251986032005
47
G. Sarana dan Prasarana
Saranan dan prasarana SMPN 22 Kota Jambi akan disajikan dalam tabel
berikut ini44
:
Tabel 4
12. NO
Standar Minumum
Sarpras Sekolah
Keadaaan Standarisasi Ket
Ada Rusak Tidak
ada
Ideal Tidak
1 Ruang Kelas 21
2 Ruang Guru 1
3 Ruang TU 1
4 Ruang Kepsek 1
5 Lapangan Upacara 1
6 Ruang BP/BK 1
7 Ruang UKS 1
8 Ruang OSIS 1
9 Lab IPA -
10 Lab Bahasa -
11 Lab Komputer 1
12 Perpustakaan 1
13 Media pembelajaran LCD -
14 Sarana Olahraga 1
15 Tempat Ibadah 1
16 Pusat Sumber Belajar
(PBS)
-
17 Lab IPS -
18 Ruang Kesenian -
19 Wc Guru 1
20 Wc Siswa 4
21 Kantin Sekolah 7
22 Kantin Kejujuran 1
1. Ruang Perkantoran
Ruang perkantoran baik untuk kepala sekolah, TU maupun majelis
Guru di SMP Negeri 22 Kota Jambi tergolong dalam keadaan baik.Semua
guru mempunyai meja kerja masing-masing dan satu ruangan guru
lainnya, sehingga satu guru dengan guru yang lainnya bisa saling
membaur dan berinteraksi dengan baik.
44 Observasi, Sarana dan Prasarana SMPN 22 Kota Jambi, Januari 2020
48
2. Ruang Kelas
Ruang kelas di SMP Negeri 22 Kota Jambi ada 21 lokal, dalam
kondisi baik meskipun ada beberapa ruang kelas yang tergolong kurang
kondusif untuk jumlah siswa yang mencapai 40 siswa. Letak ruang kelas
satu sama lain saling berdekatan sehingga siswa kelas yang satu dengan
yang lainnya dapat saling berinteraksi dengan baik.
3. Ruang BK (Bimbingan Konseling)
Ruangan BK adalah ruangan yang sangat privasi karena ruangan
ini digunakan untuk berkonseling dari masalah yang ringan hingga
masalah yang berat. Ruang konseling idealnya sedikit celah untuk melihat
kedalam agar saat melakukan konseli tidak terdengar keluar atau terlihat
dari luar. Ruang Bk juga harus nyaman karena saat melakukan konseling
butuh waktu yang lama sehingga ruangan di tata dengan rapi agar konseli
nyaman berlama-lama. Sarana dan prasarana ruangan BK akan dirangkum
dalam tabel investari berikut ini:
Tabel 5
No
urut
Nama Barang Jumlah Keadaan Ket
Baik Kurang
Baik
Rusak
Berat
1 Meja Guru 5 buah - -
2 Kursi Guru 5 buah - - -
3 Kursi Tamu 5 buah - -
4 Kipas 2 buah - -
5 Jam 1 buah - -
6 Ruang Konseling
Pribadi
1
ruangan
- -
7 AC - - - -
8 Komputer - - - -
4. Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan
peserta didik yang cerdas dan mampu berpikir maju.Perpustakaan
mempunyai peranan vital dalam menciptakan semangat membaca dalam
diri seseorang anak didik.Kelengkapan buku-buku dan bahan yang ada
49
dalam perpustakaan menjadi penting untuk diperhatikan. Sumber-sumber
informasi terbaru juga penting untuk dihadirkan diperpustakaan untuk
memberikan informasi-informasi actual pada peserta didik sehingga
peserta didik menjadi orang yang cepat tanggap dan memahami kondisi
sosialnya.
5. Sarana Olahraga
Sarana Olahraga terutama lapangan olahraga di SMP Negeri 22
Kota Jambi bisa dikatakan cukup baik. Namun dikarenakan hanya ada 2
lapangan maka setiap aktivitas olahraga baik itu bola kaki, badminton,
senam, dan basket dilakukan dilapangan yang sama dipakai secara
bergantian, sedangkan voly memiliki lapangan sendiri. Hal ini dikarenakan
luas sekolah yang tidak memungkinkan untuk menambah lapangan
olahraga lagi.
6. Ruang Kegiatan Kesiswaan
Ruang kegiatan kesiswaan seperti ruang osis, ruang UKS dan
ruang olahraga yang ada di SMP Negeri 22 Kota Jambi bisa dikategorikan
dalam keadaan baik.
7. Laboratorium Komputer
Laboratorim computer merupakan salah satu sarana yang
terpenting, yang harus ada setiap istansi pendidikan guna menunjang
keterampilan siswa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Di SMP Negeri 22 Kota Jambi mempunyai laboratorium yang
bisa dikatakan baik dan lengkap. Karena sudah dilengkapi fasilitas internet
hingga para siswa dapat mengakses informasi pendidikan lewat internet
secara teratur dan didampingi oleh guru yang bersangkutan.
8. Sarana Ibadah/Mushola
Mayoritas siswa SMP 22 Kota Jambi adalah beragama islam.
Sehingga pihak memprioritaskan pembangunan sarana ibadah untuk para
muslimin dan muslimat. Di SMP Negeri 22 kota jamni untuk bangunan
masjidnya tergolong cukup bagus. Sedangkan untuk sarana peribadatan
agama lain selain agama islam tidak ada, namun setiap pemeluk agama
50
diberikan waktu dan kebebasan dalam menjalankan agamanya sesuai
dengan ajaran masing-masing.
9. Kantin
Kantin di SMP 22 Kota jambi bias dikatakan lengkap. Bangunan
untuk kantin pun tertata rapu dan berada dalam satu tempat, sehingga tak
mengganggu proses belajar mengajar. Dikantin siswa dapat menikmati
berbagai jenis makanan dengan harga yang cukup standard.
51
BAB III
LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM MEMBANTU
MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS IX
SMPN 22 KOTA JAMBI
A. Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan konseling individual merupakan layanan yang paling
utama dalam pelaksanaan mengetaskan permasalahan pribadi yang dialami
oleh peserta didik. Banyak peserta didik yang tidak mau membicarakan
permasalah pribadi mereka dalam diskusi kelompok saat jam BK,
beberapa dari mereka ragu untuk mengatakan dalam diskusi kelompok-
kelompok tersebut. Oleh karena itu, konseling individual dalam sekolah
tidak terlepas dari psikoterapi yang didasarkan pada asumsi bahwa peserta
didik akan lebih suka berbicara berdua dengan guru BK.
Menurut Prayitno layanan BK terapat 9 jenis layanan, yaitu45
:
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan
konseli memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya konseli dalam
lingkungan baru tersebut.
b. Layanan informasi
Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan
konseli menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
untuk kepentingan konseli.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
45 Prayitno dan Eman prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta,2016. Hal 25
51
52
Layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan yang
memungkinkan konseli memperoleh penepatan dan penyaluran yang
sesuai dengan bakat dn kemampuan masing-masing.
d. Layanan penguasaan konten
Layanan penguasaan konten yakni layanan yang memungkinkan
konseli mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan
yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya.
e. Layanan konseling perorang
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus
secara pribadi dalam wawancara atau seorang konselor dan seorang
kopnseli. Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dpat
dipecahkan sendiri,, kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai
petugas yang profesional dalam jabatan dan pengetahuannya.
f. Layanan bimbingan dan konseling kelompok
Bimbingan kelompok yang dimaksud adalah memecahkan
perkembangan masalah atau kesulitan pada diri konseli. Isi dari kegiatan
bimbingan kelompok terdiri dari penyampaian inforrmasi yang
berkenaan dengan masalah, pekerjaan, pendidikan, pribadi, dan masalah
sosial yang tidak disajikan dalm bentuk pelajaran.
g. Layanan konsultasi
Layanan mediasi yakni layanan konseling yang memungkinkan
permasalahan atau perse;isihan yang dialami konseli dengan pihak lain
dapat di tetaskan dengan konselor sebgai ediator.
h. Layanan mediasi
Layanan konseultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan
konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah.
i. Layanan advokasi
Layanan advokasi yakni layanan yang membantu konseli untuk
memperoleh kembali hak-hak dirinya uang tidak diperhatikan atau
53
mendapatkan perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter
cerdas dan terpuji.
Layanan yang sering dilakukan di SMPN 22 Kota Jambi adalah
layanan orientasi, informasi, bimbingan kelompok dan layanan konseling
individu. Layanan yang sangat sering dilakukan layanan konseling
individu atau perorang karena dirasa lebih efektif untuk mengatasi
perilaku disiplin peserta didik. Tetapi layanan konseling individual ini
tidak hanya dilakukan satu kali saja.
[K]onseling individual sering dilakukan disekolah karena dirasa
lebih tepat untuk melakukan pendekatan dan penyelesaian masalah
pada siswa, tetapi konselingnya dilakukan berkali-kali sampai anak
itu ibu lihat sudah tidak melakukan kesalahannya lagi. Ada yang 2
atau 3 kali pertemuan sudah berubah.46
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
layanan konseling individual adalah layanan yang paling sering digunakan
disekolah karena layanan konseling individual dirasa lebih baik dilakukan
dari pada layanan yang lain karena membantu peserta didik memperbaiki
perilaku yang buruk menuju kondisi yang lebih baik.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai pelaksanaan layanan konseling individual adalah layanan yang
sering digunakan disekolah dalam mengetaskan permasalahan siswa.
Layanan konseling individu tersebut berarti dilakukan tergantung
peserta didiknya. Jika masalah peserta didik cukup berat maka konseling
individual tersebut dilakukan berkali-kali sampai anak tersebut punya
tanggung jawab atas dirinya sendiri.
Pelaksanaan konseling individual yang utama adalah konselor dan
konseli akan tetapi jika konseli tidak juga ada perubahan saat melakukan
layanan maka orang tua konseli ikut andil dalam pengawasan keberhasilan
pelaksanaan layanan konseling individual.
46 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 24 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
54
[K]ita lihat dulu apa penyebabnya sampai dia melakukan perilaku
tersebut, misalkan karena keluarganya jadi kita ajak orang
tuanyanya atau keluarganya bicara agar si anak tidak melakukan
perilaku itu lagi.47
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
Selain orang tua karena guru BK tidak bisa mengawasi peserta didik
sampai kerumah. Jadi orang tua dipanggil untuk mengawasi sang anak
yang sedang melakukan proses ke arah yang lebih baik. Tetapi peserta
didiklah yang berperan penting dalam layanan konseling ini, karena siswa
harus mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan apa yang
diputuskan dalam proses konseling karewna proses konseling individual
yang terpenting adalah konseli itu sendiri.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai pelaksanaan layanan konseling individual setelah
terlaksananya konseling individual orang tua ikut perpartisipasi dalam
keberhasilan pelaksanaan layanan.
B. Prosedur Layanan Konseling
Layanan BK mempunyai prosedur umum dalam pelaksaan layanan
konseling individual, yaitu:
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan peserta didik
yang diduga memerlukan bimbingan dan konseling. Menurut Robinson
adal beberapa pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi
konseli yang diduga membutuhkan layanan dan bimbingan, yaitu48
:
a. Call them approach. Melakukan wawancara dengan memanggil
semua peserta didik secara bergiliran agar dapat mengetahui siapa
yang benar-benar memerlukan layanan konseling.
47 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 24 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 48 Abin Syamsyudin Makmun, Psikologi Pendidikan, PT Rosda Karya Remaja, Bandung,
2003. Hal 17
55
b. Mantaun good realitionship. Menciptakan hubungan yang baik
dengan penuh keakraban sehingga tidak terbentuk jarak pemisah
antara guru pembimbing dan peserta didik.
c. Developing a desire for counseling. Menciptakan suasana yang
menimbulkan penyadaran peserta didik akan masalah yang
dihadapinya.
d. Melakukan analisis terhadap hasil belajr peserta didik. Dengan cara
ini dapat diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan
belajar yang dihadapi peserta didik.
e. Melakukan analisis sosiometri. Dengan cara ini dapat ditemukan
peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2. Identifikasi Masalah
Merupakan lanjutan setelah identifikasi kasus yang ditemukan
serta merupakan upaya untuk memahami jenis dan karakter kesulitan
maupun masalah yang di hadapi peserta didik. Dalam konteks proses
belajar mengajar, masalah peserta didik dapat berkenaan dengan aspek
substansial-material, stucktural-fungsional, behavioral dan personality.
3. Melakukan Diagnosis
Dalam konteks proses belajar mengajar, faktor-faktor penyebab
kegagalan belajar peserta didik bisa dilihat dari segi input, roses, ataupun
putput belajarnya. Dalam melakukan diagnosis pembimbing atau konselor
harus berhati-hati ketika menyimpulkan temuan masalah yang diketahui,
karena kesalahan mengdiagnosis permasalahan akan berakibat fatal.
4. Remedial dan alih tangan kasus
Jika jenis dan sifat serta sumber permaslaahanya masih berjaitan
dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan
kemampuan guru atau konselor , pemberian bantuan bimbingan dapat
dilakukan oleh guru maupun guru pembimbing itu sendiri. Namun jika
permasalahan menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam
dan luas maka selayaknya tugas guru pembibing hanya sebatas membuat
56
rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten atau kata lain diberikan
reveral kepada ahlinya.
5. Evaluasi dan follow up
Tahap ini merupakan langkah terakhir dalam prosedur pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Depdiknas telah memberikan kriteria
keberhasilan layanan konseling yaitu:
a. Berkembangya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik
berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan.
c. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik
sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya
lebih lanjut guna pengetasan masalah yang dialaminya.
Dalam Identifikasi kasus agar telaksaan layanan konseling
individual dilakukan jika peserta didik mendapatkan masalah tetapi peran
guru mata pelajaran dan walikelas juga sangat penting karena guru mata
pelajaran dan walikelas harus bekerjasama dengan guru BK dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan layanan konseling.
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
[A]da beberapa guru mata pelajaran yang bekerjasama langsung
dengan guru BK dia ngomong langsung dengan saya kalau ada
anak yang perlu saya ajak bicara karena kadang anak-anak ini jam
pertama masuk jam kedua tidak masuk itulah sebabnya guru
tersebut lapor kesaya. Tetapi untuk wali kelas jarang yang ngmong
langsung kesaya mungkin karena dia punya rasa tanggung jawab
atas siswa yang dia pegang.49
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
dalam mekanisme penanganan siswa bermasalah disekolah seharusnya
guru mata pelajaran memberikan laporannya terlebih dahulu kepada wali
kelas karena wali kelas memiliki tanggung jawab setiap kelas yang
49 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 24 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
57
dipimpinnya setelah itu baru ke guru BK. Tetapi karena banyaknya wali
kelas yang tidak ingin anaknya masuk ke ruang BK, dan ada guru BK
yang menjadi wali kelas ketika anak bermasalah jarang ada yang melapor
langsung ke guru BK.
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” pelaksanaan layanan konseling individual wali kelas dan
guru mata pelajaran ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan dengan
memberikan informasi siswa mana yang membutuhkan layanan tersebut.
Konseling individual dilakukan dengan mengarahkan konseli agar
termotivasi untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi, serta
mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan apa yang diputuskan
dalam proses konseling
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
[S]aat melakukan konseling saya membuat anak tersebut
menyadari kesalahannya dan saya buat dia berfikir kalau yang dia
lakukan salah, saya mengarahkan anak tersebut untuk tidak
melakukannya lagi,ini adalah hal yang paling penting.50
Ketika peserta didik sudah mendapatkan rasa tanggung jawab atas
kesalahannya sendiri hal yang tidak boleh lupa adalah memberikan peserta
didik keberanian dan kemampuan dalam mengungkapkan pikirannya dan
perasaan serta masalah yang dihadapinya agar guru BK tau apa
penyebabnya peserta didik melakukan perilaku tersebut. Hal ini membuat
perasaan klien terbuka lalu menyatakan perasaan dengan bebas dan terus
bergerak kearah pemahaman dan penyadaran diri. Akibatnya klien menjadi
rasional dalam menghadapi masalahnya sehingga melahirkan rencana-
rencana yang realistis untuk mengatasinya.
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
50 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 24 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
58
[S]aat melakukan layanan konseling individual saya
mengutamakan pendekatan kepada anak-anak supaya saya bisa
membangun kepercayaannya, karena setiap anak berbeda cara
pendekatannya oleh sebab itu saya suka memperhatikan anak
tersebut seperti apa dia suka diperlakukan sehingga saat konseling
dia bisa bercerita tanpa ragu dan bisa menyelesaikan masalahnya.51
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
dalam pelaksaan layanan konseling yang diutamakan adalah
pendekatan kepada konseli, agar saat melakukan layanan konseling
individual konseli terbuka dalam menceritakan masalahnya. Guru
BK smpn 22 Kota Jambi banyak menggunakan pendekatan
Mantaun good realitionship dan Developing a desire for
counseling. Dengan pendekatan tersebut lebih mempermudah
konselor untuk mendiagnosis permasalahan yang dialami oleh
konseli.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai pelaksanaan layanan konseling individual pendekatan Mantaun
good realitionship dan Developing a desire for counseling sangat
diutamakan dalam pelaksanaan layanan konseling individual.
C. Fungsi Layanan Konseling Individual
Fungsi utama layanan konseling individual yang sangat dominan
adalah fungsi pengetasan. Menurut Prayitno terdapat 5 fungsi dalam
layanan konseling individual yakni:52
a. Fungsi pemahaman.
b. Fungsi pengetasan
c. Fungsi mengembangkan atau pemeliharaan
d. Fungsi pencegahan
e. Fungsi advokasi.
51 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 24 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 52 Prayitno, Konseling Perorang, Padang, Universitas Negeri Padang, 2005. Hal 52
59
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
[F]ungsi BK kalo kita konseling kan pasti digunakan dalam
layanan manapun, karena fungsi itu juga bisa menjadi tolak ukur
pelaksanan layanan konseling berlangsung dengan baik atau tidak
mendiagnosis permasalahan yang dialami oleh konseli.53
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
dalam fungsi layanan bimbingan dan konseling di SMPN 22 Kota Jambi
dilakukan dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang ada di bimbingan
konseling.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai pelaksanaan layanan konseling individual menggunakan fungsi
layanan BK.
53 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020, SMPN 22 Kota Jambi
60
BAB IV
EFEKTIFITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM
MEMBANTU MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS
SISWA KELAS IX SMPN 22 KOTA JAMBI
A. Pelaksanaan Layanan Konseling Individual
Pelaksanaan layanan konseling individual dilaksanakan
berdasarkan proses dan juga tehnik-tehnik konseling yang baik, selain itu
prosedur pelaksanaan layanan juga menentukan keberhasilan layanan
konseling individual. Identifikasi kasus yang merupakan prosedur pertama
yang dilakukan harus dilakukan dengan cara yang sangat teliti.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
[P]elaksanaan layanan konseling individual ini kan dilakukan
sangat sering, sudah pasti ibu mengikuti prosedur dan juga tehnik-tehnik
yang ibu pelajari. Syukurnya dalam pelaksanaan layanan konseling
disekolah ini bisa berjalan dengan lancar.54
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan, guru
BK SMPN 22 Kota Jambi melakukan layanan konseling individual
berdasarkan prosedur umum dalam pelaksanaan layanan konseling
individual
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” pelaksanaan layanan konseling individual menggunakan
prosedur umum BK.
Hubungan Raport (saling memahami) bagian yang penting dalam
pelaksanaan layanan konseling individual, karena saat melakukan layanan
konseling individual konselor dan konseli harus mempunyai hubungan
yang baik dan saling memahami agar pelaksanaan layanan berjalan dengan
54 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 60
61
lancar. Konseli yang terbuka adalah salah satu kunci layanan konseling
individual bisa berjalan dengan baik.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
[M]aka dari itu saya selau mengakrabkan diri dengan anak-anak
ada ataupun tidaka adanya masalah karena hubungan yang baik
dan rasa saling memahami adalah hal yang sulit dilakukan tetapi
saat kita sama-sama memahami anak-anak akan merasa terbuka
saat melakukan konseling.55
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan, guru
BK SMPN 22 Kota Jambi melakukan layanan konseling individual
berdasarkan prosedur umum dalam pelaksanaan layanan konseling
individual terlaksana dengan baik karena guru BK di SMPN 22 Kota
Jambi mempunyai hubungan yang baik dengan peserta didiknya.
B. Efektifitas Layanan Konseling Individual
Layanan konseling individual adalah layanan bimbingan dan
konseling dimana peserta didik mendapatkan layanan langsung secara
tatap muka dengan guru pembimbingnya dalam rangka pembahasan dan
pengetasan masalahnya.
Layanan yang efektif adalah terlaksananya layanan dalam
menyelesaikan masalah peserta didik sehingga tercapainya tujuan layanan
tersebut. Sehingga menjadi tolak ukur efektifitas yaitu tercapai tujuan dan
hasil yang tinggi. Dan dalam konteks layanan konseling individual, suatu
bantuan yang dikatakan efektif apabila mencapai tujuan seperti
pengembangan diri yang optimal dan mengambil keputusan untuk dirinya
sendiri.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
55 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
62
[A]nak-anak ni kadang perlu diajak bicara, karena kan siapa tau dia
dirumah juga tidak terbuka jadi guru BK harus pandai membaca
situasinya. Setiap melakukan layanan konseling pasti ada
perjanjian antara si anak dengan guru BK biar dia ada tanggung
jawabnya untuk diri sendiri dia juga56
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
semua konseli hidup dalam pikiran, badan, waktu dan ruang hidup mereka
sendiri, serta di dalam relasi dan lingkungan sendiri. Karenanya setiap data
konseli harus dipandang sebagai suatu yang bersifat unik, miliknya sendiri
dan mempunyai nilai dan makna tertentu yang sesuai dengan keadaan
dirinya. Atas dasar tersebut pekerjaan konselor adalah berusaha secara
sadar memasuki dunia konseli sebagai seorang pribadi yang berbeda
dengan orang lain.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
[S]etiap anak itu berbeda-beda cara pendekatannya. Ini kan suci
ngambil sampelnya 5 anak setiap anak itu permasalahannya
berbeda meskipun sama-sama membolos. Kalo AD dia melakukan
perilaku membolos karena faktor keluarganya, selain membolos
dia juga jarang masuk diaktualisasi dirinya itu kurang. Nah kalo
MS karena lingkungan pertemanannya dia tu suka berteman sama
yang lebih tua dari dia jadi dia terpengaruh, sedangkan RM dia
bolos karena asik dengan kegiatan lain dia tu suka bawak-bawak
sporter kalo ada lomba gitu nah kadang dia bolos karena kegiatan
tersebut. Sedangkan FR dan MD itu sama karena malas ketemu
guru mata pelajaran karena waktu pelajaran penjas kan disuruh
jalan jongkok dulu naj mereka ni ga mau dan juga ikutikutan
teman57
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penulis lakukan setiap
peserta didik pasti berbeda cara pendekatannya dan juga cara
penyelesaianya tetapi menggunakan tehnik yang sama yaitu layanan
konseling individual.
56 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 57 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
63
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” layanan konseling individual pendekatan kepada siswa
dibangun agar layanan konseling individual efektif.
Hal lain yang perlu diperhatikan saat melakukan konseling
individual adalah bagaimana konseli bisa mengambil keputusan dalam
proses konseling yang dilakukan dengan guru BK. Karena agar
terlaksananya layanan konseling individual yang efektif adalah dengan
adanya tanggung jawab konseli terhadap dirinya sendiri. Berikut yang
dikatakan oleh ibu martha:
[S]uci juga sudah pasti tau gimana sih cara konseling dengan orang
maskipun disekolah caranya sama aja, kita setiap konseling kan
akhirnya harus ada persetujuan lah istilahnya antara ibu dengan
anak-anak ni kedepannya dia mau gimana, apa yang dia lakukan
setelah konseling ini jangan sampai anak ga ada rasa malu atau ga
ada rasa tanggung jawab dalam dirinya sendiri.58
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, penulis lakukan setiap
peserta didik diberikan rasa tanggung jawab agar dia bisa melakukan hal
positif setelah melakukan layanan konseling individu.
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” layanan konseling individual dilaksanakan berdasarkan
tehnik-tehnik konseling.
Konseli atau siswa adalah pribadi yang sangat penting dalam
hubungan konseling, diamana semua efektifitas yang diselenggarakan
didalamnya semata-mata ditunjukan kepada peningkatan dirinya. Tetapi
konselor juga berpengaruh dalam konseling.
Konselor adalah pribadi yang memiliki keterampilan dan keahlian
dalam suatu hubungan dan aktifitas-aktifitas bantuan interpersonal.
Melalui keterampilan dan keahlian tersebut konselor akan menerapkan
berbagai tehnik dan metode bantuan yang cocok dengan kebutuhan
58 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
64
konselinya. Bila keterampilan dan keahlian konselor tidak lebih tinggi
dari konseli maka konseling tidak akan berjalan efektif.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh ibu martha:
[B]alik lagi setiap anak pendekatannya berbeda dan perilakunya
berbeda-beda, saat melakukan layanan konseling pun ada yang
nyaman ada yang tidak, itu sangat berpengaruh terhadap hasil
layanannya nanti. Seperti AD saat melakukan layanan dia kurang
percaya ada beberapa hal yang ia sembunyikan sedangkan yang
lainnya terbuka hanya dia saja yang begitu59
Keberhasilan suatu proses konseling individual juga dapat dilihat
apa yang diperoleh, dirasakan oleh konseli selama dan setelah mengikuti
konseling individual, juga dapat dilihat dari konseli yang menunjukkan
perubahan sikap kearah yang positif dan akhirnya konseli dapat
mengambil keputusan sendiri untuk masa depannya secara baik.
Diperkuat oleh wawancara dan observasi dengan peserta didik
yang telah melakukan konseling individual yaitu RM yang melakukan
perilaku membolos karena sibuk dengan kegiatan diluar sekolah, ia
mengatakan:
[K]ami terbukalah dengan ibu tu kak lagian kan kami masalahnya
dak terlalu berat, kami juga dak malu kok masuk ruang BK apa
lagi ibu tu baik nian kalo ngomong lembut. Kami sadar bahwa
perilaku membolos tu salah dan kelas 9 ni kami dak membolos
lagi60
Sama halnya dengan MS yang melakukan perilaku membolos
karena pengaruh teman, ia mengatakan:
[T]erus terang kami sering masuk ruang BK kak tapi kami terbuka
dengan ibu tu tetang masalah yang kami hadapi apa lagi orang tua
kami sudah dipanggil beberapa kali ke ruang BK untuk apa
ditutupin. Sadar nian kalo perilaku membolos salah walaupun baru
59 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 3 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 60 RM, siswa kelas IX D, wawancara dengan penulis, 12 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi
65
sekarang sadarnyo karena sudah mau lulus boleh dilihat absen
kami kelas 9 kami dak pernah bolos lagi kak61
Dibenarkan oleh guru BK SMPN 22 Kota Jambi, berikut yang
dikatakan ibu martha:
[I]ya kalo MS emang ga pernah lagi dia membolos walaupun dia
masih sering ngumpul dengan teman-temannya yang lebih tua. Itu
karena dia kerja juga diterminal pasar jadi nongkrong kadang-
kadang tapi dia ga pernah lagi bolos orang tuanya juga pernah
dipanggil kesekolah.62
Perubahan tingkah laku yang dapat meningkatkan diri konseli tidak
datang secara misterius, dramatis atau atas dasar nasib belaka, tetapi lebih
banyak berasal dari usaha dan aktifitas yang terencana secara matang.
Begitu pula dengan MD yang melakukan perilaku membolos
karena pengaruh teman sebaya, ia mengatakan:
[J]ujur saya bolos karena malas disuruh jalan jongkok waktu
pelajaran olahraga kak soalnya kaki kami sakit jadi ada kawan
ngajak bolos ya kami ikut bae lah. Tapi sekarang sadar itu tidak
bagus saya gak pernah lagi kek gitu mau dak mau saya harus rajin
karena untuk kebaikan diri kami jugo kak.63
Dibenarkan oleh guru BK SMPN 22 Kota Jambi, berikut yang
dikatakan ibu martha:64
[K]alo MD orang tuanya pernah di ajak bicara cuman orang tuanya
ini agak keras seperti tidak mau ambil pusing terhadap prilaku
anaknya, kalo sudah begini ya kita arahkan anaknya dengan baik.
Syukurnya dia bisa mengatasi masalahnya sekarang tidak pernag
membolos lagi.
Sama seperti MD, informan FH yang melakukan perilaku
membolos karena teman sebaya, ia mengatakan:
[K]ami tu ngikut kawan bolos kak cuman tu keterusan jadinya
sehingga orang tua saya dipanggil karena keseringan tu. Semenjak
konseling sama ibu martha sadarlah kami kalo itutu salah.65
61 MS, siswa kelas IX B, wawancara dengan penulis, 12 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 62 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 12 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 63 RM, siswa kelas IX c, wawancara dengan penulis, 13 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 64 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 13 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 65 FH, siswa kelas IX C, wawancara dengan penulis, 17 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi
66
Dibenarkan oleh guru BK SMPN 22 Kota Jambi, berikut yang
Dikatakan Ibu Martha66
:
[J]adi MD sama FH ni sekolah ci, itulah mungkin rame-rame dia tu
kan membolosnya sama saja anak ini orang tuanya ibu panggil juga
karena sudah ebebrapa kali membolos tapi sekarang tidak pernah
membolos lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
metode yang digunakan oleh konselor untuk keempat informan tersebut
menggunakan metode directive dan non-directive. metode non-direktive
dilakukan tanpa pengarahan. Metode ini dilakukan jika konseli dianggap
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Metode ini di kombinasikan saat
melakukan layanan konseling, keempat informan bisa terima dan
memecahkan masalahnya sendiri tetapi konselor membutuhkan orang tua
agar konseli bisa lebih diperhatikan karena guru BK tidak sepenuhnya bisa
mengambil alih.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai keberhasilan layanan konseling individual dikarenakan konseli
itu sendiri.
Konselor membantu konseli untuk memperoleh informasi,
menyelidiki masalah dan menganalisisnya, serta menemukan dan
mengevaluasi solusinya. Ada konseli yang tidak percaya dengan konselor,
hal tersebut akan membuat konselor sulit memahami konselinya.
Diperkuat oleh wawancara dan observasi dengan peserta didik
yang telah melakukan konseling individual yaitu AD yang melakukan
perilaku membolos, ia mengatakan:
[M]emang ada beberapa hal yang saya sembunyikan soalnya itu
soal keluarga dak bisa saya omongin sama ibu tu kak. Pokoknya
66 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 17 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
67
susah buat kami omongin. Tapi kami dak pernah bolos lagi sih
kak.67
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
[A]D ini tidak tinggal sama orang tuanya jadi dia tinggal sama
kakak perempuannya, sudah pernah diajak bicara tetapi dia kadang
tidak masuk sekolah tetap. Kalo membolos tidak pernah tapi alfa
kadang-kadang masih.68
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
dalam melakukan layanan konseling dengan AD menggunakan metode
Directive. Metode Directive yaitu konseling dengan adanya pengarahan.
Metode ini dilakukan jika klien benar-benar dalam kondisi kritis dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, tingkat pendidikan yang
rendah atau kepribadian yang tertutup, serta klien yang kurang memiliki
pengetahuan tentang bagaimana konsep keberagaman seseorang dalam
menghadapi masalah dan menyelesaikannya.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai keberhasilan layanan konseling individual ada siswa yang
tertutup dalam menceritakan masalahnya sehingga di aplikasikan metode
Directiv.
Konseling yang efektif dapat dinilai dengan ukuran adanya
perubahan positif pada diri konseli, yaitu perubahan yang bersifat mental,
emosional dan fisik diluar setting konseling. Bila tidak ditemukan
perubahan positif seperti diluar konseling maka pengaruh-pengaruh yang
didapatkan dalam konseling tidak ada artinya sama sekali.
Diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi dengan teman
sekelas tiap informan, yaitu vebby teman sekelas RM ia mengatakan:
67 AD, siswa kelas IX B, wawancara dengan penulis, 11 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 68 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 11 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
68
[S]elama semester ini dia gak pernah bolos kak, biasanya juga suka
permisi keluar saat jam pelajaran kurang, jarang telat juga. Ada sih
perubahan dia disemester ini.69
Layanan konseling individual ditunjukan untuk membantu peserta
didik memperbaiki kebiasaan yang kurang memadai agar menjadi perilaku
yang lebih baik lagi terutama dilingkungan sekolah.
Diperkuat dengan hasil wawancara dan observasi dengan teman
sekelas tiap informan, yaitu Virgin teman sekelas MS ia mengatakan:
[M]S ni kak semester ini berubah sekali dia gak ada lagi dia bolos
bolos, kalo dulu belajar ngantuk ngantuk sekarang tidak baik
sekarang dia. Kan sudah diajak ngomong juga sama ibu martha tu
jadi mngkin dia ngertilah kalo kemarin dia tu salah.70
Dikatakan oleh Diah sebagai berikut:
[F]H kalo bolos lagi tu idak sih kak cuman ya kalo belajar tu dio
kurang berpartisipasi atau pas kerja kelompok agak kurang sih kak
cuman itulah dia yang dak berubah.71
Dikatakan oleh Egy sebagai berikut:
[A]D tu temen sebangku kami kak jadi ya kami kenal nian lah.
Kalo semester kemarin sih dia sering telat karena kesiangan ga ada
yang bangunin cuman semester ini dia jarang telat. Kalo membolos
juga dia dak pernah lagi tapi kadang masih suka alfa kayak jum‟at
kemarin nih dak masuk dia dak ada ngirim surat juga kesekolah.72
Dikatakan oleh Hanny sebagai berikut
[M]D semester ini sudah kelihatan sih perubahannya, gak kayak
dulu males malesan mungkin karena mau lulus juga. Bolos gak pernah lagi
cuamn sih kurang aktif be dikelas kak.73
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
Fungsi utama layanan konseling individual yang sangat dominan adalah
fungsi pengetasan. Agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang
69 Vebby, siswa kelas IX D, wawancara dengan penulis, 24 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 70 Virgin, siswa kelas IX C, wawancara dengan penulis, 24 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 71 Diah, siswa kelas IX C, wawancara dengan penulis, 24 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 72 Eggy, siswa kelas IX B, wawancara dengan penulis, 24 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi 73 Hanny, siswa kelas IX B, wawancara dengan penulis, 24 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi
69
dimiliki dan dapat menjadi individu yang mandiri. Sehingga kedepannya
peserta didik mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
[S]yukurnya dengan adanya kegiatan konseling anak-anak banyak
yang berubah. Lihat saja di agenda persemester anak-anak yang diteliti
tidak melakukan perilaku membolos.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
peserta didik yang melakukan kegiatan membolos bisa diukur dari absen
semester yang memperlihatnya informan tidak lagi melakukan kegiatan
membolos.
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” layanan konseling individual 88% efektif dilakukan dalam
mengatasi kenakalan remaja.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Layanan Konseling
Individual
1. Guru Pembimbing
Untuk dapat terciptanya proses dan hasil layanan konseling
individual yang efektif, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan,
teruutama dari pihak konselor selaku orang yang memberikan layanan dan
sebagai seseorang yang memiliki peran penting dalam terciptanya suasana
yang kondusif serta hasil yang optimal dalam memberikan suatu layanan
terhadap konseli yang didalan hal ini layanan konseling individual.
Karakteristik konselor akan tergambar melalui sikap-sikap dan ciri-
ciri kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor yang efektiv.
Penciptaan suasana konseling akan lebih banyak ditentukan oleh sikap dan
keterampilan konselor. Konselor harus dapat menerima kehadiran konseli
sebagaimana adanya dan konselor harus memiliki pemahaman yang
mendalam mengenai permasalahan konseli.
70
Ada tiga hal yang penting mempengaruhi konselor atau guru
pembimbing, baik positif maupun negatif, dalam kegiatan konseling
sebagai kegiatan profesional ialah :
a. Kualitas Pribadi
Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang menyangkut segala
aspek kepribadian yang amat penting dan menentukan keefektifan
konselor jika dibandingkan dengan pendidikan dan latihan yang
diperoleh.
b. Pengetahuan tentang profesi
c. Keterampilan khusus konseling.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan tata
usaha SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh
bapak Jusman:
[B]isa di lihat diluar ada stuktur organisasi disitu ada nama
guru BK di smp ni tiap kelas ada guru Bknya, kelas 8 siapa
kelas 9 siapa begitu juga kelas 7. Allhamdulilah guru BK di
SMP ini sudah sangat berpengalaman.74
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan, guru
BK di SMPN 22 kota jambi memenuhi standar karakterisk konselor.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai keefektifan layanan konseling individual didukung dengan
guru Bk yang profesional.
2. Siswa atau Konseli
Konseli atau siswa adalah pribadi yang sangat penting dalam
hubungan konseling, diamana semua efektifitas yang diselenggarakan
74 Jusman, Tata Usaha, wawancara dengan penulis, 23 februari 2020, SMPN 22 Kota
Jambi
71
didalamnya semata-mata ditunjukan kepada peningkatan dirinya. Dengan
demikian segala sesuatu aktifitas yang bertujuan untuk kepentingan
konselor tidaklah dapat disebut sebagai suatu konseling.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan Guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh Ibu Martha:
[S]yukurnya anak-anak ni bisa di arahkan dengan baik saat
melakukan layanan konseling individu, saya berbicara dengan lembut agar
si anak tidak merasa kalo lagi dikonseling jadi seperti ngobrol biasa
supaya si anak menganggap kita teman jadi dia mudah mengerti apa yang
harus dilakukan kedepannya setelah selesainya layanan ini.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
peserta didik SMPN 22 Kota Jambi mudah mengerti saat dilakukannya
layanan konseling individual sehingga peserta didik bisa meningkatkan
kualitas dirinya.
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru” mengenai kefektifan layanan konseling individual adalah
konseli itu sendiri.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari manajemen. Sarana
dalam bimbingan dan konseling berapa alat pengumpulan data,
penyimpanan data dan perlengkapan teknis. Salah satu prasarana atau
sarana fisik yang merupakan faktor penting untuk menunjang efektifitas
dan efisiensi layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah
ketersediaan ruangan Bimbingan dan konseling yang refresentatif, dalam
arti dapat menampung segenap aktifitas pelayanan Bimbingan konseling.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK,
berikut penjelasan yang dikatakan ibu martha:
[D]ulu ruangan BK sangat kecil sangat tidak efektif untuk
melakukan layanan konseling individual, tetapi dengan adanya
kepala sekolah yang baru dan ia mengerti, ruangan BK
72
dipindahkan ke ruangan yang lebih besar sehingga bisa dibuat
rungan lain yang lebih pribadi lagi. 75
Saat layanan konseling dilakukan diruang BK seharusnya tidak
bisa terlihat langsung dari luar sehingga peserta didik nyaman melakukan
konseling diwaktu yang lama. Ruangan BK sangat berpengaruhi
keberhasilan layanan konseling individual, karena konseling dilakukan
tidak hanya sebentar tetapi dalam waktu yang lama dan tidak sekali
pertemuan.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan guru BK,
berikut penjelasan yang dikatakan ibu martha:
[K]adang anak-anak ni gak nyaman waktu konseling soalnya
banyak guru ngumpul didalam ruangan BK. kalo masalah pribadi
siswa yang mungkin dia malu untuk mengungkapkannya karena
ada guru lain. Kita bicara didalam, ada ruangan kecil khusus kita
ngmong berdua aja. Tapi kalo cowok palingan ngomong diruang
ini aja. Kalo untu penataan ya sudah cukup rapi bisa suci lihat
cuman kadang saya kadang heran juga sama guru disini nitip
barangnya diruang BK saat saya mau negur raanya segan sekali
padahal saya punya hak. Gimanalah ya.76
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan, Di
SMPN 22 kota jambi ini, justru ruangan BK kurang efektif digunakan
karena guru lainnya tidak mendukung terlaksananya layanan konseling
individual dengan menggunkan ruangan saat konseling berlangsung dan
tidak tertibnya guru lain dalam menggunakan ruangan BK.
Diperkuat dengan wawancara dan observasi ,oleh guru BK SMPN
22 Kota Jambi, berikut yang dikatakan ibu martha:
[R]uangan pribadi yang dibuat itu kadang disalahgunakan, dipake
buat sholat padahal mushola disekolah kan ada. Ada juga yang
dipake buat tidur.jadi kalo melakukan layanan konseling
tergantung situasinya lah kadang siswa ni nyaman konseling lama
75 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 27 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 76 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 27 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
73
karena situasinya enak. Kadang ga enak situasinya karena ada guru
Bk yang ikutan nimbrung77
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan, saat
layanan konseling dilakukan harus melihat situasi dan kondisi terlebih
dahulu, jika masalahnya bersifat pribadi maka guru BK akan mengajak
peserta didik ke ruang lain yang telah disediakan agar peserta didik
tersebut nyaman saat konseling berlangsung.
Dalam penelitian yang sama yang berjudul “Pengunaan Layanan
Konseling Individual Dalam Membantu mnegatasi Perilaku Membolos
Peserta Didik Kelas XI SMA Pangudi Luhur Bandar Lampung”
menggenai pelaksanaan layanan konseling individual yang kurang efektif
karena ruangan BK yang tidak memadai.
4. Waktu
Pada dasarnya layanan konseling individual dapat diselenggarakan
kapan saja, atas kesepakatan dengan konseli dan memperhatikan
kenyamanan konseli dan asas kerahasiaan.
Setelah penelitian yang dilakukan peneliti menemukan hasil
wawancara dan observasi layanan konseling individual dengan Guru BK
SMPN 22 Kota jambi, berikut penjelasan yang dikatakan oleh Ibu Martha:
[W]aktu ini penting juga apalagi konseling individu tidak bisa
langsung selesai sehari. Butuh berkali-kali pertemuan agar sia anak
bisa berubah menjadi lebih baik. Anak-anak yang suci ambil jadi
sampel ini adalah anak-anak yang di konseling semester kemarin,
ya ada yang masih nakal-nakal sedikit tidak masuk sekolah tapi
kalo membolos syukurnya sudah tidak. Apa lagi kita berkonstribusi
juga dengan orang tuanya. Bisa dilihat juga dari absen atau agenda
yang nak suci lihat bahwa mereka tidak lagi melakukan perilaku
membolos.78
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis lakukan,
layanan konseling individual dilakukan dalam waktu yang tidak singkat
tetapi waktu yang lama dan pertemuan yang berkali-kali sampai peserta
77 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 27 Januari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi 78 Martha, Guru Bimbingan Konseling, Wawancara dengan penulis, 17 Februari 2020,
SMPN 22 Kota Jambi
74
didik memperlihatkan perubahan pada perilakunya. Hingga peserta didik
yang membolos di semester ganjil tidak membolos lagi disemester genap.
Dalam penelitian yang sama berjudul “Efektifitas Layanan
Konseling Individual Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas XI Di SMAN 12
Pekan baru”faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan konseling
individual dalam membantu mentasi masalah siswa adalah
pembimbingatau guru BK, siswa atau konseli itu sendiri, sarana dan
prasarana dan waktu.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari skripsi yang sudah penulis sajikan, penulis mendapatkan
kesimpulan untuk menjawab dari rumusan masalah dalam skripsi ini,
yaitu:
1. Pelaksanaan layanan konseling individual di SMPN 22 Kota Jambi dapat
dikatakan terlaksana dengan baik.
2. Efektifitas layanan konseling individual dalam mengatasi perilaku
membolos siswa di SMPN 22 Kota Jambi dikategorikan “sangat baik”.
Hal ini dapat dilihat bahwa peserta didik yang membolos di semester
ganjil tidak lagi membolos di semester genap berdasarkan agenda.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas layanan konseling individual
dalam membantu mengatasi perilaku membolos di SMPN 22 Kota Jambi
adalah:
a. Guru pembimbing atau Guru Bimbingan Konseling
b. Peserta didik
c. Saranan dan Prasarana
d. Waktu
Kempat faktor diatas penulis menyimpulkan telah terlaksana dengan baik,
namun hanya perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal sarana dan
prasarana.
B. Saran
1. Bagi program studi bimbingan dan penyuluhan islam, ada kajuan
yangserius dan mendalam tentang bimbingan yang menjadi mata
kuliah, sehingga dalam penerapan dilapangan sarjana lulusan
bimbingan penyuluhan islam bisa memberikan bimbingan yang lebih
komprehensif bagi peserta didik.
76
2. Kepala sekolah SMPN 22 Kota Jambi dapat memenuhi sarana dan
prasarana untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
disekolah agar lebih berjalan efektif.
3. Guru pembimbing kiranya dapat mempertahankan kualitas
pengetahuan dan kualitas pribadi dalam memberikan layanan kepada
seluruh siswa.
4. Guru pembimbing kiranya butuh kerjasama dengan guru matapelajaran
dan wali kelas dalam mengatasi perilaku membolos.
5. Kepada siswa-siswi SMPN 22 Kota Jambi untuk dapat mengikuti
layanan bimbingan konseling individual dengan baik, sehingga bisa
mendapatakan wawasan mengenai tugas seorang pelajar dan
mengurangi tindak kenakalan.
76
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran :
Departeman Agama RI Al-„Alliy, Al-Quran dan Terjemahannya, Diponegoro
Bandung, 2006.
Buku :
Ahmad, Abu dan Nur Uhbaiti., Ilmu pendidikan, PT.Roenka Cipta, Jakarta, 2001.
Bungkaes H S, J H Posumah & Kiyai B, Hubungan Efektifitas Pengelolaan
Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Desa
Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Taland, Jurnal,
2013.
DEBDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 1995.
Departeman Agama RI Al-„Alliy, Al-Quran dan Terjemahannya, Diponegoro
Bandung, 2006.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Andi Offiset, Yogyakarta, 2000.
Hikmawati Fenti, Bimbingan Konseling Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 2011
J Ravianto, Produktivitas dan Pengukuran, Binaman Aksara, Jakarta, 2014. Kunto, Ari Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi, Cet Ke-4 Bina Aksara, Jakarta,1998.
Mappier, Andi. Kamus Istilah Konseling dan Terapi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Mardalis. Metode Penelitian Sebagai Pendekatan Proposal, Bumi Aksara,
Jakarta,2004.
Maryati, Kun dan Juju Suryawanti, Sosiologi 1 B For Senior High Scool Grade X
Semester 2, Gelora Aksara Pratama, jakarta, 2010.
Musbikin, Imam, Mengatasi Kenakalan Remaja, Jakarta, Zafana Publishing,
2013.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skirpsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah,
Kencana Pernada Media Grouup, Jakarta, 2011.
Prayitno dan Eman prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta,
Rineka Cipta, 2016.
Richard-Jones, Nelson. Theory and Practice Of Counseling an Terapy,
Terjemahan
Helly Prajitno Seotjipto, Teori dan Praktek Konseling dan
Terapirapi,PustakaPelajar, Yogjakarta, 2011.
S.Willis, Sofyan. Konseling individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung,
2013.
Salahudin Anas, Bimbingan & Konseling, CV Pustaka Setia, Bandung, 2010. Sugiono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfa
Beta, Bandung, 2009.
Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Nila K, Proses bimbingan dan Konseling di
Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Sukardi, Dewa Ketut., Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, PT.Rienka Cipta, Jakarta, 2000.
Sukardi, Dewa Ketut., Pengantar Pelaksana Program dan Konseling di Sekolah,
Rienka Cipta, Jakarta, 2002.
Surya, Mohamad. Bina Keluarga, Cet. Ke-2, Aneka Ilmu, Bandung, 2005.
Sutijono Anas. 1983, Metodologi Research dan bimbingan Penelitian Skripsi,
(Yogyakarta; UD Rama)
Sutoyo, Anwar. Pemahaman Individu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2013.
W. Sarwono ,Sarlito. Psikologi Remaja, Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta,2010.
Winkel, WS. Bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah, Grasindo, Jakarta.
2001.
DAFTAR INFORMAN/RESPONDEN
NO NAMA UMUR KETERANGAN
1. Dra. Martha Br.
Tarigan
42 Tahun Guru Bimbingan Dan
Konseling Kelas IX SMPN 22
Kota Jambi
2. Jusman, S.Pd 45 Tahun Tata Usaha SMPN 22 Kota
Jambi
3. Diah 14 Tahun Siswi kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
4. Egy 14 Tahun Siswa Kelas IX B SMPN 22
Kota Jambi
5. Hanny 14 Tahun Siswi Kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
6. Virgin 14 tahun Siswi Kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
7. Vebby 14 Tahun Siswi Kelas IX DSMPN 22
Kota Jambi
8. AD 14 Tahun Siswa Kelas IX B SMPN 22
Kota Jambi
9. MS 14 Tahun Siswa Kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
10. MD 14 Tahun Siswa Kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
11. FH 14 Tahun Siswa Kelas IX C SMPN 22
Kota Jambi
12. RM 14 Tahun Siswa Kelas IX D SMPN 22
Kota Jambi
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
EFEKTIFITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM
MEMBANTU MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS IX
SMPN 22 KOTA JAMBI
NO Jenis Data Metode Sumber Data
1. Sejarah SMPN 22 Kota
Jambi - Wawancara
- Dokumentasi
- Guru
- Arsip
Sekolah
2. Visi dan Misi SMPN 22
Kota Jambi - Wawancara
- Dokumentasi
- Guru BK
- Arsip
Sekolah
3. Keadaan Guru BK - Wawancara - Guru BK
- Dokumentasi
- Observasi
- Arsip
Sekolah dan
Observasi
4. Keadaan Fasilitas ruang
BK - Wawancara
- Observasi
- Dokumentasi
- Guru BK
- Arsip
Sekolah dan
Observasi
5. Layanan Bimbingan
Konseling - Wawancara
- Observasi
- Guru BK
- Observasi
6. Layanan Bimbingan
Konseling Individual Di
SMPN 22 Kota Jambi
- Wawancara
- Observasi
- Guru BK dan
Observasi
1. Panduan Observasi
NO. Jenis Data Objek Observasi
1. Pelaksanaan Layanan Konseling
Individual a. Merumuskan Masalah
atau beberapa Pertanyaan
b. Mengembangkan Atau
Mneyusun Instrumen
Pengumpulan data
c. Mengumpul dan
Menganalisis data
d. Melakukan Tindak lanjut
2. Perilaku Membolos Peserta Didik a. Perilaku Peserta Didik
Yang Telah Melakukan
Layanan Konseling
Individual
b. Perilaku Peserta Didik
Saat Proses Pembelajaran
Disekolah
2. Panduan Wawancara
NO. Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1. Sejarah SMPN 22 Kota Jambi Guru
a. Bagaimana Sejarah SMPN
22 Kota Jambi?
b. Identitas kepala sekolah
dan wakil kepala Sekolah
SMPN 22 Kota Jambi?
c. Siapa saja guru SMPN 22
Kota Jambi?
d. Apa saja sarana dan
prasarana SMPN 22 Kota
Jambi?
2. Layanan Bimbingan dan Konseling Guru BK
a. Apa saja layanan
konseling yang sudah
dilaksanakan?
b. Layanan apa yang sering
digunakan disekolah?
c. Apa saja jenis perilaku
menyimpang yang
dilakukan peserta didik?
d. Apa upaya pihak sekolah
dalam mengatasi perilaku
membolos?
e. Apakah layanan konseling
individu telah berhasil
mengatasi perilaku
membolos?
f. Apakah guru mata
pelajaran dan wali kelas
bekerjasama dengan guru
BK dalam
mengidentifikasi siswa
yang memerlukan layanan
konseling?
g. Apakah ruang BK
disekolah ini sudah
memenuhi standar
persyaratan?
3. Layanan Bimbingan dan Konseling Peserta Didik
a. Apakah saat melakukan
layanan konseling
individual anda
termotivasi untuk
menyelesaikan masalah
yang anda hadapi?
b. Apakah setelah
mendapatkan layanan
konseling anda menyadari
bahwa perilaku membolos
salah?
c. Apakah setelah
mendapatkan layanan
konseling anda
mengetahui potensi adna?
d. Apakah setelah
mendapatkan layanan
konseling individual anda
bisa mengembangkan
potensi yang anda miliki?
3. Panduan Dokumentasi
NO. Jenis Data Data Dokumentasi
1. Sejarah Berdirinya sekolah. Arsip Sekolah
2. Struktur Organisasi Arsip Sekolah
3. Daftar Guru Arsip Sekolah
4. Daftar Peserta Didik Kelas IX. Arsip Sekolah
5. Daftar Sarana Prasarana. Arsip Sekolah
6. Pelanggaran Peserta Didik. Arsip Sekolah dan Catatan Harian
Guru BK
7. Perangkat Pelaksanaan Layanan
Bimbingan dan Konseling Individu.
Arsip Sekolah dan Catatan Guru
BK
8. Perangkat Satuan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam
Mengatasi Perilaku Membolos.
Arsip Sekolah dan Catatan Guru
BK
DOKUMENTASI
( SMPN 22 Kota Jambi)
( Struktur Organisasi SMPN 22 Kota Jambi )
( Identitas dan Visi Misi SMPN 22 Kota Jambi )
( Ruangan BK SMPN 22 Kota Jambi)
( Ruangan Konseling Pribadi SMPN 22 Kota Jambi )
( Meja Kerja Guru BK SMPN 22 Kota Jambi
( Wawancara Guru BK kelas IX SMPN 22 Kota Jambi Ibu Dra Martha )
( Wawancara Dengan Siswa Kelas IX SMPN 22 Kota Jambi)
( AGENDA Semester Ganjil Kelas IX SMPN 22 Kota Jambi)
( AGENDA Semester Ganjil Kelas IX SMPN 22 Kota Jambi)
(AGENDA Semester Genap Kelas IX SMPN 22 Kota Jambi)
(AGENDA Semester Genap Kelas IX SMPN 22 Kota Jambi)
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Suci Gusti Lota
Tempat & Tanggal Lahir : Jambi, 17 Agustus 1998
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln. Thaib Fahrudin RT.08 Kel.Kenali
Besar
Kec. Alam Barajo, Kota Jambi.
B. Riwayat Pendidikan
Srata I : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
SLTA : SMKN 4 Kota Jambi
SLTP : SMPN 22 Kota Jambi
SD : SDN 205 Kota Jambi
C. Karya Tulis : Efektivitas Layanan Konseling
Individual Dalam Membantu Mengatasi
Perilaku Membolos Siswa Kelas IX
SMPN 22 Kota Jambi.
Top Related