DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN KONTROL DIRI
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA SISWA SMA BHINNEKA
KARYA 2 BOYOLALI
OLEH
LINDA FRASISKA
80 2010 101
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN KONTROL DIRI
SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA SISWA SMA BHINNEKA KARYA 2
BOYOLALI
Linda Frasiska
Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dukungan sosial orang tua dan
kontrol diri dapat menjadi prediktor munculnya prokrastinasi akademik pada siswa.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali yang
berjumlah 134 siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik Insidental Sampling dan metode analisis
regresi. Variabel dukungan sosial orang tua menggunakan skala dukungan sosial dari
Weiss (1974) yang terdiri dari 24 item, variabel kontrol diri menggunakan skala dari
Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) yang terdiri dari 36 item dan variabel
prokrastinasi akademik menggunakan skala prokrastinasi dari Tuckman (1991) yang
terdiri dari 35 item. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial orang
tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi
akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Namun hanya kontrol diri yang
dapat menjadi prediktor secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.
Kata kunci : Dukungan sosial orang tua, kontrol diri, prokrastinasi akademik
ii
Abstract
The purpose of this study was to know the social support of parents and self-control can
be a predictor of the emergence of the students' academic procrastination. Subjects in
this study were students amounting to 134 students SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.
This study uses quantitative methods with the sample collection technique using
insidental sampling techniques and methods of regression analysis. Variable social
support of parents using social support scale of Weiss (1974 ), which consists of 24
items, Self-control variables using a scale from Tangney , Baumeister , and Boone
(2004 ), which consists of 36 items and variable academic procrastination
procrastination scale use of Tuckman ( 1991) which consists of 35 items. Results from
this study indicate that the social support of parents and self-control together can be a
predictor for students' academic procrastination. However, only self-control that can be
predictors independently to academic procrastination on SMA Bhinneka Karya 2
Boyolali.
Keywords : parental social support , self-control , academic procrastination
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal baru yang dapat
dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendidikan hendaknya mengarah pada upaya pembentukan
manusia yang tanggap terhadap lingkungan dan peka terhadap perubahan. Di samping
itu, pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan potensi siswa sebagai subjek
pembelajaran. Hal ini menyebabkan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup manusia sehingga perlu dilakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan kualitas lulusan dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum.
Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan menyiapkan siswa untuk melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu Perguruan Tinggi atau dipersiapkan
menjadi pekerja yang mempunyai kualitas baik. Hal ini sesuai dengan Hamalik (2008)
yang menyatakan bahwa sekolah adalah suatu lembaga yang memberikan pengajaran
kepada murid, lembaga pendidikan ini memberikan pengajaran secara formal. Kualitas
siswa dapat dilihat dari prestasi belajarnya selama di sekolah. Prestasi belajar siswa
dapat ditunjukkan dengan nilai hasil tes belajar siswa.
Siswa SMA termasuk individu yang memasuki masa remaja madya yang berusia
15 – 18 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang sejak berakhirnya masa kanak – kanak sampai datangnya awal masa
dewasa (Syamsuddin, 2007). Pada masa ini merupakan masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa yang memiliki kecenderungan untuk tumbuh berkembang
guna mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada di dalam diri mereka. Dalam
2
proses pencarian identitas diri atau keutuhan diri tersebut, pada umumnya para remaja
mengalami masalah. Hal tersebut dikarenakan adanya perubahan fisik dan psikis dalam
diri mereka maupun pada lingkungan sosial tempat mereka berada. Perubahan terjadi di
lingkungan sekolah yang mereka miliki, dalam hal ini bagi remaja lingkungan sekolah
merupakan lingkungan sosial yang jauh lebih luas daripada lingkungan sosial di rumah
atau wilayah tempat tinggal (Gunarsa, 2003). Dalam proses belajarnya di sekolah, tidak
sedikit remaja yang mengalami masalah-masalah akademik seperti pengaturan waktu
belajar, memilih metode belajar untuk mempersiapkan ujian, menyelesaikan tugas-tugas
sekolah dan sebagainya.
Tuntutan tugas yang dihadapi remaja terutama berkaitan dengan tugas akademik.
Meskipun demikian tidak semua siswa SMA mampu menghadapinya. Banyak di antara
mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan segala
sesuatu dengan berlebihan, dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu
yang telah ditentukan.
Siswa yang terlalu dibebani tugas sekolah mempunyai waktu yang sedikit untuk
melakukan aktifitas lainnya. Hal tersebut menyebabkannya merasa jenuh, stress
sehingga mengakibatkan turunnya produktifitas dalam belajar maupun aktifitas pribadi
(Rumiani, 2006). Siswa yang kurang mampu beradaptasi dengan tuntutan yang ada pada
dirinya merasa mendapatkan tekanan sehingga menyebabkannya melakukan aktifitas
yang lebih menyenangkan daripada belajar. Aktifitas yang biasa dilakukan adalah
melihat TV atau melakukan permainan game online dalam jangka waktu yang lama.
Aktifitas tersebut terkadang menyebabkannya lalai dengan tugas utamanya, hal ini juga
3
dilakukannya dengan menunda menyelesaikan tugas sekolah yang dibebankan
kepadanya atau yang bisa disebut prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi akademik merupakan kebiasaan atau kecenderungan secara umum
untuk menunda atau menangguhkan sesuatu yang penting untuk mencapai beberapa
tujuan (Ferrari, Johnson & Mc Cown, 1995). Hasil survei majalah New statement 26
Februari 1999 menunjukkan bahwa kurang lebih 20% -70% pelajar melakukan
prokrastinasi (dalam Ghufron, 2003, h.3). Individu yang mengalami prokrastinasi akan
selalu mengatakan bahwa besok saja akan menyelesaikan tugas tersebut, tetapi ketika
keesokan hari kembali mengulang kebiasaan tersebut dengan mengatakan nanti saja.
Seseorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai batas waktu yang
telah ditentukan sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan
sangat berlebihan, maupun gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan batas waktu
yang telah ditentukan, sehingga prokrastinasi merupakan salah satu perilaku yang tidak
efisien dalam menggunakan waktu dan adanya kecenderungan untuk tidak segera
memulai sesuatu ketika menghadapi tugas-tugas tersebut.
Menurut Steel (dalam Gunawinata, Hanik & Lasmono 2008) prokrastinasi bukan
saja komponen dari menunda, tetapi juga menunda tugas-tugas yang terjadwal, yang
prioritas atau yang penting untuk dilakukan, sehingga menimbulkan konsekuensi secara
emosional, fisik dan akademik. Beberapa tahun terakhir banyak penelitian telah
dilakukan yang menunjukkan bahwa prokrastinasi adalah masalah yang lebih umum
terjadi di dunia akademis (Ellis & Knaus, dalam Gunawinata, dkk 2008). Prokrastinasi
merupakan suatu pola perilaku (kebiasaan) yang mengarah kepada trait, penundaan
yang dilakukan sudah merupakan respon yang menetap pada seseorang dalam
menghadapi tugas dan kebiasaan yang disertai dengan keyakinan irrasional.
4
Prokrastinasi akademik juga banyak berakibat negatif, dengan melakukan penundaan
banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia. Tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan
bila diselesaikan hasilnya menjadi tidak maksimal. Solomon dan Rothblum (1984)
mengemukakan bahwa prokrastinasi biasa terjadi pada enam area akademik yaitu
menulis, belajar, membaca, tugas administratif, menghadiri pertemuan akademik dan
kinerja akademik secara keseluruhan. Siswa yang melakukan prokrastinasi akademik,
diasumsikan ketika jenjang yang lebih tinggi tingkat prokrastinasi akademiknya
semakin meningkat.
Masalah prokrastinasi atau penundaan menurut beberapa hasil analisis
penelitian, merupakan salah satu masalah yang menimpa sebagian besar anggota
masyarakat secara luas, dan pelajar pada lingkungan yang lebih kecil. Sekitar 25%
sampai dengan 75% dari pelajar melaporkan bahwa prokrastinasi merupakan salah satu
masalah dalam lingkup akademis mereka (Ferrari dalam Ghufron, 2003). Di sekolah,
pelajar selalu dihadapkan pada situasi penilaian keberhasilan, baik itu dari penilaian
selama ulangan harian atau ujian, maupun keberhasilan siswa dalam melaksanakan
seluruh tugas sekolah.
Prokrastinasi melibatkan berbagai unsur masalah yang kompleks karena
berkaitan satu dengan yang lainnya. Prokrastinasi bukan sekedar gambaran dari
rendahnya kebiasaan belajar ataupun managemen waktu, tetapi melibatkan interaksi
yang komplek dari komponen perilaku, kognitif dan afeksi. Siswa yang cenderung
melakukan prokrastinasi secara signifikan akan mengganggu pencapaian akademis,
kecakapan untuk menguasai materi kelas dan kualitas hidup mereka. Prokrastinasi
akademik pada siswa sebagai bentuk perilaku yang disengaja dan lebih memilih
5
melakukan aktifitas lain meskipun individu mengetahui konsekuensi buruk yang akan
diterima dikemudian hari (Steel, 2007).
Menurut Ferrari (dalam Zakiyah, dkk. 2010) beberapa faktor yang menyebabkan
munculnya perilaku prokrastinasi akademik berasal dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang turut membentuk perilaku prokrastinasi, meliputi kondisi fisiologis
yang meliputi kelelahan dan faktor psikologis seseorang yang meliputi tipe kepribadian,
motivasi, kontrol diri dan regulasi diri. Faktor eksternal yang memengaruhi
prokrastinasi antara lain tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir
bersamaan, kondisi lingkungan yang rendah dalam pengawasan dan dukungan sosial
orang tua serta teman sebaya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa kualitas internal individu memiliki peran
penting dalam memengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang. Di antara berbagai
kualitas diri, Janssen dan Carton (dalam Ursia, 2013) menjelaskan bahwa terdapat lima
hal yang berkaitan dengan tingginya kecenderungan perilaku prokrastinasi, yaitu
rendahnya kontrol diri (self-kontrol), self-consciousness, self-esteem, dan self-efficacy,
serta adanya kecemasan sosial. Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) self-
kontrol memiliki kapasitas besar dalam memberikan perubahan positif pada kehidupan
seseorang. Tangney, dkk (2004) menyatakan self-control terdiri atas lima aspek yaitu
self-discipline, deliberate/nonimpulsive, healthy habits, work-ethic, reliability.
Menurut Steel (2007) prokrastinasi akademik adalah pengendalian diri individu
terhadap waktu tunda penerimaan imbalan. Pengendalian diri ini berkaitan dengan
perilaku prokrastinasi yang dilakukan. Kontrol diri yang dimiliki antara individu satu
dengan individu lainnya tidak sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang
tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah. Seseorang yang
6
mempunyai kontrol diri yang tinggi akan mampu mengubah kejadian dan dapat
menggunakan waktu yang tepat dalam mengarahkan perilaku atau tugas yang utama.
Akan tetapi jika pelajar memiliki kontrol diri yang rendah dalam proses belajarnya di
sekolah, maka masalah yang ditimbulkan adalah munculnya kecenderungan
prokrastinasi akademik. Sikap negatif yang dilakukan tersebut akan menjadi suatu trait
atau kebiasaan seseorang terhadap respons dalam mengerjakan tugas.
Terbentuknya perilaku negatif yang mengarah pada perilaku prokrastinasi selain
dipengaruhi adanya faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal
dari dukungan sosial orang tua. Dukungan sosial bukan sekedar memberikan bantuan
tetapi cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian dan penghargaan untuk orang
lain dan yang paling penting adalah bagaimana persepsi penerima terhadap makna dari
bantuan itu.
Lingkungan sosial dan dukungan sosial yang pertama dikenal anak adalah
keluarga. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diterima oleh seseorang
pertama kalinya karena keluarga merupakan orang yang berada di lingkungan paling
dekat dari individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat memberikan
bantuan, Levitt (dalam Andarini, 2013). Keluarga sebagai komunitas terkecil dari
sebuah masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak.
Lingkungan keluarga, khususnya orang tua diharapkan memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku dan
sejenisnya yang semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak, Kartono
(dalam Andarini, 2013).
Dukungan dari orang tua berfungsi memberikan penguatan dalam
menumbuhkan partisipasi aktif dan eksplorasi dalam kehidupan. Dukungan sosial
7
meliputi enam komponen yaitu Reliabel alliance, Guidance, Reassurance of worth,
Attachment, Social integration, Opportunity to provide nurturance (Weiss 1974).
Dukungan sosial orang tua mempunyai keterkaitan dengan hubungan yang dekat antara
anak dan orang tua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik dan perkembangan
moral yang baik pada anak. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Muti’ah (2010) juga
menyebutkan bahwa ada peran yang signifikan dukungan sosial keluarga terhadap
prokrastinasi akademik sebesar β = 0,351 (p ≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada
peran yang signifikan antara dukungan sosial keluarga terhadap prokrastinasi akademik
yang berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga yang diberikan kepada
siswa, maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik yang dimiliki siswa,
begitu pula sebaliknya semakin rendah dukungan sosial yang diberikan orang tua
kepada anak secara umum berfungsi untuk memberikan perasaan diterima, diperhatikan,
disayangi, dihargai dan dicintai. Anak juga akan merasa bahagia dan tenang karena ia
merasa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam
mengikuti pelajaran di sekolah. Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai reward
dan dapat mengarahkan serta mendorong seseorang untuk berprestasi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian
ini adalah
1. Apakah dukungan sosial orang tua dapat menjadi prediktor secara mandiri bagi
prokrastinasi akademik ?
2. Apakah kontrol diri dapat menjadi prediktor secara mandiri bagi prokrastinasi
akademik ?
8
3. Apakah dukungan sosial orang tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat
menjadi prediktor bagi pokrastinasi akademik ?
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
1. Variabel tergantung : prokratinasi akademik
2. Variabel bebas : a. Dukungan sosial orang tua
b. Kontrol diri
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali
yang berjumlah 482 siswa, Sample dari penelitian ini adalah siswa kelas 3 yang terdiri
dari 134 siswa dan teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan
teknik Incidental Sampling.
Metode Pengumpulan Data dan Alat Ukur
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode angket (kuesioner) untuk mengungkapkan data berupa dukungan
sosial orang tua, kontrol diri, dan prokrastinasi akademik dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari empat kategori jawaban yaitu, SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai),
TS ( Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Skala dukungan sosial orang tua
Skala dukungan sosial orang tua diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek -
aspek dukungan sosial menurut Weiss (1974), dukungan sosial di antaranya adalah
9
Reliable alliance, Guidance, Reassurance of worth, Attachment, Social Integration,
Opportunity to provide nurturance. Skala dukungan sosial orang tua terdiri dari 24
aitem, yakni 12 aitem favorable dan 12 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem
favorable yaitu SS (4), S (3), TS (2), STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS
(1), S (2), TS (3), STS (4).
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti sebelumnya oleh Irmawati
(2009) dengan daya diskiminasi aitem sebesar 0,359-0,884. Kemudian didapatkan hasil
reliabilitas sebesar 0,967, maka alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam
kategori reliabel dan baik digunakan sebagai alat ukur dukungan sosial orang tua.
Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak
tiga kali terhadap 24 aitem angket dukungan sosial orang tua, 20 aitem bertahan
sedangkan 4 aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya
dikriminasi aitem sebesar 0,258-0,667. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat
ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil
koefisien reliabilitas sebesar 0,742. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk
dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial orang tua, semua aspek
terwakili oleh 20 aitem yang bertahan.
Skala kontrol diri
Skala kontrol diri dalam penelitian ini diadaptasi oleh peneliti berdasarkan aspek
kontrol diri dari Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) yang kemudian diadaptasi
oleh penulis. Kelima aspek tersebut yaitu Self-discipline, Deliberate/nonimpulsive,
Healthy habits, Work ethic, dan Reliability. Skala kontrol diri terdiri dari 36 aitem.
Yaitu 14 aitem favorable dan 22 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem favorable
10
yaitu SS (4), S (3), TS (2), STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS (1), S(2),
TS (3), STS (4).
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan peneliti sebelumnya oleh Susanti (2014)
didapatkan hasil reliabilitas sebesar 0,967 maka alat ukur kontrol diri termasuk dalam
kategori reliabel dan baik digunakan sebagai alat ukur kontrol diri.
Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak
dua kali terhadap 36 aitem angket kontrol diri, 29 aitem bertahan sedangkan 7 aitem
dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi aitem
sebesar 0,271-0,587. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan
menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien
reliabilitas sebesar 0,736. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam
kategori reliabel. Dalam alat ukur kontrol diri, semua aspek terwakili oleh 29 aitem
yang bertahan.
Skala prokrastinasi akademik
Skala prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diadaptasi oleh penulis
mengacu pada alat ukur yang dikembangkan oleh Tuckman, (1991) yang kemudian di
adaptasi oleh penulis. Aspek-aspek tersebut meliputi : general self-description of the
tendency to deal with things, A tendency to avoid unpleasantness and to have difficulty
doing unpleasant things, A tendency to blame others for one’s own predicaments. Skala
prokrastinasi akademik terdiri dari terdiri dari 35 aitem, yakni 14 aitem favorable dan
21 aitem unfavorable. Adapun penilaian aitem favorable yaitu SS (4), S (3), TS (2),
STS (1) dan penilaian aitem unfavorable yaitu SS (1), S(2), TS (3), STS (4).
11
Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan penulis sebanyak
tiga kali terhadap 35 aitem angket prokrastinasi akademik, 21 aitem bertahan sedangkan
14 aitem dinyatakan gugur. Aitem-aitem tersebut mempunyai koefisien daya
dikriminasi aitem sebesar 0,289-0,679. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat
ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil
koefisiens reliabilitas sebesar 0,743. Maka, alat ukur prokrastinasi akademik termasuk
dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur kontrol diri, semua aspek terwakili oleh 21
aitem yang bertahan.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi dengan
bantuan progam Statistical Packages for Sosial Science (SPSS) for Windows release
16.0. Analisis regresi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel yang berupa hubungan kasual atau
fungsional.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data Deskriptif
Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah
nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian
ini.
12
Tabel 1
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dukungan sosial OT 134 32 78 65.41 7.220
Kontrol Diri 134 45 102 78.96 9.667
Prokrastinasi 134 28 76 56.56 8.312
Valid N (listwise) 134
Tabel 2
Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD
Sangat Tinggi 68 ≤ x ≤ 80 48 35,82%
Tinggi 56 ≤ x < 68 74 55,24% 65,41 8,312
Sedang 44 ≤ x < 56 11 8,21%
Rendah 32 ≤ x < 44 1 0,75%
Sangat Rendah 20 ≤ x < 32 0 0%
Keterangan :
x : skor subjek
13
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 48 siswa
(135,82%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sangat tinggi,
74 siswa (55,24%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi,
11 siswa (8,21%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang,
1 siswa (0,75%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria rendah,
dan tidak ada siswa (0%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria
rendah. Rata-rata dari skor dukungan sosial orang tua sebesar 65,41. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua
yang masuk dalam kategori tinggi.
Tabel 3
Kategori Skor Skala Kontrol Diri
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD
Sangat Tinggi 98,6 ≤ x ≤ 116 3 2,24%
Tinggi 81,2 ≤ x < 98,6 48 35,82%
Sedang 63,8 ≤ x < 81,2 75 55,97% 78,96 7,220
Rendah 46,4 ≤ x < 63,8 7 22%
Sangat Rendah 29 ≤ x < 46,4 1 0,75%
Keterangan :
x : skor subjek
14
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 3 siswa
(2,24%) menyatakan bahwa kontrol diri dalam kriteria sangat tinggi, 48 siswa (35,82%)
menyatakan bahwa kontrol diri dalam kriteria tinggi, 75 siswa (55,97%) menyatakan
bahwa kontrol diri dalam kriteria sedang, 7 siswa (22%) menyatakan bahwa kontrol diri
dalam kriteria rendah, dan 1 siswa (0,75%) menyatakan bahwa kontrol diri dalam
kriteria sangat rendah. Rata-rata dari skor kontrol diri sebesar 78,96. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki kontrol diri yang masuk
dalam kategori sedang.
Tabel 4
Kategori Skor Prokrastinasi Akademik
Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean SD
Sangat Tinggi 71,4 ≤ x ≤ 84 5 3,73%
Tinggi 58,8 ≤ x < 71,4 48 35,82%
Sedang 46,2 ≤ x < 58,8 68 50,75% 56,56 9,667
Rendah 33,6 ≤ x < 46,2 11 8,21%
Sangat Rendah 21 ≤ x < 33,6 2 1,49%
Keterangan :
x : skor subjek
15
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 5 siswa
(3,73%) menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria sangat tinggi, 48 siswa
(35,82%) menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria tinggi, 68 siswa (50,75%)
menyatakan bahwa prokrastinasi dalam kriteria sedang, 11 siswa (8,21%) menyatakan
bahwa prokrastinasi dalam kriteria rendah, dan 2 siswa (1,49%) menyatakan bahwa
prokrastinasi dalam kriteria sangat rendah. Rata-rata dari skor prokrastinasi sebesar
55,56. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki
prokrastinasi masuk dalam kategori sedang.
Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa ketiga variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel
dukungan sosial orang tua dengan K-S-Z = 0,831 yang memiliki signifikansi 0,494 (p >
0,05), variabel kontrol diri dengan K-S-Z = 0,831 yang memiliki signifikansi 0,495 (p >
0,05), dan variabel prokrastinasi dengan K-S-Z = 0,706 yang memiliki signifikansi
0,702 (p > 0,5)
Uji Linearitas
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial
orang tua dan kontrol diri (variabel bebas) terhadap variabel prokrastinasi akademik
(variabel tergantung). Peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari kedua hubungan
tersebut kedua variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri memiliki hubungan
bersifat linear, yaitu uji linearitas dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dengan
variabel prokrastinasi akademik (F beda = 1,540) yang memiliki signifikansi sebesar
16
0,60 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel kontrol diri dengan prokrastinasi
akademik (F = 1,329) yang memiliki signifikansi sebesar 0,134 (p >0,05).
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antar variabel bebas dengan
nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson
correlation. Nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan kontrol diri
sebesar 0,414. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam korelasi antar
variabel bebas dukungan sosial orang tua dengan kontrol diri menunjukkan bahwa tidak
terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0.9.
Uji Regresi
Setelah dilakukannya uji statistik deskriptif, peneliti melakukan uji korelasi dari
masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan
masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Pearson correlation.
Besarnya hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik
sebesar r = 0,234 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel
positif signifikan, artinya jika jumlah dukungan sosial orang tua meningkat, jumlah
prokrastinasi akademik juga meningkat. Besarnya hubungan antara kontrol diri dengan
prokrastinasi akademik sebesar r = 0,728 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
hubungan kedua variabel positif signifikan, artinya jika jumlah kontrol diri meningkat
maka jumlah prokrastinasi akademik juga meningkat.
Setelah mengetahui korelasi masing-masing variabel, bahwa variabel dukungan
sosial orang tua dan variabel kontrol diri berkorelasi positif signifikan dengan variabel
prokrastinasi akademik, maka semua variabel ini diikut sertakan dalam pengujian
17
regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi melibatkan dua variabel bebas yaitu variabel
dukungan sosial orang tua dan kontrol diri, serta satu variabel tergantung yaitu
prokrastinasi akademik. Selain itu peneliti juga menguji kelayakan model regresi dalam
penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05).
Tabel 5
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4924.903 2 2462.452 75.650 .000a
Residual 4264.119 131 32.551
Total 9189.022 133
a. Predictors: (Constant), Kontrol diri,
Dukungn sosial orang tua
b. Dependent Variable: Prokrastinasi
Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan
ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam hasil uji
ANOVA, penelitian ini menghasilkan angka F = 75,650 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 dan nilai R = 0,732. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model
regresi ini sudah layak digunakan untuk memprediksi prokrastinasi akademik. Artinya,
dukungan sosial orang tua dan kontrol diri berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik
pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.
Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan kontrol diri
berkorelasi dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2
18
Boyolali, peneliti menguji besarnya peranan variabel bebas yaitu dukungan sosial orang
tua dan kontrol diri terhadap variabel tergantung yaitu prokrastinasi akademik.
Tabel 6
Model Summaryb
Mo
del R
R
Squar
e
Adjuste
d R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics Durbin
-
Watso
n
R
Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1
.732a .536 .529 5.705 .536
75.65
0
2 131 .000 2.071
a. Predictors: (Constant), Kontrol
Diri, Dukungan sosial OT
b. Dependent Variable:
Prokrastinasi
Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,529. Angka tersebut
menunjukkan bahwa 0,529 atau 52,9% prokrastinasi akademik dapat dijelaskan dengan
menggunakan variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri. Maka dukungan
sosial orang tua dan kontrol diri berperan sebanyak 52,9% terhadap prokrastinasi
akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Dan pada bagian standar error
of the estimate yang bernilai 5,705 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi
prokrastinasi (8.312), hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan kontrol diri sudah
cukup layak dijadikan prediktor untuk prokrastinasi akademmik.
19
Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya
korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut
dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) :
1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 2,071 (1 < DW < 3).
Yang berarti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini.
Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dalam
memprediksi prokrastinasi akademik, peneliti menguji koefisien regresi.
Tabel 7
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Const
ant)
10.984 5.108
2.150 .033
ORTU -.094 .075 -.082 -1.252 .213 .829 1.207
KD .655 .056 .762 11.657 .000 .829 1.207
a. Dependent Variable: Prokrastinasi akademik
20
Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients
yang menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh
variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung.
Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua -0,082 dengan nilai t = -
1,252 (p < 0,05) dan sig = 0,213 (p > 0,05) maka dukungan sosial orang tua tidak
signifikan untuk menjadi prediktor secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.
Angka koefisien nilai Beta kontrol diri 0,762 dengan nilai t = 11,657 (p > 0,05)
dan nilai sig = 0,000 (P < 0,05) maka kontrol diri signifikan untuk menjadi prediktor
secara mandiri terhadap prokrastinasi akademik.
PEMBAHASAN
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan
sosial orang tua dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik
pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.
Dari pengujian regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan
sosial orang tua dan kontrol diri berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik pada
siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian yang
telah dilakukan, nilai R = 0,732 dengan nilai F = 75,650 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel dukungan sosial
orang tua dan kontrol diri sudah layak dijadikan prediktor bagi prokrastinasi akademik.
Peranan atau pengaruh variabel dukungan sosial orang tua dan kontrol diri (variabel
bebas) terhadap variabel prokrastinasi akademik (variabel tergantung) sebesar 0,529
atau 52,9%. Hal ini berarti 52,9% prokrastinasi akademik dapat dijelaskan oleh
dukungan sosial orang tua dan kontrol diri. Maka dukungan sosial orang tua dan kontrol
21
diri berperan sebanyak 52,9% terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA
Bhinneka Karya 2 Boyolali. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan
hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi
prokrastinasi akademik pada siswa. Jadi, dukungan sosial orang tua dan kontrol diri
secara bersama-sama dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik pada siswa.
Dari hasil penelitian di atas disebabkan karena dukungan sosial orang tua tidak
bisa menjadi satu-satunya faktor tetapi harus ada kontrol diri pada siswa yang
dikembangkan. Orang tua juga berperan dalam mengembangkan kontrol diri pada anak,
jadi orang tua tidak hanya memberi dukungan sosial saja tetapi juga mengembangkan
kontrol diri pada anak, sehingga anak akan terhindar dari prokrastinasi akademik.
Seperti yang diungkapkan oleh (Kartono, dalam Andarini 2013) bahwa Lingkungan
keluarga khususnya orang tua diharapkan memiliki komitmen dan kesadaran terhadap
tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku dan sejenisnya yang
semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak. Pembentukan perilaku yang
dimaksud adalah perilaku supaya anak dapat mengontrol dirinya supaya terhindar dari
prokrastinasi akademik.
Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang
tua dengan prokrastinasi akademik memiliki nilai Beta sebesar -0,082 dengan nilai t = -
1,252 (p < 0,05) dan sig = 0,213 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
dukungan sosial orang tua belum layak menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik
secara mandiri. Jadi, dukungan sosial orang tua tidak dapat secara mandiri menjadi
prediktor terhadap prokrastinasi akademik.
22
Dari hasil penelitian di atas dapat disebabkan kurangnya peran orang tua
terutama dalam hal akademik anak. Dukungan sosial orang tua merupakan dukungan
yang diterima oleh anak pertama kalinya karena orang tua merupakan orang yang
berada di lingkungan paling dekat dari individu dan memiliki kemungkinan yang besar
untuk dapat memberikan bantuan (Levitt dalam Andarini, 2013). Dengan adanya
dukungan orang tua, anak akan merasa nyaman, dicintai, dan dihargai. Namun ketika
anak tidak mendapatkan dukungan dari orang tua, anak akan mencari sosok figure yang
paling dekat dengan dia yaitu dukungan sosial dari teman sebayanya. Karena teman
sebaya juga merupakan lingkungan terdekat siswa ketika di sekolah maka siswa akan
merasa nyaman dan terbuka. Tetapi dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada
anak juga tidak boleh berlebihan, karena jika diberikan secara berlebihan anak akan
manja kepada orang tua dan hal tersebut tidk seharusnya terjadi.
Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa kontrol diri dengan
prokrastinasi akademik memiliki nilai Beta sebesar 0,762 dengan nilai t = 11,657 dan
sig = 0,000 (p < 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrol diri layak
menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik. Jadi, kontrol diri dapat secara mandiri
menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademik.
Dari hasil penelitian diatas, kemungkinan disebabkan karena siswa mampu
mengontrol dirinya dengan baik terutama dalam mengontrol prokrastinasi akademik,
mengontrol keputusannya agar tidak memilih untuk melakukan prokrastinasi. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Chaplin (2002) yang menyatakan bahwa kontrol diri
adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk
menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Oleh karena itu
dengan adanya kontrol diri yang tinggi siswa dapat menahan diri dari hal-hal yang
23
berbahaya seperti prokrastinasi dengan mempertimbangkan konsekuensi jangka
panjang. Begitu pula sebaliknya, siswa dengan kontrol diri yang rendah, siswa akan
kesulitan untuk menahan diri dari prokrastinasi dengan tidak mempertimbangkan
konsekuensi jangka panjang.
Selain hasil yang didapat dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial orang tua
dan kontrol diri dapat menjadi prediktor bagi prokrastinasi akademi, Ferrari dkk (1995)
juga berpendapat bahwa ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi
akademik pada siswa seperti rendahnya motivasi, ketakutan dan kegagalan, kelelahan
(fatigue), efikasi diri yang rendah, regulasi diri yang kurang baik, gaya pengasuhan
orang tua, tugas terlalu banyak dan kondisi lingkungan.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu dukungan
sosial orang tua dan kontrol diri secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap
prokrastinasi akademik pada siswa SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali. Kedua variabel
bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan kontrol diri berkontribusi 52,9 % terhadap
prokrastinasi akademik pada siswa, menurut pengujian yang telah dilakukan, variabel
dukungan sosial orang tua dan kontrol diri sudah layak menjadi prediktor terhadap
prokrastinasi akademik pada siswa. Namun hanya variabel kontrol diri yang secara
mandiri dapat menjadi prediktor terhadap prokrastinasi akademik pada siswa SMA
Bhinneka Karya 2 Boyolali, sedangkan variabel dukungan sosial orang tua secara
mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap prokrastinasi akademik pada siswa
SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali.
24
SARAN
Siswa
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Dengan adanya informasi ini
diharapkan siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan untuk mengontrol dirinya
terutama dalam hal mengontrol perilaku, mengontrol kognitif, serta mengontrol
keputusannya agar dapat menghidari melakukan prokrastinasi akademik.
Peneliti selanjutnya
Penelitian tentang psikologi pendidikan khususnya prokrastinasi akademik
diharapkan dapat terus berkembang dan dapat mengurangi tingkat prokrastinasi
akademik yang ada. Untuk kedepannya bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk
meneliti menggunakan variabel lain selain kntrol diri misalnya gaya pengasuhan,
kondisi lingkungan dan variabel lain yang dapat berpengaruh pada terjadinya
prokrastinasi akademik. Atau jika ingin memperoleh hasil yang lebih mendalam,
penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
25
DAFTAR PUSTAKA
Andarini, SR & Fatma, A (2013). Hubungan antara distress dan dukungan Sosial
dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Surakarta: Jurnal Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan.
Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Edisi Ke-5. Terjemahan: Kartini
Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Ferrari, J. R., Johnson, J. L., & McCown, W. (1995). Procrastination and Task
Avoidance : Theory, research, and treatment. New York : Plenum Press.
Ghufron, M. N. (2003). Hubungan Kontrol Diri dan Persepsi Remaja Tehadap
Penerapan Disiplin Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik. Tesis (Tidak
Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Gunarsa, S. D. (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta : BPK. Gunung Mulia.
Gunawinata, R., Hanik., & Lasmono, H. (2008). Perfeksionisme, Prokrastinasi
Akademik, dan Penyelesaian Skripsi Mahasiswa. Anima, Indonesian
Psychological Journal. 23 (3): 256-276.
Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Muti’ah, N. (2010). Peran Belajar Berdasar Regulasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga
dan Efikasi Diri Terhadap Prokrastinasi Akademik. Universitas Ahmad Dahlan :
abstract-tesis pascasarjana, hal 1-29.
Rumiani. (2006). “Prokrastinasi Akademik ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Stres
Mahasiswa”. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Semarang. vol 3(2), 37-
48.
Solomom, L. J. & Rothblum, E. D. (1984). “Academic procrastination : Frequency and
Cognitive Behavioral Correlates”. Journal of Counseling Psychology, Vol 31, No
4, page 503 – 509.
Steel, P. (2007). “The Nature of Procrastination :A Meta- analytic and theoretical
review of Quintessential Self – Regulatory Failure”. Psychological Bulletin. 133,
No. 1, page 65-94.
Syamsudin, A. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Tangney, J.P, Baumeister, R.F & Boone. A.L. (2004). High Self-Control Predicts good
Adjusment, Less Pathology, Getter Grades and Interpersonal Success. Journal of
Reasoning. 72 page 271 – 324,
http://lazypants.org/dl/files/public/TangneyBaumeisterBoone2004.pdf,diakses 25
Maret 2015, pukul 18.35.
http://lazypants.org/dl/files/public/TangneyBaumeisterBoone2004.pdf,diakses%2025
26
Tuckman, B. W. (1991). “The Development and Cuncurrent Validity of The
Procrastination Scale”. Educational and Psychological Measurement. 51, 473-
480.
Ursia, N. R., Siaputra, I. B., & Sutanto, N. (2013). Prokrastinasi Akademik dan Self-
Control Pada Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Jurnal
Makara Seri Sosial Humaniora, 17(1): 1-18.
Weiss, R. (1974). The Provisious of Social Relationship. In 2. Rubin (td) Doing Unto
Other (pp 17-26). Englowood. Cliffs, NJ : PrinticeHall.
Zakiyah, N., Hidayati, F.N., & Setyawan, Imam. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian
Diri dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Berasrama SMPN 3
Peterongan, Jombang. Semarang: Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.8
No.2 Hal. 156 – 167.
Top Related