Download - DTW BLITAR 2

Transcript
Page 1: DTW BLITAR 2

Pantai Tambakrejo

Pantai Tambakrejo terletak di desa tambakrejo kecamatan Wonotirto, kurang lebih 30km ke arah selatan dari kota Blitar.

Pantai Tambakrejo merupakan pantai yang banyak dikunjungi di kota Blitar, dengan pemandangan yang indah, pantai yang cukup bersih, air laut yang biru dan pasir putih yang terbentang menjadi sebuah teluk dengan panjang sekitar 10 Km. Ombak pantai Tambakrejo pun tidak terlalu besar, sehingga aman untuk bermain-main atau bahkan mandi di pantainya.

Di Pintu masuk pantai kearah timur terdapat Kampung nelayan dengan perahu-perahu nelayan yang ditambatkan disampingnya dan Tempat Pelelangan Ikan untuk hasil nelayan yang baru melaut. Bila anda datang di pagi hari maka akan menjumpai ikan-ikan segar hasil tangkapan nelayan.

Setiap tahun di bulan Oktober, pantai akan lebih ramai dari biasanya karena selalu diadakan ritual Larung Sesaji. Para wisatawan lokal maupun internasional akan berdatangan untuk menyaksikan ritual tradisional ini.

Pantai Tambakrejo, Pantai Unik Indah diKabupaten BlitarWawan Pesek Dec 7th, 2013 0 CommentPlesir.co, Blitar – Beginilah pantai Tambakrejo yang terletak di Desa

Page 2: DTW BLITAR 2

Tambakrejo kecamatan Wonotirto kabupaten Blitar. Dengan jarak kurang lebih 30km, pantai Tambakrejo tersebut bisa ditempuh selama 1 jam perjalanan.

Pantai Tambakrejo juga merupakan pantai yang banyak dikunjungi dikota Blitar. Pantai ini bisa memberikan pemandangan yang sangat indah, dengan keadaan pantai yang bersih serta air laut yang biru dan juga pasir putih yang terbentang luas bisa menjadikan sebuah Teluk dengan panjang sekitar 10km. Ombak di Pantai Tambakrejo pun tidak terlalu besar dan tidak berbahaya, sehingga pengunjung diperbolehkan untuk mandi kususnya diwaktu menjelang sore dimana air dipantai ini sudah mulai surut.

Pantai Tambakrejo BlitarDikawasan bibir pantai juga terdapat kampung nelayan, dimana penduduk disini menggantungkan hidup dengan mencari ikan dilaut. Dikawasan pantai ini juga terdapat sebuah pelelangan ikan dimana para wisatawan bisa membeli ikan langsung ke nelayan dengan kondisi ikan yang masih segar.

Page 3: DTW BLITAR 2

Selain terkenal dengan keindahan serta keunikan yang dimiliki oleh Pantai Tambakrejo. Pantai ini juga terkenal dengan budaya Larung Sesaji, dimana budaya tersebut dilakukan setiap tahun kususnya disetiap bulan Oktober. Pada saat acara ini akan dimulai, banyak sekali wisatawan lokal maupun mancanegara yang berbondong-bondong untuk menyaksikan ritual tradisional tersebut.

Jalan menuju pantai tersebut sudah bagus karena sudah diaspal dengan tebal, namun jika sudah mendekati pantai jalan akan mulai sempit. Disana juga belum ada fasilitas penginapan serta pom bensin yang sangat jauh sekali. Dipantai ini juga banyak sekali anjing yang berkeliaran, pada saat saya berkunjung kesana saya tidak sengaja melihat seorang pemuda yang sedang menguliti seekor anjing dihalaman belakang toilet umum, jadi anda harus berhati-hati jika ingin membeli makanan disana. Menurut seorang teman saya, penduduk disana sudah biasa mengkonsumsi daging anjing.

PANTAI TAMBAKREJO - Masih Menyimpan Sejuta Keindahan

Oleh: Portal Wisata Indonesia

Pantai Tambakrejo Blitar Jawa Timur - Pagi ini kami berkemas-kemas untuk mempersiapkan perbekalan yang akan di bawa ke Pantai Tambakrejo, Kabupaten Blitar. Menurut pemandu jalan kami, tujuan menuju pantai tambakrejo lumayan jauh dari lokasi kami berangkat. Kami mengawali perjalanan menuju pantai tambakrejo dari daerah Wlingi. Sejak pagi suasana sudah ramai di daerah ini, dan kebetulan tempat kami menginap semalam dekat dengan Pasar Wlingi. Jam 08.30 kami berangkat dari tempat transit kami di wlingi.

Perjalanan kami menuju pantai tambakrejo lumayan melelahkan. Jalan yang di lalui untuk mencapai pantai ini lumayan berat, karena rute yang kami lalui berbeda pada rute yang biasa di lewati oleh pengunjung yang ingin berwisata ke Pantai Tambakrejo ini. Menurut pemandu jalan, rute yang kami lalui ini adalah rute yang cepat untuk sampai ke Pantai Tambakrejo dari tempat kami berangkat tadi. Di perjalanan kami di suguhi pemandangan indah khas pesisir, dan tidak terasa kami sudah masuk kawasan Wisata Pantai Tambakrejo.

Page 4: DTW BLITAR 2

Pantai Tambakrejo BlitarSesampainya di pantai tambakrejo kami segera mencari tempat parkir untk kendaraan. Suasana disini lumayan ramai dan di sini ternyata adalah sebuah kampung nelayan. Setelah beberapa saat berjalan, kami menjumpai banyak penjual ikan di sini, banyak jenis ikan yang di jual mulai dari ikan segar sampai ikan asap ada disini. Warung-Warung makan yang menyediakan masakan khas laut masih lumayan sepi.

Di tepi pantai terlihat banyak para pengunjung sedang asyik bercengkrama dengan ombak. Ombak di sini relatif kecil dari pada di pantai yang lain. Terlihat juga dari kejauhan perahu-perahu nelayan sedang bersandar di tepi pantai. Menurut penduduk sekitar, pantai ini selalu ramai pada hari-hari libur, di samping hari hari biasa yang pengunjungnya lumayan banyak.

Kami beristirahat sejenak untuk memulihkan stamina yang sudah terkuras di perjalanan tadi. Dan segelas es kelapa muda yang di temani snack ringan cukup menemani kami memulihkan staminana sebelum kami melanjudkan perjalanan kami menuju pantai yang lebih indah lagi. Setelah selesai berisirahat di pinggiran pantai Tambakrejo kami pun melanjukan perjalanan menuju salah satu pantai terindah yang ada di Kabupaten Blitar.

Wisata Menarik Lainnya:| Tempat Wisata Di Kediri | Tempat Wisata Di Blitar | Tujuan Wisata Jawa Timur | Arca Totok Kerot | Wisata Air Terjun Dolo | Simpang Lima Gumul | Wisata Gunung Kelud |

Cari Rental Mobil:| Rental Mobil Kediri | Rental Mobil di Blitar | Rental Mobil di Malang | Rental Mobil di Surabaya|

Page 5: DTW BLITAR 2

•Info:Pantai Tambakrejo Berada di desa Tambakrejo, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. Jaraknya sekitar 42 kilometer dari pusat kota di Blitar, tepatnya ke arah selatan. Untuk menuju ke pantai ini tidak terlalu sulit. Dari wilayah kota, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum ataupun kendaraan pribadi dan berkendara menuju ke Blitar selatan. Jalur juga sudah baik, karena sudah beraspal. Kendati jalur naik turun dan sisi kanan kirinya jurang, jalan ke lokasi ini lebih aman. Tapi jalur menuju ke lokasi pantai agak sempit, sehingga jika bersimpangan antara dua kendaraan roda empat harus hati-hati. 

Pantai Tambakrejo dan Pantai Pasir Putih(Pasetran Gondo Mayit) Blitar 

Rute:• Rute menuju Pantai Tambakrejo sebenarnya sama dengan rute menuju Pantai

Pangi. Hanya saja ketika anda sampai di perempatan yang apabila berbelok ke kanan mengarah ke Monumen Trisula (Bakung) anda harus melanjutkan perjalanan ke arah Pasiraman (lurus)

• Ikuti terus rute jalan beraspal dan anda akan memasuki Kawasan Wisata Pantai Tambakrejo

• Untuk menuju Pantai Pasir Putih (Pasetran Gondo Mayit) tersedia dua rute• Rute I, yakni dengan menyeberangi bukit di sebelah timur Pantai Tambakrejo.

Anda harus menunggu air laut surut jika ingin menggunakan rute ini• Rute II, yakni dengan melalui jalan desa seperti yang tertera pada peta• Lokasi dapat dijangkau menggunakan speda motor ataupun mobil. (Lebih baik

menggunakan sepeda motor).• Koordinat Pantai Tambakrejo 8°18’59″S   112°8’32″E

Page 6: DTW BLITAR 2

Koordinat Pantai Pasetran Gondo Mayit 8°19’18″S   112°8’57″E

Bersantai di Pantai Tambakrejo Blitar – Jawa TimurPosted on 27/01/2013 by mufatis maqdum      

5 Votes

Bersantai di Pantai Tambakrejo Blitar – Jawa Timur

23 Januari 2013

Oleh: Mufatis Maqdum

Page 7: DTW BLITAR 2

Pantai Tambakrejo – Blitar

Blitar sebagai kota tempat persemayaman terkahir presiden Republik Indonesia pertama yakni Soekarno yang juga akrab dengan sebutan bung karno, juga memiliki banyak tempat yang tepat disinggahi untuk rekreasi keluarga ataupun bersantai sejenak melepas penat aktifitas sehari-hari, dan salah satu lokasi yang disuguhkan itu ialah wisata pantai Tambakrejo.

Pantai yang letaknya sekitar kurang lebih 30 kilometer dari blitar kota ini dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam perjalanan mobil, melewati perbukitan dan jalan yang berkelok-kelok, tingkungan tajam, tanjakan serta turunan curam membuat anda yang akan menuju pantai ini harus lebih berhati-hati untuk keamanan dan kenyamanan dalam berkendara hingga sampai di lokasi pantai yang berada di desa Tambakrejo kecamatan Wonotirto ini wilayah Blitar bagian selatan.

Adapun biaya yang harus anda keluarkan untuk memasuki lokasi Wisata Pantai Tambakrejo Kabupaten Blitar sangat terjangkau, tarif sesuai Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yakni:

1. Masuk Kawasan Wisata Pantai:

Page 8: DTW BLITAR 2

- Dewasa          Rp 3000,- /orang

- Anak-anak    Rp 2000,- /orang

- Rombongan Mendpat discount 15% (rombongan berjumlah minimal 25       orang)

2. Masuk Tempat Hiburan / Kesenian:

- Kesenian dan Sejenisnya                 Rp 5000,- /orang

- Hiburan Musik / Orkes Melayu     Rp 10.000,- /orang

3. Kendaraan Parkir dalam Kawasan Wisata

- Bus                            Rp 3000,- sekali parkir

- Minibus                   Rp 2000,- sekali parkir

- Sepeda Motor       Rp 1000,- sekali parkir

Wisata pantai yang dimiliki blitar juga termasuk indah pemandangannya, dengan hamparan pasir serta tebing karang di sisinya membuat pantai ini menjadi lebih indah. Di tepi pantai akan kita dapati banyak perahu nelayan yang bersandar karena di pantai ini juga terdapat tempat pelelangan ikan. Anda yang sedang berkunjung di pantai ini bisa membawa oleh-oleh ikan segar yang bisa anda dapat langsung dari TPI setempat, di sekitar pantai juga terdapat para penjual ikan yang di asap dengan harga yang bervariatif mulai Rp 2000,- per tusuk yang juga bisa anda nikmati langsung di lokasi sambil menikmati suasana pantai.

Namun anda harus berhati-hati jika bermain di laut pantai ini, karena pantai tambakrejo yang berlokasi di sisi selatan pulau jawa memiliki karakter ombak yang tergolong besar sehingga sering kali didapati ada korban yang terserat arus. Maka ada baiknya anda tidak terlalu bermain air ke tengah laut atau bermain saat ombak sedang ganas.

Wisata Pantai Tambakarejo ini sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, perbaikan dan penambahan infrastruktur akan membuat pantai ini semakin lebih indah, tak lupa bagi para pengunjung serta warga sekitar juga harus turut menjaga kebersihan pantai dari sampah yang berserakan agar alam pantai ini tetap

Page 9: DTW BLITAR 2

terjaga. Anda berminat mengunjungi pantai ini silahkan anda langsung ke lokasi terutama bagi anda yang suka berwisata di pantai terutama anda yang lokasinya dekat dengan pantai ini.

foto-foto terkait:

Ikan Asap

Page 10: DTW BLITAR 2

Suasana sekitar pantai

Salah satu sisi Pantai Tambakrejo

Cekungan yang membentuk semacam teluk pantai

Page 11: DTW BLITAR 2

Info Tarif

Gerbang Masuk Desa Tambakrejo

Page 12: DTW BLITAR 2

Petunjuk Arah

Share this:•

Pantai Serang

Pantai Serang merupakan pantai yang terletak di pesisir Samudra Hindia, tepatnya berada di desa Serang, kecamatan Panggungrejo, kurang lebih

Page 13: DTW BLITAR 2

45 Km arah barat daya kota Blitar.

Sama seperti kebanyakan pantai di Blitar, pantai Serangpun menjadi pantai yang dipakai untuk ritual tradisional Larung Saji saat tanggal 1 Suro. Pantai Serang merupakan satu komplek pantai yang terdiri dari 3 kawasan. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras. Dahulu di sekitar pantai ini dipenuhi oleh batu-batuan putih yang indah, warga sekitar menyebutnya dengan batu Lintang karena model batunya yang putih berkilauan.

Sebenarnya ada 3 pantai dalam komplek kawasan wisata ini, selain pantai utama tempat diadakannya upacara larung saji, bila kita menelusuri jalan setapak yang melintasi bukit disebelah barat maka akan sampai pada pantai ke dua dengan pasir putih yang tidak terlalu luas bila dibandingkan dengan pantai yang pertama.

Bila perjalanan diteruskan menyusuri jalan setapak ke arah barat, setelah mendaki bukit yang tidak begitu terjal, maka akan sampai pada pantai ke tiga dan paling luas diantara pantai-pantai sebelumnya dengan hamparan pasir putih yang yang indah dengan jarak lebih dari 5 km yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras.

Pantai Serang, Kabupaten BlitarPosted on May 31, 2013by Pusaka Jawatimuran

Pantai Serang, Blitar Simpan Harta Karun Jepang

Pantai Serang, Blitar, ternyata menyimpan banyak

Page 14: DTW BLITAR 2

misteri. Selain sering menelan korban dan dipercaya sebagai tempat hilangnya Supriyadi, Pahlawan PETA. di sini juga terdapat goa yang dikenal sebagai peninggalan Jepang dan diduga menyimpan harta karun.

Goa itu hanya berjarak sekitar satu kilometer dari bibir Pantai Serang, Kecamatan Panggungrejo, Blitar, ke perbukitan. Saat LIBERTI mengunjungi goa ini, sebagian goa sudah tertutup oleh tanah berpasir yang masuk akibat terbawa arus air laut saat pasang atau mungkin sebab lain. Sisa- sisa orang melakukan ritual masih jelas terlihat di beberapa sudutnya.

Jika di tempat lain orang biasanya mengunjungi sebuah goa untuk rekreasi, ritual mengasah ilmu supranatural, mencari wisik, di goa ini yang datang justru ingin memburu harta karun. Harta karun yang konon berupa emas batangan itu dipercaya adalah peninggalan tentara Jepang. Jepang memilih goa-goa sebagai tempat pertahanan terakhirnya setelah ada kabar tentara Sekutu berhasil mengalahkannya di beberapa wilayah jajahannya.

Page 15: DTW BLITAR 2

Sebagai persiapan tentu saja tentara Jepang menyimpan barang-barang berharganya, mulai dari persenjataan, persediaan makanan, dan emas sebagai logam mulia yang mempunyai nilai tukar sangat tinggi. Namun, tak jelas sebabnya konon menurut cerita masyarakat setempat, goa itu terkena longsoran sehingga menutupi sebagian permukaan goa yang sebenarnya dalam tersebut. Cerita lain juga menyebutkan bahwa goa itu tertutup akibat adanya air pasang yang sempat melanda pantai itu.

Perlu diketahui bahwa saat ramai-ramai tsunami, tempat ini juga tak luput dari bencana alam yang mengerikan itu, meski tidak sedahsyat di Aceh. Pada saat berada di tempat persembunyiannya itulah diduga ada bencana alam sehingga mengubur tentara Jepang dan harta bendanya.

“Saya beberapa kali didatangi orang-orang dari jauh-jauh yang minta di antar ke goa ini. Sebagai seorang jurukunci Pantai Serang yang dianggakat

Page 16: DTW BLITAR 2

resmi oleh Keraton Ngayogyakarta, tentu saja dengan rela saya mengantarkannya, sebab itu sudah menjadi pekerjaan saya,” ujar Mbah Saelan, jurukunci Pantai Serang yang mengantar LIBERTY ke lokasi.

Kepada para tamunya, Mbah Saelan menceritakan sebatas yang diketahuinya. Kalau ditanya soal, benarkah di Goa Jepang ada harta karunnya, Mbah Saelan menjawab hal itu mungkin saja benar. Sebab, cerita dan faktanya memang goa tersebut pernah ditempati tentara Jepang. Namun, harta karun itu kemungkinan- nya juga sudah tidak bisa nampak oleh mata awam meski telah diadakan penggalian. Hal ini disebabkan jika harta karun itu sudah dikuasai oleh mahkluk halus yang mendiam i tempat tersebut. Untuk mengambilnya, menurut Mbah Saelan dibutuhkan keahlian khusus dan tentu saja tidak sembarang orang bisa melakukannya.

“Kalau diminta ngantar ke goa ini, saya ya mengantar saja. Tidak sampai turut campur soal pengambilan harta karun itu. Soa berhasil dan tidaknya orang-orang yang berusaha mengambil harta karun itu, saya tidak tahu-menahu,” imbuhnya. Pantai Serang sendiri menurut pengamatan LIBERTY, merupakan pantai yang cukup indah.

Pantai yang terletak kurang lebih 45 km di arah barat daya Kota Blitar ini memiliki pasir putih yang jarang dimiliki pantai lain. Pantai yang terletak di pesisir Samudra Hindia ini sebenarnya terdiri atas 3

Page 17: DTW BLITAR 2

komplek pantai. Selain pantai utama yang bila 1 Sura selalu diadakan upacara larung saji, di arah barat melintasi bukit terdapat pantai ke dua dengan pasir putih yang tidak terlalu luas bila dibandingkan dengan pantai yang pertama. Sayangnya, di pasir-pasir putih itu banyak berser- akan sampah-sampah sehingga cukup mengganggu pemandangan.

Lebih ke barat lagi terdapat pantai ketiga yang lebih luas dari kedua pantai sebelumnya. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang landai dengan ombak yang tidak begitu deras. Dahulu di sekitar pantai ini dipenuhi oleh batu-batuan putih yang indah orang menyebutnya dengan batu Lintang karena model batunya yang putih berkilauan, akan tetapi saat ini batu-batuan tersebut telah dieksplorasi karena nilainya yang mengiurkan.

Di tepi pantai (lebih kurang 20 meter dari bibir pantai) terdapat perkampungan nelayan yang apit oleh bukit di kanan dan kirinya. Tak jauh dari perkampungan nelayan terdapat tempat kapal-kapal nelayan yang bersandar. Di samping kiri teluk ini terdapat bukit karang yang biasanya digunakan sebagai tempat memancing ikan oleh penghobi mancing. Di daerah ini juga banyak nelayan pencari lobster tradisional dengan menggunakan peralatan sederhana yaitu selang yang panjang sebagai alat untuk membantu pernafasan ketika menyelam menangkap lobster yang menempel di karang dasar laut.

Lebih lanjut Mbah Saelan, mengungkapkan bahwa

Page 18: DTW BLITAR 2

harta karun itu vkemungkinan sudah dikuasai mahkluk h’alus anak buah Gusti Kenjeng Ratu Kidul. Menurutnya, Gusti Kanjeng Ratu Kidul tidak mempunyai sifat yang jahat. Bahkan, ia bisa dibilang suka menoiong bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Jika ingin mengambil harta karun itu, tentu saja ritual persembahannya harus dila- kukan pada Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Setiap 1 Suro, di pantai Serang biasanya selalu digelar upacara Larung Sesaji. Yang dilarung adalah berupa kepala sapi, kerbau atau kepala kambing. Sesaji lainnya adalah berupa takir clothang, nogo rojo, tumpeng emas, jarin arang-arang kembang dan kelapa gading. Di antara sesaji itu, ada yang dikhususkan untuk Gusti Kanjeng Ratu Kidul, juga ditujukan kepada Joko Clothang, yang dianggap masyarakat setempat sebagai anak Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Menurut Mbah Saelan, sesaji itu bisa berubah setiap tahunnya, tergantung dana yang dimiliki penduduk Desa Serang.

“Untuk sesaji yang lain setiap tahunnya selalu sama, yang beda hanya kepala sapi atau kambingnya. Jika ada dana, kami biasanya mengunakan kepala sapi, tapi jika tidak kami cukup mengunakan. kepala kambing,” ungkapnya.

Tujuan dari larung ini adalah memohon keselamatan pada Tuhan YME, agar penduduk setempat dijauhkan dari segala marabahaya dan kemudahan dalam mencari rejeki. Bagi para nelayan misalnya, tentu agar hasil tangkapan mereka menjadi banyak lagi.

Page 19: DTW BLITAR 2

Beberapa hari sebelum prosesi Larung Sesaji dilakukan, Mbah Saelan sudah melakukan berbagai rangkaian ritual. Mulai meditasi, puasa, hingga melekan dalam malam-malam tertentu. Pada saat beberapa hari sebelum larung tersebut, Mbah Saelan mengaku tak jarang mendapatkan wisik. Wisik itu biasanya disampai oleh dua orang perempuan yang menurut Mbah Saelan adalah para abdi dalem Gusti Kanjeng Ratu Kidul. Isi dalam wisik itu bisa berupa kejadian atau peristiwa yang akan terjadi di sekitar pantai Serang atau yang lebih luas meliputi negeri ini. Namun, wisik terkadang tidak datang juga jika kondisi dalam keadaan aman-aman saja. *RUD

Wisata Pantai Serang di Kecamatan Panggungrejo Kabupaten BlitarWawan Pesek Dec 6th, 2013 0 CommentPlesir.co, Blitar – Ada pantai cantik lagi nieh, yaitu Pantai Serang yang terletak di kabupaten Blitar desa Serang kecamatan Panggungrejo, untuk jarak tempuhnya sekitar 40km dari pusat kota Blitar. Setiap bulan Suro pantai ini juga biasa dibuat tempat upacara, dipantai ini juga tempat untuk memperkirakan tanggal 1 Ramadhan dan tanggal 1 Hari Raya Idul Fitri.

Pantai Serang Blitar

Page 20: DTW BLITAR 2

Pantai Serang merupakan pantai yang indah dan alami, dimana terlihat pasir putih yang membentang luas disepanjang pantai. Dipantai ini pengunjung bisa melakukan banyak hal seperti berenang, berjemur, memancing, berperahu dan lain-lain. Pantai Serang ini juga merupakan pantai yang terkenal di Kabupaten Blitar. jika anda berkunjung ke Pantai Serang maka anda akan mendapatkan pengalaman baru yang tak terlupakan. Jika berkunjung pas waktu bulan Suro maka, pengunjung bisa melihat upacara tradisional yang digelar setiap tahunya.

Pantai Serang yang IndahPantai ini juga memiliki ombak yang tak begitu besar serta memiliki hamparan pasir putih yang luas. Dahulu disekitar pantai ini terdapat bebatuan putih yang mengkilau, masyarakat biasa menyebutnya dengan batu lintang. Namun, batu lintang tersebut sudah tidak ada, sudah diexplorasi karena memilki nilai jual yang menggiurkan.

Ditepi pantai kurang lebih sekitar 20 meter terdapat perkampungan nelayan yang diapit oleh perbukitan kanan dan kiri. Tak jauh dengan perkampungan nelayan juga terdapat kapal-kapal nelayan yang bersandar untuk dibuat mencari ikan. Tak jauh juga dari kampung nelayan terdapat bukit karang, tempat ini sangat cocok untuk memancing. Didaerah ini juga banyak sekali nelayan pencari Lobster tradisional serta hanya menggunakan peralatan sederhana salah satunya ialah selang yang panjang, gunanya untuk bernapas ketika menyelam untuk mengambil Lobster yang menempel di karang dasar laut.

Wisata Ke Karang Bolong Pantai Serang

Rating: 90 out of 100, by 100 users

Page 21: DTW BLITAR 2

Pantai Serang di Blitar Jawa Timur : Wisata Ke Karang Bolong Pantai Serang : 6 Foto

Pesona Jawa Timur : Foto Wisata Ke Karang Bolong Pantai Serang diatas, adalah bagian info tentang Pantai Serang di Blitar Jawa Timur, yang dikelompokkan dalam Kategori Jawa Timur.

Ringkasan Artikel:Deburan ombak serta hamparan pasir putih di pantai ini menambah keeksotisan antai Serang. Banyak anak-anak kecil yng bermain istana pasir di pantai ini. Banyak juga pengunjung yang hanya sekedar berjalan-jalan di tepi pantai. Berjemur merupakan aktifitas rutin yng biasa dilakukan wisatawan yang mengunjungi pantai.

• Puri Santrian Resort

• santrian.com• Official Website Book direct and save!

Page 22: DTW BLITAR 2

• Paket wisata Jogja• ygeotour.com• Melayani paket wisata di Jogja dskt aman, nyaman, eksklusive,

priv tour

• Hotel di Bali• wego.co.id/bali• Bandingkan Tarif Hotel di Bali. Save Time, Pay Less, Travel

More.

Foto dari Pantai Serang di Blitar Jawa Timur diatas termasuk dalam: subjek pantai di banten, dan topik Pantai Serang, juga subjek pantai sepanjang jalan, bersama topik wisata pantai blitar, bersama subjek pantai cilegon, bersama posting wisata pantai bahari, juga artikel Wisata Pantai Serang, jadi jangan lupa untuk membaca artikel Pantai Serang di Blitar Jawa Timur untuk mendapatkan informasi lebih lengkap.

Pantai Jolosutro, Kabupaten BlitarPosted on June 5, 2013by Pusaka Jawatimuran

Page 23: DTW BLITAR 2

Blitar adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang keberadaanya di kawasan pesisir laut selatan, sebab itulah Kabupaten Blitar memiliki beberapa pantai yang indah bagian dari laut selatan.

Salah satunya adalah Pantai Jolosutro, pantai ini terletak di desa Ringenrejo, kecamatan Wates, Kabupaten Blitar. Jarak pantai ini sekitar 45 km dari kota Blitar.

Pantai Jolosutro, sesuai dengan keberadaannya pantai dikawasan laut selatan bisa dipastikan memiliki ombak laut selatan yang tinggi menggunung serta ganas.

Namun Pantai Jolosutro berada pada sebuah teluk kecil yang diapit perbukitan dengan garis pantainya yang panjang.

Page 24: DTW BLITAR 2

Sehingga menjadikan keganasan ombak laut selatan teredam dan  menjadi rendah, halus serta ramah, hal ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga, aman bagi anak –anak.

Pantai Jolosutro

Pantai Jolosutro berada di desa Ringenrejo, kecamatan Wates, berjarak sekitar 45 km dari kota Blitar. Pantai Jolosutro merupakan pantai bagian dari kawasan Laut pantai Selatan yang dominan memiliki ombak laut selatan yang besar dan sangat indah.

Pantai Jolosutro terletak di sebuah teluk kecil yang diapit perbukitan dengan garis pantainya yang panjang berpasir hitam. Sementara itu,

Page 25: DTW BLITAR 2

bagian tengah pantai menyimpan butiran pasir hitam yang serupa. Pantai Jolosutro sangat cocok untuk rekreasi keluarga, karena terdapat pemandangan alam yang sangat indah dan pasir yang sangat halus di sepanjang pantai. Air yang kebiruan dan angin laut yang menyapa para wisatawan juga menjadi bagian yang unik dari pantai ini.

Laut Selatan Blitar adalah salah satu kabupaten yang berada di area Laut Selatan, karena itu Blitar mempunyai beberapa pantai yang indah yang merupakan bagian dari Laut Selatan. Pantai-pantai yang indah tersebut antara lain; pantai Tambakrejo di kecamatan Wonotirto, pantai Serang di kecamatan Panggungrejo, Pantai Jolosutro di kecamatan Wates, Pantai Gayasan di kecamatan Bakung.

Panorama laut selatan sangat indah dan dan menarik para wisatawan baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Laut ini mempunyai ombak yang fantastik, matahari yang terbenam, dan matahari tenggelam yang indah. Banyak petualang laut yang mengagumi laut ini.

Pantai Jolosutro, Pantai Indah Mempesona di Kota BlitarWawan Pesek Dec 7th, 2013 0 CommentPlesir.co, Blitar – Jalan-jalan ke kota Blitar jangan sampai tidak mampir ke destinasi wisata yang satu ini yaitu pantai Jolosutro. Pantai ini memilki keindahan yang sangat luar biasa sekali, lokasinya di kota Blitar yang berada di area laut selatan ternyata juga mempunyai beberapa pantai wisata yang indah sekali diantaranya ialah pantai Tambakrejodi kec. Wonotirto, pantai Serang di kec. Panggungrejo, pantai Jolosutro di kec. Wates, dan pantai Gayasan di kec. Bakung.

Page 26: DTW BLITAR 2

Pantai JolosutroPantai Jolosutro merupakan pantai yang mempunyai pesona yang sangat luar biasa sekali. Dengan letaknya di Desa Ringenrejo kecamatan Wates, hanya berjarak sekitar 45km saja dari pusat kota Blitar. Pantai ini juga merupakan salah satu yang berada dilaut selatan serta memilki ombak yang besar.

Pantai ini berada di Teluk kecil yang diapit oleh perbukitan. Pantai ini juga sangat unik sekali karena pasirnya yang berwarna hitam. Pada saat liburan tiba Pantai Jolosutro akan ramai sekali dengan para pengunjung. Pantai ini juga sangat cocok sekali bila dijadikan tujuan tamasya bersama keluarga karena tempatnya yang indah, masih alami dan juga tenang.

Page 27: DTW BLITAR 2

Ombak Pantai JolosutroOmbak disepanjang pantai ini sangat besar, oleh karena itu wisatawan yang datang tidak boleh mandi disekitar pantai karena cukup berbahaya. Lautnya sendiri juga memberikan panorama yang indah dan bisa memberikan decak kagum para wisatawan yang datang kesana. Salah satu pemandangan yang dinanti-nantikan oleh para pengunjung yaitu matahari terbenam, karena memiliki pemandangan yang eksotis.

Bagi pengunjung yang ingin tinggal lebih lama di pantai ini, juga telah dipersiapkan penginapan yang ada disekitar pantai. Di sana juga tersedia warung, gazebo, dan parkir yang cukup luas bagi para wisatawan. Jadi pengunjung tak perlu cemas lagi jika ingin tinggal lebih lama lagi dipantai ini.

Menjaga Titah Kyai Pradah Posted: 17:15, April 6, 2009 by Redaksi EastJava Traveler

Page 28: DTW BLITAR 2

Untuk menjaga seluruh isi desa selamat dari marabahaya, warga Kabupaten Blitar kembali menggelar sebuah ritual budaya Siraman Gong Kyai Pradah.Ritual ini sudah berlangsung lama, dan bisa dibilang sudah ratusana tahun silam.

Bahkan pernah ada cerita kalau siraman gong tidak digelar, warga dari tiga desa di Blitar terjangkit penyakit aneh. Belum lagi dampak yang menyerang pada hasil bumi di desa-desa yang ada di sana.

“Karena itu ritual budaya ini masih berlangsung hingga saat ini, dan harus tetap dijaga nilai-nilai luhurnya,” papar Hery Nugroho, Bupati Blitar dihadapan ribuan orang yang hadir pada acara ini.

Page 29: DTW BLITAR 2

Siraman Gong Kyai Pradah diadakan di Alun-alun ibu kota eks Kawedanan Lodoyo yang terletak di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Mulai beberapa hari pelaksanaan siraman warga mulai sibuk mempersiapkan, bahkan tak ketinggalan pedagang-pedagang yang tak mau melewatkan momen ini, untuk berjualan di sekitar tempat acara.

Begitu populernya siraman Gong Kyai Pradah, membuat ribuan orang nampak mulai berduyun-duyun sejak pagi hari. Mereka tak hanya datang dari Kota Blitar dan sekitar saja. Melainkan ada yang sengaja datang dari luar kota. Kehadiran mereka bukan sekedar berharap berkah air siraman gong, namun ada yang memanfaatkan acara ini sebagai wisata budaya.

Seperti yang dikatakan Ratnawati, pengunjung asal Nganjuk pada EastJava Traveler, mungkin karena prosesi upacaranya yang begitu sakral dan menarik, sehingga sudah dua kali ini saya datang melihat siraman gong. “Di samping itu sekalian untuk mengajak keluarga rekreasi melihat tontonan unik ini,” imbuhnya.

Page 30: DTW BLITAR 2

Pelaksanaan Siraman Gong Kyai Pradah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa wisatawan. Karena itu dalam sambutannya, Hery Nugroho, Bupati Blitar berharap jika acara ini selain sebagai wujud pelestarian budaya tradisional. Juga bisa menjadi daya tarik wisata budaya di Kabupaten Blitar selain Candi Penataran.

Pusaka GongMenurut cerita sesepuh Desa Lodoyo, yang akrab disebut warga setempat dengan Mbah Palil. Gong Kyai Pradah merupakan sebuah senjata milik seorang prabu bernama Kyai Bicak dari Kerajaan Mataram Surakarta (Kartosuro). Lantas, atas hukuman dari ayah Sang Prabu, bernama Sri Paku Buwono I, datanglah Pangeran Prabu ke Lodoyo.

Saat Pangeran Prabu datang, kondisi wilayah Lodoyo tak hanya berupa hutan lebat, tapi juga masih wingit (angker). Bahkan banyak dihuni binatang buas. Pangeran Prabu kemudian membawa pusaka kerajaan berupa sebuah gong dan empat bendhe, yang kemudian disebut sebagai Gong Kyai Pradah atau Gong Kyai Bicak. Dengan tujuh kali memukul gong itu, binatang buas di sana bisa jinak, dan keangkeran Lodoyo berhasil ditaklukkan. Warga pun bisa hidup tentram.

Selang beberapa tahun kemudian, menjelang Kyai Bicak tutup usia. Dia berpesan pada istri keduanya, agar kelak senjata pusaka gong ini dijadikan pelindung warga Lodoyo dari marabahaya. Dan, harus dijaga kebersihannya dari segala

Page 31: DTW BLITAR 2

bentuk kotoran.

“Tolong pusaka ini selalu dimandikan setiap tanggal 12 Rabiul Awal,” begitu pesan Kyai Bicak pada sang istri kedua, seperti ditirukan Mbah Palil, 83 tahun.

Lalu menurut Mbah Palil lagi, mulai saat itulah istri kedua Kyai Bicak setiap tanggal 12 Rabiul Awal, membersihkan pusaka bersama pasukan-pasukan Lodoyo. Namun, kini waktu pelaksanaa terkadang diadakan saat sehari sebelum atau sesudah tanggal itu.

Cerita Mbah Palil ditambah apa yang dikatakan warga setempat, pernah suatu ketika pusaka ini tidak dibersihkan atau dimandikan. Akibatnya warga dari tiga dukuh di Lodoyo terjangkit wabah penyakit berbahaya. “Sampai seperti yang kita lakukan dan saksikan saat ini, tradisi ini tetap harus kita selenggarakan demi keselamatan seisi desa” ujar juru kunci makam Kyai Pradah itu.

SakralUntuk tetap menjalankan amanat, maka digelarlah prosesi siraman Gong Kyai Pradah. Menandai mulai berlangsung upacara sakral yang dilakukan sesepuh Desa Lodoyo bersama warga. Kirab pusaka dan penanaman kepala kambing.

Page 32: DTW BLITAR 2

Mentari Bumi Lodoyo masih belum sempurna menampakkan wujudnya. Warga mulai berdatangan dan berkumpul di depan tempat penyimpanan pusaka gong, dan makam Kyai Pradah. Mereka ada yang sengaja hadir untuk berziarah, atau memberi sesaji. Berdesak satu persatu orang berusaha menerobos masuk, mencari celah dari keamanan yang bertugas mengawal acara.

Tepat pukul 07.00 WIB, Mbah Palil dibantu beberapa panitia membawa keluar pusaka dan kepala kambing yang ditutupi kain putih. Mereka keluar dari sebuah ruangan penyimpanan pusaka, yang berukuran 3×4 meter persegi.

Diiringi penari jaranan, reyog, kebo-keboan, dan beberapa penabuh gong dan kempul. Mereka berjalan beriring membawa pusaka dan kepala kambing menuju Desa Dadapan, Kecamatan Lodoyo. Di sana kepala kambing ditanam di sebuah bangunan berukuran 2×2 meter persegi, lalu beberapa sesajian dari warga diletakan di dalam ruangan itu begitu saja.

Seperti yang dikatakan Moedjianto, Camat Sutojayan, kirab sesaji itu dihantar ke bangunan kecil di Desa Dadapan, karena pernah suatu ketika warga kita tidak memberikan sesaji pada leluhur. Tiba-tiba pusaka gong berpindah tempat, dari tempat penyimpanan di Alun-alun Lodoyo menuju Desa Dadapan.“Titik perpindahannya tepat berada di bangunan sempit itu,” ucap Moedjianto, sembari menunjuk bangunan yang digunakan menanam kepala kambing.

Upacara sakral warga sebagai wujud ungkapan syukur pada Sang Kuasa, dan pada arwah leluhur punggawa desa belum usai. Waktu menunjukan pukul 09.00 WIB, saatnya menjalankan puncak prosesi, siraman pusaka gong. Namun, sebelumnya pusaka Kyai Pradah dikirab sekali lagi mengelilingi Alun-alun Lodoyo. Warga bersorak, berdesak, dan berebut agar dapat menjamah pusaka atau untuk melihat dari dekat.

Page 33: DTW BLITAR 2

Setelah itu, Pusaka Kyai Pradah dibawa naik ke panggung permanen atau dikenal dengan istilah Ndalem Pasiraman. Ndalem itu berupa bangunan tinggi (seperti panggung) yang berada tepat di tengah Alun-alun Lodoyo. Di ndalem Pasiraman ini Gong Kyai Pradah dicuci atau dimandikan. Momen inilah yang ditunggu ribuan warga yang hadir.

Masyarakat rela saling berdesakan hanya untuk memperebutkan air, bunga setaman atau apa saja benda bekas untuk mencuci pusaka itu, yang sengaja dijatuhkan dari atas tempat siraman.

Mereka mempercayai jika barang-barang maupun airnya mempunyai tuah. Konon, bisa digunakan untuk mengobati penyakit serta dapat membuat awet muda.

Salah satu warga yang mempercayai hal itu adalah Sukinah, warga Desa Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Wanita berusia 59 tahun ini mengaku, setiap kali ritual ini dilaksanakan, dirinya selalu hadir dan ikut berebut air maupun benda-benda lain bekas untuk mencuci Pusaka Kyai pradah.

Menurutnya, selain membuat awet muda, benda-benda lainnya bekas mencuci pusaka seperti bunga setaman, jika disimpan di rumah akan memberi berkah, yakni memperlancar rejeki serta membuat rasa tentram dalam kehiduan rumah tangga.

“Seperti dalam kisah warga sini, pusaka ini dulu kan memiliki banyak keampuhan dalam menjaga seisi desa dari bahaya,” tuturnya.

Legenda Pusaka Gong Kyai Pradah, Kabupaten BlitarPosted on 2 Juni 2013by Pusaka Jawatimuran

Page 34: DTW BLITAR 2

Sejarah Mengenai Upacara Tradisional Siraman Gong Kyai Pradah / Pusaka Gong Kyai Pradah Di Kel. Kalipang Kec. Sutojayan Lodoyo Blitar

Tersebutlah dalam kisah, antara tahun 1704 – 1719 Masehi di Surakarta bertahtalah seorang Raja bemama SRI SUSUHUN AM PAKU BUWONO I. Raja ini mempunyai saudara tua yang lahir dari istri ampeyan (bukan Permaisuri) bernama PANGERAN PRABU.

Pada saat penobatan SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I sebagai Raja, hati PANGERAN PRABU sangat kecewa karena sebagai saudara tua PANGERAN PRABU tidak dinobatkan sebagai Raja di Surakarta sehingga timbullah keinginannya untuk membunuh SRI SUSUHUNAN PAKU BUWOONO I

Namun akhirnya keinginun PANGERAN PRABU tersebut tercium oleh SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I dan sebagai hukumannya PANGERAN PRABU diperintahkan untuk membuka hutan di daerah Lodoyo yang pada saat itu merupakan hutan yang sangat lebat yang dihuni oleh binatang – binatang buas serta hutan tersebut dianggap sebagai tempat yang sangat angker dimana banyak rokh – rokh jahat berkeliaran disana.

Hukuman yang diberikan oleh Raja SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO I kepada PANGERAN PRABU itu sebenarnya ialah agar PANGERAN PRABU menemui ajalnya di tempat hukuman karena dimakan oleh binatang – binatang

Page 35: DTW BLITAR 2

buas atau sebab – sebab lain yang bisa terjadi di hutan yang masih liar tersebut PANGERAN PRABU mengakui akan kesalahannya serta bersedia melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Raja yaitu membuka hutan di daerah Lodoyo.

Keberangkatannya diikuti oleh istrinya yaitu Putri WANDANSARI serta abdi kesayangannya bemama KI AMAT TARIMAN dengan membawa Pusaka berupa bende yang disebut Kyai Becak. Pusaka tersebut akan digunakan untuk tumbal hutan Lodoyo yang dianggap angker serta banyak dihuni oleh roh – roh jahat.

Menurut beberapa cerita bahwa bende Kyai Becak pernah digunakan oleh Demang Bocor untuk memadam- kan pemberontakan KI AGENG MANGIR seorang sakti yang tidak setia kepada Raja.

PANGERAN PRABU beserta pengikutnya berangkat dari Surakarta menuju kearah timur. Selang beberapa bulan mereka sampai di daerah Lodoyo.

Pertama – tama mereka datang di rumah seorang janda bemama NYI PARTASUTA di hutan Ngekul.

PANGERAN PRABU yang masih merasakan penderitaan dan kesedihan itu tidak lama tinggal di rumah janda NYI PARTASUTA dan ingin bertapa di hutan Pakel ( Wilayah Lodoyo bagian barat) dan untuk itu Pusaka Kyai Becak dititipkan kepada NYI PARTASUTA dengan pesan agar:

Page 36: DTW BLITAR 2

•Setiap tanggal 1 Syawal (bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri ) dan setiap tanggal 12 Rabiulawal ( bertepatan dengan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW) Pusaka tersebut harus dimandikan dengan air bunga setaman.

•Air bekas memandikan Pusaka tersebut dapat digunakan menyembuhkan penyakit serta dapat menentram kan hati bagi siapa yang mau meminumnya.

 

Pada suatu waktu KI AMAT TARIMAN sangat kebingungan karena terpisah dengan PANGERAN PRABU, sehingga akhirnya KI AMAT TARIMAN ingin mencoba membunyikan Gong Kyai Becak sebanyak tujuh kali dengan maksud agar apabila PANGERAN PRABU Mendengar bunyi bende / Gong tersebut tentu akan mencari kearah sumber suara itu.

Tetapi yang datang ternyata bukan PANGERAN PRABU seperti yang diharapkan namun beberapa ekor harimau besar. Anehnya harimau – harimau itu tidak mengganggu kepada KI AMAT TARIMAN bahkan memberikan petunjuk dimana PANGERAN PRABU berada sehingga Kyai Becak juga disebut Kyai Macan atau Kyai Pradah.

Di pesanggrahan hutan Pakel hati PANGERAN PRABU tetap tidak dapat tenang sehingga PANGERAN PRABU akan meninggalkan tempat itu namun pakaiannya tetap ditinggalkan di Padepokan hutan Pakel dan sampai sekarang tempat itu masih dikeramatkan oleh penduduk setempat dan

Page 37: DTW BLITAR 2

sekitarnya.

Dari Pesanggrahan Pakel PANGERAN PRABU menuju kearah barat namun tidak lama berselang mereka bertemu dengan para prajurit – prajurit utusan dari Kerajaan Surakarta yang akhimya timbul perselisihan dan terjadilah peperangan yang di menangkan oleh PANGERAN PRABU. Setelah keadaan dianggap aman PANGERAN PRABU masih menunggu di bukit Gelung kemungkinan masih ada perajurit Surakarta yang datang kembali.

Setelah dirasa sudah betul – betul aman PANGERAN PRABU melanjutkan perjalanannya menuju kearah barat yaitu kehutan Keluk yang sekarang di sebut Desa Ngrejo. Di tempat ini PANGERAN PRABU memangkas rambutnya  dan ditanam bersama – sama dengan mahkota kebangsawanannya. Tempat penanaman itu sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk setempat dan sekitarnya.

PANGERAN PRABU melanjutkan perjalannya menuju hutan Dawuhan. Di tempat itu PANGERAN PRABU membuka ladang pertanian dengan menanami padi Gaga. Namun karena tanahnya pusa sehingga tanaman padi Gaga tersebut tidak dapat dipanen dan akhirnya tempat itu diberi nama Gagawurung.

Dari Gagawurung PANGERAN PRABU melanjutkan perjalanan menuju kearah timur dan sampailah mereka di hutan Darungan. Di tempat ini istrinya

Page 38: DTW BLITAR 2

melahirkan seorang putra namun putra tersebut tidak berumur panjang karena meninggal dunia dan dimakamkan di gunung Pandan disebelah utara gunung bebek.

Perjalanan PANGERAN PRABU dilanjutkan lagi menuju kearah timur melewati Jegu dan sampailah di hutan Kedungwungu. Beberapa bulan di tempat ini NY I WANDANSARI akhimya mengalami hamil tua. Oleh PANGERAN PRABU, NYI WANDANSARI diajak naik ke gunung di Kaulon dan disinilah NYI WANDANSARI melahirkan putra kembar namun putra kembar tersebut juga tidak ber umur panjang dan meninggal dunia.

Semua itu karena tidak adanya piranti atau alat yang dapat digunakan untuk membantu dalam melahirkan anaknya. Sampai sekarang gunung tersebut di kenal dengan nama gunung Peranti.Sampai disini putuslah kisah PANGERAN PRABU dan tidak diketahui bagaimana kelanjutannya.

Kembali kepada janda NYI PARTASUTA dimana sepeninggal PANGERAN PRABU selalu melak- sanakan segala yang pernah dipesankan oleh PANGERAN PRABU kepadanya tentang Pusaka Kyai Becak. Setelah NYI PARTASUTA meninggal dunia, Pusaka Kyai Becak diserahkan kepada KI REDIBOYO di Ngekul.

Dari KI REDIBOYO, pusaka Kyai Becak diturunkan kepada KI DALANG REDIGUNO di Kepek. Dari KI

Page 39: DTW BLITAR 2

DALANG REDIGUNO Pusaka Kyai Becak diturunkan kepada KYAI IMAM SAMPURNA.

Pada suatu ketika, karena KYAI IMAM SAMPURNA dipanggil ke istana Surakarta, maka Pusaka Kyai Becak atau Kyai Pradah diserahkan kepada adiknya bemama KYAI IMAM SECO yang berdiam di Sukoanyar (sekarang disebut Desa Sukorejo), yang pada waktu itu menjabat sebagai wakil Pengulu di Blitar.

Pada tahun 1793 KYAI IMAM SECO meninggal dunia dan Kyai Pradah dirawat dan dipelihara oleh RadenRONGGOKERTAREJO dan ditempatkan di Desa Kalipang Lodoyo sampai sekarang. (pada waktu itu Sukoanyar masih berawa – rawa).

Bentuk Kyai Pradah berupa Gong (kempul) laras lima yang dahulu dibalut/ ditutup dengan sutera Pelangi / Cinde dan disamping itu masih ada juga beberapa wayang krucil, kecer dan beberapa benda lainnya.

Sampai sekarang pesan PANGE RAN PRABU untuk memelihara Pusaka Kyai Pradah tetap dilaksanakan dengan baik serta menjadi suatu Upacara Adat / Tradisional Siraman Pusaka Kyai Pradah setiap tanggal 1 Syawal dan setiap tgl. 12 Rabiulawal dan Upacara yang terakhir ini biasanya dikunjungi oleh puluhan ribu manusia baik dari dalam maupun luar daerah. Demikian sejarah ringkas Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo yang dikutip dari ceritera Babat Pusaka Kyai Pradah di Lodoyo menurut Serat Babat

Page 40: DTW BLITAR 2

Tanah Jawi. 

Upacara Tradisional Siraman Gong Kyai Pradah di Kabupaten Dati II Blitar Jawa Timur, Madiun, Cabang Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah T1ngkat I Jawa Timur di Madiun, 1995, hlm. 1-5

Pemandian Gong Kyai Pradah di Blitar RicuhRabu, 15 Januari 2014 - 16:03 wib | Robby Ridwan - Sindo TV

Share0

Tweet

0

0<a href="[innity]http://bs.serving-sys.com/BurstingPipe/adServer.bs?cn=brd&FlightID=9500294&Page=&PluID=0&Pos=1101163509" target="_blank"><img src="http://bs.serving-sys.com/BurstingPipe/adServer.bs?cn=bsr&FlightID=9500294&Page=&PluID=0&Pos=1101163509" border=0 width=160 height=600></a>

Page 41: DTW BLITAR 2

BLITAR - Aksi rebutan tumpeng dan air pemandian gong Kyai Pradah di Lapangan Ludoya, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, berlangsung ricuh. Seorang lansia pingsan karena terinjak-injak, dan seorang anak perempuan menangis lantaran terjepit saat diajak ibunya berebut tumpeng.Berdasarkan pantauan, lansia bernama Supandi yang sudah berusia 70 tahun jatuh pingsan karena tidak kuat menahan desakan dari warga lain. Panitia langsung  mengevakuasi Supandi yang sudah berada di lokasi sejak kemarin. Dia menyakini, tumpeng dan air pemandian gong tersebut bisa menyembuhkan penyakit yang dideritanya.Hal serupa juga dialami putri dari Katminiasih. Dia mengaku terpaksa mengajak putrinya berebut tumpeng karena tidak ada yang menjaganya di rumah. “Penyakit akan sembuh bila makan dari tumpeng hajantan gong Kyai Pradah,” ujar Katminiasih, Rabu (15/1/2014).Tidak hanya tumpeng, air yang digunakan untuk membasuh gong pun jadi rebutan warga. Dengan berbagai alat, warga berusaha mendapatkan air tersebut dengan menggunakan ember dan botol air mineral. Warga meyakini, air dan sisa-sisa bunga yang digunakan untuk memandikan gong bisa membuat seseorang awet muda dan panjang umur.Sementara itu, Bupati Blitar, Herry Nugroho, mengatakan acara pemandian gong salah satu bentuk wisata di kabupaten tersebut. Dia juga meyakini, pemandian gong setiap bulan maulud bisa menolak bala atau petaka bagi warga. Sebelum dimandikan, gong diarak keliling Lapangan Ludoyo dengan diiringi kesenian jaranan. Gong

Page 42: DTW BLITAR 2

Kyai Pradah merupakan pusaka Randen Mas Said atau Pangeran Mangkunegoro I dari Kertosuro. (Robby Ridwan/Sindo TV/ris)

Siraman Gong Pusaka Tanah Lodoyo

Sebuah persembahan turun temurun masyarakat lokal kepada tetua pembabat alas tanah kelahiran. Pada sebuah ruang sempit yang pengap akan asap dupa, seorang Ibu setengah baya tiba-tiba pingsan, kemudian kesurupan setelah merapalkan doa-doa dengan cepat. Seorang kerabat menenangkannya, badannya masih terlentang, tapi mulutnya tetap komat-kamit. Masih di ruang yang sama, di sudut yang lain, tiga orang tokoh adat yang berada diantara nyala dupa dan bunga persembahan, tetap duduk tenang. Ibu tadi masih tak sadarkan diri, hanya mulutnya yang terus berucap dengan kata-kata yang tidak jelas. "Tanah Lodoyo gemah ripah loh jinawi, aman sentosa, aman sentosa!", ucap ibu tadi dengan suara parau berkali-kali sambil badan dan tangannya terus bergetar."Beliau tadi dirasuki mbah Kyai Pradah. Mbah kyai Pradah ingin menyampaikan sesuatu," rekannya berusaha menjelaskan. Lampu ruangan tetap redup, namun asap dupa nampaknya kian menebal, membuat saya sesekali tersedak. Di luar

Page 43: DTW BLITAR 2

ruangan yang sempit, yang sekaligus merupakan tempat penyimpanan gong pusaka itu, telah mengantri ratusan peziarah yang ingin masuk dan meminta doa.Gong pusaka, yang disimpan di dalam sebuah ruangan rumah panggung di samping alun-alun Lodoyo, Kabupaten Blitar Jawa Timur itu dianggap oleh sebagian besar masyarakat sekitar sebagai benda keramat. Mengutip dari Ceritera Serat Babat Tanah Jawi, benda yang bernama Gong Kyai Pradah tersebut adalah benda pusaka milik Pangeran Prabu yang merupakan pendiri tanah Lodoyo, sebuah daerah sebelah selatan Kota Blitar.Maka atas rasa hormat masyarakat yang tinggi terhadap Pangeran Prabu dan benda pusakanya, Gong Kyai Pradah, dilakukanlah tradisi siraman setahun dua kali, berdasarkan perhitungan kalender Jawa yaitu setiap tanggal 12 Mulud dan tanggal 1 Sawal. Penentuan tanggal pelaksanaan tersebut berdasarkan pesan dari Pangeran Prabu yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerusnya.Masyarakat sekitar meyakini bahwa, jika berhasil meminum, membawa pulang, maupun membasuhkan bekas air cucian ke wajah akan mendatangkan kesehatan, awet muda, serta kebahagiaan. Saya kemudian baru sadar, kalau alun-alun tempat akan dilangsungkannya prosesi pencucian gong sudah didatangi ratusan, bahkan ribuan warga yang bersesakan sejak pagi.Matahari masih jauh dari tegak lurus, beberapa menit lagi memasuki pukul 10.00. Memang, pagi belum lama beranjak, namun pakaian saya sudah setengah basah dimandikan keringat dan atmosfer yang memanas. Langgam Jawa yang sedari tadi dinyanyikan sekelompok perempuan cantik berbusana tradisional kini mulai dihentikan. Itu berarti pasukan yang mengarak Gong Kyai Pradah keliling kampung hampir tiba di alun-alun utama untuk melalukan penyiraman, pencucian, penyucian. Tanpa dikomando, masyarakat seperti terhipnotis untuk berdesak-desakan mencari celah terdekat untuk melihat gong. beberapa pemuda dengan semangat memanjat pagar besi, anak-anak berlarian membawa botol kosong, sementara seorang Ibu juga terlihat ingin masuk ke kerumunan dengan memegang sebuah gayung. Bagi mereka yang meyakini, saya percaya, sesi berebut air bekas pencucian gong menjadi euforia tersendiri.lebih lengkapnya bisa anda baca di majalah media wisata edisi 8 yang bisa anda dapatkan di gramedia dan toko buku terdekat di kota anda

disi Spesial: Wisata Waduk Blitar

Page 44: DTW BLITAR 2

JULI 24, 2012 3 KOMENTARBanyaknya sungai-sungai besar yang melintasi Blitar mengakibatkan kawasan ini memiliki beberapa waduk buatan/ bendungan. Tidak hanya waduk-waduk yang memanfaatkan aliran sungai-sungai besar seperti Brantas dan Lekso, tetapi juga waduk-waduk yang berhulu dari pegunungan. Seperti apakah rupa waduk-waduk tersebut?? Berikut ulasannya.Bendungan Lahor

Objek wisata Bendungan Lahor mulai ada bersamaan dengan dibangunnya bendungan Karang Kates. Objek wisata ini merupakan bagian atau sisi lain dari bendungan Karang Kates. Lokasi bendungan terletak diantara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Ngreco, Kecamatan Selorejo. Letaknya sangat strategis karena dilalui jalan pintas yang menghubungkan Blitar dan Malang.

Page 45: DTW BLITAR 2
Page 46: DTW BLITAR 2

Pemandangan alam berupa panorama perbukitan dengan vegetasi hutan pinus yang diselang-seling tetumbuhan pertanian memberikan sensasi tersendiri bagi siapapun yang melintasi bendungan ini.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Wlingi Raya

Page 47: DTW BLITAR 2

Bendungan Wlingi Raya atau dikenal dengan bendungan Tumpang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Talun. Bendungan ini mulai dibangun tahun 1981 dan selesai tahun 1985, berfungsi untuk keperluan pengairan. Permukaan air di bendungan ini sering mengalami fluktuasi tergantung dari pasokan dan kebutuhan air untuk pengairan sawah bagian hilir.

Page 48: DTW BLITAR 2
Page 49: DTW BLITAR 2

Dipinggir lokasi bendungan Wlingi Raya terdapat taman rekreasi yang disediakan bagi pengunjung yang datang. Dari taman tersebut pengunjung dapat menikmati panorama bendungan sambil bercengkrama maupun berekreasi keluarga.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Serut

Page 50: DTW BLITAR 2

Bendungan Serut terletak di Desa Gogodesa, Kecamatan Kanigoro. Bendungan ini direncanakan untuk menggarakkan turbin generator yang mensuplai listrik kawasan Jawa-Bali. Disamping itu, fungsi bendungan ini adalah menaikkan tingkat muka air untuk kepentingan irigasi.

Seperti halnya bendungan Wlingi Raya dan Lahor, bendungan Serut juga dilengkapi dengan taman rekreasi yang lengkap. Fasilitas yang dapat dijumpai di taman tersebut antara lain gazebo, taman bermain anak, kolam renang, dan panggung hiburan.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Nyunyur

Bendungan Nyuyur merupakan bangunan tanggul pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) yang digunakan untuk kepentingan irigasi, namun tidak menutup kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata air. Bendungan ini terletak di Desa Soso, Kecamatan Gandusari dengan luas areal   3 ha dan kedalaman dasar sungai dari permukaan bendungan sekitar 5m.

Page 51: DTW BLITAR 2

Panorama alam di bendungan Nyunyur sangatlah indah. Jika cuaca cerah, pengunjung dapat melihat puncak Gunung Kelud dan Kawi.————————————————————————————————————

——————————-Waduk Ngusri

Waduk Ngusri merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari. Waduk ini dibuat untuk mengairi perkebunan dan persawahan yang ada di sekitarnya. Jika terjadi musim penghujan berkepanjangan Waduk Ngusri berfungsi untuk mengendalikan aliran sungai, dan jika terjadi musim kemarau waduk difungsikan sebagai sumber air cadangan.

Page 52: DTW BLITAR 2

Daftar tinggalan Benda Cagar Budaya BlitarSEPTEMBER 1, 2012 | HENNYPUJI

Prasasti BesoleKecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa TimurPrasasti

Situs KademanganDesa Kademanagan Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timurbatu candi

Kekunaan JimbeDesa Jimbe, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.arca yoni, umpang dan beberapa batu candi.

Candi SimpingDesa Sumberjati, kecamatan kademangan, Kabupaten Blitar, jawa Timur.Arca, reruntuhan candi, kala, relief

Situs BesoleDusun Besole, Desa Darungan, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Pondasi candi

Situs Borokecamatan selorejo, kabupaten Blitar, Jawa Timur

Situs Jarangankecamatan selorejo, kabupaten Blitar, Jawa Timur

Situs Rondo Kuningkecamatan selorejo, kabupaten Blitar, Jawa Timur

Page 53: DTW BLITAR 2

Situs Selorejokecamatan selorejo, kabupaten Blitar, Jawa Timur

Situs Jago Pohgajihdesa Pohgajih, kecamatan selorejo, kabupaten Blitar, Jawa Timur.arca nandi, makara dan beberapa komponen arca yang kini sudah susah dikenali.

Situs NgrecoDesa Ngreco, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Lingga, yoni, arca

Prasasti Padlegan I-IIKecamatan Wonodadi, Kabupaten BlitarPrasasti

Situs KunirKecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitarrelief berangka tahun 1102 S

Situs Petilasan Angling DharmaPasar Gambar, Desa Wonodadi, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.batu bata dengan sebuah lumping

Situs Kedungwungudesa kedungwungu, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar

Situs SelokajangDesa Selokajang, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Arca dan kala

Kekunaan Mleridesa bagelenen, Kecamatan srengat, kabupaten Blitar Jawa Timur.Arca, yoni, relief, kala dan beberapa batu candi

Page 54: DTW BLITAR 2

Pertapaan Sri KilisuciDesa Bagelenen, Kecamatan Srengat, kabupaten Blitar Jawa Timur.Batu candi

Situs Ngemplakdesa bagelenen, Kecamatan srengat, kabupaten Blitar Jawa Timur.Penemuan genting dan ubin kuno yang kini telah di kubur kembali

Situs CobantengDusun Krajan dan Dusun Cobanteng, Desa Ngaglik, Kecamatan srengat, kabupaten Blitarbertuliskah huruf Saka 1259 (1337 Masehi), batu candi, umpak, fragmen arca dan arca binatang serta relief sudut bangunan.

Situs Kantor Imigrasi Srengatkantor imigrasi, kecamatan Sengat Kabupaten BlitarLesung batu ini memiliki ukiran dan juga sebuah prasasti yang melingkari tubuh batu.

Candi KalicilikDesa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa TimurCandi yang terbuat dari batu bata

Candi SumbernanasDusun Rejoso, Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Jawa Timur.Candi yang terbuat dari batu bata

Makam Maling AgunoDusun Prambutan, Desa Kawedusan, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.Batu candi yang dibuat pondasi makam

Candi Ringin AnyarDusun Ringinjejer, Desa Ringinanyar, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar., Jawa Timur.Reruntuhan candi

Page 55: DTW BLITAR 2

Situs Kedung wringin (Sumberingin)kecamatan Sanan Kulon Kabupaten Blitan Jawa Timur

Prasasti TuliskriyoDesa tuliskriyo, kecamatan Sanan Kulon Kabupaten Blitan Jawa TimurPrasasti tuliskriyo beangka tahun 1124 S

Arca Borokecamatan Sanan Kulon Kabupaten Blitan Jawa Timurarca ganesa berbventuk kala

Situs Sumber BuntungDusun Sumberbuntung, Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Arca dari terakota dan yoni

Situs Parthitaan Jedingdesa jeding, kecamatan sanankulon, kabupaten blitar, jawa timurpetirtaan kuno yang terbuat dari batu bata

Situs SwangsangTPU Swangsang, Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar.beberapa batu bata kuno, batu candi, perapih dan umpak.

Situs Gedogkelurahan Gedog, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitarkala dan yoni

Situs Makam GebangSitus Makam berada di Dukuh Gebang, Kelurahan Sanan Wetan, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar.

Prasasti Karang TengahPrasasti Karang Tengah berada Dukuh Karanglo, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar. (sekarang berada di

Page 56: DTW BLITAR 2

DINPARBUD Kota Blitar)

Situs PalunganDukuh Karang Tengah, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar. (Belakang STIKIP PGRI Blitar)

Situs Makam Mbah BonengDukuh Karang Tengah, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar. (Belakang STIKIP PGRI Blitar)

Situs Mbah SoloDukuh Sanan Wetan, Kelurahan Sanan Wetan, Kecamatan Sananwetan, Kodya Blitar.

Pendopo Blitar (Kompleks Rumah DInas Bupati Blitar)Dukuh Kepanjen Lor, Kelurahan Kepanjen Kidul, Kecamatan Kepanjen Kidul kota blitar.Arca dan prasasti

Pesanggrahan DjojodigdanJl. Melati no 43. Pusat Kota Blitar,Arca singa dan arca nandi

Situs Tanggungdukuh Tanggung, Kelurahan Tanggung kota blitar.Arca

Situs SentrenDukuh Santren Kelurahan Tanggung, Kota Blitar.lingga, balok batu andesit, antefix, batu bata kuno yang berserakan, dan lumpang

Situs Sawah RecoDusun Santren, Kelurahan Tanggung, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kodya Blitar.bata kuno dan yoni.

Page 57: DTW BLITAR 2

Situs LumpangLapangan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul, kota blitarLumpang

Situs Makam Mbah BendoKelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul, kota blitar

Situs Sumber UdelWater Park Sumber Udel Dukuh Sangut, Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul, kota blitar

Situs Arca Stasiun BlitarStasiun Blitar Kelurahan Kepanjen Kidul, Kecamatan Kepanjen Kidul, kota blitararca

Situs Makam GantungDusun Kampung Baru, Kelurahan Kepanjen Kidul, Kecamatan Kepanjen Kidul, kota blitar

Candi Jatimalangdusun jatimalang, kelurahan sentul, kota blitar, kabupaten Blitar, Jawa Timur.Komponen miniature candi dan prasasti

Situs Bangsridusun bangsri, kelurahan sentul, kota blitar, kabupaten Blitar, Jawa Timur.Arca

Situs BendoWater Park Sumber Udel Kelurahan Bendo, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitarlingga semu, batu candi, beberapa lumpang, dan batu bata kuno.

Situs BaderanDukuh Baderan Kelurahan Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota

Page 58: DTW BLITAR 2

Blitar.lumpang batu besar dan altar persajian yang terletak di pemakaman umum Bendo.

Situs TanggungJalan Ciliwung timur. desaTanggung Kec. kepanjen Kidul, Kota BlitarArca

Situs Aryo Blitardesa Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.Batu candi

Situs Makam TilaraTPU Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.Batu candi

Situs DimoroKali Lahar, Dukuh Dimoro, Kelurahan Kauman, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.Jaladwara

Situs TanjungsariDukuh Tanjungsari, Kelurahan Kauman, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.

Situs BlitarDusun Blitar, Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.Arca Dwarapala dan Umpak,

Situs Makam Mbah Barat KetigoDukuh Balapan, Kelurahan Turi, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.

Situs Stasiun Kota Blitarstasiun Blitararca

Kecamatan Kesamben, Blitar

Page 59: DTW BLITAR 2

Prasasti berangka tahun 1270 M

Candi SelotumpukKecamatan Kesamben, Blitar

Situs TepasKecamatan Kesamben, Blitar

Koleksi Arca TapakrejoDesa tapakrejo, Kecamatan Kesamben, BlitarArca

Koleksi Arca SanggrahanKecamatan Kesamben, Blitararca

Situs BrongkosKecamatan Kesamben, Blitar

Prasasti GogonitiKecamatan Kesamben, Blitar

Prasasti Gunung NyamilGunung Nyamil Desa Ngeni, Kecamatan WonotirtoPrasasti di yang berbahan dasar dari batu gamping berangka tahun 1210 Saka (1288 Masehi)

Prasasti KinwuKecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa TimurParsasti berangka tahun 90 M

Situs SelobaleDesa Selobale Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur

Situs KrencengDesaKrenceng, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur

Page 60: DTW BLITAR 2

Situs BangsriDesa Bangsri,Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur

Kompleks Candi PanataranDesa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur.Candi, arca dan umpak

Prasasti PalahDesa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur.Prasasti berangka tahun 1119 sama(1197 M)

Petirtaan PenataranDesa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar, Jawa Timur.Peturtaan berelief

Arca WarakDesa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Arca dan yoni

Situs Mondangandidekat kantor kepala desa modangan, nglengok kabupaten blitar,batu candid an prasasti

Situs BalaikembangDesa Modangan, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.36 umpak dalah satunya mempunyai prasasti berangka tahun1278 Saka

Candi Gambar WetanDesa Gambar, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Candi, yoni dan arca dwarapal

Situs Palulodesa palulo, kecamatan nglegok, kabupaten Blitar, Jawa Timur.2 yoni

Situs DayuDusun Dayu, Desa Dayu, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Page 61: DTW BLITAR 2

MasyarakatArca

Situs JiwutDusun Lumbung, desa jiwut desa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.Batu candi

Situs KlampokDusun Lumbung, desa jiwut di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.balok batu bata kuno, umpak, arca ganesa dan lumpang

Situs Mabah CandiDesa Penataran, Kecamatan Nglegok Kabupaten BlitarArca

Prasasti BangleDesa Bangle, Kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar, Jawa Timur.Prasasti

Candi SawentarDesa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, kabupaten Blitar, Jawa Timur.Candi utuh dan yoni

Candi Sawentar KidulDukuh Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Candi berelief dan miniature candi

Kelompok Arca GaprangDesa Gaprang, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar Jawa TimurArca Situs Mbah BodhoDesa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Arca

Page 62: DTW BLITAR 2

Situs kuninganDusun Kuningan, Desa Kuningan, Kecamatan Kanigoro2 yoni

Situs Mbah RecoDusun Jatinom, Desa Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.tiga buah arca,

Prasasti Pesarean Mbah Magutodusun sawahan, desa satriyan, kecamatan kanigoro, kabupaten blitar, Jawa Timur.Prasasti dan komponen kepala arca

Pesanggrahan Mbah Budhadusun sentanan, desa bangle, kecamatan kanigoro, kabupaten blitar, Jawa Timurbatu candi

Prasasti Ganesa Karang RejoDesa karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten BlitarArca ganesa berprasasti berangka tahun 1134 M

Situs CombingDesa Combing, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar

Situs SlorokKecamatan Garum, Kabupaten BlitarArca nandi berprasasti berangka tahun 1475 M

Situs CombongDukuh Combong, Desa Garum, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.lingga

Candi PlumbanganDesa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kebupaten Blitar, Jawa Timur.

Page 63: DTW BLITAR 2

Yoni dan Candi berbentuk gapura

Situs ResepomboDesa Resepombo, Kecamatan Doko, Kebupaten Blitar, Jawa Timur.menhir

Situs PundensariDesa Resapombo, Kecamatan Doko Kabupaten Blitar.Batu candi

Situs SuruDesa Suru, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.Batu candid an lingga semu

Situs Jeblogdesa jeblog, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur

Prasasti Durenandesa durenan Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timurprasasti

Candi TapanDusun Bakulan, Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Dwarapala, arca nandi, yoni dan reruntuhan candi

Situs Mbah KelingDukuh Karang Turi, Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.Batu batu candi

Prasasti Pagiliran Jajardukuh pagiliran Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.kemuncak dan Prasasti Pagiliran dibuat pada tahun 1134 M.

Situs ButunDesa buntun, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Page 64: DTW BLITAR 2

Candi KotesDusun Kotes, Desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Candi, lingga, yoni dan miniature candi

Situs Sukosewudesa sukosewu, Kecamatan Gandasari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Batu candi, miniature candi dan arca

Candi SumberagungDesa Sumberagung, Kecamatan gandasari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Pondasi candi

Candi Wringin BranjanDesa Gadungan, Kecamatan Gandasari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.candi

Situs GandasariKecamatan Gandasari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tdarmasala, altar, arca-arca, yoni dan miniatur candi.

Candi Rambut MonteKecamatan Gandasari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Candi kala dan lingga

Situs SlumbungDesa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.Jaladwara dan batu-batu candi

Situs Mbah Tugudesa tambakan, kecamatan gandusari, kabupaten blitarbatu tugu

Situs RiniKecamatan Wlinggi blitar.

Page 65: DTW BLITAR 2

Prasasti TalanKecamatan Wlinggi blitar.Prasasti berangkja tahun 1136 M

Situs Sirah KencongKecamatan Wlinggi blitar.Candi berelief

Prasasti Ukir Negara I (Pamotoh)Dusun Sirah Kencong, Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Dan kini di simpan di museum mpu tantular8 Prasasti Lempengan-lempengan tembaga

Prasasti Ukir Negara II (Marinci)Sub Perkebunan Ukir Negara, Perkebunan Sirahkencong, Desa Ngadirenggo Kecamatan Wlingi, Kabupaten BlitarPrasasti

Situs PijiomboDukuh Pijiombo, kecamatan Wilingi, Blitar.arca singa dan tiga buah arca dwarapala

Prasasti MungutDusun Gurit, Desa Babadan, kecamatan wlingi kabupaten Blitar.prasasti

Prasasti JepunKecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Prasasti berangka tahun1144 M

Situs MadesanKecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Situs Cungkup PlosoKecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Situs Jabon

Page 66: DTW BLITAR 2

Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Situs MronjoDesa Mronjo, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Yoni dan batu candi

Situs RecobantengKecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa TimurArca nandi

Candi BacemDesa Bacem, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.Reruntuhan candi terbuat dari batu bata

Petilasan Pangeran Song Song Buwonolereng Gunung Betet, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.Batu candi

Situs PandanarumDesa Pandanarum, kecamatan sutojayan, blitar.Kronogram tersebut terbuat dari batu gamping berbunyi 1258 Saka atau 1336 Masehi dan arca

Prasasti Jaring 1181 Mdesa kembang arum, kec sutojayan. Jalan ke arah Lodoyo,prasasti berangka tahun 1181 masehi

Page 67: DTW BLITAR 2

Jugo, Kesamben, BlitarDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Jugo

—  Desa  —

Negara  Indonesia

Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Blitar

Kecamatan Kesamben

Kodepos 66191

Luas - km²

Jumlah penduduk -

Kepadatan - jiwa/km²

"Jugo" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Jugo, lihat Jugo (disambiguasi).Jugo adalah sebuah desa di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Sumber penghasilan masyarakat desa antara lain:

• Batu Gamping/Batu Kapur• Kayu Hutan / Kayu Bakar, sebagai bahan bakar pembuatan batu

gamping• Pertanian / Tumpang Sari• Berdagang• Ojek]

Pembangunan jalan dekat Plampangan di masa Hindia Belanda

Page 68: DTW BLITAR 2

Desa Jugo terdiri dari 5 Dusun:

• Dusun Sanggrahan - Letak pusat pemerintahan• Dusun Jugo• Dusun Plampangan• Dusun Sanan• Dusun JajaganDesa Jugo mempunyai obyek wisata ziarah yaitu:

• Pesanggrahan / Petilasan / Tempat tinggal dari Eyang Jugo.• Eyang Jugo adalah tokoh mempunyai keterkaitan erat dengan

Gunung Kawi.• Karena Eyang Jugo di Makamkan di sana. Dan setiap malam senin

pahingdi bulan Selo / Dzulqaidah di peringati Haul Eyang Jugo.

Page 69: DTW BLITAR 2

Edisi Spesial: Wisata Waduk BlitarJULI 24, 2012 3 KOMENTARBanyaknya sungai-sungai besar yang melintasi Blitar mengakibatkan kawasan ini memiliki beberapa waduk buatan/ bendungan. Tidak hanya waduk-waduk yang memanfaatkan aliran sungai-sungai besar seperti Brantas dan Lekso, tetapi juga waduk-waduk yang berhulu dari pegunungan. Seperti apakah rupa waduk-waduk tersebut?? Berikut ulasannya.Bendungan Lahor

Page 70: DTW BLITAR 2

Objek wisata Bendungan Lahor mulai ada bersamaan dengan dibangunnya bendungan Karang Kates. Objek wisata ini merupakan bagian atau sisi lain dari bendungan Karang Kates. Lokasi bendungan terletak diantara Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, tepatnya di Desa Ngreco, Kecamatan Selorejo. Letaknya sangat strategis karena dilalui jalan pintas yang menghubungkan Blitar dan Malang.

Page 71: DTW BLITAR 2
Page 72: DTW BLITAR 2

Pemandangan alam berupa panorama perbukitan dengan vegetasi hutan pinus yang diselang-seling tetumbuhan pertanian memberikan sensasi tersendiri bagi siapapun yang melintasi bendungan ini.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Wlingi Raya

Page 73: DTW BLITAR 2

Bendungan Wlingi Raya atau dikenal dengan bendungan Tumpang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Talun. Bendungan ini mulai dibangun tahun 1981 dan selesai tahun 1985, berfungsi untuk keperluan pengairan. Permukaan air di bendungan ini sering mengalami fluktuasi tergantung dari pasokan dan kebutuhan air untuk pengairan sawah bagian hilir.

Page 74: DTW BLITAR 2
Page 75: DTW BLITAR 2

Dipinggir lokasi bendungan Wlingi Raya terdapat taman rekreasi yang disediakan bagi pengunjung yang datang. Dari taman tersebut pengunjung dapat menikmati panorama bendungan sambil bercengkrama maupun berekreasi keluarga.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Serut

Bendungan Serut terletak di Desa Gogodesa, Kecamatan Kanigoro. Bendungan ini direncanakan untuk menggarakkan turbin generator yang mensuplai listrik kawasan Jawa-Bali. Disamping itu, fungsi bendungan ini adalah menaikkan tingkat muka air untuk kepentingan irigasi.

Seperti halnya bendungan Wlingi Raya dan Lahor, bendungan Serut juga dilengkapi dengan taman rekreasi yang lengkap. Fasilitas yang dapat dijumpai di taman tersebut antara lain gazebo, taman bermain anak, kolam renang, dan panggung hiburan.————————————————————————————————————

——————————-Bendungan Nyunyur

Page 76: DTW BLITAR 2

Bendungan Nyuyur merupakan bangunan tanggul pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) yang digunakan untuk kepentingan irigasi, namun tidak menutup kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata air. Bendungan ini terletak di Desa Soso, Kecamatan Gandusari dengan luas areal   3 ha dan kedalaman dasar sungai dari permukaan bendungan sekitar 5m.

Panorama alam di bendungan Nyunyur sangatlah indah. Jika cuaca cerah, pengunjung dapat melihat puncak Gunung Kelud dan Kawi.————————————————————————————————————

——————————-Waduk Ngusri

Waduk Ngusri merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari. Waduk ini dibuat untuk mengairi perkebunan dan persawahan yang ada di sekitarnya. Jika terjadi musim penghujan berkepanjangan Waduk Ngusri berfungsi untuk mengendalikan aliran sungai, dan jika terjadi musim kemarau waduk difungsikan sebagai sumber air cadangan.

Wisata Rambut Monte

Wisata Rambut Monte merupakan wisata alam yang terdapat sebuah telaga, candi, petilasan atau tempat untuk bermeditasi dan di latar belakangi dengan pemandangan yang hijau dari perkebunan teh dan sawah warga setmempat, yang terhampar sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini.

Page 77: DTW BLITAR 2

Wisata Rambut Monte terletak di desa Krisik, kecamatan Gandusari, kurang lebih 30 km dari kota Blitar. Candi yang terdapat di lokasi Rambut Monte ini merupakan tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu pada jaman Kerajaan Majapahit. Di bawah candi terdapat sebuah telaga yang dihuni oleh ikan, yang oleh warga sekitar di sebut dengan Ikan Dewa.

Di pinggiran telaga disediakan sebuah gazebo untuk beristirahat dan menikmati keindahan alam di sekitar telaga. Keindahan lokasi Rambut Monte ini kian bertambah dengan pantulan warna air dalam danau yang jernih kehijauan dan cenderung ke toska. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang di area telaga yang berisi ikan Dewa, tetapi terdapat kolam tersendiri untuk pengunjung berenang menikmati hijaunya alam di Rambut Monte.

Rambut Monte, dari Telaga Sampai Legenda Ikan DewaJehan Khaleda - d'Traveler - Rabu, 14/11/2012 14:45:00 WIB

Page 78: DTW BLITAR 2

Rambut Monte is a unique and inspiring natural asset in Blitar RegencyFoto Lain

Page 79: DTW BLITAR 2

detikTravel Community -  

Selaras dengan romantisme sejarah yang ada, pesona alam Blitar seolah menyimpan ayat keindahan tersendiri. Salah satunya adalah Rambut Monte. Tidak hanya indah, destinasi ini juga berbalut kesan mistis sampai kehidupan ikan dewa. 

"...Blitar kutho cilik kang kawentar

Edipeni Gunung Kelud sing ngayomi

Blitar zaman Jepang nate gempar

Peta brontak sing dipimpin Supriyadi..."

Page 80: DTW BLITAR 2

Begitu lantunan lirik tembang Blitar Kawentar yang artinya "Blitar kota kecil yang tersohor. Keindahannya dilindungi Gunung Kelud. Saat zaman Jepang, pernah gempar oleh bentrokan PETA yang dipimpin Supriyadi."

Menyulam sejarah Blitar, siapa yang tak kenal Bung Karno? Tentu Anda juga mengetahui kalau Blitar adalah tanah kelahiran sekaligus bumi di mana jasad Sang Proklamator dan presiden pertama Indonesia ini dimakamkan.

Anda traveler penikmat sejarah? Pasti tahu kalau Empu Prapanca menyebutkan di Kitab Negarakertagama tentang keberadaan Kabupaten Blitar, yang merupakan daerah perbatasan antara Dhoho dengan Tumapel. Ya, Blitar terletak di selatan lereng salah satu gunung api strato yang masih aktif di Pulau Jawa, yaitu Gunung Kelud.

Selaras dengan romantisme sejarah yang ada, pesona alam Blitar seolah menyimpan ayat keindahan tersendiri. Salah satunya adalah Rambut Monte.

Rambut Monte merupakan sebuah kawasan wisata cagar budaya yang punya sebuah telaga, candi, dan petilasan atau tempat untuk bermeditasi. Letaknya di Desa Krisik, Kecamatan  Gandusari, Kabupaten Blitar. Jarak tempuh yang diperlukan sekitar 30 km dari jantung Kota Blitar.

Untuk menuju ke Rambut Monte, Anda akan melewati wilayah Kebun Teh Bantaran. Rambu lalu lintas sangat jelas. Akses menuju lokasi wisata juga bagus. Ditambah dengan lika-liku jalanan berbukit dan hamparan padi di sepanjang jalan yang memanjakan mata, tentu bukan perjalanan yang membosankan.

Tarif masuk Rambut Monte hanya Rp 5.000 per orang. Memasuki gerbang, nuansa alam sejuk dan hijaunya alam rindang menyambut saya. Ada sebuah candi di sini, tapi bukan candi besar.

Bagian yang tersisa hanyalah kaki candi. Pada samping candi terdapat artefak Lingga Yoni yang merupakan lambang kesuburan. Menurut informasi dari Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan Dan Pariwisata Blitar, candi tersebut memiliki nilai historis Kerajaan Majapahit. Sayangnya sampai saat ini belum ada literatur lengkap yang mengulas tentang sejarahnya. 

Keunikan Rambut Monte adalah adanya mata air yang membentuk sebuah telaga. Airnya jernih. Seolah pepohonan bisa bercermin dan pantulannya membuat air tepian telaga berwarna hijau mengelilingi pusat mata airnya yang biru.

Page 81: DTW BLITAR 2

Airnya benar-benar biru. Sempat tergoda untuk berenang, tapi karena adanya larangan untuk itu, saya pun mengurungkan niat. Telaga ini dihuni oleh ratusan ikan langka yang dikeramatkan oleh penduduk setempat, yaitu ikan Sengkaring. Mereka menyebutnya ikan dewa.

Bukan tanpa alasan ikan itu dikeramatkan. Sepenggal cerita dari sang juru kunci Rambut Monte, Kaseno, konon menangkap ikan itu hanya mendatangkan kutukan dan malapetaka.

Ikan disini jumlahnya tetap, tidak berkurang, dan tidak bertambah. Hmmm, apa iya? Bagaimana mungkin ikan-ikan ini masih bisa bertahan populasinya sampai sekarang jika tidak berkembang biak? Tentu saja, legenda ini boleh Anda percaya atau tidak.

Lanjut cerita, ikan-ikan yang mendiami telaga ini adalah wujud dari murid Mbah Rambut Monte yang dikutuk karena tidak mentaati perintahnya. Entahlah, terlintas di benak saya kalau ini hanya cerita "medeni bocah" demi alasan pelestarian lingkungan hidup sehingga populasi dan habitat ikan tersebut tidak terganggu. Selebihnya, tetap menjadi kewajiban kita untuk mentaati larangan itu.

Sajian alam Rambut Monte mampu memikat hingga banyak orang ramai yang mendatanginya, baik sekadar refreshing atau bermeditasi di sekitar petilasan. Seperti tersihir dalam birunya air, duduk di tepian telaga membuat saya betah berlama-lama di sini.

Beberapa kali berkunjung, menurut saya waktu terbaik untuk menikmati pesona Rambut Monte adalah pada siang hari. Menjelang senja, keheningan terasa menebar aroma mistis. Namun fakta tidak bisa dipungkiri, galeri pesona Rambut Monte yang berbalut sentuhan spiritual ini mampu menyuguhkan wujud keindahan yang menyimpan amanat alam.

Telaga Rambut Monte, Keindahan Di Balik Kearifan LokalDESEMBER 3, 2013 TINGGALKAN KOMENTARParticipant: Bokir, Galy, Koje, KelanArt, LiaTelaga Rambut Monte merupakan salah satu obyek wisata popular di Kabupaten Blitar. Telaga ini secara administratif terletak di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari. Lokasinya berada di timur laut Blitar dan berada tidak jauh dari jalan raya Blitar – Ngantang.

Beberapa kali sudah kami mampir ke tempat ini, tapi tak pernah sekali pun kami merasakan perubahan di tempat ini. Telaga ini masih tetap sama, masih tetap

Page 82: DTW BLITAR 2

indah dan menenangkan. Tak bisa dipungkiri bahwa keindahan ini tak dapat bertahan begitu saja. Ada suatu kekuatan kasat mata yang menjaga kelestarian telaga ini. Kekuatan tersebut adalah kearifan lokal.Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi Telaga Rambut Monte sangat komplek. Ada dua hal unik yang dapat dijumpai pada telaga ini, yakni keberadaan reruntuhan candi dan keberadaan ikan-ikan langka yang mendiami telaga. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan membentuk mitos yang sangat erat. Dari mitos itulah kearifan lokal terlahir.Alkasih dahulu kala ada rsi Majapahit bernama Eyang Rambut Monte. Sang rsi bertarung habis-habisan melawan Rahwana. Rsi pun memenangkan pertempuran dan berhasil mengutuk Rahwana menjadi candi berbentuk monyet dan naga. Sang rsi kemudian menitahkan pada murid-muridnya untuk menjaga candi tersebut, namun para muridnya lalai. Rsi kemudian menghukum mereka menjadi ikan sengkaring dan mendiami telaga untuk selamanya. Berangkat dari mitos ini, masyarakat percaya bahwa jumlah ikan di telaga ini akan tetap.

Secara sejarah, Candi Rambut Monte masih penuh misteri. Bahkan bisa saja bentuk asli candi ini berbeda dengan bentuknya yang sekarang. Yang dimaksud dengan candi berbentuk kera  sebenarnya adalah fragmen Kala. Biasanya Kala

terletak di atas pintu atau relung candi.Adanya unsur magis pada mitos Rambut Monte membuat masyarakat setempat begitu menghargai keberlangsungan telaga ini. Oleh karenanya, di saat-saat tertentu masyarakat setempat melakukan upacara adat di lokasi telaga. Selain itu masyarakat setempat juga tidak segan untuk mengingatkan para pengunjung dan wisatawan untuk turut menjaga kelestarian. Salah satu norma yang berlaku di sana adalah adanya larangan mengambil ikan sengkaring. Bagi yang melanggar dipercaya akan mendapat kutukan. Norma-norma ini memang terkesan kolot dan saklek, namun pada dasarnya ini semua hanyalah upaya untuk melestarikan kawasan telaga beserta isinya.

Ikan Sengkaring masuk dalam Famili Cyprinidae, Genus Tor.[1] Tentunya mitos hanyalah kearifan lokal, mungkin bisa selaras dengan sejarah, atau bahkan bertentangan dengan sejarah. Hakikat mitos bukan terletak pada benar atau salahnya, melainkan makna tersirat yang ada di baliknya.

Telaga Rambut Monte adalah telaga alami yang mata airnya berada di dasar telaga. Lokasi mata air memiliki warna yang berbeda dengan warna dasar telaga

di sekitarnya

Mitos Rambut Monte adalah bukti nyata, bahwa kearifan lokal mampu melestarikan lingkungan sekitarnya.

Wisata Alam “Rambut Monte”

Page 83: DTW BLITAR 2

OPINI | 08 February 2014 | 11:59

Dibaca: 97   Komentar: 3   3

Hay, buat kalian yang doyan banget traveling. Kali ini aku bakan ngasi info ke temen-temen semua wisata yang alami banget, sejuk banget, indah banget dan gak kalah menarik sama wisata lainnya. Inilah yang disebut “Rambut Monte”. Eits, jangan salah ngartiin ya, Rambut Monte bukanlah rambut yang di kuncir dengan gaya kepang. Melainkan, Rambut Monte yang satu ini adalah sebuah kompleks telaga dan candi petilasan dari penganut Kerajaan Majapahit. Letak lokasinya berada di Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, dan kurang lebih 30 km dari kota Blitar. Rambut Monte sendiri dilatar belakangi dengan pemandangan alam yang hijau dari perkebunan teh dan sawah-sawah milik penduduk setempat yang terhampar sepanjang perjalanan menuju lokasi Rambut Monte.

Dilokasi Rambut Monte ini ada sebuah candi kecil tempat untuk bermeditasi para pengikut dari Kerajaan Majapahit yang sekarang dibuat berdoa untuk warga yang beragama Hindu. Sedangkan pada bawah candi terlihat sebuah telaga bening berwana hijau kebiruan yang dihuni oleh ikan-ikan besar. Ikan tersebut biasa disebut Ikan Dewa. Karena konon katanya apabila ada orang yang kecebur ke telaga tersebut, orang itu akan masuk kedalam pusaran air dan tidak akan kembali lagi. Rasa mistis pada kawasan Rambut Monte ini masih terasa, sehingga apabila anda ingin berkunjung kesana, berhati-hatilah jangan membuat kerusakan pada tempat tersebut. Apabila anda berniat baik hanya untuk menikmati keindahannya saja, alam juga tak akan mengganggu kita.

Lanjut, disekitar telaga telah tersedia gazebo untuk

Page 84: DTW BLITAR 2

beristirahat dan menikmati keindahan alam. Jadi, anda tidak perlu takut kalau kecapean, karena anda bisa bersantai-santai disana.

Jangan lupa juga buat anda yang narsis banget, bawa kamera anda untuk berfoto-foto. Jangan sampai anda kehilangan moment terindah di Rambut Monte.

Info pentingnya lagi  untuk tiket masuknya hanya sekitar Rp. 3.000,-, murah kan.

PERJALANAN EDISI RAMBUT MONTE DAN WADUK SELOREJO

BismiLLAH, hmm dari judulnya mungkin banyak yang pada bertanya-tanya, apa maksud dari Rambut Monte, oke daripada penasaran langsung aja ke TKP. Oya, sebelumnya saya mengetahui informasi tentang Rambut Monte ini dari mbak kos saya yang sekarang sudah lulus. Dan berbekal saran dari beliau serta arahan dari peta Google Map, juga tambahan bertanya-tanya kepada penduduk yang kami temui di jalan, akhirnya sampailah saya dan kawan-kawan ke tujuan. Jadi bagi yang masih bingung bisa googling di Google Map dan mencarinya. Seperti ini (bisa di zoom jika ingin melihat secara detail):

Desa Krisik, tempat Wisata Rambut Monte beradaRambut Monte adalah sebuah tempat wisata berupa danau atau telaga dengan mata air dibawahnya, antara mata air dengan air di sekelilingnya memiliki warna yang berbeda, inilah yang membuatnya fantastis. Rambut Monte berada di kawasan Kabupaten Blitar Desa Krisik, bisa dilalui dari 3 jalur, yakni dari Kediri, Batu (Malang), dan tentu saja Blitar. Setelah mempertimbangkan jarak dan estimasi waktu akhirnya kami memutuskan untuk berangkat dari kota Malang lewat Batu. Rutenya adalah sebagai berikut: Malang-Batu-Pujon-Pertigaan Wlingi. Setelah semalam sudah mempersiapkan segala macam

Page 85: DTW BLITAR 2

perlengkapan yang mendukung perjalanan, paginya 15 Desember 2013 kami (formasi: saya, Rina, Lale, dan Dwi) bertolak dari kosan saya di Jl.Pekalongan Malang ke kota Batu. Perjalanan menuju Batu ramai lancar waktu itu, dan karena hari Sabtu jadi jalanan cukup padat, namun kami masih bisa laju waktu itu, hha. Kemudian keluar Batu kami melewati medan ekstrim yang berkelok-kelok membuat siapapun pengendara harus ekstra hati-hati dalam memacu kendaraanya. Dan bagi saya ini adalah pengalaman pertama saya berkendara dengan motor, karena biasanya saya melewati jalan ini bersama bus Puspa Indah jurusan Kandangan, Kediri. Tembus Pujon kami terus lurus ke arah Ngantang, kemudian terdapat pertigaan antara Wlingi, Blitar dan Waduk Selorejo. Setelah belok ke kiri kami melanjutkan perjalanan hingga bertemu sebuah papan bertuliskan RAMBUT MONTE. Oke, kami langsung belok kiri. Oh ya, dari arah Batu ke Rambut Monte ini kita tidak sampai ke Wlingi kok, karena di pertigaan waduk tadi terdapat tulisan ‘Wlingi 27 km’, dan tujuan kita yakni Desa Krisik mungkin hanya kurang lebih 8 km saja, pokoknya dari pertigaan waduk Selorejo membutuhkan waktu setengah jam-an saja. Jalan menuju Rambut Monte cukup membuat pengendara motor berguncang-guncang, jadi harap waspada dalam berkendara.

Kondisi jalan menuju Rambut MonteSetelah sampai di tujuan kami masuk dengan membayar tiket masuk sebesar Rp.3rb per orang dan biaya parkir motor Rp.1rb. Kami masuk dengan perasaan berdebar seperti apakah kondisi sebenarnya dari telaga/danau ini, karena dari foto-foto yang ada diinternet, semua menunjukkan hasil yang sama: INDAH! Danau terletak di dataran rendah dari tempat parkir dan reruntuhan candi, jadi kami harus menuruni tangga terlebih dahulu untuk mencapai kawasan danau tersebut. Dan terang saja kami kaget dengan pemandangan yang tersaji didepan mata kami. Tempat yang sangat alami dan indah, hutan hujan tropis dengan warna hijaunya yang mentereng, kondisi pohon-pohon tua yang menjulang dengan lumut-lumutnya yang eksotis. Dan tentu saja yang paling menjadi sorotan: birunya mata air ditengah-tengah danau!! Di ujung danau di dekat sumber air berwarna biru tersebut terdepat semacam gubuk untuk bisa disinggahi dan melihat secara lebih dekat mata air yang terkenal cantik itu. Kami tersedot untuk melangkahkan kaki kesana dan ketika sampai di gubuk tersebut kami seketika terpana, bengong, speechless, hanya diam dan tak berkedip. Dan disanalah penyesalan saya tiada akhir, ternyata tepat ketika kami datang kesana sudah ada segolongan anak muda yang sedang membuat film dokumentasi, dan yah bisa ditebak selanjutnya, kami disuruh keluar sejenak dari gubuk itu. Padahal darisanalah spot terbaik melihat birunya sumber mata air. Dan parahnya kenapa saya tadi tidak ingat tentang kamera yang saya

Page 86: DTW BLITAR 2

bawa. Entahlah saya terlalu speechless waktu itu, seperti ada aura mistis yang membuat mata air itu, apa ya.., you can call that..magis? Biru terang dengan jernihnya air serta ikan-ikan raksasa membuat siapapun yang memandangnya terpana. Yah, itulah yang saya alami.

Hampir sejam kami menunggu mereka yang membuat film itu selesai -_______- how annoying. Dan setelah orang-orang itu selesai malah ada lagi rombongan yang datang, dan, dan, parahnya, mereka MEMBUANG kacang atom dan roti ke dalam kolam dengan tujuan agar dimakan ikan-ikan, bisa dibayangkan betapa hancurnya perasaan saya waktu itu. Yang parahnya lagi hujan turun rintik-rintik, semakin buyar saja air danau itu, sudah tidak seindah ketika pertama kali kami lihat di awal. Sambil menunggu rombongan kedua yang menjengkelkan ini kami tentu saja ikut masuk ke gubuk kecil itu karena hujan. Setelah 10 menitan akhirnya mereka rombongan itu selesai juga, dan yang aneh menurut saya, mereka seperti berdoa dihadapan mata air itu, sepintas sih terdengar seperti bacaan arab, tapi entahlah. Dan dari kejauhan di sisi lain danau juga terdapat orang-orang yang mengambil air danau dengan jerigen-jerigen. Hmm ternyata masih banyak pengunjung yang masih percaya dengan hal-hal seperti itu, padahal ini zaman udah canggih dan maju. Tapi ya namanya orang kan beda-beda keyakinannya, so selama ga mengganggu ya silakan saja. That’s my opinion. Seperginya rombongan itu kami laangsung mengambil alih kekuasaan gubuk itu, kami berceklik-ceklik (bunyi kamera, red) dan saya tentu dengan segera mengambil gambar-gambar danau, walaupun sudah banyak sampah dan juga ada rintik-rintik hujan yang membuat danau tidak sejernih semula. Tapi toh saya banyak mengambil gambarnya, hehe. Setelah puas sekitar 2 jam berfoto di gubuk dan di sekeliling danau kami akhirnya memutuskan keluar dari sana dan menuju ke destinasi selanjutnya: Waduk Selorejo. Dan disanalah kami berencana makan siang, karena perut sudah lumayan keroncongan. Perjalanan diiringi rintik hujan dan pemandangan sederet pegunungan yang sejuk dan luar biasa indah, saya meminta kepada kawan saya agar saya berada di belakang alias tidak mengemudi. Tentu saja karena saya ingin mengambil beberapa foto dari pegunungan di daerah Desa Krisik nan sejuk ini. Perjalanan pulang terasa lebih dekat dibandingkan ketika berangkat, karena ketika berangkat kita masih memiliki rasa penasaran terhadap medan yang akan dilalui.

Enak banget suasananya. teduh dan tentram..

Disini spot terbaik

Page 88: DTW BLITAR 2

Gerimis tidak menyurutkan pengunjung lain untuk datang ke tempat ini

Terdapat pohon-pohon nan eksotis

Page 90: DTW BLITAR 2

Kondisi alam yang lembab memberikan kesan tersendiri

Page 92: DTW BLITAR 2

Foto dulu saya bareng teman saya Dwi

Dan ini saya bersama teman-teman saya (kecuali yang belakang)

Ini pengunjung yang bikin rusuh ngelempar makanan ke air :(

Rintik-rintik hujan membuat air tidak terlihat jernih

Ini ketika cuaca mulai cerah

Tampak sisa-sisa kacang atom :,(

Page 94: DTW BLITAR 2

Ngeliat birunya air jadi pengen nyebur

Tapi seperti ada aura yang mengatakan jangan, jadi terkesan mistis

Apa itu hanya perasaan saja, entahlah..

Yang jelas saya tidak pernah bosan membidiknya

Ikan-ikan juga turut andil memperindah :) it called God Fish (ikan Dewa)

Diantara pohon yang sudah sepuh

Lihat saja dari lumut yang tumbuh subur

Page 96: DTW BLITAR 2

Itulah gubuk kecil tempat the best spot

Lihat ada orang yang mengambil air dengan jerigen?

Page 99: DTW BLITAR 2

Dan ini diluar di dekat area parkir Rambut Monte

Perjalanan pulang di lintasan Wlingi

Mata dimanjakan dengan view macam ini

Dengan udaranya yang sejuk menambah te-refresh-nya otak kita

Sesampainya ke pertigaan Waduk Selorejo kami diwajibkan membeli tiket masuk sebesar Rp.12,5rb dan biaya parkir yang saya lupa nominalnya. Sesampainya disana kami mencari tempat makan dengan spot yang mantap, yakni diujung semacam tebing yang dibawahnya terdapat sungai. Disini juga dapat terlihat jembatan gantung yang panjang yang menghubungan tempat wisata Selorejo lainnya. Kawasan wisata waduk ini sangat luas dan sangat ramai pengunjung, banyak bis-bis besar pariwisata dan juga mobil-mobil pribadi. Selain itu banyak area-area dari kawasan wisata ini, namun karena keterbatasan waktu maka kami tidak bisa mendatangi semua area. Setelah makan panganan bernuansa ikan, udang dan wader akhirnya kami capcus menuju mushola untuk sholat. Saya dan Lale yang sedang ‘libur’ pergi ke toilet dan mencuci wajah dan menata wajah kami yang sudah kusut. Setelah selesai urusan masing-masing kami menaiki kapal untuk mengelilingi waduk Selorejo dengan harga per kapal (bisa muat untuk 10 orang) seharga Rp.40rb, namun karena waktu itu hanya ada kami berempat maka kami saja yang naik diatas kapal itu.

Tempat makan kami dengan view menghadap sungai

Di sebelah kanan terdapat jembatan gantung

Yak ini dia jembatan gantungnya

Dan ini kendaraan kami mengelilingi waduk

Beberapa nelayan dengan background pegunungan

View dari dalam kapal :D

Page 100: DTW BLITAR 2

Terlihat cuacanya yang sangat sejuk bukan?Kondisi alam disana pada saat itu sejuk, tidak ada matahari, dan pegunungan dari kejauhan tertutup oleh kabut dan awan sehingga membuat suasana menjadi kelam. Kami mulai berlaga di atas kapal alias foto-foto, dan foto alam sekitar terutama waduk menjadi fokus utama. Air yang tenang dengan iklim sejuk seperti ini membuat orang yang berada membelah waduk menjadi tenang dan damai. Dari kejauhan terlihat beberapa perahu kecil seperti nelayan dengan background sederet pegunungan nan indah. Perjalanan dengan kapal tersebut tidak terlalu lama, karena paket yang kami pilih adalah yang paling murah, hehe. Mungkin sekitar 20 menitan saja kami diajak berkeliling waduk. Setelah sampai ke tempat awal kami naik akhirnya kami turun dari kapal dengan membayar Rp.10rb per anak. Dari sana kami bertolak ingin menyebrang jembatan gantung panjang yang mengarahkan ke area wisata pemandian dan kolam renang (kata Rina, red). Dan sesampainya disana kami agak kecewa karena ada

Page 101: DTW BLITAR 2

peraturan bahwa dilarang berada dijembatan sebanyak lebih dari 10 orang dan juga dilarang untuk diam di jembatan (yang ini saya tidak mengerti kenapa dibuat seperti itu). Jadi saya kurang bisa mendapatkan kebebasan dalam membidik gambar karena menjadi terburu-buru. Setelah puas fot-foto kami akhirnya keluar dari kawasan wisata Waduk Selorejo tersebut dan kembali ke kota Malang.

Ini dia jembatan gantung

View dari jembatan gantung

Peraturan yang membuat tidak puas :(Perjalanan pulang diiringi dengan hujan deras, kami tentu saja sudah memprediksi hal ini maka kami berhenti dipinggir jalan dan memakai jas hujan kami masing-masing. Medan di kawasan Pujon membuat

Page 102: DTW BLITAR 2

saya membawa kendaraan dengan saangat hati-hati. Dan yang awalnya kami berencana pulang lewat jalan pintas Paralayang karena hujan dan jalanan licin akhirnya kami lewat jalan berkelok-kelok Pujon, seperti ketika kami berangkat tadi pagi. Sampai Batu ke arah Malang kami disambut dengan macet yang berkepanjangan. Dan dari sinilah saya mengasah kemampuan saya dalam menyelip antrian panjang kendaraan baik dari dari sisi kiri dan kanan, haha. Pukul 5 kami sampai ke rumah/kosan masing-masing, dan tentu saja memiliki kesan masing-masing tentang perjalanan hari ini. Kesimpulan dari perjalanan kali ini adalah: Rambut Monte adalah tempat wisata yang wajib dikunjungi selama sobat berada di Jawa Timur, dan sekalian darisana disarankan untuk mengunjungi Waduk Selorejo, apalagi jika bersama rombongan keluarga besar, karena waduk ini cocok untuk wisata keluarga. Oke sekian postingan saya tentang trip ke Rambut Monte-Waduk Selorejo, yang sangat recommended buat para travellers, and keep the area clean! Salam ;)

Rambut MonteAlamat : Indonesia , 66187, Jawa Timur, Blitar, Gandusari, Krisik

Categories• telaga

Wisata Rambut Monte merupakan wisata alam yang terdapat sebuah telaga, candi, petilasan atau tempat untuk bermeditasi dan di latar belakangi dengan pemandangan yang hijau dari perkebunan teh dan sawah warga setempat, yang terhampar sepanjang perjalanan menuju lokasi wisata ini.

Di pinggiran telaga disediakan sebuah gazebo untuk beristirahat dan menikmati keindahan alam di sekitar telaga. Keindahan lokasi Rambut Monte ini kian bertambah dengan pantulan warna air dalam danau yang jernih kehijauan dan cenderung ke toska. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang di area telaga yang berisi ikan Dewa, tetapi terdapat kolam tersendiri untuk pengunjung berenang menikmati hijaunya alam di Rambut Monte.

Dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam untuk menuju lokasi ini dengan mengendarai kendaraan bermotor. Dari Wlingi kita ke Utara menuju

Page 103: DTW BLITAR 2

Krisik, tidak perlu khawatir salah jalan, karena sudah ada rambu-rambu lalu lintas yang menunjukkan arah menuju Rambut Monte.

Ditengah perjalanan kita akan disuguhi banyak pemandangan alam diantaranya kebun teh, sungai, dan hamparan sawah yang luas. Akses jalan menuju Rambut Monte tidak sulit, sehingga kita bisa dengan mudah menuju lokasi. Harga tiket masuk Rp. 5.000,-

Candi PenataranDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cariCandi Panataran

Kompleks Candi Penataran: Candi Angka Tahun, dengan Candi Naga dan Candi Utama di belakangnya.

Lokasi dalam Indonesia

Informasi bangunanLokasi Desa Penataran, Kecamatan

Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Negara IndonesiaKoordinat 8°00′57″LS 112°12′33″BT

Koordinat: 8°00′57″LS 112°12′33″BT

Awal konstruksi

sekitar 1200 Masehi

Penyelesaian

terus ditambah dan digunakan hingga 1415 Masehi

Sistem candi dan teras berundak dari

Page 104: DTW BLITAR 2

struktural susunan blok batu andesit yang saling mengunci

Jenis candiCandi Penataran atau Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi Palah adalah sebuah gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.

Dalam kitab Desawarnana atau Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci "Palah" yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.[1]

Pada tahun 1995 candi ini diajukan sebagai calon Situs Warisan Dunia UNESCO dalam daftar tentatifnya.[2]

Daftar isi  [sembunyikan] • 1 Kompleks candi

1.1 Halaman depan1.1.1 Bale Agung1.1.2 Pendopo Teras1.1.3 Candi Angka Tahun

1.2 Halaman tengah1.2.1 Candi Naga1.2.2 Pondasi bata

1.3 Halaman belakang1.3.1 Candi utama1.3.2 Prasasti Palah

• 2 Sejarah• 3 Relief candi

3.1 Gaya relief3.2 Bubhuksah dan Gagang Aking3.3 Sri Tanjung3.4 Ramayana dan Kresnayana

Page 105: DTW BLITAR 2

• 4 Referensi• 5 Pranala luar

Kompleks candi[sunting | sunting sumber]

Arca dwarapāla penjaga pintu gerbang.Kompleks candi ini adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam Jawa Tengah, misalnya Candi Sewu, yang disusun dalam pola mandala konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan pada candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam Jawa Timur yang berkembang pada zaman Kediri hingga Majapahit, lalu dilanjutkan pada pola tata letak Pura Bali.

Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian kecuali yang bagian tenggara dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Untuk lebih mudahnya dalam memahami kompek Candi Penataran, bagian-bagian dari Candi Penataran disebut halaman depan, halaman tengah, dan halaman belakang. Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun simetris. Hal ini mengambarkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode. Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:

Halaman depan[sunting | sunting sumber]Masuk kedalam halaman depan, pintu gerbang terletak di sisi barat laut kompleks candi, diapit oleh dua arca Dwarapala, penjaga pintu degan angka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi terpahat pada arca. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Reco Pentung. Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca

Page 106: DTW BLITAR 2

tersebut, para sejarahwan menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah baru diresmikan menjadi Candi Negara pada masa pemerintahannya Raja Jayanegara dari Majapahit. Sebelah timur kedua arca tersebut terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.

Bale Agung[sunting | sunting sumber]Melalui bekas pintu gerbang, sampailah pada bagian terdepan dari Candi Penataran, Bale Agung. Lokasi bangunan tersebut terletak di bagian barat laut halaman depan, posisinya sedikit menjorok ke depan. Bangunan seluruhnya terbuat dari batu, didingnya masih polos dan memiliki empat buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara, sehingga bangunan ini terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain terletak di sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu samping. Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian.

Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J Krom seperti juga di Bali dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau pendanda. Dipastikan bale atau pendopo ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan organik kayu dan mungkin beratap ijuk atau sirap yang telah lapuk dan musnah.

Pendopo Teras[sunting | sunting sumber]Lokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5 meter. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat arca raksasa

Page 107: DTW BLITAR 2

kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.

Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief yang menceritakan kisah tentang Bubhuksah dan Gagang Aking yang di dalam cerita rakyat dikenal dengan kisah Bela-belu dan Dami aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung.

Candi Angka Tahun[sunting | sunting sumber]

Candi Angka Tahun di kompleks PenataranCandi Angka Tahun berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi. Masyarakat Jawa Timur lebih mengenalnya dengan nama Candi

Page 108: DTW BLITAR 2

Brawijaya yang merupakan bangunan yang paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran dan juga digunakan sebagai lambang kodam V Brawijaya. Terkadang ada juga yang menyebutnya Candi Ganesha karena didalam bilik candinya terdapat sebuah arca Ganesha. Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras dalam jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat, pipi tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam relung candi terdapat sebuah arca Ganesha dari batu dalam posisi duduk di atas padmasana. Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup cungkup terdapat relief Surya Majapahit yakni lingkaran yang dikelilingi oleh jurai pancaran sinar yang berupa garis-garis lurus dalam susunan beberapa segitiga sama kaki. Relief Surya Majapahit juga ditemukan di beberapa candi yang lain di Jawa Timur ini dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai lambang kerajaan.

Candi Angka Tahun seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi (garbagriha) dan kemudian mastaka atau kemuncak bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang raya dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala raksasa kala yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah pondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut candi angka tahun ini. Di sebelah kiri candi angka tahun terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai arca perwujudan Gayatri Rajapatni.

Halaman tengah[sunting | sunting sumber]Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk candi. Seperti pada arca Dwarapala di pintu masuk,

Page 109: DTW BLITAR 2

Dwarapala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk, juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman tengah atau halaman kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.

Candi Naga[sunting | sunting sumber]

Candi Naga

Relief gambar dwarapāla (penjaga pintu).Pada bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana raya seperti raja sebanyak sembilan buah, masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk. Para Batara ini menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa dilihat berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang dikenakannya. Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan yang lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83

Page 110: DTW BLITAR 2

meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan Kertanegara.

Pondasi bata[sunting | sunting sumber]Masih dalam lingkungan halaman tengah, terdapat sebuah pondasi dari bata yang terkesan menghadap barat daya, diketahui dari bidang menjorok ke sisi barat daya dan membentuk suatu pintu masuk. Lokasinya terletak di sebelah timur candi. Bagian barat daya terdapat dua buah sisa bangunan, yaitu sebuah pondasi dari bata berukuran 10 x 20 meter dan sebuah lagi berdenah bujur sangkar yang memiliki ciri-ciri sama dengan salah satu pondasi di bagian timur laut. Pada bagian sudut barat halaman ini terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas dari bangunan aslinya. Pada ambang-ambang pintu itu beberapa di antaranya memuat angka tahun yang masih dapat terbaca dengan jelas, yaitu tahun 1245 Saka, 1294 Saka, 1295 Saka, dan dua buah lagi berangka tahun sama yaitu 1301 Saka. Ada dua buah arca Dwarapala lagi dengan angka tahun 1242 Saka terletak di pintu masuk ke halaman ketiga yang mungkin bekas sebuah gapura paduraksa, karena dekat tempat itu terdapat reruntuhan sebuah pintu yang berangka tahun 1240 Saka.

Halaman belakang[sunting | sunting sumber]Melewati pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal pondasi dan dijaga dua dwarapala, sampailah di halaman ketiga terletak di ujung tenggara sebagai bagian paling belakang dari kompleks candi dan terletak di tanah yang lebih tinggi dari yang lainnya. Karena adanya anggapan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang paling sakral. Ada sekitar 9 buah bekas bangunan di halaman ini yang letaknya tidak beraturan. Dua buah candi yang sudah dapat dikenali adalah bangunan candi induk dan prasasti Palah berupa linggapala. Sepanjang sisi barat laut terdapat lima buah sisa bangunan berupa pondasi dan batur dari batu atau bata. Satu daiantaranya sebuah batur yang terdapat relief-relief cerita candi. Tingginya sekitar satu meter.

Candi utama[sunting | sunting sumber]

Page 111: DTW BLITAR 2

Bangunan utama Candi Penataran berbentuk Piramida Berundak.Pada halaman ketiga ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. Sekelling dinding candi pada teras pertama terdapat relief cerita Ramayana. Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya, dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi pahatan relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara pradaksina (searah jarum jam). Sedangkan di teras ke tiga berupa relief naga dan singa bersayap. Teras ketiga bentuknya hampir bujur sangkar, dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan naga bersayap. kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan singa bersayap kaki belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.

Pada sisi sebelah barat daya halaman terdapat dua buah sisa bangunan. Sebuah candi kecil dari batu yang belum lama runtuh yang oleh orang Belanda dulu dinamakan ”klein heligdom” atau bathara kecil. Nampaknya candi inilah yang mula-mula dibuat bersamaan dengan parasasti Palah melalui upacara pratistha tersebut. Sebuah sisa yang lain berupa pondasi dari bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke arah barat daya. Sederet dengan sisa kedua bangunan ini berdiri sebuah lingga batu yang disebut Prasasti Palah. Dalam area komplek percandian juga terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di belakang candi sebelah tenggara dekat aliran sungai.

Prasasti Palah[sunting | sunting sumber]Prasasti Palah menerangkan bahwa “menandakan Kertajaya berbahagia dengan kenyataan tidak terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana” dari kalimat ”tandhan krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah hinaruhåra nika”. Rasa senangnya tersebut kemudian beliau curahkan dengan perintah dibangunnya prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu Amogeçwara atau disebut pula Mpu Talaluh. Bangunan tersebut beliau fungsikan untuk menyembah Bathara Palah, seperti yang tertuang dalam prasasti tersebut yang beerbunyi “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang berarti “Ketika beliau Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.

Page 112: DTW BLITAR 2

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Relief pada candi utama berbentuk kotak panel dan medalion.Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra (Giri Indra, raja penguasa gunung).

Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.

Perhatian terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau mendirikan Candi Naga dengan hiasan relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka.

Page 113: DTW BLITAR 2

Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit didalam masa pemerintahan Wikramawardhana.

Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam di Jawa, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar.

Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kemudian dipugar. Kini candi ini menjadi tujuan wisata yang menarik.

Relief candi[sunting | sunting sumber]

Page 114: DTW BLITAR 2

Relief rendah pada bangunan induk Komplek Percandian Penataran. Perhatikan penggambaran figur manusia yang mirip wayang.

Gaya relief[sunting | sunting sumber]Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam ikonografi reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti Candi Prambanan. Wujud relief manusia digambarkan mirip wayang kulit, seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di Candi Sukuh, suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam sejarah Nusantara. Candi ini diusulkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 19 Oktober 1995.[3]

Bubhuksah dan Gagang Aking[sunting | sunting sumber]Sepanjang dinding Pendopo Teras terukir kisah Bubhuksah dan Gagang Aking, serta kisah Sri Tanjung. Ceritanya adalah sebaga berikut, Bhuksa digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apapun, ikhlas dan tidak pernah tidur. Sedangkan Gagang aking, kurus kering, suka berpuasa dan juga suka tidur. Suatu saat Dewa Siwa menjelma menjadi macan putih guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking adalah ”saya orang yang kurus, jangan makan saya tetapi makanlah teman saya yang gemuk” sedangkan Bhuksa ”silakan makanlah tubuh saya”. Dalam ujian tersebut Bhuksa lulus dan ia kemudian masuk Surga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.

Sri Tanjung[sunting | sunting sumber]Kisah berikutnya yang terukir pada relief Pendopo Teras adalah kisah Sri Tanjung, yang dimulai dari sisi barat ke selatan dengan putaran prasanawya.[4] Kisah Sri Tanjung diawali dengan lukisan Raden Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra dan di sana ia menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Sindurejo. Raja Sulakrama tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga mencari daya agar bisa memisahkannya dengan Sidapaksa.

Sidapaksa lantas diutus ke Sorga, dengan membawa surat yang isinya pembawa surat akan menyerang Sorga. Atas bantuan Sri Tanjung yang menerima warisan selendang dari ayahnya Raden

Page 115: DTW BLITAR 2

Sudamala, dia bisa ke sorga, dan di sana dia dihajar para dewa. Namun akhirnya dengan menyebut leluhurnya Pandawa dia dibebaskan dan diberi berkah. Sepeninggal Sidapaksa, Sri Tanjung dipaksa oleh Sulakrama dan Sri Tanjung menolak. Mendadak datang Sidapaksa dan Sri Tanjung difitnah mengajak raja berzinah. Akhirnya dengan garang Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. Namun Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh para dewa. Sidapaksa pun diharuskan membunuh Raja Sulakrama, dan dalam peperangan dia berhasil.

Ramayana dan Kresnayana[sunting | sunting sumber]Pada dinding Candi Utama terukir relief Ramayana dengan tokoh Rama dan Shinta, dan relief Kresnayana dengan tokoh Krisna dan Rukmini. Kisah Kresnayana menceritakan Krisna yang menculik dan mempersunting Rukmini. Relief candi di Jawa Timur biasanya dipahat berdasarkan analogi riwayat hidup tokoh yang didharmakan di tempat tersebut. Kisah Ramayana dan Kresnayana yang dipahatkan pada dinding candi Penataran ditafsirkan mirip dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes. Ketokohan Ken Arok sendiri masih menjadi kontroversi antara karakter seorang bandit yang berambisi memperbaiki keturunan setelah mengerti arti cahaya yang terpancar dari garbha Ken Dedes yang dilihatnya dan kemudian membunuh Tunggul Ametung yang menjadi suami sang nareswari, atau karakter seorang bangsawan yang mengemban amanat dari Mpu Purwa yang merupakan ayah Ken Dedes sekaligus keturunan Mpu Sindok untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Kanjuruhan yang ditaklukkan oleh kerajaan Kediri, dengan dukungan kalangan brahmana dari kedua kerajaan.

Kitab Negarakretagama menyebutkan bahwa Ken Arok dicandikan di daerah Kagenengan, yang dewasa ini masih tersisa sebagai nama desa di wilayah selatan Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan Pakisaji. Belum dapat dipastikan apakah Desa Kagenengan ini merupakan tempat yang sama yang disebut dalam kitab Negarakertagama, dan apakah luas daerah ini pada zaman itu meliputi wilayah Kecamatan Nglegok, tempat Candi Penataran berada.

MISTERI YANG TERSIMPAN DI

Page 116: DTW BLITAR 2

CANDI PENATARAN MENGUAK FAKTA BAHWA INDONESIA MERUPAKAN ASAL PERADABAN DUNIAPosted by Ahmad Yanuana Samantho on April 1, 2011 in Uncategorized

MISTERI YANG TERSIMPAN DI CANDI PENATARAN MENGUAK FAKTA BAHWA INDONESIA MERUPAKAN ASAL PERADABAN DUNIA

Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran Kec. Nglegok ternyata menyimpan banyak misteri diantaranya bahwa Indonesia merupakan asal peradaban dunia. Hal ini terungkap dari gambar relief yang ada di setiap sudut candi. Misteri dibalik Candi Penataran terungkap dari investigasi relief oleh Yayasan Turangga Seta yang dimulai sejak tahun lalu.

File PDF Gambar Foto dan Keterangan tentang Relief Candi Penataran dan Cetho :

Cetho_Penataran

Dalam pahatan relief terkuak sejarah jika nenek moyang kita pernah melakukan infasi hingga  Benua Amerika dengan mengalahkan bangsa Indian dan sempat berperang dengan prajurit Bangsa Maya. Mereka kemudian menguasai wilayah tersebut hingga diangkat sebagai penguasa. Tidak hanya itu pada salah satu relief juga digambarkan beberapa bangsa lain seperti Bangsa Han (China), Bangsa Campa, Bangsa Maya, Bangsa Yahudi dan Bangsa Mesir tunduk pada leluhur kita. Demikian seperti diungkapkan Ketua Yayasan Turangga Seta, Agung Bimo Sutejo. Ia menambahkan dalam pahatan lain terungkap jika pada waktu itu terdapat 3 species yang sudah mempunyai peradaban yakni ras manusia kera, ras

Page 117: DTW BLITAR 2

raksasa dan manusia biasa. Mereka pun hidup saling berdampingan. Gambaran pada relief ini sekaligus membantah teori Darwin yang menyatakan manusia berasal dari evolusi kera. Dalam tata cara kematian manusia jaman dulu mereka yang meninggal jasadnya akan diperabukan sehingga fosilnya tidak akan ditemukan. Sedangkan ras manusia kera dan raksasa dengan cara dikubur sehingga fosil yang banyak ditemukan arkreolog tersebut adalah fosil ras manusia kera yang berbeda dengan species kita saat ini dan dimungkinkan ras manusia kera telah punah. Sementara dari penelitian yang dilakukan Yayasan Turangga Seta, juga terkuak misteri jika keberadaan Candi Penataran di Blitar yang merupakan Candi terbesar di Jawa Timur itu terkait dengan berdirinya kerajaan besar di Blitar kala itu yang justru wilayah kekuasaannya lebih besar dari Kerajaan Majapahit. Namun sayang misteri ini belum akan diungkapkan pada publik.

Candi PenataranOleh Ivan Sujatmoko | 5 Komentar

1

Tweet

1This page has been shared 1 times. View these Tweets.

Like10

Page 118: DTW BLITAR 2

Candi Penataran merupakan salah satu candi yang merupakan peninggalan sejarah yang amat mempesona jika dilihat dari sisi keindahan dan juga budayanya. Candi Penataran adalah komplek percandian yang terluas di Jawa Timur. Berdasarkan laporan Dinas Purbakala tahu 1914-1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor 563, Candi Penataran merupakan bangunan kekunaan yang terdiri atas beberapa gugusan sehingga disebut Komplek Percandian. Lokasi bangunan candi ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter diatas permukaan air laut, Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar.Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama-lama bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan orang-orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar. Namun seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah. Sehingga untuk saat ini sudah menjadi kompleks candi sebagai tujuan wisata yang indah dan menarik.

A. LOKASI CANDI PENATARANCandi Penataran merupakan satu-satunya candi terluas di Jawa Timur. Lokasinya terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok,

Page 119: DTW BLITAR 2

Blitar. Tepatnya di lereng barat daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai di lokasi percandian dapat ditempuh dari pusat kota Blitar ke utara yaitu ke jurusan makam Bung Karno. Jarak antara kota dan sampai lokasi diperkirakan 12 Km. Apabila ditempuh dari kota Blitar, setelah mencapai 10 Km, setelah sampai di pasar desa Nglegok, kemudian diteruskan sampai pasar Penataran kemudian belok kiri menuju ke percandian. Dari pertigaan pasar Penataran sampai ke lokasi hanya tinggal 300 meteran. Bagi pengunjung yang datang dari Malang dapat ditempuh lewat pertigaan desa Garum kemudian belok kanan sejauh lebih kurang 5 Km sudah sampai di lokasi percandian.

Gambar: Candi Penataran

Jumlah pengunjung candi Penataran tergolong tinggi. Menurut catatan jumlah pengunjung rata-rata dalam satu bulan mencapai sekitar 20.000 sampai 25.000 orang. Itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan pengunjung candi yang lain. Setiap wisatawan seperti diwajibkan untuk mampir ke Candi Penataran dan rasanya belum sah jika berwisata ke Jawa Timur tanpa mampir ke Candi Penataran. Mereka tertarik dengan kekunikan dari candinya sendiri, yang bisa menjadi obyek pemotretan, sumber inspirasi bagi para seniman dan sebagai lahan bagi para pedagang kecil untuk menjajakan makanan atau cindera mata penitipan kendaraan maupun pemandu wisata hingga biro transportasi.

Page 120: DTW BLITAR 2

Candi Penataran termasuk dalam monumen mati (dead monument) artinya tidak ada kaitannya lagi dengan kepercayaan yang dianut masyarakat dewasa ini. Bangunan candi tidak berfungsi lagi sebagai tempat ibadah atau sebagai tempat semedi melainkan sebagai tempat wisata. Para pengnjung yang datang dalam rangka menikmati seni dan budaya dari kekunoan dan ilmu pengetahuan. Kini 800 tahun lebih telah berlalu, komplek Candi Penataran masih tegak berdiri di tempat semula dengan penuh keanggunan dan kemegahan.

Gambar: Candi Penataran

B. BAGIAN-BAGIAN CANDI PENATARANMenurut catatan, bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 m2 berjajar dari barat laut ke timur kemudian berlanjut ke tenggara. Seluruh halaman komplek percandian kecuali yang bagian tenggara dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Untuk lebih mudahnya dalam memahami kompek Candi Penataran, bagian-bagian dari Candi Penataran disebut halaman A, halaman B, dan halaman C. Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak terlihat harmonis ini mengambarkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode. Candi Penataran dibangun oleh dua dinasti yang bermusuhan, yaitu dari wangsa

Page 121: DTW BLITAR 2

Isyana beralih ke wangsa Rajasa. Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:

1. Halaman A Masuk kedalam halaman A, yang sebelumnya dengan diawali dengan menuruni undakan, para pengunjung disambut oleh dua buah arca penjaga pintu (Dwaraphala) yang berangka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi terpahat dalam arca, masyarakat setempat menyebutnya Reco Pentung. Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca tersebut, para sarjana menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah (nama asli Candi Penataran) baru diresmikan menjadi Negara (state temple) pada masa pemerintahannya Raja Jayanegara dari Majapahit, meskipun masih berstatus dharma lepas. Sebelah timur kedua aca tersebut terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.

Gambar: Dwarapala Candi Penataran

a. Bale Agung

Page 122: DTW BLITAR 2

Melalui bekas pintu gerbang, sampailah pada bagian terdepan dari Candi Pantaran, Bale Agung. Lokasi bangunan tersebut terletak di bagian barat laut halaman A, posisinya sedikit menjorok ke depan. Bangunan seluruhnya terbuat dari batu, didingnya masih polos dan memiliki empat buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara, sehingga bangunan ini terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain terletak di sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu samping.Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian. Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J Krom seperti juga di Bali dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau pendanda.

b. Pendopo TerasLokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 m x 9,22 m x 1,5 m. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk menaruh sesaji dalam rangka upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut didinding bagian timur. Pada masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.

Page 123: DTW BLITAR 2

Gambar: Relief Tanjung Candi Penataran

Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief yang menceritakan kisah tentang Bubuksah-Gagang Aking yang didalam cerita rakyat dikenal Syeh Bela-belu dan Syeh Dami aking, Sang Setyawan dan Sri Tanjung. Ceritanya seperti ini, Bhuksa digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apapun, ikhlas dan tidak pernah tidur. Sedangkan Gagang aking, kurus kering, suka berpuasa dan juga suka tidur. Suatu saat Dewa Syiwa berubah menjadi macan putih guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking ”saya orangnya kurus, jangan makan saya tetapi makan teman saya saja” sedangkan Bhuksa ”silahkan makan saya saja”. Dalam ujian tersebut Bhuksa lulus dan ia kemudian masuk Surga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.

c. Candi Angka Tahun

Page 124: DTW BLITAR 2

Candi Angka Tahun berangka tahun 1291 Saka atau 1369 Masehi. Masyarakat Jawa Timur lebih mengenalnya dengan Candi Brawijaya yang merupakan maskot Candi Penataran dan juga digunakan sebagai lambang kodam V Brawijaya. Terkadang ada juga yang menyebutnya Candi Ganesha karena didalam bilik candinya terdapat sebuah arca Ganesha. Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras dalam jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat, pipi tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam relung candi terdapat sebuah arca Ganesha dari batu dalam posisi duduk di atas padmasana. Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup sungkup terdapat relief “Surya Majapahit” yakni lingkaran yang dikelilingi oleh pancaran sinar yang berupa garis-garis lurus dalam susunan beberapa buah segitiga sama kaki. Relief Surya Majapahit juga ditemukan di beberapa candi yang lain di Jawa Timur ini dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai tanda cap kerajaan.

Gambar: Candi Angka Tahun

Page 125: DTW BLITAR 2

Candi Angka Tahun seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi (gerbagerha) dan kemudian mahkota bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang meriah dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala makhluk yang bentuknya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di Jawa Timur sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan atau juga bisa disebut singa atau harimau. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah pondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut candi angka tahun ini. Di sebelah kiri candi angka tahun terdapat arca wanita Rajapatni.

2. Halaman BMemasuki halaman kedua dari Candi Penataran, kita akan disambut oleh dua buah arca Dwaraphala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwaraphala pintu masuk candi. Seperti pada arca Dwaraphala di pintu masuk, Dwaraphala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwaraphala di pintu masuk, juga di zaman Raja Jayanegara. Halaman B terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.

Pada bagian dalam halaman B terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter,

Page 126: DTW BLITAR 2

panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga dipakai untuk menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga figur-figur atau tokoh-tokoh seperti raja sebanyak sembilan buah sebagai candrasengkala, masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk, yang menggambarkan makhluk kayangan dilihat dari pakaian dan hiasan yang dipakainya. Salah satu tangannya memegang genta (bel upacara) dan tangan yang lainnya menyokong tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah candra sengkala ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan Kertanegara.

Gambar: Candi Naga

Masih dalam lingkungan halaman B, terdapat sebuah pondasi dari bata yang terkesan menghadap barat daya, diketahui dari bidang menjorok ke sisi barat daya dan membentuk suatu pintu masuk.

Page 127: DTW BLITAR 2

Lokasinya terletak di sebelah timur candi. Bagian barat daya terdapat dua buah sisa bangunan, yaitu sebuah pondasi dari bata berukuran 10 x 20 meter dan sebuah lagi berdenah bujur sangkar yang memiliki ciri-ciri sama dengan salah satu pondasi di bagian timur laut. Pada bagian sudut barat halaman ini terdapat sekumpulan ambang pintu yang terlepas dari bangunan aslinya. Pada ambang- ambang pintu itu beberapa diantaranya memuat angka tahun yang masih dapat terbaca dengan jelas, yaitu tahun 1245 Saka, 1294 Saka, 1295 Saka, dan dua buah lagi berangka tahun sama yaitu 1301 Saka. Ada dua buah arca Dwarapala lagi dengan angka tahun 1242 Saka terletak di pintu masuk ke halaman ketiga yang mungkin sebuah gapura paduraksa, karena dekat tempat itu terdapat reruntuhan sebuah pintu yang berangka tahun 1240 Saka.

3. Halaman CMelewati pintu gerbang paduraksa yang hanya tinggal pondasi dan dua dwaraphala, sampailah di halaman ketiga terletak di ujung tenggara sebagai bagian paling belakang dari komplek candi dan terletak di tanah yang lebih tinggi dari yang lainnya. Karena adanya anggapan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang paling sakral. Ada sekitar 9 buah bekas bangunan di halaman ini yang letaknya tidak beraturan. Dua buah candi yang sudah dapat dikenali adalah bangunan candi induk dan prasasti Palah berupa linggapala. Sepanjang sisi barat laut terdapat lima buah sisa bangunan berupa pondasi dan batur dari batu atau bata. Satu daiantaranya sebuah batur yang terdapat relief-relief ceritera candi. Tingginya sekitar satu meter.

Pada halaman C ini terdapat bangunan candi induk yang terdiri dari tiga teras tersusun dengan tinggi 7,19 meter. Pada masing-masing sisi tangga terdapat dua arca mahakala, yang pada lapiknya terdapat angka tahun 1269 Saka atau 1347 M. Sekelling dinding candi pada teras pertama terdapat relief cerita Ramayana. Untuk dapat membacanya harus mengikuti arah prasawiya, dimulai dari sudut barat laut. Pada teras kedua sekeliling dinding dipenuhi pahatan relief ceritera Krçnayana yang alur ceriteranya dapat diikuti secara pradaksina (searah jarum jam). Sedangkan di teras ke tiga berupa relief naga dan singa bersayap. Teras ketiga bentuknya hampir bujur sangkar, dinding-dindingnya berpahatkan arca singa bersayap dan naga bersayap. kepalanya sedikit mendongak ke depan sedangkan

Page 128: DTW BLITAR 2

singa bersayap kaki belakangnya dakam posisi berjongkok sedang kaki depan diangkat ke atas.

Gambar: Candi Induk Penataran

Pada sisi sebelah barat daya halaman terdapat dua buah sisa bangunan. Sebuah candi kecil dari batu yang belum lama runtuh yang oleh orang Belanda dulu dinamakan ”klein heligdom” atau bathara kecil. Nampaknya candi inilah yang mula-mula dibuat bersamaan dengan parasasti Palah melalui upacara pratistha tersebut. Sebuah sisa yang lain berupa pondasi dari bata. Kedua sisa bangunan ini menghadap ke arah barat daya. Sederet dengan sisa kedua bangunan ini berdiri sebuah lingga batu yang disebut Prasasti Palah. Dalam area komplek percandian juga terdapat sebuah kolam berangka tahun 1337 Saka atau 1415 Masehi yang terletak di belakang candi sebelah tenggara.

B. SEJARAH CANDI PENATARAN Prasasti Palah menerangkan bahwa “menandakan Kertajaya senang dengan kenyataan tidak terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana” dari kalimat ”tandhan krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah hinaruhåra nika”. Rasa senangnya tersebut kemudian beliau curahkan dengan perintah dibangunnya prasasti yang tertulis dalam sebuah linggapala oleh Mpu Amogeçwara atau disebut pula Mpu Talaluh. Bangunan tersebut beliau fungsikan untuk menyembah Bathara Palah, seperti yang tertuang dalam prasasti tersebut yang beerbunyi “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang berarti “Ketika beliau Sri Maharaja senantiyasa setiap hari berada di tempat bathara Palah”.

Kitab Pararaton menyebutkan bahwa keruntuhan Kadiri dikarenakan majunya Ken Arok sebagai Akuwu Tumapel. Kemudian dirinya merebut Kadiri dan mendirikan Singasari dengan wangsanya, wangsa Rajasa (1222-1227). Saat itu keadaan Prasasti Palah kurang mendapat perhatian dikarenakan kemelut yang tengah terjadi di Singasari, perebutan kekuasaan. Pada masa Anusapati hanya

Page 129: DTW BLITAR 2

meninggalkan patung Ganesha yang berangka tahun 1161 Saka dilambangkan dalam candra sengkala melalui wujud Ganesha itu sendiri ”Hana Ghana Hana Bhumi” atau tahun 1239 M. Penempatan Ganesha di pinggir sungai Brantas yang berdekatan dengan muara sungai Lahar diduga sebagai upaya untuk menghalang-halangi siapapun yang hendak melakukan pemujaan terhadap Bathara Palah. Perhatian terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau mendirikan Candi Naga dengan hiasan relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka.

Berdirinya Majapahit dapat dilihat di lapik arca Dwaraphala. Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda diantara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit didalam masa pemerintahan Wikramawardhana.

Sejak runtuhnya Majapahit yang disusul dengan berpindahnya keyakinan penduduk setempat yakni Islam, keadaan Candi Penataran sanagt memprihatinkan. Bengunan tersebut tidaka ada yang merawat sampai tertimbun longsoran tanah dan semak belukar, yang nampak hanyalah puing-puing yang berserakan. Keadaan tersebut diperparah dengan diambilnya batu-batu candi oleh penduduk setempat guna keperluan alas bangunan rumah atau pengeras jalan, sedangkan batu bata merahnya di tumbuk untuk dijadikan semen merah. Keadaan tersebut berakhir dengan kedatangan para peneliti pada sekitar permulaan abad XIX. Mulai saat itu diadakanlah rekonstruksi dan pemugaran. Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun 1815. Penemunya adalah Sir Thomas Stamfort Raffles, letnan gubernur jendral kolonial Inggris yang berkuasa di negara Indonesia pada waktu itu.

Page 130: DTW BLITAR 2

Description: candi penataran, candi penataran blitar, candi hindu- Reviewer: Ivan Sujatmoko - ItemReviewed: Candi Penataran Rating: 5

Candi Penataran

Candi Penataran, adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit.

Komplek candi Penataran ini merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur dan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud. Terletak pada ketinggian 450 M dari permukaan laut, komplek candi Penataran ini terletak di desa Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar.

Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, dan belum banyak dikenal sampai tahun 1850. Komplek candi ini ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang merupakan Letnan Gubernur Jendral pada masa kolonial Inggris di Indonesia pada waktu itu.

Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul "History of Java" yang terbit dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek candi Panataran.

Page 131: DTW BLITAR 2

Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dan dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja Çrnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 - 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus.

CANDI PENATARAN : MISTERI PERAHU BESAR DI SEKELILING GUNUNG5 May 2010 at 13:25

Page 132: DTW BLITAR 2

Candi Penataran

CANDI PENATARAN telah dicanangkan sebagai LANDMARK WISATA NASIONAL.Sebuah langkah terpuji dari Pemerintah , mengingat fakta bahwa masih banyak misteri yang tersimpan di dalam Situs Candi Penataran yang belum terkuak dan masih

Page 133: DTW BLITAR 2

menimbulkan banyak pertanyaan dan bahan diskusi bagi ahli purbakala Indonesia.

Di Indonesia terdapat berbagai macam candi. Terutama di pulau Jawa ada bermacam-macam candi yang tersebar mulai dari Jawa Timur sampai ke ujung Barat pulau Jawa.

Namun ada beberapa kejanggalan yang bisa dilihat di beberapa candi yang ada di Pulau Jawa. Kejanggalan terlihat dari patung dan relief yang ada. Kalau pengukuran secara tahun oleh arkeolog benar maka banyak hal yang tidak masuk akal di dua candi yang telah di teliti oleh para ahli purbakala, yaitu Candi Cetho dan Candi Penataran. (yang akan dibahas adalah khusus Candi Penataran)

Candi Panataran ditemukan pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Letnan Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Inggris yang berkuasa di Negara Indonesia.

Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul "History of Java" yang diterbitkan dalam dua jilid.

Jejak Raffles ini di kemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek percandian Panataran.

Sejalan dengan berjalanannya masa ke masa, ternyata Candi Penataran masih tetap menyisakan misteri jika dihitung berdasarkan ukuran-ukran tertentu arkeologi.

dibawah ini ada tulisan tentang MISTERI RELIEF PERAHU, yang konon sangat ganjil jika dikaitkan dengan kisah sejarah

Page 134: DTW BLITAR 2

yang tertulis. Seperti di ketahui , Candi Penataran konon terkait erat dengan Kerajaan Majapahit, yang menjadi asal usul istilah NUSWANTARA...atau NUSANTARA.

--------- loreinetta rere

tampak komplek candi bagian arah ke depan..

MISTERI PERAHU BESAR DI SEKELILING GUNUNGOleh Dody Wisnu Pribadi

Studi yang dilakukan atas gambar-gambar relief candi acap kali menemukan pemandangan yang ganjil dan menimbulkan tanda tanya berkepanjangan, hingga berdekade lamanya, bahkan sampai hari ini. Termasuk

Page 135: DTW BLITAR 2

gambar perahu di situs candi terbesar yang disebut oleh kalangan arkeolog sebagai candi paling spektakuler di Jawa Timur, Candi Penataran, di Kabupaten Blitar.

Arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, yang akhir bulan lalu bersama mengelilingi sejumlah candi, termasuk Penataran, mengungkap salah satu gambar di sudut barat daya candi, di kawasan yang diistilahkan "pendapa teras luar candi", yakni gambar perahu besar. Lokasinya berada di daerah dalam kompleks candi pada arah pintu masuk, bukan pada candinya.

"Artinya, kawasan pendapa teras luar ini mungkin lebih profan, yang ditujukan tidak sebagai lokasi peribadatan, area bagi masyarakat dan formasi sosial zaman itu," katanya.

Kita bayangkan Prabu Hayam Wuruk bersama para petinggi kerajaan duduk di pendapa setinggi sekitar 2 meter ini, suatu dataran yang cukup luas sekitar 300 meter persegi, berupa susunan batu. "Para arkeolog meyakini di atas pendapa ini ada bangunan kayu, sejenis rumah setengah terbuka, yang sekarang sudah musnah sebelum kemudian Prabu Hayam Wuruk memimpin upacara pemujaan di lokasi candi," tuturnya.

Lokasi teras luar ini patut berisi gambar relief kisah-kisah manusia, bukan dewa-dewa seperti relief dan patung candinya sendiri. Pada lokasi candinya, dilukiskan kisah Ramayana serta dewa-dewa berupa naga, burung, dan singa. Namun, justru itulah menariknya teras candi. Sebab, relief ini seolah potret masa lalu masyarakat candi ini.

"Jika teks-teks arkeologis hanya menyampaikan pelukisan naratif berupa kata-kata, pada relief ini kita benar-benar melihat gambar, yang kita bayangkan seperti gambaran masyarakat zaman itu," ucapnya.

Kita, misalnya, bisa menemukan musik kolintang, seperti

Page 136: DTW BLITAR 2

yang sekarang dimainkan oleh orang Sulawesi Utara dan tidak lagi dimainkan oleh orang Jawa, di relief Candi Penataran. Lalu timbul tanda tanya, bagaimana bisa demikian?

Mengapa ada kolintang di Penataran, sementara kita tidak menemukan kolintang pada masyarakat Pulau Jawa saat ini? Lalu kapan kolintang pindah ke Sulawesi, jika dulu pernah dimainkan di Jawa? Sungguh pertanyaan yang tak putus-putus untuk bisa mendapatkan jawabannya.

Orang Viking ?

Gambar yang tak kalah mengherankan adalah gambar perahu di lokasi sudut barat daya teras luar candi itu. Gambar ini sejauh yang tampak merupakan salah satu dari dua gambar perahu di teras luar candi, keduanya berjarak beberapa meter. Namun, gambar perahu di sudut menggambarkan jenis dan ukuran perahu yang besar.

Perahu itu memiliki tiang layar. Pelukisannya tampak seperti perahu besar, lalu pada badan perahu tampak ada garis-garis yang rupanya dipahami sebagai dayung panjang.

Ini gambaran yang mengingatkan pada gambar perahu Eropa kuno, perahu orang Viking yang bagian depan atau kepala perahunya berukir, lalu di kiri dan kanan perahu ada pedayung dan dayungnya, yang biasanya adalah para budak. Hanya saja tidak tampak ada gambar senjata atau meriam.

Sulit menemukan jawaban atas gambar perahu yang dilukiskan pada candi yang justru berada di sekeliling gunung tinggi ini. Sejumlah tanda tanya muncul, jika ini adalah perahu lokal, di mana perahu ini beroperasi di sekitar Blitar ini.

Sebab hanya ada Sungai Brantas di Blitar sehingga hanya mungkin perahu ini mondar-mandir di Sungai Brantas. Itu

Page 137: DTW BLITAR 2

artinya Sungai Brantas masa itu cukup besar dan dalam untuk dilintasi perahu sebesar itu. Namun, Sungai Brantas juga dikenal memiliki kontur yang curam antara hulu dan hilir. Jika perahu bisa ke arah hilir, apakah mungkin perahu dikemudikan ke arah hulu dalam keadaan melawan arus.

Tidak ada jawaban atas tanda tanya ini, kata Dwi. Slamet Pinardi dan Winston Mambo, penulis artikel Perdagangan pada Masa Majapahit, menyinggung tentang perahu ini dalam buku bunga rampai 700 Tahun Majapahit (Dinas Pariwisata Daerah Provinsi Daerah Tk I Jawa Timur, 1992) tulisan Sartono Kartodijo dan kawan-kawan.

Disebutkan, Surabaya, Tuban, dan Sedayu (Gresik) adalah pelabuhan-pelabuhan maju sejak tahun 1365. Masyarakat Jawa sudah mengenal alat angkut air. Slamet dan Winston meyakini, kegiatan pengangkutan itu dilakukan dengan motif perdagangan, mengingat sepanjang lembah Brantas masa itu juga sudah produktif sebagai produsen padi, ekspor merica dengan Dinas Song di China.

Slamet dan Winston mengungkap, bersumber dari kitab babon untuk studi Singosari, Pararaton, bahwa di Sungai Brantas ada pelabuhan Canggu, Trung atau Terung, dan Bubat. Ini daerah yang diperkirakan berada di sekitar Mojokerto. Perang yang menentukan bagi sejarah Majapahit berada di Bubat, saat perang dengan Kerajaan Siliwangi.

Canggu juga dikenal sebagai titik penyeberangan jika hendak pergi ke Madura pada zaman itu. Lokasi-lokasi tersebut adalah ruas Sungai Brantas yang sudah cukup landai, jauh dari Blitar yang lebih dekat dengan hulu. Artinya, meski dilukiskan pada relief candi di lokasi yang bergunung di lereng Gunung Kelud, Candi Penataran adalah gambar lanskap yang luas sampai ke Surabaya.

Page 138: DTW BLITAR 2

satu bagian dari Candi Penataran tampak dari depan

Page 139: DTW BLITAR 2
Page 140: DTW BLITAR 2

menjadi simbol Kodam Brawijaya

bagian bangunan belakang dan terluas dari candi PenataranSEJARAH CANDI PENATARANPOSTED ON MEI 3, 2013 UPDATED ON SEPTEMBER 24, 2013

SEJARAH CANDI PENATARAN ( Blitar, Jawa Timur )

            Candi Penataran atau Candi Panataran atau nama aslinya adalah Candi Palah adalah sebuah gugusan candi bersifat keagamaan Hindu Siwaitis yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi termegah dan terluas di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar, pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Dari prasasti yang tersimpan di bagian candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kadiri sekitar tahun 1200 Masehi dan berlanjut digunakan sampai masa pemerintahan Wikramawardhana, Raja Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.

            Candi Penataran merupakan candi yang kaya dengan berbagai macam corak relief, arca, dan struktur bangunan yang bergaya Hindu. Adanya pahatan Kala (raksasa menyeringai), arca Ganesya (dewa ilmu pengetahuan dalam mitologi Hindu), arca Dwarapala (patung raksasa penjaga pintu gerbang), dan juga relief Ramayana adalah bukti tidak terbantahkan bahwa Candi Penataran adalah candi Hindu.

Page 141: DTW BLITAR 2

            Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa yang memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 – 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menangkal atau menghindar dari mara bahaya yang disebabkan oleh Gunung Kelud yang sering meletus. Kitab Negarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk, yang memerintah kerajaan Majapahit antara tahun 1350 – 1389, ke Candi Palah untuk melakukan pemujaan kepada Hyang Acalapat, perwujudan Siwa sebagai Girindra (Giri Indra, raja penguasa gunung).

            Kesamaan nama Girindra yang disebut pada kitab Negarakretagama dengan nama Ken Arok yang bergelar Girindra atau Girinatha menimbulkan dugaan bahwa Candi Penataran adalah tempat pedharmaan (perabuan) Ken Arok, Girindra juga adalah nama salah satu wangsa yang diturunkan oleh Ken Arok selain wangsa Rajasa dan wangsa Wardhana. Sedangkan Hyang Acalapati adalah salah satu perwujudan dari Dewa Siwa, serupa dengan peneladanan sifat-sifat Bathara Siwa yang konon dijalankan Ken Arok.

            Perhatian terhadap prasasti Palah kembali pada tahun 1286, pada masa pemerintahan Kertanegara. Beliau mendirikan Candi Naga dengan hiasan relief naga yang disangga oleh 9 orang sebagai lambang candrasengkala ”Naga muluk sinangga jalma” atau tahun 1208 Saka.

            Berbagai kajian oleh para sejarawan terhadap teks-teks kuno, kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca, misalnya, dijelaskan bahwa Candi Penataran sangat dihormati oleh para raja dan petinggi kerajaan besar di JawaTimur. Candi Penataran pernah menyimpan abu dari raja Rajasa (Ken Arok) pendiri kerajaan Singasari, dan juga abu dari raja Kertarajasa Jayawardhana (Raden Wijaya) pendiri kerajaan Majapahit. Bahkan konon, menurut legenda rakyat setempat, sumpah sakral Mahapatih Gajah Mada untuk menyatukan seluruh Nusantara dalam kekuasaan Majapahit, yang dikenal dengan nama “Sumpah Palapa”, diucapkan di Candi Penataran.

            Pada masa pemerintahan Jayanegara candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan Hayam Wuruk. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit didalam masa pemerintahan Wikramawardhana.

Page 142: DTW BLITAR 2

            Semenjak runtuhnya kerajaan Majapahit yang kemudian disusul dengan masuknya agama Islam di Jawa, banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Budha begitu saja ditinggalkan oleh masyarakat penganutnya. Lama kelamaan bangunan-bangunan suci yang tidak lagi dipergunakan itu dilupakan orang karena masyarakat sebagian besar telah berganti kepercayaan. Akibatnya bangunan tersebut menjadi terlantar tidak ada lagi yang mengurusnya, pada akhirnya tertimbun longsoran tanah dan semak semak belukar.

            Candi Penataran ditemukan kembali pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang dahulunya sempat terabaikan sekarang mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kemudian dipugar. Kini candi ini menjadi tujuan wisata yang menarik.

            Candi Penataran terletak di desa Penataran, kecamatan Nglegok, kabupaten Blitar, Jawa Timur, Indonesia. Lokasinya yang terletak di kaki gunung Kelud, menjadikan area Candi Penataran berhawa sejuk. Candi Penataran adalah kompleks percandian terbesar dan paling terawat di provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Candi Pemandian Penataran7:45 PM  Blitar Heritage, candi di Blitar, Candi Pemandian Penataran, kekunaan, Penataran Water Temple, Pentirtaan, Tempat Wisata di Blitar  No comments

Candi Pemandian Penataran terletak di Desa Penataran, Kec. Nglegok, Kab. Blitar, Jawa Timur. Bangunan ini lebih menyerupai sebuah kolam atau pentirtaan. Pentirtaan dalam tradisi masyarakat kala itu merupakan semacam pemandian atau tempat air.

Page 143: DTW BLITAR 2

Lokasi Candi Pemandian Penataran kira-kira 200 meter arah timur laut kompleks Candi Penataran, dan terletak di pinggir jalan besar. Hanya saja lokasinya agak ke bawah dari pinggir jalan tersebut, sehingga kalau saat melintas sering kita tidak memperhatikan bangunan pentirtaan tersebut.

Bangunan pentirtaan ini masih lumayan terawat dengan baik dan airnya juga masih mengalir. Bangunan pentirtaan ini terbuat dari batu andesit.

Page 144: DTW BLITAR 2

Mengenai sejarahnya, bangunan pentirtaan ini masih ada hubungannya dengan kompleks percandian Penataran secara keseluruhan. *** [120112]

Page 145: DTW BLITAR 2