BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan bahan atau substansi yang
menempel pada kulit. Terdapat dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergika, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis
kontak alergika adalah suatu peradangan kulit yang timbul setelah kontak dengan alergen
melalui proses sensitisasi. Penyebab Dermatitis kontak alergika adalah alergen, paling sering
berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da yang juga disebut bahan
kimia sederhana. Salah satu bahan alergen yang dapat menyebabkan dermatitis kontak
alergika adalah Henna. 1,2
Henna ( Lawsonia inermis ) adalah tanaman dari famili Lythraceae yang dikenal
sebagai pewarna natural. Henna digunakan pada tradisi Islam dan Hindu sebagai pewarna
rambut, kuku, dan membuat tato temporer/sementara. Pada jaman dahulu, henna digunakan
sebagai pengobatan penyakit kuning (jaundice), lepra, cacar dan keluhan kulit lainnya. Di
Turki, tanaman henna digunakan secara luas untuk berbagai macam keperluan, seperti infeksi
dan gatal-gatal. Dermatitis kontak alergi dikarenakan henna yang alami jarang ditemukan.3
Pada kasus ini akan dibahas mengenai dermatitis kontak alergika yang disebabkan
oleh henna. Kasus ini merupakan kasus yang cukup jarang dijumpai namun pernah
dilaporkan menurut penelitian Roesyanto-Mahadi, bahwa paraphenylenediamine (PPD) yang
merupakan bahan campuran dalam henna, adalah alergen penyebab dermatitis kontak
alergika terbanyak urutan ketiga dari 144 penderita dermatitis kontak alergika di Medan
periode tahun 1991-1992, yaitu 12,28%.4 Oleh karena itu penggunaan henna yang dapat
menyebabkan dermatitis kontak alergika akan dibahas lebih lanjut.
1
BAB II
KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Raya Panglima Sudirman, Kota Probolinggo
Suku : Madura
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Marital : Menikah
No RM : 173734
Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2013
2.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Gatal di kedua lengan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gatal di kedua lengan sejak 2 hari yang lalu. Dua minggu yang lalu sebelum
menikah, pasien menggunakan “pacar” atau henna di kedua lengan. Awalnya
muncul bercak kemerahan yang menyerupai pola “pacar” yang digambar, kemudian
bercak kemerahan tersebut terasa menonjol dan gatal. Pasien juga mengatakan 2 hari
yang lalu terdapat bintil-bintil kecil, berair dan gatal. Kulit lengan kemerahan, panas
dan perih bila digaruk. Keluhan ini hanya terbatas pada kulit yang digambari dengan
“pacar” dan tidak menyebar di bagian kulit yang lain.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien sering menggunakan “pacar” saat masih di pesantren. Namun
tidak pernah ada keluhan seperti ini. Pasien mengatakan jenis “pacar” yang
2
digunakan saat masih di pesantren dulu dengan yang digunakan 2 minggu yang lalu
berbeda, jenis “pacar” yang digunakan sekarang berwarna lebih hitam namun pasien
tidak mengetahui merk nya. Pasien tidak pernah menggunakan cat rambut.
Riwayat Pengobatan :
Untuk meredakan gatal pasien menggunakan sabun antiseptik dan air hangat. Pasien
juga meminum obat gatal yang dibeli di warung.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak pernah alergi obat atau alergi makanan.
Riwayat Atopi :
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang terkena asma, bersin-bersin terutama
pada pagi hari ataupun gatal-gatal
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Pasien tidak bekerja / ibu rumah tangga dan sehari-hari berada di rumah saja.
2.3 Pemeriksaan Klinis
L : Lengan kiri dan kanan
D : terlokalisir
3
R : Plak, eritematous, berbatas tegas, bentuk menyerupai pola “pacar” yang
digambarkan
2.4 Diagnosa Banding
a. Dermatitis Kontak Alergika
b. Dermatitis Kontak Iritan
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2.6 Diagnosa
Dermatitis Kontak Alergika
2.7 Terapi
a. Loratadine Tab. 1 x 10 mg selama 7 hari
b. Methyl Prednisolone Tab. 1 x 8 mg pagi hari selama 5 hari
c. Triamcinolone acetomide 0,1% cream 10 g
2.8 Saran
a. Menghindari penggunaan bahan yang mengandung alergen tersebut seperti henna,
cat rambut, dll.
b. Minum obat secara teratur
c. Kontrol
4
BAB III
PEMBAHASAN
Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan bahan atau substansi yang
menempel pada kulit. Terdapat dua macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergika, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Penyebab
dermatitis kontak alergika adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat
molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut sebagai bahan kimia sederhana.
Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan
luasnya penetrasi di kulit.1
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergika adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai sel ( cell mediated immune respons ) atau reaksi
alergi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbulnya lambat ( delayed hypersensitivity ),
umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan alergen.1
Sebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergi, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena
adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang terikat dengan
protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses oleh makrofag dan
sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke sel T. Setelah kontak dengan antigen yang
telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan
berploriferasi membentuk sel T elektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori.
Sel-sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat
kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase sensitisasi. Fase ini rata-
rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh
derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan
konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang lebih pendek, sedangkan sensitizer lemah
muncul setelah lama kontak dengan bahan tersebut, dapat berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun. Sedangkan periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
5
serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elitasi, umumnya berlangsung antara 24-
48 jam.1
Dalam beberapa tahun terakhir dilaporkan adanya suatu reaksi alergi akibat
pemakaian henna (black henna tattoo). Bubuk henna didapatkan dengan cara mengeringkan
dan menghancurkan tanaman Lawsonia inermis, yang tumbuh di daerah Afrika Utara dan
Asia. Henna merupakan pigmen berwarna coklat yang telah digunakan selama ribuan tahun
oleh umat Islam, Hindu dan yang lainnya untuk mewarnai rambut, tubuh, dan kuku, dan
biasanya disebut sebagai Mehandi. Tattoo atau gambar dibuat dengan mengaplikasikan henna
secara langsung pada kulit. Biasanya dibutuhkan waktu selama 12 jam untuk mendapatkan
hasil yang diingunkan. Sedikit sekali kasus alergi kontak terhadap henna yang alami. Henna
dapat dibuat lebih gelap dengan cara mencampurnya dengan bahan tambahan seperti lemon,
beet root juice, nut shell, gula, P-Toluenediamine, dan paraphenylenediamine (PPD). Hal ini
dilakukan agar proses pembuatan tattoo temporer menggunakan henna ini lebih cepat dan
dapat bertahan lebih lama.5
Menurut penelitian Roesyanto-Mahadi, bahwa paraphenylenediamine (PPD) yang
merupakan bahan campuran dalam henna, adalah alergen penyebab dermatitis kontak
alergika terbanyak urutan ketiga dari 144 penderita dermatitis kontak alergika di Medan
periode tahun 1991-1992, yaitu 12,28%.4
PPD diketahui sebagai pemicu terjadinya dermatitis kontak alergi akibat henna dan
cat rambut permanen dan semipermanen. PPD bekerja di epidermis dengan cara yang sama
dengan prohapten dan harus di ubah menjadi benzoquine sebelum memicu terjadinya reaksi
hipersensitif tipe IV. European Union Legislation mengatur bahwa konsentrasi maksimum
PPD pada cat rambut sebanyak 6% dan melarang aplikasi langsung PPD pada kulit, bulu
mata dan alis. Black henna tidak mencantumkan secara resmi konsentrasi dari PPD, namun
pada suatu penelitian ditemukan konsentrasi PPD sebanyak 15,7 %.5
Metode dalam mengaplikasikan henna dengan menggunakan alat-alat dari plastik dan
perekat akan menambah penetrasi dari PPD ke dalam kulit dan dapat bereaksi dengan
komponen lain seperti latex, rosin, dan thiuram. Sensitisasi terhadap PPD penting
dikarenakan PPD merupakan bahan yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya cat rambut, eye shadow, plastik, karet, tinta printer dll.5
6
Pada kasus ini pasien mengeluh gatal di kedua lengan sejak 2 hari yang lalu. Dua
minggu yang lalu sebelum menikah, pasien menggunakan “pacar” atau henna di kedua
lengan. Awalnya muncul bercak kemerahan yang menyerupai pola “pacar” yang digambar,
kemudian bercak kemerahan tersebut terasa menonjol dan gatal. Pasien juga mengatakan 2
hari yang lalu terdapat bintil-bintil kecil, berair dan gatal. Kulit lengan kemerahan, panas dan
perih bila digaruk. Keluhan ini hanya terbatas pada kulit yang digambari dengan “pacar” dan
tidak menyebar di bagian kulit yang lain. Sebelumnya pasien sering menggunakan “pacar”
saat masih di pesantren. Namun tidak pernah ada keluhan seperti ini. Pasien mengatakan jenis
“pacar” yang digunakan saat masih di pesantren dulu dengan yang digunakan 2 minggu yang
lalu berbeda, jenis “pacar” yang digunakan sekarang berwarna lebih hitam namun pasien
tidak mengetahui merk nya. Pasien tidak pernah menggunakan cat rambut.
Kelainan kulit dermatitis kontak alergika sering tidak menunjukkan gambaran
morfologi yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopi, dermatitis numularis, dermatitis
seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang utama ialah dengan dermatitis kontak
iritan.1
Pada pasien ini di diagnosa sebagai dermatitis kontak alergika karena dari anamnesa
didapatkan pasien pernah kontak sebelumnya dengan substansi yang mengandung alergen
yaitu henna. Henna yang digunakan pasien berwarna hitam sehingga dicurigai mengandung
PPD yang merupakan bahan alergen. Pada pemeriksaan klinis didapatkan lesi di lengan
kanan dan kiri, terlokalisir dan lesi berupa plak yang eritematosa, berbatas tegas, dan
berbentuk menyerupai pola henna yang digambarkan. Berbeda dengan dermatitis kontak
iritan akut yang gambaran lesi nya berupa vesikel, bula, eritema, dan kulit yang terasa panas
atau pedih. Namun luas kelainannya umumnya terbatas pada daerah yang terkena dan
berbatas tegas. Pada dermatitis kontak iritan akut kelainan kulit akan terlihat setelah 12-24
jam atau lebih, sedangkan pada pasien ini kelainan kulit baru terlihat setelah 12 hari terpapar
alergen, namun pada riwayat sebelumnya pasien sering terpapar oleh alergen sehingga
dicurigai saat itu pasien sedang berada pada fase sensitisasi.
7
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara dermatitis kontak alergika dan dermatitis
kontak iritan:
Tabel 1 : Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik6
Pada pasien ini tidak dilakukan uji tempel atau patch test dikarenakan tidak tersedia
alat. Namun bila dilakukan uji tempel, pelaksanaannya dilakukan setelah dermatitis tenang,
bila mungkins setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel dapat di punggung atau
lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit
yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkatkan dengan plester. Setelah
48 jam dibuka, dan reaksi baru dibaca setelah 48 jam atau saat dibuka, 72 jam, dan 96 jam.
Hasil positif berupa eritema dengan urtika, vesikel, hingga bula. Pada pasien perlu dibedakan
apakah dermatitis kontak ini merupakan dermatitis kontak iritan atau alergika. Bila karena
iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam ( reaksi tipe decrescendo ), sedangkan dermatitis
kontak alergika makin meningkat reaksinya ( reaksi tipe crescendo ).1
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergika adalah upaya
pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan
kulit yang timbul. Untuk dermatitis kontak alergika yang ringan, atau dermatitis akut yang
telah mereda cukup diberikan kortikosteroid topikal. Pada pasien ini diberikan antihistamin
Loratadine 1 x 10 mg, kortikosteroid sistemik dengan Methyl Prednisolone 8 mg selama 5
8
hari, dan kortikosteroid topikal Triamcinolone acetamide 0,1%. Loratadine merupakan
antihistamin yang dapat mengurangi gatal yang bekerja cukup lama ( long acting ) dan tidak
memberikan efek sedasi. Methyl prednisolone dipilih karena merupakan kortikosteroid
golongan glukokortikoid yang mempunyai efek anti inflamasi, lama kerjanya sedang yaitu
antara 12-36 jam, dan dapat diberikan pada pagi hari sebagai dosis tunggal, karena kadar
kortisol tertinggi dalam darah pada pagi hari. Triamcinolone acetamide 0,1 % dipilih karena
pengobatan kortikosteroid topikal pada dermatitis kontak alergika dipilih kortikosteroid
dengan potensi sedang
Pada pasien ini disarankan untuk menghindari pemakaian bahan-bahan yang
mengadung alergen PPD seperti henna, cat rambut, dll. Selain itu pasien harus minum dan
menggunakan obat secara teratur dan kontrol ke dokter.
9