perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE
QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV
SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh :
Afti Lestari
K 5107002
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE
QUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV
SDLB NEGERI CANGAKAN KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
Afti Lestari
K 5107002
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Luar Biasa Jurusan
Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Afti Lestari. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODEQUANTUM LEARNING ANAK TUNANETRA KELAS IV SDLB NEGERICANGAKAN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas MaretSurakarta, April, 2011.
Penelitian ini berkenaan dengan upaya meningkatkan prestasi belajar IPAanak tunanetra melalui metode Quantum Learning. Tujuan penelitian ini adalahuntuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode QuantumLearning dalam pembelajaran anak tunanetra di SDLB Negeri CangakanKaranganyar Tahun Ajaran 2010/ 2011. Metode Quantum Learning merupakanmetode yang memberikan rasa nyaman dan menyenangkan saat pembelajaran.Quantum Learning merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.Prestasi Belajar IPA adalah tingkat ilmu alam yang dimiliki siswa dalammenerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep,dan generalisasi yang berkaitan dengan kehidupan alam pada bahan kajianbiologi, fisika, kimia dan ilmu alam semesta.
Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/Penelitian TindakanKelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa.Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyardan data berupa prestasi belajar IPA. Teknik pengumpulan data yang digunakanadalah tes dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakantriangulasi teknik dan review informan kunci. Teknis analisis yang digunakanadalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatifdianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tesdiklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptifkomparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikatorpencapaian.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode QuantumLearning dalam pembelajaran meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetrakelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Afti Lestari. IMPROVING LEARNING SCIENCE LEARNINGACHIEVEMENT THROUGH QUANTUM LEARNING METHOD VISUALIMPAIRMENT CHILDREN IN CLASS IV SDLB N CANGAKANKARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis: Teacher Trainingand Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January,2011.
The research is concerned with efforts to improve science learningachievement of children with visual impairments through Quantum Learningmethods. The purpose this study was the increase in science achievement afterapplying the Quantum Learning methods in learning visual impairment childrenin SDLB N Cangakan Karanganyar in Academic Year 2010/2011. QuantumLearning Method is a method that gives a sense of comfort and fun when learning.Quantum Learning is the interaction that converts energy into light. Achievementlearning science is the level of natural science who owned student in accept,rejecting, and assess information in the form of facts, concepts, andgeneralizations relating to natural life in study materials of biology, physics,chemistry and science of the universe.
This study belongs to a Clasroom Action Research involving anobservation on the learning activity in the form of an action generated andoccurring deliberately in a class collectively. This research is a collaboration orcooperation between the researcher, teacher, and student. The data source ofresearch is the students in class IV SDLB N Cangakan Karanganyar and the dataused the achievement learning science. Techniques of collecting data used weretests and documentation. The qualitative data was analyzed using critical analyzeddescriptively and comparatively, by comparing the inter-cycles test values and theindicator of achievement.
Based on the results of this study concluded that Quantum Learningmethod in learning to increase in science learning achievement visual impairmentchildren class IV SDLB N Cangakan Karanganyar Academic Year 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“.....hendaklah engkau bersikap tenang, maka sesungguhnya kebaikan itudengan cara tidak tergesa – gesa”
(Terjemahan Hadis Riwayat Bukhari)
“Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.( Terjemahan Q.S. Al Insyiroh Ayat 4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan
Kepada:
1. Ibu dan Nenekku, Suparni dan Wongso
Sukarti atas pancaran doa dan kasih
sayangnya.
2. Calon Suamiku, Ali Mustofa Effendi
Ujianto, SH atas pancaran doa, kasih
sayangnya, bantuannya serta motivasi dan
semangat dalam menyelesaikan skripsi.
3. Adik-adikku dan sahabatku, Labib dan Lutfi
atas segala bantuan serta motivasi dalam
menyelesaikan skripsi, dan Retno yang
selalu memberikan semangat.
4. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah
banyak memberikan ilmu.
5. Teman-teman PLB angkatan 2007 dan
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah
memberikan izin dalam melakukan penelitian;
2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan
izin dalam melakukan penelitian;
3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin
dalam melakukan penelitian;
4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd dan
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
skripsi;
5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.
Abdul Salim Choiri, M.Kes;
6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Bapak Drs. Maryadi, M.Ag ;
7. Bapak Drs. R. Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi;
8. Bapak Darya Sunaryo, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Bapak Yusuf, selaku guru kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang
telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk
kolaborasi dengan penulis dalam penelitian;
10. Seluruh bapak dan ibu guru SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang telah
ikut memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;
11. Siswa kelas IV SDLB N Cangakan Karanganyar yang telah membantu
pelaksanaan penelitian;
12. Sahabat-sahabatku (Retno, Dita, Miftah, Nurul, Mbak Nurul, Mbak Resti, Mas
Vian, dan Mas Eko), terimakasih banyak untuk persaudaraan yang indah ini,
terimakasih untuk semua nasehat-nasehat,dukungan dan semangatnya aku banyak
belajar dari kalian semua;
13. Teman-teman PLB angkatan 2007yang memberikan semangat dan dukungan;
14. Keluargaku ( Bu Suparni, Nenekku, adik-adikku, dan Mas Ali ) yang
memberikan pancaran doa dan semangat;
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. v
HALAMAN ABSTRACT .......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii
KATA PENGANTAR................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK..................................................................................... xv
DAFTAR SKEMA ..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 8
1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra .............................. 8
a. Pengertian Anak Tunanetra ....................................... 8
b. KlasifikasiAnak Tunanetra ....................................... 10
c. Faktor – Faktor Penyebab Ketunanetraan ................. 11
d. Karakteristik Anak Tunanetra ................................... 16
e. Dampak Ketunanetraan ............................................ 19
2. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar…………….................. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Belajar …………………………………… 22
b. Pengertian Prestasi ........................................................ 23
c. Pengertian Prestasi Belajar ........................................... 24
d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
...................................................................................... 25
3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam ....................... 28
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ................... 28
b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
....................................................................................... 30
c. Pembelajaran IPA di SD .............................................. 31
d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD................. 33
4. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA ............................... 35
5. Tinjauan Tentang Metode Quantum Learning ................... 36
a. Pengertian Quantum Learning ...................................... 36
b. Faktor Yang Mendukung Metode Quantum Learning
....................................................................................... 38
c. Penerapan Metode Quantum Learning dalam Pembe-
lajaran .......................................................................... 40
d. Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap Prestasi
Belajar IPA .................................................................. . 44
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 45
C. Kerangka Pikiran ....................................................................... 46
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 48
B. Pendekatan penelitian .............................................................. 49
C. Subjek Penelitian........................................................................ 52
D. Data dan Sumber Data ............................................................. 52
E. Teknik-Teknik Pengumpulan Data............................................. 52
F. Uji Validitas Data........................................................................ 56
G. Teknik Analisis Data................................................................... 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
H. Indikator Ketercapaian................................................................ 58
I. Prosedur Penelitian....................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 66
A. Pelaksanaan Tindakan .............................................................. 66
1. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 66
2. Siklus Pertama ……… ........................................................ 69
a. Perencanaan Tindakan I ............................................... 69
b. Pelaksanaan Tindakan I................................................. 71
c. Observasi dan Interpretasi ............................................ 72
d. Analisis dan Refleksi .................................................... 74
3. Siklus Kedua........................................................................ 75
a. Perencanaan Tindakan II ............................................... 75
b. Pelaksanaan Tindakan II ............................................... 77
c. Observasi dan Interpretasi ............................................. 79
d. Analisis dan Refleksi..................................................... 81
B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 81
1. Deskripsi Siklus I ................................................................ 81
2. Deskripsi Siklus II ............................................................... 86
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 94
A. Simpulan .................................................................................. 99
B. Saran ........................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2........ 33
Tabel 2 : Waktu Penelitian ...................................................................... 48
Tabel 3 : Kisi – Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ............................................ 54
Tabel 4 : Penilaian Tingkat Penguasaan Materi ....................................... 55
Tabel 5 : Bobot Penilaian Tiap Soal ........................................................ 55
Tabel 6 : Perolehan Nilai Kondisi Awal .................................................. 66
Tabel 7 : Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar .................... 84
Tabel 8 : Perolehan Nilai Presatasi Belajar IPA pada Siklus I .................. 85
Tabel 9 : Keaktifan Siswa pada Kegiatan Belajar Mengajar..................... 89
Tabel 10 : Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA pada Siklus II ................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar Pada Kondisi Awal.............................. 67
Grafik 2 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar Pada Siklus I........................................ 86
Grafik 3 : Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri
Cangakan KaranganyarPada Siklus II ..................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1 : Kerangka Berpikir .............................................................. 47
Skema 2 : Alur Penelitian Tindakan Kelas .......................................... 50
Skema 3 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 51
Skema 4 : Trigulasi Teknik ................................................................. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Silabus ............................................................................... 100
Lampiran 2 : Kisi – Kisi Soal Tes IPA Kelas IV ...................................... 102
Lampiran 3 : Soal –Soal Pre Test IPA Kelas IV ....................................... 103
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I.................................. 107
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II................................. 115
Lampiran 6 : Soal – Soal Siklus I............................................................. 123
Lampiran 7 : Kunci Jawaban Siklus I ...................................................... 126
Lampiran 8 : Soal – Soal Siklus II............................................................ 127
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Siklus II...................................................... 130
Lampiran 10 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I....................... 131
Lampiran 11 : Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ..................... 133
Lampiran 12 : Lembar Pengamatan Siswa Siklus I.................................... 135
Lampiran 13 : Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ................................... 136
Lampiran 14 : Daftar Siswa ....................................................................... 137
Lampiran 15 : Gambar Kegiatan Proses Belajar Mengajar IPA
Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ................................. 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, tidak hanya bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan bangsa
dan negara. Pendidikan adalah hak asasi setiap manusia. Oleh karena itu,
pendidikan harus dapat dinikmati oleh setiap warga negara tanpa kecuali.
Pendidikan dapat diartikan sebagai pemberian bimbingan kepada anak didik untuk
dapat berkembang menuju kedewasaan. Untuk itu anak luar biasa dalam usia
sekolah berhak mendapat bimbingan menuju kedewasaan seperti tujuan
pendidikan.
Kemajuan suatu kebudayaan tergantung dari bagaimana kebudayaan
tersebut mengenali dan menghargai serta memanfaatkan sumber daya
manusianya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan
kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki
kebutuhan khusus. Karena kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas
berlaku untuk semua (education for all) tanpa ada diskriminasi, baik itu untuk
pendidikan umum maupun pendidikan khusus.
Hal ini sejalan dengan amanat Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa, “Warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”. Undang-Undang tersebut mengisyaratkan
bahwa anak tunanetra berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa
adanya diskriminasi. Anak tunanetra adalah anak dimana kondisi dari penglihatan
mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kondisi tersebut disebabkan oleh
kerusakan mata, saraf optik dan atau bagian otak yang mengolah stimulus visual.
Kerusakan tersebut dapat secara total atau sebagian. Apabila seseorang
mengalami kerusakan secara total, maka yang bersangkutan disebut penyandang
buta total atau “totally blind” dan apabila kerusakan dari visual hanya sebagian
kurang lihat atau “low vision”.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Anak tunanetra mempunyai kebutuhan belajar dan bersekolah untuk
melatih dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga bisa
bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Ketunanetraan membawa akibat
dalam keterbatasan belajar. Di dalam belajar anak tunanetra mengalami kesulitan
di dalam proses pembentukan pengertian atau konsep terhadap rangsang atau
objek yang berada di luar dirinya yang tidak didapat secara utuh. “Ketidakutuhan
tersebut disebabkan anak tidak memiliki kesan, persepsi, pengertian, ingatan dan
pemahaman yang bersifat visual terhadap objek yang diamati”, T. Sutjihati
Somantri (2006:55). Karena anak tunanetra mengalami kesulitan dalam proses
pembentukan konsep secara utuh hal tersebut menjadikan siswa mendapat
kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami dan akhirnya menjadikan siswa
jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA
anak tunanetra menjadi rendah.
Prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang di peroleh dalam
proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tidak terlepas dari tiga
komponen utama, yaitu: guru, siswa dan bahan pembelajaran. Proses belajar
mengajar merupakan interaksi antar berbagai sumber, serta situasi belajar yang
memberikan kemungkinan kegiatan belajar mengajar. Meskipun demikian guru
merupakan faktor yang cukup menentukan, seperti melakukan pengembangan
bahan pembelajaran serta perangkat lainnya.
Komunikasi menjadi unsur penentu di dalam proses tersebut. Semakin
efektif komunikasi yang dilakukan maka akan semakin banyak tujuan dari proses
belajar mengajar, yaitu prestasi belajar yang baik akan tercapai, karena
komunikasi merupakan elemen yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar.
Namun di lapangan sering ditemui guru tidak memperhatikan komunikasinya
kepada siswa saat mengajar, sehingga yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah,
yaitu komunikasi dari guru kepada siswa sedangkan yang dari siswa kepada guru
dan siswa kepada siswa lainnnya jarang sekali terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Semua ilmu pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) membutuhkan komunikasi yang efektif saat proses pembelajaran, sehingga
tujuan dari pembelajaran IPA dapat tercapai. Adapun tujuan dari pembelajaran
IPA. Menurut Sri Sulistyorini (2007: 40), mengemukakan tujuan pembelajaran
IPA yaitu :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esaberdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPAyang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentangadanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,menjaga, melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segalaketeraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasarmelanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya
Sedangkan pengertian dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta – fakta,
konsep – konsep, atau prinsip – prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari – hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah ( scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
karena itu , pembelajaran IPA di SDLB menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pernyataan tersebut Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting
bagi tunanetra karena menunjang perkembangan karakter dan kepribadian yang
baik dalam diri anak tunanetra sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam
masyarakat, namun masalah yang ada di lapangan sekarang prestasi belajar IPA
anak tunanetra rendah, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru kelas
IV SDLB Negeri Cangkaan Karanganyar pada tanggal l3 November 2010 yang
menyatakan bahwa sedikit siswa yang mendapat nilai 6 ke atas saat diadakan
ulangan bersama.
Berdasarkan hasil survei di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar,
pembelajaran IPA di sekolah ini dilaksanakan dengan metode ceramah, yaitu
guru masih terpaku pada buku teks yang ada. Penggunaan metode ceramah yang
dominan atau komunikasi satu arah yang akibatnya pelajaran IPA bagi siswa
cenderung kearah teoritis belaka sehingga sulit bagi siswa untuk menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang penyajiannya hanya dengan
ceramah mengakibatkan siswa merasa bosan dan beranggapan IPA sebagai mata
pelajaran yang membingungkan, kering, tidak menarik dan membosankan.
“Situasi membosankan siswa, ketidakmutakhiran sumber belajar yang ada, kurang
variasi metode pembelajaran dan pencapaian tujuan belajar yang kognitif ” (Jurnal
Pendidikan, Maret 2005, Volume 6 No. l, Hal.118). Pembelajaran yang demikian
yang membuat prestasi belajar IPA siswa menjadi rendah akibat lunaknya isi
pelajaran dan kontradiksi materi dengan kenyataan.
Berdasarkan deskripsi di atas maka dipandang perlu adanya inovasi -
inovasi metode pembelajaran IPA. Metode yang memperhatikan komunikasi
efektif saat pembelajaran dan penjagaan motivasi belajar siswa untuk membantu
siswa memiliki prestasi belajar IPA yang baik dan untuk menciptakan rasa senang
dan nyaman untuk belajar dengan harapan penguasaan konsep-konsep materi
pelajaran IPA lebih nyata dan efektif. Untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan IPA tersebut perlu dukungan, antara lain iklim pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
kondusif yang termasuk didalamnya pemilihan metode pembelajaran yang tepat.
“Iklim belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang besar
tehadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa” (Jurnal Pendidikan, Maret
2005, Volume 6 No. 1 hal.116).
Dan sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), secara otomatis peran guru harus
berubah sesuai tuntutan kurikulum tesebut. Dalam Pasal 40 ayat 2, berbunyi,
“Tenaga pendidikan berkewajiban menciptakan sistem pembelajaran yang
bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis”. Dari pasal ini di
harapkan guru dengan kreativitasnya dapat membuat suasana kelas dan
pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan, dan bermakna. Sehingga bagi
siswa belajar merupakan sesuatu yang menarik dan di tunggu-tunggu. Oleh karena
seorang guru sebelum memulai proses belajar mengajar mencapai tujuan
pembelajaran IPA yang diharapkan. Menurut Wahab (Jurnal Pendidikan, Maret
2405, Volume 6 N0.1 Hal. 120) “Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat
di pengaruhi oleh kemampuan dan ketetapan guru memilih dan menggunakan
metode pembelajaran”.
Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang mengoptimalkan
modalitas belajar siswa dan karakteristiknya. Menurut Bobby de Porter dan Mike
(2010:16) “Quantum Learning adalah interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya”. Quantum Learning adalah penggubahan bermacam-macam interaksi
yang ada di dalam dan disekitar lingkungan belajar. Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur - unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan
siswa. Interaksi- interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
“Quantum Learning menggabungkan teknik pemercepatan belajar, yaitu
menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan
sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pelajaran yang sesuai, cara efektif penyajian dan keterlibatan aktif ”, Bobby dan
Herrnacki (2006:14). Quantum Learning bersifat memfasilitasi, artinya
menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar dalam keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
yang mudah dan alami. Quantum Learning merupakan salah satu cara
membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum Learning siswa
akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan,
sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru
dalam belajarnya.
Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran IPA yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai
pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa. Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai
penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif
dibandingkan guru.
Dalam pembelajaran hubungan guru dan siswa dideskripsikan melalui
prinsip Quantum Learning sebagai berikut, “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia
Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”, Bobby de Porter, Mark Reardon,
Sarah, Nourie (2008 :7). Adapun maksudnya adalah kita sebagai guru memasuki
dahulu dunia siswa, karena tindakan ini akan memberikan kita ijin untuk
memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran
terhadap ilmu pengetahuan yang lebih luas. Setelah kita mendapatkan ijin secara
tidak langsung maka kita dapat membawa siswa kedalam dunia kita, dan
memberikan pemahaman kita kepada siswa mengenai pengetahuan yang kita
miliki.
Dari fenomena diatas, maka sangat diperlukan berbagai studi yang dapat
memberikan masukan tentang pemberian pembelajaran yang berkualitas bagi anak
tunanetra dengan memperhatikan aspek psikologisnya. Besarnya kewenangan
guru dalam pembelajaran tanpa di sadari telah menghambat siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang baik.
Bertumpu dari pemikiran yang penulis kemukakan dalam latar belakang di
atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Quantum Learning Anak Tunanetra
Kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan metode
Quantum Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA
anak tunanetra ke IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran
2010/2011?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk meningkatan prestasi belajar IPA setelah menerapkan metode Quantum
Learning dalam pembelajaran anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning.
b. Untuk meningkatkan motivasi, kreatifitas dan memberi
pengalaman baru bagi siswa dengan penggunaan metode Quantum
Learning dalam pembelajaran IPA anak tunanetra kelas IV di
SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.
2. Bagi Guru
a. Membantu guru dalam rangka mengatasi kesulitan siswa dalam
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning, bagi anak
tunanetra kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar.
b. Untuk memperkaya metode pembelajaran yang biasa digunakan
untuk KBM bidang studi IPA pada anak tunanetra kelas IV di
SDLB Negeri Cangakan Karanganyar seperti dengan
mengoptimalkan penggunaan metode Quantum Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Pengertian Anak Tunanetra
a. Pengertian Anak Tunanetra
Dalam bidang pendidikan luar biasa anak dengan gangguan
penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra. Tunanetra biasanya
menempel pada subyek atau penderita, yaitu seseorang yang mengalami
kerugian atau kerusakan mata. Pengertian tunanetra tidak saja mereka
yang buta, tetapi mancakup juga mereka yang mampu melihat tapi
terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
sehari-hari dalam belajar.
Menurut Purwaka Hadi (2007:8) istilah tunanetra secara harfiah
berasal dari dua kata, “yaitu: a. Tuna (tuno: Jawa) yang berarti rugi
yang kemudian di identikkan dengan rusak, hilang, terhambat,
terganggu, tidak memiliki dan b. Netra (netro:Jawa) yang berarti mata”.
Namun demikian, kata tunanetra adalah satu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang berarti adanya kerugian yang disebabkan oleh
kerusakan atau terganggunya organ mata, baik anatomi maupun fisiologis.
Menurut Pertuni dalam situs http://kontunet.blogspot.com
pengertian tunanetra bahwa, “tunanetra ialah mereka yang berindera
penglihatan lemah pada kedua matanya sedemikian rupa sehingga tidak
memiliki kemampuan membaca tulisan atau huruf cetak ukuran normal
(ukuran huruf ketik pika) pada keadaan cahaya normal meskipun
dibantu dengan kacamata, sampai dengan mereka buta total”.
Sedangkan T.Sutjihati Somantri (2006:52) mengemukakan bahwa,
“pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya
(kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi
dalam kegiatan sehari - hari seperti halnya orang awas”.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Mohammad Efendi (2006:52) mengemukakan bahwa, “secara
definisi seseorang dikatakan tunanetra apabila memiliki visus sentralis
6/60 lebih kecil dari itu atau setelah dikoreksi secara maksimal tidak
mungkin menggunakan fasilitas pendidikan dan pengajaran yang
dipergunakan untuk orang awas”. Pendapat lain dikemukakan oleh
Anastasia Widdjajantin (2006:3), “anak tunanetra adalah anak yang tidak
dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera lain seperti
pendengaran, perabaan dan penciuman”.
Purwaka Hadi (2004: 11) “definisi tunanetra tidak dapat diartikan
dalam satu sudut pandang”. Sudut pandang yang dimaksud Purwaka Hadi
dapat penulis jelaskan sebagai berikut:
1) Pengertian dari segi pendidikan. Tunanetra diartikan sebagai suatucacat penglihatan sehingga mengganggu proses belajar danpencapaian belajar secara optimal sehingga diperlukan metodepengajaran, pembelajaran, penyesuaian bahan pelajaran, danlingkungan belajar.
2) Secara anatomis-fisiologis, ketunanetraan menyangkut strukturanatomi dan fungsi organ mata. Sehingga tunanetra adalahrusaknya organ anatomi mata yang menyebabkan terganggunyafungsi penglihatan.
3) Secara medis, ketunanetraan dikaitkan dengan penyakit dankelainan. Tunanetra adalah kerusakan mata yang disebabkan olehpenyakit dan kelainan anatomi dan atau kelainan fungsipenglihatan, sehingga tunanetra perlu mendapatkan pengobatanpada mata dan atau diberikan koreksi pada fungsi penglihatannya.
4) Keperluan rehabilitasi, disampaikan oleh Sigelman. Tunanetraterdiri dari 3 istilah, yaitu ketunaan/ kekurangan (impairment),ketakmampuan (disability), dan hambatan atau kendala (handicap).
Menurut Irham Hosni (2007: 26), ”tunanetra merupakan terjadinya
gangguan kemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran yang
disebabkan gangguan penglihatan yang dialaminya”. Gangguan yang
dimaksud dapat berupa dalam kegiatan menulis, atau membaca huruf awas
sehingga mereka memerlukan metode khusus dalam membaca atau menulis
serta hambatan-hambatan lainnya. Di sini Irham Hosni mendefinisikan
tunanetra khusus pada bidang pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan dari batasan-batasan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan
penglihatan secara fisik maupun anatomi sehingga berdampak pada segala
aspek kehidupannya termasuk dalam hal belajar, sehingga mereka
memerlukan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan bantuan
khusus supaya dapat memfungsikan diri secara optimal di dalam
belajar serta diperlukan metode pengajaran, pembelajaran, penyesuaian
bahan pelajaran, dan lingkungan belajar.
b. Klasifikasi Anak Tunanetra
Menurut Jamila K.A. Muhammad (2008:79) masalah penglihatan
dapat dibedakan dalam tingkatan-tingkatan berikut:
1) MenengahPala masalah tingkat menengah, anak-anak masih mendapatmelihat cahaya dan menjalankan aktivitas yang membutuhkanindera penglihatan dengan menggunakan alat bantu khusus sepertikacamata.
2) SeriusMasalah pada tahap serius menyebabkan anak-anakmungkin memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga untukmenjalankan aktivitas sehari-hari, bahwa mereka mengalamikesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakanpenglihatan, walaupun telah memakai bantuan alat khusus.
3) Sangat seriusMasalah pada t ingkat sangat serius mengakibatkananak-anak menghadapi kesulitan dalam melakukan aktivitasvisual, seperti membaca, dan harus mengandalkan indera lain.
Pendapat lain dikemukakan oleh Purwaka Hadi (2005:45),mengklasifikasikan tunanetra atas dasar fungsi penglihatan kedalam limakategori :
1) Kelompok yang memiliki penglihatan agak normal tetapimembutuhkan koreksi lensa dan alat bantu membaca.
2) Kelompok yang ketanjaman penglihatannya kurang atausedang yang memerlukan pencahayaan dan alat bantupenglihatan khusus.
3) Kelompok yang memiliki penglihatan pusat rendah, lantangpenglihatan sedang, ketikmaampuan memperolehpengalaman akibat kerusakan penglihatan.
4) Kelompok yang memiliki fungsi penglihatan buruk,kemampuan lantang pandang rendah, penglihatan pusat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
buruk, dan perlu bantuan untuk membaca yang kuat.5) Kelompok yang tergolong buta total.
Sedangkan menurut Mohammad Efendi (2006:52-53), klasifikasi
anak tunanetra menurut jenjangnya dapat dikelompokkan menjadi:
1) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkandikoreksi alat optik atau terapi medis.
2) Anak yang mengalami ketunanetraan yang memungkinkandikoreksi alat optik atau terapi medis, tetapi masih mengalamikesulitan menggunakan fasilitas orang awas/lemah penglihatan
3) Anak mengalami ketunanetraan yang tidak memungkinkandikoreksi alat optik atau terapi medis serta tidak dapatsama sekali memanfaatkan penglihatan untuk kepentinganpendidikan.
Berdasarkan klasifikasi tersebut secara garis besar
penulis dapat menyimpulkan bahwa klasifikasi anak tunanetra sebagai
berikut:
1) Blind (Buta)
Yaitu menggambarkan kondisi dimana penglihatan tidak
dapat difungsikan lagi dan sudah tidak mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar meskipun menggunakan alat bantu
penglihatan sehingga sangat mengandalkan indera lainnya.
2) Low Vision (penglihatan kurang)
Yaitu menggambarkan kondisi penglihatan dengan
ketajaman yang kurang dan masih mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar serta masih dapat be r f ungs i
a pa b i la d iba n tu de nga n a l a t khusus wa la upun
t ingka t keberhasilannya belum tentu maksimal.
c. Faktor Penyebab Ketunanetraan
T.Sutjihati Somantri (2006:53) mengemukakan bahwa,
“secara ilmiah ketunanetraan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
apakah itu faktor dalam diri anak (internal) atau faktor dari luar anak
(eksternal)”. Hal-hal yang termasuk faktor internal yaitu faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam
kandungan. Kemungkinannya karena faktor gen (sifat pembawa keturunan),
kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan, obat, dan sebagainya.
Sedangkan hal-hal yang termasuk faktor eksternal diantaranya faktor-
faktor yang terjadi saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya:
kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat
dilahirkan, pengaruh alat medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem
persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus
trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena
penyakit, bakteri, ataupun virus.
Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard.
(2009:291) menyatakan sebagai berikut :
“Blindness and low vision have many possible causes than can affect
various parts and functions of the eye. It is helpful to understand some of the
major causes of vision loss and how the eye functions. Similarly, the possible
characteries emerging as a result of vision loss can be quite diverse”.
Menurut Ronald L. Taylor., Lydia R. Smiley., Stephen B. Richard.
(2009:291) dijelaskan bahwa kebutaan dan penglihatan rendah memliki
banyak kemungkinan penyebab yang dapat mempengaruhi berbagai bagian
dan fungsi mata, akan sangat membantu untuk memahami beberapa penyebab
utama kehilangan penglihatan dan bagaimana fungsi mata. Karakteristik yang
sama akan muncul sebagai hasil dari kehilanagn penglihatan biasanya sangat
beragam.
Jamila K.A. Muhammad (2008:78) berpendapat terdapat
berbagai penyebab kecacatan, yaitu sebagai berikut:
1) Penyakit turunan2) Komplikasi saat masa kehamilan dan saat melahirkan3) Rubela4) Sifilis (syphilis)5) Kecelakaan6) Terjangkit penyakit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sedangka menurut Mohammad Efendi (2006:53), “penyebab
terjadinya insiden ketunanetraan dilihat dari kurun waktu terjadinya: masa
sebelum lahir (prenatal), saat lahir (neonatal), dan setelah (postnatal).
Sedangkan faktor penyebab dapat berasal dari penyakit (maternal rubella,
retrolenta fibroplasias, katarak dan lain – lainnya), kecelakan dan keturunan”.
Menurut C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol. Br.J.
Opththalmol.2005 April ,89(4): 417 – 419 mengukapkan hal sebagi berikut
“cataract was the commonest cause of blindnees. Other major cause were non
– thachomatous coineal opacity and trachoma. Blindness and low vision are
highly prevalent among leprosy patients in this seting. Blindness and low
vision are highly prevalent among leprosy patients in this setting”.
Menurt C.Mpyet dan A.W Solomom dalam Br. J. Opththalmol diatas
dijelaskan bahwa “katarak penyebab paling umum kebutaan. Penyebab utama
lainnya adalah opasitas kornea, non-trachomatous dan trachoma. Kebutaan
dan low vision sangat lazim di antara pasien kusta dalam pengaturan ini.
Hanya sepertiga dari beban patologi mata berhubungan dengan efek langsung
dari kusta”.
Menurut Di re kora t Pe mbinaan Sekolah Lua r Biasa
(htpp://www.ditplb.or.id/2010) faktor yang menyebabkan terjadinya
ketunanetraan antara lain:
1) Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat
hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang
anak dalam kandungan yaitu:
a) Keturunan
b) Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan
kandungan dapat disebabkan oleh:
(1) Gangguan waktu ibu hamil
(2) Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
(3) Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena
rubella atau cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada
mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat
pada janin yang sedang berkembang.
(4) Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasma, trachoma dan
tumor. Tumor dapat terjadi pada otak yang berhubungan
dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
(5) Kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada
mata sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2) Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat
terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a) Kerusakan pada mata atau syaraf mata pada waktu persalinan
akibat benturan alat atau benda keras.
b) Pada waktu persalinan ibu mengalami gonorhoe, sehingga
baksil gonorhoe menular pada bayi yang pada akhirnya setelah
bayi mengalami sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan.
c) Mengalami penyakit mata yang menyebakan ketunanetraan misalnya:
(1) Xeropthalmia yaitu penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
(2) Trachoma yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon
trachomis.
(3) Katarak yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata
sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari
luar mata menjadi putih.
(4) Glaucoma yaitu penyakit mata karena bertambahnya
cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata
meningkat.
(5) Diabetik Retinopathy adalah gangguan pada retina yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-
pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan
sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
(6) Macular Degmeration adalah kondisi umum yang agak
baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur
memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki
penglihatan perifer akan tetapi kehilangan kemampuan
untuk melihat secara jelas objek-objek dibagian tengah
bidang penglihatan.
(7) Retinopathy of Prematurity biasanya anak yang mengalami
ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih
memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang
dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada inkubator
yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat
bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar
oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh
darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam
bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering
menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan
tunanetra total.
d) Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya, kecelakaan, seperti
masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya,
kecelakaan dari kendaraan, dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan faktor-faktor
penyebab ketunanetraan antara lain:
1) Keturunan atau bawaan sejak lahir.
2) Kesehatan ibu saat mengandung.
3) Kecelakaan yang terjadi saat masih dalam kandungan, saat
kelahiran dan setelah kelahiran.
4) Karena penyakit seperti xeropthalmia, trachoma, katarak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
glaucoma, diabetik retinopathy dan sebagainya.
5) Faktor gizi saat ibu mengandung dan saat anak setelah lahir.
d. Karakteristik Anak Tunanetran
Tingkah laku anak tunanetra sering menunjukkan perbedaan
dengan anak awas, hal ini tentunya di sebabkan oleh
ketidakmampuannya menerima rangsang akibat dari ketidakfungsian
indera penglihatannya. Dengan hanya melihat tingkah laku anak
tunanetra sudah terlihat jelas perbedaan yang mencolok antara anak
tunanetra dengan anak awas.
Menurut Mohammad Al – Zyoud di dalam situsnya: http: www.
Internationaljournalofspecialeducation.com.
“Self-concept is on important concept of any chil’s development. Aschildren develop a sense of self and interact with and gain experience in theworld. Their self-concept is a afeected. Self-concept is defined as the valuethat an individual places an his on her awn characteristic, qualities, abilities,,and action”.
Al- Zyoud menjelaskan bahwa “konsep diri sangat penting dibangun
bagi anak-anak. Membangun pengertian dari diri sendiri dan interaksi dari
pengalaman sehari – hari . Konsep diri hendaknya jangan dibuat–buat. Konsep
diri memberikan pengertian nilai – nilai pemahaman diri didalam atau diluar
karakteristik, kualitas, kecakapan, dan tindakan”.
Menurut Jamila K. A Muhammad (2008:80-81), gejala yang
biasa terjadi pada anak-anak yang mungkin mengalami masalah
penglihatan dapat dilihat dengan tiga aspek, yaitu:
1) Pertanda fisik :a) Bola mata selalu berputar-putarb) Mata selalu bergerak-gerakc) Tidak merepons terhadap cahaya yang terangd) Terdapat bintik-bintik putih pada pupile) Bagian tepi mata berwarna merahf) Mata selalu berairg) Mata terlalu sensitif terhadap cahaya
2) Tingkah Laku:a) Selalu memajukan kepalanya ke depan, misalnya untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
melihat papan tulis atau objek tertentub) Selalu memicingkan kepalac) Sering mengedipkan matad) Sering mengusap-usap mata.e) Sering menutup sebelah matanyaf) Sering menabrak bendag) Sering salah dalam mengenali hurufh) Selalu menonton televisi atau membaca buku dengan jarak yang
sangat dekati) Sering memegangi kepala dengan cara yang anehj) Sering mengeluarkan air matak) Memegang buku atau bacaan yang terlalu dekat dengan
wajahnyal) Sering mencari-cari baris kalimat yang dibacam) Sering mencontek pekerjaan temann) Sering tidak membuat tugas yang diberikano) Selalu menghindar untuk membuat setiap tugas yang diberikan
3) Keluhan:a) Selalu mengeluh sakit kepala, mual, dan peningb) Penglihatan kaburc) Penglihatan berbayang-bayangd) Penglihatan kabur setelah melakukan pekerjaan dengan
konsentrasi tinggie) Sensitive terhadap cahayaf) Mata selalu gatal
Purwaka Hadi (2007:23-25) mengemukakan karakteristik
fisik dan psikis tunanetra adalah antara lain :
1) Karakteristik fisik
a) Ciri khas fisik tunanetra buta
Mereka yang tergolong buta bila dilihat dari organ matanya
biasanya tidak memiliki kemampuan normal, misalnya bola
mata kurang atau tidak pernah bergerak, kelopak mata kurang
atau tidak pernah berkedip, tidak bereaksi terhadap cahaya. Seorang
tunanetra buta yang tidak terlatih orientasi dan mobilitas biasanya
tidak memiliki konsep tubuh atau body image, sehingga sikap
tubuhnya menjadi jelek, misalnya: kepala tunduk atau bahkan
tengadah, tangan menggantung layuh atau kaku, badan
berbentuk sceiliosis, berdiri tidak tegak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b) Ciri khas fisik tunanetra kurang penglihatan
Tunanetra kurang lihat karena masih adanya sisa penglihatan
biasanya berusaha mencari rangsang yang ada disekitarnya. Dalam
upaya mencari rangsang ini kadang berperilaku yang tidak
terkontrol, misalnya: tangan selalu terayun, mengerjap-kerjapkan
mata, mengarahkan mata ke cahaya, melihat ke suatu objek dengan
cara yang sangat dekat, melihat objek dengan memicingkan atau
membelalakkan mata.
2) Karakteristik psikis
a) Ciri khas psikis tunanetra buta
Tunanetra buta tidak memiliki kemampuan menguasai lingkungan
jarak jauh dan bersifat meluas pada waktu yang singkat.
Ketidakmampuan ini mengakibatkan rasa khawatir, ketakutan dan
kecemasan berhadapan dengan lingkungan. Akibatnya tunanetra
buta mempunyai sikap dan perilaku sulit percaya diri pada dirinya,
rasa curiga pada lingkungan, tidak mandiri atau ketergantungan pada
orang lain, pemarah atau mudah tersinggung atau senitif, penyendiri
inferiorty, self centered, pasif, mudah putus asa, sulit menyesuaikan diri.
b) Ciri khas psikis tunanetra kurang lihat
Tunanetra kurang lihat seolah-olah berdiri dalam dua dunia, yaitu antara
tunanetra dengan awas. Hal ini menimbulkan dampak psikologis bagi
penyandangnya. Apabila tunanetra kurang lihat berada di
kelompok tunanetra buta, dia akan mendominasi karena memiliki
kemampuan lebih. Namun bila berada di antara orang awas maka
tunanetra kurang lihat sering timbul perasaan rendah diri karena sisa
penglihatannya tidak mampu diperlihatkan sebagaimana anak awas.
Apabila diperhatikan bahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa karakteristik ketunanetran dapat ditinjau dari:
1) Penampilan fisik
2) Perilaku yang muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3) Keluhan yang ada
4) Kondisi psikis yang muncul
e. Dampak Ketunanetraan
Seberapa jauh dampak kehilangan atau kelainan penglihatan
terhadap kemampuan seseorang tergantung pada banyak faktor
misalnya kapan (sebelum atau sesudah lahir, masa balita atau sesudah
lima tahun) terjadinya kelainan, berat ringannya kelainan, jenis
kelainan dan lain-lain. Seseorang yang kehilangan penglihatan
sebelum lahir sering sampai usia lima tahun pengalaman visualnya
sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan yang
kehilangan penglihatan setelah usia lima tahun atau lebih dewasa
biasanya masih memiliki pengalaman visual yang lebih baik tetapi
memiliki dampak yang lebih buruk terhadap penerimaan diri.
Menurut Mohammad Effendi (2006:37), “dengan terganggunya salah
satu, atau lebih alat inderanya (penglihatan, pendengaran, pengecap,
pembau, maupun peraba), niscaya akan berpengaruh terhadap
indera-indera yang lain” . Pada gilirannya akan membawa konsekuensi
terhadap kemampuan dirinya berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Menurut Purwaka Hadi (2005:53), “terjadinya kelainan atau
kerusakan penglihatan mengakibatkan keguncangan secara psikologis
bagi penyandangnya”. Misalnya pada kasus kerusakan mata akibat
kecelakaan, kemungkinan akan me yebabkan ke guncangan j iwa
yang be rakiba t t e rganggunya p roses pertumbuhan dan
perkembangan secara umum bagi penyandang tunanetra. Sedangkan
menurut Purwaka Hadi (2007: 27-30) ak iba t da r i munc u lnya
k e t u n a n e t r a a n p a d a s e s e o r a n g a k a n b e r d a m p a k s e c a r a
k h u s u s b a g i penyandangnya, yaitu:
1) Dampak personal atau individu2) Dampak pada perkembangan sosial dan emosi3) Dampak pada Perkembangan bahasa dan komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Dampak pada kognitif5) Dampak pada perkembangan gerak serta orientasi dan mobilitas.
Menurut Lowerfeld dalam Juang Sunanto (2005: 47) mengemukakan
bahwa, “kehilangan penglihatan mengakibatkan tiga keterbatasan yang serius
yaitu (1) variasi dan jenis pengalaman (kognisi), (2)kemampuan untuk
bergerak di dalam lingkungannya (orientasi clan mobilitas), dan (3)
berinteraksi dengan lingkungannya (sosial dan emosi)”. Juang Sunanto
(2005:48) mengemukakan bahwa, “dampak kehilangan penglihatan
akan berpengaruh dalam empat bidang, yaitu sosial dan emosi, bahasa,
kognitif, serta orientasi dan mobilitas”.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa dampak dari kehilangan penglihatan akan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak tunanetra pada
beberapa bidang, diantaranya:
1) Bidang kognitif
2) Bidang sosial dan emosi
3) Bidang orientasi dan mobilitas
Dari bidang-bidang tersebut dapat penulis uraikan sebagai
berikut:
1) Bidang kognitif
Kognisi adalah persepsi individu tentang orang lain dan objek-objek
yang diorganisasikannya secara selektif. Anak tunanetra memiliki
hambatan dalam bidang kognitif dikarenakan mereka minim
mendapatkan pengenalan atau pengertian terhadap dunia luar anak,
tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Mereka memperoleh
kesan atau persepsi terutama berdasarkan pada pengamatan yang
dilakukan melalui indera pendengarannya, karenanya pengertian
yang diperoleh terutama juga terbatas pada pengertian yang
bersifat verbal. Karena kurangnya stimuli visual ini perkembangan
kognitif anak tunanetra cenderung terlambat bila dibandingkan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
normal.
2) Bidang sosial dan emosi
Perkembangan sosial berarti dikuasainya seperangkat
kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan
bertingkah laku tersebut tidaklah mudah. Dibandingkan dengan anak
awas, anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah dalam
perkembangan sosial. Hambatan-hambatan tersebut terutama
m u n c u l s e b a g a i a k i b a t l a n g s u n g m a u p u n t i d a k l a n g s u n g
d a r i ketunanetraannya. Kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi
lingkungan sosial yang lebih luas atau baru, perasan-perasaan
rendah diri, malu, sikap masyarakat yang seringkali t idak
menguntungkan sepert i penolakan, penghinaan, sikap acuh,
ketidakjelasan tuntutan sosial, serta terbatasnya kesempatan bagi
anak untuk belajar, pola tingkah laku yang diterima
merupakan kecenderungan tunane t ra yang dapa t
mengakiba tkan perkembangan sosialnya menjadi terhambat.
Kesulitan lain dalam melaksanakan tugas perkembangan sosial
ini ialah keterbatasan anak tunanetra untuk dapat belajar sosial
melalui proses identifikasi dan imitasi, juga memiliki keterbatasan
untuk mengikuti bentuk-bentuk permainan sebagai wahana penyerapan
norma-norma atau aturan-aturan dalam bersosialisasi.
Anak tunanetra tidak mampu melihat l ingkungannya,
perasaan malu seringkali menghinggapi mereka. Hal ini terutama
memasuki dunia yang masih asing baginya. Sifat ini seringkali
disebabkan karena keluarbiasaannya serta sebagai reaksi terhadap
ketidaktahuan dan ketidakpastian reaksi orang lain terhadap diri dan
perilakunya. Sedangkan perasan khawatir dan cemas seringkali
menghinggapi anak tunanetra sebagai akibat dari ketidakmampuan
atau keterbatasan dalam memprediksi dan mengantisipasi
kemungkinan - kemungkinan yang terjadi di lingkungannya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
menimpa dirinya. Selain rasa malu, khawatir dan cemas, anak
tunanetra memiliki pola emosi yang mudah marah, menarik diri dari
pergaulannya. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan
bahwa perkembangan sosial dan emosi anak tunanetra
mengalami hambatan dibandingkan dengan anak awas.
3) Bidang orientasi dan mobilitas
Anak tunanetra mengalami kehilangan fungsi persepsi visual
sebagai alat orientasi menyebabkan kemampuan untuk
melakukan mobil i tas di lingkungannya menjadi terhambat.
Praktis karenanya, kesempatan untuk melakukan eksplorasi juga
menjadi terbatas. Sempitnya kebebasan yang dimiliki anak
tunanetra menjadikan mereka cenderung bersikap pasif, enggan untuk
bergerak dan kontak dengan lingkungannya. Mereka lebih banyak
menunggu aksi daripada melakukan prakarsa. Dengan demikian,
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman baru dari lingkungan
sekitar melalui hubungan sosial menjadi terbatas.
2)Tinjauan Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2002: 12) , “ Belajar adalah suatu
kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat“. Bagi para pelajar
atau mahasiswa kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Sedangkan
Hilgrad dalam S. Nasution (2000: 25) mengatakan : “Learning is the prosess
by which an activity originates or is changed though training procedures as
distinguished from changes by factors not attributable to training”. Belajar
adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan
latihan yang dibedakan dari perubahan – perubahan oleh faktor – faktor yang
tidak termasuk latihan.
Menurut Cronbach dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002:13)
berpendapat bahwa : “ Learning is shown by change in behavior as a result of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan belajar menurut
Thursan Hakim (2005:1) didefinisikan sebagai “Suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”.
Sardiman A.M. (2007: 22) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud
pribadi , fakta konsep atau teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua
maksud yaitu: (1) Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar.
(2) Proses ini dilakukan secara aktif dengan segenap panca indera berperan.
Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar
adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya membaca, mengamati, mendengarakan , meniru dan lain sebagainya
b. Pengertian Prestasi
Prestasi berasal dari bahasa serapan Belanda yaitu,
“Prestatie” . Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
“Prestasi” , yang berarti merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan kegiatan. Hal ini sesuai dengan makna prestasi yang
di ungkapkan oleh beberapa pendapat para ahli, antara lain
1) http://sunartombs.com.2010 menyatakan bahwa, “prestasimerupakan, kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai padasaat atau periode tertentu”.
2) http://sunartombs.com. 2010 menyatakan bahwa, “prestasi dapatdiartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telahdilakukan”.
Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah
kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar“.
Sedangkan menurut W.S.Winkell (1991:60), “prestasi adalah bukti
keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Suatu usaha yang telah dilaksanakan
menurut batas kemampuan dan pelaksanaan usaha tersebut” .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi
merupakan suatu hasil usaha yang dilakukan siswa dengan kemampuan nyata
yang dimiliki oleh siswa setelah melalui proses pengalaman atau belajar yang
dapat langsung ditampilkan dalam situasi tertentu. Prestasi dapat dinyatakan
dalam bentuk angka, huruf, atau pernyataan verbal.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut S Nasution (1996:17) dalam http://sunartombs. com.
2010 pengertian “prestasi belajar sebagai kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat”. Menurut
http://www.sunartombs .com.2010 pengertian prestasi belajar
sebagai berikut, “pengukuran dari penilaian usaha hasil belajar
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat yang
menceritakan has i l yang sudah d icapa i o leh se t iap anak pada
per iode te r ten tu” .
Menurut Sardiman A.M. (2007:25) berpendapat: “prestasi adalah
kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar“.
Sedangkan Menurut Nana Syaodah Sukmadinata (2004:103-14) berpendapat
bahwa “Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan
– kecakapan potensial yang dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang
dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun kemampuan motorik”.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar sebagai bukti
keberhasilan di dalam belajar. Prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat
keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
evaluasi. Tinggi rendahnya hasil evaluasi mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa.
Sutratinah Tirtonegoro (1984:43), menyatakan bahwa “prestasi belajar
adalah hasil dari usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
symbol, huruf , maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang dicapai”.
Prestasi belajar merupakan catatan yang dibuat oleh seseorang yang
berwenang atau bertanggung jawab memberikan penilaian terhadap subjek
belajar. Dalam hal ini prestasi akademis, prestasi bakat dan lain sebagainya.
Dari batasan-batasan di atas disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar, dan tingkat kemanusiaan tersebut dinyatakan dalam
bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang disesuaikan dengan
faktor kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa.
d. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan
atau sesuai tujuan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Thursan Hakim (2005:11),
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1) Faktor internal, adalah faktor yang terdapat di dalam diri inidividu itusendiri, seperti kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia),daya ingat, kemauan, dan bakat.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri individu yangbersangkutan, seperti keadaan lingkungan rumah, sekolah, masyarakat,dan segala sesuatu yang berhubungan dengan semua lingkungan tersebut.
Menurut S Nasution d a la m http://sunartombs.com.2010 faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:1) Faktor Intern, meliputi:
a) Kecerdasan/intelegensib) Bakatc) Minatd) Motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Faktor Ekstern, meliputi:a) Keadaan keluargab) Keadaan sekolahc) Lingkungan masyarakat.
Faktor-faktor diatas penulis uraikan sebagai berikut :
1) Faktor intern adalah faktor yang disebut dari dalam individu itu sendiri.
Faktor intern meliputi :
(a) Kecerdasan/Intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi.
Intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai
dengan tingkat perkembangan sebaya. Ada kalanya
perkembangan ini di tandai oleh kemajuan-kemajuan yang
berbeda antara satu anak dengan yang lainnya, sehingga
seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan teman sebayanya. Oleh
karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar, karena
faktor ini sangat mempengaruhi bagi seorang anak dalam usaha
belajar.
(b) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki
seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses
belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan
penting dalam mencapai suatu hasil prestasi yang baik.
(c) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan beberapa kegiatan. Minat belajar yang telah
dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarya. Apabila seseorang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha
untuk melakukan, sehingga apa yang diinginkannya dapat
tercapai sesuai dengan keinginannya.
(d) Motivasi
Motivasi adalah suatu daya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dalam belajar adalah faktor
yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong
siswa untuk belajar.
2) Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar siswa. Faktor-faktor ekstern meliputi:
(a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan
terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan
salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi
untuk belajar.
(b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa, karena
lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar lebih
giat.
(c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Karena lingkungan masyarakat dapat membentuk kepribadian
anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu
menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan, namun secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dapat diklasifikaikan menjadi faktor dari dalam diri individu dan dari luar
individu yang belajar.
3)Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA )
Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin
Scientia. Kata scientia yang berarti “saya tahu”. IPA merupakan singkatan dari
Ilmu Pengetahuan Alam yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
“Natural Science atau Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan
alam atau sangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi,
IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang
mempelajari peristiwa yang terjadi di alam , Srini M. Iskandar ( 2001: 2)
Menurut Leo Sutrisno, dkk (2007: 1-19) mengemukakan, “IPA
merupakan kemampuan manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur
yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid)
sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth)”. Jadi, IPA mengandung
tiga hal: (1) proses adalah aktivitas manusia dalam memahami alam semesta,
(2) prosedur adalah pengetahuan IPA dibangun melalui pengamatan yanmg
tepat dan (3) prosedur adalah hasil akhir atau kesimpulan yang betul. Menurut
The Liang Gie dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:1-16) menyatakan bahwa
“science adalah kumpulan sistematis dari pengetahuan”.
For example, consider the image of Dr. Faustus: “in this narrative,
scientists willingly – too willingly – sell their souls to acquire youth and
knowledge (1). Science seems to involve magical ability. Another image is Dr.
Strangelove: in this blackhumor caricature, scientist and engineers sign up –
too readily – to create and buttress a military – industrial complex (2).
Science seems to be motivated by unlimited curiosity and raw power,
unrestrained by moral considerations. In the public mind today, the “two
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
cultures” contrast the responsible engineer, physician, or citizen with a
largely imaginary “mad scientist”. Rodney W. Nichols (2010:18)
Kutipan jurnal diatas mengemukakan bahwa contoh Dr. Faustus : di
cerita ini , ilmuwan dengan sepenuh hati menjual jiwa – jiwa mereka untuk
memperoleh kemudahan dan pengetahuan (1). Ilmu pengetahuan sepertinya
meliputi kemampuan gaib. Pendapat lain yaitu Dr.Strangelove: di dalam
karikatur humornya ilmuwan dan insiyur menandatangai kontrak
kesediaaannya membuat dalam kekuatan militer atau industri gabung (2). Ilmu
pengetahuan sepertinya adalah motivasi dengan kecurigaan tidak terbatas dan
kekuatan mentah, tak dikendalikan dengan moral. Orang – orang berfikir hari
ini, “two cultures” atau dua klutur kontras yang bertanggung jawab antara
insiyur, dokter, atau penduduk kota dengan sebagian besar khayal “mad
ilmuwan”.
Menurut Sri Sulistyorini (2007:39), “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
berhubungan dengan mencari tahu tentang alam semesta sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta –
fakta, konsep- konsep, atau prinsip – prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Sedangkan menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis
(1992:5) menyatakan bahwa: “IPA dapat dipandang sebagai suatu proses dari
upaya manusia untuk memahami berbagai gejala alam. Untuk ini diperlukan
suatu tata cara yang sifatnya analitis, cermat, lengkap serta menghubungkan
gejala alam satu dengan gejala alam yang lain sehingga keseluruhannya
membentuk suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya”.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan alam
merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang
bernyawa ataupun yang tidak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai
jenis dan lingkungan alam serta lingkungan buatan. Selain itu benda-benda
alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum berlaku kapan pun dan
dimana pun atau kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang berupa fakta-fakta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
konsep-konsep atau prinsip-prinsip serta proses penemuan tentang gejala-
gejala alam serta upaya mencari pengetahuan dalam fenomena alam atau
mencoba menerangkan fenomena alam melalui berbagai proses ilmiah .
b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pembelajaran IPA adalah Pembelajaran yang membahas ilmu tentang
alam ini. IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam.
Salah satu tujuan dari pembelajaran IPA yaitu agar siswa memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Sri Sulistyorini (2007:40), mengemukakan tujuan
pembelajaran IPA yaitu
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esaberdasarkan peradaban, keindahan dan keteraturan ciptaanNya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPAyang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentangadanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segalaketeraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasarmelanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya .
Menurut kebijaksanaan umum kurikulum berbasis Kompetensi (2006)
dalam Leo Sutrisno ,dkk (2007:2-29) mata pelajaran IPA di SD bertujuan
agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPAyang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari .
2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentangadannya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkunganteknologi dan masyarakat.
3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,menjaga, melestarikan lingkungan alam.
Menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis (1992:6) menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai
berikut:
1) Memahami alam sekitarnya, meliputi benda – benda alam dan buatanmanusia serta konsep – konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
2) Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu berupa keterampilanproses atau metode ilmiah yang sederhana.
3) Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya danmemecahkan masalah yang dihadapinya; serta menyadari kebesaranpenciptaNya.
4) Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkanpendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuan IPA dalam proses pembelajaran, guru harus
mengetahui ruang lingkup IPA. Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan
hubungan serta interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan
2) Benda, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-
benda langit lainnya.
c. Pembelajaran IPA di SD
Menurut Srini M. Iskandar (2001:18-19) mengatakan: “pelajaran IPA
lebih mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal
disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara
teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana, menyusun
data, dan mengemukakan dugaan”.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (Scientific
inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sebelum mengajarkan materi IPA atau
mata pelajaran yang lain kepada anak usia sekolah dasar terlebih dahulu harus
mengetahui karakteristik masing-masing anak. Hal ini untuk mengetahui
metode pembelajaran apa yang paling tepat untuk mengajarkan IPA atau mata
pelajaran yang lain pada anak SD.
“Pembelajaran IPA merupakan media pengembangan potensi siswa SDyang didasarkan pada karakteristik psikologi anak, memberikan kesenanganbermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri,seluk beluk dan teka – teki fenomena alam sekitar dirinya, mengembangkanpotensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi merekayang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilandan membangun konsep–konsep baru yang harus dikuasainya”(http://www.scribd. com/doc/17087298/ Karakteristik-Pembelajaran –IPA-SD).
Teori belajar yang menonjol di dalam pendidikan IPA adalah teori
piaget dan teori konstruktivisme. Teori Piaget menguraikan perkembangan
kognitif dari masa bayi sampai masa dewasa. Sedangkan teori konstruktivisme
menekankan bahwa peserta didik tidak menerima begitu saja ide – ide dari
orang lain.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan
Marten yang dikutip oleh Iskandar (2001:16) sebagai berikut:
1) Mengamati apa yang terjadi.2) Mencoba memahami apa yang diamati.3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan
terjadi.4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat
apakah ramalan-ramalan itu benar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
IPA adalah sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya
didasarkan pada karakteristik psikologis anak memberikan kesenangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar misteri,
seluk-beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan
potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi mereka
yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali keterampilan
dan membangun konsep-konsep baru yang harus di kuasainya.
d. Standar Isi Mata Pelajaran IPA Tingkat SD Kelas IV dalam Pelaksanaan
Kurikulum 2006 (KTSP)
Standar Isi 2006
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran IPA SD Kelas IV Semester 2
Table 1 Standar Isi Mata Pelajaran IPA 2006 Kelas IV Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Gaya dan Perubahan
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan /atau
bentuk suatu benda.
7.1. Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu
benda.
7.2. Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu
benda.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi Panas dan Bunyi
8. Memahami berbagai bentuk
energi dan cara menggunakan
dalam kehidupan sehari – hari.
8.1. Mendeskripsikan energi
panas dan bunyi yang
terdapat di lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sekitar serta sifat – sifatnya.
8.2. Menjelaskan berbagai energi
alternative dan cara
penggunaanya.
8.3. Membuat suatu karya /model
untuk menunjukkan
perubahan energi gerak
akibat pengaruh udara.
Misalnya membuat roket
dari kertas / baling – baling /
peasawat kertas / parasut.
8.4. Menjelaskan perubahan
energi bunyi melalui
penggunaan alat musik.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaaan bumi
dan benda langit.
9.1. Mendiskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2. Mendeskripsikan posisi
bulan dan kenampakan bumi
dari hari ke hari.
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta
10. Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap daratan.
10.1. Mendiskripsikan berbagai
penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari,
dan gelombangair laut).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
10.2. Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir, dan
longgsor).
10.3. Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
lingkungan(erosi, abrasi,
banjir dan longsor).
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bumi dan Alam Semesta
11. Memahami hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan , teknologi dan
masyarakat
11.1. Menjelaskan hubungan
anatara sumber daya alam
dengan lingkungan.
11.2. Menjelaskan hubungan
sumber daya alam dengan
teknologi yang
digunakan.
11.3. Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
4)Tinjauan Tentang Prestasi Belajar IPA
Dari batasan – batasan yang telah dikemukakan penulis menyimpulkan,
prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak, dan menilai informasi – informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar, dan tingkat kemanusiaa tersebut diperoleh dari hasil pengukuran yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penulis menyimpulkan berdasarkan batasan–batasan yang telah
diutarakan, IPA adalah mata pelajaran yang didalamnya mengkaji alam
semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang
bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan lingkungan alam serta
lingkungan alam buatan.
Dengan melihat kesimpulan di atas prestasi belajar IPA adalah tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi – informasi yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-
prinsip serta proses penemuan tentang gejala-gejala alam serta upaya mencari
pengetahuan dalam fenomena alam atau mencoba menerangkan fenomena
alam melalui berbagai proses ilmiah.
5)Tinjauan Tentang Metode Quantum Learning
a. Pengertian Metode Quantum Learning
Menurut Bobbi De Porter dan Hernacki (2010:15), ”Quatum Learning
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di
sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia”. Quatum learning
pertama kali digunakan Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa
percaya diri, keterampilan belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam
lingkungan yang menyenangkan.
Bobbi DePoter dalam (http:/ www.newhorizons.org ) menyatakansebagai berikut:
“Quantum Learning is comprehensive model that covers botheducational theory and immediate classroom implementation. It intregratesresearch-based best practices in education into a unified whole, makingcontent more meaningful and relevant to students’lives. Quantum learning isabout bringing joy to teaching and learning with ever- increasing”Aha”moments of discovery. It helps teachers to present their content a way thatengages and energizes students. This model also intergrates learning and lifeskills, resulting in students who become effective lifelong learners –responsible for their own education”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Menurut DePorter di atas dijelaskan bahwa pembelajaran quantum
adalah sebuah model kesatuan yang meliputi teori pembelajaran dan
implementasi ruang kelas saat ini. Pembelajaran quantum memadukan
penelitian berdasarkan praktek mengajar terbaik dalam pendidikan termasuk
kesatuan yang menyeluruh, membuat isi pelajaran lebih bermakna dan sesuai
dengan kehidupan siswa. Quantum Learning membuat belajar mengajar
menjadi menyenangkan. Hal ini membuat siswa sangat bersemangat dalam
belajar. Model ini juga memadukan pembelajaran dan keterampilan serta
menghasilkan siswa yang aktif dalam belajar.
Quatum Learning menurut Porter dan Hernacki (2006:16)
didefinisikan “sebagai interaksi–interaksi yang mengubah energi menjadi
cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Dalam rumus klasik E =mc²
mereka alihkan ikhwal energi itu ke dalam analogi tubuh manusia
secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, belajar bertujuan untuk
meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan dan
inspiras i . Sedangkan menurut (ht tp: / /akhmadsudra ja t .
wordpress .com) mendefinisikan “Quantum Learning sebagai,
interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Mereka
mengamalkan kekuatan energi sebagai bagian penting dari setiap
binteraksi manusia. Dengan menghasilkan cahaya.
DePoter dalam (http://www.hudson.k12.ia.us/ Middle % 20 School
/08-09/ quantum-final.pdf) menyatakan sebagai berikut:
“Quantum Learning is a comprehensive model that covers both
educational theory and immediate classroom implementation. It integrates
research-based best practices in education into a unified whole, making
content more meaningful and relevant to students' lives”.
Menurut DePorter diatas dijelaskan bahwa Quantum Learning adalah
komprehensif model yang mencakup baik teori pendidikan dam implementasi
kelas segera. Hal mengintegrasikan praktik terbaik berbasis penelitian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pendidikan menjadi satu kesatuan, sehingga lebih bermakna dan relevan bagi
kehidupan para siswa.
Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lazanov
pendidik be rke ba ngsa a n Bu lga r i a . I a me la kuka n e kspe r ime n
ya n g d i se bu tnya “suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya
adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar, dan
setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negative. Untuk
mendapatkan sugesti positif maka diperlukan beberapa teknik dalam
pembelajaran.
Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif menurut DePorter dan Hernacki (2010:14):
“Mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas,meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-posteruntuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi danmenyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti”.
Makmum (2003:37) dalam http://pkab.wordpress.com:
“Melalui penciptaan iklim belajar yang nyaman dan menyenangkanbagi siswa serta mendorong terciptanya sugesti positif dari siswa akanmemunculkan motivasi belajar yang besar dalam diri siswa.Motivasi merupakan suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaandiri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupuntidak disadari”.
Berdasarkan uraian pengert ian Quantum Learning dapat
ditar ik kesimpulan bahwa Quantum Learning adalah suatu metode belajar
yang memberikan kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman daya ingat, serta
belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermakna,
sehingga mendorong sugesti positif yang dapat memperbaiki hasil
belajar siswa.
b. Faktor yang Mendukung Metode Quantum Learning
Metode Quantum Learning melihat kesuksesan siswa pada
unsur-unsur terkait yang tersusun dengan baik dengan sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pandang yang berbeda. Diantaranya adalah suasana, lingkungan,
landasan, rancang nilai-nilai dan keyakinan. Unsur-unsur tersebut
harus benar-benar dimengerti oleh guru. DePorter Et al ( 2008:14).
Adapun penjelasannya secara singkat antara lain:
1) Suasana
Dalam pembelajaran guru harus dapat memilih serta menerapkan
bahasa dengan benar, bagaimana cara menjalin rasa simpati
dengan siswa, suasana yang penuh kegembiraan akan membawa
kegembiraan siswa dalam belajar.
2) Landasan
Kerangka kerja, tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan,
prosedur dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah
pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
3) Lingkungan
Cara guru dalam menata ruang kelas, cukup penerangan, warna,
pengaturan meja dan kursi, tanaman, ada musiknya akan
menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan santai.
4) Rancangan
Yang dimaksudkan ialah penciptaan terarah unsur-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses
tukar menukar informasi.
5) Nilai-nilai dan keyakinan
Terdiri dari:
a) Sumber-sumber, pengetahuan, pengalaman, hubungan dan inspirasi
b) Belajar untuk mempelajari keterampilan mengahafal, membaca,
menulis, mencatat, kreatifitas, cara belajar, dan komunikasi
c) Metode diantaranya lewat mencontoh, permainan, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Miftahul A’la (2010:55-56), ”Quantum Learning
merupakan orkestrasia bermacam- macam interaksi yang ada di dalam dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
disekitar situasi”. Orkestasia merupakan kolaborasi berbagai interaksi belajar
yang terdiri dari konteks maupun konten. Konteksnya meliputi:
1) Suasana pembelajaran
2) Landasan / kerangka kerja
3) Lingkungan pembelajaran
4) Perancangan pembelajaran yang dinamis
5) Presentasi/ cara penyampaian materi
6) Pemberdayaan fasilitas
7) Keterampilan hidup
8) Praktik
Jika berbagai aspek ditata dengan cermat, suatu keajaiban akan
terjadi. Konteks itu sendiri benar-benar menciptakan rasa saling memiliki,
yang kemudian akan meningkatkan rasa saling memiliki dan
penghargaan. Kelas akan menjadi komunitas belajar, tempat belajar bagi
siswa yang menyenangkan, bukan karena unsur keterpaksaan.
c. Penerapan Metode Quantum Learning dalam Pembelajaran
Metode Quantum Learning merupakan salah satu metode
pembelajaran yang dilakukan dengan adanya penggabungan bermacam-
macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan belajar siswa. Interaksi - interaksi antar
masing-masing komponen pendidikan akan mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi kesuksesan belajar yang bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun lingkungannya.
Metode Quantum Learning pada hakikatnya merupakan pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan secara luas dan
menyenangkan kepada siswa untuk berperan serta aktif dalam
proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran
harus diciptakan suasana menggairahkan dengan menyajikan materi
pelajaran yang bersifat menantang, mengesankan dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
menumbuhkan serta meningkatkan daya kreatif.
Menurut DePorter dan Hernacki (2010:14) mengemukaka “Quantum
Learning mengcakup aspek-aspek penting dalam program NLP
(neurolinguistik), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak
mengatur informasi yang diperoleh dalam belajar”. Artinya dalam
belajar siswa dan guru dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan
daya ingat sehingga mempengaruhi hasil belajar, memperbesar
keyakinan diri, mempertahankan sikap positif, dan melanjutkan
keberhasilan dengan memanfaatkan ketrampilan yang diperoleh.
Motivasi yang demikian ini memberi semangat yang kuat bagi
guru untuk melaksanakan tugas profesionalnya, dan juga memberi
semangat kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang bermutu.
Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dapat
diwujudkan dalam bentuk mengajukan pertanyaan atau memberikan
jawaban dalam pembahasan materi pembelajaran. Dalam menerima
jawaban dari siswa, guru tidak langsung menyalahkan jawaban siswa
melainkan menelusuri mengapa siswa menjawab demikian. Untuk
siswa yang menjawab salah guru dapat mengajukan pertanyaan lain
yang mampu mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban
yang benar, bertitik tolak dari kesalahan jawaban yang disampaikan
sebelumnya. Sikap guru kepada siswa yang menjawab benar yaitu
guru berusaha mengetahui alur berpikir siswa tersebut untuk
mcngembangkan kemampuan berpikinya lebih lanjut.
Quantum Learning meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku
sehingga digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan
guru dalam proses belajar dan pembelajaran. Model atau metode ini
menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan neurolinguistik
dengan teori-teori pembelajaran, keyakinan akan mampu menerima
pelajaran dan metode yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran.
Metode ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dan jenis pendidikan, hanya saja beberapa diantaranya disesuaikan dengan
siapa yang menjadi peserta didik dan apa mata pe la j a ra nnya .
“ Lin gkun ga n da n sumbe r be la j a r Quantum Le ar n ing
mempertimbangkan dengan cermat lingkungan positif, aman,
mendukung, santai, penjelajahan dan menggembirakan”. Syaiful Sagala
(2008:106).
Dalam penerapannya metode ini menggunakan berbagai macam
metode diantaranya metode diskusi, tanya jawab dan metode–
metode yang lain yang dapat menciptakan tumbuhnya kreatifitas siswa.
Menurut Bobby DePorter, Mark Reardon dan Sarah Nourie
(2008:88), Kerangka perancangan pendekatan Quantum Learning bagi
guru mengacu pada akronim “TANDUR” antara lain:
T = Tumbuhkan minat dengan mengatakan : Apa Manfaatnya Bagiku
(AMBAK)? Dan memanfaatkan kehidupan siswa.
A = Alami, artinya menciptakan atau mendatangkan pengalaman
umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa.
N = Namai, menyediakan kata kunci pada konsep, model, rumus dan strategi.
D = Demonstrasikan, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bahwa MEREKA TAHU DAN PASTI BISA!
U = Ulang, menunjukkan kepada siswa cara mengulang materi dan
menegaskan “AKU TAHU BAHWA AKU MEMANG TAHU INI”
R= Rayakan, memberikan pengakuan, reward/hadiah atas selesainya suatu
tugas, atas partisipasinya dalam berbagai kegiatan/ketrampilan
atau pemerolehan pengetahuan.
Menuju pada rancangan Quantum Learning dengan TANDUR
tersebut, maka diharapkan guru bisa menjadi Quantum Teacher.
1) Tumbuhkan Manfaat
Pada rancangan Quantum Learning tumbuhkan manfaat,
menunjukkan manfaat yang diperoleh mengapa harus mempelajari IPA
diantaranya yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
alam dan lingkungannya.
b)Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa
ingin tahu, menemukan, memecahkan masalah dan ketrampilan
dalam kehidupan di alam.
c) Memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai ilmu pengetahuan.
2) Alami
Pada rancangan Quantum Learning Alami, memanfaatkan
modalitas belajar siswa baik visual, audio maupun kinestetiknya
untuk mempelajari materi IPA dengan belajar menyenangkan. Yaitu
dengan menceritakan pengalaman yang lucu sebelum pembelajaran,
pengutaraan kesimpulan hasil mendengarkan kaset bicara atau
membaca dengan bahasa sendiri baik lesan maupun tertulis dan
dengan pemutaran musik yang digemari.
3) Namai
Pada rancangan Quantum Learning Namai, agar siswa bisa tetap
berada pada lingkungan dimana ia sedang mempelajari suatu materi
tertentu dan mudah mengingatnya, dan dapat menciptakan suasana
ilmiah sesuai dengan pokok bahasan sehingga siswa
terangsang/terpacu untuk mempelajari pokok bahasan tersebut. Dalam
Pembelajaran IPA penulis mengambil pokok bahasan mendeskripsikan
energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan serta sifat - sifatnya,
sehingga dalam kegiatan rancangan ini adalah memberikan nama –
nama bentuk energi panas dan bunyi sesuai dengan jumlah siswa.
4) Demonstrasikan
Pada rancangan Quantum Learning Demonstrasikan,
materi mata pelajaran IPA pokok bahasan memahami berbagai
bentuk energi dan cara penggunaanya dalam kehidupan sehari-hari
didiskusikan bersama dan dipresentasikan oleh setiap siswa dengan
menggunakan bahasa sendiri. Dan guru meyakinkan kepada semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
siswa bahwa, "YOU Can Do It, kamu pasti bisa!”. Dengan sistem
seperti ini diharapkan semua siswa bisa aktif untuk menunjukkan
kemampuannya dalam memahami isi materi pelajaran, ketrampilan
dalam menyampaikan dan melatih keberanian siswa.
5) Ulangi
Pada rancangan Quantum Learning Ulangi, siswa mengulang dengan
contob-contoh soal, guru mengulang, menegaskan, dan
menjustifikasi kembali materi hasil presentasi tersebut. Hal ini
untuk menghindari salah konsep yang timbul atau menghilangkan
keraguan atas materi yang dipresentasikan.
6) Rayakan
Pada rancangan Quantum Learning Rayakan ini , guru
berusaha memberikan reward/ hadiah atau pengakuan atas prestasi
maupun partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
d. Pengaruh Metode Quantum Learning terhadap Prestasi Belajar IPA
Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam proses pembentukan
konsep secara utuh, hal tersebut menjadikan siswa mendapat
kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit memahami dan akhirnya
menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam mempelajari ilmu
pengetahuan yang ada termasuk Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar IPA anak
tunanetra rendah.
Prestasi belajar IPA adalah tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-
informasi yang berupa fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan kehidupan alam yang didasarkan pada bahan kajian alam
semesta, biologi, fisika, dan alam buatan. Kebanyakan siswa
menganggap mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang tidak
menarik dan membosankan.
Salah satu usaha untuk mengatasi masalah prestasi belajar IPA anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tunanetra tersebut yaitu dengan menciptakan suasana senang dan nyaman saat
pembelajaran. Umumnya s iswa kurang dapa t memper tahankan rasa
senang da lam jangka waktu yang lama saat proses pembelajaran
berlangsung, karena pada umumnya pembelajaran dibawakan dengan
metode ceramah yang dominan yang kemudian hal ini akan memicu rasa
bosan pada diri siswa. Untuk mencapai prestasi belajar IPA yang baik
dibutuhkan metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan bagi
siswa untuk mengurangi rasa bosan dalam diri siswa saat
pembelajaran.
Metode yang dipilih yaitu metode Quantum Learning karena
metode ini merupakan metode yang menghadirkan suasana yang nyaman
dan menyenangkan saat pembelajaran. Quantum Learning adalah
seperangkat metode yang berprinsip pada penimbulan sugesti yang positif
dalam belajar, sugesti positif akan mempengaruhi siswa dalam penyerapan
saat menerima informasi, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar siswa.
B. Penelitian yang Relevan
1. Hermawan Widyastantyo (2007) melakukan penelitian yang berjudul
Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPA (SAINS) Bagi Siswa kelas V SD Negeri Kebonsari
Kabupaten Temanggung. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penerapan
Metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-
rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74)
peningkatan prosentase 7,5%. Pembelajaran dengan menerapkan metode
Quantum Learning mengalami peningkatan hasil belajar yang sangat baik
sesuai dengan indikator keberhasilan.
2. Meynita Sucilia Anggreni S (2010) melakukan penelitian dengan judul
Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar IPA dengan Menggunakan Model
Quantum Learning Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sondakan NO.11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Surakarta. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa ada peningkatan aktivitas
belajar IPA denagn mengguanakan model Quantum Learning. Peningkatan
ini ditunjukkan oleh perbandingan rata – rata aktivitas belajar yang dicapai
antara siklus I (61,42), siklus II (73,14) peningkatan prosentase13,89%.
Pembelajaran dengan menerapkan Model Quantum Learning mengalami
peningkatan aktivitas belajar yang sangat baik sesuai dengan indikator
keberhasilan.
C. Kerangka Pikiran
Belajar pada dasar hanya merupakan suatu proses pemerolehan informasi
namun tidak semua informasi yang disampaikan oleh guru dapat diserap
oleh siswa. Karena saat informasi yang didapat siswa tidak optimal maka
hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya. Keberhasilan dalam belajar sangat
dipengaruhi oleh guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat.
Sebagian besar siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
memiliki prestasi belajar IPA yang rendah, hal ini disebabkan karena mata
pelajaran IPA pada umumnya dibawakan secara ceramah sehingga siswa
merasa bosan dan menganggap mata pelajaran IPA tidak menarik, dan
akibatnya hal ini mempengaruhi prestasi belajar IPA mereka.
Oleh karena itu, peneliti berusaha mencari metode pembelajaran
IPA yang sesuai bagi siswa di sekolah agar dapat memperbaiki prestasi
belajar IPA siswa. Metode yang dipilih oleh metode Quantum Learning
dengan pertimbangan agar siswa tertarik mengikuti pelajaran IPA dan dapat
membuat siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Berikut ini gambaran singkat kerangka berpikir peneliti sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Skema 1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan ini adalah Penerapan metode Quantum Learning dalam
pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa tunanetra
kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.
Kondisi awal Prestasi belajarIPA siswa rendah
RefleksiDalam pembelajaranIPA gurumenerapkan MetodeQuantum Learning
Melalui Metode QuantumLearning prestasi belajar IPAsiswa meningkat.
Kondisi akhir
Guru belummenerapkanMetode QuantumLearning
Tindakan I
Tindakan II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang
beralamat di Komplek Perkantoran Kabupaten Karanganyar. Sekolah ini sekarang
dipimpin oleh Darya Sunaryo S.Pd yang bertindak sebagai Kepala Sekolah dan
ada 48 tenaga pendidik negeri dan 6 Wiyata Bakti. Sekolah ini dibangun diatas
area seluas 6.000 m². Sekolah ini memilih ruang kelas yang digunakan untuk
proses belajar mengajar ,yang mana terdiri dari tingkat paud, dan tingkat sekolah
dasar yang terdiri dari kelas I, kelas II, Kelas II, kelas IV, kelas V,dan kelas VI.
Penelitian ini dilaksanakan di tingkat sekolah dasar kelas IV Anak tunanetra.
2. Waktu Penelitian
Rencana penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih lima bulan,
terhitung dari sejak Desember 2010. Berikut rincian jadwal kegiatan penelitian :
Tabel 2: Waktu Penelitian
No Rincian
Waktu kegiatan
Bulan
Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Konsultasi Bab 1, 2, 3
4 Perijinan
5 Pembuatan Instrumen
6 Pelaksanaan penelitian
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto
Suhardjono, Supardi (2008:2) pengertian PTK yaitu:
1) Penelitian - menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objekdengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untukmemperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkanmutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan - menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengajadilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentukrangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3) Kelas - dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapidalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenaldalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dimaksud denganistilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini, segera dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Pada hakikatnya penelitian tindakan kelas merupakan suatu siklus yang
terdiri adanya masalah perencanaan tindakan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi.
Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi tidak langsung dapat diselesaikan
dalam suatu tindakan, sehingga perlu adanya tindakan perbaikan lanjutan terhadap
masalah yang belum terselesaikan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan kelas
cenderung dilakukan lebih dari satu .
Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan PTK perlu diketahui
karakteristik dari PTK itu sendiri. Menurut Syaiful Rochman dkk (2006:13)
karakteristik PTK meliputi:
1) Berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran.
2) Adanya kolaborasi dalam pelaksanaanya.
3) Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
4) Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kegiatan belajar mengajar
5) Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Menganalisis dan merumuskanmasalah- Guru menerapkan metodepembelajaran yang kurang sesuaidengan materi pembelajaran.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah itu
dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Identifikasi masalah yaitu prestasibelajar IPA yang siswa rendah
PerencanaanSiklus I
Merencanakan tindakan :yaitu menerapkan metodeQuantum Learning melaluisistem “ TANDUR” dalampembelajaran IPA
Menganalisis :Diskusikan tentangkelemahan – kelemahansaat memakai metodeQuantum Learning
Observasiseberapa besarpengaruh metodeQuantum Learningterhadap prestasibelajar IPA
Pelaksanan tindakanpenerapan QuantumLearning dengankerangka TANDUR
refleksi
Perencanaanperbaikan siklusberikutnya
Peningkatan prestasibelajar IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Adapun model penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
Skema 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
(Kemmis dan Mc Taggart dalam Suharsimi Arikunto, 2006:97)
Keterangan:
- Perencanaan tindakan :
Akan membantu siswa dengan metode Quantum Learning dalam
peningkatan prestasi belajar IPA.
- Pelaksanaan tindakan :
Menggunakan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA.
- Observasi atau Pengamatan :
Mengamati peningkatan keaktifan siswa saat kegiatan belajar mengajar
dan prestasi belajar mengajar dan prestasi siswa dengan metode Quantum
Learning.
- Refleksi (analisis dan refleksi):
Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan penerapan metode Quantum
Learning yang telah dilakukan pada siklus I ke siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
C. Subjek Penelitian
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Khusus semester
VIII angkatan 2007.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar. Adapun jumlah siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar berjumlah 2 anak, yang antara lain :
1. Umi Nur Kholifah.
2. Afantika Rakmasari.
Selain siswa, subjek penelitian ini adalah guru kelas IV SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar.
D. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan data. Adapun data yang
peneliti kumpulkan berupa prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA pada
sebelum menggunakan metode Quantum Learning dan sesudah menggunakan
metode Quantum Learning. Sumber datanya adalah siswa kelas IV SDLB Negeri
Cangkan Karanganyar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
tes dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Tes
“Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok”,
Suharsimi Arikunto (1998 : 127). Budiyono (2000:54) berpendapat “Tes
adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-
pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian. Sarwiji
Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa “Pemberian tes dimaksudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
untuk mengukur keberhasilan yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pemberian kegiatan”.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda.
Mahfud Shalahuddin (1990:29) bahwa tes tertulis bentuk pilihan ganda
mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu:
a. Kelebihan:1) Hanya memungkinkan satu jawaban yang benar. Hal ini akan
menimbulkan sifat objektif.2) Tes objektif sangat mudah dikoreksi.3) Hasil pekerjaan tes objektif dapat dikoreksi secara cepat dengan
hasil yang dapat dipercaya.b. Kelemahannya:
1) Membutuhkan waktu yang relatif lama,2) Adanya kecenderungan guru yang hanya menekankan perhatiannya
pada pokok bahasan tertentu sehingga tes tidak bersifatkomprehensif,
3) Memungkinkan siswa melakukan untung-untungan dalammenjawab, dan
4) Penggandaan tes objektif memerlukan waktu yang lama.
Sedangkan usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi kelemahan tes
objektif yaitu:
a. Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif hendaknyamendasarkan diri pada tabel spesifikasi yang telah dipersiapkansebelumnya, sehingga tidak berpusat pada satu pokok bahasan saja,
b. Kesulitan menyusun tes objektif dapat dilakukan dengan banyakberlatih, mempelajari tes objektif yang disusun orang lain yangbaik.
Tes dilakukan untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa
sebelum dan sesudah mendapatkan tindakan. Guna memudahkan
pemahaman tentang tes yang digunakan dalam penelitian ini disajikan
tabel tentang kisi-kisi soal tes IPA kelas IV, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3. Kisi- Kisi Soal Tes IPA Kelas IV
Variabel Sub Variabel Indikator Bentuk Soal Nomor ItemPrestasibelajar IPA
Meningkatkanprestasi belajarIPA melaluimetodeQuantumLearning
1.Menyebutkansumber-sumberenergi panas danbunyi2. Menjelaskanterjadinyaperpindahan panas3.Mengidentifikasibenda yang yangtermasukpenghantar panasdan tidak4.Menjelaskanterjadinya bunyi5.Menjelaskan caraperambatan bunyidan pemantulanbunyi
Pilihanganda
1,4,8,11,14
2,6,7,9
3,5,10
12,15,18
13,16,17,19,20
JUMLAH 20
Tes disusun menggunakan validitas isi. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002:67), ”suatu tes atau instrumen dikatakan memiliki
validitas isi jika mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan, validitas isi dapat diusahakan
tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum
atau materi buku pelajaran”.
Tes prestasi belajar diberikan pada awal kegiatan penelitian yaitu
pembelajaran sebelum menggunakan metode Quantum Learning, untuk
mengidentifikasi prestasi belajar IPA dan diberikan disetiap akhir siklus
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA. Dengan perkataan
lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui perkembangan prestasi
belajar siswa sesuai dengan siklus yang ada. Tes yang diberikan tertulis
dan adapun jumlah soalnya 20 soal objektif yaitu dengan soal pilihan
ganda. Untuk skoring penilaian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
a. Setiap pilihan ganda bernilai I (satu) dengan jawaban benar, jika tidak
menjawab atau menjawab salah tidak dihitung sehingga bernilai 0 (nol)
Skor :
Jumlah soal pilihan ganda 20 x 1 = 20
Jumlah 20
Cara penilaian menurut Slameto (2001:56) dengan menggunakan
rumus tanpa denda : N = B
N = Nilai
B = Jumlah soal yang dijawah benar
Jawaban kosong tidak diperhitungkan
Kriteria Penilaian:
Benar 18 - 20 = A (istimewa)
Benar 15 - 17 = B (baik)
Benar 12 - 14 = C (cukup)
Benar 9 - 11 = D (kurang)
Benar kurang dari 8 = E (sangat kurang)
Tabel 4. PenilaianTingkat Penguasaan Materi
No. Tingkat Penguasaaan Nilai Akhir1.2.3.4.5.
90% ke atas75% - 89%60% - 74%55% - 59%Kurang dari 55 %
ABCDE
Tabel 5. Bobot Penilaian Tiap SoalNo. Jenis evaluasi Jumlah
SoalBobot dalam % Bobot tiap soal
1. Pilihan ganda 20 100 1
Total 20 100 -
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode penelitian ilmiah yang
menggunakan dokumen- dokumen sebagai bahan acuan untuk kepentingan
penelitian. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Rencana Pelaksanaan Pembelajarn ( RPP), lembar soal tes, foto-foto
pembelajaran.
F. Uji Validitas Data
Keabsahan data atau kepercayaan hasil-hasil penelitian dapat diperoleh
dengan menggunakan beberapa kepercayaan atau langkah-langkah. Suatu
informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya
sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai
dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Ada banyak teknik yang digunakan
untuk memeriksa validitas dalam suatu penelitian.
Suharsimi Arikunto (1998: 79) menyatakan bahwa: ”validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan instrumen”. Prinsip validitas adalah
mengkorelasikan antara nilai pengukuran item maupun faktor dan kriterianya.
Suatu tes tertulis atau instrumen dikatakan memiliki validitas isi jika mengukur
tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang
diberikan.
Validitas data atau keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi. Moelong (1991: 195) berpendapat bahwa “triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut”.
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitasnya dalam penelitian ini antara lain adalah
triangulasi dan review informan kunci.
Menurut Lex j. Moleong dalam Sarwiji Suwandi ( 2008:69), “Triangulasi
adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan membandingkan data yang
didapat saat sebelum dikenai tindakan dengan data yang didapatkan setelah
dikenai tindakan”. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain triangulasi
sumber data dan triangulasi metode.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1) Triangulasi sumber data
Digunakan untuk menguji kebenaran data yang dari suatu informan
dengan informan lain.
2) Triangulasi metode
Digunakan untuk membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi
dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Skema 4. Triangulasi Teknik
Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi
temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan
informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut.
G. Teknik analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis data. Sarwiji Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa,
”Teknik Analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah
berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriftif komparatif (Statistic
Deskriptif Komparatif) dan teknik analisis kritis”.
Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data
tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes
antar siklus dengan indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang
diperoleh pada dua siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar
siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian
yang telah ditetapkan. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah
Observasipartisipatif
Wawancara
Dokumentasi
Sumberdata sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik
tengah, mencari prosentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca,
dan diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel, chart).
Teknik Analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif, misal
dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis
mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa
dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang
dihasilkan dari kegiatan teoritis maupun dari kegiatan yang ada.
H. Indikator Pencapaian
Sebagai tolak ukur keberhasilan dari acuan dalam penelitian yang
dilakukan, perlu ditentukan indikator pencapaian. Adapun indikator pencapai
yang peneliti pakai adalah sebagai berikut : Peningkatan prestasi belajar IPA
siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar dengan standar nilai
minimal yang harus dicapai siswa adalah 60.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari
awal sampai akhir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
meningkatnya prestasi belajar IPA di kelas IV SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar dengan menerapkan metode Quantum Learning. Penelitian ini
merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang
dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:92). Prosedur ini mencangkup
tahap-tahap (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan
(observing), (4) analisis dan refleksi (reflecting):
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini menyusun:
1) Skenario pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum
Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Bobbi DePorter (2008:88) menyebutkan bahwa kerangka
rancangan model Quantum Learning dikenal dengan TANDUR.
TANDUR adalah sebuah makna dari kerangka rancangan belajar
Quantum Learning yang merupakan penjabaran dari T (Tumbuhkan), A
(Alami), N (Namai), D (Demonstrasikan), U (Ulangi) dan R (Rayakan).
Kerangka rancangan tersebut diterapkan setiap kali melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Secara terperinci dapat diterapkan sebagai
berikut:
a) T (Tumbuhkan)
Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di awal pelajaran
siswa diberikan beberapa hal yang menarik dan berkaitan dengan materi
yang akan dibahas, sehingga siswa mengalami benar yang akan
dipelajari. Guru berusaha memuaskan ”AMBAK” (Apakah Manfaat
Bagi Ku) dan manfaat bagi kehidupan siswa. Cara menumbuhkan minat
tersebut melalui antara lain:
(1) menuliskan semua tujuan / kompetensi yang harus dicapai siswa
(2) menjelaskan alur pelajaran yang akan dilalui
(3) diajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran
(4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita
pengalaman yang dialami saat berada dibawah terik sinar matahari
pada siang hari secara lisan.
b) A (Alami)
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar diupayakan dapat
diciptakan pengalaman umum yang dimengerti semua siswa.
Menciptakan pengalaman abstrak menjadi konkrit. Unsur ini akan
memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami
otak untuk menjelajah. Cara melakukan kegiatan ini:
(1) memberikan tugas melalui kegiatan diskusi
(2) mengaktifkan kegiatan individu melalui kegiatan presentasi
(3) memutar musik saat siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) N (Namai)
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas mengurutkan dan mengidentifikasikan. Penamaan adalah
saatnya mengajarkan konsep keterampilan berpikir dan strategi belajar.
Bentuk penamaan berupa informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat
dan sebagainya. Cara melakukan kegiatan ini antara lain:
(1) memberikan nama pada siswa yang sudah dibentuk nama dengan
pelajaran.
(2) siswa disuruh membuat catatan kecil dari pengetahuan konsep
prinsip, rumus tentang materi IPA yang sedang dipelajari untuk
memudahkan mengingat.
d) D (Demonstrasikan)
Memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan
menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan
ke dalam kehidupan mereka. Demonstrasi ini merupakan kegiatan yang
mengaitkan pengalaman (alami) dan penamaan (namai) dengan cara
menunjukkan dan melakukannya. Diharapkan dengan demonstrasi ini
siswa menemukan keasyikan belajar sehingga menimbulkan rasa
senang. Cara melakukan dalam kegiatan ini adalah Siswa melakukan
secara individu untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang baru
dipelajari dengan presentasi didepan kelas.
e) U (Ulangi)
Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa,
”Aku Tahu Bahwa Aku Tahu”. Pengulangan harus dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang
berbeda dengan asalnya. Latihan merupakan kegiatan pokok dalam
pengulangan dalam belajar IPA. Tanpa pengulangan, maka apa yang
telah didapat akan cepat hilang dan tidak akan membekas dalam otak.
Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini antara:
(1) Siswa mengulang kembali catatan kecil yang telah dibuat
(2) Menyebutkan kembali pengetahuan yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(3) Membuat kesimpulan
(4) Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kepada
siswa. Hal ini untuk menghindari salah konsep yang timbul atau
menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan
(5) Mengerjakan soal-soal tes.
f) R (Rayakan)
Perayaan memberikan rasa gembira bagi setiap orang. Perayaan
gembira rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan
konsekuensi. Suatu keberhasilan akan menjadikan lebih
membanggakan bila dirayakan. Kegiatan yang dilakukan pada bagian
ini:
(1) Memberikan pujian setiap hasil yang diperoleh siswa
(2) Mengajak tepuk tangan di setiap akhir pengajaran
(3) Memamerkan kepada siswa lain dengan cara dibacakan didepan
kelas
(4) Memberikan simbol penghargaan yang menjadi bintang pada saat
selesai kegiatan belajar mengajar
(5) Memutar musik kesayangan mereka
(6) Kegiatan-kegiatan lain yang membuat siswa menjadi gembira.
2) RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
3) Lembar pedoman observasi pembelajaran IPA.
4) Instrumen untuk evaluasi pembelajaran IPA.
5) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan. Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi
terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan.
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode
Quantum Learning pada proses pembelajaran IPA (aktivitas guru dan siswa)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
maupun pada hasil pembelajaran IPA yang disebabkan kemampuan mengingat
siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan
data berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan penerapan tindakan pertama.
d. Tahap Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini akan diketahui
berbagai hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada
pelaksanaan berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator
pencapaian yang ditetapkan.
2. Rancangan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini menyusun:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternative pemecahan
masalah.
2) Skenario pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum
Learning.
Bobbi DePorter (2008:88), menyebutkan bahwa kerangka
rancangan model Quantum Learning dikenal dengan TANDUR.
TANDUR adalah sebuah makna dari kerangka rancangan belajar Quantum
Learning yang merupakan penjabaran dari T (Tumbuhkan), A (Alami), N
(Namai), D (Demonstrasikan), U (Ulangi) dan R (Rayakan). Kerangka
rancangan tersebut diterapkan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Secara terperinci dapat diterapkan sebagai berikut:
a) T (Tumbuhkan)
Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di awal pelajaran siswa
diberikan beberapa hal yang menarik dan berkaitan dengan materi yang
akan dibahas, sehingga siswa mengalami benar yang akan dipelajari.
Guru berusaha memuaskan ”AMBAK” (Apakah Manfaat Bagi Ku) dan
manfaat bagi kehidupan siswa. Cara menumbuhkan minat tersebut
melalui antara lain:
(1) menuliskan semua tujuan / kompetensi yang harus dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(2) menuliskan alur pelajaran yang akan dilalui.
(3) diajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran.
(4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita
mengungkapkan perasaannya secara lisan sebelum pembelajaran
dimulai.
b) A (Alami)
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar diupayakan dapat
diciptakan pengalaman umum yang dimengerti semua siswa.
Menciptakan pengalaman abstrak menjadi konkrit. Unsur ini akan
memberikan pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami
otak untuk menjelajah. Cara melakukan kegiatan ini:
(1) memberikan tugas melalui kegiatan diskusi
(2) mengaktifkan kegiatan individu melalui kegiatan presentasi
(3) mengadakan permainan
(4) memutar musik saat siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran
c) N (Namai)
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan
identitas mengurutkan dan mengidentifikasikan. Penamaan adalah
saatnya mengajarkan konsep keterampilan berpikir dan strategi belajar.
Bentuk penamaan berupa informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat
dan sebagainya. Cara melakukan kegiatan ini antara lain:
(1) memberikan nama pada siswa yang sudah dibentuk nama dengan
pelajaran
(2) siswa disuruh membuat catatan kecil dari pengetahuan konsep
prinsip, rumus tentang materi IPA yang sedang dipelajari untuk
memudahkan mengingat.
d) D (Demonstrasikan)
Memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan
menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain dan
ke dalam kehidupan mereka. Demonstrasi ini merupakan kegiatan yang
mengaitkan pengalaman (alami) dan penamaan (namai) dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
menunjukkan dan melakukannya. Diharapkan dengan demonstrasi ini
siswa menemukan keasyikan belajar sehingga menimbulkan rasa
senang. Cara melakukan dalam kegiatan ini antara lain:
(1) Guru memberi contoh model presentasi yang akan dilakukan siswa.
(2) Siswa melakukan secara individu untuk mendemonstrasikan
pengetahuan yang baru dipelajar.
e) U (Ulangi)
Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa.
“Aku Tahu Bahwa Aku Tahu”. Pengulangan harus dilakukan secara
multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang
berbeda dengan asalnya. Latihan merupakan kegiatan pokok dalam
pengulangan dalam belajar IPA. Tanpa pengulangan, maka apa yang
telah didapat akan cepat hilang dan tidak akan membekas dalam otak.
Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini antara :
(1) Siswa mengulang kembali catatan kecil yang telah dibuat.
(2) Menyebutkan kembali pengetahuan yang dimiliki.
(3) Membuat kesimpulan.
(4) Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kepada siswa
dengan melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga. Hal
ini untuk menghindari salah konsep yang timbul atau
menghilangkan keraguan atas materi yang dipresentasikan.
(5) Mengerjakan soal-soal tes.
(f) R (Rayakan)
Perayaan memberikan rasa gembira bagi setiap orang. Perayaan
gembira rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan
konsekuensi. Suatu keberhasilan akan menjadikan lebih
membanggakan bila dirayakan. Kegiatan yang dilakukan pada bagian
ini:
(1) Memberikan pujian setiap hasil yang diperoleh siswa.
(2) Mengajak tepuk tangan di setiap akhir pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(3) Memamerkan kepada siswa lain dengan cara dibacakan didepan
kelas.
(4) Memberikan simbol penghargaan yang menjadi bintang pada saat
selesai kegiatan belajar mengajar.
(5) Memutar musik kesayangan mereka.
(6) Kegiatan-kegiatan lain yang membuat siswa menjadi gembira.
3) RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
4) Lembar pedoman observasi pembelajaran IPA.
5) Instrumen untuk evaluasi pembelajaran IPA.
6) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan perbaikan tindakan dengan melaksanakan skenario
pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Setiap siklus terdapat dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit.
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap observasi terhadap pelaksanaan
tindakan yang dilakukan.
c. Tahap Observasi
Tahap ini dilakukan dan menginterpretasikan aktivitas penerapan metode
Quantum Learning pada proses pembelajaran IPA (aktivitas guru dan siswa)
maupun pada hasil pembelajaran IPA yang disebabkan kemampuan mengingat
siswa terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data
berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan penerapan tindakan kedua.
d. Tahap Analisis
Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini akan diketahui berbagai
hal yang perlu dipertahankan dan mendapat perbaikan pada pelaksanaan
berikutnya bila pembelajaran belum memenuhi indikator pencapaian yang
ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar yang
akan dideskripsikan adalah jumlah siswa ada 2 orang pada kemampuan prestasi
belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Ilmu PengetahuAlam pada
kompetensi dasar mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat–sifatnya. Dari hasil wawancara, observasi, dan
analisis dokumen yang berupa nilai kondisi awal untuk mata pelajaran IPA.
Terlihat bahwa siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar mengalami
kesulitan dalam mendeskripsikan energi panas dan bunyi.
Penelitian yang dilakukan menggunakan nilai kondisi awal sebelum
tindakan dilakukan dan nilai ini yang digunakan sebagai nilai acuan pada saat
memberikan treatment. Berikut ini data nilai kondisi awal mata pelajaran IPA
siswa kelas IV mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar dan sifat- sifatnya tahun ajaran 2010/2011.
Tabel 6. Perolehan Nilai Pada Kondisi Awal
No. Inisial Siswa Butir Soal
yang Benar
Tingkat
Penguasaan
Keterangan
1. UM 11 55% K (Kurang)
2. FN 10 50 % K (Kurang)
Jumlah 21 105 %
Rata-rata Kelas 10,5 52,5 %
Nilai dalam tabel 6. tersebut diperoleh dari hasil ulangan kondisi awal yang
dilaksanakan guru bersama dengan peneliti. Soal dibacakan oleh guru berjumlah
20 soal. Dalam soal tersebut telah dibagi–bagi. Masing–masing soal mewakili
pokok bahasan mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya. Dari tabel di atas dapat dijelaskan, siswa
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
hanya mampu menjawab dengan benar paling tinggi 11 dari 20 soal yang
diberikan oleh guru.
Dari tabel 6. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
materi masih kurang. Hal ini dapat diketahui melalui hasil item yang benar
dijawab siswa paling tinggi 55% diperoleh satu siswa dan item terendah yang
dijawab siswa 50% oleh satu siswa. Hasil rata-rata porsentase penguasaan siswa
terhadap materi yaitu energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
serta sifat- sifatnya sebesar 52,5 % termasuk kategori sangat kurang.
Prestasi belajar IPA siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
pada kondisi awal dapat digambar dalam bentuk grafik sebagi berikut:
0%10%20%30%40%50%60%
TingkatPenguasaan
UM FN
Inisial Siswa
Prestasi Kondisi Awal
Grafik 1. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri CangakanKaranganyar Pada Kondisi Awal
Observasi awal penelitian ini selain mengetahui nilai siswa, peneliti juga
melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam observasi ini, peneliti
menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlihat secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin
untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari
tersebut. Secara garis besar dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti
perhatian siswa terhadap penjelasan dan perintah guru serta perhatian yang
kurang.
Selain itu peneliti melakukan proses penelitian pembelajaran pada siswa
kelas IV di SDLB Negeri Cangakan Karanganyar, peneliti melakukan wawancara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
observasi, dan analisis dokumen untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di
lapangan. Observasi dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2011 pukul 09.15
WIB.
Berdasarkan kegiatan observasi kelas, angket yang dilakukan peneliti
terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti
pelajaran IPA. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan observasi yang dilakukan
peneliti. Saat mengikuti pelajaran IPA, siswa menunjukkan kurang peduli dan
tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini diketahui dari sikap siswa yang bosan
setiap pelajaran selalu disuruh menulis, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas
sendiri.
Selama ini, guru dalam pembelajaran jarang menggunakan media sebagai
sarana pembelajaran. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Keadaaan
ini membuat siswa kurang berminat terhadap pelajaran IPA. Ketidakminatan
siswa dalam pembelajaran IPA dapat diketahui dari aktivitas siswa yang kurang
merespon pembelajaran dari guru, kurang memperhatikan penjelasan guru, dan
tidak aktif untuk bertanya. Siswa cenderung pasif, siswa hanya menjawab apa
yang ditanyakan guru. Selain itu, berdasarkan hasil prestasi belajar untuk
pelajaran IPA termasuk rendah. Hal ini dapat diketahui dari rata-rata nilai siswa
hanya 52,5 %.
Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa siswa kurang
antusias dalam pembelajaran IPA dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
menentukan metode untuk belajar IPA, sehingga prestasi belajar IPA materi
energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
yang masih rendah. Peneliti dan guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran
agar prestasi belajar IPA materi energi panas dan bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil
guru kelas dan peneliti melakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan
metode Quatum Learning dengan tujuan meningkatan prestasi belajar IPA materi
energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
terdiri dari empat tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan interpretasi, analisis dan refleksi.
2. Siklus 1
a. Perencanaan Tindakan I
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Februari
2011 di ruang Guru SDLB Negeri Cangakan Karanganyar. Peneliti dan
guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam
proses penelitian. Dari hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah,
peneliti kemudian mengajukan solusi alternative yang berupa metode
pembelajaran yaitu metode Quantum Learning dengan kerangka
TANDUR. Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah
dikumpulkan kemudian bersama - sama dengan guru menentukan solusi
yang dapat diambil.
Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) dengan materi energi panas dan bunyi yang
terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
2) Peneliti dan guru mendiskusikan desain pembelajaran IPA dengan
metode Quantum Learning berdasarkan kerangka TANDUR:
a) Langkah – langkah pada pertemuan pertama:
(1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA
serta memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke
pelajaran.
(2) A (Alami) materi disampaikan melalui kaset bicara setelah
itu membaca materi yang sudah disampaikan.
(3) N ( Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama
materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
(4) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk maju presentasi ke depan kelas.
(5) Siswa lain menyimak. Guru bersama siswa lain
mengomentari hasil presentasi yang telah dilakukan oleh
masing – masing siswa.
(6) U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal – hal yang kurang atau belum
pahami.
(7) R (Rayakan) guru mengajak siswa tepuk tangan dan
memutarkan musik setelah selesai pembelajaran.
b) Langkah – langkah pada pertemuan kedua :
(1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA
serta guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menceritakan pengalamanya saat dibawah terik sinar
matahari pada siang hari secara lisan .
(2) A (Alami) Siswa menyiapkan catatannya yang sudah
dibuat di rumah, dan guru memberikan waktu untuk
mempelajari kembali.
(3) N ( Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama
materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
(4) D ( Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum maju presentasi untuk maju kedepan.
(5) U (Ulangi) guru menyampaikan kembali materi yang di
sampaikan melalui kaset bicara, setelah itu guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal – hal yang belum pahami dan dimengerti,
setelah itu guru mengadakan tes.
(6) R (Rayakan) guru memberikan reward berupa pin kepada
siswa yang berani maju presentasi dan mendapat nilai tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
yang bagus sebagai penghargaan kemudian memutarkan
musik.
3) Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat
pembelajaran yaitu tape recorder kecil, kaset bicara, dan kaset
musik instrumental yang disukai siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Dalam kegiatan belajar mengajar guru melaksanakn pembelajaran
menggunakan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR
pada hari Kamis, 17 Februari 2011 dan Senin, 21 Februari 2011. Dalam
pelaksanaannya yaitu :
1) T (Tumbuhkan)
Kegiatan Tumbuhkan disini digunakan sebagai kegiatan apersepsi
yang bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa di awal
pembelajaran. Kegiatan apersepsi yang dilaksanakan di siklus I ini
adalah dengan mengajukan pertanyaan pancingan yang mengarah ke
pelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menceritakan pengalamannya saat dibawah terik sinar matahari pada
siang hari secara lisan .
2) A (Alami)
Untuk memberikan pengalaman belajar secara alami kepada siswa tim
peneliti melaksanakan kegiatan berupa:
a) Pemberian tugas untuk mendengarkan kaset bicara yang berisi
materi pelajaran energi panas dan bunyi, kemudian secara
individu siswa untuk membuat catatan kecil dari materi yang telah
disampaikan dan hasilnya nanti untuk bahan presentasi.
b) Memutarkan musik saat siswa selesai presentasi.
3) N ( Namai)
Kegiatan Namai dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru
membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber
energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4) D ( Demonstrasikan)
Kegiatan Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempresentasikan hasil catatan
kecilnya dari materi yang telah disampiakna secara individual.
5) U ( Ulangi)
Supaya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan dapat bertahan lama dan siswa lebih memahami materi,
guru melaksanakan kegiatan tanya jawab dan guru menjelaskan
kembali materi pelajaran yang belum dipahani oleh siswa, setelah itu
guru melaksanakan tes.
6) R ( Rayakan)
Untuk menghargai siswa yang telah berusaha maju, guru
memberikan penghargaan berupa pin, tepuk tangan dan memutarkan
musik di akhir pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Pada saat pembelajaran IPA berlangsung peneliti sebagai partisipan
pasif mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal samapai akhir dan
mencacat hasil siklus I di dalam kelas didampingi guru. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 17 Februari 2011 dan berlangsung
selama 2 x 35 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan melakukan
apersepsi terhadap siswa, guru mengabsen siswa, dan memberikan
pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran.
Kemudian guru memutarkan kaset bicara yang berisi materi energi
panas dan energi bunyi, siswa memperhatikan dan membuat catatan kecil.
Setelah itu guru menyuruh siswa membaca materi energi pans dan bunyi,
kemudian guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran
tentang sumber energi panas dan bunyi, dan guru menyuruh siswa
berdiskusi. Setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpresentasi, kemudian guru menyuruh siswa untuk bertanya tentang hal
yang belum dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Pada pertemuan kedua guru mengadakan kegiatan apersepsi,
mengabsen siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menceritakan pengalamannya saat dibawah terik sinar matahari pada
siang hari secara lisan. Kemudian guru melajutkan kegiatan presentasi,
kemudian guru dan siswa menanggapi hasil presentasi. Setelah itu guru
menyampaikan kembali materi yang di sampaikan melalui kaset bicara
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal –
hal yang belum dipahami dan dimengerti. Setelah materi disampaikan
semua guru mengadakan tes. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan siswa selama materi disampaikan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I terhadap proses belajar
mengajar IPA dengan menggunakan metode Quantum Learning, diperoleh
hasil sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa.
Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa sering main
sendiri.
2) Siswa yang aktif dalam kegiatan tanya-jawab berjumlah 1 siswa.
Tapi siswa harus dipancing dahulu sebelum akhirnya siswa aktif
dalam kegiatan tanya – jawab.
3) Siswa yang berani presentasi ke depan kelas berjumlah 1 siswa.
Tapi siswa masih malu – malu dan merasa takut.
4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2
siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa
melamun.
5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 1 siswa. Tapi
masih belum maksimal karena perlu pengulangan dalam
penyampaian materi untuk mencatatannya.
6) Siswa yang aktif berdiskusi berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum
maksimal, kadang – kadang yang didiskusikan bukan pelajaran.
7) Siswa yang mendapatkan nilai sebesar 60 keatas berjumlah 1
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
d. Analisis dan Refleksi
Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar
mengajar yaitu :
1) Guru masih kesulitan dalam membangkitkan antusias siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran IPA.
2) Guru kelihatan tidak percaya diri saat mengajar menggunakan
metode Quantum Learning.
3) Keantusiasan, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar masih rendah. Hal ini terlihat pada kegiatan
apersepsi, tanya jawab, membuat catatan dan presentasi masih
sedikit siswa yang ikut berpartisipasi.
4) Siswa yang dapat menguasai materi sebesar 60% ke atas masih
sedikit. Hal ini dikarenakan motivasi siswa saat mulai sampai akhir
pembelajaran masih rendah, sehingga banyak siswa yang tidak
menaruh perhatian yang serius saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, peneliti bersama guru
kolaborator mengadakan refleksi sebagai berikut :
1) Agar siswa lebih anutias, aktif dan sungguh – sungguh dalam
mengikuti pembelajaran, sebaiknya guru lebih tegas dalam
menjelaskan hal-hal jika siswa tidak memperhatikan. Misalnya
akan menyuruh siswa untuk berpantun didepan kelas bagi yang
tidak serius.
2) Sebaiknya guru lebih percaya diri saat mengajar menggunakan
metode Quantum Learning, supaya tujuan dari pembelajaran
itu sendiri dapat tercapai.
3) Untuk mendorong siswa agar keantusiasannya, keaktifannya
dan kesungguhannya dalam mengikuti pembelajaran
meningkat, sebaiknya guru lebih banyak memberikan reward
kepada siswa yang telah berusaha aktif saat pembelajaran
berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Siklus 2
a. Perencanaan tindakan II
Berdasarkan hasil refleksi tindakan pada siklus I , maka pada siklus
kedua ini penelitian bersama guru kolaborator berdiskusi mengenai cara
yang tepat untuk memperbaiki kekuarangan pada siklus I. Tahap ini
dilakukan pada hari Kamis 24 Februari 2011 di kantor guru SDLB Negeri
Cangakan Karangnyar. Setelah melakukan diskusi dengan guru
kolaborator, akhirnya didapatkan solusi untuk memperbaiki siklus
sebelumnya, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1) Guru memberikan contoh model presentasi terlebih dahulu
2) Penampilan guru saat mengajar menggunakan metode Quantum
Learning sebaiknya lebih diperbaiki lagi dengan cara
menggunakan alat peraga.
3) Guru memberikan reward yang lebih banyak kepada siswa yang
berani maju presentasi di depan kelas, misalnya memberikan pujian
dan tepuk tangan kepada setiap kali siswa tampil presentasi
didepan kelas.
4) Memberikan hukuman kepada siswa yang tidak memperhatikan
pada saat proses pembelajaran.
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Peneliti bersama guru kolaborator mendiskusikan langkah –
langkah pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning
dengan kerangka TANDUR, urutannya sebagai berikut:
a) Langkah – langkah pada pertemuan pertama:
(1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan perasaan secara lisan sebelum
pembelajaran dimulai.
(2) A (Alami) guru membagi siswa, kemudian siswa membaca
materi pelajaran yang sudah dimuat dalam bentuk Braille,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kemudian siswa mendiskusikan materi energi panas dan
bunyi. Selain itu siswa ditugasi untuk mencatat hal – hal
yang penting yang nantinya sebagai bahan presentasi,
kemudian guru menyampaikan materi melalui kaset bicara.
(3) Guru memberikan contoh presentasi terlebih dahulu.
(4) N (Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama materi
pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang
terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
(5) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk maju presentasi ke depan kelas.
(6) Siswa lain menyimak. Guru bersama siswa lain
mengomentari hasil presentasi yang telah dilakukan oleh
masing – masing siswa.
(7) U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal – hal yang kurang atau belum
pahami.
(8) R (Rayakan) guru mengajak siswa tepuk tangan sebagai
penghargaan kepada siswa yang telah maju, melontarkan
pujian kepadsa siswa yang aktif bertanya dan memutarkan
musik setelah selesai pembelajaran.
b) Langkah – langkah pada pertemuan kedua:
(1) T (Tumbuhkan) guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA
dan guru mengajukan pertanyaan pancingan yang
mengarah ke pelajaran kepada siswa.
(2) A (Alami) Siswa menyiapkan catatannya yang sudah
dibuat di rumah dan siswa kembali mendiskusikan untuk
melengkapi catatannya yang belum lengkap, kemudian
guru memberikan waktu untuk mempelajari kembali
sambil memutarkan musik instrumental.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
(3) N (Namai) guru membagi siswa dengan diberi nama materi
pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang
terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
(4) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada
siswa yang belum maju presentasi untuk maju kedepan.
(5) Siswa dan guru menyimak, kemudian mengomentari hasil
presentasi.
(6) U (Ulangi) guru menyampaikan kembali materi dengan
melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga,
setelah itu guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan
dimengerti, setelah itu guru mengadakan tes.
(7) R (Rayakan) guru memberikan reward berupa pin kepada
siswa yang berani maju presentasi dan mendapat nilai tes
yang bagus sebagai penghargaan kemudian memutarkan
musik.
2) Peneliti bersama guru kolaborator menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi energi panas dan bunyi
yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
3) Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat
pembelajaran yaitu tape recorder kecil, kaset bicara, alat peraga
dan kaset musik instrumental yang disukai siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan tindakan II dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu
pada hari Kamis, 24 Februari 2001 dan Senin, 28 Februari 2011di ruang
kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karangnyar. Dalam pelaksanaan siklus
II ini, guru menerapkan solusi yang telah didiskusikan dengan penelitian
untuk mengatasi kekurangan – kekurangan pada siklus I.
Adapun pelaksanannya tindakan II dengan menerapkan metode
Quantum Learning dengan kerangka TANDUR sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1) T (Tumbuhkan)
Dalam kegiatan Tumbuhkan ini guru melaksanakannya dalam
kegiatan apersepsi, kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan minat
belajar siswa di awal pembelajaran. Adapun langkah yang diambil
guru dalam kegiatan ini yaitu guru mengajukan pertanyaan pancingan
yang mengarah ke pelajaran dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan perasannya secara lisan sebelum
pembelajaran.
2) A (Alami)
Untuk memberikan pengalaman belajar secara alami kepada siswa
tim peneliti melaksanakan kegiatan berupa:
a) Memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi pelajaran
yang telah dibagikan kemudian dari hasil membaca siswa secara
individu mendiskusikan dengan temannya dan membuat catatan
kecil sebagai bahan presentasi nantinya.
b) Guru menyampaikan kembali materi melalui kaset bicara,
kemudian guru memberikan waktu untuk mempelajari kembali
sambil memutarkan musik instrumental.
3) N ( Namai)
Kegiatan Namai dalam kegitan belajar mengajar ini, guru membagi
siswa dengan diberi nama materi pelajaran tentang sumber energi
panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
4) D ( Demonstrasikan)
Kegiatan Demonstrasi dalam kegiatan belajar mengajar ini, guru
memberikan tugas kepada siswa untuk mempresntasikan hasil diskusi
dan hasil catatan kecilnya dari materi yang telah disampaikan secara
individual didepan kelas.
5) U ( Ulangi)
Supaya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah
disampaikan dapat bertahan lama dalam kegiatan ulang ini guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menjelaskan kembali materi pelajaran dengan melakukan percobaan
yang menggunakan alat peraga, setelah itu guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal yang
belum dipahami dan dimengerti, selanjutnya guru itu guru
mengadakan tes.
6) R ( Rayakan)
Untuk menghargai siswa yang telah berusaha aktif selama kegiatan
belajar mengajar dan untuk lebih memicu motivasi siswa dalam belajar
guru memberikan reward kepada siswa berupa tepuk tangan, kata yang
baik, kalimat yang mangandung pujian, memberikan penghargaan
berupa pin, dan memutarkan musik kesukaannya di akhir
pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi
Dalam kegiatan pelaksanaan tindakan II peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif. Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan Kamis, 24 Februari
2011 dan Senin, 28 Februari 2011. Kegiatan observasi bertujuan untuk
menjelaskan apakah kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I
dapat teratasi dengan solusi-solusi yang telah didiskusikan antara
kolaborator. Dari kegiatan ini peneliti mencatat bahwa pembelajaran
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan peneliti dan guru
kaloborator.
Seperti yang telah di lakukan pada siklus sebelumnya, dengan
metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR, pada pertemuan
pertama dilaksananan Kamis, 24 Februari 2011. Pembelajaran diawali
guru dengan menanyakan keadaan siswa dengan menyuruh siswa untuk
menuliskan perasaannya secara lisan sebelum pembelajaran dimulai dan
mengabsen kehadiran siswa. Kemudian guru menjelaskan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dalam pembelajaran IPA
tersebut.
Pada kegiatan inti guru membagi materi pelajaran kepada siswa,
kemudian guru membagi siswa dengan diberi nama materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
tentang sumber energi panas dan bunyi. Kemudian guru menugasi siswa
untuk membaca serta mencatat hal – hal yang penting yang digunakan
sebagai bahan presentasi. Kegiatan mencatat dilakukan secara berdiskusi
dengan teman, kemudian guru memberikan contoh presentasi didepan
kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan
kelas. Siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya, hal ini terlihat dari
siswa yang mulai menunjukkan keberaniannya untuk presentasi secara
sukarela. Siswa dan guru menyimak dan mengomentari hasil presentasi.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal-hal yang belum dimengerti siswa, guru memberikan tepuk
tangan dan pujian kepada siswa yang maju.
Pada pertemuan kedua Senin, 28 Februari 2011, guru mengawali
pembelajaran dengan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
pada pertemuan pertama, hal tersebut dilakukan untuk menyegarkan
ingatan siswa mengenai materi siswa. Kemudian guru menjelaskan materi
kembali dengan melakukan percoban yang menggunakan alat peraga dan
siswa melengkapi catatannya yang kurang lengkap. Kemudian guru
memberikan kesempatan kepada siswa yang belum maju presentasi,
setelah itu guru dan siswa mengomentari hasil presentasi.
Dalam kegitan ini siswa sudah mulai menunjukkan keaktifannya,
hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyak siswa yang mulai berani
mengungkapkan pendapatnya. Kemudian guru mengadakan tes. Setelah
tes berakhir guru mengajak siswa tepuk tangan dan guru memberikan
reward kepada siswa berupa tepuk tangan, kata yang baik, kalimat yang
mangandung pujian, memberikan penghargaan berupa pin, dan
memutarkan musik kesukaannya di akhir pembelajaran yang sudah berani
maju serta mendapat nilai bagus.
Dari observasi terhadap proses kegitan belajar mengajar tersebut
dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa dari
2 siswa secara keseluruhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2) Semua siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab.
3) Semua siswa sudah berani presentasi ke depan kelas berjumlah 2
siswa.
4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah 2
siswa.
5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 2 siswa dari 2
siswa secara keseluruhan.
6) Semua siswa sudah aktif berdiskusi.
7) Semua siswa mendapatkan nilai 60 ke atas.
d. Analisis dan Refleksi
Kegiatan Belajar mengajar IPA dengan metode Quantum Learning
di kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada siklus II yang
dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin , 28 Februari
2011 berjalan lancar. Kekurangan-kekurangan pada siklus sebelumnya
dapat teratasi pada siklus ini. Siswa lebih aktif dan antusias saat
pembelajaran bila dibandingkan pada siklus I, hal ini dapat terlihat pada
siswa yang ikut berpartisipan pada kegiatan setiap kegiatan yang diadakan
semakin bertambah. Guru berhasil membangkitkan keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA. Prestasi belajar IPA siswa meningkat saat
pembelajaran menggunakan metode Quantum Learning.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Siklus I
Berdasarkan Deskripsi kondisi awal yang dilakukan dari kegiatan
pratindakan peneliti merespon kegiatan yang terjadi berdasarkan indikator
pencapaiam yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasilnya sebagai
berikut :
a. Perencanaan Tindakan I
Dalam bentuk kegiatan perencanan tindakan I dari deskripsi
hasil penelitian siklus I sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
1) Peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan desain
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan
kerangka TANDUR.
2) Peneliti dan guru kolaborator menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi sumber energi panas
dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
3) Guru menugasi siswa untuk mennyimak materi pelajaran dari
kaset bicara.
4) Penelitidan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat
pembelajaran yaitu tape recorder, kaset bicara, dan kaset musik
instrumental atau kesukaan siswa.
5) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran direncanakan 2x pertemuan
yaitu Kamis, 17 Februari 2011 dan Senin , 21 Februari 2011.
b. Pelaksanakan Tindakan I
Dalam bentuk kegiatan pelaksanaan tindakan I dari
deskripsi hasil penelitian siklus I, guru melaksanakn pembelajaran
IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR
dengan pelaksanaan sebagai berikut:
1) T (Tumbuhkan) dengan guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator dalam pembelajaran IPA serta
memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran
dan memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan
pengalamanya saat dibawah terik sinar matahari pada siang hari
secara lisan.
2) A (Alami) guru menugasi siswa untuk mendengarkan kaset
bicara yang berisi materi pelajaran, kemudian siswa mencatat
hal – hal yang penting, kemudian guru menugasi siswa secara
individu untuk berdiskusi dengan temannya untuk berdiskusi
tentang materi yang akan dipresentasikan setelah itu guru
memutarkan musik saat siswa selesai presentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3) N (Namai) dengan guru membagi siswa dengan diberi nama
materi pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang
terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
4) D (Demonstrasikan) guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil
catatan kecilnya dari materi yang telah disampiakna secara
individual. Pada pertemuan yang kedua kegiatan
Demonstrasikan dengan melanjutkankegiatan presentasi bagi
siswa yang belum maju.
5) U (Ulangi) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal – hal yang belum dipahami siswa. Pada
pertemuan kedua kegiatan Ulangi diadakan dengan guru
mengadakan tes.
6) R (Rayakan) guru memberikan penghargaan berupa pin, tepuk
tangan dan pujian yang berani maju ke depan kelas dan guru
memberikan reward bagi siswa yang mendapatkan nilai tes
yang baik dengan memutarkan musik di akhir pembelajaran.
c. Observasi dan interpretasi
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan peneliti pada siklus
I terhadap proses belajar mengajar IPA dengan menggunakan
metode Quantum Learning, diperoleh hasil sebagai berikut
1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2
siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang – kadang siswa
sering main sendiri.
2) Siswa yang aktif dalam kegiatan tanya-jawab berjumlah 1
siswa. Tapi siswa harus dipancing dahulu sebelum
akhirnya siswa aktif dalam kegiatan tanya – jawab.
3) Siswa yang berani presentasi ke depan kelas berjumlah 1
siswa. Tapi siswa masih malu – malu dan merasa takut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru
berjumlah 2 siswa. Tapi masih belum maksimal, kadang-
kadang siswa melamun.
5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 1 siswa.
Tapi masih belum maksimal karena perlu pengulangan
dalam penyampaian materi untuk mencatatannya.
6) Siswa yang aktif berdiskusi berjumlah 2 siswa. Tapi masih
belum maksimal, kadang – kadang yang didiskusikan
bukan pelajaran.
7) Siswa yang mendapatkan nilai sebesar 60 ke atas berjumlah
1 siswa.
Tabel 7. Keaktifan Siswa pada Kegitan Belajar Mengajar
No. Urut Inisial Siswa Aspek Aktivitas1 2 3 4 5 6
1. UM √ √ - √ √ √
2.FN
√ √ √ √ - -
Jumlah 2 2 1 2 1 1Skor Aktivitas Siswa 2 2 1 2 1 1
Keterangan Aspek Aktivitas1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Merespon metode yang digunakan guru
3. Mencatat materi penting
4. Berdiskusi dengan teman
5. Berani mempresentasikan hasil belajarnya
6. Mengajukan pertanyaan dengan guru
d. Analisis dan refleksiGuru dan peneliti mendiskusikan kekurangan – kekurangan
yang ada pada saat penggunaan metode Quantum Learning dalam
pembelajaran IPA di siklus I. Secara umum terdapat beberapa
kekurangan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu :
1) Guru masih kesulitan dalam membangkitkan antusias siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2) Guru kelihatan tidak percaya diri saat mengajar
menggunakan metode Quantum Learning.
3) Keantusiasan, keaktifan dan kesungguhan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar masih rendah. Hal ini terlihat
pada kegiatan apersepsi, tanya jawab, membuat catatan dan
presentasi masih sedikit siswa yang ikut berpartisipasi.
4) Siswa yang dapat menguasai materi sebesar 60% ke atas
masih sedikit. Hal ini dikarenakan motivasi siswa saat
mulai sampai akhir pembelajaran masih rendah, sehingga
banyak siswa yang tidak menaruh perhatian yang serius
saat proses belajar mengajar berlangsung.
Tabel 8 Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA Pada Siklus I
No. Inisial siswa Butir Soal yang
Benar
Tingkat
Penguasaan
Keterangan
1.
2.
UM
FN
14
11
70%
55%
C ( Cukup)
C ( Cukup)
Jumlah Total 25 125%
Rata – rata 12,5 62,5%
Dari tabel 8. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan siswa
terhadap materi cukup. Hal ini dapat diketahui melalui hasil butir soal
yang benar dijawab siswa paling tinggi 75% diperoleh satu siswa dan
butir soal yang dijawab siswa terendah 55% oleh satu siswa. Hasil rata-
rata porsentase penguasaan siswa terhadap materi yaitu energi panas dan
bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya sebesar
62,5% termasuk kategori cukup. Dengan demikian, perolehan nilai tes
prestasi belajar IPA pada siklus I diatas dapat digambarkan dalam bentuk
grafik diagram batang sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
0%
50%
100%
UM
Grafik 4.2 Peningkatan PrestasiBelajar IPA Siklus I Siswa Kelas IV
Prestasi Siklus I
0%10%20%30%40%50%60%70%
TingkatPenguasaan
UM FN
Inisial Siswa
Prestasi Siklus I
Grafik 2. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri CangakanKaranganyar Pada Siklus I
2. Deskripsi Kondisi Siklus II
Berdasarkan Deskripsi siklus I yang dilakukan dari kegiatan tindakan I
peneliti merespon kegiatan yang terjadi berdasarkan indikator pencapaian
yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun hasilnya sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan II
Dalam bentuk kegiatan perencanan tindakan II dari deskripsi
hasil penelitian siklus II sebagai berikut:
1) Peneliti dan guru kolaborator mendiskusikan desain
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning dengan
kerangka TANDUR.
2) Peneliti dan guru kolaborator menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) dengan materi sumber energi panas
dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-
sifatnya.
3) Guru memperbaiki cara mengajarnya saat menggunakan
metode Quantum Learning.
4) Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berani
tampil di depan kelas untuk berpresentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
5) Guru memberikan contoh model presentasi terlebih dahulu.
6) Guru akan memberikan hukuman atau sanksi pada siswa
apabila siswa ramai dan tidak memperhatikan penjelasan dari
guru.
7) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran direncanakan 2x pertemuan
yaitu Kamis, 24 Februari 2011 dan Senin, 28 Februari 2011.
8) Peneliti dan guru menyiapkan sarana yang dipakai saat
pembelajaran yaitu tape recorder, kaset bicara, kaset musik
instrumental atau kesukaan siswa dan alat peraga.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Dalam bentuk kegiatan pelaksanaan tindakan II dari
deskripsi hasil penelitian siklus II, guru melaksanakn pembelajaran
IPA dengan metode Quantum Learning dengan kerangka TANDUR
dengan pelaksanaan sebagai berikut:
1) T (Tumbuhkan), dengan guru menjelaskan standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator serta mengajukan pertanyaan
pancingan yang mengarah ke pelajaran dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasannya
secara lisan sebelum pembelajaran.
2) A (Alami), guru menugasi siswa untuk membaca buku Braille
yang berisi materi pelajaran, kemudian siswa mencatatan hal-
hal yang penting kemudian menugai siswa berdiskusi tentang
materi yang akan dipresentasikan nantinya. Kemudian guru
menyampaikan kembali materi melalui kaset bicara dan
memberikan waktu untuk mempelajari kembali sambil
memutarkan musik instrumental.
3) N (Namai), guru membagi siswa dengan diberi nama materi
pelajaran tentang sumber energi panas dan bunyi yang terdapat
dilingkungan sekitar serta sifat- sifatnya.
4) D (Demonstrasikan), guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk maju kedepan kelas berpresentasi. Pada pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kedua kegiatan Demonstrasikan dengan melanjutkan kegiatan
presentasi bagi yang yang belum maju. Sebelumnya guru
memberikan contoh model berpresentasi terlebih dahulu.
7) U (Ulangi), guru menjelaskan kembali materi pelajaran dengan
melakukan percobaan yang menggunakan alat peraga, setelah
itu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang hal – hal yang belum dipahami dan dimengerti. Pada
pertemuan kedua kegiatan ulangi dilaksanakn dengan
mengadakan tes.
8) R (Rayakan), guru memberikan penghargaan berupa pin, tepuk
tangan dan kalimat pujian yang berani maju ke depan kelas dan
guru memberikan reward bagi siswa yang mendapatkan nilai
tes yang baik dengan memutarkan musik di akhir pembelajaran.
c. Obsevasi dan interprestasi
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan peneliti pada siklus
II terhadap proses belajar mengajar IPA dengan menggunakan
metode Quantum Learning, diperoleh hasil sebagai berikut :
1) Siswa yang aktif selama kegiatan apersepsi berjumlah 2 siswa
dari 2 siswa secara keseluruhan.
2) Semua siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab.
3) Semua siswa sudah berani presentasi ke depan kelas berjumlah
2 siswa.
4) Siswa yang merespon metode yang digunakan guru berjumlah
2 siswa.
5) Siswa yang aktif membuat catatan kecil berjumlah 2 siswa dari
2 siswa secara keseluruhan.
6) Semua siswa sudah aktif berdiskusi.
7) Semua siswa mendapatkan nilai 60 ke atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 9. Keaktifan Siswa Pada Kegitan Belajar Mengajar
No. Urut Inisial Siswa Aspek Aktivitas1 2 3 4 5 6
1. UM √ √ √ √ √ √
2.FN
√ √ √ √ √ √
Jumlah 2 2 2 2 2 2Skor Aktivitas Siswa 2 2 2 2 2 2
Keterangan Aspek Aktivitas
1. Memperhatikan penjelasan guru
2. Merespon metode yang digunakan guru
3. Mencatat materi penting
4. Berdiskusi dengan teman
5. Berani mempresentasikan hasil belajarnya
6. Mengajukan pertanyaan dengan guru
d. Analisis dan Refleksi
Kegiatan Belajar mengajar IPA dengan metode Quantum
Learning di kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar pada
siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis, 24 Februari 2011 dan
Senin, 28 Februari 2011 berjalan lancar. Secara keseluruhan proses
pembelajaran IPA dengan menerapkan metode Quantum Learning
berjalan dengan baik. Kekurangan-kekurangan pada siklus
sebelumnya dapat teratasi dengan baik. Siswa lebih aktif dan
antusias saat pembelajaran bila dibandingkan pada siklus I, hal ini
dapat terlihat pada siswa yang ikut berpartisipan pada kegiatan
setiap kegiatan yang diadakan semakin bertambah. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA tersebut telah
menunjukkan peningkatan dengan baik dari proses yaitu keaktifan
siswa dalam mengikuti belajar mengajar dan peningkatan prestasi
belajar IPA.
Dari hasil analisis dan refleksi pada tindakan siklus II dapat
dikemukakan semua indikator pencapaian yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
telah mencapai hasil yang optimal dan dapat dikatakan bahwa
pembelajaran IPA dengan metode Quantum Learning telah berhasil
dan menunjukkan peningkatan dari segi proses maupun hasil
belajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan metode
Quantum Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan
prestasi belajar IPA pada anak tunanetra kelas IV di SDLB Negeri
Cangakan Karanganyar.
Tabel 10. Perolehan Nilai Prestasi Belajar IPA Pada Siklus II
No. Inisial Siswa Butir Soal
yang Benar
Tingkat
Penguasaan
Keterangan
1.
2.
UM
FN
18
17
90%
85%
A(Istimewa)
B ( Baik )
Jumlah Total 35 175%
Rata - rata 17,5 87,5%
Dari tabel 10. dapat diketahui bahwa tingkat penguasaan
siswa terhadap materi baik. Hal ini dapat diketahui melalui hasil
butir soal yang benar dijawab siswa paling tinggi 90% diperoleh
satu siswa dan butir soal yang dijawab siswa terendah 85% oleh
satu siswa. Hasil rata-rata persentase penguasaan siswa terhadap
materi yaitu energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan
sekitar serta sifat- sifatnya sebesar 87, 5 % termasuk kategori baik.
Dengan demikian, perolehan nilai tes prestasi belajar IPA pada
siklus II diatas dapat digambarkan dalam bentuk grafik diagram
batang sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
0%20%40%60%80%
100%
TingkatPenguasaan
UM FNInisial Siswa
Prestasi Siklus II
Grafik 3. Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SDLB Negeri CangakanKaranganyar Pada Kondisi Siklus II
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai
peningkatan prestasi belajar saat pembelajaran IPA dengan kerangka
TANDUR pada anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
tahun ajaran 2010/ 2011.
Setelah tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II maka
diperoleh jawaban dari apa yang menjadi masalah dalam penelitian ini.
Sebagaimana diketahui masalah anak tunanetra adalah anak dimana kondisi
indra penglihatan mereka tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Di
dalam belajar anak tunanetra mengalami kesulitan di dalam proses
pembentukan pengertian atau konsep terhadap rangsangan atau objek yang
berada diluar dirinya yang tidak di dapat secara utuh. Dengan adanya kesulitan
tersebut, menjadikan siswa mendapat kesulitan belajar, sulit mengingat, sulit
memahami, dan akhirnya menjadikan siswa jenuh dan putus asa dalam
mempelajari ilmu pengetahuan alam, sehingga hal tersebut menjadikan
prestasi belajar IPA anak tunanetra menjadi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Dari hasil pengumpulan data penelitian menunjukkan bahwa metode
Quantum Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA anak tunanetra.
Peningkatan presatsi belajar IPA dibuktikan dengan peningkatan nilai rata –
rata sebelum menggunakan metode Quantum Learning sebesar 10,5 menjadi
sebesar 12,5 setelah mengggunakan metode Quantum Learning pada siklus I
dan pada siklus II menjadi sebesar 17,5.
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV SDLB Negeri Cangakan
Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 terjadi pada siklus I dan siklus II setelah
menerapkan metode Quantum Learning. Hal ini sesuai dengan pendapat W. S
Winkel bahwa prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan belajar
atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dicapainya. Dalam penelitian ini, prestasi belajar siswa
memperoleh peningkatan dengan ditandai adanya keberhasilan penggunaan
metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPA dengan indikator kerja
yang sudah ditetapkan.
Dalam penerapan metode Quantum Learning ini, siswa dilibatkan
peran aktifnya dalam proses pembelajaran. Peran aktif siswa diantaranya
berupa memperhatikan penjelasan guru, merespon metode yang digunakan
guru, mencatat materi penting, berdiskusi, berani presentasi didepan kelas, dan
keberanian siswa dalam tanya jawab. Hal tersebut telah dirancang dalam
kerangka TANDUR. Selain TANDUR, peneliti juga merancang ruangan
sesuai dengan prinsip Quantum Learning diantaranya: Memasang musik
kesukaan siswa dan kaset bicara yang digunanya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan,
dapat menumbuhkan emosional yang baik dalam diri siswa sehingga siswa
dapat mengingat materi yang diberikan ketika pembelajaran yang pada
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kebaikan atau manfaat yang bisa diambil setelah melakukan tindakan
penelitian ini anatra lain: pembelajaran menjadi hidup dan siswa lebih antusias
dalam mengikuti pembelajaran dengan adanya kaset bicara, demonstrasi yang
dilakukan siswa dengan alat peraga, memutarkan musik yang disenangi siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
emberian reward, serts suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga
siswa merasa nyaman dalam pembelajaran dan daya konsetrasi siswa dapat
dimaksimalkan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa berupa
peningkatan prestasi belajar IPA
Kesulitan yang dialami peneliti dalam melaksanakan tindakan ini
antara lain: Membutuhkan dana yang lebih banyak untuk mempersiapkan
sarana dan prasarana seperti kaset bicara, recorder, musik kesukaan siswa dan
alat peraga( lilin, baskom, mainan telepon-teleponan dan lain- lain) dan hal
mempresentasikan hasil belajarnya didepan kelas siswa masih agak malu-
malu.
Untuk mengatasi masalah atau kesulitan dalam penelitian ini, diambil
tindakan atau cara yang lebih menarik perhatian siswa salah satu caranya
adalah dengan memberikan kaset bicara dengan narasumber yang berbeda,
mempersiapkan sarana prasarana yang dibutuhkan, memberikan contoh
presentasi didepan kelas secara berulang dan memberikan reward dan hadiah
kecil pada saat siswa berhasil menyelesaikan pekerjaannya dan yang
mendapatkan nilai tertinggi.
Berdasarkan hasil penelitian itulah hipotesis menyatakan bahwa
penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan prestasi belajar
IPA anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar tahun
ajaran 20110/2011 dapat diterima kebenaranya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan metode Quatum Learning dalam pembelajaran meningkatkan prestasi
belajar IPA pada anak tunanetra kelas IV SDLB Negeri Cangakan Karanganyar
Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Saran kepada Kepala Sekolah:
a. Dalam upaya mengektifkan metode Quantum Learning dalam
pembelajaran bagi anak tunanetra, kepala sekolah hendaknya
mensosialisasikan metode Quantum Learning kepada guru – guru supaya
mereka mengenal dan memahami metode Quantum Learning serta dapat
menerapkannya dalam pembelajaran IPA.
b. Pihak sekolah sebaiknya menambah fasilitas dalam kelas, misalnya
melengkapi kaset bicara yang mewakili setiap mata pelajaran dan
penyediaan tape recorder supaya metode Quantum Learning dapat
dilaksanakan secara optimal.
2. Saran kepada Guru:
a. Guru dapat menggunakan metode Quantum Learning dengan
mendengarkan kaset bicara dalam pembelajaran IPA , sehingga dapat
meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran
yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa.
b. Memberikan alternatif dan membantu guru dalam meningkatkan prestasi
belajar IPA melalui penggunaan metode Quantum Learning .
94
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Guru dapat mengembangkan metode Quantum Learning (TANDUR)
dengan variasi yang berbeda dari peneliti lakukan, sesuai dengan variasi
kreativitas guru.
3. Saran kepada siswa:
a. Siswa hendaknya bisa melibatkan diri secara lebih aktif saat proses belajar
mengajar dengan metode Quantum Learning, sehingga siswa akan terbiasa
terlibat aktif saat proses kegiatan belajar mengajar.
b. Siswa sebaiknya berusaha mengekspresikan dirinya dengan berani ikut
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan
kerjasama yang baik antara guru dengan siswa atau antar siswa sendiri
ketika pelaksanaan metode Quantum Learning.
4. Saran kepada Peneliti selanjutnya:
a. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan Metode
Quantum Learning di sekolah-sekolah yang berbeda.
b. Dalam peneliti ini jumlah subjek yang dipakai kecil, karena itu
diharapkan ada penelitian yang mengupas metode Quantum Learning
dalam pembelajaran dengan mengambil jumlah subjek yang besar.
Top Related