perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA
KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
ACHIRINA FATMAWATI
K4306013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA
KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
OLEH:
ACHIRINA FATMAWATI
K4306013
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi Program
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
untuk diujikan pada:
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Muzayyinah, M.Si Drs. Slamet Santosa, M. Si
NIP. 19640406 199103 2 001 NIP. 19591220 198601 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Bowo Sugiharto, S.Pd, M. ......................
Sekretaris : Dra. Sri Widoretno, M.Si ......................
Anggota I : Dra. Muzayyinah, M.Si ......................
Anggota II : Drs. Slamet Santosa, M. Si ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA
KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTATAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Achirina Fatmawati, Muzayyinah, Slamet Santosa)
Pendidikan Biologi Universitas Sebelas Maret
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses melalui penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach). Penelitian ini mengacu pada model spiral dimana tindakan dilakukan dalam beberapa siklus sampai target yang telah dilakukan tercapai. Setiap siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat berlangsungnya aktivitas pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi dan wawancara. Pemeriksaan validitas data dengan menggunakan teknik triangulasi sumber data. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan dapat meningkatkan keterampilan proses pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil angket keterampilan proses, lembar observasi keterampilan proses serta wawancara. Capaian rata-rata persentase angket masing-masing indikator keterampilan proses prasiklus sebesar 73,36%, capaian siklus I sebesar 73,10% dan siklus II sebesar 80,02%. Capaian rata-rata persentase hasil observasi masing-masing indikator keterampilan proses prasiklus sebesar 48,61% dan capaian siklus I sebesar 71,01% (terjadi kenaikan sebesar 22,4%). Capaian rata-rata observasi indikator keterampilan proses pada siklus II sebesar 81,25% (terjadi kenaikan sebesar 10,24%). Hasil wawancara terhadap siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL dapat menghilangkan kebosanan dalam kegiatan pembelajaran dan melatih keaktifan siswa.
Kata Kunci : Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, Keterampilan Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA POKOK BAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA
KELAS VIII D SMP NEGERI 5 SURAKARTATAHUN PELAJARAN 2010/2011
(Achirina Fatmawati, Muzayyinah, Slamet Santosa)Biology FKIP Sebelas March University
The purpose of this research was to increase in process skills through applying of Contextual Teaching and Learning at growth and development subject discussion at the students in grade VIII D of state junior secondary school 5 of Surakarta in the academic year 2010/2011.
This research used a classroom action research approach consisting of two cycles. Each cycle comprised four phases, namely: planning, action, observation, and reflection. The data of the research were gathered through observation, questionnaire, interview, and content analysis. Validate data by use of triangulation techic. The analyzed data by using a descriptive qualitative model of analysis.
The result of the research showed that the application of the CTL espoused by research module on growth and development subject discussion can increase process skills of the students in Grade VIII D of State Junior Secondary School 5 of Surakarta in the academic year 2010/2011. Averagely assesses percentage each indicator of students process skills based on questionnaire data for pre cycle was 73,36%, first cycle was 73,10% and second cycle was 80,02%.Meanwhile on a percentage point each indicator of students process skills based on observation data for pre cycle was 48,61% and first cycle was 71,01% (worked up 22,4%). Averagely assesses percentage each indicator of students processs skills based on observation data for second cycle was 81,25% (worked up 10,24%). The result of interview with student indicates that usage of Contextual Teaching and Learning can eliminate boredom of student at the time of study activity in class and makes student is more active.
Keywords : Contextual Teaching and Learning, Process Skills
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui,
sedang kamu tidak.
(Al Baqarah: 216)
Kemenangan yang seindah – indahnya dan sesukar – sukarnya yang boleh direbut
oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.
(Ibu Kartini)
Jika ingin mencapai tempat yang jauh maka harus dimulai dari tempat terdekat.
Jika ingin mencapai titik tertinggi maka harus dimulai dari titik terendah.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Ibu, Ibu, dan Ibuku tersayang (Almarhumah), wanita terhebat di dunia
bagiku..terima kasih tiada terkira untukmu Ibu. Tak akan pernah terputus
doa kupanjatkan untukmu Ibu...
Bapak, atas nasihat dan segala pengertian Bapak…terima kasih sedalam-
dalamnya...
Kakak-kakakku tersayang (Anwar, Alhm. Heri, Sulthoni, Fitriana, dan
Lutfi), terimakasih untuk segalanya…
Bu Yayin dan Pak Slamet, terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya…
Ayu, Pipit, Umi, Singgih…our friendship will never die, lingkaran yang
kita buat tidak akan pernah ada ujungnya.
Hely dan Yunita, perjuangan kita sungguh indah...terimakasih untuk
semangat yang selalu diberikan...
Biologi 2006, terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang tak kan
terlupakan.
Para inspiratorku, yang selalu membantuku, yang selalu mendoakan
aku,,,terima kasih…
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
”PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGAMATI OBJEK PERCOBAAN PADA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui
berbagai hambatan namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk
bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Muzayyinah, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
5. Drs. Slamet Santosa, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan.
6. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian.
7. Banati Rahmawati, S.Pd selaku guru mata pelajaran biologi kelas VIII D yang
senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
8. Siswa siswi kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan support baik moral
maupun spriritual.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
D. Perumusan Masalah ............................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7
1. Koro Benguk (Mucuna pruriens) ................................. 7
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning ........... 10
3. Keterampilan Proses ..................................................... 14
4. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................. 18
B. Kerangka Berpikir . 27
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 32
1. Tempat Penelitian ........................................................ 32
2. Waktu Penelitian .......................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 33
C. Sumber Data .......................................................................... 34
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35
1. Observasi ...................................................................... 35
2. Wawancara ................................................................... 36
3. Angket .......................................................................... 36
E. Validitas Data ....................................................................... 37
F. Analisis Data ......................................................................... 38
G. Prosedur Penelitian ................................................................ 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN ............................................................... 48
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium ...................... 48
B. Deskripsi Hasil Penelitian pada Pembelajaran ...................... 54
1. Siklus I .......................................................................... 58
2. Siklus II ......................................................................... 68
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................... 87
A. Simpulan ................................................................................ 87
B. Implikasi ................................................................................. 87
C. Saran ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 89
LAMPIRAN ................................................................................................ 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Protein Biji Benguk, Koro Putih,
Gude, dan Kedelai....................................................................... 10
Tabel 2. Aspek Keterampilan Proses yang Diterapkan dan Indikatornya 17
Tabel 3. Jadual Kegiatan Penelitian Laboratorium.................................. 33
Tabel 4. Jadual Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.............................. 33
Tabel 5. Pedoman Penskoran Angket..................................................... 37
Tabel 6. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Laboratorium..... 46
Tabel 7. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Kelas................. 46
Tabel 8. Hasil Perkecambahan Mucuna pruriens.................................. 48
Tabel 9. Hasil Perhitungan Anava........................................................ 51
Tabel 10. Persentase Keterampilan Proses Berdasarkan Data Angket
Pra Siklus................................................................................ 56
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses
Siklus I................................................................................... 61
Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses
Siklus I..................................................................................... 62
Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Keterampilan Proses Siklus II..... 72
Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses
Siklus II................................................................................. 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi Koro Benguk (Mucuna pruriens).......................... 8
Gambar 2. Struktur Hormon Giberelin.................................................... 23
Gambar 3. Mekanisme Pemecahan Glukosa........................................... 25
Gambar 4. Skema Kerangka Berfikir...................................................... 31
Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Sumber Data......................... 38
Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas.......................... 44
Gambar 7. Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan.................... 49
Gambar 8. Laju Perkecambahan Biji antar Perlakuan............................. 50
Gambar 9. Mekanisme Masuknya Hormon dalam Sel............................. 53
Gambar 10. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan
Proses Siklus I....................................................................... 63
Gambar 11. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Observasi
Keterampilan Proses Siklus I................................................ 65
Gambar 12. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan
Proses Siklus II.................................................................. 74
Gambar 13. Diagram Batang Hasil Capaian Indikator pada Observasi
Keterampilan Proses Siklus II........................................... 74
Gambar 14. Diagram Batang Hasil Angket Keterampilan Proses Tiap Siklus. 76
Gambar 13. Diagram Batang Hasil Observasi Keterampilan Proses Tiap
Siklus.................................................................................. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
a. Silabus Biologi SMP kelas VIII Materi Pertumbuhan dan Perkembangan 93
b. RPP Siklus I ................................................................................... 96
c. RPP Siklus II ................................................................................... 116
d. Kisi-kisi Angket Keterampilan Proses............................................. 129
e. Angket Keterampilan Proses........................................................... 130
f. Lembar Observasi Keterampilan Proses.......................................... 133
g. Pedoman Wawancara Guru Prasiklus ............................................. 139
h. Pedoman Wawancara Guru Pasca Siklus......................................... 140
i. Pedoman Wawancara Siswa Prasiklus.............................................. 142
j. Pedoman Wawancara Siswa Pasca Siklus ...................................... 143
k. Lembar Kerja dan diskusi siswa ..................................................... 146
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
a. Daftar Nama Siswa .......................................................................... 148
b. Daftar Nama Kelompok ................................................................... 149
c. Data Induk Hasil Penelitian Percepatan Perkecambahan Mucuna pruriens
Melalui Perendaman GA3 .............................................................. 150
d. Hasil Wawancara Guru .................................................................. 159
e. Lembar Observasi Keterampilan Proses Prasiklus.......................... 165
f. Lembar Observasi Keterampilan Proses Siklus I ........................... 170
g. Lembar Observasi Keterampilan Proses Siklus II ......................... 175
h. Hasil Wawancara Siswa Prasiklus ................................................ 180
i. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ................................................... 181
j. Hasil Wawancara Siswa Siklus II .................................................. 184
k. Hasil Angket Keterampilan Proses Prasiklus.................................. 186
l. Hasil Angket Keterampilan Proses Siklus I .................................... 189
m. Hasil Angket Keterampilan Proses Siklus II ................................... 192
n. Hasil Laporan Praktikum Siswa Siklus I ........................................ 195
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
o. Hasil Laporan Praktikum Siswa Siklus II ........................................ 198
Lampiran 3. Dokumentasi
a. Dokumentasi Siklus I ..................................................................... 200
b. Dokumentasi Siklus II ..................................................................... 203
Lampiran 4. Perijinan
a. Surat Permohonan Observasi
b. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
c. Surat Keputusan Ijin Penyusunan Skripsi
d. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out
e. Surat Keterangan dari Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam
kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat
pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung
sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi
peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang
guru adalah membuat proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif.
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan
siswa itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Keberhasilan siswa juga dipengaruhi kemampuan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Ketepatan guru menggunakan pendekatan pembelajaran dapat
membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang
memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
proses, akibatnya siswa tidak memiliki keterampilan proses yang memadai. Siswa
tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir secara kritis dan kreatif, serta
mencari makna atas apa yang dipelajarinya.
Melihat kenyataannya, dalam proses belajar mengajar tidak selamanya
dapat berjalan dengan baik, ada kalanya siswa menghadapi kesulitan belajar.
Kesulitan belajar siswa sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar. Penelitian
tindakan kelas bertujuan memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta menitikberatkan terhadap
perbaikan proses belajar-mengajar yang terjadi dalam kelas.
Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih
rendah. Terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS) tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains
siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara (TIMSS, 2004).
Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Pola pengajaran yang terjadi selama ini
terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa
melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pembelajaran yang diharapkan
adalah pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif
siswa dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif itu berpusat
pada siswa (student centered) dan terkait dengan permasalahan kehidupan sehari-
hari. Berkaitan dengan hal tersebut, saat belajar sains siswa harus secara aktif
mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau
dengan guru yang dapat diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas
pengetahuan (knowledge) dan kerja praktik. Salah satu pendekatan yang
mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang
sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual
siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran kontekstual
menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, menganalisis
permasalahan, dan memecahkan permasalahan baik secara individual maupun
secara kelompok.
Hasil observasi awal terhadap proses belajar mengajar di kelas VIII D
SMP Negeri 5 Surakarta menunjukkan selama proses pembelajaran guru berperan
aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa cenderung pasif
dalam menerima pelajaran. Kegiatan pembelajaran memperlihatkan siswa lebih
banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru kemudian mencatat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menghafalkannya. Pembelajaran yang berlangsung, masih menggunakan buku
ajar yang berisikan materi umum sedangkan LKS digunakan untuk berlatih soal-
soal evaluasi.
Hasil observasi awal ketika siswa melakukan praktikum menunjukkan
siswa dapat menentukan objek yang harus diamati sebesar 38,89% (14 siswa),
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek percobaan
sebesar 47,22% (17 siswa), mengukur objek percobaan sebesar 45,14% (16
siswa), membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
sebesar 47,22% (17 siswa), menjalankan prosedur praktikum sebesar 55,56% (20
siswa), mencatat setiap hasil pengamatan sebesar 62,5% (22 siswa),
mengkomunikasikan data hasil pengamatan sebesar 45,83% (16 siswa), dan
mengumpulkan fakta yang relevan serta memadai sebesar 46,53% (17 siswa).
Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan keterampilan proses pada
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa belum optimal. Terbukti
ketika siswa melakukan kegiatan praktikum, mereka belum memahami apa yang
harus diamati, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana cara mengkomunikasikan
hasil pengamatanya.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara pada tanggal 2 Agustus 2010
dengan guru Biologi kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta, diketahui bahwa
sebagian besar siswa belum paham apa yang harus diamati, apa yang harus
dicatat, dan bagaimana menganalisis data hasil pengamatan. Hal ini disebabkan
karena siswa kurang dilatih untuk meningkatkan keterampilan proses yang telah
dimilikinya. Siswa kurang dilatih untuk terlibat secara langsung dalam
menemukan dan memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa lebih
senang untuk menunggu perintah dari guru, sehingga keterampilan prosesnya
belum berkembang secara maksimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, perbaikan keterampilan proses sains
dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan CTL yang disertai modul
pembelajaran. Sebelumnya dilakukan penelitian perendaman biji koro benguk
(Mucuna pruriens) dalam larutan hormon giberelin untuk mempercepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perkecambahan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dijadikan dasar dalam
penyusunan modul sebagai sumber belajar bagi siswa selain buku paket. Modul
pembelajaran ini membahas materi khusus yaitu tentang pertumbuhan dan
perkembangan. Penerapan pendekatan CTL disertai modul pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses serta membantu siswa untuk
belajar aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Kedelai (Glicyne max) merupakan bahan dasar pembuatan tahu dan
tempe, yang menjadi makanan utama masyarakat Indonesia namun sebagian besar
pemenuhan kebutuhan nasional kedelai diperoleh melalui impor. Indonesia
mengalami krisis ketahanan pangan pada akhir tahun 2007 akibat naiknya harga
kedelai. Keadaan ini menuntut dilakukan diversifikasi untuk mencari alternatif
pengganti kedelai. Masyarakat harus mulai mengangkat komoditas pangan lokal
yang memiliki kualitas gizi, rasa, dan citra yang tidak kalah dengan kedelai
(Haliza, et al. 2010). Salah satu komoditi lokal yang dapat menjadi pengganti
kedelai adalah koro benguk (Mucuna pruriens).
Tanaman koro benguk bermanfaat karena bijinya dapat digunakan
sebagai bahan pangan, sebagai tanaman penutup tanah dan pakan ternak, serta
digunakan sebagai tanaman perintis pada lahan-lahan tandus. Biji dapat digunakan
sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa sebagai obat penyakit parkinson.
Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro benguk juga mampu menambat N2
bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan rhizobium pada bintil akarnya, biji
koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai hasil olahan yang lain. Protein
yang terkandung penting untuk mencukupi kebutuhan bagi masyarakat di lahan
kering (Supriyono, 2007).
Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian
besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan
bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk
beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber
energi tinggi bagi perkecambahan. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio
melepaskan GA3 sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis
endosperm). Giberelin merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dan protein dalam endosperm
menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses
metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-
asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel
dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun
membran sel (Kimball,1994: 601-602).
Pokok bahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan merupakan
materi yang penting diantaranya membahas tentang perkecambahan. Beberapa
tanaman memiliki nilai gizi tinggi tetapi kurang populer dan mulai langka seperti
koro benguk (Mucuna pruriens). Siswa dilatih untuk peduli terhadap
permasalahan-permasalahan dan berpikir kritis serta kreatif sehingga siswa
memperoleh makna atas apa yang dipelajari.
Hasil observasi menunjukan bahwa sarana dan prasarana di sekolah
tersebut cukup memadai, terlihat dari tersedianya laboratorium biologi dengan
peralatan yang lengkap dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran dengan
penerapan CTL yang disertai penggunaan modul pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) disertai modul
pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan dapat
meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi
dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5
Surakarta melalui penerapan pembelajaran kontekstual (CTL) disertai
modul pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan dan
perkembangan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Guru:
a. Sebagai bahan masukan atau saran untuk memilih alternatif
pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses dalam
kegiatan kelompok.
b. Menambah wawasan tentang pendekatan pembelajaran yang
efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Bagi Siswa:
a. Memberi masukan bagi para siswa untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
b. Melatih keterampilan proses sains siswa melalui pembelajaran
kontekstual.
c. Memberikan suasana pembelajaran yang baru bagi siswa.
3. Bagi SMP Negeri 5 Surakarta:
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penyusunan program
peningkatan keterampilan proses pembelajaran biologi pada tahap
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Koro Benguk (Mucuna pruriens)
a. Klasifikasi dan Manfaat
Klasifikasi tumbuhan koro benguk menurut USDA Plant sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivision : Spematophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
Class : Dicotyledonae (berkeping dua)
Sub Class : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Mucuna
Spesies : Mucuna pruriens
Nama umum : Koro Benguk
Manfaat tumbuhan :
Tanaman koro benguk bermanfaat karena bijinya dapat digunakan
sebagai bahan pangan alternatif pengganti kedelai dengan kandungan protein yang
tidak jauh berbeda dengan kedelai, serta digunakan sebagai tanaman perintis pada
lahan-lahan tandus. Biji dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung
L-Dopa sebagai obat penyakit parkinson. Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro
benguk juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan
rhizobium pada bintil akarnya, biji koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai
hasil olahan yang lain. Protein yang terkandung penting untuk mencukupi
kebutuhan bagi masyarakat di lahan kering. Levodopa dapat diekstrak dari biji
kara benguk dan digunakan untuk mengendalikan gejala penyakit parkinson.
Levodopa juga dapat digunakan sebagai penolak insekta (Supriyono, 2007: 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Koro benguk sebagian besar ditanam sebagai tanaman penutup dan pupuk
hijau dengan bantuan bakteri nitrogen untuk memperbaiki tanah. Biji ini di pulau
Jawa difermentasikan menjadi tempe benguk, dan diperkirakan dapat digunakan
sebagai bahan baku penghasil energi. Polongnya yang belum dewasa dan daun-
daun muda kadang-kadang direbus untuk dijadikan sayur-mayur. Getah dari
batang digunakan untuk menghentikan pendarahan dari luka kecil. Kemampuan
kacang benguk dapat menutup lahan dengan cepat adalah sangat produktif, tahan
pada kebanyakan penyakit dan hama, dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan yang beragam.
b. Morfologi Tanaman
Gambar 1. Morfologi Koro Benguk (Dhale et al,2010)
Batang koro benguk menjalar atau merambat dengan panjang 3 hingga 18
m. Daun terdiri dari 3 helaian besar, oval dan lebih pendek dibanding tangkai.
Bunga tumbuh dalam 2 atau 3 rantai tandan, warna bervariasi dari putih hingga
ungu gelap dengan panjang bunga 2,5 hingga 3,2 cm. Polong berambut, memiliki
panjang dapat lebih dari 15 cm dan memiliki 3 hingga 6 biji per polong. Biji
sering belang-belang, kadang berwarna homogen putih, coklat atau hitam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Panjang akar 7 hingga 10 m dengan bintil berlebih didekat permukaan tanah
(Supriyono, 2007: 14).
Biji koro Benguk mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri
dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling
luar, dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Biji
legume memiliki kulit biji yang berubah menjadi impermeable karena sel-sel
mengkerut selama pengeringan sehingga pergerakan air terbatas yang
mengakibatkan pengerasan. Biji legume mempunyai struktur hilum yang
memudahkan air meninggalkan benih namun tidak dapat masuk kembali.
c. Budidaya Tanaman
Kara Benguk berasal dari Asia Tropika, sebagai makanan biji benguk ini
mempunyai protein dan Vitamin A sedangkan daunnya mengandung vitamin B.
Di pedesaan biji ini biasa digunakan sebagai tempe benguk. Biji benguk sebagian
besar beracun sehingga perlu dimasak 3-4 kali dan dicuci dengan air bersih
berulang-ulang. Tanaman benguk mampu hidup sampai berumur 3 tahun, tinggi
tanaman dapat mencapai 6 meter. Koro benguk tidak menyukai tempat yang
becek dan dapat hidup di tempat kering (Soedirdjoatmodjo, 1986:78).
Perbanyakan tanaman biasanya dengan biji. Benih yang disimpan di
tempat kering dan dingin akan tetap baik selama 2 tahun, tetapi benih yang
disimpan dalam suatu tabung yang tertutup rapat selama 3 bulan akan hilang
kemampuan viabilitasnya. Perkecambahan akan terjadi dalam 7-10 hari.
d. Kandungan Gizi Koro Benguk (Mucuna pruriens)
Koro benguk mulai diperhatikan dan dikenal para peneliti
sebagai sumber protein alternatif pengganti kedelai, karena kandungan
proteinnya yang tinggi. Tabel perbandingan kandungan
protein pada beberapa jenis legume dapat dilihat pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Protein Biji Benguk,Koro Putih, Gude, dan Kedelai.
Sumber : (Rokhmah, 2008: 63)
Jika dibandingkan dengan kedelai, kadar protein dan lemak koro benguk
lebih rendah, sedangkan kadar karbohidratnya lebih tinggi, bahkan dua kali
kandungan karbohidrat kedelai. Kandungan karbohidrat yang tinggi ini
membedakan koro benguk dengan kacang-kacangan yang lain. Oleh karenanya,
produk olahan koro benguk mempunyai tekstur yang lebih kenyal. Komponen
utama karbohidrat dalam koro benguk adalah pati (Rokhmah, 2008: 63).
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
tertentu (Sagala, 2009: 69). Menurut Muhibin Syah (2004: 139) pendekatan
pembelajaran didefinisikan sebagai segala cara atau seperangkat langkah
operasional yang direkayasa untuk memecahkan atau mencapai tujuan belajar
dalam menunjang efektifitas dan efisensi proses pembelajaran.
Contextual Teaching and Learning (CTL) disebut juga pembelajaran
kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
No Zat Gizi Koro Benguk
Koro Putih Gude Kedelai
1 Protein (gr) 24 8,3 30,7 34,92 Lemak (gr) 3 0,7 1,4 18,13 Karbohidrat
(gr)55 22,1 62 34,8
4 Kalsium (mg) 130 17,8 125 227
5 Fosfor (mg) 200 12 275 585
6 Besi (mg) 2 2,7 4 8
7 Air (gr) 15 67,2 12,2 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mendorong siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008:
109).
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Wenno, 2008: 12).
Hanafiah dan Cucu S. (2009: 67) mendefinisikan CTL sebagai suatu
proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam
memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama,
sosial, ekonomi, maupun kultural.
Menurut Johnson (2007: 35) pembelajaran dan pengajaran kontekstual
melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mengaitkan
pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi
sehingga menemukan makna atas apa yang dipelajari.
Berdasarkan pengertian di atas, ada tiga konsep pembelajaran kontekstual.
Pertama, CTL menekankan pada keterlibatan siswa untuk mencari dan
menemukan materi melalui pengalaman secara langsung. Kedua, CTL mendorong
siswa menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa menerapkan materi yang
dipelajari dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008: 109-110).
b. Karakteristik dalam CTL
CTL memiliki beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008: 110)
terdapat lima karakteristik dalam CTL yaitu:
1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh peserta didik. 2) Belajar dalam rangka memperoleh dam menambah
pengetahuan baru dengan cara deduktif yaitu pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan menuju ke bagian-bagian khusus. 3)
Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman siswa. 4) Pengetahuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pengalaman yang diperoleh harus diaplikasikan dalam kehidupan siswa. 5)
Adanya refleksi terhadap terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
c. Prinsip dalam CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki 3 prinsip yang melandasi pelaksanaan
proses pembelajaran. Menurut Johnson (2007: 69-85) ketiga prinsip tersebut
antara lain kesaling-bergantungan/intedependensi (prinsip ini mengajak para
pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka dan bekerja sama dengan pendidik
lain,peserta didik, masyarakat, dan lingkungannya). Prinsip perbedaan/diferensiasi
(mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, perbedaan, dan keunikan).
Prinsip pengaturan diri (proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan disadari
oleh peserta didik sendiri dalam rangka mengeluarkan seluruh potensinya).
d. Komponen dalam CTL
Menurut Sanjaya (2008: 118-123) pembelajaran CTL mempunyai tujuh
komponen yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiri),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment).
1) Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa pengetahuan
dibangun siswa sedikit demi sedikit dari pengalaman-pengalaman baru yang
mereka alami. Siswa mengkonstruksi pengetahuan baru melalui penemuan dan
mentransformasikan informasi ke dalam situasi lain secara kontekstual. Bukan
sekedar menerima pengetahuan sebab siswa sebagai pusat dalam pembelajaran.
2) Menemukan (inquiri)
Inquiri berarti bahwa proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inquiri terdiri atas
merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan membuat kesimpulan.
3) Bertanya (questioning)
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap
individu. Guru dalam pembelajaran CTL tidak menyampaikan informasi begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
saja tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Kegiatan bertanya
akan sangat berguna untuk menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan materi, membangkitkan motivasi belajar, merangsang keingintahuan
siswa, memfokuskan siswa, dan membimbing siswa untuk menemukan dan
menyimpulkan materi.
4) Masyarakat belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu
dapat dilakukan dalam bentuk belajar kelompok baik formal maupun nonformal.
Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dan tukar pengalaman atau
informasi antar teman maupun antar kelompok.
5) Pemodelan (modeling)
Pemodelan dapat diartikan bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses
memperagakan tidak hanya terbatas pada guru saja tetapi juga dapat
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Proses memperagakan
juga dapat dilakukan dengan cara mendatangkan nara sumber dari luar yang dapat
membantu memahamkan siswa.
6) Refleksi (reflection)
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi dapat dilakukan dengan cara
memberikan kesempatan di akhir pembelajaran pada siswa untuk mengingat
kembali apa yang telah dipelajari kemudian siswa diberi kebebasan menafsirkan
dan menyimpulkan pengalamannya sendiri.
7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)
Penilaian yang sebenarnya merupakan proses yang dilakukan guru untuk
mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran.
Penilaian dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sehingga penekanannya pada proses belajar bukan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Peran guru dalam CTL adalah sebagai fasilitator untuk membantu siswa
menemukan makna (pengetahuan). Setiap siswa memiliki potensi keinginan untuk
menemukan makna segala sesuatu yang dipelajari. Tugas utama pendidik adalah
memberdayakan potensi kodrati siswa untuk menemukan makna dari materi yang
diajarkan. Setiap materi yang disajikan mempunyai makna dengan kualitas yang
beragam. Makna yang berkualitas adalah makna kontekstual yaitu dengan
menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial (Johnson,
2007: 20).
2. Keterampilan Proses
a. Pengertian Keterampilan Proses
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks
yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan
konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus
dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian (Devi et al, 2011: 2).
Menurut Hamalik (2008: 149-150) keterampilan proses dalam ilmu
pengetahuan alam (sains) merupakan pengetahuan tentang konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dapat diperoleh siswa bila dia memiliki kemampuan-
kemampuan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk
menggunakan sains. Keterampilan proses dalam pembelajaran mengarah pada
pengembangan kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai pendorong
pengembangan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Keterampilan proses sejatinya melibatkan keterampilan-keterampilan
kognitif/intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual
terlibat karena dengan melakukan keterampilan siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat.
Keterampilan sosial terbentuk dari interaksi antar siswa maupun siswa dengan
guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (Nuryani R., 2005: 78).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Arti Penting Penerapan Keterampilan Proses
Wenno (2008: 66-67) mengemukakan beberapa alasan perlunya penerapan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar yaitu perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung pesat sehingga tidak mungkin bagi guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa karena membutuhkan waktu yang lama,
secara psikologis siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkret, wajar dan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang dihadapi, ilmu pengetahuan bersifat relatif artinya kebenaran
suatu teori tidak bersifat mutlak benar, proses belajar mengajar bertujuan
menghasilkan insan pemikir dan manusiawi yang selaras, serasi, dan seimbang
sehingga pengembangan ketrampilan proses harus menyatukan antara
pengembangan konsep, sikap, serta nilai.
c. Tujuan Ditingkatkannya Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati (1993: 78) menyebutkan beberapa tujuan
pengembangan keterampilan proses antara lain memberikan motivasi belajar
kepada siswa karena siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar,
untuk memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena
hakikatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut,
menerapkan pengetahuan teori ke dalam kehidupan nyata, serta mengembangkan
sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi permasalahan.
d. Jenis-Jenis Keterampilan Proses
Terdapat dua jenis keterampilan proses yang dikemukakan oleh Dimyati
dan Mudjiono (2006: 140) yaitu keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan
terintegrasi (integrated skill). Keterampilan dasar meliputi
mengobservasi/mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi mencakup
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan keterhubungan antar variable, mengumpulkan dan
mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan
variable secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Jenis-jenis keterampilan menurut Nuryani R (2005: 86-87) antara lain:
mengamati, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menafsirkan (interpretasi),
meramalkan (prediksi), melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan,
mengajukan hipotesis (berhipotesis), merencanakan percobaan/penelitian,
menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan
percobaan/penelitian.
a) Melakukan pengamatan (observasi)
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam
memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati
merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan
menggunakan pancaindera dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dengan
hasil pengamatan.
b) Mengklasifikasikan
Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah
salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan
merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok
sejenis dari obyek peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengamati meliputi:
mencatat setiap pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan persamaan,
mengkontraskan ciri-ciri, membandingkan, mencari dasar pengelompokan.
c) Menggunakan alat dan bahan
Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat diperlukan dalam kerja
ilmiah. Siswa harus mengetahui cara menggunakan suatu alat untuk mengukur
atau melakukan kerja ilmiah. Pengenalan terhadap bahan juga penting diterapkan
dalam kerja ilmiah
d) Melakukan percobaan/bereksperimen
Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan
pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu
pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak
ide-ide tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
e) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta,
konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara
visual. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga
termasuk dalam berkomunikasi.
Aspek-aspek keterampilan proses yang akan diterapkan dan diukur dalam
penelitian ini dibatasi. Artinya, tidak semua aspek dalam keterampilan proses
diterapkan dalam penelitian ini. Keterampilan yang ingin diterapkan dalam
penelitian ini difokuskan pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.
Aspek-aspek keterampilan proses yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas
ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Aspek Keterampilan Proses yang Diterapkan dan Indikatornya
Konsep Aspek Indikator
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/intelektual, manual, dan sosial (Nuryani R., 2005: 78).
1) Mengamati atau observasi
1) Menggunakan inderapenglihatan dan peraba untuk mengamati.
2) Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai.
2) Mengelompokkan atau mengklasifikasikan
1) Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan.
2) Mencatat setiap hasil pengamatan.
3) Menggunakan alat/bahan
1) Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan.
4) Melaksanakan eksperimen
1) Mampu menentukan objek yang harus diamati.
2) Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar.
5) Berkomunikasi
(Nuryani R., 2005: 86-87)
1) Mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel, grafik, atau histogram.
(Nuryani R., 2005: 86-87)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Penelitian ini menggunakan pokok bahasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan yang difokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Tumbuh dapat didefinisikan sebagai pertambahan volume/ukuran secara
irreversible yang diikuti oleh pembelahan sel, pembentangan sel, sintesis protein,
pembentukan organel dan lain-lain. Bersifat irreversible adalah tidak berubah
kembali ke asal karena adanya tambahan substansi dan perubahan bentuk yang
terjadi saat proses pertumbuhan. Perkembangan dapat diartikan sebagai
penjumlahan seluruh perubahan yang secara progresif mencirikan tubuh
organisme (Campbell & Reece. 2003: 369-370).
Menurut Gardner (1991: 247-248) pertumbuhan dan perkembangan
tanaman merupakan proses yang sangat penting, sebab pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup yang
bergantung pada hasil fotosintesis, hormon, serta lingkungan yang mendukung.
Pertumbuhan dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai proses pembelahan sel
(terjadi peningkatan jumlah sel) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran sel).
Kedua proses ini memerlukan sintesis protein dan bersifat irreversible. Proses
diferensiasi (spesialisasi sel) sering dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan
sedangkan perkembangan tanaman membutuhkan pertumbuhan dan diferensiasi.
Goldsworthy dan Fisher (1992: 156-157) mendefinisikan pertumbuhan
sebagai kenaikan bahan tanaman yaitu proses total yang mengubah bahan-bahan
mentah melalui proses kimia dan menjadikannya sebagai sumber energi untuk
pembelahan dan pembesaran sel-sel. Perkembangan didefinisikan sebagai
perubahan-perubahan kualitatif yang mempengaruhi bentuk tanaman. Menurut
Fitter dan Hay (1998: 12) menyatakan pertumbuhan tanaman merupakan jumlah
pertumbuhan masing-masing sel penyusunnya.
Menurut Sitompul dan Guritno (1995: 6) pertumbuhan merupakan konsep
universal dalam biologi dan merupakan hasil dari bersatunya berbagai reaksi
biokimia, proses biofisis, proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman
bersama dengan faktor lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor eksternal (lingkungan) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
faktor internal (genetik). Faktor eksternal meliputi iklim (cahaya, air, panjang
hari, angin, dan beberapa gas seperti CO2, O2, N2, SO2, O3), tanah (tekstur,
struktur, bahan organik, pH, kejenuhan basa, dan ketersediaan nutrient), dan
biologis (gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, menatoda,
mikroorganisme tanah, herbivora, dan mikorhiza). Faktor internal meliputi
ketahanan terhadap tekanan alam, laju fotosintesis, respirasi, aktivitas enzim dan
hormon, serta diferensiasi.
Proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman diawali dengan proses
perkecambahan. Perkecambahan merupakan proses kompleks perubahan dari biji
menjadi kecambah sebelum menjadi tanaman dewasa.
a. Perkecambahan
Gardner (1991: 291) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan
permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan
munculnya semai. Perkecambahan meliputi peristiwa fisiologis dan morfologis
yaitu imbibisi dan absorpsi air, hidrasi jaringan, absorpsi oksigen, pengaktifan
enzim dan pencernaan, transpor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio,
peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan
munculnya embrio.
Menurut Kimball (1994: 352) perkecambahan merupakan permulaan
kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Perkecambahan memerlukan suhu
yang cocok, banyaknya air yang memadai, dan persediaan oksigen yang cukup.
Kuswanto (1996: 28) dalam bukunya menyebutkan bahwa benih dikatakan
berkecambah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu plumula
dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Sutopo (2004: 21-22) terdapat 2 tipe pertumbuhan awal dari
suatu kecambah tanaman yaitu tipe Epigeal (munculnya radikel diikuti dengan
memanjangnya hipokotil dan membawa serta kotiledon dan plumula ke
permukaan tanah), tipe Hipogeal (munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan
plumula, hipokotil tidak memanjang ke permukaan tanah sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Perkecambahan dan munculnya semai memerlukan suatu energi yang
tinggi lewat respirasi cadangan makanan biji. Energi dalam ikatan kimia pada
karbohirat, lemak, dan protein dilepaskan oleh pencernaan dan fosforilasi
oksidatif menghasilkan ATP berenergi tinggi. Hormon giberelin berperan penting
dalam hidrolisis cadangan makanan (Gardner, 1991: 293-294).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan dibedakan menjadi
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi tingkat kemasakan benih
(benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai viabilitas tinggi), ukuran benih (benih yang berukuran besar
mengandung cadangan makanan lebih banyak dan embrionya lebih besar,
sehingga tingkat perkecambahannya akan baik), dormansi (disebabkan oleh
berbagai faktor, tetapi dengan perlakuan khusus benih dapat dirangsang untuk
berkecambah), dan penghambat perkecambahan (larutan dengan tingkat osmotik
tinggi, herbisida, coumarin, auxin, sianida, fluorida). Faktor luar meliputi air,
temperatur (optimum untuk perkecambahan yaitu 26,5-350C), cahaya, dan media
perkecambahan (Sutopo, 2004: 25-38).
Benih yang baru saja dipanen sangat rentan terhadap kerusakan, karena
memiliki kadar air yang sangat tinggi. Kadar air tinggi merupakan lingkungan
ideal bagi pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga penanganan kadar air benih
dengan benar dapat membatasi terjadinya kerusakan.
b. Dormansi Benih
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi
tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2004:
30). Dormansi yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau keadaan
istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak
terbatas walaupun berada dalam keadaan yang mengguntungkan untuk
perkecambahan (Gardner, 1991: 304).
Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa periode tergantung pada
jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi sebelum
masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus. Dormansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pada benih dapat disebabkan keadaan fisik maupun keadaan fisiologis atau
kombinasi keduanya. Kulit biji yang impermeable terhadap air dan gas sering
dijumpai pada benih-benih leguminosae.
Tipe-Tipe Dormansi Benih
1) Mekanisme fisik meliputi:
a) Impermeabilitas kulit biji terhadap air yaitu benih-benih yang
termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai benih keras karena mempunyai
kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade
berdinding tebal terutama di permukaan paling luar, dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. b) Resistensi mekanis kulit biji
terhadap pertumbuhan embrio yaitu kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi
pertumbuhan embrio, jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh
dengan segera. c) Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas,
perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di
sekitar benih ditambah. Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya
disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi mekanis (embrio tidak
berkembang karena dibatasi secara fisik), fisik (penyerapan air terganggu karena
kulit biji yang impermeabel), dan kimia (bagian biji/buah mengandung zat kimia
penghambat).
2) Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam
proses fisiologis; terbagi menjadi photodormancy (proses fisiologis dalam biji
terhambat oleh keberadaan cahaya), immature embryo (proses fisiologis dalam
biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang), dan
thermodormancy (proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu).
Cara Mematahkan Dormansi Benih
1) Perlakuan Mekanis
Perlakuan ini digunakan untuk memecahkan masa dormansi yang
disebabkan impermeabilitas kulit biji baik terhadap air maupun gas yaitu dengan
skarifikasi (mencakup cara seperti mengikir, menggosok kulit biji dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
ampelas,dan melubangi kulit biji) dan tekanan (memberikan tekanan hidraulik
terhadap biji).
2) Perlakuan Kimia
Perlakuan menggunakan bahan kimia bertujuan agar kulit biji menjadi
lebih mudah untuk air saat imbibisi.Larutan yang biasa digunakan adalah asam
sulfat dan asam nitrat. Perlakuan hormon seperti asam giberelat dan sitokinin
bertujuan untuk merangsang perkecambahan.
3) Perlakuan perendaman dengan air
Beberapa jenis benih diberi perlakuan perendaman dalam air panas
bertujuan memudahkan penyerapan air.
4) Perlakuan pemberian temperatur tertentu yaitu stratifikasi (memberikan
temperatur rendah pada keadaan lembab untuk menghilangkan bahan-bahan
penghambat pertumbuhan) serta perlakuan dengan temperatur rendah dan tinggi
(keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan pemberian efek dari
temperatur rendah dan agak tinggi).
5) Perlakuan dengan cahaya
Pengaruh cahaya terhadap benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang
diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Penggunaan cahaya merah
lebih efektif dalam memecahkan masa dormansi.
Gardner (1991: 313) menyatakan bahwa perkecambahan dapat terjadi
melalui peningkatan bahan perangsang pertumbuhan maupun penurunan
penghambat pertumbuhan. Perlakuan dengan giberelin dapat menggantikan
kebutuhan akan cahaya pada biji fotoblastik dan mengganti kebutuhan akan suhu
dingin pada biji yang membutuhkan stratifikasi. Pengaruh giberelin dapat
menghilangkan dormansi.
Yucel dan Yilmaz (2009: 124-127) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa GA3 sangat efektif dalam menggantikan pengaruh pemanasan dan tekanan
salinitas pada perkecambahan biji selada dan barley. Perkecambahan pada biji
Salvia cyanescens, perkecambahan tertinggi pada pemberian 1 % GA3. Biji
Plantago lanceolata mengalami kenaikan persentase perkecambahan setelah
pemberian GA3 100-400 ppm. Plantago lanceolata dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membantu proses penyembuhan
emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu
lanceolata mulai dibudidayakan (
c. Giberelin
Salisbury dan Ross
adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan
dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu
menimbulkan respons fisiologis.
menempatkan zat itu sama dengan klorofil dan karoten. Macam
GA berbeda karena pergantian kelompok
kerangka giban dan karena adanya cincin
menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar seperti pada GA
(Gardner, 1991: 217). Struktur asam giberelat (GA
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian
terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut
tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini
dan parasit. Orang Jepang meny
cendawan Gibberella fujikuroi
memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama
Giberelin (Salisbury dan
Giberelin sangat ber
hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang
diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air
menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makana
biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel
membantu proses penyembuhan tumor karena mengandung astrigent, demulcent,
emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu
mulai dibudidayakan (Sarihan, et al, 2005: 883-885).
Ross (1995: 33) menyatakan bahwa hormon tumbuhan
adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan
dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu
mbulkan respons fisiologis. Giberelin merupakan diterpenoid yang
menempatkan zat itu sama dengan klorofil dan karoten. Macam-macam bentuk
GA berbeda karena pergantian kelompok-kelompok hidroksil, metil atau etil pada
kerangka giban dan karena adanya cincin laktona. Adanya cincin lakton
menyebabkan aktivitas biologis yang lebih besar seperti pada GA3, GA
(Gardner, 1991: 217). Struktur asam giberelat (GA3) dapat dilihat pada Gambar
Gambar 2. Struktur GA3
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian
terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut
tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini
dan parasit. Orang Jepang menyebutnya penyakit Bakanae, yang disebabkan oleh
Gibberella fujikuroi. T Yabuta dan T Hayashi pada tahun 1930an
memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama
Giberelin (Salisbury dan Ross, 1995: 51-52).
Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Pemberian
hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang
diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air
menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makana
biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel
23
umor karena mengandung astrigent, demulcent,
emollient, expectorant, antimikroba, antitoxin, dan diuretik, untuk itu Plantago
(1995: 33) menyatakan bahwa hormon tumbuhan
adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan
dipindahkan ke bagian lain, dan pada konsentrasi yang sangat rendah mampu
Giberelin merupakan diterpenoid yang
macam bentuk
kelompok hidroksil, metil atau etil pada
laktona. Adanya cincin lakton
, GA4, dan GA9
) dapat dilihat pada Gambar 2.
Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1930 dari kajian
terhadap tanaman padi yang sakit, yang tumbuh terlalu tinggi. Tanaman tersebut
tidak mampu menopang dirinya sendiri dan akhirnya mati akibat kelemahan ini
ebutnya penyakit Bakanae, yang disebabkan oleh
pada tahun 1930an
memisahkan suatu senyawa aktif dari cendawan tersebut yang diberi nama
peran penting pada perkecambahan biji. Pemberian
hormon giberelin pada biji dapat mempercepat proses perkecambahan yang
diawali dengan penyerapan air (imbibisi) dan hormon. Penyerapan air
menyebabkan kulit biji menjadi lunak. Sebagian besar cadangan makanan pada
biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel-sel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk beberapa enzim hidrolase untuk
mencerna cadangan makanan menjadi sumber energi tinggi bagi perkecambahan
(Kimball,1994: 601-602).
Tahun 1887 sachs memperlihatkan bahwa pencernaan endosperma tidak
dapat terjadi jika embrio dihilangkan dari biji. Pemberian giberelin ke seluruh
permukaan biji merangsang pembentukan α-amilase. Kesimpulan dari percobaan
tersebut bahwa efek embrio terhadap pembentukan α-amilase diperantarai oleh
giberelin. (Wilkins, 1989: 797). Bidwell (1979: 424) mengemukakan bahwa
giberelin bekerja dalam tingkat gen untuk membentuk α-amilase. Hal ini
menunjukkan bahwa embrio menghasilkan giberelin untuk menginisiasi
pengaktifan atau sintesis berbagai macam enzim yang dibutuhkan selama dan
sesudah perkecambahan.
Pengaruh giberelin telah berhasil dipelajari pada perkecambahan biji
barley. Biji barley dan serealia memiliki lapisan sel khusus pelindung biji yang
disebut aleuron yang mengandung protein. Biji yang mengalami imbibisi akan
mulai berkecambah, embrio mensintesis dan melepas giberelin. Giberelin
menstimulasi aleuron untuk menghasilkan enzim hidrolitik yang mencerna pati
dalam endosperm dan menghasilkan energi bagi perkecambahan. Auxin dan
sitokinin akan dilepas oleh endosperm sebagai akibat dari reaksi enzimatis.
Giberelin berperan sebagai pengatur pencernaan cadangan makanan dan pengatur
pelepasan hormon yang lain (Ebert et al, 1973: 321).
Menurut Hess (1975: 259) mengemukakan bahwa penetrasi air ke dalam
kulit biji yang permeabel menjadikan embrio aktif sehingga terjadi sintesis mRNA
dan asam giberelat bereaksi dengan aleuron mengakibatkan pembentukan enzim
hidrolase. Giberelin mendukung pertumbuhan benih sereal dengan cara
merangsang sintesis enzim α-amilase yang memobilisasi zat makanan yang
tersimpan. Sebelum pembentukan α-amilase, giberelin akan merangsang sintesis
mRNA yang mengkode sintesis α-amilase. Hal ini membuktikan bahwa hormon
dapat mengontrol perkembangan dengan cara mempengaruhi ekspresi gen
(Campbell & Reece. 2003: 386).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Fosket (1994: 448) mengemukakan bahwa sekresi protein dari sel
melibatkan proses yang rumit dimana molekul mRNA yang spesifik
ditranslasikan pada ribosom yang terdapat di retikulum endoplasma. Sintesis
protein terakumulasi dalam lumen retikulum endoplasma yang akan diproses lebih
lanjut untuk pertumbuhan. Salah satu efek dari giberelin adalah mengubah
struktur lapisan aleuron secara cepat dengan memperluas pembentukan retikulum
endoplasma untuk melepaskan enzim hidrolitik.
Tahapan perkecambahan benih dimulai dari imbibisai air dan melunaknya
kulit biji. Tahap kedua diikuti dengan kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya
tingkat respirasi. Tahap ketiga terjadi penguraian karbohidrat, protein, dan lemak
menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap
keempat asimilasi bahan-bahan yang telah diuraikan menjadi energi pertumbuhan
sel. Tahap kelima terjadi proses pembelahan, pembesaran, dan diferensiasi sel
pada titik tumbuh (Sutopo, 2004: 22).
Gambar 3. Mekanisme Pemecahan Glukosa/Glikolisis (Kebaikan dari
Opik and Rolfe).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pati dihidrolisis oleh α-amilase dan β-amilase yang diperantarai oleh
giberelin menjadi gula maltosa (disakarida) dan glukosa. Metabolisme glukosa
dilakukan dengan glikolisis yang membentuk dua molekul asam piruvat dan ATP.
Oksidasi lewat daur Krebs mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O, dan ATP.
(Gardner, 1991: 294).
Lemak dihidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan asam lemak. Asam
lemak didegradasi lebih lanjut oleh peroksidease dan aldehidrogenase dalam
oksidasi-α, yang memindahkan atom-atom karbon secara berturut-turut untuk
menghasilkan CO2 dan energi tersimpan (NADPH). Degradasi lemak yang lebih
umum adalah dengan oksidase-β yang memecah asam lemak menjadi satuan dua
karbon (asetil koenzim A) dan ATP. Asetil koenzim A masuk ke daur krebs untuk
mengalami oksidasi lebih lanjut dan menghasilkan ATP (Gardner, 1991: 294).
Asam lemak dan gliserol dipakai sebagai pembentuk glukosa, dimana glukosa
sebagai bahan bakar respirasi (Sutopo, 2004: 24)
Protease memecah ikatan peptida di dalam molekul protein yang
menghasilkan asam amino. Asam amino akan mengalami beberapa perubahan
sebagai berikut: disintesis kembali menjadi protein baru pada pertumbuhan,
pemindahan asam amino ke suatu asam organik (transaminasi), atau hidrolisis
asam amino menjadi asam organik dan amonia (deaminasi). Residu asam organik
akan masuk ke daur krebs untuk mengalami oksidasi lebih lanjut (Gardner, 1991:
294).
Perubahan struktur akan terjadi ketika biji menyerap air dan melepaskan
giberelin. Membran sitoplasma diperluas membentuk lapisan menyerupai
retikulum endoplasma dan akhirnya dinding sel akan terdegradasi. Sintesis α-
amilase terjadi antara 10-12 jam setelah inkubasi (Krishnamoorthy, 1975: 216).
Perlakuan dengan giberelin dapat menggantikan kebutuhan akan cahaya
pada biji fotoblastik dan mengganti kebutuhan akan suhu dingin pada biji yang
membutuhkan stratifikasi sehingga giberelin dapat menghilangkan dormansi pada
biji. Weaver pada tahun 1972 melakukan percobaan dengan penggunaan GA3
pada anggur sebesar 200 ppm pada waktu gugurnya kaliptra menghasilkan ukuran
buah anggur yang lebih besar dan kualitas rasa yang baik (Gardner, 1991: 224).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Biosintesis giberelin berlangsung di dalam buah dan biji yang belum
masak, tunas, daun, dan akar. Umumnya terdapat tiga metabolit kimia yang
terlibat di biosintesis GA, yaitu: asam mevalonat yang bertindak sebagai pelopor
untuk pembentukan isoprena yaitu bagian dasar dalam karbon-19 dan karbon-20
kerangka giban, kaurena yang terbentuk dari isoprena, dan GA yang terbentuk
dari kaurena (Gardner, 1991: 219).
Asam giberelat adalah kelompok hormon tanaman yang ada secara alami.
Ia berperan dalam proses awal perkecambahan melalui aktivitas produksi enzim
dan pengangkutan cadangan makanan. Hubungannya dengan dormansi, GA
mengatur pengaruh zat-zat penghambat seperti coumarin, dormansi suhu,
dormansi cahaya, dan dormansi yang diakibatkan oleh zat penghambat.
Choe (1972) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa persentase
perkecambahan biji Pisum sativum meningkat 100 % setelah direndam dalam
larutan GA3 0.1, 1,dan 10 ppm selama 48 jam sedangkan pada konsetrasi GA3 100
ppm persentase perkecambahan mengalami penurunan. Vandelook et al, (2007: 5)
dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perendaman biji Chaerophyllum
temulum pada GA3 1000 ppm pada suhu 230C memberikan tingkat
perkecambahan maksimal. Bryan (1989: 6) dalam penelitiannya menyarankan
untuk menggunakan GA3 5-10 ppm untuk perlakuan terhadap umbi untuk
mempercepat pembentukan tunas.
B. Kerangka Berpikir
Belajar menjadi kegiatan aktif yang dilakukan oleh siswa untuk
memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Hakikat dari belajar adalah proses yang
harus dilewati oleh siswa untuk menemukan sendiri konsep dan pemahaman
untuk mencapai tujuan belajar. Siswa merupakan aktor utama dalam pembelajaran
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membimbing
siswa.
Salah satu komponen dalam proses belajar adalah sumber belajar. Sumber
belajar dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, informasi, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Salah satu bentuk sumber belajar dapat berasal dari pemanfaatan hasil penelitian
biologi yang relevan sebagai acuan kegiatan pembelajaran. Khusus pada pokok
bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan, konsep hasil penelitian
pemberian hormon giberelin pada perkecambahan biji koro benguk (Mucuna
pruriens) yang disusun menjadi sebuah modul dapat digunakan sebagai salah satu
acuan sumber belajar.
Tanaman koro benguk memiliki banyak potensi yang bermanfaat karena
bijinya dapat digunakan sebagai bahan pangan, sebagai tanaman penutup tanah
dan pakan ternak, serta digunakan sebagai tanaman perintis pada lahan-lahan
tandus. Biji dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa
sebagai obat penyakit parkinson. Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro benguk
juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan
rhizobium pada bintil akarnya, biji koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai
hasil olahan yang lain. Protein yang terkandung penting untuk mencukupi
kebutuhan bagi masyarakat di lahan kering. Koro benguk belum mendapatkan
perhatian yang besar dari masyarakat karena waktu perkecambahan yang agak
lama. Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin (GA3) dapat mempercepat
waktu perkecambahan biji.
Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin mengakibatkan biji
mengalami imbibisi air dan hormon. Imbibisi air mengakibatkan kulit biji koro
benguk yang keras menjadi lunak. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio
melepaskan GA3 sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis
endosperm). Giberelin merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis
enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dan protein dalam endosperm
menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses
metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-
asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel
dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun
membran sel. Hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak dalam endosperm akan
menghasilkan energi bagi perkecambahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pemahaman siswa terhadap materi tidak dapat dilakukan hanya dengan
menyampaikan materi tersebut di depan kelas tanpa memperhatikan potensi
individu untuk menggali pengetahuannya sendiri. Jika otak hanya belajar
mengutip, berlatih, belajar semalaman sebelum ujian, maka dalam waktu 14
sampai 18 jam otak akan melupakan sebagian besar informasi baru tersebut.
Setiap siswa memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya dengan cara
terlibat untuk menemukan makna materi melalui pengalaman-pengalaman yang
dialami secara langsung.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran yang berlangsung di SMP
Negeri 5 Surakarta, khususnya di kelas VIII D menunjukkan bahwa keterampilan
proses siswa masih belum optimal. Observasi kegiatan saat praktikum, siswa
hanya melakukan aktivitas yang diperintahkan oleh guru sehingga mereka tidak
benar-benar memahami apa yang sedang mereka lakukan, apa yang harus diamati,
dan bagaimana menganalisis data hasil pengamatannya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya siswa dilatih untuk belajar terlibat langsung dalam menemukan dan
memahami konsep materi yang sedang dipelajari serta siswa kurang dilatih untuk
melakukan pengamatan secara langsung tanpa harus menunggu perintah dari guru
sehingga keterampilan proses siswa masih rendah.
Penguasaan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran erat kaitannya
dengan pendekatan yang digunakan guru. Penggunaan pendekatan yang tepat
mempermudah siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran.
Penggunaan pendekatan yang tepat dan efektif sangat penting untuk
meningkatakan keterampilan proses dalam pembelajaran biologi. Perlu dilakukan
inovasi dalam menerapkan pembelajaran yaitu penerapan pendekatan CTL yang
disertai dengan penggunaan modul untuk meningkatkan keterampilan proses
siswa.
Penerapan pendekatan CTL disertai dengan penggunaan modul diharapkan
mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa secara aktif serta meningkatkan
keterampilan proses karena siswa dilatih untuk mengalami sendiri dan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.
Melalui penerapan CTL yang disertai penggunaan modul mampu melatih siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
untuk dapat menjelaskan konsep yang telah dipelajarinya, dapat menerapkan
konsep yang diperolehnya, dapat menentukan objek yang harus diamati serta
mampu mengukurnya, dapat menghubungkan konsep dengan kegiatan praktikum,
dapat menganalisis dan menyimpulkannya, serta dapat menjelaskan kesimpulan
yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Adapun paradigma urutan kegiatan pembelajaran dan kerangka pemikiran
dapat dilihat dalam Gambar 4.
Dapat
ditingkatkan
Analisis
Materi
Identifikasi Masalah- Keterampilan proses siswa masih rendah.- Siswa belum siap saat kegiatan
praktikum, sehingga siswa belum memahami apa yang sedang dipraktikumkan.
- Siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran.
- Siswa lebih suka menunggu perintah dari guru dan kurang inisiatif.
Penyebab - Siswa lebih suka menerima
informasi dari guru.- Siswa hanya bergantung pada apa
yang ada dalam buku pegangan.- Minat membaca/mencari referensi
sangat kurang.- Tidak mau mengembangkan pola
pikir.- Siswa lebih suka menggantungkkan
pada teman yang pandai saat praktikum.
SolusiPenerapan pendekatan CTL
Masalah UtamaKeterampilan proses siswa yang masih rendah.
Penelitian perkecambahan Koro Benguk (Mucuna pruriens) dengan pemberian GA3
- Modul- LKS/Petun -
juk praktikum
Penelitian Tindakan Kelas
Aplikasi Pembelajaran Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta
Belum Mencapai Target
Mencapai Target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar 4. Skema Kerangka BerfikirRefleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII D semester gasal tahun
pelajaran 2009/2010 yang bertempat di SMP N 5 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010. Pelaksanaan rencana
kegiatan penelitian ini dilakukan secara bertahap, dengan tahap-tahap sebagai
berikut :
a. Bulan Maret-Juli 2010 : tahap persiapan meliputi kegiatan observasi di kelas,
pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal, penelitian perkecambahan koro
benguk, seminar proposal, perijinan penelitian, serta konsultasi instrumen
penelitian.
b. Bulan Juli-September : tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang
dilaksanakan di lapangan yang meliputi uji instrumen penelitian dan
pengambilan data.
c. Bulan September-selesai : tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
penyusunan laporan. Urutan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Perkecambahan Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) melalui Perendaman dalam Larutan Hormon Giberelin
No Kegiatan Maret-10 April-10 Mei-101 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penelitian :a. Analisis kurikulum SMP kelas
VIIIx
b. Pengajuan judul penelitian x xc. Pembuatan Rancangan peneli-
tianx x
d. Pengajuan izin penelitian x2 Pelaksanaan
a. Persiapan alat dan bahan xb. Penelitian laboratorium x xc. Analisa data x
3 Penyusunan Modul Hasil Penelitian
x x
Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Penerapan Pendekatan CTL NO
Rencana KegiatanJuni 2010 Juli 2010 Agustus 2010 Sept-2010
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1.
Persiapan
Observasi x x
Identifikasi Masalah x
Penentuan Tindakan x
Pengajuan Judul x
Penyusunan Proposal x x x x
Pembuatan Instrumen x x
Seminar Proposal x
Pengajuan Izin Penelitian x
2.
Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data x x x x
b. Analisa Data x x
3.Penyelesaian
a. Penulisan laporan x
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom Action Research yang berkolaborasi dengan guru bidang studi
biologi. Model penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat
tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Penelitian ini berkolaborasi dengan guru biologi kelas VIII D, mekanisme
kerja dalam penelitian adalah menyusun rencana kegiatan, mengobservasi
tindakan pembelajaran di kelas oleh guru terhadap siswa, dan akhirnya
melaporkan hasil penelitian secara deskriptif kualitatif sesuai dengan fakta dan
keadaan yang ada di sekolah.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini menerapkan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan
proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dalam materi pertumbuhan dan
perkembangan. Penerapan pembelajaran tersebut berulang atau bersiklus hingga
tercapai target yang telah ditentukan. Apabila target yang telah ditentukan belum
tercapai, maka pembelajaran dilanjutkan pada siklus II, dan seterusnya. Penerapan
CTL dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Tindak lanjut pada siklus II
dilakukan untuk diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penerapan CTL
untuk meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
yang bertujuan untuk mendiskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada sesuai
dengan kenyataan yang ada di lapangan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran
biologi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan CTL.
C. Sumber Data
Data penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, meliputi:
1. Informasi dari guru dan siswa yaitu guru mata pelajaran Biologi Kelas VIII
dan siswa kelas VIII D
2. Dokumentasi arsip yang meliputi silabus, rancangan pembelajaran, buku
penilaian, dan referensi mengajar.
3. Tempat berlangsungnya peristiwa dan aktivitas pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi
observasi/pengamatan, wawancara, dan angket yang masing-masing diuraikan
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan tindakan
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan sasaran yang diharapkan. Observasi
dilakukan agar gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam pemberian tindakan
dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan perbaikan sebelum
dilakukan tindakan selanjutnya. Observasi dilakukan sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan pada lembar observasi. Pengisian hasil observasi sebenarnya bisa
diisi secara bebas dalam bentuk uraian maupun dengan memberi tanda cek (√)
pada kolom jawaban yang telah disediakan.
Observasi ini dilakukan terhadap siswa dan guru. Observasi terhadap
siswa dititikberatkan pada keterampilan proses yang dibatasi. Pengamatan
terhadap pembatasan indikator keterampilan proses meliputi: dapat menentukan
objek yang harus diamati, menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk
mengamati objek, mampu menggunakan alat untuk mengukur, dapat
mengklasifikasikan, dapat menjalankan prosedur praktikum, mencatat data hasil
pengamatan, mengkomunikasikan hasil pengamatan,serta dapat menggumpulkan
fakta yang relevan dan memadai.
Observasi terhadap guru dititikberatkan pada keterlaksanaan sintaks
pembelajaran di kelas meliputi: kegiatan pendahuluan dan apersepsi,
penyampaian materi secara garis besar, memberikan soal pre-tes, pembagian
modul, menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran CTL,
membimbing siswa untuk melakukan percobaan yang ada pada modul,
membimbing siswa dalam melakukan kegiatan pengamatan, membimbing setiap
kelompok untuk membuat laporan hasil pengamatan, meminta siswa untuk
membuat laporan praktikum, mengevaluasi laporan praktikum, membimbing
siswa untuk dapat menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan, serta
memberikan soal-soal post-tes diakhir siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah melakukan observasi awal dan setelah akhir
siklus untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran. Tahap sebelum melaksanakan wawancara perlu
dirancang pedoman wawancara sesuai dengan tujuan. Wawancara yang akan
dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru
dan beberapa siswa. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara formal
tetapi dilakukan pada saat yang tepat. Wawancara di akhir siklus dilakukan untuk
memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL).
Kegiatan wawancara dengan guru maupun wawancara dengan siswa
meliputi: pelaksanaan pembelajaran di kelas, permasalahan yang muncul di kelas,
serta kekurangan dan kelebihan selama proses pembelajaran. Berdasarkan
kegiatan diskusi dan wawancara, peneliti dan guru bekerja sama dalam
mengambil tindakan.
3. Angket
Angket yang diberikan kepada siswa adalah angket keterampilan proses
yang dibatasi. Artinya, tidak semua aspek dalam keterampilan proses diterapkan
dalam penelitian ini. Aspek yang ingin diterapkan dalam penelitian ini meliputi
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Butir-butir pertanyaan dalam
angket dikembangkan berdasarkan kisi-kisi angket yang telah disusun. Angket
digunakan untuk memperoleh data mengenai keterampilan proses yang berkaitan
dengan materi pertumbuhan dan perkembangan dan penerapan pembelajaran
kontekstual. Informasi yang diperoleh dari angket dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan proses.
Penyusunan angket terlebih dahulu diawali dengan membuat kisi-kisi
angket. Kisi-kisi angket mencakup aspek dan indikator yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Selanjutnya, indikator-indikator tersebut digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun butir-butir soal angket. Pemberian nilai pada angket
untuk mempermudah analisa penelitian dibuat empat kolom yaitu Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), dan pedoman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
penskoran angket dapat dilihat pada Tabel 5. Angket yang dibuat berbentuk
angket tertutup karena jawaban dari setiap pertanyaan telah disediakan antara
empat pilihan (Mardalis, 1990: 71).
Tabel 5. Pedoman Penskoran Angket
Skor untuk Aspek yang DinilaiSkor untuk Pernyataan
(+) (-)
Sangat setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak setuju (TS)
Sangat tidak setuju (STS)
4
3
2
1
1
2
3
4
E. Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan
untuk menjaga validitas data dalam penelitian ini yaitu triangulasi metode.
Menurut Lexy J. Maleong (2005: 330) teknik triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan mengecek atau sebagai pembanding data. Triangulasi dalam
penelitian adalah triangulasi metode. Triangulasi metode dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan
mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kebenaran informasinya.
Adapun skema dari pemeriksaan validitas data menurut Sutopo (2002: 81)
yang digunakan dapat dilihat dalam Gambar 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 5. Skema Pemeriksaan Validitas Triangulasi Metode
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian dimulai sejak awal sampai pengumpulan
data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara
kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif
kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Teknik
analisis deskriptif kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman
(1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data meliputi proses
penyeleksian, pemfokusan, dan penyederhanaan dari data lapangan yang
berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan penelitian dengan menggunakan
salah satu data yang dianggap paling relevan dari beberapa sumber data yang
diperoleh. Penyajian data meliputi penyusunan informasi secara sistematis dari
hasil reduksi data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram, maupun grafik
yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada
masing-masing siklus. Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya
pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan
modul sebagai sumber atau bahan pembelajaran. Modul sebagai bahan
pembelajaran ini disusun dari hasil penelitian di laboratorium mengenai
perendaman biji koro benguk (Mucuna pruriens) dalam larutan asam
Observasi
Sumber DataData Wawancara
Angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
giberelat/hormon giberelin untuk mempercepat perkecambahan sebagai
pengembangan bahan ajar pada materi pertumbuhan dan perkembangan
khususnya pada pokok bahasan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.
1. Penelitian Laboratorium
Penelitian ini dimulai dengan pengambilan biji koro benguk yang sudah
tua dari buah polongnya. Biji yang sudah tua ditandai dengan warna biji yang
sudah abu-abu (kecoklatan). Biji-biji tersebut dikeringkan selama 2-3 hari. Pilih
biji yang mempunyai kualitas baik seperti biji yang padat, ukurannya besar, dan
tidak ada kerusakan fisik. Biji-biji tersebut kemudian direndam dalam larutan
hormon asam giberelat (GA3) untuk lima waktu perendaman yang berbeda yaitu
1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Tujuan perendaman dalam beberapa
interval waktu yang berbeda adalah untuk mengetahui waktu perendaman terbaik.
Konsentrasi hormon giberelin yang digunakan adalah 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm,
dan 20 ppm. Biji kemudian diangkat, ditiriskan dan dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan pada suhu ruangan. Setelah biji kering, biji kembali direndam
dalam laruatan fungisida selama 2-3 menit. Biji kembali diangkat dan diangin-
anginkan pada suhu ruang. Biji kemudian ditanam dalam media perkecambahan
dan diletakkan pada rumah kaca dengan paparan sinar matahari yang tidak terlalu
banyak. Perawatan dilakukan dengan penyiraman tanaman hingga akhir
perlakuan. Pengambilan data serta dokumentasi dilakukan setiap hari selama
perlakuan tergantung pada parameter yang akan diamati.
Penelitian ini meliputi berbagai tahap, yaitu:
a. Persiapan Biji
Biji yang digunakan adalah biji koro benguk yang sudah tua, yang ditandai
dengan warna biji abu-abu kecoklatan. Biji-biji tersebut dikeringkan selama 2-3
hari. Pilih biji yang mempunyai kualitas baik seperti biji yang padat, ukurannya
besar, dan tidak ada kerusakan fisik. Percobaan ini menggunakan biji yang berasal
dari kabupaten Purwodadi. Biji-biji yang besar memiliki embrio yang besar pula
sehingga memiliki tingkat perkecambahan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Pembuatan Larutan Hormon
Larutan hormon asam giberelat yang akan dibuat sebanyak 100 ml.
Larutan hormon tersebut dibuat dengan cara melarutkan hormon yang berbentuk
serbuk dengan menggunakan etanol dan aquadest. Etanol ini digunakan untuk
melarutkan serbuk hormon sebelum ditambahkan aquadest.
Pembuatan larutan hormon untuk masing-masing konsentrasi diperoleh
dengan perhitungan:
1) GA3 0 ppm
Tidak menggunakan hormon tapi hanya direndam dengan aquadest.
2) GA3 5 ppm
X5 ppm sebanyak 100 ml : =
X = 0,5 mg
Jadi 0,5 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian
dicampur dengan 100 ml aquadest.
3) GA3 10 ppm
10 X10 ppm sebanyak 100 ml : =
1000 100
X= 1 mg
Jadi 1 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian
dicampur dengan 100 ml aquadest.
4) GA3 15 ppm
15 X15 ppm sebanyak 100 ml: =
1000 100
X = 1,5 mg
Jadi 1,5 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian
dicampur dengan 100 ml aquadest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
5) GA3 20 ppm
20 X20 ppm sebanyak 100 ml: =
1000 100
X = 2 mg
Jadi 2 mg hormon giberelin dilarutkan dengan etanol sebanyak 1 ml, kemudian
dicampur dengan 100 ml aquadest.
c. Perendaman Biji
Langkah berikutnya yaitu setelah biji siap maka dilanjutkan dengan
perendaman biji tersebut. Biji direndam dalam larutan hormon pada masing-
masing konsentrasi selama 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hal ini
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hyung T. Choe (1972) pada biji
Pisum sativum yang mempunyai struktur biji hampir sama dengan Mucuna
preriens karena termasuk famili leguminosae.
d. Penyiapan Media
Media perkecambahan yang digunakan adalah arang sekam, tanah yang
sudah diayak, dan kompos dengan perbandingan 1: 1: 1. Bahan-bahan tersebut
dicampur sampai merata dan ditempatkan pada polibag sebanyak ½ bagian ( ± ½
kg/ polibag).
e. Penanaman Biji
Biji direndam dalam larutan hormon GA3 selama 1 jam, 2 jam, 4 jam, 6
jam, dan 8 jam pada masing-masing konsentrasi, kemudian biji-biji tersebut
diangkat dan diangin-anginkan sampai kering. Setelah kering, biji-biji tersebut
direndam dalam larutan fungisida selama 2-3 menit untuk menghindari jamur
selama perkecambahan. Setiap polibag terdiri dari 5 biji yang ditanam dengan
jarak 3-4 cm. Biji yang sudah tertanam semua kemudian ditutup lagi dengan
media secara tipis, lalu disiram dengan air sebanyak ± 50 ml.
f. Pemeliharaan
Polibag-polibag yang sudah berisi biji-biji yang sudah ditanam kemudian
ditempatkan pada rumah kaca dengan paparan sinar matahari yang tidak terlalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
banyak. Pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiraman yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan tanaman tersebut. Media yang ada dalam polibag jika terlihat
tidak terlalu kering maka tidak dilakukan penyiraman karena jika terlalu basah
dikhawatirkan biji akan busuk. Media yang ditumbuhi gulma perlu dibersihkan.
g. Transplanting
Bibit yang sudah memiliki 2-3 helai daun, memiliki batang yang kokoh,
warna daunnya bagus, dan tidak terkena penyakit dapat segera dipindahkan ke
areal penanaman yang sesungguhnya.
h. Pengamatan Perkecambahan
Perkecambahan yang diamati meliputi :
1) Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)
Jumlah kecambah normal yang dihasilkan
% Perkecambahan = X 100 %
Jumlah contoh benih yang diuji
2) Laju Perkecambahan (Germination Rate)
N1T1 + N2T2 + …………..N x T x
Rata-rata Hari =
Jumlah total benih yang berkecambah
Dimana:
N = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu
T = Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan
akhir dari interval tertentu suatu pengamatan.
2. Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan identifikasi masalah dari hasil observasi yang telah
dilakukan, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan
pendekatan CTL yang disertai penggunaan modul untuk meningkatkan
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Tahap ini peneliti
menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan. Instrumen dalam penelitian
meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal pre-tes, soal post-tes,
penyusunan modul, LKS petunjuk praktikum, lembar observasi, angket, pedoman
wawancara, dan dokumentasi.
Modul hasil penelitian disusun berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian di laboratorium. Sebelum menyusun modul, peneliti terlebih dahulu
melakukan eksperimen di laboratorium. Penelitian yang dilakukan yaitu upaya
untuk mempercepat perkecambahan biji koro benguk (Mucuna pruriens) dengan
pemberian hormon asam giberelat (GA3). Selama eksperimen berlangsung,
peneliti memantau perkembangan perkecambahan setiap hari. Peneliti juga
mengambil dokumentasi dan data yang dibutuhkan setiap hari sampai batas
pengambilan data selesai. Data dan dokumentasi yang telah dikumpulkan
kemudian dianalisis dan dijadikan dasar dalam pembuatan modul sebagai sumber
belajar bagi siswa.
Susunan modul disesuaikan dengan kriteria penyusunan modul menurut
Mulyasa (2005: 150) yang terdiri atas pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes
awal, pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir. Penyusunan modul
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan perkembangan kegiatan belajar
mengajar.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun
sebelumnya. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan secara garis besar yaitu:
1) Siklus I
a). Pertemuan I
(1) Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru secara
singkat.
(2) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 6 orang.
(3) Siswa diberi soal-soal pre-tes untuk mengetahui kemampauan awal dan
kesiapan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
(4) LKS I dan modul 1 dibagikan kepada siswa dan meminta siswa untuk
mempelajarinya.
(5) Guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk melaksanakan
praktikum.
(6) Guru memandu jalannya praktikum.
(7) Guru mengevaluasi kegiatan praktikum.
b). Pertemuan II
(1) Guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai kelompoknya.
(2) Guru meminta siswa untuk mempelajari modul dan melakukan kegiatan
diskusi sesuai petunjuk modul.
(3) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusinya.
2) Siklus II
a). Pertemuan I
(1) Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi oleh guru secara
singkat.
(2) Siswa dibagi ke dalam 6 kelompok praktikum.
(3) Guru membagikan modul II dan LKS II kepada siswa dan meminta siswa
untuk mempelajarinya.
(4) Guru memberikan pengarahan untuk melaksanakan kegiatan praktikum.
(5) Guru mengevaluasi kegiatan praktikum.
b). Pertemuan II
(1) Guru meminta siswa untuk menempatkan diri sesuai kelompoknya.
(2) Guru meminta siswa untuk mempelajari modul dan melakukan kegiatan
diskusi sesuai petunjuk modul.
(3) Guru meminta perwakilan tiap kelompok untuk menyampaikan hasil
diskusinya.
(4) Siswa diberi soal-soal post tes untuk mengetahui tingkat penguasaan
materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan atau observasi terhadap keterampilan proses disesuaikan
dengan indikator yang telah disusun dengan menggunakan lembar observasi.
Kegiatan observasi ini meliputi pemantauan, pencatatan, dan dokumentasi segala
kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Fokus observasi ditujukan pada
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan
menggunakan pendekatan CTL yang disertai penggunaan modul pembelajaran.
Selain lembar observasi, digunakan angket dan wawancara sebagai data
pendukung. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan dari tindakan yang dilakukan.
d. Tahap Refleksi
Tahap ini guru bersama peneliti melakukan analisis terhadap pelaksanaan
proses kegiatan pembelajaran dan keterampilan proses terhadap pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Hasil analisis dijadikan bahan refleksi untuk dilakukan
perbaikan pembelajaran apabila belum memenuhi target yang ditentukan.
Pengukuran keberhasilan tindakan, disesuaikan dengan perumusan
indikator-indikator pencapaian. Indikator keterampilan proses pada saat
pembelajaran meliputi dapat menentukan objek yang harus diamati, menggunakan
indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, mampu menggunakan alat
untuk mengukur, dapat mengklasifikasikan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat data hasil pengamatan, mengkomunikasikan hasil
pengamatan,serta dapat menggumpulkan fakta yang relevan dan memadai.
Indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 6. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian LaboratoriumKonsep Aspek Indikator Awal Cara
Pengukuran
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan. Pertumbuhan adalah kesatuan berbagai reaksi biokimia, biofisis, dan fisiologis yang berinteraksi dengan faktor lingkungan (Sitompul dan Guritno, 1995: 6). Perkembangan adalah perubahan kualitatif yang mempengaruhi bentu tanaman (Goldsworthy&Fisher, 1992: 156-157).
Perkecambahan merupakan permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan munculnya semai (Gardner, 1991: 291).
a) Terjadi absorpsi dan imbibisi air.
b) Terjadi pembesaran biji.c) Terjadi diferensiasi sel.d) Munculnya plumule dan
radikula yang tumbuh secara normal.
e) Terjadi penambahan tinggi tanaman.(Gardner, 1991: 291).
0%
0%0%0%
0%
a) Kulit bijimelunak
b) Volume c) Terdapat
titik tumbuh calon akar dan batang
d) Pengukuran tinggi plumul dan radikul.
Tabel 7. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Tindakan KelasKonsep Aspek Indikator Awal Target
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif/intelektual, manual, dan sosial (Nuryani R., 2005: 78).
1) Mengamati atau observasi
1) Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati.
2) Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
47,22%
46,53%
75%
75%2) Mengelompokkan
atau mengklasifikasikan
1) Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan.
2) Mencatat setiap hasil pengamatan.
47,22%
62,5%
75%
75%3) Menggunakan
alat/bahan1) Mampu menggunakan alat
untuk mengukur objek percobaan.
45,14% 75%
4) Melaksanakan eksperimen
1) Mampu menentukan objek yang harus diamati.
2) Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar.
38,89%
55,56%
75%
75%
5) Berkomunikasi
(Nuryani R., 2005: 86-87)
1) Mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk tabel, grafik, atau histogram.
(Nuryani R., 2005: 86-87)
45,83% 75%(berdasarkan panduan rubrik lembar observasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Urutan prosedur penelitian dapat digambarkan dalam skema yang
diadaptasi dari skema Kemmis dan Mc Taggart dapat dilihat dalam Gambar 6.
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
(Sukardi, 2004: 215)
PerencanaanPenyusunan instrument pembelajaran: angket keterampilan proses, silabus, RPP, modul untuk Siklus I, lembar obser-vasi, dan pedoman wawancara.
RefleksiMengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I yang memerlukan per-baikan. Bila indikator belum tercapai, dilan-jutkan pada siklus II
PerencanaanRancangan perbaikan dari refleksi siklus IPenyusunan instrumen pembelajaran: rencana pengajaran dan media pembelajaran untuk siklus II.
PelaksanaanPenerapan CTL disertai modul pembelajaran.
RefleksiMengemukakan dan menganalisis hasil temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan II yang memerlukan per-baikan serta melihat ketercapaian indikator
ObservasiPengamatan proses pembelajaran
PelaksanaanPenerapan pendekatan CTL disertai modul .
ObservasiPengamatan proses pembelajaran
Tindak LanjutPerbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium
Penelitian perkecambahan biji Mucuna pruriens (koro benguk) dilakukan di
rumah kaca UPT laboratorium Pusat UNS. Data yang diperoleh berupa jumlah biji
yang berkecambah dan waktu yang dibutuhkan biji untuk berkecambah. Data
hasil penelitian perkecambahan biji koro benguk dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Perkecambahan Mucuna pruriensPerlakuan Jumlah Biji % Pkcmbhn Laju
Perkecambahan(ppm:jam) H-1 H-5 (%)Kontrol 0 0 0 05 : 1’ 0 5 100 0,018985 : 2’ 0 5 93,33 0,0154215 : 4’ 0 4 86,67 0,0231325 : 6’ 0 5 100 0,0154215 : 8' 0 5 100 0,016014
10 : 1’ 1 5 93,33 0,02075910 : 2’ 0 3 66,67 0,01245610 : 4’ 0 3 53,33 0,00889710 : 6’ 0 3 53,33 0,01008310 : 8’ 0 4 80 0,00889715 : 1’ 2 5 100 0,02728315 : 2’ 0 3 66,67 0,01245615 : 4’ 0 5 100 0,02253915 : 6’ 0 4 80 0,017215 : 8’ 0 5 93,33 0,01364220 : 1’ 0 5 93,33 0,02135220 : 2’ 0 5 100 0,02135220 : 4’ 0 4 73,33 0,01364220 : 6’ 0 4 86,67 0,02253920 : 8’ 0 4 73,33 0,011269
1. Persentase Perkecambahan (Germination Percentage)
Persentase perkecambahan biji koro benguk yang telah diberi perlakuan
perendaman biji dalam hormon giberelin menunjukkan kenaikan persentase
perkecambahan bila dibandingkan dengan kontrol yaitu biji yang tidak direndam
larutan hormon. Biji yang direndam dengan giberelin dalam 5 hari telah
menunjukkan % perkecambahan sebesar 84.67 % dari 4 konsentrasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari
300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon
(kontrol) sampai hari k
perkecambahan biji koro benguk dengan
hormon giberelin dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 . Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan
Hasil perkecamba
larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20
ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya
kecambah pada biji koro benguk.
sebesar 100% pada hari ke 5 terjadi pada perlakuan
(5 ppm:8 jam), (15 ppm:1 jam), (15 ppm:4 jam), dan (20 ppm:2 jam).
perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari
ke 5 belum ada biji yang berkecambah.
Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi
absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam
variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.
Kehadiran air di dalam sel
Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas
enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,
kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan m
dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.
0102030405060708090
100
dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari
300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon
kontrol) sampai hari ke 5 belum ada yang berkecambah.
ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dalam
dapat dilihat pada Gambar 7.
. Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan
Hasil perkecambahan ini menunjukkan bahwa perendaman biji dalam
larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20
ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya
kecambah pada biji koro benguk. Persentase perkecambahan tertingg
sebesar 100% pada hari ke 5 terjadi pada perlakuan (5 ppm:1 jam), (5 ppm:6 jam),
(5 ppm:8 jam), (15 ppm:1 jam), (15 ppm:4 jam), dan (20 ppm:2 jam).
perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari
ada biji yang berkecambah.
Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi
absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam
variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.
Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah hormon perkecambahan awal.
Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas
enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,
kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan m
dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.
% Perkecambahan
49
dicobakan, artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 dari
300 biji yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman hormon
e 5 belum ada yang berkecambah. Persentase
perlakuan perendaman biji dalam
han ini menunjukkan bahwa perendaman biji dalam
larutan hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, atau 20
ppm memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan daya
Persentase perkecambahan tertinggi yaitu
(5 ppm:1 jam), (5 ppm:6 jam),
Persentase
perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0% karena sampai hari
Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar terjadi
absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam dalam
variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak.
fkan sejumlah hormon perkecambahan awal.
Asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas
enzim meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa,
kemudian maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan masuk
dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.
% Perkecambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bahan-bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut
ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuha
differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2
plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada
hari ke lima rata-rata mencapai 4
hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji
koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase
perkecambahan.
2. Laju Perkecambahan (Germination Rate)
Laju perkecambahan digu
biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami
perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda
munculnya perkecambahan. Beberapa biji bahkan mengala
terjadi karena imbibisi air
berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm
sebesar 0,088968. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar
0,061091. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 20 ppm sebesar
perkecambahan biji koro benguk dengan
hormon giberelin dapat dilihat pada Gamb
Gambar 8
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut
ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan
differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman muncul
plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada
rata mencapai 4-8 cm. Jumlah biji dengan perlakuan perendaman
hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji
koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase
Laju Perkecambahan (Germination Rate)
Laju perkecambahan digunakan untuk mengetahui rata-rata kecepatan
biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami
perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda
munculnya perkecambahan. Beberapa biji bahkan mengalami kebusukan, hal ini
terjadi karena imbibisi air berlebihan yang menyebabkan kondisi anaerob yang
berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 20 ppm sebesar 0,090155.
ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dalam
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Laju Perkecambahan Biji antar Perlakuan
Laju Pkcmbhn
50
bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut
ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan
3 hari masa penanaman muncul
plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji. Tinggi plumula pada
iji dengan perlakuan perendaman
hormon yang berhasil berkecambah mencapai 84,67%. Artinya, perendaman biji
koro benguk dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase
rata kecepatan
biji untuk berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami
perubahan laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda-tanda
mi kebusukan, hal ini
berlebihan yang menyebabkan kondisi anaerob yang
berakibat membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 5 ppm
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm sebesar
Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar 0,09312.
0,090155. Laju
perlakuan perendaman biji dalam
Laju Pkcmbhn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa perkecambahan biji
koro benguk tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam seperti umur biji, ukuran
embrio, maupun besarnya ukuran biji tetapi juga dipengaruhi faktor luar yaitu
hormon.
Hasil perhitungan anava dari penelitian laboratorium dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Anava SV JK db MK FO F5% F1%
Antar A 0,000401 3 0,000134 -2,46323 2,84 4,31Antar W 0,000588 4 0,000147 -2,70795
InteraksiAW 0,004355 12 0,000363 -6,68336Dalam d -0,00217 40 -5,4E-05
Total 0,003172 59
Keputusan uji :
F tab (0,05)(40,3) = 2,84
F tab (0,01)(40,3) = 4,31
Keputusan FH < Ftab, maka H0 diterima, tidak ada perbedaan rerata
yang sangat nyata dalam pengaruh perbedaan konsentrasi hormon giberelin dan
perbedaan waktu perendaman terhadap perkecambahan biji koro benguk. Artinya,
perendaman biji koro benguk dalam semua konsentrasi (5 ppm, 10 ppm, 15 ppm,
20 ppm) dan semua waktu perendaman (1, 2, 4, 6, 8 jam) mampu meningkatkan
daya kecambah biji koro benguk.
Gardner (1991: 291) menyatakan bahwa perkecambahan merupakan
permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan
munculnya semai. Proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian
kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.
Tahap pertama perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air
oleh biji dan melunaknya kulit biji. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel dan
enzim. Tahap ketiga merupakan penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat,
lemak dan protein menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh.
Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi ke
daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari
kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan differensiasi sel pada titik
tumbuh. Daun yang belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis maka
pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada
dalam kotiledon (Gardner, 1991: 291).
Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian
besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan
bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk
beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber
energi tinggi bagi perkecambahan (Kimball,1994: 601-602).
Giberelin selain berasal dari luar juga terdapat dalam tumbuhan itu
sendiri (endogen). Peningkatan giberelin endogen dapat meningkatkan hidrolisis
karbohidrat menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Glukosa memberikan energi
bagi respirasi. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio melepaskan GA3
sebagai sinyal yang akan diterima aleuron (selaput tipis endosperm). Giberelin
merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis enzim α-amylase dan
protease yang mengubah pati dalam endosperm menjadi gula dan asam amino.
Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi
energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-asam amino akan dirangkai menjadi
protein yang berfungsi menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Asam lemak
terutama digunakan untuk menyusun membran sel (Kimball,1994: 601-602).
Mekanisme masuknya hormon ke dalam sel melalui dinding sel dapat dilihat pada
Gambar 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 9. Mekanisme Masuknya Hormon dalam Sel (Anonima, 2011)
Giberelin meningkatkan aktivitas tekanan atau pompa proton sehingga
dinding sel akan bersifat sangat asam. Keadaan pH yang sangat rendah akan
menyebabkan terpisahnya mikrofibril selulosa dari ikatan polisakarida dinding sel
yang akan menyebabkan ikatan polisakarida dinding sel terbuka. Ikatan
polisakarida yang terbuka akan memudahkan masuknya enzim-enzim melalui
dinding sel. Pembelahan enzimatik ikatan polisakarida menyebabkan mikrofibril
memanjang mengakibatkan perluasan dinding sel. Hilangnya mikrofibril selulosa
dari ikatan polisakarida akan melonggarkan dinding sel. Karena dinding sel lebih
plastis, sel bebas mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah
panjang. Giberelin akan berikatan dengan GA reseptor dan sinyal tersebut
ditransduksikan menjadi pembawa pesan kedua dalam sel yang memicu respon.
Ion Ca2+ dapat berikatan dengan kalmodulin membentuk kompleks Ca-
kalmodulin yang mengaktifkan beberapa enzim. Pompa proton mengakibatkan
longgarnya dinding sel. Badan golgi dirangsang untuk membebaskan vesikula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang mengandung α-Amilase untuk mencerna karbohidrat dalam endosperm
(Campbell & Reece,2003: 382-388).
Biji koro benguk yang telah direndam dalam larutan hormon giberelin
akan mengalami absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat akibat
potensial air yang rendah pada biji kering. Setelah direndam dalam variasi waktu
yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak. Kehadiran air di
dalam sel mengaktifkan embrio untuk melepaskan giberelin. Giberelin akan
merangsang lapisan luar endosperm untuk mensintesis dan melepaskan α-Amilase
yang akan mencerna pati dalam endosperm. Glukosa akan masuk dalam
metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan.
Bahan-bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut
ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan
komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan
differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman muncul
plumule (calon batang) dan radikula (calon akar) pada biji.
Hasil dari penelitian perkecambahan ini menunjukkan bahwa giberelin
(GA3) memberikan pengaruh yang signifikan dalam memacu perkecambahan biji
koro benguk (Mucuna pruriens) bila dibandingkan dengan biji yang tidak diberi
perlakuan perendaman larutan hormon giberelin.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Pembelajaran
1. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Keadaan pra siklus di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta diketahui
melalui kegiatan observasi pada proses pembelajaran di kelas. Kegiatan observasi
ini bertujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam kegiatan
pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa selama proses pembelajaran
guru berperan aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa
cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Kegiatan pembelajaran
memperlihatkan bahwa siswa lebih banyak mendengarkan apa yang disampaikan
oleh guru kemudian mencatatnya. Kegiatan observasi pada saat siswa melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
praktikum dapat disimpulkan bahwa sebagian besar keterampilan proses siswa
belum optimal. Terbukti dari hasil observasi pada saat siswa melakukan kegiatan
praktikum, mereka masih belum memahami apa yang harus diamati, bagaimana
prosedur praktikum, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana cara
mengkomunikasikan hasil pengamatannya. Penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan di SMP Negeri 5 Surakarta bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan penerapan
CTL yang disertai modul pembelajaran.
Hasil observasi keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta menunjukkan
bahwa kemampuan menentukan objek yang harus diamati hanya sebesar 38,89%,
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek percobaan
sebesar 47,22%, kemampuan menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
sebesar 45,14%, dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek
percobaan sebesar 47,22%, dapat menjalankan prosedur praktikum sebesar
55,56%, mencatat setiap hasil pengamatan sebesar 62,5%, mengkomunikasikan
data hasil pengamatan sebesar 45,83%, dan mengumpulkan fakta yang relevan
serta memadai sebesar 46,53%. Rata-rata persentase capaian indikator
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa sebelum
diterapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebesar 48,61%.
Capaian rata-rata indikatornya masih tergolong rendah, untuk itu perlu
ditingkatkan agar kualitas pembelajaran menjadi lebih baik.
Selain dengan observasi juga digunakan angket tertutup. Item-item
angket yang diberikan masing-masing mewakili indikator-indikator keterampilan
proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi yang akan diukur dan dilihat
perubahan dan perkembangannya pada setiap siklus. Rincian persentase hasil
capaian setiap indikator keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran (pra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
siklus) yang diperoleh melalui angket keterampilan proses dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Persentase Keterampilan Proses Berdasarkan Data Angket Pra SiklusAspek No Indikator Capaian
Indikator %Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan
peraba untuk mengamati objek75,52%
2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
70,14%
Mengklasifikasi-kan
3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
69,79%
4. Mencatat setiap hasil pengamatan 75,93%
Menggunakan alat dan bahan
5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
72,05%
Melaksanakan eksperimen
6. Mampu menentukan objek yang harus diamati
89,93%
7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
61,11%
Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
72,40%
Rata-rata 73,36%
Data pada Tabel 10. menunjukkan nilai keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi untuk setiap indikator yang diukur sebelum diberi
tindakan. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai indikator keterampilan
proses siswa berkisar antara 61,11%-89,93%, dengan nilai rata-rata sebesar
73,36%. Capaian rata-rata indikator masih tergolong rendah meskipun sudah
mendekati target minimal yaitu 75%, untuk itu perlu ditingkatkan agar kualitas
pembelajaran menjadi lebih baik. Nilai rata-rata indikator angket keterampilan
proses sudah mendekati target mungkin disebabkan karena siswa beranggapan
bahwa angket akan dinilai dan mempengaruhi nilai prestasi belajar, sehingga
siswa tidak menjawab dengan jujur.
Perbedaan hasil yang diperoleh pada hasil observasi dan angket pra
siklus bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang dalam menilai keterampilan
proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Hasil lembar observasi
menunjukkan capaian rata-rata indikator keterampilan proses sebesar 48,61%
sedangkan hasil angket pra siklus menunjukkan capaian rata-rata keterampilan
proses sebesar 73,36%. Terdapat perbedaan atau selisih sebesar 24,75%. Kegiatan
observasi dilakukan secara objektif terhadap keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi selama proses pembelajaran oleh observer,
sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui keterampilan proses
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi yang diisi secara subjektif menurut
sudut pandang siswa sendiri.
Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara dengan guru Biologi kelas VIII
D SMP Negeri 5 Surakarta, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa saat
praktikum belum paham apa yang harus diamati, apa yang harus dicatat, dan
bagaimana menganalisis data hasil pengamatan. Hal ini disebabkan karena siswa
kurang dilatih untuk meningkatkan keterampilan proses yang telah dimilikinya.
Siswa kurang dilatih untuk terlibat secara langsung dalam menemukan dan
memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa lebih senang untuk
menunggu perintah dari guru sehingga keterampilan ilmiahnya belum
berkembang secara maksimal. Guru masih berorientasi untuk menghabiskan
materi yang sangat padat daripada pelaksanaan pembelajaran yang bermakna serta
tidak semua materi yang diajarkan dapat dipraktikumkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara keadaan awal, maka
dilakukan tindakan perbaikan dalam rangka meningkatkan keterampilan proses
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dengan penerapan pembelajaran
CTL disertai modul sebagai alternatif sumber belajar. Pembelajaran CTL
merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan proses. Hal ini
disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran CTL banyak mengasah
keterampilan proses. Penerapan pembelajaran CTL diharapkan mampu
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam mengumpulkan data, fakta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
atau informasi yang dibutuhkan melalui percobaan sehingga kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih bermakna dan mengena pada diri siswa.
Penelitian di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta ini terdiri atas 2 siklus
yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi. Setiap siklus terdiri atas 2 pertemuan dimana setiap pertemuan
terdiri atas 2 x 40 menit. Masing-masing siklus diterapkan pembelajaran CTL
yang disertai modul pembelajaran. Cara mengetahui adanya perubahan dalam
setiap siklus yang dilakukan, maka evaluasi dilaksanakan melalui lembar
observasi keterampilan proses dan pengisian angket keterampilan proses siswa,
serta wawancara terhadap guru dan siswa.
2. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Tahap perencanaan yang dilakukan adalah menyusun beberapa instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan penerapan pembelajaran
CTL. Perencanaan tindakan siklus I diawali dengan penyusunan silabus materi
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dengan menerapkan
pembelajaran CTL, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi pertumbuhan
dan perkembangan pada tumbuhan yang disusun dengan menerapkan CTL dalam
proses pembelajaran, menyusun modul hasil penelitian pemberian hormon
giberelin pada biji koro benguk (Mucuna pruriens) untuk mempercepat
perkecambahan biji yang berisi materi, pertanyaan diskusi, dan petunjuk kerja
berkaitan dengan materi yang akan dieksperimenkan, lembar observasi
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, dan angket
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, serta soal-soal
untuk kuis atau postest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan siklus I merupakan implementasi dari perencanaan yang
telah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan siklus I, guru menggunakan
pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran pada pokok bahasan pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan yang terdiri atas 2 kali tatap muka masing-masing
dengan waktu 2 x 40 menit.
Pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi
dan motivasi oleh guru berupa tanya jawab yang bertujuan untuk mengantarkan
siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pemberian umpan
balik melalui apersepsi dan motivasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan,
kemudian dilanjutkan membagikan soal pre-test untuk mengetahui kesiapan
belajar siswa. Guru kemudian menyampaikan materi mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara singkat dengan
menggunakan powerpoint. Guru kemudian membagi kelas menjadi 6 kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 6 anak secara heterogen. Guru memberikan pengarahan
tentang pelaksanaan pembelajaran CTL dan membimbing siswa untuk
melaksanakan kegiatan praktikum berdasarkan modul dan petunjuk praktikum
yang telah dibagikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta
siswa untuk menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Guru menjelaskan
prinsip kerja dari kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Selanjutnya siswa
menyiapkan semua alat dan bahan yang digunakan dan melaksanakan kegiatan
praktikum. Siswa membuat laporan hasil pengamatan dan dievaluasi oleh guru.
Pertemuan kedua, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan
apersepsi dan motivasi yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang telah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Guru kemudian meminta siswa untuk
duduk dalam satu kelompok sesuai kelompok praktikum. Guru membimbing
siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang ada di modul terkait kegiatan praktikum yang telah dilakukan.
Guru membatasi kegiatan diskusi kelompok hanya 30 menit. Guru menunjuk
perwakilan kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
Setelah waktu diskusi yang telah ditentukan habis. Guru melemparkan pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tersebut pada kelompok-kelompok lain untuk memperoleh variasi jawaban.
Berdasarkan variasi jawaban yang ada, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan jawaban yang benar. Kemudian untuk pertanyaan yang
selanjutnya guru menunjuk kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusinya
ke depan kelas, begitu seterusnya sampai pertanyaan diskusi selesai dibahas
semua. Guru mengevaluasi jalannya diskusi dan memberikan penghargaan
terhadap kinerja kelompok yang terbaik. Pelaksanaan kegiatan siklus I diakhiri
dengan kuis atau postes untuk mengetahui tingkat penguasaan materi.
c. Observasi Tindakan Siklus 1
Kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Siswa diberi angket yang bersifat tertutup pada akhir siklus, dalam hal
ini adalah angket keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi. Berdasarkan hasil observasi pada saat proses
pembelajaran dengan penerapan CTL disertai modul hasil penelitian dapat
diketahui hasil sebagai berikut:
1) Hasil Angket Keterampilan Proses
Angket keterampilan proses dibagikan kepada setiap siswa untuk diisi
sehingga dapat diketahui tingkat keterampilan proses menurut sudut pandang
siswa sendiri. Hasil pengisian angket keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi kemudian diolah sehingga didapatkan persentase angket
keterampilan proses siklus I. Hasil angket keterampilan proses pada setiap
indikator dalam proses pembelajaran biologi pada siklus I dapat dilihat pada Tabel
11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 11. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses Siklus I
Aspek No Indikator Capaian Indikator %
Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
77,09%
2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
75,35%
Mengklasifikasi-kan
3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
77,95%
4. Mencatat setiap hasil pengamatan 78,36%
Menggunakan alat dan bahan
5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
71,70%
Melaksanakan eksperimen
6. Mampu menentukan objek yang harus diamati
77,26%
7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
77,60%
Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
73,10%
Rata-rata 76,05%
2) Hasil Observasi Keterampilan Proses
Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh
peneliti. Berdasarkan lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa
yang memenuhi tiap-tiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian
setiap indikator observasi keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi. Hasil observasi terhadap keterampilan proses pada tiap
indikatorya dapat dilihat pada Tabel 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 12. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses Siklus I
Aspek No Indikator Capaian Indikator %
Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
72,92%
2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
67,36%
Mengklasifikasi-kan
3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
70,14%
4. Mencatat setiap hasil pengamatan 69,44%
Menggunakan alat dan bahan
5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
73,61%
Melaksanakan eksperimen
6. Mampu menentukan objek yang harusdiamati
72,22%
7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
73,61%
Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
68,75%
Rata-rata 71,01%
d. Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa indikator angket
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi berkisar antara
71,70% sampai 78,36% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 76,05%. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan proses sebesar
2,69% dari 73,36% pada pra siklus menjadi 76,05% pada akhir siklus I. Rata-rata
peningkatan keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan persentase tiap indikator angket keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi siswa.
Persentase hasil capaian indikator pada angket keterampilan proses siklus
I dapat dilihat pada Gambar 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 10. Hasil Capaian In
Target penelitian pada siklus I
penelitian ini adalah rata
lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan
pada siklus 1 yakni penerapan
keterampilan proses pada
alat dan bahan, melaksanakan
Keterampilan proses
pembelajaran CTL disertai
mengasah keterampilan proses
permasalahan dalam proses pembelajaran.
dapat menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan
maupun pengalaman di luar LKS atau buku paket
Permasalahan yang disajikan dalam modul
baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau
praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan
untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjad
lebih bermakna. Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,
masing-masing siswa harus berperan serta
masalah yang mereka hadapi, dalam ha
68
70
72
74
76
78
80
1 2
77.09
75.35
77.95Pr
esen
tase
(%)
. Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan Proses
Siklus I
penelitian pada siklus I telah tercapai, dimana target pada
penelitian ini adalah rata-rata capaian indikator keterampilan proses
lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan
pada siklus 1 yakni penerapan pembelajaran CTL mampu meningkatkan
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi.
proses siswa dapat meningkat karena siswa menerapkan
disertai modul hasil penelitian yang menuntut siswa untuk
mengasah keterampilan proses, berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan
lahan dalam proses pembelajaran. Modul hasil penelitian yang digunakan
menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan
maupun pengalaman di luar LKS atau buku paket pada topik yang dipelajari.
Permasalahan yang disajikan dalam modul memberikan pengalaman ilmiah yang
baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau
praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan
untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjad
Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,
masing siswa harus berperan serta dan bekerjasama dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi, dalam hal ini adalah melakukan praktikum secara
3 4 5 6 7 8
77.95 78.36
71.7
77.26 77.6
73.1
Indikator
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan
63
Proses
tercapai, dimana target pada
proses mencapai
lebih dari atau sama dengan 75%. Secara umum, melalui tindakan yang diberikan
mampu meningkatkan
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
siswa dapat meningkat karena siswa menerapkan
yang menuntut siswa untuk
, berdiskusi dan bekerjasama untuk menyelesaikan
yang digunakan
menjadi alternativ sumber belajar dan memberikan tambahan wawasan
pada topik yang dipelajari.
memberikan pengalaman ilmiah yang
baru bagi siswa karena siswa dibimbing untuk melakukan eksperimen atau
praktikum yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Siswa berkesempatan
untuk membuktikan sendiri teori yang sudah ada sehingga pembelajaran menjadi
Siswa tidak dapat melakukan semuanya secara individual,
dalam memecahkan
praktikum secara
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
Mengumpulkan fakta yang relevan dan
Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan
Mencatat hasil
menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan
yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum
Mengkomunikasikan hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
langsung dan mendiskusikannya dengan anggota kelompok tentang permasalahan
yang harus dipecahkan secara bersama-sama.
Kegiatan pembelajaran pada siklus I berbeda dengan kegiatan
pembelajaran pada kondisi awal atau pra siklus sehingga memberikan pengalaman
baru pada siswa. Pembelajaran siklus I guru berusaha membuat siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran, misal dengan melatih kemandirian untuk mencari
literatur di perpustakaan atau internet dan untuk berperan aktif dalam kegiatan
praktikum maupun diskusi. Kenyataannya masih terdapat beberapa siswa yang
tidak ikut serta mengambil bagian pada saat kegiatan praktikum di laboratorium
maupun diskusi kelompok dan tidak mempelajari modul sebagai salah satu
sumber belajar. Tugas guru adalah sebagai fasilitator yang berkeliling kelas
menghampiri tiap kelompok dan mengawasi kegiatan praktikum dan diskusi agar
semua siswa ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa indikator observasi keterampilan
proses berkisar antara 67,36% sampai 73,61% dengan nilai rata-rata kelas sebesar
71,01%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan
peoses sebesar 22,40% dari 48,61% pada pra siklus menjadi 71,01% pada akhir
siklus I. Rata-rata peningkatan keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses pada saat proses
belajar mengajar mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum
diterapkan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian meskipun tidak
terlalu signifikan.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keterampilan proses
siklus I dapat dilihat pada Gambar 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 11. Hasil Capaian Indikator pada
Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara
keseluruhan khususnya pada indikator
persentase sangat rendah.
kurang, hal ini terlihat pada saat
meninggalkan meja kelompok dan berjalan
observasi kegiatan pengamatan perkecambahan
mau mengukur dan mengamati pertumbuhan kecambah. Ban
mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan
mengumpulkan data pengamatan. Hasil observasi
masih ada siswa yang bercanda dengan siswa la
presentator memaparkan di depan
persiapan untuk kelompoknya sendiri sehingga
disampaikan oleh temannya.
untuk menyampaikan hasil diskusi sehingga hanya siswa itu
untuk berpendapat. Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih
memilih diam pada saat diskusi dan mengandalkan teman yang pandai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan
bahwa dengan penerapan
lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran
64
66
68
70
72
74
1 2
72.92
67.36
70.14Pe
rsen
tase
(%)
. Hasil Capaian Indikator pada Observasi Keterampilan Proses
Siklus I
Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara
keseluruhan khususnya pada indikator enam, tujuh dan delapan yang memiliki
persentase sangat rendah. Keterlibatan siswa dalam kegiatan proses belajar masih
terlihat pada saat kegiatan praktikum banyak siswa yang
meninggalkan meja kelompok dan berjalan-jalan ke kelompok lain. Hasil
egiatan pengamatan perkecambahan terlihat bahwa tidak semua siswa
mau mengukur dan mengamati pertumbuhan kecambah. Banyak siswa yang
mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan
ulkan data pengamatan. Hasil observasi kegiatan diskusi kelompok
masih ada siswa yang bercanda dengan siswa lain. Terlihat saat kelompok
presentator memaparkan di depan, kelompok lain ada yang sibuk dengan
ompoknya sendiri sehingga tidak mengetahui apa yang
paikan oleh temannya. Banyak siswa yang mengandalkan siswa yang pandai
untuk menyampaikan hasil diskusi sehingga hanya siswa itu-itu saja yang
Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih
memilih diam pada saat diskusi dan mengandalkan teman yang pandai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan
dengan penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian
lebih antusias dalam kegiatan pembelajaran dan aktif terlibat dalam kegiatan
3 4 5 6 7 8
70.1469.44
73.61
72.22
73.61
68.75
Indikator
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan
65
Proses
Siswa dalam proses pembelajaran masih belum berperan aktif secara
yang memiliki
siswa dalam kegiatan proses belajar masih
kegiatan praktikum banyak siswa yang
ompok lain. Hasil
tidak semua siswa
yak siswa yang
mengandalkan siswa yang lain yang lebih pandai untuk mencatat dan
diskusi kelompok
saat kelompok
, kelompok lain ada yang sibuk dengan
mengetahui apa yang
mengandalkan siswa yang pandai
itu saja yang berani
Banyak siswa yang tidak membaca modul sehingga lebih
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I menunjukkan
ertai modul hasil penelitian siswa
dan aktif terlibat dalam kegiatan
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
Mengumpulkan fakta yang relevan dan
Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan
Mencatat hasil
menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan
yang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum
Mengkomunikasikan hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
praktikum. Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka menjadi
lebih aktif dan mempunyai ketertarikan dalam kegiatan praktikum tetapi masih
sedikit bingung dalam pelaksanaannya di laboratorium.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus I, guru kurang
maksimal dalam menggunakan CTL karena kurangnya waktu yang tersedia.
Pembelajaran awal sebelum diterapkan CTL disertai modul guru lebih banyak
menggunakan metode ceramah. Hal ini menyebabkan siswa lebih senang untuk
mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Akibatnya siswa menjadi
sangat tergantung pada informasi dan penjelasan dari guru. Siswa menjadi
terbiasa menunggu perintah dari guru untuk membaca, mendengarkan dan
mencatat penjelasan dari guru. Siswa kurang termotivasi untuk memiliki
kemandirian dalam belajar yang berakibat pada rendahnya keterampilan proses.
Penerapan pembelajaran CTL disertai modul hasil penelitian diharapkan dapat
memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa. Penerapan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning menjadikan guru tidak hanya berperan sebagai sumber
materi yang hanya mentransfer pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, tapi
guru juga bisa memaksimalkan perannya sebagai fasilitator dan moderator dalam
kegiatan pembelajaran khususnya pada saat kegiatan praktikum dan diskusi kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan selama
berlangsungnya siklus I, dapat diidentifikasi beberapa temuan yaitu:
a. Penjelasan guru tentang persiapan kegiatan praktikum kurang mendalam,
sehingga banyak siswa yang masih bingung saat melakukan kegiatan
praktikum.
b. Banyak siswa yang meninggalkan meja kelompok praktikum dan
mengganggu kelompok lain. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa
tanggung jawab siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
c. Banyak siswa yang tidak melakukan kegiatan pengukuran dan pengamatan
pertumbuhan perkecambahan dan lebih mengandalkan teman yang lain
untuk mencatat data pengamatan. Hal ini menunjukkan siswa belum sadar
akan pentingnya kegiatan ilmiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
d. Banyak siswa yang malas membaca modul atau mencari literatur lain dari
buku karena mereka lebih suka mendengarkan penjelasan dari guru.
e. Siswa belum bisa bekerja sama secara optimal dengan temannya, sebagai
akibat dari pembentukan kelompok yang ditentukan oleh guru, bukan dari
keinginan siswa.
f. Respon yang diberikan siswa masih kurang pada saat guru memberi
kesempatan bertanya ataupun menanggapi pendapat.
g. Banyak siswa yang pasif dan saling mengandalkan teman yang lebih
pandai untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka refleksi yang harus dilakukan
oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya adalah:
a. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, perlu disediakan waktu tersendiri
untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
secara detail agar pada saat kegiatan praktikum siswa tidak bingung.
b. Guru harus lebih jeli dalam memantau setiap aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Perhatian guru hendaknya tidak hanya terfokus
pada penyampaian materi dan penayangan media di depan kelas,
adakalanya guru perlu mengelilingi kelas agar setiap kegiatan siswa dapat
terkontrol dengan baik.
c. Guru harus memberikan penekanan yang lebih keras pada siswa agar
mereka terlibat langsung dalam pengamatan pertumbuhan perkecambahan
agar dapat menganalisis hasil data pengamatan.
d. Gambar dan materi yang ada di modul harus dibuat lebih menarik agar
siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari modul sebagai salah satu
sumber belajar.
e. Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerja sama dalam
kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompok.
f. Guru harus memberikan motivasi agar siswa berani untuk berpendapat,
salah satunya adalah dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang
mau bertanya maupun berpendapat. Selain itu, guru juga harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
memberikan penghargaan bagi siswa yang sudah berani untuk berpendapat
untuk menumbuhkan semangat siswa yang lain.
g. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif
pada sesi diskusi, serta memberikan motivasi dan penghargaan yang lebih
tinggi kepada siswa sehingga siswa tidak perlu merasa takut atau malu
untuk mengemukakan pendapatnya.
Hasil analisis setiap indikator dan rubrik indikator keterampilan proses
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi, menunjukkan bahwa pada
masing-masing indikator tersebut pada siklus I belum sepenuhnya dapat mencapai
persentase capaian target yang telah ditentukan. Untuk mencapai persentase
capaian target yang telah ditentukan, maka dilakukan tindakan untuk siklus
berikutnya, dengan perbaikan sesuai yang dikemukakan pada refleksi tindakan
pada siklus I diharapkan keterampilan proses lebih maksimal.
3. Deskripsi Siklus II
Siklus II mempunyai tahapan-tahapan yang sama seperti pada siklus I.
Perbedaannya hanya terletak pada tahap perencanaan. Perencanaan pada siklus II
mengacu pada hasil refleksi siklus I.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Proses kegiatan pembelajaran pada siklus II masih berpusat pada
aktivitas guru dan siswa. Materi siklus II yang diberikan adalah pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia. Model pembelajaran yang digunakan masih sama
seperti pada siklus I, yaitu penerapan pembelajaran CTL disertai modul
pembelajaran. Perencanaan tindakan siklus II diawali dengan penyusunan silabus
materi pertumbuhan dan perkembangan pada manusia dengan menerapkan
pembelajaran CTL, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi pertumbuhan
dan perkembangan pada manusia yang disusun dengan menerapkan CTL dalam
proses pembelajaran, menyusun modul pembelajaran yang berisi materi,
pertanyaan diskusi, dan petunjuk kerja berkaitan dengan materi yang akan
dipraktikumkan, lembar observasi dan angket keterampilan proses pada aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi, serta soal-soal untuk kuis atau postest. Kegiatan
pembelajaran pada siklus II dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan (4 jam
pelajaran).
Perencanaan tindakan siklus II ini, guru mengadakan perbaikan yang
akan dilakukan agar proses pembelajaran lebih optimal, siswa lebih antusias
dalam kegiatan pembelajaran. Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada
siklus II antara lain:
a. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, perlu disediakan waktu tersendiri
untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan
secara detail agar pada saat kegiatan praktikum siswa tidak bingung.
b. Guru harus lebih jeli dalam memantau setiap aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung. Perhatian guru hendaknya tidak hanya terfokus
pada penyampaian materi dan penayangan media di depan kelas,
adakalanya guru perlu mengelilingi kelas agar setiap kegiatan siswa dapat
terkontrol dengan baik.
c. Guru harus memberikan penekanan yang lebih keras pada siswa agar
mereka terlibat langsung dalam pengamatan pertumbuhan perkecambahan
agar dapat menganalisis hasil data pengamatan.
d. Gambar dan materi yang ada di modul harus dibuat lebih menarik agar
siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari modul sebagai salah satu
sumber belajar.
e. Guru lebih mengingatkan lagi tentang pentingnya kerja sama dalam
kelompok, karena keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompok.
f. Guru harus memberikan motivasi agar siswa berani untuk berpendapat,
salah satunya adalah dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang
mau bertanya maupun berpendapat. Selain itu, guru juga harus
memberikan penghargaan bagi siswa yang sudah berani untuk berpendapat
untuk menumbuhkan semangat siswa yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
g. Guru mencoba membuat suasana menjadi lebih akrab dan komunikatif
pada sesi diskusi, serta memberikan motivasi dan penghargaan yang lebih
tinggi kepada siswa sehingga siswa tidak perlu merasa takut atau malu
untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pembelajaran pada siklus II ini merupakan tindak lanjut dari hasil
refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II
tidak jauh beda dengan siklus I. Metode dan langkah-langkah pembelajarannya
sama, hanya saja harus memperhatikan hasil refleksi pada siklus I yaitu dengan
memperhatikan tindakan-tindakan perbaikan sebagaimana dalam perencanaan
tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II, guru menggunakan
pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran yang terdiri dari 2 kali tatap muka
dengan alokasi waktu masing-masing 2 x 40 menit.
Pertemuan pertama, pembelajaran diawali dengan pemberian apersepsi
dan motivasi oleh guru berupa tanya jawab yang bertujuan untuk mengantarkan
siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pemberian motivasi
diawali dengan pemutaran animasi flash fertilisasi sperma dan ovum sampai
terbentuknya bayi yang siap untuk dilahirkan. Setelah memberikan umpan balik
melalui apersepsi dan motivasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan, guru
menyampaikan materi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan manusia secara singkat dengan menggunakan powerpoint.
Guru kemudian membagi kelas menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6
anak secara heterogen. Guru memberikan pengarahan tentang pelaksanaan
pembelajaran CTL dan membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan
praktikum berdasarkan modul dan petunjuk praktikum yang telah dibagikan pada
pertemuan sebelumnya. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menempatkan diri
sesuai dengan kelompoknya. Guru menjelaskan prinsip kerja dari kegiatan
praktikum yang akan dilakukan. Selanjutnya siswa menyiapkan semua alat dan
bahan yang digunakan dan melaksanakan kegiatan praktikum. Siswa membuat
laporan hasil pengamatan dan dievaluasi oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pertemuan kedua, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan
apersepsi dan motivasi yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang telah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk
duduk dalam satu kelompok sesuai kelompok praktikum. Guru membimbing
siswa untuk melakukan kegiatan diskusi kelompok berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang ada di modul terkait kegiatan praktikum yang telah dilakukan.
Guru membatasi kegiatan diskusi kelompok hanya 30 menit. Setelah waktu
diskusi yang telah ditentukan habis, guru menunjuk perwakilan kelompok untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Guru melemparkan
pertanyaan tersebut pada kelompok-kelompok lain untuk memperoleh variasi
jawaban. Berdasarkan variasi jawaban yang ada, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan jawaban yang benar. Kemudian untuk pertanyaan yang
selanjutnya guru menunjuk kelompok lain untuk menyampaikan hasil diskusinya
ke depan kelas, begitu seterusnya sampai pertanyaan diskusi selesai dibahas
semua. Guru mengevaluasi jalannya diskusi dan memberikan penghargaan
terhadap kinerja kelompok yang terbaik. Pelaksanaan kegiatan siklus I diakhiri
dengan kuis atau postes untuk mengetahui tingkat penguasaan materi, selain itu
siswa juga diberi waktu untuk mengisi angket keterampilan mengamati objek
percobaan.
c. Observasi Tindakan Siklus II
Observasi dan evaluasi pada siklus II dilaksanakan dengan menggunakan
angket keterampilan proses dan lembar observasi keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi. Observasi dan evaluasi pada siklus II ini
dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Tahapan ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat keterampilan proses di dalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada saat proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran dapat diketahui
hasil sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
1). Hasil Angket Keterampilan Proses
Hasil angket keterampilan proses pada setiap indikator dalam proses
pembelajaran biologi pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Persentase Capaian Setiap Indikator Angket Keterampilan Proses Siklus II
Aspek No Indikator Capaian Indikator %
Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
81,42%
2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
82,29%
Mengklasifikasi-kan
3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
77,95%
4. Mencatat setiap hasil pengamatan 82,52%
Menggunakan alat dan bahan
5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
75,87%
Melaksanakan eksperimen
6. Mampu menentukan objek yang harus diamati
83,51%
7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
81,25%
Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
75,35%
Rata-rata 80,02%
2). Hasil Observasi Keterampilan Proses
Hasil observasi ini mengacu pada lembar observasi yang telah diisi oleh
peneliti. Hasil lembar observasi tersebut akan diketahui banyaknya siswa yang
memenuhi tiap-tiap indikator, sehingga akan diketahui persentase capaian setiap
indikator observasi keterampilan proses. Hasil observasi terhadap keterampilan
proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi pada tiap indikatornya dapat
dilihat pada Tabel 14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 14. Persentase Capaian Setiap Indikator Observasi Keterampilan Proses Siklus II
Aspek No Indikator Capaian Indikator %
Mengamati 1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek
79,86%
2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
81,25%
Mengklasifikasi-kan
3. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
77,78%
4. Mencatat setiap hasil pengamatan 81,94%
Menggunakan alat dan bahan
5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
81,25%
Melaksanakan eksperimen
6. Mampu menentukan objek yang harus diamati
86,11%
7. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
83,33%
Berkomunikasi 8. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
78,47%
Rata-rata 81,25%
d. Refleksi Tindakan Siklus II
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa indikator angket
keterampilan proses berkisar antara 75,35% sampai 83,51% dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 80,02%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata
keterampilan proses sebesar 3,97% dari 76,05% pada siklus I menjadi 80,02%
pada akhir siklus II. Rata-rata peningkatan keterampilan proses tersebut
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan persentase tiap indikator angket
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa.
Persentase hasil capaian indikator pada angket keterampilan proses siklus
II dapat dilihat pada Gambar 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 12. Hasil Capaian Indikator pada Angket
Berdasarkan Tabel
proses berkisar antara 77,78
81,25%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata
proses sebesar 10,24% dari
siklus II. Rata-rata peningkatan
keterampilan proses pada
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi
mengajar mengalami peningkatan
Persentase hasil capaian indikator pada
siklus II dapat dilihat pada
Gambar 13. Hasil Capaian Indikator pada
70
72
74
76
78
80
82
84
1 2 3
81.4282.29
77.95Pe
rsen
tase
(%)
70
75
80
85
90
1 2 3
79.8681.25
77.78
Pers
enta
se (%
)
. Hasil Capaian Indikator pada Angket Keterampilan Proses
Siklus II
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa indikator observasi keterampilan
77,78% sampai 86,11% dengan nilai rata-rata kelas sebesar
%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan
% dari 71,01% pada siklus I menjadi 81,25% pada akhir
rata peningkatan keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi saat proses belajar
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I.
hasil capaian indikator pada observasi keterampilan
dapat dilihat pada Gambar 13.
. Hasil Capaian Indikator pada Observasi Keterampilan Proses
Siklus II
4 5 6 7 8
77.95
82.52
75.87
83.51
81.25
75.35
Indikator
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objekyang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan
4 5 6 7 8
77.78
81.9481.25
86.1183.33
78.47
Indikator
Keterangan indikator :1. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek 2. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai 3. Dapat membedakan dan menggolongkan objek percobaan4. Mencatat hasil pengamatan5. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objekyang harus diamati7. Dapat menjalankan prosedur Praktikum8. Mengkomunikasikan hasil pengamatan
74
Proses
keterampilan
rata kelas sebesar
keterampilan
% pada akhir
unjukkan bahwa
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
saat proses belajar
pelaksanaan siklus I.
observasi keterampilan proses
Proses
penglihatan dan peraba untuk
Mengumpulkan fakta yang
Dapat membedakan dan
Mencatat hasil pengamatanmenggunakan alat
6. Mampu menentukan objek
7. Dapat menjalankan prosedur
Mengkomunikasikan hasil
penglihatan dan peraba untuk
Mengumpulkan fakta yang
Dapat membedakan dan objek percobaan
Mencatat hasil pengamatanmenggunakan alat untuk
mengukur objek percobaan6. Mampu menentukan objek
7. Dapat menjalankan prosedur
Mengkomunikasikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Keterampilan proses tersebut meningkat seiring dengan diterapkannya
pembelajaran CTL disertai modul yang menuntut siswa untuk menggunakan dan
meningkatkan keterampilan proses khususnya keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi. Keterampilan proses tersebut diharapkan dapat
membantu siswa memiliki kompetensi dalam bidang sains yang sangat diperlukan
dalam jenjang pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru, pelaksanaan tindakan pada siklus
II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik sekali sehingga memberikan
hasil yang positif dalam upaya meningkatkan keterampilan proses pada aspek
mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan
eksperimen, dan berkomunikasi. Kegiatan praktikum perlu diperbanyak agar
keterampilan sains siswa menjadi lebih maksimal. Inovasi pemanfaatan sumber
belajar seperti modul perlu ditingkatkan agar informasi yang diserap siswa tidak
hanya melalui buku paket atau LKS.
4. Deskripsi Antar Siklus
Uraian hasil deskripsi antara pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Hal ini dapat dilihat pada saat
proses belajar mengajar, dilakukan observasi secara klasikal untuk mengetahui
tingkat keterampilan proses. Setiap akhir siklus, siswa juga dibagikan angket
untuk menggali informasi tentang keterampilan proses dari sudut pandang siswa.
Hasil observasi dan pengisian angket menunjukkan adanya peningkatan pada tiap
akhir siklus. Uraian hasil peningkatan keterampilan proses pada aspek mengamati,
mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
berkomunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Hasil Angket Keterampilan
Perbandingan hasil persentase capaian angket
indikator pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar
Gambar 14. Hasil Angket
Keterampilan
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan
menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan. Rata-rata persentase angket
73,36%, siklus I sebesar
persentase keterampilan
tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa
yang yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran
ini menunjukkan bahwa
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan
menggunakan alat untuk
menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan
mengalami peningkatan yang berarti.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra siklus
persentase
Keterampilan Proses
Perbandingan hasil persentase capaian angket keterampilan proses pada setiap
pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 14.
. Hasil Angket Keterampilan Proses Tiap Siklus
Keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi
menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
rata persentase angket keterampilan proses pra siklus sebesar
%, siklus I sebesar 76,05% dan siklus II sebesar 80,02%. Peningkatan
terampilan proses tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan
tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa
yang yang ikut terlibat dalam proses pembelajaran juga semakin bertambah. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan menentukan objek yang harus diamati,
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan
menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan
berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
mengalami peningkatan yang berarti.
Pra siklus Siklus I Siklus II
76
pada setiap
.
aspek mengamati, mengklasifikasikan,
berkomunikasi
menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
pra siklus sebesar
%. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan
tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik.
Peningkatan persentase capaian tiap indikator menandakan bahwa jumlah siswa
juga semakin bertambah. Hal
kemampuan menentukan objek yang harus diamati,
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan
mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan
berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
yang relevan dan memadai
1
2
3
4
5
6
7
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Hasil Observasi Keterampilan
Perbandingan hasil persentase capaian observasi
pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi
proses pembelajaran biolog
Gambar 15.
Gambar 15. Hasil
Hasil observasi
pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.
Rata-rata persentase observasi
siklus I sebesar 71,01% dan siklus II sebesar
observasi keterampilan
siswa yang memenuhi indikator
ditunjukkan dengan kemampuan menentukan objek yang harus diamati,
menggunakan indera penglihatan dan perab
menggunakan alat untuk
menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
pengamatan, dan kemauan untuk mengumpulkan fakta
menunjukkan kemajuan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pra siklus
persentase
Keterampilan Proses
Perbandingan hasil persentase capaian observasi keterampilan
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi untuk setiap indikator dalam
proses pembelajaran biologi pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
. Hasil Observasi Keterampilan Proses Tiap Siklus
Hasil observasi keterampilan proses yang dilakukan selama proses
pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.
rata persentase observasi keterampilan proses pra siklus sebesar
% dan siklus II sebesar 81,25%. Peningkatan pe
keterampilan proses tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak
siswa yang memenuhi indikator-indikator keterampilan proses. Hal ini
kemampuan menentukan objek yang harus diamati,
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek, kemampuan
menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan
menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
uan untuk mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
menunjukkan kemajuan.
Pra siklus Siklus I Siklus II
77
keterampilan proses
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
setiap indikator dalam
i pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Tiap Siklus
yang dilakukan selama proses
pembelajaran pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan.
pra siklus sebesar 48,61%,
%. Peningkatan persentase
tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak
. Hal ini
kemampuan menentukan objek yang harus diamati,
a untuk mengamati objek, kemampuan
mengukur objek percobaan, dapat membedakan dan
menggolongkan berbagai macam objek percobaan, dapat menjalankan prosedur
praktikum, mencatat hasil pengamatan, mengkomunikasikan data hasil
yang relevan dan memadai
1
2
3
4
5
6
7
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
5. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta
Tahun Ajaran 2010/2011 ini dilakukan karena menurut hasil observasi diketahui
bahwa tingkat keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan,
menggunakan alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi
siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa di kelas adalah dengan cara melakukan perbaikan
dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar dituntut untuk
mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan
pembelajaran yang lebih inovatif sehingga keterampilan proses siswa dapat
meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran
CTL disertai modul dalam kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dalam
pembelajaran biologi. Peningkatan keterampilan proses tersebut dapat dilihat
melalui pemberian angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa
tentang keterampilan proses siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir siklus I terdapat
peningkatan keterampilan proses dilihat dari hasil pengisian angket dan kegiatan
observasi. Rata-rata persentase angket keterampilan proses meningkat sebesar
2,69% dari pra siklus sebesar 73,36% menjadi 76,05% pada akhir siklus I.
Sedangkan rata-rata persentase observasi keterampilan proses meningkat sebesar
22,40% dari pra siklus sebesar 48,61% menjadi 71,01% pada akhir siklus I.
Peningkatan rata-rata persentase keterampilan proses tersebut menunjukkan
bahwa ada perubahan tingkah laku siswa dalam kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih baik.
Akhir siklus II juga menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
proses. Rata-rata persentase angket keterampilan proses meningkat sebesar 3,97%
dari akhir siklus I sebesar 76,05% menjadi 80,02% pada akhir siklus II. Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
persentase observasi keterampilan proses meningkat sebesar 10,24% dari akhir
siklus I sebesar 71,01% menjadi 81,25% pada akhir siklus II.
Analisis Tiap Indikator Keterampilan Proses
a. Mampu menentukan objek yang harus diamati
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mampu menentukan
objek yang harus diamati adalah 89,93%. Capaian persentase angket siklus I
diperoleh 77,26% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 83,51%.
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mampu menentukan
objek yang harus diamati adalah 38,89%. Capaian persentase observasi siklus I
diperoleh 72,22% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 86,11%.
Ketercapaian tersebut ditandai dengan hasil observasi siklus I yang menunjukkan
siswa sudah dapat menentukan objek yang akan diamati adalah perkecambahan
biji kedelai. Hasil observasi siklus II menunjukkan siswa dapat menentukan objek
yang akan diamati tinggi dan berat badan siswa. Siswa juga aktif berdiskusi untuk
menentukan permasalahan yang akan dibahas seperti ciri-ciri biji yang
berkecambah serta ciri-ciri pertumbuhan manusia dari lahir sampai dewasa.
b. Menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati
objek
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator menggunakan indera
penglihatan dan peraba untuk mengamati objek adalah 75,52%. Capaian
persentase angket siklus I diperoleh 77,09% dan capaian persentase angket siklus
II sebesar 81,42% .
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator menggunakan indera
penglihatan dan peraba untuk mengamati objek adalah 47,22%. Capaian
persentase observasi siklus I diperoleh 72,92% dan capaian persentase observasi
siklus II sebesar 79,86%. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa
menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati dan mengukur
tinggi kecambah. Siswa terlihat antusias mengamati munculnya plumule dan
mengukur menggunakan penggaris untuk mengetahui pertambahan tinggi
kecambah pada setiap harinya. Hasil observasi siklus II menunjukkan bahwa
siswa terlihat antusias untuk mengukur tinggi dan berat badannya masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
sebagai salah satu faktor pertumbuhan manusia. Siswa juga sangat teliti dalam
membaca hasil pengukuran dari timbangan berat badan dan mencatatnya dalam
laporan sementara.
c. Mampu menggunakan alat untuk mengukur objek percobaan
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mampu mengukur objek
percobaan adalah 72,05%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh 71,70%
dan capaian persentase angket siklus II sebesar 75,87% .
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mampu mengukur
objek percobaan adalah 45,14% . Capaian persentase observasi siklus I diperoleh
73,61% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,25%. Hasil
observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menentukan alat yang
digunakan untuk mengukur tinggi tanaman, dapat menggunakan dan teliti dalam
membaca hasil pengukuran tinggi tanaman. Hasil observasi siklus II siswa dapat
menggunakan timbangan sebagai alat untuk mengetahui berat badan, selain itu
siswa juga teliti dalam membaca hasil pengukurannya.
d. Dapat membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek
percobaan
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator dapat membedakan dan
menggolongkan berbagai macam objek percobaan adalah 69,79%. Capaian
persentase angket siklus I diperoleh 77,95% dan capaian persentase angket siklus
II sebesar 77,95%.
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator dapat membedakan
dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan adalah 47,22%. Capaian
persentase observasi siklus I diperoleh 70,14% dan capaian persentase observasi
siklus II sebesar 77,78%. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa
siswa sudah mampu membedakan dan menggolongkan bagian-bagian dari objek
yang harus diukur seperti tinggi tanaman, tinggi badan, dan berat badan serta
membandingkan hasil pengamatannya. Siswa juga sudah dapat membedakan alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum seperti gelas beker, pinset, gelas
ukur, kompos dan arang sekam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
e. Dapat menjalankan prosedur praktikum dengan benar
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator dapat menjalankan
prosedur praktikum dengan benar adalah 61,11%. Capaian persentase angket
siklus I diperoleh 77,60% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 81,25%.
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator dapat menjalankan
prosedur praktikum dengan benar adalah 55,56%. Capaian persentase observasi
siklus I diperoleh 73,61% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar
83,33%. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
sudah dapat menjalankan prosedur praktikum dengan baik meskipun ada beberapa
siswa yang terlihat bermain-main. Sebagian besar siswa telah membaca panduan
praktikum terlebih dahulu serta mendengarkan penjelasan dari guru, sehinnga saat
praktikum mereka langsung bekerja. Kerja sama antar siswa dalam satu kelompok
juga semakin meningkat, hal ini terlihat dari adanya pembagian kerja dari masing-
masing anggota kelompok.
f. Mencatat setiap hasil pengamatan
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mencatat setiap hasil
pengamatan adalah 75,93%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh 78,36%
dan capaian persentase angket siklus II sebesar 82,52%.
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mencatat setiap hasil
pengamatan adalah 62,5%. Capaian persentase observasi siklus I diperoleh
69,44% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,94%. Hasil
observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa siswa sudah terampil dalam
membuat tabel pengamatan dan mencatat hasil pengamatan baik berupa tinggi
tanaman, tinggi badan, maupun berat badan.
g. Mengkomunikasikan data hasil pengamatan
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mengkomunikasikan data
hasil pengamatan adalah 72,40%. Capaian persentase angket siklus I diperoleh
73,10% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 75,35%.
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mengkomunikasikan
data hasil pengamatan adalah 45,83%. Capaian persentase observasi siklus I
diperoleh 68,75% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 78,47%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan bahwa sebagian siswa dapat
membaca arti data yang disajikan dalam tabel. Kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan pendapat atau menjawab pertanyaan pada siklus I belum
optimal, masih banyak siswa yang pasif saat kegiatan diskusi kelas. Siswa lebih
suka diam karena merasa takut atau malu untuk menjawab sehingga guru harus
memaksa siswa untuk berani menjawab pertanyaan dari guru. Hasil observasi
siklus II terlihat siswa yang berani menyampaikan pendapat sedikit meningkat
karena guru memberikan point tambahan bagi siswa yang berani menjawab
dengan benar.
h. Mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
Hasil capaian angket pra siklus untuk indikator mengumpulkan fakta
yang relevan dan memadai adalah 70,14%. Capaian persentase angket siklus I
diperoleh 75,35% dan capaian persentase angket siklus II sebesar 82,29% .
Hasil capaian observasi pra siklus untuk indikator mengumpulkan fakta
yang relevan dan memadai adalah 46,53%. Capaian persentase observasi siklus I
diperoleh 67,36% dan capaian persentase observasi siklus II sebesar 81,25%.
Hasil observasi pada siklus I terlihat hanya separuh dari siswa dalam satu kelas
yang mau mencari literatur yang mendukung. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa siswa malas untuk membaca buku maupun modul pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Hasil siklus II menunjukkan terjadi kenaikan persentase
siswa untuk membaca referensi baik dari buku paket maupun modul pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Kenaikan ini terjadi karena sudah dilakukan
perbaikan-perbaikan dalam modul agar terlihat lebih menarik.
Hasil analisis pada setiap indikator keterampilan proses dapat diketahui
bahwa pada masing-masing indikator dalam siklus II sudah sepenuhnya dapat
mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan. Hal ini didukung oleh
hasil lembar observasi, wawancara, dan angket keterampilan proses yang
menunjukkan hasil yang baik pula sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan lagi
untuk siklus selanjutnya.
Peningkatan capaian target dari hasil observasi secara langsung maupun
dari angket dan wawancara menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
penggunaan pembelajaran CTL disertai modul pembelajaran dapat meningkatkan
keterampilan proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan
alat dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi. Hasil wawancara
dengan siswa menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran CTL dapat
menghilangkan kebosanan siswa pada saat kegiatan pembelajaran di kelas dan
membuat siswa lebih aktif. Melalui pembelajaran CTL, siswa dapat terlibat secara
penuh dalam kegiatan pembelajaran melalui kegiatan pengamatan langsung dan
melatih kerjasama antar kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Sriyati, et al
(2008: 9) bahwa cara kerja kelompok dalam melakukan praktikum juga dianggap
menyenangkan oleh hampir seluruh siswa, karena dapat melatih kerjasama, saling
membantu dengan teman kelompok, bisa diskusi dengan teman kelompok, dan
bagi-bagi tugas dengan teman kelompok.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa respon siswa
terhadap pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning
sangat bagus. Siswa tampak tertarik dalam pembelajaran dan terlihat sangat
antusias pada saat melakukan eksperimen. Hal ini menyebabkan keterampilan
proses pada aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi dapat meningkat. Diharapkan
penerapan pembelajaran CTL lebih lanjut dapat meningkatkan keterampilan
proses secara menyeluruh sebagai bekal siswa untuk menyelesaikan permasalahan
dalam sains. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hall dan Harrington
(2003: A1-A6) mengemukakan bahwa tujuan dari penerapan metode eksperimen
adalah untuk menumbuhkan keterampilan dasar dalam penelitian. Kegiatan
eksperimen membuat siswa percaya diri dalam mengumpulkan data,
menggabungkan beberapa data, menulis dan membuat grafik, menggunakan
statistik yang tepat, serta menulis dengan tepat dan membuat laporan ilmiah dalam
format jurnal. Keberhasilan penggunaan metode eksperimen sangat terlihat dalam
penulisan laporan tugas akhir yang menunjukkan bahwa metode eksperimen telah
berhasil dalam mengembangkan keterampilan menulis laporan ilmiah pada siswa.
Myers, et al (2004: 76) menyebutkan bahwa melatih siswa untuk lebih
sering menggunakan keterampilan proses dapat membantu menyiapkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
untuk terampil dalam memecahkan masalah, mempelajari apa yang mereka
peroleh, dan menghargai sains. Naqbi dan Tairab (2005: 20) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa keterampilan proses ilmiah sama penting dan pembelajaran
ilmiah harus menitikberatkan pada pengembangan keterampilan langsung dengan
menggunakan keterampilan proses bereksperimen dalam pembelajaran sains.
Pembangunan konsep pembelajaran siswa diperoleh dari peran aktif siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Kegiatan eksperimen di sekolah diharapkan mampu
membekali siswa dengan kemampuan untuk membangun konsep berdasarkan
keterlibatan langsung siswa dalam merancang eksperimen, mengolah data,
mengobservasi objek, membuat inferensi, dan menghasilkan generalisasi.
Haryono (2006: 10) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
penerapan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara riil
mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar sains siswa, terutama dalam hal
penguasaan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains jika diterima
dan diakui sebagai kemampuan dasar hidup siswa terutama dalam membangun
kemampuan belajar dan penciptaan diri, model pembelajaran yang dikembangkan
ini dapat menjadi salah satu media bagi pengembangannya. Melalui proses
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains dalam suatu
rangkaian proses pembelajaran, memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang beragam dan relatif lebih bermakna. Siswa melakukan proses sains
sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis dalam penyelidikan ilmiahnya,
dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan untuk belajar lebih lanjut, di
samping mengembangkan berbagai sikap ilmiah yang standar.
Lumbantobing (2004: 35) dalam penelitiannya tentang perbandingan
penerapan keterampilan proses antara Jepang dan Indonesia memperlihatkan
terdapat perbedaan dalam penyusunan kurikulum pendidikan sekolah dasar antara
Jepang dengan Indonesia. Negara Jepang dalam menyusun kurikulum sekolah
dasar mengacu pada pemecahan masalah (problem solving) sehingga keterampilan
dasar sudah diterapkan pada tingkat 1 sampai 3, sedangkan keterampilan
terintegrasi telah diterapkan pada tingkat 4 sampai 6. Penyusunan kurikulum di
Indonesia masih menerapkan keterampilan dasar pada semua tingkatan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sehingga keterampilan terintegrasi belum dikembangkan pada sekolah dasar.
Jepang telah berhasil mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan
masalah.
Salah satu kecenderungan pemikiran yang berkembang dewasa ini
berkaitan dengan proses belajar anak adalah bahwa anak akan belajar lebih baik
jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Menurut kecenderungan pemikiran ini,
belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya
bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi “mengingat” jangka pendek tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Pembelajaran kontekstual menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas yang
mendorong siswa menerapkan dalam kehidupan nyata (Anonimb, 2010: 115).
Komponen yang ada dalam CTL yaitu konsruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment) memungkinkan siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok
maupun diskusi. Selain itu, siswa juga dapat melakukan praktikum dengan alat
dan bahan yang sederhana yang dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari. Dengan
praktikum ini diharapkan dapat menstimulir perasaan senang pada siswa
(Nugraheni, 2007: 53-54). Penerapan pembelajaran CTL akan melatih siswa
untuk belajar tingkat tinggi. siswa menjadi bekerja sama, termotivasi, dan
memusatkan perhatian pada kegiatan belajar mengajar jika guru melaksanakan
pembelajaran kontekstual (Shamsid & Smith, 2006: 24).
Konsep hasil penelitian pada percepatan perkecambahan biji koro benguk
yang diberi tambahan hormon giberelin digunakan sebagai salah satu acuan
sumber belajar. Proses, prosedur dan konsep hasil penelitiannya dijadikan sebagai
sumber belajar yang secara sengaja dipersiapkan sebagai sumber belajar yang
nyata dan dapat digunakan secara langsung oleh siswa. Pemanfaatan hasil
penelitian sebagai acuan kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pengetahuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
aktivitas dan kreativitas guru maupun siswa dalam pembelajaran dan memberikan
nilai lebih bagi hasil penelitian yang bermanfaat dalam pembelajaran.
Tambahan sumber belajar yang dikemas dalam bentuk modul
pembelajaran dan didukung adanya LKS panduan praktikum sangat membantu
siswa dalam mengembangkan materi pelajaran yang sedang dipelajari serta dapat
mengembangkan kegiatan secara mandiri dengan panduan modul. Pengetahuan
siswa akan bertambah dan kreativitasnya juga berkembang, sehingga
perkembangan ranah kognitif, afektif dan psikomotornya dapat berjalan dengan
seimbang.
Pengembangan sumber belajar menjadi tanggung jawab guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Guru bertanggung jawab dalam memilih sumber
belajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan, keadaan, kemampuan,
kebutuhan dan minat siswa serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Guru
harus dapat mempersiapkan pembelajaran dengan memanfaatkan aneka sumber
belajar yang dapat mendukung dan memperluas meteri pelajaran yang diberikan
kepada siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuannya itu dengan mempraktikkannya secara langsung
melalui kegiatan laboratorium maupun kegiatan di lapangan dengan kegiatan yang
terarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada pokok bahasan
pertumbuhan dan perkembangan dapat meningkatkan keterampilan proses untuk
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat dan bahan,
melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi pada siswa kelas VIII D SMP
Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis
lebih lanjut.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi
metode pembelajaran.
c. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
khususnya mata pelajaran biologi.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran
biologi di SMP Negeri 5 Surakarta, yaitu keterampilan proses dapat ditingkatkan
dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning disertai
modul pembelajaran.
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Pelaksanaan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning
disertai modul pembelajaran membutuhkan instruksi yang jelas agar siswa
tidak mengalami kebingungan pada saat melaksanakan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
pembelajaran. Oleh sebab itu guru hendaknya memberikan instruksi dan
arahan yang jelas kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif.
b. Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan
motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu
dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik
untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
c. Guru dapat memanfaatkan alternatif sumber belajar bagi siswa selain buku
paket dan LKS seperti modul pembelajaran hasil penelitian yang dapat
memperkaya pengetahuan siswa.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru dengan
seksama agar dapat melaksanakan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dengan baik.
b. Siswa hendaknya tidak hanya bergantung pada materi dan informasi yang
diberikan oleh guru, tetapi juga lebih aktif mencari informasi materi dari
sumber-sumber lain sehingga akan menambah wawasan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
c. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan praktikum, diskusi kelompok
maupun pada saat presentasi kelompok.
Semoga hasil penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan
penelitian yang lebih mendalam serta dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran bagi para pendidik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2011. Gibberelin Signaling in Barley Aleurone Grain. https://www.
Qiagen.com/geneglobe/pathwayview.aspx. Diakses tanggal 11 maret 2011.
Anonimb. 2010. “Model Pembelajaran Efektif di Sekolah Dasar”. PLPG
Sertifikasi Guru Rayon 24: Universitas negeri Makassar.
Bidwell, R.G.S. 1979. Plant physiology. New york: collier macmillan publisher.
Bryan, J.E. 1989. “Breaking Dormancy of Potato Tubers”. Peru: CIP Research
Guide 16. International Potato Center.
Campbell, Neil A. & Jane B. Reece. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta:
Erlangga.
Choe , H. T. 1972. “Effects of Presoaking Seed of Pisum sativum L in GA3, IAA,
and Kinetin Solution on Seedling Growth”. Jurnal Pertanian. Volume 7
(5): 476-478.
Devi, Poppy K., Renny Sofireni, Yayan Rosendi. 2011. Pendekatan Keterampilan
Proses pada Pembelajaran IPA. http://www.bpptkpu-jabar.com. Diakses
tanggal 11 Maret 2011.
Dhale,D.A., V.H. Panchal, S.K. Markandeya. 2010. “Pharmacognostic Evaluation
of Mucuna Pruriens”. International Journal of Pharma World Research
Vol 1(3): 2-11.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Ebert, James D., ariel G. Loewy, Richard S. Miller, & Howard A. Schneiderman.
1973.Biology: an Appreciation of Life. New York: Rinehart and Winston.
Inc.
Fitter. A.H & R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Terjemahan Sri
Andani dan Purbayanti. Yogyakarta: UGM Press.
Fosket, Donald E. 1994. Plant Growth and Development (A Molecular
Approach). California: Academic Press.
Gardner, Franklin P. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta. UI Perss.
Goldsworthy, P. R dan N.M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Dudidaya Tropik.
Terjemahan Tohari. Yogyakarta: UGM press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Hall, A.C dan M.E. Harrington. 2003. “Experimental Methods in Neuroscience:
An Undergraduate Neuroscience Laboratory Course for Teaching Ethical
Issues, Laboratory Techniques, Experimental Design, and Analysis”. The
Journal of Undergraduate Neuroscience Education (JUNE), Volume 2(1):
A1-A7.
Haliza, Winda, Endang Y. Purwani, & Ridwan Thahir. 2010. “Pemanfaatan
Kacang-kacangan Lokal Mendukung Diversifikasi Pangan”. Jurnal
Pengembangan Inovasi Pertanian Vol 3(3): 238-245.
Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hanafiah dan Cucu S. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Haryono. 2006. “Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses
Sains”. Jurnal Pendidikan Dasar. Volume 7(1): 1-13.
Hess, Dieter. 1975. Plant Physiology. New York: Springer Verlag.
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Terjemahan
Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan Learning Center.
Kimball, J.W. 1994. Biologi Edisi Kelima (jilid 2). Terjemahan Siti soetarmi
Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri. Jakarta: Erlangga.
Lumbantobing, Riris. 2004. “Comparative Study on Process Skills in the
Elementary Science Curriculum and Textbooks between Indonesia and
Japan”. Journal of Education Vol 1(53): 31-38.
Krishnamoorthy, H.N. 1975. Gibberelin and Plant Growth. New York: John
Willey and Sons,inc.
Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan Sertifikasi Benih.
Yogyakarta: Andi Offset.
Mardalis. 1990. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi
Aksara.
Miles, M.B dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi.
Jakarta: UI Press.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhibin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Myers, Bryan E, Shannon G. Washburn, and James E. Dyer. 2004. “Assessing
Agriculture Teachers’ Capacity for Teaching Science Integrated Process
Skills”. Journal of Southern Agricultural Education Research Volume 54
(1): 74-85.
Naqbi, A.K dan H.H Tairab. 2005. “The Role of Laboratory Work in School
Science: Educators and Students Perspectives”. Journal of Faculty of
Education Volume18: 20- 35.
Nugraheni,Diah. 2007. “Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan
menggunakan Pendekatan Kontekstual (CTL) pada Pokok Bahasan
Cahaya Siswa Kelas V Semester II SDN kedungmundu 1 Semarang”.
Skripsi. Semarang: UNNES.
Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Opik, Helgi & Stephen Rolfe. 2005. The Physiology of Flowering Plants. United
Kingdom: Cambridge University press.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rokhmah, Laela Nur. 2008. “Kajian Asam Fitat dan Kadar Protein selama
Pembuatan Tempe Kara Benguk dengan Variasi Pengecilan Ukuran dan
Lama Fermentasi”. Skripsi. Surakarta: UNS.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Salisbury, F. B, dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Terjemahan
Diah R. Lukman dan Sumaryono. Bandung: ITB Press.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Sarihan, O., Ipek, A., Khawar, K.M., Atak, M. dan Gurbuz, B. 2005.“Role of
GA3 and KNO3 in Improving the Frequency of Seed Germination in
Plantago lanceolata L”. Jurnal Pertanian. Volume 37(4): 883-887.
Shamsid, Ifraj & Betty P. Smith.2006. “Contextual Teaching and Learning
Practise in the Family and Consumer Science Curriculum”. Journal of
Family and Consumer Sciences education Vol 24(1): 14-27.
Sitompul dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
UGM Press.
Soedirdjoatmodjo, Soetomo. 1986. Bertanam Sayuran Buah. Jakarta : Karya Bani.
Sriyati, S, Yanti Rumbiyati, dan Rengky Meliani. 2008. Penerapan Pertanyaan
Produktif Dalam Pembelajaran Biologi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Kerja Ilmiah Dan Pemahaman Konsep Siswa Di SMA. Bandung: UPI.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Supriyono. 2007. “Kajian Biologi dan Agronomi Kara Benguk sebagai Tanaman
pangan dan Penutup Tanah”. Skripsi. Yogyakarta: UGM.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Usman, Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Vandelook, F., Bolle, N. and Assche, J. A. V. 2007. “Seed Dormancy and
Germination of the European Chaerophyllum temulum (Apiaceae), a
Member of a Trans-Atlantic Genus”. Journal of Botany 1-7
Wenno I. H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual.
Yogyakarta: Inti Media.
Wilkins, Malcom B. 1989. Fisiologi tanaman. Jakarta: Bina aksara.
Yucel, E. dan G. Yilmaz. 2009.“Effects of Different Alkaline Metal Salt (NaCI,
KNO3), Acid Consentrations (H2SO4) and Growth Regulator (GA3) on the
Germination of Salvia cyanescens”. Journal of Sciense. 22(3): 123-127.
Top Related