Dewan Editor
Ketua
Dr. Keri Lestari, MSi, Apt. ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia)
Anggota
Prof. Dr. Henk-Jan Guchelaar ([email protected]) (Department of Clinical Pharmacy and Toxicology, Leiden University Medical Center, The Netherland) Prof. Dr. Maarten J. Postma ([email protected]) (Department of Pharmacoepidemiology and Pharmacoecomics, University of Groningen, The Netherland) Prof. Dr. Syed A. S. Sulaiman ([email protected]) (School of Pharmaceutical Science, Universiti Sains Malaysia, Malaysia) Prof. Debabrata Banerjee, Ph.D ([email protected]) (Rutgers, The State University of New Jersey, United States of America) Prof. Hiroshi Koyama, MD., PhD. ([email protected]) (Departement of Public Health, Gunma University Graduate School of Medicine, Japan) Dr. Ajeng Diantini, MSi., Apt ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia) Dr. Ahmad Muhtadi, MS, Apt. ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia) Prof. Dr. dr. med. Tri H. Achmad ([email protected]) (Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Indonesia) Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes. ([email protected]) (Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Indonesia) Prof. Dr. Ida Parwati, dr., SpPK. ([email protected]) (Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Indonesia) Prof. Dr. Zulies Ikawati, Apt. ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Indonesia) Prof. Iwan Dwiprahasto, MD, MMedSc, PhD. ([email protected]) (Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Indonesia) Prof. Dr. Elin Y. Sukandar, Apt. ([email protected]) (Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Indonesia) Dr. Dyah A. Perwitasari, MSi., Apt. ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia) Ully A. Mulyani, MSi., Apt. ([email protected]) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) Dr. Dedy Almasdy, MSi., Apt. ([email protected]) (Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Indonesia)
Volume 4, No. 3 (2015)
DOI : 10.15416/ijcp.2015.4.3
Daftar Artikel:
1. Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara dengan Terapi Kombinasi Florouracil, Doxorubicin,
dan Cyclofosfamide
Dewi D. Darwati
Emma Surahman
Rizky Abdulah
2. Pengaruh Pelayanan Kefarmasian Residensial terhadap Ketaatan dan Luaran Klinis Pasien
Hipertensi
Luh P.F Larasanty
Ni Made L. Meilinayanti
Ni Made P. Susanti
I Made A.G Wirasuta
3. Korelasi Faktor Usia, Cara Minum, dan Dosis Obat Metformin terhadap Risiko Efek Samping
pada Penderita Diabetes Melitus Tipe2
Magdarita Riwu
Anas Subarnas
Keri Lestari
4. Pengaruh Pemberian Umpan Balik Tekanan Darah kepada Dokter terhadap Perubahan Biaya
Terapi Pasien Hipertensi
Rita Suhadi
Jarir At Thobari
Bambang Irawan
Iwan Dwiprahasto
5. Toksisitas Renal Uap Las pada Pekerja Industri Alat Berat
Mulyana
Nuri P. Adi
Meily Kurniawidjaja
Vani N. Pratami
Andi Wijaya
Irawan Yusuf
6. Peran Kepuasan Mutu Layanan Farmasi dalam Peningkatan Loyalitas Pasien di Rumah Sakit
Al Islam dan Santo Yusup Kota Bandung
Dea A. A. Kurniasih
Anas Subarnas
Henni Djuhaeni
7. Monitoring Penggunaan Antibiotik dengan Metode ATC/DDD dan DU90% di RSUD
Abepura Jayapura, Indonesia
Hasrianna
Nurul Annisa
Tiana Milanda
Ivan S. Pradipta
Rizky Abdulah
8. Penggunaan Obat yang Berpotensi Tidak Tepat pada Populasi Geriatri di Kota Bandung
Rizky Abdulah
Melisa I. Barliana
162
Pengaruh Pelayanan Kefarmasian Residensial terhadap Ketaatan dan
Luaran Klinis Pasien Hipertensi
Luh P. F Larasanty,1 Ni Made L. Meilinayanti,2 Ni Made P. Susanti,1 I Made A.G. Wirasuta1
1Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Jimbaran, Bali, Indonesia2Program Studi Profesi Apoteker FMIPA Universitas Udayana Jimbaran, Bali, Indonesia
AbstrakPada era jaminan kesehatan nasional, salah satu target pelayanan kefarmasian residensial adalah pasien hipertensi yang masuk ke dalam kategori kelompok pasien rujuk balik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan kefarmasian residensial yang dilakukan apoteker terhadap ketaatan dan luaran klinis pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kotamadya Denpasar Bali. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan one group pre-post test design. Sebanyak 13 pasien yang memenuhi kriteria inklusi diberikan pelayanan kefarmasian residensial selama 16 kali kunjungan dalam kurun waktu tiga bulan. Skor hasil pengukuran dianalisis menggunakan regresi linier dan uji wilcoxon. Pelayanan kefarmasian residensial mampu !"#$#%&'(&'#)&"(''('#)*'+$"#),'-'!)*"#%%.#''#)/0'(1)*"#%'(.2'#),$"(1),'#)'&($3$('+)4+$&),'2$)($#%&'()baik menjadi tingkat ketaatan tinggi (p=0,001) serta dapat meningkatkan ketaatan pasien terhadap pembatasan konsumsi alkohol dan rokok dari tingkat baik menjadi sangat baik. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat memberikan pengaruh dalam perbaikan luaran klinis pasien berupa penurunan tekanan darah sistolik (p=0,000). Pelayanan kefarmasian residensial memiliki pengaruh terhadap peningkatan &"(''('#)*'+$"#)("25','*)*"#%%.#''#)/0'(1)*"-'&+'#''#),$"(1)*"-'&+'#''#)'&($3$('+)4+$&1)+"2(')("25','*)pembatasan rokok dan konsumsi alkohol sehingga dapat memperbaiki luaran klinis pasien hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, ketaatan pasien, pelayanan kefarmasian residensial, tekanan darah
Impact of Pharmaceutical Home Care on Compliances and Clinical
Outcomes of Hypertensive Patients
AbstractIn the Indonesian health universal coverage system the hypertensive patients that grouped into the refer back patient treatment category, is one target of pharmaceutical home care. The aim of this study was to carried out the impact of pharmaceutical home care on patient compliances and clinical outcomes of hypertension without compeling indication out-patient on Wangaya General Hospital in the municipality of Denpasar Bali. Design research is an experimental study with one group pre-post test design. The thirteen patients who met the inclusion criteria will be given pharmaceutical home care services for 16 visits over three months period. The complianced levels were scored and statistical analyzed using linear regression and wilcoxon test. The pharmaceutical home care visit could increase the patients adherence to antihypertensive drug administration, increasing diet compliance, and adherence of physical exercise from good adherence to excellent adherence (p value=0,001), Pharmaceutical home care visit could increase patient compliance to restrictions of smoking and alcohol consumption from good adherence to very good adherence. The decreasing of the patient’s systolic blood pressure correlated to the pharmacist home 3$+$()6*)3'-."7818889:);5")*5'2!'<".($<'-)5/!")<'2")5'+)$#=."#<",)/#)5"'-(5)0"5'3$/2)/>)5?*"2("#+$3")patients and the patients concordance to take their medication and introduced better clinical outcome.
Keywords: Blood pressure, hypertension, patient compliances, pharmaceutical home care
Korespondensi: Luh Putu Febryana Larasanty,S.Farm.,M.Sc.,Apt., Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Jimbaran, Bali, Indonesia, email: [email protected]
Artikel Penelitian
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, September 2015 Tersedia online pada:
Vol. 4 No. 3, hlm 162–174 http://ijcp.or.id
ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.3.162
Naskah diterima: 14 Februari 2015, Diterima untuk diterbitkan: 5 Mei 2015, Diterbitkan: 1 September 2015
163
Pendahuluan
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan
salah satu faktor risiko utama dari stroke
iskemik, stroke perdarahan, gagal jantung,
infark miokard, gangguan ginjal kronik,
serta penyakit lainnya yang berkaitan dengan
gangguan pada vaskular dan ginjal. Kontrol
pada tekanan darah yang adekuat melalui
pemberian terapi antihipertensi merupakan
&.#<$).#(.&)!"#<"%'5)*2/%2"+$4('+)*"#?'&$()
hipertensi.1,2 Halangan yang terbesar dalam
pencapaian target kontrol pada tekanan darah
yang adekuat adalah tingkat ketaatan pasien
hipertensi yang rendah terhadap pengobatan.3
Diperkirakan sekitar 50% sampai dengan
80% pasien hipertensi tidak mengonsumsi
obat yang diresepkan sesuai anjuran. Hal ini
mengakibatkan pencapaian target tekanan
darah yang adekuat hanya mampu dicapai oleh
kurang dari separuh pasien hipertensi yang
memperoleh terapi obat.4 Salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
ketaatan pasien terhadap pengobatan adalah
dengan melakukan kombinasi pada edukasi,
!/,$4&'+$)*',')+$&'*1),'#)+$+("!)*"-'?'#'#)
individual seperti pada kegiatan pelayanan
residensial (home care)5.
Pelayanan residensial yang dilakukan
oleh apoteker merupakan salah satu bentuk
pendampingan dan pelayanan kefarmasian
kepada pasien atas persetujuan pasien atau
keluarga yang dilakukan di tempat tinggal
pasien. Jenis pelayanan kefarmasian yang
dilakukan apoteker dalam kegiatan pelayanan
2"+$,"#+$'-),'*'()0"2.*')$,"#($4&'+$)&"(''('#)
pasien, konsultasi masalah obat, konsultasi
kesehatan secara umum, monitoring pada
pelaksanaan, efektivitas dan keamanan dari
obat, serta dokumentasi dari pelaksanaan
pelayanan kefarmasian di rumah.5 Kegiatan
pelayanan residensial merupakan salah satu
bagian terpadu sistem kesehatan di negara-
negara maju dan pelayanan kefarmasian yang
dilakukan oleh apoteker merupakan bagian
yang tidak terpisahkan di dalamnya.6
Di Indonesia, umumnya sangat jarang
apoteker di komunitas yang melaksanakan
kegiatan pelayanan kefarmasian residensial
walaupun sudah ada pedoman mengenai
pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang
telah dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinis pada tahun
2008.5 Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pelaksanaan pelayanan kefarmasian
residensial memberikan dampak yang positif
terhadap tingkat pengetahuan maupun luaran
klinik pada pasien diabetes melitus.7,8 Pasien
hipertensi merupakan salah satu target
potensial pelaksanaan pelayanan kefarmasian
residensial sehingga dilakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh pelayanan kefarmasian
residensial yang dilakukan apoteker terhadap
ketaatan dan luaran klinis pasien hipertensi
rawat jalan tanpa penyakit penyerta di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Wangaya,
Kotamadya Denpasar, Bali.
Metode
Pada penelitian ini menggunakan metode
eksperimental dengan prospektif follow up
study. Rancangan penelitian ini menggunakan
one group pre-post test design. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari sampai dengan
November 2013. Populasi penelitian adalah
pasien hipertensi tanpa penyakit penyerta
yang menjalani rawat jalan di RSUD Wangaya
Kabupaten Denpasar Bali dengan peresepan
obat antihipertensi selama tiga bulan. Pasien
dengan hipertensi dalam populasi penelitian
ini adalah pasien dengan kondisi stabil yang
memperoleh resep obat antihipertensi selama
tiga bulan dalam bentuk resep dengan iter
(pengulangan) sebanyak dua kali.
Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu
pasien dengan diagnosis hipertensi tanpa
penyakit penyerta yang menjalani rawat jalan
di RSUD Wangaya dengan kriteria sebagai
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
164
berikut:
1. Usia 40–80 tahun: pasien usia 40–80
tahun merupakan kelompok yang rentan
mengalami hipertensi dengan puncak
insidensi pada rentang usia 60– 69 tahun.9
2. Rutin kontrol bulanan di RSUD Wangaya
namun memiliki riwayat tekanan darah
yang tidak terkontrol dengan baik: pasien
dengan usia 40–80 tahun kemudian dilihat
tingkat kunjungannya ke rumah sakit dan
data tekanan darah pasien. Pasien yang
masuk kriteria inklusi adalah pasien yang
rutin kontrol ke rumah sakit dan selalu
menebus obat antihipertensi setiap bulan,
namun data tekanan darah pasien selama
enam bulan terakhir tetap menunjukkan
=.&(.'+$) '('.) ($,'&) ("2&/#(2/-) ,"#%'#)
baik. Hal ini menunjukkan kemungkinan
ketidaktaatan pasien terhadap regimen
pengobatan yang diperolehnya.
Seluruh pasien yang memenuhi kriteria
inklusi tersebut serta telah menyetujui untuk
mengikuti pelaksaan pelayanan kefarmasian
residensial dijadikan target pada pelayanan
kefarmasian residensial dalam penelitian ini.
Sebelum pelaksanaan penelitian masing–
masing pasien diminta untuk mengisi lembar
persetujuan (informed consent) untuk bukti
tertulis kesepakatan bersama antara pasien
dan apoteker untuk pelaksanaan pelayanan
kefarmasian residensial.
Berdasarkan data registrasi yang diperoleh
di bagian rekam medis RSUD Wangaya pada
bulan maret 2013, diperoleh data rata–rata
jumlah kunjungan pasien hipertensi rawat
jalan tanpa penyakit penyerta yaitu 82 orang
pasien perbulan. Data rekam medis pasien
pada kunjungan bulan Januari sampai dengan
Maret dikumpulkan untuk melihat data
,"!/%2'4),'#)2$@'?'()("&'#'#),'2'5)*'+$"#:)
Terdapat 13 orang pasien yang memenuhi
kriteria inklusi serta bersedia untuk mengikuti
program pelayanan kefarmasian residensial
yang dilakukan selama kurun waktu tiga bulan.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi enam aspek
pelayanan, meliputi penilaian kemungkinan
!'+'-'5) *',') *"#%%.#''#) /0'(1) $,"#($4&'+$)
ketaatan, konsultasi masalah obat, konsultasi
kesehatan secara umum, monitoring terhadap
pelaksanaan, efektivitas dan keamanan pada
penggunaan obat, serta dokumentasi dari
pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.5
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang
dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan
tersebut dibagi menjadi 16 kali kunjungan.
Dua minggu pertama kunjungan merupakan
fase intensif, yaitu pasien diberikan pelayanan
kefarmasian setiap 3–4 hari dengan total
kunjungan empat kali dalam kurun waktu
dua minggu. Tahap selanjutnya adalah fase
maintenance dengan kunjungan dilakukan
seminggu sekali hingga akhir bulan ke-tiga.
Pada awal kunjungan, tiap-tiap kunjungan
dan pada akhir kunjungan akan dilakukan
pengukuran ketaatan pasien menggunakan
kuesioner serta pengukuran luaran klinis
pasien yaitu pengukuran tekanan darah
pasien (Gambar 1).
A. Kuesioner Ketaatan Pasien
Pernyataan pada kuesioner dikelompokan
!"#A',$) "!*'() &"-/!*/&1) ?'$(.) $,"#($4&'+$)
ketaatan penggunaan obat (enam pernyataan),
ketaatan menjalani diet (empat pernyataan),
&"(''('#),'-'!)!"#A'-'#$)'&($3$('+)4+$&)'('.)
olahraga (10 pernyataan), dan ketaatan dalam
pembatasan konsumsi rokok dan alkohol
(dua pernyataan). Kelompok ketaatan pada
pengobatan disusun berdasarkan pedoman
dari World Health Organization mengenai
penggunaan obat yang rasional, pedoman
pelayanan kefarmasian di rumah sakit, dan
pedoman pelayanan kefarmasian pada pasien
hipertensi yang berisi pernyataan mengenai
penggunaan obat harian oleh pasien meliputi
ketaatan terhadap aturan pakai, cara pakai,
penyimpanan, dan pengatasan lupa minum
obat.2,5
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
165
Pernyataan ketaatan pada diet disusun
berdasarkan dietary approach to stop
hypertension) 6BCDE91) '&($3$('+) 4+$&) '('.)
olahraga, serta ketaatan dalam pembatasan
mengonsumsi rokok dan alkohol disusun
0"2,'+'2&'#) !/,$4&'+$) %'?') 5$,.*) ,'-'!)
pedoman yang diterbitkan oleh The Seventh
Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.9,10
Masing-masing dari pernyataan kemudian
diberi skor 1 sampai dengan 5 menggunakan
skala likert. Nilai 1 mewakili nilai yang
paling rendah (tidak pernah) sedangkan
nilai 5 menunjukkan nilai yang paling tinggi
(selalu). Pernyataan dalam kuesioner telah
melalui uji validitas dan uji reabilitas pada
30 pasien yang termasuk pada populasi
penelitian namun bukan merupakan subjek
*"#"-$($'#:) F"-'-.$) *"25$(.#%'#) &/"4+$"#)
korelasi product moment, r hitung dari uji
Pearson, dan nilai r hitung Cronbach Alpa11,12
untuk masing-masing pernyataan, diperoleh
22 pernyataan yang valid dan reliabel dari
total 31 pernyataan yang diuji validitas dan
reabilitasnya.
Pengisian kuesioner pada saat penelitian
menggunakan sistem patient self report atau
questionaire dan pencatatan penggunaan
obat yang dilakukan oleh peneliti. Sistem
patient self report atau kuesioner merupakan
metode penilaian terhadap ketaatan pada
pasien yang telah lama dikembangkan untuk
menilai ketaatan pasien dalam mengonsumsi
/0'() ,'#) !"-'&.&'#) !/,$4&'+$) *',') %'?')
hidup yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
Patient self report atau kuesioner merupakan
jenis metode yang sederhana dan mudah
namun secara effektif dapat menilai tingkat
ketaatan pasien.13–15 Metode ini kemudian
dikombinasikan dengan catatan penggunaan
obat oleh pasien yang diisi oleh pemberi
pelayanan kefarmasian residensial sebagai
3"2$4&'+$) ("25','*)*"#%$+$'#)&."+$/#"2)/-"5)
pasien. Catatan penggunaan obat berisi jumlah
obat yang diperoleh pasien setiap bulannya,
aturan pakai obat, jumlah obat yang telah
dikonsumsi pasien selama periode waktu
tertentu serta sisa obat. Catatan penggunaan
obat diisi oleh apoteker setiap kunjungan dan
dihitung untuk menyesuaikan dengan jawaban
yang diberikan oleh pasien pada kuesioner.
B. Pengukuran Luaran Klinis
Luaran klinis yang diukur adalah tekanan
darah pasien. Pengukuran tekanan darah
dilakukan menggunakan tensimeter dengan
merk OMRON®. Pasien dalam posisi duduk
dengan lengan yang diukur diposisikan
sejajar dengan jantung pasien. Pengukuran
tekanan darah sistol dan diastol dilakukan
sebanyak dua kali dengan jarak waktu antara
pengukuran pertama dan kedua 10–15 menit.
Nilai tekanan darah yang digunakan adalah
nilai rata-rata dari dua kali pengukuran
yang dilakukan. Nilai tekanan darah sistol
,'#) ,$'+(/-") &"!.,$'#) ,$&-'+$4&'+$&'#)
berdasarkan grade hipertensi menurut
pedoman dari The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure.9
Skor hasil pengisian kuisioner ketaatan
dihitung nilai reratanya pada masing-masing
pasien untuk setiap kelompok pernyataan
6*"#%%.#''#) /0'(1) ,$"(1) '&($3$('+) 4+$&) '('.)
olahraga, serta pembatasan pada konsumsi
alkohol dan rokok) untuk setiap pertemuan.
G"2'(') ("2+"0.() &"!.,$'#) ,$&-'+$4&'+$&'#)
untuk menilai perubahan tingkat ketaatan
pasien selama proses pelayanan kefarmasian
residensial dilakukan (Tabel 1). Hasil penilaian
ketaatan pada pasien dengan menggunakan
kuesioner dan hasil pengukuran pada luaran
klinis pasien lalu dianalisis secara statistik
menggunakan regresi linier untuk melihat
pengaruh pemberian pelayanan kefarmasian
residensial terhadap perubahan pada ketaatan
dan perubahan tekanan darah pasien selama
proses pemberian pelayanan kefarmasian
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
166
residensial serta uji beda dengan uji Wilcoxon
untuk melihat pengaruh pemberian pelayanan
kefarmasian residensial terhadap perubahan
ketaatan dan tekanan darah pasien pada awal
dan akhir pelayanan kefarmasian residensial.
Hasil
B'(') ,"!/%2'4) ?'#%) ,$*"2/-"5) ,'2$) 2"&'!)
medis pasien, yaitu jenis kelamin, usia dan
data tekanan darah pasien dapat dilihat pada
Tabel 2. Terdapat tiga orang pasien dengan
data awal tekanan darah sebesar <140/90
mmHg, namun dimasukkan sebagai subjek
penelitian. Hal ini disebabkan karena pasien
memenuhi kriteria inklusi, yaitu hipertensi
yang tidak terkontrol dengan baik. Pada
bulan sebelumnya pasien memiliki riwayat
("&'#'#) ,'2'5) ?'#%) =.&(.'($>:) H'+$"#) ("-'5)
melakukan kontrol rutin bulanan ke rumah
sakit dan secara berkesinambungan menebus
obat antihipertensi sesuai dengan yang
diresepkan, ternyata belum mampu menjaga
stabilitas tekanan darah pada pasien tersebut
tetap di bawah 140/90 mmHg.
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap
usia, jenis kelamin, dan data tekanan darah
awal diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
*"20",''#) ?'#%) +$%#$4&'#) +"<'2') +('($+($&)
pada distribusi jenis kelamin, usia, maupun
data awal tekanan darah awal pasien sebelum
pasien mendapatkan pelayanan kefarmasian
residensial dengan nilai p berturut-turut yaitu
sebesar 0,782; 0,838, dan 0,095 (p>0,050).
Pelayanan kefarmasian pada fase intensif
adalah penilaian apakah ada kemungkinan
terjadinya permasalahan dalam penggunaan
/0'() ,'#) $,"#($4&'+$) '@'-) &"(''('#) *'+$"#)
terhadap terapi. Beberapa permasalahan yang
ditemukan dalam penggunaan obat jangka
panjang pada pasien hipertensi antara lain
berkaitan dengan aturan pakai yang tidak
jelas, kejenuhan pasien mengonsumsi obat,
lupa minum obat, merasa sudah sembuh,
pengetahuan pasien yang kurang mengenai
pentingnya pengobatan yang dilakukan
secara berkesinambungan serta kurangnya
pengetahuan pasien mengenai efek samping
obat. Permasalahan-permasalahan tersebut
,$$,"#($4&'+$) +"0'%'$) *"#?"0'0)?'#%)*'-$#%)
umum atas ketidaktaatan pasien hipertensi
terhadap pengobatan.17,18
Intervensi pelayanan kefarmasian yang
dilakukan untuk meningkatkan ketaatan
pada pasien hipertensi terhadap pengobatan
adalah melalui konseling berupa konsultasi
mengenai masalah obat dan kesehatan secara
umum yang melibatkan pasien dalam rencana
pengobatan dan jadwal penggunaan obat
serta edukasi pasien.5,17 Pasien dilibatkan
dalam desain rencana pengobatan misalnya
dalam penentuan jam minum obat sesuai
dengan aktivitas harian pasien sehingga
pasien merasa nyaman tanpa harus mengubah
instruksi pengobatan yang diberikan dokter.
Hal ini dilakukan pada hari pertama dan ke-2
dari kunjungan. Penyesuaian ini dilakukan
pada pertemuan ke-3 dan ke-4 sekaligus
memberikan edukasi dan konseling mengenai
permasalahan penggunaan obat oleh pasien.
Pada fase maintenance, konsultasi dan
edukasi diberikan kepada pasien mengenai
!"#$%&'&()*+&,"-&.%"/01)"/0&!0-2)"3&.$3""3"-&4"/0$-
Skor .%"/01)"/0&!0-2)"3&.$3""3"-&4"/0$-
1,00–1,80
1,81–2,60
2,61–3,40
3,41–4,20
4,20– 5,00
Rendah (Low)
Cukup (Fair)
Baik (Good)
Sangat Baik (Very Good)
Tinggi (Excellent)
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
167
!"#$%&5&6"3"&6$7*2+"1&4"/0$-&809$+3$-/0& :"-2&;$-<"%"-0&4+*2+"7&4$%":"-"-&.)$="+7"/0"-&
Residensial
6$7*2+"1&
Pasien
Jumlah
(%)p
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki – laki
Usia (tahun)
40–50
51–60
61–70
71–80
Tekanan darah awal
TDS <140mmHg dan TDD <90 mmHg
TDS 140–159 mmHg atau TDD 90–99 mmHg
;BD)IJK8)!!E%)'('.);BB)IJ88)!!E%
7 (53,846)
6 (46,154)
2 (15,385)
4 (30,769)
4 (30,769)
3 (23,077)
3 (23,077)
8 (61,538)
2 (15,385)
0,782
(p>0,05)
0,838
(p>0,05)
0,092
(p>0,05)
Keterangan :
TDS= tekanan darah sistolik
TDD= tekanan darah diastolik
pengobatan, kondisi kesehatan pasien, diet,
'&($3$('+)4+$&),'#)/-'52'%'1)*"!0'('+'#)*',')
konsumsi rokok serta alkohol bagi pasien
yang merokok atau mengonsumsi alkohol.
Konsultasi dan edukasi ini dilakukan pada
minggu ke-3 sampai dengan minggu ke-
6. Pada minggu ke-7 sampai dengan akhir
penelitian ini dilakukan pengulangan edukasi
secara keseluruhan, monitoring pelaksanaan,
serta dokumentasi. Pada setiap pertemuan
selalu dilakukan penilaian terhadap efektivitas
pelayanan kefarmasian melalui pengukuran
tekanan darah pasien serta ketaatan pasien
menggunakan kuesioner.
A. Perubahan Ketaatan Pasien terhadap
Penggunaan Obat
Perubahan pada tingkat ketaatan penggunaan
obat antihipertensi pada pasien sepanjang
kegiatan pelayanan kefarmasian residensial
Tabel 3 Data Rerata Tingkat Ketaatan Pasien terhadap Penggunaan Obat, Pengaturan Diet, Olahraga serta Pembatasan Konsumsi Rokok dan Alkohol pada Fase Intensif dan
Fase Pemeliharaan
No. Kriteria
Tingkat Ketaatan
Nilai RAwal (Baseline)
Fase Intensif
Fase Pemeliharaan
1
2
3
4
Penggunaan obat
Pengaturan diet
Olahraga
Pembatasan konsumsi alkohol dan rokok
3,20 (Baik)
3,00 (Baik)
3,40 (Baik)
3,00 (Baik)
3,93 (Sangat Baik)
3,33 (Baik)
3,93 (Sangat Baik)
3,00 (Baik)
4,90 (Tinggi)
4,67 (Tinggi)
4,62 (Tinggi)
4,17 (Sangat Baik)
0,652 (0,500<R<0,750)
0,692 (0,500<R<0,750)
0,654 (0,500<R<0,750)
0,284 (0,250<R<0,500)
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
168
dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 3.
Terdapat perubahan pada tingkat ketaatan
pasien dalam penggunaan obat pada 13 orang
pasien selama proses pelayanan kefarmasian
dilakukan. Uji statistik dengan menggunakan
uji regresi linier memberikan nilai R=0,652
yang menunjukkan nilai korelasi kuat antara
kedua variabel.9 Hal ini menunjukkan bahwa
pelayanan kefarmasian residensial memiliki
pengaruh kuat terhadap peningkatan ketaatan
pada penggunaan obat antihipertensi pada
subjek penelitian. Hasil uji beda menggunakan
.A$)L$-</M/#)!"!0"2$&'#) #$-'$) +$%#$4&'#+$)
sebesar 0,001 (p<0,050). Terdapat perbedaan
?'#%) +$%#$4&'#) *',') &"(''('#) *'+$"#) ,'-'!)
penggunaan obat antihipertensi sebelum dan
sesudah dilakukannya pelayanan kefarmasian
residensial.
B. Perubahan Ketaatan Pasien terhadap
Pelaksanaan Diet dan Aktivitas Fisik atau
Olahraga
Hasil uji regresi linier terhadap perubahan
tingkat ketaatan dalam pelaksanaan diet
,'#) '&($3$('+) 4+$&) '('.) /-'52'%') *',')
pasien hipertensi yang diberikan pelayanan
kefarmasian residensial memberikan nilai R
=0,692 untuk pelaksanaan diet dan R=0,654
.#(.&) '&($3$('+) 4+$&) '('.) /-'52'%') 6;'0"-)
3). Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan
kefarmasian residensial memiliki pengaruh
kuat12 terhadap peningkatan ketaatan pasien
terhadap pelaksanaan diet dan juga aktivitas
4+$&)'('.)/-'52'%':);"2,'*'()*"20",''#)?'#%)
+$%#$4&'#)*',')($#%&'()&"(''('#)*'+$"#),'-'!)
*"-'&+'#''#),$"()6*78188J9),'#)'&($3$('+)4+$&)
atau olahraga (p=0,001) yang pada awalnya
pada tingkatan baik dan setelah dilakukannya
pelayanan kefarmasian residensial berada
pada tingkat ketaatan tinggi.
C. Perubahan Ketaatan Pasien terhadap
Pembatasan Konsumsi Alkohol dan Rokok
Terdapat dua orang pasien yang secara
rutin merokok dan mengonsumsi alkohol
secara insidensial. Gambar 2 menunjukkan
perubahan pada ketaatan pasien terhadap
pembatasan konsumsi alkohol dan rokok
selama dilakukannya pelayanan kefarmasian
residensial. Ketaatan pada pasien terhadap
pembatasan konsumsi alkohol dan rokok
!'+$5)0"2+$>'()=.&(.'($>)+"-'!')*"-'&+'#''#)
pelayanan kefarmasian dan peningkatan pada
ketaatan pasien untuk pembatasan konsumsi
alkohol dan rokok lebih rendah dibandingkan
perubahan tingkat ketaatan pasien terhadap
penggunaan obat, pelaksanaan diet, maupun
olahraga. Hasil uji regresi linier menghasilkan
nilai R=0,284 (0,250<R<0,500) yang berarti
korelasi cukup antara kedua variabel.12 Hal ini
menunjukkan bahwa pelayanan kefarmasian
residensial memiliki pengaruh yang cukup
terhadap perubahan tingkat ketaatan pasien
dalam pembatasan pengonsumsian alkohol
dan rokok.
D. Perubahan Luaran Klinis Pasien
Pengukuran terhadap luaran klinis dilakukan
Tabel 4 Data Rerata Tekanan Darah Pasien Sebelum Pelayanan Kefarmasian Residensial pada
Fase Intensif dan pada Fase Pemeliharaan Pelayanan Kefarmasian Residensial
No.Tekanan
Darah
Awal
(Baseline)
Fase
Intensif
Fase
PemeliharaanAkhir Selisih
(4)–(1)
Nilai R
1 2 3 4
1
2
Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
148,769
85,115
136,538
76,756
124,721
78,817
122,15
84,231
26,654
0,885
0,376
(0,250<R<0,500)
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
169
Gambar 1 Detail Kegiatan Pelayanan Kefarmasian Residensial
dengan mengukur tekanan darah pasien pada
setiap dilakukannya pertemuan pelayanan
kefarmasian residensial. Hasil pengukuran
tekanan darah sistolik dan diastolik pasien
dapat dilihat pada Tabel 4 sedangkan tren
perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik
selama dilakukannya pelayanan kefarmasian
residensial dapat dilihat pada Gambar 3.
Hasil dari uji regresi linier memberikan
nilai R=0,376 (0,250<R<0,500).12 Hal ini
menunjukkan bahwa pelayanan kefarmasian
residensial memiliki pengaruh yang cukup
terhadap perubahan tekanan darah pasien.
Hasil uji Wilcoxon terhadap data tekanan
darah sistolik pada pasien menghasilkan nilai
+$%#$4&'#+$)81888)6*N818O89)+",'#%&'#).#(.&)
tekanan darah diastolik pasien memberikan
#$-'$) +$%#$4&'#+$) +"0"+'2) 81P88) 6*Q818O89:)
Hal ini menunjukkan terdapat perubahan
+$%#$4&'#) +"<'2') +('($+($&) ("25','*) ("&'#'#)
darah sistolik pasien, namun tidak terdapat
*"2.0'5'#) +$%#$4&'#) *',') ("&'#'#) ,'2'5)
diastolik pasien.
Pembahasan
Hipertensi merupakan salah satu penyakit
kardiovaskular yang menjadi target dalam
pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian
residensial berdasarkan pedoman yang telah
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik dengan tujuan untuk
menjamin ketaatan pasien dalam penggunaan
obat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
keberhasilan terapi.5
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
170
Gambar 2 Perubahan Tingkat Ketaatan Pasien terhadap Penggunaan Obat, Pengaturan Diet,
Aktivitas Fisik atau Olahraga serta Pembatasan Konsumsi Alkohol dan Rokok Selama
Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Kefarmasian Residensial
pelayanan kefarmasian residensial yang
diberikan kepada 13 orang pasien mampu
memberikan korelasi yang kuat terhadap
peningkatan ketaatan pasien pada penggunaan
obat, pelaksanaan diet, dan pelaksanaan
'&($3$('+) 4+$&) '('.) /-'52'%'1) +"2(') <.&.*)
mampu meningkatkan ketaatan pasien pada
pembatasan alkohol dan rokok. Pelayanan
kefarmasian residensial merupakan bentuk
pelayanan kefarmasian yang komprehensif
dan dilakukan berkesinambungan disamping
pelayanan kefarmasian umum yang diberikan
di fasilitas kesehatan.5,19 Pelaksanaannya yang
dilakukan di rumah pasien akan meningkatkan
kenyamanan pasien sehingga pasien akan
lebih terbuka dalam penyampaian kendala
yang dialami oleh pasien dalam pengobatan
dan lebih bersifat individual sehingga dapat
langsung diterapkan oleh pasien.
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang
lebih komprehensif oleh apoteker baik berupa
edukasi tambahan, monitoring penggunaan
obat yang berkelanjutan, konsultasi obat, dan
pemberian informasi yang tertulis memiliki
*"#%'2.5) +$%#$4&'#) ("25','*) *"#$#%&'('#)
ketaatan pasien terhadap pengobatan dan
perbaikan gaya hidup pasien dibandingkan
dengan ketaatan pengobatan dan gaya hidup
pasien yang hanya memperoleh pelayanan
kefarmasian umum di fasilitas kesehatan.20–22
Penelitian oleh Wong et al:1)+"<'2')+*"+$4&)
menunjukkan bahwa pelaksanaan intervensi
baik berupa tambahan pemberian informasi
singkat oleh apoteker maupun pelaksanaan
konseling oleh apoteker yang dilaksanakan
di klinik keluarga dalam suatu komunitas
terbukti mampu meningkatkan ketaatan
pasien dari 0% menjadi 61,9% dalam kurun
waktu enam bulan intervensi.20 Hal ini
menunjukkan bahwa dengan memberikan
pelayanan kefarmasian yang komprehensif
diluar pelayanan kefarmasian umum yang
telah diperoleh pasien di fasilitas kesehatan
yang dilakukan dekat dengan lingkungan
komunitas atau tempat tinggal pasien dapat
membantu meningkatkan ketaatan pasien
hipertensi baik terhadap pengobatan maupun
perbaikan gaya hidup yang sesuai dengan
hasil yang diperoleh pada penelitian ini.
Peningkatan ketaatan pasien terhadap
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
171
Gambar 3 Perubahan Rata-Rata Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pasien Selama Kegiatan
Pelayanan Kefarmasian Residensial
pengobatan dan perbaikan pada gaya
hidup diharapkan mampu meningkatkan
luaran klinis pada pasien hipertensi yaitu
tercapainya target tekanan darah dan tetap
terkontrolnya target tekanan darah pasien
selama menjalani terapi.9 Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat korelasi yang cukup
antara pelaksanaan pelayanan kefarmasian
residensial terhadap penurunan kontrol pada
tekanan darah pasien. Penurunan tekanan
,'2'5) ?'#%) +$%#$4&'#) ("2A',$) *',') ("&'#'#)
darah sistolik dengan sebesar 26,654 mmHg.
Penurunan atau kontrol tekanan darah pada
pasien dengan hipertensi dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain pengaruh
dari obat, terapi nonfarmakologi, dan kondisi
+*"+$4&)*'+$"#:)H"#$#%&'('#)&"(''('#)*'+$"#)
terhadap pengobatan diasosiasikan dengan
terjadinya penurunan tekanan darah yang
+$%#$4&'#)*',')*'+$"#:23,24 Pemberian edukasi
mengenai pelaksanaan diet sesuai pedoman
dari dietary approach to stop hypertension
6BCDE91) +'2'#) !"#%"#'$) '&($3$('+) 4+$&)
atau olahraga yang harus dilakukan, serta
pembatasan konsumsi rokok dan alkohol yang
dilaksanakan dalam pelayanan kefarmasian
residensial merupakan bagian dari intervensi
nonfarmakologi9 dengan melaksanakan terapi
nonfarmakologi tersebut diperkirakan dapat
menyumbangkan penurunan tekanan darah
sistolik pasien sebesar 2–20 mmHg.9,10,24
Salah satu keterbatasan dalam penelitian
ini adalah belum dilakukannya kontrol yang
',"&.'() ("25','*) &/#,$+$) +*"+$4&) *'+$"#:)
R/#,$+$) +*"+$4&) *'+$"#) !"2.*'&'#) >'&(/2)
internal pada diri pasien yang mampu
memberikan efek terhadap perubahan
tekanan darah pasien.1,5,9 Usia, tingkat stres,
&/#,$+$)4+$&1),'#)&/#,$+$)*+$&/-/%$+)!'+$#%S
masing pasien dapat memberikan kontribusi
terhadap perubahan tekanan darah pasien.
Gambar 3 dan Tabel 4 menunjukkan tekanan
darah diastolik pasien masih mengalami
*"2.0'5'#) ?'#%) =.&(.'($>:) H"2.0'5'#)
terhadap tekanan darah diastolik umumnya
lebih dipengaruhi oleh faktor usia.25
Adanya faktor keluarga atau perawat pasien
(caregiver) juga dapat memberikan kontribusi
dalam peningkatan ketaatan pasien terhadap
pengobatan.26,27 Akan tetapi, korelasinya
belum dapat diukur dalam penelitian ini
sehingga dapat menjadi variabel pengacau
yang belum terkontrol. Keterbatasan
lainnya adalah jumlah subjek penelitian
yang sedikit dikarenakan akseptabilitas
pasien yang masih rendah terhadap
kegiatan pelayanan kefarmasian residensial.
Hasil penelitian tentang pengaruh
pelayanan kefarmasian residensial terhadap
ketaatan pada pasien dan luaran klinis
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
172
pasien hipertensi menunjukkan pelayanan
kefarmasian residensial yang dilakukan
apoteker berpengaruh terhadap peningkatan
ketaatan pasien dan perbaikan luaran
klinis pasien hipertensi. Hasil penelitian
ini menjadi dasar bagi apoteker untuk
melaksanakan praktik pelayanan kefarmasian
residensial bagi pasien yang memiliki
potensi ketidaktaatan yang besar. Diperlukan
penelitian lebih lanjut dengan kontrol yang
-"0$5) 0'$&) *',') &/#,$+$) +*"+$4&) *'+$"#)
sehingga meminimalkan bias dan variasi
antar individu. Selain itu, kegiatan pelayanan
kefarmasian residensial juga dapat dilakukan
dalam kurun waktu yang lebih panjang,
paling tidak selama 6 bulan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakit dan pengobatannya serta untuk
mencapai karakteristik self care behaviour.7
Simpulan
Hasil studi mengenai pelayanan kefarmasian
residensial pada 13 orang pasien hipertensi
rawat jalan tanpa penyakit penyerta selama
tiga bulan memberikan hasil baik. Pelayanan
kefarmasian residensial berpengaruh terhadap
peningkatan ketaatan pasien yaitu pada
penggunaan obat, pelaksanaan diet, aktivitas
4+$&)'('.)/-'52'%'1)+"2(')("25','*)*"!0'('+'#)
rokok dan alkohol. Pelayanan kefarmasian
residensial juga dapat memberikan efek
dalam menurunkan atau mengontrol tekanan
darah sistolik pada pasien hipertensi. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk
melaksanakan praktik pelayanan kefarmasian
residensial bagi apoteker dan dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
manfaat dari pelayanan kefarmasian
residensial dalam peningkatan ketaatan dan
perbaikan luaran klinis pada pasien hipertensi.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pasien yang bersedia ikut serta dalam
penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Alderson P, Dunsdon S, Gyton A,
Hill R, Kandaswamy P, McBride J.
Hypertension: clinical management of
primary hypertension in adults [diunduh
28 Oktober 2013]. Tersedia dari : http://
www.guidance.nice.org.uk/cg127.
2. Muchid A, Umar F, Budiarti LE, Satifa O,
Brata C, Bakhtiar L, et al. Pharmaceutical
care untuk penyakit hipertensi. Jakarta:
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik-Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan; 2006.
3. Pratiwi D. Pengaruh konseling obat
terhadap kepatuhan pasien hipertensi di
poliklinik khusus RSUP dr. M. Djamil
Padang (tesis). Padang: Universitas
Andalas; 2011.
4. Izzat L. Antihypertensive concordance in
elderly patients. Midlife and Beyond GM
2 Journal. 2009;4:28–35.
5. Muchid A, Wurjati R, Chusun, Purnama
NR, Masrul, Gustanti E, et al. Pedoman
pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care). Jakarta: Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik-Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan; 2008.
6. Reidt S, Morgan J, Larson T, Blade
MA. The role of a pharmacist in a
home care team. Home Healthcare
Nurse. 2013;31(2):80–7. doi: 10.1097/
NHH.0b013e3182778f5f
7. Aditama L. Karakteristik dan kebutuhan
pasien diabetes mellitus tipe II di Apotek
Ubaya terhadap layanan residensial
(home care) serta pengaruh layanan
tersebut pada penatalaksanaan penyakit
diabetes mellitus (skripsi). Surabaya:
Universitas Surabaya; 2011.
8. Icwari NPWP, Wirasuta IMAG,
Susanti NMP. Akseptabilitas pelayanan
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
173
residensial kefarmasian pada pasien
diabetes melitus tipe II tanpa komplikasi.
Jurnal Farmasi Udayana. 2013;2(2):1–5.
9. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR,
Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al.
National high blood pressure educational
program: the seventh report of the joint
national committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of
high blood pressure. USA: National
Institute of Health; 2004.
10. Hikmat F, Appel LJ. Effect of the DASH
diet on blood pressure in patient with
and without metabolic syndrome: results
from the DASH trial. J Hum Hypertens.
2004;28:170–5. doi:10.1038/jhh.2013.52
11. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta; 2011.
12. Gumilar I. Metode riset untuk bisnis dan
manajemen. Bandung: Utama Universitas
Widyatama; 2007.
13. Morisky DE, Green LW, Levine DM.
Concurrent and predictive validity of
a self-reported measure of medication
adherence. Med Care. 1986;24(1):67–74.
14. T'24-",)D1)U-$>>/2,)D1)V--$'++/#)W1)X'20"2)
N, Wilson A. Suitability of measure of
self-reported medication adherence for
routine clinical use: a systematic review.
BMC Med Res Methodology. 2011;11:49.
doi:10.1186/1471-2288-11-149
15. Morisky DE, Ang A, Krousel-Wood
M, Ward HJ. Predictive validity of a
medication adherence measure in an
outpatient setting. J Clin Hypertens.
2008;10(5):348– 54. doi: 10.1111/j.1751-
7176.2008.07572.x
16. Sarwono J. Statistik itu mudah: panduan
lengkap untuk belajar komputansi statistik
menggunakan SPSS 16. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Atma Jaya; 2009.
17. Bittar N. Maintaining long-term control
of blood pressure: the role of improved
compliance. Clin Cardiol. 1995;18(3):
12–16. doi: 10.1002/clc.4960181504
18. Al-Mehza A, Al-Muhailije FA, Khalfan
MM, Al-Yahya AA. Drug compliance
among hypertensive patient: an area based
study. Eur J Gen Med. 2009;6(1):6–10.
19. University Hospital Southampton NHS
Foundation Trust. Homecare medicines
towards a vision for the future. England:
National Health Service; 2011.
20. Wong MCS, Liu KQL, Wang HHX, Lee
CLS, Kwan MWM, Lee KWS, et al.
Effectiveness of a pharmacist–led drug
counseling on enhancing antihypertensive
adherence and blood pressure control:
a randomized controlled trial. J Clin
Pharmacol. 2013;53(7):753–61. doi:
10.1002/jcph.101
21. Green BB, Cook AJ, Ralston JD,
Fishman PA, Catz SL, Carlson J, et al.
Effectiveness of home blood pressure
monitoring, web communication, and
pharmacist care on hypertension control:
a randomized controlled trial. JAMA.
2008; 299(24): 2857–67. doi: 10.1001/
jama.299.24.2857.
22. Lee JK, Grace KA, Taylor AJ. Effect of
a pharmacy care program on medication
adherence and persistence, blood
pressure, and low-density lipoprotein
cholesterol: a randomized controlled
trial. JAMA. 2006;296(21):2563–71.
doi:10.1001/jama.296.21.joc60162.
23. Bramley TJ, Gerbino PP, Nightengale
BS, Frech-Tamas F. Relationship of
blood pressure control to adherence
with antihypertensive monotherapy in
13 managed care organizations. JMCP.
2006;12(3):239–45.
24. Appel LJ, Brands MW, Daniels SR,
Karanja N, Elmer PJ, Sacks FM.
Dietary approaches to prevent and treat
5?*"2("#+$/#Y) ') +<$"#($4<) +('("!"#()
from the American Heart Association.
Hypertension. 2006;47:296–308. doi:
10.1161/01.HYP.0000202568.01167.B6
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
174
25. Franklin SS, Gustin W, Wong ND,
Larson MG, Weber MA, Kannel WB, et
al. Hemodinamic patterns of age-related
changes in blood pressure. Circulation.
1997;96(1):308–15. doi: 10.1161/01.
CIR.96.1.308
26. Goldberg A, Rickler KS. The role of
family caregivers for people with chronic
illness. RIMJ. 2011;94(2):41–2.
27. Brown MT, Bussell JK. Medication
adherence: WHO cares? Mayo Clin
Proc. 2011;86(4):304–14. doi: 10.4065/
mcp.2010.0575
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 3, September 2015
!"#$%&'()*+,
!"(-./(,.#.(0&1"2343(-
0)-5
6)75(89:7)665;
<=>7!?><=@A(@@BAC!7
89:7)88)DE();
AFGAHF=@C
IDJ;(+D9E6
FCAK
+L!J!+65J(+D9E6G@@A<
!96LDJM,JDD0M!ENM-9LM,969M05:J?!E!EM-!J!8!E6?N,;0
OF@FN<PQ
@HR8)7)-!J)6?()E;5S
@FR)E65JE56(8D9J+58
CR,9:-)+!6)DE8
@@R869;5E6(,!,5J8
@ <R
< @R
G @R
F @R
A @R
H @R
T @R
K @R
!"#$%&'()*+,DJ)U)E!-)6?(J5,DJ6
,J)7!J?(8D9J+58
VVVN4W1$N4'XN4$/NYZ[)4#&"4&# (8Z."W&
VVVN\W$&'ZN1")4#&"4&# (8Z."W&
8.1X$##&](#Z($U"Z.^8#.]&4# (,3^&"
#.4YY.'^/3"X3W$\#N_ $'&\NVZ"]^"&\\NWZX)4#&"4&# (8Z."W&
`3X3N`3X34&#VZ"%NWZX)4#&"4&# (8Z."W&
VVVN^3/ZNZ"Y)4#&"4&# (8Z."W&
`Z."43'N_"Z4#$&"\$4NZ"Y)4#&"4&# (8Z."W&
IZ4Ya(73"#$4(+N8Na(+3"X&4(LN7N(I.a(L3""2LNSN(I34Ya(L&.4Y(I$4Y(-$a(5"$W(7N6N(L.$a!.Y.\#$4&(6N(-3Xa(JZY&"(?NEN(+/.4Ya:&4`3X$4(LNPN(?$^a(34](;Z43'](5N(7Z"$\%2Nb!\\ZW$3#$Z4(1&#V&&4(#/&(K>$#&X(7Z"$\%2X&]$W3#$Z4(3]/&"&4W&(\W3'&(O77!8>KQ(\WZ"&
C @R
@= @R
@@ @R
@< @R
@G @R
@F @R
34](Y'2W3&X$W(WZ4#"Z'(3XZ4Y(+/$4&\&]$31&#&\(^3#$&4#\ba(6/&(*Z."43'(Z_(+'$4$W3',/3"X3WZ'ZY2a(<=@FN,.1'$W3# $Z4
U3''3Y/&"a(:&4`3X$4(;Na(,3.'(7.4#4&"aE3#/3'$&(7Z$\&a(*&442(*N(-$4a(34]()34(7NP"Z4$\/N(b!"&(#VZ(WZXXZ4'2(.\&](\&'_>"&^Z"#c.&\#$Z443$"&\(.\&_.'(_Z"($]&4#$_2$4Y34#$/2^&"#&4\$[&(X&]$W3#$Z4(4Z43]/&"&4W&dBba(*Z."43'(Z_(L2^&"#&4\$Z4a(<=@AN,.1'$W3# $Z4
-Z4]Z4a(UNN(bL2^&"#&4\$Z4(3"#&"$&''&a$4\.__$\34W&("&43'&(W/"Z4$c.&(&#(]$3'2\&baE&^/"Z'ZY$&(e(6/&"3^&.#$c.&a(<==T@=,.1'$W3# $Z4
8.1X$##&](#Z(73Wc.3"$&(94$[&"\$#28#.]&4# (,3^&"
8/$4a(8.%2Z.4a(L2.4`Z4Y(8Z4Ya(834Y>PVZ4D/a(P2.4Y(5Z1(+/Z$a(LZ(P$Xa(34](8.4X&&*34YN(b5__&W#(Z_(34#$/2^&"#&4\$[&(X&]$W3#$Z43]/&"&4W&(Z4(/Z\^$#3'$f3#$Z4(_Z"W3"]$Z[3\W.'3"(]$\&3\&(34](XZ"#3'$#2($4/2^&"#&4\$[&(^3#$&4#\ba(L2^&"#&4\$Z4J&\&3"W/a(<=@GN,.1'$W3# $Z4
8.1X$##&](#Z(94$[&"\$#2(Z_(:312'Z48#.]&4# (,3^&"
"&^Z\$#Z"2N.1323N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
@A g@R
@H g@R
@T g@R
@K g@R
@C g@R
<= g@R
<@ g@R
<< g@R
<G g@R
:.'3`a(U"f&YZ"fN(b+ZX1$4$4Y(EZ4>,/3"X3WZ'ZY$W3'(6"&3#X&4#\(V$#/,/3"X3WZ#/&"3^$&\(_Z"(E&."Z'ZY$W3';$\Z"]&"\B(!(94$c.&()4#&"_3W&(Z_(#/&(:"3$4a;".Yhij;&[$W&a(34]()4#&''&W#.3'(,"Z^&"#2ba0"Z4#$&"\($4(E&."Z'ZY2a(<=@FN,.1'$W3# $Z4
8.1X$##&](#Z(-3."&3#&(L$Y/&"(5].W3#$Z4U"Z.^8#.]&4# (,3^&"
\Ĺ\"$=@N1'ZY\^Z#NWZX)4#&"4&# (8Z."W&
^3\W3N.434]N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
VVVN^ZYZ&NZ"Y)4#&"4&# (8Z."W&
]$Y$'$1N\.434>3X^&'N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
-34$\(-N(L$W%\N(b6/&(!^^'$W3#$Z4(Z_(J&XZ#&7Z4$#Z"$4Y(#Z()X^"Z[&(L&3'#/(D.#WZX&\(#Z(3J."3'(!"&3ba(6&'&X&]$W$4&(*Z."43'(34](&>L&3'#/a(=Kk<=k<==C,.1'$W3# $Z4
Z`\N.4.]N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
"&^Z\$#Z"2N.\.N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
<F g@R
<A g@R
<H g@R
<T g@R
<K g@R
<C g@R
G= g@R
G@ g@R
G< g@R
GG g@R
GF g@R
VVVN._@N$4_Z)4#&"4&# (8Z."W&
"&^Z\$#Z"2N.^$N&].)4#&"4&# (8Z."W&
l]X$\$N.4$X.\N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
8.1X$##&](#Z(+."#$4(94$[&"\$#2(Z_(6&W/4Z'ZY28#.]&4# (,3^&"
l3N2$XYNWZX)4#&"4&# (8Z."W&
$"`313"N1^\NYZN$])4#&"4&# (8Z."W&
#.#Z"$3'%.'$3/N1'ZY\^Z#NWZX)4#&"4&# (8Z."W&
VVVNY"ZV'$_&NWZX)4#&"4&# (8Z."W&
&^"$4#\N.42N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
$4\&3"W/N.4$1$N3WN$])4#&"4&# (8Z."W&
!Y.$3"a(,3#"$W$3(7Na(:'$W$&(*N(:3'$\3>JZW/3aU$\&''&(]&(+N(:"$#Za(I&''$4Y#Z4(:N(]3(8$'[3a7mn"W$Z(73W/3]Za(34](;$[3']Z(,N(-2"3Nb,/3"X3W&.#$W3'(W3"&($4(/2^&"#&4\$[&^3#$&4#\B(!(\2\#&X3#$W('$#&"3#."&("&[$&VbaJ&\&3"W/($4(8ZW$3'(34](!]X$4$\#"3#$[&
GA g@R
5S+-9;5(o9D658 D00
5S+-9;5:):-)DUJ!,L?
D00
5S+-9;5(7!6+L58 D00
,/3"X3W2a(<=@<N,.1'$W3# $Z4
UZ'f3"34]a(7a(p(:3/3]Z"34a(,(7$"X$"34a(883]&Y/$34>8/3"$_a(34](0(!f$f$N(b;$"2^/2#ZW/&X$W3'($4]&l($\($4[&"\&'2(3\\ZW$3#&]V$#/(#/&(ZWW.""&4W&(Z_(/2^&"#&4\$Z4($4(3].'#\B3(G>2&3"(_Z''ZV>.^(O#/&(6&/"34(-$^$](34]U'.WZ\&(8#.]2Qba(5."Z^&34(*Z."43'(Z_+'$4$W3'(E.#"$#$Z4a(<=@FN,.1'$W3# $Z4
Top Related