5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
1/40
i
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATAN
PENYAKIT KANKER SERVIKS
oleh:
Siti Muawanah 112310101008
Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S 112310101046
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
2/40
ii
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATANPENYAKIT KANKER SERVIKS
disusun guna memenuhi tugas praktikum Mata Kuliah Penyakit Global
oleh:
Siti Muawanah 112310101008
Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S 112310101046
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
3/40
iii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
PENYUSUNAN PROGRAM MANAJEMAN PELAYANANKESEHATAN PENYAKIT KANKER SERVIKS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
Tanggal 06 Maret 2013
Diajukan Oleh Ketua Kelompok
Siti Muawanah
NIM 11231010108
Diperiksa Oleh Desen Pembimbing Praktikum
Hanny Rasny,M.Kep
Disetujui Oleh Penanggung Jawab Mata Ajar
Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom
NIP 19800105 200606 1 004
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
4/40
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum laboratorium Mata
Kuliah Penyakit Global Laporan Praktikum Laboratorium Penyusunan Program
Manajemen Pelayanan Kesehatan Penyakit Kanker Serviks dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Penyusunan laporan praktikum laboratorium ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Penanggung Jawab
Mata Ajar Penyakit Global;
2. Hanny Rasny,M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok praktikum
Mata Ajar Penyakit Global;
3. teman-teman yang telah membantu, dan;
4.
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan praktikum laboratorium ini. Akhirnya kami berharap,
semoga laporan praktikum laboratorium ini dapat bermanfaat.
Jember, Maret 2014 Penulis
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
5/40
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
RINGKASAN ........................................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 2
1.3 Manfaat ................................................................................... 2
BAB 2. PENGKAJIAN ............................................................................ 4
2.1 Gambaran Umum dan Perilaku Penduduk ......................... 4
2.2 Situasi Derajat Kesehatan ..................................................... 9
2.3 Situasi Upaya Kesehatan ....................................................... 11
2.4 Situasi Sumber Daya Kesehatan............................................ 14
2.5 Perbandingan Indonesia dengan Negara anggota ASEAN dan
SEARO.................................................................................... 18
2.6 Analisis Situasi ........................................................................ 21
BAB 3. MASALAH PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN
KESEHATAN ............................................................................. 27
3.1 Analisis Masalah F ish Bone .................................................. 27
3.2 Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan ........... 22
BAB 4. PERENCANAAN ........................................................................ 29
4.1 Perencanaan ............................................................................ 29
7.2 Saran ....................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
6/40
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Kondisi Perekonomian Daerah ................................................................... 5
Realisasi Total Eksport Tahun 2010 ........................................................... 6
Perkembangan Sarana Pendidikan .............................................................. 7
Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2003 .................. 7Sebaran Fasilitas Kesehatan Kabupaten Malang 2000 ............................... 14
Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Kelurahan Tahun 2000 ..................... 16
Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Keluarhan Tahun 2006 ..................... 16
Skema Monitoring dan Evaluasi ................................................................. 26
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
7/40
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Analisis masalahfish bone............................................................ 27
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
8/40
1
BAB 1.LATAR BELAKANG
1.1Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi
fisik yang tidak normal dan pola hidup yangtidak sehat. Kanker dapat menyerang
berbagai jaringan di dalam organ tubuh, termasuk organ repoduksi wanita yang
terdiri dari payudara, rahim, indung telur, dan vagina. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita
meninggal dunia akibat kanker serviks. Kanker serviks atau kanker leher rahim
adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim yaitu, bagian
rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari
leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke
organ-organ lain di seluruh tubuh.Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim
adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan paling dapat
disembuhkan dari semua kasus kanker. Tetapi, biarpun demikian, di wilayah
Australia barat saja, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap
kanker leher rahim setiap tahun.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks
menempatiperingkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan
kematian pada perempuan didunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari
15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya
berakhir dengan kematian.
Sebanyak 747 perempuan di Kota Malang, Jawa Timur, menderita kanker
serviks. Jumlah itu merupakan yang tertinggi di antara 38 kabupaten dan kota di
provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut. Direktur Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah (UMM), Malang Fathoni Sadani, mengatakan, data dari Dinas
Kesehatan Jatim pada 2011, di provinsi itu jumlah keseluruhan penderita kanker
serviks mencapai 1.844 kasus dan Kota Malang sebagai penyumbang terbesar.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
9/40
2
Jumlah penderita kanker serviks di Jatim ini cukup tinggi dan hampir di seluruh
kota dan kabupaten di Jatim ada penderita kanker serviks (Awwal,2014)
1.2 Tujuan
Tujuan laporan praktikum ini dibagi menjadi dua yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus.
1.2.1 Tujuan umum yaitu menyusun program manajemen pelayanan kesehatan
pada penyakit kanker serviks
1.2.2 Tujuan khusus yaitu sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi data-data tentang gambaran umum dan perilaku
penduduk, situasi derajat kesehatan, situasi upaya kesehatan, situasi sumber
daya kesehatan, perbandingan Indonesia dengan negara ASEAN dan SEARO,
serta analisis situsasi terkait penyakit kanker serviks.
2. Menyusun masalah program manajemen pelayanan kesehatan dengan
menggunakan analisis masalah Fish Bone
3. Menyusun perencanaan yang akan dilakukan dalam program manajemen
pelayanan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi masyarakat Malang
Dengan adanya pilot project yang telah disusun diharapkan masyarakat
dapat mengaplikasikan program tersebut dalam kehidupan sehari-hari sehingga
angka mortalitas maupun morbiditas kanker serviks di masyarakat Malang dapat
berkurang.
1.3.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Dapat digunakan salah satu media pembelajaran dan referensi mengenai
penanganan kasus kanker serviks sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa.
1.3.3 Bagi pelayanan keperawatan di Malang
Memberikan informasi program penanganan diare di wilayah Malang yang
efektif sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja perawat.
1.3.4 Bagi Institusi Kesehatan (Puskesmas)
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
10/40
3
Dapat memberikan informasi tentang kesehatan warga wilayah Malang,
diharapkan dengan adanya informasi ini dapat menjadi dasar bagi Institusi
Kesehatan (Puskesmas) untuk melakukan upaya tindak lanjut pada warga Malang.
1.3.5 Bagi Institusi Kesehatan (Dinas Kesehatan)
Dapat memberikan informasi mengenai masalah kanker serviks di Malang
sehingga Dinas Kesehatan Malang dapat melakukan upaya tindak dengan cara
kerja sama baik secara lintas program maupun lintas sector untuk menanggulangi
masalah kanker serviks yang ada di Malang.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
11/40
4
BAB 2. PENGKAJIAN
2.1 Gambaran umum dan perilaku penduduk
1) Keadaan Penduduk
Kabupaten Malang secara geografis berbatasan dengan enam Kabupaten
dan Samudera Indonesia. Sebelah Utara-Timur berbatasan dengan Kabupaten
Pasuruan dan Probolinggo. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Lumajang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara berbatasan dengan
Kabupaten Kediri dan Mojokerto. Luas wilayah Kapubaten Malang adalah
3.534,86 km2 dan terdiri dari 33 kecamatan, 12 kelurahan dan 378 desa. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Kabupaten Malang pada tahun
2011 adalah 2.459.982 jiwa. Program IUWASH di Kabupaten Malang mulai
dilaksanakan pada November 2012 melalui penandatanganan Surat Kesepakatan
Kerjasama (MoU) antara IUWASH dan Bupati Malang (Profil Kabupaten
Malang,2013).
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Kota Malang sementara adalah 819.702 orang, yang terdiri atas 403.958 laki-laki
dan 415.744 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut tampak bahwa
penyebaranpenduduk Kota Malang bertumpu di Kecamatan Lowokwaru yakni
sebesar 22,69 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Sukun sebesar 22,11
persen, Kecamatan Kedungkandang sebesar 21,28 persen, Kecamatan Blimbing
20.98 persen dan Kecamatan Klojen 12.93 persen. Jika dirinci berdasarkan
kecamatan, jumlah penduduk Kecamatan Kedungkandang sebesar 174.427 orang,
Kecamatan Sukun sebesar 181.270 orang, Kecamatan Klojen sebesar 106.017
orang, Kecamatan Blimbing sebesar 171.970 orang, dan Kecamatan Lowokwaru
sebesar 186.018 orang.
Dengan luas wilayah Kota Malang sekitar 110,05 kilo meter persegi yang
didiami oleh 819.702 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota
Malang adalah sebanyak 7.448 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
12/40
5
paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Klojen yakni
sebanyak 12.006 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah
adalah Kecamatan Kedungkandang yakni sebanyak 4.373 orang per kilo meter
persegi (BPS,2010).
2) Keadaan Ekonomi
a. Kondisi Perekonomian Daerah
Gambar 1.Kondisi Perekonomian Daerah
Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun
perekonomian Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan (35,84%), kemudian
diikuti oleh sektorperdagangan, hotel dan restoran (32,22%), sektor jasa-jasa
(11,64%), sektorkeuangan (8,33%). Sedangkan sektor lainnya (11,97%) meliputi
sektor pengangkutandan komunikasi, pertambangan, pertanian, bangunan, listrik,
dan gas rata-rata 2-3%.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
13/40
6
b. Realisasi Total Eksport Tahun 2000
Gambar 2. Realisasi Total Eksport Tahun 2000
Total kegiatan ekonomi tahun 1999 menunjukkan sektor perdagangan,
hotel danrestoran menjadi penyumbang terbesar kedua.Nilainya Rp 1,8 trilyun.
Sebesar 61 persen dari penduduk usia produktif kota ini mencari nafkah di sektor
perdagangan.Selain perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya.
Berbagai macamindustri seperti makanan, minuman, kerajinan emas dan perak
sampai garmen berdiridi kota ini. Kawasan Kota lama penuh dengan industri
berukuran sedang sampai berat,juga kerajinan keramik. Kerajinan keramik di
Dinoyo misalnya, mulai berkembang danmendapatkan tempat di kalangan
pencinta keramik di Tanah Air. Sektor industri, yang merupakan 37 persen dari
total kegiatan perekonomian, menjadi penyumbang terbesar. Nilainya Rp 2,26
trilyun. Komoditas industri ini mampu menembus pasaran ekspor. Hanya
sayangnya realisasi ekspor Kota Malang tahun-tahun belakangan ini nilainya terus
menurun. Dari total nilai 74,5 juta dolar AS, menurun setengahnya menjadi 30,9
juta dolar AS pada tahun 1999, dan tahun 2000 turun lagi menjadi 20,1 juta dollar
AS. Kawasan perdagangan seperti Jalan Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar
mampu melayani kebutuhan warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang
melainkan juga warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung (Profil
Kota Malang,2010)
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
14/40
7
3) Keadaan Pendidikan
Dalam kurun waktu antar tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 terjadi
peningkatan jumlah sarana pendidikan di Kota Malang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Gambar 3.Perkembangan Sarana Pendidikan
Gambar 4. Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Malang Tahun 2003
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Sepanjang tahun 2007 berbagai masalah kesehatan terjadi di ibu pertiwi
Indonesia tercinta. Masalah-masalah kesehatan tersebut antara lain peningkatan
berbagai penyakit infeksi, peningkatan penyakit degeneratif dan penyakit yang
muncul akibat dampak dari bencana alam baik karena banjir besar, air pasang dan
gempa bumi. Selain itu masalah penyakit busung lapar akibat kelaparan dan
kurang gizi serta kejadian luar biasa (KLB) diare juga masih dilaporkan dari
beberapa daerah di Indonesia.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
15/40
8
Berbagai penyakit infeksi baru seperti penyakit flu burung yang
diakibatkan oleh virus avian flu juga terus ditemukan sepanjang tahun menjadikan
Indonesia menjadi negara yang mempunyai kasus flu burung terbanyak dengan
kematian. Penyakit HIV AIDS juga mengalami pertumbuhan yang pesat di bumi
tercinta dimana dinegara lain tetangga kita pertambahan kasus HIV AIDS tidak
sepesat di negara kita. Bahkan para pakar juga memprediksi bahwa pertambahan
jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia termasuk yang paling pesat dibandingkan di
negara lain.
Infeksi Tuberkulosis khususnya TBC paru juga masih menjadi masalah
utama. Indonesia masih termasuk dari beberapa negara dunia dengan jumlah
kasus terbanyak TBC. Demam berdarah Dengue (DHF) masih menjadi endemis
dan kasusnya selalu ditemukan sepanjang tahun terutama dikota-kota besar.
Penyakit malaria yang sebenarnya insidens sudah sangat berkurang, dalam
beberapa tahun belakangan ini dilaporkan kasusnya meningkat kembali.
Peningkatan kembali kasus malaria pada beberapa daerah di Indonesia
dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang buruk disertai pemanasan global
yang saat ini sedang terjadi. Pemanasan global yang berakibat temperatur bumi
yang meningkat menyebabkan kondisi yang baik buat nyamuk pembawa penyakit
malaria untuk hidup. Kelaparan yang melanda beberapa daerah juga salah satu
factor ditemukannya kasus-kasus kurang gizi sampai busung lapar yang terjadi
tidak saja di daerah-daerah pulau luar Jawa tetapi juga daerah-daerah di pulau
Jawa bahkan ironis anak-anak Balita dengan gizi kurang akibat asupan yang
kurang masih ditemukan di Ibukota Jakarta tercinta ini. Bencana alam baik
dampak langsung karena adanya global warming (pemanasan global) maupun
karena kondisi geografis Indonesia yang rawan bencana mengakibatkan terjadinya
kerusakan dan kehilangan harta benda dari masyarakat kita. Selain penyakit
infeksi ternyata penyakit degeneratif juga semakin banyak ditemukan di negara
kita. Penyakit Diabetes Melitus, obesitas, dislipidemia, stroke, penyakit jantung
koroner insidens juga semakin meningkat. Peningkatan penyakit degeneratif ini
berhubungan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang melakukan aktifitas olah raga.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
16/40
9
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan modern dan masalah
kesehatan tradisional. Masalah kesehatan modern seperti obesitas, diabetes
mellitus, penyakit jantung koroner,dislipidemia (kadar kolesterol darah yang
tinggi).
Masalah kesehatan tradisional seperti TBC, kelaparan, diare. Belum lagi
penyakit infeksi baru seperti flu burung jumlah kasus dan jumlah kematiannya
juga cukup besar di Indonesia. Sehingga secara khusus Indonesia menjadi sorotan
badan dunia akibat penyakit flu burung ini. Selain kedua kelompok penyakit besar
diatas saat inipun kita sering mendengar keracunan makanan yang terjadi ditengah
masyarakat. Pemakaian bahan dan zat beracun yang digunakan didalam makanan
dan minuman kita serta beredarnya obat palsu yang menambah buruk kondisi
kesehatan masyarakat kita (Dinkes Jatim, 2014).
5) Keadaan Perilaku Masyarakat
Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker leher rahim
yaitu faktor sosiodemografis yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor
aktifitas seksual yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seks,
pasangan seks yang berganti-ganti, paritas, kurang menjaga kebersihan genital,
merokok, riwayat penyakit kelamin, trauma kronis pada serviks, serta penggunaan
kontrasepsi oral dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun.
2.2 Situasi Derajat Kesehatan
1) Mortalitas
Karsinoma serviks merupakan kanker genitalia kedua yang paling sering
pada wanita dan yang utama bertanggung jawab untuk kematian akibat kanker
pada wanita di negara-negara berkembang. Diperkirakan 500.000 kasus kanker
serviks didiagnosis setiap tahun di dunia. Insiden dan mortalitas kanker serviks di
dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Sementara itu, di negara
berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab utama kematian
akibat kanker pada wanita usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. American Cancer Societymemprediksi 11.270 kasus baru kanker
serviks didiagnosis di Amerika Serikat tahun 2009 dan lebih dari 50.000 kasus
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
17/40
10
baru kanker serviks akan didiagnosis setiap tahunnya, dengan angka kematian
mencapai 4.070.
2) Morbilitas
Terkait dengan peningkatan kapasitas Kanker Serviks merupakan jenis
kanker terbanyak di Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut
WHO, 490.000 perempuan didunia setiap tahun didiagnose terkena kanker serviks
dan 80 % berada di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Setiap 1 menit
muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang perempuan karena
kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-45 kasus baru,
20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan
meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-
750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada
kaitannya dengan, sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker
serviks datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut
dimana kanker tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh
sehingga biaya pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi.
Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk
faktor-faktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 %
faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan. Karena
itu perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks.
Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya
pencegahan primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan
kepada masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko
terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan
deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA
(inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat).
Saat ini cakupan screening deteksi dini kanker serviks di Indonesia melalui pap
smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal cakupan screening
yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena
kanker serviks adalah 85 %.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
18/40
11
3) Dampak Kesehatan Akibat Penyakit
Kanker serviks adalah jenis penyakit yang menyerang bagian bawah
uterus yang disebut serviks atau uterin serviks. Serviks ini terhubung dengan
bagian atas uterus dimana janin berkembang dan tumbuh. Kanker ini termasuk
jenis kanker yang tumbuh dengan lambat dan memerlukan waktu lama untuk
berkembang. Gejalanya hampir tak terlihat namun akibat kanker serviks bisa
terlihat.
Karena gejalanya tidak terlihat maka pemeriksaan kanker serviks biasanya
dengan mendiagnosa kemunculan sel yang tidak biasa dilihat dengan mikroskop.
Sel ini bisa berubah menjadi membahayakan namun tidak memiliki efek samping
dan seringkali bisa hilang tanpa perawatan khusus. Bahkan ketika sel ini berubah
menjadi tumor pun seringkali gejalanya tetap tidak terlihat.
Ketika kanker tumbuh dan bersifat invasive maka dampaknya akan
muncul pada rasa sakit di vagina, pendarahan yang tidak biasa (selama menstruasi
atau pendarahan setelah menopause atau ketika berhubungan intim), mengalami
rasa sakit ketika urinasi, sakit pinggang dan punggung, kehilangan berat badan,
pendarahan dari kantung kemih dan anemia.
Akibat kanker serviks ini secara umum termasuk berat dan sulit dirawat.
Karena kurangnya gejala yang terlihat di awal pertumbuhan, maka para wanita
harus melakukan pemeriksaan papsmear secara teratur untuk agar bisa mendeteksi
perubahan sel sebelum kanker kemudian dirawat lebih dini.
2.3 Situasi Upaya Kesehatan
1.
Pelayanan kesehatan dasar
Pemerintah Kabupaten Malang terus meningkatkan fasilitas dan sumber
daya manusia (SDM) yang ada di masing-masing Puskemas. Pekan kemarin, satu
lagi Puskesmas Rawat Inap berdiri di Kabupaten Malang, tepatnya di Kecamatan
Pakis. Semula, Puskesmas yang ada hanya Puskesmas rawat jalan. Tapi, sekarang
sudah lebih lengkap dengan pelayanan rawat inap, bersalin, gigi dan pelayanan
gizi. Pelayanan di Puskesmas pun terus ditingkatkan untuk memberikan layanan
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
19/40
12
yang maksimal untuk warganya. Banyak masyarakat yang hanya menderita
penyakit ringan langsung ke RSUD dengan menggunakan fasilitas Jamkesmas.
Saat ini, di Kabupaten Malang sudah ada 26 Puskesmas dengan layanan
rawat inap yang fungsinya hampir sama dengan rumah sakit tipe kecil. Di tahun
2013 ini, akan dilakukanm rehab terhadap 42 Puskesmas pembantu yang tersebar
di Kabupaten Malang, termasuk penambahan peralatan peningkatan mutu di
masing-masing Puskemas. Tahun 2012 lalu, sebanyak 35 Puskesmas Desa
(Puskesdes) dibangun, 12 Puskesmas dilakukan rehab. Sedangkan, pembangunan
Puskesmas Pakis yang baru saja diresmikan dibangun pada tahun 2012 lalu, dari
dana alokasi khusus (DAK).
2.Pelayanan kesehatan rujukan
RSUD Dr. Saiful Anwar adalah Rumah Sakit Umum KelasA milik
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan Perda Nomor 23 Tahun
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Provinsi Jawa Timur,
RSUD Dr.Saiful Anwar ditetapkan sebagai unsur penunjang Pemerintah Provinsi
setingkat dengan Badan, yang menyelenggarakan sebagian urusan dibidang
pelayanan kesehatan. Dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur, berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Sejak Maret tahun 2000, RSUD Dr. Saiful Anwar Malang terakreditasi penuh
untuk 12 jenis pelayanan. Pada tahun 2005 terakreditasi penuh tingkat lengkap
untuk 16 jenis pelayanan berlaku 1 Februari tahun 2005 s/d 1 Februari tahun 2008
dan diperbarui dengan setifikat ISO 9001: 2000 yang berlaku 18 Juni 2008 s/d 18
Juni 2009 dan telah diperbarui dengan sertifikat ISO 9001 : 2008.Wilayah rujukan
RSU Dr.Saiful Anwar meliputi 10 (sepuluh ) wilayahkota/kabupaten, yaitu,
Kota/Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota/Kabupaten Pasuruan, Kota/Kabupaten
Probolinggo, Kabupaten Lumajang dan Kota/Kabupaten Blitar.
3.Pelayanan jaminan kesehatan masyarakat
Dalam Keputusan Walikota Malang Nomor :188.45/95/35.73.112/2010
tentang Penetapan PesertaProgram Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
di Kota Malang th 2010 yang ditetapkan pada tanggal 1 Pebruari 2010 dinyatakan
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
20/40
13
bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan khususnya masyarakat miskin,
telah diselenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI No: 316/MenKes/SK/V/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Jaminan Kesejatan Masyarakat (Jamkesmas), bahwa berdasarkan pertimbangan hal
tersebut perlu memutuskan : Menetapkan jumlah Anggota Rumah Tangga Miskin,
Hampir Miskin, Sangat Miskin yang masuk dalam kepesertaan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat di Kota Malang pada Tahun 2010 sebanyak 94.655 Jiwa yang
tersebar dalam 5 wilayah Kecamatan yang ada di Kota Malang. Peserta Jaminan
Kesehatan Masyarakat yang dimaksud masyarakat miskin kuota yang pembiayaan
pelayanan kesehatannya ditanggung oleh Pemerintah Pusat dari dana Anggaran
Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN).
Dalam implementasi di lapangan berkaitan dengan pelayanan kesehatan
masyarakat miskin bukan hanya berpedoman pada kebijakan Pemerintah Daerah
Kota Malang tersebut, namun juga mengacu pada Keputusan Menteri Kesehtan RI
Nomor : 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Tehnik Standart Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota yang mengacu pada kebijakan dan
strategi desentralisasi bidang kesehatan, yaitu :
1. Terbangunnya komitmen antara pemerintah,legislatif, masyarakat
dan stakeholder lainnyaguna kesinambungan pembangunan
kesehatan.
2. Terlindunginya kesehatan masyarakat,khususnya penduduk miskin,
kelompok rentandaerah miskin.
3.
Terwujudnya komitmen nasional dan global dalam program
kesehatan.4. Sehubungan dengan kebijakan Pemda Kota Malang tentang Program
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Perkotaan seperti yang
disampaikan oleh Kabag Yankes.
Kebijakan yang di buat pemerintah tentang program kesehatan masyarakat
miskin perkotaan sudah cukup bagus, dan ada perhatian pemerintah dengan
memberikan program mulai dari CPSBK, Askeskin dan yang terbaru adalah Program
Jamkesmas dan Jamkesda, dan data yang di pakai dinkes kota untuk program
jamkesmas adalah data dari BPS tahun 2006 sampai sekarang untuk jamkesmas di
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
21/40
14
ambilkan dana dari APBN sedangkan jamkesda di ambil dari APBD dan bagi
masyarakat yang tidak mampu dan dirinya tidak terdaftar di program jamkesmas atau
jamkesda harus mengurus SKM yang sudah oleh RT/RW serta kecamatan Rumah
Sakit yang dituju oleh dinkes kota malang untuk pasien yang menggunnakan
jamkesmas dan jamkesda adalah rumah sakitRSSA dan Rumah Soepraun /RST.
4.Pencegahan dan pemberantasan penyakit
2.4 Situasi sumber daya kesehatan
1.
Sarana kesehatan
Fasilitas layanan kesehatan di Kabupaten Malang dapat dikatakan telah
tersebar merata sejumlah 60%. Berikut disajikan sebaran fasilitas kesehatan di
Kabupaten Malang berupa sebaran Apotik, Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin
serta Tempat Praktek Dokter. Sebaran ini didapat dari hasil olahan Potensi Desa
BPS Tahun 2000:
Gambar 5. Sebaran F asil i tas Kesehatan Kabupaten M alang 2000
(Sumber: Potensi Desa BPS 2000)
Dari visualisasi di atas terlihat bahwa persebaran sedikit merata. Terutama
untuk persebaran praktek dokter. Lalu persebaran Apotik umumnya mendekati
persebaran Rumah Sakit Bersalin dan juga Rumah Sakit Umum. Persebaran
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
22/40
15
fasilitas kesehatan ini terletak pada Kecamatan Ngantang, Pakis, Tumpang,
Lawang, Dau, Tajinan, Gondanglegi, Turen, Dampit, Donomulyo, Kromengan,
Sumbermanjing. Terdapat beberapa daerah di bagian utara Kabupaten Malang
yang tidak tersentuh fasilitas kesehatan.
Pemanfaatan rumah sakit di Kabupaten Malang dilihat dari laporan
kunjungan baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit umum ataupun
swasta. Untuk pengunjung terbanyak ada di Rumah Sakit Kanjuruhan di
Kecamatan Kepanjen dan pengunjung tersedikit berada di Rumah Sakit Jiwa
Wikarta Mandala kecamatan Pujon.
Berdasarkan peraturan daerah tahun 2008 tentang Kesehatan Ibu, Bayi
Baru Lahir Dan Anak (KIBBLA) menyatakan bahwa rumah sakit bersalin adalah
tempat penyelenggaraan pelayanan kebidanan bagi wanita hamil, bersalin dan
masa nifas fisiologis dan patologid termasuk pelayanan KB dan perawatan Bayi
Baru lahir secara rawat inap. Oleh karenanya keberadaan Rumah Sakit Bersalin
ini mutlak diperlukan, terutama dengan kebijakan sendiri dimana daerah diberi
kewenangan mengelola daerahnya harus mampu penjalankan peran ini dengan
benar dan mendekatkan pelayanannya. Pada peta podes, terlihat bahwa
keberadaan rumah sakit bersalin hanya terpusat di beberapa kecamatan seperti
Gondangegi, Pakis, Kepanjen sehingga aksesbilitas penduduk lain menjadi sulit.
Hal yang kontrasi terjadi pada sebaran fasilitas kesehatan tempat praktek
dokter. Praktek dokter hamper tersebar di seleuruh kecamatan, hal ini terkait pula
dengan sistem desentralisasi yang membebaskan swasta untuk turut berpartisipasi
juga untuk mengelola pembangunan kesehatan daerah.
2.
Tenaga kesehatan
Berikut disajikan kondisi tenaga medis di Kabupaten Malang pada tahun 2000 dan
2006. Dari hasil table diketahui bahwa terdapat kenaikan jumlah tenaga medis di
kabupeten malang dari tahun ke tahun. Dokter pria sejumlah 104 pada tahun 2000
naik menjadi 467 pada tahun 2006. Begitupun juga dengan jumlah dokter wanita,
bidan, dukun bayi terlatih dan dukun bayi tidak terlatih. Jumlah dokter wanita
naik dari jumlah 73 menjadi 194. Jumlah bidan naik dari 282 menjadi 720, dukun
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
23/40
16
bayi terlatih naik dari 471 menjadi 1001. Kenaikan jumlah tenaga medis tersebut
dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Gambar 6. Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Kelu rahan Tahun 2000
Tenaga Medis JumlahDokter Pria 104
Dokter Wanita 73
Bidan 282
Dukun Bayi
Terlatih 417
Dukun Bayi
Belum Terlatih 231TOTAL 1107
Gambar 7. Jumlah Tenaga Medis Tingkat Desa/Keluarhan Tahun 2006
Tenaga Medis JumlahDokter Pria 467
Dokter Wanita 194
Bidan 720Dukun Bayi
Terlatih 1001
Dukun Bayi
Belum Terlatih 346
TOTAL 2728
Sumber: Data Potensi Desa, 2006, diolah
Pengertian tenaga Kesehatan menurut peraturan daerah Kabupaten
Malang Nomor Tahun 2008 Tentang Kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak
(KIBBLA) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
dan memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang
kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya KIBBLA, antara lain Dokter Umum, Dokter Spesialis Kandungan, Dokter
Spesialis Anak, Apoteker, Bidan, Perawat, Nutrisionis, Asisten Apoteker.
Keberadaan tenaga medis adalah mutlak sebagai sumber daya kesehatan yang
berperan sebagai eksekutor terhadap masalah kesehatan. Adapun kenaikan jumlah
tenaga kesehatan yang terlihat pada tabel diatas diharpkan juga berbanding lurus
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
24/40
17
dengan kenaikan aksesbilitas masyarakat terhadap layanan kesehatan,
meningkatkankan kondisi sehat di masyarakat dan menurunkan korban pada
wabah penyakit.
Tenaga kesehatan di Kabupaten Malang dihimpun dari Dinas Kesehatan
Kabupaten sendiri dan seluruh UPTD Dinas Kesehatan serta seluruh Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit khusus yang ada baik pemerintah maupun swasta,
Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter gigi dan bidan praktek swasta. Terkait
dengan tujuan desentralisasi, maka tenaga kesehatan di daerah harus siap untuk
bertugas secara professional selayaknya kinerja pemerintah pusat. Memang
desentralisasi akhirnya mengharuskan daerah dan juga aktornya untuk siap
membangun daerah secara mandiri. Oleh karenanya penting untuk aktor-aktor
pembangunan daerah bergerak secara visioner, terarah dan maksimal. Kaitan
dengan pembangunan kesehatan diharapkan tenaga kesehatan di wilayah
Kabupaten Malang dapat tersebar rata. Desentralisasi memungkin persebaran
tenaga kesehatan merata karena disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dimana
dinas kesehatan daerah sudah diberi kewenangan untuk menegelola bidang
kesehatan, termasuk perekrutan dan penempatan tenaga kesehatan.
3.Pembiayaan kesehatan
Kebijakan pembiayaan kesehatan di tahun 2010 ditandai oleh beberapa
perkembangan menarik. Salah satunya adalah target Universal Coverage 2014
(100 persen penduduk terjamin) telah ditetapkan. Ini merupakan tantangan berat
karena saat ini baru sekitar 50% penduduk yang terjamin asuransi kesehatan atau
jaminan kesehatan lainnya, itupun lebih dari 75% terdiri dari warga miskin yang
dijamin oleh pemerintah lewat dana pajak. Universal coverage sudah ditargetkan
untuk dicapai namun pada saat yang sama penerapan UU SJSN masih belum
dilakukan.
Walaupun demikian, ada satu langkah menarik yang dianggap sebagai
pembuka jalan untuk tercapainya Universal Coverage, yaitu Jampersal (jaminan
kesehatan persalinan) yang, berbeda dengan Jamkesmas, juga ikut menjamin ibu
non miskin yang bersalin asal mau dirawat di klas 3 RS Pemerintah atau swasta
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
25/40
18
tertentu. Juga pada tahun 2010, hampir semua kabupaten/kota juga sudah
mencanangkan program Jaminan Kesehatan Daerah dengan berbagai variasinya.
Pada tahun 2010 sebenarnya ditargetkan untuk diundangkannya UU Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, namun kenyataannya belum juga terlaksana akibat
tarik ulur antara eksekutif dan legislatif mengenai jumlah BPJS.
2.5 Perbandingan Indonesia dengan negara anggota ASEAN dan SEARO
Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO
berisi tentang data penduduk mengenai jumlah penduduk di Indonesia dan Negara
ASEAN serta SEARO. Dalam sub bab ini juga menjelaskan pengkajian tentang
derajat kesehatan di Negara Indonesia.
2.5.1 Kependudukan
ASEAN merupakan sebuah organisasi geopolitik dan ekonomi dari negara-
nagara di kawasan asia tenggara yang bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan negara-
nagara anggota, serta memajukan perdamaian di tingkat regional. Anggota
ASEAN ada 10 negara yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja,
Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Tahiland, dan Vietnam.
Berdasarkan pengelompokan negara menurut WHO, Indonesia termasuk
dalam negara SEARO bersama 10 negara lainnya, yaitu Bangladesh, Bhutan,
Korea Utara, India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor
Leste. Perbandingan antara negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun
SEARO, dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara lain dalam
kawasan yang sama.
Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat
diarahkan sesuai kebutuhan penduduk yang merupakan sasaran sekaligus pelaku
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban
sekaligus juga modal dalam pembangunan.
Menurut World Populations Data Sheet 2010, pada pertengahan tahun 2010,
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak diantara negara anggota
ASEAN lainnya dengan jumlah penduduk 235,5 juta jiwa (data sensus penduduk
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
26/40
19
2010 menyatakan pendududk indonesia perbulan mei tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa). Dengan wilayah negara terluas, Indonesia selalu menempati peringkat
satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN. Sedangkan Brunai
Darussalam memiliki julah penduduk paling rendah yaitu sekitar 0,4 juta jiwa.
Jika dikawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan
jumlah penduduk terbesar, dikawasan SEARO Indonesia menempati peringkat
kedua setelah India (dengan jumlah penduduk 1.188,8 juta jiwa). Selain
bangladesh yang berpendudukan 164,4 juta jiwa, 8 negara lainnya berpendudukan
kurang dari 100 juta jiwa, bahkan terdapat 2 nsgara dengan jumlah penduduk
kurang dari 1 juta jiwa yaitu Bhutan (0,7 juta jiwa), dan Maladewa (0,3 juta jiwa).
Bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai
negara yang paling padat di kawasan ASEAN dengan kepadatan 7.526 penduduk
per km2 . Angka tersebut jauh diatas negara anggota ASEAN lainnya. Sementara,
negara dengan kepadatan penduduk terendah adalah laos dengan 27 penduduk per
km2.
Di kawasan SEARO, Bangladesh memiliki kepadatan penduduk tertinggi
dengan 1.142 jiwa per km2 . selanjutnya, walaupun memiliki jumlah penduduk
terkecil, dengan luas wilayah juga kecil, Maladewa merupakan negara dengan
kepadatan penduduk tertinggi kedua di Wilayah SEARO, yaitu 1.070 jiwa per
km2. Negara dengan kepadatan penduduk terendah adalah bhutan yaitu 15 per
km2.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 124jiwa per km2, Indonesia di
kawasan ASEAN berada pada peringkat kelima terpadat, sedangkan SEARO,
Indonesia menempati peringkat ke empat untuk negara dengan kepadatan
penduduk paling rendah diantara 11 negara.
Pada periode 2000-2009, laju pertumbuhan penduduk pertahun yang
tertinggi diantara anggota ASEAN adalah Brunei Darussalam dengan laju
pertumbuhan penduduk 2,3% sedangkan Myanmar merupakan negara dengan laju
pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu 0,8%.
Pada negara-negara SEARO selama periode yang sama, laju pertumbuhan
penduduk berkisar antara 0,5% hingga 3,7%. Laju pertumbuhan penduduk
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
27/40
20
terendah pada Korea Utara dan tertinggi di Timor Leste. Laju pertumbuhan
penduduk Indonesia adalah 1,4%. Di kawasan ASEAN, Indonesia menduduki
peringkat ke-3 terendah (bersama dengan Vietnam) untuk laju pertumbuhan
penduduk, sedangkan bila dilihat di kawasan SEARO, Indonesia menduduki
peringkat ke-5 dengan laju pertumbuhan penduduk terendah dari 11 negara.
2.5.2 Derajat Kesehatan
Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya
keatian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk. Pada
umumnya penduduk tua mempunyai resiko keatian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang masih muda. Jika tidak ada indikator
kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai
keadaan sejahtera penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.
Diantara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2010 Myanmar
merupakan negara dengan angka kematian kasar tertinggi, ytakni sebesar 11 per
1.000 penduduk. Keadaan angka kematian kasar di negara-negara kawasan
SEARO, tidak berbeda jauh dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Myanmar
merupakan negara dengan angka kematian kasar tertinggi, sementara terendah
adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010, di
Indonesia terdapat 6 kematian per 1.000 penduduk di kawasan ASEAN, Indonesia
menduduki peringkat ke-5 tertinggi angka keatian kasar sedangkan di kawasan
SEARO, Indonesia menduduki peringkat ke-2 terendah. Angka harapan hidup
merupakan indikator untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya.
Pada tahun 2010 diantara sepuluh negara anggota ASEAN, Singapura
merupakan negara dengan Angka Harapan Hidup waktu lahir paling tinggi yaitu
81 tahun. Negara yang memiliki angka harapan hidup waktu lahir terendah adalah
Myanmar yaitu 58 tahun. Untuk kawasan SEARO, Sri lanka merupakan negara
dengan angka harapan hidup waktu lahir paling tinggi yaitu 74 tahun. Negara
yang memiliki umur harapan hidup waktu lahir terendah adalah Myanmar yaitu
58 tahun.Di kawasan ASEAN, Indonesia dengan angka harapan hidup waktu lahir
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
28/40
21
71 tahun menempati peringkat ke-6 tertinggi, sedangkan di kawasan SEARO
menempati peringkat ke-3 tertinggi.
2.5.3 Upaya Kesehatan
2.6Analisis Situasi
2.6.1 Perencanaan
Menurut WHO (2008) Indonesia merupakan negara dengan dengan jumlah
penderita kanker serviks nomor dua tersering dan menyebabkan kematian akibat
kanker yang paling lama. Penyakit ini dering ditemukan pada stadium lanjut dan
setiap tahun ditemukan kejadian kanker serviks pada wanita sebanyak 8000 kasus
berakhir dengan kematian. Menurut Ikatan Peduli Kanker Serviks Indonesia di
Indonesia setiap harinya 40-45 wanita terdiagnosa kanker serviks dan 20-25
wanita meninggal, dengan kata lain setiap tahunnya angka kematian karena
kanker serviks mencapai 270.000 (IPKSI, 2011). Menurut WHO (2006)
menyatakan bahwa keterlambatan wanita menyadari adanya kanker serviks
meningkatkan morbidibitas dan mortalitas kanker serviks. Padahal, kanker serviks
sebenarnya dapat disembuhkan 100% bila ditemukan sejak dini dan ditangani
segera.
Hal ini dikarenakan perjalanan infeksi HPV (Human Papiloma Virus)
sampai menjadi kanker membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu 7-10 tahun
dan kanker serviks ini tidak menunjukkan gejala kesakitan sama sekali pada
stadium dini.
Padawanitayangtidakpernahmelakukandeteksidini,kankercenderungditemukanpad
astadiumlanjut,dimanakankersudahsulitdisembuhkan.Olehkarenaitudiperlukanupa
yamaksimaldalamrangkapenanggulanganterhadapkejadiankankerserviks.
Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi penyakit kanker rahim telah
mengeluarkan keputusan kementrian Kesehatan tahun 2010 tentang pengendalian
kanker leher rahim yaitu program yang mencakup promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif (Kemenkes, 2010).
1)Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian mortalitas dan morbitas pada masalah kesehatan
kanker serviks.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
29/40
22
2)
Tujuan Khusus
1)Mengetahui seberapa banyak masyarakat yang terkena kanker serviks
dengan deteksi dini
2)
Masyarakat ikut andil untuk melaporkan kepada petugas kesehatan apabila
terdapat atau ada warga yang mengalami masalah kesehatan kanker serviks
3)Mengurangi penderita penyakit kanker serviks
3)
Strategi
Strategi yang digunakan pemerintah dalam menanggulangi dan
mengendalikan angka kejadian kanker serviks yaitu langkah pertama dengan
melakukan penapisan terlebih dahulu. Perempuan yang pernah melakukan
pemeriksaan penapisan akan menurunkan resiko terkena kanker leher rahim.
Ada beberapa metode yang dikenal dalam melakukan penapisan kanker
leher rahim. Tujuan penapisan iniuntuk menemukan lesi prakanker. Beberapa
metode tersebut adalah (Kemenkes, 2010):
a) Inspeksi Visual dengan Aplikasi Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum,
melihat kanker leher rahim yang telah dipulas dengan asam asetat . pada lesi
prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white
epiculum.
b)Pemeriksaan sitologi (tes pap)
Merupakan suatu prosedur pemeriksaan sederhana melalui pemeriksaan
sitopatologi yang dilakukan dengan tujuan untuk menemukan perubahan
morfologis dari sel-sel epitel leher rahim yang ditemukan pada keadaan
prakanker dan kanker.
Sasaran dari penapisan kanker leher rahim adalah
1)Perempuan berusia 30-50 tahun
2)Perempuan yang enjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar
cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri abdomen bawah (bahkan jika
diluar kelompok usi tersebut)
3)Perempuan yang tidak hamil (walaupun bukan suatu yang rutin, perempuan
yang sedang hamil dapat menjalani penapisan dengan aman, tetapi tidaka
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
30/40
23
boleh menjalani pengobatan dengan krioterapi) oleh karena itu IVA belum
dapat dimasukkan pelayanan rutin pada klinik antenatal.
4)Perempuan yang mendatangi puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB yang
secara khusus meminta penapisan kanker leher rahim.
Kegiatan penapisan ini akan dilakukan pada perempuan/wanita dengan
frekuensi 5 tahun sekali jika hasil tes IVA negatif. Namun, jika hasil IVA positif
dan mendapatkan pengobatan harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan
kemudian.
2.6.2 Pengorganisasian
a. Pusat
Depkes mempunyai tugas:
1)
Penyiapan kebijakan pengendalian kanker
2) Advokasi dan sosialisasi tingkat pusat
3) TOT manajemen pengendalian kanker
4) TOT deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim
5)
Pengaturan, bimbingan, dan pengawasan program
6) Dan lain-lain sesuai dengan peraturan yang berlaku
b. Dinas Kesehatan
1) Dinas kesehatan provinsi, mempunyai tugas:
Sebelum pelatihan provider deteksi dini
a)
Sosialisasi dan advokasi dengan LS LP
b) Pertemuan koordinasi/persiapan di provinsi
c)
Membentuk jejaring pengendalian kanker
d) Membentuk tim pelatih provinsi
e) Pertemuan tim pelatih provinsi untuk persiapan pelatihan
f) Assessment/penilaian: sarana-prasarana, SDM, data demografi di
kabupaten/kota.
Setelah pelatihan
a) Menerima data apran skrining yang telah dilaksanakan di kabupaten
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
31/40
24
b)
Mengolah dan menganalisa data skrining dan mengirimkan laporan ke
pusat
c) Bimbingan teknis
d)
Monitoring dan evaluasi kegiatan
2)Dinas kesehatan kabupaten/kota, mepunyai tugas:
Sebelum pelatihan provider deteksi dini
a)
Sosialisasi dan advokasi
b) Rapat koordinasi/persiapan
c) Assessment/penilaian sarana-prasarana, SDM, data demografi (bersama
dinas kesehatan provinsi)
d) Pertemuan tim pelatih provinsi, dinas kesehtaan provinsi, dinas
kesehatan kabupaten, kepala PKM
Pelatihan provider menunjuk dokter umum dan bidan PKM.
Setelah pelatihan
a) Menerima laporan skrining dari puskesmas, RS kabupaten sebagai
rujukan
b)
Memfasilitasi pelatihan kader di puskesmas
c) Binte oleh petugas kabupaten dan RS kabupaten
d)
Mengolah data dan melaporkan ke provinsi dan pusat
e) Melaksanakan pertemuan evaluasi
3) Rumah sakit
a)
Menyediakan dan mempersiapkan petugas pelatih
b) Menerima rujukan
c)
Menegakkan diagnosis
d) Memberikan umpan balik
e) Memberikan pengobatan
f) Apabila tidak mampu menangani pasien, merujuk ke RS yang
mempunyai fasilitas pelayanan kanker leher rahim
g) Menyelenggarakan registrasi kanker berbasis rumah sakit, selanajutnya
dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten.kota
4) Puskesmas
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
32/40
25
a)
Sosialisasi dan advokasi
b) Rapat koordinasi di puskesmas
c) Pelatihan kader
d)
Penyuluhan oleh petugas puskesmas di kecamatan
e) Skrining kanker leher rahim di dalam dan luar gedung
f) Pengumpulan dan pelaporan data ke kabupaten
g)
Mengikuti pertemuan evaluasi
2.6.3 Pengarahan
Suatu pengarahan program ini dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dari
Puskesmas binaan daerah untuk melatih dan membina warga masyarakat atau
melalui kader yang ditentukan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks
dalam pencegahan dan penanggulangan kanker serviks. Kader yang dibentuk
sebelumnya diberikan pengetahuan dasar tentang pengenalan kanker serviks. Kder
yang nantinya akan menggerakkan masyaraka untuk sadar akan pentingnya
pemeriksaan deteksi dini dan sebagai survailens penyakit kanker serviks d
masyarakat. Pelaksanaan program dapat diberikan di posyandu atau kunjungan
langsung ke rumah kelompok beresiko untuk di periksa ke Puskesmas dan apabila
hasil menunjukkan positif dan memerlukan perawatan maka perlu untuk dirujuk
segera ke rumah sakit daerah setempat.
2.6.4 Pengawasan
Untuk mengukur sampai seberapa jauh sumber daya bersedia serta tahapan
pelaksanaan dilakukan diperlukan kegiatan penunjang yaitu monitoring dan
evaluasi. Monitoring dilakukan sewaktu-waktu bertujuan untuk mengetahui
kemajuan program dan kualitas pelayanan. Monitoring program dilaksanakan
scera berjenjang baik melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh puskesmas
atau peninjauan lapangan oleh kepala puskesmas dan juga dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota serta provinsi secara berjenjang. Untuk pengawasan
yang dapat diberikan dengan cara mengikutsertakan masyarakat untuk ikut
mengawasi ketika ada warga yang mengalami masalah kesehatan kanker serviks
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
33/40
26
di masing-masing RT yang ada. Dalam mengoptimalkan pelaksanaan upaya
pengendalian penyakit kanker dibutuhkan monitoring pada saat pelaksanaan
kegiatan dan evaluasi secara berkala dan berjenjang dalam hal input, proses,
output dan outcome.
Gambar 2.1 Skema monitoring dan evaluasi
Sumber: Kemenkes (2010)
Hasil temuan kegiatan monitpring tersebut ditindaklanjuti dengan
melakukan koreksi secepatnya terhadap kegiatan yang dianggap tidak sesuai
dengan perencanaan sebelumnya, baik kegiatan di dalam indikator input, proses,
maupun output.
Sedangkan, evaluasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah kegiatan
dilaksanakan. Evaluasi dilaksanakan sebelum kegiatan bertujua untuk melihat
hasil yang dicapai pada tahun sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan pada akhir
kegiatan bertujuan untuk membandingkan antara perencanaan awal dengan hasil
yang didapat pada akhir kegiatan.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
34/40
27
BAB 3. MASALAH PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
3.1 Analisis Fi sh Bone
Masalah Manajemen:
1.
Belum optimalnya programpengendalian dan pencegahan kanker
serviks berbasis pemberdayaanmasyarakat
2.
Kurangnya kesadaran pengerakkan
kelompok yang berisiko untuk
melakukan pemeriksaan dan deteksidini
3.
Keterbatasannya sumber daya dan
sarana untuk sosialisasi penyakitkanker serviks
4. Belum optimalnya hubungan sektoralterkait penanggulangan dan
pencegahan kanker
5.
Kurangnya kesadaran pengeerakkankelompok yang berisiko untuk
melakukan pemeriksaan dan deteksidini
6.
Belum adanya kader khusus kanker
serviks
Planning
Belum adanya
kader khusus
kanker serviks
Kurang memberdayakan
mas arakat
Program yang ada
kuran efektif
pencegahan dan deteksi
dinikuran aktif
organizing
Kurangkerjasama lintas sektor
dan program
Tidak ada keterlibatan
To a/Toma
Sulit menggerakkan
Rendahnya cakupan
penemuan kasus kanker
Kurangnya kontrol dari
puskesmas
KesadaranKurangnya supervisi
Pemeriksaan,
pengobatan/ vaksinasi
Pemenuhan
kesehatan terlaksana
saat stadium akhir
Kurang informasi
Kurangnya peran
Kurangnya informasi
terkait kanker serviks
Controlling Actuating
Kurang perhatian dari
pelaporan kurang jelas
Kurang koordinasi
nakes dengan
kader
Kurang sosialisasi
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
35/40
28
3.2 Daftar Masalah Manajemen Pelayanan Kesehatan
Rumusan masalah manajemen pelayanan kesehatan antara lain:
1. Belum optimalnya program pengendalian dan pencegahan kanker serviks
berbasis pemberdayaan masyarakat
2. Kurangnya kesadaran pengerakkan kelompok yang berisiko untuk melakukan
pemeriksaan dan deteksidini
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
36/40
29
BAB 4. PERENCANAAN
4.1 Perencanaan
No.Diagnosis
ManajemenTujuan
Rencana
KegiatanAktivitas
Evaluasi
Indikator Evaluator
1. Belum optimalnya
program
pengendalian dan
pencegahan kanker
serviks berbasis
pemberdayaan
masyarakat
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang kankerserviks di
masyarakat,
kurangnya peran
nakes dalam
pelaksanaan
program, belum
TUM:
Mengoptimalkan
pelayanan
kesehatan
terhadap
pengendalian
dan pencegahan
penyakit kanker
serviks setelah
dilakukanpembinaan
selama 1 minggu
TUK:
1.
Terbentuknya
kader khusus
Pembentukan dan
pelatihan kader
khusus kanker
serviks dalam
pencegahan dan
pengendalian
kanker serviks
dalam Program
Dedikasi dengan
Tabuling(Deteksi Dini
Kanker Serviks
dengan Tabungan
Keliling) di
masyarakat
1. Pendekatan Toga
dan Toma sebelum
memulai kegiatan
Dedikasi dengan
Tabuling
2. Membentuk dan
melatih kader
kanker serviks
3. Menyusun
program kerjakader kanker
serviks
1. Terjalin kerja
sama yang
baik dengan
Toga dan
Toma terkait
pelaksanaan
program
2. Terbentuk dan
terlatihnya
kader kankerserviks yang
diharapkan.
3.
Tersusunnya
jadwal
pelaksanaan
pelatihan kader
1.Mahasiswa,
Toga/Toma
2.Mahasiswa,
Toga/Toma,
Kader, Tenaga
Kesehatan
3.Mahasiswa,
Kader, Tenaga
Kesehatan
4.
Mahasiswa,Toga/Toma,
Kader, Tenaga
Kesehatan
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
37/40
30
adanya kader khusus
kanker, tidak adanya
keterlibatan
toga/toma, dan
kurang kerjasamalintas sektoral dan
program.
kanker serviks
2.Tenaga
kesehatan dan
kader aktif
dalampemeriksaan
dini danpengendalian
kanker
serviks.
kanker serviks
4. Tersusunnya
pengorganisasi
an serta
struktur kaderkanker serviks
di tiap desa5.
Terdapatnya
pembagian
kerja kader
kanker serviks
di tiap-tiap
desa dan RW
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
38/40
31
2. Kurangnya
kesadaran
penggerakan
kelompok yang
berisiko untukmelakukan
pemeriksaan dandeteksi dini
berhubungan dengan
kurangnya informasi
terkait kanker
serviks, biaya untuk
pemeriksaan dan
pengobatan/vaksinasi
relatif mahal.
TUM:
Peningkatan
kesadaran
masyarakat
terhadadappentingnya
deteksi dinikanker serviks
setelah dilakukan
pembinaan
selama 1 minggu
TUK:
1.Masyarakat
mengetahui
tetag kanker
servik yang
meliputi
pengertian,
penyebab,
tanda gejala,
dan bahayayang
ditimbulkan.
2.
Masyarakat
mengetahui
dan sadar
pentingya
1. Penyuluhan
tentang
kanker serviks
2. Penggerakan
kelompokberesiko
untukpemeriksaan
deteksi dini
kanker serviks
melalui kader
kanker serviks
dengan
program
Dedikasi
dengan
Tabuling
(Deteksi Dini
Kanker
Serviks
dengan
TabunganKeliling)
1. Melakukan
penyuluhan
kesehatan tentang
kanker serviks
terhadapkelompok
beresiko olehkader kanker
serviks dengan
melakukan pre
dan post test saat
penyuluhan.
2. Adanya diskusi
kelompok
beresiko dengan
kader terkait
pencegahan dan
penanggulangan
kanker serviks
3. Penggerakan
kelompok
beresiko untukpemeriksaan
deteksi dini
kanker serviks
dengan menabung
biaya
pemeriksaan yang
1. Pemahaman
kelompok
beresiko
terkait
penyakitkanker serviks
dengan adanyapeningkatan
pengetahuan
dari hasil test
saat akhir
penyuluhan
2. Kelompok
beresiko sadar
akan
pentingya
pemeriksaan
deteksi dini
kanker
serviks
dengan
keikutsertaandalam
menabung
untuk biaya
pemeriksaan,
pengobatan,
atau
1.Mahasiswa,
Kader, Tenaga
Kesehatan
2.Mahasiswa,
Toga/Toma,Kader, Tenaga
Kesehatan
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
39/40
32
pemeriksaan
deteksi dini
kanker
serviks
3.Menurunnyaangka
kejadian barudan
mortalitas
kanker
serviks
akan dikelola oleh
kader kanker
serviks.
vaksinasi.
5/21/2018 Dewa Ayu Dwi 11-46, Siti Muawanah 11- 08 Kanker Serviks
40/40
33
DAFTAR PUSTAKA
Awwal.2014. Ratusan Perempuan di Malang Terkena Kanker Serviks.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/12/22/my7tcq-
ratusan-perempuan-di-malang-menderita-kanker-serviks [14 Maret 2014]
BPS.2010. Hasil sensus Penduduk Kota Malang 2010; Agregat Perkecamatan.
http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/3573.pdf. [14 Maret 2014]
Dinas kesehatan kota malang. 2008. Wajah Kesehatan Di Tahun 2007.
http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=v
iew&id=16&Itemid=2 [17 Maret 2014]
Kemenkes. 2010. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%2079
6%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdf [14 Maret 2014]
Profil Kabupaten Malang,2013). http://iuwash.or.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf [14
Maret 2014]
Profil Kota Malang.2010.Profil Kabupaten/Kota Malang Jawa Timur.
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdf. [14Maret
2014]
http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdfhttp://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdfhttp://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://iuwash.or.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Profil-Kabupaten-Malang-ID.pdf%20%5b14http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%20796%20ttg%20Kanker%20Rahim.pdfhttp://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2http://kotamalang.dinkesjatim.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=2Top Related