Download - Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

Transcript
Page 1: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

REFERAT

DEMAM BERDARAH DENGUE DALAM

KEHAMILAN

Oleh

Derry Herdhimas

NIM 102011101025

Pembimbing:

dr. Arief Suseno, Sp.PD

SMF/ LAB ILMU PENYAKIT DALAM

RSD DR. SOEBANDI/FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

REFERAT

DEMAM BERDARAH DENGUE DALAM

KEHAMILAN

Oleh

Derry Herdhimas

NIM 102011101025

Pembimbing:

dr. Arief Suseno, Sp.PD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dokter Muda

di SMF/LAB Ilmu Penyakit Dalam RSD dr. Soebandi Jember

SMF/ LAB ILMU PENYAKIT DALAM

RSD DR. SOEBANDI/FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 3: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

DEMAM BERDARAH DENGUE DALAM KEHAMILAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dokter Muda

di SMF/LAB Ilmu Penyakit Dalam RSD dr. Soebandi Jember

Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Disusun Oleh :

Derry Herdhimas

Nim. 102011101025

Telah dipresentasikan

Pada Tanggal : Juni 2014

Menyetujui,

Pembimbing

dr. Arief Suseno, Sp.PD

ii

Page 4: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan

iiDaftar Isi...............................................................................................................iii

Daftar Gambar......................................................................................................iv

Daftar Bagan..........................................................................................................v

Daftar Tabel...........................................................................................................vi

Pendahuluan...........................................................................................................1

Definisi.....................................................................................................................2

Etiologi....................................................................................................................2

Patogenesis..............................................................................................................3

Penegakan Diagnosis..............................................................................................9

Perubahan Fisiologis Perempuan Hamil...........................................................19

Infeksi Dengue pada Kehamilan

Dampak Infeksi Dengue pada Kehamilan.........................................................22

Tantangan dalam Mengenali Penyakit Dengue dan Kebocoran Plasma pada

Kehamilan..........................................................................................................24

Tantangan dalam Monitoring dan Tatalaksana.................................................24

Kelahiran yang tidak bisa ditunda selama Fase Kritis.......................................25

Pasca Melahirkan...............................................................................................26

Tatalaksana...........................................................................................................27

Komplikasi............................................................................................................31

Pencegahan...........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

iii

Page 5: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Patogenesis terjadinya Syok pada DBD.........................................................5

2. Patogenesis Perdarahan pada DBD................................................................6

3. Teori Enhacing Antibodi................................................................................8

4. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue.........................................................10

5. Perjalanan Penyakit Infeksi Virus Dengue...................................................16

iv

Page 6: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

DAFTAR BAGAN

Halaman

Protokol 1. Penanganan Tersangka DBD Dewasa tanpa Syok..............................28

Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Dewasa diruang Rawat......28

Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%..........29

Protokol 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD Dewasa...................29

Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada Dewasa..............................30

v

Page 7: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Gejala Klinis yang Terjadi selama Fase Febris, Kritis, dan Penyembuhan

infeksi Dengue...........................................................................................18

2. Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan...........................................19

3. Persamaan dan Perbedaan antara Dengue, Kehamilan, dan Sindrom

HELLP.......................................................................................................22

vi

Page 8: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

DEMAM BERDARAH DENGUE DALAM KEHAMILAN

PendahuluanDemam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia khususnya

kota besar. DBD merupakan penyakit endemis dengan jumlah kasus yang

meningkat di awal dan akhir musim penghujan dan disertai adanya ledakan kasus

setiap 5 tahunnya (Nainggolan dan Widodo, 2004).

Wabah demam dengue di Eropa meletus pertama kali pada tahun 1784,

sedangkan di Amerika Selatan antara 1871-1873. Istilah haemorrhagic fever di

Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada tahun 1953, yaitu pada

waktu terdapatnya epidemi demam berdarah yang menyerang anak disertai

manifestasi perdarahan dan renjatan (syok). Di Indonesia, Demam Berdarah

Dengue pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968, tetapi konfirmasi

virologis baru diperoleh pada tahun 1970 (Hassan, 1985).

Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti,

disamping ditemukan pula Aedes albopictus. Vektor ini bersarang di bejana

bejana yang berisi air jernih dan tawar seperti bak mandi, drum penampungan air,

kaleng bekas dan lain lain. Adanya vektor tersebut berhubungan erat dengan

beberapa faktor, antara lain : kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk

keperluan sehari hari, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan penyediaan air

bersih yang langka (Hendarwanto, 1991).

Dengan makin lancarnya hubungan lalulintas, kota kota kecil atau daerah

semiurban dekat kota besar pun saat ini menjadi mudah terserang akibat

penjalaran penyakit dari suatu sumber di kota besar. Kasus DBD cenderung

meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan perubahan musim

mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk dan manusia lebih banyak berdiam

dirumah selama musim hujan. (Hendarwanto, 1991)

Page 9: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

2

DefinisiDemam dengue / dengue fever (DF) adalah penyakit akut yang disebabkan

oleh infeksi salah satu dari empat serotipe virus dengue (DEN 1, DEN 2, DEN 3,

DEN 4) dan ditandai dengan : nyeri seluruh badan, nyeri kepala, demam, rash,

limphadenopati, dan lekopeni (Antara, 2006)

Demam berdarah / Dengue hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock

Syndrome (DSS) adalah manifestasi yang lebih serius dari penyakit ini dan

biasanya dikaitkan dengan infeksi serotipe virus yang berbeda dari infeksi yang

pernah diderita sebelumnya. DHF ini ditandai oleh adanya abnormalitas

hemostatik dan meningkatnya permiabilitas vaskuler yang mana bisa

menimbulkan syok hipovolemik dan kematian (Antara, 2006)

EtiologiVirus dengue tergolong arbovirus, termasuk famili Togaviridae dan

dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya

perang dunia kedua, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di

Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil,

sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksilat, stabil pada suhu

70 C (Hendarwanto, 1991).

Vektor

Menurut Hendarwanto (1991) sampai saat ini telah diketahui beberapa

nyamuk sebagai vektor dengue, antara lain :

1. Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit DBD dan di Indonesia

diperkirakan sebagai vektor penting di daerah perkotaan.

2. Ae. Scuttelaris dan Ae. Polynesiensis terdapat di Kepulauan Pasifik Selatan.

3. Ae. Roturnae satu-satunya vektor yang terdapat di Kepulauan Roturna di

daerah Fiji

4. Ae. Hakansoni terdapat di pulau Ponape kepulauan Caroline sebelah timur.

5. Ae. Cooki terdapat di Niue.

Page 10: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

3

6. Ae. Albopictus terdapat di Indonesia terutama di daerah pedesaan.

Ada tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu manusia, virus itu sendiri dan vektor perantara. Bila manusia yang

dalam keadaan viremia digigit oleh nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes

albopictus, maka didalam tubuh nyamuk tersebut akan terdapat virus dengue.

Virus yang berada didalam kelenjar liur nyamuk akan berkembang biak dalam

waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali

kepada manusia lain pada gigitan berikutnya. Sekali virus masuk ke dalam tubuh

nyamuk dan berkembang biak, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan

virus itu selama hidupnya (infektif). Ditubuh manusia virus memerlukan waktu 4-

6 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakidt. Penularan

dari manusia ke nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang

sedang mengalami viremia, yaitu dua hari sebelum demam sampai lima hari

setelah demam timbul (Suharti et al., 2001; Sutaryo, 2004; Nasiruddin et al.,

2006).

PatogenesisVirus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel

hidup. Maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel

manusia sebagai pejamu (host) terutama dalam mencukupi kebutuhan akan

protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya

tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya

tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat

menimbulkan kematian. Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih

merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD

dan SSD adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary heterologous

infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis ini menyatakan secara

tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan

serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar

untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan

Page 11: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

4

mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks

antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel

lekosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak

dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel

makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement

(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue

di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi

sekresi mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan

syok (Soegijanto, 2004; Sutaryo, 2004; Soedarmo, 2005; Chuansumrit et al.,

2006).

Patogenesis terjadinya syok berdasarkan hipotesis the secondary

heterologous infection dapat dilihat pada Gambar 1 yang dirumuskan oleh

Suvatte, tahun 1977. Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang

berlainan pada seorang pasien, respons antibodi anamnestik yang akan terjadi

dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan transformasi limfosit

dengan menghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Disamping itu,

replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang bertransformasi dengan

akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.Hal ini akan mengakibatkan

terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi (virus antibody complex) yang

selanjutnya akan mengakibatkan aktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan

C5a akibat aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravaskular ke ruang

ekstravaskular. Pada pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang

sampai lebih dari 30 % dan berlangsung selama 24-48 jam. Perembesan plasma

ini terbukti dengan adanya, peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar

natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Syok

yang tidak ditanggulangi secara adekuat, akan menyebabkan asidosis dan anoksia,

yang dapat berakhir fatal; oleh karena itu, pengobatan syok sangat penting guna

mencegah kematian.Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti

juga virus binatang lain dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan

Page 12: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

5

sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh

nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam genom virus dapat

menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi dan

mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus

mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar.Kedua hipotesis

tersebut didukung oleh data epidemiologis dan laboratoris (Scoot et al., 1974;

WHO, 1997; Kresno, 2001; Sutaryo, 2004; Aryati, 2006; Green dan Rothman,

2006).

Gambar 1. Patogenesis terjadinya syok pada DBD

Sumber : Suvatte, 1977.

Sebagai tanggapan terhadap infeksi virus dengue, kompleks antigenantibodi

selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkan agregasi trombosit

Page 13: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

6

dan mengaktivitasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh

darah (gambar 2). Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada

DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen-

antibodi pada membran trombosit mengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin

Diphosphat), sehingga trombosit melekat satu sama lain. Hal ini akan

menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (Reticulo Endothelial System)

sehingga terjadi trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan

pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif

(KID = koagulasi intravaskular deseminata), ditandai dengan peningkatan FDP

(fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.

Page 14: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

7

Gambar 2. Patogenesis Perdarahan pada DBD (Sumber: Suvatte, 1977)

Agregasi trombosit juga mengakibatkan gangguan fungsi trombosit

sehingga walaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik.

Di sisi lain, aktivasi koagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman

sehingga terjadi aktivasi sistem kinin sehingga memacu peningkatan permeabilitas

kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok. Jadi,perdarahan masif pada

DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan faktor pembekuan (akibat

KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.

Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi (Gubler, 1998; Suroso

et al (ed), 2003; Aryati, 2006; Green dan Rothman. (16,17,14,15)

Teori Secondary Heterologous Infection

Teori ini mengatakan bahwa bila seseorang terinfeksi pertama sekali oleh

virus dengue maka akan menghasilkan antibodi terhadap virus dengue serotipe

tersebut, bila orang tersebut terinfeksi lagi oleh virus dengue dengan serotipe yang

sama maka virus tersebut akan di eliminasi oleh respon memori (antibodi), akan

tetapi bila orang tersebut terinfeksi oleh virus dengue dengan serotipe yang

berbeda maka oleh antibodi non netralisasi virus tersebut tidak dapat dinetralisir,

bahkan akan bereplikasi didalam monosit yang pada akhirnya dapat

mengakibatkan pelepasan mediator-mediator inflamasi dan pada saat itu akan

tampak manifestasi kllinis DBD yang lebih berat. (5,18,19,20)

Teori Enhancing Antibody

Teori ini berdasarkan peranan sel fagosis mononuklear yang merangsang

terbentuknya antibodi non netralisasi yaitu antibodi yang tidak dapat menetralisir

virus dengue bahkan dapat memacu replikasi virus dengue tersebut. (6,13)

Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti akan melekat pada monosit melalui reseptor Fc dan masuk kedalam

monosit (mekanisme aferen= A). Kemudian monosit yang mengandung virus

tersebut menyebar ke hati, limpa, usus dan sumsum tulang dan terjadilah viremia

Page 15: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

8

(mekanisme eferen = B). Pada saat yang bersamaan sel monosit yang telah

terinfeksi tersebut akan berinteraksi dengan sistim humoral, seperti sistim

komplemen yang akan mengeluarkan substansi inflamasi, pengeluaran sitokin dan

tromboplastin yang akan mempengarauhi permeabilitas kapiler dan mengktivasi

sistim koagulasi (mekanisme efektor = C). (8,21,22)

Page 16: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

9

Gambar 3. Teori Enhancing Antibody

Teori Antigen Antibodi

Virus dengue yang masuk kedalam dtubuh manusia dianggap sebagai

antigen yang akan bereaksi dengan antibodi membentuk “kompleks virus-

antibodi” yang akan mengaktifkan sistim komplemen dan menghasilkan

anafilatoksin C3a dan C5a, bahan-bahan ini mempunyai kemampuan

menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamin yang merupakan mediator kuat

untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas kapiler dengan akibat terjadinya

kebocoran plasma ke ruang ekstravaskuler yang akan mengakibatkan turunnya

volume darah yang akan berakibat terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, efusi

pleura, efusi perikard, asites dan syok. (5,9,23,20)pdd

Teori Mediator

Virus dengue yang menginfeksi sel-sel fagosit akan menyebabkan sel yang

terinfeksi tersebut mengeluarkan sitokin-sitokin seperti interferon (IFN),

interleukin I (IL-I), interleukin 6 (IL-6) dan Tumor Necrosing Factor (TNF).

Sitokin-sitokin tersebut akan mengakibatkan peninggian permeabilitas kapiler,

juga akan merangsang hipotalamus anterior dan korteks serebellum yang akan

mengakibatkan terjadinya demam. (21,13,20)

Penegakan DiagnosisSpektrum Klinis

Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan

tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian

infeksi virus dengue dapat menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai

dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik

(undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang lebih berat

yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD). 18

Page 17: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

10

Gambar 4. Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue

Demam Dengue

Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak,

kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola

mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam

berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2 hari )

kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada

hari ke-6 atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu,

dapat juga ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukopeni

kadang-kadang dijumpai trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertai rasa

lesu yang berkepanjangan, terutama pada dewasa. Pada keadaan wabah telah

dilaporkan adanya demam dengue yang disertai dengan perdarahan seperti :

epistaksis, perdarahan gusi, perdarahan saluran cerna, hematuri, dan menoragi.

Demam Dengue (DD). yang disertai dengan perdarahan harus dibedakan dengan

Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada penderita Demam Dengue tidak dijumpai

Page 18: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

11

kebocoran plasma sedangkan pada penderita DBD dijumpai kebocoran plasma

yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi dan asites. 18

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari,

disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri

otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita

mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan,

namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri perut

dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Demam tinggi dapat

menimbulkan kejang demam terutama pada bayi. Bentuk perdarahan yang paling

sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan

perdarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah.

Kebanyakan kasus, petekia halus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila,

wajah, dan palatumole, yang biasanya ditemukan pada fase awal dari demam.

Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna

ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi

dari just palpable sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Sekalipun

pembesaran hati tidak berhubungan dengan berat ringannya penyakit namun

pembesar hati lebih sering ditemukan pada penderita dengan syok.18

Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi

penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi

yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasus dengan gangguan sirkulasi

ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita

dapat mengalami syok. 18

Laboratorium

Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu

ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan

pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan

perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang disebabkan oleh kebocoran

Page 19: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

12

plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan nilai trombosit yang

disertai atau segera disusul dengan peningkatan -nilai hematokrit sangat unik

untuk DBD, kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum

syok terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh

pemberian cairan atau oleh perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun

(leukopenia) atau leukositosis, limfositosis relatif dengan limfosit atipik sering

ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat

kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan

koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor

XII, dan antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah

kasus DBD. Fungsi trombosit juga terganggu. Asidosis metabolik dan

peningkatan BUN ditemukan pada syok berat. Pada pemeriksaan radiologis bisa

ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan. Berat-ringannya efusi pleura

berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada pasien yang mengalami

syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. 18

Sindrom Syok Dengue (SSD)

Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3

sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian

jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar

mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan

pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Dengan

diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi dengan

segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat

menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik,

perdarahan hebat saluran cerna, sehingga memperburuk prognosis. Pada masa

penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan

sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik

apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan18.

Page 20: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

13

Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis,

flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus

yang tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati. 18

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal

dibawah ini terpenuhi12 :

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik

2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :

Uji bendung positif

Petekie, ekimosis, atau purpura

Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)

atau perdarahan di tempat lain

Hematemesis atau melena

3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/uL)

4. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda plasma leakage (kebocoran

plasma) sebagai berikut :

Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar standar

sesuai dengan umur dan jenis kelamin

Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya

Tanda kebocoran plama seperti : efusi pleura, ascites,

hipoproteinemia atau hiponatremia

Sindroma Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria diatas untuk DBD

Disertai kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang cepat dan

lemah, tekanan darah turun (≤ 20mmHg), hipotensi dibandingkan standar

sesuai umur, kulit dingin dan lembab serta gelisah.

Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue

Page 21: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

14

Derajat I : Adanya demam tanpa perdarahan, manifestasi perdarahan hanya

berupa torniket tes positif

Derajat II : Gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya

berupa perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan

lainnya

Derajat III : Adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan

lemah, penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi,

dengan disertai akral dingin dan gelisah

Derajat IV : Adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan

darah yang tidak terukur

Definisi kasus DD/DBD18

A. Secara Laboratoris

1. Presumtif Positif

(Kemungkinan Demam Dengue)

Apabila ditemukan demam akut disertai dua atau lebih manifestasi

klinis berikut; nyeri kepala, nyeri belakang mata, miagia, artralgia, ruam,

manifestasi perdarahan, leukopenia, uji HI >_ 1.280 dan atau IgM anti

dengue positif, atau pasien berasal dari daerah yang pada saat yang sama

ditemukan kasus confirmed dengue infection.

2. Corfirmed DBD

(Pasti DBD)

Kasus dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut deteksi antigen

dengue, peningkatan titer antibodi > 4 kali pada pasangan serum akut dan

serum konvalesens, dan atau isolasi virus.

B. Secara Klinis

1. Kasus DBD

a. Demam akut 2-7 hari, bersifat bifasik.

b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa

• uji tourniquet positif

• petekia, ekimosis, atau purpura

Page 22: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

15

• Perdarahan mukosa, saluran cerna, dan tempat bekas suntikan

• Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia < 100.00/pl

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan

• Peningkatan nilai hematrokrit >_ 20 % dari nilai baku sesuai

umur dan jenis kelamin.

• Penurunan nilai hematokrit >_ 20 % setelah pemberian

cairan yang adekuat Nilai Ht normal diasumsikan sesuai nilai

setelah pemberian cairan.

• Efusi pleura, asites, hipoproteinemi

2. SSD

Definisi kasus DBD ditambah gangguan sirkulasi yang ditandai dengan :

• Nadi cepat, lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, perfusi perifer menurun

• Hipotensi, kulit dingin-lembab, dan anak tampak gelisah.

Perjalanan Penyakit

Setelah periode inkubasi, perjalanan penyakit mulai secara tiba-tiba mulai

dari derajat sedang hingga berat yang terbagi dalam tiga fase – fase febris, fase

kritis dan fase penyembuhan (Gambar 5). Karena sifat dinamisnya,keparahan dari

penyakit ini biasanya akan menjadi jelas pada saat penurunan suhu tubuh yaitu

selama transisi dari fase febris menuju fase tanpa febris, yang seringkali

bertepatan dengan onset dari fase kritis.12

Page 23: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

16

Gambar 5. Perjalanan penyakit infeksi virus dengueIgM = immunoglobulin M; IgG = immunoglobulin G. Suhu dalam derajat Celsius (°C)

1. Fase Febris

Pasien umumnya akan mengalami demam tinggi mendadak. Fase

demam akut ini biasanya berlangsung selama 2-7 hari dan seringkali

disertai dengan wajah kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, nyeri

sendi, anoreksia, mual dan muntah. 12

Manifestasi perdarahan ringan seperti ptekiae dan perdarahan

mukosa (hidung/gusi) mungkin dapat muncul. Pembesaran hepar dapat

terjadi dalam beberapa hari demam. Abnormalitas awal pada pemeriksaan

darah dapat terjadi penurunan hitung leukosit. Selain itu pasien dapat

mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari

secara akut dan progresif. 12

2. Fase Kritis

Selama masa transisi dari fase demam menuju fase tanpa demam,

pasien yang tidak mengalami peningkatan permeabilitas vaskular tidak

akan mengalami fase kritis ini. Alih-alih mengalami perbaikan dengan

penurunan suhu tubuh,pasien dengan penigkatan permeabilitas vaskular

dapat bermanifestasi dengan “warning sign” akibat kebocoran plasma. 12

Warning Sign menandai dimulainya fase kritis. Pasien akan

mengalami pernurukan klinis pada saat terjadi penurunan suhu tubuh,

ketika suhu turun menjadi 37,5-38.0ºC atau lebih rendah lagi dan akan

tetap pada kisaran dibawahnya. Umumnya penurunan suhu tubuh ini

terjadi pada hari 3-8 dari perjalanan penyakit. Leukopenia progresif diikuti

dengan penurunan jumlah trombosit biasanya mendahului terjadinya

perembasan plasma. Peningkatan hematokrit diatas batas normal bisa

menjadi salah satu tanda tambahan awal. Periode perembesan plasma ini

secara klinis dapat berlangsung 24-48 jam. Tingkat kebocoran plasma

Page 24: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

17

dapat bervariasi. Peningkatan hematokrit mendahului perubahan pada

tekanan darah dan volume intravaskular. 12

Derajat hemokonsentrasi diatas nilai normal menunjukkan

keparahan dari kebocoran plasma. Namun,hal ini dapat diatasi dengan

pemberian terapi cairan intravena. Oleh sebab itu,pemeriksaan hematokrit

serial sangat penting karena sebagai pertanda perlunya terapi penggantian

cairan intravena. 12

Dekubitus lateral dada kanan pada fototorak, hasil USG yang

menunjukkan terdapatnya cairan bebas pada rongga abdomen atau rongga

dada, atau edema dinding kantung empedu untuk menunjang deteksi

klinis. Selain kebocoran plasma, manifestasi perdarahan seperti mudah

memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah vena dapat terjadi.

Jika syok muncul saat terjadinya kebocoran plasma yang

hebat,sering didahului oleh tanda-tanda “Warning Sign”. Suhu tubuh

mungkin dibawah normal saat syok terjadi. Dengan syok yang berat

dan/atau berkepanjangan, hipoperfusi dapat mengakibatkan terjadinya

asidosis metabolik, gangguan organ progresif, dan DIC. Hal ini dapat

menyebabkan perdarahan yang parah menyebabkan penurunan hematokrit

pada syok hebat. Leukopenia biasanya akan tampak pada fase ini, total

hitung leukosit dapat meningkat sebagai respon stres pada pasien dengan

perdarahan hebat. Selain itu,dapat terjadi hepatitis, ensefalitis,miokarditis

dan/atau perdarahan hebat tanpa adanya kebocoran plasma yang jelas. 12

Beberpa pasien dapat mengalami fase kritis lebih cepat,yaitu dapat

terjadi pada saat fase demam. Pada pasien ini terjadi peningkatan

hematokrit dan onset dini dari trombositopenia atau “warning Sign”,

mengindikasikan kebocoran plasma. Kasus demam berdarah dengan

warning sign umumnya akan membaik dengan rehidrasi intravena. 12

Tanda Bahaya pada Demam Berdarah

Tanda-tanda Peringatan (Warning Sign) umumnya muncul

mendahului manifestasi shock dan muncul menjelang akhir fase demam,

Page 25: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

18

biasanya antara hari ke3-7 sakit. Muntah terus menerus dan nyeri abdomen

yang parah merupakan indikasi awal dari kebocoran plasma dan akan

semakin buruk dan akan berkembang ke keadaan shock. Pasien menjadi

semakin lemah. Gejala-gejala ini dapat bertahan selama syok. Kelemahan,

pusing atau hipotensi postural terjadi selama keadaan shock. Perdarahan

Mukosa spontan atau perdarahan pada lokasi pengambilan darah vena

sebelumnya merupakan manifestasi perdarahan yang penting.12

Meningkatkan ukuran hati sering ditemukan. Namun, akumulasi

cairan klinis hanya dapat dideteksi jika kebocoaran plasma yang terjadi

sangat signifikan atau setelah pengobatan dengan cairan intravena.

Penurunan yang cepat dan progresif dalam jumlah trombosit menjadi

sekitar 100 000 sel/mm3 dan hematokrit naik di atas nilai normal mungkin

merupakan tanda awal dari kebocoran plasma. Hal ini biasanya didahului

dengan leukopenia (≤ 5000 sel/mm3). 12

3. Fase penyembuhan

Sebagai pasien yang bertahan 24-48 jam selama fase kritis,

reabsorpsi bertahap cairan kompartemen ekstravaskuler akan terjadi

dalam 48-72 jam berikutnya. Gejala klinis akan membaik, nafsu makan

kembali, gejala gastrointestinal mereda, status hemodinamik stabil, dan

diuresis terjadi kemudian.12

Hematokrit akan stabil atau mungkin lebih rendah karena efek

dilusi cairan yang diabsorpsi. Jumlah sel darah putih biasanya mulai naik

segera setelah penurunan suhu badan sampai yg normal tetapi pemulihan

jumlah trombosit biasanya lambat dibandingkan dengan jumlah sel darah

putih. Gangguan pernapasan dari efusi pleura masif dan ascites, edema

paru atau gagal jantung kongestif akan terjadi selama fase kritis dan/atau

saat fase penyembuhan jika cairan intravena yang diberikan terlalu

banyak/berlebihan.12

Masalah klinis selama fase yang berbeda dari dengue dirangkum

dalam Tabel 1

Page 26: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

19

Tabel 1. Gejala klinis yang terjadi selama fase febris, kritis dan penyembuhan infeksi dengue

Perubahan Fisiologi Perempuan HamilPerubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan penambahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan

ekstraselular. Diperkirankan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5

kg.

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan

menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg,sementara pada perempuan

dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu

masing-masing 0,5 kg dan 0,3 kg.

Tabel 2. Penambahan berat badan selama kehamilan

Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 mingguJanin 5 300 1500 3400Plasenta 20 170 430 650Cairan amnion 30 350 750 800Uterus 140 320 600 970Mamae 45 180 360 405Darah 100 600 1300 1450Cairan ekstraselular 0 30 80 1480Lemak 310 2050 3480 3345Total 650 4000 8500 12500Dikutip dari Cunningham

Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang

fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang

diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin.

Fenomena inin mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada saat aterm sekitar 3,5 L

cairan berasal dari janin, plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 l lainnya

berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus, dan payudara

Page 27: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

20

sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 l. Penambahan

tekanan vena dibagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava

yang bermanifestasi pada adanya pitting oedem dikaki dan tungkai terutama pada

akhir kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid di interstisial juga akan

menyebabkan edema pada akhir kehamilan.

Hasil konsepsi,uterus dan darah ibu secara relatif mempunyai kadar protein

yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat. WHO menganjurkan

asupan protein per hari pada ibu hamil 51g.

Perubahan Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 kardiak output akan meningkat dan perubahan ini terjadi

untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan

denyut jantung. Antara minggu 10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma

sehingga juga terjadi peningkatan preload. Peforma ventrikel selama kehamilan

dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada

aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular akan meningkat untuk memenuhi

kebutuhan. Peningkatan esterogen dan progesteron juga akan menyebabkan

vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskular perifer.

Volume darah akan meningkat secara progresif mulai minggu ke 6-8

kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan

kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45%.

Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan esterogen pada ginjal yang

diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron. Penambahan volume darah

ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.

Eritropoietin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak

20-30%, tetapi tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan

mengakibatkan hemodilusi. Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat

berkisar 5000-12000/µl san mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa

nifas berkisar 14.000-16.000/ µl. Penyebab peningkatan ini belum diketahui.

Kehamilan juga akan mempengaruhi keseimbangan koagulasi intravaskular

dan fibrinolisis sehingga menginduksi suatu keadaan hiperkoagulasi. Dengan

Page 28: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

21

pengecualian pada faktor XI dan XII, semua konsentrasi plasma dari faktor-faktor

pembekuan darah fibrinogen akan meningkat. Produksi platelet juga meningkat,

tetapi karena adanya dilusi dan konsumsi, kadarnya akan menurun.

Infeksi Dengue pada KehamilanPada dekade terakhir kasus infeksi dengue pada kehamilan lebih banyak

dilaporkan. Manifestasi klinis, tatalaksana, dan outcome infeksi dengue pada

kehamilan maupun pada wanita tidak hamil hampir sama dengan beberapa

perbedaan.24

Kesalahan dan keterlambatan diagnosis tidak jarang terjadi akibat

beberapa gejala klinis dan gambaran laboraturium yang tumpang tindih dengan

kondisi pada kehamilan. Termasuk eklamsia atau pre-eklamsia, hemolisis,

peningkatan enzim hepar dan jumlah trombosit yang rendah (HELLP syndrome),

pneumonia, emboli pulmonal, berbagai macam penyebab perdarahan pervaginam

dan penyakit infeksi yang lain. (Tabel 3) 24

Untuk mengenali dan mendiagnosa penyakit demam berdarah di awal

kehamilan, dokter harus memiliki kecurigaan yang tinggi ketika berhadapan

dengan wanita hamil yang datang dengan penyakit demam setelah bepergian ke

atau tinggal di daerah endemis DBD.24

Page 29: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

22

Tabel 3. Persamaan dan perbedaan antara dengue, kehamilan dan sindrom

HELLP24

Dampak infeksi dengue pada kehamilan24

• Outcome kehamilan yang buruk

Hal ini masih belum pasti apakah demam berdarah merupakan

faktor yang signifikan untuk menyebabkan outcome kehamilan yang

merugikan seperti seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan

kelahiran caesar, karena kebanyakan dari data yang diterbitkan didasarkan

pada pasien rawat inap.

• Risiko penularan vertikal

Page 30: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

23

Virus Dengue dapat ditransmisikan secara vertikal ke janin dalam

kandungan atau bayi selama proses partus. Sebuah penelitian komparatif

terhadap 64 sampel serum dari tali pusat untuk tes IgM dengue dari 63

wanita yang didapatkan IgM dengue positif saat melahirkan, menunjukkan

tingkat penularan secara vertikal sebanyak 1,6%. Dalam kasus-kasus

penularan secara vertikal, beberapa bayi yang baru lahir mungkin tidak

menunjukkan suatu gejala/asimtomatik. Manifestasi klinis dari neonatus

yang terinfeksi virus dengue secara vertikal bervariasi mulai dari ringan

seperti demam dengan ruam petekie, trombositopenia dan hepatomegali,

sampai berat dengan sepsis, efusi pleura, perdarahan lambung, kegagalan

sirkulasi, perdarahan intraserebral besar dan kematian. Presentasi klinis

pada bayi baru lahir tampaknya tidak berhubungan dengan tingkat

keparahan penyakit yang diderita ibu atau status kekebalan dengue, atau

cara persalinan. Namun, waktu terjadinya infeksi maternal mungkin

penting; Infeksi maternal peripartum (bulan terakhir kehamilan dan

minggu pertama setelah partus) dapat meningkatkan kemungkinan

timbulnya gejala infeksi dengue pada bayi baru lahir. Sebuah tinjauan dari

17 pasangan ibu-bayi dengan infeksi dengue, ditemukan bahwa interval

waktu antara onset demam pada ibu dan kelahiran bayi mereka, adalah 5-

13 hari (rerata, 7 hari); demam pada neonatus terjadi pada 1-11 hari

kehidupan (rerata, 4 hari), dan durasi demam pada neonatus adalah 1-5

hari (rerata, 3 hari).

Transfer pasif antibodi dengue ibu ke janin mempengaruhi

terjadinya keparahan dari penyakit dengue. Antibodi terhadap virus

dengue pada ibu yang terinfeksi dengue dapat melewati plasenta dan dapat

menyebabkan demam berdarah yang parah pada bayi baru lahir

• Dampak yang signifikan dari demam berdarah pada saat partus

Pendarahan parah dapat mempersulit proses melahirkan dan/atau prosedur

bedah yang dilakukan pada pasien hamil dengan dengue selama fase

kritis, yaitu periode ditandai dengan trombositopenia dengan atau tanpa

koagulopati dan vaskulopati.

Page 31: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

24

Tantangan dalam mengenali penyakit dengue dan kebocoran plasma pada

kehamilan24

• Gejala dari hiperemesis selama trimester pertama kehamilan menunjukkan

warning sign dari infeksi dengue yang parah dan ini dapat menunda dalam

mengenali infeksi dengue yang parah.

• Setelah memasuki trimester kedua, merupakan hal wajar apabila terjadi

peningkatan volume sirkulasi darah disertai vasodilatasi menyeluruh,

mengakibatkan peningkatan dari frekuensi denyut jantung basal dan

tekanan darah basal yang rendah, serta tingkat hematokrit yang rendah.

Hal ini dapat mengaburkan diagnosis infeksi dengue dan oleh karena itu

setiap dokter harus waspada akan hal-hal berikut:

Tekanan darah yang rendah dan takikardi pada kehamilan normal

dapat disalahartikan sebagai syok hipotensif

Nilai hematokrit awal yang rendah setelah trimester kedua pada

kehamilan harus diperhatikan. Menentukan nilai hematokrit selama

2-3 hari pertama demam sangat penting untuk mengenali secara dini

sebuah kebocoran plasma.

Tanda klinis dari kebocoran plasma seperti efusi pleura dan asites

akan sulit di dievaluasi akibat kehamilan.

Tantangan dalam monitoring dan tatalaksana24

• Observasi dan monitoring ketat, terapi penggantian cairan yang cepat dan

tepat sebelum, saat dan setelah periode melahirkan sangat penting.

• Kegagalan dalam mengenali kebocoran plasma dan/atau awal syok akan

menyebabkan syok yang berkepanjangan dan pada akhirnya terjadi

perdarahan masif serta kegagalan multi organ.

• Tidak terdapat perbedaan dalam terapi cairan jika dibandingkan dengan

kondisi tidak hamil. Namun penting untuk diperhatikan bahwa kehamilan

yang semakin membesar dapat mempersempit toleransi terhadap akumulasi

Page 32: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

25

cairan di rongga peritoneal dan rongga pleura akibat kebocoran plasma.

Sehingga penggantian cairan yang berlebihan harus dihindari.

• Peningkatan frekuensi denyut jantung dan penurunan tekanan darah

merupakan suatu perubahan fisiologis yang terjadi pada fase akhir

kehamilan. Menargetkan frekuensi denyut jantung yang tidak sesuai dan

tekanan darah yang “normal” dapat menyebabkan overload cairan dan

gangguan pernapasan.

• Adanya luka atau trauma selama fase kritis dari DBD dengan

trombositopenia, koagulopati dan vaskulopati merupakan suatu faktor

resiko untuk terjadinya perdarahan hebat.

• Jika perdarahan hebar terjadi, penggantian dengan transfusi fresh whole

blood (FWB)/packed red cells (PRC) harus segara dilakukan

• Profilaksis transfusi trombosit tidak direkomendasikan kecuali

diindikasikan secara obstetrik. Pasien obstetrik dengan perdarahan

mikrovaskular yang akan menjalani prosedur operasi atau persalinan

biasanya membutuhkan transfusi trombosit bila hitung trombosit

<50.000/uL dan jarang memerlukan bila hitung trombosit >100.000/uL.

Pada pasien dengan hitung trombosit 50.000-100.000/uL, pemberian

transfusi trombosit berdasarkan risiko perdarahan. Transfusi trombosit juga

diindikasikan pada pasien dengan hitung trombosit normal tetapi terdapat

gangguan fungsi trombosit dan perdarahan mikrovaskular. 26

• Proses kelahiran harus dilakukan di rumah sakit dimana darah/komponen

darah dan tim ahli obstetrik dan ahli neonatologi tersedia.

• Penggunaan tokolitik dan langkah-langkah untuk menunda kelahiran untuk

menyesuaikan waktu yang tepat selama fase kritis dari penyakit dengue.

Namun belum banyak bukti yang cukup kuat pada praktek ini.

Kelahiran yang tidak dapat ditunda selama fase kritis24

• Jika saat kelahiran tidak dapat ditunda/dihindari, terjadinya perdarahan

harus diantisipasi dan diawasi dengan ketat.

Page 33: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

26

• Darah dan produk darah harus sudah dicocokkan dan disimpan selama

persiapan kelahiran.

• Trauma atau cedera harus diminimalkan jika memungkinkan.

• Penting untuk memastikan bahwa plasenta terlepas secara keseluruhan

setelah partus.

• Transfusi trombosit harus mulai diberikan selama atau saat proses partus

tetapi tidak terlalu jauh sebelum partus. Karena transfusi trombosit hanya

mampu menopang trombosit darah beberapa jam selama fase kritis.

• Transfusi Fresh whole blood(FWB)/packed red cells (PRC) harus

diberikan sesegera mungkin bila muncul perdarahan. Jika kehilangan

darah dapat diukur, harus segera diganti. Penggantian darah Jangan

menunggu sampai kehilangan darah sebanyak 500cc seperti pada

perdarahan postpartum. Dan jangan menunggu hematokrit menurun ke

tingkat yang rendah.

• Ergotamin dan/atau oxytocin infus seperti pada praktek standar obstetrik

harus diberikan untuk memicu kontraksi uterus pasca melahirkan sehingga

mencegah perdarahan pospartum.

Pasca Melahirkan24

• Bayi baru lahir dengan ibu yang menderita infeksi dengue sebelum atau

saat melahirkan, harus diawasi secara ketat di rumah sakit, melihat resiko

terjadinya transmisi vertikal.

o Saat atau mendekati aterm/melahirkan, penyakit dengue berat pada

janin atau neonatus dan kematian dapat terjadi ketika tidak terdapat

cukup waktu untuk produksi perlindungan antibodi maternal.

o Dokter harus menyadari bahwa presentasi penyakit pada ibu

maupun bayi dapat atipikal dan mengaburkan diagnosis.

• Infeksi kongenital dapat dicurigai berdasarkan gejala klinis dan dapat

dikonfirmasi dengan hasil laboraturium.

Page 34: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

27

TatalaksanaPenanganan DBD pada kehamilan adalah sama dengan penanganan DBD

pada orang dewasa.

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama

dengan Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi

Medis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah membuat protokol

penatalaksanaan DBD pada penderita dewasa berdasarkan kriteria 25:

1. Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat

sesuai atas indikasi.

2. Praktis dalam pelaksanaannya.

3. Mempertimbangkan cost effectiveness

Protokol ini terbagi dalam 5 kategori :

- Protokol 1

Penanganan Tersangka DBD dewasa tanpa syok

- Protokol 2

Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa diruang rawat

- Protokol 3

Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%

- Protokol 4

Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD dewasa

- Protokol 5

Penatalaksanaan Sindrom Syok Dengue pada dewasa

Page 35: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

28

Page 36: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

29

Page 37: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

30

Page 38: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

31

KomplikasiBerkenaan dengan pengaruh demam dengue dan DBD dalam kehamilan,

dari beberapa penelitian didapatkan tidak menyebabkan bayi abnormal, namun

dapat menyebabkan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Meskipun

jarang, ada yang melaporkan tentang vertikal transmisi dari virus dengue. Kasus

itu muncul pada atau waktu yang dekat dengan persalinan. Infan mempunyai

gejala umum klinis seperti trombositopenia, demam, hepatomegali dan beberapa

variasi derajat insufisiensi sirkulatori. Kemungkinan lain pengaruh demam dengue

dan DBD pada kehamilan adalah perdarahan dalam beberapa trombositopenia

terutama dalam kasus risiko tinggi seperti plasenta previa.

PencegahanPencegahan dilakukan dengan :

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan cara : menguras ,

menutup, mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat

perindukan nyamuk.

2. Fogging atau pengasapan.

3. Abatisasi

Bila masyarakat menjumpai anggota keluarga atau tetangga dilingkungan

dengan gejala DBD segera dibawa ke Puskesmas untuk pemeriksaan trombosit.

Laporan penderita penyakit dari rumah sakit dikirim ke Puskesmas di wilayah

penderita untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi. Bila PE positif maka hal

yang dilakukan adalah:

Foging dilaksanakan pada kasus-kasus dengan PE positif, 2

penderita positif atau lebih, ditemukan 3 penderita demam dalam

radius 100 m dari tempat tinggal penderita DBD Positif atau ada 1

penderita DBD meninggal

Daerah KLB/ wabah DBD

Page 39: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo D, & Nainggolan L. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

pada Kehamilan. Dalam : MKI 2004; vol 54: no 4: 136-142.

2. Dengue. Dalam : Hassan R, Alatas H editors. Buku kuliah 2 Ilmu

Kesehatan Anak Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985. p.

607-21

3. Hendarwanto. Dengue. Dalam : Soeparman, Sukaton U, Daldiyono,

Nelwan R, Ranakusuma A, Djoerban Z editors. Ilmu Penyakit Dalam.

Edisi kedua. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1991. p.16-24.

4. Antara M. Kematian Ibu oleh karena Sindroma Syok Dengue. Dalam :

Laporan Kematian Maternal, Januari 2006.

5. Sutaryo, Dengue, Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gajah

mada 2004, hal; 65-92

6. Suharti C et al; Cytokine Pattern During Dengue Shock Syndrome in

Dengue hemorrhagic fever in Indonesia Publisher Nijemegen University

Press 2001, page 50-57

7. Nasiruddin, Soegijanto S, Trombositopenia dan Perdarahan Pada DBD

dalam Soegeng S, Demam Berdarah Dengue Edisi 2 Penerbit Airlangga

University Press 2006, hal : 81-83.

8. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K, Pathophysiology and Managament

of Dengue Hemorrhagic Fever. Journal Compilation 2006 LMS Group,

Transfusion Alternatives in Transfusion Medicine 8 (Suppl. 1), 3-11.

9. Soedarmo SSP ; Demam Berdarah Dengue Pada Anak, Penerbit

Universitas Indonesia Jakarta 2005. hal; 29-32.

10. Soegijanto S ; Demam Berdarah Dengue, Edisi 1 Penerbit Airlangga

University Press 2004. hal ; 13-24.

11. Kresno S B; Imunologi: Diagnosa dan Prosedur Laboratorium, Balai

Penerbit FKUI Jakarta 2001, hal;60-62. Kresno S B; Imunologi: Diagnosa

dan Prosedur Laboratorium, Balai Penerbit FKUI Jakarta 2001, hal;60-62.

Page 40: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

33

12. WHO. Dengue Haemorrhagic fever, Diagnosis, Treatment, Prevention and

control. Second Geneva: WHO, 1997; 1-33.

13. Scott R M et al; The Pathogenesis of Dengue Hemorrhagic Fever: The

Role of Biological Mediators : Histamine and Serotonin. Children’s

Hospital Bangkok, Thailand 1974.p;24-25.

14. Aryati, Aspek Laboratorium DBD; dalam Soegeng S, Demam Berdarah

Dengue Edisi 2 Penerbit Airlangga University Press 2006 hal:117-126.

15. Green S, Rothman A. Immunopathological Mechanisms in Dengue and

Dengue Hemorrhagic Fever. Univesity of Massachusetts Medical School,

Center for Infection Disease and Vaccine Research, Worcester,

Massachusetts USA, Current Opinion in Infectious Disease, Lippincott

Williams and Wilkins. 2006. 19: 429-436.

16. Gubler DJ. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Clinical

Microbiology Review, July 1998; 488-96.

17. Suroso Th, Hadinegoro SR, Wuryadi S, Simanjuntak G, Umar Al, Pitoyo

PD dkk (editors). Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam

Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI; 2003.

h.1-161.

18. Hadinegoro S R, Soegijanto S, wuryadi S, Soroso T; Tatalaksana Demam

berdarah Dengue Di Indonesia Departemen Kesehatan Dan Kesejahteraan

Sosial RI Direktorak Jenderal Pemeberantasan Penyakit Menular Dan

penyehatan Lingkungan 2001; hal;11-24

19. Sutaryo, Pudjo H W, Sri M; Tatalaksana Syok dan Perdarahan Pada DBD,

Penerbit Medika FK UGM Yogyakarta 2004, Hal:168-176.

20. Huang YH et al, Dengue Virus Infects Human Endothelial Cell and

Induces IL-6 and IL-8 Production. Am.J.Trop.Med Hyg. 63(1,2), 2000, pp.

71-75.

21. 11. Edelman R, Suchitra N, Robert W. C, Richard C. T, Franklin H. T;

Evaluation of the Plasma Kinin System in Dengue Hemorrhagic Fever,

1972, p; 11-18.

Page 41: Derry Herdhimas (102011101025) - Referat DHF Pada Kehamilan

34

22. Abednego HM. Perkembangan 5 tahun Demam Berdarah dengue di

Indonesia. Acta Med. Indonesia 1997; 21(1): 5-19.

23. Zein U. Penatalaksanaan Demam Berdarah dengue dan Dengue Syok

Sindrom pada dewasa. MK Nusantara 2004; 37 (SI): 29-31.

24. World Health Organization. Handbook for clinical management of dengue.

Geneva: WHO, 2012.

25. Suhendro, Herdiman T, Nelwan R, Zulkarnain I, Widodo D. Deteksi dini

dan tatalaksana sindrom renjatan dengue. Dalam : Setiati S, Alwi I,

Simadibrata M, Sari N, editors. Naskah lengkap Penyakit Dalam. PIT

2005. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, 2005.

p. 213-9

26. American Society of Anesthesiologists. Practice guidelines for blood

component therapy. Anesthesiology 1996;84:732-47.