Download - Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

Transcript
Page 1: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur/ Tanggal lahir : 56 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pondok Permai, Bekasi

Pekerjaan : Pensiunan BUMN

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis tanggal 19 Juni 2013

Keluhan Utama

Bercak-bercak merahdisertai rasa gatal pada lengan dan bahu kiri

Keluhan Tambahan:

Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengatakan bahwa 3 hari yang lalu pergi ke kampungnya dan ada

keluarga yang mengeluh seperti pasien. Menurut istri pasien, setelah 1 hari di

Jakarta (2 hari sebelum ke poli), pasien mengeluh timbul bercak-bercak merah di

lengan dan bahu kiri disertai rasa gatal saat bangun tidur di pagi hari. Bercak juga

terasa panas dan perih. Bercak menyerupai garis linier pada lengan kiri dan bahu

kiri atas. Pasien mengaku baru pertama kali mengalami hal seperti ini.

1 hari yang lalu pasien mengatakan bahwa ada lenting berisi cairan di tempat

gatal. Oleh pasien lenting tersebut digaruk. Pasien sudah mengobati bercak tersebut

dengan salep. Pasien tidak tahun nama salepnya.

Menurut istri pasien, seprei kamar tidurnya diganti seminggu sekali dan selalu

membersihkan tempat tidur dengan sapu lidi sebelum tidur. Pasien menyangkal

melakukan aktivitas berkebun. Pasien menyangkal melakukan aktivitas berkebun.

Page 2: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Ada yang mengeluh serupa dengan pasien

Riwayat Asma disangkal

III.PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

- Keadaan umum :Baik

- Kesadaran :Compos mentis

- Tanda vital :

o TD : tidak dilakukan RR : 18x/menit

o N : 80x/menit S : afebris

- Kepala : Normochepal

- Mata : Konjungtiva anemia -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+

- Telinga : aurikula tidak terdapat kelainan, liang telinga lapang,

serumen -/-, membran timpani intak

2

Page 3: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

- Hidung : deviasi septum (–), mukosa normal, konka hipertrofi (-)

- Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1

- Thorax : Pergerakan dada simetris; suara paru vesikuler, ronki -/-,

wheezing -/-suara jantung S1-S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)

- Abdomen : Bentuk cembung, dinding perut supel

- Ekstremitas : Akral hangat, edema tungkai (-), capillary refill < 2 detik, kuku :

pitting nail (-)

- KGB : Tidak teraba adanya pembesaran KGB

Status dermatologikus

1. Regio : Lengan kiri

Efloresensi :

Terdapat bercak eritem tersusun linier, batas tegas dan beberapa erosi diatasnya.

Terdapat juga kissing phenomenon.

Page 4: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

2. Regio : axillaris anterior sinistra

Efloresensi :

Terdapat bercak eritem tersusun linier, batas tegas dan terdapat krusta berwarna

kehitaman diatasnya.

4

Page 5: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

IV. RESUME

Pasien laki-laki, 56 tahun, mengeluh timbul bercak-bercak merah di lengan dan

bahu kiri disertai rasa gatal saat bangun tidur di pagi hari. Bercak juga terasa panas dan

perih. Bercak menyerupai garis linier pada lengan kiri dan bahu kiri atas. Pasien

mengaku baru pertama kali mengalami hal seperti ini.

5

Page 6: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

1 hari yang lalu ada lenting berisi cairan di tempat gatal. Oleh pasien lenting

tersebut digaruk. Pasien sudah mengobati bercak tersebut dengan salep. Pasien tidak

tahun nama salepnya.

Menurut istri pasien, seprei kamar tidurnya diganti seminggu sekali dan selalu

membersihkan tempat tidur dengan sapu lidi sebelum tidur. Pasien menyangkal

melakukan aktivitas berkebun. Pasien menyangkal melakukan aktivitas berkebun.

Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis normal

Status Dermatologikus

1. Regio : Lengan kiri

Efloresensi :

Terdapat bercak eritem tersusun linier, batas tegas dan beberapa erosi diatasnya.

Terdapat juga kissing phenomenon.

2. Regio : axillaris anterior sinistra

6

Page 7: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

Efloresensi :

Terdapat bercak eritem tersusun linier, batas tegas dan terdapat krusta berwarna

kehitaman diatasnya.

V. DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Venenata

VI. DIAGNOSIS BANDING

Tidak ada

VII. TERAPI

Medikamentosa

Sistemik

- Loratadine 10mg 1x/hari, k/p

Topikal

- Krim betamethasone dipropionate 0,05% 2x/hari.

Non medikamentosa

- Jaga Kebersihan Diri.

- Hindari Garukan.

VIII.PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

7

Page 8: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

Quo ad fungsionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS VENENATA

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berinteraksi dengan bahan-bahan yang

mungkin dapat menimbulkan iritan maupun alergi bagi seseorang dan belum tentu bagi

individu lain. Bahan-bahan ini dapat menimbulkan kelainan pada kulit sesuai dengan

kontak yang terjadi. Kelainan ini disebut dermatitis kontak.(1)

Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar merupakan

respon kulit terhadap agen eksogen maupun endogen.Dermatitis kontak ini dibagi

menjadi Dermatitis Kontak Iritan dan Dermatitis Kontak Alergi. Dalam makalah ini

akan dijelaskan tentang Dermatitis Kontak Iritan.(1)

Serangga (Insecta) merupakan kelas dari filum Arthropoda. Ordo yang paling

sering mengakibatkan masalah kulit adalah klas Lepidoptera (kupu-kupu), hemiptera

(bed bug), Anoplura (Pediculus sp.), Diptera (nyamuk), Coleoptera (blister beetle),

Hymenoptera (lebah, tawon, semut), Shiponaptera (flea). Kelas arthropoda lain yang

bermakna secara dermatologis adalah myriapoda (kelabang) dan arachnida (laba-laba,

tick, mite, kalajengking).(2)

II. DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons

terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan keluhan gatal.(3)

Dermatitis Kontak Iritan adalah peradangan kulit yang disebabkan terpaparnya

kulit dengan bahan dari luar yang bersifat iritan yang menimbulkan kelainan klinis

efloresensi polimorfik berupa eritema, vesikula, edema, papul, vesikel, dan keluhan

gatal, perih serta panas.Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan hanya

beberapa saja. (1)

Dermatitis Venenata adalah Dermatitis Kontak Iritan yang disebabkan oleh

terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga, pohon mahoni,

8

Page 9: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

kopi, mangga, serta sayuran seperti tomat, wortel dan bawang. Bahan aktif dari

serangga juga dapat menjadi penyebab.(1)

III. SINONIM

Plant dermatitis, contact dermatitis, flower eczema(3)

IV. EPIDEMIOLOGI

DKI adalah penyakit kulit akibat kerja yang paling sering ditemukan, diperkirakan

sekitar 70%-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja.DKI dapat diderita oleh semua

orang dari berbagaigolongan umur, ras dan jenis kelamin.Jumlah penderita DKI

diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat

kerja). Insiden dari penyakit kulitakibat kerja di beberapa negara adalah sama, yaitu 50-

70 kasus per 100.000 pekerja pertahun.Pekerjaan dengan resiko besar untuk terpapar

bahan iritan yaitu pemborong, pekerja industrimebel, pekerja rumah sakit (perawat,

cleaning services, tukang masak), penata rambut, pekerjaindustri kimia, pekerja logam,

penanam bunga, pekerja di gedung. (3)

V. ETIOLOGI

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu.(3)

Bahan aktif dari serangga juga dapat menjadi penyebab.(1)

VI. KLASIFIKASI(3)

Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor-faktor tersebut ada yang

mengklasifikasi DKI menjadi sepuluh macam, yaitu: DKI akut, lambat akut, reaksi

iritan, kumulatif, traumateratif, eksikasi ekzematik, pustular dan akneformis,

noneritematosa, dan subyektif.

DKI Akut

Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak iritan akut.Penyebab

DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asal sulfat dan asam hidroklorid atau basa

kuat, misalnya natrium dan kalium hidroksida.Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan

reaksi segera timbul.Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lamanya

kontak dengan iritan, terbatas pada tempat kontak.Kulit terasa pedih, panas, rasa

terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema edema, bula, mungkin juga

nekrosis.Pinggir kelainan kulit berbatas tegas, dan pada umumnya asimetris.

DKI Akut Lambat

9

Page 10: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI akut, tetapi baru muncul 8 sampai

24 jam atau lebih setelah kontak. Bahan iritan dapat menyebabkan DKI akut lambat,

misalnya podofilin, antralin, tretinoin, etilen oksida, benzalkonium klorida, asam

hidrofluorat.Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang

terbang pada malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih esok

harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah menjadi vesikel atau

bahkan nekrosis.

DKI Kumulatif

Dermatitis ini adalah jenis dermatitis yang paling sering terjadi; nama lain ialah

DKI kronis. Penyebabnya ialah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah (Faktor

fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, dan kelembaban rendah, panas atau dingin; juga

bahan, misalnya deterjen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air).DKI kumulatif

mungkin terjadi karena kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri

tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi baru mampu bila bergabung

dengan faktor lain. Kelainan baru nyata setelah kontak berminggu-minggu atau bulan,

bahkan bisa bertahun-tahun kemudian, sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan

faktor penting.

VII. PATOGENESIS

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan

melalui kerja kimiawi atau fisis.Ada 4 mekanisme yang berhubungan dengan DKI. (1)

1. Hilangnya membran lemak (Lipid Membrane)

2. Kerusakan dari sel lemak

3. Denaturasi keratin epidermal

4. Efek sitotoksik secara langsung

Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat

(AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3).AA

dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT).PG dan LT menginduksi

vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah

transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktraktan

kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT

dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular. (3)

10

Page 11: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,

misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating

factor(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi

reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut. (3)

Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1

(ICAM-1).Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin

proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi

ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin. (3)

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat

terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan

iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai

dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi

dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya

oleh iritan.(3)

VIII. GEJALA KLINIS(1)

Gejala klinis yang terjadi sangat beragam, bergantung pada sifat iritan.Iritan kuat

memberi gejala akut, sedang iritan lemah memberi gejala kronis meskipun faktor

individu dan lingkungan sangat berpengaruh.

Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, pada stadium akut kelainan kulit

berupa eritema, edema, vesikel, atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak

basah.Stadium sub akut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta, sedang

pada stadium kronis tampak lesi kronis, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul,

mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan.Stadium tersebut tidak

selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis memberi gambaran klinis berupa

kelainan kulit stadium kronis demikian pula efloresensinya tidak selalu harus

polimorfik.Mungkin hanya oligomorfik.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG

UJI TEMPEL3

Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya dipunggung. Untuk melakukan uji

tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan pabrik, misalnya finn

chamber system kit dan T.R.U.E test, keduanya buatan Amerika Serikat. Terdapat juga

antigen standar buatan pabrik di Eropa dan negara lain. Adakalanya test dilakukan

11

Page 12: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

dengan antigen yang bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering

bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.

Mungkin ada sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik terhadap kulit atau

walaupun jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik.Oleh karena itu bila

menggunakan bahan tidak standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati - hati

sekali, jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui.

Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit misalnya kosmetik,

pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat langsung di gunakan apa adanya (as is).

Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya

misalnya sampoo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu.Bahan yang tidak larut

dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau minyak mineral, produk yang

diketahui bersifat iritan, misalnya detergen hanya boleh diuji bila diduga keras

penyebab alergi. Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab

alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan tersebut yang direndam

dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air dan ditempelkan dikulit

dengan memakai finn chamber, dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat

bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol ( 5-10 orang ), untuk

menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.

Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel :

1. Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh, bila masih dalam keadaan akut atau

berat dapat terjadi angry back atau excited skin, reaksi positif palsu, dapat juga

menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya makin memburuk.

2. Tes dilakukan sekurang - kurangnya 1 minggu setelah pemakaian kortikosteroid

sistemik dihentikan ( walaupun dikatakan bahwa uji tempel dapat dilakukan pada

pemakaian prednison kurang dari 20 mg perhari atau dosis ekivalen kortikosteroid

lain ), sebab dapat menghasilkan reaksi negatif palsu. Pemberian kortikosteroid

topikal di punggung dihentikan sekurang - kurangnya 1 minggu sebelum tes

dilaksanakan. Luka bakar sinar matahari ( sunburn ) yang terjadi 1 - 2 minggu

sebelum tes dilakukan juga dapat memberi hasil negatif palsu. Sedangkan

antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes kecuali diduga karena urtikaria

kontak.

3. Uji tempel dibuka setelah 2 hari, kemudian dibaca, pembacan kedua dilakukan pada

hari ketiga sampai ketujuh setelah aplikasi.

12

Page 13: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

4. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi

longgar ( tidak menempel dengan baik ) karena memberi hasil negatif palsu.

Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar

punggung selalu kering setelah dibuka uji tempelnya sampai pembacaan terakhir

selesai.

5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuka terhadap penderita yang

mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan atau immediate urtikaria type karena

dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan reaksi anafilaksis. Pada penderita

semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus.

Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas. Pembacaan

pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji

telah menghilang atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :

1 = reaksi lemah ( non vesikular ) : eritema, infiltrat, papul ( + )

2 = reaksi kuat : edema atau vesikel ( ++ )

3 = reaksi sangat kuat ( ekstrim ) : bula atau ulkus ( +++ )

4 = meragukan : hanya makula eritematosa ( ? )

5 = iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura ( IR )

6 = reaksi negatif ( - )

7 = excited skin

8 = tidak di tes ( NT = not tested )

Reaksi excited skin atau “angry back” merupakan reaski positif palsu, suatu

fenomena regional disebabkan oleh 1 atau beberapa reaksi positif kuat, yang dipicu

oleh hipersensitivitas kulit, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenomena ini

pertama dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abad ke 20, kemudin diteliti oleh

Mitchell pada tahun 1975.

Pembacaan kedua perlu dilakukn sampai 1 minggu setelah aplikasi, biasanya 72

atau 96 jam setelah aplikasi.Pembacaan kedua ini penting untuk membantu

membedakan antara respon alergi atau iritasi, dan juga mengidentifikasi lebih banyak

13

Page 14: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat bertambah setelah 96 jam aplikasi, olek

karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai 1

minggu setelah aplikasi.

Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah.Interpretasi dilakukan setelah

pembacaan kedua. Respon alergi biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu

dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ ( reaksi tipe crescendo ),

sedangkan respon iritan cenderung menurun ( reaksi tipe descrecendo ). Bila ditemukan

respon positif terhadap suatu alergen, perlu ditemukan relevannya dengan keadaan

klinik, riwayat penyakit dan sumber antigen di lingkungan penderita. Mungkin respon

positif tersebut berhubungan dengan penyakit yang sekarang atau penyakit masa lalu

yang pernah dialami, atau mungkin tidak ada hubungannya ( tidak diketahui ). Reaksi

positif klasik terdiri atas eritem, edem, dan vesikel-vesikel kecil yang letaknya

berdekatan.

Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain apabila konsentrasi terlalu tinggi, atau

bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan tertutup ( oklusi ), efek pinggir uji

tempel, umumnya karena iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang

dibagian tengahnya reaksi ringan atau sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena

meningkatnya konsentrasi iritasi cairan di bagian pinggir. Sebab lain karena efek tekan,

terjadi bial menggunakan bahan padat.

Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya konsetrasi terlalu rendah, vehikulum

tidak tepat, bahn uji tempel tidak melekat dengan baik atau longgar akibat pergerakan,

kurang cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal poten

yang lama dipakai pada uji tempel dilakukan.

X. DIAGNOSA

Diagnosis DKI didasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran

klinis. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga

penderita pada umumnya masih ingat apa yang menjadi penyebabnya. Sebaliknya, DKI

kronis timbulnya lambat serta mempunyai variasi gambaran klinis yang luas, sehingga

adakalanya sulit dibedakan dengan dermatitis kontak alergik. Untuk ini diperlukan uji

tempel dengan bahan yang dicurigai untuk menyingkirkan diagnosa bandingnya.(1, 3)

14

Page 15: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

XI. PENATALAKSANAAN(4)

Penanganan dermatitis kontak yang tersering adalah menghindari bahan yang

menjadi penyebab.

Pengobatan medikamentosa terdiri dari:

A. Pengobatan sistemik :

1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu

singkat.

Prednisone

Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 1 mg/KgBB/hari

Dexamethasone

Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 0,1 mg/KgBB/hari

Triamcinolone

Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 1 mg/KgBB/hari

2. Antihistamin

Chlorpheniramine maleat

Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o

Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali

Diphenhydramine HCl

Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali

Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali

Loratadine

Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali

B. Pengobatan topikal :

1. Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9%)

2. Bentuk kronis dan kering diberi krim hydrocortisone 1% atau diflucortolone

valerat 0,1% atau krim betamethasone valerat 0,005-0,1%

XII. PROGNOSIS

Prognosis dari DKI akut baik jika penyebab iritasi dapat dikenali dan

dihilangkan.Prognosis untuk DKI kumulatif atau kronis tidak pasti dan bahkan lebih

buruk dari Dermatitis Kontak Alergi. Latar belakang pasien atopi, kurangnya

15

Page 16: Dermatitis Venenta - Astri Nurfidayanti

pengetahuan mengenai penyakit, dan atau diagnosis dan penatalaksanaan adalah faktor-

faktor yang membawa ke perburukan dari prognosis.(5)

16