DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA SUSILA DI
PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA
JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
ACHMAD MARSAIDI
NIM: 104051001735
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429H./2008 M.
DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA SUSILA DI
PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA
JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Penyiaran Islam
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Achmad Marsaidi
NIM: 104051001735
Pembimbing
Dra. Nasichah MA NIP: 150276298
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429H./2008 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna
Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta
Barat telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Oktober
2008, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Jakarta, 10 Desember 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretarian Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, MA Umi Musyarrofah, MA
NIP: 150254102 NIP: 150281980
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Study Rizal, LK, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP: 150262876 NIP: 150276299
Pembimbing
Dra. Nasichah, MA
NIP: 150276298
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 21 September 2008
Achmad Marsaidi
ABSTRAK
ACHMAD MARSAIDI
Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat
Pada dasarnya pelaksanaan penanganan masalah wanita tuna susila tidak terlepas dari keberadaan manusia. Masalah ini sudah ada sejak adanya manusia.
Hal ini disebabkan karena kurangnya keimanan dan ketaqwaan yang dimiliki oleh para wanita tuna susila. Atas dasar tersebut, Pemerintah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtraan Sosial telah
membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Kedoya yang menyelenggarakan beragam aktifitas, di antaranya adalah
aktifitas dakwah sebagai upaya pemulihan harkat serta peningkatan iman dan
taqwa.
Dalam penelitian ini mengkaji aktivitas dakwah dalam pembinaan wanita
tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya dan
bagaimana metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan terhadap wanita
tuna susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.
Penelitian ini dilakukan agar dapat berguna untuk menambah literature
tentang dakwah Islam, khususnya dakwah Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya dalam pembinaan mantan wanita tuna susila dan menambah
pengetahuan dunia dakwah bagi peneliti dan pembaca serta menambah masukan untuk para aktifis dakwah.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan teori Didin Hafifuddin dalam bukunya “dakwah aktual”. Yakni suatu kegiatan yang dilakukan
oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju kehidupan yang islami.
Guna mengetahui bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan oleh Panti Sosial serta bagaimana metode dakwah yang diterapkan oleh Ustadz terhadap
mantan wanita tuna susila. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dari
buku-buku, diktat, brosur dan dokumentasi Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya serta observasi dan wawancara dengan Ustadz Ramlan Nuzul
S.Ag, dan Ustadz Bahruddin Hanaffi S.Th.I.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dakwah di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya dilakukan pada kegiatan keagamaan yang meliputi
pengajian agama, peringatan hari besar Islam, dan peringatan hari besar nasional
yang kerap menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam kegiatan static
group menggunakan metode diskusi, dan untuk mengatasi berbagai permasalahan
yang dialami oleh masing-masing warga binaan sosial secara individu
menggunakan metode percakapan antar pribadi. selanjutnya pada pelaksanaan
sholat berjamaah, pembacaan iqra’ dan Al-Qur’an, morning meeting dan
pembacaan yasin, metode yang dilakukan berupa metode peragaan. kegiatan setelah pembacaan surah yasin pun seorang ustadz kerap melakukan metode
ceramah yang disajikannya dengan singkat dan jelas.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan selalu, baik jasmani maupun rohani serta pemberian rahmat dan
hidayah-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda
Rosulullah SAW yang telah membuka mata kepada umatnya yang buta agama dan
membuka telinga kepada umatnya yang tuli terhadap agama serta membuka hati
terhadap umatnya yang peka terhadap agama.
Syukur alhamdulillah dengan usaha maksimal dan tekad yang bulat serta
dorongan yang kuat dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, selayaknyalah penulis ucapkan terima
kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Dr. H. Murodi, MA. yang
telah mendidik penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga beliau mendapat pahala yang besar atas ilmu yang telah diberikannya
kepada penulis.
2. Drs. Wahidin Saputra, MA. Sebagai Ketua Jurusan dan Ibu Umi Musyarofah,
MA. sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah
memberikan penulis masukan, dukungan, nasehat serta do’a.,
3. Dosen Pembimbing skripsi, Dra. Nasichah MA, tiada kata yang pantas terucap
selain terima kasih yang mendalam atas kesediaannya untuk meluangkan
waktu di tengah kesibukannya guna memberi masukan, diskusi dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan batas
waktunya.
4. Kedua orang tuaku tersayang M. Ading S dan Maslamah yang telah
membimbing penulis sejak kecil sampai saat ini dengan penuh cinta dan kasih
sayang yang tak pernah pudar, kemudian kakak saya Uliyah S.E. dan
Halimatussaadah S.Sos, yang tak pernah bosan mendukung penulis dan
membimbing penulis serta adik saya Fadhillah Rahmawati yang selalu
mendukung penulis.
5. H. Achmad. S, selaku Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya
Kedoya yang telah rela meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis,
sehingga penelitian dapat berlangsung dengan lancar.
6. Bapak H. Haris Fadillah S.Sos. selaku SUBBAG Tata Usaha dan Hj. Misliyati
selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya Kedoya yang telah rela meluangkan waktunya untuk
memberikan suatu penjelasan mengenai data-data yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis.
7. Al-Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag dan Al-Ustadz Bahruddin Hanaffi S.Th.I.
selaku agamawan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya
yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis, sehingga
penelitian dapat berlangsung dengan lancar.
8. Dedeh Mahmudah S.Sos.I. selaku motivator yang tidak pernah bosan
memberikan memotivasi kepada penulis.
9. Teman-teman Lingkaran Kalam (LINK) yang telah mendoakan penulis dalam
mengerjakan skripsi.
10. Sahabat KPI A angkatan 2004 atas semua do’a yang telah diberikan kepada
penulis.
11. Teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penulis
dalam mengerjakan skripsi.
12. Keluarga besar yang berada di Gg H. Shomad, Cirende Ciputat, terima kasih
banyak atas kasih dan sayang serta motivasinya.
Wassalammualaikum Wr. Wb
Jakarta, 22 september 2008
Penulis.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………….……...i
ABSTRAK……………………………………………………………….……….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….……..iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………..……………….1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………..……………….4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………..…………..……5
D. Metodologi Penelitian…………………………..…………………6
E. Tinjauan Pustaka…………………………………..………………8
F. Sisitematika Penulisan……………………………..….…………..9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Dakwah di Panti Sosial………………………...…..…………….11
1. Pengertian Dakwah………………………………..………....12
2. Unsur-Unsur Dakwah………………….…………..…………12
1) Da’i…………………………………………..……….12
2) Mad’u ………………………………………….…….13
3) Maddah……………………………………………….14
4) Washilah…………………………….….…………….14
5) Thoriqoh …………………………………….……….15
6) Atsar ………………………………………...……….20
3. Pengertian Dakwah di Panti Sosial …..…..………...………..21
B. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila (WTS) di Panti
Sosial……………………………………………………………..21
1. Pengertian pembinaan …………………..….……….……….21
2. Mantan wanita tuna susila……………………………...…….23
3. Panti sosial………………………….………………..………24
4. Pembinaan wanita tuna susila di panti sosial………...………24
BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA
HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT
A. Sejarah Berdirinya……………………….….…..……….……….27
B. Visi dan Misi……………………………………………..………30
C. Latar Belakang dan Tujuan………………………………..……..30
D. Peran dakwah panti sosial… …………………..…………..…….32
BAB IV DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN WANITA TUNA
SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA
HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT
A. Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna
Susila……………………………………………………..…..…..45
B. Metode Dakwah yang di Gunakan Dalam Pembinaan Terhadap
Mantan Wanita Tuna Susila………………………….……..……60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………..……...…….67
B. Saran-Saran……………………………………………..……68
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…….70
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………..………73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jakarta adalah salah satu kota metropolitan yang menjadi pusat
pemerintahan Indonesia. Perkembangan Jakarta telah menjadikan kemegahan,
dan kemewahan kota. Banyak penduduk dari luar Jakarta yang melirik dan
berminat untuk datang dan singgah di kota Jakarta, mereka menilai Jakarta
adalah tempat yang cocok untuk memulihkan dan meningkatkaan taraf hidup
yang sejahtera, maka tidak heran apabila kita melihat banyak diantara meraka
yang berhasil dalam meraih kesuksesan dan tidak sedikit pula bagi mereka
yang menderita.
Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan angka kelahiran membuat
ibukota Indonesia menjadi padat, penataan kota pun menjadi kacau. Hal ini
terlihat dari banyaknya pemukiman-pemukiman liar yang tidak jelas
keberadaannya. Jumlah lapangan kerja pun tampaknya tidak dapat
menampung jumlah penduduk yang terus bertambah, sehingga banyak
menimbulkan permasalahan sosial diantara penduduk, baik laki-laki maupun
perempuan, salah satunya yaitu masalah prostitusi. Prostitusi merupakan
tindak kejahatan yang dilakukan oleh wanita dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya yaitu dengan cara melakukan hubungan badan di luar pernikahan
dengan meminta imbalan. Sampai saat ini prostitusi makin merajalela karena
mereka dapat melakukannya di berbagai tempat, seperti di diskotek, kost-
1
kostan, rumah kontrakan, hotel bahkan di dalam mobil mereka pun dapat
melakukanya, mereka ini dikenal dengan sebutan Wanita Tuna Susila (WTS).
Prostitusi termasuk dalam suatu penyakit masyarakat karena banyak
wanita melakukan perbuatan asusila sebagai mata pencaharian yaitu menerima
bayaran terhadap layanan hubungan badan yang diberikan kepada
langganannya.1
Soerjono Soekanto mendefinisikan “Wanita Tuna Susila adalah suatu
pekerjaan bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan
perbuatan seksual untuk mendapatkan upah”.2
Sedangkan menurut Kartini Kartono wanita tuna susila adalah “bentuk
penyimpangan dan tindak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu, tanpa
kendali dengan banyak orang (pramiskuitas) diserta, eksploitasi dan
komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. Tuna Susila juga
diartikan sebagai salah tingkah, tindak susila, atau gagal dalam menyesuaikan
diri terhadap norma-norma susila”.3
Atas dasar pemahaman di atas, sesuai surat keputusan Gubernur Kepala
Daerah khusus Ibukota Jakarta No. 3622/2001, maka pemerintah propinsi DKI
Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia Kedoya yang menyelenggarakan pelayanan resosialisasi bagi
1 Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2001), h. 23.
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Grafinso Persada, 1993), h.
417. 3 Ibid.,Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali Pers), Edisi I, Cet ke-4, h. 177.
wanita tuna susila hasil penertiban sebagai upaya pemulihan harkat, martabat,
kepercayaan, dan harga diri wanita tuna susila sehingga diharapkan dapat
kembali menjadi warga masyarakat yang hidup secara layak, manusiawi,
normatif, produktif dan mandiri.
Panti sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkunan Departemen
Sosial yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial yang berada di bawah
tanggung jawab langsung Kepala Kantor Wilayah Departemen Sosial
(KEPMEN 22/ Huk/ 95 tanggal 22 april 95).
Ada pun tugas Panti Sosial adalah “memberikan pelayanan dan bantuan
sosilal bagi wanita tuna susila sesuai dengan peraturan perundang-udangan
yang berlaku. Dalam menyelenggarakan tugas, Panti Sosial mempunyai
fungsi, yaitu: observasi, konsultasi, penampungan, pembinaan agama, fisik
dan mental, bimbingan sosial dan keterampilan kerja”.4
Pembinaan agama (dakwah) adalah salah satu cara yang di terapkan oleh
Panti Sosial dalam menanggulangi masalah terhadap para wanita tuna susila.
Dakwah adalah seruan serta ajakan terhadap kebaikan yang di lakukan oleh
seseorang terhadap orang lain baik individu maupun kelompok.
Adapun dakwah menurut M. Quraisy Shihab adalah seruan atau ajakan
kepada keinsafan atau merubah suatu situasi kepada situasi yang lebih baik
dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah
4 Departemen Sosial Republuik Indonesia Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial, “Data dan Informasi Panti Sosial Karya Wanita Mula Jaya” Pasar Rebo Jaktim, 2002, h. 1.
bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku
saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.5
Pembinaan dakwah yang dilakukan oleh Panti Sosial terhadap wanita
tuna susila yaitu dengan berbagai macam metode, diantaranya yaitu metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, percakapan antar pribadi, dan peragaan.
Berdasarkan uraian di atas penulis membahas penelitian tentang
“Aktivitas Dakwah Dalam Pembinaan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat”. Dengan demikian
eksistensi dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia mampu
mengantisipasi serta menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para
Wanita Tuna Susila (WTS).
A. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berkenaan dengan penjelasan di atas, maka masalah yang akan diteliti
hanya dibatasi pada Aktifitas Dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat dalam pembinaan mantan Wanita Tuna
Susila.
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulisan merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah dakwah dalam pembinaan wanita tuna susila di Panti
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya?
5 Dr. M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 194.
2. Bagaimana metode dakwah yang digunakan dalam pembinaan terhadap
Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya
Kedoya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah dalam pembinaan yang
diterapkan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.
b. Untuk mengetahui metode dakwah yang digunakan Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Akademis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat berguna secara akademis,
yaitu untuk menambah literature tentang dakwah Islam, khususnya
mengenai aktivitas dan metode dakwah Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna
Susila.
b. Kegunaan Praktis
Menambah pengetahuan dunia dakwah bagi peneliti dan pembaca
serta menambah masukan untuk para Aktifis Dakwah.
D. Metodelogi Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan, dimana peneliti
melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan untuk penelitian ini. Selain itu penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara
objektif suatu masalah, sedangkan teknik penulisan ini bersifat dekriptif
analisis, yakni metode yang digunakan untuk menggambarkan secara
terperinci fenomena sosial tertentu dan kemudian menganalisanya serta
menginterpretasikannya melalui data yang terkumpul.6
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek peneliti adalah Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Jakarta Barat. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah
aktivitas dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat.
2. Teknik Pengumpulan Data.
a. Interview
Interview merupakan “suatu alat pengumpulan informasi secara
langsung tentang beberapa jenis data”.7 dalam penelitian ini penulis
langsung mewawancarai Kepala Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya Kedoya yakni bapak H. Achmad S dan dua pengurus
Panti yakni Bapak H. Haris S.Sos selaku SUBBAG Tata Usaha dan
6Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999), Cet Ke-7, h. 24-25. 7 Sutrisno Hadi, Metodologi Resaerch (Yogyakarta: Andi Offset,1983), h. 49.
Ibu Dra. Hj. Misliyati selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan serta
Da’i (Pembina) yang melaksanakan aktivitas dakwah, yakni Ustdz.
Ramlan Nuzul S.Ag dan Ustdz. Bahruddin Hanaffi S.Th.I.
b. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah “penyelidikan yang ditujukan pada
penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu menjadi sumber-sumber
documenter”.8
Lexy. J Moleong menuliskan “dokumentasi itu berasal dari kata
dokumen, yang berarti barang-barang tertulis di dalam penelitian
melalui dokumentasi, peneliti berusaha menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, data jurnal, notulen, anggaran dana
pendidikan dll”.9
Dalam hal ini penulis mengambil data dari dokumen, yang berupa
buku-buku, diktat, jurnal serta yang terkait dengan objek peneliti.
c. Observasi.
Observasi adalah “proses pengambilan data yang dilakukan dengan
cara pengamatan secara sistematik terhadap obyek yang diteliti,
artinya disengaja dan terencana, bukan kebetulan melihat sepintas”.10
Dalam hal ini peneliti mengambil data dengan cara pengamatan
terhadap obyek yang diteliti berupa aktivitas dakwah dalam
8 Insiklopedi Indonesia (Jakarta: Penerbitan Baru Van Hauve, 1980), h. 849.
9 Lexy. J Moleong, metodelogi penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002), Cet ke-13, h. 133. 10 Winarno Surahmad, Pengantar Metodologi Ilmih (Bandung: Tarsito, 1982), h. 132.
pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya Kedoya.
3. Teknik Analisis Data
Setelah medapatkan data yang sudah terkumpul, kemudian
dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun metode yang peneliti pakai dalam
menganilis data adalah deskriptif, yaitu melaporkan data dengan
menerangkan dan memberikan gambaran mengenai data yang telah
terkumpul secara apa adanya kemudian data tersebut disimpulkan, di
samping itu peneliti merujuk pada teori Bogdan dan Biklen di dalam
Meleong, yaitu mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah
“upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan dalam memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari data dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang didapat lalu diceritakan kepada orang lain”.11
E. Tinjauan Pustaka
Menurut pengamatan peneliti sudah ada penelitian di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya yang di tulis oleh Abdul Syukur, Jurusan:
Manajemen Dakwah dengan Judul Skripsi “Aplikasi Manajemen Pembinaan
Mental Agama Pekerja Seks Komersial (PSK) di Panti Sosial Bina Karya
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), Cet ke 20, h. 248.
Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat” dan Muhammad Anwar
Jurusan PMI dengan judul Skripsi “Upaya Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia dalam Menanggulangi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) di Kelurahan Kedoya Jakarta Barat”. Selanjutnya dari jurusan
Bimbingan Penyiaran Islam (BPI) dengan judul “Bimbingan Vocational
Dalam Pemilihan Profesi Bagi Warga Binaan Sosial di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya.
Dari tinjauan di atas peneliti melihat bahwa belum ada bahasan atau
penelitian tentang bagaimana Aktivitas dan metode dakwah yang diterapkan
oleh panti sosial bina karya wainta harapan mulya kedoya. Oleh karena itu
peneliti melakukan penelitian dalam pembahasan aktivitas dakwah dalam
pembinaan mantan wanita tuna susila di panti sosial bina karya wanita harapn
mulya kedoya.
F. Sistematika Penulisan
Secara sistematika, peneliti membagi penulisan skripsi ini ke dalam lima
bab yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang di awali latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sisitematika penulisan.
Bab II landasan teoritis dakwah di Panti Sosial yang terdiri dari,
Pengertian Dakwah, unsur-unsur dakwah, Pembinaan Mantan wanita tuna
susila di Panti Sosial, Pengertian Pembinaan, Mantan wanita tuna susila, Panti
Sosial, pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti Sosial.
Bab III gamabaran umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri dari, sejarah berdiri, visi dan misi,
latar belakang dan tujuan, peran dakwah panti sosial.
Bab IV Dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila di Panti
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri
dari, sistem dan metode pembinaan, sarana pembinaan, tujuan dan sasaran
pembinaan.
Bab V penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran
BAB II
LANDASAN TEORITIS
C. Dakwah di Panti Sosial
1. Pengertian Dakwah
Dakwah secara bahasa (Etimologi) berasal dari kata bahasa arab
da’a-yad’u_da’watan yang berarti menyeru, memanggil, mengajak dan
menjamu.12
Menurut Toha Umar Yahya, definisi dakwah ialah “mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan umat manusia di
dunia dan di akhirat”.13
Sedangkan menurut H.M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah
menyatakan “dakwah adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk
lisan, tulis dan tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar
dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individu
maupun secara kelompok agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian
kesadaran, sikap, penghayatan, serta pengalaman terhadap agama sebagai
pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa unsur paksaan”.14
Selain pengertian dakwah di atas U.S.M Nasrudin Latif mengartikan
dakwah adalah “usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya
12
Ahmad Sya’bi, Kamus Al-Qalam (Surabaya: Halim Surabaya, 1997), h. 60. 13
Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1983 ), Cet. ke-3, h. 1. 14
H. M Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bulan Bintang, 1977),
h.17.
11
yang bersikap menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan
syariat serta akhlak islamiah”.15
Dari definisi para ahli di atas penulis menyimpulkan bahwa dakwah
merupakan sebuah bentuk kegiatan manusia berupa seruan maupun ajakan
untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, dengan tujuan agar manusia dapat
menjalankan kehidupan dengan baik dan benar sesuai dengan perintah-
perintah Allah yang telah digariskan dalam Al-Quran dan As-sunah.
2. Unsur-Unsur Dakwah
Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan dakwah, maka
selain beberapa definisi dakwah yang telah dibahas sebelumnya, ada
bebarapa unsur dakwah yang akan diuraikan guna memberikan
pemahaman yang lebih baik lagi tentang dakwah. Diantaranya unsur-unsur
yang terdapat dalam dakwah meliputi da’i, mad’u, maddah, washillah,
thariqoh, dan atsar.
Berikut adalah uraian dan penjelasan mengenai unsur-unsur dakwah
tersebut:
a. Da’i (Pelaku Dakwah/ Subjek Dakwah)
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa arab, ”bentuk isim fail
(kata menunjukan pelaku) dari asal kata da’wah (da’awa) artinya orang
yang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i yaitu
15 H. M Arifin, Teori dan Peraktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Parma Data), h.11.
setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban
dakwah”.16
Subjek dakwah dapat seseorang atau sekelompok bahkan institusi
(organisasi), dapat dikaji dari sudut pandang Islam17 Da’i adalah
”panutan bagi masyarakat, setiap gerak langkah, tutur kata, prilaku,
dan kehidupan kesehariannya senantiasa diperhatikan umat.18 jadi da’i
merupakan orang yang melakukan dakwah.19
Dari pengertian da’i di atas penulis menarik kesimpulan bahwah
da’i adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan
atau mengajak kepada hal kebenaran, baik dengan lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan .
b. Mad’u (objek dakwah)
Mad’u adalah masyarakat yang menjadi sasaran dakwah atau
manusia yang diajak untuk kejalan Allah. Secara sesungguhnya yang
menjadi sasaran dakwah adalah seluruh umat manusia baik individu
maupun kelompok, baik yang sudah beragama Islam maupun non
Islam. Masdar Helmy meninjau objek dakwah dari berbagai segi antara
lain:
1) Jenis kelamin, manusia terdiri dari laki-laki dan wanita.
2) Umur, manusia terdiri dari anak-anak pemuda dan dewasa
seterusnya orang tua.
16
H.M. Idris Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah (Jakarta: 2003), h. 6. 17
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), h. 33. 18
Cahyadi Takawirawan, Yang Tegar di Jalan Dakwah ( Yohyakarta : Talenta tt), h. 65. 19 Hadiyah Salim, Terjemahan Muktarul Hadis (Bandung, Al-Maarif, 1997), h. 53
3) Pendidikan, masyarakat itu terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan rendah dan tinggi.
4) Geografis, masyarakat itu terdiri dari masyarakat desa dan kota.
5) Tugas pekerjaan, masyarakat terdiri dari petani, pedagang, pegawai
dan seniman.
6) Ekonomis, masyarakat itu terdiri orang yang kaya, orang miskin,
orang yang cukupan.20
c. Maddah (materi dakwah)
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang
disampaikan da’i pada mad’u. Adapun isi materi dakwah yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam.21
Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan
dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapatlah dikatakan
bahwa materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok
yaitu :
1) Masalah keimanan (aqidah).
2) Masalah keislaman (syariah).
3) Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).22
d. Wasilah (media dakwah)
Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern seperti saat ini
20
Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan (Semarang CV. Toha Putra,
1973), hal. 59-61. 21
Ibid., h. 94. 22
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategis Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60.
biasanya alat tersebut adalah televisi, radio, kaset rekaman, majalah,
surat kabar, internet dan berbagai alat atau media lainya.
Hamzah Ya’qub membagi washilah dakwah menjadi lima macam,
yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio, visual, dan akhlak:
a) Lisan, inilah wasilah dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan wasilah ini dapat
berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan
sebagainya.
b) Tulisan, buku majalah, surat kabar, surat menyurat, spanduk, flash-
card, dan sebagainya.
c) Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
d) Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indra pendengaran
atau pengliharan dan kedua-duanya, televisi, film, slide, ohap,
internet, dan sebagainya.
e) Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam dapat dinikmati serta didengarkan oleh mad’u.23
e. Thariqoh (metode dakwah)
Metode dalam ”bahasa Yunani (Methodos) berarti cara atau jalan,
dalam bahasa Arab disebut Uslub atau Tahariqah (Thuruq) yang berarti
jalan atau cara. Metode bisa dikaitkan dengan tujuan tertentu yang akan
23 Muh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 120.
dicapai, karena metode berarti jalan yang ditempuh dalam rangka
mencapai tujuan tertentu”.24
Disamping itu metode dakwah merupakan ilmu tentang tata cara
berdakwah hal ini menyangkut pada masalah bagaimana dakwah itu
harus disampaikan. Tindakan-tindakan atau kegiatan dakwah yang telah
dirumuskan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-
cara yang tepat.
Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa metode dakwah mencakup tiga
hal, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah An-Nahl/16: 125
berikut:
������ ���� ������ ������ ���☺���������� ��� �"#�☺�$���% ���&'(������ ) *,�$�-.�/�% 0123$���� 4��5 6'(78%9 � :;�� ��<��� �#=5 >*?7%9 6�☺�� :�'@ 6� A�9������� ) �#=5�% >*?7%9 �BC�-�D7,☺�$���� E@F�
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat di atas menuliskan bahwa metode meliputi tiga bagian,
yakni Al-hikmah, Mauidhaah Hasanah, Mujadalah Billati hiya ahsan.25
Berikut penjelasan dari ketiga bagian metode dakwah:
1) Al-Hikmah
24
Ibid., Shomad. Diktat Perkuliah Ilmu Dakwah (UIN Jakarta: 2003), h. 28. 25
M Husain Fadiah, Metode dakwah Dalam Al Quran, (Jakarta: Lentera 1997), Cet ke-1
Hlm 40.
Secara bahasa hikmah ”berasal dari kata (h-k-m) dan, kedalam
bahasa Indonesia, mempunyai padanan yang cukup banyak, hal ini
sangat bergantung pada harkat (bacaan) yang dipakai. Kalau dibaca
(hakama), artinya; ”menetapkan, memutuskan, membahas, dan lain-
lain”. Kalau dibaca (hakuma), artinya bijaksana, kebijaksanaan”.26
Selain dari pengertian di atas, Ahmad Mustofa Al Maraghi
mengatakan bahwa ”hikmah adalah perkataan yang tegas yang
disertai dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan
menghilangkan keraguan”. Nasarudin Razak pun mengartikan
hikmah itu adalah karuni Allah terhadap seorang hamba Allah
berupa kemampuan menangkap sesuatu secara ilmiah dan
falsafati”.27
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa metode
dakwah bil-hikmah seruan atau ajakan kejalan Allah dengan
perkataan yang tegas dan perlakuan yang bijaksana.
2) Mauidhaah hasanah
Secara bahasa, “mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata,
mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzhoh berasal dari kata wa’adza-
ya’idzu, wa’dzan-idzatan yang berarti; Nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebaikan
dari sayyiah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan”.28
26
Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h. 126 27
Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h.157-158. 28
Lois Ma’luf, Munjid fi al-Lugah wa A’lam (Beirut: Dar Fikr.1986) h. 907, Ibnu
Mandzur, Lisan al-Arab, Jilid VI (Beirud: Dar Fikr, 1990) h. 466.
Muh. Ali aziz menyatakan bahwa mauidhaah hasanah adalah
nasihat atau pengajaran yang baik yang dapat diberikan pada
masyarakat luas. ia dapat dilaksanakan dalam lembaga-lembaga
formal seperti lembaga pendidikan dan sebagainya.29
3) Mujadalah.
Dari segi etimologi (Bahasa) “lafazh mujadalah terambil dari
kata “jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan
alif pada huruf jim yang mengikuti wajan Faala, “jaa dala” dapat
bermakna berdebat, dan “mujadalah” perdebatan”.30
Al-mujadallah pun dapat dikatakan berupa ”dakwah dengan
cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-
baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula
dengan menjalankan yang menjadi sasaran dakwah”.31 Sedangkan
menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah “suatu upaya yang
bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara
menyajikan argumentasi dan bukti yang kuat”.32
29
Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h. 137 30
Dedeh Mahmudah, “Efektifitas Dakwah Mauidzoh Hasanah Terhadap Prilaku Santri Putra di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 10. 31
Ibid, Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 136. 32
Sayyid Muhammad Thantawi, Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir,
diterjemahkan oleh Zuhaeri Misrawi dan Zamroni Kamal (Jakarta: Azan, 2001), cet. Ke-1, pada
kata pengantar.
Sedangkan Hasanudin dalam bukunya ”Hukum Dakwah Ditinjau
Dari Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia” menyatakan ada
beberapa metode dakwah diantaranya adalah:
a. Metode ceramah: Yaitu suatu tehnik atau metode dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada
suatu aktivitas dakwah. Ali Aziz menuliskan bahwa metode ceramah
dimaksudkan untuk menyampaikan keterangan, petunjuk,
penjelasan, pengertian, penjelasan tentang suatu masalah di hadapan
banyak orang.33
b. Metode tanya jawab: Adalah penyampaian materi dakwah dengan
cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan
sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai
penjawabnya.
c. Debat/ diskusi: Metode debat pada dasarnya mencari kebenaran
bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan
Islam. Metode ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah
dalam berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut
menyumbang dalam suatu masalah agama yang terkandung banyak
kemungkinan jawaban.34
d. Percakapan antar pribadi atau (individual conference) adalah
percakapan bebas antara seorang da’i dengan individu-individu
sebagai sasaran dakwahnya.
33
Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h. 167 34 Ibid., Aziz, Ilmu Dakwah, h. 172
e. Metode peragaan. Suatu metode dakwah dimana seorang da’i
memperlihatkan suatu contoh yang baik terhadap muridnya dalam
rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya, memperagakan
cara sholat.35
f. Atsar (tujuan dakwah)
Suatu aktifitas atau usaha dan kegiatan memiliki tujuan, tujuan
adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai maksud yang
diinginkan. Tujuan proses dakwah merupakan penentu sasaran strategis
dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya. Dakwah memiliki
empat batasan yaitu hal yang hendak dicapai, jumlah atau kadar yang
diinginkan, kejelasan yang dicapai dan ingin di tuju.36
Toto Tasmara dalam bukunya ”Komunikasi Dakwah” berpendapat
bahwa ”Tujuan dakwah adalah untuk menegakkan ajaran agama kepada
setiap insani baik individu maupun masyarakat sehingga awam tersebut
mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam”.37
Jika kita pahami lebih dalam, setiap kegiatan atau aktifitas pastinya
memiliki tujuan dengan demikian dakwah juga memiliki beberapa tujuan
yaitu:
1) Menunaikan Amanat.
2) Menegakkan Hujjah dan dalil-dali kebenaran.
35
Hasanudin, Hukum Dakwah Ditinjau Dari Aspek Hukum Dalam Berdakwah di
Indonesia (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet ke-1, h. 61. 36
Muhammad Sayyid Al Wakil, Prinsip dan Kode etik Dakwah (Jakarta: Akademi
Prassindo,2002), h. 8-9. 37 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997), h. 47.
3) Menyelamatkan umat dari kehancuraan.38
3. Pengertian Dakwah di Panti Sosial
Menurut Didin Hafifuddin dalam bukunya Dakwah Aktual
mengatakan bahwa aktifitas dakwah adalah “salah satu kegiatan kerja yang
dilakukan di setiap bagian, atau suatu proses yang berkesinambungan yang
ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah
agar bersedia masuk ke jalan Allah SWT dan secara bertahap menuju
kehidupan yang islami”.39
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa aktifitas
dakwah adalah merupakan aktivitas keagamaan yang di dalamnya
mengandung seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah
situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.
D. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan berasal dari “bahasa Arab “bina” yang berarti bangun,
bentuk. Setelah dilakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan
“pe” dan akhiran “an” maka menjadi pembinaan, mempunyai arti
pembaharuan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
38
Ibid, Sayyid Al Wakil, h. 103-105. 39 Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Cet ke-1, h. 14.
yang lebih baik”.40
Sedangkan Pembinaan menurut Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer “adalah proses membina, membangun atau
menyempurnakan, upaya mendapatkan sesuatu yang lebih baik”.41
Dari segi terminologi arti kata “pembinaan” mempunyai dua arti
yaitu:
a. Pembinaan adalah segala upaya pengelolahan berupa merintis,
meletakan dasar, melatih, membisakan, mengarahkan serta
mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan,
mewujudkan manusia dengan mengadakan dan menggunakan segala
dana dan daya yang dimiliki.42
b. Pembinaan adalah suatu upaya kegiatan yang terus menerus untuk
memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan dan
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sarana
pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai
pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun kehidupan sosial masyarakat.
Menurut Majid Al-Halali dalam bukunya 38 Sifat Generasi
Unggulan, pembinaan adalah ”membangun dan mengisi akal dengan ilmu
40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesi, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), cet ke-9, h. 117. 41
Peter Salim dan Yeni,, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern
English, 1991), h. 119. 42 BP4, Pusat Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera (Jakarta: 1989), h. 3.
yang berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir dan menguatkan
lewat intropeksi diri”.43
Dari pengertian yang dikemukan para ahli tentang pembinaan maka penulis akan mencoba
menggabungkan dari pendapat yang ada dan menyimpulkan, pembinaan itu ialah usaha yang dilakukan secara
sadar, berencana, teratur dan terarah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anak dengan
tindakan pengarahan dan pengawasan untuk tujuan yang diharapkan.
2. Mantan Wanita Tuna Susila
Sebelum adanya istilah Pekerja Sek Komersil (PSK) di Indonesia
oleh Pemerintah di perkenalkan istilah Wanita Tuna Susila (WTS) bagi
kaum pelacur pengguna istilah ini menunjukan bahwa pelacuran hanya
dilihat dari aspek “kesusilaan” dan hanya ditujukan pada perempuan yang
menjadi “pelacurnya” tetapi tidak pada lelaki “germo” atau konsumen
yang mengunakan jasa mereka.
Penggunaan istilah Pekerja Seks Komersil (PSK) selalu berkembang
dari masa ke masa, maka banyak istilah-istilah yang digunakan dapat
diartikan denghan wanita publik, pelacur, lonte dan pekerja seks komersial
yang mengandung pengertian sama. Wanita yang bermata pencaharian dari
praktek pelacuran disebut dengan PSK, pelacur atau wanita tuna susila,
tuna susila diartikan sebagai kurang beradap karena keroyalan reaksi
seksnya, dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk
pemuasan seksualnya, dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi
pelayanannya. Tuna susila juga diartikan sebagai “salah tingkah, tindak
43
Majid Al-Halali, 38 Sifat Generasi Unggulan (Jakarta: Bumi Aksara 1998), cet ke-1, h.
17.
susila, atau gagal dalam menyesuaikan diri terhadap norma-norma
susila”.44
3. Panti Sosial
Panti Sosial “adalah unit melaksanakan teknis di lingkungan
Departemen Sosial yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial yang
berada di bawah tanggung jawab langsung kepada kepala kantor wilayah
Departemen Sosial (KEPMEN 22/HUK/Tgl.22.April. 95)”.45
Salah satu misi Dinas Sosial Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah
dalam usaha kesejahtraan sosial di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yaitu
didirikannya Panti Sosial.
Panti Sosial adalah unit pelaksanaan teknis di lingkungan Dinas
Sosial dalam memberikan pelayanan dan bantuan sosial kepada
penyandang masalah PMKS (Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial)
warga DKI Jakarta. 46
4. Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila di Panti Sosial
Sebagaimana yang telah digaris bawahi oleh Dinas Sosial DKI
Jakarta bahwa tugas Panti Sosial adalah memberikan pelayanan dan
bantuan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
44
Kartini Kartono, Patologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali Pers), Edsi I, Cet ke-4, h. 177 45 Departemen Sosial Republik Indonesia (Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jak-Tim), 2002, h. 1. 46 Lintas Informasi Panti Sosial (Jakarta: Dinas Sosial DKI Jakarta. 2000), h. 27.
Adapun pembinaan terhadap mantan wanita tuna susila di panti
sosial meliputi:
a. Penanganan melalui pembinaan fisik kepada para warga binaan sosial
dengan memberikan latihan-latihan fisik yang meliputi olah raga,
b. Penanganan melalui pemeriksaan kesehatan kepada para warga binaan
sosial dilakukan dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan juga
pelayanan kesehatan yang optimal kepada para warga binaan sosial
dari rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat panti tersebut.
c. Penanganan melalui bimbingan sosial kepada para warga binaan sosial
yaitu, mording meeting yang dilakukan setiap pagi tujuan ini untuk
menjalin rasa kebersamaan, kepedulian, keterbukaan, kedisiplinan, dan
tanggung jawab antara sesama warga binaan sosial.
d. Penanganan melalui bimbingan psikologis kepada para warga binaan
sosial dilakukan dengan membantu mereka dalam menyelesaikan
masalah dan juga membantu dalam mengubah persepsi, pola pikir dan
tingkah laku para warga binaan sosial.
e. Penanganan melalui bimbingan kadarkum (kesadaran hukum) kepada
para warga binaan sosial dengan memberikan pengertian kepada
mereka bahwa apa yang mereka lakukan tersebut adalah melanggar
hukum, baik negara dan agama. Hal ini dilakukan dengan metode
diskusi dan hanya perkelompok saja.
f. Penanganan melalui perpustakaan dan rekreasi/ kesenian kepada para
warga binaan sosial dengan membiasakan kebiasaan membaca sebagai
penambah pengetahuan para warga binaan sosial yang notabenenya
sebagian besar dari warga binaan sosial, sepereti: menyanyi, membuat
dan membaca puisi, dan lain-lain. Penampilan mereka sering
dipentaskan dalam acara-acara peringatan hari-hari besar keagamaan
dan nasional sepereti Isra Mi’raj, 17 Agustusan dan lain-lain.
g. Penanganan melalui bimbingan mental keagamaan kepada para warga
binaan sosial dengan memberikan kegiatan-kegiatan berupa: Ceramah
agama Islam, muhasabah dan membaca surat yasin bersama-sama,
sholawat Rosulullah SAW.
h. Penanganan melalui pelatihan keterampilan praktis seperti: Tata boga,
menjahit, menyusun hantaran (Parcel), tata rias dan beby sitter.47
47 Brosur, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya, 2008.
BAB III
GAMABARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA
HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT
E. Sejarah Berdiri
Pelayanan bidang kesejahteraan sosial merupakan tanggung jawab
Pemerintah. Setelah Indonesia dilanda badai krisis moneter sejak tahun 1998
beban Pemerintah Propinsi DKI Jakarta semakin berat dirasakan. Sebagai
Ibukota Negara dan barometer perekonomian bangsa, Jakarta menjadi tujuan
utama warga masyarakat dari daerah dan propinsi lain yang mencoba
mengadu nasib. Sebahagian besar warga masyarakat pendatang tersebut tidak
mempunyai bekal keterampilan kerja dan pendidikan yang memadai, sehinga
tidak mampu bersaing, akhirnya menambah beban Ibukota yang sudah padat,
yang salah satu diantaranya adalah wanita tuna susila jalanan, sebagai
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Atas dasar penilaian tersebut Pemerintah Daerah khusus Ibukota Jakarta
melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtraan Sosial Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta membangun dan mendirikan sebuah panti dengan
nama “Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya”, yang
beroprasional mulai bulan januari 2002. (sesuai surat keputusan Gubernur
Kepala Daerah khusus Ibukota Jakarta No. 3622/2001).48
48 Brosur, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya. 2008.
27
Dasar hukum didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya berdasarkan pada:
a. Undang-undang no. 6 tahun 1947, tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial.
b. Peraturan daerah no. 3 tahun 2001, tentang bentuk susunan organisasi dan
tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD Propinsi DKI Jakarta.
c. Serat keputusan no. 41 tahun 2002, tentang organisasi dan tata kerja.
d. Surat keputusan Gubernur no. 163/2002, tentang pembentukan organisasi
dan tata kerja UPT di lingkungan Dinas Bina Mental, Spiritual dan
Kesejahtraan Sosial Propinsi DKI Jakarta.49
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya memiliki luas tanah
24678 m2. dengan perincian sebagai berikut: bangunan kantor dan aula
(360m2), bangunan gedung workshop (260 m2), gedung poliklinik (168 m2),
gedung identifikasi (198 m2), gedung asrama (448 m2), gedung pos jaga (20
m2), gedung musholla (100 m2), gedung dapur (260 m2), dan rumah dinas
(108 m2).50
Sehubungan dengan peraturan daerah no. 3 tahun 2001 tentang bentuk
susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat DPRD
Propinsi DKI Jakarta berikut adalah bagan susunan Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya Kedoya.
49
Ibid. 50 Laporan Kegiatan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya, 2007.
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI
PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULYA KEDOYA
JAKARTA BARAT
TAHUN 2008.51
Seksi
Penjangkauan
Seksi
pendekatan
Seksi
Penerimaan
Seksi
Asesmen
Seksi
Pembinaan
Seksi
Penyaluran
Seksi Bina
Lanjut
Seksi
Terminasi
51
Wawancara Pribadi, dengan H. Haris, selaku SUBBAG Tata Usaha Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya, Jakarta 26 agustus 2008.
H. Ahmad S KEPALA PANTI
Drs. Djalu Sugiarto Msi SEKSI PENYALURAN DAN
BINA LANJUT
T. Syahrul SH SEKSI IDENTIFIKASI
DAN ASESMEN
H. Haris. S.Sos SUBBAGIAN
TATA USAHA
Dra. H. Misliyati SEKSI BIMBINGAN
DAN PELATIHAN
SUBKELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
F. Visi dan Misi
1. Visi
Terentasnya wanita tuna susila warga binaan sosial panti ke dalam
kehidupan yang lebih layak, manusiawi, normatif, produktif dan mandiri.
2. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi dalam rangka
menumbuhkan kemauan dan kemampuan warga binaan sosial untuk
kembali dalam kehidupan bermasyarakat secara normatif.
2. Menyelenggarakan bimbingan, pelatihan keterampilan dalam rangka
memulihkan dan mewujudkan kemandirian.
3. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut.
4. Menjalin keterpaduan, koordinasi dan kerja sama lintas sektor dalam
pelayanan resosialisasi.52
G. Latar Belakang dan Tujuan
Pada dasarnya pelaksanaan penanganan masalah tuna susila tidak
terlepas dari keberadaan manusia. Masalah ini sudah ada sejak adanya
manusia. Kompleksnya permasalahan tuna susila serta dalam beberapa hal
terdapat masalah yang kontradiktif, menyebabkan sulitnya mencari alternative
penanganan. Hal ini dapat diketahui antara lain di satu pihak kegiatan tindak
tuna susila dianggap perlu untuk diberantas, akan tetapi di pihak lain hukum
“permintaan” dan “penawaran” nampaknya cukup memberi peluang untuk
52
H. Syrifuddin Mahfudz, Laporan Pertanggung Jawaban Pola Pelayanan Resosialisasi
Wanita Tuna SusilaPada Panti Sosial Bina Karya Wanita Garapan Mulia Kedoya Dinas Bintal
dan Kesos Propinsi DKI Jakarta ( Jakarta, 2003), h. 38.
tumbuhnya kegiatan tindak tuna susila tersebut. Berbagai upaya terus
dilakukan oleh pemerintah baik yang bersifat preventif, represif, rehabilitatif
dan pelayanan resosialisasi dengan menggunakan pola pembinaan dalam
panti.
Atas dasar pemahaman tersebut, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta
melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial telah
membangun dan mengoperasionalkan Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia Kedoya yang menyelenggarakan pelayaan resosialisasi bagi
wanita tuna susila hasil penertiban sebagai upaya pemulihan harkat, martabat,
kepercayaan, dan harga diri wanita tuna susila sehingga diharapkan dapat
kembali menjadi warga masyarakat yang hidup secara layak, manusiawi,
normatif, produktif dan mandiri.
Adapun tujuan didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulia Kedoya sebagai pedoman pelaksanaan dan menciptakan satu kesamaan
persepsi dalam penyelenggaraan pelayanan sosialisasi terhadap wanita tuna
susila oleh petugas panti.53
H. Peran Dakwah
Panti Sosial Bina Kara Wanita Harapan Mulia Kedoya merupakan Unit
pelaksana teknis Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
Propinsi DKI Jakarta yang berperan dalam memberikan pelayanan
resosialisasi terhadap wanita tuna susila dengan maksud tujuan agar terbina
53 Ibid., h. 1-3.
dan berkembangnya tata kehidupan dan penghidupan warga binaan sosial
yang diliputi pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan diri, memiliki
kembali konsep diri, tanggung jawab sosial serta berkemauan dan
berkemampuan melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan
bermasyarakat.
Adapun kegiatan pelayanan resosialisasi wanita tuna susila yang
dilaksanakan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya
meliputi 8 (delapan) tahap kegiatan, yaitu:
1. Tahap Penjangkauan Sosial
Penjangkauan sosial adalah rangkaian kegiatan yang mempertemukan
kepentingan pelayanan antara lembaga dengan calon warga binaan sosial.
Kegiatan penjangkauan sosial ini merupakan proses kontak awal yang
dilakukan melalui suatu mekanisme penerimaan calon warga binaan sosial.
Penjangkauan sosial pada Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
Kedoya meliputi:
a. Rujukan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBI).
Wanita tuna susila rujukan dari PSBI Bangun Daya merupakan hasil
penertiban yang dilakukan oleh Dinas Bintal Kesos bekerja sama
dengan unsur/instansi terkait. Setelah melalui peroses seleksi di Panti
Sosial Bina Insan Bangun Daya, mereka dirujuk untuk mendapatkan
pelayanan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia Kedoya.
b. Pendekatan sosial oleh petugas panti.
Pendekatan sosial oleh petugas panti (pekerja sosial) dilakukan secara
terpadu dengan beberapa instansi terkait pada tempat-tempat tindak
tuna susila atau tempat-tempat yang diduga rawan terjadi tindak tuna
susila, seperti penginapan, panti-panti pijat, warung remang-remang,
taman dan tempat-tempat umum lainnya.
c. Penyerahan dari masyarakat atau lembaga/instansi terkait.
Calon warga binaan sosial berasal dari penyerahan masyarakat atau
lembaga atau instansi terkait, yang secara kebetulan atau sengaja
menemukan wanita tuna susila yang tertarik untuk mengikuti kegiatan
pembinaan di dalam Panti.
d. Penyerahan diri secara sukarela.
Penyerahan diri secara sukarela dilakukan melului kegiatan pendekatan
sosial sehingga para wanita tuna susila termotivasi dan mau datang
melakukan penyerahan diri secara sukarela guna mengikuti pembinaan
di dalam panti.
Untuk mengikuti kegiatan pembinaan, calon warga binaan sosial
harus memenuhi persyaratan sebagi berikut:
a. Memiliki identitas yang jelas.
b. Sehat jasmani dan rohani.
c. Rekomendasi atau surat pengantar dari dinas, bagi yang bersal dari
penyerahan masyarakat, lembaga lain atau penyerahan diri secara
sukarela.
d. Bersedia mengikuti program bimbingan dan pelatihan.
2. Tahap Pendekatan Awal
Pendekatan awal merupakan kegiatan kontak awal yang dilakukan
untuk menjalin relasi professional dengan calon warga binaan sosial.
Kegiatan ini terdiri dari:
a. Motivasi terhadap warga binaan sosial.
Kegiatan ini ditujukan untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan
dalam diri warga binaan sosial agar mau berpartisipasi dan menerima
program pelayanan yang dilaksanakan di panti. Pelaksanaan kegiatan
motivasi ini dilakukan dengan pendekatan perseorangan dan
pendekatan kelompok dalam bentuk kegiatan kelompok. Motivasi juga
diberikan kepada keluarga binaan sosial dalam bentuk komunikasi,
konsultasi, pemberian informasi dan penerimaan kunjungan keluarga
warga binaan sosial.
b. Orientasi dan Konsultasi.
Kegiatan orientasi dan konsultasi dilakukan agar calon WBS
memperoleh gambaran awal tentang situasi dan pelayanan yang ada
pada panti serta untuk mengetahui lebih awal permasalahan yang
dihadapi calon warga binaan tersebut. Dalam kegiatan ini dilakukan
pengenalan tentang tugas-tugas panti, tujuan pembinaan dan
bagaimana proses pembinaan di dalam panti tersebut dilaksanakan.
c. Seleksi
Seleksi merupakan kegiatan pengelompokan/pemilahan calon warga
binaan sosial yang memenuhi persyaratan untuk dapat menjadi warga
binaan sosial definitive panti dan dapat mengikuti kegiatan pelayanan
yang diberikan.
3. Tahap Penerimaan
Tahap ini merupakan proses penerimaan warga binaan sosial untuk
diterima secara definitive di panti, meliputi:
a. Registrasi.
Registrasi merupakan kegiatan pendaftaran sebagai rangkaian kegiatan
warga binaan sosial dalam panti
b. Kelengkapan administasi.
Warga binaan sosial telah mengisi formulir dan menyerahkan
kelengkapan administrasi lainnya kepada petugas panti
c. Penempatan atau pengasramaan
Setelah menjadi warga binaan sosial definitive panti, warga binaan
tersebut tersebut ditempatkan dalam asrama dan siap mengikuti
kegiatan pembinaan. Selanjutnya diberikan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari meliputi kebutuhan pokok (permakanan, selimut, peralatan
mandi, dll) dan kesehatan (obat-obatan) selama warga binaan sosial
berada di dalam panti.
4. Tahap Asesmen
Suatu kegiatan penelaahan, pengungkapan, pemahaman serta
penganalisaan permasalahan warga binaan sosial dan kondisi
lingkungannya untuk menentukan langkah-langkah pelayanan yang sesuai,
sehingga dapat tercapai hasil-hasil yang diharapkan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data dan
informasi mengenai latar belakang permasalahan serta potensi warga
binaan sosial yang dapat digunakan untuk mendukung upaya pemecahan
masalah serta upaya lain untuk mengembangkan kemampuannya.
5. Tahap Pembinaan
Pembinaan dan bimbingan sosial dilakukan secara komprehansif.
Adapun kegiatan pembinaan dan bimbingan meliputi:
a. Pembinaan Fisik.
Serangkaian kegiatan melalui bimbingan penanaman kedisiplinan
berupa kegiatan jasmani/olah raga untuk menjaga, merawat dan
meningkatkan kesehatan serta ketahanan fisik warga binaan sosial.
Pembinaan fisik dimaksudkan agar warga binaan sosial mempunyai
kondisi kesehatan yang baik dan terhindar dari segala penyakit.
Dengan kondisi kesehatan yang mantap memudahkan mereka untuk
dapat mengikuti berbagai program resosialisasi yang diselenggarakan
di panti.
b. Pembinaan Mental Spiritual
Serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan individual dan
sosial yang meliputi penerimaan diri, kesadaran menjadi bagian dari
lingkungan sosial, kemauan untuk mengubah dan mengembangkan
diri, peningkatan motivasi diri, penyesuaian diri, kemampuan kendali
diri, rasa percaya diri, penghayatan nilai-nilai diri dan lingkungan
sosial baik secara vertical (manusia dengan Tuhan) maupun horizontal
(hubungan manusia dengan manusia).
Dengan kegiatan ini diharapkan warga binaan sosial dapat
menyadari kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah
sikapnya dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
dan memiliki kesadaran untuk meninggakan pencarian nafkah melaui
kegiatan tindak tuna susila.
Pembinaan mental spiritual bertujuan agar warga binaan sosial:
1) Mempunyai kesadaran dan penghayatan terhadap agama, mempunyai
kemampuan beribadah dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama
masing-masing.
2) Pembinaan sikap dengan tujuan agar klien memiliki sikap-sikap yang
sesuai dengan nilai sosial dan norma masyarakat, memiliki sikap
tenggang rasa saling membantu sesama serta memiliki sikap
bertanggung jawab dan disiplin.
3) Pembina etika, agar memiliki rasa kesopanan atau kesusilaan
berdasarkan tuntutan sosial budaya masyarakat yang didasari oleh
nilai-nilai keagamaan.
c. Bimbingan Sosial
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk
membantu warga binaan sosial dengan menggunakan metode
bimbingan sosial individu, kelompok maupun masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, menghadapi
dan mengatasi masalah dan dalam menjalin serta mengendalikan
hubungan-hubungan sosial dalam lingkungan masyarakat.
Bimbingan sosial terdiri dari:
1) Bimbingan Sosial Perorangan
Bimbingan ini diarahkan untuk mengatasi berbagai
permasalahan yang dialami oleh masing-masing warga binaan
sosial secara individu yang memerlukan keahlian khusus dari
seorang pekerja sosial.
Bimbingan sosial perorangan dilakukan melalui tahapan-
tahapan pelayanan sebagai berikut:
a) Pemahaman dan pengungkapan masalah secara dua arah antara
warga binaan sosial dengan pekerja sosial.
b) Perumusan rencana pelayanan dan bimbingan dimana WBS
turut menentukan kebutuhan pelayanan apa yang dibutuhkan.
c) Pelaksanaan bimbingan.
2) Bimbingan Sosial Kelompok
Suatu metode intervensi pekerja sosial dimana sejumlah
warga binaan sosial berkumpul dengan berbagai isu-isu (topik)
atau masalah yang mereka hadapi dengan didampingi oleh pekerja
sosial.
Kelompok ini bertemu secara teratur dan kegiatan dalam
kelompok ini dirancang agar mereka dapat mengatasi
permasalahannya secara bersama-sama melalui pertukaran
informasi dan pengembangan kemampuan anggota kelompok
dalam melakukan perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap panti
sosial kearah sikap yang normatif.
Bentuk-bentuk bimbingan sosial kelompok:
a) Kelompok tolong-menolong (self help group)
Biasanya kelompok ini terbentuk oleh kelompok sebaya yang
bersama-sama menginginkan untuk dapat saling membantu
dalam mencapai kebutuhan untuk mengatasi masalah-masalah
yang mereka hadapi.
b) Kelompok penyembuhan
Kelompok penyembuhan umumnya terdiri dari anggota-
anggota yang memiliki masalah-masalah dan emosi yang lebih
parah/mendalam. Dalam kelompok ini diperlukan seseorang
yang memiliki kemampuan, persepsi dan pengetahuan yang
luas tentang sifat-sifat manusia, dinamika kelompok,
kemampuan dalam konseling dan kemampuan untuk
menggunakan kelompok untuk dapat mengadakan perubahan
perilaku.
c) Kelompok sosialisasi (sosialization group)
Bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah perilaku dan
sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan
perilaku yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial.
Dalam kegiatan ini termasuk pembentukan pengembangan
keterampilan sosial, meningkatkan rasa percaya diri dan
pengembangan hidup untuk masa depan.
d) Kelompok Rekreasi
Menyediakan kegiatan yang menyenangkan, sering bersifat
spontan seperti kegiatan kesenian.
3) Bimbingan Sosial Masyarakat
Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan yang
dihadapi para wanita tuna susila sengga dapat turut berpartisipasi
membantu memecahkan permasalahan klien.
Dengan mendapatkan bimbingan sosial diharapkan warga
binaan sosial mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
memotivasi dirinya dan menolak melakukan kegiatan tuna susila
dalam bentuk apapun juga sebagai perwujudan dari pulihnya harga
diri, kepercayaan diri serta kesadaran akan norma-norma
kehidupan di masyarakat.
d. Pelatihan Keterampilan
Serangkaian kegiatan untuk memberikan pengetahuan dan
ketrampilan kepada warga binaan sosial yang dipersiapkan untuk
bekerja atau berusaha secara layak dan normatif dan dapat diandalkan
sehingga mereka mampu mengalihkan usahanya ke bidang usaha lain
yang layak bagi kemanusiaan. Kurikulum pelatihan ketrampilan dititik
beratkan kepada pendidikan dasar yang bersiat praktis yang dapat
dijangkau dan diserap oleh warga binaan sosial serta sesuai dengan
pasaran kerja yang ada. Selain diberikan pelatihan ketrampilan,
diberikan pula bimbingan usaha kerja dan bantuan stimulant usaha
produktif. Kegiatan ini bertujuan agar warga binaan sosial siap bekerja
baik perorangan maupun kelompok sesuai dengan rencana penyaluran
masing-masing.
6. Tahap Penyaluran
Tahap penyaluaran ini merupakan suatu bentuk kegiatan akhir
dari proses pembinaan di panti sosial.
Bentuk-bentuk penyaluran antara lain:
a) Usaha/ berwiraswasta dengan diberikan stimulant berupa peralatan
yang dapat dipergunakan untuk menunjang keberhasilan
kemandirian klien.
b) Bekerja pada perusahaan maupun usaha milik perorangan
(konfeksi, salon, baby sitter, dll)
c) Dinikahkan
d) Kembali kepada keluarga atau masyarakat
Dalam tahap penyaluran juga diadakan kegiatan konsultasi antara
keluarga warga binaan sosial dengan pihak panti guna mempersiapkan
keluarga dan masyarakat dalam menerima warga binaan sosial kembali
ke masyarakat, kegiatan ini diharapkan:
a) Keluarga dan masyarakat dapat menerima kembali, memberikan
dan mengusahakan kesempatan/ lapangan pekerjaan secara layak
kepada bekas tuna susila yang telah direhabilitasi di panti.
b) Masyarakat telah memiliki daya tangkal terhadap kemungkinan
berkembang dan timbulnya permasalahan sosial tuna susila
terutama di daerah penyandang tuna susila.
c) Memberikan kesempatan secara terbuka kepada bekas tuna susila
untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan di masyarakat.
7. Tahap Bina Lanjut
Usaha untuk lebih memantapkan kemandirian warga binaan
sosial yang telah berada di tengah-tengah keluarga dan masyarakat
terutama mereka yang masih memerukan bimbingan berupa konsultasi,
bantuan lanjutan yang dapat mempurkuat kondisi warga binaan sosial.
Kegiatan bina lanjut meliputi:
a) Pendampingan untuk meningkatkan peran serta dalam kehidupan
bermasyarakat
b) Supervisi, bimbingan dan konsultasi pengembangan usaha
ekonomi produktif
c) Persiapan teminasi
Tahap bina lanjut dilakukan karena warga binaan yang telah
disalurkan masih memerlukan intervensi usaha kesejahteraan sosial
mengingat tingkat instabilitasnya untuk warga binaan kembali
melakukan pekerjaan tuna susila sangat tinggi.
8. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan tahap penghentian pelayanan yang diberikan
oleh panti kepada warga binaan sosial setelah mampu hidup layak,
normatif, produktif dan mandiri serta dapat menjalankan fungsi sosialnya
secara wajar dalam masyarakat.
Terminasi dilakukan apabila telah ada pemutusan hubungan karena:
a) Warga binaan sosial menolak/menghentikan intervensi
b) Warga binaan sosial telah mandiri
c) Terbatasnya waktu dan atau tempat
Hasil dari tahapan kegiatan pelayanan adalah pengembalian harga
diri dan kemandirian warga binaan sosial yang ditandai dengan:
a) Tidak melacurkan diri lagi.
b) Mampu menolak setiap ajakan yang mengarah pada tindak tuna susila.
c) Meliliki rasa harga diri, kepercayaan diri, mandiri dan bertingkah laku
normatif.
d) Sudah dapat mengatasi masalahnya sendiri.
e) Sudah berdaptasi dengan lingkungan sosialnya.
f) Sudah mau dan mampu berperan serta dalam proses pembangunan.
BAB IV
DAKWAH DALAM PEMBINAAN MANTAN
WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA
HARAPAN MULYA KEDOYA JAKARTA BARAT
A. Dakwah Dalam Pembinaan Mantan Wanita Tuna Susila
Dakwah dalam pembinaannya terhadap warga binaan sosial di Panti
Sosial Bina Karya Wanta Harapan Mulya Kedoya adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan agama.
Pembinaan agama merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
keagamaan dengan harapan agar warga binaan sosial dapat menyadari
kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah sikapnya
dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan
memiliki kesadaran untuk meninggalkan pekerjaan asusila. Tujuan dalam
pembinaan agama yaitu agar warga binaan sosial mempunyai kesadaran
dan penghayatan terhadap agama, mempunyai kemampuan beribadah
dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing, kemudian agar
warga binaan memiliki sikap-sikap yang sesuai dengan nilai sosial dan
norma masyarakat, memiliki sikap tenggang rasa saling membantu sesama
serta memiliki sikap bertanggung jawab, selanjutnya bertujuan agar para
warga binaan memiiki rasa kesopanan berdasarkan tuntutan sosial budaya
masyarakat yang didasari oleh nilai-nilai keagamaan.
45
Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh Panti, meliputi:
a. Pengajian agama
Kegiatan ini merupakan aktifitas rutin yang wajib diikuti oleh
seluruh warga binaan sosial dan dilakukan dua kali dalam satu minggu,
yakni pada hari selasa pukul 12.30-13.30, yang di pimpin oleh ustadz
Baharuddin Hanafi S.Th.I, dan Pada hari kamis pukul 09.30-10.30
yang di pimpin oleh Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag. Dalam kegiatan ini
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya menyediakan
musholla dan aula sebagai sarana atau tempat dalam memberikan
pesan-pesan dakwah yang di pimpin oleh masing-masing ustadz.54
Ustadz Ramlan Nuzul adalah lulusan IAIN Bandung pada tahun
1996. sejak tahun 2000 ustadz Ramlan mulai tinggal dan mengajar di
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya. Ustadz
Ramlan lahir di Batu Raja pada tanggal 10 oktober 1974.55
Sebelum memberikan materi, terlebih dahulu ustadz Ramlan
mengawalinya dengan melakukan pemantapan jiwa melalui
pendekatan emosional kepada seluruh warga binaan.56
Dalam memberikan penyajian dakwah Ustadz Ramlan
berpedoman pada buku-buku agama dan menyampaikannya
menggunakan bahasa Indonesia melalui ceramah dan dilanjutkan
dengan tanya jawab yang berlangsung di musholla ataupun di aula,
54
Wawancara Pribadi dengan H. Achmad S, selaku Kepala Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya, Jakarta, 11 agustus 2008 55
Wawancara Pribadi dengan Ramlan Nuzul selaku Ustadz di Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya, Jakarta, 21 Agustus 2008. 56 Wawancara Pribadi dengan Ramlan Nuzul.
tujuannya agar seluruh warga binaan dapat meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan. Selain itu beliau pun memberikan bimbingan secara
personal terhadap warga binaan sosial.57 Bimbingan perorangan ini
diarahkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh
masing-masing warga binaan sosial secara individu, adapun tahapan
pada bimbingan sosial meliputi: Pemahaman dan pengungkapan
masalah warga binaan sosial secara dua arah antara warga binaan
dengan pekerja sosial, perumusan rencana pelayanan dan bimbingan
dimana warga binaan sosial turut menentukan kebutuhan pelayanan
apa yang dibutuhkan serta pelaksanaan bimbingan.
Sedangkan Ustadz Bahruddin Hanafi berdomisili di luar panti,
tepatnya di Tangerang Kp. Jurang mangu barat, Rt.06/03. Ustadz
Hanaffi lulusan IAIN Jurusan Tafsir Hadist pada tahun 2000. Ustadz
Hanaffi lahir di Tangerang pada tanggal 11 januari 1978 dan mulai
menyiarkan dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya
sejak tahun 2006.58
Sebelum memberikan penyajian dakwah, terlebih dahulu beliau
selalu mempersiapkan dengan sholat dan berzikir, kemudian sebelum
memberikan penyampaian dakwahnya, Ustadz Hanaffi memberikan
photocopy materi 1-2 lembar kepada seluruh warga binaan sosial,59
hal
ini dimaksudkan agar warga binaan sosial lebih memahami dan
57
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ramlan Nuzul. 58
Wawancara Pribadi dengan Bahruddin Hanaffi selaku Ustadz Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya, 26 agustus 2008. 59 Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008.
mengkritisi materi yang kurang jelas, adapun menyampaian materi
yang dilakukan oleh ustadz Hanaffi melalui ceramah dan dilanjutkan
dengan tanya jawab sekitar permasalahan yang berkaitan dengan isi
materi keagamaan.60 Sedangkan materi yang diberikan oleh para
ustadz pada pengajian ini mencakup:
1) Aqidah. Yang meliputi hal-hal yang wajib diimani dan hal-hal
yang tidak wajib diimani sebagai lawannya, seperti percaya
terhadap kekuatan barang atau benda, syirik.
2) Syari’ah atau hukum Islam. Yakni masalah yang berhubungan
dengan pengamalan sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib,
sunat, haram, makruh, mubah dan halal yang berkaitan dengan
makanan dan perbuatan. Diharapkan setelah mempunyai
pengetahuan tersebut seluruh warga binaan akan patuh dengan
semua hukum dan bertaqwa kepada allah.
3) Materi hukum yang ada kaitannya dengan ibadah misalnya, hukum
sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, disamping itu juga dibahas
hal-hal yang berkaitan dengan di atas, seperti masalah wudlu,
masalah toharoh, najis dan lain-lain.
4) Akhlakul karimah, meliputi akhlak yang terpuji, akhlak yang
tercela, akhlak terpuji antara lain: Ikhlas, tolong menolong, hormat-
menghormati, sabar, tabah dan sebagainya. Akhlak yang tercela
60 Wawancara Pribadi dengan Bahruddin Hanaffi.
meliputi: Sombong, dengki, memfitnah, dusta, bohong, menghasud
dan sebagainya.61
b. Pengajian Iqra dan Al-Qur’an
Pengajian Iqra’ dan Al-Qur’an merupakan kegiatan wajib yang
diterapkan oleh panti pada hari sabtu malam pukul 19.30-21.00 yang
berlangsung di musholla dan harus diikuti oleh seluruh warga binaan
sosial dibawah bimbingan Ustadz Ramlan Nuzul.62
Dalam kegiatan ini
Ustadz Ramlan Nuzul membagi kedalam enam kelompok, pada tiap
kelompoknya berjumlah 10-13 warga binaan sosial. Kegiatan
pengajian ini pun dilaksanakannya secara bergantian, artinya pada
masing-masing kelompok telah dijadwalkan. Bagi warga binaan sosial
yang mampu dalam membaca Al-Qur’an dimaksimalkan kembali
bacaannya dengan bimbingan yang intensif sedangkan bagi warga
binaan yang telah memahami huruf dan dapat membaca Al-Qur’an
akan dibimbing lebih dalam tentang bacaan-bacaanya termasuk juga
makhorijul huruf dan tajwid. Bagi warga yang belum mampu dalam
membaca Al-Quran, warga diberikan materi dasar yaitu Iqro’, metode
tersebut tentunya diperuntukan bagi warga binaan sosial yang belum
bisa membaca Al-Qur’an atau sama sekali belum mengenal huruf-
huruf dalam Al-Qu’ran. Sama halnya dengan pengajaran mengaji Al-
Qur’an, warga binaan dibimbing lebih intensif dalam mengenal huruf-
huruf hijaiyah kemudian diharapkan agar di kemudian hari warga
61
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ramlan Nuzul dan Bahruddin Hanaffi. 62 Wawancara Pribadi dengan Achmad S.
binaan sosial dapat membaca dan menganal Al-Qur’an lebih dalam.63
Seusainya pengajian iqra’ dan Al-Qur’an, para warga binaan sosial
selalu di tuntun untuk membaca salawat Nabi secara bersama-sama
dengan bimbingan ustadz.64
Dengan adanya aktifitas pembacaan Al-Qur’an dan Iqro’ maka
warga binaan mampu mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari
dan menjadi bekal bagi kehidupannya di masyarakat kelak, warga
binaan sosial tidak hanya melakukan kreatifitas-kereatifitas atau
keterampailan diri akan tetapi mampu mengenal ajaran-ajaran Islam
lebih dalam dan mengamalkannya dalam lingkungan masyarakat.
c. Sholat wajib berjamaah serta sholat tahajud dan witir
Pada aktifitas ini seluruh warga binaan sosial dituntut untuk
melaksanakan sholat wajib berjamaah, yakni sholat shubuh, dzuhur,
ashar, maghrib dan isya, terkecuali bagi warga yang beragama kristiani
serta warga yang sedang mendapat halangan (Haid).65 pelaksanaan
sholat berjamaah ini berlangsung di musholah panti sosial dengan
seorang imam Ustadz Ramlan Nuzul selaku agamawan di Panti Sosial
Bina Karya Wanita Harapan Mulya,66
adapun tujuan sholat berjamaah
ini agar warga binaan sosial mampu mendekatkan diri pada Allah
SWT. Selain sholat wajib dilaksanakan secara berjamaah, terdapat satu
ibadah sunah yang dilakukan warga binaan sosial yaitu sholat sholat
63
Wawancara Pribadi dengan Ramlan Nuzul. 64
Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008. 65
Wawancara Pribadi dengan Achmad S. 66 Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008.
tahajud dan sholat witir. Dalam kegiatan sholat tahajud dan witir tidak
termasuk kewajiban rutin bagi warga binaan, melainkan hanya satu
bulan sekali saja.67 Pada pelaksanaannya warga binaan sosial
diwajibkan pada malam-malam tertentu untuk bangun di sepertiga
malam dan melaksanakan sholat tahajud yang boleh dilakukan di
kamar masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sholat witir
berjamaah yang di laksanakan di musholla dengan bimbingan Ustadz
Ramlan Nuzul.68
Aktifitas tersebut dilakukan sama seperti aktifitas Ibadah lainnya
yang sudah digariskan dalam kitab suci Al Qur’an dan As-Sunah,
dimana warga melakukan ibadah sesuai dengan tuntunan yang sudah
ditetapkan tanpa ada perbedaan sedikitpun.
Dalam aktifitas tersebut unsur ajakan (dakwah) untuk
memperbaiki diri sangatlah kental, dorongan dalam diri warga binaan
merupakan aspek penting tercapainya aktifitas tersebut, dalam hal ini
berharap agar seluruh warga binaan sosial mulai menyadari akan
pentingnya ibadah-ibadah wajib dan ibadah sunah.
d. Pembacaan surah yasin
Pembacaan surah yasin merupakan kegiatan diselenggarakan
oleh Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya. Pelaksanaannya
dilakukan pada hari kamis malam jum’at, yakni pukul 19.30-21.00
yang berlangsung di musholla ataupun di aula. Aktifitas tersebut
67
Wawancara Pribadi dengan H. Haris selaku Subbag Tata Usaha Panti Sosial Bina
Karya Harapan Mulya Kedoya, Jakarta, 26 agustus 2008. 68 Wawancara Pribadi dengan H. Haris.
merupakan aktifitas rutin yang diikuti oleh seluruh warga binaan sosial
yang beragama Islam, terkecuali bagi warga yang sedang mendapat
halangan (haid).69
Aktifitas yang dilakukan setelah sholat isya tersebut memiliki
nilai dakwah bagi warga binaan sosial, karena tidak hanya membaca
yasin akan tetapi setelah pembacaan yasin warga binaan diberikan
tausiah-tausiah dan pesan-pesan keagamaan yang dilakukan oleh
pembimbing Ustadz Ramlan Nuzul, dengan durasi waktu lima sampai
sepuluh menit, tausiah dilakukan dengan singkat dan jelas sehingga
tidak memberikan kesan yang bosan bagi warga binaan serta tidak
menggangu waktu istirahat.70
e. Peringatan Hari Besar Islam.
Kegiatan ini merupakan acara rutin yang selalu diselenggarakan
satu tahun sekali oleh pihak Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Kedoya yang dilaksanakan di halaman panti dan dihadiri oleh
seluruh petugas, karyawan serta seluruh warga binaan sosial, baik yang
beraga Islam maupun non Islam. Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam
ini, seperti Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Maulid Nabi
Muhammad SAW, serta Peringatan Malam Nuzulul Quran. Dalam
kegiatan ini Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya mengisi
kegiatan dengan acara ceramah dan diskusi yang berkaitan dengan
69
Wawancara Pribadi dengan Achmad S. 70 Observasi Pribadi, Jakarta, 4 september 2008.
peringatan hari besar yang dibawakan oleh agamawan panti dan tokoh
agama yang berdomisili di luar panti.
Kegiatan yang berada di bawah tanggung jawab Kepala Panti ini
bertujuan agar seluruh petugas dan karyawan serta seluruh warga
binaan sosial dapat terbiasa mengingatkan hari-hari besar Islam dan
dapat meningkatkan iman dan taqwa dalam kehidupan beragama.71
f. Peringatan Hari Besar Nasional.
Agar bertambahnya pengetahuan dan wawasan warga binaan
sosial serta harapan agar terbentuknya wahana untuk pengembangan
potensi diri, Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya selalu
menyelenggarakan acara rutin berupa Peringatan Hari Besar Nasional,
seperti: Peringatan hari kartini, peringatan HUT DKI, peringatan HUT
RI. Dalam memperingati hari besar nasional ini pihak panti mengisi
kegiatan dengan beragam acara. Misalnya peringatan hari kartini,
dalam acara ini berlangsung di ruang aula yang di sajikan oleh panti
terhadap seluruh warga binaan sosial, isi acara peringatan ini di awali
dengan pembukaan oleh ketua panti dan di lanjutkan dengan ceramah
yang dibawakan oleh public figure/Ustadz Ramlan dan di lanjutkan
dengan sesi tanya jawab oleh warga binaan sosial.72
Kemudian Peringatan Hari Ulang Tahun DKI Jakarta. Keunikan
dalam acara ini yakni pihak panti memberikan beragam acara yang
diikuti oleh seluruh warga binaan sosial. Dalam pelaksanaan ini
71
Wawancara Pribadi dengan H. Haris. 72
Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliyati selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan Bina
Karya Wanita Harapan Mulya, Jakarta, 21 agustus 2008.
Kepala Panti memberikan tugas kepada Seksi Bimbingan dan
Pelataihan untuk menjadi dewan juri dalam acara lomba puisi dan
lomba membaca Al-Qur’an yang pesertanya dari warga binaan sosial.
Tujuan diselenggarakan acara Peringatan Hari Ulang Tahun DKI
Jakarta ini untuk meningkatkan bakat dan potensi diri bagi warga
binaan sosial.
Selanjutnya peringatan acara hari Ulang Tahun Republik
Indonesia, dalam kegiatan ini isi acara sama halnya seperti acara yang
kerap dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, yakni perlombaan-
perlombaan. Sebelum acara perlombaan dimulai, biasanya Kepala
panti memberikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kemerdekaan
Indonesia yang berlangsung di halaman panti sosial dan dihadiri oleh
seluruh petugas serta seluruh warga binaan sosial. Adapun serangkaian
perlombaan-perlombaan tersebut seperti, lomba makan kerupuk,
membawa kelereng dengan sendok, joget balon, balap karung, dll.
Dalam sesi perlombaan ini berlangsung di halaman Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya. Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini
agar seluruh warga binaan dapat meningkatkan rasa kepedulian
terhadap pejuang-perjuang negara serta mampu meningkatkan rasa
solidaritas yang kental.73
73 Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliyati.
g. Morning Meeting
Morning Meeting merupakan perkumpulan pagi atau lebih sering
disebut apel pagi yang dilaksanakannya pada hari senin, selasa, rabu,
kamis dan sabtu, yakni pada pukul 08.30-09-30 yang bertempat di
ruang aula dan diikuti oleh segenap petugas panti dan seluruh warga
binaan sosial, baik yang beragama Islam maupun yang beragama
Kristiani. Sedangkan pada hari jum’at seluruh warga binaan sosial di
tuntun untuk mengikuti senam kesegaran jasmani yang dipimpin oleh
Narmiyati, selaku Pramusosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya, dan di lanjutkan dengan kegiatan kerja bakti.
Selanjutnya pada hari minggu waktu dipakai untuk olah raga sendiri-
sendiri dan membaca buku di perpustakaan.74
Morning meeting ini merupakn aktifitas rutin yang di
selenggarakan oleh Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya
Kedoya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengawali aktifitas lainnya,
adapun serangkaian isi dari kegiatan ini meliputi pembukaan yang diisi
oleh Kepala Panti dan pembacanan doa oleh Ustadz Ramlan Nuzul,
setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan filosofi. Proses pembacaan
filosofi ini di wakili oleh satu orang pada masing-masing asrama (3
asrama),75
adapun isi fisolofi sebagai berikut: “masa lalu yang kelam,
tidaklah perlu untuk dikenang, tataplah jauh masa depan, penuh
semangat dan ketegaran. Di sini saya ingin belajar, menjadi insan yang
74
Wawancara Pribadi dengan H. Achmad S. 75 Wawancara Pribadi dengan H. Haris, 11 agustus 2008.
berharga, tidak dalam kepura-puraan dan tekanan. Tetapi dalam
kehidupan yang nyata dan berguna, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain. Di sini kita sebagai keluarga besar, kita saling
membutuhkan. Tegarlah daku kawan demi perbaikan, karena hidup ini
penuh baru sandungan”.76
Tujuan dari kegiatan ini, pihak Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya berharap agar seluruh warga binaan sosial dapat
memiliki rasa kebersamaan serta kepedulian terhadap lingkungan
hidup. Selain dari pada itu masing-masing warga binaan dituntut untuk
memberikan informasi aktual yang telah di peroleh melalui media
televisi, baik masalah sosial maupun masalah agama, dalam kegiatan
ini Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya bermaksud agar
seluruh warga binaan memperolah wawasan yang bermanfaat serta
pengetahuan yang luas dan yang bertanggung dan yang bertanggung
jawab dalam kegiatan Morning Meeting ini adalah Ibu Dra. Hj.
Misliyati, selaku Seksi Bimbingan dan Pelatihan.77
h. Static Group
Static group adalah jenis kegiatan berupa bimbingan sosial
kelompok yang berlangsung di dalam ruang aula dan dilaksanakan satu
kali dalam seminggu, yakni pada hari selasa pukul 09.45-10.30.
Kegiatan ini terbagi kedalam tiga kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 20 sampai 25 anggota. Kelompok ini bertemu secara
76
Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008. 77 Wawancara Pribadi dengan H. Haris.
teratur dan kegiatan dalam kelompok ini dirancang agar mereka dapat
mengatasi permasalahannya secara bersama-sama melalui pertukaran
informasi dan pengembangan kemampuan anggota kelompok dalam
melakukan perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap anti sosial
kearah sikap yang normatif.78
Adapun bentuk-bentuk bimbingan sosial kelompok meliputi:
Kelompok tolong-menolong (self help group). Biasanya kelompok ini
terbentuk oleh kelompok sebaya yang bersama-sama menginginkan
untuk dapat saling membantu dalam mencapai kebutuhan untuk
mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi. Kemudian kelompok
penyembuhan (therapeutic group), kelompok penyembuhan ummnya
terdiri dari anggota-anggota yang memiliki masalah-masalah dan
emosi yang lebih parah/mendalam. Dalam kelompok ini menghadirkan
seseorang yang memiliki kemampuan, persepsi dan pengetahuan yang
luas tentang sifat-sifat manusia, dinamika kelompok, kemampuan
dalam konseling dan kemampuan unuk menggunakan kelompok untuk
dapat mengadakan perubahan prilaku. Selanjutnya kelompok
sosialisasi (sosialization group) dan kelompok rekreasi, pada
kelompok sosialisasi bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah
perilaku dan sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan
perilaku yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial, di dalam
kegiatan ini termasuk pembentukan pengembangan ketrampilan sosial,
78 Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliyati, 26 agustus 2008.
meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan hidup untuk masa
depan. Sedangkan pada kelompok rekreasi menyediakan kegiatan yang
menyenangkan, sering bersifat spontan seperti kegiatan kesenian,
seperti menyanyi, masak-memasak (tata boga).79
Selain kegiatan di atas, dalam acara static group suka
mengadakan kegiatan berupa diskusi, artinya pada masing-masing
kelompok dituntut untuk melakukan diskusi atau membahas
permasalahan keagamaan dan sosial dengan tema yang telah
ditentukan oleh ibu Hj. Misliyati, selaku pembina acara dan
penanggung jawab acara. Biasanya pada tiap-tiap kelompok mendapat
bahan berupa makalah, kemudian dalam waktu 15-20 menit warga
binaan di wajibkan mampu mempresentasikan materi diskusi yang
telah di bahas, kemudian warga binaan diberikan waktu untuk bertanya
tentang materi yang telah dipresentasikan oleh kelompok lain dan
diarahkan oleh pembina.80 Adapun contoh materi diskusi seperti
pembahasan masalah etika bergaul, dan etika berpakaian dan etika
sopan santun (akhlak). Dalam kegiatan ini menghadirkan tokoh agama
atau publik figur sebagai narasumber.81
i. Aktivitas Ramadhan
Aktivitas dakwah di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya pada bulan ramadahan meliputi sahur bersama yang diikuti oleh
seluruh warga binaan dan dilaksanakan di aula. Kegiatan ini sama
79
Wawancara Pribadi dengan Hj. Misliyati. 80
Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008. 81 Wawancara pribadi dengan Hj. Misliyati.
halnya seperti umat-umat Islam yang lain, yakni kegiatan makan di
waktu pagi dini.
Proses sahur bersama diawali oleh petugas piket yang
membangunkan seluruh warga binaan pada pukul 02.00 dini hari untuk
berkumpul di aula untuk mengikuti ceramah agama oleh Ustadz
Ramlan dan dilanjutkan dengan saur bersama. setelah itu petugas
menghimbau kepada seluruh warga binaan agar masing-masing
beri’tikaf dan melaksanakan sholat subuh berjamaah. Acara saur
bersama ini tidak setiap hari di lakukan di aula, acara ini hanya empat
kali dalam sebulan saja. Pada hari berikutnya warga binaan tetap di
bangunkan untuk saur dan boleh dilaksanakan di kamar masing-
masing. Selanjutnya kegiatan setelah sholat subuh sampai menjelang
maghrib sama halnya kegiatan di bulan-bulan yang lain, hanya saja
pada kegiatan olah raga seluruh warga binaan tidak di wajibkan, pihak
pengurus panti sosial menghimbau agar seluruh warga binaan sosial
menggantinya dengan membaca buku di perpustakaan atau dengan
mengaji tadarus baik di musholla maupun di kamar masing-masing.82
Kegiatan selanjutnya berupa buka puasa bersama. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari oleh seluruh warga binaan yang beragama Islam
di bawah tanggung jawab Hj. Misliyati selaku seksi bimbingan dan
pelatihan di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya.
Pada kegiatan ini warga binaan dikumpulkan di aula, tepatnya pada
82 Wawancara Pribadi dengan H. Haris, Jakarta, 11 September 2008.
pukul 17.30, demi meningkatkan keimanan dan ketaqwaan bagi warga
binaan yang beragama Islam maka dalam acara ini terdapat
perkuliahan agama selama tujuh sampai sepuluh menit yang di
bawakan oleh Ustadz Ramlan Nuzul dan Ustadz Bahruddin Hanaffi
secara bergantian dalam kurun waktu satu minggu. Kegiatan
berikutnya berupa sholat tarawih dan witir. Pelaksanaan pada kegiatan
ini dilakukan setelah sholat isya yang tidak hanya diikuti oleh warga
binaan sosial saja, akan tetapi segenap petugas panti sosial. Kegiatan
ini dilaksanakan di musholla panti. Setelah sholat tarawih dan witir
selesai, seluruh warga binaan sosial dipersilahkan untuk beristirahat.83
B. Metode Dakwah yang di Gunakan Dalam Pembinaan Terhadap Mantan
Wanita Tuna Susila
Metode dakwah yang di gunakan dalam pembinaan atau bimbingan
agama terhadap warga binaan sosial di Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya Kedoya yakni:
1. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab merupakan bentuk metode dakwah mauidzoh
hasanah yang diterapkan oleh Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya dalam melakukan aktivitasnya pada pengajian agama, peringatan
hari besar Islam, peringatan hari besar nasional dan static group.
83 Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008.
Pengajian agama yang dipimpin oleh seorang ustadz tidak hanya
sebatas penyajian dalam bentuk ceramah saja, akan tetapi seorang ustadz
mempersilahkan bagi seluruh warga binaan untuk menanyakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan isi materi pembahasan.84
Metode Tanya jawab pun selalu diterapkan dalam acara peringatan
hari besar Islam, seperti peringatan maulid nabi Muhammad SAW, Isra
dan Mi’raj dan peringatan Nuzulul Qur’an. Isi acara dalam kegiatan ini
berupa ceramah dan dilanjutkan dengan Tanya jawab antar Ustadz dengan
warga binaan sosial. Begitupun metode dakwah yang terdapat dalam acara
peringatan Hari Besar Nasional ini hampir serupa dengan acara peringatan
Hari Besar Islam, yakni dengan metode dakwah Tanya jawab.
Selanjutnya kegiatan static group yang berlangsung di aula Panti
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya, dalam kegiatan ini sejumlah
warga binaan sosial berkumpul secara berkelompok, pada masing masing
kelompok diharuskan untuk mendiskusikan materi yang telah ditentukan
oleh pembina, kemudian dalam waktu 15-20 menit warga binaan di
wajibkan mampu mempresentasikan materi diskusi yang telah di bahas,
kemudian warga binaan diberikan waktu untuk bertanya tentang materi
yang telah dipresentasikan oleh kelompok lain dan diarahkan oleh
pembina.85
84
Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008. 85 Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008.
2. Ceramah
Metode ceramah yang terdapat di Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya ini dilakukan dalam pengajian agama, kegiatan morning
meeting, peringatan hari besar Islam, dan peringatan hari besar nasional.
Dalam aktivitas pengajian agama metode ceramah berupa
penyampaian pesan-pesan dakwah yang membahas masalah-masalah
keagamaan dengan tema yang telah ditentukan oleh masing-masing ustadz.
Dalam menyampaikan pesan-pesannya, ustadz menyerukan warga binaan
sosial untuk melakukan perbuatan yang baik dan nyata serta menjauhi
segala bentuk larangan agama yang semata-mata agar memperoleh hikmah
dan karunia dari Allah SWT. Penyampaian materi pengajian menggunakan
bahasa yang sesuai dengan kadar kemampuan warga binaan, bahasa
Indonesia yang ringan dan mudah dimengerti.86
Pada aktivitas pembacaan surah yasin, terdapat pula metode dakwah
mauidhaah hasanah berupa ceramah, yang disajikannya setelah
pembacaaan surah yasin. setelah pembacaan surah yasin selesai, seorang
Ustadz melanjutkannya dengan menyisipkan ajaran-ajaran Islam yang
memahamkan warga binaan akan keuntungan-keuntung dalam memahai
ilmu Islam, ustadz berusaha menyerukan kepada warga binaan untuk
melakukan sesuatu yang bermanfaat.87
Kemudian acara peringatan hari besar Islam, seperti pada acara
peringatan hari besar Isra’ dan Mi’raj. Peran metode dakwah ceramah pun
86
Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008. 87 Observasi Pribadi, Jakarta, 4 september 2008.
selalu digunakan, dimana seorang ustadz memberikan penyajian berupa
pesan-pesan dakwah melalui ceramah yang berkaitan dengan tema
peringatan hari besar Islam terhadap warga binaan sosial. Begitupun dalam
memperingati Maulid Nabi Muhammad saw dan malam Nuzulul Qur’an.
Selanjutnya pada peringatan Hari Besar Nasional. Kegiatan serupa
dengan acara peringatan Hari Besar Islam, yakni dengan metode dakwah
mauidzoh hasanah berupa ceramah dengan tema yang telah disesuaikan
oleh panti sosial melalui penanggung jawab acara.
Serangkaian aktifitas di atas peran metode ceramah kerap dilakukan
pada kegiatan-kegiatan di bulan ramadhan. Yakni kegiatan sebelum
menyantap saur dan buka puasa bersama.
3. Diskusi
Diskusi yang dimaksud disini yaitu metode di dalam mempelajari
atau menyampaikan bahan materi dengan cara mendiskusikannya. Metode
ini kerap dilakukan pada kegiatan static group.
Dalam kegiatan ini sejumlah warga binaan sosial berkumpul dengan
berbagai isu-isu (topik) atau masalah yang mereka hadapi dengan
didampingi oleh pembina. Kelompok ini bertemu secara teratur dan
kegiatan dalam kelompok ini dirancang agar mereka dapat mengatasi
permasalahannya secara bersama-sama melalui pertukaran informasi dan
pengembangan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
perubahan nilai-nilai dan perubahan sikap anti sosial kearah sikap yang
normatif. Selain itu pun pembina menyampaikan materi dakwah dengan
jalan bertukar pendapat atau informasi tentang masalah agama antar
kelompok. Warga binaan diberikan materi yang telah ditentukan oleh
pembina untuk dijadikan bahan diskusi kemudian dibahas pada masing-
masing kelompok lalu dipersentasikan dengan tujuan agar warga binaan
sosial berfikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan
dalam suatu masalah agama, selanjutnya warga binaan diberikan
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan demi meluruskan permasalahan
yang sekiranya belum jelas, tentunya dengan pembinaan seorang da’i atau
pakar keilmuan. Adapun contoh topik pembahasan dalam kegiatan ini
seperti membahas “etika sopan-santun”.88
4. Percakapan antar pribadi.
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa dari beragam
aktifitas atau kegiatan yang diterapkan oleh Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya, percakapan antar pribadi pun termasuk salah satu
cara dakwah mauidhaah hasanah yang dilakukan antar pengurus panti
dengan warga binaan. Percakapan pribadi ini diarahkan untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang dialami oleh masing-masing warga binaan
sosial secara individu. percakapan antar pribadi ini kerap dilakukan oleh
Ustadz Ramlan dengan maksud agar warga binaan merasa tenang dan
nyaman dalam mengikuti segala bentuk aktivitas di panti sosial bina karya
wanita harapan mulya.89
88
Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus 2008. 89 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ramlan.
5. Peragaan
Peragaan adalah bentuk metode yang terdapat di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya. Metode tersebut dilakukan dalam pengajian
iqra’ dan al-Qur’an, pengajian yasin dan sholat berjamaah serta kegiatan
morning meeting. Dimana seorang ustadz berusaha menggerakkan
kemauan seluruh warga binaan sosial untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat.
Penyampaian pesan yang berlangsung dalam pengajian iqra dan
Al-Quran, seorang ustadz mengajarinya dengan memanggil warga binaan
untuk maju satu persatu dan membaca iqra maupun Al-Qur’an, kemudian
ustadz memperhatikan bacaan-bacaan pada setiap warga binaan sosial, jika
terdapat kesalahan dalam membaca peran ustadz yaitu membenarkan
dengan memperagakan bacaan dan disertai dengan penjelasan hukum
tajwid, tujuannya agar warga binaan sosial dapat memahami.90 Sedangkan
dalam pengajian yasin seorang ustadz membacanya dengan perlahan-lahan
dengan maksud agar seluruh warga binaan sosial dapat mengikutinya.
Metode ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan jamaah warga binaan
sosial dalam membaca iqra maupun Al-Qur’an. kegiatan ini termasuk
dalam metode dakwah mauidhaah hasanah.91
Kegiatan sholat wajib merupakan kewajiban yang harus dikerjakan
bagi seluruh umat muslim dan tidak mesti di lakukan dengan berjamaah.
Namun penerapan yang dilakukan oleh ustadz terhadap warga binaan
90
Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008. 91 Observasi Pribadi, Jakarta, 4 september 2008.
sosial, bahwa sholat berjamaah merupakan kegiatan yang harus
dilaksanakan dengan bersama-sama. Dalam kegiatan ini seorang ustadz
memperagakan tata cara sholat dan tata cara berdoa setelah sholat. Sebagai
mana cara yang kerap dilakukan oleh Rasulullah SAW.92
Dalam aktivitas apel pagi (morning meeting) metode bil-hikmah
kerap diperagakan oleh warga binaan dalam membacakan filosofi dalam
bentuk pernyataan diri untuk tidak mengingat masa lalu yang kelam,
karena hidup bukan untuk masa lalu tapi hidup untuk saat ini dan
seterusnya, yakni kebenaran.93
92
Observasi Pribadi, Jakarta, 6 september 2008. 93 Observasi Pribadi, Jakarta, 26 agustus, 2008.
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Warapan Mulya, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Dakwah dilaksanakan dengan waktu yang telah ditentukan. Adapun
dakwah yang diterapkan meliputi kegiatan pengajian agama, pengajian Al-
Qur’an dan iqra, pembacaan yasin bersama, sholat wajib berjamaah,
morning meeting dan statik group. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan
secara bergantian oleh Ustadz Ramlan Nuzul S.Ag, selaku agamawan yang
tinggal di dalam panti, dan Ustadz Bahruddin Hanaffi S.Th.I. selaku
agamawan yang tinggal di luar panti. Selain kegiatan tersebut terdapat
aktifitas dakwah yang rutin di selenggarakan satu kali dalam satu tahun,
yakni, pada peringatan hari besar Islam, seperti peringatan Isra dan Mi’raj,
Maulid Nabi Muhammad Saw, Nuzulul Qur’an serta peringatan hari besar
nasional, seperti peringatan hari kartini, HUT DKI dan HUT RI.
2. Metode dakwah yang terdapat di Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya adalah metode dakwah ceramah dan tanya jawab yang kerap
dilakukan pada pengajian agama, peringatan hari besar Islam, dan
peringatan hari besar nasional. Dalam kegiatan static group menggunakan
metode diskusi, dan untuk mengatasi berbagai permasalahan warga binaan
sosial secara individu menggunakan metode percakapan antar pribadi.
selanjutnya metode peragaan, dilakukan pada pelaksanaan sholat
berjamaah, pembacaan iqra’ dan Al-Qur’an, morning meeting dan
pembacaan yasin.
D. Saran-Saran
Selama penulis berkunjung ke Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulya Kedoya dan telah melakukan penelitian, maka perlu pada
bagian ini penulis menyampaikan saran-saran, yang mungkin dapat memberi
manfaat bagi kita semua dan khususnya masukan bagi pihak panti sosial
tersebut. Adapun saran-saran yang penulis sampaikan sebagai berikut:
1. Dakwah yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya sangat bermanfaat bagi warga binaan sosial dalam meningkatkan
iman dan taqwa, akan tetapi alangkah baiknya pihak pembina menuntun
warga binaan sosial untuk menghafal surah-surah dalam Al-Quran.
2. Metode dakwah yang terdapat di Panti Sosial sudah cukup memberikan
nilai positif bagi warga binaan sosial. Agar menambah wawasan seluruh
warga binaan. Pihak pengurus panti bisa mengajak warga binaan sosial
untuk melakukan studi banding ke berbagai lembaga yang kiranya telah
berhasil dalam mengembangkan dakwah.
3. Pihak panti hendaknya dapat menambah Ustadz/tenaga pengajar untuk
melakukan aktivitas dakwah, sehingga warga binaan lebih meningkatkan
mutu dan kualitasnya.
4. Dari segi waktu, khusus pada kegiatan rutin pengajian al-qur’an, waktu
pelaksanaannya tidak hanya dilakukan satu kali saja dalam seminggu,
67
pihak panti bisa menambah tiga atau empat kali dalam seminggu,
tujuannya agar warga binaan dapat lebih mengerti dan memahami.
5. Demi menciptakan ketertiban dan kekhusuan dalam beribadah, pihak
panti memperluas tempat atau lokasi ibadah (musholla).
6. Pihak panti hendaknya dapat menambah sarana berupa tape untuk
menyajikan lantunan lagu islami dan ceramah agama melalui sound yang
terpampang pada tiap-tiap asrama. Hal ini dapat disajikan setelah sholat
shubuh dan sholat ashar.
DAFTAR PUSTAKA
Al Wakil, Muhammad Sayyid. Prinsip dan Kode etik Dakwah. Jakarta: Akademi Prassindo, 2002.
Al-Halali, Majid. 38 Sifat Generasi Unggulan. Jakarta: Bumi Aksara, 1998.
Arifin, H.M. Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bulan Bintang,
1977
………... Teori dan Peraktek Dakwah Islamiyah. Jakarta: Parma Data.
Aziz, Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.
Bachtiar,Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
BP4. Pusat Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera. Jakarta: 1989.
Brosur. Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta:
Balai Pustaka, 1997.
Departemen Sosial Republik Indonesia. Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jak-Tim, 2002.
Fadiah, Husain. Metode dakwah Dalam Al Quran. Jakarta : Lentera, 1997.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Resaerch. Yogyakarta: Andi Offset, 1983.
Hafifuddin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
Hasanudin. Hukum Dakwah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya ,1996.
Helmy, Masdar. Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Semarang CV. Toha Putra,
1973.
Insiklopedi Indonesia. Jakarta: Penerbitan Baru Van Hauve, 1980.
J Moleong, Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafinso Persada, 2001.
Laporan kegiatan Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya, 2007.
Lintas informasi Panti Sosial. Jakarta: Dinas Sosial DKI Jakarta, 2000.
Ma’luf, Lois. Munjid fi al-Lugah wa A’lam. Beirut: Dar Fikr.1986. Mandzur, Ibnu .Lisan al-Arab, Jilid VI. Beirud: Dar Fikr, 1990.
Mahfudz, Syarifuddin. Pola Pelayanan Resosialisasi Wanita Tuna Susila Pada
Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya. T.tp.: Penerbit
Bratakesawa, 2003.
Mahmudah, Dedeh. “Efektifitas Dakwah Mauidzoh Hasanah Terhadap Prilaku
Santri Putra di Pondok Pesantren At-Taqwa Bekasi” Skripsi S1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008.
Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Disertasi). CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Rahmat, Jalaludin. Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1999.
Salim Peter dan Yeni, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English, 1991.
Shihab, Quraisy. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati, 2000.
Shomad, Idris. Diktat Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta: 2003.
Soeitoe, Samoel. Psikologi Pendidikan II. Jakarta: FEUI, 1982.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada,
1993.
Sojogyo dan Sajogyo, Pujiwati. Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan.
Yogyakarta: Gadjah Manda University Press, 1999.
Surahmad,Winarno. Pengantar Metodologi Ilmuih. Bandung: Tarsito, 1982.
Sya’bi, Ahmad. Kamus Al-Qalam. Surabaya: Halim Surabaya, 1997.
Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategis Dakwah. Surabaya: Al Ikhlas, 1983.
Takawirawan, Cahyadi. Yang Tegar di Jalan Dakwah. Yohyakarta: Talenta tt.
Tasmara,Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaga Media Pratama, 1997.
Thantawi, Sayyid Muhammad. Adab al-Hiwar Fil Islam, Dar al-Nahdhah, Mesir,
diterjemahkan oleh Zuhaeri Misrawi dan Zamroni Kamal. Jakarta: Azan,
2001.
Umar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1983.
Wawancara Pribadi dengan Achmad S, selaku Kepala Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulya. Jakarta, 11 agustus 2008.
Wawancara Pribadi dengan Bahruddin Hanaffi selaku Ustadz Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya. Jakarta, 26 agustus 2008.
Wawancara Pribadi dengan H. Haris selaku Subbag Tata Usaha Panti Sosial Bina
Karya Harapan Mulya Kedoya. Jakarta, 26 agustus 2008.
Wawancara Pribadi dengan Ramlan Nuzul selaku Ustadz di Panti Sosial Bina
Karya Wanita Harapan Mulya. Jakarta, 21 Agustus 2008.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara sistematika, peneliti membagi penulisan skripsi ini ke dalam lima
bab yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang di awali Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sisitematika Penulisan.
Bab II Landasan Teoritis Aktivitas Dakwah di Panti Sosial yang terdiri
dari, Pengertian Aktivitas, Pengertian Dakwah, Pengertian Aktivitas Dakwah
di Panti Sosial, Pembinaan Mantan WTS di Panti Sosial, Pengertian
Pembinaan, Mantan WTS, Panti Sosial, Pembinaan Mantan WTS di Panti
Sosial.
Bab III Gamabaran Umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri dari, Sejarah Berdirinya, Visi dan
Misi, Latar Belakang dan Tujuan, Peran dan Aktifitas Dakwah
Bab IV Aktivitas Dakwah dalam Pembinaan Mantan WTS di Panti
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya Jakarta Barat yang terdiri
dari, aktifitas dakwah dalam pembinaan mantan wanita tuna susila dan metode
dakwah yang di gunakan dalam pembinaan terhadap mantan wanita tuna
susila
Sistem dan Metode Pembinaan, Sarana Pembinaan, Tujuan dan Sasaran
Pembinaan.
Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-saran.
LEMBAR PERTANYAAN
KETUA PENGURUS PANTI SOSIAL
BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA KEDOYA
Nama : H. Achmad S
Tempat & Tanggal lahir : Bandung, 18 september 1952
Profesi : Kepala Panti
Alamat : Perumahan DEPUKI JL. Apel 8 blok CS no.10
Depok
Pendidikan terakhir :Strata 1 Pekerjaan Sosial
Gambaran Umum Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
1. Bagaimana sejarah berdiri Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulia Kedoya?
Mengenai sejarah berdiri Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan
Mulya Kedoya ini sama seperti yang telah dituliskan di brosur, yaitu
”Pelayanan bidang kesejahteraan sosial, khususnya merupakan tanggung
jawab Pemerintah. Setelah Indonesia dilanda badai krisis moneter sejak tahun
1998 beban Pemerintah Propinsi DKI Jakarta semakin berat dirasakan.
Sebagai Ibukota Negara dan barometer perekonomian bangsa, Jakarta menjadi
tujuan utama warga masyarakat dari daerah dan propinsi lain yang mencoba
mengadu nasib. Sebahagian besar warga masyarakat pendatang tersebut tidak
mempunyai bekal keterampilan kerja dan pendidikan yang memadai, sehinga
tidak mampu bersaing, akhirnya menambah beban Ibukota yang sudah padat,
yang salah satu diantaranya adalah wanita tuna susila jalanan, sebagai
penyandang masalah kesejahteraan sosial. Atas dasar penilaian tersebut
Pemerintah Daerah khusus
Ibukota Jakarta melalui Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahtraan
Sosial Propinsi DKI Jakarta membangun dan mendirikan sebuah panti dengan
nama “Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Kedoya”, yang
beroprasional mulai bulan januari 2002. (sesuai SK Gubernur Kepala Daerah
khusus Ibukota Jakarta No. 3622/2001)”
2. Apa tujuan utama didirikannya Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia Kedoya?
Tujuan didirikannya PSBKW ini untuk memberikan pelayanan terhadap
wanita tuna susila. Dan harapannya agar mereka dapat hidup layak dan
berguna bagi masyarakat.
3. Dari manakah sumber dana yang diperoleh Panti Sosial di dalam
pembangunan?
Sumber dana yang di peroleh panti itu datangnya dari Pemerintah Daerah
Jakarta.
4. Apa visi dan misi Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia
Harapan Mulia Kedoya?
Visinya yaitu terentasnya WTS warga binaan sosial panti kedalam kehidupan
yang lebih layak, manusiawi, normative, produktif dan mandiri.
Adapun misinya yaitu
1. Menyelenggarakan pelayanan resosialisasi dalam rangka menumbuhkan
kemauan dan kemampuan WBS untuk kembali dalam kehiupan
bermasyarakat secara normative
2. Menyelenggarakan bimbingan, pelatihan ketrampilan dalam rangka
memulihkan dan mewujudkan kemandirian.
3. Menyelenggarakan penyaluran dan bina lanjut
4. Menjalin keterpaduan, koordinasi dan kerja sama lintas sektor dalam
pelayanan resosialisasi.
5. Siapakah yang bertanggung jawab terhadap berdirinya Panti Sosial
Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya?
Penanggung jawab penuh di Panti ini saya sendiri selaku kepala panti dan
umumnya seluruh pengurus PSBKW.
6. Bagaimana struktur kepengurusan Panti Sosial Bina Karya Wanita
Harapan Mulia?
Soal struktur kepengurusan panti sosial sudah di tetapkan oleh SK Gubernur,
yaitu Kepala Panti saya sendiri, kemudian SUBBAG Tata Usaha dan di
bawahnya ada Seksi Identifikasi dan Asesmen, Seksi Bimbingan dan
Pelatihan, Seksi Penyaluran dan Bina Lanjut Kemudian Subkelompok Jabatan
Fungsional
7. Berapakah jumlah karyawan yang tinggal di Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia?
Seluruh karyawan PSBKW ini berjumlah 23
8. Berapakah jumlah mantan WTS yang tinggal di Panti Sosial Bina Karya
Wanita Harapan Mulia?
Karna kemarin kita habis memulangkan 10 WBS, dan yang sekarang
berjumlah 69 WBS.
9. Dari manakah latar belakang WTS masuk ke Panti Sosial?
Mereka yang tinggal di panti ini berasal dari tempat yang berbeda. Mayoritas
mereka berasal dari luar Jakarta.
10. Faktor apakah yang menjadikan mereka sebagai WTS?
Faktor utama yaitu ekonomi, karena tidak punya mental dan bakat mereka
merasakan betapa sulitnya cari duit dan akhirnya mereka terjerumus pergaulan
seperti ini. Kemudian ada pula faktor lingkungan, artinya bagi mereka yang
tinggal di daerah lokalisasi dengan cepat terjerumus dalam propesi yang sama,
selain itu faktor keterampilan, banyak diantara WBS prustasi karna tidak
punya keterampilan dan sulit mendapatkan pekerjaan
11. Apa saja program kegiatan yang diterapkan Panti Sosial terhadap
pembinaan mantan WTS?
Alhamdulillah program kegiatan di panti ini cukup banyak, diantaranya:
1. Pembinaan fisik, yaitu oleh raga, senam kesegaran jasmani.
2. Pemeriksaan kesehatan
3. Bimbingan keagamaan.
4. Bimbingan sosial, seperti morning meeting, static group, konseling.
5. Bimbingan psikologik
6. Rekreasi / kesenian
7. Perpustakaan
8. Pelatihan ketrampilan praktis sepereti tata boga, menjahit, menyusun
hantaran, tata rias, baby sitter.
12. Khusus kegiatan keagamaan apa saja yang di terapkan oleh panti?
Dalam kegiatan keagamaan, kami memberikan bimbingan seperti solat
berjamaah, pengajian iqra dan al-Quran, sarasehan/yasinan, siraman rohani,
serta ceramah keagamaan, diskusi dan syaring
.
13. Kapan waktu yang ditetapkan oleh Panti Sosial dalam memberikan
pembinaan agama terhadap mantan WTS?
Dalam pembinaan agama di samping rutinitas sholat berjamaah, panti
menetapkan waktu pembelajaran agama dalam seminggu sebanyak 3 kali
dalam 1 minggu, yaitu hari selasa pukul 12.30 - 13.30 meliputi ceramah
agama dengan Tanya jawab, kemudian hari kamis pukul 19.30-21.00 meliputi
pembacaan yasin dan dilanjutkan dengan muhasabah. Terakhir hari sabtu
pukul 09.30-10.30 meliputi pengajian iqra’ dan al-quran.
14. Dengan datangnya bulan ramadhan adakah kegiatan tambahan atau
kegiatan lain yang dilaksanakan di panti sosial ini?
Dengan datangnya bulan ramadhan kegiatan yang dilaksanakan oleh
panti memang agak berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan ramadhan
panti melakukan kegiatan sahur bersama, buka puasa bersama, ceramah
(kultum), kemudian sholat tarawih dan witir bersama di musholah panti.
Kemudian kegiatan yang bersifat olah raga itu tidak diwajibkan karena akan
mengganggu puasa para warga binaan sosial
15. Adakah anggaran dana khusus yang digunakan untuk setiap program
kegiatan?
Ada, dana setiap kegiatan itu sudah disiapkan dari Pemda DKI Jakarta sesuai
dengan anggaran pendapatan daerah yang sudah di tetapkan untuk kegiatan
lembaga Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya Mulya
16. Siapa saja yang berperan dalam memberikan pembinaan terhadap
mantan WTS?
Dalam memberikan pelayanan kepada warga binaan sosial panti melibatkan
profesi pekerja sosial, dokter, psikolog, agamawan dan instruktur ketrampilan.
17. Adakah sarana yang dimiliki oleh Panti Sosial dalam memberikan
pembinaan terhadap WTS?
Sarana yang panti miliki itu berupa musholah, poliklinik, perpustakaan,
lapangan, ruang peraktek salon dan menjahit.
18. Adakah hubungan kerja sama panti sosial kepada instansi lain?
Panti sosial ini punya hubungan kerja sama dengan Polsek, Koramil, Panti
Sosial Bina Insane Bangun Daya, Rumah Sakit Umum Daerah Budi Asih,
Puskesmas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Tokoh Masyarakat,
Karang Taruna, dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
19. Sampai kapan para Wanita Tuna Susila bisa keluar untuk menerapkan
ilmu yang telah diberikan oleh Panti Sosial?
Para WBS dibina selama 6 bulan, setelah itu baru bisa keluar dan harapan
kami bagi para warga binaan sosial dapat mengamalkan ilmu yang telah di
dapatnya.
LEMBAR PERTANYAAN
PEMBINA (DA’I) PANTI SOSIAL
BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA KEDOYA
Nama : Ramlan Nuzul
Tempat & Tanggal lahir : Batu Raja, 10 oktober 1974
Alamat : Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulya
Kedoya, Jl Kembangan Raya No. 3 Kedoya Kebon
Jeruk Jakarya Barat
Profesi : Tenaga pengajar agama (agamawan)
Pendidikan terakhir : Strata 1
Dakwah Dalam Pembinaan Mantan WTS
1. Sejak kapan bapak/ibu mulai aktif mengajar di panti sosial ini?
Berada disini dan mulai memberikan bimbingan sejak tahun 2000
2. faktor apa yang mendorong bapak untuk mengajar atau memberikan
penyajian materi terhadap WTS?
Paling utama faktor tanggung jawab sebagai umat muslim diwajibkan untuk
mengajak kepada kebaikan. Kemudian tanggung jawab terhadap ilmu yang
telah saya peroleh
3. Kapan waktu bapak/ibu memberikan penyajian/pembinaan terhadap
mantan WTS?
kebetulan saya tinggal di dalam panti, jadi kapan pun seluruh warga binaan
yang tinggal dapat konsultasi dan saya berikan saran-saran serta bimbingan,
tapi formalnya dalam 1 minggu saya mengajar 2 kali, yaitu hari kamis pukul
19.30 – 21.00 dan hari sabtu 09.30-10.30. disamping itu pun saya memberikan
bimbingan secara individu terhadap warga binaan.
4. Berapakah jumlah mantan WTS dalam mengikuti penyajian materi yang
bapak/ibu laksanakan?
Dalam mengikuti pengajian kurang lebih 60 warga binaan sosial yang hadir
untuk mengikuti pengajian, kecuali bagi meraka yang sedang berhalangan dan
yang beragama kristiani
5. Bagaimana respon WTS dalam mengikuti pembinaan atau pengajaran?
Alhamdulillah mereka dapat mengikutinya dengan baik
6. Sarana apa yang bapak/ibu gunakan dalam memberikan materi
keagamaan?
Sarana yang saya gunakan itu musholah dan mimbar
7. Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam memberikan pembinaan
materi?
Dalam memberikan materi saya merujuk pada buku-buku agama
Metode Dakwah Dalam Pembinaan Mantan WTS
8. Materi apa yang bapak/ibu sampaikan dalam memberikan pembinaan?
pada hari kamis saya memberikan materi keagamaan (ceramah agama) yang
membahas masalah ketauhidan, aqidah, syariah dan akhlak. Kemudian saya
lanjutkan dengan pembacaan surat yasin setelah isya, dan pada hari sabtu dan
minggu saya memberikan pembinaan dalam pelatihan iqra’ dan al-quran.
9. Persiapan apa saja yang bapak/ibu lakukan sebelum memberikan
penyajian materi?
Sebelum memberikan materi, lebih awalnya saya melakukan Pemantapan jiwa
dan pendekatan emosional kepada seluruh warga binaan
10. Metode apa yang bapak/ibu terapkan dalam memberikan materi atau
penyajian dakwah, baik kelompok maupun individu?
Metode yang saya gunakan dengan metode mauidzoh hasanah, yakni dengan
Ceramah, sorogan, Tanya jawab atau diskusi. Sedangkan dalam bimbingan
individu saya sering memberikan nasihat dan masukan kepada warga binaan
11. Menurut bapak apakan diantara metode dakwah yang diterapkan
tersebut sudah effektif bagi mantan WTS?
Sampai saat ini saya kira belum, karena masih saja ada mereka yang kembali
melakukan lagi pekerjaannya sebagai WTS
12. Faktor apa saja yang menjadi penghambat bapak/ibu dalam memberikan
penyajian dakwah?
Alhamdulillah tidak ada, semuanya baik-baik saja
LEMBAR PERTANYAAN
PEMBINA (DA’I) PANTI SOSIAL
BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA KEDOYA
Nama : Ustadz. Bahruddin Hanaffi
Tempat & Tanggal lahir : Tangerang, 11 Januari 1978
Alamat : Kp. Jurang Mangu barat, Rt. 06 Rw. 03.
Tanggerang
Profesi : Tenaga pengajar agama (agamawan)
Pendidikan terakhir : Strata 1
Dakwah Dalam Pembinaan Mantan WTS
1. Sejak kapan bapak/ibu mulai aktif mengajar di panti sosial ini?
Saya mulai mengajar di panti ini sejak tahun 2006 sampai sekarang, berarti
sudah 2 tahun
2. faktor apa yang mendorong bapak untuk mengajar atau memberikan
penyajian materi terhadap WTS?
Faktor yang mendorong saya itu adalah tanggung jawab untuk memberika
motivasi terhadap WTS agar bangkit dari keterpurukan
3. Kapan waktu bapak/ibu memberikan penyajian/pembinaan terhadap
mantan WTS?
Saya mengajar di panti ini setiap hari selasa, mulai dari pukul 12.30-13.30
4. Berapakah jumlah mantan WTS dalam mengikuti penyajian materi yang
bapak/ibu laksanakan?
yang mengikuti kegiatan pengajian itu seluruh warga binaan social kecuali
bagi meraka yang sedang mendapat halangan dan bagi merika yang beragama
keristiani. Dan untuk sekarang ini yang ikut sekitar 60 WBS
5. Bagaimana respon WTS dalam mengikuti pembinaan atau pengajaran?
Alhamdulillah mereka semua baik-baik
6. Sarana apa yang bapak/ibu gunakan dalam memberikan materi
pembinaan?
Dalam memberikan materi, sarana yang saya gunakan hanya musholah dan
aula
7. Media apa yang bapak/ibu gunakan dalam memberikan pembinaan
materi?
Dalam memberikan pembinaan saya hanya menggunakan buku panduan
keagamaan serta fotocopy materi yang saya berikan kepada warga binaan
sosial
Metode Dakwah Dalam Pembinaan Mantan WTS
8. Materi apa yang bapak/ibu sampaikan dalam memberikan pembinaan?
Materi yang saya berikan itu masalah keagamaan meliputi mental iman dan
akhlaq (tauhid) serta aqidah
9. Persiapan apa saja yang bapak/ibu lakukan sebelum memberikan
penyajian materi?
Sebelum memberikan materi saya biasa mempersiapkannya dengan membaca
buku dan sholat
10. Metode apa yang bapak/ibu terapkan dalam memberikan materi atau
penyajian dakwah?
Metode yang saya terapkan dalam memberikan materi yaitu ceramah, Tanya
jawab dan syaring/konsultasi
11. Menurut bapak apakan diantara metode dakwah yang diterapkan
tersebut sudah effektif bagi mantan WTS?
Menurut saya metode ini cuskup efektif
12. faktor apa yang menjadi pendukung bapak/ibu dalam memberikan
penyajian dakwah?
Faktor pendukung saya dalam memberikan penyajian dakwah yaitu dzikir,
karena dalam berdzikir saya merasa tenang, dan tak pernah merasa bosan
mengajar di panti ini.
13. Faktor apa saja yang menjadi penghambat bapak/ibu dalam memberikan
penyajian dakwah?
Alhamdulillah selama saya mengajar dip anti ini belum ada hambatannya,
semua lancar saja.
LEMBAR PERTANYAAN
WARGA BINAAN SOSIAL DI PANTI SOSIAL
BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA KEDOYA
Nama :
Tempat & Tanggal lahir :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
1. Faktor apa yang menyebabkan anda menjadi pekerja seks komersil?
2. Sejak kapan anda mulai melakukan pekerjaan sebagai wanita pekerja
seks komersil?
3. Apa yang anda rasakan dengan berpropesi sebagai wanita tuna susila?
4. Bagaimana perasaan anda tinggal atau berada di panti ini?
5. Kegiatan apa saja yang anda lakukan di panti ini?
6. Apa yang anda rasakan dengan kegiatan kagamaan yang diterapkan
dalam pembinaan dip anti sosial ini?
7. Adakah manfaat yang anda rasakan dari kegiatan keagamaan tersebut?
8. Selain mengikuti beragam kegiatan, adakah pemantauan khusus yang
dilakukan oleh pihak panti terhadap warga binaan?
9. Apa yang akan anda lakukan setelah keluar dari panti sosial ini?
LAMPIRAN
PANTI SOSIAL BINA KARYA WANITA HARAPAN MULIA
KEDOYA JAKARTA BARAT
AKTIFITAS DAKWAH
Sholat Berjamaah dan pengajian agama Bimbingan personal
di Musholah
Static group Kegiatan ceramah agama Bimbingan sosial kelompok di aula
Top Related