ii
Kata Pengantar
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan
laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi
dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi pemerintah. Dengan telah
berakhirnya pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2013, maka Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai unit kerja eselon I
menyusun laporan pertanggung jawaban tersebut.
LAKIP Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disusun
mengacu kepada Peraturan Menteri PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. LAKIP
mencakup ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat sekaligus sebagai pertanggung
jawaban kepada publik atas penyelenggaraan fungsi pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan untuk terwujudnya Good Governance.
.
Januari 2014
iiii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. iv
EKSEKUTIF SUMMARY ............................................................................ 1
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 4
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis (Renstra) ....................................................... 92.2 Indikator Kinerja Utama (IKU)....................................................... 122.3 Rencana Kinerja Tahuan (RKT) ................................................... 132.4.Perjanjian Kinerja.............................................................................. 14
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran...................... 18
3.2 Pencapaian Sasaran Strategis....................................................... 18
3.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja........................................... 20
3.4 Kinerja Lainnya............................................................................... 26
3.5 Akuntabilitas Keuangan................................................................. 29
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 31
4.2 Rencana Tindak Lanjut.................................................................. 32
LAMPIRAN…………………………………………......................................... 34
iiiiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Ditjen PKH.......................... 13
Tabel 2. Capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Peternakandan Keswan Tahun 2012-2013 .................................................... 18
Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Ekonomi PembangunanPeternakan dan Keswan Tahun 2012-2013 ................................... 20
Tabel 4. Komoditas dan Produksi Daging Tahun 2010-2013....................... 21
Tabel 5. Komoditas dan Produksi Telur Tahun 2010-2013.................................................... 2222
TTaabbeell 66.. SShhaarree ddaaggiinngg TTeerrhhaaddaapp ttoottaall PPrroodduukkssii DDaaggiinnggTTaahhuunn 22001122 ddaann 22001133 ppeerr kkoommooddiittaass ............................................. 28
Tabel 7. Kertersediaan Protein Hewani Asal Ternak 2010-2013 ................. 2244
TTaabbeell 88.. KKeeggiiaattaann--KKeeggiiaattaann TTaahhuunn 22001122--22001133 ddaallaammrraannggkkaa ppeennccaappaaiiaann sswwaasseemmbbaaddaa ddaaggiinngg ssaappii ddaann kkeerrbbaauu 22001144.... 25
iivv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakandan Kesehatan Hewan .................................................................................................................... 3344
LLaammppiirraann 22.. RReekkaappiittuullaassii SSDDMM DDiittjjeenn PPKKHH bbeerrddaassaarrkkaannPPeennddiiddiikkaann TTeerraakkhhiirr TTaahhuunn 22001122--22001133 .................................................................... 3355
LLaammppiirraann 33.. CCaappaaiiaann IInnddiikkaattoorr KKiinneerrjjaa OOuuttccoommee DDiittjjeennPPeetteerrnnaakkaann ddaann KKeesswwaann TTaahhuunn 22001133 ........................................................................ 3366
11
EXECUTIVE SUMMARY
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2013 merupakan
pelaksanaan tahun keempat Rencana Strategis 2010-2014. Pada tahun keempat
periode 2010-2014, pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tetap
memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
nasional. Hal tersebut digambarkan dalam kontribusinya melalui penyediaan
bahan pangan asal ternak (daging, telur dan susu), penyerapan tenaga kerja, dan
investasi. Dalam kurun waktu tahun 2012-2013 kinerja makro ekonomi dilaporkan
sebagai berikut :
(1) Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto berdasarkan harga
konstan pada tahun 2012 periode januari-september sebesar Rp. 31.036,80
miliar, dan tahun 2013 periode januari-september telah mencapai Rp.
32.366,50 miliar, sehingga terjadi peningkatan 4,28%.
(2) Serapan Tenaga Kerja. Penyerapan tenaga kerja peternakan cenderung
mengalami peningkatan, jika pada tahun 2012 sebesar 4,24 juta orang, pada
tahun 2013 meningkat menjadi 4,25 juta orang (angka perkiraan Pusdatin).
Sub sektor peternakan menyumbang 11,6% tenaga kerja terhadap sektor
pertanian pada tahun 2012, sedangkan tahun 2013 sub sektor peternakan
menyumbang 11,8% tenaga kerja untuk sektor pertanian.
(3) Investasi. Nilai investasi PMDN sub sektor peternakan pada tahun 2013
periode januari-september mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar
378,99% dibandingkan dengan tahun 2012 pada periode yang sama, dari Rp
61,02 Milyar menjadi Rp 292,30. Berbeda dengan investasi PMDN, investasi
PMA mengalami penurunan sebesar 33,74%, dari US$ 15,02 juta pada tahun
2012 (periode januari-september) menjadi US$ 9,95 juta pada tahun 2013
(periode januari-september).
(4) Nilai Tukar Petani. Kesejahteraan peternak diukur dari Nilai Tukar Petani
Peternak (NTPP), hasilnya cenderung fluktuatif. Pada periode januari-
september tahun 2013 NTPP sebesar 101,73 atau terjadi peningkatan
sebesar 0,50% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang NTPP nya
sebesar 101,23. Hal ini mengindikasikan terjadi peningkatan pendapatan
peternak
(5) Ekspor-Impor. Neraca perdagangan ekspor-impor produksi peternakan pada
tahun 2013 masih mengalami defisit. Pada periode januari-september angka
sementara menunjukkan neraca perdagangan defisit sebesar US$ 1,67 juta.
Pada tahun 2012 (januari-september) rasio ekspor terhadap impor sebesar
22
1:5,09, sedangkan pada tahun 2013 untuk periode yang sama rasionya
meningkat menjadi 1:5,14.
Dari sisi produksi hasil ternak yaitu daging, telur dan susu. Produksi daging secara
nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika dibandingkan produksi tahun 2012
sebesar 2,66 juta ton, maka produksinya tumbuh sebesar 5,72%. Bila
dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja pertumbuhannya telah
melampaui target. Capaian produksi daging tersebut, mencapai 2,83 juta ton dari
target produksi daging 2013 sebesar 2,51 juta ton.
Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,54 %, dan
pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian
tersebut hanya mencapai 99,89% dari target produksi telur tahun 2013 sebesar
1,72 juta ton.
Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton, jika dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton, maka produksinya tumbuh 2,28%.
Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari target produksi susu 2013
sebesar 1,32 juta ton.
Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging
sapi dan kerbau nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau mencapai 91,47% dari
targetnya sebesar 86,20%.
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sampai
dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp 2,35 triliun atau 85,97%
dari total anggaran Rp 2,74 triliun. Serapan anggaran tidak mencapai 100%
dikarenakan: 1) Tidak selesainya pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526;
2) Proses tender gagal tidak ada yang menawar untuk tender ulang sudah tidak
dimungkinkan waktunya; 3) Terjadi penghematan pada proses tender.
Dalam upaya memperkuat pencapaian PSDSK pada tahun 2014 melalui
penyediaan daging sapi lokal minimal sebesar 90% dari kebutuhan nasional, maka
beberapa kegiatan terobosan yang akan dilakukan antara lain :
1) Refokusing kegiatan dan anggaran dilakukan melalui (1) memperkuat
komitmen daerah dalam pencapaian target populasi dan produksi ternak, (2)
melakukan penetapan wilayah IB, INKA, Perbibitan dan budidaya, (3)
melaksanakan pembangunan melalui pendekatan kawasan, (4) menginisiasi
penerbitan regulasi bidang peternakan, dan (5) memperkuat kelembagaan
dan SDM peternakan dan Kesehatan Hewan.
33
2) Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan
kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan. Untuk itu perlu
disediakan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan
ternak dan padang pengembalaan. Peningkatan produksi hijauan makanan
ternak yang berkualitas dilakukan melalui perluasan areal kebun hijauan
makanan ternak dan padang penggembalaan yang ada. Perluasan areal ini
menambah baku lahan melalui pembukaan lahan baru dan atau pemanfaatan
lahan-lahan yang sementara tidak diusahakan. Padang penggembalaan
merupakan lahan yang ditanami rumput unggul atau legume yang digunakan
untuk menggembalakan ternak. Kegiatan Pengembangan Padang
Penggembalaan termasuk salah satu kegiatan strategis Direktorat Pakan
Ternak Tahun 2014. Kegiatan pengembangan padang penggembalaan akan
dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bener Meriah yang terletak di
Provinsi Aceh, Kabupaten Poso di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kabupaten
Dompu di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dana yang dianggarkan sebesar Rp.
15 milyar.
3) Penyediaan angkutan khusus ternak dari kawasan-kawasan sentra melalui
koordinasi intensif dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Negara BUMN. Kegiatan ini akan mendorong kelancaran angkutan sapi dan
daging dari sentra produksi melalui jalur darat (kereta api) dan laut (kapal
khusus ternak).
4) Optimalisasi integrasi ternak sapi dengan tanaman perkebunan kelapa sawit.
Perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan sapi potong
melalui penyediaan pakan dari hasil sampingan kebun dan limbah sawit.
Disamping itu mampu meningkatkan produktivitas kebun melalui pemanfaatan
pupuk organik dari kotoran sapi.
44
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2013 merupakan
pelaksanaan tahun keempat Rencana Strategis 2010-2014. Pada tahun keempat
periode 2010-2014, pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tetap
memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
nasional. Hal tersebut digambarkan dalam kontribusinya melalui penyediaan
bahan pangan asal ternak (daging, telur dan susu), penyerapan tenaga kerja, dan
investasi.
Peran strategis peternakan dan kesehatan hewan juga digambarkan dalam
pencapaian empat target sukses pembangunan pertanian, yaitu : 1) pencapaian
swasembada kedelai, gula dan daging sapi serta swasembada berkelanjutan
untuk padi dan jagung, 2) peningkatan diversifikasi pangan, 3) peningkatan nilai
tambah, daya saing dan ekspor, serta 4) peningkatan kesejahteraan petani.
Untuk mewujudkan empat target sukses tersebut, Ditjen Peternakan dan
Kesehatan dan hewan pada tahun 2013 menetapkan program pencapaian
swasembada daging sapi dan dan Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan
Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal dengan enam kegiatan utama : 1)
peningkatan produksi ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; 2)
peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan benih dengan mengoptimalkan
sumber daya lokal; 3) peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan
sumber daya lokal ; 4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan
menular strategis dan penyakit zoonosis ; 5) Penjaminan pangan asal hewan yang
aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan dan 6)
dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Ditjen Peternakan dan
Keswan.
1.2 Kedudukan, Tugas, fungsi dan Kewenangan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peternakan dan
kesehatan hewan.
Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang
55
perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat
veteriner; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak,
kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 3) penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak,
kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 4) pemberian bimbingan
teknis dan evaluasi di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan
hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, dan 5) pelaksanaan administrasi
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
1.3 Susunan Organisasi dan Sumberdaya Manusia
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal didukung oleh
6 unit kerja eselon II di pusat, yaitu : (1) Direktorat Perbibitan Ternak; (2) Direktorat
Pakan Ternak; (3) Direktorat Budidaya Ternak; (4) Direktorat Kesehatan Hewan;
(5) Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen; dan (6)
Sekretariat Direktorat Jenderal.
Masing-masing unit organisasi tersebut diatas mempunyai tugas dan fungsi :
(1) Direktorat Perbibitan Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang perbibitan ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat
Perbibitan Ternak menyelenggarakan fungsi :
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bibit ternak ruminansia dan non
ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit
ternak;
(b) Pelaksanaan kebijakan di bidang bibit ternak ruminansia dan non
ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan pengembangan bibit
ternak;
(c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bibit ternak
ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan
pengembangan bibit ternak;
(d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bibit ternak
ruminansia dan non ruminansia, serta penilaian, pelepasan, mutu dan
pengembangan bibit ternak; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perbibitan Ternak
66
(2) Direktorat Pakan Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pakan ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pakan
Ternak menyelenggarakan fungsi :
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang bahan pakan, pakan hijauan,
pakan olahan, dan mutu pakan;
(b) Pelaksanaan kebijakan di bidang bahan pakan, pakan hijauan, pakan
olahan, dan mutu pakan;
(c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bahan
pakan, pakan hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan;
(d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bahan pakan, pakan
hijauan, pakan olahan, dan mutu pakan; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pakan Ternak
(3) Direktorat Budidaya Ternak mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang budidaya ternak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat
Budidaya Ternak menyelenggarakan fungsi :
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang ternak potong, perah, unggas
dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan;
(b) Pelaksanaan kebijakan di bidang ternak potong, perah, unggas dan aneka
ternak, serta usaha dan kelembagaan;
(c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang ternak
potong, perah, unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan;
(d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang ternak potong, perah,
unggas dan aneka ternak, serta usaha dan kelembagaan; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Budidaya Ternak
(4) Direktorat Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang Kesehatan Hewan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat
Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi :
77
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan,
kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat
hewan;
(b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pengamatan penyakit hewan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan hewan,
kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan pengawasan obat
hewan;
(c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengamatan
penyakit hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan,
perlindungan hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan,
dan pengawasan obat hewan;
(d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengamatan penyakit
hewan, pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan, perlindungan
hewan, kelembagaan dan sumber daya kesehatan hewan, dan
pengawasan obat hewan; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Hewan.
(5) Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Pascapanen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Pascapanen menyelenggarakan fungsi :
(a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen, higiene sanitasi,
pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis dan
kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan;
(b) Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen, higiene sanitasi,
pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis dan
kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan;
(c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pascapanen,
higiene sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan,
zoonosis dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk
hewan;
(d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen, higiene
sanitasi, pengawasan sanitary dan keamanan produk hewan, zoonosis
88
dan kesejahteraan hewan, serta pengujian dansertifikasi produk hewan;
dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Pascapanen.
(6) Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas memberikan pelayanan
teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi :
(a) Koordinasi, dan penyusunan rencana dan program, anggaran, dan
kerjasama, serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan informasi publik
di bidang kesehatan hewan;
(b) Pengelolaan urusan keuangan dan perlengkapan;
(c) Evaluasi dan penyempurnaan organisasi, tata laksana, pengelolaan
urusan kepegawaian, dan penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan;
(d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang peternakan dan
kesehatan hewan; dan
(e) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
Selengkapnya pada Lampiran 1.
Sumberdaya Manusia Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
tahun 2013 sebanyak 2160 orang, yang tersebar di kantor pusat 469 orang dan
kantor daerah (UPT) 1691 orang. Jika dilihat dari jenjang pendidikannya terdiri
dari S3 sebanyak 15 orang, S2 sebanyak 458 orang, S1/D4 sebanyak 438 orang,
Sarjana Muda/D3 sebanyak 184 orang, SLTA sebanyak 844 orang, SLTP
sebanyak 87 orang, dan SD sebanyak 120 orang. Jika dibandingkan dengan
tahun 2012 dengan jumlah pegawai 2240 orang, maka jumlah pegawai pada tahun
2013 mengalami penurunan sebesar 80 orang atau 3,57%. Penurunan pada
jumlah pegawai pada tahun 2013 disebabkan karena adanya pegawai yang
pensiun, meninggal dan mutasi. Secara rinci jumlah pegawai Ditjen Peternakan
dan Kesehatan Hewan berdasarkan pendidikan terakhir disampaikan pada
Lampiran 1 dan 2.
99
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1` Rencana Strategis (Renstra)
Dalam melaksanakan visi dan misinya pada tahun 2013, Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian telah mengacu
pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Tahun 2010-2014 edisi revisi.
Visi
Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dirumuskan
sebagai berikut:
“Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peternakan
dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan
penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan
kesejahteraan peternak”.
Misi
Untuk mewujudkan visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan tersebut, misi yang dilaksanakan adalah:
1) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang peternakan dan
kesehatan hewan dalam rangka meningkatkan daya saing produksi dan
produk peternakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara
berkelanjutan;
2) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan, pakan,
budidaya ternak, kesehatan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner
dan pascapanen dalam mencapai penyediaan dan keamanan pangan
hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak;
3) Meningkatkan profesionalitas dan integritas penyelenggaraan administrasi
publik.
Tujuan
Bersinergi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, tujuan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-
2014, adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang
1100
peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam
rangka:
1) Meningkatkan produksi ternak dan produk Peternakan dan kesehatan
hewan yang berdaya saing;
2) Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis;
3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Tujuan tersebut menunjukkan bahwa peranan Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah merumuskan kebijakan dan
standardisasi teknis untuk dapat mendongkrak pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan yang ada di masyarakat. Termasuk didalamnya para
peternak, kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan unsur
perbankan.
Sasaran
Sasaran utama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging,
telur, susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan
pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan
tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari
total kebutuhan nasional tahun 2014.
Kebijakan dan Strategi
1) Arah dan Kebijakan
Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian
integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti
dituangkan dalam RPJMN 2010-2014, utamanya dalam mewujudkan
Ketahanan dan Kemandirian Pangan sebagaimana telah diamanatkan
dalam KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah harus mampu menjamin
arah dan langkah-langkah baik di tingkat nasional, regional, dan global
direalisasikanya komitmen Millenium Developmet Goal (MDGs) yang: pro
poor, pro growth, pro job; dan pelestarian lingkungan hidup.
Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan
peternakan dan kesehatan hewan 2010-2014 adalah :
1111
(1) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak;
(2) meningkatkan populasi dan produktivitas ternak;
(3) meningkatkan produksi pakan ternak;
(4) meningkatkan status kesehatan hewan;
(5) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan
(6) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat
2) Strategi
Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam
melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun
2010-2014 diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam
pembangunan peternakan sesuai dengan target empat sukses
Kementerian Pertanian.
Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah
satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau, strategi yang akan ditempuh Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan tahun 2010-2014 yaitu:
(1) Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi
distribusi;
(2) Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal;
(3) Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternakan dalam
negeri sehingga menjadi mandiri;
(4) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta
networking antar daerah;
(5) Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor
(6) Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas
veteriner.
Program dan Kegiatan
1) Program
Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk
mencapai tujuan. Salah satu program nasional yang pelaksanaannya
dilakukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah
“Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan Peningkatan
Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal”.
1122
Outcome yang diharapkan dari program Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan adalah (i) meningkatnya ketersediaan pangan
hewani (daging, telur, susu); (ii) meningkatnya kontribusi ternak lokal
dalam penyediaan pangan hewani (daging, telur, susu); (iii) meningkatnya
ketersediaan protein hewani berkualitas asal ternak; dan (iv)
meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak.
2) Kegiatan
Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit kerja Eselon II
memiliki akuntabilitas kinerja untuk satu kegiatan. Kegiatan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disinergikan dengan tugas
pokok dan fungsi pada masing-masing Eselon II di bawahnya. Di
samping itu, untuk menunjang kegiatan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pertanian yaitu dalam produksi daging sapi, maka terdapat
satu program yang mencakup enam kegiatan, yaitu:
(1) Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan
mengoptimalkan sumber daya lokal;
(2) Peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya
lokal;
(3) Peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber
daya lokal;
(4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis
dan penyakit zoonosis;
(5) Penjaminan pangan adalah hewan yang aman dan halal serta
pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan;
(6) Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang
peternakan.
2.2 Indikator Kinerja Utama
Sesuai dengan Pereturan Menteri Pertanian nomor
49/PERMENTAN/OT.140/8/2012 tentang Indikator Kinerja Utama di
lingkungan Kementerian Pertanian 2010-2014, IKU Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan pada Tabel 1 berikut ini :
1133
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan
No Sasaran Indikator Kinerja Utama
1 Meningkatnya ketersediaan
pangan hewani (daging, telur,
dan susu)
1) Produksi daging meningkat 4,25% per tahun (ton)
2) Produksi telur meningkat 4,42% per tahun (ton)
3) Produksi susu meningkat 9,74% per tahun (ton)
2 Meningkatnya kontribusi ternak
domestik dalam penyediaan
pangan hewani (daging dan telur)
1) Kontribusi daging sapi domestik terhadap total
produksi daging nasional meningkat (%)
2) Kontribusi daging ayam buras terhadap total
produksi daging nasional meningkat (%)
3 Meningkatnya ketersediaan
protein hewani asal ternak
Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita
meningkat 3,58% per tahun (gr/kapita/tahun)
4 Tersedianya daging sapi
domestik sebesar 90% tahun
2014
Produksi daging sapi domestik terhadap total
penyediaan daging sapi nasional (%)
2.3 Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2013 memuat kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam satu tahun guna mencapai sasaran program yang
ditetapkan. RKT ini merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra)
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berjangka waktu
satu tahun. Pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan melaksanakan enam kegiatan sebagai bagian dalam pencapaian
Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau dan Peningkatan Penyediaan
Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk mendukung empat
target sukses Kementerian Pertanian.
Sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013
adalah:
1144
1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i)
produksi daging meningkat 4,25% per tahun atau 2,51 juta ton, (ii)
produksi telur meningkat 4,42% per tahun atau 1,72 juta ton, (iii) produksi
susu meningkat 9,74% per tahun atau 1,32 juta ton;
2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan
hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik
terhadap total produksi daging nasional meningkat 22,5%, (ii) kontribusi
daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat
15,1%;
3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator
kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat
3,58% per tahun atau 6,9 g/kapita/hr;
4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% pada tahun 2014,
dengan indikator kinerja tersedianya daging sapi nasional 86,2%.
2.4 Perjanjian Kinerja
Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan Tahun 2013 berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun
2013 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan diterima pada bulan Januari 2013 dengan mengikuti format sesuai
Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010. PK Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ditandatangani oleh Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Menteri Pertanian pada
bulan Maret 2013 berupa outcomes yang terdiri dari empat sasaran strategis
yaitu :
1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i)
produksi daging 2,51 juta ton, (ii) produksi telur 1,72 juta ton, (iii) produksi
susu 1,32 juta ton;
2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan
hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik
terhadap total produksi daging nasional meningkat 22,5%, (ii) kontribusi
daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat
15,1%;
3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator
kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak 6,9 g/kapita/hr;
4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% pada tahun 2014,
dengan indikator kinerja tersedianya daging sapi nasional 86,2%.
1155
Pada bulan Juli 2013, dilakukan revisi PK dengan menambahkan indikator
outcome (intermediate) yaitu:
1) Tercapainya peningkatan produksi dan populasi ternak, dengan indikator
kinerja: (i) manajemen pemeliharaan dengan target 22,30%, (ii) angka
kelahiran sapi potong 20,83%, (iii) peningkatan indek distribusi
sapi/kerbau sebesar 65,50%;
2) Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan
sumber daya lokal, dengan indikator kinerja: Pertambahan berat badan
harian sapi: (i) sapi lokal (Bali, Madura, Aceh) sebesar 0,4-0,6 Kg, (ii) sapi
Sumba Ongole dan Peranakan 0,6-0,8 Kg, (iii) sapi persilangan
(Brahman, Limosin, Simental) sebesar 1,2-1,4 Kg;
3) Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan
penyakit zoonosis, dengan indikator: (i) tingkat kematian sapi 1,63%, (ii)
tingkat kesakitan sapi 30%;
4) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit ternak,
dengan indikator kinerja: (i) penerapan Good Breeding Practices 3,75%,
(ii) penguatan kelembagaan perbibitan 41,05%;
5) Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan
persyaratan produk hewan non pangan dengan indikator kinerja
penyediaan daging sapi/kerbau lokal sebesar 474.410 ton.
1166
Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 awalnya adalah
sebesar Rp 2,29 triliun, namun terdapat penghematan nasional sebesar Rp
193,82 milyar dan revisi satker pusat sebesar Rp 22,67 milyar. Selain itu
APBN Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga mendapatkan alokasi
dana Direktif Presiden (on top) sebesar Rp 618,06 milyar, sehingga total
anggaran menjadi Rp 2,73 triliun.
Anggaran tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok, yaitu 1)
peningkatan produksi ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal
sebesar Rp 770,55 miliar; 2) peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan
benih dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar Rp 571,54 miliar;
3) peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya
lokal sebesar Rp 667,43 miliar; 4) Pengendalian dan penanggulangan
penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis sebesar Rp 390,32
miliar; 5) Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta
pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan sebesar Rp 198,59 miliar
dan 6) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Ditjen
Peternakan dan Keswan sebesar Rp 141,50 miliar.
1177
Seluruh anggaran Ditjen Peternakan tersebut dialokasikan pada 100 satuan
kerja di pusat (1), UPT pusat (22), provinsi (33), dan kabupaten/kota (44).
1188
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Kriteria ukuran keberhasilan pencapaian sasaran tahun 2013 ditetapkan
berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat berhasil
(capaian >100%), (2) berhasil (capaian 80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 60-
79%), dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap sasaran yang telah
ditetapkan.
3.2 Pencapaian Sasaran Strategis.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 49/Permentan/OT.140/8/2012
Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan secara
formal telah ditetapkan sebagai alat ukur keberhasilan Ditjen PKH, yang
capaiannya sebagaimana Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan tahun 2012-2013.
Sasaran Indikator 20122013
Persentase(%)
Pertumbuhan 2012-2013(%)
Target Realisasi
Meningkatnyaketersediaan panganhewani (daging, telur,susu)
Produksi daging2,66jt ton
2,51 jtton
2,83juta ton
112,52 5,72
Produksi telur1,62jt ton
1,72 jtton
1,71juta ton
99,89 5,54
Produksi susu0,96jt ton
1,32juta ton
0,98juta ton
74,24 2,04
Meningkatnyakontribusi ternakdomestik dalampenyediaan panganhewani (daging dantelur)
Kontribusi daging sapi domestikterhadap total produksi dagingnasional meningkat (%)
19,09 22,50 19,29 85,73 1,37
Kontribusi daging ayam burasterhadap total produksi dagingnasional meningkat (%)
10,0315,10 10,16 67,28 1,28
Meningkatnyaketersediaan proteinhewani asal ternak
Ketersediaan protein hewaniasal ternak per kapitameningkat 3,58% per tahun(g/kapita/hr)
6,93 6,90 6,73 97,53 -2,89
Tersedianya dagingsapi domestik sebesar90 persen
Produksi daging sapi domestikterhadap total penyediaandaging sapi nasional (%)
81,37 86,20 78,85 91,47 -3,10
3.2.1 Capaian Kinerja Makro
Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan
Hewan diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB), Serapan Tenaga Kerja,
1199
Investasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor-Impor. Dalam kurun waktu tahun
2012-2013 kinerja makro ekonomi tersebut sebagai berikut :
(1) Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto berdasarkan harga konstan pada tahun 2012 periode
januari-september sebesar Rp. 31.036,80 miliar, dan tahun 2013 periode
januari-september telah mencapai Rp. 32.366,50 miliar, sehingga terjadi
peningkatan 4,28%. Sedangkan PDB berdasarkan harga berlaku pada tahun
2012 periode januari-september sebesar Rp 107.422,10 miliar, pada tahun
2013 periode yang sama terjadi peningkatan 12,45% yaitu sebesar Rp
120.792,30 miliar.
(2) Serapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja peternakan cenderung mengalami peningkatan,
jika pada tahun 2012 sebesar 4,24 juta orang, pada tahun 2013 meningkat
menjadi 4,25 juta orang (angka perkiraan Pusdatin). Sub sektor peternakan
menyumbang 11,6% tenaga kerja terhadap sektor pertanian pada tahun
2012, sedangkan tahun 2013 sub sektor peternakan menyumbang 11,8%
tenaga kerja untuk sektor pertanian.
(3) Investasi
Nilai investasi PMDN sub sektor peternakan pada tahun 2013 periode
januari-september mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar
378,99% dibandingkan dengan tahun 2012 pada periode yang sama, dari Rp
61,02 Milyar menjadi Rp 292,30. Berbeda dengan investasi PMDN, investasi
PMA mengalami penurunan sebesar 33,74%, dari US$ 15,02 juta pada tahun
2012 (periode januari-september) menjadi US$ 9,95 juta pada tahun 2013
(periode januari-september).
(4) Nilai Tukar Petani
Kesejahteraan peternak diukur dari Nilai Tukar Petani Peternak (NTPP),
hasilnya cenderung fluktuatif. Pada periode januari-september tahun 2013
NTPP sebesar 101,73 atau terjadi peningkatan sebesar 0,50% dibandingkan
periode yang sama tahun 2012 yang NTPP nya sebesar 101,23. Hal ini
mengindikasikan terjadi peningkatan pendapatan peternak
(5) Ekspor-Impor
Neraca perdagangan ekspor-impor produksi peternakan pada tahun 2013
masih mengalami defisit. Pada periode januari-september angka sementara
menunjukkan neraca perdagangan defisit sebesar US$ 1,67 juta. Pada tahun
2012 (januari-september) rasio ekspor terhadap impor sebesar 1:5,09,
sedangkan pada tahun 2013 untuk periode yang sama rasionya meningkat
menjadi 1:5,14.
2200
Selengkapnya capaian kinerja makro ekonomi pembangunan peternakan dan
kesehatan hewan disampaikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan
Kesehatan Hewan Tahun 2012-2013
2012 2013
1 PDB (Rp.miliar) 1)
1. Harga Berlaku 107.422,10 120.792,30
2. Harga Konstan 31.036,80 32.366,50
2 Tenaga Kerja (orang) 2)
1. Bidang Peternakan 4.238.209 4.253.338
2. Bidang Pertanian 36.429.250 36.048.200
3. % Nak thd Tan 11,6 11,8
3 Investasi 3)
1. PMDN (Rp. Milyar) 61,02 292,3
2. PMA (US$ Juta) 15,02 9,95
4 Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPP) 4) 101,23 101,73
5 Rasio Ekspor-Impor 5)
1. Nilai (US$) 1:5,09 1:5,14
2. Volume (Kg) 1:6,87 1:5,91
NO URAIANTAHUN
KKeetteerraannggaann::
11.. PPDDBB :: SSuummbbeerr BBPPSS,, DDaattaa ppeerriiooddee JJaannuuaarrii--SSeepptteemmbbeerr22.. SSuummbbeerr SSuurrvveeii AAnnggkkaattaann KKeerrjjaa NNaassiioonnaall ((SSAAKKEERRNNAASS)) BBPPSS ((22001133)),, TTaahhuunn 22001133 PPrrooyyeekkssii PPuussddaattiinn ((22001133))33.. SSuummbbeerr BBaaddaann KKoooorrddiinnaassii PPeennaannaammaann MMooddaall,, DDaattaa ppeerriiooddee JJaannuuaarrii--SSeepptteemmbbeerr44.. SSuummbbeerr BBPPSS,, ddaattaa JJaannuuaarrii –– SSeepptteemmbbeerr55.. SSuummbbeerr BBPPSS ddiioollaahh oolleehh PPUUSSDDAATTIINN,, ddaattaa ppeerriiooddee JJaannuuaarrii--SSeepptteemmbbeerr
3.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja.
3.3.1 Produksi Daging.
Produksi daging secara nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika
dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar 2,66 juta ton, maka produksinya
tumbuh sebesar 5,72%. Bila dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja
2211
pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian produksi daging tersebut,
mencapai 2,83 juta ton dari target produksi daging 2013 sebesar 2,51 juta ton.
Capaian produksi daging tahun 2013 yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah
melampaui target yang ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014
sebesar 2,66 juta ton, sehingga dapat dinilai sangat berhasil. Sehingga perlu
dipertimbangkan untuk merevisi target volume produksi daging tahun 2014.
Meningkatnya produksi daging nasional tersebut disebabkan karena pertama,
pertumbuhan produksi daging per komoditi pada tahun 2013 terhadap 2012 yang
meningkat antara 2,7%-8,19%, kecuali kelinci, merpati dan itik manila yang
stagnan, dan kedua pertumbuhan produksi daging 2013 terhadap 2010 yang
signifikan sebesar 16,3%. Selengkapnya pada tabel 4.
Tabel.4. Komoditas dan Produksi Daging Tahun 2010 - 2013(000 ton)
No KomoditasProduksi
Pertum.2013thd 2012
Pertum.2013thd 20102010 2011 2012 2013*
1 Sapi 436,5 485,3 508,9 545,6 6,73 20,00
2 Kerbau 35,9 35,3 37,0 40,3 8,19 10,92
3 Kambing 68,8 66,3 65,2 67,0 2,69 -2,69
4 Domba 44,9 46,8 44,4 45,7 2,84 1,75
5 Babi 212,0 224,0 232,1 245,6 5,50 13,68
6 Kuda 2,0 2,2 2,9 3,0 3,33 33,33
7 Ayam Buras 267,6 264,8 267,5 287,4 6,92 6,89
8 Ayam Ras Petelur 57,7 62,1 66,1 70,7 6,51 18,39
9 Ayam Ras Pedanging 1.214,3 1.337,9 1.400,5 1.479,8 5,36 17,94
10 Itik 26,0 28,2 30,1 31,0 2,90 16,13
11 Kelinci 0,1 0,2 0,4 0,4 0,00 75,00
12 Burung Puyuh - 0,1 6,9 7,2 4,17 98,61
13 Merpati 0,4 0,1 0,6 0,6 0,00 83,33
14 Itik Manila - - 3,6 3,6 0,00 0,00
Total 2.366,2 2.554,2 2.666,0 2.827,7 5,72 16,3Keterangan :1. Sumber data Statistik Ditjen PKH 20132. Pertumbuhan produksi daging Burung puyuh 2013 terhadap 20113. Pertumbuhan produksi daging itik manila 2013 terhadap 2012
4. *= angka sementara
3.3.2 Produksi Telur
Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,54 %, dan
pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian
tersebut hanya mencapai 99,89% dari target produksi telur tahun 2013 sebesar
1,72 juta ton. Sehingga dapat dinilai berhasil. Dengan capaian pertumbuhan yang
2222
cukup baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan upaya koordinasi yang lebih
intensif dengan stakeholders dalam mencapai target produksi. Selengkapnya
pada Tabel 5.
Tabel 5 Komoditas dan Produksi Telur Tahun 2010 - 2013(000 ton)
No KomoditasProduksi
2010 2011 2012 2013*
1 Ayam Buras 175,5 172,2 197,1 200,62 Ayam Ras Petelur 945,6 1.027,8 1.139,9 1.223,73 Itik 245,0 256,2 265,0 272,44 Burung Puyuh - - 15,8 16,15 Itik Manila - - 11,0 6,0
Total 1.366,2 1.456,2 1.628,7 1.718,9Sumber data : Data Statistik Ditjen PKH, 2013, *= angka sementara
3.3.3 Produksi Susu
Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton, jika dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton (Data Statistik Ditjen PKH 2013), maka
produksinya tumbuh 2,28%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari
target produksi susu 2013 sebesar 1,32 juta ton. Sehingga dapat dinilai cukup
berhasil. Bila dilihat tingkat pertumbuhan dan upaya yang belum fokus untuk
meningkatkan produksi susu dalam negeri, maka perlu dipertimbangkan untuk
menurunkan target pertumbuhan dan volume produksi susu pada tahun 2014
secara rasional.
3.3.4 Kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging
nasional meningkat.
Realisasi kontribusi daging sapi domestik tahun 2013 sebesar 19,29%, apabila
dibandingkan dengan targetnya sebesar 22,50% hanya mencapai 74,24% dan
meningkat 2,04% dibandingkan dengan kontribusi tahun 2012 sebesar 19,09%.
Sehingga dapat dinilai cukup berhasil. Peningkatan kontribusi ini, disebabkan
oleh meningkatnya jumlah produksi daging sapi dalam negeri sebesar 7,07%.
3.3.5 Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional
meningkat.
Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi ayam nasional, tahun 2013
sebesar 10,16% atau baru mencapai 85,73% (berhasil) dari targetnya sebesar
15,10% dan meningkat 1,28% bila dibandingkan dengan kontribusi daging tahun
2012 sebesar 10,03%. Selengkapnya pada Tabel 6.
2233
Tabel 6. Share Daging terhadap Total Produksi Daging Tahun 2012 dan 2013 PerKomoditas
No KomoditasProduksi (000 Ton) Share (%)
2012 2013* 2012 2013
1 Sapi 508,9 545,6 19,09 19,292 Kerbau 37,0 40,3 1,39 1,423 Kambing 65,2 67,0 2,45 2,374 Domba 44,4 45,7 1,66 1,625 Babi 232,1 245,6 8,71 8,696 Kuda 2,9 3 0,11 0,117 Ayam Buras 267,5 287,4 10,03 10,168 Ayam Ras Petelur 66,1 70,7 2,48 2,509 Ayam Ras Pedanging 1.400,5 1.479,8 52,53 52,33
10 Itik 30,1 31,0 1,13 1,1011 Kelinci 0,4 0,4 0,01 0,0112 Burung Puyuh 6,9 7,2 0,26 0,2513 Merpati 0,6 0,6 0,02 0,0214 Itik Manila 3,6 3,6 0,12 0,13Total 2.666,0 2.827,7 100 100
Sumber : Data Statistik Ditjen PKH 2013 yang diolah, *= angka sementara
3.3.6 Ketersediaan protein hewani asal ternak.
Ketersediaan tersebut telah mencapai 97,53% atau 6,73 g/kapita/tahun dari target
sebesar 6,90 g/kapita/tahun, sehingga dapat dinilai berhasil. Namun bila
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 6,93 g/kapita/tahun telah terjadi
penurunan sebesar 2,89%, atau jika dibandingkan dengan sasaran pertumbuhan
3,58% per tahun maka capaian tahun 2013 tidak mencapai sasaran
pertumbuhannya. Apabila dilihat dari pertumbuhan tahun 2013 terhadap tahun
2010, maka pertumbuhannya sebesar 8,62%. Selengkapnya pada Tabel 7 berikut
ini.
2244
Tabel 7. Ketersediaan Protein Hewani Asal Ternak 2010-2013
Sasaran Indikator 2010 2011 2012 2013Pertumbuhan
2012-2013(%)
Pertumbuhan2013 thd 2010
(%)
Meningkatnyaketersediaanproteinhewani asalternak
Ketersediaanprotein hewani asalternak per kapitameningkat 3,58%per tahun(g/kapita/hr)
6,15 6,53 6,93 6,73 -2,89 8,62
Keterangan :1. Sumber data Statistik Ditjen PKH 20132. Pertumbuhan produksi daging Burung puyuh 2013 terhadap 20113. Pertumbuhan produksi daging itik manila 2013 terhadap 2012,
4. *= angka sementara
3.3.7 Produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi
nasional (Sapi dan Kerbau)
Target produksi sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional
merupakan target swasembada daging sapi dan kerbau. Persentase produksi
daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging sapi dan kerbau
nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau mencapai 91,47% dari targetnya
sebesar 86,20%. Sehingga pencapaiannya dapat dinilai berhasil. Persediaan
daging sapi tahun 2013 berdasarkan angka sementara sebesar 577,00 ribu ton,
yang terdiri dari 439,00 ribu ton produksi lokal dan 118,00 ribu ton berasal dari
impor. Sementara persediaan daging sapi tahun 2012 sebesar 505,00 ribu ton,
yang terdiri dari 410,00 ribu ton produksi lokal dan 95,00 ribu ton berasal dari
impor. Hal yang menggembirakan adalah bukan hanya persediaan daging yang
meningkat pada tahun 2013, tetapi produksi daging lokal meningkat dari 410,00
ribu ton tahun 2012 menjadi 439,00 ribu ton tahun 2013 atau terjadi peningkatan
sebesar 29,00 ribu ton (7,07%). Peningkatan produksi daging lokal ini belum
dapat menekan proporsi daging impor dari semula 18,81% terhadap total
konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 21,11% tahun
2013. Hal ini disebabkan distribusi yang tidak efisien yang karena tidak
tersedianya sarana transportasi dan sarana bongkar muat di pelabuhan yang
memenuhi standar animal welfare sehingga terjadinya penurunan bobot badan
sekitar 30% serta kematian dan cacat mencapai 10%, dan adanya kebijakan
menghilangkan kuota impor menjadi harga referensi. Kegiatan-kegiatan yang
mendukung pencapaian sasaran Swasembada Daging Sapi dan kerbau di atas
yang dilaksanakan tahun 2012-2013, seperti pada Tabel 8 berikut.
2255
Tabel 8. Kegiatan-kegiatan Tahun 2012-2013 dalam rangka PencapaianSwasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014
No Kegiatan 20122013
%Target Realisasi
1 Penguatan Sapi/Kerbau Betina Bunting 2.008 klp 1.018 klp 1.070 klp 105,11
2 Pembibitan Sapi Potong/kerbau 64 klp 199 klp 165 klp 82,91
3 Integrasi Tanaman-Ruminansia 95 klp 231 Klp 230 klp 99,56
4 Pengembangan Hijauan Pakan Ternak 140 klp 291 klp 285 klp 97,98
5 Penanaman dan PengembanganTanaman Pakan Berkualitas
- 2.610.500stek
2.806.349stek
107,50
6 Peningkatan Kapasitas Petugas IB, PKBdan ATR
2.137orang
2.048orang
1.907orang
93,12
7 Produksi semen beku 4,16 jutadosis
4,32 jutadosis
5,19 jutadosis
120,12
8 Pengadaan Pejantan INKA 5.755ekor
2.754 ekor 2.298 ekor 83,44
9 Pengembangan Indukan Sapi 7.760ekor
2.170 ekor 2.170 ekor 100,00
10 Penguatan Kelembagaan InseminasiBuatan (IB)
3.269 unit 526 Unit 434 Unit 82,51
11 Penanggulangan Gangguan ReproduksiPada Sapi/Kerbau dan PenyakitParasiter
153.186dosis
672.181dosis
536.341dosis
79,79
12 Penguatan Kelembagaan KesehatanHewan
35 unit 111 unit 103 unit 92,79
13 Fasilitasi RPH 24 paket 43 Paket 42 Paket 97,67
14 Fasilitasi Kios Daging 22 Unit 30 Unit 30 Unit 100,00
Sumber data: Ditjen PKH, 2013
Secara umum terealisasi diatas 80%, kecuali kegiatan penanggulangan gangguan
reproduksi pada sapi/kerbau dan penyakit parasiter.
Capaian Visi, Misi dan Tujuan program Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan,
diukur dari tingkat capaian 4 (empat) sasaran strategis. Besarnya capaian empat
sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tujuh indikator
adalah 67,28% s.d 112,52, atau capaian rata-ratanya 90,65%. Nilai ini termasuk
dalam kategori berhasil. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2012 terjadi
kenaikan sebesar 1,12%.
Sedangkan Indikator capaian outcome Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
tidak dapat dinilai seluruhnya, disebabkan : 1) belum dilakukan pengukuran (belum
dilaporkan), khusus sasaran (1) tercapainya peningkatan produksi dan populasi
ternak, (2) tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan
pendayagunaan sumber daya lokal, dan (3) terkendali dan tertanggulanginya
penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis, 2) tidak tersedia dana
2266
melakukan pengukuran oleh penanggungjawab ditingkat eselon II. Secara rinci
capaian indikator outcome pada Lampiran 3
Untuk sasaran tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas bibit ternak dapat
dilaporkan sebagai berikut :
a. Penerapan Good Breeding Practices (GBP)
Lembaga pembibitan ternak yang telah menerapkan Good Breeding Practices
(GBP) sampai dengan tahun 2013 sebanyak 180 unit (67%) dari 269 unit
lembaga pembibitan ternak, keberhasilan yang dicapai untuk penerapan GBP
sebesar 0,17% atau 3,67% dibawah nilai ditargetkan yakni 3,75% (dinilai
berhasil). Capaian tersebut relatif rendah dari target yang ditetapkan
disebabkan kelompok pembibitan kerbau dan sebagian kelompok pembibit
sapi potong belum menerapkan pencatatan secara optimal.
b. Penguatan Kelembagaan Pembibitan
Realisasi indikator outcome penguatan kelembagaan perbibitan sesuai
dengan yang ditargetkan yakni 41,05% (dinilai berhasil). Jumlah kelembagaan
yang ada di perbibitan sama dengan tahun sebelumnya yakni UPT Perbibitan
sebanyak 10 unit, UPT Daerah sebanyak 26 unit, dan kelompok perbibitan
sebanyak 233 unit. Namun, secara kualitas terjadi peningkatan dari segi
penerapan sistem manajemen mutu dan penerapan SNI benih dan bibit
ternak.
Sedangkan sasaran terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan
persyaratan produk hewan non pangan dapat tercapai 439 ribu ton atau 92 % dari
target 474 ribu ton.
3.4 Kinerja Lainnya.
1) Kebutuhan semen beku nasional untuk pelaksanaan IB dipenuhi dari 2
(dua) Balai Inseminasi Buatan nasional yaitu BBIB Singosari dan BIB
Lembang serta lebih kurang 14 BIB Daerah (BIBD) yang tersebar
dibeberapa provinsi. Sesuai dengan makna swasembada, pembangunan
peternakan menekankan pada pemberdayaan dan optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mengurangi ketergantungan impor.
Saat ini Pejantan unggul di BBIB/BIB Nasional dan Daerah terdiri dari sapi
potong bangsa Ongole, Limousin, Simmental, Angus, Bali, Brahman,
Madura, dan sapi perah bangsa FH. Stok pejantan yang berada di BIB
Nasional dan BIBD berjumlah 565 ekor. Dari jumlah tersebut setiap
tahunnya dapat dihasilkan sebanyak 5,6 juta straw yang siap intuk di
2277
inseminasikan dan di ekspor. calon pejantan yang tersedia di B/BIB
nasional dan daerah sudah dapat mencukupi kebutuhan benih dan bibit di
Indonesia sebanyak 265 ekor. Maka dengan demikian kebutuhan akan
pejantan dapat dipenuhi di dalam negeri, sehingga kita tidak perlu lagi
import pejantan unggul. Dengan demikian Swasembada Bull telah
terpenuhi.
2) Pembibitan sapi potong di 3 Pulau tahun 2013 dilaksanakan di Pulo Raya
(Aceh), Pulau Sapudi (Jatim) dan Pulau Nusa Penida (Bali). Kegiatan ini
nantinya akan diarahkan kepemurnian sapi sapi yang ada di pulau tersebut
dan menjadikan pulau tersebut sebagai wilayah sumber bibit dan
mempertahankan Sumber Daya Genetik (SDG) hewan.
3) Penyakit anjing gila merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke
manusia dan beresiko tinggi terhadap tingkat kematian, serta berdampak
psikologis dan ekonomis. Hasil pengamatan (active surveillance) yang
dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, serta Balai Penyidikan dan Pengujian
Veteriner Regional III Bandar Lampung dalam jangka waktu empat Tahun
terakhir tidak ditemukan kasus penyakit anjing gila (rabies). Atas dasar
pertimbangan tersebut serta menindaklanjuti Pasal 45 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
maka Menteri Pertanian menyatakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Bebas Penyakit Anjing Gila (rabies) melalui Keputusan Menteri Pertanian
nomor : 4435/Kpts/PD.620/7/2013.
4) Pada tahun 2013 seluruh Direktorat Teknis lingkup Ditjen PKH telah
memiliki website dan telah dilakukan pembenahan domain website UPT
lingkup Ditjen PKH dengan mempertimbangkan regulasi yang berlaku
sesuai domainnya menggunakan ditjennak.deptan.go.id. Selain itu secara
bertahap seluruh pegawai Lingkup Ditjen PKH telah memiliki email
@deptan.go.id, untuk melihat perkembangan dan informasi terkait
peternakan dan kesehatan hewan dapat mengunjungi website :
http://ditjennak.deptan.go.id
5) Kegiatan uji zuriat sapi perah nasional bertujuan untuk memperoleh
pejantan FH unggul dan mengurangi ketergantungan impor pejantan
unggul. Realisasi kegiatan uji zuriat periode II B adalah jumlah Participated
Cow (PC) 3.427 ekor, PC bunting 1.541 ekor, kelahiran Daughter Cow
(DC) 635 ekor, DC yang masih ada sebanyak 487 ekor, DC bunting 64
2288
ekor, DC laktasi 37 ekor, sedangkan realisasi kegiatan uji zuriat periode II C
adalah jumlah PC 3.427 ekor, PC bunting 34 ekor
6) Pengembangan sapi potong melalui ranch peternakan di Nusa Tenggara
Timur dan Papua Barat merupakan sebuah proyek khusus yang
dilaksanakan untuk menindaklanjuti instruksi Presiden RI dalam
kunjungannya ke Pulau Sumba pada akhir tahun 2012 dan selaras dengan
program MP3EI serta mendukung program PSDSK. Proyek ini didukung
dengan anggaran On Top 2013, dan harus dilakukan dengan sangat
cermat, agar tujuan, sasaran dan keluaran yang diharapkan dapat tercapai
dengan baik. Kegiatan fisik yang dapat tercapai dalam pelaksanaan
kegiatan sampai dengan akhir tahun anggara 2013 adalah : a) Perbaikan
padang penggembalaan seluas 1.060 hektar atau 23,1 persen pada 98
kelompok peternak sapi potong di Provinsi NTT dan Papua Barat; b)
Pengembangan 103 hektar kebun hijauan pakan ternak pada 16 kelompok
peternak sapi potong di Provinsi NTT (kab. Belu, dan Kupang) dan 90
hektar kebun hijauan pakan di Fakfak, Papua Barat; c) Pembangunan
gudang pakan pada 36 kelompok peternak sapi potong di Provinsi NTT dan
1 unit gudang pakan di Fakfak Papua Barat, realisasi 8 unit di Kabupaten
Belu dan 5 unit di Kabupaten Kupang atau 38%. Sisa target pekerjaan
(62%) masih dalam tahap penyelesaian pembangunan oleh pihak ketiga,
dengan penambahan waktu pelaksanaan dengan penjaminan bank
setempat; d) Pengadaan ternak sapi sebagai upaya penguatan kelompok,
realisasi 4.953 ekor atau 49,9%, terdiri dari NTT 1.873 ekor atau 29,35%
dan Papua Barat 3.080 ekor atau 73,68%.
7) Program percepatan pembangunan dan pemberdayaan ekonomi
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tahun 2013 di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, merupakan kegiatan Direktif Presiden, dengan melibatkan
16 kementerian/lembaga negara dan sebagai koordinator kegiatan adalah
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Pada tahun 2013,
kegiatan MBR ini dilaksanakan di 8 kabupaten/kota, yang meliputi :
pengembangan budidaya Sapi sebanyak 92 kelompok, pengembangan
budidaya babi 46 kelompok, pembangunan infrastruktur embung 26 unit,
tata kelola air 27 paket, dan puskeswan 10 unit.
8) Provinsi Jawa Timur adalah merupakan gudang ternak sehingga menjadi
daerah utama produsen produk pangan hewani di Indonesia. Kegiatan
Pengembangan Sapi dan Kambing di Pulau Madura Tahun 2013 bertujuan
untuk menarik investasi melalui pengembangan komoditas peternakan
2299
sebagai upaya peningkatan perekonomian di Pulau Madura khususnya
koridor II MP3EI, mendorong investasi baru PMA dan PMDN di bidang
industri Peternakan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat khusunya peternak di Pulau Madura melalui usaha peternakan
serta meningkatkan optimasi potensi sumber daya lokal untuk sebesar-
besarnya kepentingan masyarakat lokal. Kegiatan yang terkait meliputi
Kegiatan Pengembangan Kapasitas Petugas IB, PKB dan ATR, Kegiatan
Optimalisasi INKA, Kegiatan Pengembangan Budidaya Kambing Perah,
Pengembangan Lumbung Pakan (LP) Ruminansia, Kegiatan Penguatan
Puskeswan, Kegiatan Penanggulangan Gangguan Reproduksi,
Pembangunan Laboratorium Tipe C, dan Penambahan Indukan Sapi.
3.5 Akuntabilitas Keuangan
1) Alokasi Anggaran.
Anggaran Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 awalnya adalah
sebesar Rp 2,29 triliun, namun terdapat penghematan nasional sebesar
Rp 193,82 milyar dan revisi satker pusat sebesar Rp 22,67 milyar. Selain
itu APBN Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan juga mendapatkan
alokasi dana Direktif Presiden (on top) sebesar Rp 618,06 milyar,
sehingga total anggaran menjadi Rp 2,73 triliun. Dibandingkan anggaran
tahun sebelumnya yaitu Rp. 2,57 triliun terdapat kenaikan 5,86%.
2) Realisasi Keuangan .
Realisasi anggaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp
2,35 triliun atau 85,97% dari total anggaran Rp 2,74 triliun. Realisasi
anggaran per Unit Kerja, Jenis Belanja adalah sebagai berikut :
(1) Realisasi Per Unit Kerja
Berdasarkan alokasi anggaran Unit Kerja realisasi anggarannya
sebagai berikut: realisasi kantor pusat sebesar Rp. 273,6 milyar atau
tercapai 90,98% dari pagu Rp. 300,8 milyar; Kantor daerah sebesar
Rp. 420,7 milyar atau tercapai 85,60% dari pagu Rp. 491,5 milyar;
Dekonsentrasi sebesar Rp. 263,4 milyar atau tercapai 86,38% dari
pagu Rp. 304,9 milyar; TP Provinsi sebesar 1,11 triliun atau tercapai
88,0% dari pagu Rp. 1,27 triliun; TP Kabupaten sebesar Rp. 279,3
milyar atau tercapai 75,14% dari pagu Rp. 371,7 milyar.
3300
(2) Realisasi Per Jenis Belanja
Berdasarkan alokasi anggaran per jenis belanja realisasi
anggarannya sebagai berikut : realisasi belanja pegawai sebesar
91,08% atau Rp. 118,5 milyar dari pagu sebesar 130,1 milyar;
belanja barang sebesar 84,45% atau Rp. 1,74 triliun dari pagu
sebesar Rp. 2,07 triliun; belanja modal sebesar 75,1% atau 150,5
milyar dari pagu sebesar 200,4 milyar; belanja sosial sebesar
99,69% atau 338,03 milyar dari pagu sebesar Rp. 339,06 milyar.
(3) Realisasi Per Kegiatan
Realisasi anggaran per kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut : (1)
Kegiatan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit
Dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal terealisasi sebesar
91,24% atau Rp.521,46 miliar; (2) Kegiatan Peningkatan Produksi
Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya Lokal terealisasi
sebesar 86,60% atau Rp.667,28 miliar; (3) Kegiatan Peningkatan
Produksi Pakan Ternak Dengan Pendayagunaan Sumber Daya
Lokal terealisasi sebesar 75,42% atau Rp.503,39 miliar ; (4)
Kegiatan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis terealisasi sebesar 92,60%
atau Rp.361,43 miliar; (5) Kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan
Yang Aman dan Halal Serta Pemenuhan Persyaratan Produk Hewan
terealisasi sebesar 92,62% atau Rp.183,93 miliar; (6) Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Pada
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terealisasi
sebesar 83,40% atau Rp.118,01 miliar.
Apabila dilihat kinerja realisasi keuangan tahun 2013 sebesar 85%, menurun
dibanding tahun 2012 sebesar 92%. Serapan anggaran tahun 2013 tersebut tidak
tercapai sesuai target, secara umum dikarenakan: 1) Tidak selesainya
pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526; 2) Proses tender gagal tidak ada
yang menawar untuk tender ulang sudah tidak dimungkinkan waktunya; 3) Terjadi
penghematan pada proses tender.
3311
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum kinerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
pada tahun 2013 ditunjukkan dengan keberhasilan dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan. Capaian kinerja diuraikan sebagai berikut :
1) Capaian empat sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
terealisasi antara 67,28% s.d 112,52%. Apabila dirata-ratakan realisasi
target dengan tujuh indikator, maka terealisasi 90,65% atau masuk dalam
kategori berhasil.
2) Produksi daging secara nasional tahun 2013 tercapai 2,83 juta ton, jika
dibandingkan produksi tahun 2012 sebesar 2,66 juta ton, maka
produksinya tumbuh sebesar 6,06%. Bila dibandingkan dengan target
4,25%, maka kinerja pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian
produksi daging tersebut, mencapai 2,83 juta ton dari target produksi
daging 2013 sebesar 2,51 juta ton. Capaian produksi daging tahun 2013
yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah melampaui target yang
ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014 sebesar 2,66 juta ton.
Sehingga perlu dipertimbangkan untuk merevisi target volume produksi
daging tahun 2014.
3) Produksi telur secara nasional tahun 2013 tercapai 1,71 juta ton, jika
dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 1,62 juta ton, maka produksinya
tumbuh 5,54 %, dan pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar
4,42%. Namun capaian tersebut hanya mencapai 99,89% dari target
produksi telur tahun 2013 sebesar 1,72 juta ton. Dengan capaian
pertumbuhan yang cukup baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan
upaya koordinasi yang lebih intensif dengan stakeholders dalam mencapai
target produksi.
4) Produksi susu nasional tahun 2013 tercapai 0,98 juta ton , jika dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 0,95 juta ton, maka produksinya tumbuh
2,28%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 73,83% dari target produksi
susu 2013 sebesar 1,32 juta ton. Bila dilihat tingkat pertumbuhan dan upaya
yang belum fokus untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri, maka
perlu dipertimbangkan untuk menurunkan target pertumbuhan dan volume
produksi susu pada tahun 2014 secara rasional.
3322
5) Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total
daging sapi dan kerbau nasional tahun 2013 sebesar 78,85% atau
mencapai 91,47% dari targetnya sebesar 86,20%. Persediaan daging sapi
tahun 2013 berdasarkan angka sementara sebesar 577,00 ribu ton, yang
terdiri dari 439,00 ribu ton produksi lokal dan 118,00 ribu ton berasal dari
impor. Sementara persediaan daging sapi tahun 2012 sebesar 505,00 ribu
ton, yang terdiri dari 410,00 ribu ton produksi lokal dan 95,00 ribu ton
berasal dari impor. Hal yang menggembirakan adalah bukan hanya
persediaan daging yang meningkat pada tahun 2013, tetapi produksi daging
lokal meningkat dari 410,00 ribu ton tahun 2012 menjadi 439,00 ribu ton
tahun 2013 atau terjadi peningkatan sebesar 29,00 ribu ton (7,07%).
Peningkatan produksi daging lokal ini belum dapat menekan proporsi
daging impor dari semula 18,81% terhadap total konsumsi daging sapi
nasional pada tahun 2012 meningkat menjadi 21,11% tahun 2013. Hal ini
disebabkan distribusi yang tidak efisien yang karena tidak tersedianya
sarana transportasi dan sarana bongkar muat di pelabuhan yang memenuhi
standar animal welfare sehingga terjadinya penurunan bobot badan sekitar
30% serta kematian dan cacat mencapai 10%, dan adanya kebijakan
menghilangkan kuota impor menjadi harga referensi.
6) Realisasi penyerapan anggaran mencapai 85,97% atau Rp 2,35 triliun.
Persentase serapan anggaran terbesar adalah di satuan kerja Kantor Pusat
(90,98%), kemudian berturut-turut diikuti satuan kerja Tugas Pembantuan
Provinsi (88%), Dekonsentrasi (86,38%), Kantor Daerah/UPT (85,60%) dan
Tugas Pembatuan Kab (75,14%).
7) Serapan anggaran tidak mencapai 100% dikarenakan: 1) Tidak selesainya
pelaksanaan kontrak belanja barang akun 526; 2) Proses tender gagal tidak
ada yang menawar untuk tender ulang sudah tidak dimungkinkan waktunya;
3) Terjadi penghematan pada proses tender.
4.2.Rencana Tindak Lanjut.
Dalam upaya memperkuat pencapaian PSDSK pada tahun 2014 melalui
penyediaan daging sapi lokal minimal sebesar 90% dari kebutuhan nasional,
maka beberapa kegiatan terobosan yang akan dilakukan antara lain :
3333
5) Refokusing kegiatan dan anggaran dilakukan melalui (1) memperkuat
komitmen daerah dalam pencapaian target populasi dan produksi ternak,
(2) melakukan penetapan wilayah IB, INKA, Perbibitan dan budidaya, (3)
melaksanakan pembangunan melalui pendekatan kawasan, (4)
menginisiasi penerbitan regulasi bidang peternakan, dan (5) memperkuat
kelembagaan dan SDM peternakan dan Kesehatan Hewan.
6) Dalam meningkatkan produksi dan produktivitas ternak, ketersediaan dan
kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat diperlukan. Untuk itu perlu
disediakan adanya lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan
ternak dan padang pengembalaan. Peningkatan produksi hijauan makanan
ternak yang berkualitas dilakukan melalui perluasan areal kebun hijauan
makanan ternak dan padang penggembalaan yang ada. Perluasan areal ini
menambah baku lahan melalui pembukaan lahan baru dan atau
pemanfaatan lahan-lahan yang sementara tidak diusahakan. Padang
penggembalaan merupakan lahan yang ditanami rumput unggul atau
legume yang digunakan untuk menggembalakan ternak. Kegiatan
Pengembangan Padang Penggembalaan termasuk salah satu kegiatan
strategis Direktorat Pakan Ternak Tahun 2014. Kegiatan pengembangan
padang penggembalaan akan dilaksanakan di 3 Kabupaten yaitu
Kabupaten Bener Meriah yang terletak di Provinsi Aceh, Kabupaten Poso di
Provinsi Sulawesi Tengah, dan Kabupaten Dompu di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Dana yang dianggarkan sebesar Rp. 15 milyar.
7) Penyediaan angkutan khusus ternak dari kawasan-kawasan sentra melalui
koordinasi intensif dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian
Negara BUMN. Kegiatan ini akan mendorong kelancaran angkutan sapi dan
daging dari sentra produksi melalui jalur darat (kereta api) dan laut (kapal
khusus ternak).
8) Optimalisasi integrasi ternak sapi dengan tanaman perkebunan kelapa
sawit. Perkebunan kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan sapi
potong melalui penyediaan pakan dari hasil sampingan kebun dan limbah
sawit. Disamping itu mampu meningkatkan produktivitas kebun melalui
pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi.
3355
Lampiran 2. Rekapitulasi SDM Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
berdasarkan pendidikan terakhir Tahun 2012-2013
Tahun S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Jumlah
2013 15 458 421 17 12 184 2 844 87 120 2.160
2012 17 440 445 17 15 191 4 884 93 134 2.240
3366
Lampiran 3.Capaian Indikator Kinerja Outcome Ditjen Peterakan dan Kesehatan
Hewan Tahun 2013
Sasaran Indikator Kinerja Outcome Target Realisasi Capaian
Tercapainya peningkatan
produksi dan populasi ternak
4 Manajemen pemeliharaan 22.30% BL
5 Angka kelahiran sapi potong 20.83% BL
6 Peningkatan indeks distribusi
sapi/kerbau
65.50% BL
Tercapainya peningkatan
produksi pakan ternak dengan
pendayagunaan sumber daya
lokal
Pertambahan berat badan harian sapi:
a. Sapi lokal (Bali, Madura, Aceh)
0.4-0.6 Kg BL
b. Sapi Sumba Ongole dan
Peranakan
0.6-0.8 Kg BL
c. Sapi Persilangan (Brahman,
Limosin, Simental)
1.2-1.4 Kg BL
Terkendali dan tertanggulanginya
penyakit hewan menular strategis
dan penyakit zoonosis
1. Tingkat kematian sapi 1.53% BL
2. Tingkat kesakitan sapi 30% BL
Tercapainya peningkatan
kuantitas dan kualitas benih dan
bibit ternak
1. Penerapan Good Breeding
Practices
3.75% 3.67% 97,87
2. Penguatan kelembagaan
perbibitan
41.05% 41,05% 100%
Terjaminnya pangan asal hewan
yang ASUH dan pemenuhan
persyaratan produk hewan non
pangan
Penyediaan daging sapi/kerbau lokal 474.410 ton 439.000
ton
92%
Top Related