MAKALAH
CHOLESISTITIS
O L E H
THERESIA ERMY WODO
NIM : 2001 032
PEMBIMBING : SIMON. S. KLADEN, Skp, Ns
POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2003
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hati merupakan organ yang berperan pada hampir semua fungsi metabolik
tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas yang
berbeda. Pembentukan dan sekresi empedu merupakan fungsi utama hati.
Empedu merupakan suatu cairan isosmotik yang mengandung kira-kira 97
% air (Sodeman ; 1995, 599). Selain menyimpan, mengangkut, dan
memngeluarkan empedu, kandung empedu juga berfungsi memekatkan empedu.
Empedu sendiri mengandung garam-garam empedu yang bersifat amfipatik,
pigmen empedu, dan bahan lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis.
Kandung empedu sendiri mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu, yang
akan disalurkan ke duodenum oleh adanya relaksasi sfingter oddi.
Pengetahuan mengenai metabolisme garam empedu sangat penting karena
garam empedu dibutuhkan untuk dua fungsi penting, yakni :
1. Pelarutan miselar pada arbsorbsi lemak dalam makanan.
2. Pemeliharaan kolesterol empedu dalam larutan (Sodeman ; 1995, 600).
Empedu akan disekresikan setiap hari. Sebagian komponen empedu
diserap ulang dalam usus, kemudian dieksresikan kembali oleh hati (sirkulasi
enterohepatik) (Ganong;1998, 487 ).
Karena itu kandung empedu juga memegang peranan yang sangat penting
dalam proses metabolik tubuh. Apabila terjadi perubahan konsentrasi pada
komponen empedu maka akan dapat berakibat fatal pada fungsi empedu seperti
cholesistitis yang merupakan diagnosa penyerta dari adanya batu empedu
(kolelitiasis).
B. Pokok Bahasan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai cholesistitis baik akut maupun
kronik yang meliputi pengertian, etiopathofis, gejala klinik dan komplikasi, studi
diagnosa dan penemuan. Kemudian dilanjutkan dengan asuhan keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnnosa keperawatan, intervensi,
implementasi sampai dengan evaluasi.
C. Tujuan
1. Umum.
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme dari
penyakit cholesistitis.
2. Khusus.
Agar mahasiswa mampu :
Mendefinisikan pengertian cholesistitis.
Mennyebutkan etiologi dengan benar.
Menjelaskan patofisiologis dari colesistitis.
Menyebutkan maniffestasi klinik cholesistitis.
Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien dengan cholesistitis dimulai
dari pengkajian, analisa data, merumuskan diagnosa, intervensi,
implementasi sampai evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Cholesistitis adalah suatu inflamasi pada kandung empedu secara akut atau
kronik dan biasa terjaddi akibat penggendapan batu empedu (Mosby;1991, 1363).
B. Etiologi
Diperkirakan bahwa adanya sumbatan yang dikombinasi dengan infeksi
bakterial merupakan salah satu penyebab dari adanya cholesistitis akut. Sumbatan
tersebut terjadi karena adanya batu empedu yang terbentuk akibat perubahan
komposisi empedu.
Batu-batu empedu tersebut bisa tedapat di duktus koledukus, duktus
hepatikus, dan duktus pankreas. Sumbatan batu empedu dapat mengakibatkan
distensi kandung empedu serta gangguan aliran darah dan limfe dan bakteri
komensal kemudian berkembang biak. Adapun jenis-jenis batu dapat
diklasifikasikan berdasarkann substansi yang membentuknya yaitu batu yang
berasal dari bilirubin dan yang berasal dari kolesterol.
Batu pigmen Batu kolesterol
Penampilan
Warna
Pembentukan
Pasca kolesistektomi
Penyakit yang berkaitan
Tepi bergerigi
Cokelat kemerahan tua
Intraduktus
Dapat kambuh
Keadaan hemolitik sirosis
investasi parasit
Permukaan halus
Bening
Di dalam vesika felea
Jarang kambuh
Kolesterol berlebihan
Jenis batu empedu, disadur dari ( “ Sodeman patofisiologi ” tab. 31-2 Hal.603 ).
C. Phatofisiologi
Ada beberapa faktor spesifik yang mendukung terbentuknya batu empedu
yaitu; faktor metabolis, stasis dan peradangan.
1. Faktor metabolis.
Peningkatan salah satu dari tiga komponen utama empedu (asam empedu,
bilirubin dan kolesterol) dapat mendukung terbentuknya batu. Metabolisme
kolesterol yang tidak sempurna sering dijumpai pada orang dengan obesitas,
grafida, diabetes dan hypotiroidisme.
2. Statis.
Penimbunan bilirubin dalam kandung empedu akann mengakibatkan
penyerapan air yang berkelebihan dan darah empedu akan membantu
mempercepat proses terbentuknya batu.
3. Peradangan.
Mukosa kandung empedu yang sebenarnya tidak permiabel akan menjadi
permiabel dan asam empedu yang membantu melarutkan kolesterol diserap
sehingga kolesterol gagal dilarutkan.
Setelah batu terbentuk, maka akan menimbulkan nekrosis, tekanan dan
infeksi pada dinding saluran empedu. Akibanya akan terjadi kejang dan nyeri
akibat peradangan. Cholesistitis kronik merupakan perpanjangan cholesistitis
akut. Namun cholesistitis kronik lebih banyak disebabkan oleh mekanikal dan
injuri bahan kimia olehh batu empedu, akibat scar dan ulcer pada dinding saluran
empedu. Pada cholesisttitis kronik dapat terjadi infeksi bakteri, dan pada saluran
empedu akan terlihat putih mutiara dan cairan empedu menjadi keruh.
Perdangan pada cholesistitis akut dan kronik akan merangsang respon
tubuh. Nyeri dapat terjadi akibat hambatan aliran empedu. Selain menimbulkan
nyeri, peradangan juga dapat mengakibatkan tendernes ( lunak ) pada saluran
kanan atas. Pada cholesistitis kronis dapat terjadi abstraksi dalam jangka waktu
yang lama dan mengakibatkan gangguan fungsi gastrointestinal dan joundice.
Pathofisiologi pathway :
Faktor Spesifik
Metabolisme Statis Peradangan
Peningkatan salah Satu(asam empedu, bilirubin,
kolesterol).
Bilirubin tertimbun Mukosa kandungan empedu menjadi pemiabel
Terbentuk batu
Nekrois tekanan dan infeksiSaluran empedu
Kejang, nyeri (radang)
Acut Radang, Istemia
Kronik Akibat mekanisme dan kimia batu empedu
Infeksi sekunder dari sejumlah organisme melalui pembuluh darah dan ke lime
Penebalan dinding saluranEmpedu
Kendung empedu membesar dan keras (dinding akan variabel dan nekrotik)
Muncul infeksi bakteri sekunder
Radang pada selaput perut Kandung empedu tampak bulat putih dan berisi empedu yang keruh
Manifestasi klinik(akut dan kronik)
D. Manifestasi klinik dan komplikasi
1. Cholesistitis akut
Penyerapan air >> (garam empedu mempercepat)
Dapat melekat pada dinding abdomen atau dinding sekitar
Nyeri hebat pada epigastrium kanan atas secara mendadak, lalu akan
menyebar ke punggung dan bahu kanan.
Penderita berkeringat banyak dan gelisah.
Nausea dann vomiting.
Nyeri dapat berlangsung lama dan dapat kambuh lagi.
Bila sakit mereda, maka nyeri dapat terjadi di atas kandung empedu,
gejala nyeri akan bertambah bila makan banyak lemak.
Demam dan ikterus (bila terdapat batu di duktus koledokus dan
sistikus).
2. Cholesistitis kronis
Manifestasi klinis cholesistitis kronik hampir sama dengan cholesistitis akut
tetapi beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik tak kelihatan. Komplikasi yang
biasa terjadi adalah adanya infeksi kandung empedu serta obstruksi pada
duktus sistikus atau duktus koledokus.
E. Studi diagnosa dan penemuan
1. Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan adanya leukositosis,
hiperbilirubinemia, dan peninggian alkali – fosfatase.
2. Pemeriksaan radiologik :
a. Ultrasound : menyatakan kalkuli, distensi kandung empedu/duktus
empedu.
b. Kolesistogram (untuk cholesistitis kronik) menyatakan adanya batu pada
kandung empedu.
c. Skan CT : menyatakan kista kandung empedu, dilaktasi duktus empedu
dan membedakan antara ikterik obstraksi/non obstraksi
d. Foto abdomen (multi posisi) : menyatakan gambaran radiology
(klasifikasi) batu empedu, klasifikasi dinding atau pembesaran kandung
empedu.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
1. Data subjekif
a. Adanya gangguan rasa nyaman/nyeri : lokasi,
lama, beratnya, aktor pencetus.
b. Pada gastrointestinal : nausea, vomiting,
anorexia, eruction, tidak toleransi pada makanan berlemak, perubahan
warna urine dan faeces.
c. Riwayat demam dan menggigil, serangan
jaundice.
d. Masalah pengetahuan tentang pengobatan dan
harapan akan pengobatan.
2. Data objektif
a. Tanda vital : TD, nadi, pernapasan dan suhu meningkat.
b. Status cairan : BB, turgor kulit, mukosa membran lembab, intake
dan out put.
c. Adanya jaundice.
d. Distensi abdomen, tendernes pada kuadran kanan atas.
e. Wajah menahan nyeri, perilaku berhati-hati dan gelisah.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Potensial kekurangan volume cairan tubuh b/d Nausea, vomiting, penurunan
intake,demam.
Goal : pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang
adekuat selama perawatan.
Objective : -. Dalam jangka waktu 24 jam mukosa mulut lembab, turgor
kulit normal dan TTV dalam batas normal.
-. Dalam jangka waktu 2 – 3 Jam pasien tidak menunjukkkan
gejala mual muntah.
2. Potensial terjadi injuri dan pendarahan b/d gangguan obstruksi vitamin K.
Goal : pasien akan mempertahankan keutuhan / integritas kulit selama
dalam perawatan.
Objective : pasien tidak akan menunjukkan tanda-tanda pendarahan dan
kerusakan integritas kulit.
3. Nyeri b/d agen cedera biologis : obstruksi/spasemen duktus, proses inflamasi,
iskemia jaringan/nekrosis.
Goal : pasien akan menunjukkan perasaam nyaman selama perawatan.
Objective : dalam jangka waktu 1 – 2 Jam pasien akan menunjukkan perasaan
nyaman dan perilaku nyeri hilang.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah dyspepsia
dan gangguan pencernaan lemak sehubungan dengan obstruksi aliran empedu.
Goal : pasien akan pertahankan pola nutrisi yang adekuat selama perawatan.
Objective : -. Dalam jangka waktu 1 – 2 Jam mual / muntah akan berhenti.
-. Pasien akan menghabiskan porsi makan yang diberikan setiap
kali makan.
5. Kurang pengetahuan b/d kurang terpapan informasi
Goal : pasien akan memahami tentang penyakit dan berpartisipasi dalam
program pengobatan selama pengobatan.
Objective : dalam jangka waktu 30 menit setelah penjelasann pasien dapat
menjelaskan gambaran penyakit secara umum.
III. Intervensi (perencanaan)
Diagnosa Intervensi Rasional
1. Potensia
l
kekurangan
volume
cairan b/d
Nausea,
vomiting;
penurunan
intake
demam.
Kaji membran mukosa / kulit,
nadi perifer dan pengisian
kapiler.
Awasi tanda / gejala
peningkatan / berlanjutnya
mual muntah, keram
abdomen,kelemahan kejang,
kejang ringan, kecepatan
jantung tak teratur,
parestesia, hipoaktif/ tak
adanya bising usus, depresi
pernapasan.
Hindarkan lingkungan yang
berbau.
Lakukan kebersihan oral
dengan pencuci mulut :
berikan minyak.
Memberikan informasi
tentang status cairan /
volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian.
Muntah berkepanjangan,
aspirasi gaster dan
pembatasan pemasukan
oral dapat menimbul-
kan defisit natrium,
kalium dan klorida.
Menurunkan rangsangan
pada pusat muntah.
Menurunkan kekeringan
membran mukosa, menu-
runkan resiko pendara-
Kaji pendarahan yang tak
biasanya.Contoh :
pendarahan terus-menerus
pada sisi injeksi, mimisan,
pendarahan gusi, ekimosis,
petekkie, hematemesis /
melemah.
Kolaborasi
Masukkan selang NG,
hubungkan ke penghisap
dan pertahankan potensi
sesuai indikasi.
Berikan anti emetik, contoh :
proglorperazin (compazine).
Kaji ulang pemeriksaan
laboratorium. Contoh :
Ht/Hb, elektrolit; GDA (pH);
waktu pembekuan.
han oral.
Protrombin menurun dan
waktu koagulasi
memanjang bila aliran
empedu terhambat,
meningkatkan resiko
pendarahan/ hemonagi.
Memberikan istirahat
pada traksus GI.
Menurunkan mual dan
mencegah muntah.
Membantu dalam eva-
luasi volume sirkulasi,
mengidentifikasi defisit
dan mempengaruhi
pilihan intervensi atau
penggantian/koreksi.
2. Potensia
l terjadi
injuri dan
pendarahan
b/d
gangguan
obstruksi
vitamin K.
Berikan cairan IV, elektrolit
dan vitamin K.
Lakukan tekanan pada area
bekas injeksi ( vena + 5
menit, arteri + 10 menit )
dan gunakan jarum terkecil
untuk menyuntik.
Gunakan sikat gigi lembut
dan kain penyeka, Bantu
pasien untuk beraktivitas
sehingga tak jatuh, pasien
memakai sepatu / sendal bila
berjalan.
Kolaborasi
Berikan vitamin K sesuai
aturan.
Observasi dan catat lokasi,
Mempertahankan
volume sirkulasi dan
memperbaiki ketidak-
seimbangan.
Menurunkan trauma,
resiko pendarahan/pem-
bentukan hematoma.
Menghindari resiko
tinggi teradap cedera dan
pendarahan.
Memperbaiki ketidak-
seimbangan.
Membantu membedakan
3. Nyeri b/d
agen cedera
bioplogis :
obstruksi/s
pasme
duktus,
proses
inflamasi,
iskemia
jaringan/
nekrosis.
beratnya (skala 0 – 10) dan
karakter nyeri (menetap,
hilang timbul, kolik).
Tingkatkan tirah baring,
biarkan pasien melakukan
posisi yang nyaman.
Gunakan sprei halus/katun ;
cairan kalamin ; minyak
mandi (Alpha keri), kompres
dingin sesuai indikasi.
Dorong menggunakan
tekhaik relaksasi, contoh
bimbingan imajinasi,
vasualisasi, latihan nafas
dalam.
penybab nyeri dan
memberikan informasi
tentang kemajuan/perbai-
kan penyakit, dan
terjadinya komplikasi.
Tirah baring pada posisi
fowler rendah
menurunkan tekanan
intraabdomen ; namun
pasien akan melakukan
posisi yang menghilang-
kan nyeri secara alamiah.
Menurunkan iritasi/kulit
kering dan sensasi gatal.
Menigkatkan isirahat,
memusatkan kembali
perhatian, dapat
meningkatan koping.
4. Perubahan
nutrisi
kurang dari
Kolaborasi
Perahankan status puasa,
masukan/pertahankan
penghisapan NG sesuai
indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi:
Antikolinergik,
contoh : atropin,
propantelin (pro-
Banthine).
Sedatif, contoh
fenobarbital.
Narkotik, contoh :
meperidine hidroklorida
(Demerol), morfin sulfat
Kaji distensi abdomen,
Membuang secret gastes
yang merangsang
pengeluaran
kolesistokinin dan
kontraksi kandung
empedu.
Menghilangkan refleks
spasme/kontraksi otot
halus dan membantu
dalam manajemen nyeri.
Meningkatkan istirahat
dan merilekskan otot
halus, menghilangkan
nyeri.
Memberikan penurunan
nyeri hebat.
Tanda-tanda non-verbal
ketidak-nyamanan b/d
kebutuhan
tubuh b/d
mual/mun-
tah,
dyspepsia
dan
gangguan
pencernaan
lemak
sehubungan
dengan
obstruksi
aliran
empedu.
berhati-hati, mendadak
bergerak.
Kaji/hitung pemasukan
kalori.
Timbang BB sesuai indikasi.
Berikan suasana
menyenangkan pada saat
makan, hilangkan
rangsangan berbau.
Berikan kebersihan oral
sebelum makan.
Ambulasi dan tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi.
Kolaborasi
Konsul dengan ahli diet/tim
pendukung nutrisi sesuai
indikasi.
gangguan pencernaan.
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
nutrisi.
Mengawasi keefektifan
rencana diet.
Untuk meningkatkan
nafsu makan/menurun-
kan mual.
Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu
makan.
Membantu dalam
mengeluarkan flatus dan
penurunan distensi
abdomen.
Berguna dalam membuat
kebutuhan nutrisi
individual melalui rute
yang paling tepat.
5. Kurang
pengtahuan
b/d kurang
terpapar
informasi.
Mulai diet cair rendah lemak
Setelah selang NG di lepas.
Berikan garam empedu,
contoh : biliron : zanchol :
asam dehidrokoik (decholin)
sesuai indikasi.
Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh : BUN,
albumin/protein serum,
kadar transferin.
Berikan penjelasan atau alas
an tes dan persiapannya.
Kaji ulang proses penyakit /
Pembatasan lemak
menurunkan rangsangan
pada kandung empedu
serta mencegah
kekambuhan.
Meningkatkan
pencernaan dan absorbsi
lemak, vitamin larut
dalam lemak, kolesterol.
Berguna pada kolesitis
kronis.
Memberkan informasi
tentang kekurangan
nutrisi/keefektifan terapi.
Informasi menurunkan
cemas, dan rangsangan
simpatis.
Memberikan dasar
pengetahuan dimana
progosis. Diskusikan
perawatan dan pengobatan.
Diskusikan program
penurunan BB bila
diindikasikan.
Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan/minu-
man tinggi lemak.
Anjurkan istirahat pada
posisi semi-fowler setelah
makan.
pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan
informasi.
Kegemukan adalah
factor resiko yang
dihubungkan dengan
kolesistitis.
Mencegah/membatasi
terulangnya serangan
kandung empedu.
Meningkatkan aliran
empedu dan relaksasi
umum selama proses
pencernaan awal.
IV. Implementasi
Diagnosa I :
1. Mengkaji membran mukosa/kulit, nadi perifer dan pengirian kapiler.
2. Mengawasi tanda/gejalah peningkatan/berlanjutnya mual muntah, kram
abdomen, kejang, kecepatan jantung, pernapasan dan bising usus.
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman (bebas dari bau).
4. Membnatu pasien membersihkan oral dengan pencuci mulut (minyak).
5. Mengkaji perdarahan yang tidak biasanya terjadi.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk memasang selang NG, pemberian anti emetik
dan memberikan IV, elektrolit serta Vitamin K.
7. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa II :
1. Melakukan tekanan yang lebih lama pada area bekas injeksi dan untuk
menyuntik menggunakan arum yang terkecil.
2. Menggunakan sikat gigi lembut dan kain penyeka, membantu pasien
beraktvitas, mengajurkan pasien menggunakan sandal/sepatu.
3. Kolabrasi untuk memberikan vitamn K sesuai aturan.
Diagnosa III :
1. Mengobservasi dan mencatat lokasi nyeri, berat (skala 0-10) dan karakter
nyeri.
2. Membiarkan pasien melakukan posisi yang nyaman dan meningkatkan tirah
baring.
3. Memasang sprei halus/katun, melakukan kompres dingin/lembab dan
memberikan cairan kalamin.
4. Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi.
5. Mempertahankan status puasan, masukan/mempertahankan pengisapan NG
sesuai indikasi.
Diagnosa IV :
1. Menkaji distensi abdomen, pemasukan kalori dan respon (berhati-hati,
menolak) serta BB.
2. Menciptakan suasana nyaman yaitu kebersihan oral sebelum makan,
menghilangkan rangsangan berbau.
3. Meningkatkan aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi tindakan kolaborasi.
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli diet/tim pendukung nutrisi.
5. Memberikan diet cair rendah lemak setelah selang NG dilepas dan
memberikan garam empedu.
6. Mengkaji kembali pemeriksaan laboratorium.
Diagnosa V :
1. Menjelaskan alas an tes persiapannya.
2. Mendiskusikan penurunan BB bila diindikasikan serta perawatan dan
pengobatan.
3. Mengkaji ulang proses penyakit/prognosis.
4. Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
5. Menganjurkan agar pasien beristirahat pada posisi semi-fowler setelah makan.
Jenis prosedur operasi yang dapat dilakukan dan didefinisinya :
1. Cholechystectmy : pengangkatan kandung empedu.
2. Cholecystostomy : membuka gald badder untuk mengalirkan empedu dan
mengurangi tekanan pada saluran empedu.
3. Choleclochostomy : Insisi bedah pada saluran empedu biasa.
4. Choledocholithotomy : Pengangkatan batu empedu dari saluran empedu yang
biasa.
5. Choledochoduodenostomy : Membuat hubungan antara saluran empedu dan
duodenum.
6. Cholechystogastrostmy : Anastomosis (sambung) antara gall bladder dengan
lambung.
V. Evaluasi
1. Volume cairan tubuh dalam batas normal ditandai dengan keseimbangan
intake dan out put, TTV kembali normal (5 : 36,5o , 37,5o , TD : 120/80 mm
Hg, R : 18 x/mnt, N : 80 x/mnt).
2. Tidak teradi injuri dan pasien tidak menunjukan tanda-tanda perdarahan,
integritas kulit kembali normal.
3. Pasien tidak merasa nyeri (nyeri berkurang dari skala 10-0) dan tidak
menunjukan perilaku nyeri lagi.
4. Pola kebutuhan nutrisi pasien kemmbali normal, mual muntah hilang dan
dapat menghabiskan setiap porsi makan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cholesistitis merupakan suatu inflamasi pada kandung empedu yang
merupakan diagnosa penyerta dari cholelitiasis. Cholesistitis dapat terjadi oleh
beberapa faktor yaitu metabolik, stasis dan peradangan.
Cholesistitis dapat terjadi secara akut dan kronik pada penderita cholesistitis
biasanya akan menimbulkan gejala nyeri hebat pada epigastrium kanan,
berkeringat dan gelisah, mual/muntah, dan tanda-tanda vital meningkat.
Studi diagnosa yang dapat dilakukan pada penderita cholesistitis antara lain : ultra
sound, kolesistogram, CT skan, dan foto abdomen. Sedangkan pada pemeriksaan
laboratorium akan ditemukan adanya leukositosis, hiperbilirubin,dan alkali-
fosfatase yang meningkat.
B. Saran
Dalam upaya mutu meningkatkan pelayanan kesehatan terutama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan ada pasien cholesistitis maka disarankan bagi
para perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan demi peningkatan mutu
pelayanan dan dapat solusi bagi masalah baik individu, keluarga dan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn. E, 1999, “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
Ganong William. F, 1998, “Buku Ajaran Fisiologi Kedokteran”, Edisi 17, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
Junaidi. P, dkk, 1982, “Kapitsa Selekta Kedokteran”, Media Aesculapius ; Jakarta.
Long. P and Cassmeyer. W, 1991, “Medical-Surgical Nursing Concepts and Clinical Practice”, Fourth Edition, Mosby Year Book.
Sodeman. A dan Sodeman. Thomas, 1995, “Sodeman Patofisiologi”, Edisi 7 Jilid II, Hipokrates ; Jakarta.