5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 1/20
BST
PERITONITIS e.c SUSPECT APPENDICITISPERFORASI
Oleh :
Noviandri Cahyadi B.
0618011077
Preceptor :
Dr. Yuzar Harun, Sp.B, Fina CS
SMF BEDAH
RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
November 2011
1
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 2/20
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Masuk RS : 13 November 2011
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Natar.
2. ANAMNESA (autoanamnesis)
Keluhan Utama
Nyeri di seluruh perut terutama bagian kanan bawah
Keluhan Tambahan
Demam, kembung, mencret, perut kaku, mual, muntah, nyeri
kepala, dan nafsu makan berkurang
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Abdoel Moeloek tanggal 14-11-2011,
dengan keluhan nyeri perut di bagian kanan bawah yang mendadak telah
dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut awalnya
dirasakan di dekat pusar, lalu kemudian nyeri dirasakan di seluruh perut
terutama perut bagian kanan bawah. Pasien mengaku perut sering
kembung dalam 1 minggu . Pasien juga mengeluhkan demam, BAB cair
bercampur ampas warna kuning, tanpa lendir dan darah sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya
terasa kaku karena menahan sakit. Kadang terasa mual, muntah, nafsu
makan berkurang, nyeri kepala. BAK tidak ada keluhan.
2
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 3/20
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat sesak dan nyeri dada saat aktivitas ringan disangkal
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat perut sering kembung dan terasa sebah dibenarkan
Riwayat BAB hitam seperti tir disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat penyakit alergi atau asma disangkal
ANAMNESIS SISTEM
Sistem Cerebrovaskuler : pasien sadar, nyeri kepala
Sistem Cardiovaskuler : tidak ada keluhan
Sistem Respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut, kembung, mencret, mual, nafsu
makan berkurang
Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : keringat dingin, badan meriang
Sistem muskuloskeletal : nyeri perut dan kaku
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Lemah, tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
3
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 4/20
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 38,2 oC
- Frekuensi nafas : 20 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 167 cm
Status Gizi : Cukup
b. Status Generalis
Kepala
- Bentuk : normocephal, simetris
- Rambut : pendek, warna hitam
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik,
pupil bulat sentral isokor
- Telinga : liang lapang, serumen telinga kiri dan
kanan (+)
- Hidung : Septum tidak deviasi, konka tidak
hipertropi
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor,
sianosis (-)
Leher
- Kelj. Getah bening : tidak membesar
- Kelj. Thyroid : tidak membesar
- JVP : tidak meningkat
Thorax
1. Pulmo
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan
hemitoraks kiri dan kanan simetris
4
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 5/20
- Palpasi : Tidak ada pembesaran KGB supraklavikula
dan aksila, Fremitus taktil hemitoraks kiri dan kanan
sama, fremitus vocal kanan kiri simetris
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Vesikular pada paru kiri dan kanan
ronkhi dan wheezing tidak ada
2. Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V
midclavicula kiri
- Perkusi : Batas atas sela iga II parasternal kiri
Batas kanan sela iga IV parasternal kanan
Batas kiri sela iga V midclavicula kiri
- Auskultasi : bunyi jantung 1-2 reguler, gallop tidak ada
Abdomen
- Inspeksi : Distended, lebih tinggi dari dada, simetris,
tidak nampak hematom, warna kulit sama dengan
sekitar
- Auskultasi : Peristaltik (+) menurun.
- Palpasi : Tidak teraba massa, defans muskuler (+),
nyeri tekan suruh lapang perut, hepar dan lien tidak
teraba, ballotemen ginjal tidak teraba
- Perkusi : Hipertimpani, tidak ada nyeri ketok CVA
Ekstremitas
- Superior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka ( -)
- Inferior : oedem ( - ), sianosis ( - ), luka (- )
5
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 6/20
- Kekuatan motorik superior dextra : 5
- Kekuatan motorik superior sinistra : 5
- Kekuatan motorik inferior dextra : 5
- Kekuatan motorik inferior sinistra : 5
c. Status Lokalis
Nyeri Mc.Burney (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), Rovsing
sign (-).
Rectal Toucher
- M. Spincter ani mencengkram kuat
- Mucosa recti licin, tidak teraba massa
- Ampula recti tidak kolaps
- Tidak nampak lendir / darah
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi (13-11-2011)
Hb : 13,4 gr/dl (13,0 - 14,0)
Leukosit : 15.600 / uL (5,0 - 10,0)
LED : 65 mm/jam
Jenis Leukosit
Neutrofil segmen : 79 %
Limfosit : 4 %
Monosit : 2 %
Masa Pendarahan : 3’
Masa Pembekuan : 4’
Pemeriksaan Kimia Darah
Ureum : 31 mg/dl (10 - 50)
Creatinin : 1,5 mg/dl (0,6 - 1,1)
SGOT : 13 U/l (0 - 25)
SGPT : 8 U/l (0 - 29)
6
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 7/20
GDS : 98 mg/dl (70 - 120)
Na+ : 129 mg/dl
Ca2+ : 8,6 mg/dl
cl- : 91 mmol/l
RESUME
Anamnesa
Pasien datang ke IGD RSUD Abdoel Moeloek tanggal 13-11-2011,
dengan keluhan nyeri perut di bagian kanan bawah yang mendadak telah
dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut awalnya
dirasakan di dekat pusar, lalu kemudian nyeri dirasakan di seluruh perut
terutama perut bagian kanan bawah. Pasien mengaku perut sering
kembung dalam 1 minggu . Pasien juga mengeluhkan demam, BAB cair
bercampur ampas warna kuning, tanpa lendir dan darah sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya
terasa kaku karena menahan sakit. Kadang terasa mual, muntah, nafsu
makan berkurang, nyeri kepala. BAK tidak ada keluhan.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Lemah, tampak sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
- Tekanan darah: 120/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 38,2 oC
- Frekuensi nafas : 20 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 167 cm
7
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 8/20
Status Gizi : Cukup
Status Generalis
- Kepala : Dalam batas normal
- Thoraks ( Paru & Cor ) : Dalam batas normal
- Abdomen
- Inspeksi : Distended, lebih tinggi dari dada, simetris
- Auskultasi : Peristaltik (+) menurun.
- Palpasi : Tidak teraba massa, defans muskuler (+), nyeri
tekan suruh lapang perut terutama bagian bawah.
- Perkusi : Hipertimpani, tidak ada nyeri ketok CVA
- Ekstremitas : Dalam batas normal
Status Lokalis
Nyeri Mc.Burney (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), Rovsing sign (-).
Abdomen Datar, tegang, Nyeri tekan ( + ) Pada seluruh regio abdomen. Defense
muskular ( +), Bising usus ( + ) menurun.
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
- Hb : 13,4 gr/dl (13,0 - 14,0)
- Leukosit : 15.600 / uL (5,0 - 10,0)
- LED : 65 mm/jam
- Jenis Leukosit
Neutrofil segmen : 79 %
DIAGNOSIS KERJA
Peritonitis e.c suspect appendicitis perforasi
8
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 9/20
DIAGNOSIS BANDING
Peritonitis ec appedicitis kronis eksaserbasi akut
PEMERIKSAAN ANJURAN
- foto polos abdomen
- USG abdomen
PENATALAKSANAAN
• Bed rest
• Transfusi WB 250 cc
• Medikamenosa
1. Infuse RL 20 tetes/menit
2. Inj. Cefotaxim 1gr/8jam
3. Inj. Ketorolac 1amp/12jam
4. Inj. Ranitidin 1amp/12jam
• Operatif : Laparotomi explorasi.
PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
9
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 10/20
TINJAUAN PUSTAKA
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti
pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum karena
perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer's patch,pada typhus abdominalis
atau perforasi akibat trauma. Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala
utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang
penyebab utama sudah jelas seperti pada trauma abdomen berupa vulnus
abdominis penetrans namun kadang-kadang diagnosis akut abdomen baru dapat
ditegakkan setelah pemeriksaan fisik serta pemeriksaan tambahan berupa
pemeriksaan labo- ratorium serta pemeriksaan radiologi yang lengkap dan masa
observasi yang ketat.
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,
salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi
post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. Pada keadaan
normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri. Namun adanya kontaminasi
bakteri yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi tubuh yang menurun,
dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, kesemua hal ini merupakan
faktor-faktor yang dapat memudahkan terjadinya peritonitis (radang peritoneum).
Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa
inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan.
Sebagian kelainan disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang
10
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 11/20
mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
PERITONITIS
1.1 DEFINISI
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel-
sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pda
abdomen, konstipasi, dan demam. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi
pada peritoneum.
1.2 ANATOMI
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu
coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Sedangkan kedua rongga
mesoderm, bagian dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm
11
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 12/20
tersebut kemudian akan menjadi peritoneum.
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis (tunika
serosa)
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis.
Organ-organ yang terdapat di cavum peritoneum yaitu:
• Gaster, hepar, vesica fellea, lien, ileum, jejenum, kolon transversum, kolon
sigmoid, sekum, dan appendix (intraperitoneum)
• Pankreas, duodenum, kolon ascenden & descenden, ginjal dan ureter
(retroperitoneum)
12
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 13/20
1.3 PATOFISOLOGI
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ – organ abdomen (misalnya: apendisitis,
salpingitis), rupture saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. Organisme
yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus
ruptur apendiks, sedangkan stafilokok dan streptokok sering masuk dari luar.
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa. Abses terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi
satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan
biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita –
pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstruksi usus.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila
infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan
peritonitis umum, aktifitas peristaltik berkurang, usus kemudian menjadi atoni dan
meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk
antara lengkung – lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya
pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus.
Peritonitis mekonium adalah peritonitis non bakterial yang berasal dari mekonium
yang keluar melalui defek pada dinding usus ke dalam rongga peritoneum. Defek
dinding usus dapat tertutup sendiri sebagai reaksi peritoneal. Bercak perkapuran
dapat terjadi dalam waktu 24 jam.
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan
tanda–tanda rangsangan peritonium. Biasanya diagnosis peritonitis ditegakkan
secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang
13
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 14/20
tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama
kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal).
Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni:
• Demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
• Takikardia, dehidrasi hingga menjadi hipotensi
• Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di
tempat tertentu sebagai sumber infeksi
• Bising usus menurun sampai menghilang.
• Dinding perut akan terasa tegang (defans muskular), biasanya karena
mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari
palpasi yang menyakitkan, atau bisa pula tegang karena iritasi peritoneum.
• Nyeri subjektif berupa nyeri waktu penderita bergerak seperti jalan,
bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika
digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya.
• Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk
membedakan nyeri akibat radang panggul, namun pemeriksaan ini jarangdilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.
1.5 PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan tanda vital perlu diperhatikan status gizi, kemungkinan adanya
gangguan kesadaran, dehidrasi, syok, anemia, dan gangguan napas. Pada
pemeriksaan fisik pasien dengan peritonitis, biasanya didapatkan keadaan sebagai
berikut :
• Keadaan umumnya tidak baik
• Demam dengan temperatur >380C
• Pasien dengan sepsis hebat akan muncul gejala hipotermia.
• Takikardia disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan
hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual dan muntah,
14
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 15/20
demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen. Dengan
adanya dehidrasi yang berlangsung secara progresif, pasien bisa menjadi
semakin hipotensi. Hal ini bisa menyebabkan produksi urin berkurang, dan
dengan adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis.
Penderita dengan perdarahan, perforasi atau obstruksi lambung atau duodenum
sering datang dalam keadaan gawat.
• Inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi
menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan
gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase.
Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan
tegang atau distended.
• Auskultasi. Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah
yang paling terasa sakit di abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang
berlawanan dari yang ditunjuik pasien. Auskultasi dilakukan untuk menilai
apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis
umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini
disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus
ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik). Sedangkan pada peritonitis
lokal bising usus dapat terdengar normal.
15
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 16/20
• Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral
yang sangat sensitif. Bagian anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen
yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara
bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans
muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai
peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses
refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi
kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan
setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks
untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau
tekanan setempat.
• Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum,
adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan
perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien
dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen
hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan,
misalnya pemeriksaan darah, urin, dan feses. Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan Roentgen dan endoskopi.
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain:
• nilai hemoglobin dan hemotokrit, untuk melihat kemungkinan adanya
perdarahan atau dehidrasi.
• Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan.
16
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 17/20
• Hitung trombosit dan dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk
persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan demam berdarah yangmemberikan gejala mirip gawat perut.
Gambaran radiologi
• Foto roentgen di ambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang
terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto roentgen dan merupakan
petunjuk adanya perforasi.
• Pada pemeriksaan foto polos abdomen dijumpai asites, tanda – tanda
obstruksi usus berupa air-udara dan kadang – kadang udara bebas
(perforasi). Biasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi
sehingga menyerupai ileus paralitik. Usus – usus yang melebar biasanya
berdinding tebal.
• Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik.
Terdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto
berdiri terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar.
Jika terjadi suatu ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas
mungkin akan terlihat pada kavitas peritoneal.
1.7 DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari peritonitis adalah apendisitis, pankreatitis, gastroenteritis,
kolesistitis, salpingitis, kehamilan ektopik terganggu, dan lain-lain.
1.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus
septik (apendiks, dan sebagainya) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
17
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 18/20
Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri
dibuat. Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian
dirubah jenisnya setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada
organisme mana yang dicurigai menjadi penyebab. Antibiotika berspektrum luas
juga merupakan tambahan drainase bedah. Harus tersedia dosis yang cukup pada
saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang selama operasi.
Penatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang
menyebabkan radang di peritoneum. Secara non-invasif dapat dilakukan dengan
drainase abses dan endoskopi perkutan, namun yang lebih umum dilakukan ialah
laparotomi eksplorasi rongga peritoneum.
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan
operasi laparotomi. Operasi ini untuk mengontrol sumber primer kontaminasi
bakteri. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan
jalan masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis
terlokalisasi, insisi ditujukan diatas tempat inflamasi. Teknik operasi yang
digunakan untuk mengendalikan kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat
patologis dari saluran gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi peritoneum
yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi
viskus yang perforasi.
Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa
drain itu dengan segera akan terisolasi atau terpisah dari cavum peritoneum, dan
dapat menjadi tempat masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna pada
keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terus-menerus (misal fistula) dan
diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat direseksi.
1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut sekunder, dimana
18
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 19/20
komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu :
a. Komplikasi dini
• Septikemia dan syok septic
• Syok hipovolemik
• Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan
kegagalan multisystem
• Abses residual intraperitoneal
• Portal Pyemia (misal abses hepar)
b. Komplikasi lanjut
• Adhesi
• Obstruksi intestinal rekuren.
Sedangkan komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi
memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula
enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan
kuman tidak adekuat.
PROGNOSIS
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada
peritonitis umum prognosisnya mematikan akibat organisme virulen. Prognosis
ini bergantung kepada:
• Lamanya peritonitis
∞ < 24 jam = 90% penderita selamat
∞ 24-48 jam = 60% penderita selamat
∞ > 48 jam = 20% penderita selamat.
• Adanya penyakit penyerta
• Daya tahan tubuh
• Usia
∞ Makin tua usia penderita, makin buruk prognosisnya.
19
5/11/2018 BST dr.yuzar - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bst-dryuzar 20/20
DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis EGC. 2002. Kamus kedokteran Dorland . Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat,R, Wim de Jong. 2004. Buku – Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
20