i
BEDAH PREPROSTETIK
WRAP UPBLOK 15 BEDAH MINOR
SKENARIO 2
DOSEN TUTORIAL :1. DR. SONYA PRIYADHARSINI, DRG., MSI
KELOMPOK 5KETUA : INSAN SYAH ALAM (1112013010)SEKRETARIS : NOVARIA PUTRI H. (1112013026) ABSENT L3
ANGGOTA : ASTASIA SEFIWARDANI (1112013002) CHAYFAL RIDLO (1112013005) GALUH AKBAR K (1112013011) KRESNA ANDHIASTUTI (1112013018) NADYA GETSSA I (1112012020) NURUL ANDIKA V. P. (1112013027) SORAYA MAULIA (1112013039) YENI RAHMAWATI (1112013048)
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGIFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSIJULI 2015
i Universitas YARSI
ii
iiUniversitas YARSI
iii
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kelompok 5 dapat menyelesaikan wrap up ini. Penulisan wrap
up ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian dalam
blok 15 Bedah Minor pada Prodi Kedokteran Gigi Universitas YARSI. Kami
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
tutorial sampai pada penyusunan wrap up ini, sangatlah sulit bagi kami untuk
menyelesaikan wrap up ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) DR.drg. Sonya Priyadharsini, Msi., selaku dosen tutorial yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan wrap up ini;
(2) Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
(3) Seluruh anggota kelompok 5 yang telah bekerja sama dalam usaha
memperoleh data untuk wrap up ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga wrap up ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 11 September 2015
Kelompok 5 Angkatan 2013
iiiUniversitas YARSI
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................iKATA PENGANTAR................................................................................iiDAFTAR ISI..............................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................11.1 Skenario................................................................................................11.2 Brainstorming.......................................................................................11.3 Pertanyaan.............................................................................................11.4 Hipotesis...............................................................................................3
BAB II LEARNING ISSUE DAN LEARNING OBJECTIVE.............42.1 Memahami dan Menjelaskan Bedah Prepostetik..................................4
2.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Bedah Prepostetik........42.1.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Bedah Prostetik.............42.1.3 Memahami dan Menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi.......52.1.4 Memahami dan Menjelaskan Macam-macam..........................52.1.5 Memahami dan Menjelaskan Instrumen Bedah Preprostetik.. .7
1.2 Memahami dan Menjelaskan Alveoplasti............................................82.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Tujuan...................82.1.2 Memahami dan Menjelaskan Indikasi Alveoplasti...................82.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kontraindikasi Alveoplasti........92.1.4 Memahami dan Menjelaskan Teknik Alveoplasti....................92.1.5 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Alveoplasti.............12
1.3 Memahami dan Menjelaskan Vestibuloplasti.......................................132.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Tujuan...................132.1.2 Memahami dan Menjelaskan Indikasi Vestibuloplasti.............132.1.3 Memahami dan Menjelaskan Kontraindikasi Vestibuloplasti. .142.1.4 Memahami dan Menjelaskan Teknik Vestibuloplasti..............142.1.5 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Vestibulopasti........17
1.4 Memahami dan Menjelaskan Prospektif Islam.....................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................19
ivUniversitas YARSI
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Luer-Friedmann rongeur forceps dengan side-cutting/
end-cutting edge................................................................................................7
Gambar 2.2.Double-ended bone file with small and large ends.......................7
Gambar 2.3.Various types of periosteal elevators............................................8
Gambar 2.4.Teknik Simple Alveoplasty............................................................10
Gambar 2.5. Teknik Dean’s Aveoplasty...........................................................12
Gambar 2.6.Teknik Obwegeser’s Alveoplasty..................................................12
Gambar 2.7.Teknik submucosa........................................................................15
Gambar 2.8.Teknik Kazanjian..........................................................................15
Gambar 2. 9.Teknik Obwegeser – kombinasi vestibuloplasti..........................16
Gambar 2.10.Teknik obweger – teknik grafting...............................................17
vUniversitas YARSI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Skenario 2
Tema : Skenario bedah preprostetik
Judul : Perawatan pendahuluan untuk pembuatan gigi tiruan
Seorang pria berusia 50 tahun datang ke Poli Bedah Mulut Rumah Sakit
Gigi dan Mulut YARSI atas rujukan dari bagian prosthodonsia. Pasien
akan dibuatkan gigi tiruan lengkap rahang atas dan rahang bawah. Pada
pemeriksaan ada tonjolan keras dan tajam, terasa sakit saat palpasi di regio
13 dan 23. Pada rahang bawah terlihat alveolar ridge rendah.
1.2 Brainstorming
Prosthodonsia : ilmu yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi
estetis gigi karena adanya gigi yang hilang dan juga
merubah bentuk muka secara estetis.
Alveolar ridge : bagian dari tulang rahang yang mengandung akar
dan socket gigi.
Gigi tiruan lengkap : protesa gigi lengkap penuh yang berfungsi untuk
mengembalikan fungsi oklusi estetik.
1.3 Pertanyaan
1. Apakah indikasi dan kontraindikasi tindakan bedah pada alveolar
ridge?
Indikasi
- Neoplasma yang ganas pada rahang
- Penanggulangan terapi radiasi
- Prosessus alveolaris dijumpai adanya undercut
- Adanya fortikel plate yang tajam
- Puncak ridge tidak teratur
1 Universitas YARSI
2
- Tuberositas dan elongasi menyebabkan gangguan proses dan
adaptasi gigi tiruan
2Universitas YARSI
3
- Bila terdapat gigi impaksi atau gigi terbenam dalam tulang, maka
tindakan bedah dapat mempermudah pengeluarannya
- Prosessus alveolar yang dijumpai tumor atau kista
- Mempengaruhi tindakan apicaectomy
- Bila terdapat prosessus alveolar ridge yang tajam dan menonjol
sehingga dapat menyebabkan facial neuralgia maupun rasa sakit
setempat
- Pada tulang interseptal yang terinfeksi dimana tulang ini dapat
dibuang pada waktu gingivectomy
- Pada kasus prognatik maksilaris dapat dilakukan tindakan bedah
ini bertujuan memperbaiki hubungan anteroposterior maksila dan
mandibula
- Setelah pencabutan satu atau beberapa gigi dapat dilakukan
pencetakan gigi tiruan
- Adanya torus palatinuns (osteoma palatal) atau torus mandibularis
yang besar
- Untuk memperbaiki overbite dan overjet
Kontraindikasi
- Tulang alveolar yang masih elastis pada usia muda
- Memiliki penyakit periodontitis
- Memiliki penyakit sistemik
- Memiliki periostitis
- Pasien yang jarang melepaskan gig tiruannya
- Pasien yang tidak rajin merawat gigi
- Mempunyai torus dan prosessus alveolaris yang menonjol tetapi
tidak mengganggu retensi
2. Apakah penyebab adanya tonjolan keras pada mulut pasien tersebut?
Karena adanya pembentukan tulang
3. Apakah penyebab alveolar ridge rendah?
3 Universitas YARSI
4
Karena terjadinya resorbsi tulang sehingga menyebabkan protesa di
pasangkan akan melonggar
4. Apa saja aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi
tiruan?
- Gigi tiruan harus mempunyai retensi yang baik
- Bentuk alveolar harus diperhatikan bentuk anatomisnya
- Ukuran dan bentuk rahang perlu diperhatikan
- Sifat tulang rahang bentuk diperhatikan
- Memperhatikan usia pasien
- Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral
- Mempunyai riwayat penyakit yang mempengaruhi resorbsi tulang
5. Apa saja penatalaksanaan dari skenario 2?
- Bedah alveoplasty
- Bedah vestibuloplasty
1.1 Hipotesis
Sebelum dilakukan pembuatan protesa, perlu diperhatikan indikasi,
kontraindikasi, serta aspek-aspek dan kondisi anatomis rongga mulut
pasien. Jika terdapat kelainan, perlu dilakukan tindakan pembedahan
prepostetik.
4Universitas YARSI
Bedah prepostetik
Definisi Tujuan Indikasi dan Kontraindikasi
Macam-macam bedah
Alveoplasti
Vestibuloplasti
Prospektif Islam
5
5Universitas YARSI
6
BAB 2
LEARNING ISSUE DAN LEARNING OBJECTIVE
2.1 Memahami dan Menjelaskan Bedah Prepostetik
2.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Bedah Prepostetik
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial
yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang
seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik
pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa
sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastic.1
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang
alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental
prothesa yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang,
perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya.
Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan
gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan
secara sistematis dan hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba
melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan.2
2.1.2 Memahami dan Menjelaskan Tujuan Bedah Prostetik
Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan
lunak dan jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman
yang akan mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis. Tujuan
dari bedah preprostetik membantu untuk:3
a. Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara,
menelan)
b. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
c. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
d. Memperbaiki estetis wajah
e. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah
pada daerah yang mendukung prothesa
6 Universitas YARSI
7
f. Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana
terdapat kehilangan tulang alveolar yang banyak.
2.1.3 Memahami dan Menjelaskan Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi:4
a. Adanya eksostosis
b. Adanya torus
c. Adanya frenulum tinggi
d. Memperoleh keadaan prosesus alveolaris yang baik
e. Tidak ada kondisi patologis pada IO dan EO
f. Nyeri akibat pemasangan gigi tiruan
g. Karena ulser yang berulang pada sekitar GT
h. Atrofi rahang karena proses fisiologis
i. Disfungsi yang tidak berkurang dengan perbaikan konvensional,
misalnya disfungsi pengunyahan, bicara dan disfungsi TMJ
Kontraindikasi:4
a. Pasien usia lanjut, usia lanjut tulang mengalami resopsi sehingga jika
dilakukan pembedahan harus hati – hati.
b. Kelainan psikologi: depresi, bingung, belum siap menggunakan gigi
tiruan.
2.1.4 Memahami dan Menjelaskan Macam-macam
Berikut ini merupakan macam-macam bedah preprostetik:5
a. Alveolar augmentasi
Terapi prostodontik akan mencegah resorpsi lingir alveolus yang lebih lanjut. Resorpsi lingir alveolus yang cukup terkontrol akan meningkatkan keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan. Resorpsi yang terjadi pada sisi labial dan lingual linger alveolus mandibula di bagian anterior membuat bentuk puncak lingir alveolus menjadi tajam seperti pisau. Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian lingir alveolar yaitu dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang costae dan penambahan lingir alveolus dilakukan agar diperoleh lingir yang yang rigid digunakan bahan
7Universitas YARSI
8
hidroksilapatit untuk memperbaiki kontur lingir alveolus atau perbaikan anatomi jaringan periodontal. untuk meningkatkan retensi, stabilitas gigi tiruan.
b. FrenektomiFrenektomi adalah suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.
Frenektomi labialFrenektomi labial adalah pengeluaran perlekatan jaringan dari bagian tengah bibiratas. Perlekatan frenulum terlalu jauh kebawah dari gusi dapat menyebabkan resesigingiva dan celah diantara gigi depan. Pasien yang akan menngunakan gigi tiruan biasanya melakukan perawatan frenektomi labial untuk mencapai kedudukan gigi tiruan yang stabil.
Frenektomi lingualFrenektomi lingual adalah pemindahan atau pengeluaran dari frenulum lingualis atau jaringan dibawah lidah. Secara umum, apabila jaringan berlekatan terlalu dekat dengan ujung lidah, maka dapat mengganggu fungsi bicara dan fungsi gigi yang sebenarnya. Frenektomi lingual merupakan prosedur umum untuk pasien yang frenulumnya pendek dan terkadang berhubungan dengan lidah terjepit. Setelah selesai dilakukan, maka lidah akan terbiasa bergerak secara bebas.
c. GingivektomiGingivektomi adalah suatu tindakan penghilangan dinding gingiva poket periodontal, sehingga gingivektomi berguna untuk mengeliminasi poket. Pada pasien yang akan menggunakan gigi tiruan dengan gingiva yang berlebih diindikasikan untuk gingivektomi agar menghasilkan estetik yang baik.
d. EksostosisEksostosis merupakan penonjolan tulang yang dapat terjadi pada rahang baik pada mandibula maupun mada maksila. Eksostosis bukan merupakan tumor tapi lesi dysplastic exophytic. Eksostosis terdapat dua macam yaitu torus palatina dan torus mandibular.
e. OrtodontikGigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang semakin lama akan sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga. Hal seperti ini menyebabkan gigi menjadi malposisi, sehingga kurang baik bila akan dipakai sebagai dukungan gigi tiruan. Parawatan ortodontik akan menunjang keberhasilan perawatan prostodontik, di samping meningkatkan kesehatan jaringan periodontal gigi geligi di sekitar gigi tiruan.
8 Universitas YARSI
9
f. SplintingGigi yang goyang perlu mendapat perhatian sebelum pemakaian gigi tiruan, karena dapat menimbulkan masalah. Disharmoni oklusal, peradangan jaringan periodontal atau kombinasi keduanya merupakan penyebab. Pada kasus gigi goyang, splinting dapat dipertimbangkan.
2.1.5 Memahami dan Menjelaskan Instrumen Bedah Preprostetik
Berikut ini merupakan alat-alat instrumen untuk bedah
preprostetik:6
a. Tang pemotong tulang (rongeur) yang paling sering digunakan, mempunyai ujung membulat, dan kedua paruhnya mempunyai bagian yang tajam. Rongeur merupakan tang yang mempunyai pegas pada pegangannya sehingga posisi pegangan tersebut (sesudah dipergunakan memotong tulang) bisa kembali seperti semula. Apabila jalan masuk sangat terbatas, maka dipilih rongeur yang pembukaan engselnya mendatar (side cutting rongeur forceps).
Gambar 2.1.Luer-Friedmann rongeur forceps dengan side-cutting/
end-cutting edge
(Fragiskos FD, 2007) Telah diolah kembali.
b. Kikir tulang (bone file) yang bengkok digunakan dengan kekuatan tarikan untuk menghaluskan tulang.
9 Universitas YARSI
10
Gambar 2.2.Double-ended bone file with small and large ends
(Fragiskos FD, 2007) Telah diolah kembali
c. Elevator periosteal mempunyai banyak tipe diantaranya Molt, Seldin, dan Freer. Elevator periosteal Seldin (Gambar 2.3a) digunakan sebagai retaktor untuk prosedur preprostetik.
Gambar 2.3a, b, c.Various types of periosteal elevators.
(a) Seldin (b) Freer (c) No. 9 Molt
(Fragiskos FD, 2007) Telah diolah kembali
2.2 Memahami dan Menjelaskan Alveoplasti
2.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Tujuan Alveoplasti
Alveoplasti adalah mempertahankan, pembentukan kembali lingir yang
tersisa supaya permukaannya dapat dibebani protesa dengan baik.
Alveoplasti merupakan prosedur yang biasanya dilakukan untuk
mempersiapkan lingir, berkisar mulai satu gigi sampai seluruh gigi dalam
rahang, dilakukan segera setelah pencabutan, dilakukan tersendiri sebagai
prosedur korektif yang dilakukan kemudian.7
2.2.2 Memahami dan Menjelaskan Indikasi Alveoplasti
Berikut merupakan indikasi dari alveoplasti:8
a. Pada rahang dijumpai neoplasma yang ganas dan akan dilakukan terapi
radiasi
b. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya undercut, cortical plate
yang tajam, puncak ridge yang tidak teratur, tuberositas tulang, dan
10Universitas YARSI
11
elongasi sehingga menggangu dalam pembuatan dan adaptasi gigi
tiruan
c. Jika terdapat gigi yang impaksi atau sisa akar yang terbenam
d. Pada prosesus alveolaris yang dijumpai adanya kista atau tumor
e. Yang akan dilakukan tindakan apikoektomi
f. Jika terdapat ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol
g. Pada tulang interseptal yang terinfeksi
h. Pada kasus pronagtisme maksila
i. Setelah tindakan pencabutan satu atau beberapa gigi
j. Adanya torus mandibularis yang besar
k. Untuk memperbaiki overbite dan overjet
2.2.3 Memahami dan Menjelaskan Kontraindikasi Alveoplasti
Adapun kontra indikasi dilakukannya tindakan alveoloplasti adalah:8
a. Pada pasien yang masih muda, karena sifat tulangnya masih sangat elastis maka proses resorbsi tulang lebih cepat dibandingkan dengan pasien tua. Hal ini harus diingat karena jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien muda lebih lama dibandingkan pasien tua.
b. Pada pasien wanita atau pria yang jarang melepaskan gigi tiruannya karena rasa malu, sehingga jaringan pendukung gigi tiruan menjadi kurang sehat, karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan. Hal ini mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan terhambat.
c. Jika bentuk prosesus alveolaris tidak rata tetapi tidak mengganggu adaptasi gigi tiruan baik dalam hal pemasangan, retensi maupun stabilitas.
d. Pasien dengan penyakit sistemik, periostitis, periodontitis.
2.2.4 Memahami dan Menjelaskan Teknik Alveoplasti
Lima macam teknik alveoloplasti, yaitu:8,9
a. Teknik Alveolar KompresiMerupakan teknik alveoloplasti yang paling mudah dan paling cepat. Pada teknik ini dilakukan penekanan corticalplate bagian luar dan dalam di antara jari-jari. Teknik ini paling efektif diterapkan pada pasien muda, dan harus dilakukan setelah semua tindakan ekstraksi,
11Universitas YARSI
12
terutama pada gigi yang bukoversi. Tujuan dilakukannya tindakan ini adalah untuk mengurangi lebar soket dan menghilangkan tulang-tulang yang dapat menjadi undercut.8
b. Teknik Simpel AlveoloplastyTeknik ini dapat digunakan jika dibutuhkan pengurangan cortical margin labial atau bukal, dan kadang-kadang juga alveolar margin lingual atau palatal. Biasanya digunakan flep tipe envelope, tetapi kadangkala digunakan juga flep trapesoid dengan satu atau beberapa insisi. Pada teknik ini pembukaan flep hanya sebatas proyeksi tulang, karena pembukaan yang berlebihan pada bagian apikal dapat menyebabkan komplikasikomplikasi yang tidak diinginkan.8
Gambar 2.4. Teknik Simple Alveoplasty
(Starshak, 1971) Telah diolah kembali
c. Teknik Kortiko-Labial AlveoloplastyTeknik ini merupakan teknik alveoloplasti yang paling tua dan paling populer, di mana dilakukan pengurangan cortical plate bagian labial. Teknik ini telah dipraktekkan secara radikal selama bertahun-tahun, dengan hanya meninggalkan sedikit alveolar ridge yang sempit. Dalam tindakan bedah preprostodontik teknik inilah yang paling sering digunakan, karena pada teknik ini pembuangan tulang yang dilakukan hanya sedikit, serta prosedur bedahnya yang sangat sederhana.8
d. Teknik Dean AlveoloplastiO.T. Dean menyumbangkan suatu teknik alveoloplasti yang sangat baik dalam mempersiapkan alveolar ridge sehingga dapat mengadaptasi gigi tiruan dengan baik. Thoma menggambarkan
12Universitas YARSI
13
pembuangan tulang interrradicular (di antara akar) tidak dengan istilah intraseptal (di dalam septum), tetapi dengan istilah intercortical (di antara cortical plate). Sedangkan ahli-ahli lain menggunakan istilah teknik “crush” (Starshak, 1971). Teknik Dean ini didasari oleh prinsip-prinsip biologis sebagai berikut : (i) mengurangi alveolar margin labial dan bukal yang prominen, (ii) tidak mengganggu perlekatan otot, (iii) tidak merusak periosteum, (iv) melindungi cortical plate sehingga dapat digunakan sebagai onlaybone graft yang hidup dengan suplai darah yang baik, (v) mempertahankan tulang kortikal sehingga dapat memperkecil resorbsi tulang setelah operasi. McKay memodifikasi teknik Dean ini dengan memecahkan cortical plate ke arah labial sebelum menekannya kembali ke palatal. Modifikasi ini menjamin onlay tulang dapat bergerak bebas dan terlepas dari tekanan.8
Tekniknya adalah sebagai berikut:9
Gigi harus diekstraksi tanpa trauma yang besar (ekstraksi atraumatik) untuk korteks labial.
Dengan bur fissure lurus dan handpiece bedah atau rongeur, tulang septal interdental dipotong dari regio kaninus sampai kaninus
Dengan bur yang sama, potong vertikal dilakukan hanya di korteks labial bagian distal pada soket kaninus bilateral yang diekstraksi, tanpa celah di mukosa labial pada teknik Dean.
Dengan elevator periosteal ditempatkan pada dasar soket kaninus secara bilateral, korteks labial fraktur (fraktur greenstick pada mukosa labial).
Tekanan digital digunakan untuk menekan fraktur korteks labial ke arah palatal.
Bidang labial dan palatal diarahkan ke approksimal masing-masing.
Setiap margin yang tajam menyebabkan alveolar crest, dilakukan pengikisan dengan bone file.
Penjahitan dengan interrupte dan terus menerus.
13Universitas YARSI
14
Gambar 2.5. Teknik Dean’s Aveoplasty
(Malik, 2012) Telah diolah kembali
e. Teknik Obwegeser AlveoloplastiPada kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim, teknik Dean tidak akan menghasilkan ridge anterior berbentuk U seperti yang diinginkan, tetapi menghasilkan ridge berbentuk V. Untuk menghindari bentuk ridge seperti ini, Obwegeser membuat fraktur pada corticalplate labial dan palatal. Keuntungan teknik ini adalah dapat membentuk kedua permukaan palatal dan labial prosesus alveolaris anterior, dan sangat tepat untuk kasus protrusi premaksilaris yang ekstrim. Operasi dengan teknik ini harus didahului dengan proses pembuatan model gips, kemudian splint atau gigi tiruan disusun pada model kerja gips tersebut. Dengan dilakukannya proses ini, maka prosedur operasi yang dilakukan di kamar praktek dokter gigi atau di ruang operasi dapat dilakukan dengan lebih akurat.8
Reposisi kedua kortikal labial dan palatal digunakan ketika overjet maksila meningkat dan tekanan yang dalam hanya pada korteks labial tidak cukup untuk menurunkan overjet.8
Gambar 2.6.Teknik Obwegeser’s Alveoplasty(Malik, 2012) Telah diolah kembali
2.2.5 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Alveoplasti
Dalam melakukan suatu tindakan bedah tidak terlepas dari kemungkinan
terjadinya komplikasi, demikan pula halnya dengan alveoloplasti. Berikut
merupakan komplikasi yang akan mungkin terjadi saat pembedahan
alveoplasti:8
a. Rasa sakit
b. Hematoma
c. Pembengkakan yang berlebihan
d. Rasa sakit dan tidak nyaman pasca pembedahan
e. Proses penyembuhan yang lambat
14Universitas YARSI
15
f. Resorbsi tulang yang berlebihan
2.3 Memahami dan Menjelaskan Vestibuloplasti
2.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Tujuan Vestibuloplasti
Vestibuloplasti adalah tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus vestibular yang melekat dengan cara melakukan reposisi mukosa, katan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula, dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi gigi tiruan. Pada umumnya, vestibuloplasti digunakan pada tulang alveolar yang masih adekuat tetapi jaringan lunak sisekitarnya menghalangi pemasangan konstruksi gigi tiruan.10
Tujuan vestibuloplasti:10,11,12
a. Memindahkan otot yang tidak diinginkan ke dalam tulang alveolarb. Menyediakan kedalaman yang cukup pada daerah flens lateral dan
bukalc. Untuk memiliki jumlah yang cukup pada fixed tissue untuk
membentuk denture seald. Meningkatkan ketinggian dari residual aslveolar ridgee. Meningkatkan ukuran denture bearing area
2.3.2 Memahami dan Menjelaskan Indikasi Vestibuloplasti
Berikut merupakan indikasi vestibuloplasti:10
a. Sulkus vestibulum yang rendah dengan dukungan tulang alveolar yang
cukup untukmereposisi mukosa, nervus dan musculus.
b. Rahang yang memiliki ketinggian tulang yang cukup untuk
pemindahan mukosa danperlekatan otot yang berada di puncak linggir
ke dasar vestibulum
c. Daerah vestibulum yang memiliki jaringan hiperplasia.
2.3.3 Memahami dan Menjelaskan Kontraindikasi Vestibuloplasti
Terdapat pula kontraindikasi dari vestibuloplasti:8,11,13,14
a. Pasien yang didiagnosis hiperteensi, kelainan darah, diabetes dan
penyakit sistemik lain yang tidak terkontrol
b. Cardiac conditions seperti myocardial infarction
c. Kehamilan
15Universitas YARSI
16
d. Pasien usia lanjut, karena tulang mengalami resorpsi sehingga jika
dilakukan pembedahan harus hati-hati
e. Pasien dengan inflamasi bakteri, virus dan trauma.
f. Pasien yang jarang melepas gigi tiruankarena malu sehingga jaringan
pendukung gigi tiruan menjadi tidak sehat yang menyebabkan
terhambatnya proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringan.
g. Pada pasien yang prosesus alveolarisnya tidak rata namun tidak
mengganggu adaptasi gigi tiruan dalam hal retensi maupun stabilitas
2.3.4 Memahami dan Menjelaskan Teknik Vestibulopasti
Berikut merupakan teknik dari vestibuloplasti:12
a. Teknik Vestibuloplasti Submukosa
Dilakukan apabila prosesus alveolaris anatomi cukup dalam tetapi
klinis prosesus alveolaris itu rendah disebabkan perlekatan mukosa
yang bergerak lebih ke oklusal. Mukosa yang menutupi prosesus
tersebut cukup dan tidak ada jaringan parut.
Biasa dilakukan pada maksila
Melepaskan perlekatan otot dan memperdalam vestibulum bukal
tanpa membuat flap atau meninggalkan jaringan terbuka.
Jaringan submukosa dieksisi dan jaringan mukosa dijahit kembali
menempel pada jaringan periosteum
Pasangkan splint untuk mendapatkan bentuk yang tidak berubah
16Universitas YARSI
17
Gambar 2.7.Teknik submucosa
(Balaji JM, 2007) Telah diolah kembali
b. Lip switch method / Transpositional Flap Vestibuloplasty
Dikenal juga sebagai teknik Kazanjian
Flap mukosa labial dijahit ke dalam vestibulum
Periosteal diinsisi pada alveolar crest
Flap periosteal terdiri dari periosteum, jaringan ikat, dan otot
dijahitkan pada batas rahang permukaan labial
Gambar 2.8.Teknik Kazanjian
(Balaji JM, 2007) Telah diolah kembali
c. Vestibule and Floor of Mouth Extention Procedures
Tulang alveolar mandibular setidaknya setinggi 15 mm
Tulang masih adekuat
Melekatkan otot dan jaringan lunak pada denture bearing area
Perlekatan muskulus mylohyoid pada area mylohyoid ridge,
direposisi ke inferior efektif mempeprdalam dasar mulut
d. Obwegeser’s Technique
Insisi dilakukan dari mukobukal fold labial ke area mukosa dari
bibir atau pipi
17Universitas YARSI
18
Penjahitan pada daerah vestibulum yang sudah didapatkan
kedalamannya
Gambar 2.9.Teknik Obwegeser – kombinasi
vestibuloplasti bukal dan lingual
(Balaji JM, 2007) Telah diolah kembali
e. Greffting Vestibuloplasty
Untuk meningkatkan tulang alveolar dan memperbaiki konstruksi
dari jaringan ikat
Indikasi :
a. Ketebalan tulang tersisa minimal 9 – 10 mm
b. Perlekatan jaringan ikat yang tinggi mengganggu stabilitas dari
protesa
c. Perlekatan otot mentalis yang tinggi
d. Jaringan ikat yang berlebihan baik pada lingir alveolar maupun
vestibulum
Gambar 2.10.Teknik obweger – teknik grafting (Balaji JM, 2007) Telah diolah kembali
18Universitas YARSI
19
2.3.5 Memahami dan Mejelaskan Komplikasi Vestibuloplasti
Berikut merupakan komplikasi yang terjadi pada pembedahan
vestibuloplasti:15
a. Dysesthesia yang dapat menyebabkan cedera fisik pada nervus
b. Perubahan profil jaringan lunak.
2.4 Memahami dan Menjelaskan Prospektif Islam tentang Pembedahan
Bedah medis termasuk bagian dari pengobatan. Secara umum, pengobatan termasuk disyariatkan dalam Islam namun ulama berbeda tentang hukumnya. Beberapa pendapat yang terkenal, masing-masing didukung oleh dalil yang menguatkannya, diantaranya adalahsebagai berikut :16
a. Mubah, menurut pendapat pendapat mayoritas ilmuwan dari kalangan Ulama Hanafiyah, Malikiyyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah, namun mereka berbeda pendapat tentang lebih utamanya, berobat atau tidak.
b. Wajib, merupakan pendapat sebagian ulama Hanabilah. Menurut sebagian ulama yang lain, hal tersebut jika diyakini akan kesembuhannya.
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Majma’ al -Fiqh al-Islami, hukum berobat tergantung pada keadaan dan kondisi pasien:16
a. Berobat menjadi Wajib jika tidak dilakukan akan mengancam jiwa, atau kehilangan anggota tubuhnya, atau akan menjadi lemah, atau penyakitnya akan dapat menulari orang lain.
b. Berobat hukumnya sunnah jika tidak dilakukan akan menjadikan tubuhnya lemah namun tudak separah kondisi yang diatas.
c. Berobat hukumnya mubah jika tidak sampai pada kedua kondisi diatas.d. Berobat hukumnya makruh jika dengan berobat ditakutkan akan
mengalami keadaan yang lebih buruk daripada dibiarkan saja.
Dengan demikian, hukum bedah medis, secara umum angat tergantung dengan keadaandan kondisi pasien. Secara khusus Ulama sepakat membolehkan operasi medis rekonstruksi anggota tubuh yang mengalami masalah tertentu. Menurut pala ulama,memperbaiki dan memulihkan kembali fungsi organ yang rusak, baik bawaan sejak lahir maupun adanya kecelakaan, dan hal-hal sejenis itu dibenarkan, karena niat dan motivasi utamanya adalah pengobatan. Diantara ayat yang dijadikan sebagai pembolehan terhadap operasi medis, dianggap sebagai upaya menjaga kehidupan dan menghindari kebinasaan atau mafsadah, antara lain tercakup dalam Q.S. al-Maidah 5:32. “Allah menghargai setiap bentuk upaya mempertahankan kehidupan manusia, menjauhkan diri dari hal yang membinasakan”. Operasi medis dilakukan dalam rangka tujuan tersebut. Banyak jenis penyakit yang pengobatannya
19Universitas YARSI
20
hanya dengan operasi, bahkan kadang-kadang jika itu tidak dilakukan atau terlambat dilakukan akan mengancam kehidupannya, dengan dioperasi akhirnya dapat tertolong.16
Bolehnya bedah medis menurut hukum islam juga dapat dianalogikan dengan berbekam (al-hijamah). Pada masa teknologi kedokteran masih sederhana, di zaman Nabi, berbekam dianggap sebagai salah satu bentuk operasi masa itu, telah dipraktekkan dan dianjurkan Nabi. Berbekam merupakan tindakan pembedahan untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Juga dapat dikiyaskan daengan praktik khitan yang merupakan jenis operasi medis tertua, termasuk salah satu sunnah fitrah sangat dianjurkan dalam syariat Islam.Berikut disebutkan pada beberapa hadis:16
“Bahwa Rasulullah saw pernah berbekam di kepalanya” (HR al Bukhari, Muslim, al Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad)
”Sesungguhnya dalam bekam terdapat penyembuhan” (HR al Bukhari dan Muslim)
“Rasulullah pernah mengirim dokter (untuk mengobati) Ubaiy bin Ka’b (maka dokter itumengoperasinya) memotong urat kemudian menyulutnya dengan besi panas” (HR Musli\m, Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)
“Al -Fitrah ada lima : (yaitu) khitan, memotong bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku , memotong kumis” (HR al-Bukhari, Muslim dan al-Tirmidzi)
Pembolehan operasi medis juga tercakup dalam perintah umum Nabi saw agar berobat yang secara teknis pelaksanaannya diserahkan kepada ahlinya untuk menggunakan cara pengobatan yang tepat dan dibutuhkan, kecuali dengan yang diharamkan.16
20Universitas YARSI
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B.,
1997 Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
2. Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001.
Atlas of Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
3. Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated
Implant in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg.
Churchill Livingstone
4. Tucker. Basic Preposthetic Surgery in Peterson et al., 1998,
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. Philadephia W. B
Saunders. Co
5. Louis FR, Brian LM, Robert JG, Cohen DW. Anatomy, Development and
Phisiology of the Periodonsium. Periodontics: Medicine, Surgery, and
Implants. China: ElsevierMosby; 2004, p.6-14
6. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
7. Gordon, w. pedersen. 1996. Buku Ajar Bedah Mulut. Penerjemah;
Purwanto, Basoeseno. Jakarta; EGC
8. Starshak, T. J. 1971. Preprosthetic Oral Surgery. St. Louis: Mosby
9. Malik, Neelima Anil. 2012. Textbook of Oral Maxillofacial Surgery 3rd
Edition. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publishers Ltd.
10. Koerner KR. Manual of Minor Oral Surgery for the General Dentist.
Blackwell, Berlin: 2006.
11. Sarandha DL. Textbook of Complete Denture Prosthodontics. India:
Jaypee, 2007.
12. Balaji SM. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. India: Elsevier:
2007.
13. Wray D, Stenhouse D, Lee D, Clark A. Textbook of General and Oral
Surgery. Churchill Livingstone. Edinburgh. 2003.p.247-9
14. Aditya, G. 1998. Alveoplasty Sebagai Tindakan Bedah Prepostetik, Bagian
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
21Universitas YARSI
22
15. Borle, Rajiv M. 2014. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New
Delhi: Jaypee Brother Medical Publishers Ltd.
16. Zuhroni. 2010. Pandangan Islam Terhadap Masalah Kedokteran Dan
Kesehatan. Jakarta: Bagian Agama Universitas YARSI.
22Universitas YARSI