Download - Bangunan lepas pantai (onshore)

Transcript
Page 1: Bangunan lepas pantai (onshore)

Tugas 2

Perencanaan & Instalasi BLP“Sistem Perpipaan Pada Bangunan Onshore ”

DISUSUN OLEH :

SETYO (D331 12 002)IVA VAHRIANI ILYAS (D331 12 258)THOMAS YOUDI D. (D331 12 268)ZULKIFLI (D331 12 275)

PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALANJURUSAN PERKAPALAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA2015

Page 2: Bangunan lepas pantai (onshore)

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistem Perpipaan Pada Bangunan Onshore”.

Tidak lupa pula atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

materi maupun pikiranya dalam hal ini adalah Google.

            Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing dan kepada teman – teman yang

sudah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

            Penulis menyadari penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Karena itu penulis mohon

maaf sebesar – besarnya.

                                                                                    Gowa, 24 Desember 2015

1

Page 3: Bangunan lepas pantai (onshore)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

I.1  Latar Belakang......................................................................................................3

I.2  Rumusan Masalah.................................................................................................4

I.3  Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

II.1  Onshore Pipeline..................................................................................................6

II.2  Bangunan Lepas Pantai........................................................................................8

II.3 Jenis bangunan dilihat dari sistem dan struktur...........................................12

BAB III PENUTUP

III.1  Simpulan.............................................................................................................16

III.2 Saran....................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16

2

Page 4: Bangunan lepas pantai (onshore)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk

mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup

beragam, antara lain digunakan untuk menyalurkan fluida dari sumur menuju tempat

pengolahan atau antar bangunan anjungan lepas pantai (offshore facility) ataupun dari

bangunan anjungan lepas pantai langsung ke darat (onshore facility).

Pada industri migas, pipa logam merupakan jenis pipa yang paling banyak digunakan,

terutama yang terbuat dari baja. Hal ini disebabkan karena pipa baja sudah tersedia data-

data yang lengkap tentang kehandalannya dan aturan perancangan berupa code dan

standard. Namun begitu masalah utama yang sering dihadapi pada penggunaan pipa baja

adalah masalah rendahnya ketahanan pipa baja terhadap korosi, baik itu korosi internal

maupun eksternal. Korosi internal disebabkan oleh pengaruh sifat korosif fluida yang

ditransmisikan oleh pipa, sedangkan korosi eksternal terjadi karena kondisi lingkungan yang

dilalui oleh perpipaan, seperti pipa yang ditanam di dalam tanah (buried pipe), pipa yang

melewati daerah rawa-rawa dan lain sebagainya.

Untuk mengatasi permasalahan korosi tersebut salah satu alternatif yang muncul

adalah mengganti penggunaan pipa baja tersebut dengan pipa yang terbuat dari material

lain yang kuat namun tahan terhadap korosi. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh para

ahli, salah satu jenis pipa yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah pipa yang terbuat dari

material komposit.

Jenis pipa komposit yang pada saat ini paling banyak digunakan dalam sistem

perpipaan adalah Glass Reinforced Plastics (GRP) atau disebut juga Fiberglass Reinforced

Plastics (FRP). Hal ini disebabkan karena sudah ada sedikit data tentang ketahanan jangka

panjang terhadap tekanan, fire performance dan impak jika dibandingkan dengan jenis pipa

komposit lainnya. Dalam penggunaannya pipa komposit GRP memiliki beberapa kelebihan

bila dibandingkan dengan pipa baja, antara lain: mengurangi biaya perawatan terhadap

korosi, mempunyai surface finish yang baik sehingga dapat mengurangi pressure loss, relatif

3

Page 5: Bangunan lepas pantai (onshore)

lebih ringan sehingga mengurangi berat yang signifikan jika digunakan di atas platform dan

juga mempermudah proses pengangkutannya, tahan terhadap zat yang bersifat reaktif[1].

Namun begitu penggunaan pipa komposit pada saat ini masih sangat sedikit, hal ini

terjadi karena ada kendala yang dihadapi dalam perancangan dan penggunaannya, salah

satunya adalah keterbatasan code dan standard yang berisi aturan perancangan pipa

komposit.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu bangunan onshore ?

2. Bagaimana sistem perpipaan pada bangunan onshore ?

3. bagaimana perencanaan dan pemasangan pada bangunan onshore ?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu bangunan onshore.

2. Mengetahui bagaimana sistem perpipaan pada bangunan onshore.

3. Mengetahui bagaimana perencanaan dan pemasangan pada bangunan onshore.

4

Page 6: Bangunan lepas pantai (onshore)

BAB II

PEMBAHASAN

Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas

alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena dapat mengurangi

kandungan oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.Gas alam dapat

berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas

alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi

bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai

titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan

yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah

antara 5% hingga 15%. (www.wikipedia.org)

Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :

• Transportasi melalui pipa.

• Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tangker LNG untuk

pengangkutan jarak jauh.

• Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan road

tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan menengah (antar

pulau).

Dari keseluruhan transportasi gas transportasi melalui media pipa sangat banyak

digunakan di darat. Selain karena mudah dalam instalasinya, pipa darat dapat bertahan

untuk waktu yang lama tergantung dari desain awal pipa. Pipa menjadi andalan utama

dalam distribusi gas dari terminal penerimaan sampai pelanggan. Tidak jarang dalam

instalasinya pipa melewati daerah pemukiman padat penduduk, hal ini yang menjadi

perhatian serius dalam perawatan dan pengoperasian pipa supaya tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan misalnya ledakan pipa gas atau tercemarnya lingkungan sekitar.

5

Page 7: Bangunan lepas pantai (onshore)

II.1 Onshore Pipeline

Pipeline atau jaringan pipa adalah sistem jaringan penghubung

untuk sarana transportasi fluida produksi dari satu tempat ke tempat

lainnya, dimana pipa-pipa tersebut biasanya dipendam didalam tanah,

ditempatkan di atas permukaan atau ditempatkan di sea floor.

Jaringan Pipa Bawah Tanah (Underground Pipeline)

Above Ground Pipeline (Jaringan Pipa di atas Tanah)

Sumur-sumur produksi migas menghasilkan fluida produksi (air, minyak dan gas)

yang kemudian di kirimkan ke fasilitas produksi. Pada fasilitas produksi fluida tersebut

diolah dalam peralatan oil, gas and water processing. Hasil pemisahan berupa minyak dan

6

Page 8: Bangunan lepas pantai (onshore)

gas bumi ditampung dalam tangki pengumpul (storage tank) sedangkan hasil berupa air

dikembalikan ke alam setelah dilakukan pemurnian.

Selanjutnya dari tangki pengumpul, minyak dan gas dialirkan ke customer, untuk

tenaga pendorong digunakan pump station untuk minyak dan compresor untuk gas,

terkadang juga menggunakan efek gravitasi bumi. Proses distribusi migas dari sumur

produksi ke customer menggunakan pipa-pipa yang terintegrasi menjadi suatu jaringan pipa

yang panjangnya bisa mencapai ratuan kilometer.

Secara umum tahap-tahap konstruksi jaringan pipa darat antara lain :

1. Topography Survey

2. Clearing (Pembersihan) dan Grading (Perataaan)

3. Hauling (Membawa/mengangkut pipa ke lokasi atau site)

4. Stringing (Mengecer pipa)

5. Fit-up dan Welding (Pengelasan)

6. NDT – Non Destructive Test

7. Field Joint Coating

8. Holiday Test (Uji Kebocoran Coating)

9. Lowering Pipe (Menurunkan pipa kedalam galian)

10. Backfilling (Menutup galian kembali)

11. Re-Instatement and restoration

12. Pengujian (Cleaning, Hydrostatic Test, Dewatering, Swabing, drying, nitrogen

packing)

13. Commissioning dan Trial Operation

7

Page 9: Bangunan lepas pantai (onshore)

II.2 Bangunan Lepas Pantai

Macam-macam Bangunan/Anjungan Lepas Pantai

Jenis anjungan berdasarkan fungsi

1. Production Platform (Anjungan Produksi)

Fungsi dari anjungan ini adalah memisahkan antara gas, minyak, dan air. Anjungan

dapat berupa jacket steel platform, gravity platform atau mobile units. Hasil olahan dikirim

ke darat melalui pipa bawah laut dan ditampung lalu diangkut tanker. Fasilitas produksi

yang ada umumnya di prefabrikasi di darat. Sedangkan peralatannya meliputi kran, tangki,

pendingin, pemanas, generator, pompa, dll. Terdapat sistem pipa, electrical (kabel-kabel,

panel-panel), Struktur pendukung, balok-balok penopang, pondasi, dll, bangunan untuk

perawatan, gudang, generator, control-room, peralatan komunikasi dan keselamatan.

8

Page 10: Bangunan lepas pantai (onshore)

2. Accomodation Platform (Anjungan Akomodasi)

Saat ini banyak juga dipakai anjungan terapung selain terpancang. Di sisi lain, setelah

kecelakaan semi-submersible Kielland 1980 dan Piper Alpha 1990-an, peraturan kebakaran

dan keselamatan untuk anjungan akomodasi semakin ketat. Salah satunya adalah ISM codes

untuk anjungan terapung diberlakukan mulai 2003. Anjungan akomodasi ditentukan oleh

jumlah personil dan sistem penggunaan (hotel atau transit).

3. Wellhead Platform (Anjungan Untuk Kepala Sumur)

9

Page 11: Bangunan lepas pantai (onshore)

Fungsi dari anjungan kepala sumur atau pengeboran adalah untuk pengeboran lanjut

minyak/gas maupun pengeboran awal. Lama operasi tergantung jumlah sumur dan jenis

pengeboran (bulanan ~ tahunan) dimana pengeboran 1 sumur - 1000 m dibawah seabed

rata-rata perlu 2 bulan. Untuk tipe yang dipakai adalah struktur terpancang atau terapung.

Jack-up setelah selesai pengeboran dapat dipakai sebagai well-head platform yang

menghubungkan sumur dengan anjungan produksi. Beban operasional sangat bervariasi

karena banyaknya material konsumsi (barite, semen, pipa-pipa bor, lumpur bor, dll).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan pengeboran

diantaranya pemenuhan kriteria operasional, integritas struktur, dan keselamatan selain

aspek kebocoran, kebakaran, dan redundancy power untuk penambatan. Contoh

penggunaan platform ini ada pada fasilitas pengeboran di North Sea seberat 5000 ton,

pengeboran gas di Natuna sedalam 145 m untuk 41 buah sumur yang dioperasikan 230

orang memerlukan topside facility seberat 10.300 ton.

4. flare platform (anjungan obor)

Flare platform berguna untuk membakar gas berbahaya yang tidak diinginkan yang

dilepaskan selama proses produksi sehingga mengurangi tekanan yang tidak direncanakan

di dalam sumur pengeboran.

10

Page 12: Bangunan lepas pantai (onshore)

5. self contained platform

Jenis anjungan ini mempunyai ciri bahwa semua peralatan ada diatas anjungan ini

baik well head, processing, flare, accomodation maupun helipad. Sedangkan aplikasinya

dipergunakan untuk laut dalam lebih dari 100 m. Ciri lain dari anjungan ini adalah berkaki 8

atau lebih dan berada di Laut Cina selatan (natuna), North Sea.

Selain kelima jenis platform, juga ada dua platform yang lain yakni anjungan instalasi

yang berfungsi untuk membantu instalasi anjungan lain seperti fasilitas derek (hook-up)

11

Page 13: Bangunan lepas pantai (onshore)

dimana kebanyakan berupa anjungan terapung baik kapal, semi-submersible atau jack-up

platform dengan kriteria kapasitas angkut dan perilaku di laut (stabilitas, gerakan, lamanya

waktu tidak operasi (down-time) karena lingkungan. Jenis yang satunya adalah pipe layer

dimana pipe Layer berkembang dari model TONGKANG biasa sampai semi-submersible yang

dilengkapi dengan fasilitas las dan pendukung yang modern dengan faktor lingkungan yang

berpengaruh adalah kedalaman air dan kondisi laut saat operasi.

II.3 Jenis bangunan dilihat dari sistem dan struktur

1. Bangunan Terpancang

a. fixed jacket leg structure

Bangunan ini bisa dipakai sebagai

o kepala sumur(well head)

o produksi(production)

o akomodasi(living quarter)

o obor (flare)

o jembatan hubung(junction)

Offshore jacket structure bisa terdiri dari jacket leg structure dan deck structure.

Kemudian jumlah kaki (jacket leg) bisa 3, 4, 6, 8 yang tergantung beban yang ditopang(deck

load). Sedangkan jumlahnya lebih 400 di perairan indonesia, mulai 10 m sd 100 m. Untuk

contoh aplikasi dengan konstruksi terpancang bisa dilihat pada jacket steel platform, gravity

platform, monopod, tripod, dll. Pada konstruksi terpancang, beban vertikal, horizontal dan

moment dapat ditransformasikan oleh konstruksi kaki-kakinya melalui pondasi ke dasar

laut. Ukuran pondasi menentukan

distribusi beban ke dasar laut. Ukuran pondasi menentukan ukuran struktur secara

keseluruhan. Struktur terpancang umumnya difungsikan sebagai Production Platform,

Fasilitas anjungan pendukung produksi atau keduanya.

b. jack up structure (self elevating unit) atau anjungan dongkrak

12

Page 14: Bangunan lepas pantai (onshore)

Merupakan bangunan lepas pantai yang berkaki 3-4 yang dapat diturunkan kedasar

laut dan digunakan untuk eksplorasi pengeboran sampai kedalaman 50-100 m. Adapun

bangunan ini bisa diapungkan dan dipindahkan dengan ditarik kapal tunda.

2. Bangunan Terikat (compliant platform)

Aplikasi untuk struktur bangunan terikat ada pada Tension Leg Platform (TLP), Guyed

Tower, Articulated Tower. Struktur selain ditopang di dasar laut, juga memiliki daya apung.

Keunggulan dari struktur ini adalah posisi geladak tetap diatas air dan gerakan vertikal

struktur dapat dieliminasi serta pipa-pipa conductor dapat dipasang disamping struktur.

Sedangkan kelemahannya adalah konstruksi sangat besar karena biasanya untuk laut dalam,

sambungan antara struktur dengan dasar laut bersifat engsel (balljoint) sehingga lemah jika

menahan beban dinamis struktur yang besar serta daya muat struktur tidak terlalu besar.

3. Bangunan Terapung (mobile offshore unit)

Adapun contoh aplikasi untuk bangunan terapung adalah jenis semi-submersible,

jackup platform, drilling ship, barge, dll.

Gerakan struktur diatas air relatif lebih besar (kecuali Jack-up) dibanding Fixed Plat.

Sementara kaki-kaki Jack-up tidak terpancang permanen di dasar laut tapi dapat naikturun.

Untuk struktur terapung dilengkapi fasilitas penambatan (MOORING), dengan sistem:

13

Page 15: Bangunan lepas pantai (onshore)

- Catenary Mooring yang terdapat jangkar, rantai atau wire ropes dengan jumlah mooring

line antara 4 ~ 24 buah serta karakteritik dipengaruhi beban statis dan dinamis.

- Dynamic Positioning (motion response control, thruster), dimana digunakan untuk laut

dalam dan lokasi kerja rawan.

Adapun secara umum fungsi dari struktur bangunan terapung adalah merupakan

anjungan pengeboran (drilling), anjungan pendukung operasi (support vessel), fasilitas

pendukung pemasangan pipa (Pipe Layer), fasilitas akomodasi, fasilitas produksi khususnya

di marginal field dan shorter time.

Sedangkan pembagiannya dapat dilihat pada kedua jenis aplikasi berikut ini :

a. kapal bor (drilling ship)

Jenis ini bisa beroperasi pada kedalaman 300 meter sampai 1500 meter. Sementara

sususannya, ditengah kapal ada moon pool yaitu lubang untuk menara bor dan peralatan

bor. Selain itu, bangunan terapung dengan kapal bor menggunakan dynamic positioning

system agar bisa diam pada posisi yang dikehendaki dengan bantuan beberapa thruster.

b. semi submersible (anjungan benam)

Anjungan jenis ini merupakan bangunan geladak yang ditopang oleh 4 atau 6 kolom

yang berdiri diatas dua ponton(port & starboard) yang digunakan untuk pengeboran

eksplorasi pada kedalaman 200-500 meter. Pada umumnya menggunakan dynamic

positioning system. Kemudian secara kerjanya juga stabil dan bisa berpindah tempat sendiri.

14

Page 16: Bangunan lepas pantai (onshore)

15

Page 17: Bangunan lepas pantai (onshore)

BAB III

KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan

Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk

mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup

beragam, antara lain digunakan untuk menyalurkan fluida dari sumur menuju tempat

pengolahan atau antar bangunan anjungan lepas pantai (offshore facility) ataupun dari

bangunan anjungan lepas pantai langsung ke darat (onshore facility). Pipeline atau

jaringan pipa adalah sistem jaringan penghubung untuk sarana

transportasi fluida produksi dari satu tempat ke tempat lainnya, dimana

pipa-pipa tersebut biasanya dipendam didalam tanah, ditempatkan di atas

permukaan atau ditempatkan di sea floor.

III.2 Saran

Penggunaan sistem perpipaan di suatu industri penghasil minyak

dan gas sangat di perlukan guna menunjang keberhasilan dalam industri

terseut. Oleh karena itu Sistem perpipaan harus benar-benar di pahami

perencanaanya sehingga dapat menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://andhikapal.blogspot.co.id/2010/10/bangunan-lepas-pantai.html

http://navale-engineering.blogspot.co.id/2012/03/teknik-perpipaan.html

http://asrarudin91.blogspot.co.id/2013/07/macam-macam-pengeboran-

migas.html

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-

prayudiher-18853

16