BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. KERANGKA KONSEPTUAL
Pengertian
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar (2008:
54) menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian,
tentang bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-
variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat.
Kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila
penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya
membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka perlu dilakukan
deskripsi teoritis masing-masing variabel dengan argumentasi terhadap variasi
besarnya variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual yang baik menurut Uma Sekaran sebagaimana yang
dikutip oleh Sugiyono dalam Iskandar (2008: 54) sebagai berikut:
1) Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti harus jelas.
2) Kerangka konseptual haruslah menjelaskan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti, dan ada teori yang melandasi.
3) Kerangka konseptual tersebut lebih selanjutnya perlu dinyatakan dalam
bentuk diagram, sehingga masalah penelitian yang akan dicari jawabannya
mudah dipahami.
Iskandar (2008:55) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif,
kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh
dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah
penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-
variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian yang terdahulu
yang kebenarannya dapat diuji secara empiris.
Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai
landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka atau kalau boleh
dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang
dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
Tinjauan pustaka berisi semua pengetahuan (teori, konsep, prinsip, hukum
maupun proposisi) yang nantinya bisa membantu untuk menyusun kerangka
konsep dan operasional penelitian. Temuan hasil peneliti yang telah ada sangat
membantu dan mempermudah peneliti membuat kerangka konseptual.
Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan
mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka
konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah
penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun
untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh penelitian
dan bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk menemukan
jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Kerangka konseptual diperoleh dari hasil
sintesis dari proses berpikir deduktif (aplikasi teori) dan induktif (fakta yang ada,
empiris), kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep
atau ide baru yang disebut kerangka konseptual.
Deductive Thinking
Inductive Thinking
Mental Image
“Conseption”“Conseptualization” Result “Consept”
Proses Konseptualisasi
Keterangan bagan :
Konsepsi adalah hasil tangkapan seseorang atau gambaran tentang objek atau
ide terhadap rangsangan (stimulus) objek yang merupakan proses mental untuk
berpikir kreatif. Pertemuan telur dan sperma adala contoh suatu konsepsi. Bagaimana
supaya telur dan sperma bertem (konsepsi) pada tempat yang bisa membuahkan bayi
yang sehat, mak proses ini merupakan konseptualisasi. Konseptualisasi adalah suatu
prose mental di mana seorang ilmuwan menyusun konsep yang didasarka
pengalaman, berpikir deduktif dan induktif. Konsep adalah hasil akhir dari proses
konseptualisasi. Hasil dari proses kegiatan ini menghasilkan sebuah konsep atau bayi
sehat.
Contoh :
Sehat adalah konsep, istilah ini mengungkap sejumlah observas tentang hal-
hal atau gejala-gejala yang mencerminkan kerangk keragaman kondisi kesehatan
seseorang. Untuk mengetahui apaka seseorang itu sehat atau tidak sehat maka
pengukuran konsep sehat tersebut harus melalui konstruksi atau variable-variabel,
misalnya tekanan darah, denyut nadi, Hb darah, dan sebagainya. Tekanan darah
denyut nadi, Hb darah dan sebagainya ini adalah variabel-variabel yang digunakan
untuk mengobservasi atau mengukur apakah seseorang itu sehat atau sakit.
Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian ditentukan
oleh beberapa landasan, yaitu :
1. Landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti
harus membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua
kepustakaan yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat,
sebelum memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut.
2. Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang
lain yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
3. Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan
penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan ke-empat
dengan cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan
penelitan dan logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual
penelitian.
Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka konseptual,
yaitu : Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada suatu konsep yang
telah ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka konsep disesuaikan
dengan variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada (tujuan penelitian). Jadi
mencoba mencocokkan teori, konsep dengan realita permasalahan di lapangan. Untuk
pendidikan magister, selain berdasarkan kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari
satu), juga diminta ada masukan ide atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi
variable yang disesuaikan realita di lapangan. Tujuan akhir penelitian program
magister lebih diutamakan dalam bentuk ide dan atau teknologi pemecahan masalah.
Untuk pendidikan doktor, maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang
program doktor juga ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide
inovatif yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut
diadakan, sehingga menghasilkan pengetahuan baru.
Tahap Penyusunan Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangk hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalu penelitian. Untuk itu langkah-
langkah yang dilakukan sebelum membua kerangka konseptual ini adalah :
a. Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau
atribut dari masalah yang akan diteliti)
b. Mengembangkan pernyataan hubungan.
c. Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
.
- Disesuaikan dengan pernyataan masalah.
- Penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang
diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan
dengan variable yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep dalam
gambar / kerangka dengan membuat garis mana yang diteliti dan tidak
dengan menggunakan garis sambung atau terputus serta buat panah untuk
bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untu bagian yang tidak ada pengaruh
- Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan.
Contoh :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berhubungan
: Berpengaruh
: Sebab akibat
: Perbandingan
Contoh Kerangka Konseptual :
Keterangan :
Dari bagan diatas terlihat bahwa faktor iklim kerja, disiplin kerja dan etos
kerja secara langsung mempengaruhi produktivitas kerja di rumah sakit. Iklim kerja
yang kondusif dan harmonis akan membuat perawat menjadi kreatif dan inovatif yang
mendorong mereka bekerja dengan optimal. Perawat yang merasa senang dengan apa
Iklim Kerja :
- Dimensi Psikologikal - Dimensi Struktural - Dmensi Sosial - Dimensi Birokratik
Disiplin Kerja :
- Disiplin terhadap waktu kerja- Disiplin terhadap tata tertib- Disiplin terhadap standar kerja - - Disiplin terhadap atasan
Etos Kerja :
- Kerja adalah rahmat - Kerja adalah Amanah - Kerja adalah panggilan- Kerja adalah aktualisasi- Kerja adalah seni- Kerja adalah ibadah- Kerja adalah kehormatan- Kerja adalah pelayanan
Produktivitas Kerja :
- Efficasy- Efektivitas- Efisiensi
Perancu
- Umur
- Jenis kelamin
yang dikerjakannnya akan berdampak pada kinerja yang dihasilkannya dan akan
menjadi motivator tersendiri dalam meningkatkan produktivitas kerjanya. Etos kerja
yang baik akan mendorong seseorang untuk bekerja sesuai etika yang benar agar apa
yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik sesuai harapan organisasi. Dengan etos
kerja yang baik maka akan tercipta suasana kerja atau iklim kerja yang kondusif yang
akan mendukung pelaksanaan tugas yang baik dan memberikan tingkat produktivitas
yang tinggi. Dengan disiplin yang baik dari perawat maka target penyelesaian
pekerjaan akan tercapai yang pada gilirannya berpengaruh terhadap produktivitas
kerja dalam organisasi.
2.2. HIPOTESIS PENELITIAN
Pengertian
Hipo artinya bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat yang
kebenaranya masih dangkal dan perlu diuji, patokan duga atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. hipotesis adalah kesimpulan
teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-
bukti empiris.
Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian, maka hypotesis ini dapat benar atau
salah, dapat diterima atau ditolak. hypotesis seyogyanya diturunkan dari suatu teori,
sehingga rumusan hiphotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi,
yang mengandung hubungan dua variable atau lebih.
Sumber Hipotesis bisa dari hasil kajian teoritis atau melali proses menghubung-
hubungkan sejumlah bukti empiris dan juga bisa hasil perenungan atau reka-reka
rasional.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis itu harus dibuat yaitu
1) Hipotesis yang dirumuskan peneliti dapat dijadikan bukti kuat, bahwa peneliti
mempunyai penguasaan yang cukup luas dan mendalam mengenai fokus kajian.
2) Hipotesis merupakan panduan peneliti dalam rangka pengumpulan data dan analisa
data, penentuan prosedur kerja dan data yang harus dicari selama proses penelitian.
Cara Memperoleh Hipotesis
Hipotesis dapat bersumber dari teori atau hasil perenungan yang mendalam.
Dari manapun sumber hipotesis , tidak menjadi masalah, namun yang paling utama
bahwa untuk merumuskan Hipotesis harus digunakan cara tertentu, yaitu cara berpikir
bisa secara induktif maupun deduktif.
Berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan
umum dari sejumlah atau serangkaian gejala spesifik dari peristiwa nyata dan berpikir
induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan khusus dari sejumlah
atau serangkaian gejala umum dari peristiwa nyata.
Ciri hipotesis
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan
sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh sebab itu hipotesis
harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak
mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan. Ciri-
ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement),bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
b. Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti.Hal ini berarti
bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan
yang sedang atau akan diteliti.
c. Hipotesisi harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus
mengandung atau terdiri dari variable-variabel yang dapat diukur dan
dapat dibanding-bandingkan.
d. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas
sifatnya.
Prinsip Uji Hipotesis
Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampe
dengan nilai populasi yang diajukan. Peluang untuk diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai
hipotesis. Bila perbedaan cukup besar peluan untuk menolak hipotesispun besar, dan
sebaliknya bila perbedaanya kecil maka peluang untuk menolak hipotesis pun kecil.
Bentuk Hipotesis
Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis Nol (Hipotesis Statistik)
Pada penelitian, hipotesis nol ini diartikan sebagai tidak adanya hubungan
atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau symbol
dengan (H0).
Contoh :
b. Hipotesis Alternatif (Hipotesis Penelitian)
Adalah lawannya hipotesisi nol, yang berbunyi adanya perbedaan atau
adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variable bebas dengan
variabel terikat), diberi notasi atau symbol dengan (HI).
Contoh :
Jenis Rumusan Hipotesis
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis
dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Hipotesis Deskriptif
Yaitu Hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri – ciri suatu tentang nilai
suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.
Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Seberapa besar peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap
anggota keluarga yang lain ?
b. Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X ?.
c. Bagaimanakah intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama ?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Peran keluarga dalam mencegah penularan TB paru terhadap keluarga yang
lain sebagian besar baik.
b.Gaya kepemimpinan dilembaga X telah mencapai 70 % dari yang
diharapkan.
c. Intensitas belajar mahasiswa Akper yang tinggal di Asrama di duga rendah.
b. Hipotesis Komparatif (Perbedaan)
Tidak ada nya hubungan antara Pola makan seorang anak dengan tingkat gizi nya Adalah lawannya hipotesisi nol, yang berbunyi adanya perbedaan
Ada hubungan antara pola makan seorang anak dengan tingkat gizi nya
Yaitu Pernyataan yang menunjukan dugaan nilai dengan membuat
perbandingan dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Adakah perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu dengan anak yang
tidak dibina oleh posyandu?
b. Adakah perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SM dengan mahasiswa
lulusan SPK terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas ?
c. Bagaimanakah perbedaan tingkat prestasi mahasiswa Akper yang tidur di
Asrama Dan di luar asrama ?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Tidak terdapat perbedaan status gizi anak yang dibina posyandu
dengan anak yang tidak dibina oleh posyandu?
Atau bisa begini :
Status gizi anak yang dibina posyandu lebih baik dari pada anak
yang tidak dibina oleh posyandu?
b. Ada perbedaan persepsi antara mahasiswa lulusan SMU dengan mahasiswa
lulusan SPK terhadap penampilan Dosen keperawatan dikelas.
c. Tingkat prestasi mahasiswa Akper yang tidur di Asrama lebih baik dari
mahasiswa yang tidur di luar asrama.
c. Hipotesis Asosiatif (Hubungan)
Suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih.
Sebagai contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara
semasa nifas ?
b. Bagaimanakah hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar ?
c. Bagaimanakah hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya
depresi pada usila ?
Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perawatan payudara semasa
nifas.
b. Ada hubungan antara intelegensi dengan prestasi belajar.
c. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan terjadinya depresi pada
usila.
Fungsi Hipotesis
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1. Untuk menguji teori,
2. Mendorong munculnya teori,
3. Menerangkan fenomena sosial,
4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan
benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil
penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika
hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian,
melainkan juga sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar, sedikitnya harus
memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
1. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisi-proposisi. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban
atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau searah dengan
tujuan penelitian.
2. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam istilah yang benar dan
secara operasional. Aturan untuk, menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus
mendefinisikan secaraoperasional semua variabel dalam hipotesis dan diketahui
secara pasti variabel independen dan variabel dependen.
3. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan
memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk
hipotesis deskriptif berarti hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,
atau distribusi suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai
yang mempunyai makna.
4. Hipotesis harus bebas nilai. Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti dan
preferensi subyektivitas tidak memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti
halnya dalam hipotesis.
5. Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada (atau dapat
dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang tersedia yang dapat
digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat merumuskan hipotesis yang bersih,
bebas nilai, dan spesifik, serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk
mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada eksistensi metode-
metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan
data, analisis data, maupun generalisasi.
6. Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang
sebenarnya. Peneliti harus memiliki hubungan eksplisit yang diharapkan di antara
variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu hipotesis menyatakan
bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum. Hubungan antara X dan Y
dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan tidak bebas dari waktu, ruang,
atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang
diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang
diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting
secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti karena
dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
7. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel. Satu hipotesis
yang memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel
dibuat secara eksplisit.
Tahap-tahap pembentukan Hipotesa
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul
karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkanhukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar
penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang
tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk
perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan
dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan
dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit,
dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan
untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat
berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan
sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika
Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan
seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah
ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan
fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak
berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi
atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus
dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Top Related