Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-1
BAB IV
STUDI KASUS DAN HASIL
4.1. UMUM
Analisis studi kasus pada tugas akhir ini menggunakan software PLAXIS
7.2. PLAXIS adalah sebuah software yang dikembangkan berdasarkan
metoda elemen hingga (finite element) yang digunakan untuk
menganalisis deformasi dan stabilitas dari struktur dan bangunan
geoteknik. Program ini dapat menganalisis untuk perhitungan kondisi
plane-strain maupun axisymmeetric.
Plane-strain digunakan untuk menganalisis struktur yang memiliki
potongan melintang dengan pembebanan dan kondisi tegangan yang
seragam, dan perpindahan/deformasi pada arah ini dianggap nol.
Sedangkan axisymmeetric digunakan untuk analisis struktur lingkaran
(circular structures) yang memiliki potongan radial dan pembebanan
seragam terhadap pusat, dengan deformasi dan tegangan yang dianggap
sama pada arah radialnya.
Metode elemen hingga yang dimaksud diatas adalah cara pendekatan
solusi analisis struktur secara numerik dimana struktur kontinum dengan
derajat kebebasan tak hingga disederhanakan dengan diskretasi kontinum
dalam elemen-elemen kecil yang umumnya memiliki geometri lebih
sederhana dengan derajat kebebasan tertentu (berhingga), sehingga lebih
mudah dianalisis. Elemen-elemen difreansial ini memiliki asumsi fungsi
perpindahan yang dikontrol pada nodal-nodalnya. Pada nodal tersebut
diberlakukan syarat keseimbangan dan kompatibilitas. Dengan
menerapkan prinsip energi disusun matriks kekakuan untuk tiap elemen
dan kemudian diturunkan persamaan keseimbangannya pada tiap nodal
dari elemen diskret sesuai dengan kontribusi elemennya.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-2
Persamaan keseimbangan yang berbentuk persamaan aljabar simultan ini
diselesaikan sehingga perpindahan nodal diperoleh. Regangan nodal dapat
dihitung dari derajat kebebasan nodal sehingga tegangannya dapat
ditentukan.
4.2. DATA
Untuk memperkirakan daya dukung lapisan tanah tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan percobaan seperti SPT (Standard Penetrasi
Test), Sondir, Boring dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data yang
cukup teliti dan lengkap harus dilakukan penyelidikan tanah yang
terperinci, yang berarti tidak hanya berdasarkan satu jenis percobaan
saja. Sebaiknya penyelidikan tersebut diperoleh dengan membandingkan
beberapa percobaan seperti yang tersebut diatas. Disamping untuk
mendapatkan data yang teliti tergantung pada ketepatan pemilihan alat
yang dipakai misalnya sondir tidak tepat digunakan pada lapisan tanah
yang mengandung lapisan kerikil dan batuan. Sedangkan boring tidak
dapat dilaksanakan pada lapisan tanah yang lunak dan mudah lepas, yang
akan mengalami keruntuhan yang dapat menutupi lubang yang telah ada.
Klasifikasi tanah dapat memberikan gambaran sepintas mengenai sifat-
sifat tanah. Dengan mengetahui sifat-sifat tanah, dapat ditaksir atau
ditentukan beberapa parameter yang menentukan dalam perencanaan
pondasi seperti daya dukung (bearing capacity), penurunan (besar dan
lajunya penurunan), tekanan tanah (vertikal dan lateral) dan tekanan air
pori serta kwalitas pengeluaran air.
Klasifikasi tanah dapat diperoleh dengan mengadakan penyelidikan
tanah.Sehingga untuk merencanakan pondasi suatu lokasi harus diadakan
penyelidikan tanah.
Bilamana sesudah mendapatkan hasil penyelidikan kekuatan tanah
berdasarkan penyondiran dan masih dinginkan hasilnya yang lebih teliti,
maka penyelidikan tanah harus dilengkapi dengan pengambilan contoh
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-3
tanah dari lapisan bawah. Indikator yang berhubungan dengan
karakteristik mekanika tanah pondasi harus dicari dengan melakukan
pengujian–pengujian di laboraturium yang sesuai dengan latak asli tanah
tersebut. Untuk maksud ini biasanya dibuatkan suatu lobang bor kedalam
lapisan tanah pondasi dan kemudian dilakukan pengujian. Pemboran
beserta pengambilan contoh eksplorasi tanah atau pengujian pada letak
asli dapat memberikan informasi yang lebih teliti dan terpercaya
mengenai karakteristik fisik dan mekanis tanah pondasi dibandingkan
dengan cara lain. Maksud diadakan pemboran ini adalah untuk
mengetahui kedalaman lapisan tanah dibawah yang akan menjadi
pondasi, menetapkan kedalaman untuk pengambilan contoh tanah asli
dan tidak asli, mengumpulkan data/informasi untuk menggambarkan
profil tanah, pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk
penyelidikan lanjutan di laboraturium. Pemboran ini hanya memberikan
informasi kondisi tanah dalam arah vertikal pada titik pemboran sehingga
untuk memperkirakan luas dan penyebaran karakteristik dalam arah
horizontal, diperlukan suatu rencana survey yang menggabungkan
pengujian pemboran dengan metode survei lainnya seperti penyelidikan
geofisika.
4.2.1 Penyelidikan Tanah
Dalam perencanaan konstruksi dermaga, khusus untuk tinjauan
geoteknik, diperlukan data-data yang akurat yang dapat dibagi kedalam
beberapa bagian sebagai berikut:
1. Data profil Tanah dasar.
2. Profil muka air tanah.
3. Data topografi.
4. Konfigurasi struktur yang akan dibangun.
Kondisi perlapisan tanah pada tinjauan geoteknik ini disusun berdasarkan
data hasil penyelidikan tanah yang dilakukan oleh Laboratorium Mekanika
Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia (Oktober, 2005). Data
tanah yang telah kami terima terdiri dari tiga (3) titik bor dan dua (2)
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-4
titik sondir (CPT). Lokasi titik-titik penyelidikan tanah relatif terhadap
lokasi Dermaga 115 ditampilkan pada Gambar 4. Mengingat keterbatasan
data yang ada, sebelum konstruksi direkomendasikan untuk melaksanakan
pengujian tanah tambahan untuk verifikasi data tanah serta parameter
disain yang telah dipakai dalam analisis pada laporan ini.
B1,S1
DB2 S4
B2
11
DERMAGA 115 (BARU)
KO
LAM
PEL
ABU
HAN
SATU
DERMAGA EKSISTING
LAUT
KO
LAM
PEL
ABU
HAN
DU
A
Gambar 4.1 Lokasi Penyelidikan Tanah Yang Telah Dilakukan oleh
Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Indonesia
4.2.2 Profil Pelapisan Tanah
Tinjauan lapisan tanah pada lokasi pekerjaan dilakukan berdasarkan pada
3 bor log, yaitu B1, B2 dan DB2. Secara umum, kondisi lapisan tanah
yang ada cukup homogen sepanjang daerah yang ditinjau. Elevasi
permukaan tanah diasumsikan pada elevasi permukaan untuk lokasi bor
B1.
Gambar 3.2 menampilkan profil tanah di lokasi proyek berdasarkan hasil
pemboran dan sondir. Berdasarkan gambar ini, diketahui bahwa pada
lapisan permukaan dijumpai lapisan tanah pasir bercampur koral abu-abu
(medium stiff sands) sampai kedalaman sekitar 6 meter di bawah
permukaan tanah. Diperkirakan bahwa lapisan tersebut merupakan
material tanah timbunan. Nilai N-SPT untuk lapisan ini cukup bervariasi
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-5
mulai dari 25 hingga 33. Lapisan tanah berikutnya di bawah lapisan pasir
tersebut adalah lapisan tanah lempung dengan konsistensi sangat lunak
hingga sedang. Lapisan ini dijumpai hingga kedalaman sekitar 18 meter
di bawah permukaan tanah dan memiliki nilai N-SPT dengan rentang
mulai dari 0 hingga 5. Lapisan tanah yang ketiga adalah lapisan lempung
kelanauan. Lapisan ini memiliki ketebalan lebih kurang 4 m atau
dijumpai hingga kedalaman sekitar 22 meter dari permukaan tanah.
Lapisan ini memiliki nilai N-SPT sebesar 12. Selanjutnya, lapisan terakhir
adalah lapisan cadas bercampur dengan lempung yang relatif keras
sampai akhir pengeboran terdalam pada kedalaman sekitar 30 meter di
bawah permukaan tanah. Nilai N-SPT lapisan ini lebih besar dari 30.
4.2.3 Kondisi Air Tanah
Bor log yang diterima oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II (Laporan
Hasil Penyelidikan Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia, Oktober 2005) tidak memberikan informasi
elevasi muka air tanah. Mengingat lokasi proyek berada di tepi pantai,
maka air tanah diperkirakan berada pada elevasi permukaan air laut.
Kondisi pasang surut air laut memungkinkan terjadinya fluktuasi muka air
tanah pada lokasi proyek.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-6
???
Material Timbunan
Lempung Kelanauan, Lunak
Lapisan Keras = Lempung, Cadas
Pasir Kelanauan
DB2
4
3
3
2
3
21
60
60
35
22
27
47
34
28
17
16
S4
B-2
0
2
3
64
40
68
63
69
46
62
56
B-1
33
25
5
3
4
5
12
62
64
62
48
S1
Gambar 4.2 Profil Tanah Hasil Kompilasi Data-Data Penyelidikan Tanah
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-7
4.2.4 Penentuan Perameter Tanah
Agar didapatkan hasil analisis yang baik untuk desain pondasi diperlukan
parameter-parameter yang akurat. Penentuan parameter tersebut
dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan tanah sampai kedalaman yang
cukup dari ujung pondasi tersebut seperti terlihat pada Gambar 4.
3-4B
a=4B
b=6-8 B
3-4B
a=4B
b=6-8 B
3-4B3-4B
a=4B
b=6-8 B
Gambar 4.3 Minimal Tebal Data Tanah Di Bawah Dasar Pondasi
Untuk Perhitungan Kapasitas Daya Dukung Ujung
(Irsyam,2005)
Tabel berikut menunjukkan besarnya faktor koreksi terhadap nilai N-SPT
lapangan berdasarkan metoda pelaksanaan yang digunakan.
Le/B >
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-8
Tabel 4.1 Koreksi Nilai N-SPT
Countr Hammer Type
Hammer Release Estimated Rod
Energy (%) Correction Factor fo r
60% Rod Energy Donut Free Fall 78 78/60 = 1.30 Japan Donut Rope an Pulley with
special throw release 67 67/60 = 1.12
Safety Rope and Pulley 60 60/60 = 1.00 US
Donut Rope and Pulley 45 45/60 = 0.75 Argentina Donut Rope and Pulley 45 45/60 = 0.75
Safety Rope and Pulley 60 60/60 = 1.00 US
Donut Rope and Pulley 45 45/60 = 0.75 Argentina Donut Rope and Pulley 45 45/60 = 0.75 Donut Free Fall 60 60/60 = 1.00 China Donut Rope and Pulley 50 50/60 = 0.83
Jika tidak terdapat hasil penyelidikan tanah yang diperlukan untuk
penentuan suatu parameter maka parameter tersebut ditentukan
berdasarkan korelasi-korelasi yang telah diterima secara luas di dunia
Geoteknik. Beberapa hubungan antara properti tanah dengan
penyelidikan tanah lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Hubungan antara N-SPT dengan parameter kuat geser tanah (c and φ)
dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.
Tabel 4.2 Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan N-SPT (After Bowles, 1988)
Consistency N’70 Remarks
Very soft
NC
Youn
g cl
ay 0-2 Squishes between fingers when squeezed
Soft 3-5 Very easily deformed by squeezing
Medium 6-9
Stiff
incr
easi
ng
OCR
Aged
/
cem
ente
d
10-16 Hard to deform by hand squeezing
Very stiff 17-30 Very hard to deform by hand
Hard > 30 Nearly impossible to deform by hand
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-9
Tabel 4.3 Klasifikasi Tanah Pasir Berdasarkan N-SPT(After Bowles, 1988)
Description Very Loose Loose Medium Dense Very dense
Dr 0 0.15 0.35 0.65 0.85
SPT N’70
Fine 1-2 3-6 7-15 16-30 ?
Medium 2-3 4-7 8-20 21-40 > 40
Coarse 3-6 5-9 10-25 26-45 > 45
Fine 26-28 28-30 30-34 33-38
Medium 27-28 30-32 32-36 36-42 < 50
Coarse 28-30 30-34 33-40 40-50
γwet (kN/m3) 11-16 14-18 17-20 17-22 20-23
Und
rain
ed s
hear
str
e ngt
h -
k N/m
SPT N-value - blows/300 mm
CL
Terzaghi and Peck
SC-ML
Soil groups refer to
2 Unified system
CH Sowers
Gambar 4.4 Hubungan Antara N-SPT Dengan Parameter Kuat Geser Undrained
(After Terzaghi & Peck, 1967)
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-10
Gambar 4.5 Hubungan Antara N -SPT Dengan Sudut Geser Dalam(After
Terzaghi)
Parameter geoteknik yang digunakan dalam analisis ini adalah hasil
kompilasi data-data penyelidikan tanah lapangan yang telah dikorelasikan
ke dalam parameter-parameter desain seperti telah diuraikan.
4.2.5 Analisis Stabilitas Lereng Global
Selain tinjauan terhadap kapasitas daya dukung tiang pancang dermaga,
analisa juga dilakukan terhadap stabilitas lereng permukaan tanah
dibawah dermaga. Hal ini perlu dilakukan efek pendalaman kolam
dermaga menjadi -14 LWS terhadap stabilitas lereng, untuk menjamin
keamanan stabilitas lereng terhadap keruntuhan global dan mempelajari
pengaruh kemiringan lereng disain terhadap struktur dermaga yang akan
dibangun. Analisis dilaksanakan dengan menggunakan bantuan paket
program PLAXIS (Brinkgreve and Vermeer, 1998) 2 Dimensi dan 3 Dimensi
untuk kasus beban statik serta PLAXIS 2 Dimensi untuk kasus beban
gempa.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-11
4.2.6 Beban Statik dan Gempa
Beban statik pada struktur dermaga 115 didasarkan pada informasi beban
yang disampaikan oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II seperti yang
telah diuraikan dimana beban yang bekerja pada lantai dermaga adalah
sebesar 5 ton/m2. Dengan demikian maka beban yang dimodelkan dalam
analisa kondisi statik adalah sebesar 5 ton/m2.
Peraturan Gempa Indonesia (SNI-1726-2002), mensyaratkan struktur
dermaga untuk didisain berdasarkan masa layan 50 tahun dengan nilai
kemungkinan 10% (Probability of Exceedance) terjadinya beban gempa
disain (disain durasi 475 tahun). Dari peta gempa tersebut terlihat bahwa
lokasi proyek terletak pada wilayah kegempaan 3 dengan percepatan
akibat gempa di batuan dasar sebesar 0.15g sehingga berada dalam
wilayah kegempaan sedang.
Peta gempa Indonesia pada SNI-1726-2002 (Gambar 4.6) memperlihatkan
bahwa percepatan gempa puncak (peak ground acceleration) pada batuan
dasar (bedrock) di lokasi proyek adalah sebesar 0.15g. Dengan
menggunakan data tanah pada lokasi proyek, dimana termasuk pada
kategori SE, maka percepatan gempa pada permukaan tanah akan
menjadi sebesar 0.30g (faktor amplifikasi = 2.0). Sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh Abramson (1996), maka besarnya percepatan
gempa di permukaan tersebut dapat direduksi hingga sebesar 0.65 dari
percepatan semula. Dengan demikian maka percepatan gempa yang
digunakan dalam analisis ini adalah sebesar 0.195 g.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-12
Gambar 4.6 Peta Gempa SNI – 1726-2002
Dalam design ini, pengaruh gempa terhadap konstruksi Dermaga
diperhitungkan sebagai beban gempa statik ekivalen, dan dihitung
menggunakan persamaan :
V = C.I/R x Wt, dimana
V = Base Shear.
C = Koefisien gempa
I = Importance factor
R = Koefisien reduksi gempa
Wt = Berat total konstruksi termasuk beban-beban yang bekerja
diatasnya.
Dari data tanah yang ada, kondisi lapisan tanah dapat dikategorikan
sebagai lapisan tanah lunak, sehingga besarnya C adalah 0.75. Besaran I
diambil=1 karena merupakan bangunan umum dan struktur dianggap
sebagai struktur rangka pemikul momen biasa (SRPMB) yang terbuat dari
beton bertulang sehingga Rm = 3.5
Jadi, besarnya V adalah V= 0.214 Wt.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-13
4.2.7 Hasil Analisis Stabilitas Lereng Global
Hasil analisis stabilitas global dermaga diringkaskan dalam tabel berikut.
Berdasarkan hasil analisis ini, bisa disimpulkan pada saat terjadi gempa
dengan percepatan gempa disain, kemungkinan dermaga akan mengalami
kerusakan minor: slope akan mengalami sedikit kelongsoran, tetapi
dermaga masih akan bisa bertahan.
Tabel 4.4 Ringkasan Faktor Keamanan
No. Kondisi Pembebanan SF Remark
1 Statik 1.9 Ok !
2 Gempa 1.4 Ok !
Hasil tabel diatas didapat dari perhitungan dengan menggunakan program
Plaxis 3 dimensi untuk kondisi dermaga dengan pembebanan statik dan
Plaxis 2 dimensi untuk kondisi Gempa.
Adapun tahapan pengerjaan dengan menggunakan program Plaxis ini
yang berupa perhitungan,parameter tanah,tahap pengerjaan serta hasil
dapat dilihat pada halaman selanjutnya dalam Bab IV ini.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-14
4.2.8 Perubahan Elevasi (menjadi + 3.00) dan Draft Dermaga
(menjadi -14.00)
Perubahan ini mengakibatkan adanya daerah yang memiliki kemiringan
dari elevasi +2.00 menuju +3.00 atau sebaliknya. Sesuai dengan
kemampuan kendaraan peralatan pengangkut, umumnya kemiringan tidak
boleh lebih dari 5%, jadi harus ada daerah sekitar 20 m untuk kemiringan.
Gambar 4.7 Perubahan Elevasi Dermaga
Draft sebuah dermaga akan sangat mempengaruhi kinerja operasional dan
juga pemilihan sistim struktur dermaga. Khusus untuk pekerjaan desain
ini, ada dua alternatif posisi face line dermaga yang dapat dipilih, yaitu
tetap mempertahankan face line dermaga eksisting atau memajukan face
line dermaga. Sesuai dengan yang terlah diuraikan dalam Laporan
Pendahuluan, dengan tetap mempertahankan posisi face line dermaga
akan sangat membahayakan pelaksanaan pekerjaan dermaga yang baru
akibat adanya kemungkinan kelongsoran tanah dibawah dermaga pada
saat dredging.
+ 3.00 LWS
+ 2.00 LWS
Minimum 20m
1 m5 %
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-15
4.2.9 Pembebanan Dermaga
Beban yang bekerja pada Dermaga adalah beban merata 5 ton/m2, beban
terpusat akibat kendaraan pengangkut, beban dari Gantry Crane dan
beban akibat Gempa. Ukuran Crane diasumsikan seperti terlihat pada
gambar, reaksi roda pada saat operasional adalah disisi laut 40 ton/m’
dan disisi darat 30 ton/m’.
Gambar 4.8 Beban Dermaga
16m 21.8 32m 16m
22m
51m
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-16
Beban Truk yang diperhitungkan bekerja pada lantai Dermaga
diperhitungkan sesuai dengan peraturan Jalan dan Jembatan sesuai
dengan BMS-1992 dengan asumsi bahwa kendaraan-kendaraan ini nantinya
juga akan beroperasi keluar pelabuhan.
Gambar 4.9 Beban Kendaraan
Beban Gempa yang bekerja pada struktur dermaga diperhitungkan
berdasarkan Peta Gempa SNI 03-1726-2002 dengan perioda ulang 500
tahun, sehingga dengan dengan resiko dilampaui sebesar 10%, umur
rencana konstruksi Dermaga diperhitungkan sebesar 50 tahun.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-17
4.2.10 Sistem Struktur Dermaga.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur
dermaga antara lain pemilihan jenis fondasi, sistim portal dermaga,
jarak antar portal dermaga dan beberapa hal lainnya.
Pemilihan material tiang pancang
Konstruksi Dermaga 115 yang baru akan berada pada dua daerah yang
berbeda, sebagian berada didaerah Dermaga 115 yang lama dan
sebagian lagi berada didaerah yang baru. Beberapa pertimbangan yang
diambil untuk memutuskan jenis tiang yang digunakan adalah :
1. Pada daerah Dermaga dilokasi dermaga yang lama, tiang-tiang pancang
harus dapat menembus lapisan batu pelindung lereng yang berada
dibawah dermaga.
2. Pada daerah Dermaga disisi timur, panjang bagian tiang yang berada
diatas tanah adalah sekitar 17 m sehingga panjang tekuk tiang terhadap
jepitan tiang dapat mencapai 20 meter.
3. Dari data tanah yang kami peroleh, bagian tanah dari elevasi sea-bed
rencana yaitu -14.00 LWS ke lapisan keras yang diperkirakan berada
pada elevasi -19.00 LWS merupakan tanah yang kurang baik dengan nilai
N-SPT sekitar 5-13, maka tiang harus “dipaksa” untuk menembus lapisan
tanah keras untuk mendapatkan stabilitas dalam arah lateral.
Berdasar alasan-alasan yang diuraikan diatas maka kami
meromendasikan menggunakan tiang pancang pipa baja sebagai
fondasi tiang pancang dermaga. Penggunaan tiang pancang beton akan
mengandung resiko rusaknya tiang pada saat pemancangan dan bahaya
patahnya tiang akibat tekuk karena panjang terkuk yang cukup besar.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-18
Gambar 4.10 Tiang pancang pipa baja
Sistim portal dan Jarak antar portal Dermaga
Sistim portal dan jarak antar portal dermaga merupakan faktor utama
dalam design sebuah dermaga karena akan menyangkut stabilitas
dermaga, baik akibat beban statik maupun akibat beban gempa. Selain
itu, juga akan menentukan besarnya dimensi dari elemen-elemen
dermaga, yang berupa balok, lantai dan tiang-tiang Dermaga.
Walaupun demikian, sistim portal dan jarak antar portal untuk
pekerjaan perluasan/perkuatan dan pendalaman Dermaga 115 ini tidak
bebas untuk dipilih karena dibatasi oleh sistim struktur Dermaga 115
eksisting.
Dari denah posisi balok dan tiang pancang Dermaga 115 eksisting
dibawah jelas terlihat bahwa jarak antar portal melintang Dermaga 115
yang baru haruslah 3m atau 6m dan jarak antar tiang dalam arah
melintang adalah sekitar 4.5m. Dengan jarak seperti diatas, maka
pemancangan tiang yang baru dapat dilakukan hanya dengan membobok
pelat lantai tanpa harus memutus balok-baloknya sehingga stabilitas
Dermaga 115 yang lama masih dalam kondisi stabil.
-14.0
-19.0 Tanah keras
Sea-bed
Lapisan Batu Pelindung
Tembus sekitar 1-2 m
Panjang Tekuk sekitar 20m
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-19
Gambar 4.11 Denah Dermaga Eksisting
Gambar 4.12 Alternatif model Dermaga.
6 m
6 m
6 m
6 m
4.55 4.55 4.55 4.55 4.25 3.3
25.75
2.0 3.0
+3.0+2.0
-9.0
-14.0
-19.0
21.83.0 4.36
1:6 1:6 1:61:6
∅-700 ∅-700 ∅-700
Oprit 5% 4.36 4.36 4.36 4.36
20 2.0
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-20
Gambar 4.13 Didaerah dermaga 115 eksisting
Dari denah posisi balok dan tiang pancang Dermaga 115 eksisting diatas
jelas terlihat bahwa jarak antar portal melintang Dermaga 115 yang
baru haruslah 3m atau 6m dan jarak antar tiang dalam arah melintang
adalah sekitar 4.5m. Dengan jarak seperti diatas, maka pemancangan
tiang yang baru dapat dilakukan hanya dengan membobok pelat lantai
tanpa harus memutus balok-baloknya sehingga stabilitas Dermaga 115
yang lama masih dalam kondisi stabil.
6.0
6.0
6.0
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-21
4.3. HASIL
4.3.1 Hasil Plaxis 2 Dimensi dan 3 Dimensi
Design di berikut merupakan pembanding yang paling mendekati dengan
kenyataan dilapangan, yaitu beban merata sebesar 5 ton/m2 dari
timbunan sampai lantai dermaga di tambah dengan beban strip oleh
crane sebaesar 40 ton/m2.
Adapun tahapan yang di lakukan sebagai berikut :
1. Proses kalkulasi oleh Plaxis 2 Dimensi dilakukan untuk meninjau
kekuatan dermaga terhadap beban gempa.
Gambar 4.14 Pengaktifan beban gempa.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-22
Gambar 4.15 Output Plaxis 2 Dimensi
33.00 36.00 39.00 42.00 45.00 48.00 51.00 54.00 57.00 60.00 63.00 66.00 69.00 72.00
-18.00
-15.00
-12.00
-9.00
-6.00
-3.00
0.00
3.00
Axial forcesExtreme axial force -297.19 Kn/m
Gambar 4.16 Aksial Force
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-23
25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 55.00 60.00 65.00 70.00 75.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
Bending momentExtreme bending moment -271.06 Knm/m
Gambar 4.17 Bending Moment
Hasil dari perhitungan menggunakan plaxis 2 Dimensi adalah Total
displacement sebesar 284.85 x 10-3 m ,Gaya Aksial maksimum sebesar -
297.19 KN/m dan Bending Moment sebesar 271.06 KNm/m.
Dibawah ini adalah gambar input untuk mendapatkan nilai SF (Safety
Factor) lereng dermaga.
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-24
x
yA A A AA A
0
1
2
3
4
56
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
18
20
21
22
23
24
Gambar 4.18 Input untuk perhitungan Safety Factor
Gambar 4.19 Kalkulasi untuk mencari nilai Safety Factor
Tugas Akhir
Studi stabilitas Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Muhammad Yazid (15003005)
IV-25
A A
-20.000 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000
-60.000
-40.000
-20.000
0.000
20.000
Total displacementsExtreme total displacement 26.71 m
m
-2.000
0.000
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
20.000
22.000
24.000
26.000
28.000
Gambar 4.20 Output untuk SF
Proses perhitungan yang dilakukan oleh Plaxis dalam mencari gaya
dalam tidak bisa disamakan dengan mencari nilai safety factor (SF),hal
ini dikarenakan nilai gaya dalam yang didapat pada proses tersebut
berkali lipat besarnya.Nilai Safety Factor pada kondisi gempa yang
didapat adalah 1.4 .
Top Related