37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1.Hasil Penelitian
1.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 4 Tahun
2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat daerah Kabupaten Pacitan
yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 76 Tahun 2016
tentang kedudukan, tugas, dan fungsi susunan organisasi serta tata kerja
organisasi perangkat daerah Kabupaten Pacitan, dijelaskan bahwa tugas pokok ,
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
a. Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas
membantu Bupati melaksanakan fungsi penunjang keuangan yang
meliputi anggaran dan perbendaharan, akuntansi dan aset daerah, serta
tugas pembantuan yang diberikan kepada kabupaten. 4.1.2 Visi dan Misi
BPKAD Kabupaten Pacitan.
4.1.2. Visi Misi BPKAD Kabupaten Pacitan
4.1.2.1 Visi
Visi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pacitan
adalah terwujudnya pengelolaan keuangan dan aset yang berkualitas melalui
profesionalisme kerja”.
38
Makna dari visi tersebut adalah upaya mewujudkan pengelolaan
keuangan dan aset daerah melalui sumber daya aparatur yang bekerja secara
profesioanal.
4.1.2.2 Misi
Misi BPKAD Kabupaten Pacitan :
1. meningkatkan pengelolaan dan pengembangan keuangan dan aset secara
profesional
2. Menerapkan sistem dan prosedur dalam rangka mewujudkan pelayanan
yang efektif
3. melakukan peningkatan kapasitas aparatur dan sarana kerja dalam rangka
mewujudkan profesionalisme kerja
4.1.3 Pendapatan Daerah Kabupaten Pacitan
Ada 3 (tiga) sumber pendapatan daerah di Kabupaten Pacitan yang
memegang peranan penting dalam proses pengelolaan keuangan daerah.
1. Sumber pendapatan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang terdiri
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang
pelaksanaannya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
2. Sumber pendapatan yang berasal dari dana perimbangan pemerintah pusat
dan daerah yang terdiri dari dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak.
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.
39
Sumber pendapatan yang berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri
dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari Provinsi dan dari pemerintah daerah
lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus dan bantuan keuangan dari Provinsi
atau pemerintah daerah lainnya.
Dari semua pendapatan tersebut, yang memberikan kontribusi
terbesar berasal dari dana perimbangan, sedangkan sumber pendapatan daerah
yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah masih terlalu kecil dibandingkan
dengan dan transfer dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Pacitan selama ini dalam pembiayaan administrasi pemerintahan dan
pembangunannya masih sangat tergantung kepada pemerintah pusat, terutama
untuk membiayai belanja pegawai berupa gaji dan belanja pembangunan yang
sifat peruntukannya sudah ditentukan oleh pemerintah pusat seperti DAK,
DBHCHT, BOS dan Pajak Rokok. Dari kondisi tersebut maka pengelolaan
pendapatan daerah harus dioptimalkan kinerjanya untuk meningkatkan
penerimaan, khususnya yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna
kelangsungan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan dan Pembangunan di
Kabupaten Pacitan dengan harapan pada tahun mendatang dapat memiliki
kemandirian fiskal daerah, sehingga tidak selalu tergantung pada pendapatan
transfer baik pemerintah pusat maupun dari pemerintah Provinsi. (pacitan.go.id)
4.2 Hasil Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
teknik dokumentasi. Pengumpulan data secara dokumentasi yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa data laporan realisasi anggaran tahun 2008-2019
yang diperoleh dari BPKAD Kabupaten Pacitan.
40
Tabel 4.1
Hasil Pengumpulan Data
Per 31 Desember 2008-2019
(Dalam Rupiah)
No Tahun
Pendapatan Asli
Daerah (X1)
Dana Alokasi
Umum (X2)
Dana Alokasi
Khusus (X3)
Dana Bagi Hasil
(X4) Belanja Modal (Y) Rata-Rata
1 2008 23.692.306.074,00 406.718.314.000,00 61.396.000.000,00 32.864.274.258,00 129.100.543.812,00 130.754.287.628,80
2 2009 27.666.707.833,00 429.136.640.000,00 61.207.000.000,00 30.306.732.832,00 97.189.650.565,00 129.101.346.246,00
3 2010 29.488.179.487,00 435.690.795.000,00 57.983.600.000,00 40.760.726.450,00 72.094.433.778,00 127.203.546.943,00
4 2011 48.359.915.660, 00 480.580.537.000,00 54.055.900.000,00 45.894.161.133,00 144.255.052.183,00 154.629.113.195,20
5 2012 57.298.39.682,00 589.829.914.000,00 51.724.730.000,00 49.795.680.035,00 153.539.156.459,00 180.437.544.035,20
6 2013 62.988.926.126,00 647.293.403.000,00 51.937.520.000,00 56.602.134.303,00 132.854.725.599,00 190.335.341.805,60
7 2014 101.276.945.021,00 700.743.024.000,00 51.869.860.000,00 55.639.205.951,00 200.429.181.165,00 221.991.643.227,40
8 2015 126.449.078.416,80 714.847.233.000,00 95.364.070.000,00 53.312.201.816,00 268.151.647.436,91 251.624.846.133,94
9 2016 150.466.067.820,59 807.907.686.000,00 222.388.548.658,00 56.876.719.010,00 379.166.997.216,56 323.361.203.741,03
10 2017 1.655.537.179.584,19 793.715.346.000,00 234.751.256.308,00 52.713.507.009,00 346.602.302.143,00 684.179.322.225,30
11 2018 185.153.427.758,47 793.715.346.000,00 277.683.212.331,00 99.006.905.287,00 271.920.244.653,80 325.495.827.206,05
12 2019 199.044.387.517,51 817.563.878.000,00 293.393.586.330,00 81.796.889.037,00 372.064.484.883,52 352.772.645.153,61
rata-rata 222.285.113.415,05 634.811.843.000,00 126.146.273.635,58 54.630.761.426,75 201.887.828.886,53 247.952.364.072,78
Sumber : Data Sekunder Diolah,2021(BPKAD Kabupaten Pacitan)
41
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Pendapatan Asli Daerah
pada tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata Pendapatan Asli Daerah
mengalami kenaikan sebesar Rp222.285.113.415,05 hal ini disebabkan karena
adanya beberapa faktor antara lain yakni optimalisasi sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah dan efisiensi penggunaan dana Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan hasil rekapitlasi perhitungan Dana Alokasi Umum pada
tabel 4.1 diatas dapat diihat bahwa rata-rata Dana Alokasi Umum mengalami
kenaikan sebesar Rp634.811.843.000,00 Hal tersebut disebabkan karena adanya
optimalisasi penggunaan Data Alokasi Umum dan efisiensi dari Dana Alokasi
Umum tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Dana Alokasi Khusus pada
tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Dana Alokasi Khusus mengalami
kenaikan sebesar Rp126.146.273.635,58 Hal tersebut disebabkan karena adanya
optimalisasi penggunaan Data Alokasi Khusus dan efisiensi dari Dana Alokasi
Khusus tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Dana Bagi Hasil pada tabel
4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Dana Bagi Hasil mengalami kenaikan
sebesar Rp54.630.761.426,75 Hal tersebut disebabkan karena adanya
optimalisasi penggunaan Data Alokasi Umum dan efisiensi dari Dana Bagi Hasil
tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan Belanja Modal pada tabel
4.1 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata Belanja Modal mengalami kenaikan
sebesar Rp201.887.828.886,53 Hal tersebut disebabkan karena adanya
42
pendanaan yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil, sehingga dari adanya pendanaan
tersebut secara otomatis akan mempengaruhi kenaikan Belanja Modal
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Bagi Hasil mengalami kenaikan pada tahun 2010-2017, sedangkan pada tahun
2018 sempat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya penurunan nilai
rata-rata dari yang semula pada tahun 2017 senilai Rp684.179.322.225,30 pada
tahun 2018 menurun menjadi Rp325.495.827.206,05 penurunan tersebut
dipengaruhi karena adanya nilai dari Pendapatan Asli Daerah dari yang semula
yakni tahun 2017 senilai Rp1.655.537.179.584,19 pada tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi Rp185. 153.427.758,47 walaupun demikian bila dilihat
secara keseluruhan dari tahun 2008-2019 kegiatan operasional daerah berjalan
dengan baik.
4.1.2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk
pengumpulan dan penyajian dari suatu hasil data yang nantinya akan
memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan
pada informasi tersebut. Penyajian informasinya berupa tabel meliputi
perhitungan modus, median, mean dan standar deviasi. Statistik deskriptif
nantinya akan memberikan suatu tanggapan terhadap variabel-variabel penelitian
yakni PAD (X1), DAU (X2), DAK (X3), DBH (X4), dan Belanja Modal (Y).
Hasil dari perhitungan statistik deskriptif adalah sebagai berikut :
43
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PAD 12 23692306074.00 1655537179584.19 222285113415.0467 455516478015.94324
DAU 12 406718314000.00 817563878000.00 634811843000.0000 160838232072.08550
DAK 12 51724730000.00 293393586330.00 126146273635.5833 98974578626.02650
DBH 12 30306732832.00 99006905287.00 54630761426.7500 19259295493.09155
Belanja
Modal 12 72094433778.00 379166997216.56 213947368324.5658 109715901911.37960
Valid N
(listwise) 12
Sumber : Output SPSS data Sekunder diolah 2021
Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 sampel data. Dari tabel diatas
dapat diketahui bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) nilai yang paling
kecil (minimum) adalah Rp23.692.306.074,00. Untuk nilai yang paling besar
(maximum) adalah Rp1.655.537.179.584,19 dan untuk nilai rata-ratanya (mean)
sebesar Rp222.285.113.415,00 dengan simpangan baku (standard deviation)
untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu nilai variabel sebesar
Rp455.516.478.015,94.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data (N) sebanyak
12, sedangkan variabel Dana Alokasi Umum (X2) nilai yang paling kecil
(minimum) adalah Rp 40.671.814.000,00. Untuk nilai yang paling besar
(maximum) adalah Rp817.563.878.000,00. Nilai rata-rata (mean) sebesar
Rp634.811.843.000,00, sedangkan untuk simpangan baku (standard deviation)
untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar
Rp160.838.232.072,08.
44
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah (N) sebanyak 12
sedangkan untuk variabel Dana Alokasi Khusus (X3) nilai yang paling kecil
(minimum) adalah Rp51.724.730.000,00, sedangkan untuk nilai yang paling
besar (maximum) Rp293.393.586.330,00. Untuk nilai rata-rata (mean) adalah
Rp126.146.273.635,58 dan untuk simpangan baku (standard deviation) untuk
mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar
Rp98.974.578.626,02.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah data (N) adalah 12,
sedangkan untuk variabe Dana Bagi Hasil (X4) nilai yang paling kecil adalah
Rp30.306.732.831,00. Untuk nilai yang paling besar (maximum) ialah
Rp99.006.905.287,00, nilai rata-rata (mean) sebesar Rp54.630.761.426,56.
Untuk simpangan baku (standard deviation) untuk mengukur tingkat
penyimpangan dari suatu variabel sebesar Rp19.259.295.493,09.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah (N) adalah 12,
sedangkan untuk variabel Belanja Modal (Y) nilai yang paling sedikit
(minimum) adalah Rp72.094.433.778,00, sedangkan untuk nilai yang paling
besar (maximum) adalah senilai Rp379.166.997.216,56. Untuk nilai rata-rata
(mean) sebesar Rp213947368324,56, dan untuk simpangan baku (standard
devitiation) untuk mengukur tingkat penyimpangan dari suatu variabel sebesar
Rp109.715.901.911,37.
45
4.1.3. Uji Asumsi Klasik
4.1.3.2.Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi linier, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, adapun salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
atau tidak normal adalah dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Adapun dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikansinya diatas 5% atau 0,5 maka
data tersebut memiliki distribusi normal, namun jika nilai signifikan dibawah 5%
atau 0,5 maka data tidak memiliki distribusi normal. Berdasarkan olah data
SPSS versi 23 dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.3
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 12
Normal Parametersa,b
Mean -.0000540
Std. Deviation 22354180230.30763000
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .117
Negative -.103
Test Statistic .117
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber : Data sekunder yang sudah diolah, 2021
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-
Smirnov sebesar 0,117 dengan tingkat signifikansinya 0,200 yang menunjukkan
bahwa variabel penelitian terdistribusi dengan normal karena tingkat
signifikansinya ≥ 0,5 sehingga variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
46
Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil dan Belanja Modal berdistribusi
normal.
4.1.6.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengidentifikasi secara statistik
ada atau tidaknya gejala multikolinieritas yaitu dapat dilakukan dengan cara
Variance Infation Factor (VIF) dan Nilai Tolerance (TOL) sebagai berikut :
Tabel 4.4
Pengujian Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
PAD .521 1.920
DAU .262 3.821
DAK .256 3.909
DBH .224 4.462
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : data sekunder yang sudah diolah, 2021
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai tolerance lebih dari
0,10 dan nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 10. Dilihat dari
variabel diatas, variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai tolerance
sebesar 0,521 dan nilai VIF sebesar 1,920. Variabel Dana Alokasi Umum
memiliki nilai tolerance sebesar 0,262 dan untuk nilai VIF sebesar 3,821, untuk
variabel Dana Alokasi Khusus memiliki nilai tolerance sebesar 0,256 VIF
sebesar 3,909, sedangkan untuk variabel Dana Bagi Hasil memiliki nilai
tolerance sebesar 0,224 dan untuk nilai VIF sebesar 4,462. Hasil diatas dapat
diartikan seluruh variabel bebas dalam penelitian ini tidak ada gejala
47
multikolinearitas dengan mengacu pada aturan jika VIF < 10 dan nilai tolerance
> 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas (Ghozali,2016).
4.1.6.3. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam modell regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka
dinamakan terdapat problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan dengan Uji Durbin Watson, yakni dapat dijelaskan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .979
a .958 .935 28022447918.61352 2.322
a. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK
b. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data sekunder diolah 2021
Sumber : Data sekunder diolah 2021
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea 260543611.90641
Cases < Test Value 6
Cases >= Test Value 6
Total Cases 12
Number of Runs 7
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
a. Median
48
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji
autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,322, dengan
jumlah variabel independen sebanyak 4 (k-4) dan sampel sebanyak 12 (n=12)
data, maka (k:n) adalah (4:12). Angka ini kemudian dilihat pada distribusi nilai
tabel Durbin Watson dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat ditemukan
nilai (dl) sebesar 0,5120 dan nilai (du) sebesar 2,1766 untuk nilai (4-du) 4 –
2,1766 = 1,8234 sedangkan untuk nilai (4-dl) = 4 – 0,5120 = 3,9488. Jadi dapat
dilihat bahwa hasil dari test Durbin Watson tidak dapat disimpulkan karena
terletak di antara (4-du) dan (4-dl) maka alternatif yang lain untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan metode uji run test. Untuk uji run test
diperoleh nilai Asym. Sig (2-tailed) sebesar 1,000 yang artinya lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala atau masalah autokorelasi.
Dengan demikian masalah autokorelasi yang tidak dapat terselesaikan dengan
Durbin Watson dapat teratasi melalui uji run test sehingga analisis regresi linear
dapat dilanjutkan.
4.1.6.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Uji Glejser dimana jika nilai probabilitas signifikan diatas 5%
atau (sig > 0,05), maka dipastikan model regresi tidak mengandung gejala
heteroskedastisitas (Ghozali, 2016)
49
Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas Glejser
Sumber : Data yang sekunder yang sudah diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa terdapat signifikansi
antara pengaruh Pendapatan Asli Daerah (X1) dengan Belanja Modal (Y)
sebesar 0,720 dimana 0,720 > 0,05. Terdapat nilai signifikansi antara Dana
Alokasi Umum (X2) dengan Belanja Modal (Y) sebesar 0,258 dimana 0,258 >
0,05. Terdapat nilai signifikansi antara Dana Alokasi Khusus dengan (X3)
dengan Belanja Modal (Y) sebesar 0,965 dimana 0,965 > 0,05. Terdapat nilai
signifikansi antara Dana Bagi Hasil (X4) dengan Belanja Modal (Y) sebesar
0,849 dimana 0,849 > 0,05. Jadi kesimpulan dari hasil pengujian ini adalah tidak
ada heteroskedastisitas.
4.1.4. Uji Regresi Berganda
4.1.4.2. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini
perhitungan statistik dalam analisis regresi linear berganda menggunakan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 49911494357.378 19265566892.791 2.591 .036
PAD -.004 .012 -.143 -.373 .720
DAU -.057 .046 -.667 -1.231 .258
DAK -.003 .076 -.025 -.045 .965
DBH .083 .417 .116 .198 .849
50
program SPSS versi 23, dan untuk hasil pengolahan data adalah sebagai berikut
ini :
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -74324473848.812 42763419044.048 -1.738 .126
PAD -.035 .026 -.145 -1.360 .216
DAU .596 .103 .874 5.808 .001
DAK .762 .169 .687 4.514 .003
DBH -3.270 .927 -.574 -3.529 .010
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Data sekunder diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh suatu model persamaan regresi berganda,
dimana nilai beta diperoleh dari unstandardized coefficient sebagai berikut :
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β 4 X4 + e
BM = -74324473848,812 + -0,035 (PAD) + 0,596 (DAU)+ 0,762
(DAU) + (-3.270) (DBH) + 42763419044,048
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Persamaan menunjukkan bahwa alokasi Belanja Modal dipengaruhi oleh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Dana Bagi Hasil. Nilai konstanta sebesar -74.324.473.848,812 menyatakan
tidak ada peningkatan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
51
Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil maka skor Belanja Modal Berkurang
sebesar 74.324.473.848,812.
2. Koefisien regresi PAD (X1) sebesar -0,035 artinya setiap 100% perubahan
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempengaruhi pengalokasian
anggaran Belanja Modal sebesar -3,5%, atau akan menurunkan pengalokasian
anggaran Belanja Modal -0,035.
3. Koefisien regresi Dana Alokasi Umum (X2) sebesar 0,596 berpola positif.
Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Alokasi Umum akan
mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 59,6%. Atau semakin
bertambah Dana Alokasi Umum maka akan semakin tinggi pula Belanja
Modal.
4. Koefisien regresi Dana Alokasi Khusus (X3) sebesar 0,762 berpola positif.
Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Alokasi Khusus akan
mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 76,2%. Atau semakin
bertambah Dana Alokasi Khusus maka akan semakin tinggi pula Belanja
Modal.
5. Koefisien regresi Dana Bagi Hasil (X4) sebesar -3,270 berpola negatif.
Artinya setiap 100% perubahan dalam Dana Bagi Hasil mempengaruhi
pengalokasian anggaran Belanja Modal sebesar -327% atau akan menurunkan
pengalokasian anggaran Belanja Modal -3,270.
4.1.4.3.Uji t
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh antara satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen, (Ghozali, 2016). Langkah perhitungan ditentukan besarnya nilai
52
standar error dari analisis regresi dengan analisis SPSS diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji T (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -74324473848.812 42763419044.048 -1.738 .126
PAD -.035 .026 -.145 -1.360 .216
DAU .596 .103 .874 5.808 .001
DAK .762 .169 .687 4.514 .003
DBH -3.270 .927 -.574 -3.529 .010
a. Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Output SPSS Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 4.8 terkait dengan hasil pengolahan uji t hitung untuk
variabel independen adalah sebagai berikut ini :
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah
(X1) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan ialah dengan
menghitung t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of
Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel
sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Pendapatan Asli Daerah
53
sebesar -1,360 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah
penerimaan dan penolakan H0.
Gambar 4.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan H0
( Uji t Untuk Variabel Pendapatan Asli Daerah X1)
Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Pendapatan
Asli Daerah memperoleh t hitung sebesar -1,360 dan t tabel 2,365. Sehingga
nilai t hitung -1,360 < t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh
dari uji hipotesis menunjukkan angka 0,216 > 0,05. Berdasarkan gambar 4.1
diatas diketahui nilai t hitung sebesar -1,360 terletak diarea tidak ada pengaruh
atau berada didaerah penolakan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa, variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) tidak berpengaruh terhadap
variabel Belanja Modal (Y).
2. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Alokasi Umum
(X2) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan adalah dengan
menguji t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :
2,365 -2,365 -1,360
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah
Penerimaan H0
95%
54
t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of
Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel
sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Dana Alokasi Umum sebesar
5,808 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan
penolakan H0 :
Gambar 4.2
Daerah Penerimaan atau Penolakan
( Uji t Untuk Variabel Dana Alokasi Umum (X2))
Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana
Alokasi Umum memperoleh nilai t hitung sebesar 5,808 dan nilai t tabel sebesar
2,365, sehingga nilai t hitung 5,808 > t tabel 2, 365. Maka tingkat signifikansi
yang diperoleh dari uji hipotesis menunjukkan angka 0,001 < 0,05. Berdasarkan
gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai t hitung 5,808 berada pada daerah
pengaruh positif. Dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima yang berarti
variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh terhadap variabel Belanja
Modal (Y)
3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Alokasi Khusus
5,808 2,365 -2,365
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah
Penerimaan H0
95%
55
(X3) terhadap Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan adalah dengan
menguji t tabel dengan ketentuan sebaagai berikut :
t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of
Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel
sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Dana Alokasi Khusus sebesar
4,514 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan
penolakan H0.
Gambar 4.3
Daerah Penerimaan atau Penolakan H0
( Uji t Untuk Variabel Dana Alokasi Khusus (X3))
Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana
Alokasi Khusus memproleh t hitung 4,514 dan nilai t tabel 2,365, sehingga nilai
t hitung 4,514 > t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh dari uji
hipotesis menunjukkan angka 0,003 < 0,05. Berdasarkan gambar 4.3
menunjukkan bahwa nilai t hitung berada pada daerah pengaruh positif. Dengan
demikian H03 ditolak dan Ha3 diterima yang berarti variabel Dana Alokasi
Khusus (X3) berpengaruh terhadap variabel Belanja Modal (Y).
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah
Penerimaan H0
95%
4,514 2,365 -2,365
56
4. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak, dengan menguji pengaruh antara Dana Bagi Hasil terhadap
Belanja Modal (Y), maka yang perlu dilakukan ialah dengan menghitung t tabel
dengan ketentuan sebagai berikut :
t tabel : α / 2 yakni 0,05/2 = 0,025 ( uji dua arah) dan Degree of
Freedom (DF) = (N-K) atau 12-5 = 7. Dari perhitungan tersebut diperoleh t tabel
sebesar 2,365 dan nilai t hitung untuk variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar -
3,529 dengan nilai signifikansi 0,05. Berikut ini adalah daerah penerimaan dan
penolakan H0
.
Gambar 4.4
Daerah Penerimaan atau Penolakan H0
( Uji t Untuk Variabel Dana Bagi Hasil (X4))
Hasil hipotesis secara parsial, membuktikan bahwa variabel Dana Bagi
Hasil memperoleh t hitung sebesar -3,529 dan t tabel 2,365. Sehingga nilai t
hitung -3,529 < t tabel 2,365. Maka tingkat signifikansi yang diperoleh dari uji
hipotesis menunjukkan angka 0,216 > 0,05. Berdasarkan gambar 4.4 diatas
diketahui nilai t hitung sebesar -3,529 terletak diarea tidak ada pengaruh atau
berada didaerah penolakan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa,
Daerah Penolakan H0
2,5%
Daerah Penolakan H0
25%
Daerah
Penerimaan H0
95%
-3,529 -2,365 2,365
57
variabel Dana Bagi Hasil (X4) berpengaruh negatif terhadap variabel Belanja
Modal (Y).
4.1.4.4.Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Untuk melakukan uji F
dapat dilihat pada tabel Anova dibawah ini :
Tabel 4.9
Hasil Analisis Regresi
Secara Bersama-sama (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 126916567343042
270000000.000 4
317291418357605700
00000.000 40.406 .000
b
Residual 549680311145985
1000000.000 7
785257587351407200
000.000
Total 132413370454502
120000000.000 11
a. Dependent Variable: Belanja Modal
b. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK
Sumber : Output SPSS Data Sekunder Diolah, 2021
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa F hitung adalah
sebesar 40,406 dengan nilai sig sebesar 0,000. Nilai F tabel dengan tingkat
signifikan atau α= 5% dan df = (5-1);(12-5) = 4;7 sebesar 4,120. Nilai F hitung
lebih besar daripada F tabel atau 40,406 > 4,12 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa H05 ditolak dan Ha5 diterima, artinya variabel independen yaitu variabel
Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus
58
(X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen yaitu variabel Belanja Modal (Y). Dari hasil analisis diatas
jika digambarkan dalam bentuk kurva yaitu sebagai berikut :
Gambar 4.5
Daerah Penolakan dan Penerimaan H0
(Uji F untuk Variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil )
Berdasarkan gambar 4.5 diatas, menunjukkan bahwa nilai F hitung
40,406 berada pada daerah penolakan H0. Dengan demikian H0 ditolak dan
Ha diterima, maka variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi
Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Belanja
Modal (Y).
4.1.4.5. Koefisien Determinasi ( )
Koefisien determinasi ( ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan secara komprehensif
terhadap variabel dependen, semakin besar koefisien determinasi
mengindikasikan semakin besar kemampuan variabel independnen dalam
4,120 40,406
H0 diterima
95%
H0 ditolak 5%
59
menjelaskan variabel dependen. Berikut ini adalah tabel terkait dengan koefisien
determinasi ( ).
Tabel 4.10
Koefisien Determinasi ( )
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .979a .958 .935 28022447918.61352
a. Predictors: (Constant), DBH, PAD, DAU, DAK
b.Dependent Variable: Belanja Modal
Sumber : Output SPSS Data Sekunder, 2021
Nilai koefisien determinasi atau R square dari hasil pengolahan data
sebesar 0,958 atau 95,8%. Dari hasil tersebut memberikan gambaran bahwa
variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
dan Dana Bagi Hasil dapat menjelaskan alokasi Belanja Modal, dan sisanya
yakni sebesar 4,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan oleh
dalam persamaan regresi berganda yang diajukan dalam penelitian ini.
4.2. Pembahasan
Berikut hasil pengujian hipotesis yang telah dilaksanakan, dapat
diketahui bahwa ada atau tidaknya Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi
Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) terhadap
Belanja Modal (Y). Berikut ini adalah rekapitulasi pengujian hipotesis dalam
penelitian ini :
60
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Uji Statistik
No
Hipotesis
Uji Statistik
Keterangan Uji Regresi Uji t
1
Pengaruh
Pendapatan
Asli Daerah
Terhadap
Belanja Modal
Nilai koefisien
regresi Pendapatan
Asli Daerah (X1)
sebesar -0,035 yang
berarti setiap 100%
perubahan
Pendapatan Asli
Daerah akan
mempengaruhi
alokasi anggaran
Belanja Modal
sebesar -3,3% maka
Belanja Modal akan
berkurang sebesar -
3,5% .
Nilai Uji t
menunjukkan
bahwa X1 memiliki
nilai t hitung -1,360
< t tabel 2,365.
Dan nilai
signifikansinya
adalah 0,216 >
0,05.
Pendapatan
Asli Daerah
(X1) tidak
berpengaruh
terhadap
variabel
Belanja Modal
(Y).
2 Pengaruh Dana
Alokasi Umum
terhadap
Belanja Moda
Nilai koefisien
regresi Dana Alokasi
Umum (X2) sebesar
0,596 yang berarti
apabila setiap 100%
Dana Alokasi Umum
akan mempengaruhi
alokasi anggaran
Belanja Modal
sebesar 59,6% maka
belanja modal akan
bertambah sebesar
59,6%
Dana Alokasi
Umum (X2)
memiliki nilai t
hitung 5,808 > t
tabel 2,365 dan
nilai signifikan
sebesar 0,001 <
0,05
Dana Alokasi
Umum (X2)
berpengaruh
terhadap
Belanja Modal
(Y)
3 Pengaruh Dana
Alokasi Khusus
terhadap
Belanja Modal
Nilai koefisien
regresi Dana Alokasi
Khusus (X3) sebesar
0,762 yang berarti
apabila setiap 100%
Dana Alokasi
Khusus (X3)
memiliki nilai t
hitung 4,514 > t
tabel 2,365. dan
Dana Alokasi
Khusus (X3)
berpengaruh
terhadap
variabel
61
Dana Alokasi Khusus
akan mempengaruhi
alokasi anggaran
Belanja Modal
sebesar 76,2 % maka
belanja modal akan
bertambah sebesar
76,2%
nilai signifikan
sebesar 0,003 <
0,05.
Belanja Modal
(Y).
4 Pengaruh Dana
Bagi Hasil
terhadap
Belanja Modal
Nilai koefisien
regresi Dana Bagi
Hasil (X4) sebesar -
3.270 yang berarti
apabila setiap 100%
Dana Alokasi Khusus
akan mempengaruhi
alokasi anggaran
Belanja Modal
sebesar - 372% maka
belanja modal akan
berkurang sebesar -
372 %
Dana Bagi Hasil
(X3) memiliki nilai
t -3,529 < t tabel
2,365 dan untuk
nilai signifikan
sebesar 0,216 >
0,05.
Dana Bagi
Hasil
berpengaruh
negatif
terhadap
variabel
Belanja Modal
(Y).
5 Uji simultan F hitung 40,406 dan F tabel 4,120, maka variabel Pendapatan Asli
Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana
Bagi Hasil (X4) secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap Belanja Modal (Y).
6 Nilai koefisien determinasi atau R square dari hasil pengolahan data sebesar
0,958 atau 95,8%. Maka variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil mempengaruhi alokasi
Belanja Modal, dan sisanya yakni sebesar 4,2% dipengaruhi oleh variabel lain
diluar penelitian ini.
Sumber : Output SPSS, data sekunder 2021
62
4.2.2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal
Gambar Grafik 4.1
Variabel Pendapatan Asli Daerah (X1)-Variabel Belanja Modal (Y )
Dari hasil analisis, pengujian hipotesis pertama dilakukan untuk
mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal.
Berdasarkan hasil uji regresi Pendapatan Asli Daerah (X1) sebesar -0,035 yang
berarti perubahan Pendapatan Asli Daerah akan mempengaruhi alokasi anggaran
Belanja Modal yakni Belanja Modal akan berkurang sebesar -3,5%. Sedangkan
untuk hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Asli
Daerah memiliki nilai t hitung -1,360 < t tabel 2,365. Nilai signifikansinya
adalah 0,216 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H01 diterima dan Ha1
ditolak artinya variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) tidak berpengaruh
terhadap Belanja Modal (Y). Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya
anggaran dana Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan
0.00
200,000,000,000.00
400,000,000,000.00
600,000,000,000.00
800,000,000,000.00
1,000,000,000,000.00
1,200,000,000,000.00
1,400,000,000,000.00
1,600,000,000,000.00
1,800,000,000,000.00
PAD (X1)
Belanja Modal (Y)
63
tidak akan mempengaruhi pengeluaran pemerintah terhadap anggaran dana
untuk Belanja Modal.
Adanya hasil yang menunjukkan bahwa PAD tidak berpengaruh
terhadap belanja modal tersebut dikarenakan ada nilai Pendapatan Asli Daerah
yang rentang nilainya naik turun dari tahun 2008 sampai dengan 2019, hal ini
bisa dilihat pada gambar grafik 4.1 terlebih adanya lonjakan nilai PAD pada
tahun 2017 yakni dari yang semula nilainya pada tahun 2016 senilai
Rp150.466.067.820,59 naik menjadi Rp1.655.537.179. 584,19 dan mengalami
penurunan yang sangat drastis kembali pada tahun 2018 senilai
Rp185.153.427.758,47. Pengaruh lain yang mendasari Pendapatan Asli Daerah
tidak berpengaruh terhadap belanja modal yaitu karena adanya Pendapatan Asli
Daerah yang rendah sebab kurangnya penggalian sumber-sumber penerimaan
baru (ekstensifikasi). Seharusnya daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
melalui upaya ekstensifikasi yaitu dengan meningkatkan kegiatan ekonomi
masyarakat, upaya ini harus diarahkan dengan mempertahankan dan menggali
potensi daerah agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pacitan relatif kecil, pertahun
hanya menyumbangkan dana dikisaran 8 sampai dengan 9%, dari total APBD.
Sumber Pendapatan Asli Daerah yang menyumbangkan dana terbesar ialah PAD
dari BULD rumah sakit ataupun FKTP kesehatan, namun PAD yang dihasilkan
dari BULD rumah sakit dan FKTP kesehatan tersebut tidak kembali ke daerah,
melainkan 100% dana tersebut kembali ke dinas itu sendiri yakni kembali ke
rumah sakit dan FKTP kesehatan. Hal ini disebabkan karena kedua pihak
penyumbang PAD terbesar tersebut menerapkan atau menggunakan sistem
64
manajemen bisnis, jadi dana atau hasil dari PAD tersebut digunakan untuk
keperluan dinas itu sendiri atau untuk membiayai kegiatan operasional BULD
rumah sakit dan FKTP kesehatan. Selain itu untuk dana PAD sendiri lebih
difokuskan dan dialokasikan untuk gaji dewan ataupun untuk biaya belanja
pegawai, hal ini yang menjadi alasan PAD di Kabupaten Pacitan tersebut tidak
berpengaruh terhadap belanja modal. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang
Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan)
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pacitan kurun waktu selama dua
tahun, yakni tahun 2018 dan juga tahun 2019 sebagian dananya dialihkan atau
dialokasikan untuk biaya penanganan covid-19, sedangkan untuk membiayai
kegiatan operasional daerah sendiri disinyalir memakan porsi biaya yang cukup
besar dan dana yang juga diambilkan dari PAD tersebut masih kurang untuk
membiayai operasional daerah. Jadi untuk mengalokasikan PAD ke belanja
modal tersebut juga belum begitu maksimal, terlebih lagi untuk PAD yang
diperoleh dari sektor pariwisata juga sedikit sebab tidak semua pariwisata yang
ada di Kabupaten Pacitan dikelola oleh daerah, hal ini yang menjadikan PAD di
Kabupaten Pacitan nilainya relatif kecil dan belum sepenuhnya bisa dialokasikan
untuk belanja modal. (Etik Eriyantini, Kepala Bidang Akuntansi BPKAD
Kabupaten Pacitan).
Hasil dilapangan membuktikan bahwa khusus untuk pengalokasian
dana Pendapatan Asli Daerah yang ditargetkan telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Namun ada beberapa anggaran dana Pendapatan Asli
Daerah yang tidak sepenuhnya dikelola oleh daerah melainkan dana anggaran
tersebut kembali lagi ke masing-masing unit penghasil seperti pendapatan yang
65
diperoleh dari RSUD, Dinas Kesehatan dan lain sebagainya sesuai dengan porsi
yang telah ditetapkan pada peraturan tersebut. Pendapatan Asli Daerah ada juga
yang dialokasikan untuk bagi hasil, insentif pemungut, gaji dewan, belanja
pegawai, untuk membiayai pembangunan, dan juga untuk membiayai kegiatan
operasional daerah, maka hal inilah yang mendasari Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Pacitan tidak berpengaruh terhadap belanja modal.
Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini selaras dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Wandira, 2013) dengan hasil penelitian yakni
Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hal lain
yang menyebabkan PAD tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal karena
adanya anggaran PAD yang dialokasikan atau digunakan untuk membiayai
belanja lain, seperti belanja belanja rutin/belanja operasional.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wandira,2013) juga diperkuat
dengan penelitian ini dimana PAD tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Belanja Modal, karena PAD lebih difokuskan atau dialokasikan untuk
kegiatan operasional daerah, gaji dewan, dan juga belanja pegawai, namun
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pradana &
Handayani,. 2017) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa PAD
berpengaruh terhadap Belanja Modal. Hal ini disebabkan karena penggunaan
sampel dan periode waktu yang berbeda.
66
4.2.3. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal
Gambar Grafik 4.2
Variabel Dana Alokasi Umum (X2)-Variabel Belanja Modal (Y )
Dana Alokasi Umum adalah suatu komponen dari dana perimbangan,
Dana Alokasi Umum ini juga memiliki peran yang cukup besar dan sangat
berpengaruh khususnya dalam menciptakan pemerataan ataupun keadilan pada
suatu daerah. Dana Alokasi Umum memiliki tujuan yaitu mengatasi
ketimpangan horizontal pemerintah daerah dan ketimpangan fiskal keuangan
antar pemerintah pusat yang disebabkan karena adanya sumber daya pada suatu
daerah masing-masing belum merata. Berdasarkan penelitian ini diperoleh nilai
koefisien regresi untuk Dana Alokasi Umum (X2) sebesar 0,596 yang berarti
apabila setiap 100% dari Dana Alokasi Umum akan mempengaruhi alokasi
anggaran Belanja Modal yakni sebesar 59,6% maka dengan begitu belanja
modal akan bertambah sebesar 59,6%, sedangkan untuk uji t Dana Alokasi
Umum (X2) memiliki nilai t hitung sebesar 5,808 > t tabel 2,365 dan nilai
signifikan sebesar 0,001 < 0,05, dengan demikian H02 ditolak dan Ha2 diterima
hal ini menunjukkan bahwa variabel Dana Alokasi Umum (X2) berpengaruh
-
100,000,000,000.00
200,000,000,000.00
300,000,000,000.00
400,000,000,000.00
500,000,000,000.00
600,000,000,000.00
700,000,000,000.00
800,000,000,000.00
900,000,000,000.00
DAU (X2)
Belanja Modal (Y)
67
secara signifikan terhadap variabel Belanja Modal (Y), artinya yakni semakin
tinggi Dana Alokasi Umum maka pengeluaran pemerintah terhadap Belanja
Modal juga akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Hal ini bisa dilihat dari
grafik 4.2 pertahun mengalami kenaikan yakni dari tahun walaupun sempat
mengalami penurunan pada tahun 2017 tetapi tidak begitu mempengaruhi
pengalokasian Dana Alokasi Umum untuk membiayai Belanja Modal dari grafik
tersebut juga dapat dilihat bahwa Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten
Pacitan sangat bergantung pada Dana Alokasi Umum untuk menambah aset
tetap dan aset lainnya yang dapat memberi nilai manfaat lebih dari satu tahun,
selain itu Pemerintah Kabupaten Pacitan dapat menggunakan Dana Alokasi
Umum untuk memberikan pelayanan kepada publik yang direalisasikan melalui
Belanja Modal, dengan melakukan Belanja Modal tersebut pemerintah daerah
sama dengan melakukan investasi yang dikemudian hari akan mendatangkan
manfaat yang bisa mengurangi kesenjangan antar daerah dan bisa mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi.
Kabupaten Pacitan memang masih bergantung pada dana transfer yakni
salah satunya Dana Alokasi Umum dalam membiayai belanja modal karena
adanya PAD dari Kabupaten Pacitan yang relatif kecil tidak memungkinkan
untuk membiayai belanja modal. Maka pemerintah Kabupaten Pacitan
mengalokasikan Dana Alokasi Umum untuk membiayai belanja modal. DAU
yang ada di Kabupaten Pacitan dipergunakan salah satunya untuk membiayai
belanja modal guna meningkatkan pelayanan publik yang ada di Kabupaten
Pacitan itu sendiri. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang Perencanaan dan
Pengendalian Kabupaten Pacitan)
68
Hasil dilapangan terkait dengan Dana Alokasi umum khususnya
terhadap belanja modal bisa dilihat dari pengalokasian dari Dana Alokasi Umum
yang dipergunakan untuk pengadaan, penggantian ataupun penambahan
terhadap gedung atau bangunan mulai dari menambah kapasitas gedung dan
bangunan sampai dengan pengelolaan bangunan. Peningkatan mutu berupa
pengeluaran anggaran untuk perencanaan, pengawasan, perencanaan dan
pengelolaan jalan ataupun irigasi dan lain sebagainya.
Penelitian ini selaras dengan PP No. 12 Tahun 2019 pasal 1 dan
penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi, Ayu., Nurlaela, Siti, & Chomsatu,
(2016), yang menyatakan bahwa DAU berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Dana Alokasi Umum maka
pengeluaran pemerintah terhadap Belanja Modal juga akan semakin tinggi.
4.2.4. Pengaruh Dana Alokasi Khusus Terhadap Belanja Modal
Gambar Grafik 4.3
Variabel Dana Alokasi Khusus (X2)-Variabel Belanja Modal (Y )
-
50,000,000,000.00
100,000,000,000.00
150,000,000,000.00
200,000,000,000.00
250,000,000,000.00
300,000,000,000.00
350,000,000,000.00
400,000,000,000.00
DAK (X3)
Belanja Modal
69
Dana Alokasi Khusus merupakan salah satu kategori dana
perimbangan, Dana Alokasi Khusus ini juga merupakan alokasi dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Provinsi, Kabupaten atau Kota
tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
dari pemerintah daerah yang sesuai dengan prioritas nasional. Berdasarkan
penelitian ini diperoleh hasil untuk nilai koefisien regresi Dana Alokasi Khusus
(X3) sebesar 0,762 yang berarti apabila setiap 100% Dana Alokasi Khusus akan
mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar 76,2 % maka belanja
modal akan bertambah sebesar 76,2%, sedangkan untuk hasil dari uji t Dana
Alokasi Khusus (X3) memiliki nilai t hitung 4,514 > t tabel 2,365 dan nilai
signifikan sebesar 0,003 < 0,05, dengan demikian H03 ditolak dan Ha3 diterima
artinya variabel Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel Belanja Modal, dapat diartikan juga bahwa semakin tinggi Dana
Alokasi Khusus maka pengeluaran pemerintah terhadap Belanja Modal juga
akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil
grafik 4.3 bahwa nilai dari Dana Alokasi Umum pertahunnya cenderung
mengalami kenaikan walaupun pada tahun 2011 dan 2012 sempat mengalami
penurunan naum tidak begitu mempengaruhi Dana Alokasi Umum untuk
membiayai alokasi belanja modal. Dengan adanya hal ini maka hubungan antara
Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal dapat dijelaskan bahwa Dana Alokasi
Khusus ditujukan untuk program-program nasional didaerah, baik dari segi
pelayanan publik, kesehatan maupun program pendidikan. Anggaran dari
Belanja Modal juga termasuk dalam program nasional, dimana hal ini terdapat
keterkaitan antara Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal.
70
Selain diambilkan dari Dana Alokasi Umum belanja modal yang ada di
Kabupaten Pacitan memang ditopang dari Dana Alokasi Khusus, hal ini
dikarenakan Dana Alokasi Khusus diberikan kepada suatu daerah untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pembangunan. Dana
Alokasi Khusus ini dialokasikan ke belanja modal dan dipergunakan salah
satunya untuk pembangunan ataupun perbaikan jalan, jembatan dan lain
sebagainya. Jadi belanja modal pembiayaannya ditopang dari dua dana
perimbangan yakni Dana Alokasi Umum dan juga Dana Alokasi Khusus.
(Basuki Rahmat, Kabid Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan).
Hasil dilapangan untuk pengalokasian Dana Alokasi Khusus juga
hampir serupa dengan pengalokasian Dana Alokasi Umum karena pada dasarnya
kedua dana tersebut memang diperuntukkan untuk belanja modal. Pengalokasian
dana tersebut digunakan untuk merawat jalan, jaringan dan irigasi hingga benar-
benar dapat siap terpakai. Dana tersebut juga digunakan untuk belanja modal
fisik misalnya untuk dibelanjakan barang penghias, digunakan untuk operasional
usaha, digunakan untuk meningkatkan kapasitas gedung dan bangunan maupun
untuk memperbaiki insfrastruktur, selain itu Dana Alokasi Umum juga
dipergunakan untuk pelayanan publik baik pendidikan maupun kesehatan yang
ada di Kabupaten Pacitan.
Hal ini selaras dengan PP No. 12 Tahun 2019 pasal 1 dan penelitian
yang dilakukan oleh Pradana dan Handayani, (2017) yang menyatakan bahwa
Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hal ini
dapat diartikan bahwa semakin tinggi Dana Alokasi Khusus yang diperoleh
maka alokasi Belanja Modal akan ikut meningkat, begitu juga sebaliknya jika
71
Dana Alokasinya rendah maka untuk alokasi Belanja Modal juga akan menurun.
Hal ini memberikan adanya indikasi kuat bahwa perilaku Belanja Modal akan
sangat dipengaruhi sumber penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK).
4.2.5. Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal
Gambar Grafik 4.2
Variabel Dana Bagi Hasil (X4)-Variabel Belanja Modal (Y )
Dana Bagi Hasil merupakan dana yang berasal dari APBN yang
kemudian dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase untuk
memenuhi kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
Bagi Hasil yang ditransfer oleh daerah terdiri dari dua jenis yakni Dana Bagi
Hasil pajak, dan Dana Bagi Hasil bukan pajak (sumber daya alam). Berdasarkan
penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi untuk Dana Bagi Hasil (X4)
sebesar -3.270 yang berarti apabila setiap 100% Dana Alokasi Khusus akan
mempengaruhi alokasi anggaran Belanja Modal sebesar - 372% maka belanja
modal akan berkurang sebesar -372 %, sedangkan untuk uji t Dana Alokasi
Umum (X3) memiliki nilai t -3,529 < t tabel 2,365 dan untuk nilai signifikan
sebesar 0,216 > 0,05, dengan demikian H04 ditolak dan Ha4 diterima bahwa
-
50,000,000,000.00
100,000,000,000.00
150,000,000,000.00
200,000,000,000.00
250,000,000,000.00
300,000,000,000.00
350,000,000,000.00
400,000,000,000.00
DBH (X4)
Belanja Modal
72
variabel Dana Bagi Hasil berpengaruh negatif dan berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Belanja Modal. Hal ini berarti besar kecilnya
perolehan Dana Bagi Hasil yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan
mempengaruhi penganggaran dan pengalokasian untuk belanja modal. Hal ini
juga terlihat pada grafik 4.4 bahwa nilai dari Dana Bagi Hasil cenderung
mengalami peningkatan dari tahun 2008-2012 walaupun sempat terjadi
penurunan nilai ditahun 2009, 2014, 2015 dan 2017 namun tidak mempengaruhi
pengalokasian Dana Bagi Hasil untuk Belanja Modal. Dengan begitu Dana Bagi
Hasil yang diterima oleh daerah dari pemerintah pusat menjadi salah satu
sumber pendanaan utama pemerintah daerah untuk belanja modal. Hal ini
mengindikasikan bahwa daerah mengalokasikannya untuk Belanja Modal, yakni
dialokasikan atau digunakan untuk hal-hal lain yang tujuannya untuk
membangun daerah.
Terkait Dana Bagi Hasil di Kabupaten Pacitan memang sebagian
dialokasikan untuk pendanaan belanja modal. Karena pada dasarnya 50 %
alokasi belanja modal pengalokasiannya ditentukan oleh pemerintah pusat dan
50% sisanya diserahkan sepenuhnya oleh daerah. Selain dari Dana Bagi Hasil
anggaran untuk belanja modal sendiri diambilkan dari Dana Alokasi umum dan
Dana Alokasi Khusus. Meskipun terdapat jumlah dari DBH bea cukai yang ada
di Kabupaten Paitan yang nilainya relatif kecil dan juga DBH Sumber Daya
Alam di Pacitan yang minim pemerintah Kabupaten Pacitan mengupayakan agar
dana yang diperoleh dari kedua sumber tersebut dapat juga dialokasikan untuk
membiayai belanja modal. Untuk DBH yang ada di Kabupaten Pacitan
pengkategorian alokasi dananya sudah ditentukan oleh pihak pemerintah pusat
73
dan pihak daerah tugasnya hanya sebagai pelaksana, oleh sebab itu pihak
pemerintah daerah Kabupaten Pacitan tidak bisa sembarangan mengalokasikan
DBH tersebut ke pos-pos lain seperti belanja modal, karena alokasi dananya
sudah ditentukan oleh pihak pemerintah pusat. (Basuki Rahmat, Kepala Bidang
Perencanaan dan Pengendalian Kabupaten Pacitan)
Hasil dilapangan terkait dengan Dana Bagi Hasil yakni dana tersebut
program penyaluran dananya 50% ditentukan oleh pemerintah pusat dan sisanya
yakni senilai 50% diserahkan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, Dana Bagi
Hasil kontribusinya walaupun minim namun bisa dialokasikan sebagian untuk
alokasi belanja modal, karena belanja modal di Kabupaten Pacitan selain
ditopang dari Dana Bagi Hasil juga ditopang oleh Dana Alokasi Umum, bantuan
keuangan dari pusat dan Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di Pacitan
kaitannya dengan belanja modal dianggarkan untuk biaya sosialisasi petani
tembakau, dan sosialisasi bea cukai di Kabupaten Pacitan, pengembangan untuk
kapasitas dan kualitas produksi tembakau, digunakan untuk pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan, untuk membuat jalur atau jalan menuju ke
perkebunan cukai digunakan untuk sosialisasi dibidang cukai atau untuk
pembinaan industri,selain itu juga digunakan untuk membiayai belanja pegawai,
belanja barang dan jasa dan digunakan untuk membantu program dimasing-
masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di Kabupaten Pacitan.
Hal ini selaras dengan hasil yang dilakukan oleh Wandira, Gugus Arbie
(2013) yang menyatakan bahwa Dana Bagi Hasil berpengaruh terhadap Belanja
Modal. Hal ini berarti Dana Belanja Modal yang diterima oleh pemerintah
daerah memang dialokasikan untuk Belanja Modal.
74
4.2.5. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus dan Dana Bagi Hasil Terhadap Belanja Modal
Berdasarkan pengujian hipotesis yaitu pada uji F dapat diketahui bahwa
Uji simultan F hitung 40,406 dan F tabel 4,120, dengan demikian H05 ditolak
dan Ha5 diterima artinya variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi
Umum (X2), Dana Alokasi Khusus (X3), dan Dana Bagi Hasil (X4) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Belanja
Modal (Y). Jika Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) meningkat maka
aloaksi Belanja Modal daerah guna meningkatkan pelayanan publik juga bisa
ditingkatkan. Dengan demikian model yang digunakan dalam peneltian ini dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku belanja modal dalam APBD.
Hasil penelitian juga dapat diketahui nilai koefisien determinasi atau R
square dari hasil pengolahan data sebesar 0,958 atau 95,8%. Maka variabel
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Bagi Hasil mempengaruhi alokasi Belanja Modal, dan sisanya yakni sebesar
4,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Maka menunjukkan
bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah (X1), Dana Alokasi Umum (X2), Dana
Alokasi Khusus (X3) dan Dana Bagi Hasil (X4) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Belanja Modal (Y).
Top Related