Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu dan deskriptif. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui
perbandingan peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui
gambaran mengenai tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran
CPS berbasis eksperimen dalam pembelajaran Fisika yang sudah diterapkan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “the
randomized pretest-posttest control group design” (Frankel, dkk. 2012). Kelas
eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan
kelas kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional. Kedua
kelas sama-sama diberikan tes awal (pretest) sebelum perlakuan dan tes ahir
(posttest) setelah perlakuan. Instrumen pada saat tes awal dan tes ahir sama, hanya
saja diberikan dalam waktu yang berbeda. Desain penelitian dapat dilihat pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2
Kontrol O1, O2 X2 O1, O2
Keterangan:
O1 : Tes kemampuan kognitif
O2 : Tes keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
X1 : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen
X2 : Perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
51
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Populasi yang digunkan dalam penelitin ini adalah seluruh siswa kelas X
pada salah satu SMAN yang ada di kabupaten Bandung pada tahun pelajaran
2014/2015. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang dipilih berdasarkan
metode convenient sampling. Pemilihan sampel berdasarkan saran dari guru
bidang studi yang bersangkutan mengacu pada kemampuan yang dimiliki siswa.
Selain itu, jumlah siswa pada kedua kelas yang dipilih juga relatif sama. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 58 siswa SMA kelas X yang terdiri
dari 29 siswa kelas eksperimen (kelas X9) dan 29 siswa kelas kontrol (X10).
C. Prosedur Penelitian
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan memliki dua kegiatan utama, yaitu studi lapangan dan
studi pustaka.
a. Studi Lapangan
Studi lapangan dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung
ke sekolah yang dilakukan di salah satu SMAN yang ada di kabupaten Bandung.
Observasi ke sekolah bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran Fisika
yang biasanya diterapkan di sekolah. Peneliti juga melakukan wawancara kepada
guru Fisika mengenai metode pembelajaran yang biasanya digunakan dalam
proses pembelajaran dan upaya-upaya yang pernah dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara menunjukkan
bahwa; (1) pembelajaran Fisika yang dilakukan di sekolah pada umumnya masih
didominasi oleh metode ceramah, dimana pembelajaran cenderung berpusat pada
guru dengan proses cenderung bersifat transfer pengetahuan, (2) pembelajaran
Fisika di sekolah tidak berlandas konstruktivis (pemahaman dibangun oleh siswa
sendiri), (3) guru jarang sekali mengajak siswa untuk memecahkan permasalahan
dunia nyata secara kreatif sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa. Soal yang diberikan kepada
siswa lebih cenderung kepada soal-soal yang penyelesaiannya langsung pada
pemakaian rumus yang sudah ada (soal tertutup). Akibatnya, siswa kurang
52
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif khususnya
keterapilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah mereka.
Selain itu, untuk memperlengkap data penelitian, peneliti meminta hasil
Ujian Tengah Semester (UTS) guna untuk melihat gambaran mengenai
kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fiska. Berdasarkan hasil analisis
data terkait nilai UTS siswa memperlihatkan bahwa rata-rata kemampuan kognitif
siswa untuk matapelajaran Fisika tergolong sangat rendah. Hal ini terlihat dari
hasil analisis data terkait nilai UTS siswa yang diambil dari delapan kelas
memperlihatkan bahwa hampir semua siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimun (KKM=75). Pada tahap ini juga, peneliti memberikan tes
berupa soal-soal yang bersifat terbuka (open problem) yang bertujuan untuk
melihat gambaran awal mengenai keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan
masalah siswa. Berdasarkan hasil analisis data memperlihatka bahwa
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa juga tergolong
rendah terutama pada indikator keterampilan dalam menemukan masalah
(problem finding), keterampilan dalam menemukan ide (idea finding), dan
keterampilan dalam menemukan solusi (solution finding). Perolehan skor rata-rata
untuk indikator keterampilan dalam menemukan masalah siswa sebesar 1,57.
Dengan mengkonsultasikan perolehan ini dengan kriteria yang dibuat oleh
Brookhart (2010) memperlihatkan bahwa keterampilan dalam menemukan
masalah siswa termasuk pada kategori tidak kreatif. Selain itu, siswa juga lemah
dalam memunculkan ide-ide penyelesaian dari suatu kejadian. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan skor rata-rata untuk indikator keterampilan dalam
menemukan ide siswa yaitu sebesar 1,12 termasuk pada kategori tidak kreatif.
Begitu juga untuk aspek keterampilan dalam menemukan solusi. Siswa sangat
lemah dalam memunculkan beragam solusi dari suatu kejadian yang diberikan.
Skor rata-rata siswa terkait keterampilan dalam menemukan solusi ini adalah 0,73
termasuk pada kategori sangat tidak kreatif.
b. Studi Pustaka
53
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi pustaka dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan penelitian
sebelumnya. Selain itu, tahapan ini juga mencakup kegiatan mengkaji literatur
khususnya teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang
seperti bagaimana pembelajaran dengan CPS berbasis eksperimen, kemampuan
kognitif, keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah, dan materi
listrik dinamis yang selanjutnya digunakan sebagai landasan dalam
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan ini yaitu menyusun
perangkat pembelajaran dengan berlandaskan pembelajaran CPS berbasis
eksperimen dan pembelajaran konvensional kemudian didiskusikan dengan guru
mata pelajaran Fisika dan dosen pembimbing. Selain itu, pada tahapan ini juga
peneliti menyusun instrument penelitian seperti lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, instrumen tes untuk mengukur kemampuan kognitif dan
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah, dan angket tanggapan
guru dan siswa terkait penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam
pembelajaran Fisika. Instrument tes yang sudah dibuat kemuadian divalidasi,
revisi, dan diuji cobakan sebelum pada ahirnya digunakan.
3. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dengan pembelajaran CPS berbasis
eksperimen pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Namun sebelum proses pembelajaran berlangsung, kedua kelas diberikan
tes awal (pretest) untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif dan keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah awal siswa. Ketika pembelajaran
berlangsung, peneliti melakkan observasi terkait keterlaksanaan pembelajaran
CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran konvensional. Setelah pembelajaran
berlangsung, peneliti memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui
kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
siswa setelah diberi perlakuan. Selain itu, angket tanggapan juga diberikan kepada
54
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
guru dan siswa untuk mengetahui tanggapan mereka terkait penerapan strategi
pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam pembelajaran Fisika yang sudah
dilakukan.
4. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Pada tahap ini, data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan
perhitungan statistik kemudian dianalisis selanjutnya dibahas untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Selain itu pada tahap ini juga peneliti memberikan
kesimpulan dari hasil penelitian serta memberi saran kepada peneliti selanjutnya
dengan mengacu dari temuan penelitian.
Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Studi Pendahuluan
Rumusan Masalah
Studi Literatur: Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS Berbasis Eksperimen),
Kemampuan kognitif, Keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah
dan Materi Listrik Dinamis
Penyusunan Instrumen:
1. Tes kemampuan kognitif 2. Tes keterampilan berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah 3. Lembar observasi keterlakasanaan 4. Lembar angket tanggapan
Penyusunan Perangkat Pembelajaran: 1. RPP pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS Berbasis Eksperimen) 2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
JUDGMENT
Validasi Tes
Revisi
Tes Awal
(Pretest)
Penerapan pembelajaran konvensional
Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
Uji Coba dan Analsisis Instrumen tes:
uji Reabilitas, Uji tingkat kesukaran dan
uji daya pembeda
Observasi
Penerapan Strategi Creative Problem
Solving (CPS BERBASIS
EKSPERIMEN)
Observasi
55
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini
digunakan empat jenis instrument pengumpulan data yaitu; lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran, instrumen tes kemampuan kognitif, instrumen tes
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah, dan angket tanggapan
guru dan siswa terkait penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam
pembelajaran Fisika yang sudah dilakukan.
1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlakasaan pembelajaran ini memuat daftar
keterlaksanaan pembelajaran CPS berbasis eksperimen dan pembelajaran
konvensional yang sedang dilaksanakan. Instrumen keterlaksanaan pembelajaran
ini berbentuk rating scala yang memuat kolom ya dan tidak. Observer hanya
bertugas memberi tanda cek list (√) pada kolom yang sudah disediakan dengan
melihat kesesuaian antara aktivitas guru dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat sebelumnya. Lembar observasi
Analisis Data
Temuan
Kesimpulan dan Saran
Tes Akhir
(Posttest)
Tes Akhir
(Posttest)
Pemberian Angket
56
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Lampiran B (Halaman, 151).
2. Tes Kemampuan Kognitif
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada materi
listrik dinamis. Tes ini mencakup ranah kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami),
C3 (mengaplikasikan), C4 (menganalisis), dan C5 (mengevaluasi) terkait konsep
listrik dinamis. Item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan
lima alternatif jawaban.
Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) dan ahir
(posttest) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat kemampuan kognitif awal
siswa dan tes ahir untuk melihat kemampuan kognitif siswa setelah diberi
perlakuan. Hasil tes ini selanjutnya akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya diantaranya yaitu untuk
mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan kognitif siswa antara kelas
eksperimen dan kontrol, dan efektifitas pembelajaran CPS berbasis eksperimen
dalam meningkatkan kemapuan kognitif siswa jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan kognitif ini dapat
dilihat pada Lampiran B (Halaman, 156).
3. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif dalam
pemecahan masalah siswa yang berkaitan dengan aplikasi materi listrik dinamis.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat tes keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah yang berbentuk soal essay. Adapun
karakteristik soalnya berbentuk permasalahan dunia nyata (real word problem)
yang bersifat terbuka (open problem) sehingga dapat memungkinkan munculnya
beragam solusi/ jawaban (wang, dkk. 2008). Indikator soal meliputi 4 aspek
keterampilan yaitu; keterampilan berfikir kreatif dalam menemukan fakta (fact
finding), keterampilan berfikir kreatif dalam menemukan masalah (problem
finding), keterampilan berfikir kreatif dalam menemukan ide (idea finding), dan
57
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan berfikir kreatif dalam menemukan solusi (solution finding) (Osbon
dalam Kandemir, dkk. 2009).
Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu di awal (pretest) dan ahir
(posttest) perlakuan. Tes awal digunakan untuk melihat keterampilan berpikir
kreatif dalam pemecahan masalah siswa sebelum diberi perlakuan dan tes ahir
untuk melihat keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa
setelah diberi perlakuan. Hasil tes ini selanjutnya akan digunakan untuk
mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam
pemecahan masalah siswa antara kelas eksperimen dan kontrol, dan efektifitas
pembelajaran CPS berbasis eksperimen dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Kisi-kisi instrumen tes kemampuan kognitif ini dapat
dilihat pada Lampiran B (Halaman, 172).
4. Angket Tanggapan Guru dan Siswa
Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan
guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen pada
materi listrik dinamis. Angket ini memuat daftar pernyataan terkait tanggapan
guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen yang
sudah dilaksanakan. Instrumen angket tanggapan ini berbentuk skala sikap yang
memuat kolom sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS). Guru dan siswa hanya diminta memberikan tanda cek
list (√) pada kolom tanggapan yang terdapat pada angket. Lembar angket
tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran CPS berbasis
eksperimen masing-masing dapat dilihat pada Lampiran B (Halaman, 187).
E. Analisis Instrumen Penelitian
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yag baik. Tes
yang baik biasanya memenuhi keriteria validitas tinggi, reliabelitas tinggi, daya
pembeda yang baik, dan tingkat kemudahan yang layak. Untuk mengetahui
karakteristik kualitas tes yang digunakan, maka sebelum dipergunkan sebaiknya
58
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tes tersebut divalidasi dan diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas,
reliabelitas, daya pembeda dan tingkat kemudahanya.
1. Validas Butir Soal
a. Validitas Konstruk
Validitas tes berkaitan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes
dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas soal ini
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan (judgement) oleh ahli. Para ahli
diminta memberikan tanggapan berupa keterangan apakah instrument yang telah
disusun tanpa perbaiakan, ada perbaikan atau mungkin dirombak total. Tenaga
ahli yang dilibatkan dalam validasi soal ini berjumlah 3 orang (2 orang bergelar
doktor pendidikan fisika dan satu orang bergelar doktor fisika. Validasi ini
dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrument dengan kompetensi
dasar (KD), indikator kemampuan kognitif, indikator keterampilan berpikir kreatif
dalam pemecahan masalah serta kesesuaian antara soal dan jawaban.
Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai validator adalah Dr. Aloysius
Rusli, M.Si., Dr. Johar Maknun, M.Si., dan Dr. Muslim, M.Pd. Dari hasil analisis
data diperoleh; untuk soal kemampuan kognitif terdapat 2 soal (soal nomor 5 dan
soal nomor 13) yang harus diperbaiki agar sesuai dengan indikator soal dan
sisanya dinyatakan valid dengan sedikit perbaikan dari segi penulisan dan tata
bahasa. Untuk soal keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah,
semua soal dinyatakan valid dengan sedikit perbaiakan seperti perbaikan dari segi
tata tulis dan tata bahasa. Data mengenai validitas tes kemampuan kognitif dan
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah masing-masing dapat
dilihat pada Lampiran C (Halaman, 192).
b. Validitas Empirik
Hasil uji coba instrumen selanjutnya digunakan untuk mentukan validitas
item. Setiap item soal akan memiliki validasi yang tinggi jika skor soal tersebut
memliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal
dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu
59
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
butir soal digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan
untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment
pearson seperti berikut. (Arikunto, 2002).
rxy = N ∑ XY−(∑ X)(∑ Y)
√{N ∑ X2− (∑ X)2}{N ∑ Y2− (∑ Y)2}…………..………...…3.1)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
X = Skor rata-rata butir soal
Y = Skor total
N = Jumlah subyek
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan tabel r dengan
signifikasi α = 0,05. Jika rxy > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid.
Hasil uji validitas item untuk instrumen tes kemampuan kognitif dapat dilihat
pada Tabel 3.2. Perhitungan mengenai validitas item ini selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C (Halaman, 193).
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Item untuk Instrumen Tes
Kemampuan Kognitif
Kategori
Valid Tidak Valid
No
Soal
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18, 20,
22, 24, 25, 26, 28, & 29
3, 6, 10, 19, 21, 23, &
27
Jumlah 21 7
Tebel di atas menunjukkan bahwa terdapat 21 soal yang dinyatakan valid
dan sisaya 7 soal dinyatakan tidak valid.
2. Reliabilitas Tes
Reliabelitas adalah tingkat kesetabilan skor yang diperoleh ketika
dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang
berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara hasil uji coba pertama dengan uji coba berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut dinyatakan
reliable (Arikunto, 2002).
60
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi adalah persamaan korelasi product mement pearson seperti berikut
(Arikunto, 2002).
rxy = N ∑ XY−(∑ X)(∑ Y)
√{N ∑ X2− (∑ X)2}{N ∑ Y2− (∑ Y)2} …………………… (3.2)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
X = Skor rata-rata tes pertama
Y = Skor rata-rata tes kedua
N = Jumlah subyek
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan kriteria reliabelitas
tes sebagai berikut (Arikunto, 2002).
Tebel 3.3. Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,80< rxy ≤1,00 Sangat tinggi ( sangat baik)
0,60< rxy ≤0,80 Tinggi (baik)
0,40< rxy ≤0,60 Cukup (sedang)
0,20< rxy ≤0,40 Rendah (kurang)
rxy ≤0,20 Sangat rendah ( sangat kurang)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk tes kemampuan kognitif diperoleh
koefisien korelasi sebesar 0,75 (rxy = 0,75). Dengan merujuk pada kreteria
seperti pada Tabel 3.3 di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tes kemampuan
kognitif memiliki reliablitas yang tinggi (Baik). Untuk instrumen tes keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah diperoleh koefisien korelasi sebesar
0,79 (rxy = 0,79). Dapat disimpulkan bahwa instrumen tes keterampilan berpikir
kreatif dalam pemecahan masalah memiliki reliablitas yang tinggi (Baik).
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C (Halaman, 195).
3. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
61
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendah. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang akan dihitung besar daya
pembedanya hanya instrumen tes untuk kemampuan kognitif. Daya pembeda
untuk instrumen tes keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah tidak
akan dihitung dengan asumsi bahwa daya pembeda untuk tes keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah ini bisa dipastikan jelek karena tidak
pernah dilatihkan sebelumnya. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau
daya pembeda soal adalah sebagai berikut (Arikunto, 2007).
D = BA
JA−
BB
JB = PA − PB………………………………...………… (3.2)
Keterangan:
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Besar persentase kelompok atas dan kelompok bawah dalam penelitian ini
menggunakan 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Hal ini dikarenakan
bahwa dengan menggunakan 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah
menunjukkan bukti-bukti empiris yang paling sensitif.
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan kriteria untuk daya
pembeda soal sebagai berikut (Arikunto, 2007).
\
Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda Soal
Batasan Kategori
-1,00 ≤ DP ≤ 0,00 Jelek Sekali
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik Sekali
62
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil analisis daya pembeda soal untuk instrumen tes kemampuan kognitif
dapat dilihat pada Tabel 3.5. Perhitungan mengenai daya pembeda soal ini
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C (Halaman, 197).
Tabel 3.5. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Kemampuan Kognitif
Kategori
Baik Sekali Baik Cukup Jelek Jelek Sekai
No Soal
13, 18, &
25
1, 2, 12,
15, 17, 20,
& 26
4, 5, 7, 8, 9,
11, 14, 16,
22, 24, & 28
19 & 23 3, 6, 10,
21, & 27
Jumlah 3 7 11 2 5
Tebel di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 soal memiliki daya pembeda
yang baik sekali, 7 soal yang memiliki daya pembeda baik, 11 soal memiliki daya
pembeda cukup baik, 2 soal memiliki daya pembeda jelek, dan 5 soal memiliki
daya pembeda jelek sekali.
Berdasrkan hasil validasi ahli, uji reliabilitas, dan uji daya beda soal
menunjukkan bahwa terdapat 7 soal yang tidak bisa digunakan karena memiliki
daya pembeda yang tidak baik. Artinya terdapat 21 soal yang masih bisa
digunakan. Namun jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20
soal karena di anggap sudah bisa merepresentasikan seluruh indikator kemampuan
kognitif berdasarkan keperluan penelitian.
4. Tingkat Kemudahan Soal
Tingkat kemudahn soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang akan dihitung
tingkat kemudahan soalnya hanya instrumen tes untuk kemampuan kognitif.
Tingkat kesukaran soal untuk instrumen tes keterampilan berpikir kreatif dalam
pemecahan masalah tidak akan dihitung dengan asumsi bahwa tingkat kesukaran
soal untuk tes keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan maslah ini bisa
dipastikan semua berada dalam kategori sulit karena tidak pernah dilatihkan
sebelumnya. Indek kemudahan diberi simbol P (Proporsal) yang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2007).
63
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
P = B
N……………………………..…………………………………. (3.3)
Keterangan:
P = Indeks kemudahan soal
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
N = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan kriteria untuk indeks
kemudahan soal sebagai berikut (Arikunto, 2007).
Tebel 3.6. Kategori Tingkat Kemudahan Soal
Batasan Kategori
P < 0,30 Soal sukar
0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang
0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah
Hasil analisis tingkat kemudahan soal untuk instrumen tes kemampuan
kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.7. Data mengenai tingkat kemudahan soal ini
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C (Halaman, 199).
Tabel 3.7. Hasil Analisis Tingkat Kemudahan Soal Kemampuan Kognitf
Kategori
Mudah Sedang Sukar
No Soal
24 1, 2, 4, 7, 8, 11,
12, 13,14, 16, 17,
18, 20, & 26
5, 9, 15, 25, &
28
Jumlah 1 14 5
Persentase 5% 70% 25%
Dari hasil analisis data tes kemampuan kognitif memperlihatkan bahwa
dari 20 soal kemampuan kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini,
terdapat 1 soal yang termasuk dalam kategori mudah, 15 soal berada dalam
kategori sedang dan sisanya 5 soal berada dalam kategori sulit.
F. Data dan Tehnik Analisis Data
64
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Data Keterlaksanaan Pembelajaran
Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran CPS berbasis eksperimen
diambil dari observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Pengolahan data
dilakukan dengan mencari persentase keterlaksanaan pembelajaran yang dihitung
dengan persamaan:
P = ∑ X
∑ Xmax x 100% ……………………………….….……….…. (3.4)
Keterangan:
P = Persentase keterlaksanaan pembelajaran
∑ X = Jumlah aspek yang diamati terlaksana
∑ Xi = Jumlah keseluruhan aspek yang diamati
Selanjutnya persentase keterlaksanaan tersebut diinterpretasikan
berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran seperti yang tercantum pada
Tabel 3.8 (Ahmad, 2014).
Tabel 3.8. Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlakasanaan (%) Kriteria
P = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
75 ≤ P < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
50 < P < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
P = 50 Setengah kegiatan terlaksana
25 ≤ P< 50 Hampir setengah kegiataan terlaksana
0 < P < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
P = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
2. Data Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif dalam
Pemecahan Masalah
Pensekoran hasil tes kemampuan kognitif siswa menggunakan aturan
pensekoran untuk tes pilihan ganda yaitu 1 atau 0. Skor 1 jika siswa menjawab
dengan benar dan skor 0 jika siswa menjawab salah.
Pedoman pensekoran hasil tes keterampilan berpikir kreatif dalam
pemecahan masalah berbeda dengan pedoman pensekoran untuk tes kemampuan
kognitif. Pedoman pensekoran dalam penelitian ini mengadopsi pedoman
pensekoran keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah yang sudah
65
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan oleh (Wang, dkk. 2008). Adapun pedemon pensekoran hasil tes
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah pada penelitian ini adalah
sebegai beriku (Brookhart, 2010, dan Wilson, Guilford, Mouchiroud dkk.,&
Milgram, dalam Silvia, 2008).
Tabel 3.9. Pedoman Pensekoran Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam
Pemecahan Masalah Siswa
Indikator Kriteria Jawaban Skor Skor
Max
Fluency Siswa mampu menemukan ≥ 4 buah jawaban yang
relevan disertai dengan alasan yang tepat
4 4
Siswa mampu menemukan 3 buah jawaban yang
relevan disertai dengan alasan yang tepat
3
Siswa mampu menemukan 2 buah jawaban yang
relevan disertai dengan alasan yang tepat
2
Siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang
relevan disertai dengan alasan yang tepat
1
Siswa tidak mampu menemukan jawaban yang
relevan
0
Flexibility Siswa mampu menemukan ≥ 4 buah jawaban yang
relevan dan beragam disertai dengan alasan yang
tepat
4 4
Siswa mampu menemukan 3 buah jawaban yang
relevan dan beragam disertai dengan alasan yang
tepat
3
Siswa mampu menemukan 2 buah jawaban yang
relevan dan beragam disertai dengan alasan yang
tepat
2
Siswa mampu menemukan sebuah jawaban yang
relevan dan beragam disertai dengan alasan yang
tepat
1
Siswa tidak mampu menemukan jawaban yang
relevan
0
Originality Siswa mampu menemukan jawaban yang unik (≤5%
siswa memiliki jawaban yang sama)
2 4
Siswa mampu menemukan jawaban yang unik
(6%−10% siswa memiliki jawaban yang sama)
1
Siswa tidak mampu menemukan jawaban yang unik
(≥10% siswa memiliki jawaban yang sama)
0
Setelah semua data terkumpul, pengolahan data hasil tes kemampuan
kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa secara
66
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
garis besar dilakukan dengan menggunakan bantuan pendekatan secara hirarki
statistik.
a. Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kreatif
dalam Pemecahan Masalah Siswa
Untuk melihat apakah terdapat peningkatan kemampuan kognitif dan
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa, maka perlu
dilakukan analisis data terkait skor tes awal (pretest) dan tes ahir (posttest) dengan
cara membandingkan nilai rata-rata kemampuan kognitif dan keterampilan
berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa sebelum dan sesudah diberi
perlakuan (treatment). Untuk mengetahui kriteria peningkatan tersebut, maka
perlu dihitung rata-rata gain ternormalisasi <g> untuk kedua parameter penelitian
pada masing-masaing perlakuan. Rata-rata gain ternormalisasi didefinisikan
sebagai perbandingan rata-rata peningkatan sebenarnya <gain> dengan rata-rata
peningkatan maksimum yang mungkin dicapai oleh siswa (⟨100⟩ − % ⟨Si⟩)
(Hake, 1998). Persamaan untuk menghitung rata-rata gain terrnormalisasi <g>
adalah sebagai berikut (Hake, 1999):
< 𝑔 >= (% ⟨𝑆𝑓⟩ − % ⟨𝑆𝑖⟩)
(⟨100⟩ − % ⟨𝑆𝑖⟩)………………………….……….….…… (3.5)
Keterangan:
<g> = Rata-rata gain yang dinormalisasikan
<Sf> = Skor rata-rata tes ahir
<Si> = Skor rata-rata tes awal
100 = Skor maksimal
Hasil perhitungan <g> tersebut kemudian diinterpretasikan dengan kriteria
Hake (1999) yaitu sebegai berikut.
Tabel 3.10. Kriteria Gain yang Dinormalisasikan
Nilai N-gain Kriteria
N-gain < 0,3 Rendah
0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Sedang
N-gain > 0,7 Tinggi
67
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang
terdistribusi normal atau tidak, maka perlu dilakukan uji normalitas. Hal ini
penting untuk dilakukan guna untuk mengetahui apakah pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik parametrik atau nonparametrik. Jika data terdistribusi
normal maka pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik.
sedangkan jika data tidak terdistribusi normal maka pengujian hipotesis
menggunakan uji statistik nonparametrik.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Chi
kuadrat (2). Uji ini dilakukan terhadap masing-masing parameter penelitian
(kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan
masalah) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan dk = 3. Secara manual,
persamaan untuk menghitung nilai 2 yaitu sebagai berikut.
2hitung
= ∑(fo− fE)2
fE……………………………………………... (3.6)
Keterangan:
f0 = frekuensi observasi
fe = frekuensi ekspektsi
Hasil perhitungan tersebut (2hitung
) selanjutnya dikonsultasikan dengan
2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
dengan ketentuan, jika 2hitung
2tabel
maka kelompok data berdistribusi
secara normal atau dikatakan juga sampel berasal dari populasi yang terdistribusi
normal. Jika 2hitung
≥ 2tabel
maka populasi tidak berdistribusi secara normal
atau dikatakan juga sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas
Setelah diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi
secara normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji
homogentas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel (kelas eksperimen
dan kelas kontrol) mempunyai variansi yang sama atau homogen. Pengujian
homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik varians (F).
68
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat
kebebasan pembilang dan penyebutnya adalah dk1 dan dk2. Persamaan untuk
menghitung nilai F yaitu sebagai berikut.
F ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =S1
2
S22………………………………………………...….….. (3.7)
Keterangan:
S12 = Varian besar
S22 = Varian kecil
Hasil perhitungan tersebut (Fhitung) selanjutnya dikonsultasikan dengan
Ftabel dengan ketentuan jika Fhitung Ftabel maka dapat disimpulakan bahwa
kedua sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) homogen. Jika Fhitung ≥
Ftabel maka kedua sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) tidak homogen.
d. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji apakah hipotesis penelitian
yang diajukan diterima atau tidak. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik parametrik (Uji-t) karena sampel berasal dari populasi yang
terdistribusi normal dan homogen. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf
kepercayaan 95% (α = 0,05). Secara manual, rumus Uji-t sebegai berikut.
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = �̅�1− �̅�2
√1
𝑁1+
1
𝑁2
………………………………..……….(3.8)
Besar dicari dengan persamaan;
= √𝑁1𝑠1
2+ 𝑁2𝑠22
𝑁1+ 𝑁2− 2…………………………...…..…….….(3.9)
Keterangan:
�̅�1 = Rata-rata kelas ekperimen
69
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
�̅�2 = Rata-rata kelas kontrol
s1 = Standar deviasi kelas eksperimen
s2 = Standar deviasi kelas kontrol
Hasil perhitungan tersebut (tℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) selanjutnya dikonsultasikan dengan
ttabel dengan ketentuan jika thitung ttabel maka hipotesis alternatif (𝐻𝑎) ditolak,
artinya tidak ada perbedaan yang signifikan kemampuan kognitif dan atau
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Jika thitung ≥ ttabel maka hipotesis alternatif (Ha)
diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan kemampuan kognitif dan atau
keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan masalah siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
e. Ukuran Dampak (Effect Size)
Ukuran dampak (effect size) merupakan ukuran mengenai besarnya
dampak dari suatu variabel pada variabel lain, besarnya perbedaan maupun
hubungan, yang bebas dari pengaruh besarnya sampel (Olejnik, 2000). Variabel-
variabel yang terkait biasanya berupa variabel respon, atau disebut juga variabel
independen dan variabel hasil atau sering disebut variabel dependen. Ukuran ini
dibutuhkan karena signifikasi statistik tidak memberikan informasi yang cukup
berarti terkait dengan besarnya suatu perbedaan. Signifikasi statistik hanya
menginformasikan bahwa rata-rata peningkatan kelas eksperimen dan kontrol
mengalami perbedaan dan tanpa menginformasikan seberapa kuat perbedaan
peningkatan tersebut. Dalam penelitian ini, perhitungan effect size bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar dampak dari penerapan pembelajaran CPS berbasis
eksperimen terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir
kreatif dalam pemecahan masalah siswa relatif dengan penerapan pembelajaran
konvensional.
Ukuran efektivitas (effect size) dalam penelitian ini dicari dengan
menghitung besar perbedaan mean yang distandardisasi (d). Perbedaan mean
yang distandardisasi merupakan perbedaan dari dua mean yang distandarkan.
70
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengertian ini tidak terbatas pada perbedaan dua mean dari dua kelompok. Cara
yang paling sederhana dan langsung untuk menghitung ukuran efek pada satu
rerata (d) adalah sebagai berikur (Cohen, 1998).
𝑑 =�̅�1−�̅�2
𝑆𝑝…………….……………………………………………(3.10)
Keterangan:
𝑑 = Perbedaan mean yang distandardisasi
�̅�1 = Rata-rata kelas ekperimen
�̅�2 = Rata-rata kelas kontrol
Sp = standar deviasi sampel − sampel yang digabungkan (𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑)
Perbedaan rata-rata perlu distandardisasi menggunakan penyebut yang
tidak dipengaruhi oleh besarnya sampel. Penyebut yang dipilih untuk
menstandardisasi perbedaan rata-rata adalah standar deviasi populasi (σ). Standar
deviasi populasi (σ) diestimasi menggunakan standar deviasi sampel-sampel yang
digabungkan (pooled). Standar deviasi sampel-sampel yang digabungkan (pooled)
dinyatakan sebagai berikut;
)()(
)()(
11
11
21
2
22
2
11
nn
snsns p
…………………………..…………………………………(3.11)
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan kriteria yang dibuat
oleh Cohen (1998) terkait besar kecilnya efektivitas (effect size) dari suatu
variabel terhadap variabel lainya yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.11. Kriteria Besar Kecilnya Ukuran Efek (Effect Size)
Mean yang Distandarisasi Kriteria
0 ≤ d < 0,2 Efek kecil
0,2 ≤ d < 0,8 Efek sedang
d ≥ 0,8 Efek besar
f. Hubungan Antara Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan
Berpikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah Siswa.
Untuk melihat hubungan (korelasi) antara peningkatan kemampuan
kognitif dengan peningkatan keterampilan berpikir kreatif dalam pemecahan
71
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah siswa dapat dilakukan dengan cara menghitung besar koefisien korelasi
antara kedua parameter penelitian tersebut. Salah satu persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah persamaan korelasi
product mement pearson yaitu seperti berikut (Sugiyono, 2013).
𝑟𝑥𝑦 = ∑ 𝑋𝑌
√(∑ 𝑋2)(∑ 𝑌2) ……………………………………………(3.12)
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi
X = Skor rata-rata tes pertama
Y = Skor rata-rata tes kedua
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan kriteria sebagai
berikut (Sugiyono, 2013).
Tebel 3.12. Kategori Korelasi Antara Kedua Parameter Penelitian
Batasan Kategori
0,80< rxy ≤1,00 Sangat tinggi ( sangat baik)
0,60< rxy ≤0,80 Tinggi (baik)
0,40< rxy ≤0,60 Cukup (sedang)
0,20< rxy ≤0,40 Rendah (kurang)
rxy ≤ 0,20 Sangat rendah ( sangat kurang)
3. Data Tanggapan Guru dan Siswa
Data mengenai tanggapan guru dan siswa terkait penerapan pembelajaran
CPS berbasis eksperimen diambil setelah proses pembelajaran berlangsung.
Adapun pedoman pensekorannya menggunakan kretiria sebagai berikut
(Arikunto, 2007).
Tabel 3.13. Pedoman Pensekoran Tanggapan Guru dan Siswa
Jawaban Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
72
Ahmad Busyairi, 2015 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengolahan data dilakukan dengan cara mencari skor persentase tanggapan
guru dan siswa megenai penerapan pembelajaran CPS berbasis eksperimen
dengan menggunakan persamaan berikut.
P = ∑ X
∑ Xmax x 100% ……………………………….….…..…….. (3.13)
Keterangan:
P = Persentase tanggapan guru dan siswa
∑ X = Jumlah skor yang diperoleh responden
∑ Xi = Jumlah skor maksimal
Top Related