BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) sedini mungkin
setelah persalinan, yang diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. (Purwati, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2004 menyebutkan bahwa ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan pada bayi berumur nol
sampai enam bulan.
Air Susu Ibu yang diberikan pada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI
secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan
(Roesli, 2000).
2. ASI dan Proses Pembentukan ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja sama antara hormon dan reflek (Roesli,
2000). Proses pembentukan ASI dimulai saat kehamilan, terjadi perubahan pada
hormon yang berfungsi menyiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi
ASI. Pada masa kehamilan payudara akan membesar secara cepat karena
pengaruh kadar hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
akan menambah pertumbuhan duktus-duktus dan saluran-saluran penampung. 6
Progesteron akan merangsang pertumbuhan tonus-tonus alveoli (Markum, 1999).
Karena proses pembuatan ASI sudah dimulai saat umur kehamilan 5 bulan maka
saat itulah terbentuk cairan dari payudara yang disebut kolostrum.
Segera setelah persalinan, dengan lepasnya plasenta kadar estrogen dan
progesteron turun sedangkan prolaktin ini memegang peranan untuk membuat
kolostrum (Roesli, 2000).
ASI diproduksi oleh kelenjar atau mammae alveoli yang disalurkan
melalui saluran susu ke sinus lactiferous yang terdapat di daerah yang berwarna
gelap / coklat tua disekitar puting susu (Roesli, 2000). Saat bayi mulai menghisap
akan terjadi reflek-reflek yang menyebabkan ASI keluar dengan jumlah waktu
yang tepat.
a. Reflek yang terjadi pada ibu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 reflek yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu (Suradi, 2004) yaitu :
1) Reflek prolaktin atau reflek pembentukan ASI
Kelenjar hipofisa atau anterior menghasilkan hormon prolaktin
yang akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI
(Roesli, 2000). Ketika bayi mulai menyusu, ujung syaraf sensorik yang
terdapat pada puting susu terangsang dan menyebabkan kelenjar hipofisa
memproduksi prolaktin. Prolaktin ini lalu dialirkan oleh darah ke kelenjar
susu untuk memproduksi ASI. Jadi semakin sering menyusu semakin
banyak prolaktin yang lepas dari hipofisa serta makin banyak ASI yang
diproduksi oleh sel kelenjar susu. Efek lain dari prolaktin juga penting
adalah menekan fungsi ovarium sehingga pada ibu menyusui eksklusif
akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan haid (Roesli, 2000).
Dengan kata lain menjarangkan kehamilan.
2) Let Down reflek atau pengaliran atau kepuasan ASI
Rangsangan yang ditimbulkan bayi waktu menyusui akan sampai
kebagian belakang kelenjar hipofisa dan merangsang keluarnya hormon
oksitosin. Oksitosin masuk kedalam darah menuju payudara, ia akan
memacu sel-sel miopitel yang mengelilingi alveoli dan mengerutkan
duktus memerah. ASI keluar dari alveoli, duktus menuju ke papila
mammae dan keluar lewat puting susu (Roesli, 2000).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan
reflek ini, ASI tidak akan bisa keluar dari gudang susu atau sinus
lactiferous (Roesli, 2000). Melalui aliran darah oksitosin akan diangkut ke
uterus sehingga berkontraksi dan terjadi involusi. Jadi jika kontraksi uterus
baik akan mempercepat keluarnya plasenta serta mengurangi terjadinya
perdarahan. Oksitosin juga mempengaruhi miometrium berkontraksi
sehingga mempercepat keluarnya plasenta, mengurangi terjadinya
perdarahan. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat
mempengaruhi reflek oksitosin (Roesli, 2000). Jadi bila ibu menyusui
stres akan mempengaruhi pengeluaran oksitosin yang tentunya
berpengaruh juga pada pelapasan ASI.
b. Reflek yang terjadi pada bayi
1) Reflek mencari (Rooting reflek)
Payudara ibu menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan
rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Begitu payudara
didekatkan bayi akan mencari puting susu untuk menyusu.
2) Reflek menghisap (Sucking reflek)
Terjadi bila bayi pertama kali mengalami pengisian mulutnya sampai ke
langit-langit keras dan punggung lidah dengan puting susu (Markum,
1999). Pada reflek ini melibatkan rahang, lidah dan pipi yang
memungkinkan gusi memerah areola dan mendorong susu kedalam mulut.
3) Reflek menelan (Swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan menghisap
yang ditimbulkan otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu ini akan
menimbulkan mekanisme menelan pada bayi.
3. Proses Menyusui dan Langkah-Langkah Keberhasilan Menyusui
a. Terdapat tujuh langkah keberhasilan menyusui ASI secara eksklusif menurut
Roesli (2000) :
1) Mempersiapkan payudara bila diperlukan.
2) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya.
4) Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit
sayang ibu” atau rumah bersalin sayang bayi.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
eksklusif.
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau konsultasi
laktasi untuk persiapan bila menemui kesulitan.
7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
Ditinjau dari segi fisiologis kemampuan ibu untuk menyusui
mempunyai hubungan dengan makanan, endokrin dan faktor fisiologi ibu :
1) Nutrisi
Pada saat hamil metabolisme ibu berubah sehingga cadangan
energi dalam bentuk lemak disimpan dalam jaringan subkutan tubuh dan
kaki. Seorang wanita hamil dengan nutrisi baik jumlah pertumbumbuhan
lemak sampai kira-kira 4 kg sesuai dengan penyimpangan 35.000 kkal
cukup persediaan laktasi dalam 4 bulan (Markum, 1999). Dengan adanya
penimbunan cadangan lemak selama kehamilan ini, tambahan 500 kalori
sehari sudah cukup untuk ibu menyusui.
2) Faktor endokrin
Perkembangan pertumbuhan dan fungsi sekresi kelenjar susu
tergantung pada rangsangan kelenjar-kelenjar yang sesuai. Pada kehamilan
terjadi perkembangan lebih lanjut daripada anak-anak sekresi kelenjar
susu karena pengaruh estrogen dan progesteron (Markum, 1999). Hormon
prolaktin adalah hormon laktogenik yang menentukan dalam pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu.
3) Aspek psikologik
Sebenarnya menyusui merupakan proses yang memberikian
kepuasan dan kesenangan pada ibu karena meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan bayi. Namun pemberian ASI sangat tergantung pada
perasaan ibu, pikiran dan sensasi. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan
menghambat pengeluaran ASI :
Yang dapat meningkatkan pengeluaran ASI :
a) Bila melihat bayi.
b) Memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang.
c) Mendengarkan bayinya menangis.
d) Mencium bayinya.
e) Ibu dalam keadaan tenang.
Yang dapat menghambat pengeluaran ASI :
a) Ibu dalam keadaan kacau atau pikirannya bingung.
b) Ibu khawatir ASI-nya tidak cukup.
c) Ibu yang kesakitan.
d) Ibu yang merasa sedih, cemas, marah ataupun kesal.
e) Ibu malu menyusui.
b. Cara menyusui yang benar
Segera setelah proses persalinan selesai, bayi dalam kondisi hangat
segera disusukan pada ibu yang sudah dibersihkan sebagai terapi psikologi.
1) Proses menyusui bayi
Bayi harus memasukkan seluruh puting susu sampai daerah areola
mammae kedalam mulutnya sehingga dapat menggunakan rahang untuk
menekan daerah belakang puting susu (kantong penyimpanan susu).
Ibu mengambil posisi duduk, punggung ibu bersandar, kaki depan
diangkat dan diluruskan kedepan sejajar dengan bokong atau kebawah
tetapi harus diberi penyangga (jangan menggantung), bayi tidur di
pangkuan ibu dengan dialasi bantal sehingga perut ibu bersentuhan /
berhadapan dengan bayi. Leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir.
Posisi menyusui cara lain adalah ibu tidur miring dengan bantal agak
tinggi dan lengan tangan menopang kepala bayi. Posisi perut bayi dan
perut ibu sama dengan pada posisi duduk. Siku bayi harus sejajar dengan
telinga bayi bila ditarik garis lurus.
Bila mengambil posisi telungkup diatas meja, bayi ditidurkan di
meja dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan
menguntungkan bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan
yang sama tanpa harus dibedakan. Segera setelah persalinan posisi
menyusu yang terbaik untuk bayi adalah ditelungkupkan di perut ibu
bersentuhan dengan kulit bayi sebagai proses penghangat untuk bayi dan
sekaligus bayi dapat menghisap puting susu ibu.
2) Waktu menyusui bayi
Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau
menangis, ibu harus segera memberikan ASI. Bila bayi puas menyusu,
bayi akan tertidur pulas. Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih
menyusu, untuk melepaskan puting susu dari mulut bayi, ibu dapat
memasukkan jari tangan secara perlahan kedalam mulut bayi dengan
menyusuri puting susu. Dengan demikian, bayi masih dapat merasa ada
sesuatu yang dapat dihisap. Kemudian dengan perlahan, lepaskan puting
susu dari mulut bayi, hal ini untuk menghindari puting susu lecet akibat
gesekan yang kuat dan bayi tidak terkejut.
3) Cara menyusui bayi
Ibu harus menyusui dengan bergantian diantara dua payudara.
Namun satu payudara harus dirasakan sampai dianggap habis ASInya
kemudian ke payudara yang lain. Bila payudara pertama yang disusui
masih ada, hendaknya dikeluarkan dengan memasase payudara kearah
puting susu sampai payudara tidak mengeluarkan ASI lagi. Hal ini akan
memperlancar pengeluaran ASI berikutnya sehingga menjadi lebih
banyak. Dengan metode ini ASI akan tetap bertahan dan berproduksi.
Pada masa cuti melahirkan, ibu harus segera mengosongkan payudara
setiap kali sehabis menyusui. Dengan demikian ASI akan keluar lebih
banyak. ASI dapat disimpan dalam suhu ruang sampai 8 jam dan didalam
lemari pendingin selama 2 x 24 jam, bahkan dalam freezer dapat bertahan
sampai 6 bulan ( Purwanti, 2004).
Selama bekerja, upayakan ada waktu tertentu untuk mengeluarkan
ASI di kantor secara teratur (minimal 2 jam sekali Air Susu Ibu
dikeluarkan) dan ASI ditampung dengan botol yang bersih kemudian
dapat diberikan kepada bayinya ketika pulang ke rumah.
Menyusu memungkinkan rahang bayi yang masih dalam proses
perkembangan terbentuk menjadi lebih baik. Total lamanya menyusui
yang tepat perhari kurang lebih 6 jam. Oleh karena itu, selama 6 jam
dalam 1 hari rahang yang diproses oleh payudara dan upaya isapan bayi.
Keadaan ini menyebabkan rahang bayi berbentuk baik (kedalam).
4) Urutan tindakan menyusui
a) Pilih posisi yang nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan, seperti
kapas, air hangat, handuk kecil yang bersih atau tisu, bantal untuk
penopang bayi, selimut kecil dan penopang kaki ibu.
b) Baringkan bayi di atas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling
berhadapan dengan ibu. Perut ibu berhadapan dan bersentuhan dengan
perut bayi.
c) Masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting
susu, tujuannya menjaga kelembapan puting. Kemudian oleskan
puting susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang reflek menghisap bayi
(rooting reflek).
d) Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari
menahan bagian bawah areola mammae sampai bayi membuka
mulutnya.
e) Setelah bayi siap menyusu masukkan puting susu sampai daerah areola
mammae masuk ke mulut. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan
biarkan bayi bersandar ke arah ibu. Mulut bayi tidak tertekan pada
buah dada ibu.
f) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga
memungkinkan bayi dapat menghisap dengan benar. ASI keluar
dengan lancar dan puting susu tidak lecet.
g) Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada
kedua payudara sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi
seimbang pada kedua payudara.
h) Bila menghadapi masalah, segera cari bantuan petugas yang
memahami tatalaksana ASI sehingga segera mendapatkan
pemecahannya.
i) Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya
dibasahi oleh ASI dan biarkan kering sendiri untuk menjaga
kelembapan.
j) Setelah menyusu, sendawakan bayi dengan meletakkan bayi
telungkup. Kemudian punggungnya di tepuk secara perlahan-lahan
atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan ditepuk- tepuk
punggung bayi.
ASI ada didalam lambung bayi sehingga habis diserap, berlangsung
hingga 2 jam. Oleh karena itu, upayakan bayi menyusu lagi setelah 2 jam.
4. Manfaat dan Keuntungan ASI
Menurut Novaria (2005) dalam suatu karya tanggal 5 Februari 2005
bahwa hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya,
ASI tak ternilai harganya. Selain merupakan makanan yang paling sempurna,
kandungan gizinya sudah sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal pada anak.
a. Keuntungan pemberian ASI bagi ibu
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah melahirkan maka kemungkinan
terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang.
Pada ibu menyusui terjadi meningkatan kadar oksitosin yang berguna juga
untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan
cepat berhenti (Roesli, 2000).
2) Mengurangi terjadinya anemia
Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia
karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan (Roesli,
2000)
3) Menjarangkan kehamilan
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup
berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid 98 % itu tidak
akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96 % tidak akan
hamil sampai bayi berumur 12 bulan (Roesli, 2000).
4) Mengecilkan rahim
Kadar oksitosin ibu menyusui akan meningkat sehingga membantu proses
involusi rahim (Suradi, 2004).
5) Mengurangi kemungkinan menderita kangker
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kangker payudara dan indung telur. Pada
umumnya bila wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2
tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang
sampai 25 % (Roesli, 2000).
6) Ibu lebih cepat langsing
Menyusui memerlukan energi, maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil (Markum, 1999).
7) Lebih ekonomis, praktis, dan efisien.
8) Memberikan kepuasan bagi ibu
Ibu yang berhasil akan merasakan kepuasan, kebanggaan dan
kebagahagiaan yang mendalam.
b. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi
1) Sebagai nutrisi terlengkap
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi (Roesli,
2000).
2) ASI (Air Susu Ibu) meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Semua macam immunoglobulin dapat diketemukan kedalam ASI (Roesli,
2000).
3) ASI meningkatkan kecerdasan
Berdasarkan penelitian pada 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi-
bayi prematur yang diberi ASI ekslusif mempunyai kalium yang lebih
tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dari pada yag tidak diberi
ASI (Roesli, 2000).
4) ASI ekslusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Saat menyusu bayi akan mendengar detak jantung ibu yang dikenalnya
sejak didalam kandungan. Lewat menyusu pula akan terjalin komunikasi
yang meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Roesli, 2000).
5. Kandungan ASI
a. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan, anti
alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 2000 unsur
zat makanan ( Purwanti, 2004).
b. Komposisi ASI
Komposisi ASI sangat sesuai dengan laju pertumbuhan bayi karena
mengandung berbagai macam zat antara lain (Roesli, 2000) :
1) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi
dan berprotein tinggi. Cairan emas yang encer dan seringkali berwarna
kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu,
sebab mengandung sel hidup yang menyerupai “sel darah putih” yang
dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum biasanya akan keluar pada
hari pertama dan kedua setelah melahirkan. Dengan volume antara 150-
300 ml/hari.
2) ASI Transisi / Peralihan
ASI Transisi / Peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang.
3) ASI Matang (Mature)
ASI Matang (Mature) merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari
ke-14 dan seterusnya.
4) Lemak ASI
Lemak utama ASI adalah ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA,
arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen
penting untuk myelinisasi (pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi
serabut saraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat).
Komponen lemak yang berikutnya adalah kolesterol yang jaga
meningkatkan pertumbuhan otak bayi.
5) Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih
banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-
30% lebih banyak dari susu sapi. Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan
otak.
6) Protein
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Protein ASI yang utama adalah
whey yang merupakan protein halus dan lembut serta mudah dicerna.
Sedangkan proein lainnya adalah : alfa laktalbumin yang melindungi usus
bayi dari alergi, taurin merupakan protein otak yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk pertumbuhan retina.
Kemudian lactoferin yang berfungsi untuk zat besi dari ASI ke darah,
serta lysosyme yang merupakan suatu kelompok antibiotik alami di dalam
ASI.
7) Faktor pelindung dalam ASI
Dengan adanya zat anti infeksi dari ASI maka bayi yang diberi ASI
eksklusif akan terlindung dari berbagai macam infeksi, baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. ASI juga ternyata
mengandung zat anti infeksi antara lain :
Sel darah putih yang mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai
sel darah putih sehingga dinamakan “sel darah putih” dari ASI. Sel-sel ini
beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat.
Imunoglobulin atau antibiotika alamiah yang dapat memberikan imunisasi
aktif dan pasif. Contoh imunisasi pasif oleh ASI adalah perjalanan SIgA
(secretory immunoglobulin A). SIgA adalah suatu anggota imunoglobulin
yang penting. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pada minggu-minggu
pertama kehidupan bayi ususnya masih seperti saringan yaang akan
membocorkan kuman-kuman dan benda asing lainnya. Di sinilah SigA
(secretory immunoglobulin A) ASI akan melindungi dengan jalan menutup
kebocoran-kebocoran pada dinding usus tersebut.
8) Vitamin, Mineral, dan Zat Besi
Vitamin, mineral, dan zat besi sebagian besar diserap oleh usus, masuk
dalam darah, dan dimanfaatkan oleh tubuh bayi. ASI mengandung vitamin
dan mineral yang lengkap. Meski kadar mineral ASI relatif rendah, tetapi
cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Hampir semua vitamin dan
mineral dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi.
9) Unsur-unsur lain dalam ASI.
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan beberapa penelitian, terdapat berbagai macam faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif antara lain :
a. Umur
Menurut Siswono tahun 2004 seseorang yang menjalani hidup dapat
diasumsikan bahwa semakin tua umurnya, maka pengalaman juga semakin
banyak, pengetahuannya semakin luas, keahlian semakin mendalam, dan
kearifannya semakin mantap dalam pengambilan keputusan dan tindakan.
Umur ibu dapat menentukan kesehatan maternal yang berkaitan dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta cara mengasuh dan menyusui
bayinya. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
disebut usia reproduksi tidak sehat serta masih belum matang dan belum siap
dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas
serta cara mengasuh dan menyusui bayinya (kaitannya dengan pemberian
ASI eksklusif). Umur 20-35 tahun disebut usia reproduksi sehat. Usia
reproduksi sehat merupakan suatu kondisi dimana organ reproduksi telah siap
atau matang untuk menjalankan proses reproduksi kaitannya dalam
pemberian ASI eksklusif atau laktasi serta didukung dengan kematangan
psikis atau mental. Usia reproduksi sehat juga dikatakan sebagai masa dewasa
sehingga mampu untuk menelaah suatu masalah, dan sudah siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas serta cara
mengasuh dan menyusui bayi kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan.
b. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia,
usaha mengatur pengetahuan semula yang ada pada seorang individu itu.
Pendidikan menjadi tolak ukur yang penting dan dapat menentukan status
ekonomi, status sosial dan perubahan-perubahan lainnya. Pendidikan ibu
mempengaruhi pola pikir ibu untuk menentukan tindakannya baik yang
menguntungkan ataupun tidak. Diharapkan pola pikir dengan keadaan yang
ada, misalnya saja seseorang berpendidikan tinggi dan pengetahuan luas akan
lebih bisa menerima alasan untuk memberikan ASI eksklusif karena pola
pikirnya yang lebih realistis dibandingkan yang berpendidikan rendah (Yoga,
2005).
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang setiap hari dilakukan responden dan
mendapat upah dari pekerjaannya itu. Ibu yang memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya sampai umur 6 bulan saat ini masih rendah yaitu
kurang dari 2 %, dari jumlah total ibu melahirkan, itu antara lain terjadi
karena banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di luar rumah. Jika ibu
segera bekerja hal ini mungkin menghambat pemberian ASI eksklusif
(Suradi, 2004). Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI
secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6
bulan. Dengan adanya cuti hamil selama 3 bulan juga dapat membantu ibu
untuk dapat memberikan ASI eksklusif, ditambah dengan pengetahuan yang
benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI yang baik, dan
dukungan lingkungan kerja seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan
ASI secara eksklusif (Roesli, 2000).
d. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kebisaaan, keahlian, ketrampilan pemahaman atau
pengertian yang diperoleh dari pengalaman, latihan atau melalui proses
belajar (Maternal And Neonatal Health Central Java, 2000). Dari pengalaman
penelitian telah terbukti bahwa perilaku seseorang yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Dengan adanya pengetahuan yang cukup
diharapkan informasi tentang kesehatan dan perilakunya akan lebih mudah
berubah dan diterima. Jadi jika pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
eksklusif kurang, kemungkinan besar akan mengganggu atau menghambat
dalam proses menyusui ibu sendiri (Suradi, 2004).
B. Kerangka Teori
Faktor presdiposisi 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan 5. Sikap
Faktor pemungkin 1. Ketersediaan fasilitas dan
petugas kesehatan 2. Keterjangkauan
pelayanan kesehatan
Faktor penguat 1. Dukungan suami dan
keluarga 2. Dukungan dari tenaga
kesehatan 3. Persoalan dan keluhan
fisik
Perilaku dalam pemberian ASI
eksklusif
Sumber : Green dalam Notoatmodjo, 2003
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Karakteristik ibu 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan
Pemberian ASI eksklusif
Pengetahuan ibu
Sumber : Notoatmodjo, 2005
Gambar 2.2 : Skema Kerangka Konsep
Top Related