17
BAB II
MINERAL
2.1. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral.
2. Mampu membedakan sifat fisik mineral pada batuan peraga satu
dengan batuan peraga lainnya.
3. Mengetahui kegunaan dari mineral.
2.2. Teori Dasar
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses
geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia
tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur
murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui dan terbentuk secara anorganik (senyawaan
organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut
mineralogi.
Mineral yang terdapat di alam ada yang merupakan unsur bebas, dan ada
pula yang merupakan senyawa.
2.2.1. Klasifikasi Mineral Berdasarkan Sifat Kimia
a. Kelompok Native Element (Unsur Murni)
18
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang
dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia
saja. Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur
pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity)
mineralnya adalah
malleable yang jika ditempa
dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan
dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika
dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara
lain :
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au),
perak (Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya
adalah isometrik.
Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic
(As),yang keduanya memiliki sistem kristalnya adalah
hexagonal.
Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur.
sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem
kristalnya ortorombik, intan sistem kristalnya isometrik, dan
grafit sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat
jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Gambar 2.1 Emas
17
19
b. Kelompok Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt
ini terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang) (S2-). Pada umumnya unsur utamanya adalah logam
(metal). Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk
disekitar wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang
tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya
atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur
tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur
yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut
biasanya dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan
yang terkait dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral
pembentuk bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur
utamanya umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-
mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur
logam dari sulfurnya.Beberapa penciri kelas mineral ini adalah
memiliki kilap logam karena unsur utamanya umumnya logam, berat
jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai kekerasan yang
rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit
(FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan
Kalkopirit (CuFeS2) .
20
Gambar 2.2 Pirit
c. Kelompok Oksida Dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang
terbentuk dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida
(O2-) dan gugus hidroksil hidroksida (OH-).
Oksida
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan
langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih
keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga
lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korundum
(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Hidroksida
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk
akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu
dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga
terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida,
pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya
adalah unsur-unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida
22
Gambar 2.3 Hematit
d. Kelompok Halida
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen
elektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat
jenis yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl),
Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).
Gambar 2.4 Fluorit
e. Kelompok Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut
“karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan
“kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral
ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
23
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai
plankton. Karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada
daerah karst yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite.
Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat
(BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas
karbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan
magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat adalah niter
(NaNO3) dan boraks (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
Gambar 2.5 Dolomit
f. Kelompok Sulfat
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah
kombinasi logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral
sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitic (penguapan) yang tinggi
kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi
sulfat dan halida berinteraksi. Pada kelas sulfat termasuk juga
mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan sama seperti
sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam
dengan anion-anionnya masing-masing. Contoh-contoh mineral yang
termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium sulfate), celestite
(strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk di dalamnya mineral
24
chromate, molybdate, selenite, sulfite, tellurate serta mineral
tungstate.
Gambar 2.6 Gipsum
g. Kelompok Phosphat
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada
umumnya memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:
Apatit (Ca,Sr,Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH), Vanadine b5Cl(PO4)3,dan
Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8, 5H2O.
Gambar 2.7 Apatit
25
h. Kelompok Silikat
Silikat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari
mineral yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan
adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara
silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya
yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian
utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku
maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk batuan yang
umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Quartz (SiO2)
Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
Mica Muscovite (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
Mica Biotite (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
Amphibole Horblende
((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
Piroxene ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5
hingga 8 adalah mineral ferromagnesium.
26
Gambar 2.8 Kuarsa
2.2.2. Sifat Fisik Mineral
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan
sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang
lainnya. Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna, cerat (streak),
kilap (luster), bentuk Kristal (form/shape), belahan (cleavage), pecahan
(fracture), kekerasan (hardness), berat jenis (specific gravity), tenacity,
diaphaneity, dan special properties.
a. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka
cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan
diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi). Warna
penting untuk membedakan antara mineral akibat pengotoran dan
warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral
tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-
elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning loyang,
Magnetite berwarna hitam Warna akibat adanya campuran atau
pengotor dengan unsur lain, sehngga memberikan warna yang
27
berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama
Allochromatic.
Misal :
Halite, warna dapat berubah-ubah :
abu-abu
biru bervariasi
kuning
coklat gelap
merah muda
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna
berubah-ubah menjadi :
violet
merah muda
coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna
tertentu pada mineral disebut nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan
Chromophores dalam mieral Cu sekunder ,maka akan memberikan
warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
Komposisi kimia
Struktur kristal dan ikatan atom
Pengotoran dari mineral
b. Gores/Cerat ( Streak )
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral
tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih
dipertanggungjawabkan karena stabil dan penting untuk
membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggorekan mineral pada
permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai
28
kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk
sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores
berwarna putih.
Contoh:
Quartz = putih / tak berwarna
Gypsum = putih / tak berwarna
Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam (non metalic mineral) dan berwarna
gelap akan memberikan gores yang lebh terang daripada warna
mineralnya sendiri.
Contoh :
Leucite = warna abu-abu / gores hitam.
Dolomite = warna kuning sampai merah
jambu /gores putih
Mineral yang mempunyai kilap metallic kadang-kadang
mempunyai warna gores yang lebih gelap dari warna mineralnya
sendiri.
Contoh :
Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam
Copper = warna merah tembaga / gores
hitam
Hematite = warna abu-abu kehitaman
/ gores merah
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan
warna yang sama.
Contoh :
Cinnabar = warna dan gores merah
Magnetite = warna dan gores hitam
29
Gambar 2.9. Cerat Pyrit
c. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari
permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat
pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap
tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar
indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang
dipantulkan. Nilai ekonomis mineral kadang-kadang ditentukan oleh
kilapnya.
Macam-macam kilap :
Kilap Logam (Metallic Luster)
Mineral-mineral opaq yang mempunyai indeks bias sama
dengan 3 atau lebih, contoh : Galena, Native metal, Sulphide ,
Pyrite.
Kilap Sub-metalik (Sub Metallic Luster)
Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias
antara 2,6 sampai 3, contoh :
Cuprite ( n = 2.85 )
Cinnabar ( n = 2.90 )
Hematite ( n = 3.00 )
Alabandite ( n = 2.70 )
30
Kilap Bukan Logam (Non Metallic Luster)
Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan
dapat membiaskan,dengan indeks bias kurang dari 2,5. Gores
dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna
muda.
Macam-macam kilap bukan logam :
Kilap kaca (vitreous luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh :
Quatrz
Carbonates
Spinel
Fluorite
Garnet
Kilap Intan (adamantite luster)
Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan
atau permata.
Contoh :
Diamond
Sphalerite
Cassiterite
Sulfur
Rutile
Kilap lemak (greasy luster)
Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak
atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
31
Contoh :
Nepheline yang sudah teralterasi .
Halite yang sudah terkena udara.
Kilap lilin ( waxy luster )
Merupakan kilap separti lilin yang khas.
Contoh :
Serphentine
Ceragyrite
Kilap sutera ( silky luster )
Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang
parallel atau berserabut (parallel fibrous structure)
Contoh :
Asbestos
Selenite
Hematite
Kilap mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transparan yang
berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.
Contoh :
Talc
Gypsum
Mika
Kilap tanah ( earthy luster )
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan
sinar yang masuk tidak dipantulkan kembali.
Contoh :
Kaolin
Pyrolusite
32
Gambar 2.10 Kilap logam (galena)
Gambar 2.11 Kilap non logam (kuarsa)
d. Bentuk (form/shape)
Amorf : tidak berbentuk Kristal
Kristal
Isometrik / kubus
Tetragonal / balok
Heksagonal
Ortorombik
Monoklin
Triklin
33
Tabel 2.1 Bentuk Kristal
e. Belahan (Cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas
elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal
yang rata karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam
dari kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi
bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh
bidang yang rata. Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan
bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
34
Sempurna ( Perfect )
Apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya
yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain
melalui bidang belahannya.
Contoh :
Calcite
Muscovite
Galena
Halite
Baik ( Good )
Apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya
yang rata, tetapi dapat juga terbelah tidak melalui bidang
belahannya
Contoh :
Feldspar
Augite
Hyperstene
Rhodonite
Diopsite
Jelas ( Distinct )
Apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya
dan tidak rata.
Contoh :
Scapolite
Feldspar
Hornblende
35
Tidak Jelas ( Indistinct )
Apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi
kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama
besar.
Contoh :
Beryl
Corundum
Gold
Platina
Magnetite
Tidak sempurna ( Imperfect )
Apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan
mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh :
Apatite
Cassiterite
Berdasarkan arah, belahan mineral terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu,
1 arah : muskovit, biotit
2 arah : piroksen, feldspar, hornblende
3 arah : halit, pirit, kalsit
4 arah : fluorit
36
Gambar 2.12 Arah belahan mineral
f. Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui
batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi :
Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol
atau kulit bawang yang memperlihatkan gelombang melengkung
dipermukaan.
Contoh :
Quartz
37
Obsidian
Rutile
Anglesite
Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam,
serta kasar tak beraturan atau seperti tak bergerigi.
Contoh :
Copper
Silver
Platinum
Gold
Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-
kecil dengan ujung pecahan mendekati bidang datar.
Contoh :
Muscovite
Biotite
Talc
Uneven : Pecahan mineral yang menunjukan permukaan bidang
pecahnya kasar dan tidak teratur. kebanyakan mineral
mempunyai pecahan uneven.
Contoh :
Calcite
Orthoclas
Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan
tajam menyerupai benang atau berserabut
Contoh :
Fluorite
Antigoite
Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh :
Biotite
Talc
38
Gambar 2.13 Pecahan konkoidal
g. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan
mineral (scratching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah
dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada
mineral standar dari skala Mohs yang sudah diketahui
kekerasannya.Skala kekerasan relatif mineral dari Mohs :
Tabel 2.2 Skala Mohs
Skal
aNama mineral Rumus Molekul
1 Talc Mg3Si4O10(OH)2
2 Gipsum CaSO2 . 2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3F
6 Ortoklas K(AlSi3O8)
7 Kuarsa SiO2
8 Topaz Al2SiO4(FOH)2
9 Corundum Al2O3
39
10 Diamond C
Sedangkan alat yang digunakan sebagai sebagai alat penentu
kekerasan adalah:
Kuku jari memiliki nilai H sekitar 2,5
Uang logam memiliki nilai H = 3,0
Baja pada pisau lipat memiliki nilai H = >3,0
Kaca jendela memiliki nilai H = 5,5
Amplas dan kikir baja memiliki nilai H = 6,5
h. Berat Jenis (Specific Gravity)
Banyak mineral-mineral yang mempunyai sifat fisis yang
banyak persamaannya, dapat dibedakan dari berat jenisnya. Seperti
pada colestite SrSO4 dengan berat jenis 3,95 dapat dengan mudah
dibedakan dengan barite yang mempunyai berat jenis 4,5 salah satu
penentuan berat jenis dengan teliti dapat menggunakan pycnometer.
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di
bandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
i. Tenacity
Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
Brittle
Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus
Contoh :
Calcite
Marcasite
Quartz
Hematite
40
Sectile
Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
Contoh :
Gypsum
Ceragyrite
Malleable
Apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh :
Gold
Copper
Ductile
Dapat di tarik / diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik
dapat bertambah panjang dan aopabila dilepaskan maka mineral
akan kembali seperti semula.
Contoh :
Silver
Cerrargyrite
Copper
Olivine
Flexible
Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
Contoh :
Talc
Mika
Gypsum
41
Elastic
Dapat merenggang bila ditarik dan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
Contoh :
Muscovite
Gambar 2.14. Tenacity
j. Diaphaneity
Diaphaneity adalah cara mineral untuk meneruskan cahaya,
terbagi menjadi:
Transparant : benda dapat tampak jika dipandang melalui suatu
mineral, contohnya kuarsa, kalsit.
Translucent : cahaya dapat diteruskan oleh mineral, tetapi benda
dibalik mineral ini tidak tampak jelas, contohnya gypsum.
Opaque : tidak ada cahaya yang diteruskan walaupun pada
keping yang tertipis, contohnya magnetite dan pyrite.
k. Special Properties
a. Rasa & Bau (Taste & Odour)
Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas,
beberapa mineral mempunyai rasa dan bau.
42
Rasa ( taste ) hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang
bersifat cair :
Astringet : rasa yang umum dimiliki
oleh sejenis logam.
Sweetist Astinget : rasa seperti pada tawas.
Saline : rasa yang dimiliki seperti
garam.
Alkaline : rasa yang dimiliki seperti
rasa soda.
Bitter : rasa seperti garam pahit.
Cooling : rasa seperti rasa
sendawa.
Sour : rasa seperti asam
belerang.
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang
bersifat volatile melalui pemanasan atau melalui
penambahan suatu asam, maka kadang-kadang bau
(odour) akan menjadi ciri-ciri yang khas dari suatu
mineral.
Alliaceous : Bau seperti bawang,
proses pereaksi dati
aersenopirit akan
menimbulkan bau
yang khas.
Horse Radish Odour : Bau dari lobak kuda yang
menjadi busuk (biji
selenit yang dipanasi).
Sulphurous : Bau yang ditimbulkan
oleh proses pereaksian
pirit atau pemanasan
mineral yang
43
mengandung unsure
sulfida.
Bituminous : Bau seperti bau aspal.
Fetid : Bau yang ditimbulkan
oleh asam sulfida atau
bau busuk seperti telur
busuk.
Argiilaceous : Bau seperti lempung
basah, seperti serpentin
yang mengalami
pemanasan.
b. Sifat Kemagnetan
Paramagnetit (magnetit) adalah mineral tersebut
mempunyai gaya tarik terhadap magnet. Contohnya.
Magnetit, pirotit,ferroplatin
Diamagnetit (non magnetit) adalah mineral tersebut
mempunyai gaya tolak terhadap magnet.
c. Feel
Soapy / seperti sabun: talk, bentonit
Greasy / berminyak : grafit
d. Kelisrikan
Bermuatan listrik jika digosok dengan kain, contoh : intan,
topaz, turmalin.
Bermuatan listrik bila dipanasi, contoh : turmalin, kuarsa.
Bermuatan listrik bila ditekan, contoh : kuarsa
Bedaya hantar listrik. Contoh : Cu, Fe
e. Daya Hantar Panas
Konduktor : Cu, Fe
Isolator : asbes, mika
f. Keradioaktifan
Mineral bersifat radioaktif, contoh : uranitite, pitchblende
44
g. Fosforisensi
Dapat bercahaya atau bersinar, setelah tidak terkena cahaya
matahari, contohnya barium sulfida, kalsium sulfida.
h. Fluorisensi
Dapat bercahaya apabila mineral terkena cahaya, contoh :
fluorit, barium platina sianida, willemite
2.3. Alat dan Bahan
2.3.1. Alat
1. Modul praktikum geologi fisik
2. Amplas
3. Paku
4. Pecahan kaca
5. Kawat tembaga, uang logam
6. Lup dan tabel bentuk kristal
7. Lembar klasifikasi mineral
8. Alat tulis
2.3.2. Bahan
1. 3 buah batuan peraga, jenis batuan beku
2.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaaan
Hari : Minggu
Tanggal : 9 November 2014
Pukul : 16.00 WITA s/d selesai
Tempat : Kampus I STT MIGAS KM 8
45
2.5. Prosedur Kerja
1. Tentukan mineral yang akan diidentifikasi pada batuan peraga;
2. Amati dan tentukan warna dan kilap yang tampak pada mineral;
3. Goreslah permukaan mineral yang telah ditentukan dengan
menggunakan amplas untuk mengetahui cerat dari mineral tersebut;
4. Untuk menentukan kekerasan mineral, gunakanlah kuku jari, paku,
pecahan kaca, uang logam atau kawat tembaga kemudian sesuaikan
kekerasan mineral dengan skala Mohs;
5. Untuk mengidentifikasi bentuk kristal dan diaphaneity dari mineral
amatilah kenampakan mineral tersebut;
6. Untuk menentukan belahan, pecahan, tenacity, serta berat jenis dari
mineral yang diamati, bacalah lembar klasifikasi mineral yang ada;
7. Tentukan nama mineral, genesa, dan nilai ekonomis dari mineral
tersebut;
8. Lakukanlah prosedur kerja seperti yang tertera diatas untuk
mengidentifikasi mineral pada batuan peraga lainnya.
Top Related