12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut S.Munawir, laporan keuangan merupakan alat yang digunakan
untuk memperoleh informasi mengenai keuangan suatu perusahaan yang
berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.7 Pihak yang berkepentingan
terdiri dari pihak intern maupun ekstern. Pihak intern meliputi pimpinan dan
pemilik perusahaan, serta karyawan. Sedangkan pihak ekstern seperti
supplier, investor, maupun pihak lain yang membutuhkan informasi keuangan
tersebut.8
Menurut Ratma Budi Priatma, laporan keuangan dalam arti sederhana
yaitu suatu informasi yang dapat menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan saat ini atau dalam suatu periode tertentu.9 Pada umumnya,
laporan keuangan yang dibuat yaitu per periode, misalnya tiga bulan, atau
enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Akan tetapi, untuk
laporan lebih luas dibuat satu tahun sekali. Dengan dibuatnya laporan
keuangan, maka akan dapat diketahui posisi perusahaan saat ini setelah
laporan keuangan tersebut dianalisis.
Lebih lanjut Irham Fahmi mengatakan bahwa laporan keuangan adalah
suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan
informasi tersebut dapat dijadikan gambaran kinerja keuangan di perusahaan
yang bersangkutan.10
7 S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 2
8 Ratma Budi Priatna, dkk., Akuntansi Keuangan 1, Cet.2 (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), 31
9 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 7
10 Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 2
13
Menurut Lili M.Sadeli, laporan keuangan merupakan laporan yang akan
memberikan informasi berupa kondisi keuangan suatu perusahaan, perubahan-
perubahannya dan hasil yang dicapai oleh perusahaan tersebut dalam suatu
periode tertentu.11
Menurut Ismail, laporan keuangan merupakan suatu bentuk
pertanggungjawaban kinerja manajemen suatu perusahaan yang dicapai
selama periode tertentu terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.12
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu. Menurut IAI (2002) PSAK1 format
laporan keuangan terdiri dari empat bentuk laporan keuangan yaitu laporan
keuangan neraca, laporan keuangan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan keuangan arus kas, ditambah pelengkap laporan keuangan berupa
catatan atas laporan keuangan.13
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan
kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan. Setiap
perusahaan wajib membuat dan melaporkan kondisi keuangannya pada suatu
periode tertentu. Laporan keuangan kemudian dianalisis sehinga dapat
diketahui kondisi dan posisi perusahaan. Dengan adanya laporan keuangan,
perusahaan juga dapat menentukan langkah yang harus diambil sekarang dan
dimasa depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan
maupun kekuatan yang dimilikinya.
11
Lili M.Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, Ed.1,Cet.6, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), 18 12
Ismail, Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Ed.1, Cet.2, (Jakarta: Kencana,
2011), 15 13
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan
Riset Bisnis, Ed.1, Cet.2, (Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011), 24
14
2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Irham Fahmi, tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi dari sudut angka-angka dalam satuan moneter kepada pihak yang
membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan. Kemudian, SFAC
(Statement of Financial Accounting Concept) No.1 menyatakan tujuan dari
pelaporan keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang
bermanfaat bagi pembuatan keputusan bisnis dan ekonomi oleh investor yang
ada dan yang potensial, kreditor, manajemen, pemerintah, dan pengguna
lainnya.14
Menurut Ismail, tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan untuk membuat
keputusan ekonomi.15
Menurut Hery, tujuan khusus laporan dari keuangan adalah suatu
informasi mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam
posisi keuangan yang disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya:
“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi”.16
Berkut ini beberapa tujuan pembuatan atau penyusuan laporan keuangan
menurut Kasmir, yaitu:
1) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
14
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 5 15
Ismail, Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Ed.1, Cet.2, (Jakarta: Kencana,
2011), 15 16
Hery, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 4
15
2) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban serta modal
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3) Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang
diperoleh pada suatu periode tertentu.
4) Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5) Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
6) Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam
suatu periode.
7) Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
8) Informasi keuangan lainnya.17
Lebih lanjut Lili M.Sadeli mengemukakan tujuan umum laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan
kewajiban.
2) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan
bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.
3) Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan
bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.
4) Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam
menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.
5) Menyajikan informasi lain yang sesuai/relevan dengan keperluan para
pemakainya.18
Dari beberapa penjelasan tujuan laporan keuangan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan yaitu dengan laporan
keuangan akan dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan secara
17
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 10-11 18
Lili M.Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, Ed.1,Cet.6, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), 19
16
menyeluruh, sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan di masa
sekarang dan masa depan. Laporan keuangan juga bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dalam menilai kinerja keuangan.
3. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan
Ada beberapa pihak yang dianggap memiliki kepentingan terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan, yaitu:
a. Pemilik
Pemilik adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin
dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para
pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil
laporan keuangan yang telah dibuat adalah:
1) Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini.
2) Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu
periode.
3) Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan.19
b. Manager atau Pimpinan Perusahaan
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan periode yang baru,
akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijakan-kebijakannya yang lebih tepat.
Bagi manjemen yang penting adalah bahwa laba yang dicapai cukup
tinggi, cara kerja yang efisien, aktiva aman dan terjaga baik, struktur
permodalan sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik
mengenai hari depan, baik di bidang keuangan maupun di bidang
operasi.20
19
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 19 20
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 2
17
c. Kreditur
Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk
uang (money), barang (goods) maupun dalam bentuk jasa (service).
Contoh kreditur yang memberikan pinjaman dalam bentuk uang adalah
perbankan atau leasing. Pada saat pihak debitur mengajukan permohonan
untuk meminjam sejumlah dana kepada kreditur, maka sudah menjadi
kewajiban bagi pihak kreditur untuk melakukan pengecekan terhadap
laporan keuangan pihak debitur. Karena dengan melihat dan meneliti
setiap laporan keuangan tersebut pihak kreditur akan dapat memberikan
sebuah rekomendasi apakah usulan untuk pinjaman tersebut layak untuk
direalisasikan dan jika layak berapa angka yang harus di realisasikan.
Karena bagi pihak kreditur ini menyangkut dengan kemampuan dan pihak
debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman tersebut tepat pada
waktunya, karena jika timbul kemacetan maka tentunya akan
menimbulkan kesulitan tersendiri bagi pihak kreditur. Dan kemampuan
debitur untuk membayar cicilan pinjamannya itu dapat dilihat pada data-
data keuangan masa lalu yang di sana telah tergambarkan kinerja
debitur.21
d. Investor
Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu
perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas
usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh pinjaman dari
lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh dari para investor
melalui penjualan saham. Dalam memilih sumber dana pihak perusahaan
memiliki pertimbangan tentunya seperti jumlah anguran ke depan. Namun
di sisi lain, perusahaan juga ingin memberikan peluang kepemilikan
kepada masyarakat atau pihak lainnya. Investor perlu mempertimbangkan
21
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 15
18
banyak hal sebelum memutuskan untuk membeli saham. Dasar
pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan
perusahaan yang akan ditanaminya. Dalam hal ini, investor akan melihat
prospek usaha ini sekarang dan masa yang akan datang. Prospek yang
dimaksud adalah keuntungan yang diperolehnya (dividen) serta
perkembangan nilai saham ke depan.22
e. Akuntan Publik
Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan
audit pada sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang
akuntan publik adalah laporan keuangan perusahaan untuk selanjutnya
pada hasil audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam
bentuk rekomendasi. Bagi sebuah perusahaan yang akan go public
tanggung jawab seorang auditor menjadi lebih berat karena dengan
penilaiannya sebuah perusahaan bisa atau tidak dinyatakan laporan
keuangannya memenuhi syarat untuk go public. Dalam konteks ini
reputasi seorang auditor di pertaruhkan.23
f. Karyawan Perusahaan
Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu
perusahaan. Dan secara ekonomi mereka mempunyai ketergantungan yang
besar yaitu pekerjaan dan penghasilan yang diterirna dan perusahaan
tempat bekerja telah begitu berperan dalam membantu kehidupannya,
terutama jika karyawan tersebut telah berkeluarga. Dengan begitu posisi
perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan
kajian bagi para karyawan dalam memosisikan keputusan ke depan
nantinya. Misalnya jika ternyata kondisi perusahaan telah menunjukkan
tanda-tanda financial distress (kesulitan keuangan) dan bahkan cenderung
menuju pailit maka tindakan antisipasi dengan pindah atau siap-siap untuk
22
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 19 23
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 16
19
mencari pekerjaan di tempat lain adalah sebuah solusi yang konstruktif
yang bisa dilakukan. Oleh karena itu, seorang karyawan yang bekerja di
suatu perusahaan jangan hanya menghabiskan waktu untuk bekerja namun
harus juga memperhatikan bagaimana kondisi laporan keuangan
perusahaan tersebut. 24
g. Bapepam
Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Bagi suatu
perusahaan yang akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban
untuk memperlihatkan laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal
ini PT Bursa Efek Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan
mengawasi setiap kondisi perusahaan yang go public tersebut, termasuk
berkewajiban untuk tidak menerima atau mengeluarkan perusahaan yang
dianggap sudah tidak Iayak lagi untuk go public. Go public artinya
perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada
publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. Saat pertama
sekali perusahaan go public sering disebut dengan IPO (initial public
offering).25
h. Underwriter
Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan
menerbitkan sahamnya di pasar modal. Contohnya dimisalkan pada saat
PT Abadi Angkasa akan go public atau dengan kata lain akan menjual
sahamnya kepada publik maka PT Bank Oriental menjadi penjamin
emisinya bahwa PT Abadi Angkasa layak untuk go public. Salah satu
penilaian underwriter pada sebuah perusahaan adalah kondisi laporan
keuangan yang dimiliki. Sehingga dengan kata lain reputasi sebuah
underwriter menjadi penting dalam menyatakan sebuah perusahaan
24
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 16-17 25
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 17
20
tersebut layak atau tidak untuk dijamin go public, karena jika tidak layak
namun kemudian dinyatakan layak maka pada saat PT Abadi Angkasa
tersebut bermasalah ke depan nantinya dan PT Bank Oriental yang harus
menanggung akibatnya yaitu lebih jauhnya menurunnya reputasi di mata
publik.26
i. Konsumen
Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang
dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dan sudut marketing konsumen dibagi
dua yaitu ada yang dimaksud dengan konsumen aktual dan konsumen
potensial. Konsumen aktual adalah konsumen yang loyal terhadap produk
dan jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dan konsumen potensial
adalah konsumen yang berpotensi untuk menjadi konsumen aktual.
Sehingga konsumen atau publik yang menjadi loyal terhadap produk dan
jasa yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan adalah memiliki
ketergantungan yang tinggi pada perusahaan tersebut.27
j. Pemasok
Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk
memasok setiap kebutuhan perusahaan mulai dan hal-hal yang dianggap
kecil sampai yang besar yang mana semua itu dihitung dengan skala
finansial. Tentunya dan setiap barang yang dipasok tersebut ada yang
dibayar di muka sebagian saja dan pelunasannya adalah dilakukan dalam
kurun jangka waktu tertentu yang bisa terlaksana setiap per semester atau
juga setiap akhir tahun. Karena pelunasarmya dilakukan dalam sebuah
jangka waktu yang seperti itu telah menyebabkan pihak supplier harus
melakukan tindakan analisis yang mendalam dan penuh dengan kehati-
hatian. Terutama menyangkut dengan kondisi keuangan perusahaan yang
tidak bisa diprediksi, dan memang masalah keuangan perusahaan adalah
26
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 18 27
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 18
21
penuh dengan kerahasiaan. Sehingga dengan begitu menyebabkan pihak
supplier merasa sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan tersebut guna memprediksi akan kelancaran pembayaran yang
akan dilakukan di kemudian hari.28
k. Lembaga Penilai
Lembaga penilai disini berasal dan berbagai latar belakang seperti
GCG (Good Corporate Governance), WALHI (Wahana Lingkungan
Hidup), majalah, televisi, tabloid, surat kabar, dan lainnya yang secara
berkala membuat rangking perusahaan berdasarkan klasifikasi masing-
masing seperti 10 perbankan terbaik versi majalah Warta Ekonomi
misalnya. Dimana data-data yang berasal dan laporan keuangan tersebut
dijadikan rujukan untuk penilaian.29
l. Asosiasi perdagangan
Asosiasi perdagangan ini mencakup mulai dan KADIN (Kamar
Dagang dan Industri), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia),
IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), asosiasi pertekstilan Indonesia, dan
lainnya. Dimana organisasi tersebut menaungi berbagai perusahaan yang
menjadi anggotanya dan setiap waktunya diadakan rapat tahunan atau
berbagai pertemuan lainnya yang membahas berbagai hal yang menjadi
hambatan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan dan tidak terkecuali
seperti terjadinya penurunan angka penjualan.30
m. Pengadilan
Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak
perusahaan adalah dapat menjadi barang bukti pertanggungjawaban
kinerja keuangan, dan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan
keuangan tersebut nantinya akan menjadi subjek pertanyaan dalam
28
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 18 29
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 19 30
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 19
22
peradilan. Contoh bukti ditemukannya kecurangan pada pembuatan
laporan keuangan yang telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu
dan semua itu terjadi dikarenakan yang dilaporkan tidak sesuai dengan
yang terjadi di lapangan.31
n. Akademis dan Peneliti
Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research
terhadap sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan
informasi sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan adalah mutlak, apalagi jika nanti penelitian
tersebut dipublikasikan ke berbagai jurnal dan media massa baik nasional
dan internasional. Contoh peneliti dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat dan sebuah
Universitas, dan lain sebagainya.32
o. Pemda (Pemerintah Daerah)
Pemerintah Daerah atau local government adalah mereka yang
mempunyai hubungan kuat dengan kajian seperti akan lahirnya suatu
perda (peraturan daerah) yang berkaitan dengan berbagai aspek. Seperti
aspek lingkungan. Aspek lingkungan pada saat pemda melakukan kaji
ulang terhadap usulan akan dibangunnya sebuah industri pada kawasan
yang dilarang atau tidak diperbolehkan. Contohnya pelarangan terhadap
pembuangan limbah pabrik yang telah merusak dan mencemari
lingkungan pada masyarakat sekeliling padahal dalam laporan keuangan
tertera dengan jelas tentang alokasi biaya yang dikeluarkan untuk biaya
pengolahan limbah tersebut. Sisi lain keuntungan dan keberadaan
perusahaan di suatu daerah akan memberikan kenaikan pendapatan daerah
dan hasil pajak, tertampungnya tenaga kerja atau berkurangnya angka
pengangguran, naiknya income perkapita masyarakat sekeliling
31
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 19 32
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 19
23
perusahaan, dan lainnya. Sehubungan dengan itu pemerintah daerah (local
government) akan melakukan analisis berbagai segi termasuk kebijakan
perusahaan dalam mematuhi aturan berlaku di daerah tempat perusahaan
beroperasi. Apalagi dalam era otonorni daerah sekarang ini dimana daerah
memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengatur dan mengelola
daerahnya. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi pihak perusahaan
untuk menginformasikan secara akurat tentang keadaan perusahaan
khususnya laporan keuangan kepada pihak pemerintah daerah. Seperti
pemberian kompensasi dan pesangon bagi karyawan apakah sudah sesuai
dengan aturan yang ditetapkan. Karena dampak dan tidak baiknya kinerja
perusahaan akan berpengaruh pada timbulnya dampak sosial.33
p. Pemerintah pusat
Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya
telah menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental
acuan untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Juga
harus disadari bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan
tidak bisa dipungkiri dari regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan.34
q. Pemerintah asing
Pemerintah asing merupakan pihak yang mengamati perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara, dimana misalnya
negara tersebut saling memiliki keterkaitan dalam bentuk perjanjian
dagang (trade contract) yang mencakup dalarn berbagai bidang usaha.
Kedekatan hubungan bilateral dan multilateral antar negara menyebabkan
krisis ekonomi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak pada
negara lain baik secara langsung (berdasarkan pada penurunan
pertumbuhan ekonomi) ataupun tidak langsung (secara psikologis publik),
33
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 20 34
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 20
24
seperti krisis ekonomi yang melanda pada beberapa negara kawasan Asia
tahun 1997 yang telah membawa pengaruh kuat pada negara Indonesia.35
r. Organisasi Internasional
Organisasi internasional disini seperti IMF (International Monetary
Fund), WB (World Bank), ADB (Asian Development Bank), ASEAN,
PBB, dan lainnya. Mereka ini adalah menjadi pihak yang turut andil
dalam usaha menciptakan terbentuknya tatanan dunia baru. Dukungan
baik finansial dan non financial yang diberikan adalah menjadi ukuran
kinerja dan lembaga tersebut, seperti kucuran dana yang diberikan oleh
IMF dan WB pada beberapa negara. Dimana dana tersebut akan dikelola
guna mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk dana tersebut disalurkan
bagi tumbuh dan berkembangnya private sector.36
4. Bentuk Laporan Keuangan
1. Neraca (balance sheet)
Neraca merupakan suatu laporan yang sistematis tentang aktiva, utang,
dan modal sendiri dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.37
Neraca
disajikan dalam bentuk yaitu sebagai berikut:
a. Bentuk skontro, yaitu bentuk penyusunan yang dibuat berhadap-
hadapan dimana semua aktiva tercantum di sebelah kiri dan hutang
serta modal tercantum di sebelah kanan.38
Bentuk neraca ini juga
disebut dengan bentuk horisontal. Neraca bentuk skontro dapat dilihat
dalam tabel berikut:39
35
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 20 36
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 21 37
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009),13 38
Rivai Wirasasmita,dkk., Analisa Laporan Keuangan Koperasi, (Bandung: CV.Pionir Jaya,
1999), 14 39
Sri Nuraeni, Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio Terhadap Tingkat
Kelancaran Pembayaran Hutang Bank Syariah, 2013, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon
25
Tabel 2.1
PT. “XXX”
Neraca
Per 31 Desember 20..
Pos-pos 20.. Pos-pos 20..
AKTIVA PASIVA
Kas Xxxxx Kewajiban
Penempatan pada BI Xxxxx Kewajiban segera xxxxx
Giro pada bank lain Xxxxx Bagi hasil yang belum dibagikan xxxxx
Penempatan pada bank lain Xxxxx Simpanan wadiah xxxxx
Investasi surat berharga Xxxxx Simpanan dari bank lain xxxxx
Piutang Hutang
Piutang Murabahah Xxxxx Hutang salam xxxxx
Piutang Salam Xxxxx Hutang istishna’ xxxxx
Piutang Istishna’ Xxxxx Kewajiban pada bank lain xxxxx
Piutang Ijarah Xxxxx Pembiayaan yang diterima xxxxx
Pembiayaan Hutang pajak xxxxx
Pembiayaan Mudharabah Xxxxx Estimasi kerugian komitmen xxxxx
Pembiayaan Musyarakah Xxxxx Pinjaman wadiah yang diterima xxxxx
Pinjaman qardh Xxxxx Kewajiban lainnya xxxxx
Persediaan Xxxxx Pinjaman subordinasi xxxxx
Aset yang diperoleh untuk ijarah Xxxxx Jumlah kewajiban xxxxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxxxx Dana Syirkah Temporer
Penyertaan pada entitas lain Xxxxx Dana syirkah temporer dari bukan
bank
Aset pajak tangguhan Xxxxx Tabungan mudharabah xxxxx
Aset tetap dan akumulasi Xxxxx Deposito mudharabah xxxxx
26
penyusutan
Aset lainnya Xxxxx Musyarakah xxxxx
Jumlah dana syirkah temporer xxxxx
Ekuitas
Modal disetor xxxxx
Tambahan modal disetor xxxxx
Saldo laba (rugi) xxxxx
Jumlah ekuitas xxxxx
Jumlah Aktiva Jumlah Pasiva xxxxx
b. Bentuk staffel (report form), neraca disusun menurun mulai dari atas
terus ke bawah.40
Bentuk neraca ini disebut dengan bentuk vertikal.
Neraca bentuk staffel dapat dilihat pada tabel berikut:41
Tabel 2.2
PT. “XXX”
Neraca
Per 31 Desember 20..
Pos-pos 20..
AKTIVA
Kas Xxxxx
Penempatan pada BI Xxxxx
Giro pada bank lain Xxxxx
Investasi surat berharga Xxxxx
40
Rivai Wirasasmita,dkk., Analisa Laporan Keuangan Koperasi, (Bandung: CV.Pionir Jaya,
1999), 14 41
Sri Nuraeni, Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio Terhadap Tingkat
Kelancaran Pembayaran Hutang Bank Syariah, 2013, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon
27
Piutang
Piutang Murabahah Xxxxx
Piutang Salam Xxxxx
Piutang Istishna’ Xxxxx
Piutang Ijarah Xxxxx
Pembiayaan
Pembiayaan Mudharabah Xxxxx
Pembiayaan Musyarakah Xxxxx
Pinjaman qardh Xxxxx
Persediaan Xxxxx
Aset yang diperoleh untuk ijarah Xxxxx
Aset istishna dalam penyelesaian Xxxxx
Penyertaan pada entitas lain Xxxxx
Aset pajak tangguhan Xxxxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan Xxxxx
Aset lainnya Xxxxx
Jumlah Aktiva Xxxxx
PASIVA
Kewajiban
Kewajiban segera Xxxxx
Bagi hasil yang belum dibagikan Xxxxx
Simpanan wadiah Xxxxx
Simpanan dari bank lain Xxxxx
Hutang
Hutang salam Xxxxx
Hutang istishna’ Xxxxx
Kewajiban pada bank lain Xxxxx
28
Pembiayaan yang diterima Xxxxx
Hutang pajak Xxxxx
Estimasi kerugian komitmen Xxxxx
Pinjaman wadiah yang diterima Xxxxx
Kewajiban lainnya Xxxxx
Pinjaman subordinasi Xxxxx
Jumlah kewajiban Xxxxx
Dana Syirkah Temporer
Dana syirkah temporer dari bukan bank
Tabungan mudharabah Xxxxx
Deposito mudharabah Xxxxx
Musyarakah Xxxxx
Jumlah dana syirkah temporer Xxxxx
Ekuitas
Modal disetor Xxxxx
Tambahan modal disetor Xxxxx
Saldo laba (rugi) Xxxxx
Jumlah ekuitas Xxxxx
Jumlah Pasiva Xxxxx
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi yaitu laporan yang sistematis tentang pendapatan
dan beban perusahaan untuk satu periode waktu tertentu.42
Bentuk dari
laporan laba rugi yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Bentuk tunggal (single step)
42
Hery, Akuntansi dan Rahasia di Baliknya Untuk Para Manajer Non-akuntansi, Cet.1,(Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), 18
29
Bentuk tunggal atau dikenal dengan nama single step merupakan
laporan laba rugi yang menggabungkan penghasilan-penghasilan menjadi
satu kelompok dan biaya-biaya pada kelompok lain.43
Laporan laba rugi bentuk single step dapat dilihat dalam tabel
berikut:44
Tabel 2.3
PT. “XXX”
Laporan Laba Rugi Per 31 Desember 20..
Komponen Jumlah
Pendapatan pokok (operasional) Xxxxx
Pendapatan non operasional Xxxxx
Total pendapatan Xxxxx
Harga pokok penjualan xxxxx
Biaya operasional xxxxx
Biaya non operasional xxxxx
Total biaya xxxxx
Laba bersih sebelum pajak xxxxx
Pajak (xxxxx)
Laba bersih setelah pajak xxxxx
b. Bentuk majemuk (multiple step)
Laporan laba rugi bentuk multiple step disusun dengan
mengelompokkan penghasilan dan biaya dalam beberapa bagian sesuai
dengan prinsip-prinsip penyusunan laporan laba rugi.45
Laporan laba
rugi bentuk single step dapat dilihat dalam tabel berikut:46
43
Lili M.Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, Ed.1,Cet.6, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), 24 44
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 50 45
Lili M.Sadeli, Dasar-Dasar Akuntansi, Ed.1,Cet.6, (Jakarta:Bumi Aksara, 2010), 25 46
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 51
30
Tabel 2.4
PT. “XXX”
Laporan Laba Rugi Per 31 Desember 20..
Komponen Jumlah
Total penjualan (operasional) Xxxxx
Harga pokok penjualan Xxxxx
Laba kotor operasional xxxxx
Biaya operasional
Biaya umum dan administrasi Xxxxx
Biaya penjualan Xxxxx
Biaya lainnya Xxxxx
Total biaya operasional Xxxxx
Laba bersih operasional Xxxxx
Pendapatan non operasional Xxxxx
Biaya non operasional Xxxxx
Laba bersih sebelum pajak Xxxxx
Pajak Xxxxx
Laba bersih sesudah pajak Xxxxx
31
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki pada saat ini.
Kemudian laporan ini juga menjelaskan perubahan modal dan sebab-sebab
terjadinya perubahan modal di perusahaan.47
4. Laporan Arus Kas
Laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara
terperinci dari masing-masing aktivitas, yaitu mulai dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi, sampai pada aktivitas pendanaan/pembiayaan untuk suatu
periode waktu tertentu.48
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan.
Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu
atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.49
B. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir, analisis laporan keuangan terdiri dari mempelajari
hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan
posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang
bersangkutan.50
Analisis laporan keuangan adalah mengetahui hubungan yang signifikan atau
mempunyai makna antara pos satu dengan yang lainnya dengan cara menguraikan
pos-pos yang ada di dalam laporan keuangan tersebut menjadi unit informasi
47
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 29 48
Hery, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 9 49
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 59 50
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 35
32
yang lebih kecil. Tujuannya untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan lebih dalam agar menghasilkan keputusan yang tepat.51
Dapat disimpulkan bahwa, analisis laporan keuangan adalah mempelajari
hubungan atau makna yang terdapat di dalam pos-pos laporan keuangan untuk
mengetahui informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Dengan analisis laporan keuangan, pihak manajemen akan berusaha memperbaiki
kelemahan perusahaan dan mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
perusahaan yang bersangkutan.
2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Manahan P.Tampubolon, tujuan analisis laporan keuangan yaitu
untuk mengidentifikasi setiap kelemahan dan keadaan keuangan yang dapat
menimbulkan masalah di masa depan dan menentukan setiap kekuatan yang dapat
digunakan.52
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis
laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat analisis
laporan keuangan menurut Munawir adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode
tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah
dicapai untuk beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan
saat ini.
51
Sri Nuraeni, Pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio Terhadap Tingkat
Kelancaran Pembayaran Hutang Bank Syariah, 2013, Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi
Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon 52
Manahan P.Tampubolon, Manajemen Keuangan (Finance Management) Konseptual, Problem
& Studi Kasus, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 18
33
e. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.53
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan
yaitu untuk mengetahui posisi keuangan dan mengetahui kelemahan serta
kekuatan perusahaan yang akan dijadikan sebagai pengambilan keputusan pada
saat ini dan di masa mendatang.
3. Bentuk-Bentuk dan Teknik Analisis
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan teknik
analisis yang tepat. Tujuan penentuan metode dan teknik analisis yang tepat
adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memberikan hasil yang maksimal
sehingga para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk
menginterpretasikannya.54
Metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan
dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau
diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya.55
Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan
keuangan, yaitu sebagai berikut:
a. Analisis horizontal (dinamis)
Metode analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan
membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisis
53
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 68 54
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 68 55
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 36
34
ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode satu ke periode
lainnya.56
b. Analisis vertikal (statis)
Metode analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa
hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan
keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau
hasil operasi pada saat itu saja. Metode vertikal ini disebut juga sebagai
metode analisa yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya
untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.57
Di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan,
terdapat jenis-jenis teknik analisis yang biasa digunakan dalam menganalisis
laporan keuangan, yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan.
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih
dari satu periode. Dari analisis ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan
yang terjadi, yaitu dapat berupa kenaikan atau penurunan dari masing-masing
komponen analisis. Dari perubahan tersebut, terlihat masing-masing kemajuan
atau kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan sebelumnya.58
2. Analisis Trend atau Tendensi
Analisis ini biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu dan dilakukan
dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami
perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan
tersebut yang dihitung dalam persentase.59
3. Analisis persentase per komponen atau common size statement.
56
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 69-70 57
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 36 58
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 70 59
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 71
35
Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase investasi pada
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui
struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.60
4. Analisis sumber dan penggunaan dana
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan
dan penggunaan dana dalam suatu periode. Analisis ini juga untuk
mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja
perusahaan dalam suatu periode.61
5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis)
Analisis ini lakukan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan uang kas
dan untuk mengetahui sumber-sumber kas serta penggunaannya selama
periode tertentu.62
6. Analisis rasio
Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos
tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi
dari kedua laporan tersebut.63
7. Analisis kredit
Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak
tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank.64
8. Analisis laba kotor (gross profit analysis)
Analisis yang digunakan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba
kotor, baik itu kenaikan maupun penurunan sehingga dapat diambil
kesimpulan atau diambil tindakan untuk periode selanjutnya.65
60
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 37 61
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 71 62
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), 96 63
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 37 64
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 72 65
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), 166
36
9. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan
produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Dengan analisis
ini akan diketahui tingkat keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.66
Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode dan teknik analisis
yang tepat, hasil dari analisis laporan keuangan akan menjadi lebih maksimal.
Menggunakan metode dan teknik analisis manapun, kesemuanya itu merupakan
permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan
keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
C. Likuiditas
1. Pengertian Likuiditas
Menurut Irham Fahmi, likuiditas merupakan gambaran kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat
waktu. Likuiditas sering disebut juga dengan short term liquidity.67
Menurut Munawir, likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan
mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan
tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancarnya atau hutang jangka pendek. Sebaliknya jika perusahaan
66
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 37 67
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, Cet.3, (Bandung: Alfabeta, 2013), 174
37
tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan illikuid.68
Dapat disimpulkan bahwa, likuiditas merupakan kemampuan suatu
perusahaan dalam melunasi kewajiban atau hutang jangka pendeknya yang
kurang dari waktu satu tahun. Perusahaan yang dapat melunasi kewajiban jangka
pendeknya dapat dikatakan bahwa tingkat likuiditas perusahaan tersebut dalam
kondisi baik, begitu pula sebaliknya.
2. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas
Dengan dilakukannya perhitungan rasio likuiditas, maka hal ini akan
memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak baik pihak internal maupun
eksternal. Berikut ini tujuan dan manfaat dari hasil perhitungan rasio likuiditas,
antara lain:
a. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau hutang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
b. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
c. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktiva lancar dikurang persediaan dan hutang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
d. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
e. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
hutang.
f. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan hutang.
68
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 31
38
g. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
h. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dan masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan hutang lancar.
i. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.69
3. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas Bank
Pengukuran likuiditas dapat diukur menggunakan analisis rasio likuiditas.
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban finansial pada
saat ditagih.70
Untuk melakukan pengukuran rasio ini, terdapat beberapa jenis rasio
likuiditas. Adapun jenis-jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
a. Current Ratio
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas
solvensi jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan
utang ketika jatuh tempo. Penggunaan current ratio dalam menganalisis laporan
keuangan hanya mampu memberikan analisa secara kasar, oleh karena itu perlu
adanya dukungan analisa secara kualitatif secara lebih komprehensif.71
Adapun
rumus current ratio adalah :
Current Ratio =
b. Quick Ratio
Quick ratio (rasio cepat) disebut dengan acid test ratio. Rasio cepat adalah
ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar. Dalam
69
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 132-133 70
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), 227 71
Irham Fahmi, Analisis Laporan Keuangan, (Bandung: Alfabeta, 2013), 121
39
rasio ini pos-pos yang kurang likuid tidak disertakan, seperti persediaan.72
Adapun rumus quick ratio adalah :
Quick Ratio =
Atau bisa juga rumus untuk Quick Ratio yaitu : 73
Quick Ratio =
c. Cash Ratio
Rasio kas (cash ratio) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang
kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas
seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat
dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan
untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.74
Adapun rumus cash ratio
adalah:
Cash Ratio =
d. Investing Policy Ratio
Investing policy ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan
cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimilikinya.75
Adapun rumus investing
policy ratio adalah sebagai berikut:
Investing Policy Ratio =
72
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2004), 74 73
IBM Wiyasha, Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restoran-Edisi 2, (Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2014), 71 74
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 138-139 75
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 222
40
e. Banking Ratio
Banking ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas bank dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan
jumlah deposit yang dimiliki. Makin tinggi rasio ini, tingkat likuiditas bank makin
rendah karena jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit makan kecil,
demikian pula sebaliknya.76
Adapun rumus banking ratio adalah sebagai berikut:
Banking Ratio =
f. Assets to Loan Ratio
Assets to loan ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah
kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Makan tinggi
tingkat rasio, menunjukkan makin rendahnya tingkat likuiditas bank.77
Adapun
rumus assets to loan ratio adalah sebagai berikut:
Assets to Loan Ratio =
g. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Loan to deposit ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya loan to depost ratio
menurut peraturan pemerintah maksimum 110%.78
Adapun rumus loan to deposit
ratio adalah sebagai berikut:
Loan to Deposit Ratio =
76
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 223 77
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 224 78
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Ed.1, Cet.6, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), 225
41
D. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan istilah kredit atau
pinjaman. Sedangkan dalam Bank Syariah untuk penyaluran dananya dikenal
dengan istilah pembiayaan.79
Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan usaha
Bank Syariah yang paling dominan dan produktif.
Menurut Hendi Suhendi, pembiayaan merupakan sesuatu yang dibayar secara
berangsur-angsur, baik itu transaksi jual beli maupun dalam pinjam meminjam.80
Menurut Muhammad, pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan bank
Islam kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang
telah dikumpulkan oleh bank Islam dari masyarakat yang surplus dana.81
Menurut Muchdarsyah Sinungan, kredit atau pembiayaan yaitu uang bank
yang dipinjamkan kepada nasabah dan akan dikembalikan pada suatu waktu
tertentu di masa mendatang, disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga.82
Dalam perbankan syariah berupa bagi hasil.
Menurut O.P.Simorangkir, kredit atau pembiayaan adalah pemberian (berupa
uang, barang) dan dikemudian hari akan menerima balasan atau keuntungan.
Kredit bersifat kooperatif antara kreditur dan debitur. Mereka menarik
keuntungan dan saling menanggung risiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas
didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko, dan pertukaran ekonomi di masa
mendatang.83
Menurut Budi Untung, kredit atau pembiayaan jika dilihat dari pihak kreditur
yaitu suatu kegiatan untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil
79
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
171 80
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Ed.1, Cet.8, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 299 81
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 102 82
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Ed.2, Cet.4, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2000),
212 83
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Nonbank, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), 100
42
kontraprestasi, sedangkan dilihat dari segi debitur yaitu adanya bantuan dari
kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi.84
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.85
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah Bab 1 Pasal 1 pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.86
Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan pemberian pinjaman antara
pihak pemberi kredit (bank) dengan nasabah atau kreditur dengan debitur dimana
nasabah berkewajiban mengembalikan hutangnya sesuai dengan kesepakatan
yang telah disepakati diawal. Dengan memberikan dana atau melakukan
pembiayaan, maka pemberi kredit (bank) akan mendapatkan keuntungan berupa
bagi hasil.
84
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: ANDI, 2005), 2 85
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
85 86
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 1
43
2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Menurut Kasmir, tujuan utama pemberian kredit atau pembiayaan adalah
sebagai berikut:
a. Mencari keuntungan
Dengan melakukan pembiayaan maka akan memperoleh hasil dari
pembiayaan tersebut. Hasil tersebut dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi yang dibebankan kepada
nasabah. Dalam bank syariah bentuknya bagi hasil.
b. Membantu usaha nasabah
Dengan adanya pembiayaan yang dilakukan oleh kreditur atau bank, maka
pihak nasabah atau debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan
usahanya.
c. Membantu pemerintah
Semakin banyak pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan, maka
semakin baik karena berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai
sektor.87
Menurut O.P.Simorangkir, tujuan kredit atau pembiayaan yang dilakukan
oleh suatu bank yaitu:
a) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
b) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya
guna menjamin kebutuhan masyarakat.
c) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.88
87
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
88 88
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Nonbank, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), 102
44
Kemudian di samping tujuan, pembiayan juga mempunyai fungsi yaitu
sebagai berikut:
1) Untuk meningkatkan daya guna uang.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang.
4) Meningkatkan peredaran barang.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.
8) Untuk meningkatkan hubungan internasional.89
3. Unsur-Unsur Pembiayaan
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit atau pembiayaan
menurut adalah sebagai berikut:
a. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa
prestasi (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterimanya
kembali dalam jangka waktu tertentu di masa mendatang.90
Kepercayaan ini
diberikan bank dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan
tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern.
b. Kesepakatan
Selain kepercayaan, dalam kredit atau pembiayaan juga mengandung
unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit.
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dan masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.91
c. Jangka waktu
89
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
90 90
O.P. Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Nonbank, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004), 101 91
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
87
45
Dalam kredit atau pembiayaan, penerima kredit memiliki jangka waktu
tertentu yaitu jangka waktu dimana penerima kredit harus mengembalikan
dana yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa dalam bentuk jangka
pendek, menengah, ataupun panjang.92
d. Degree of risk
Yaitu risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu
yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembalian kredit yang akan
diterima di kemudian hari.93
e. Balas jasa
Balas jasa merupakan keuntungan yang akan diperoleh oleh pihak
penyedia dana dari pembiayaan yang telah dilakukan. Dalam bank syariah
dikenal dengan istilah bagi hasil.94
4. Jenis-Jenis Pembiayaan
Salah satu tugas pokok bank yaitu pembiayaan. Pembiayaan merupakan
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan defisit unit.
Di dalam perbankan, menurut sifat penggunaannya pembiayaan terbagi
menjadi dua yaitu:
1) Pembiayaan produktif, merupakan suatu pembiayaan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, misalnya untuk
keperluan peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
92
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
87 93
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: ANDI, 2005), 3 94
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.1, Cet.13, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
88
46
PEMBIAYAAN
KONSUMTIF PRODUKTIF
MODAL KERJA INVESTASI
2) Pembiayaan konsumtif, merupakan suatu pembiayaan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pembiayaan modal kerja, merupakan pembiayaan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan, diantaranya:
a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau
mutu hasil produksi; dan
b. untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
2. Pembiayaan investasi, merupakan pembiayaan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang
erat kaitannya dengan itu.95
Jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Jenis-Jenis Pembiayaan
95
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 160-161
47
5. Pembiayaan Produktif
a. Pembiayaan Modal Kerja
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat likuid
(cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang
umumnya terdiri atas persediaan bahan baku (raw material), persediaan
barang dalam proses (work in process), dan persediaan barang jadi (finished
goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau
kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang
(receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).96
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja dengan cara
memberikan pinjaman sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendanai
seluruh kebutuhan yang merupakan kombinasi dari komponen-komponen
modal kerja tersebut, baik untuk keperluan produksi maupun perdagangan
untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan berupa bunga.
Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan odal kerja
tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melaikan dengan menjalin
hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak sebagai
penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha
(mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah.
Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil
dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo,
nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil (yang
belum dibagikan) yang menjadi bagian bank.
1) Pembiayaan Likuiditas (Cash Financing)
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
yang timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched) antara cash
inflow dan cash outflow pada perusahaan nasabah. Fasilitas yang biasanya
96
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 161-162
48
diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan (overdraft
facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening koran. Atas pemberian
fasilitas ini, bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga atas jumlah
rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas tersebut.
Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam bentuk
qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance. Melalui
fasilitas ini, nasabah harus membuka rekening giro dan bank tidak
memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mengalami situasi
mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia
sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam
akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apapun
kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut.97
2) Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)
Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual
barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah maupun jangka waktunya
melebihi kapasitas modal kerja yang dimilikinya. Bank biasanya
memberikan fasilitas berupa hal-hal berikut.
a) Pembiayaan Piutang (Receivable Financing)
Bank memberikan pinjaman dana kepada nasabah untuk mengatasi
kekurangan dana karena masih tertanam dalam piutang. Atas pinjaman itu,
bank meminta cessie atas tagihan nasabah tersebut. Pada dasarnya, nasabah
berkewajiban untuk menagih piutangnya. Akan tetapi, bila bank merasa
perlu, dengan menggunakan cessie tersebut, bank berhak untuk menagih
langsung kepada pihak yang berutang. Hasil penagihan tersebut pertama-
tama digunakan untuk membayar kembali pinjaman nasabah berikut
bunganya dan selebihnya dikreditkan ke rekening nasabah. Bila ternyata
97
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 162
49
piutang tersebut tidak tertagih, nasabah wajib membayar kembali pinjaman
tersebut berikut bunganya kepada bank.98
b) Anjak Piutang (Factoring)
Fasilitas ini diberikan oleh bank dalam bentuk pengambilalihan piutang
nasabah. Untuk keperluan tersebut, nasabah mengeluarkan draf (wesel
tagih) yang diaksep oleh pihak yang berutang atau promissory note
(promes) yang diterbitkan oleh pihak yang berutang, kemudian di-endors
oleh nasabah. Draf atau promes tersebut lalu dibeli oleh bank dengan
diskon sebesar tingkat bunga yang berlaku atau disepakti untuk jangka
waktu yang tertera pada draf atau promes tersebut. Bila pada saat jatuh
tempo draf atau promes tersebut ternyata tidak tertagih, nasabah wajib
membayar kepada bank sebesar nilai nominal draf tersebut.
Bagi bank syariah, untuk kasus pembiayaan piutang seperti tersebut di
atas dapat dilakukan dalam bentuk al-qardh dimana bank tidak boleh
meminta imbalan kecuali biaya administrasi. Untuk kasus anjak piutang,
bank dapat memberikan fasilitas pengambilalihan piutang, yaitu yang
disebut hiwalah. Akan tetapi, untuk fasilitas ini pun bank tidak dibenarkan
meminta imbalan kecuali biaya layanan atau biaya adminitasi dan biaya
penagihan. Dengan demikian, bank syariah meminjamkan uang (qardh)
sebesar piutang yang tertera dalam dokumen piutang (wesel tagih atau
promes) yang diserahkan kepada bank tanpa potongan. Hal itu adalah bila
ternyata pada saat jatuh tempo, hasil tagihan itu digunakan untuk melunasi
utang nasabah kepada bank. Akan tetapi, bila ternyata piutang tersebut
tidak ditagih, nasabah harus membayar kembali utangnya itu kepada bank.
98
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 162-163
50
Selain itu, sebagian ulama memberikan jalan keluar berupa pembelian surat
utang (bai’ ad-dayn), tetapi sebagian ulama melarangnya.99
3) Pembiayaan Persediaan (Inventory Financing)
Pada bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit modal kerja yang
dipergunakan untuk mendanai pengadaaan persediaan (inventory financing).
Pola pembiayaan ini pada prinsipnya sama dengan kredit untuk mendanai
komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan pinjaman dengan bunga.
Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan
menggunakan prinsip jual beli (al-bai’) dalam dua tahap. Tahap pertama,
bank mengadakan (membeli dari suplier secara tunai) barang-barang yang
dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah
pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan
yang disepakati bersama antara bank dan nasabah. Ada beberapa skema jual
beli yang dipergunakan untuk meng-approach kebutuhan tersebut, yaitu
sebagai berikut.
a) Bai’ al-Murabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas biaya
pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses produksi, bahan baku
tersebut akan menjadi barang setengah jadi, kemudian menjadi barang jadi
yang siap untuk dijual. Bila barang jadi itu dijual dengan kredit, ia berubah
menjadi piutang dan melalui proses collection akan berubah menjadi kas
kembali.
Pembiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya
membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan penolong.
Sementara itu, biaya proses produksi dan penjualan, seperti upah tenaga
99
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 163
51
kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta biaya-biaya lainnya, dapat
ditutup dalam jangka wakt sesuai dengan lamanya perputaran modal kerja
tersebut, yaitu dari pengadaan persediaan bahan baku sampai terjualnya
hasil produksi dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash).100
b) Bai’ al-Istishna’
Bila nasabah juga membutuhkan pembiayaan untuk proses produksi
sampai menghasilkan barang jadi, bank dapt memberkan faslitas bai’ al-
istishna’. Melalui fasilitas ini, bank melakukan pemesanan barang dengan
harga yang disepakati kedua belah pihak (biasanya sebesar biaya produksi
ditambah keuntungan bagi produsen, tetapi lebih rendah dari harga jual)
dan dengan pembayaran dimuka secara bertahap, sesuai dengan tahap-
tahap proses produksi. Setiap selesai satu tahap, bank meneliti spesifikasi
dan kualitas work in process tersebut, kemudian melakukan pembayaran
untuk proses tahap berikutnya, sampai tahap akhir dari proses produksi
tersebut hingga berupa bahan jadi. Dengan demikian, kewajiban dan
tanggung jawab pengusaha adalah keberhasilan proses produksi tersebut
sampai menghasilkan barang jadi sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang
telah diperjanjikan. Bila produksi gagal, pengusaha berkewajiban
menggantinya, apakah dengan cara memproduksi lagi ataupun dengan cara
membeli dari pihak lain.
Setelah barang selesai, produk tersebut statusnya menjadi milik bank.
Tentu saja bank tidak bermaksud membeli barang itu untuk dimiliki,
melainkan untuk segera dijual kembali dengan mengambil keuntungan.
Pada saat yang kurang lebih bersamaan dengan proses pemberian fasilitas
bai’ al-istishna’ tersebut, bank juga telah mencari potential purchaser dari
produk yang dipesan oleh bank tersebut. Dalam praktiknya, potential buyer
100
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 164
52
tersebut telah diperoleh nasabah. Kombinasi pembelian dari nasabah
produsen dan penjualan kepada pihak pembeli itu menghasilkan skema
pembiayaan berupa istishna’ paralel atau istishna’ wal-murabahah, dan
hasil produksi tersebut disewakan, skemanya menjadi istishna’ wal-ijarah.
Bank memperoleh keuntungan dari selisih harga beli (istishna’) dengan
harga jual (murabahah) atau dari hasil sewa (ijarah).101
c) Bai’ as-Salam
Untuk produksi yang prosesnya tidak dapat diikuti, seperti produksi
pertanian, bank dapat memberikan fasilitas bai’ as-salam. Melalui fasilitas
ini, bank melakukan pemesanan barang kepada nasabah dengan
pembayaran dimuka secara sekaligus dan nasabah berkewajiban men-
deliver barang tersebut pada tanggal yang disepakati dalam kontrak. Pada
waktu bersamaan, bank dapat mencari pembeli atas produk tersebut.
Kombinasi ini disebut salam paralel. Bila produksi itu dilakukan secara
terus menerus dan perputaran modal kerja tersebut telah sedemikian
secepatnya sehingga nasabah memerlukan pembiayaan modal kerja secara
evergreen, skema pembiayaan yang paling tepat adalah al-mudharabah.102
4) Pembiayaan Modal Kerja untuk Perdagangan
a) Perdagangan Umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan dengan target
pembeli siapa saja yang datang membeli barang-barang yang telah
disediakan ditempat penjual, baik pedagang eceran (retailer) maupun
pedagang besar (whole seller). Pada umumnya, perputaran modal kerja
(Working capital turnover) perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi
pedagang harus mempertahankan sejumlah persediaan yang cukup karena
101
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 164-165 102
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 165-166
53
barang-barang yang dijual itu sebatas jumlah persediaan yang ada atau
telah dikuasai penjual. Untuk pembiayaan modal kerja perdagangan jenis
ini, skema yang paling tepat adalah skema mudharabah.103
b) Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau diselesaikan di tempat
penjual, yaitu seperti perdagangan antar kota, perdagangan antar pulau,
atau perdagangan antar negara. Pembeli terlebih dulu memesan barang-
barang yang dibutuhkan kepada penjual berdasarkan contoh barang atau
daftar barang serta harga yang ditawarkan. Biasanya, pembeli hanya akan
membayar apabila barang-barang yang dipesan telah diterimanya. Hal ini
untuk menghindari kemungkinan risiko akibat ketidakmampuan penjual
memenuhi pesanan atau ketidaksesuaian jumlah dan kualitas barang yang
dikirimkan dengan spesifikasi yang dimaksud dalam surat penawaran atau
pemesanan.
Berdasarkan pesanan itu, penjual lalu mengumpulkan barang-barang
yang diminta dengan cara membeli atau memesan, baik dari produsen
maupun dari pedagang lainnya. Setelah terkumpul, barulah dikirimkan
kepada pembeli sesuai pesanan. Apabila barang telah dikirim, penjual juga
menghadapi kemungkinan risiko tidak dibayarnya barang yang dikirimnya
itu.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi kedua belah pihak, bank
konvensional telah memberikan jalan keluarnya, yaitu fasilitas letter of
credit (L/C). Bank syariah telah mengadopsi mekanisme L/C itu dengan
menggunakan skema al-wakalah, al-musyarakah, al-mudharabah, ataupun
103
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 166
54
al-murabahah. Dalam hal al-wakalah, bank syariah hanya memperoleh
pendapatan berupa fee atas jasa yang diberikannya.104
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada nasabah untuk keperluan investasi,
yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi perluasan
usaha, ataupun pendirian proyek baru.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
1) untuk pengadaan barang-barang modal;
2) mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah;
3) berjangka waktu menengah dan panjang.105
Pada umumnya, pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan
pengendapanya cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas
(projected cash flow) yang mencakup semua komponen biaya dan pendapatan
sehingga akan dapat diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua
kewajiban terpenuhi. Setelah itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang
merupakan angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan.
Penyusunan proyeksi arus kas ini harus disertai pula dengan perkiraan
keadaan-keadaan pada masa yang cukup panjang. Untuk memperkirakannya
perlu diadakan perhitungan dan penyusunan proyeksi neraca dan rugi laba
(projected balance sheet and projected income statement) selama jangka
waktu pembiayaan. Dari perkiraan itu akan diketahui kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba (earning power) dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya (solvency).
Melihat luasnya aspek yang harus dikelola dan dipantau maka untuk
pembiayaan investasi bank syariah menggunakan skema musyarakah
104
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 166 105
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 167
55
mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan pembiayaan dengan prinsip
penyertaan, dan secara bertahap bank melepaskan penyertaannya dan pemilik
perusahaan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cash
flow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari
setoran pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang
saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah al-ijarah al-
muntahia bit-tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi diakhiri
dengan pemilikan. Sumber perusahaan untuk pembayaran sewa ini adalah
amortisasi atas barang modal yang bersangkutan, surplus, dan sumber-sumber
lain yang dapat diperoleh perusahaan.106
Pada penelitian ini, pembiayaan produktif bank syariah yang diteliti meliputi
pembiayaan piutang (murabahah, salam, istishna’ dan qardh), pembiayaan bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah) dan pembiayaan sewa (ijarah).
E. Hubungan Likuiditas Terhadap Pembiayaan
Likuiditas mempunyai peran penting bagi bank untuk menjalankan transaksi
bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, memuaskan
permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibilitas dalam meraih
kesempatan investasi yang menarik dan menguntungkan. Besar kecilnya risiko
likuiditas banyak ditentukan oleh :
1. Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus dana (fund flow)
berdasarkan prediksi pertumbuhan dana-dana, termasuk mencermati tingkat
fluktuasi dana-dana (volatility of fund);
2. Ketepatan dalam mengatur struktur dana-dana termasuk kecukupan dana-dana
non bagi hasil;
106
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 167
56
3. Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas; dan kemampuan
menciptakan akses kepasar antar bank atau sumber dana lainnya, termasuk
fasilitas pemberian pinjaman terakhir.107
Kasmir dalam Aulia Ramadhani mengatakan bahwa ketidakmampuan perusahaan
membayar kewajibannya terutama hutang jangka pendek (yang sudah jatuh tempo)
disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, bisa dikarenakan memang perusahaan
sedang tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua, bisa mungkin saja perusahaan
tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus mengunggu dalam
waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang, menjual
surat-surat berharga, atau menjual sediaan atau aktiva lainnya.108
Muhammad dalam Aulia Ramadhani menerangkan bahwa risiko pembiayaan
muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan/atau bunga yang
diberikannya atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya
risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau
melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas,
sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan
risiko usaha yang dibiayainya.109
Dari penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembiayaan mempunyai
pengaruh terhadap tinggi rendahnya likuiditas suatu perusahaan. Dilihat dari sisi
aktiva bank, pembiayaan merupakan aset yang penting. Semakin tinggi pembiayaan
yang dilakukan oleh bank, maka risiko pembiayaan pun semakin tinggi dan bank
akan mengalami kesulitan likuiditas. Jika hal ini terjadi, maka bank perlu
107 Agung Permana, Pengaruh Tingkat Risiko Pembiayaan Terhadap Llikuiditas Bank Syariah
pada PT. BPRS Ishlahul Ummah, 2008, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Bandung 108 Aulia Ramadhani, dkk, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap
Likuiditas industri Bank Syariah di Indonesia, 2015, Jurnal JESTT Vol. 2 No.7 Juli 2015, Ekonomi
Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga 109
Aulia Ramadhani, dkk, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Terhadap
Likuiditas industry Bank Syariah di Indonesia, 2015, Jurnal JESTT Vol. 2 No.7 Juli 2015, Ekonomi
Islam-Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
57
mengusahakan untuk meningkatkan sisi aktiva lancar antara lain dengan
meningkatkan kas melalui penerimaan pembiayaan yang jatuh tempo. Akibat bank
mengalami kesulitan likuiditas, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan
keberlangsungan usaha bank tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang
handal untuk dapat mengatasi masalah likuditas agar kesehatan bank tetap baik.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk mempermudah peneliti
dalam mengumpulkan data dan metode analisis data yang digunakan dalam
pengolahan data. Peneliti mencantumkan penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini, hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dalam menyusun
kerangka pemikiran dengan harapan hasil penelitian dapat tersaji secara akurat dan
mudah dipahami.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Iis Istianah (2009) mahasiswa IAIN Syekh
Nurjati Cirebon dengan judul penelitian “Analisis Ratio Likuiditas Pada
Laporan Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Kelancaran Pembayaran
Hutang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis ratio
likuiditas pada laporan keuangan di KJKS Perambabulan Al-Qomariyah
Babadan Cirebon. Hasil penelitian ini diketahui bahwa analisis ratio likuiditas
pada laporan keuangan KJKS Perambabulan Al-Qomariyah Babadan Cirebon
pada bulan Agustus 2006 sampai dengan bulan Desember 2007, dinyatakan
likuid karena dari perhitungan keempat ratio yaitu current ratio, acid test
ratio, cash ratio dan ratio perputaran piutang masih standar, dan tidak
bermasalah. Berdasarkan analisis kelancaran pembayaran hutang pada KJKS
Perambabulan Al-Qomariyah Babadan Cirebon termasuk baik karena rata-rata
dari tiap bulan masih diatas 90% itu berarti Koperasi lancar dalam
mengembalikan hutang-hutang pihak ketiga. Hasil perhitungan melalui
korelasi rasio likuiditas terhadap kelancaran pembayaran hutang diperoleh r =
0,468 yang berarti hubungan variabel tersebut memiliki korelasi yang cukup
58
erat. Dengan koefisien determinasi diperoleh kontribusinya sebesar 21,9024%
sedangkan dari hasil analisis uji t untuk uji dua pihak dengan taraf kesalahan
5% dan dk =15, harga thitung > ttabel (2,051 > 1,763), terdapat pengaruh yang
positif antara rasio likuiditas dengan kelancaran pembayaran hutang.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tomi Riyadi (2010) mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas, Likuiditas dan Solvabilitas Terhadap Opini Audit Dengan
Menggunakan Analisis Multinomial Logit”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memberikan bukti mengenai pengaruh rasio profitabilitas, likuiditas dan
solvabilitas perusahaan terhadap opini auditor. Rasio-rasio keuangan yang
diteliti yaitu ROA, ROE, CR, QR, DAR, dan DER sebagai variabel
independen dan opini audit sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel rasio ROA, CR dan QR secara statistik
berpengaruh signifikan untuk memprediksi probabilitas perusahaan diberikan
opini wajar tanpa pengecualian. Sedangkan hanya variabel rasio CR secara
statistik berpengaruh signifikan untuk memprediksi probabilitas perusahaan
diberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Nuraeni (2013) mahasiswa IAIN Syekh
Nurjati Cirebon dengan judul penelitian “Pengaruh Current Ratio, Quick
Ratio, dan Cash Ratio Terhadap Tingkat Kelancaran Pembayaran Hutang
Bank Syariah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh Current Ratio terhadap tingkat kelancaran pembayaran hutang bank
syariah, Quick Ratio terhadap tingkat kelancaran pembayaran hutang bank
syariah, Cash Ratio terhadap tingkat kelancaran pembayaran hutang bank
syariah, dan bagaimana pengaruh Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio
secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pembayaran
hutang bank syariah. Hasil penelitian ini yaitu dengan menggunakan analisis
regresi linier beganda diketahui Y= 88,292 + 0,156X1 + 0,172X2 + 0,009X3
menyatakan bahwa nilai koefisien Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio
59
bernilai positif dengan nilai koefisien masing-masing adalah 0,156; 0,172; dan
0,009. Artinya ketiga variable tersebut berpengaruh positif terhadap tingkat
pembayaran hutang. Hasil uji t diketahui masing-masing variable thitung > ttabel
yaitu Current Ratio (23,396 > 1,696), Quick Ratio (15,907 > 1,696), dan Cash
Ratio (14,57 > 1,696). Sehingga hasil uji t menyatakan bahwa ketiga variabel
masing-masing berpengaruh positif terhadap tingkat kelancaran pembayaran
hutang. Hasil uji F diperoleh Fhitung sebesar 229,453 dengan probabilitas 0,000.
Karena 229,453 > 2,911 atau Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio berpengaruh positif
secara simultan terhadap tingkat kelancaran pembayaran hutang .
4. Penelitian yang dilakukan oleh Ilham Reza Fahlevi (2013) mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio
Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memberikan bukti mengenai pengaruh rasio
likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas perusahaan terhadap harga saham.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio Current Ratio, Return
on Asset and Debt to Equity Ratio secara statistik simultan berpengaruh
signifikan untuk memprediksi harga saham yang akan diperdagangkan.
Sedangkan secara statistik parsial variabel Debt to Equity Ratio tidak
berpengaruh signifikan untuk memprediksi harga saham yang akan
diperdagangkan di bursa.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Cholid Faizal (2013) mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta dengan judul penelitian “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio
Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Nilai Pasar
Terhadap Return Saham”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan
bukti mengenai pengaruh rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas
perusahaan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel rasio Current Ratio, Return on Asset and Debt to Equity Ratio secara
statistik simultan berpengaruh signifikan untuk memprediksi harga saham
60
yang akan diperdagangkan. Sedangkan secara statistik parsial variabel Debt to
Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksi harga saham
yang akan diperdagangkan di bursa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
(1) current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham,
yang dibuktikan dengan nilai signifikansi t sebesar 2,218; (2) return on equity
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, yang dibuktikan
dengan nilai signifikansi t sebesar 2,612; (3) total assets turnover berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham, yang dibuktikan dengan nilai
signifikansi t sebesar 3,926 (4) debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
return saham, yang dibuktikan dengan nilai signifikansi t sebesar -1,363; (5)
price to book value berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham,
yang dibuktikan dengan nilai signifikansi t sebesar 3,264; (6) secara simultan
current ratio, return on equity, total assets turnover, debt to equity ratio, dan
price to book value berpengaruh positif dan signifikansi terhadap return
saham, yang dibuktikan dengan nilai signifikansi F sebesar 24,848. Nilai
Adjusted R2 sebesar 0,52 yang artinya kelima variabel tersebut memengaruhi
perubahan return saham 52%. Persamaan regresi linier berganda dalam
penelitian ini adalah: Y= -1,309+ 0,240 CR+ 4,025 ROE + 0,646 TATO + -
0,165 DER + 0,254 PBV+ e
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, penelitian yang dilakukan oleh peneliti
memiliki perbedaan dan belum pernah dilakukan sebelumnya.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang akan didefinisikan sebagai masalah
yang penting.110
110
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
117
61
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang
digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan analisa keuangan
merupakan kegiatan untuk mengetahui kinerja keuangan, potensi, dan kemajuan-
kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan.
Dalam melakukan analisa keuangan, analisis rasio merupakan salah satu alat
analisa keuangan yang dapat digunakan. Salah satu dari analisis rasio yaitu
menggunakan rasio likuiditas. Rasio likuidtas digunakan untuk mengetahui dan
menganalisa tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya. Kewajiban jangka pendek yaitu kewajiban yang
harus dibayarkan oleh internal perusahaan dalam waktu satu tahun.
Apabila perusahaan mampu membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo,
maka perusahaan tersebut dikatakan likuid. Sedangkan apabila perusahaan tidak
mampu memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo, maka perusahaan
tersebut dikatakan ilikuid.
Sejalan dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan, maka bank
melakukan penyaluran dana atau melakukan pembiayaan. Pembiayaan yang
dilakukan oleh bank syariah yaitu pembiayaan yang produktif. Di dalam neraca
bank pada sisi aktiva didominasi oleh pembiayaan. Pembiayaan merupakan aktiva
produktif dan memberikan pendapatan yang besar bagi bank. Apabila pembiayaan
tidak berjalan dengan baik maka hal ini berdampak pada likuiditas perusahaan
karena likuiditas merupakan nafas kehidupan bagi setiap perusahaan, begitu juga
bank. Jika hutang atau kewajiban meningkat, maka bank perlu mengusahakan
untuk meningkatkan sisi aktiva lancar antara lain dengan meningkatkan kas
melalui penerimaan pembiayaan yang jatuh tempo.
Berikut ini tahapan yang merupakan konsep pemikiran penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
62
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai jawaban sementara yang kebenarannya
masih harus diuji.111
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H01 : Tidak ada pengaruh Current Ratio terhadap pembiayaan produktif.
Ha1 : Ada pengaruh Current Ratio terhadap pembiayaan produktif.
2. H02 : Tidak ada pengaruh Quick Ratio terhadap pembiayaan produktif.
Ha2 : Ada pengaruh Quick Ratio terhadap pembiayaan produktif.
111
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder,
Ed.Revisi, Cet.3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 63
Kinerja Perusahaan
Laporan Keuangan
Analisis Rasio Likuiditas
Quick Ratio
(X2)
Current Ratio
(X1)
Cash Ratio
(X3)
Pembiayaan Produktif
(Y)
63
3. H03 : Tidak ada pengaruh Cash Ratio terhadap pembiayaan produktif.
Ha3 : Ada pengaruh Cash Ratio terhadap pembiayaan produktif.
4. H04 : Tidak ada pengaruh Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio
secara bersama-sama terhadap pembiayaan produktif.
Ha4 : Ada pengaruh Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio secara
bersama-sama terhadap pembiayaan produktif.
Top Related