9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II tentang kajian pustaka ini akan
dibahas tentang konsep-konsep kunci dalam
penelitian, meliputi pengertian program BSM,
pengertian evaluasi program, tujuan dan manfaat
evaluasi program, model evaluasi, hasil penelitian
relevan, dan kerangka berpikir penelitian.
2.1. Program Bantuan Siswa Miskin
2.1.1. Pengertian Program BSM
Program BSM adalah Program tingkat Nasional
yang bertujuan untuk mengurangi siswa miskin
guna memperoleh akses pelayanan pendidikan yang
layak/baik, siswa miskin dapat kembali ke sekolah,
mencegah putus sekolah, membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhan dalam kegiatan prose
pembelajaran, mendukung program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun, bahkan tingkat
menengah atas, serta membantu kelancaran program
sekolah.(http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-
jawab/klaster-i/program-bantuan-siswa-miskin-
bsm/).
Program BSM adalah bantuan dari Pemerintah
yang diberikan secara langsung kepada siswa dari
10
semua jenjang Pendidikan Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah, Sekeolah Menegah Pertama, Madrasah
Tasanawiyah, Sekolah Menegah Atas, Sekolah
Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah yang berasal
dari keluarga miskin dan kurang mampu sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.(http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/
Juknis_bsm_2014.pdf).
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan bantuan siswa miskin (BSM)
adalah program bantuan dari pemerintah mengenai
kenaikan BBM yang bertujuan untuk membantu
siswa miskin agar tidak putus sekolah serta
mendukung program wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun dan membantu kelancaran program
sekolah.
Program BSM ini diharapkan anak usia
sekolah dari keluarga miskin atau kurang mampu
dapat meneruskan sekolah, tidak putus sekolah, dan
masa depan yang diharapkan mereka dapat
memutus rantai kemiskinan yang saat ini dialami
orangtuanya. Program BSM mendukung komitmen
pemerintah guna meningkatkan angka partisipasi
pendidikan di Kabupaten/Kota miskin dan terpencil
serta pada kelompok marjinal.
11
Program ini bersifat bantuan langsung kepada
siswa, karena berdasarkan kondisi ekonomi dari
siswa miskin dan bukan berdasarkan prestasi serta
mempertimbangkan dengan melihat kondisi siswa,
sedangkan beasiswa diberikan dengan
mempertimbangkan prestasi siswa. Di jenjang
pendidikan tinggi, program beasiswa bagi anak
kurang mampu juga digulirkan pemerintah dengan
bantuan belajar mahasiswa ber-IPK 2,5, dan
beasiswa bidik misi. Bidik misi bertujuan untuk
meningkatkan akses dan kesempatan belajar di
perguruan tinggi bagi peserta didik yang berpotensi
akademik memadai dan kurang mampu secara
ekonomi.
Tujuan dari program bantuan siswa miskin ini
antara lain:
Membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan
pribadi siswa selama duduk di bangku sekolah.
Mencegah siswa dari kemungkinan putus sekolah
akibat kesulitan ekonomi.
Memberi peluang dan kesempatan yang lebih
besar kepada siswa untuk terus bersekolah hingga
pendidikan SMA atau SMK.
Membantu kelancaran program sekolah.
12
2.1.2. Penyaluran BSM dan Sumber
Pembiayaannya
Program BSM dilaksanakan oleh 2 (dua)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag).
Sumber dana semua bantuan ini adalah dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Alokasinya tertuang dalam DIPA di lingkup
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta DIPA
Kementerian Agama (Kemenag).
Penerimaan dan BSM yang dikelola oleh
Kementerian Pendidikan daKebudayaan adalah siswa
miskin yang ada pada Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) negeri
dan swasta yang telah memenuhi kriteria sesuai
pedoman/petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Program BSM yang dikelola oleh Kementerian
Agama (Kemenag) adalah siswa yang bersekolah di
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), dan Madrasah aliyah (MA) negeri dan swasta
di seluruh provinsi di Indonesia yang berasal dari
13
keluarga kurang mampu/miskin yang dihitung
berdasarkan proporsi populasi siswa di masing-
masing kabupaten/kota.
2.1.3. Kriteria Dasar Penentuan Penerima BSM
Adapun kriteria penerima program BSM yaitu:
1. Orangtua siswa pemegang Kartu Perlindungan
Sosial (KPS)
2. Siswa yang memegang Kartu Calon Penerima
Bantuan Siswa Miskin
3. Orangtua siswa terdaftar Program Keluarga
Harapan (PKH)
4. Siswa yang terancam putus sekolah karena
kesulitan biaya
5. Siswa yatim, piatu atau yatim piatu
6. Siswa yang berasal dari panti asuhan
7. Siswa berasal dari korban musibah atau
bencana.
2.1.4. Pemanfaatan Dana BSM
Dana BSM dapat dimanfaatkan untuk:
1. Pembelian perlengkapan sekolah berupa buku
pelajaran, alat tulis, sepatu dan tas
2. Biaya transportasi siswa ke sekolah
3. Uang saku siswa untuk sekolah
14
2.2. Evaluasi dan Evaluasi Program
2.2.1 Evaluasi
Anderson (1975) mengatakan evaluasi adalah
sebagai sebuah proses untuk menentukan hasil yang
telah dicapai dari beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Definisi lain dikemukakan oleh Badrujaman (2011:
15) evaluasi merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh sekelompok ahli yang profesional
terhadap suatu program guna menentukan tindakan
berikutnya. Dua ahli tersebut mengatakan bahwa
evaluasi adalah sebuah proses suatu program yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan
dan menentukan tindakan.
Sukardi (2014:8) mendefinisikan evaluasi
sebagai sebuah proses sistematis pengumpulan data
dan penganalisisan data untuk pengambilan
keputusan. Evaluasi adalah mengukur dan menilai
yang digunakan dalam rangka pengambilan
keputusan. Bahwa hubungan antara pengukuran
dan penilaian saling berkaitan. Mengukur
hakekatnya adalah membandingkan sesuatu dengan
atau atas dasar ukuran atau kriteria tertentu (meter,
kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran
bersifat kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu
15
program. Hal ini sejalan dengan hasil yang
dikemukakan oleh Suharsimi (2009:3) bahwa
mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran yang bersifat kuantitatif, menilai adalah
mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk yang bersifat kualitatif,
dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di
atas. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil
sebuah keputusan. Fungsi evaluasi adalah
menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah
dilakukan peneliti (Suharsimi dan Cepi; 2008: 2).
Dari definisi tentang evaluasi yang telah
dikemukakan beberapa ahli diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa evaluasi merupakan sebuah
proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mencari
informasi guna memperoleh keputusan dari sebuah
program. Keberhasilan program dapat dilihat dari
dampak atau hasil yang dicapai oleh program
tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua
16
konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas
dan efisien.
2.2.2 Evaluasi Program
Evaluasi program adalah proses menetapkan
secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektifitas
atau kecocokan sesuatu sesuai kriteria dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sugiyono, (2014: 741) menyatakan bahwa,
Program evaluation is a systematic method for
collecting, analyzing, and using information to answer
questions about project, policies and programs,
particularly about their effectiveness and efficiency.
Evaluasi program merupakan metode yang sistematis
untuk mengumpulkan data dan analisis data, dan
menggunakan informasi yang diperoleh dari
penelitian tersebut untuk menjawab pertanyaan
seberapa tinggi efektivitas dan efisien dari suatu
proyek, kebijakan dan program-program.
Suharsimi dan Cepi, (2014: 5) mendifinisikan
bahwa evaluasi program adalah proses untuk
mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat
terealisasikan. Sedangkan Patton (2009: 53)
menyatakan bahwa evaluasi program artinya
mengukur pencapaian suatu tujuan, berdasarkan
17
pernagkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati
dari tujuan yang dapat diukur.
Suharsimi dan Cepi (2014: 17) evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas
suatu komponen program dalam mendukung
pencapaian tujuan program. Dengan demikian jika
diketahui bahwa hasil belajar (sebagai harapan dari
program pembelajaran) tidak memuaskan, dapat
dicari dimana letak kekurangannya atau komponen
mana yang bekerja dengan tidak semestinya.
Dari berbagai definisi tersebut diatas, dapat
peneliti simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
evaluasi program adalah kegiatan untuk
mendapatkan data dengan tujuan untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi kebijakan dan program, yang
selanjutnya data tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif atau pilihan yang tepat dalam
mengambil sebuah keputusan.
2.3. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
2.3.1 Tujuan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai
berbagai tujuan sesuai dengan obyek evaluasinya.
Tujuan evaluasi adalah; (a) mengukur mempengaruhi
program terhadap masyarakat; (b) menilai program
18
apakah telah dilaksanakan sesuai dengan rencana;
(c) mengukur pelaksanaan program apakah sesuai
dengan standar; (d) evaluasi program dapat
mengidentifikasi dan menemukan dimensi program
mana yang jalan dan yang tidak berjalan; (e)
pengembangan staf program; (f) memenuhi ketentuan
undang-undang; (g) akreditasi program; (h)
mengukur cost efectiveness dan cost efficiency; (i)
mengambil keputusan mengenai program; (j)
accountabilitas; (k) memberikan umpan balik kepada
pimpinan dan staf program; (l) memperkuat posisi
politik; (m) mengembangkan teori ilmu evaluasi atau
riset evaluasi (Wirawan; 2012: 22).
Suharsimi dan Cepi (2014) tujuan evaluasi
program adalah untuk mengetahui pencapaian
tujuan program dengan langkah mengetahui
keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator
program ingin mengetahui bagian mana dari
komponen dan subkomponen yang belum terlaksana
dan apa sebabanya.
Dari uraian diatas dapat didefinisikan bahwa
tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui apakah
program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana,
dan mengidentifikasi mana program yang berjalan
dan yang tidak berjalan.
19
2.3.2 Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi dapat disamaartikan dengan kegiatan
supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan
untuk mengambil keputusan atau melaksanakan
tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan.
Manfaat dari evaluasi program dapat berupa; (a)
menghentikan program; (b) merevisi program; (c)
melanjutkan program; (d) menyebarluaskan program
(melaksanakan program di tempat-tempat lain atau
mengulangi lagi program di lain waktu). (Suharsimi
dan Cepi; 2014: 22).
Sukmadinata (2010: 127) menyatakan bahwa
kriteria atau standar yang digunakan dalam evaluasi
program adalah apakah hasil evaluasi dapat
digunakan untuk menentukan kebijakan secara
tepat atau tidak. Pengguna hasil evaluasi dapat
bertahap, dari penentu kebijakan tertinggi sampai
terendah.
Sukardi (2014: 10) mengatakan bahwa evaluasi
program mempunyai empat manfaat sebagai berikut :
a) melihat secara kontinu atau terus menerus suatu
program atau proyek jika dilengkapi dengan fungsi
monitor; b) mengontrol program tetap berada dalam
koridor mutu dan memiliki kewenangan untuk
mengendalikan dalam peningkatan penjaminan
20
layanan atau servis yang baik pada pengguna
maupun pemangku kepentingan; c) sebagai umpan
balik terhadap proses penyelenggaraan lembaga; d)
mengevaluasi dari semua komponen dalam kinerja
program.
Dari ketiga pendapat tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa manfaat evaluasi program
yakni sebagai kegiatan untuk mengambil keputusan
yang secara terus menerus dalam kinerja program
guna menentukan kebijakan.
2.4. Model Evaluasi
2.4.1 Model Evaluasi UCLA (University Of
Evaluation in Los Angeles)
Ciri dari model UCLA adalah adanya lima tahap
yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan,
pengembangan, implementasi, hasil dan dampak.
Suharsimi dan Cepi (2014:44) memberikan
penjelasan tentang model UCLA menjadi empat
tahap, yaitu (1) needs assessment, (2) program
planning, (3) formative evaluation dan (4) summative
evaluation.
21
2.4.2 Discrepancy Evaluation Model
Pendekatan lain yang banyak dipengaruhi
pemikiran Tyler dikembangkan Provus berdasarkan
pada tugas-tugas evaluasi di sebuah sekolah umum
di Pittsburgh, Pensylvania. Provus (1973)
memandang penilaian sebagai prosen pengelolaan
informasi berkelanjutan yang dirancang memberi
pelayanan sebagai the watchdog of program
management and the handmaiden of administration in
the management of program development trough
soundmaking. Menurut Provus evaluasi adalah
proses: 1) menyetujui berdasarkan standar (istilah
dari yang digunakan secara bergantian dengan
istilah tujuan), 2) menentukan apakah ada
kesenjangan antara kinerja aspek-aspek program
dengan standar kinerja yang ditetapkan, 3)
menggunakan informasi tentang kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan sebagai bahan untuk
meningkatkan mengelola, atau mengakhiri program
atau salah satu aspek dari program tersebut.
Langkah-langkah model evaluasi ini meliputi; (a)
definisi, (b) instalasi, (c) proses, (d) produk, dan (e)
analisis biaya-manfaat (Cost-Benefit Analysis).
(https://www.joe.org/joe/1981september/81-5-
a1.pdf).
22
2.4.3 Model Evaluasi Brinkerhoff
Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan tiga
golongan evaluasi yang disusun berdasarkan
penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti
evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi
dan versi mereka sendiri sebagai berikut: (1) Fixed vs
Emergent Evaluation Design. Dapatkah masalah
evaluasi dan kriteria akhirnya dipertemukan?
Apabila demikian apakah itu suatu keharusan? (2)
Formative vs Summative Evaluation. Apakah evaluasi
akan dipakai untuk perbaikan atau untuk
melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program?
Atau keduanya? (3) Experimental and Quasi
Experimental Design vs Natural/Unobtrusi Inquiry.
Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke
dalam kegiatan program/mencoba memanipulasi
kondisi, orang diperlukan, variabel dipengaruhi dan
sebagai, atau hanya diamati atau keduanya?
2.4.4 Model CIPP (Context, Input, Process,
Product)
Model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product) dikembangkan oleh National Study
Committee on Evaluation of Phi Delta Kappa. Model
evaluasi dikembangkan oleh Stuflebeam pada tahun
23
1960an. Model CIPP bertujuan untuk membantu
evaluator dalam mengevaluasi program, proyek, atau
institusi. Klasifikasi model evaluasi berdasarkan
tujuannya, evaluasi CIPP termasuk model
management analysis yang bertujuan untuk
mengevaluasi keputusan/kebijakan seseorang
manajer (Mulyatiningsih, 2013: 120).
Wirawan (2012:92) menyatakan bahwa model
CIPP terdiri dari empat jenis evaluasi, yaitu evaluasi
konteks (context evaluation), evaluasi masukan (input
evaluation), evaluasi proses (process evaluation), dan
evaluasi produk (product evaluation), evaluasi sebagai
berikut:
1) Context Evaluation to Serve Planning Decision.
Evaluator harus cermat dan tajam memahami
konteks evaluasi yang berkaitan dengan
merencanakan keputusan, mengidentifikasi
kebutuhan, dan merumuskan tujuan program.
2) Input Evaluation Structuring Decision.
Segala sesuatu yang berpengaruh terhadap proses
pelaksanaan evaluasi harus disiapkan dengan
benar. Input evaluasi ini akan memberikan
bantuan agar dapat menata keputusan,
menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan,
24
mencari berbagai alternatif yang akan dilakukan,
menentukan rencana yang matang, membuat
strategi yang akan dilakukan dan memperhatikan
prosedur kerja dalam mencapainya.
3) Process Evaluation to Serve Implementing Desicion.
Pada evaluasi prose ini berkaitan dengan
implementasi suatu program. Ada sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab dalam proses
pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya; apakah
rencana yang telah dibuat sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan? Dalam proses
pelaksanaan program adakah yang harus
diperbaiki? Dengan demikian proses pelaksanaan
program dapat dimonitor, diawasi, atau bahkan
diperbaiki.
4) Product Evaluation to Serve Recycling Decision.
Evaluasi hasil digunakan untuk menentukan
keputusan apa yang akan dikerjakan berikutnya.
Apa manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
berkaitan dengan program yang digulirkan?
Apakah memiliki pengaruh dan dampak dengan
adanya program tersebut? Evaluasi hasil berkaitan
dengan manfaat dan dampak suatu program
25
setelah dilakukan evaluasi secara seksama.
Manfaat model ini untuk pengambilan keputusan
(decision making) dan bukti pertanggungjawaban
(accountability) suatu program kepada masyarakat.
Tahapan evaluasi dalam model ini yakni
penggambaran (delineating), perolehan atau
temuan (obtaining), dan penyediaan (providing)
bagi para pembuat keputusan.
26
Model CIPP Wirawan (2012: 92) dapat dilukiskan
pada gambar berikut:
Gambar 2.4. Model evaluasi konteks, masukan, proses, dan
produk
Dari uraian diatas dapat didefinisikan bahwa
model evaluasi adalah model desain evaluasi yang
dibuat oleh para ahli/pakar evaluasi yang biasanya
dinamakan sama dengan pembuatnya. Model ini
dianggap model standar. Disamping itu ahli evaluasi
Context
Evaluatio
n
Berupaya untuk
mencari
jawaban atas
pertanyaa
n: Apa
yang perlu
dilakukan?
Waktu pelaksana
an:
Sebelum
program
diterima
Keputusan:
Perencana
an
program
Input
Evaluatio
n
Berupaya untuk
mencari
jawaban atas
pertanyaa
n: Apa
yang
perlu dilakukan
?
Waktu pelaksana
an:
Sebelum
program dimulai
Keputusan:
penstrukt
uran
program
Process
Evaluati
on
Berupaya untuk
mencari
jawaban
atas
pertanyaan:
Apakah
program
sedang
dilaksana
kan?
Waktu pelaksan
aan:
ketika
program
sedang
dilaksanakan
Keputusan:
pelaksan
aan
Product
Evaluati
on
Berupaya mencari
jawaban
atas pertanyaa
n:
Apakah
program
sukses?
Waktu pelaksanaan:
ketika
program
selesai
Keputusan:
resikel. Ya atau
tidak
program
harus
diresikel
27
yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang
akan dibawakannya serta kepentingan atau
penekanannya atau dapat juga disebut sesuai
dengan paham yang dianut yang disebut
pendekatan.
Dalam melakukan penelitian evaluasi program
BSM perlu ada instrumen untuk mengukur
efektifitas pelaksanaannya. Instrumen ini digunakan
untuk mengetahui efektifitas program BSM dalam
pengelolaan BSM di SD Negeri Kalicacing 02 Salatiga.
Salah satu evaluasi yang digunakan dalam evaluasi
program BSM adalah CIPP (Context, Input, Process,
Product). Model evaluasi CIPP adalah model evaluasi
yang memandang pelaksanaan BSM yang dievaluasi
sebagai sebuah sistem.
2.5. Hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian pertama telah dilakukan oleh
Santoso (2013), Evaluasi Program Pengelolaan
Bantuan Siswa Miskin SMP Muhammadiyah 8
Wonogiri. Tesis Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan
menggunakan diskriptif kualitatif. Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa 1) persiapan
pengelolaan Bantuan Siswa Miskin diawali dengan
28
rapat koordiansi Tim Pengelola. 2) pelaksanaan
pengelolaan Bantuan Siswa Miskin diawali dengan
suatu perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
pengawasan, pembukuan, dan pertanggungjawaban
atau pelaporan. 3) Tim Pengelola berkewajiban
melaporkan hasil dari kegiatan Pengelolaan Bantuan
Siswa Miskin dilampiri dengan bukti-bukti dokumen
yang mendukung.
Hasil penelitian kedua dari Marlini (2015),
Evaluasi Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) di
SMP Negeri 4 Sanggau. Penelitian ini menggunakan
deskriptif dan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa 1) efektivitas pelaksanaan
program Bantuan Siswa Miskin (BSM) di SMP Negeri
4 Sanggau belum berjalan secara efektif, hal ini
dapat dilihat dari penemuan data di lapangan yang
memperlihatkan bahwa masih banyak siswa miskin
yang tidak mendapatkan dana BSM, yaitu pada
tahun 2015 hanya terdapat 2 dari 47 (4%) siswa
miskin yang mendapat BSM, bahkan siswa dari
keluarga pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS)
pun masih ada yang tidak mendapatkan dana
bantuan ini, serta diketahui bahwa pelaksanaan
program BSM ternyata tidak sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang terdapat dalam
29
buku pedoman pelaksanaan, sosialisasi program
serta pengawasan terhadap penggunaan dana belum
dilakukan secara maksimal. 2) Pihak sekolah tidak
pernah menginfokan secara langsung kepada siswa
maupun orang tua siswa terkait adanya program
BSM, dan pengawasan hanya dilakukan dengan cara
menanyakan kepada siswa yang bersangkutan
mengenai penggunaan dana yang telah disalurkan.
(https://jurmafis.untan.ac.id/index.php/publika/art
icle/view/1120)
Hasil penelitian ketiga dari Saputra (2012),
Evaluasi Realisasi Program Bantuan Siswa Miskin
(BSM) Sekolah Menengah Kejuruan Tahun 2012 di
SMK N 1 Sukasada. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 1) kurangnya sosialisasi
pelaksanaan program baik kepada masyarakat
maupun warga sekolah, 2) rendahnya sikap dan
kesadaran siswa, dan 3) terbatasnya sumber daya
pelaksana program.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/ar
ticle/view/2143)
Hasil penelitian keempat dari Mahwah (2004)
dalam jurnal yang berjudul “Poverty And Schooling In
The U.S.” bahwa keluarga miskin cenderung lebih
sering berpindah karena kekurangan uang sewa,
30
mengganggu kesinambungan sekolah anak-anak dari
orang tua yang menganggur lebih cenderung
menghadapi kekerasan, alkoholisme, pelecehan,
perceraian, dan desersi (pembelotan) yang terkait
dengan pengangguran dan kemiskinan anak-anak
miskin jauh lebih mungkin untuk datang ke sekolah
orang-orang sakit, terkadang dengan masalah jangka
panjang yang parah yang membatasi kemampuan
mereka untuk melihat atau mendengar di sekolah.
Hasil penelitian kelima dari Lacour dan
Tissington (2011) dalam jurnal yang berjudul “The
Effects of Poverty on Academic Achievement” bahwa
Kemiskinan, yang membentuk budaya dan cara
hidup tertentu, adalah isu yang berkembang di
Amerika Serikat. Jumlah orang Amerika yang hidup
dalam kemiskinan terus meningkat. Kemiskinan
menunjukkan sejauh mana seseorang melakukannya
tanpa sumber daya. Sumber daya dapat mencakup
sumber daya keuangan, emosional, mental, spiritual,
dan fisik serta sistem pendukung, hubungan, model
peran, dan pengetahuan tentang aturan
tersembunyi. Kemiskinan secara langsung
mempengaruhi prestasi akademik karena kurangnya
sumber daya yang tersedia bagi keberhasilan siswa.
31
Pencapaian rendah berkorelasi erat dengan
kurangnya sumber daya, dan banyak penelitian telah
mendokumentasikan korelasi antara rendahnya
status sosial ekonomi dan rendahnya prestasi.
Beberapa strategi ada untuk membantu guru dalam
menutup kesenjangan pencapaian kemiskinan bagi
siswa.
Dari hasil penelitian yang relevan di atas dapat
penulis simpulkan bahwa Bantuan Siswa Miskin
sangat dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga
kurang mampu agar anak-anak tidak putus sekolah,
sehingga pemerintah harus turun tangan untuk
memperhatikan keluarga yang kurang mampu.
Dengan demikian anak-anak dari keluarga kurang
mampu akan terus bisa bersekolah dengan adanya
bantuan siswa miskin dari program pemerintah.
2.6. Kerangka Berpikir Penelitian
Evaluasi terhadap penyelenggaraan program
pengelolaan bantuan siswa miskin di SD Negeri
Kalicacing 02 Salatiga, bertujuan untuk mengukur
sejauh mana efektivitas program tersebut. Model
evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model evaluasi CIPP (context, input, process dan
product), namun demikian evaluasi dengan model
32
CIPP ini melakukan penilaiaa`n sampai tahap
produk.
Program pengelolaan bantuan siswa miskin di SD
Negeri Kalicacing 02 Salatiga menghasilkan sebuah
produk/siswa menjadi sejahtera. Selanjutnya dapat
dijelaskan muatan komponen CIPP dalam evaluasi
program pengelolaan bantuan siswa miskin.
Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks
dalam penyelenggaraan program pengelolaan
bantuan siswa miskin meliputi penilaian terhadap
kebutuhan, kondisi keluarga, lingkungan, masalah
dari penyelenggaraan program tersebut. Penilaian
terhadap kompnen input meliputi perencanan, SDM,
pembiayaan program, seleksi penerimaan bantuan.
Penilaian terhadap komponen evaluasi proses
meliputi pelaksanaan penyaluran, efektivitas
penggunaan dana, kendala-kendala yang dihadapi
oleh siswa, guru dan sekolah dalam pelaksanaan
program ini. Berdasarkan tujuan penelitian ini,
bahwa kegiatan evaluasi terhadap program
pengelolaan bantuan siswa miskin berupaya untuk
menganalisis program pengelolaan tersebut melalui
ketiga komponen dalam model CIPP.
Hasil dari analisis ketiga komponen tersebut,
nantinya akan menghasilkan sebuah kesimpulan
33
hasil evaluasi penyelenggaraan program pengelolaan
bantuan siswa miskin. Gambaran mengenai
kerangka berfikir penelitian dapat dilihat sebagai
berikut:
34
Gambar 2.6.
Kerangka berpikir penelitian
PROGRAM BANTUAN SISWA MISKIN
EVALUASI INPUT
EVALUASI CONTEXT
EVALUASI PROCESS
EVALUASI PROGRAM
HASIL EVALUASI
KESIMPULAN
KOMPONEN
EVALUASI
EVALUASI PRODUCT
Top Related