Download - BAB II Indra

Transcript

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Erik Topan, 2005).

Menurut Darwis Yullizar dalam buku Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus (2005), dijelaskan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya.

2. Klasifikasi Penyakit Diabetes Mellitus.

Ada beberapa klasifikasi dari Diabetes melitus, yang paling utama adalah :

a. Diabetes Melitus Tipe I (IDDM)

Diabetes Melitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan insulin. Penyakit ini disebut Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM). Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti, Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Kerusakan sel pembuat insulin dan sistem kekebalan tubuh sebagai pemicu diabetes tipe I. Karena itu, penderita Diabetes Melitus tipe I memerlukan suntikan insulin setiap hari, selain mengatur menu makanan yang telah ditentukan kalorinya sesuai kebutuhan.

b. Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)

Diabetes Melitus tipe II yaitu Diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Diabetes tipe II ini terjadi akibat sensitivitas terhadap insulin ( yang disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Diabetes tipe II pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan atau olahraga. Jika kenaikan glukosa tetap terjadi, terapi diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik oral (OHO). Pada sebagian penyandang diabetes tipe II, obat oral tidak mengendalikan keadaan hiperglikemia sehingga diperlukan penyuntikan insulin.

Kelompok Diabetes Melitus tipe II kebanyakan timbul pada penderita diatas usia 40 tahun. Penderita Diabetes melitus tipe II inilah yang terbanyak di Indonesia. Konon mencapai 90% dan umumnya disertai dengan kegemukan. Pengobatannya diutamakan dengan perencanaan makan yang baik dan latihan jasmani yang teratur. Pankreas masih relatif menghasilkan insulin, tetapi insulin yang ada bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Dengan menurunkan berat badan, penyakit yang ada biasanya terkendali.

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

1. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap Diabetes Melitus. Sekitar 50% wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke status non Diabetes Melitus setelah kehamilan berakhir. Namun beresiko mengalami Diabetes Melitus tipe II pada waktu mendatang lebih besar dari pada normal.

Diabetes Gestasional dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan meningkatkan resiko malformasi kongenital, lahir mati dan bayi bertubuh besar yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan. Diabetes Melitus Gestasional secara rutin diperiksa pada pemeriksaan medis pranatal.

3. Etiologi

a. Diabetes Melitus tipe-1

Diabetes Melitus tipe-1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan dapat pula lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006).

1) Faktor Genetik

Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-1 itu sendiri; tetapi, mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya Diabetes Melitus tipe-1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor Imunologi

Diabetes Melitus tipe-1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

3) Faktor Lingkungan

Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

b. Diabetes Melitus tipe-2

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktorfaktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga, Kelompok etnik (Potter & Perry, 2006)

c. Diabetes Melitus Gastosinal

Penyebab Diabetes Melitus Gestasional dianggap berkaitan dengan kebutuhan energi dan kadar estrogen, hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi insulin seperti Diabetes Melitus tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada Diabetes Melitus Gestasional. Wanita yang mengidap Diabetes Melitus Gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul (Brunner and Sudath, 2002).

4. Patofisiologi Diabetes Melitus(Suddarth, 2002)

a. Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi)

b. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat danterjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.

c. Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

5. Manifestasi klinis

Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah (Slamet Suyono, 2002):

a. Keluhan klasik

1). Poliuri

Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak.

2). Polidipsi

Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum.

3). Penurunan berat badan dan rasa lemah

Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

4). Polifagi

Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan.

b. Gejala/keluhan lain

1). gangguan saraf tepi / kesemutan

Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur.

2). Ganguan penglihatan

Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering dijumpai pada fase awal.

3). Gatal atau bisul

Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

4). Gangguan ereksi

5). Keputihan

6). Pusing

7). Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit (screening), diagnostik dan pemantauan pengendalian.

a. Pemeriksaan Penyaring

Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan dilakukan kepada klien bersamaan dengan pemeriksaan penyaring penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring pasien Diabetes Melitus, TGT (toleransi glukosa terganggu) dan GDPT (glukosa darah puasa terganggu). Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan (Yullizar Darwis, 2005).

b. Pemeriksaan diagnostik

Diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan adanya keluhan/gejala klinis khas Diabetes Melitus berupa poliura, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang dikemukakan oleh pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan gangguan fungsi ereksi serta pruritus vulvae. Jika ditemukan keluhan/gejala klinis khas, maka diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan glukosa darah puasa (konsentrasi glukosa darah 126 mg/ dL) atau glukosa darah sewaktu (konsentrasi glukosa darah 200 mg/ dL). Pasien tanpa keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka diagnosis Diabetes Melitus hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg/ dL atau glukosa darah sewaktu 200 mg/ dL, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg/ dL dan atau glukosa darah sewaktu 200 mg/ dL, atau hasil pemeriksaan HbA1C 8 % (Yullizar Darwis, 2005).

7. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Indonesia menempati urutan keempat didunia setelah Amerika Serikat, India, dan China dalam rangka penderita Diabetes Melitus. Diperkirakan sedikitnya 14 juta orang dinegeri ini menderita diabetes dan setiap tahun jumlahnya terus meningkat. Ada sejumlah faktor yang dianggap bisa meningkat risiko diabetes, yakni:

1. Kadar glukosa darah tinggi

1. Adanya riwayat keluarga

1. Kelebihan berat badan

1. Kurang beraktivitas

1. Usia

1. Riwayat Diabetes Gestasional

1. Sindrom ovarium polikisti

h. Hipertensi atau lemak darah yang abnormal.

8. Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi penyakit Diabetes Melitus dapat dibagi dua yaitu : akut dan kronis. Terdapat dua bentuk komplikasi akut yaitu :

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kadar gula darah (true glukose) penderita yang sangat rendah, yaitu kurang dari 50 mg/dl. Kadang-kadang gejala timbul pada kadar gula darah tinggi bila penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat. Keadaan ini terjadi mendadak dan dapat dipastikan dengan mengukur kadar gula darah. Hipoglikemia yang terjadi harus diatasi dengan segera, bila tidak akan cepat menjadi parah dan dapat menyebabkan kematian.

Gejala yang timbul dapat ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dan kejang-kejang. Gejala dini hipoglikemia yaitu keringat dingin pada muka terutama hidung, gemetar, lemas, rasa lapar, mual, tekanan darah, turun, gelisah, jantung berdebar, sakit kepala, serta kesemutan dijari tengah dan bibir. Bila dibiarkan tanpa petolongan maka penderita menjadi tidak sadar (koma) dengan atau tanpa kejang.

b. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah melonjak/meningkat secara tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stres, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifa gia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah sehingga tidak menjadi parah. Hiperglikemia dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis, disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina (Ghoffar, 2012).

Gejala yang timbul antara lain merasa letih, sangat haus, mengeluarkan kencing yang sangat banyak, mual, muntah, nyeri daerah perut, nafas cepat dan dalam serta berbau aseton, kebingungan mental, dan akhirnya kehilangan kesadaran.

Keadaan ini terjadi akibat tubuh sangat kekurangan insulin yang sifatnya mendadak (akut). Glukosa darah yang tinggi tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perubahan metabolik di dalam tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan energi , sel lemak dipecah dan menyebabkan terbentuknya keton yang dapat ditemukan di air kencing dan dirasakan baunya pada pernafasan. Bila keadaan ini terus melanjut tanpa pengobatan maka keton yang terburuk akan terakumulasi dan ini sangat membahayakan. Darah menjadi asam dan jaringan tubuh akan rusak. Akhirnya penderita tidak sadarkan diri dan menjadi koma. Komplikasi ini dikenal juga dengan nama koma diabetik atau koma hiperglikemik

9. Pencegahan

Melihat bahwa gangguan keseimbangan kadar gula darah dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang berlebihan (pola makan yang salah) dan kegiatan yang penuh tekanan (gaya hidup stress), maka Diabetes dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Bila mengalami kegemukan turunkan berat badan.

b. Lakukan olahraga/latihan aerobik (berenang, bersepeda, joging (jalan cepat)) paling tidak tiga kali seminggu.

c. Konsumsi gula sedikit mungkin atau seperlunya saja, karena bukan merupakan bagian penting dari menu yang sehat. Kebutuhan zat gula darah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat dipenuhi dari karbohidrat yang berasal dari beras, sereal, roti, kentan-kentan dalam menu sehari-hari.

d. Setelah berumur 40 tahun, periksa kadar gula urine anda setiap tahun, terutama bila anda mempunyai riwayat keluarga penderita diabetes

10. Penatalaksanaan makanan untuk penderita Diabetes Melitus.

Telah diketahui, bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit degeneratif dengan demikian menurut teori, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penderita Diabetes seperti sebelumnya terserang penyakit ini. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan Diabetes Melitus adalah adalah memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Untuk mencapai semua tujuan diatas pengobatan Diabetes Melitusmeliputi :

Pengaturan makanan dengan memperhatikan kebutuhan gizi penderita untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala klinik.

Latihan jasmani/olahraga

Pendidikan/penyuluhan

Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Terapi diet

Pengaturan makan ( diet ) merupakan kunci pengendalian diabetes mellitus, khususnya yang tergolong NIDDM yang harus diupayakan seterusnya. Suatu pendapat yang keliru yang menganggap bahwa kalau sudah mendapat obat anti diabetes mellitus berarti makan boleh bebas.

Dengan pengaturan makan dapat diupayakan demikian rupa sehingga kegamukan dapat dikurangi. Dengan demikian kepekaan sel terhadap kerja insulin meningkat, kadar gula darah dapat menurun. Dalam waktu singkat saja sudah dapat mengurangi gejala gejala meskipun berat badan belum terpengaruh. Disamping itu dengan berkurangnya kegemukan akan mengurangi faktor resiko komplikasi menahun.

Dalam menyusun pengaturan makan ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

1) Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energi adalah 60 70 % dari karbohidrat, 10 15 % dari protein dan 20 25 % dari lemak.

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasar kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 30 kalori / kg BB ideal, ditambah atau dikurangi tergantung dari beberapa faktor yaitu :

a) Jenis kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria, untuk itu dapat dipakai angka 25 kal / kg BB untuk wanita dan angka 30 kal / kg BB untuk pria.

b) Umur

Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5 % untuk tiap dekade antara 40 59 tahun, sedangkan antara 60 69 tahun dikurangi 10 % dan diatas 70 tahun dikurangi 20 %.

c) Aktifitas fisik

Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula.

d) Kehamilan atau laktasi

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori / hari dan pada trimester 2 dan 3 diperlukan tambahan 350 kalori / hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori / hari.

e) Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13 % untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

f) Berat badan

Bila kegemukan atau terlalu kurus, dikurangi atau ditambah sekitar 20 30 % tergantung kepada tingkat kegemukan atau kekurusan.

b. Pola Diet

Pola diet Menurut vitahealth ( 2004 ) pola diet pada pasien diabetes melitus meliputi yaitu :

1). Kurang energi

Jumlah energi disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.

2) Kurangi lemak

Makanan lemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol dan membuat kerja insulin menjadi tidak efisien. Menurut ADA atau EASD bahwa asupan makanan lemak jangan lebih dari 30 % dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari.

3) Karbohidrat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diabetes mellitus makin meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang memicu cara hidup kebarat baratan yaitu dengan meningkatnya refined carbohydrate terutama dikota besar, karbohidrat jenis itu terdapat pada bakeri seperti cake, roti halus cepat sekali diserap dan akan meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan diet tinggi karbohidrat dan tinggi serat kadar kolesterol dan trigliserida akan menjadi baik.

4) Pemanis

Makanan yang manis dan bahan tidak seluruhnya dari gula pasir atau gula buah yang sederhana, kombinasinya dengan protein, lemak dan karbohidrat dapat memperlambat penyerapan gula sederhan

5) Serat

Menurut ADA pasien diabetes mellitus untuk konsumsi seratnya 30 40 gr/hari dan serat pada diabetes mellitus lebih banyak berasal dari sayur sayuran yang mengandung lebih banyak serat tak larut dibanding serat yang berasal dari buah buahan.

6) Olah raga

Manfaat olah raga bagi diabetes adalah penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi. Keadaan keadaan ini dapat mengurangi resiko penyakit jantung koroner ( PJK ) dan meningkatkan kualitas hidup diabetesi serta memberikan keuntungan secara psikologis ( Ilyas, 1996 ).

Menurut Chaveau dan Kaufman ( 1989 ) dikutip oleh Ilyas ( 1996 ) olah raga pada diabetesi dapat menyebabkan terjadinya peningkatan glukosa oleh otot yang aktif, sehingga secara langsung olah raga dapat menyebabkan penurunan kadar glukosa darah. Dan hasil penelitian Allen bahwa olah raga aerobik yang teratur akan mengurangi kebutuhan insulin sebesar 30 50 % pada diabetes melitus tipe 1 yang terkontrol dengan baik. Pada diabetes mellitus tipe 2 yang dikombinasikan dengan penurunan berat badan akan mengurangi kebutuhan insulin hingga 100 %. Prinsip olah raga pada diabetesi sama saja dengan prinsip olah raga secara umum yaitu frekuensi, time ( durasi ) dan tipe ( jenis ).

7) Obat antidiabetika oral

Menurut Tjokprawiro ( 2002 ) ada 3 obat anti diabetes yang ada di Indonesia yaitu :

1. Tipe 1 ( Short Acting )

Jenis ini memiliki paruh waktu sekitar 4 jam, daya kerjanya cepat, diberikan 1 3 kali sehari ( pagi siang sore ). Yang termasuk kelompok ini adalah restinon, orinase, nadisan, dymelors.

1. Tipe 2 ( Intermediate Acting )

Memilih paruh waktu antara 5 8 jam, diberikan 1 2 kali sehari ( pagi dan siang jangan pagi dan sore ) apabila diberikan cukup sekali sehari, berikanlah pada pagi hari saja. Termasuk golongan ini adalah golongan glibenclamid ( euglukon, daonil ), golongan gliclazide ( diamicron ), golongan gliquidone ( glurenorm ) dan golongan glipizide ( minidiab ).

1. Tipe 3

Mempunyai paruh waktu antara 24 36 jam, diberikan sekali saja setiap pagi jangan diberikan dalam dosis terbaru.

B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

aTahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, contohnya menyebutkan cara untuk menjalankan terapi diit pada penderita diabetes mellitus.

bMemahami (Comperehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari, contohnya dapat menjelaskan mengapa harus menjalankan terapi diit.

cAplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

dAnalisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

eSintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

fEvaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tingkatan diatas.

Menurut Nasution (1993) pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

1. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah menerima hal hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal hal baru tersebut.

1. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas.

1. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkatan pengetahuan seseorang karena informasi informasi baru akan disaring kira kira susuai atau tidak dengan budaya yang dianut.

1. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan pendidikan yang lebih tinggi pengalamannya akan lebih luas dan umur yang semakin banyak pengalamannya juga akan semakin banyak.

1. Sosial ekonomi

Tingkat seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Pengetahuan tentang diabetes mellitus

pengetahuan diabetes mellitus merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai pengertian diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus, terapi diit diabetes mellitus dan pemeriksaan diabetes mellitus.

3. Pengetahuan tentang diet diabetes mellitus

Pengetahuan diit diabetes mellitus merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh penderita diabetes mellitus mengenai diit diabetes mellitus yang meliputi kebutuhan kalori, daftar bahan makanan penukar. Pola diit dan olah raga. Dengan penderita mellitus mempunyai pengetahuan diit diabetes mellitus maka akan dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

C. Konsep Kepatuhan

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang setuju terhadap instruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk apapun (Stanley, 2006).

Kepatuhan adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Menurut Safarino (1990) Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Safarino yang mengutip dari Becker (1979) dalam perilaku kepatuhan yang berhubungan dengan kesehatan adalah :

1. Perilaku sehat yaitu tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatanya yaitu pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, olah raga dan pengaturan makan. Hal ini diharapkan pada pasien diabetes mellitus dituntut untuk mematuhi peraturan dalam memeliharakesehatannya agar tidak terjadi komplikasi yang berkelanjutan.

2. Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya, termasuk juga kemampuan individu untuk mengidentifikasi sakit, penyebab penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut. Apabila pasien diabetes mellitus mengetahui cara perilaku sakit, maka pasien dapat melakukan tindakan sesuai dengan penyakitnya, serta mengetahui keadaan dalam diri pasien sendiri.

3. Perilaku peranan sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Faktor utama yang mempengaruhi perilaku yaitu persepsi individu tentang penyakitnya, faktor intensitas gejala, motivasi untuk menghilangkan gejala dan faktor sosial psikologis yang mempengaruhi respon sakit. Menurut Kelman ada tiga cara perubahan perilaku, yaitu faktor terpaksa, karena ingin meniru (identification), karena menghayati manfaatnya (internalization). Hal iniperlu dilakukan pada pasien diabetes mellitus agar tercapai kesembuhan salah satunya dengan kepatuhan dalam menjalankan terapi diit selama sakit dan setelah sembuh agar terjaga kesehatannya.

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip dari Lewin, perubahan perilaku melalui tiga tahap yaitu pencairan, proses bergerak dan pembekuan kembali. Pada tahap pencairan, individu menyadari adanya masalah dan alternative penyelesaian masalah dan individu mempunyai motivasi yang kuat untuk beranjak pada tahap bergerak yaitu bergerak menuju tahap baru karena telah cukup mempunyai informasi serta data.

Pada tahap ini akan terjadi perubahan perilaku dimana faktor pendorong lebih kuat dari pada faktor penguat. Pada tahap pembekuan kembali akan terjadi perilaku baru dan keseimbangan. Pada tahap ini perlu adanya penguatan. Menurut Notoatmodjo ( 2003 ) yang mengutip dari Lewin perilaku kepatuhan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan pasien yang rendah tentang pengobatan dapat menimbulkan kesadaran yang rendah yang akan berdampak dan berpengaruh pada pasien dalam mengikuti cara pengobatan, kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut. Upaya pendidikan kesehatan pada pasien diabetes mellitus akan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya, menurut Redhead ( 1993 ) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien diabetes mellitus merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan kemampuan pengelolaan penyakit diabetes mellitus.

1. Sikap adalah reaksi tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek.

1. Ciri ciri individu meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi.

1. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan.

Sikap pasien diabetes mellitus tehadap penyakit yang dideritanya akan meningkat cukup berarti setelah pemberian intervensi pendidikan kesehatan yang berpengaruh pada program untuk menjalankan terapi diit. Pasien diabetes mellitus pada saat berinteraksi dengan orang lain selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku terhadap dirinya ( Anwar, 2002 ). Pandangan dan perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh ingatannya pada masa lalu, tentang apa yang diketahui dan kesannya terhadap apa yang sedang dihadapi saat ini. Pengalaman seseorang pada masa lalu membawa sikap dan perilaku terbuka dan tertutup terhadap dorongan diri orang lain (Nurjanah, 2001).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diit, kebiasaan hidup sehat dan ketepatanberobat. Sarwono menyatakan bahwa sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa kerelaan untuk memberikan tindakan dan sering menghindar, hukuman jika pasien tidak patuh. Kepatuhan pasien diabetes mellitus dalam melaksanakan program pengobatan dapat ditingkatkan dengan mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasehat, aturan pengobatan yang ditetapkan, mengikuti jadwal pemeriksaan dan rekomendasi hasil penyelidikan ( Murphy, 1997 ).

Perilaku kepatuhan adalah perilaku yang harus dilakukan seorang pasien untuk melaksanakan cara pengobatan atau nasehat yang ditentukan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit diabetes mellitus yang dideritanya. Terbentuknya perilaku kepatuhan ditentukan pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai nilai yang dimiliki pasien diabetes mellitus serta ketersediaan atau keterjangkauan fasilitas kesehatan dan dorongan dari petugas atau dari keluarga pasien.

Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kepatuhan penderita diabetes Mellitus merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus untuk melaksanakan terapi terapi diit diabetes mellitus yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan yang dapat memperbaiki keadaan sesuai dengan penyakit yang dideritanya antara lain dengan penendalian asupan nutrisi / diit dan berolahraga secara teratur.

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HH

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konseptual

(PengetahuanKepatuhan) (Diet Pada Pasien Diabetes Melitus)

B. Defenisi Operasional

No

Variabel

Devinisi

Kriteria Objektif

Alat Ukur

Skala Ukur

1

Pengetahuan

Jawaban responden atau segala sesuatu yang di ketahui responden tentang Diet apa saja yang di berikan pada pasien diabetes melitus yang meliputi kebutuhan kalori, daftar bahan makanan penukar, Pola diet dan olah raga.

Baik skor 7- 10

Buruk skor < 7

Kuesioner

Ordinal

2

Kepatuhan

Suatu tindakan dari pasien diabetes melitus dalam mengikuti semua aturan diet yang telah di tentukan.

Patuh skor 21

Tidak Patuh skor < 21

Kuesioner

Ordinal

Lampiran

KUESIONER PENGETAHUAN

I. IDENTITAS RESPONDEN

Nama :..

Jenis Kelamin : L/P

Alamat :.

Umur :.

Pendidikan terakhir :

(Mohon di isi dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.)

1. Apakah bapak/ibu tahu tujuan dari diet DM ?

a) Menjaga kondisi kesehatan

b) Menjaga berat badan ideal dan mengkontrol kadar gula darah tetap normal

c) Tidak tahu

2. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang 3J pada diet DM ?

a) Mengkonsumsi makanan seimbang

b) Jenis, jadwal, dan jumlah makanan yang tepat

c) Tidak tahu

3. Menurut bapak/ibu zat gizi apa saja yang perlu di perhatikan pada diet DM ?

a) Sumber karbohidrat, protein dan lemak.

b) Sumber lemak

c) Tidak tahu

4. Menurut bapak/ibu makanan yang salah bisa menyebabkan penyakit DM ?

a) Makanan manis seperti coklat

b) Makanan rendah kalori seperti ubi rebus

c) Tidak tahu

5. Menurut bapak/ibu jumlah makan penderita DM adalah ?

a) Proporsi yang banyak dan tidak seimbang

b) Memenuhi proporsi menu makan yang seimbang

c) Tidak tahu

6. Menurut bapak/ibu teh manis bisa menyebabkan ?

a) Meningkatnya kadar gula darah

b) Menurunnya kadar gula darah

c) Tidak tahu

7. Menurut bapak/ibu bagaimana cara untuk mengontrol kadar gula darah ?

a) Pergi ke dukun

b) Pergi ke doter

c) Minum racun tikus

8. Menurut bapak/ibu minum kopi panas campur gula 2 sendok dapat ?

a) Meningkatkan kadar glukosa dalam darah

b) Menurunkan kadar glukosa dalam darah

c) Tidak tahu

9. Apakah yang harus bapak/ibu lakukan saat di vonis terkena penyakit DM ?

a) Menjaga pola makan

b) Makan sesuai porsi yang di inginkan

c) Tidak tahu

11. Bagaimana mencegah agar tidak terkena penyakit DM ?

a) Menjaga kebersihan rumah

b) Menjaga kebersihan diri, pola makan, selalu berolahraga

c) Tidak tahu

(Diisi Oleh Peneliti)

Total Skor

Kunci Jawaban

1. B6. A

2. B7.B

3. A8. A

4. A9. B

5. B 10. B

B. Kuesioner Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Melitus

Petunjuk : Berilah tanda cek list ( ) pada kolom jawaban yang telah tersedia.

No

Pernyataan

SELALU

SERING

JARANG

TIDAK PERNAH

1

Saya makan tepat waktu sesuai jadwal yang sudah di konsultasikan oleh dokter atau petugas kesehatan yang lain.

2

Saya makan makanan yang sesuai anjuran dokter atau petugas kesehatan yang lan.

3

Saya tidak mau mentaati aturan makan penderita DM karena menyusahkan.

4

Saya terlalu sibuk dengan urusa saya sehingga saya makan tidak tepat waktu.

5

Saya setiap hari mengkonsumsi makanan dan minuman yang terasa manis/banyak mengandung gula.

6

Saya setiap hari mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung minyak/tinggi lemak seperti makanan siap saji,gorengan.

7

Setiap hari saya makan lebih dari tiga kali.

8

Saya setiap hari mengkonsumsi makananyang banyak mengandung protein, seperti telur dan daging.

9

Saya setiap hari selalu makan sayur dan buah sesuai dengan anjuran dokter.

10

Saya suka makan-makanan yang asin-asin.

(Diisi Oleh Peneliti)

Total Skor