BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan manusia dibutuhkan keadaan yang seimbang
(homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah
ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi
ginjal terganggu, maka akan timbul ketidakseimbangan yang salah satu
akibatnya akan timbul batu.
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem
perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung
kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih
tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
ginjal.
Insiden terbentuknya batu menurut A. Suwito mendapatkan angka
prevalensi batu saluran kencing 51,9/10.000 penduduk. Pada pria lebih
banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih
sering ditemukan batu ginjal. Terbentuknya batu dapat dipengaruhi oleh
faktor intristik seperti : usia, jenis kelamin, ras, dan oleh faktor ekstristik
seperti: lokasi geografis, pekerjaan, iklim, ekonomi. Puncak insiden terjadi
pada usia 30 – 50 tahun.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin
hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti
maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat,
terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang
pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah
banyak (3 – 4 liter/hari), diet yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang
ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul
keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang
mengalami batu pada kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar
tidak terjadi pembentukan batu yang baru pada kandung kemih.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian batu kandung kemih ?
2. Apa tanda gejala batu kandung kemih ?
3. Apa etiologi batu kandung kemih ?
4. Apa patofisiologi batu kandung kemih ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan batu kandung kemih ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian batu kandung kemih.
2. Untuk mengetahui tanda gejala batu kandung kemih
3. Untuk mengetahui etiologi batu kandung kemih.
4. Untuk mengetahui patofisiologi batu kandung kemih.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan batu kandung
kemih.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
a. Batu kandung kemih adalah adanya batu di traktus urinarius ( ginjal,
ureter, kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal, kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat, magnesium.( Brunner & Suddart )
b. Batu kandung kemih adalah penymbatan saluran kemih.( Smeltzer Bare )
c. Batu kandung kemih adalah batu yang terjebak di vesika urinaria yang
menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, dapat menyebar ke paha,
abdomen dan daerah genitalia. Medikasi yang di ketahui menyebabkan
banyak pada klien mencakup penggunaan antasida, diamox, vit D,
laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria
terutama mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya
dengan zat fosfat oksalat.
d. Batu kandung kemih adalah batu tidak normal di dalam saluran kemih
yang mengandung komponen kristal dan matrik organik pada vesika
urinaria yang sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat / fosfat.
( Hendrawan )
2. Etiologi
a. Faktor Endogen
1) Hyperkalsuria
a) Hyperlaksuria idiopatik ( disebabkan masukan tinggi, natrium,
kalsium, dan protein )
b) Hyperparatiroidisme primer
c) Kelebihan vitamin D dan kalsium
d) Asidosis tubulus ginjal type 1
2) Hyperoksaluria
a) Hyperoksaluria enterik
b) Hyperoksaluria idiopatik ( meningkatnya oksalat, protein )
c) Hyperoksaluria herediter ( type 1 dan 2 )
3
3) Hypersistinuria
Suatu kelainan herediter resesif autosomal di pengangkutan
asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal.
b. Faktor Eksogen
1) Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkam nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukanbatu saluran kemih. Infeksi
bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH urine menjadi alkali.
2) Hyperurikosuria
Karena masukan diet purin berlebih.
3) Hypositraturia
Idiopatik, asidosis tubulus ginjal.
4) Ginjal spongiosa medular
Volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik, batu asam urat
( pH air kemih rendah )
5) Batu sistin
Sistinuria herediter, batu lain seperti matriks, amonium urat, silikat.
6) Stasis dan Obstruksi
Adanya obstruksi dab stasis urine akan mempermudah pembentukan
batu saluran kemih.
7) Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi
daripada daerah lain. Daerah seperti afrika selatan hampir tidak
dijumpai kasus batu kandung kemih.
8) Jenis kelamin
Probabilitas pria cenderung mengalami kejadian 3 x lipat di banding
wanita.
9) Usia
Kejadian banyak pada usia rentang 30 - 50 tahun.
10) Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar substansi dalam urine meningkat.
4
11) Pekerjaan
Kemungkinan terbentuknya batu kandung kemih akan meningkat
pada orang yang duduk daripada orang dengan pekerjaan yang
banyak bergerak.
12) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
13) Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditas batu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih ssering menderita batu saluran
kemih.
3. Manifestasi Klinis
a. Batu pada traktus urinarius
1) Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala
ginjal serta ureter proksimal.
2) Infeksi (pielonefritis dan sistis yang disertai menggigil, demam dan
disuria).
3) Dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit
fungsional ( nefron ) ginjal.
4) Nyeri dan ketidaknyamanan.
b. Batu pada piala ginjal
1) Nyeri dalam dan terus menerus di area kastovertebral.
2) Hematuria dan piuria.
3) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
4) Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat dari refleks renoinstistinal dan
proksimitas anatomis ginjal ke lambung pankreas dan usus besar.
5) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
6) Hematuria akibat aksi abrasi batu.
5
c. Batu pada ureter
1) Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.
2) Rasa ingin berkemih.
3) Hematuri
4) Biasanya batu keluar secaa spontan dengan diameter 0,5 - 1 cm.
d. Batu pada kandung kemih
1) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
2) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi.
4. Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis
urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain
yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung
pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin
yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
makin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada
batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan
akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak
darah dalam urin, sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi
saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan
terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena
dilatasi ginjal.
6
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal
kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi ) :
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan
derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan
penebalan abnormal otot kandung kemih.
g. Vesikolitektomi ( sectioalta ) :
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.
i. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan
urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin,
natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat
diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung
kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
7
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan:
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
c. Mencegah terjadinya gagal ginjal.
d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
e. Operasi dilakukan jika:
1) Sudah terjadi stasis/bendungan.
2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan
bendungan positif harus dilakukan operasi.
Therapi
a. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
b. Allopurinol untuk batu asam urat.
c. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-
kacangngan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.
2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah
raga secara teratur.
7. Komplikasi
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal,
sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih,
kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke
ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.
Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan.
Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
8
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan
ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi
gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma,
nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan
timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria,
poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kami
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu
9
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Usia : paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50
tahun.
Jenis kelamin : banyak ditemukan pada pria dibanding wanita.
Suku/bangsa : banyak di temukan pada bangsa asia dan afrika.
Pekerjaan : orang yang bekerja dengan banyak duduk atau
kurang aktivitas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien dengan batu kandung
kemih adalah nyeri pada kandung kemih dan menjalar ke penis, berat
ringannya tergantung pada lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi
nyeri/kolik renal. Klien juga dapat mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine dengan
merasakan nyeri saat berkemih dan sulit untuk mengeluaran urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah di derita oleh penderita
yang berhubungan dengan batu saluran kemih antara lain infeksi
kemih, hiperparatiroidisme, penyakit inflamasi usus, keadaan –
keadaan yang menyebabkan hiperkalasemia, imobilasi lama dan
dehidrasi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa peyakit atau kelainan yang bersifat heriditer dapat menjadi
penyebab terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan
Renal Tubular Asidosis (RTA), cystinuria, xanthinuria, dan
dehidroxenadeninuria.
(Munver dan Preminger, 2001)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pasien batu kandung kemih yang datang kerumah sakit
dengan keadaan lelah, letih, dan klien tampak gelisah,dimana
kondisi psikologisnya mempengaruhi karena manifestasi klinis
yang ditimbulkan.
2) Tanda-tanda vital
10
N : Tidak temukan takikardi maupun barkikardi pada
pasien batu kandung kemih tetapi pada kondisi
tertentu nadi tidak pada kondisi normal, yaitu jika
adanya reaksi inflamasi/infeksi.
S : Suhu pada Pasien batu kandung kemih dalam
keadaan hipertermi karena ada reaksi inflamasi
dan rasa nyeri hebat yang di rasakan.
TD : Tekanan darah pada pasien batu kandung kemih
tidak mengalami peningkatan melainkan ada
faktor genetik hipertensi yang mencetuskannya.
RR : RR pada pasien batu kandung kemih normal 16-
24x/mnt kecuali jika faktor genetic penyakit
saluran napas (asma) pada pasien.
3) B1 – B6
a) Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung: Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung
(-)
Trachea : Tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles
(-)
Bentuk dada : simetris
MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem
pernafasan pada pasien Batu kandung kemih, melainkan
pasien mempunyai riwayat penyakit pernapasan sebelumya.
b) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (-), palpitasi (-), nyeri
dada (-), kram kaki (-)
Suara jantung: S1/S2 normal/ tidak terdengar suara jantung
tambahan.
MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem
kardiovaskuler pada pasien batu kandung kemih,
melainakan ada faktor pemicu terjadinya gangguan pada
sistem kjardiovaskuler pada pasien.
c) Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
11
MK: Tidak ada masalah keperawatan sistem persarafan
pada pasien batu kandung kemih, melainkan ada faktor
pemicu terjadinya gangguan pada sistem persarafan.
d) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : < 500-1000 ml Frekuensi : > 6
x/hari, menetes
Keluhan : Warna pekat seperti teh, terlihat ada kristal
(berbentu batu) dan berbau khas, nyeri pinggang, sifat
nyeri tumpul (kemeng), terus-menerus, meningkat pada saat
berkemih terutama bila keluar butiran-butiran batu, serta
disertai adanya distensi pada kandung kemih.
MK: Pada sistem perkemihan pasien batu kandung kemih
lebih dirasakan, mulai dari nyeri pada saat berkemih, dan
adanya gangguan eliminasi urine kerena adanya obstruksi
pada saluran kemih dengan adanya batu.
e) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan
baik
Abdomen : Bising usus normal, distensi (-),
nyeri tekan (-)
Rectum : tdk dikaji
BAB : lancar, 1 x/hari
MK: Tidak ada masalah keperawatan pada sistem
pencernaan pasien batu kandung kemih, melainkan adanya
gangguan pencernaan sebelumnya.
f) Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : intolenransi, Parese (-),
paralise (-), hemiparese (-)
Extremitas : tidak ada kelainan.
Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).
Kulit :
(a) Warna kulit : pigmentasi normal
(b) Akral : sangat hangat
(c) Turgor : baik
MK: Pada sistem muskoloskaletal pasien batu kandung
kemih sering mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri
yang dirasakan yang melakukan mobilitas fisik tertentu.
12
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap batu
kandung kemih dan spasme otot polos.
b. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, obstruksi mekanik, dan inflamasi.
c. Retensi urine b.d obstruksi kandung kemih
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria
hasil
Rencana
intervensi
Rasional
1 Nyeri b.d cedera
jaringan sekunder
terhadap batu
kandung kemih dan
spasme otot polos
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan rasa
nyeri
berkurang/hilang
Kriteria hasil
menunjukan nyeri
berkurang sampai
hilang, ekspresi
rileks, skala nyeri
3.
1. Kaji jenis dan
tingkat nyeri
pasien.
Tentukan
apakah
nyerinya
kronis atau
akut. Selain
itu kaji faktor
yang dapat
mengurangi
atau
memperberat
lokasi, dursi,
intensitas dan
karakteristik
nyeri dan
tanda-tanda
gejala
psikologis.
2. Melakukan
observasi
1. Pengkajian
berkelanjutan
membantu
meyakinkan
bahwa
penanganan dapat
memenuhi
kebutuhan pasien
dalam mengurangi
nyeri.
Dokumentasikan
respon pasien
terhadap
pertanyaan anda
dengan bahasanya
sendiri untuk
menghindari
interpretasi
subyektif.
2. Observasi TTV
agar dapat
memantau kondisi
13
TTV menjaga
agar tetap
dalam kondisi
normal.
3. Minta pasien
untuk
mengguanaka
n sebuah skala
1-10 untuk
menjelaskan
tingkat
nyerinya.
4. Berikan obat
yang
dianjurkan
untuk
mengurangi
nyeri,
bergantung
pada
gambaran
nyeri pasien.
Pantau adanya
reaksi yang
tidak
diinginkan
terhadap obat.
5. Atur periode
istirahat tanpa
terganggu.
TTV klien.
3. Untuk
memfasilitasi
pengkajian yang
akurat tentang
tingkat nyeri
pasien.`
4. Untuk
menentukan
keefektifan obat.
5. Tindakan ini
meningkatkan
kesehatan,
kesejahteraan, dan
peningkatan
tingkat energi,
yang penting
untuk
penguranagan
nyeri.
2. Gangguan eliminasi
urin b.d stimulasi
kandung kemih oleh
batu, obstruksi
mekanik, inflamasi
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan klien
berkemih dengan
1. Monitor
pemasukan
dan
pengeluaran
serta
karateristik
1. Memberikan
informasi tentang
fungsi ginjal dan
adanya
komplikasi,
contoh infeksi dan
14
jumlah normal dan
pola biasa/tidak ada
gangguan
Kriteria hasil
jumlah urin
1500ml/jam dan
pola biasa, tidak
ada distensi
kandung kemih dan
edema
urine.
2. Tentukan
pola
berkemih
normal klien
dan tentukan
variasi.
3. Dorong klien
untuk
meningkatkan
pemasukan
cairan
4. Periksa smua
urine, catat
adanya
keluaran batu
dan kirim ke
laboratorium
untuk
dianalisa.
5. Selidiki
keluhan
kandung
kemih penuh :
palpasi untuk
distensi
suprapubik.
6. Kolaborasi
berikan obat
sesuai
indikasi:
alupurenol
(ziloprim),
asetazolamid
(diamox)
pendarahan.
2. Kalkulus dapat
menyebabkan
eksitabilitas saraf
yang
menyebabkan
sensasi kebutuhan
berkemih segera.
3. Peningkatan
hidrasi membilas
bakteri, darah dan
debris dan dapat
membantu
lewatnya batu.
4. Penemuan batu
dapat
meningkatkan
identifikasi tipe
batu dan
mempengaruhi
pilihan terapi
5. Retensi urine
dapat terjadi,
menyebabkan
distensi jaringan
(kandung kemih
atau ginjal) dan
potensial rsiko
infeksi, gagal
ginjal.
6. Meningkatkan pH
urine (alkalinitas),
umtuk
menurunkan batu
asam
15
4. Retensi urine b.d
obstruksi kandung
kemih
Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam
diharapkan klien
dapat
mempertahankan
keseimbangan
cairan adekuat
Kriteria hasil
1. Tidak ada
residu urin
>100-200cc
2. Bebas dari ISK
3. Tidak ada
spasme bladder
4. Balance cairan
seimbang
1. Monitor
intake dan
output
2. Monitor
penggunaan
obat
antikolionergi
k
3. Monitor
derajat
distensi
bladder
4. Instruksikan
pada pasien
dan keluarga
untuk
mencatat
output urine.
1. Membantu
meminimalkan
terjadinya
komplikasi.
2. Membantu
proses
penyembuhan
secara optimal
3. Mengoptimalk
an pemberian
asuhan
keperawatan.
16
BAB III
ANALISA KASUS
Tn. Z ( 45 Thn) mengeluhkan nyeri pinggang, frekuensi BAK meningkat dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat BAK, mual dan muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh Tn.Z : 39oC dan waktu dicek urin berwarna pekat seperti teh, serta teraba distensi kandung kemih.
DS : Tn Z mengeluhkan nyeri pinggang, frekuensi BAK meningkat
dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat
BAK, mual dan muntah.
DO : Suhu Px 39oC dan waktu dicek urine berwarna pekat seperti teh,
dan palpasi ditemukan distensi pada daerah kandung kemih pasien.
Kesimpulan : Sehingga dari data subyektif dan data obyektif di atas dapat
di tarik dioagnosa medis “Batu Kandung Kemih”,karena manifestai
klinis dari terjadinya Batu Kandung Kemih adalah frekuensi,
disuria, urine berarna pekat seperti teh, hipertermi (peningkatan
suhu tubuh) dan palpasi pada punggung bagian bawah
menimbulkan nyeri tekan pada pasien serta adanya distensi pada
kandung kemih.
Diagnosa Medis : Batu Kandung kemih
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. Z
Umur : 45 Thn
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan rasa nyeri pada pinggang
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien saat di perikasa mengatakan nyeri pinggang, frekuensi BAK
meningkat dengan urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat
BAK, mual dan muntah. Setelah dilakukan pemeriksaan suhu tubuh 39oC
17
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelum masuk ke RS pernah merasa nyeri hebat pada pinggang nya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien pernah mengidap Batu Kandung Kemih.
6. Pola Aktivitas Sehari – hari
a. Pola Istirahat
Sebelum sakit pasien tidur selama 6-8 jam perhari
Setelah sakit pasien tidur selama 4-5 jam perhari karena terganggu rasa
nyeri pada punggung.
b. Pola Makan Minum
Sebelum sakit pasien makan MB 3x sehari dan minum air rata – rata 1 ltr
perhari.
Setelah di perikasa Pasien sulit makan karena mual dan muntah. Diet
TKTP
Pasein minum sekitar 1/2 ltr per hari
c. Pola Eliminasi
Sebelum px di bawa ke rs px merasa bak nya normal dan tidak terasa
sakit.
Setelah di bawa ke rs dan di periksa frekuensi BAK meningkat dengan
urine yang masih menetes setelah berkemih, sakit saat BAK
d. Pola Personal Hygiene
Saat di periksa kondisi pasien terlihat kurang bersih.
e. Pola Aktivitas lain
Saat di periksa dir s px merasa tidak bebas bergerak karena sakit nyeri
bergerak
f. Pola Psikososial
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga : aktif
18
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
g. Pola Spiritual
1) Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
2) Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah
3) Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
4) Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama yang diharapkan saat ini: ibadah
5) Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak
ada
6) Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam
menghadapi situasi sakit saat ini: Ya
7) Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya
8) Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan
7. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum
Riwayat Sebelum Sakit : tidak ada.
Penyakit berat yang penah diderita : tidak ada
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : tidak ada
Kebiasaan berobat : pukesmas
Alergi : -
Kebiasaan merokok/alkohol : merokok
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama MRS :Nyeri pinggang
Keluhan utama saat ini :Nyeri pinggang
Riwayat keluhan utama : Nyeri pinggang telah dialami klien
sejak kira-kira 3 tahun yang lalu
dan belun pernah MRS dan belum
pernah menjalani operasi dan
disertai nyeri pada saat berkemih.
Mual (+), muntah (+).serta teraba
distensi kandung kemih.
19
b. Tanda-tanda Vital
S : 39 0C (axilla)
N : 88 x/mnt, teratur, lemah.
TD : 180/90 mmH, lengan kiri, berbaring
RR : 22 x/mnt, normal
HR : 84 x/mnt, teratur
TB : 160 cm
BB : 60 kg.
c. Body Systems:
1) Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung (-)
Trachea : Tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris
2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (+), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram
kaki (-)
Suara jantung: S1/S2 normal/murni
Edema: tungkai (+)
3) Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
Nervus Cranial : Tidak ada kelainan
4) Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : ± 500-1000 ml Frekuensi : > 6 x/hari, menetes
Warna : pekat seperti teh Bau : biasa
Keluhan : nyeri pinggang, sifat nyeri tumpul (kemeng), terus-
menerus, meningkat pada saat berkemih terutama bila
20
keluar butiran-butiran batu .waktu dicek urin berwarna
pekat seperti teh, serta teraba distensi kandung kemih.
5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan baik
Abdomen : Bising usus normal, distensi (-), nyeri tekan (-)
Rectum : tdk dikaji
BAB : lancar, 1 x/hari
Diet : TKTP
6). Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas, Parese (-), paralise (-),
hemiparese (-)
Extremitas : tidak ada kelainan.
Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).
Kulit :
- Warna kulit : pigmentasi normal
- Akral : sangat hangat
- Turgor : baik
7). Sistem Endokrin
Terapi hormon: --
Karakteristik sex sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan
8). Sistem Reproduksi
Terapi hormon: --
Karakteristik sex sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan
21
22
23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu kandung kemih merupakan penyakit dengan terbentuknya batu pada
kandung kemih, penyuluhan sangat penting kaitannya mengenai pencegahan
terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4
liter/hari), diet yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas
yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran
kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada
kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadi pembentukan
batu yang baru pada kandung kemih.
B. Saran
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan
dengan semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik dan
maksimal.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. ( tanpa tahun ). Nic Noc Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis. Jakarta : EGC
Margatan Arcole. (1995). Kencing Batu Dapat Memicu Gagal Ginjal. Solo : CV
Aneka
Smeltzer, Suzanne dan Brenda G Bare. ( tanpa tahun ). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Taylor dan Cella Spark. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan. Jakarta : EGC
25
Top Related