Download - BAB I PENDAHULUAN - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/70648/3/BAB I.pdf · Sejarah munculnya manusia purba Jawa, keelokan variasi alam serta keanekaragaman budaya dan juga adat masyarakat

Transcript

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Geografi pada dasarnya mempelajari tentang bumi beserta isinya dan

hubungan antar keduanya. Ilmu geografi mempunyai unsur-unsur dasar, yakni

menjelaskan tentang unsur letak, luas, bentuk, batas, dan persebaran. Hal ini

merupakan penekanan kajian geografi yang didasarkan pada pendekatan

keruangan yang mempunyai kaitan erat dengan persebaran dari suatu objek.

Geografi Pariwisata merupakan salah satu cabang ilmu dari geografi yang

menitikberatkan pada bidang ilmu terapan yang berusaha mengkaji unsur-unsur

geografi suatu daerah untuk kepentingan kepariwisataan. Unsur geografi suatu

daerah memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda dan dapat

dikembangkan untuk usaha industri pariwisata. Mempelajari ilmu geografi

pariwisata tidak akan lepas dari faktor geografi yang meliputi faktor fisik dan non

fisik. Faktor fisik merupakan unsur iklim, tanah, geologi, hidrologi, vegetasi, dan

topografi. Adapun faktor non fisik meliputi unsur ekonomi, sosial, dan budaya

(Sujali, 1989).

Pariwisata telah menjadi tren kehidupan manusia modern, karena aktivitas

manusia ini memiliki dimensi yang luas, tidak sekedar memenuhi kebutuhan

untuk bersenang-senang untuk menikmati perjalanan, namun aktivitas ini banyak

menimbulkan aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya. Pariwisata memiliki dampak

yang luas membangun dalam pembangunan ekonomi, sosial dan budaya, kegiatan

pendidikan, kegiatan agama, olahraga, kegiatan ilmiah, bahkan telah menjadi

disiplin ilmu tersendiri. Pariwisata menjadi program pribadi ketika merencanakan

melakukan perjalanan untuk menikmati perjalanan ke suatu wilayah destinasi,

serta menjadi program pemerintah daerah dan pemerintah pusat atau badan swasta

untuk dilakukan pengelolaan dan mengorganisasikannya sehingga dapat memetik

nilai ekonomi maupun nilai budaya dari kegiatannya itu (Arjana, 2015). Industri

pariwisata harus mampu menyediakan, mengolah, mengembangkan serta

2

mempromosikan kepada orang lain bahan yang dimilikinya, sehingga produk

industri dapat terbeli oleh orang lain (Sujali, 1989). Sektor pariwisata memegang

peran yang cukup penting di Indonesia untuk menunjang ekonomi daerah bahkan

negara. Sektor pariwisata juga merupakan salah satu penghasil devisa untuk

negara.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menggalakkan

program pembangunan disektor pariwisata dan memiliki potensi besar untuk

mendukung roda perekonomian negara. Pembangunan pariwisata di Indonesia

tertuang jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969,

pada khusunya Bab II Pasal 3 yang berbunyi “Usaha-usaha pengembangan

pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan Industri Pariwisata dan

merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta

kesejahteraan masyarakat dan negara” (Yoeti, 1996). Melalui Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Indonesia mempromosikan diri sebagai tujuan

wisata untuk wisatawan asing salah satunya dengan mengikuti berbagai ajang

pariwisata internasional, sehingga banyak penghargaan yang didapatkan dengan

kampanyenya yaitu "Wonderful Indonesia". Berbagai lokasi wisata di Indonesia

dengan keankeragaman kebudayaan, tradisi dan adat istiadat dari penduduk

setempat, benda – benda bersejarah, tarian dan upacara tradisional masyarakat

setempat menjadi nilai tambah untuk wisatawan asing maupun lokal untuk

berkunjung ke obyek wisata tertentu. Dalam perkembangan pariwisata di

Indonesia yang lebih maju maka otomatis akan mampu mendorong pertumbuhan

UKM di sekitar. Perkembangan pariwisata di Indonesia sudah semakin meningkat

dari tiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut

Tabel 1.1. Jumlah Wisatawan Mancanegara tahun 2012 -2016

No. Tahun Jumlah Wisatawan

1 2012 8.044.462

2 2013 8.802.129

3 2014 9.435.411

4 2015 10.230.775

5 2016 11.519.275

Sumber: Bps.go.id dalam Penulis, 2018

3

Dapat dilihat dari dari tabel 1.1 dengan begitu antusiasnya wisatawan

mancanegara yang banyak berkunjung ke Indonesia untuk berwisata. Oleh karena

itu banyak yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi-potensi obyek

wisata tersebut melalui suatu langkah-langkah terarah dan terpadu dalam

mengembangkan obyek-obyek wisata dengan maksud untuk mempengaruhi

pikiran dan minat agar datang ke daerah objek wisata, sehingga mendatangkan

devisa yang cukup besar bagi daerah yang dikunjungi wisatawan maupun bagi

negara. Diperlukan pembangunan pariwisata yang pada hakikatnya bertujuan

untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek wisata tersebut semaksimal

mungkin, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan berkunjung ke

objek wisata tersebut.

Pulau Jawa dikenal oleh banyak orang selain karena kekayaan alamnya,

tanahnya yang subur di mana rangkaian gunung berapi melintasinya, garis pantai

yang cukup panjang, dan juga karena kekayaan budaya yang dipunyai

beranekaragam tiap masing-masing daerah. Jawa Tengah yang terletak tepat di

tengah pulau Jawa merupakan tempat strategis untuk dikunjungi wisatawan.

Sejarah munculnya manusia purba Jawa, keelokan variasi alam serta

keanekaragaman budaya dan juga adat masyarakat jawa semuanya terekam di

Jawa Tengah. Budaya dan adat masyarakat jawa khususnya Jawa Tengah yang

selalu “trimo ing pandum” menjadikan Jawa Tengah sebagai tempat yang aman

dan damai untuk dikunjungi. Potensi obyek wisata di masing-masing wilayah

Jawa Tengah sangatlah bervariasi, itu disebabkan karena letak wilayah tersebut

yang berbeda mulai dari daerah dataran rendah hingga dataran tinggi

menyebabkan obyek wisata yang begitu variatif. Salah satu wilayah di Jawa

Tengah yang memiliki obyek wisata yang variatif adalah Kabupaten Batang.

Kabupaten Batang terletak pada 6° 51’ 46” sampai 7° 11’ 47” Lintang

Selatan dan antara 109° 40’ 19” sampai 110° 03’ 06” Bujur Timur di pantai utara

Jawa Tengah dan berada pada jalur utama yang menghubungkan Jakarta-

Surabaya. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura

memberikan kemudahan untuk menuju Kabupaten Batang. Batas-batas

4

wilayahnya sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Kendal, sebelah

selatan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, sebelah barat Kota

dan Kabupaten Pekalongan. Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan

kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan. Kabupaten

Batang memiliki beragam variasi pilihan obyek wisata mulai dari wisata alam,

religi, maupun wisata buatan manusia dengan mayoritas obyek wisata alam yang

lebih banyak.

Adapun daftar objek wisata alam yang di kelola oleh Dinas Pariwisata

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Batang diantaranya adalah Pantai Sigandu,

Pantai Ujungnegoro, Pantai Celong, Pantai Jodo, dan Pemandian Air Hangat

Sangubanyu. Tabel 1.2 secara lengkap mendeskripsikan potensi hingga letak

masing-masing obyek wisata alam dalam koordinat.

5

Tabel 1.2 Deskripsi Objek Wisata Alam

No Nama Koordinat Deskripsi

1. Pantai Sigandu Loc. : S = 06.88173 ˚

E = 109.75296 ˚

Elevation : 4 m

N : 3,89 km

Pantai Sigandu terletak sekitar 2 km sebelah utara Kota Batang.

Pantai dengan butiran pasir dan panorama yang indah. Pantai

yang memungkinkan melihat sunrise (matahari terbit) dan

sunset (matahari terbenam) dari garis horison. Disekitar pantai

terdapat cafe yang menyajikan makanan hasil laut (sea food)

yang diolah menjadi beberapa menu makanan sehingga

menggugah selera para pengunjung sambil menikmati

pemandangan pantai Sigandu.

2. Pantai

Ujungnegoro

Loc. : S = 06.89175˚

E = 109.79782 ˚

Elevation = 2 m

NE = 6,4 km

Pantai Ujungnegoro terletak di desa Ujungnegoro Kecamatan

Kandeman sekitar 14 km arah timur laut dari Kota Batang.

Berbentuk teluk dikelilingi bukit-bukit dengan pemandangan

yang indah. Pantau Ujungnegoro merupakan salah satunya

pantai-pantai bertebing di pantai utara jawa.

3. Pantai Celong Loc. : S = 06.91225 ˚

E = 109.92675 ˚

Elevation : 6 m

E : 19,62 km

Pantai Celong terletak di Desa Mangunsari, Kecamatan

Banyuputih. Pantai ini memiliki karakteristik pantai dengan

karang dan bebatuan disepanjang pantai.

6

4. Pantai Jodo Loc. : S = 06.55192 ˚

E = 109.59533 ˚

Elevation : 2 m

E : 28,6 km

Pantai jodo ini berada di Desa Sidorejo, Kecamatan

Gringsing, Kabupaten Batang, Hamparan pasir pantai yang

halus berwarna coklat cerah akan menambah kesan cantik

pantai jodo ini, selain itu banyaknya pohon-pohon cemara

yang tumbuh dipinggir pantai akan membuat nyaman

suasana saat berkunjung kesini. disisi lain pantai jodo ada

sebuah rel kereta api yang membentang persis berada di

dekat bibir pantai.

5. Sangubanyu Loc. : S = 07.03571 ˚

E = 109.80276 ˚

Elevation : 721 m

SE : 31,07 km

Pemandian air hangat Sangubanyu terletak di dukuh

pesanggrahan, Desa Sangubanyu, Kecamatan Bawang. Mata

air hangat muncul dari celah batu dekat sungai dengan kadar

belerang yang cukup tinggi. Terdapat pemandian dalam

ruangan maupun luar ruangan yang dapat dipilih sesuka hati.

Sumber : Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Batang, 2018

7

Berdasarkan informasi pada tabel 1.2 menjelaskan mengenai persebaran

dari tiap-tiap obyek wisata yang ada di Kabupaten Batang. Obyek wisata alam di

Kabupaten Batang tersebar dalam beberapa Kecamatan yang berbeda yaitu

Batang, Kandeman, Banyuputih, Gringsing, dan Bawang. Dapat diketahui bahwa

potensi obyek wisata alam di Kabupaten Batang mayoritas berupa wisata pantai

dan hanya Pemandian Air Panas Sangubanyu yang merupakan obyek wisata alam

bukan pantai di Kabupaten Batang. Berikut ini adalah data jumlah pengunjung

obyek wisata alam di Kabupaten Batang dari tahun 2013 – 2017, dapat dilihat

pada tabel 1.3 berikut.

Tabel 1.3. Jumlah Pengunjung Objek Wisata Alam Tahun 2013 - 2017

No. Nama Obyek

Wisata

Jumlah Pengunjung Total

2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantai

Ujungnegoro 36.793 41.256 60.857 91.279 80.669 310.854

2. Pantai

Sigandu 222.804 174.860 236.156 304.956 273.051 1.211.827

3. Pantai Celong 1.400 3.700 18.100 14.400 37.600

4. Pantai Jodo 3.500 21.200 23.372 23.300 71.372

5. Sangubanyu 11.300 23.000 19.000 15.510 68.810

Jumlah 259.597 232.316 344.913 456.707 406.930 1.700.463

Sumber : Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Batang, 2018

Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke

obyek wisata alam dari tahun 2013 – 2017 sangat bervariatif, seluruh obyek

wisata mengalami kenaikan maupun penuruan jumlah wisatawan tidak menentu.

Tabel 1.4 berikut data jumlah pengunjung obyek wisata alam di Kabupaten

Batang pada tahun 2017.

8

Tabel 1.4. Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Alam tahun 2017

Bulan

Obyek Wisata

Total Pantai

Sigandu

Pantai

Ujungnegoro

Pantai

Celong

Pantai

Jodo Sangubanyu

Januari 20.715 11.994 2.500 5.000 500 40.709

Februari 15.285 4.780 600 20.665

Maret 21.514 4.881 700 2.500 2.000 31.595

April 22.842 4.445 900 1.000 29.187

Mei 26.632 6.221 1.000 33.853

Juni 9.612 1.304 1.900 1.200 14.016

Juli 58.700 24.000 2.400 2.300 3.500 90.900

Agustus 16.700 2.659 2.500 3.000 1.000 25.859

September 18.600 4.100 800 1.000 1.000 25.500

Oktober 20.000 5.200 500 1.500 900 28.100

November 16.100 4.200 1.500 21.800

Desember 26.351 6.885 2.200 3.700 5.610 44.746

Jumlah 273.051 80.669 14.400 23.300 15.510 406.930

Sumber : Dinas Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Batang, 2018

Data statistik pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa terjadi penurunan

maupun kenaikan jumlah wisatawan pada tahun 2017 disetiap obyek wisata alam.

Jumlah kunjungan wisatawan paling sedikit terjadi pada bulan Juni dan paling

banyak terjadi pada bulan Juli. Hal tersebut berkaitan bahwa pada bulan Juli

bertepatan pada hari libur sekolah dan hari raya idul fitri yang memiliki libur

cukup panjang. Obyek wisata alam yang sering dikunjungi oleh wisatawan adalah

Pantai Sigandu dengan sangat mendominasi jumlah kunjungan wisatawan

dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh dari pusat kota menyebabkan

masyarakat memilih Pantai Sigandu untuk berwisata. Obyek wisata alam selain

Pantai Sigandu memliki jumlah kunjungan wisatawan jauh dibawah Pantai

Sigandu, mungkin karena beberapa faktor seperti aksesibiltas menuju obyek

wisata tersebut, fasilitas prasarana dan sarana penunjang obyek wisata, serta

kondisi obyek wisata.

9

Pengembangan potensi obyek wisata alam agar mampu menjadi obyek

wisata yang unggul dan menarik tentunya diperlukan adanya daya tarik dari

wisata tersebut agar mampu menarik wisatawan yang ingin berkunjung. Tentunya

diperlukan strategi pengembangan yang bagus dan sesuai dengan arah dan

prioritas pengembangan obyek wisata alam yang ada di setiap daerah tujuan

wisata. Dari uraian di atas bahwa peneliti ingin mengetahui bagaimana potensi

masing-masing obyek wisata alam, faktor pendorong dan penghambat dominan

yang mempengaruhi perkembangan obyek wisata, serta strategi pengembangan

yang tepat untuk masing-masing obyek wisata alam. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka peneliti memutuskan melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Potensi Obyek Wisata Alam di Kabupaten Batang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasakan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. bagaimana tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Batang,

2. faktor dominan yang menjadi pendorong dan penghambat pengembangan

masing-masing objek wisata alam di Kabupaten Batang, dan

3. bagaimana strategi pengembangan objek wisata alam di Kabupaten

Batang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. menganalisis tingkat potensi objek wisata alam di Kabupaten Batang,

2. menganalisis faktor dominan pendorong dan penghambat pengembangan

masing-masing objek wisata alam di Kabupaten Batang, dan

3. menyusun strategi pengembangan yang dilakukan untuk pengembangan

objek wisata alam di Kabupaten Batang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan ini antara lain:

1. bagi penulis, menerapkan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan

menambah wawasan yang berhubungan dengan hasil penelitian,

10

2. bagi pemerintah, dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemerintah

Kabupaten Batang mengembangkan obyek wisata yang telah diteliti,

3. bagi masyarakat, sebagai tambahan pengetahuan tentang pariwisata di

kabupaten Batang dan untuk meningkatkan kepedulian terhadap obyek

wisata disekitar masyarakat, dan

4. bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya

terutama dalam sektor perkembangan pariwisata.

1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1.5.1 Telaah Pustaka

a. Geografi

1. Pengertian Geografi

Berdasarkan hasil Seminar Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran

Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi, yaitu

“Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena

geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks

keruangan” (Suharyono dan Moch Amien, 1994). Geografi adalah disiplin

ilmu yang berorientasi kepada masalah-masalah (problem oriented) dalam

rangka interaksi antara manusia dengan lingkungan (Bintarto dan Surastopo

Hadi S, 1982). Menurut Nursid Sumaatmadja (1981), geografi sebagai suatu

kajian studi (unified geography) melihat suatu komponen alamiah dan

insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi.

2. Pendekatan Geografi

Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979), menyebutkan ada tiga

pendekatan dalam geografi sebagai berikut,

1) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)

Pendekatan ini mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat- sifat

penting. Dalam analisa keruangan ini yang harus diperhatikan adalah

penyebaran penggunaan ruang yang ada, dan penyediaan ruang yang

akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan.

Dalam analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang

terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Data

11

titik digolongkan menjadi data ketinggian tempat, data sampel batuan,

data sampel tanah dan sebagainya. Data bidang digolongkan menjadi

data luas hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang alang-

alang, dan sebagainya.

2) Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach)

Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan

lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari ekologi

seseorang harus mempelajari organism hidup, seperti manusia, hewan

dan tumbuhan serta lingkungannnya seperti hidrosfer, litosfer, dan

atmosfer. Selain itu organisme hidup dapat pula mengadakan interaksi

dengan organisme hidup yang lain.

Kata ekologi berasal dari kata Yunani eco yang berarti rumah atau

rumah-tangga yang diperuntukan sebagai suatu keluarga yang hidup

bersama dan saling mengadakan interaksi di antara anggota keluarga

tersebut. Manusia merupakan suatu komponen dalam organism hidup

yang penting dalam proses interaksi. Oleh karena itu timbul pengertian

ekologi dimana dipelajari interaksi antar manusia dan antara manusia

dengan lingkungannya.

Jadi dalam pendekatan ekologi ini manusia tidak hanya tertarik

kepada tanggapan dan penyesuaian terhadap lingkungan fisikalnya

tetapi juga tertarik kepada interaksinya dengan manusia lain yaitu ruang

sosialnya.

3) Pendekatan Komplek Wilayah (Regional Complex Approach)

Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut

komplek wilayah. Pada analisa sedemikian ini wilayah wilayah tertentu

didekati atau dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu

suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena

pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain, oleh

karena terdapat permintaan dan penawaran antar wilayah tersebut. Pada

analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena

12

tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antar variabel manusia dan

lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisa ekologi).

3. Konsep Geografi

Geografi sebagai suatu ilmu juga memilki apa yang disebut dengan

konsep geografi. Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994) terdapat 10

konsep geografi, berikut :

1) Konsep lokasi

Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal

pertumbuhan geografi telah menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan

geografi. Secara pokok lokasi dapat dibedakan menjadi dua bagian

yaitu lokasi absolut dan relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang

tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Penentuan lokasi absolut di

muka bumi memakai sistem koordinat garis lintang dan garis bujur.

Sedangkan lokasi relatif adalah lokasi suatu obyek yang nilainya

ditentukan berdasarkan obyek atau obyek lain diluarnya. Konsep lokasi

dalam penelitian ini adalah letak objek wisata yang ada di Kabupaten

Batang.

2) Konsep jarak

Jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi, karena nilai suatu obyek

dapat ditentukan oleh jaraknya terhadap suatu obyek lain. Jarak

merupakan suatu pembatas yang bersifat alami. Seperti halnya lokasi,

jarak juga dibagi menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif.

Jarak absolut adalah jarak dua tempat yang diukur berdasarkan garis

lurus diudara dengan memperhatikan skala peta. Sedangkan jarak relatif

disebut juga dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu

perjalanan yang dibutuhkan maupun satuan biaya angkut yang

diperlukan. Disebut relatif karena tidak tetap. Kemajuan teknologi

dapat mempengaruhi jarak tempuh maupun biaya angkutan antara dua

tempat. Dalam Penelitian di wilayah Kabupaten Batang ini berkaitan

dengan jarak lokasi objek wisata untuk dijangkau.

13

3) Konsep keterjangkauan

Konsep keterjangkauan selain dikaitkan dengan konsep jarak juga

dikaitkan dengan kondisi medan. Yakni ada tidaknya sarana angkutan

dan akomodasi yang dipakai. Keterjangkauan yang rendah akan

berpengaruh terhadap sulitnya pencapaian kemajuan dan

mengembangkan pariwisata. Kemajuan suatu wilayah sekitar objek

wisata di Kabupaten Batang ditentukan pula oleh keterjangkauan lokasi

tersebut terhadap pengunjung atau wisatawan

4) Konsep pola

Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran

fenomena dalam ruang muka bumi baik fenomena yang bersifat alami

(aliran sungai, persebaran, vegetasi, jenis tanah, curah hujan) atau

fenomena sosial budaya yaitu permukiman, persebaran penduduk,

pendapatan, mata pencaharian, tempat tinggal, dan sebagainya.

5) Konsep morfologi

Morfologi menggambarkan perwujudan antara daratan muka bumi

sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara geologis)

yang lainnya disertai erosi dan sedimentasi sehingga ada yang

berbentuk pulau-pulau daratan luas yang berpegunungan dengan

lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan dataran aluvialnya.

Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang berkaitan dengan erosi

dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air serta

jenis vegetasi yang dominan.

6) Konsep aglomerasi

Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat

mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan

menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun adanya

faktor-faktor umum yang menguntungkan. Pola aglomerasi penduduk

dibedakan menjadi tiga yaitu pola mengelompok, pola tersebar secara

acak atau tidak teratur, dan pola tersebar teratur.

14

7) Konsep nilai kegunaan

Konsep nilai kegunaan atau fenomena-fenomena atau sumber-

sumber di muka bumi bersifat relatif tidak sama bagi semua orang atau

golongan penduduk tertentu.

8) Konsep interaksi (interdependensi)

Interaksi atau interdependensi merupakan peristiwa saling

mempengaruhi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal

ini terjadi karena setiap tempat mampu mengembangkan potensi

sumber-sumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa

yang ada di tempat lain. Oleh karena itu terjadi interkasi atau

interdependensi antara tempat satu dengan tempat yang lain.

9) Konsep differensi area

Differensi area merupakan perwujudan unsur-unsur atau fenomena

lingkungan baik yang bersifat alami atau kehidupan. Integrasi setiap

fenomena menjadikan satu tempat atau wilayah mempunyai corak

tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah

yang lain.

10) Konsep keterkaitan keruangan

Konsep ini menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatu

fenomena dengan fenomena yang lain di suatu tempat atau ruang, baik

yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun kehidupan

sosial.

b. Pariwisata

Istilah Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku

kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar,

sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim

dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris (Oka. A Yoeti, 1982). Pariwisata

merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan kenikmatan atau

kepuasan (Sujali, 1989). Gamal Suwantoro (1997) menyebutkan bahwa istilah

pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai

suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya

15

karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.

Institut of Tourism in Britain (1976) dalam Kusumayadi dan Endar Sugiarto

(2000), mendefinisikan pariwisata sebagai kunjungan orang-orang untuk

sementara dalam jangka pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal

dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di

tempat tempat tujuan tersebut.

1) Bentuk Pariwisata

Nyoman S. Pendit (2002) menyebutkan bahwa bentuk pariwisata

dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut

akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut

jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk

pariwisata tersebut dijelaskan di bawah ini:

a) Menurut asal wisatawan

Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari

dalam negeri berarti sang wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam

lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.

b) Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang

asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap

neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini

disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar

negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar

negerinya, disebut pariwisata pasif.

c) Menurut jangka waktu

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara

diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara

yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka

pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada

ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur

pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.

16

d) Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang,

apakah sang wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbulah

istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

e) Menurut alat angkut yang dipergunakan

Dilihat dari segi penggunaan yang dipergunakan oleh sang wisatawan,

maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut,

pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang

wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil

2) Jenis Pariwisata

Spillane (1991), menyebutkan bahwa jenis pariwisata dibagi menjadi

enam anatara lain:

a) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk

memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan

sarafnya, untuk melihat sesuatu yang, untuk menikmati keindahan alam, dan

lain-lain.

b) Pariwisata untuk rekreasi

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendakai

pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat untuk memulihkan

kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan dan kelelahannya.

c) Pariwisata untuk kebudayaan (Cultur Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan

untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-

istiadat, cara hidup rakyat, dan lain-lain.

d) Pariwisata untuk olah raga (Sport Tourism)

(1) Big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti

olimpiade game, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain.

17

(2) Sporting tourism of the practitioners, yaitu pariwisata olah raga bagi

mereka yang ingin berlatih dan mempratikan sendiri, seperti pendakian

gunung, rafting, berburu, dan lain-lain.

e) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism)

Jenis pariwisata ini seperti industri pariwisata, tetapi juga mencakup

semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan

menarik orang-orang luar profesi ini.

f) Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)

Peranan jenis wisata ini makin lama makin penting. Konfensi dan

pertemuan bentuk ini sering dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan peserta

yang biasanya tinggal di beberapa kota atau negara penyelenggara.

3) Wisatawan

Berdasarkan tata bahasa Inggris istilah kata pariwisata sama

dengan “tourism” dan pelaku perjalanan pariwisata adalah menjadi

“tourist” dan “excurtionist”. Menurut rumusan International Union of

Official Travel Organizations (IUOTO) pada tahun 1963 (Gamal

Suwantoro, 1997: ), yang dimaksud dengan tourist dan excurtionist

sebagai berikut :

a) Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit

tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dengan tujuan

perjalanan.

(1) Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan dan olah raga.

(2) Hubungan dagang, sanak saudara, konferensi, misi, dan sebagainya.

b) Pelancong (excurtionists) adalah pengunjung sementara yang tinggal

kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong

dengan kapal pesiar). Instruksi Presiden RI Nomor 19 Tahun 1969

Wisatawan (tourist) adalah setiap orang yang bepergian dari tempat

tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan

dan kunjungan itu (Heru Pramono, 2012). Menurut World Tourism

Organization (WTO) dan International Union of Official Travel

18

Organization (IUOTO) dalam Kusumayadi dan Endar Sugiarto (2000),

yang dimaksud dengan wisatawan adalah setiap pengunjung yang tinggal

paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di tempat

yang dikunjunginya.

4) Industri Pariwisata

Pembangunan di bidang kepariwisataan merupakan salah satu

terobosan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan negara, jika bidang

atau sektor kepariwisataan akan disejajarkan kedudukannya dengan

sektor-sektor lain dalam meningkatkan pendapatan negara, maka

kepariwisataan pantas kalau diangkat menjadi sebuah indutri, sehingga

disebut industri pariwisata (Sujali, 1989). Industri pariwisata adalah

kumpulan dari macaam-macam perusahaan yang secara bersama-sama

menghasilkan barang dan jasa-jasa (goods and servises) yang dibutuhkan

wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya selama dalam

perjalanannya (Oka. A Yoeti, 1982). Aspek-aspek yang tercakup dalam

industri pariwisata menurut Kusmayadi dan Endar Sugiarto, (2000):

a) Restoran, di bidang restoran dapat diarahkan pada kualitas makanan,

baik dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya.

b) Penginapan, yang terdiri atas hotel, resor, wisma-wisma.

c) Pelayananan perjalanan, meliputi biro perjalanan, paket perjalanan,

perusahaan incentive travel dan reception service.

d) Transportasi, dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisatawan

seperti mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal dan sepeda.

e) Pengembangan DTW, dapat berupa kelayakan kawasan wisata.

f) Fasilitas rekreasi, dapat berupa pemanfaatan taman-taman.

g) Atraksi wisata, dapat berupa kegiatan seni budaya.

5) Hal-hal Yang Terkait Dengan Pariwisata

a) Atraksi Wisata (obyek wisata)

Atraksi adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang

untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka. A Yoeti, 1982).

19

b) Daerah Tujuan Wisata

Gamal Suwantoro (1997), menyebutkan unsur pokok yang harus

mendapat perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah

tujuan yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan meliputi lima unsur :

(1) Objek dan daya tarik wisata

(2) Prasarana wisata

(3) Sarana wisata

(4) Tata laksana/infrastruktur

(5) Masyarakat/lingkungan

c) Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan perusahaan-perusahaan yang

memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak

langsung (Oka A. Yoeti, 1982), sedangkan menurut Gamal Suwantoro

(1997), Sarana wisata adalah kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Gamal Suwantoro (1997) membagi sarana wisata

menjadi tiga yaitu :

(1) Sarana pokok pariwisata (Main Tourism Superstructures)

Sarana pokok pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan

kehdupannya tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan

perjalanan pariwisata. Misalnya ; travel agent, tour operator, perusahaan

angkutan wisata, hotel, restoran, objek wisata/atraksi wisata.

(2) Sarana pelengkap pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures)

Sarana pelengkap pariwisata adalah perusahaan atau tempat-tempat

yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya

melengkapi sarana pokok pariwisata, tetapi juga yang penting adalah

membuat agar wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah

tujuan wisata (DTW).

20

(3) Sarana penunjang pariwisata (Supporting Tourism Superstructures)

Sarana penunjang pariwisata adalah perusahaan yang menunjang

sarana pelengkap dan sarana pokok berfungsi tidak hanya membuat

wisatawan tinggal lebih lama pada daerah tujuan wisata. Fungsi lebih

penting adalah agar wisatawan baik domestik maupun mancanegara lebih

banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang

dikunjunginya, misanya kios-kios.

d) Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan

proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga

dapat mempermudah kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya

(Oka A. Yoeti, 1982). Menurut Gamal Suwantoro (1997), prasarana wisata

adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak

dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan

pariwisata, seperti jalan, listrik, air, rumah sakit, telekomunikasi, terminal,

jembatan, dan lain sebagainya.

e) Masyarakat/Lingkungan

(1) Masyarakat

Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut

kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan layanan

yang diperlukan oleh para wisatawan. Masyarakat di sekitar objek wisata

perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan

oleh para wisatawan (Gamal Suwantoro, 1997).

(2) Lingkungan

Masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar

objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan

tercemar. Jumlah manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat

mengakibatkan rusaknya ekosistem dari fauna dan flora di sekitar objek

wisata. Oleh sebab itu perlu ada upaya menjaga kelestarian lingkungan

melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan

suatu objek wisata (Gamal Suwantoro, 1997).

21

(3) Budaya

Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek

wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga

kelangsungan hidup masyarakat (Gamal Suwantoro, 1997).

c. Geografi Pariwisata

Geografi pariwisata adalah geografi yang berhubungan erat dengan

pariwisata. Kegiatan pariwisata yang banyak sekali seginya di mana semua

kegiatan tersebut dapat disebut dengan industri pariwisata, seperti perhotelan,

restoran, toko cenderamata, transportasi, biro jasa, tempat-tempat hiburan,

objek wisata, atraksi budaya dan sebagainya. Segi-segi geografi umum yang

dikaji dalam pariwisata antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat

istiadat, laut dan sebagainya (Gamal Suwantoro, 1997). Heru Pramono

(2012), menyebutkan bahwa geografi pariwisata adalah studi terapan dari

konsep-konsep, teori-teori, dan pendekatan geografi terhadap aspek-aspek

pariwisata pada wilayah permukaan bumi. Menurut Pearce dalam Heru

Pramono (2012) Ada enam wilayah topik yang menyusun komponen geografi

pariwisata:

1) Pola keruangan penawaran (spatial patterns of supply)

2) Pola keruangan permintaan (spatial patterns of demand)

3) Geografi tempat-tempat wisata (the geography of resort)

4) Geografi dan aliran wisatawan (tourist movement and flows)

5) Dampak priwisata (the impact of tourism)

6) Model-model keruangan pariwisata (models tourism space)

Sujali (1989: 5), menyebutkan bahwa geografi pariwisata sesuai

dengan bidang atau lingkupnya, sasaran atau objek adalah objek wisata,

sehingga pembahasannya ditekankan pada masalah bentuk, jenis, persebaran

dan juga termasuk wisatawannya sendiri sebagai konsumen dari objek wisata.

d. Potensi Pariwisata

Potensi wisata merupakan segala hal dan kejadian yang diatur dan

disediakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata

baik berupa suasana, kejadian, benda, maupun jasa (Nyoman S. Pendit,

22

1994). Potensi wisata juga dapat berupa sumberdaya alam yang beraneka

ragam dari aspek fisik dan hayati, serta kekayaan budaya manusia yang dapat

dikembangakan untuk pariwisata. Sumberdaya pariwisata diartikan sebagai

unsur-unsur lingkungan alam atau yang telah diubah oleh manusia yang dapat

memenuhi keinginan wisatawan (Chafid Fandeli, 2001).

e. Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata mendasarkan pada sifat, kemampuan,

fungsi, ruang jangkauan pemasaran yang akan dicapai. Jangkauan dapat

bersifat lokal, regional, nasional, dan bahkan bersifat internasional (Sujali,

1989). Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan

wisata, baik wisata lokal, regional atau ruang lingkup suatu negara sangat erat

kaitannya dengan pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut.

Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non

ekonomis. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan

wisata salah satu motivasinya adalah untuk menyaksikan dan melihat

keindahan alam dan termasuk di dalamnya cagar alam, kebun raya, tempat

bersejarah dan candi-candi. Alasan ketiga pengembangan pariwisata untuk

menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian, terutama

bagi masyarakat di objek kepariwisataan itu dibangun (Oka A. Yoeti, 2008:

77-78).

Tujuan pengembangan pariwisata adalah guna memperoleh nilai nilai

ekonomi positif dimana pariwisata dapat sebagai katalisator dalam

pembangunan ekonomi pada beberapa sektor. Mengembangkan setiap sektor

pembangunan, pariwisata tidak terkecuali perlu kiranya diperkirakan situasi

yang terjadi di tahun yang akan datang. Ini penting mengingat perencanaan

membutuhkan suatu tindak lanjut, baik yang berupa pekerjaan fisik maupun

penanganan yang bersifat sosial ekonomi. Peranan pemerintah dalam

mengembangkan pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan

infrastruktur tidak hanya dalam bentuk fisik, memperluas berbagai bentuk

fasilitaas, kegiatan koordinasi antara aparatur pemerintah dengan pihak

swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri (Spillane, 1985). Gamal

23

Suwantoro (1997) menyebutkan bahwa pengembangan pariwisata yang

dilakukan oleh pemerintah harus memperhatikan beberapa hal berikut

a. Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata

1) Promosi

Promosi pada hakekatnya merupakan pelaksanaan upaya

pemasaran. Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan

terpadu, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2) Aksesbilitas

Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung

pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas

sektoral.

a. Kawasan Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan

untuk :

1) Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan

pariwisata.

2) Memperbesar dampak positif pembangunan.

3) Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.

b. Wisata Bahari

Wisata bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang

sangat potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki

keunggulan komparatif yang sangat tinggi terhadap wisata sejenis luar

negeri.

c. Produk Wisata

Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi

dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.

d. Sumber Daya Manusia

Sumber daya mnusia merupakan salah satu modal dalam

pengembangan pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki

keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa

pelayanan pariwisata.

24

e. Kampanye Nasional Sadar Wisata

Kampanye nasional sadar wisata pada hakikatnya adalah upaya

memasyarakatkan sapta pesona yang turut menegakkan disiplin

nasional dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisatan.

f. Faktor Pendorong dan Penghambat Obyek Wisata

1. Faktor Pendorong

Faktor Pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendukung atau

menumbuhkan suatu kegiatan, usaha dan produksi (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, online). Faktor penarik atau pendorong suatu produk pariwisata

(tourism supply side) yang biasanya berwujud sistem destinasi pariwisata

akan terdiri atau menawarkan paling tidak beberapa komponen pokok

sebagai berikut (Sunaryo, 2013)

a. Daya tarik wisata yang bisa berbasis utama pada alam, budaya, atau

minat khusus.

b. Akomodasi atau amenitas, aksesibilitas dan transportasi (udara, darat,

dan laut).

c. Fasilitas umum.

d. Fasilitas pendukung pariwisata.

e. Masyarakat sebagai tuan rumah (host) dari suatu destinasi.

Menurut Spilane, (1987) dalam Subagyo, (2012) faktor pendorong

pengembangan pariwisata indonesia yaitu:

a. Berkurangnya peranan minyak bumi sebagai sumber devisa negara jika

dibanding dengan waktu lain.

b. Merosotnya nilai ekspor pada sektor non migas.

c. Adanya kecenderungan peningkatan pariwisata secara konsisten.

d. Besarnya potensi yang dimiliki bangsa Indonesia bagi pengembangan

pariwisata.

2. Faktor Penghambat

Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya

faktor-faktor penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan

25

kurangnya daya tarik obyek wisata yang ada ialah belum dikelolanya

dengan baik oleh pihak pemerintah yang berwenang dan belum tertatanya

dengan baik aspek prasarana dan sarana yang sebenarnya dapat dijadikan

daya dukung untuk pengembangan obyek wisata di daerah ini. Keterbatasan

sarana dan prasarana serta pengelolaan terhadap potensi wisata masih belum

optimal maupun maksimal. Hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya

alokasi anggaran dana yang diperuntukkan bagi pengembangan sektor

pariwisata.

26

1.5.2 Penelitian Sebelumnya

Margiani Herawati (2003) dalam penelitiannya berjudul “Analisis

Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata di Kawasan Wisata Baturaden

Kabupaten Banyumas” yang bertujuan untuk mengetahui potensi-potensi

yang berada di kawasan wisata baturaden dan mengetahui pengembangan

objek wisata di kawasan baturaden. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder dan data primer (observasi lapangan). Hasil dari

penelitian ini objek wisata alam dibagi menjadi 3 klasifikasi yaitu: objek

dengan klasifikasi potensi tinggi adalah Lokawisata Baturaden, klasifikasi

potensi sedang adalah Pancuran Telu, Pancuran Pitu, dan Goa Sarabadak, dan

klasifikasi potensi rendah adalah Telaga Sunyi dan memiliki prioritas potensi

pengembangan yaitu: Lokawisata Baturaden, Pancuran Telu, Pancuran Pitu,

Goa Sarabadak, dan Telaga Sunyi.

M. Arifin (2006) dengan penelitian berjudul “Analisis Perkembangan

Pariwisata Budaya di Kota Surakarta Tahun 1998 – 2003 yang bertujuan

untuk mengetahui perkembangan fasilitas fisik dan fasilitas sosial pada

pariwisata budaya di Kota Surakarta, mengetahui faktor apa saja yang

menyebabkan terjadinya penurunan jumlah pengunjung ke obyek wisata di

Kota Surakarta, dan mengetahui kondisi eksternal dan internal tiap obyek

wisata di Kota Surakarta. Metode yang digunakan yaitu Analisis data

sekunder dengan observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini adalah

perkembangan fasilitas fisik dan sosial disekitar obyek wisata di Kota

Surakarta bervariasi dari tahun 1998 – 2003 secara kuantitasnya, dan faktor

eksternal dan internal yang berpengaruh dalam perkembangan obyek wisata

antara lain: kualitas penyajian (daya tarik), lokasi obyek wisata yang

berpengaruh dengan persebaran fasilitas fisik dan sosialnya.

Roni Rokhani (2013) dengan penelitian berjudul “Potensi dan

Pengembangan Pariwisata di Kota Surakarta” yang bertujuan mengetahui

potensi internal dan eksternal obyek wisata di Kota Surakarta, mengetahui

prioritas pengembangan obyek wisata di Kota Surakarta, dan mengetahui arah

27

pengembangan obyek wisata di Kota Surakarta. Metode yang digunakan

dalam penelitian adalah Data Primer dan Sekunder. Hasil dari penelitian ini

semua obyek memiliki potensi internal sedang, diperoleh dua kategori

klasifikasi potensi eksternal yaitu sedang (THR Sriwedari) dan tinggi (TSTJ),

prioritas pengembangan pertama adalah TSTJ, kedua adalah THR Srwedari,

dan terakhir adalah Keraton Surakarta Hadiningrat, dan pengembangan

dilakukan dengan memaksimalkan sarana dan prasarana, menjaga kebersihan

obyek, menambah atraksi atau wahana baru, dan perbaikan kualitas obyek

serta dilakukan kerjasama dengan fasilitas/obyek pendukung disekitarnya

kecuali TSTJ. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut.

28

Tabel 1.5 Ringkasan Penelitian Sebelumnya

Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

Margiani Herawati

(2003)

Analisis Potensi

dan Pengembangan

Objek Wisata di

Kawasan Wisata

Baturaden

Kabupaten

Banyumas

1) Mengetahui potensi-

potensi yang berada di

kawasan wisata baturaden

2) Mengetahui

pengembangan objek

wisata di kawasan

baturaden

Data primer dan

sekunder

(observasi

lapangan)

1) Objek wisata alam terbagi menjadi 3 klasifikasi

yaitu objek dengan klasifikasi potensi tinggi

adalah lokawisata baturaden, potensi sedang

adalah pancuran telu, pancuran pitu, dan goa

sarabadak, dan potensi rendah adalah telaga sunyi

2) Potensi pengembangan objek wisata alam di

kawasan baturaden kabupaten banyumas

memiliki prioritas pengembangan, yaitu:

Lokawisata Baturaden, Pancuran Telu, Pancuran

Pitu, Goa Sarabadak, dan Telaga Sunyi.

M. Arifin 2006 Analisis

Perkembangan

Pariwisata Budaya

di Kota Surakarta

Tahun 1998 - 2003

1. Mengetahui perkembangan

fasilitas fisik dan fasilitas

sosial pada pariwisata

budaya di Kota Surakarta

2. Mengetahui faktor apa saja

yang menyebabkan

terjadinya penurunan

jumlah pengunjung ke

Analisis data

sekunder

dengan

observasi

lapangan

1. Perkembangan fasilitas fisik dan sosial disekitar

obyek wisata di Kota Surakarta bervariasi dari

tahun 1998 – 2003 secara kuantitasnya.

2. Faktor eksternal dan internal yang berpengaruh

dalam perkembangan obyek wisata antara lain:

kualitas penyajian (daya tarik), lokasi obyek

wisata yang berpengaruh dengan persebaran

fasilitas fisik dan sosialnya.

29

obyek wisata di Kota

Surakarta.

3. Mengetahui kondisi

eksterenal dan internal tiap

obyek wisata di Kota

Surakrta.

Roni Rokhani

(2013)

Potensi dan

Pengembangan

Pariwisata di Kota

Surakarta

1) Mengetahui klarifikasi

potensi internal dan

eksternal obyek wisata di

Kota Surakarta

2) Mengetahui prioritas

pengembangan obyek

wisata di Kota Surakarta,

dan

3) Mengetahui arah

pengembangan obyek

wisata di Kota Surakarta

Data Primer dan

Sekunder

1) Semua obyek memiliki potensi internal sedang,

diperoleh dua kategori klasifikasi potensi

eksternal yaitu sedang (THR Sriwedari) dan

tinggi (TSTJ).

2) Prioritas pengembangan pertama adalah TSTJ,

kedua adalah THR Srwedari, dan terakhir adalah

Keraton Surakarta Hadiningrat.

3) Pengembangan dilakukan dengan

memaksimalkan sarana dan prasarana, menjaga

kebersihan obyek, menambah atraksi atau

wahana baru, dan perbaikan kualitas obyek serta

dilakukan kerjasama dengan fasilitas/obyek

pendukung disekitarnya kecuali TSTJ.

Sumber : Penulis, 2018

30

1.6 Kerangka Pemikiran

Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang

terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan

sarana, barang dan jasa yang diperlukan, guna melayani kebutuhan

wisatawan. Segala kegiatan dan pengembangan pariwisata yang mencakup

segi – segi yang amat luas dan menyangkut berbagai segi kehidupan dalam

masyarakat mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi, atraksi wisata,

makanan dan minuman, cinderamata, pelayanan, suasana kenyamanan dan

lain – lain. Adapun beberapa stakeholder yang terlibat dalam perkembangan

pariwisata antara lain: masyarakat setempat, dinas pengelolaan pariwisata

setempat, pengelola dilapangan dalam wisata tersebut, serta peneliti yang

berfungsi mengungkap faktor – faktor apa saja yang menghambat obyek

wisata tersebut untuk berkembang.

Obyek wisata di Kabupaten Batang mempunyai potensi untuk

mengalami perkembangan yang lebih baik, oleh karena itu perlu

diklasifikasikan masing – masing obyek wisata untuk melihat tingkat potensi.

Variabel yang digunakan dalam perkembangan pariwisata yaitu dengan

mengetahui klasifikasi tingkat potensi obyek wisata maka akan terlihat mana

yang mempunyai tingkat potensi tinggi, sedang, dan rendah. Dengan

demikian suatu wilayah yang memiliki objek wisata sangat mengandalkan

potensi internal dan eksternal.

Penentuan strategi pengembangannya dapat dilakukan dengan analisis

S-W-O-T ( Strength – Weakness – Opportunities – Threats ) yang

mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Kekuatan (Strength) dan

kelemahan (weakness) sebagai faktor internal, sedangkan Peluang

(Opportunities) dan Ancaman (Threats) sebagai faktor eksternal. Untuk

mengetahui lebih luas tentang objek yang diteliti dibutuhkan informasi dari

hasil observasi, wawancara, dan pengambilan data sekunder terhadap instansi

terkait dan orang-orang yang dianggap mengerti akan hal itu.

31

Untuk mempermudah memahami langkah-langkah dan tahapan

yang akan dilakukan oleh peneliti, maka dapat dilihat kerangka pemikiran

pada gambar 1.1 berikut.

Sumber : Penulis, 2018

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Obyek Wisata Alam Kabupaten Batang

Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tiap

obyek wisata alam di Kabupaten Batang

Analisis S.W.O.T

Strategi Pengembangan Obyek wisata alam

Analisis faktor pendorong dan penghambat

perkembangan obyek wisata alam

32

1.7 Batasan Operasional

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang

digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis

memberi batasan operasional sebagai berikut:

1. Analisis adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan

membuat rekomendasi sehingga dapat diambil tindakan manajemen

yang tepat sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh dalam

pemecahan kasus tersebut (Rangkuti, 2006).

2. Kepariwisataan adalah Keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata yang bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul

sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara

wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,

pemerintah daerah, dan pengusaha.

3. Daya tarik wisata yang disebut objek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan daerah wisata.

4. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya

didaerah tujuan wisata, seperti: jalan, listrik, air, telekomunikasi,

jembatan, dan lain sebagainya.

5. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya.

6. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

perjalana untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi (pleasure),

berbisnis (business), maupun untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

khusus yang lain (special interest).

7. Analisis skoring adalah cara menilai potensi tiap variabel-variabel

objek wisata.

8. Faktor Internal adalah komponen-komponen atau variabel lingkungan

yang berada atau berasal dari dalam objek wisata.

33

9. Faktor eksternal adalah komponen-komponen atau variabel

lingkungan yang berada atau berasal dari objek wisata.

10. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, threats) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu

strategi.