1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membawa
dampak yang positif bagi kemudahan manusia dalam berkomunikasi dan kualitas
sumberdaya manusia karena persebaran informasi yang semakin cepat.
Perkembangan TIK memberikan pengalaman baru dalam berkomunikasi bagi
manusia diseluruh penjuru dunia tanpa batasan jarak dan waktu. Kehadiran TIK
dewasa ini dapat diaplikasikan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana ruang
publik terutama di wilayah perkotaan yang memiliki ruang publik terbatas akibat
dari kebutuhan lahan untuk pengembangan kota.
Kota merupakan sebuah sistem terbuka dimana setiap orang bebas untuk
memasuki dan melakukan kegiatan di perkotaan. Tambahan sarana dan prasarana
yang lebih baik di kota dibandingkan dengan di desa menjadi daya tarik bagi
masyarakat di sekitar kota untuk mengakses kota dan menimbulkan kesulitan bagi
pemerintah kota dalam memantau perkembangan kota. Perencanaan tata ruang
yang sudah ditetapkan dan dijalankan prosedurnya terkadang tidak dapat
mengakomodir adanya fenomena dimana setiap orang menuju kota. Ruang publik
pun semakin terancam keberadaannya dikarenakan adanya kebutuhan lahan yang
meningkat seiring adanya pergerakan (movement) menuju wilayah perkotaan
padahal ruang publik merupakan ruang yang dimanfaatkan warga sebagai sarana
untuk berinteraksi sosial dan kegiatan rekreasi.
Tantangan jaman dengan segala perkembangan teknologi dan perlunya
peningkatan terhadap kualitas sumberdaya manusia yang diwujudkan melalui
pemanfaatan berbagai fasilitas yang ada dalam ruang telah menjadi latar belakang
dicanangkannya kebijakan program Jakarta Smart City oleh pasangan gubernur dan
wakil gubernur Jakarta terpilih untuk periode 2012-2017, Joko Widodo dan Basuki
Purnama. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari www.en.tempo.co (diakses
pada tanggal 6 November 2013 pada pukul 06.00 WIB) diketahui bahwa program
2
Jakarta Smart City oleh pemerintah DKI Jakarta dilakukan dengan menggandeng
PT. Telekomunikasi Tbk (Telkom). Langkah awal dari program ini adalah instalasi
jaringan internet nirkabel pada taman kota di Jakarta yang sampai pada 9 Mei 2013
saja setidaknya telah ada 5 taman kota di Jakarta yang telah dipasang internet
wireless fidelity (Wi-Fi) gratis. Taman kota tersebut adalah Taman Langsat, Taman
Suropati, dan Taman Ayodya di Jakarta Selatan serta Taman Situ Lembang dan
Taman Menteng di Jakarta Pusat.
Keberadaan taman kota di Jakarta yang telah memiliki jaringan internet
melalui Wi-Fi merupakan peningkatan kualitas dari ruang publik sekaligus
mencerminkan perwujudan dari persiapan menuju ruang publik yang berbasis TIK.
Taman sebagai ruang publik diharapkan dapat menjadi tempat bagi warga Kota
Jakarta untuk dapat mengembalikan fungsi ruang publik taman kota sebagai sarana
kegiatan rekreasi dan melakukan interaksi sosial.
1.2. Perumusan Masalah
Adanya program Jakarta Smart City oleh pemerintah provinsi D.K.I. Jakarta
dengan menggandeng PT. Telekomunikasi Tbk (Telkom) dimana salah satu
langkah awalnya adalah memfasilitasi ruang publik taman kota di Jakarta dengan
akses internet melalui jaringan nirkabel (Wi-Fi) memberikan nilai lebih dari fungsi
ruang publik taman kota untuk dinikmati oleh warga Kota Jakarta. Maraknya
pembangunan gedung-gedung tinggi disekitar taman kota dan polusi kendaraan di
sekitar area taman kota menjadi faktor utama dari kurangnya minat masyarakat
untuk menggunakan ruang publik terutama taman kota yang menjadi tidak nyaman
untuk dipergunakan sarana berinteraksi sosial dan kegiatan rekreasi.
Keberadaan taman kota dengan akses internet gratis merupakan salah satu
dari spesifikasi taman kota yang berbasis TIK. Konsep ruang publik taman kota
yang pro terhadap konsep smart city tidak hanya sekedar memiliki jaringan internet
yang dapat diakses oleh masyarakat sekitar saja. Masih ada kebutuhan yang
diperlukan pengguna ruang publik taman kota lainnya agar taman kota sebagai
ruang publik yang sejalan dengan konsep smart city yang dapat dijadikan solusi
3
atas permasalahan pengembangan Kota Jakarta yang kerap menjadi masalah besar
bagi perencanaan Kota Jakarta kedepannya.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut di atas, beberapa pertanyaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ketersediaan bentuk layanan ruang publik taman kota berbasis
teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia?
2. Bagaimanakah pemanfaatan ruang publik taman kota berbasis teknologi
informasi dan komunikasi?
3. Bagaimanakah kebutuhan pengembangan ruang publik taman kota berbasis
teknologi informasi dan komunikasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui ketersediaan layanan ruang publik taman kota berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
2. Mengetahui pemanfaatan ruang publik taman kota berbasis teknologi informasi
dan komunikasi.
3. Mengetahui kebutuhan pengembangan ruang publik taman kota berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun
pemerintah, yaitu :
1. Memberikan informasi tentang pemanfaatan ruang publik taman kota berbasis
TIK yang sesuai dengan konsep smart city.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi
pemerintah provinsi DKI Jakarta dan para ahli perencana kota dalam
mengembangkan konsep kota smart city agar dapat mengembangkan wilayah
atau kota dengan lebih baik lagi, khususnya untuk ruang publik taman kota.
4
1.5. Tinjauan Pustaka
1.5.1. Keterkaitan dengan geografi
Salah satu ciri yang membedakan geografi dengan ilmu-ilmu lain adalah
pendekatan keruangan atau pendekatan spasial. Pendekatan keruangan mempelajari
perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau khas yang membedakan antara
satu ruang dengan yang lainnya. Pendekatan keruangan yang harus diperhatikan
adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang
akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang telah direncanakan. Dalam
pendekatan keruangan maupun analisa keruangan banyak berhubungan dengan
unsur jarak (absolut dan relatif), unsur pola, unsur site dan situation yang erat
hubungannya dengan sifat dan fungsi sebuah wilayah, unsur aksesibilitas yang erat
kaitannya dengan topografi dan teknologi dari suatu wilayah tertentu dan unsur
keterkaitan.
Penyediaan ruang publik taman kota berbasis TIK menggunakan
pendekatan keruangan terutama pada kebutuhan akan pengembangan penyediaan
layanan taman kota untuk perencanaan perwujudan Jakarta Smart City. Taman
Menteng yang letaknya tidak jauh dari kawasan Central Business District (CBD)
Jakarta yang ramai oleh gedung pemerintahan, perkantoran, restoran, penginapan
dan perumahan warga menjadikan taman ini memiliki keterkaitan sebagai akses
yang paling ideal sebagai ruang terbuka hijau dan berperan sebagai penyeimbang
lingkungan dalam kawasan CBD dengan adanya vegetasi yang dirawat secara
berkala oleh petugas taman.
Lebih jauh menurut Ullman (1954), geografi merupakan interaksi antar
ruang. Dengan adanya ruang publik taman kota berbasis TIK untuk konsep Jakarta
Smart City memiliki pengaruh terhadap interaksi antar ruang. Dengan terwujudnya
smart city, akses informasi dan komunikasi memberikan pengaruh terhadap
pergerakan seseorang antar ruang. Penggunaan TIK dapat mengurangi mobilisasi
atau perpindahan seseorang dari suatu lokasi ke lokasi lainnya karena sudah
terhubung dunia virtual yang dinamakan internet. Hal ini dapat mengurangi
penumpukan kemacetan transportasi terutama di Jakarta dalam suatu lokasi yang
dapat menetralisir interaksi antar ruang yang sudah begitu penuh di Jakarta.
5
1.5.2. Keterkaitan dengan pembangunan wilayah
Dalam pembangunan wilayah dikenal perencanaan berjangka yang dibagi
kedalam perencanaan jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (5-7 tahun) dan
jangka panjang (10-25). Penyediaan ruang publik taman kota berbasis TIK dalam
mendukung Jakarta Smart City di Taman Menteng merupakan jenis perencanaan
yang berjangka panjang. Program ini dicanangkan mulai dari akhir tahun 2012
dengan akses Wi-Fi di taman Kota Jakarta sebagai langkah awalnya. Pencanangan
konsep pengembangan kota ini dimaksudkan untuk memberikan kemandirian Kota
Jakarta dalam menangani permasalahan kota yang setiap hari terjadi di Jakarta
dengan menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi.
Penyediaan sarana TIK di taman-taman Kota Jakarta khususnya Taman
Menteng memerlukan adanya kebutuhan pengembangan agar dapat optimal dalam
mendukung Jakarta Smart City. Hal ini dapat dianalisis dengan memperhatikan
ketersediaan dan pemanfaatan layanan TIK yang sudah ada saat ini untuk
kepentingan terwujudnya Jakarta Smart City melalui ruang publik. Dengan
demikian, apabila penggunaan layanan TIK di taman Kota Jakarta sudah optimal
dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemandirian kota oleh warganya
dalam menangani informasi permasalahan perkotaan seperti banjir, macet, polusi
dan sebagainya dengan aktual.
1.6. Keaslian penelitian
Penelitian mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dalam ranah pembangunan wilayah merupakan salah satu fenomena yang
menarik guna mengetahui bagaimana bentuk-bentuk pemanfaatan dan peran TIK
dalam perkembangan suatu wilayah terutama yang saat ini gencar dilakukan di
daerah perkotaan dengan menyasar ruang publik dan RTH sebagai obyek
penempatan fasilitas TIK-nya. Daya tarik fenomena ini dapat dikaji dari berbagai
bidang keilmuan sehingga telah banyak dilakukan penelitian yang mengkaji tema
penelitian serupa sebelumnya baik dari sisi perekonomian, pendidikan maupun
kaitannya dengan pembangunan wilayah.
6
Penelitian oleh Cahyani (2008) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1.
poin nomor 1 menjelaskan bahwa ruang publik berupa RTH dengan kondisi iklim
mikro (suhu, kelembaban, dan indeks kenyamanan) dan kerapatan vegetasi dapat
mendukung fungsi estetika dan sosial pada berbagai cluster ruang terbuka hijau di
Yogyakarta. Faktor penggunaan RTH seperti taman kota di perkotaan besar oleh
masyarakat ditentukan oleh seberapa nyamannya taman tersebut dapat
dipergunakan sebagai tempat kunjungan. Dalam penelitian Penyediaan Ruang
Publik Taman Kota Berbasis TIK Dalam Mendukung Jakarta Smart City di Taman
Menteng, Jakarta Pusat dilakukan beberapa riset pertanyaan mengenai alasan para
pengunjung taman memilih mengunjungi Taman Menteng dibandingkan dengan
taman lainnya di sekitar Taman Menteng serta adakah pengaruh dari penambahan
fungsi taman dengan adanya fasilitas TIK di Taman Menteng bagi para pengunjung
taman?
Perkembangan yang pesat menyebabkan adanya perubahan dalam bidang
perekonomian terutama kegiatan perbankan. Menurut penelitian oleh Rachmawati
(2011) sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1. poin 2 bahdwa dengan adanya
layanan TIK berupa fasilitas Automatic Teller Machine (ATM) dan layanan e-
banking yang dapat diakses secara online, nasabah diberikan banyak keuntungan
berupa pertukaran informasi dengan kecepatan tinggi dan mengurangi mobilitas
nasabah karena tidak perlu secara fisik hadir ke bank untuk melakukan aktivitas
perbankan mereka. Dalam penilitian “Penyediaan Ruang Publik Taman Kota
Berbasis TIK Dalam Mendukung Jakarta Smart City di Taman Menteng, Jakarta
Pusat” peran TIK dalam perekonomian oleh pengunjung taman dikaji melalui
wawancara mengenai seberapa sering penggunaan fasilitas TIK di taman untuk
kegiatan e-shopping, e-banking atau e-payment.
Kajian mengenai bagaimana smart city dapat terlaksana dengan ideal
membutuhkan panduan mengenai konsep smart city yang telah berkembang di
negara-negara lain. Penelitian oleh Thierry van Landegem (2012) sebagaimana
dapat dilihat pada Tabel 1.1. poin 3 bahwa konsep smart city perlu memperhatikan
parameter connectivity, smart, secure, private and resilient, dan energy yang dalam
7
penelitian ini digunakan untuk mengetahui kualitas fasilitas TIK yang telah ada di
Taman Menteng dalam mendukung Jakarta Smart City.
Pengembangan wilayah dengan basis TIK sebelumnya sudah pernah
dilakukan di Yogyakarta oleh penelitian dari Achmad Djunaedi et. al (2012) yang
kemudian mengembangkan model layanan masyarakat berbasis TIK untuk
mendukung Jogja Cyber Province. Hasil dari penelitian sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 1.1 poin 4 menggambarkan bahwa layanan Digital Government Service
(DGS), forum e-government Pempov DIY dan layanan masyarakat lainnya berbasis
TIK lainnya di Yogyakarta kemudian melihat respon masyarakat terhadap adanya
layanan tersebut dan kebutuhan layanan berbasis TIK lainnya. Untuk kebutuhan
penelitian dilakukan adaptasi mengenai penggambaran kondisi macam layanan
berbasis TIK yang tersedia di Taman Menteng, mengidentifikasi respon masyarakat
terhadap adanya layanan TIK di Taman Menteng dan identifikasi terhadap
kebutuhan pengembangan layanan TIK di Taman Menteng untuk mendukung
Jakarta Smart City.
Terapan layanan TIK dalam dunia pendidikan menurut penelitian oleh Sisca
R. Aprilia (2013) mengenai Layanan Konsultan Belajar Siswa (KBS) secara Online
dalam Sistem Pembelajaran Anak di Kota Yogyakarta yang sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 1.1. poin 5 menyatakan bahwa layanan KBS secara online
memberikan manfaat dalam menambah referensi belajar mandiri siswa dengan
biaya seminim mungkin. Adaptasi yang dilakukan dari penelitian tersebut adalah
dalam hal identifikasi terhadap pihak penyedia fasilitas TIK yang terlibat,
pemanfaatannya secara online dan identifikasi kebutuhan pengembangan layanan
yang ditujukan terhadap pihak penyedia layanan.
8
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
No. Judul Penelitian Tahun Nama
Penulis
Tujuan
Penelitian
Analisa Data Hasil Penelitian
1. Kajian Fungsi Ruang
Terbuka Hijau pada
berbagai Cluster
Ruang di Kota
Yogyakarta
2008 Cahyani
Alfiah
c. Mengetahui fungsi
estetika dan fungsi
sosial setiap RTH
pada beberapa
kawasan
Metode survei secara
purposive sampling
serta analisis
deskriptif kuantitatif.
Fungsi estetika dan fungsi sosial
RTH cluster
2. ICT Based Services In
Bank Sector and its
Benefit for Citizen in
Yogyakarta
Municipality,
Indonesia
(Pelayanan Dasar
TIK dan
Keuntungannya bagi
Masyarakat di Kota
2011 Rini
Rachmawati
c. Menunjukkan layanan
dasar TIK di sektor
perbankan, kegunaan
fasilitas ini, dan
keuntungan bagi
masyarakat di Kota
Yogyakarta
Metode pengumpulan
data: wawancara
terstruktur, in-depth
interview.
Metode analisis data:
analisis deskripsi
Faktor penggunaan TIK
bersifat praktis, mudah, bisa
kapan saja, efisisensi waktu,
dan aman.
Banyak warga menggunakan
fasilitas ATM daripada e-
banking. Banyak keuntungan
dari ATM dan e-banking
yaitu sebagai informasi
dengan kecepatan tinggi baru
9
Yogyakarta,
Indonesia)
dan pengembangan teknologi
komunikasi di sektor
perbankan memungkinkan
pengguna untuk melakukan
kegiatan tanpa secara fisik
hadir di bank dan efek jarak
dan waktu pergerakan
berkurang.
3. ICT Infrastructure As
Key Enabler of Smart
Cities
2012 Thierry Van
Landegem
Memberikan parameter
TIK yang diperlukan
untuk mendukung Smart
City
Penelitian ini fokus
pada penyediaan TIK
untuk mendukung
konsep Smart City
pada berbagai elemen
target Smart City.
Smart City yang sarat dengan
penggunaan TIK memerlukan
parameter untuk mendukung
konsep Smart City, diantaranya
connectivity, smart, secure,
private, and resilient and energy
efficient.
4. Pengembangan
Model Layanan
Masyarakat Berbasis
Teknologi Informasi
2012 Achmad
Djunaedi et al.
d. Menggambarkan
macam layanan
masyarakat berbasis
teknologi informasi
1. Pengumpulan
Data dan Analisis
terhadap:
1. Macam layanan masyarakat
berbasis teknologi informasi
dan komunikasi :
10
Dan Komunikasi
Untuk Mendukung
Jogja Cyber Province
dan komunikasi yang
tersedia.
e. Mengidentifikasi
respon masyrakat
terhadap penyediaan
layanan berbasis
teknologi informasi
dan komunikasi.
f. Mengidentifikasi
kebutuhan layanan
berbasis teknologi
informasi dan
komunikasi
Data sekunder:
laporan kegiatan,
hasil penelitian.
Data Primer:
indepth interview,
Focus Group
Disscussion
terhadap penyedia
dan pengguna
layanan
2. Metode
Pemodelan (untuk
mengembangkan
model layanan
berbasis teknologi
informasi dan
komunikasi)
Pengembangan Digital
Government Service (DGS)
Forum E-Government
Pemprov DIY
Layanan Masyarakat
Berbasis TIK Kota
Yogyakarta
2. Respon Masyarakat terhadap
penyediaan layanan berbasis
teknologi informasi dan
komunikasi
Kampung Cyber Kel.
Patehan, Kec. Kraton,
Kota Yogyakarta.
Cyber Village Kelurahan
Suryatmajan, Kec.
11
Danurejan, Kota
Yogyakarta.
Kelurahan
Tegalpanggung
3. Kebutuhan layanan berbasis
teknologi informasi dan
komunikasi
5. Penyediaan dan
Pemanfaatan
Layanan Konsultan
Belajar Siswa secara
Online dalam Sistem
Pembelajaran Anak
di Kota Yogyakarta
2013 Sisca Rizki
Aprilia
1. Mengidentifikasi
penyediaan layanan
KBS Online di Kota
Yogyakarta
2. Mengidentifikasi
pemanfaatan
layanan KBS Online
di Kota Yogyakarta.
Metode pengumpulan
data: wawancara
terstruktur, in-depth
interview.
Metode analisis data:
Analisis deskripsi
1. Penyediaan layanan KBS
Online diselerenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta dan bekerjasama
dengan Bagian Teknologi
Informas dan Telematika
serta Dinas Bangunan
Gedung dan Aset Daerah.
2. Pemanfaatan layanan KBS
tidak hanya secara Online
12
3. Mengidentifikasi
kebutuhan
pengembangan
layanan KBS Online
dari pihak penyedia
dan pemanfaat
layanan tersebut di
Kota Yogyakarta.
tetapi saat ini juga dilayani
secara offline atau datang
langsung ke kantor KBS di
Komplek Taman Pintar.
Pengguna layanan setelah
mengakses layanan ini
merasakan manfaat layanan
tersebut bermanfaat untuk
membantu proses belajar
serta menambah referensi
untuk belajar mandiri dengan
biaya yang dkeluarkan
seminim mungkin.
3. Kebutuhan Pengembangan
dilihat dari pihak penyedia
dan pengguna layanan dalam
hal perbaikan teknis layanan
serta kualitas layanan.
13
6. Penyediaan Ruang
Publik Taman Kota
Berbasis Teknologi
Informasi dan
Komunikasi Dalam
Mendukung Jakarta
Smart City di Taman
Menteng, Jakarta
Pusat
2015 Pembrimen
Saragih
1. Mengetahui
ketersediaan layanan
ruang publik taman
kota berbasis TIK
2. Mengethaui
pemanfaatan ruang
publik taman kota
berbasis TIK
3. Mengetahui
kebutuhan
pengembangan ruang
publik taman kota
berbasis TIK
Metode pengumpulan
data: wawancara
terstruktur, in-depth
interview.
Metode analisis data:
Analisis deskripsi
1. Penyediaan layanan
diselenggarakan oleh
pemerintah dan swasta yang
bertindak sebagai provider
dalam pengadaan fasilitas
TIK di taman Jakarta
2. Pemanfaatan layanan TIK di
Taman Menteng didominasi
oleh kegiatan browsing,
jejaring sosial dan kebutuhan
akan pendidikan dan
pengetahuan
3. Kebutuhan yang diperlukan
Taman Menteng untuk dapat
mendukung Jakarta Smart
City diantaranya adalah: (a)
penambahan titik akses
14
sebanyak 30 titik; (b)
kecepatan dari 31 KB/s
menjadi 100 kB/s; serta (c)
penambahan sensor untuk
dapat mengatur pengaturan
taman dengan mandiri.
15
1.7. Landasan Teori
1.7.1. Pengertian kota
Menurut Inogouchi et al. (2003), kota merupakan tempat aktivitas hidup
manusia baik untuk permukiman, tempat bekerja, pusat pemerintahan, tempat
pelayanan umum, tempat rekreasi dan lain-lain. Dari pengertian tersebut dapat
digambarkan bahwa kota adalah rona kepadatan bangunan, lalu lintas kendaraan
yang sibuk berlalu-lalang, tingkat perpindahan barang yang tinggi dan secara
bersamaan menjadi tempat tingal disertai dengan pelayanan kehidupan.
Adanya sarana dan prasarana kehidupan yang lebih baik di kota telah
menjadi faktor yang menarik perpindahan penduduk dari desa ke kota dimana
masyarakat yang berasal dari desa berharap dapat menikmati peluang hidup yang
lebih baik. Namun dibalik peluang kehidupan agar lebih baik yang ditawarkan oleh
kota muncul masalah sebagai akibat dari kepadatan yang tidak terkendali, baik yang
berkaitan dengan pemerataan penduduk maupun bangunan infrastruktur (Cahyani,
2008).
1.7.2. Pemanfaatan ruang di perkotaan
Menurut Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, yang dimaksud dengan
pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Hal ini memberikan
kemungkinan terdapat perbedaan alokasi pemanfaatan ruang apabila terjadi
pergantian Rencana Tata Ruang dan Wilayah tergantung hasil yang disepakati.
Pemanfaatan ruang di perkotaan dewasa ini memiliki permasalahan
diantaranya adalah adanya konversi lahan terutama lahan yang seharusnya tetap
hijau oleh tanaman dan pepohonan menjadi daerah terbangun untuk mengimbangi
tingginya kebutuhan akibat tekanan penduduk. Perkembangan ruang kota telah
menggejala pembangunan anti ruang, yang mengubah taman atau jalur hijau
menjadi taman beton atau jalur beton. Akibatnya kualitas lingkungan di daerah
perkotaan menjadi menurun, yang berimplikasi secara tidak langsung terhadap
perilaku sosial masyarakat yang cenderung kontraproduktif dan memicu timbulnya
bencana alam lainnya, seperti banjir dan kerawanan sosial (Cahyani, 2008).
Permukiman kumuh banyak terdapat di kawasan yang bukan diperuntukkan bagi
16
tempat tinggal, bahkan di kawasan yang dilindungi (Irwan, 2005). Kebutuhan akan
ruang terbuka merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Hilangnya
ruang terbuka di daerah perkotaan menyebabkan ketidakstabilan psikologis,
emosional dan dimensional, sehingga ruang gerak masyarakat untuk beraktivitas
dan berfikir menjadi sangat terbatas (Budiharjo, 1999).
Kondisi kota yang tidak nyaman merupakan kelemahan perencanaan kota.
Kerancuan tata ruang perkotaan yang seringkali disebabkan oleh tingginya ego-
sektoral para pemegang kewenangan dan sukarnya membentuk keterpaduan dana,
serta kurang jelasnya pihak yang bertanggungjawab dalam proses perubahan lahan
sehingga kota yang berkelanjutan semakin jauh dari kenyataan (Hearuman, 1999
dalam Irwan, 2005).
1.7.3. Ruang publik di perkotaan
Kota layak huni adalah kota yang mampu menyediakan ruang publik yang
layak bagi warga. Ruang publik di perkotaan merupakan tempat bagi warga untuk
berinteraksi sekaligus merupakan ruang untuk berekspresi bagi warga.
Menurut Carmona et al. (2003:111), ruang publik terbagi menjadi beberapa
tipologi antara lain; (1) external public space yang merupakan ruang publik yang
berbentuk ruang luar dan dapat di akses oleh publik seperti taman kota, alun-alun,
jalur pejalan kaki, dan lain sebagainya; (2) internal public space yang merupakan
ruang publik hasil kelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas
tanpa ada batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, rumah sakit dan pusat
pelayanan warga lainnya; (3) external and internal “quasi” public space yang
merupakan fasilitas umum namun biasanya dikelola oleh sektor privat dan memiliki
batasan atau peraturan yang harus dipatuhi warga seperti mall, diskotek, restoran
dan lain sebagainya.
Ruang publik di perkotaan merupakan ruang yang secara tidak langsung
dapat mendorong seseorang untuk menjaga dan mengembangkan kotanya sendiri.
Jakarta sebagai ibu kota belum memiliki ruang publik yang cukup, dari jumlah ideal
ketersediaan ruang publik sekitar 30% Jakarta hanya memiliki ketersediaan sekitar
9% saja yang diperuntukkan sebagai tempat interaksi antarwarga bahkan ruang
17
publik seperti trotoar dan jalur pedestrian pun sudah beralih fungsi menjadi tempat
parkir atau tempat berjualan (Sigit Kusumawijaya, 2013).
1.7.4. Pengertian teknologi informasi dan komunikasi
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan sekumpulan
teknologi dan aplikasinya terkait dengan proses elektronik, penyimpanan dan
pemindahan informasi untuk penggunaan yang bervariasi (Cohen dkk, 2002 dalam
Rachmawati, 2011). Karakteristik dari TIK adalah : (1) sangat dinamis terhadap
perubahan, (2) menurunkan biaya, (3) aplikasi dan penetrasi TIK dalam banyak
bidang terkait dengan profesi dan gaya hidup meningkat secara cepat, dan (4)
diperlukan kualitas keterampilan sumberdaya manusia dalam mengoperasikan TIK.
Beberapa jenis TIK adalah telephone, handphone (mobile phone), faximile,
komputer dan internet. Teknologi informasi dapat meliputi seluruh komponen yang
berbasis informasi, digerakkan oleh komputer, dan komuniasi berkaitan dengan
aktivitas (Knox dan Marston, 2004 dalam Rachmawati, 2011).
Menurut Indrajit (2000), teknologi informasi dan komunikasi adalah
teknologi yang berhubungan dengan pengolahan sumber data menjadi informasi
dan disalurkan dalam batasan ruang dan waktu melalui teknologi alat bantu untuk
memproses/mentransfer data dari satu perangkat ke perangkat lainnya. Teknologi
informasi dan komunikasi memiliki kemampuan untuk mengalami proses
pertukaran data dan informasi seiring dengan inovasi dan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi itu sendiri.
1.7.5. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Menurut Wardianna (2002) dalam Rachmawati (2011), pada era
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, jarak fisik atau jarak geografis
tidak lagi menjadi faktor penghubung antara manusia satu dengan yang lainnya atau
lembaga usaha sekalipun, jagad ini menjadi sebuah dusun semesta atau global
village dimana sering diistilahkan dengan “jarak sudah mati” (distance is dead).
Pemanfaatan TIK semakin mempermudah akses untuk mencapai dan berbagi
sesuatu. Kehadiran sistem e-learning, e-commerce, e-banking, e-government dan
lain sebagainya menghadirkan suatu sistem baru dalam kehidupan manusia yang
18
dapat dimanfaatkan dimana saja dan kapan saja selama terhubung dengan teknologi
informasi dan teknologi komunikasi itu sendiri.
Kehadiran teknologi dan informasi memberikan pengaruh terhadap gaya
hidup dan pola berpikir seseorang. Perkembangan teknologi informasi mengalami
perkembangan yang sangat pesat bagi masyarakat perkotaan dan menjadi gaya
hidup high-technology (Knox dan Marston, 2004 dalam Rachmawati, 2011).
1.7.6. Konsep Jakarta Smart City
Menurut Yusuf (2012), istilah Smart City merupakan istilah yang masih
baru di Indonesia namun sebenarnya sudah banyak di implementasikan di negara-
negara lain. Penggunaan konsep Smart City dalam ‘Jakarta Smart City’ merupakan
usaha nyata dari pemerintah Jakarta untuk mendorong pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dan kualitas hidup yang tinggi, pemanfaatan sumberdaya alam
yang bijak melalui tata kelola pemerintahan yang partisipatif dengan
memperhatikan aspek investasi modal sosial dan manusia, infrastruktur transportasi
serta teknologi. Konsep ini mengarah kepada perencanaan dan pengembangan
wilayah yang menekankan pada peningkatan pemanfaatan media teknologi dan
fasilitas ruang terbuka untuk umum yang dimiliki Kota Jakarta.
Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di
seantero Jakarta dapat dikumpulkan melalui sensor-sensor yang terpasang di setiap
sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai
kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat di akses oleh berbagai jenis
gadget. Melalui gadget-nya, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber
data, mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna
yang lain. Sebagai contoh, penduduk Jakarta dapat memantau kondisi kemacetan
jalan melalui gadget. Mereka mengetahui kecepatan rata-rata yang dapat ditempuh,
melihat gambar, kondisi cuaca, dan sebagainya. Lebih jauh dapat mengetahui lokasi
aksi demo, kriminalitas, ketersediaan tempat parkir dan lainnya. Mereka mendapat
rekomendasi rute alternatif yang lebih baik, bahkan rekomendasi untuk bepergian
dengan moda transportasi lain seperti kereta listrik (KRL). Seluruh informasi
tersebut diperoleh secara aktual, mudah dan nyaman.
19
1.8. Kerangka Pemikiran
Penyediaan layanan ruang publik taman kota berbasis teknologi informasi
dan komunikasi memerlukan kebutuhan pengolahan data antara bentuk penyediaan
layanan dan jenis pemanfaatan layanan yang ada untuk optimalisasi ruang publik
taman kota berbasis TIK dan dapat mendukung program Jakarta Smart City,
sebagaimana disajikan dalam Gambar 1.1. Penyediaan layanan merupakan
tanggung jawab dari pihak penyedia layanan yang dalam hal ini adalah pihak dari
Dinas Pertamanan Jakarta. Layanan disediakan pada awalnya tentunya dengan
rencana jenis aktivitas pemanfaatan yang dapat dilakukan dengan adanya layanan
yang disediakan. Data mengenai jenis penyediaan layanan dan pemanfaatan
layanan menurut persepsi dari penyedia layanan (Dinas Pertamanan Jakarta)
diambil melalui survei instansi ke dinas terkait dan melakukan wawancara
mendalam dengan narasumber yang potensial dalam memahami seluk-beluk
penyediaan setiap fasililtas atau layanan di Taman Menteng.
Di lapangan (Taman Menteng) terkait dengan persiapan taman kota sebagai
ruang publik untuk mendukung Jakarta Smart City, peneliti akan meneliti mengenai
sejauh mana fasilitas atau layanan TIK yang disediakan oleh Dinas Pertamanan
Jakarta agar dapat dipergunakan oleh pengunjung taman dengan optimal.
Optimalisasi penyediaan dan pemanfaatan dari suatu layanan diantaranya dapat
diketahui dengan mengkaji beberapa hal berikut: (a) identifikasi ketersediaan
layanan ruang publik taman kota berbasis TIK di lapangan; (b) identifikasi
pemanfaatan layanan ruang publik taman kota berbasis TIK yang ada; dan (c)
identifikasi kebutuhan pengembangan ruang publik taman kota berbasis TIK.
Identifikasi terhadap ketersediaan layanan ruang publik taman kota berbasis
TIK berkaitan dengan kebenaran data antara penyediaan layanan yang disebutkan
oleh Dinas Pertamanan Jakarta dan fakta ketersediaan layanan tersebut di Taman
Menteng. Melalui observasi lapangan akan di cross-check kebenarannya oleh
peneliti dengan mempertimbangkan unsur: (a) jenis layanan TIK yang tersedia; dan
(b) spesifikasi aktual dari layanan yang disediakan. Hasil identifikasi dari
ketersediaan akan memberikan gambaran mengenai fasilitas apa saja yang sudah
tersedia dan seperti apa kualitas yang diberikan layanan tersebut.
20
Gambar 1.1. Diagram kerangka pemikiran
Identifikasi pemanfaatan ruang publik taman kota berbasis TIK dalam hal
ini mengacu pada jenis aktivitas pemanfaatan layanan TIK oleh pengunjung Taman
Menteng dalam kunjungan mereka. Jenis pemanfaatan yang dilakukan oleh
pengunjung Taman Menteng akan mencerminkan sejauh mana optimalisasi layanan
berbasis TIK di Taman Menteng telah terlaksana menurut persepsi pengunjung.
Identifikasi kebutuhan pengembangan ruang publik taman kota berbasis
TIK merupakan langkah untuk memperoleh informasi mengenai keluhan
penggunaan layanan berbasis TIK di Taman Menteng dan solusi seperti apa yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut berdasarkan persepsi pengunjung.
Identifikasi ini juga berupaya untuk memperoleh saran seputar kebutuhan
pengembangan layanan ruang publik taman kota khususnya di Taman Menteng
agar pemanfaatan layanan berbasis TIK yang sudah tersedia dapat berfungsi dengan
optimal.
Faktor ketersediaan, pemanfaatan dan kebutuhan pengembangan layanan
ruang publik taman kota berbasis TIK baik yang bersumber dari pihak penyedia
layanan dan pihak pengguna layanan akan memberikan informasi mengenai
kebutuhan pengembangan yang diperlukan agar dapat mewujudkan ruang publik
21
seperti Taman Menteng dapat mendukung dengan baik adanya program Jakarta
Smart City ditinjau dari segi layanan TIK-nya dan sarana pendukung lainnya.
Penyediaan layanan yang baik akan memberikan manfaat optimal untuk pihak
pengguna layanan dan pencapaian tujuan pihak penyedia layanan dalam
menyediakan layanan untuk mewujudkan keberhasilan program yang dicanangkan,
dalam hal ini adalah program Jakarta Smart City.
Top Related