1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini, pariwisata merupakan salah satu industri raksasa dunia yang
mendorong pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat (Diktipari.org, 2010 dalam
Prayudi, 2011). Pada tahun 2008, diperkirakan wisatawan di dunia mencapai 920
juta, tetapi karena terjadinya krisis global pada tahun 2009, jumlahnya menurun
4% menjadi 880 juta. Walau terjadi penurunan, industri pariwisata terutama di
Asia Pasifik sudah kembali pulih, sehingga pada 2010 kontribusi pariwisata pada
PDB mencapai 9,2% (US $ 5.5751 Milyar) dengan pertumbuhan 0,5% serta
menciptakan 235,8 juta kesempatan kerja (8,1% dari kesempatan kerja dunia).
Seiring berjalannya waktu, industri pariwisata terus berkembang
mengikuti tren dan selera pasar. Kondisi tersebut memunculkan berbagai produk
dari industri pariwisata, salah satunya MICE. Menurut Muljadi (2009), MICE
merupakan kepanjangan dari meeting, incentive, conference and exhibition.
Menurut Undang-Undang Pariwisata No 10 tahun 2009, diketahui bahwa wisata
MICE merupakan salah satu dari sepuluh usaha jasa pariwisata yang melibatkan
daya tarik wisata, kawasan wisata, jasa transportasi wisata, jasa pramuwisata,
wisata tirta, spa dan penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi,
serta pameran.
2
MICE bermula di negara Amerika pada tahun 1960-an dengan ditandai
semakin meningkatnya kebutuhan orang-orang untuk saling bertemu, berdiskusi,
bertukar pengalaman dan informasi. Sementara di Eropa, pasar wisata MICE
tercipta karena dalam struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terjadi pertambahan
penduduk, urbanisasi, timbulnya usaha–usaha yang berkaitan dengan pariwisata di
kota–kota industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri, pergeseran
penanaman modal dari sektor pertanian ke usaha perantara seperti bank, termasuk
perdagangan internasional.
Daud (2008) menjelaskan bahwa wisata MICE merupakan wisata yang
memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (1) wisatawan MICE merupakan high level
economy, karena memiliki posisi penting dalam organisasi atau asosiasi,
perusahaan, dan pemerintah, (2) wisatawan MICE memiliki lama tinggal (lenght
of stay) yang relatif lebih lama yaitu rata-rata lebih dari empat hari, (3) wisata
MICE dapat menarik sejumlah besar wisatawan yang dalam sekali event, (4)
dampak publikasi penyelenggaraan konggres dan konvensi internasional disebuah
negara mendapatkan liputan media yang sangat luas baik oleh media internasional
maupun nasional, 5) keunggulan lainnya adalah terjadi dampak lebih (multipplier
effect), terhadap usaha lain khususnya usaha kecil dan menengah serta pemasaran
maupun penjualan wisata secara keseluruhan.
Keunggulan wisata MICE sebagai salah satu bisnis pariwisata diperkuat
dengan adanya penelitian mengenai Global Business Spending Outlook 2011-
2015. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa pengeluaran untuk perjalanan
bisnis di seluruh dunia meningkat sebesar 8,4% pada tahun 2010. Berdasarkan
3
GBTA (2013), pengeluaran perjalanan global diperkirakan akan meningkat
sepanjang 2013 mencapai sekitar US$ 1,12 triliun yaitu meningkat sekitar 5,4%
dibandingkan tahun 2012. Pengeluaran untuk perjalanan global pada tahun 2014
hingga tahun 2017 diprediksi akan mengalami peningkatan tiap tahunnya masing-
masing sekitar 8,2%, 7,4%, 7,2% dan 7,1%.
Peningkatan pengeluaran perjalanan bisnis global dapat dilihat dari
peningkatan jumlah total peserta meeting yaitu sekitar 5,52 juta orang pada tahun
2011, meningkat 150.000 peserta dibanding tahun 2010 (ICCA, 2012). Pada
umumnya, peserta MICE adalah anggota asosiasi-asosiasi dan individu-individu
yang memiliki integritas dan kapabilitas dalam pengambilan kebijakan yang
biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas. Berikut jumlah keseluruhan
meeting di dunia pada tahun 2002-2011.
Tabel 1.1 Jumlah Meeting di Dunia Tahun 2002 - 2011
Tahun Jumlah Event (Meeting)
2002 6.155
2003 6.405
2004 7.642
2005 8.121
2006 8.745
2007 9.536
2008 10.149
2009 10.346
2010 10.406
2011 10.070
(Sumber: ICCA, 2012)
Dari Tabel 1 tersebut, tampak bahwa jumlah meeting pada wisata MICE
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah wisata MICE tentunya
4
membawa keuntungan ekonomi karena wisata MICE merupakan bisnis yang
menjanjikan. Wisata MICE mampu meningkatkan penciptaan lapangan kerja
secara global sebesar 20% (UNWTO, 2012). Selain itu, keuntungan ekonomi juga
didapatkan karena wisatawan (peserta) MICE menghabiskan biaya yang lebih
tinggi dibandingkan wisatawan non-MICE. Dengan kata lain, tingkat perputaran
uang dalam bisnis wisata MICE jauh lebih kencang dibandingkan jenis wisata
pada umumnya. Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh Sapta Nirwandar,
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bahwa wisata MICE tidak hanya
menghidupkan hotel, restoran, dan pusat oleh-oleh, tetapi juga menghidupkan
usaha fotokopi, alat tulis, air minum kemasan, cenderamata, dan sebagainya
(Kompas, September 2014).
Di Indonesia, sejak tahun 1980an kegiatan MICE menunjukkan
peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata per
hari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Total pengeluaran tersebut
lebih besar dibandingkan dengan wisatawan yang datang ke Indonesia hanya
untuk berwisata; pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Hal
ini disebabkan karena kebanyakan peserta wisata konvensi (MICE) juga
membawa serta istri, anak atau bahkan temannya sehingga total pengeluaran
peserta selama mengikuti kegiatan konvensi menjadi lebih besar (Pendit, 1999).
5
Gambar 1.1 Perkembangan MICE di Indonesia
(Sumber: www.indonesiatravel.com - MICEA New Paradigm for Tourism)
Hal tersebut dibuktikan juga dengan pernyataan Sapta Nirwandar, Wakil
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kompas September 2014)
bahwa transaksi hasil dari wisata MICE tiga kali lipat dibandingkan wisata biasa.
Sapta Nirwandar mencontohkan bahwa transaksi wisata pada tahun 2013 sebesar
10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 110 triliun; dari jumlah itu, 30 – 40%
dihasilkan dari wisata MICE.
Dengan perkembangan tersebut, Indonesia dapat dikatakan menjadi salah
satu negara tujuan bisnis dan wisata MICE. Hal itu dibuktikan dengan perolehan
data dari Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2008–2010, yang
menyebutkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara untuk MICE mencapai
40.09% sementara untuk wisatawan liburan 53,15% dan wisata lainnya 6,76%.
Jumlah penyelenggaraan MICE berskala internasional di Indonesia kebanyakan
berada di tiga wilayah. Tabel 2 akan menunjukkan persebaran frekuensi kegiatan
MICE berskala internasional di Indonesia.
6
Tabel 1.2 Prosentase Wilayah Sebagai Destinasi Wisata MICE
Berskala Internasional di Indonesia Tahun 2007
No. Destinasi Prosentase
1. Bali 61.3%
2. Jakarta 24.0%
3. Yogyakarta 14.6%
4. Lain-lain 0.1%
Sumber: Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2007-
Passenger Exit Surveys 2007
Prayudi (2011) menjelaskan bahwa kota besar khususnya Bali dan Jakarta
masih menyumbang persentase terbesar dalam mendatangkan tamu yang
menginap dalam kerangka wisata MICE. Walaupun demikian, kota lain yang
sering menjadi destinasi wisata MICE adalah Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari
penghargaan dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berhasil
disandang kota Yogyakarta sebagai “The Most Popular MICE Destination” di
Indonesia pada tahun 2013. Berdasarkan pernyataan Tazbir Abdullah, Kepala
Dinas Pariwisata di Yogyakarta, diketahui bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi kota wisata MICE paling nyaman di Indonesia.
Sebagai “The Most Popular MICE Destination”, dalam setahun tidak
kurang 600 kegiatan MICE digelar di Yogyakarta, baik skala nasional maupun
internasional. Jumlah kunjungan wisata MICE di Yogyakarta juga selalu
mengalami peningkatan pertahunnya. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan bahwa
bahwa jumlah kunjungan wisata MICE di Yogyakarta meningkat hampir 50% dari
tahun 2011 ke 2012.
7
Gambar 1.2 Jumlah Kunjungan MICE di Yogyakarta
Sumber: Data Statistik Kepariwisataan Yogyakarta, 2012
Peningkatan tersebut dibarengi dengan semakin kecilnya presentase antara
wisatawan MICE dan wisatawan holiday. Pada tahun 2011, perbandingannya
adalah 1:2, sementara untuk tahun 2012 perbandingannya hampir mendekati 1:1.
Artinya, jumlah wisatawan yang masuk ke Yogyakarta untuk wisata MICE
hampir sama dengan jumlah wisatawan untuk wisata holiday. Tabel 3 di bawah ini
akan menunjukkan data tersebut.
Tabel 1.3 Persentase Wisatawan MICE, Wisatawan Liburan (holiday)
di Yogyakarta (Tahun 2011-2012)
Jenis Tahun 2011 % Tahun 2012 %
MICE 529.999 32.91% 972.895 41.22%
Holiday 1.078.650 67.09% 1.387.278 58.78%
Total 1.607.649 100.00% 2.360.173 100.00%
Sumber: Data Statistik Kepariwisataan Yogyakarta, 2012
Data dari dinas Pariwisata Provinsi DIY periode Januari-September 2014
menunjukkan bahwa angka kunjungan wisatawan mancanegara tertinggi berasal
dari Belanda (22.374 orang), disusul dengan Jepang (19.269 orang), Malaysia
(14.063 orang), Amerika Serikat (12.256 orang), dan Australia (10.207 orang).
8
Jumlah total kunjungan wisataman mancanegara pada periode tersebut mencapai
187.683 orang. Sementara untuk wisatawan nusantara, pada periode Januari-
September 2014 total kunjungan mencapai 2,21 juta orang.
Pertumbuhan wisata MICE di Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir
juga dapat dilihat dari bertambahnya hotel berbintang ataupun fasilitas untuk
pameran baik di mall maupun gedung-gedung pameran. Terdapat beberapa hotel
dan gedung pameran di Yogyakarta yang menyediakan fasilitas MICE,
diantaranya Hotel Seraton Mustika Yogyakarta, Hotel Hyatt, Melia Purosani,
Quality Hotel Yogyakarta, Royal Ambarukmo Hotel, Hotel Tentrem, Inna
Garuda, Hotel Jayakarta, Novotel, , Hotel Sahid Yogyakarta, Saphir Yogyakarta,
Hotel Santika Jogja, Hotel Phoenix Yogyakarta, Queen of the South, Matahari
Hotel, serta Jogja Expo Center. Banyaknya hotel yang menyedikan fasilitas MICE
menyebabkan jumlah kunjungan wisata MICE meningkat (Guide Book MICE,
2010). Dengan demikian, tidak mengherankan jika Gilberto Mayen (General
Melia Purosani Hotel Yogyakarta) menyatakan bahwa pasar wisata MICE
menjadi penyumbang terbesar occupancy (tingkat hunian) perhotelan.
MICE di Yogyakarta unggul karena didukung kondisi keamanan yang
kondusif, serta pariwisata dan kuliner yang unik. Mengutip pernyataan dari
Kepala Badan Promosi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata DIY, Ir Hero
Darmawanta Hero Darmawanta (Dalam Arrayan, 2015: 90) yang menyatakan
bahwa terdapat beberapa poin yang menjadi faktor pedorong pertumbuhan wisata
MICE di Yogyakarta, yaitu:
9
“Kita punya aksesibilitas yang saat ini mudah dijangkau, ada
kurang lebih 136 landing and take-off, direct flight dari beberapa
negara tetangga serta beberapa kali penerbangan ke kota-kota besar
sepert Jakarta dan Bali setiap harinya. Yang kedua, kita punya
kurang lebih 130 perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswanya
mencapai 270.000 orang. Artinya, akan mudah menjaring masa
ketika akan diadakan kegiatan seminar, lokakarya, simposium, dan
sebagainya. Keuntungan yang lainnya adalah banyaknya
narasumber, komunitas, asosiasi yang juga memudahkan untuk
penyelengggaraan sebuah kegiatan.”
Hal tersebut juga selaras dengan yang disampaikan oleh Tazbir Abdullah
bahwa kondisi sosial DIY yang relatif aman, nyaman dan dukungan transportasi
serta akomodasi yang memadai menjadikan DIY masih menjadi destinasi menarik
bagi para wisatawan (www.kompas.com, Oktober 2013).
Selain itu, banyaknya event yang diselenggarakan di Yogyakarta juga
menjadi salah satu daya tarik wisata MICE di Yogyakarta. Dinas Pariwisata
Provinsi DIY pada tahun 2015 mengelar sekitar 62 event dengan berbagai tema di
Yogyakarta, seperti Jogja Air Show, Jogja Volkswagen Festival 2, standing
committee EATOF, Forum bisnis MICE, Jogja Travel mart, Sendratari Boko,
Jogja Fashion Week, Festival Perkusi, Jogja International Street Performance,
Asia Tri, Jogja International Performing Art (JIPA), Festival Andong dan Becak
Wisata, Festival layang-layang tingkat nasional, festival gerobak wisata, dan lain
sebagainya. Banyaknya event dan besarnya daya tarik wisata Jogja diharapkan
menjadi salah satu faktor utama yang bisa membawa wisatawan ke Jogja, papar
Putu Kertiyasa (wwwinfowisata.co, Januari 2015). Tabel 4 akan menampilkan
data wisata MICE yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tahun 2015.
10
Tabel 1.4 Jadwal Pameran Besar Tahun 2015 di Yogyakarta
NO WAKTU
PELAKSANAAN PAMERAN VENUE
I JANUARI
1. 31 Desember 2014 – 6
Januari 2015
Pameran 2nd Jogja Islamic Fair GOR UNY Yogyakarta
2. 31 Januari – 1 Februari
2015
Jogja Toys and Kids
JEC Yogyakarta
II FEBRUARI
3. 7 – 8 Februari 2015 Pameran Jogja Toys & Kids
Expo
JEC Yogyakarta
4. 7 – 11 Februari 2015 Pameran Komputer ANYE
2015
JEC Yogyakarta
5. 27 Februari – 4 Maret
2015
Jogja Book Fair 2015
GOR Klebengan
III MARET
6. 7 – 11 Maret 2015 Pameran Komputer Bazaar
Consumer Show 2015
JEC Yogyakarta
7. 7 – 11 Maret 2015 Pameran EDUFAIR 2015 JEC Yogyakarta
8. 19 – 22 Maret 2015 Jogja Clothing Festival 2015 JEC Yogyakarta
IV APRIL
9. 1 – 5 April 2015 4th Kidscastle Negeri Dongeng JEC Yogyakarta
10. 2 – 8 April 2015 Islamic Book Fair Jogjakarta GOR UNY Yogyakarta
11. 10 – 12 April 2015 Pameran The Parade 2015 Jogja Expo Center
V MEI
12. 2 – 6 Mei 2015 Pameran SUPERFOOD
EXPO#7 – Yogyakarta
JEC Yogyakarta
13. 2 – 6 Mei 2015 Pameran Komputer ICOM JEC Yogyakarta
14. 2 – 6 Mei 2015 Pameran Batu Mulia
Yogyakarta
JEC Yogyakarta
15. 9 – 10 Mei 2015 Toys Big Sale JEC Yogyakarta
16. 9 – 10 Mei 2015 Hot Import Night JEC Yogyakarta
17. 17 Mei 2015 Festival Jajanan Bango (FJB)
2015
Mandala Krida
18. 20 – 24 Mei 2015 Pameran Kilau Batu Nusantara
2015
Jogja Expo Center
19. 28 – 31 Mei 2015 Invesda Expo 2015 JEC Yogyakarta
20. 30 – 31 Mei 2015 Festival Kebudayaan Jepang
OKAERI
JEC Yogyakarta
VI JUNI
21. 5 – 7 Juni 2015
Indie Clothing Carnival Mini JEC Yogyakarta
11
22. 6 – 10 Juni 2015 Pameran Jogja Gadget Show
2015
Jogja Expo Center
23. 9 – 17 Juni 2015 Jogja Muslim Fair Taman Pintar
Yogyakarta
24. 10 – 15 Juni 2015
Busana Muslim Festival 2015
Yogyakarta
Gedung Wanitatama
VII JULI
25. 2 – 5 Juli 2015 Distro Clothing Festival JEC Yogyakarta
26. 7 – 12 Juli 2015 Pameran Batu Mulia & Batu
Akik Klebengan
Halaman parkir GOR
Klebengan Yogyakarta
27. 11 – 15 Juli 2015 Pameran The 8th Texcraft JEC Yogyakarta
28. 11 – 15 Juli 2015 Pameran IT JEC Yogyakarta
VIII AGUSTUS
29. 28 Juli – 2 Agustus 2015 Pameran Batu Mulia Taman
Kuliner ke-2
Taman KulinerCondong
Catur
30. 1 – 5 Agustus 2015 Jogja Gadget Expo JEC Yogyakarta
31. 1 – 5 Agustus 2015 BICOS 2015 (Bakery, Ice
Cream & Coffee Show)
JEC Yogyakarta
32. 1 – 5 Agustus 2015 Creative Expo JEC Yogyakarta
33. 8 – 9 Agustus 2015 Jogja Toys Expo “enthusiastic”
GOR Klebengan
GOR Klebengan
Yogyakarta
34. 20 – 23 Agustus 2015 Food Jogja Expo 2015 JEC Yogyakarta
35. 20 – 23 Agustus 2015 Jogja FOOD Fashion Festival JEC Yogyakarta
36. 26 – 30 Agustus 2015 Jogja Fashion Week JEC Yogyakarta
37. 26 – 30 Agustus 2015 Pameran Batu Mulia dan Akik
ke-2
GOR Klebengan
IX SEPTEMBER
38. 5 – 9 September 2015 Pameran Komputer
Yogyakomtek 2015
JEC Yogyakarta
39. 12 – 13 September 2015 Classic Culture Auto Show JEC Yogyakarta
40. 17 – 20 September 2015 Pameran Distro Clothing
Festival 2015
JEC Yogyakarta
41. 17 – 20 September 2015 Pameran Batu Mulia-Indonesia
Gems Lover Expo 2015
JEC Yogyakarta
42. 17 – 20 September 2015 Hijab Morfosa Festival
Yogyakarta
JEC Yogyakarta
43. 23 – 27 September 2015 Pameran Otomotif Jogja
JEC Yogyakarta
44. 23 – 27 September 2015 Festival Jajanan Kekinian 2015 JEC Yogyakarta
X OKTOBER
45. 3 – 4 Oktober 2015 KUSTOMFET 2015
Yogyakarta
JEC Yogyakarta
46. 17 – 18 Oktober 2015 MangaFest 2015 JEC Yogyakarta
12
47. 23 – 25 Oktober 2015 Indie Clothing Carnival JEC Yogyakarta
XI NOVEMBER
48. 31 Oktober – 3
November 2015
Indonesia Grafika Expo 2015 –
Yogyakarta
JEC Yogyakarta
49. 31 Oktober – 4
November 2015
Pameran Computer Exhibition
Show 2015
JEC Yogyakarta
50. 13 – 15 November 2015 Kickfest 2015 Yogyakarta
Halaman parkir
Mandala Krida
51. 21 – 22 November 2015 Jogjakarta Volkswagen Festival
#2
JEC Yogyakarta
XII DESEMBER
52. 27 November – 1
Desember 2015
Pameran Gadget IT Show &
Sale (GISS)
JEC Yogyakarta
53. 27 November – 1
Desember 2015
Pesona Pangan Nusantara ke-
10, Pameran Makanan &
Kuliner
JEC Yogyakarta
54. 5 – 9 Desember 2015 Pameran Apkom Yess 2015 JEC Yogyakarta
55. 12 – 13 Desember 2015 Yogyakarta Toys & Games
Expo
JEC Yogyakarta
56. 12 – 16 Desember 2015 Pameran Komputer – Apkom
Year End Sale Yogyakarta
JEC Yogyakarta
57. 18 – 20 Desember 2015 Indie Clothing Carnival JEC Yogyakarta
Sumber: Direktori Yogyakarta, 2015
Tabel 1.4 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2015 telah banyak
diadakan pameran atau pertunjukan di beberapa venue di Yogyakarta. Banyaknya
pameran yang diselenggarkan di Yogyakarta terlaksana atas peran dari pelaku
usaha atau penyedia jasa wisata MICE yang selanjutnya disebut dengan event
organizer (EO). Berikut data dari pelaku bisnis terkait wisata MICE di
Yogyakarta.
13
Tabel 5. Data Venue dan Stakeholder Bisnis Wisata MICE di Yogyakarta
NO VENUE DAN
HOTEL
EVENT
ORGANIZER
KONTRAKTOR
PAMERAN
SUPPORTING
EVENT
GRAFIS &
ANIMASI ADVERTISING
RENTAL
KENDARAAN
1. Jogja Expo Center
(JEC)
Ones Production Exindo Pratama Tractor Sound &
Lighting
CV Media Multi
Karyatama
Adquarto
Advertising
BIMO Group
2. Mandala Bhakti
Wanitatama
Kapalajogja
Entertainment &
Production
Skatindo Sandandra Aruwanta Simpul
Communication
PT Advioprima
Seantero
Komunikasi
ASA Transport
3. Museum Benteng
Vredeburg
PT. Bunga
Promosindo
Interpro Reka
Cipta Media
Riandika Indonesia Bias Advertising &
Production
Aditya Rent Car
4. Taman Budaya
Yogyakata
CV Granada
Cakrawala Media
Indosentra Thunder Sound &
Lighting
DJOGJAMANIS Biru Langit Adv Alif Transport
5. Atrium Mall
Ambarukmo Plaza
CV. Suluh Media
Kreasi
Indo Barka
Gandem Marem
Sound System
Somaya Baru
MayOnes Fresh
Idea
PT Bromica Multi
Creative
Rizky Transport
6. Hyatt Regency
Yogyakarta
PT Medialink KARGO PT Gardu Adicitra
Media (Multimedia)
Cicak Advertising
Malsa
Transportindo
7. Sheraton Hotel
Yogyakarta
Mahkota Event
Organizer
21 Express 3C Multimedia
8. Hotel Grandquality Omah Ungu
Production
PT Ahlers Thoeng
Indonesia
Meganada Sound
System
9. Hotel Melia
Purosani
PT. Medcom Cipta
Kreasi
10. Hotel Sahid Raya
Yogyakarta
PT. Dyandra
Promosindo
11. LPP Convention
Hotel
PT. Mavindo
Pratama
12. PT. Syaaka Group
13. PT. Starcom
14. PT. Kirana Media
Kreativisia
(Sumber Direktori Yogyakarta, 2015)
14
Berdasarkan data yang dijabarkan di Tabel 5 tersebut, tampak bahwa
terdapat banyak EO dan kontraktor pameran yang ada di Yogyakarta. Jumlah EO
yang semakin banyak tersebut, tentunya antar EO saling berkompetisi dalam
usahanya menguasai pangsa pasar dan memberikan pelayanan terbaik. Adanya
persaingan yang sehat diantara pelaku bisnis EO secara tidak langsung akan
mendukung perkembangan wisata MICE di Yogyakarta. Terjadinya kompetisi
atau persaingan, maka para pelaku bisnis EO akan berusaha memasarkan
produknya sebaik mungkin sehingga pada akhirnya kualitas wisata MICE di
Yogyakarta dapat semakin meningkat.
Kesuksesan Event Organizer (EO) yang juga turut mengembangkan
wisata MICE tidak terlepas dari peran strategi pemasaran yang digunakan EO.
Strategi pemasaran merupakan hal yang mendasar atau menjadi alat bagi
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahan, yaitu untuk melayani kebutuhan
pasar. Kerena itu, pilihan dan penerapan strategi pemasaran sebagai hal esensial
setiap perusahaan adalah pernyataan yang tak terbantahkan. (Tjiptono, 1997).
Kunci manajemen yang sukses terletak pada pemasaran (Levitt, dalam Tjiptono,
1997). Salah satu faktor yang sangat terkait dan berpengaruh dalam memajukan
strategi pemasaran adalah bauran pemasaran (Niharika, 2015).
Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari beberapa faktor
manajeman pemasaran yang mendukung pemenuhan target pasar (McCarthy,
1960 dalam Pijakova, 2015). Bauran pemasaran biasanya dirancang sebelum
pelaku bisnis memulai bisnis mereka. Hal tersebut digunakan untuk menentukan
konsep-konsep utama yang merupakan hal yang vital dalam sebuah bisnis untuk
15
memenuhi kepuasan konsumen (Pijakova, 2015). Peranan penting bauran
pemasaran dalam menentukan kemajuan pemasaran menunjukkan perlunya
pemahaman yang lebih komprehensif mengenai bauran pemasaran, khususnya di
Indonesia. Selain itu, bauran pemasaran secara extreme berkontribusi dalam
perkembangan teori pemasaran baik secara praktis maupun teoritis (Moller,
2006). Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa materi tentang bauran
pemasaran secara teoritis beserta dinamikanya masih perlu ditelaah lebih lanjut
(Su-Mei Lin, 2011). Dengan demikian, untuk menindaklanjuti kebutuhan teoritis
dalam konsep bauran pemasaran, penelitian ini akan mengkaji lebih dalam
tentang bauran pemasaran.
Penelitian ini berfokus pada strategi pemasaran yang dilakukan para
pelaku bisnis EO wisata MICE di Yogyakarta. Secara praktis, penelitian ini perlu
dilakukan karena dengan memahami strategi pemasaran pelaku bisnis EO pada
wisata MICE, maka akan didapatkan data tentang strategi pemasaran yang
selama ini dilakukan oleh pelaku bisnis EO. Dengan data tersebut, terbuka
kesempatan untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang selama ini telah
dilakukan guna meningkatkan kualitas pelaku bisnis EO sebagai tonggak wisata
MICE di Yogyakarta.
1.2. Masalah Penelitian
Bauran pemasaran mendapat perhatian yang lebih dari para pelaku bisnis
karena bauran pemasaran merupakan alat dan kunci dari kesuksesan strategi
16
pemasaran. Akan tetapi, tidak banyak pelaku bisnis EO di Yogyakarta yang
menyadari pentingnya bauran pemasaran dalam bisnis mereka.
Berdasarkan riset awal, ditemukan fakta bahwa ada beberapa EO dalam
satu tahun hanya menyelenggarakan pameran 4 kali, bahkan ada yang hanya 1
kali. Sementara ada beberapa EO lain pernah menyelenggarakan pameran sampai
14 kali dalam setahun. Fakta ini menunjukkan gap atau kesenjangan yang
menarik untuk dikaji dari sisi strategi pemasaran.
Penelitian tentang strategi pemasaran di Yogyakarta juga masih terbatas.
Berdasarkan hal tersebut, maka penting untuk menelaah lebih lajut tentang
strategi pemasaran yang selama ini digunakan oleh para pelaku bisnis EO di
Yogyakarta. Jika kita mendapatkan gambaran tentang bauran pemasaran dalam
strategi pemasaran para pelaku bisnis EO di Yogyakarta, kita dapat
meningkatkan kualitas strategi pemasaran bisnis EO, yang akan berdampak pada
perkembangan wisata MICE di Yogyakarta. Dengan demikian, peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penelitian:
1. Bagaimana profile dan karakteristik Event Organizer di Yogyakarta?
2. Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku bisnis
MICE (EO) di Yogyakarta?
3. Bagaimana implementasi strategi pemasaran yang diterapkan oleh para
pelaku bisnis MICE (EO) di Yogyakarta?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
17
1. Mengetahui profile Event Organizer di Yogyakarta berupa deskripsi
karakteristik Event Organizer seperti segmentasi pasar, produk, dan
pangsa pasar.
2. Mengetahui strategi pemasaran dan implementasi strategi pemasaran
para pelaku bisnis event organizer di Yogyakarta berupa informasi
tentang bauran pemasaran yang digunakan dalam strategi pemasaran
pelaku bisnis EO di Yogyakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis yang didapat dari penelitian ini adalah penambahan
informasi dalam kajian ilmu pariwisata, khususnya tentang strategi pemasaran
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis EO dalam wisata MICE. Informasi
tersebut menjadi penting karena penelitian sebelum-sebelumnya mengenai MICE
banyak terfokus pada pengembangan wisata MICE di suatu destinasi, bukan pada
strategi pemasaran seperti yang dieksplorasi dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat praktis
bagi pihak-pihak baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung
dengan wisata MICE. Dengan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan
para pelaku bisnis EO, pihak-pihak tersebut dapat memanfaatkan hasil penelitian
ini untuk berbagai kebutuhan dan keperluan yang dapat mendukung peningkatan
wisata MICE khususnya di Yogyakarta.
18
1.5. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai wisata MICE pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Penelitian oleh Amelia Darmadi (2010), dilakukan untuk melihat pengaruh
produk wisata terhadap pengembangan wisata MICE di Yogyakarta.
Penelitian terfokus pada faktor-faktor yang terkait pengembangan wisata
MICE serta perkembangan persepsi pengembangan wisata MICE di
Yoyakarta sehingga menghasilkan faktor-faktor pengembangan komponen
produk kepariwisataan yang berpengaruh terhadap perkembangan
Yogyakarta sebagai destinasi MICE. Secara spesifik, penelitian tersebut
bertujuan untuk (1) menguji faktor/atribut-atribut apa saja yang terkait
dengan pengembangan produk kepariwisataan khususnya yang mengandung
pengembangan destinasi MICE, (2) mengkaji persepsi responden terhadap
pengembangan Yogyakarta sebagai destinasi MICE, (3) mengkaji kesiapan
atau posisi Yogyakarta dalam tingkatan pengembangan destinasi MICE, dan
(4) mengkaji pengaruh faktor-faktor pengembangan produk wisata terutama
aspek atraksi, aksesibilitas, dan fasilitas penunjang (amenitas) terhadap
berkelanjutan pengembangan wisata MICE. Penelitian tersebut
menggunakan metode deduktif rasionalistik. Analisis terhadap
pengembangan komponen produk kepariwisataan yang berpengaruh dalam
pengembangan destinasi MICE dilakukan dengan analisis kualitatif
kuantitatif dengan menggunakan pengamatan dan kuesioner. Hasil dari
19
penelitian tersebut adalah faktor-faktor pengembangan komponen produk
kepariwisataan yang berpengaruh terhadap perkembanangan Yogyakarta
sebagai MICE, yaitu (1) aspek amenitas (kualitas veneu, kualitas dan
kuantitas hotel bintang 3-5, fasilitas /exhibition centre, ketesediaan fasilitas
hiburan dan belanja, ketersediaan restourant/rumah makan, ketersediaan
fasilitas telekomunikasi), (2) aspek aksesibilitas (kemudahan masuk dan
penerbangan langsung/direct flight, kualitas fasilitasbandara, kuantitas
persewaan kendaraan, kualitas sistem pelayanan transportasi, interconnected
dan integrasi integrasi intermoda bandara), (3) aspek atraksi wisata (kualitas
objek dan daya tarik wisata dan citra/image destinasi). Kesiapan Yogyakarta
sebagai salah satu destinasi MICE termasuk dalam kategori Evoked Set.
2. Peneliti Rocky B. Kalalo (2009) juga dilakukan dalam tema wisata MICE,
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan dan
pengembangan destinasi wisata MICE. Tujuan penelitian ini adalah (1)
mengetahui dan mendeskripsikan kealitas produk wisata MICE kota
Surabaya sebagai salah satu destinasi wisata MICE di Indonesia, di luar
Jakarta dan Bali, (2) mengetahui faktor-fakor yang berpengaruh terhadap
perencanaan dan pengembangan kota Surabaya sebagai destinasi wisata
MICE di Indonesia, (3) mengembangkan rekomendasi perencanaan dan
pengembangan yang tepat bagi Kota Surabaya sebagai destinasi wisata
MICE di Indonesia secara berkelanjutan, di luar Jakarta dan Bali. Hasil
penelitian ini adalah kualitas produk wisata MICE kota Surabaya
mempunyai nilai above average dan berada pada area kelompok destinasi
20
evoked set. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan dan
pengembangan destinasi wisata MICE di kota Surabaya adalah (1) Jumlah
hotel berbintang 3-5, (2) kualitas SDM dalam bidang MICE, (3) fasilitas
meeting, (4) aksesibilitas, (5) pemerintah, (6) permodalan, (7) extra-
conference opportunities, (8) MICE organizer lokal, (9) ketersediaan
informasi bagi para pelaku industri wisata MICE, dan (10) citra/image kota
Surabaya.
3. Peneliti Evita Nursanty (2008) untuk melihat kualitas destinasi wisata
terpadu bisnis, MICE dan rekreasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor penyebab pariwisata Jakarta cenderung berkembang ke
arah wisata bisnis dan MICE daripada wisata rekreasi. Penelitian ini
menggunakan metode deskripsi kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini adalah (1) faktor
stabilitas perekonomian, amenitas dan keamanan merupakan faktor
penyebab wisata bisnis dan MICE Jakarta berkembang pesat jika
dibandingkan wisata rekreasi, (2) kurangnya keterpaduan promosi,
managemen produk terpadu wisata, citra, transportasi dan harga merupakan
faktor yang menyebabkan wisata bisnis MICE, (3) stabilitas perekonomian,
keamanan suatu destinasi wisata, teknik operasional dan pemeliharaan,
keterpaduan pengembangan produk (atraksi, amenitas, aksesibilitas),
promosi dan pemasaran merupakan faktor-faktor untuk membuat suatu
destinasi wisata menjadi destinasi terpadu wisata bisnis, MICE dan rekreasi.
21
Dari data di atas, tampak bahwa penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai MICE banyak terfokus pada pengembangan wisata MICE di suatu
destinasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat dari sudut pandang yang
berbeda, yaitu mengeksplorasi strategi pemasaran yang diterapkan oleh para
pelaku bisnis MICE di Yogyakarta. Eksplorasi dilakukan dengan metode
kualitatif. Dengan memahami strategi pemasaran yang selama ini diterapkan oleh
para pelaku bisnis EO dalam memasarkan wisata MICE, maka dimungkinkan
untuk dilakukannya evaluasi untuk meningkatkan pemasaran wisata MICE
sehingga kualitas wisata MICE di Yogyakarta dapat terus meningkat.
Top Related