8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
1/32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berkurangnya jumlah gigi di dalam mulut dari jumlah yang seharusnya oleh karena berbagai faktor,
sehingga fungsi gigi hilang. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti lubang besar,
traumatik, penyakit jaringan pendukung gigi. Kehilangan gigi dalam jangka waktu yang lama, akan
menyebabkan perubahan susunan gigi, kontak gigi sehingga makanan akan sering menyangkut. Seiring
bertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi. Hal itu berdampak
pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan.
Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengunyah, berbicara dan memberikan
dukungan untuk otot wajah. Meningkatkan penampilan wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown) dan gigi tiruan
sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan /Removable
(yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC (yang disemenkan ke
gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua
yaitu crown dan bridge. Secara keseluruhan gigi tiruan cekat dapat bertujuan untuk mencapai
pemulihan kembali keadaan-keadaan yang abnormal pada pengunyahan, pemugaran dari sebagian atau
seluruh alat pengunyahan termasuk bagian yang mengalami kerusakan, pencegahan terjadinya
kerusakan selanjutnya pada gigi-gigi lainnya dan jaringan lunak sekitarnya, keadaan yang menjamin
keutuhan alat pengunyahan untuk waktu yang selama mungkin
Gigi dapat hilang karena karies yang melanjut, penyakit periodontal atau kerusakan karena trauma. Gigi
yang hilang harus segera diganti untuk menjaga kesehatan mulut. Biasanya jembatan lebih disenangi
oleh penderita daripada geligi tiruan lepasan. Sesuai dengan kasus yang ada bahwa pasien dengan
riwayat pernah menggunakan gigi tiruan lepasan namun pasien merasa tidak nyaman dalam
penggunaannya. Sehingga berdasarkan latar belakang di atas, kami membahas mengenai kasus gigi
tiruan jembatan, dengan diawali dalam menegakkan diagnosa, dan rencana perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhankehilangan gigi belakang bawah kanan dan pasien sudah memakai gigi tiruan lepasan dan merasa tidak
nyaman karena sering masuknya makanan antara gigi asli dan gigi palsunya. Pada pemeriksaan intra oral
kehilangan gigi 45, gigi 44 mengalami migrasi ke distal, sehingga ruangan 45 lebih kecil dari 44 dan gigi
46 karies pada bagian mesial dengan kedalaman sampai dentin . oklusi normal dan foto rontgen
normal.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
2/32
1. Apa rencana perawatan pada pasien di atas dan buatlah disain gigi tiruannya!
2. Jelaskan cara kerja dari tahap preparasi sampai gigi tiruan diinsersikan!
1.3 Tujuan
1. mengetahui cara melakukan rencana perawatan dan disain gigi tiruan
2. Mengetahui cara kerja dari tahap preparasi hingga gigi tiruan diinsersi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gigi Tiruan
Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008)) gigi tiruan adalah bagian prostodonsia
yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi
tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak
dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.
Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan penuh ( Full Crown)
dan gigi tiruan sebagian (Partial Crown). Gigi tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
3/32
lepasan /Removable (yang dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ Fixed/ GTC
(yang disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat dengan GTC
diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge.
Crown Prosthetic adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang penggantian gigi asli sebagian
atau seluruhnya dengan satu crown pengganti. Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atausebagian dari satu gigi yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasi.
Bridge / Jembatan adalah disebut juga fixed partial denture yaitu suatu prothesa (geligi tiruan) yang
menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara
permanen dengan semen didukung sepenuhnya oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah
dipersiapkan.
Menurut Martanto (1981) ada beberapa istilah dalam ilmu mahkota dan jembatan yaitu :
1. Mahkota (Crown) adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu gigi
yang dibuat dari logam, porselen, atau kombinasi.
2. Jembatan (Bridge) adalah prothesa (geligi tiruan) yang menggantikan kehilangan satu atau lebih
gigi asli yang terbatas dan tertentu, dilekatkan secara permanen dengan semen didukung sepenuhnya
oleh 1 atau lebih gigi atau akar gigi yang telah dipersiapkan.
3. Jembatan Lepas (Removable Bridge) adalah protesa sebagian dimana daya kunyah seluruhnya
didukung oleh gigi-gigi asli yang masih ada dan dilekatkan padanya dengan pengait/ attachment lain
yang memungkinkan jembatan ini dibuka-pasang
4. Geligi Tiruan Sebagian (Partial Denture) adalah protesa yang mengganti satu atau lebih dari suatu
gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi. Protesa ini dipertahankan pada tempatnya dengancangkolan atau attachment lainnya.
2.2. Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Prayitno (dalam Taqwim 2008), tujuan dari perawatan gigi tiruan jembatan yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau mandibula dapat
menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak prematur mandibula. Jadi terdapat
keserasian antara geligi dengan sendi dan otot kunyah. Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang
bersifat statis, yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir,
vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
4/32
bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan dapat meningkatkan
dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara
dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan. Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah
terganggu, atau terselipnya makanan di bagian yang tidak bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal. Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah
atau mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi . Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi
lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi
akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi
permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya
overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga
menyentuh tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan
protesa di kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah. Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah
beratnya beban oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal,
apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan miring, terutama
ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan
menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai.
Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada
keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal.
Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini. Walaupun beban
oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah.
7. Manfaat Psikologik.
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita yaitu karena
estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang harus selalu berhadapan
dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lain-lain.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
5/32
8. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena masalah estetik, baik
yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya
banyak sekali pasien yang dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,
sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr usif atauberjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap ingin memperbaiki
penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruani mi di at yang dipasang langsung segera
setelah pencabutan gigi.
2.3 Akibat kehilangan gigi
Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto ( dalamRahmawan, 2008) adalah :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya
gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada
saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih
sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
Pada kasus ini, gigi tiruan jembatan akan dibuatkan, namun gigi tetangga telah bermigrasi kedaerah gigi
yang hilang tersebut. Menurut Prayitno (1991), bila sebuah gigi condong dapat menyukarkan arah
pasang jembatan dengan full crown sebagai retainer, arah pasang dalam keadaan itu sebaiknya dibuat
tegak lurus terhadap bidang oklusal. Jika daam hal itu terlalu banyak jaringan keras gigi yang harus
dibuang, maka sebaiknya dibuatkan mahkota teleskop sebagai retainer.
Gigi yang condong dapat disebabkan oleh hilangnya gigi tetangganya, sehingga gigi miring ke arah ruang
gigi yang missing. Tapi bila kecondongan itu tidak banyak, enamel gigi tetangga yang miring tersebut
dapat dikorbankan, tetapi bila harus membuang lebih dari 50% ketebalan enamel, lebih baik dibuatkan
mahkota teleskop saja.
Mahkota teleskop adalah mahkota yang terdiri atas suatu selungkup dari logam yang akan disemendahulu pada tempatnya. Diatasnya kemudian dibuatkan mahkota penuh tuangan yang pada gilirannya
disemen juga pada tempatnya, diselungkup tadi. Dalam penerapannya sebagai retainer, selungkup
logamnya terlebih dahulu diberi bentuk preparasi mahkota penuh tuangan yang poros preparasinya
disesuaikan dengan poros preparasi gigi penyangga yang lain.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
6/32
Sistem teleskop ini dapat juga diterapkan pada bagian pontik jembatan. Maka bagian teleskop yang
menyerupai preparasi mahkota penuh diikutkan pada salah satu retainer jembatan itu, sedang bagian
lain dari teleskop (pontik teleskop) diikutkan pada retainer satunya
Gambar 1.1 bentuk pontik teleskop
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00424.jpg
2. Erupsi berlebih.
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (over eruption). Erupsi
berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertaipertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi
mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan
menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.
3. Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan merasakan betapa efisiensi
kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu
berpengaruh, maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit
proses pengunyahan saja.
4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula.
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan rahang yang eksentrik
akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
7/32
5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung.
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan menerima tekanan
mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan
membaran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara, karerna gigi khususnya
yang depan termasuk bagian organ fonetik.
7. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi daya tarik wajah
seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.
8. Terganggunya Kebersihan Mulut .
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi
yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar
gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi
plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat.
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban berlebihan, tidak
akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada
gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah
pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.
10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika
berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian
dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal
ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.
2.4 Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Gigi Tiruan Jembatan
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
8/32
Pada pembuatan gigi tiruan jembatan terdapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Karena dilekatkan pda gigi asli sehingga tidak mudah lepas atau tertelan
2. Dirasakan seperti gigi asli oleh penderita
3. Memiliki efek splinting untuk mempertahankan posisi gigi
4. Tidak ada kawat sehingga permukaan email tidak aus
5. Melindungi gigi terhadap tekanan
6. Mendistribusikan tekanan fungsi keseluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan gigi.
Beberapa kerugiannya yaitu:
1. Membutuhkan pengasahan permukaan gigi pada mahkota gigi yang masih utuh untuk dijadikan gigi
penyangga
2. Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk mengontrol plak gigi (dapat dicegah dengan
emnggunakan dental floss)
3. Dapat menyebabkan peradangan mukosa dibawah pontik
2.5 Indikasi dan Kontra indikasi umum
Menurut Prayitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam perawatan gigi
tiruan jembatan yaitu :
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
9/32
2. Sikap Penderita & kondisi psikologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang penderita adalah
sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.
Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1 : filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3 : Histerical
- Klas 4 : Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
3. Kondisi keuangan, pendidikan & pekerjaan]
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan lebih murah
dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas berpengaruh dalam
merencanakan suatu perawatan.
4. Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan daripada gigi tiruan
lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan
dapat tertelan, bila penyakit sedang kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit jantung.
5. Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan
Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
10/32
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring
-
2.6 Tipe Bridge
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk gigi anterior dan posterior.
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00410.jpg Gambar 1.2 fixed-fixed bridge
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid disemenkan dan konektor lainnya non
rigid (semi fixed-fixed bridge) tanpa disemenkan dapat digunakan untuk gigi anterior dan posterior
Gambar 1.3 fixed movable bridge
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00410.jpg
3. Cantilever bridge :
a. Kaku : Jembatan cantilever kaku mempunyai pontik yang kokoh bersatu hanya pada satu ujungnya
dengan retainer atau beberapa retainer (yang dapat dihubungkan menjadi satu)
Gambar 1.4 Cantilever Bridge - Kaku
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
11/32
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00410.jpg
b. Lengan spring yang diperpanjang : mempunyai pontik yang dipasang pada salah satu ujung dari
lengan spring logam yang panjang dimana ujung yang lainnya dihubungkan degan retainer (atau
beberapa retainer yang berhubungan).
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00410.jpgGambar 1.5 CantileverLengan Spring/ Spring Bridge
4. Compound bridge jembatan yang terdiri atas kombinasi berbagai tipe jembatan. Pada gambar
dibawah jembatan cekat-cekat mempunyai ekstensi cantilever mesial yang kaku
Gambar 1.6 Compound Bridge
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00412.jpg
2.7 Komponen Gigi Tiruan Jembatan
Menurut Allan & Foreman (1994), suatu jembatan terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Penyangga (Abutment) disebut pendukung retainer, dapat bervariasi tergantung faktor sepertimembran periodontal, panjang & jumlah akar. Penyangga yang berada di antara 2 penyangga lainnya
disebut intermediate abutment.
2. Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang menghubungkan jembatan
dengan penyangga
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
12/32
3. Pontik/Dummy adalah gigi buatan pengganti dari gigi yang hilang, dapat dibuat dari porselen,akrilik
atau logam atau kombinasi.
Beberapa macam bentuk pontik :
Suddle pontik : Disain menyerupai gigi asli yang menggantikan seluruh gigi yang hilang tanpa
mengubah bentuk anatomi
Ridge lap pontik : Bentuk pontik berkontak dengan dasar mukosa bagian labial atau bukan saja
atau bagian palatal atau lingual menggantung
Hygiene pontik : Menggantung atau tidak berkontak
Conical pontik : bentuk dan dasar pontik yang berkontak dengan mukosa lebih kecil dari pada
ridge lap pontik
4. Penghubung (Joint atau Connector) adalah alat yang mencekatkan pontik ke retainer. Dapat bersifat
kaku (rigid) yaitu disolder atau yang tidak kaku (non-rigid) seperti kunci-kunci atau stressbreaker (alat
penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul oleh penyangga)
5. S (Sadel) : daerah antara gigi-gigi abutment. Yang terutama adalah tulang alveolar yg ditutupi
jar.lunak. tulang alveolar akan berubah kontur selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan
tekstur sadel akan mempengaruhi desain pontik
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00409.jpgGambar 1.7 dan 1.8 komponen-komponen Jembatan
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
13/32
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
14/32
- Tekanan kuyah ringan/normal
- Bentuk & besar gigi penyangga normal
- Salah satu gigi penyangga miring
2.8.2 Intra corona Retainer
Preparasi dan bahan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau dalam badan
mahkota. Bentuknya : Inlay (Mesio-oklusal/Distooklusal/ MOD).
Indikasi:
- Jembatan pendek minimal kehilangan 2 gigi
- Tekanan kunyah ringan/normal
- Gigi penyangga karies kelas II
- Bentuk gigi penyangga normal
2.8.3 Intra Radikuler Retainer = dowel crown- mahkota pasak
Preparasi dan retensi sebagian besar di dalam saluran akar
Indikasi:
- Jembatan pendek
- Tekanan kunyah ringan/normal
- Splint abutment
- Bentuk gigi penyangga normal
2.9 Faktor yang mempengaruhi Retensi retainer
1. Gigi yang terlibat : mahkota gigi yang besar memberi peluang untuk mendapatkan retensi yang
luas pula bagi bedia semen. Bentuk gigi yang konus biasanya tidak memberikan retensi yang baik bagi
retainer.
2. Luas permukaan retainer: Luas permukaan retainer, terutama dinding aksial menentukan
besarnya retensi yang dapat diperoleh.
3. Derajat kesejajaran preparasi : derajat pengerucutan (konvergensi) bidang aksial (searah poros
akar gigi) sangat berpengaruh pada retensi yang dapat dicapai. Penyudutan bidang aksial sebesar 10
derajat menghasilkan retensi yang hanya dari penyudutan sebesar 5 derajat.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
15/32
4. Ketegaran retainer: Pengalaman klinik membuktikan bahwa mahkota jaket terbuat dari akrilik
lebih cepat terlepas daripada yang terbuat dari porselen, karena porselen lebih tegar daripada akrilik
5. Semen yang digunakan : Derajat retensi semen tergantung pada daya ikatnya, daya tekan, daya
rentangdan ketebalan lapisan semen (umumnya 0,05 mm)
6. Bahan retainer: dapat menggunakan bahan paduan logam non mulia, juga dapat dipadukan
dengan porselen
2.10 Pontik/ Dummy
Fungsinya menggantikan gigi asli yang hilang. Jenis-jenisnya:
1. Sadle pontic
2. Ridge Lap pontic (indikasiluas , kombinasi sanitary & sadle)
3. Sanitary Pontic
4. Conical pontic
2.11 Abutment
Jenis gigi penyangga :
1. Single
2. Double
3. Multiple
4. Erminal
5. Intermediate
6. Splinted (menahan agar idak mobility)
Faktpr yang mempengaruhi gigi penyangga:
1. Hukum Ante : Luas ligamen periodontal gigi penyangga besar atau sama dibanding gigi yang hilang
2. Gunakan gigi penyangga pada kedua sisi diastema
3. Perbandingan mahkota dan akar
4. Span/ ukuran panjang diastema
5. Lengkung rahang
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
16/32
6. Tekanan kunyah
7. Anatomi gigi & posisi gigi
8. Vitlitas gigi
Prinsip Preparasi gigi penyangga:
1. Mempertahankan struktur biologis gigi
2. Retensi & resistensi
3. Mempertahankan struktur eksternal
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus:
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
17/32
Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan
kehilangan gigi belakang bawah kanan dan pasien sudah memakai gigi tiruan lepasan dan merasa tidak
nyaman karena sering masuknya makanan antara gigi asli dan gigi palsunya. Pada pemeriksaan intra oral
kehilangan gigi 45, gigi 44 mengalami migrasi ke distal, sehingga ruangan 45 lebih kecil dari 44 dan gigi
46 karies pada bagian mesial dengan kedalaman sampai dentin . oklusi normal dan foto rontgen
normal.
Pertanyaan :
3 Apa rencana perawatan pada pasien di atas dan buatlah disain gigi tiruannya!
4 Jelaskan cara kerja dari tahap preparasi sampai gigi tiruan diinsersikan!
3.1 Identifikasi pasien
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
3.2 Diagnosa
3.2.1 Pemeriksaan subjektif
Anamnesa
a. Keluhan utama pasien:
kehilangan gigi belakang bawah kanan dan pasien sudah memakai gigi tiruan lepasan dan merasa tidak
nyaman karena sering masuknya makanan antara gigi asli dan gigi palsunya.
3.2.2 Pemeriksaan Objektif
General:
Jasmani : Sehat
Rohani : Komunikatif dan kooperatif
Lokal:
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
18/32
Ekstra Oral:
Muka : Simetris
Pipi : Simetris
Bibir : Simetris
Intra Oral:
Palatum : Normal
Mukosa : Normal
Gingiva : Normal
Oklusi : Normal
Gigi 45 : missing
Gigi 44 : vital, migrasi sedikit ke distal (arah kecondongan tidak banyak dan tidak
mempengaruhi arah pasang pontik pada bidang oklusal)
Gigi 46 : vital, karies media (sampai dentin)
Gambar 1.9 gigi regio kanan bawah sesuai kasus:
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00421.jpg
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
19/32
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
20/32
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
Tahap I
1. Rencana Awal
Gigi 46 : dilakukan penambalan jaringan karies, tujuannya untuk melindungi dentin dan pulpa &
mencegah pemotongan dinding aksial yang terlalu besar di daerah karies menggunakan bahan tambalan
semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca melekat secara kimiawi pada jaringan gigi dan dapat diasah
setelah kira-kira setengan jam.
Gigi 45 : missing, dibuatkan gigi tiruan
2. Rencana akhir
- Disain bridge yang akan dibuatkan yaitu : Fixed-fiexd bridge
- Gigi 45 yang missing diindikasikan untuk dibuatkan 3 unit fixed-fixed bridge dengan menggunakan
abutment pada gigi 46 dan 44 dari bahan porselen fuse to metal.
- Pada gigi 46 : setelah penambalan , akan dibuatkan full crown extra corona retainer dengan bahan
porselen fused to metal
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
21/32
- Pada gigi 44 : keadaan gigi migrasi, oklusi normal, akan dibuatkan full crown extra corona retainer,
dengan mengambil sedikit bagian mahkota yang mengarah ke distal dan melebihkan bagian mahkota ke
arah mesial untuk mengkoreksi diastema.
- Jenis pontik yang akan digunakan adalah ridge laps pontik dengan bahan porselen fused to metal
- Membuat cetakan studi model:
Sendok cetak : perforated stock tray no.1
Bahan cetak : Alginate
Metode mencetak : mucostatik
Tahap II :
Preparasi gigi 46 untuk dibuatkan full crown extra korona
Lagkah-langkah preparasinya yaitu :
Langkah I : Anestesi lokal agar tidak ngilu saat preparasi.
Mengurangi permukaan mesial dan distal, gunakan bur intan untuk membuat chamfer,
dimulai pada marginal ridge. Jurusan pemotongan harus sesuai dengan arah jurusan masuk mahkota.
Penggerindaan ini menghasilkan suatu permukaan dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi.
Untuk mendapatkan retensi gesekan (trictional retention) yang cukup. Permukaan-permukaan tersebut
sebaiknya memiliki kemiringan 5 derajat ke arah permukaan oklusal
Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo , penggerindaan bertujuan untuk
menghilangkan kecembungan permukaan bukal dan undercut dan diperoleh bentuk chamfer. Rata-rata
permukaan-permukaan ini dikurangi 0,5 sampai 1 mm.
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh bentuk chamfer.
Bagian 2/3 gingiva dngan kemiringan 5 derajat, bagian 1/3 oklusal sebaiknya melengkung ke dalam
untuk menyesuaikannya dengan permukaan lingual.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
22/32
Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan buang
substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak
permukaan yang dipreparasi sebaiknya mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
Gambar 1.10 Preparasi full crown pada molar 1 bawah
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00422.jpg
Tahap III:
Preparasi gigi 44 (keadaan migrasi ke distal) untuk dibuatkan full crown extra corona retainer
Langkah I : Anestesi Lokal pada gigi 44
Pengurangan permukaan distal lebih banyak karena bagian distal migrasi, bertujuan untuk
mendapatkan ruangan yang cukup untuk pontik dengan menggunakan bur intan. Penggerindaan ini
menghasilkan suatu permukaan dinding yang lurus rata sampai ke permukaan gusi. Untuk mendapatkan
retensi gesekan (trictional retention) yang cukup.
Langkah II : Mengurangi permukaan bukal, menggunakan bur turpedo ,
Langkah III : Pengurangan permukaan lingual , gunakan bur turpedo sampai diperoleh bentuk chamfer.
Langkah IV: Mengurangi permukaan oklusal dengan bur intan bentuk buah pir pada airotor dan buang
substansi gigi 0,5 mm dari permukaan oklusal. Lingir tepi dihilangkan seluruhnya tapi bila tidak
permukaan yang dipreparasi sebaiknya mengikuti konfigurasi tonjol aslinya.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
23/32
Tahap IV :
Pengecekan hasil preparasi, Paralisme dinding aksial :
- Makin paralel makin kuat
- Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat
- Bila sudut > 6 derajat makin mudah lepas
- Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar
- Pengecekan sudut preparasi dilihat dg 1 mata
Tahap V:
Teknik Pencetakan / retraksi gingiva: periksa keadaan gigi & karingan lunak sekitarnya harus sehat,
bebas dari radang tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva adalah Usaha pendorongan gingiva gigi
penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik.
Cara Retraksi gingiva:
1. Daerah preparasi keringkan
2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit
3. Potong benang 5 cm seperti U
4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga
5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen
6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal
7. Kembali ke permukaan bukal sampai mesio proksimal
8. Potong kelebihan benang.
Gambar 1.11 Retraksi gingiva
Description: D:\FKG\foto bridge\DSC00423.jpg
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
24/32
Tahap VI :
Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model kerja
Caranya:
1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
- Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak yang tujuannya untuk
menstabilkan kedudukan sendok cetak didalam mulut, ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu
aduk hingga warna berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok cetak dan pada daerah yang telah
dipreparasi harus dicekungkan untuk menyediakan bahan yang kedua.
- Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yangtelah dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada bagian yang dicekungkan tadi.
- Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien
- Cor cetakan dengan hard stone.
2. Bahan double impression dengan teknik two phase
- Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah rata masukkan ke dalam
mulut pasien tanpa melepas crown sementara. Pada bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu
dicekungkan. Setelah mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut pasien, kemudian aduk light
body yang terdiri dari basa dan katalis, setelah homogen masukan ke dalam injeksi kemudian injeksikan
ke gigi yang telah dipreparasi tadi. Masukkan cetakan putty tadi ke dalam mulut. Setelah keras
keluarkan dari mulut pasien.
Tahap VII :
Pemilihan warna gigi : sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade
guide) untuk menentukan value (tingkat warna gelap ke terang), chroma(kepekatan warna), hue (merah
atau kuning)
Tahap VIII :
Temporary bridge (Mahkota sementara)
Dilakukan wax up pada work model untuk proses Bridge. Setelah preparasi selesai, maka pasien
dipasangkan mahkota sementara. Selanjutnya lakukan wax up pada model kerja untuk proses bridge,
kemudian dilakukan pemilihan warna gigi yang sesuai dengan gigi asli.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
25/32
Jembatan sementara yang baik adalah mampu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Pelindungan pulpa
2. Stabilitas kedudukan
3. Fungsi oklusal
4. Mudah dibersihkan
5. Tepi retainer yang tepat (tidak menyebabkan peradangan mukosa)
6. Kekuatan dan retensi
7. Estetis (terutama pada gigi depan)
Bahan : ethil metacrylate, epimine resin, methyl metacrilate
Cara pembuatan:
1. Direct ; lebih dari 1 x kunjungan
Cetak gigi sebelum preparasi, kemudian di preparasi, isi cetakan 1 dengan self curing akrilik, masukkan
catakan 1 ke dalam mulut (pada gigi yang dipreparasi)
2. Indirect : lebih dari 1 x kunjungan
Cetakan 1 isi dengan gips (model) , lalu preparasi , cetakan 2 (isi dengan gips/model 2) , lalu masukkan
cetakan 1 pada model 2.
3. Penyemenan jembatan sementara : dengan semen zinc oxide eugenol yang cukup tebal. Dicampur
sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan semen dan akan mempermudah pembongkaran kembali
nantinya. Setelah penyemenan selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi jaringan
lunak.
Tahap IX :
Proses laboratorium
Pembuatan Die : bagian dari model kerja yang slicing untuk dapat dibuka dan dipasangkan lagi pada
model yang bertujuan untuk membuat mahkota terutama bagian proksimal
Alat :
- Bowl dan spatula
- Strock tray
- Lekron
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
26/32
- Pin
- Jarum pentul
- Gergaji triplek
- Bur bulat
- Kuas kecil
- Mikromotor dan handpiece
- Pencil
Bahan :
- Bahan cetak rubber base
- Gips bentuk atau plaster of paris (gips type 1)
- Gips keras
- Vaselin
- Wax merah
Cara Kerja :
1. Pencetakan gigi yang telah dipreparasi dengan bahan rubber base (silicon).
2. Penentuan letak pin.
- Tandai lebar masing-masing gigi.
- Tusukkan jarum pentul pada posisi bukkal atau labial dan palatal atau lingual gigi yang telah
dipreparasi dengan posisi tegak lurus, tandai lebar gigi (bagian proximal).
3. Pengisian gips keras (sampai linggir alveolar).
4. Penanaman pin (bentuk retensi lingkaran).
- Setelah gips keras, tanamkan pin. Posisi harus sejajar dengan jarum pentul.
- Sisa gips dibuat bulatan-bulatan kecil
- Gips mengeras, lepaskan jarum pentul dengan menggunakan bur bulat, buat lekukan setengah
lingkaran.
- Ambil wax merah (bulatkan), letakkan pada ujung pin.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
27/32
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
28/32
1. Penanaman dalam Kuvet (Flasking)
Cara kerja :
- Model malam atau die ditanamkan di tengah kuvet bawah yang telah diisi gips putih dengan
bagian labial menghadap ke atas.
- Permukaan gips dihaluskan.
- Permukaan gips dan model malam diolesi vaselin sebagai separating medium.
- Olesi model malam dengan gips menggunakan kuas, tunggu keras.
- Pasang kuvet atas dan isi dengan gips, dipres agar tidak lepas.
2. Mengeluarkan malam (Wax Elimination)
Cara kerja :
- Kuvet direbus utnuk mengeluarkan malam atau kuvet yang dipres dan gips sudah mengeras,
dibuka lalu wax dihilangkan dengan mengalirkan air panas.
- Setelah kuvet dibuka, wax harus sudah tidak ada lagi dalam permukaan gips.
- Dinginkan permukaan kuvet.
3. Pengisian aklirik (Packing)
- Ruangan cetakan model malam (mould) dan sekitarnya diolesi Could Mould Seal (CMS) tunggu
kering.
- Pengisian aklirik yang sudah diaduk, sambil mengetok kuvet.
- Tutup bagian atas aklirik dengan selopan atau plastic, tutup dengan kuvet atas, press lalu buka
dan potong kelebihan aklirik dengan pisau model.
- Pasang dan tutup kuvet atas lalu press.
4. Pengisian akrilik (Prossesing)
- Kuvet dalam keadaan dipress dimasukkan ke dalam wadah perebusan
- Polimerisasi dengan cara direbus 1 jam
5. Membuka kuvet (Deflasking)
- Keluarkan model (dai) dengan tang potong gips atau gergaji kecil.
- Gips yang masih melekat dibersihkan dengan brush.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
29/32
6. Finishing
- Membersihkan sisa aklirik dengan bur protesha (cardide bur, disc bur) dan kertas pasir.
7. Polishing
- Menghaluskan, melicinkan, dan mengkilatkan mahkota (stone bur, rubbercup, wool bur dengan
bubuk pumis)
Tahap X:
Pemasangan / insersi dan penyemenan
1. Try in bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan bentuk), kontak
proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya dan tidak boleh menekan gingiva serta
pemeriksaan kontak oklusal dan kontak marginal.
2. Penyemenan Bridge
a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan , gigi yang akan dipasangi mahkota
bridge juga dikeringkan
b. Menggunakan zinc phospat cement, cara mengaduk ZnPO4 :
- Letakkan powder dan liquid pada glass plate 1:1
- Aduk sengan semen spatel, powder mencapai liquid sedikit demi sedikit hingga homogen
- Siap masuk ke dalam crown apabila semen ditarik sudah terbentuk benang dan tidak putus
- Semenkan ada gigi penyangga dengan ditekankan dan pasien disuruh menggigit kapas
- Setelah semen mengeras bersihkan sisa semen
- Periksa oklusi sebelum pasien pulang
- Operator perlu memberi tahu cara membersihkan jembatan tersebut.
3. Instruksi untuk memeliharaan gigi tiruan jembatan yang telah dipasangkan :
- Penyikatan yang baik ( tekanan ringan dan sikat yang lunak)
- Pemakaian dental floss, oral irigating & alat pembersih lainnya yangberfungsi untuk
membersihkan daerah yang sukar terlihat (daerah interdetal/ dasar pontik)
Tahap XI :
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
30/32
Kontrol dilakukan jika terjadi kesalahan atau kegagalan dalam pembuatan bridge
Kegagalan yang mungkin terjadi :
1. Kegagalan sementasi
2. Jemabatn patah secara mekanikal
3. Iritasi dan resesi gingiva
4. Kelainan jaringan periodontal
5. Karies
6. Nekrosis pulpa
BAB V
PROGNOSA
Prognosa baik karena tidak ada kelainan atau penyakit sistemik , dan penyakit alergi lainnya pada
pasien, tidak ada kelainan periapikal, kelainan periodontal, pasien kooperatif dan komunikatif
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
31/32
BAB VI
KESIMPULAN
Pada gigi 45 yang missing, dimana tidak ada kelainan periodontal yang terlihat dari hasil rontgen
diindikasikan untuk dibuatkan fixed-fixed bridge dengan gigi penyangga (abutment) 46 dan 44 karena
berdasar hukum ante (seluruh luas ligamen periodontal gigi penyangga harus sama atau melebihi luas
ligamen periodontal gigi yang hilang.
Pada gigi 46, setelah dilakukan foto rontgen bite wing terlihat perluasan karies sampai dentin
didiagnosa karies media kemudian dilakukan penambalan terlebih dahulu dengan tambalan semen
ionomer kaca.kemudian dibuatkan fullcrown extra corona berbahan porselen fused to metal.
Pada gigi 44 gigi migrasi ke arah distal (ke arah ruang gigi yg missing) dianggap kecondongan tidak terlalu
banyak, sehingga pada preparasi sisi gigi bagian distalnya dibuang tidak lebih dari 50% ketebalan
enamel. Lalu dibuatkan full crown extra corona berbahan porselen fused to metal, bentuk mahkota
disesuaikan bentuk anatomis giginya sehingga mampu menutupi bagian yang diastema dengan gigi 43.
Porselen fused to metal sebagai bahan bridge pada kasus ini karena dinilai lebih baik estetisnya dan kuat
serta diharapkan memunyai prognosa yang baik. Pada kasus ini jenis pontik yang digunakan adalah ridge
laps pontik untuk mendapatkan self cleansing dan estetis baik.
8/10/2019 Bab i Mahkota Tiruan
32/32
Top Related