8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
1/25
BAB 7
FISIOLOGI
GINJAL
Dita
Aditianingsih
Catatan
Penting
:
.
Ginjal
memegang
peranan
penting
dalam
menjaga
homeostasis.
.
Aliran darah
ke
ginjal
adalah sekitar
20-25% daritotal
curah
jantung.
.
Tekanan
arterial
rata-rata untuk
autoregulasi
aliran
darah
ginjal
normal adalah sekitar 80-
180
mmHg.
.
Ginjal
mensintesis
prostaglandin (PGD2, PGE?
dan
PG12)
yang
menimbulkan
vasodilatasi
dan bersifat
protektif
saat
terjadi
hipotensi
sistemik dan
iskemia
ginjal
.
Penurunan aliran
darah
ginjal,
laju
filtrasi
glomerulus
dan
output urin
dapat diatasi dengan
mempertahankan
kecukupan volum
intravaskular dan
tekanan
darah
dalam batas normal
PENDAHULUAN
Ginjal
memiliki
fungsi utama untuk
mengatur
keseimbangan
cairan tubuh,
osmolaritas,
keseimbangan
elektrolit
dan asam basa
serta mengekskresikan
hasil
akhir
proses
metabolisme,
termasuk
obat. Ginjal
juga
menghasilkan
hormon
yang
meregulasi
tekanan
darah seperti
angiotensin
ll,
prostaglandin,
kinin,
memroduksi
eritrosit
yaitu
eritropoietin
dan metabolisme
tulang
yaitu
1,25-dihidroksi-kolekalsiferol.
Secara
anatomik
ginjalterdiri
atas
sepasang
organ
yang
berada
di rongga
retroperitoneal dan
tepat
di
bawah
diafragma.
Tiaptiap
ginjal
memiliki berat
sekitar
115
-160
gram,
terdiri
atas
korteks dan
medula. Satu
ginjal
terdiri
dari 1
,2
x 106
nefron
yang
berisi
glomerulus,
tubulus
dan
duktus
kolektivus. Prinsip pembentukan urin
adalah
ultrafiltrasi di glomerulus, reabsorbsi
ditubulus
dan sekresi.
Dalam menjalankan
fungsinya
ginjal
memakai20%
dari
curah
jantung.
ANATOMI GINJAL
Ginjal
adalah
sepasang organ
yang
dilapisi
oleh kapsula
fibrosa
yang
terletak
di
rongga
peritoneum,
posterior
dari
rongga
abdomen.
Kedua
organ
terletak
di
sisi kanan dan
kiri
vertebra
setinggi
level T12
-
L3. Ginjal
kanan biasanya
terletak
2,5 cm
lebih kaudal daripada
ginjal kiri karena adanya hepar pada kuadran kanan atas abdomen. Posisi ini akan
berubah
2
-3
cm
pada
inspirasi dan ekspirasi.
Pada
pria
dewasa
berat
ginjal
berkisar
antara 125
gram
sampai
170
gram,
sedangkan
pada
wanita
dewasa
berkisar
antara
115
gram
sampai
'155
gram.
Organ
ginjal
mempunyai
panjang
11
-
12 cm
dan
lebar 5
-
7,5
cm.
Batas atas dari
ginjal
adalah
diafragma.
liill:ill:illl :iill:i.l:alliil:ii.l:lai.l:i
s{",K{l
A
JA&
A flr€S
r€Sf
SL
6Gf
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
2/25
Posterior dan
sedikit
inferior
dari
ginjal
terdapat
muskulus
psoas
mayor
di
bagian
medial
dan
muskulus
kuadratus
lumborum.
Pada
bagian
posterior
ini
pula
terdapat
nervus
dan
pembuluh
darah subkostal
serta
nervus
iliohipogastrik
dan ilioingunal'
Ginjal berbentuk
seperti
kacang,
konveks
pada
bagian
lateral
dan
konkaf
pada
bagian
medial'
Pada bagian
medial, terdapat
hilus,
yang
merupakan
tempat
masuknya
arteridan
vena renalis,
kelenjar limfe,
pelvis
renalis
dan
pleksus
saraf.
Pada
hilus,
vena
renalis
terletak
anterior
dari
arteri
renalis
yang
terletak
anterior
dari
pelvis
renalis.
Pelvis
renalis
adalah
perpanjangan
da6 ujung
superior
ureter
yang
berbentuk
seperti
segitiga
dengan
apeksnya
berhubungan
dengan
ureter.
lstilah
ini sebenarnya
tidak
tepat
karena
sebenarnya
ureterlah
yang
merupakan
perpanjangan
dari
pelvis
renalis,
yang
menghubungkan
ginjal
dengan
kandung
kemih.
Pada bagian
basal
dari
pelvis
renalis,
terdapat
dua
sampai
tiga
proyeksi
percabangan
berbentuk piramid
yang
dinamakan
kaliks
mayor. Pada
tiap-tiap kaliks mayor ini,
terdapat
dua atau
tiga
proyeksi
percabangan
lagi
yang
dinamakan
kaliks
minor.
Kaliks
minor ini
akan
mengeluarkan
urin
dari
sistem
piramid
melalui
papilla'
Pada
potongan
koronal,
ginjal
dibagi
menjadi
dua
bagian,
yaitu
korteks
dan
medula.
Pada
manusia bagian
medula
dibagi
menjadi
8
-
18 massa
yang
berbentuk
konus
yang
dinamakan
sistem
piramid.
Basal
dari
konus
ini
menghadap
ke
arah
korteks,
sedangkan
apeks
dari
konus
ini
menghadap
pelvis
renalis
dan
membentuk
papila.
Tiaptiap
papila
merupakan
kumpulan
10
- 25
ujung dari
duktus
kolektivus
Bellini.
Perpanjangan
korteks
renalis
menuju
medula
yang
berjalan diantara
sistem
piramid
dinamakan kolumna renalis
Bertini, yang
tersusun
dari
jaringan
fibrosa,
sistem
tubulus
nefron
dan
pembuluh
darah.
Gambar
1.
Gambaran
makroskopik
ginjal
SUK{.'
AJAR
AruFS
TSSJOT
OG'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
3/25
NEFRON
Nefron adalah unit fungsional dari
ginjal
yang
berjumlah
0.6 x
106
-
1.4 x 106 nefron untuk
satu
ginjal.
Nefron
dibagi
menjadi komponen
vaskular
(glomerulus)
dan
komponen
tubulus.
Komponen tubulus
dibagi menjadi beberapa
segmen
berdasarkan
struktur dan fungsinya.
Komponen tubulus terdiri atas kapsula Bowman, tubulus proksimal, ansa Henle, tubulus distal
dan tubulus
kolektivus.
Berdasarkan segmentasi dari tubulus,
medula
dibagi
menjadi
zona dalam dan zona
luar,
dengan
zona dalam
dibagi
menjadi dua subdivisi,
yakni
outer stripe
(lapisan
luar) dan lnner
stripe
(lapisan
dalam). Zonadalam medula
terdiriatas ansa
Henle
pars
asenden
dan
desenden
serta duktus kolektivus besar, termasuk
di antaranya
duktus
kolektivus Bellini. lnner stripe
dari
zona luar medula terdiri atas ansa
Henle
pars
desenden
yang
berdinding tebal, dan
duktus
kolektivus. Outer stripe dari medula
bagian luar
terdiri
atas
segmen terminal dari tubulus
proksimal
dan
ansa
Henle
pars
asenden
berdinding
tebal. Struktur
medula dan korteks
ginjal
yang
dibagi
berdasarkan
segmen tubulus
ini
sangat
penting
untuk menilai
kemampuan
ginjal
mengekskresikan
urin.
El+qEl&
---.--
i:*sJ{
Korpus Malphigi
Korpus Malphigi adalah
bangunan
Glomerulus adalah kumparan dari
*
tqrtit{t
tr*fu*ti*$
tilA*;6
lilr{**
t*earp
€
4qhl#i
Tl:1qt
leillreili
+g
arrFnaiisit
4*=
fh:+
:::.]:s€+t +i
*L.t ondr4{*
kE+
=-
ljFra+riL;i* i i
rr*
lEle*t{iFry
{#lffilFF*
Fxbets
Gambar
2.
Gambar
skematis sistem
tubulus
ginjal
yang
terdiri atas
sekumpulan kapiler
SEq f &n1
*
-
eaFrut*
glomerulus
dan
berbentuk bulat
kapsula
Bowman.
ke
dalam
kapsula
EIJKiJ
AJARASJES,TES'Oi
OGi
ffi
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
4/25
Bowman.
Saat arteri
renalis
memasuki
ginjal,
arteri tersebut
bercabang
menjadi
kapiler kecil
yang
mengalirkan darah
ke
glomerulus,
yang
disebut
arteriol
aferen.
Kapiler-kapiler
kecil
ini
akan bergabung
dalam
glomerulus
dan
membentuk
arteriol
eferen
yang
mengalirkan darah
keluar
dari
glomerulus.
Arteriol eferen
ini saat
keluar dari
glomerulus
akan
bercabang
kembali
dan membentuk sekumpulan
kapiler
lain
yang
dinamakan
kapiler
periturbular.
Kapiler ini akan
memperdarahi
jaringan
renal dan
memfasilitasi
pertukaran
substansi
oleh sistem
tubular
dengan
darah.
Terdapat dua
jenis
sel
yang
membatasi
dinding
kapiler
dan
kapsula
Bowman,
yakni:
sel
endotel kapiler
dan
podosit
pada
dinding
kapsula
Bowman.
Kedua
sel ini
dipisahkan
oleh
membrana basalis
(atau
dapat
disebut
juga
glomerular
basal
membranelcBM).
Sel
podosit
ini mempunyai
prosesus
yang
memanjang
ke arah
lumen
kapsula
Bowman
yang
disebut
juga
dengan
psudopoda.
Di
antara
prosesus-prosesus tersebut
terdapat
celah
yang
memungkinkan
terjadinya
perpindahan cairan dari kapiler menuju kapsula Bowman. Celah
ini
disebut filtration
s/ifs.
Selmesangialdan
matriks
disekelilingnya
akan
membentuk
mesangium,
yaitu
lapisan
didalam
glomerulus yang
dibatasioleh
lamina
basalis
dan endotel
kapiler.
Sel
mesangial
ini
merupakan
sel terspesialisasi
yang
mempunyai
kemampuan
kontraktil,
fagositosis
serta
pembentukan
dan
metabolisme
dari matriks
di
mesangium.
Kemampuan
kontraksi dan
relaksasi
dari
sel
mesangial ini serta
lokasinya
yang
berada
di antara
kapiler
glomerulus
mempunyai
peranan
penting
dalam
regulasifiltrasi
glomerulus.
Kontraksi dari
sel
ini dipengaruhi
oleh
berbagai
zat
vasoaktif, seperti angiotensin
ll,
vasopresin,
norepinefrin,
tromboksan,
leukotrien dan
platelet-
activating factor. Sebaliknya,
relaksasi
dari
sel ini dipengaruhi
oleh
PGE2,
atrial
peptides
dan
dopamin.
Endotel kapiler
glomerulus
yang
berpori,
membran basalis
(GBM)
dan
podosit
membentuk
sistem
filtrasi
glomerulus
bernama
membran
glomerulus. Endotel
kapiler
glomerulus
terdiri
dari satu
lapis sel endotel
yang
pipih
dan berpori.
Pori-pori
endotel
kapiler
ini cukup
lebar
sehingga
permeabel
terhadap
air
dan
zatlainyang
terlarut
dalam
plasma.
Sedangkan
membran
basalis adalah lapisan aselular yang komponen penyusunnya didominasi
oleh
kolagen
dan
glikoprotein.
Kolagen
berfungsi
untuk
memberikan
ketahanan
pada
membran
ini sedangkan
glikoprotein
berfungsi
untuk
mencegah
lewatnya
protein
plasma
masuk melalui
membrana
basalis.
Secara
fungsional,
glomerulus
hanya
dapat
dilewati
oleh
molekul
sebesar
4
-
8
nm, namun
filtrasi
ini
juga
dipengaruhi
oleh
muatan
molekul
yang
melewati
kapiler tersebut.
Karena
itu
protein plasma yang
berukuran
besar
tidak akan
dapat
melewati
pori-pori
kapiler,
hanya
albumin
yang
dapat
melewati
endotel
kapiler.
Namun,
karena
glikoprotein
yang
bermuatan
negatif, albumin yang
juga
bermuatan negatif
tidak
akan
dapat
melewati membran
basalis.
Gangguan dari
muatan
membran
basalis
ini merupakan
penyebab
ditemukannya
albumin
pada
urin
pada penyakit
ginjal
tertentu.
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
5/25
€Eeffierulus
I
Fdce*l* De*ra
Renal
Eeleerxtiti*:,.rm
'-
E*msl
'
ilenr**
Affer*nt
&rteritlle
Jarxtagl*meraslar
Cellp
Gambar
3.
Apparatu
s
i
uxtaglomeru
Iar
Komponen
Tubulus
Komponen
tubulus
dimulai
dari
kapsula
Bowman,
yaitu
invaginasi
tubulus
dengan dinding
ganda
yang
mengelilingi glomerulus. Setelah melalui kapsula Bowman, urin akan
melewati
tubulus
proksimal
yang
sepenuhnya
berada
di
korteks.
Kemudian
cairan
tersebut akan
melewati
ansa
Henle, dengan
pars
desenden
yang
berada
di
korteks
berjalan
menembus
medula,
melewati
ansa
Henle dan
kemudian
pars
asenden
yang
berasal
dari
medula akan
berjalan
kembali
menembus
korteks.
Pars asenden
ini
akan
kembali
melewati
glomerulus
dan
berjalan
di antara
percabangan
yang
dibuat oleh
arteriol
aferen
dan eferen.
Bangunan
yang
dibentuk
oleh
pars
asenden
dan
struktur
vaskular
nefron
ini
dinamakan
apparatus
juxtagtomerular.
Aparatus
jukstaglomerular
ini
berperan
penting
pada
regulasi fungsi
ginjal.
Tubulus akan kembali berlekuk yang dinamakan
tubulus
distal. Tubulus
distal
kemudian
akan
bermuara
ke sistem duktus
kolektivus
yang
merupakan
muara
dari
beberapa
nefron. Dari
tubulus
kolektivus,
urin
akan mengalir
menuju
pelvis
renalis'
Terdapatdua
jenis
nefron berdasarkan
perbedaan
letakglomerulus,
strukturtubulusdan
kapiler
intertubular,
yaitu:
nefron
korteks dan
nefron
jukstaglomerular.
Pada
nefron
korteks,
glomerulus
berada
sepenuhnya
di korteks
dan
struktur
ini mempunya
ansa
Henle
yang
pendek
dan kapiler
interturbular
yang
melilit struktur
tubulus.
Sedangkan
pada
nefron
jukstaglomerular,
glomerulus
terletak
berada
di dekat
medula, mempunya
ansa Henle
yang panjang
dan kapiler
intertubular
yang berjalan berdampingan dengan sistem tubulus yang dinamakan
vasa
recta.
Pebedaan
struktur
ini
berperan
dalam kemampuan
organisme
untuk
mengkonsentrasikan
urin. Pada
manusia 80%
nefron
yang
dimiliki
adalah
nefron kortikal.
Pada organisme
yang
mempunyai
kemampuan
konsentrasi
urin lebih
besar,
lebih banyak
ditemukan
nefron
jukstamedular.
.-E
BIJKTJ
AJARAfVESTFSIOLOGi
EIIEE
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
6/25
Tubulus proksimal
dibagi
menjadi
dua
bagian,
yaitu:
pars
convotuta (bagian
yang
berlekuk-
lekuk)
dan
pars
recta (bagian yang
lurus).
Tubulus
proksimal
pada
manusia
mempunyai
panjang
15
mm
dan
lebar55
nm.
Dinding
dari
tubulus
proksimal
tersusun
oleh
satu
lapis
sel
dengan
brush
border
pada
bagian
apeksnya.
Mikroviliyang
membentuk
brush
bordertersebut
tersambung
satu
sama
lain. Bagian
basal dari
sel ini dihubungkan
oleh
tight
junction
atau
zonula
occludens.
Di
antara
sel-sel
basal
terdapat
ekstensi dari
ruangan
ekstraselular
yang
dinamakan
lateral
intracellularspaces,
tempat
terdapatnya
pompa
Na-K-ATp-ase.
Tubulus
proksimal
pars
convoluta
berperan dalam
reabsorbsi
berbagai
elektrolit,
yaitu
Na2*,
HCO3-,
Cl-,
K*,
Caz*,
POo,
glukosa
dan asam
amino.
Separuh
substansi
yang
terkandung
dalam
urin
akan
direabsorbsi
pada
tubulus
proksimal
pars
konvoluta.
Rasio
reabsorbsi
cairan
dari
tubulus
proksimal
ke kapiler
peritubular
dipengaruhi
oleh tekanan
hidrostatik
dan
onkotik
pada
dinding
tubulus
dan kapiler.
Perubahan
dari
tekanan ini
akan
menyebabkan
perubahan
konfi
g
u
rasi
u
ltrasru
ktu
ral,
kh
ususnya pada
I
ate
ral
i
nte
rcel
I
u
I
ar spaces.
Reabsobrbsi
natrium
pada
tubulus
proksimal
merupakan
transport
aktif melalui
kanal Na-K-
ATP-ase.
Anion
lain
yang
direabsorbsi
melalui
transport
aktif bersama
dengan
natrium
antara
lain
adalah
HCO3
dan
Cl-. Reabsorpsi
HCO3-
dimediasi
oleh co-fransporter
Na-HCO.
Setiap
ion
Na*
yang
berpindah
akan
diikuti oleh
3
ion
HCO.-.
Selain itu, reabsorbsi
bikarbonat
juga
merupakan
efek
sekunder
dari
sekresi H*,
yang
dimediasi oleh
mekanisme
pertukaran
ion
Na-
H.
pada
membran
brush
border.
Pada
tubulus
proksimal
pars
recta, aktivitas pompa Na-K-ATP-ase turun. Tubulus
ini
berperan
penting
dalam
sekresi
anion
dan
kation
serta
merupakan
bangunan
yang
banyak
mengalami
kerusakan
oleh
substansi
nefrotoksik
atau logam
berat.
Ansa
Henle
mempunyai
peranan
penting
dalam
menjaga keadaan
hipertonik
pada
interstisial
medula
dan
menentukan
konsentrasi
urin.
Dinding
dari ansa
Henle
pars
desenden
sangat
permeabel
terhadap
air tapi
mempunyai
permeabilitas
yang
rendah
terhadap
Na2.
dan
Cl.
Hal ini
menyebabkan
air diekstraksi
dari ultrafiltrat
yang
berada
di tubulus
saat
ansa
Henle
menembus
interstisial
medula
yang
bersifat
hipertonik.
Sebaliknya,
ansa
Henle
pars
asenden
cenderung
tidak
permeabel
terhadap
air namun
sangat
permeabel
terhadap
Na2*
dan
Cl-
sehingga
natrium
akan
terekstraksi
dari
tubulus.
Struktur
tubulus
distal
dibagi
menjadi
tiga segmen:
ansa Henle
pars
asenden
berdinding
tebal,
makula
densa dan
tubulus
distal
pars
konvoluta.
Ansa
Henle
pars
asenden
berdinding
tebal
berperan
dalam
transport
aktif NaCI
keluar tubulus
yang
menjaga
kondisi
insterstisial
medula
tetap
hipertonik.
Transpor
aktif
ini
dimediasi
oleh
co-transporfer
Na-K-Cl.
Mekanisme
transport
aktif
ini
juga
menyebabkan
reabsorbsi
bikarbonat,
kalsium
dan
magnesium.
Mekanisme
transport aktif
ini
dapat diinhibisi dengan diuretik kuat.
Regulasi dari
transport ion
pada ansa
Henle
pars
asenden
berdinding
tebal
ini
dipengaruhi
oleh
vasopresin,
kalsitonin
dan
hormon
paratiroid.
B U I<
LJ AJA RAIJESIES'OI
OG'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
7/25
Makula
densa
adalah area
yang
terdiri
atas sel
yang
terspesialisasi
yang
melapisi dinding
tubulus
distal
saat tubulus
tersebut
melewati
glomerulus
nefron
yang
sama. Sel
pada
makula
densa
ini sensitif
terhadap
konsentrasi
NaCl
di
lumen
tubulus
distal.
Turunnya
konsentrasi
NaCl
pada
tubulus distal
konvoluta
akan
menginisiasi
sinyal
dari
makula
densa
yang
akan
menyebabkan
penurunan
resistensi
aliran darah
pada
arteriol
aferen,
yang
kemudian
akan
meningkatkan
tekanan
hidrostatik
glomerular
dan
membantu
mengembalikan
rasio
filtrasi
glomerulus
kembali
normal. Selain
itu,
aktivasi
makula
densa
akan menyebabkan
peningkatan
penglepasan
renin
pada
seljukstaglomerular
dari arteriol
aferen
dan
eferen.
Tubulus
distal
konvoluta
mempunyai
akivitas
Na-K-ATP-ase
serta Ca-Mg-ATP-ase
yang
paling
tinggi
dibandingkan struktur
lain dalam
nefron.
Fungsi
utama dari
tubulus ini adalah
reabsorbsi
Na-K-2CI
yang
dimediasi
oleh
co-transpofter
Na-Cl-senslflve
tiazid. Co-transporter
ini
mengalami upregulaflon
dengan
pengaruh
mineralokortikoid,
yakni
aldosteron.
Komponen terakhir
dari
nefron adalah
sistem
duktus
kolektivus.
Sistem
ini akan membawa
cairan
yang
telah
melewati sistem
tubulus
sebelumnya
menuju
pelvis
renalis.
Komponen
ini terbagi
menjadi connecting
tubules,
duktus kolektivus
kortikal, duktus
kolektivus
medular
dan
papila
renalis. Fungsi utama
dari
duktus
kolektivus
kortikal
adalah
sekresi K.
yang
diikuti
dengan
reabsorbsi
Na2*
Regulasi transport
aktif ini dipengaruhi
oleh
mineralokortikoid.
Duktus
kolektivus
medular dibagi
lagi
menjadi dua,
yaitu:
bagian
luar dan dalam.
Duktus
kolektivus medular
bagian
luar mempunyai
peran
dalam
asidifikasi
urin.
Pada
bagian
duktus
kolektivus ini
terjadi sekresi H. yang diikuti oleh reabsorbsi ion
K* dan
dimediasi oleh
pompa
H-K-ATP-ase
yang
terletak
di
membran
basal-lateral.
Selain
sekresi
H*, duktus
kolektivus
medular
bagian
luar
inijuga
mensekresi
ammonia untuk
asidifikasi
urin.
Duktus
kolektivus
medular bagian
dalam
berjalan dari
medula
kemudian
menyatu
dengan
duktus
lainnya
menjadi satu
duktus
dengan
diameter
yang
lebih
besar.
Duktus ini kemudian
akan
bermuara
di
papila
dan dinamakan
duktus kolektivus
Bellini.
Duktus
ini
juga
berperan
dalam asidifikasi
urin
melalui sekresi
ion H*.
Duktus ini
cenderung
impermeabel
terhadap air.
Namun, dengan
pengaruh
vasopressin,
terdapat
perubahan
morfologis
yang
terjadi seperti
cellular
swetting
dan pelebaran intercellular
spaces membuat
duktus ini
permeabel terhadap
air.
SIRKULASI
GINJAL
Arteri
renalis merupakan
cabang
dari
aorta
abdominalis
yang
muncul
pada
level diskus
intervertebralis
antara L1-L2.
Arteri
renalis
dekstra melewati
posterior
dari
vena
kava inferior.
Pada
hilus
renal,
masing-masing
arteri
bercabang menjadi
lima
arteri
segmental
yang
merupakan
end artery.
Tiaptiap segmen
yang
diperdarahi
tidak
mempunyai
pembuluh
darah
kolateral,
sehingga
membagi
ginjal
menjadi
lima
segmen
yang
independen.
Percabangan
arteri segmental
adalah sebagain
berikut:
8
IJKU AJARAJVESTSS'OIOGJ
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
8/25
a.
Arteri renalis bercabang
menjadi
arteri
renalis anterior
dan
arteri renalis
posterior.
b.
Cabang arteri
renalis anterior
adalah
arteri segmental
superior
yang
memperdarahi
bagian
apeks
ginjal;
arteri segmental
anterosuperior
dan
anteroinferior
yang
memperdarahi
bagian
anteriosuperior dan
anteroinferior
ginjal;
serta arteri
segmental
inferior
yang
memperdarahi
bagian inferior dari
ginjal.
c. Cabang
posterior
arteri
renalis
dilanjutkan
dengan
arteri
segmental
posterior
yang
memperdarahi
hampir
50%
dari segmen
posterior
ginjal
Arteri
segmentalis
ini kemudian
akan
memberikan
cabang
yang
dinamakan
arteri
interlobaris.
Arteri ini berjalan sepanjang
kolumna
Bertini
dan
memberikan
cabang
menjadi
arteri arkuata
yang
berjalan
sepanjang
perbatasan
antara
korteks
dan
medula.
Selain
memberikan
cabang
untuk arteri arkuata,
arteri
interlobaris
juga
akan
bercabang
kembali
menjadi arteri-arteri
dengan diameter
lebih
kecil
yang
berjalan
menuju
permukaan
ginjal.
Arteri-arteri
ini kemudian
akan
memberikan cabang
untuk arteriol
aferen
yang
akan
memasuki
glomerulus.
Beberapa vena renalis
mengalirkan
darah
dari
ginjal
dan
bersatu untuk membentuk
vena
renalis dekstra dan
sinistra.
Vena renalis
dekstra
dan sinistra
berada
di
bagian
anterior
dari
arteri
renalis dekstra
dan
sinistra.
Vena
renalis
sinistra
menerima
darah
darivena
suprarenalis
sinistra,
vena
gonadal
sinistra
(testikular
maupun ovarika)
dan
berhubungan
dengan
vena
lumbaris asenden.
Dalam
keadaan istirahat,
sekitar
1-1,5
liter
darah mengalir
ke
ginjal.
Jumlah
ini sama
dengan
20-25% curah
jantung.
Pembentukan
urin
ini
membutuhkan
10% dari
konsumsi
O,
basal.
Regulasi Sirkulasi
Ginjal
dan
Filtrasi
Glomerulus
Tidak ada mekanisme
transport
aktif
maupun
energi
yang
dipakai untuk
mendorong
plasma
bergerak
melalui membran
glomerulus menuju
kapsula
Bowman.
Karena
itu,
gaya
pasif
yang
menyebabkan
terjadinya dinamika cairan
di
kapiler pada bagian
lain
dalam
tubuh
juga
berperan
pada
ultrafiltrasi
melalui
membran
glomerulus.
Baik dalam
pengaruh
neural,
humoral
maupun
faktor
fisik
intrarenal,
regulasi sirkulasi
ginjal
sepenuhnya
ditentukan
oleh
perubahan
resistensi
yang
disebabkan
oleh
konstriksi
dan relaksasi
dari otot
polos
pembuluh
darah.
Pembuluh
darah
dari arteri
renalis
sampai
interlobularis
mempunyai
beberapa
lapisan
otot
polos
yang
dilapisi oleh
tunika
intima
dan
adventisia.
Arteriol aferen
mempunyai
satu
sampai dua
lapis
otot
polos
dan tidak
dilapisi
oleh
tunika
intima dan adventisia.
Semakin
mendekati
glomerulus,
sel otot
polos
pembuluh
darah
berganti menjadi
sel
granular
dari
aparatus
jukstaglomerular.
Ada tiga
faktor
yang
memengaruhi
filtrasi
glomerulus,
yaitu:
tekanan
kapiler
glomerulus,
tekanan osmotik
plasma
dan
tekanan
hidrostatik
kapsula
Bowman.
Tekanan
kapiler
glomerulus
dipengaruhi
oleh curah
jantung
dan
resistensi
arteriol
aferen
dan eferen. Oleh
karena ukuran
8UKU AJAR
A&'SST€S'OgCI€'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
9/25
arteriol
aferen
yang
lebih
besar
dari
arteriol
eferen,
maka
tekanan
kapiler
glomerulus
terjaga
tetap
tinggi
sehingga
terjadi
filtrasi
glomerulus
melalui
membran
plasma.
Bila
tekanan
glomerulus
yang
tinggi
menyebabkan
terjadinya
filtrasi,
maka tekanan
onkotik
kapiler dan
tekanan
hidrostatik
kapsula
Bowman
akan
menghambat
terjadinya
filtrasi.
Protein
plasma
tidak
dapat
melewati
membran
glomerulus,
sehingga
konsentrasi
plasma protein
kapiler
lebih
tinggi.
Tekanan
ini akan menarik
air dari
kapsula
Bowman
menuju
kapiler.
Mekanisme
ini
berlawanan
dengan
proses
filtrasi.
Mekanisme
saling
berlawanan
inijuga
didukung
oleh
kadar
air dalam
kapsula
Bowman
yang
lebih
banyak,
sehingga
tekanan
hidrostatik
kapsula
Bowman
akan
mendorong
air melewati
membran
glomerulus
dari
kapsula
Bowman
menuju kapiler.
Besar
total tekanan
kapiler
glomerulus
untuk
proses
filtrasi
adalah
55 mmHg,
sedangkan besar
total
dua
gaya
yang
melawannya
adalah
45
mmHg
sehingga
selisih
10 mmHg adalah
jumlah
gaya
yang diperlukan
untuk
filtrasi yang
dinam akan
nett filtration factor. Filtrasi glomerulus
juga
ditentukan
oleh
faktor
permeabilitas
kapiler,
faktor
ini dinamakan
faktor
koefisien,
sehingga
rasio filtrasi
glomerulus
(GFR)
dapat
dirumuskan
sebagai
berikut:
GFR=
\x
Nett Filtration
Factor
Faktor
koefisien
(K,)
ini
ditentukan
oleh
luas
permukaan
filtrasi
pada
kapiler
glomerulus.
Luas
permukaan
filtrasi
ini
ditentukan
oleh
jumlah
pori-pori
pada
dinding
kapiler
dan filtration
s/lfs
yang terbuka untuk terjadinya filtrasi. Aktivitas
sel
mesangial
dan
pseudopoda
podosit
berpengaruh
dalam
menentukan
seberapa
banyak celah
yang
terbuka
untuk terjadi
filtrasi.
Kemampuan
sel
mesangial untuk
berkontraksi
akan
mengurangi
permukaan
filtrasi
pada
dinding
kapiler
dengan cara
menutup
pori-pori yang
terdapat
di
dinding
kapiler,
sehingga
luas
permukaan
filtrasi akan
berkurang.
Kontraksi
dari
sel
mesangial
ini
dipengaruhi
oleh
sistem
saraf simpatis.
Kemampuan
kontraksi
inijuga
dimiliki
oleh
pseudopoda
podosit.
Bila
pseudopoda
ini berkontraksi,
sel
ini
akan
memendek
dan
melebar
sehingga
menutup celah
yang
berada
di
antara keduanya, sehingga
jumlah
filtration
slits
akan
berkurang,
sehingga
cairan
yang
difiltrasijuga
akan
berkurang.
REGULASI
RESISTENSI
KAPILER
Seperti
yang
telah dijelaskan
di atas,
regulasi GFR
ditentukan
oleh
jumlah
darah
yang
mengalir
melalui
kapiler
glomerulus
serta resistensi
dari arteriol
eferen
dan aferen.
Jumlah
darah
yang
melewati
kapiler
glomerulus
ditentukan
oleh
MAP
dan
curah
jantung.
Resistensi
dari
aferen
akan
mengurangijumlah
aliran
darah
yang
melewati
kapiler
glomerulus
sehingga
GFR
akan
menurun.
Bila resistensi eferen
bertambah
maka
tekanan
kapiler
glomerulus
akan lebih tinggi
dan
GFR akan
meningkat.
Ada dua
mekanisme
yang
mengatur
resistensi
dari
arteriol
aferen
dan
eferen.
Mekanisme
,ii:.]:].].:ii:t:t.t:.|ra:i.::l.ilr,|:.r:l;1.:l.i
:ii:riill:irl.lli.:i.:lt:it:i :rrl;al.lllillr:lliirriili.:a:ta
g{./K{J
A JAR AfV€S
rgS{S{-CIS'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
10/25
tersebut
adalah
autoregulasi intrinsik
ginjal
dan regulasi simpatis
ekstrinsik.
Masing-masing
mekanisme
tersebut
akan
dibahas
berikut
ini.
1
.
Mekanisme
autoregulasi intrinsik
Mekanisme ini akan mengatur ukuran kaliber arteriol aferen yang menyebabkan
perubahan
resistensi
kapiler.
Seperti
yang
dijelaskan sebelumnya,
perubahan
resistensi
arteriol
akan
menyebabkan
perubahan
pada
aliran darah
yang
melewati
kapiler,
yang
kemudian
akan
menyebabkan
perubahan
pada
GFR.
Kedua mekanisme di
bawah ini mencegah fluktuasi
GFR
yang
berlebihan
dan mendadak.
Terdapat
dua
mekanisme
yang
berperan dalam
autoregulasidiatas,
yaitu
mekanisme miogenik
dan
umpan
balik tubuloglomerular. Mekanisme miogenik
difasilitasi oleh sel otot
polos
arteriol
aferen
yang
akan akan berespon dengan cara vasokonstriksi bila terdapat
pelebaran
kapiler
akibat
aliran
darah kapiler
yang
meningkat. Mekanisme ini akan mengatur
jumlah
darah
yang
melewati
kapiler
glomerulus
dan GFR akan
kembali
normal.
Mekanisme
yang
kedua adalah
mekanisme
umpan
balik
jukstaglomerular.
Sel otot
polos
dalam kapiler
jukstaglomerular
adalah
sel
granular
yang
terspesialisasi
yang
disebut dengan makula
densa. Seperti
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya, makula densa
akan mendeteksi
peningkatan
cairan
yang
difiltrasi
pada
tubulus
distal dan
mensekresi zat vasoaktif
yang
akan menyebabkan
konstriksi
arteriol
aferen.
Sebaliknya, bila terdapat
penurunan
kadar NaCl dan
air
pada
tubulus
distal,
maka
makula
densa akan mensekresi substansi vasodilator, sehingga
terjadi relaksasi
arteriol
aferen
dan
GFR
kembali normal.
2. Mekanisme
ekstrinsik ini
mengatur
GFR
dengan
tujuan utama untuk
mengembalikan
tekanan
darah
arterial menjadi normal. Mekanisme
ini dimediasi oleh kontrol
saraf simpatis
melalui
baroreseptor
karotis. Baroreseptor karotis
akan mendeteksi
penurunan
tekanan darah,
maka
baroresptor
akan
mengaktifkan
kontrol kardiovaskular
di
batang
otak dan menginisiasi
mekanisme
kompensasi
berupa
peningkatan
curah
jantung
dan resistensi
perifer
untuk
mengembalikan
tekanan darah menjadi normal. Peningkatan resistensi
perifer
inijuga
terjadi
pada arteriol aferen, sehingga aliran darah
yang
melewati kapiler
akan
berkurang
dan
laju
filtrasi
glomerulus
juga
akan berkurang.
Dengan
penurunan
GFR, maka
lebih
sedikit
cairan
yang
difiltrasi
dan
urin
yang
dikeluarkan
lebih
sedikit.
Sehingga cairan
yang
dikonservasi
di
dalam
kapiler
akan
lebih
banyak.
FUNGSI
GINJAL
Fungsi Ekskresi
Volum
dan
konstituen
ultrafiltrat
pada
filtrasi
glomerulus
berbeda
dengan
volum
dan
konstituennya
pada
saat memsuki
pelvis
renalis.
Perbedaan
ini
disebabkan
oleh
proses
reabsorbsi
dan sekresi
tubulus.
Hubungan antara filtrasi
glomerulus,
reabsorbsi
tubulus
dan
sekresi
tubulus
dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
f,.J'\U
,l.Jri'<
"rrJ\'E}
'
T5'ULL'I,'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
11/25
1. Substansi
1, difiltrasi sepenuhnya
pada glomerulus, namun tidak
direabsorbsi
kembali
oleh tubulus,
akan disekresi
oleh
tubulus.
2.
Substansi
2, difiltrasi sepenuhnya
oleh
glomerulus, kemudian
direabsorbsi
kembali
sepenuhnya
oleh tubulus.
3.
Substansi
3,
difiltrasi
sepenuhnya
pada glomerulus,
sebagian
besar direabsorbsi oleh
tubulus, sisanya
keluar bersama
urin.
Laju
filtrasi
glomerulus
pada
orang
dewasa
sehat sangat
besar
sehingga
memicu sejumlah
plasma
dalam
jumlah
besar untuk
difiltrasi
dan
proses
reabsorbsi
tubulus
mendominasi
regulasi volum
plasma
dan
konstituennya.
Sebagai contoh,
air dan
natrium
yang
difiltrasi 99%
akan
diserap
kembali,
urea
yang
difiltrasi
50% akan diserap
kembali, sedangkan
glukosa yang
difiltrasi
100% akan diserap
kembali.
Dalam
proses
reabsorbsi
maupun
sekresi, substansi
tersebut
harus
melewati epitel
sel
tubulus, ruang
interstisial dan endotel
kapiler.
Substansi
dapat
melewati sel epitel tubulus
melalui dua
cara,
yaitu
transelular
dan
paraselular.
Pada transport
paraselular,
substansi
akan
melewati tight
junction
menuju
ke endotel
kapiler.
Pada transport
transelular substansi
diharuskan
untuk
melalui sel epitel
secara
keseluruhan. Substansi
harus melewati
membran
luminal, sitosol
kemudian membran
basal
sel epitel tubulus
untuk dapat sampai
ke kapiler.
Pada transport transelular,
substansi
dapat
melewati
membran
sel melalui
tiga cara: difusi,
melalui channel
membrane dan
menggunakan
transporter.
Difusi terjadi
pada
substansi
yang
larut
lemak seperti steroid atau
gas.
Sebagian
besar
substansi
plasma
tidak larut lemak, maka
untuk
melewatiselepitelsuatu
substansi
harus berintegrasidengan
protein
membran selyang
dibagi
menjadi channel
dan transporter.
Kanal atau channel
adalah
pori-pori
kecil
pada
membran
sel,
tempat
air
atau
substansi
lain dapat berdifusi
melaluinya. Transport
melalui
kanal
ini
merupakan transport
pasif
dan
bergantung
pada
gradien
isoelektrik.
Kanal tidak spesifik
terhadap substansi
yang
berdifusi
melewatinya
dan
dapat
melewatkan
beberapa
jenis
substansi
dalam
jumlah
besar dan waktu
yang singkat.
Pada
transporter, suatu substansi
akan
mengaktifkan
kaskade
perubahan
konfigurasi
protein
sebelum
dapat
melewati membran
lipid
bilayer. Selain
sangat
spesifik
untuk
substansi
tertentu,
proses
ini
juga
membutuhkan
energi.
Transporter
dibagi
menjadi tiga
menurut
jumlah
substansi
yang
dapat dibawanya,
yaitu:
uniporter, simporter
dan antiporter.
Simporter,
atau
disebut
dengan co-transpo,rfer
bersamaan
dengan antiporter
dapat
membawa dua atau
lebih
substansi
untuk
melewati membran
sel. Simporter membawa
2 substansi atau
lebih melewati
membran dengan arah
yang
sama,
sedangkan antiporter
membawa
2 substansi atau lebih
melewati membran dengan arah yang berlawanan.
utr:at:it:tit:it:at:iau:laiu:i
,s
{.dK{J
A,iA K
A &rSS
rg$d0L CISf
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
12/25
Transport
Zat
Nonorganik
Natrium
Reabsorbsi
natrium merupakan
proses yang
unik dan kompleks.
Delapan
puluh persen
energi
yang
digunakan
ginjal untuk
membentuk
urin
digunakan
pada proses
reabsorbsi
natrium.
Natrium
direabsorbsi sepanjang
tubulus,
kecuali
ansa
Henle
pars
desenden. Transport
aktif
natrium ini dimediasi oleh
co-transporfer
Na-K-ATP-ase
yang
terletak
pada
membran
basolateral.
Reabsorbsi natrium
pada
bagian
tubulus
yang
berbeda
juga
mempunyai
peranan yang
berbeda.
-
Reabsorbsi natrium
pada
tubulus
proksimal
mempunyai
peranan penting
dalam
reabsorbsi
glukosa, asam amino, air, klorida
dan
urea.
-
Reabsorbsi
natrium
pada
ansa
Henle
pars
asenden
berperan dalam
proses
konsentrasi
urin.
-
Reabsorbsi natrium
pada
tubulus
distal
berperan dalam
regulasi cairan ektraselular,
sekresi
ion hidrogen dan kalium; serta,
berperan
dalam regulasitekanan
darah
arterial. Reabsorbsi
pada
bagian tubulus
ini dipengaruhi
oleh
hormon.
Transporter
Na-K-ATP-ase
akan memompa natrium melewati membran basolateral
menuju
lateral intercellular
space.
Natrium
ini kemudian akan
berdifusi
melalui sel endotel masuk
ke
dalam kapiler. Keseluruhan
proses
ini adalah
proses
transport
aktif
yang
membutuhkan energi
karena
natrium bergerak
melawan
gradien
konsentrasinya.
Artinya
natrium
akan bergerak
dari
sitosol
yang
konsentrasinya
rendah menuju
lateral interselular
space
yang
konsentrasinya
lebih
tinggi. Transport
aktif
ini
menyebabkan
konsentrasi
natrium
pada
lateral intercellular
space
akan meningkat dan
konsentrasi
natrium intraselular
epitel tubulus
akan
tetap
rendah.
Konsentrasi
natrium intraselular
yang
rendah akan mendorong
natrium
pada
lumen tubulus
yang
konsentrasinya lebih tinggi
untuk berdifusi secara
pasif
ke dalam sel.
Pada
membran luminal, terdapat
beberapa
jalan
masuk
natrium intraluminal ke dalam sel,
antara lain:
simporter
Na-nutrien,
Na-fosfat dan
Na-sulfat;
antiporter Na-hidrogen
dan
kanal
sodium.
Klorida
Reabsorbsi
klorida
bergantung
pada rasio
reabsorbsi
natrium.
Bila
sejumlah
natrium
meninggalkan ruang intraselular
melewati
membran basal,
maka dibutuhkan
anion
pengganti
untuk mencapai keseimbangan
anion
dan
kation.
Proses
yang
terpenting
dalam
reabsorbsi
klorida adalah
perpindahan
klorida dari
lumen
ke
:,
AUKU
A JA
R A&'€S
T€SIOL
SG'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
13/25
1.
2.
dalam
sel.
Konsentrasi
klorida
intraselular
harus
cukup
tinggi
untuk
nantinya
akan
membantu
pergerakan klorida
melewati
membran
basalis.
Karena
itu,
transporter
klorida
pada
membran
luminal
mempunyai
fungsi
yang
sama
dengan
trasporter
Na-K-ATP-ase
untuk
natrium
pada
membran
basalis,
yakni
menggerakan
klorida
melewati
membran
luminal
melawan
gradien
elektriknya.
Saat
terjadi
reasorbsi
natrium,
jumlah
anion
intraselular
akan
lebih
banyak
dart
kation'
Sebaliknya,
kation
pada
laterat
intercellular
space
akan
lebih
banyak
dari
anion.
lni
akan
menyebabkan
muatan
elektrolit
intraselular
lebih
negatif
dibandingkan
dengan
muatan
elektrolit
pada
lateral
intercellular
space
maupun
lumen
tubulus.
Karena
keseimbangan
elektrolit
perlu
dicapai,
anion
intraselular
harus
berpindah
menuju
lateral
intraselular
space,
namun
konsentrasinya
harus
cukup
untuk
mendorong
anion
tersebut
keluar
dari sel
menuju
lateral
intercellular
space.
Karena
anion
intraselular
terdiri
atas
klorida
dan
bikarbonat,
maka
transporter klorida akan membawa
klorida
dari dalam
lumen
tubulus
melawan
gradien
elektrokimianya
ke dalam
sel
sampai
konsentrasinya
cukup
untuk
mendorong
klorida
tersebut
keluar
melewati
membran
basalis,
sehingga
keseimbangan
elektrolit
tercapat.
Air
Air direabsorbsi
secara
pasif
dengan
cara
osmosis
di
sepanjang
tubulus.
Berikut adalah
tahapan
reabsorbsi
air
di sepanjang
tubulus:
Air
dan
natrium
direabsorbsi
secara
bersamaan
pada
tubulus
proksimal.
Air
dan
natrium
juga
direabsorbsi
secara
bersamaan
pada
ansa
Henle,
namun
melalui
bagian
yang
berbeda.
Ansa
Henle
pars
desenden
menyerap
air
sedangkan
pars
asenden
menyerap
natrium.
Proses
ini
berperan
dalam
menentukan
konsentrasi
urin.
Air
direabsorbsi
pada
tubulus
distal,
dan
pada
tubulus
ini tidak
ada
reabsorbsi
natrium.
Reabsorbsi
air
dan
natrium
secara
bersamaan
juga
terjadi
pada
tubulus
kolektivus.
Air akan
melewati
membran
basalis
dengan
tiga
cara:
paraselular, transelular
yang
dimediasi
oleh
akuaporin
dan
melalui
tight
junction.
Banyaknya
air
yang
direabsorbsi
bergantung
pada
permeabilitas tiap-tiap
segmen
tubulus
terhadap
air.
Aquaporin
pada
tubulus
proksimal
dan
ansa
Henle
pars
desenden
selalu
terbuka
dan tidak
dipengaruhi
oleh
neurohormon,
sehingga
segmen
tubulus
ini
sangat
permeabel
terhadap
air.
Sebaliknya,
ansa
Henle
pars
asenden
relatif
tidak
permeabel terhadap
air.
Tubulus distal
juga
relatif
tidak
permeabel
terhadap
air,
namun
permeabilitasnya
dapat
berubah
di
bawah
pengaruh
vasopresin.
Duktus
kolektivus
juga
mempunyai
permeabilitas
yang
rendah
terhadap
air, namun seperti
tubulus distal,
permeabilitas ini dipengaruhi
oleh
neurohormon.
Gaya
yang
mendorong
reabsorbsi
air
adalah
status
hipertonis
pada
intercellular
lateral
spaces
yang
disebabkan
aktivitas
pompa
Na-K-ATP-ase
pada
membran
basalis.
Keadaan
hipertonis
ini akan
menyebabkan
gradien
osmotik
yang
mendorong
air dari
dalam
lumen
menuju
lateral
3.
4.
e$K{J A.iA
R
g
j1{€s?"€sf
0{- 06,
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
14/25
2.
3.
intercellularspaces.
Air
yang
berkumpul
pada
tempat
ini
pada
akhirnya
akan
cukup
banyak
dan
menyebabkan
meningkatnya
tekanan hidrostatik
pada
laterat
intercellular
spaces.
Tekanan
hidrostatik yang
tinggi kemudian
akan mendorong
air bergerak
menuju
kapiler.
Transport
Substansi
Organ ik
Substansi
organik
yang
dapat difiltrasi
oleh
ginjal
antara lain
adalah
glukosa,
asam
amino,
urea,
vitamin
larut
air, asetoasetat,
beta hidroksibutirat
dan lain-lain.
Reabsorbsi
zat
organik
ini
terjadi
pada
tubulus
proksimal.
Karakteristik
reabsorbsi
substansi
organik
ini
antara
lain:
1.
Reabsorbsi
terjadi
dengan
cara
transport
aktif
dan
penyerapannya
mendekati
1OO%.
Reabsorbsi
ini difasilitasi
oleh
simporter
natrium.
Sebagian
besar
proses
reabsorbsi
substansi
organik
ini ditandai dengan
sistem
f
^(turbular
maximum).
T,
adalah
batas
atas
jumlah
penyerapan
substansiorganik
pada
waktu
tertentu.
Bila
suatu
substansi
organik
pada
tubulus melebihi
batas
T,,
maka
susbtansi
tersebut
akan
ikut
terbuang
melalui
urin. Namun,
batas
atas
penyerapan
ini
jauh
melebihi
jumlah
yang
biasa
direabsorbsi
pada
individu
normal.
Reabsorbsiterjadi
sangat
spesifik. Masing-masing
substansi mempunyai
simporter
khusus
untuk
memfasilitasi
proses
reabsorbsi.
4.
Proses
reabsorbsi
pada
tubulus
proksimal
ini
dapat
dihambat oleh
obat-obatan
tertentu.
Glukosa
Jumlah
substansiyang
diserap
per
menit dinamakan
fittered load
(beban
filtrasi).
Beban filtrasi
ini
dapat
dihitung
dengan
konsentrasi
plasma
substansi
tertentu dikali
dengan
GFR. Dalam
keadaan
normal,
terdapat
100
mg
giukosa
dalam
100
mL
plasma.
Dengan
125
mL
plasma
difiltrasi
setiap menitnya (GFR
normal
=
125
ml/menit)
maka beban
filtrasi
normal
glukosa
adalah
125
mg/menit.
T,
dariglukosa
adalah
375 mg/menit.
Karena itu,
pada
kondisi normal,
glukosa
akan
seluruhnya
diserap
oleh
tubulus.
Sedangkan,
bila
konsentrasiglukosa
yang
akan
diserap
melebihi
375mgl
menit,
maka
tubulus
akan menyerap
dalam batas
minimum
dan sisanya
akan
terbuang
oleh
urin.
Konsentrasi plasma suatu substansi
yang
melebihi
T,
dan
mulai terlihat
di
urin
dinamakan
renal
threshold.
Pada
T,
glukosa
normal
(375
mg/ml)
dengan GFR
normal
(125
mL),
renal
threshold
untuk
glukosa
adalah
300m9/100
mL.
Dapat
disimpulkan, konsentrasi
plasma
glukosa
maksimalyang
masih
dapat direabsorbsi
sepenuhnya
oleh tubulus adalah
300 mg/100
mL.
:it:ai.i.ia:rali.rti:i1r.:rrr:i:r3r:r:'ii.:.:rii.i,:tr:r:i r:.:r:.
g
{/KU,4JAR,4fir€S
rgsr0t CIG}
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
15/25
Urea
Urea
adalah
produk yang
akan
disekresi,
namun
juga
direabsorbsi
karena
urea
berguna
dalam
mengatur
keseimbangan
air.
Urea
diproduksi
dalam
hati
sebagai
produk
akhir
dari
metabolisme
protein.
Produksinya
akan
meningkat
pada
diet tinggi
protein
dan
akan
berkurang
dalam
keadaan kelaparan. Ekskresi
urea
harus menyesuaikan rasio produksinya
dalam hati.
Bila
keseimbangan
ekskresi
dan
produksi ini
terganggu
akan
terjadi
kondisi
yang
disebut dengan
uremia.
Setengah
dari
urea
yang
difiltrasi
akan
direabsorbsi
pada
tubulus
proksimal
dan akan
disekresikan
dalam
jumlah
yang
sama
pada
ansa Henle.
Kemudian
urea
ini separuhnya
akan
kembali
direabsorbsi
pada
duktus
kolektivus.
Karena
itu,
setengah
dari
beban
filtrasi urea
akan diekskresi.
Pada tubulus
proksimal,
sebagian
besar
air
akan
direabsorbsi
dan
susbtansi
dalam
lumen
tubulus
yang
tidak
ikut diserap
akan
terkonsentrasi.
Substansi
dalam
lumen
tersebut
sebagian
besar
merupakan
urea.
Dengan
konsentrasi
tinggi
ini
urea
akan
secara
pasif
bergerak
melalui
membran
basalis.
Ketika
cairan
memasuki
ansa
Henle,
setengah
dari urea
dalam
tubulus
sudah
terserap
ke dalam
kapiler.
Saat
memasuki
medula,
karena
medula mempunyai
konsentrasi
urea
yang
lebih tinggi,
maka
urea
akan
kembali
disekresikan
ke
dalam tubulus
dalam
jumlah
yang
sama
saat
direasorbsi.
Pada
saat
cairan
memasuki
ansa
Henle
pars
asenden,
80%
air
akan direasorbsi,
sehingga
konsentrasi
urea
pada
plasma
akan
kembali
lebih
tinggi dibandingkan
kapiler.
Ansa
Henle
pars
asenden
berdinding
tebal
sampai dengan
duktus
kolektivus
medular dan
impermeabel
terhadap
urea,
maka
konsentrasi
urea akan
tetap
tinggi
sampai
cairan
mencapai
duktus
kolektivus
tempat
urea akan diserap kembali.
Besar
konsentrasi
urea
pada
tubulus
bergantung
pada
status
hidrasi
individu
tersebut.
*
fu:lrd
*luut
tsbrt*
*
$ril*u,.hdln
'{S*r
Rr*rrl
lsftlrilrrr
cGll
Gambar
4.
Proses
perpindahan
substansi
organik
a uK{,,
A JA
& A&f,SS
r&'SrOL
ffin
oct
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
16/25
Sekresi
Tubular
Sekresi
aktif
anion
dan kation
organik
Jalur
sekresi
aktif
anion
dan kation
organik
pada
tubulus
proksimal
merupakan
kebalikan
dari
proses reabsorbsi aktif substansi organik.
Anion dan
kation organik ini akan difiltrasi
oleh
glomerulus,
kemudian
akan disekresikan kembali
di
tubulus
proksimal,
dengan
kata
lain,
proses
sekresi
pada
tubulus
proksimal
ini
akan
menambahkan konsentrasi
anion
dan
kation
organik
yang
telah
difiltrasi
sebelumnya. Proses
sekresi aktif inijuga
difasilitasi
oleh trasporter
aktif
pada
membran
basal
sel epitel
tubulus
dan
jumlah
substansi
yang
disekresikan
terbatas.
seperti
glukosa,
anion dan kation
organik
mempunyaiT,,
sehingga bila kadarnya
dalam darah
sangat
tinggi,
substansi
tersebut
tidak dapat disekresi
dengan
baik.
Sekresi
Kalium
Kalium
akan
bergerak
berlawanan
arah sepanjang
tubulus. Pada
tubulus
proksimal,
kalium
akan
direabsorbsi
sepenuhnya,
kemudian
pada
tubulus distal dan
duktus kolektivus,
kalium
akan
disekresi.
Bila kadar
kalium
darah
rendah
(hipokalemia),
maka
sekresi
kalium
pada
tubulus
distal
akan
dikurangi,
sehingga
jumlah
kalium
yang
keluar
melalui
urin
sedikit. Hal
ini
berlaku
sebaliknya
pada
hiperkalemia.
Seperti
natrium,
transport
kalium
juga
difasilitasi
oleh transporter Na-K-ATP-ase.
Transporter
ini
tidak
hanya
menggerakkan
natrium
keluar menuju
lateral intercellutar
space,
namun
juga
akan
menggerakkan
kalium
dari
lateral
intercellular
space
menuju ke dalam
sel. Proses
tersebut
akan
meningkatkan
konsentrasi
kalium intraselular.
Saat konsentrasinya
sudah
cukup besar
kalium
akan
bergerak
ke
luar dari
sel
menuju
lumen
tubulus secara
pasif
melalui
kanal K'
sesuai
dengan
gradien
konsentrasinya.
Saat
memasuki
sel
melalui
transporter
Na-K-ATP-ase,
kalium
akan
bergerak
melawan
gradien
konsentrasinya,
sehingga
pada cairan interstisial konsentrasi kalium
akan
berkurang.
Konsentrasi
kalium
yang
rendah ini
akan mendorong
kalium di kapiler
untuk berdifusi
secara
pasif
menuju
ruang
interstisial.
Dari
ruang
interstisial
ini
kalium
akan
memasuki
sel,
dan
kemudian
akan
berdifusi
menuju lumen
tubulus.
Proses
difusi
pasif
kalium
dari
ruang
intraselular
menuju lumen
tubulus
hanya
terjadi
pada
tubulus
distal
dan
duktus
kolektivus
karena
pada
segmen tubulus
tersebut
kanal
K.
yang
memfasilitasi
difusi
pasif
kalium
terletak
pada
membran luminal.
Pada
bagian
tubulus lain,
kanal
K.
terletak
pada
membran
lateral basal,
sehingga
bila
konsentrasi
kalium
intraselular
cukup
tinggi,
kalium
akan berdifusi kembali
menuju
lateral intercellular
space,
bukan
menuju
lumen
tubulus.
Beberapa
faktor
dapat
memepengaruhi
sekresi
kalium,
di
antaranya
adalah
aldosteron.
Aldosteron
akan memicu
sekresi kalium
pada
tubulus
distaldan
secara
simultan
akan memicu
g
uKU,4
J,4R XfV€S
rCSf
{3t
$Gt
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
17/25
reabsorbsi
natrium.
peningkatan
kalium
dalam
plasma
akan
memicu
korteks
adrenal untuk
meningkatkan
sekresi
aldosteron
yang
kemudian
akan
meningkatkan
ekskresi
kalium melalui
urin.
Kenaikan
konsentrasi
kalium
plasma
akan
memicu
korteks
adrenal
untuk
mensekresi
aldosteron,
penurunan
natrium
akan
mengaktivasi
sistem
renin-angiotensin-aldosteron.
Jadi,
aldosteron
diaktifkan
oleh dua
jalur
yang
berbeda.
Namun,
apa
pun
stimulus
penyebab
kenaikan
sekresi
aldosteron,
hormon
iniakan
tetap
menyebabkan
peningkatan sekresi
kalium
dan
reabsorbsi
natrium.
Karena
itu
sekresi
kalium
akan
tetap
meningkat
pada
keadaan
hiponatremia.
Sistem
renin-angiotensin-aldosteron
ini
akan
dibahas
lebih
lanjut.
Selain
aldosteron,
pH
tubuh
juga
dapat
memengaruhi
sekresi
kalium.
Transporter
Na-K-
ATP-ase
pada
membran
basolateral
di
tubulus
distal
dapat
mensekresikan
K*
atau H* saat
reabsorbsi natrium. Sekresi
K*
atau H. tidak terjadi secara
bersamaan.
Bila
pH
darah
turun,
trasporter
Na-K-ATP-ase
akan
mensekresi
H.lebih
banyak
dan sekresi
K* akan
dikurangi.
Demikian
juga
sebaliknya.
Produksi
Urin
Pada
kondisi
normal,
125
mL
plasma
yang
difiltrasi
oleh
ginjal
per
menit, 124
mL
di
antaranya
akan
direabsorbsi
kembali.
Oleh
karena
itu
pembentukan urin
hanya
1
ml/menit.
Substansi
yang
tidak
dibutuhkan
oleh
tubuh
dalam
plasma
pada
vena
renalis
lebih sedikit
bila dibandingkan
dengan
arteri
renalis
karena
ditinggalkan
di lumen
tubulus
untuk
diekskresi
bersama
urin.
Plasma
clearance
suatu
substansi
adalah
volum
plasma
yang
"dibersihkan"
dari
substansi
tersebut
per
menit.
Hal
tersebut
merujuk
kepada
volum
plasma yang
berhasil
dibersihkan,
bukan
jumlah
substansi
yang
berhasil
dieksresi.
Rasio
plasma
clearance
pada
tiaptiap
substansi
berbeda,
namun
hubungan
rasio
plasma
clearance
degan
GFR
dapat
diilustrasikan
sebagai
berikut:
1.
Substansi X, difiltrasi sepenuhnya pada
glomerulus
namun tidak
direabsorbsi
kembali oleh
tubulus.
Plasma
clearance
pada
substansi
ini
akan
sama
dengan
GFR.
Karena
jumlah
plasma
yang
difiltrasi
sepenuhnya
akan
dieksresi.
Contohnya
adalah
inulin
dan kreatinin.
2. Substansi
Y
difiltrasi
sepenuhnya
oleh
glomerulus,
kemudian
direabsorbsi
kembali
sepenuhnya
oleh
tubulus.
Seluruh
subtansi
direabsorbsi
kembali,
sehingga
plasma
clearancenya
lebih
rendah
dari
GFR'
Contohnya
glukosa.
3.
Substansi
Z,
difiltrasi
sepenuhnya
pada glomerulus namun
tidak
direabsorbsi
dan
akan
disekresi kembali. Plasma clearance substansi
ini
akan lebih besar dari GFR
karena
jumlah
plasma yang
difiltrasi
tidak
direabsorbsi
dan
jumlahnya
akan
ditambah
melalui
proses
sekresi.
Contoh
dari
substansi
ini adalah
anion organik
para-aminophuric acld
(PAH).
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
18/25
Seperti
diketahui, osmolalitas
plasma
bergantung
pada
konsentrasi
zat
yang
terlarut
dibandingkan
dengan
pelarutnya
(air).
Ketika konsentrasizat
yang
terlarut dalam
air
seimbang
dinamakan isotonis.
Bila air tersebut
defisit atau berlebih,
maka dinamakan
hipertonis dan
hipotonis.
Karena
reabsorbsi
air bergantung
pada
gradien osmotik antara
lumen
tubulus dengan
ruang
interstisial,
maka
ginjal
tidak akan
mengekskresi urin
yang
lebih
atau
kurang
terkonsentrasi
dari
cairan tubuh. Hal ini terjadi bila
omsolalitas dari cairan
di dalam
ruang interstisial
sama
dengan
osmolalitas cairan tubuh. Gradien
osmotik vertikal
pada
ginjal
dipertahankan
pada
ruang
insterstisial medula
ginjal
untuk
memfasilitasi reasorbsi
air. Konsentrasi cairan
ruang
insterstisial
ini akan bertambah
dari batas
korteks dampai
ke medula dengan konsentrasi
paling
tinggi 1200 mOsm/L
pada pelvis
renalis.
M ed
u
I I
ary
C o u nte
rc
u
rre
nt Sysfem
Medullary
countercurrent
system adalah
mekanisme
yang
membutuhkan
energi
untuk
menciptakan
gradien
osmotik.
Mekanisme
ini
berperan dalam
konsentrasi
urin
dan diperankan
oleh ansa Henle. Sebelum dibahas
lebih
lanjut,
perlu
diingat
permeabilitas
ansa Henle terhadap
air dan
natrium
berbeda
di tiaptiap
tempat.
Ansa Henle
pars
desenden sangat
permeabel
terhadap
air dan tidak
mereabsorbsi
natrium. Sedangkan
ansa
Henle
pars
asenden
akan
mereabsorbsi natrium namun impermeabel
terhadap
air.
Tahap
demi tahap medullary countercurrent
system
akan
dijabarkan
sebagai berikut:
1. Tahap inisial
Sebelum
terdapat
gradien
osmotik
vertikal,
konsentrasi
cairan
pada
ruang
interstisial
medula
300 mOsm/L.
2. Tahap
1
Pompa natrium pada pars
asenden
akan
menggerakkan
NaCl keluar
dari
lumen
tubular sehingga cairan di
ruangan
interstisial kini akan
200 mOsm/L
(lebih
hipertonis
dari
sebelumnya).
Ekskresi
natrium dari lumen
tubulus ini terus berlanjut sampai
cairan
pada
ruang interstisial
dalam
keadaan hipertonis.
Walaupun
tedapat
gradien
osmotik namun air tidak dapat
mengikuti
pergerakan
natrium karena
pars
asenden
impermeabel
terhadap
air.
Namun,
kondisi hipertonis
ini akan menarik
air dari
lumen
tubulus
pada pars
desenden
yang
sangat
permeabel
terhadap air. Reasorbsi air
dari
pars
desenden
ini
akan
terus
berlanjut
sampai
osmolalitas
cairan
interstisial
dengan
lumen
tubulus dalam keadaan seimbang.
Pada
keadaan
seimbang,
gradien
osmolalitas
pars
asenden dengan
cairan
interstitial
adalah 200 mOsmol/L dan
pars
desenden dengan
cairan interstisial
adalah 400 mOsm/L
B U
KU
AJA
R,ANFS
IFS'OL OG'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
19/25
fahap
2
Ketika cairan
200
mOsm/Ltadi
melewati
pars
asenden
maka
cairan
yang
"baru"
dengan
osmolalitas
awal
(300
mOsmol/L)
akan
mengalir
dari
tubulus
proksimal.
Cairan
400
mOsm/L
sebelumnya
akan
terus
mengalir
melalui
ansa
Henle
dan
kemudian
akan
tiba
pada pars desenden.
Tahap 3
Pars
asenden akan
memompa
kembali
NaCl
ke
ruangan
interstisialyang
akan
menarik
air dari
pars
desenden
sampai
keseimbangan
gradien
200
mOsmol/L tercapai dari
cairan
tubulus
yang
baru
memasuki
ansa
Henle.
Pada
tahap
ini,
konsentrasi dari
cairan
tubulus
secara
progresif
bertambah
pada
pars
desenden
dan
berkurang
pada
pars
asenden.
5. Tahap
4
Cairan
dari
tubulus
proksimal
yang
baru
akan
mengalir
lagi,
sehingga
keseimbangan
osmolalitas
horizontal
200
mOsm/L
akan
terganggu.
6.
Tahap
5
Ekskresi
Na dari
pars
asenden
akan
terjadi
yang
diikuti
oleh
reasorbsi
air
sampai
gradien
200 mOsmol/L
tercaPai.
7.
Tahap
6
Cairan
akan
terus
bertambah
dari tubulus
proksimal
dan
proses
ekstrusi
Na
dan
reabsorbsiairterus
berjalan
maka cairan
pada
pars
desenden
akan
semakin hipertonik
mencapai
konsentrasi
1200
mOsm/L,
empat
kali
dari konsentrasi
cairan tubuh.
Dengan
mekanisme
ini, maka akan
tercipta
gradien
osmotik
vertikal
pada
medula
dengan
osmolalitas
paling
tinggi
pada
bagian
medula
yang
mendekati
pelvis
renalis,
yaitu
1200
mOsm/L.
Dengan
mekanisme
ini
pula
cairan
yang
memasuki
pars
desenden
akan
semakin
terkonsentrasi
sampai
mencapai
konsentrasi
maksimum
dan
kemudian
secara
progresif
konsentrasinya
akan
berkurang
saat
memasuki
pars
asenden.
Cairan
ini pada akhirnya akan
meninggalkan
ansa
Henle
pada
osmolalitas
100 mOsm/L.
Gradien
osmotik
ini kemudian
akan
digunakan
oleh
duktus
kolektivus
untuk
mengonsentrasikan
urin
agar
lebih
tinggi dari
cairan
tubuh
dan dieksresi.
Selain
itu,
kondisi
hipotonis
pada
lumen tubulus
yang
memasuki
tubulus
distal
akan
menyebabkan
ginjal
dapat
mengeluarkan
urin
yang
konsentrasinya
lebih
rendah
dari
cairan
tubuh. Kedua
mekanisme
tersebut
difasilitasi
oleh
vasopresin
yang
akan dijelaskan
berikutnya.
3.
4.
"'";ffi;;;ffiffi$ffiffi*w
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
20/25
-W
{+rt$r*l
ta{l**ing
?*&*$*
*rFt*r**d*
{ryi}f*ry
Gambar 5.
Medullary Counter Current
Sysfem
Keseimbangan
Elektrolit
dan
Asam-Basa
Untuk menjaga
keseimbangan asam-basa,
masukan
ion H*
harus diimbangi
dengan
keluaran
H.yang sesuai. Hidrogen akan
terus
bertambah
di dalam tubuh
sebagai hasil akhir
metabolisme.
Walaupun sistem buffer tubuh dapat mencegah
perubahan
pH
darah, namun
sistem ini
belum cukup untuk menjaga
pH
darah secara konstan.
Keseimbangan
asam-basa
ini
diperankan
oleh dua organ,
yaitu paru-paru
dan
ginjal.
Karena
paru-paru
hanya dapat
mengeluarkan
asam dalam bentuk CO'
maka
asam dalam
bentuk lain
diekskresi melalui
ginjal.
Ginjal mengatur keseimbangan asam basa melalui
3
mekanisme,
yaitu:
ekskresi H*,
ekskresi
HCO3
dan sekresi ammonia.
Hampir
semua H.
disekresi melalui tubulus
proksimal,
distal dan duktus kolektivus.
Proses
sekresi H.
dimulai dari seltubulus dengan CO,
yang
berasal
dari hasil metabolisme
seltubulus
itu
sendiri
maupun CO,
Vang
berdifusi
dari lumen
tubulus
atau
plasma.
Di dalam
sel tubulus,
dibantu
oleh enzim anhidrase karbonat,
CO, dan HrO akan
membentuk
H2CO3
yang
akan
terurai menjadi
H*
dan
HCO3-.
Carrier
pada
membran luminal
akan mentransport
H. keluar dari
sel
menuju lumen tubulus.
Rasio
sekresi H* bergantung sepenuhnya
terhadap status
asam-basa
pada
sel tubulus
ginjal.
Sekresi
H. initidak dipengaruhi oleh
kondisi
neurohormonal. Tidak ada mekanisme reabsorbsi
H*, maka
bila konsentrasi
H*
plasma
di
bawah normal, tubulus akan mensekresi H.
lebih
Ezt
"1t
t A
/9 C ,4
frtECTEe r/"tt r'l/:i
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
21/25
sedikit.
Hal
ini berlaku
sebaliknya
pada
konsentrasi
H*
plasma
yang
tinggi.
Sekresi
H.
ini
diikuti
dengan
reabsorbsi
HCO3.
Setiap
kali ion
H. disekresi
menuju
lumen tubulus,
maka
secara
simultan
ion HCO.- akan
direabsorbsi
menuju
kapiler.
Coupling
H*
dan HCO3
ini sangat
penting
dalam
menjaga
keseimbangan
asam-basa.
Bikarbonat
(HCO3
)
difiltrasi
secara
bebas,
namun
membran luminal
cenderung
impermeabel
terhadap
bikarbonat.
Karena
itu, untuk
memasuki
sel bikarbonatyang
terfiltrasi
akan
bergabung
dengan
H*dalam
lumen tubulus
untuk
membentuk
H2C03.
Dengan
bantuan
anhidrase
karbonat,
H2CO3
ini akan terurai
di dalam
lumen
tubulus
menjadi
HrO
dan CO..
Tidak seperti
bikarbonat,
CO,
mudah
melewati
membran
luminal.
Saat
CO,
masuk
ke sel
tubulus,
dengan
bantuan
enzim
anhidrase
karbonat
pula
CO,
akan
bergabung
dengan
HrO membentuk
H2CO3
yang
kemudian akan
terurai
menjadi
H*dan
HCO3-
intraselular.
H*akan
kembalidisekresikan
lumen
tubulus,
sedangkan
HCO3
akan
direabsorbsi
secara
transport
aktif
menuju
kapiler
dengan
bantuan
transporter Na-HCO. atau
CI-HCO,.
lon
H.yang
disekresi dari pembentukan
HCO3
baru
ini kemudian akan
berikatan
dengan
buffer
fosfat
membentuk
H2PO4-
yang
diekskresi
melalui
urin.
Pada
keadaan
asidosis,
konsentrasi
H*
pada plasma
lebih
tinggi
dari
normal.
H.
yang
akan
diekskresi
lebih
banyak
dan HCO3-
yang
difiltrasi
akan
lebih
sedikit
karena
telah dipakai
untuk
mengikat
ion H*yang
berlebih
pada
plasma.
Keadaan
ini
menyebabkan
ekskresi
H*pada urin
lebih
banyak
sehingga
pH
urin akan
turun.
Selain
itu,
karena
H.
pada
lumen tubulus
berperan
untuk
pembentukan
HCO'- baru,
maka
bila semakin
banyak
H.di dalam
lumen tubulus,
akan
semakin
banyak HCO3-
yang
bergerak dari sel epitel
tubulus
menuju kapiler'
Sebaliknya
pada
keadaan
alkalosis,
karena
H*
dalam
plasma
kurang
untuk
mengimbangi
HCO3
yang
beredar,
maka
filtrasi
HCO3
akan meningkat
dan
sekresi
H*akan
turun.
Karena
sekresi
H.yang
turun
ini, maka
konsentrasi
H.pada
lumen
tubulus
akan sedikit.
Konsentrasi
yang
sedikit
ini tidak dapat
mengimbangi
filtrasi HCO3
yang
banyak,
sehingga
tidak
terjadi
pembentukan
H,CO. dan
tidak
ada
HCO'
yang
direasorbsi.
Carrier
H*
dalam
sel tubular
menggerakkan
H* melalui
membran
luminal
melawan
gradien
konsetrasi
sampai urin
800
kali lebih
asam dibandingkan dengan plasma. Sampai pada tahap
ini,
sekresi
H*akan berhenti
karena
gradien
konsentrasiterlalu
besar
untuk
dilawan
oleh carrier
H..
Ginjal
tidak
dapat
membuat
pH
urin
lebih asam
dari
4.5.
Konsentrasi
yang
berlebihan
pada
lumen tubulus
ini,
bila dibiarkan
sebagai
ion
H*
bebas,
maka
hanya
1
%
di
antaranya
yang
dapat
berkontribusi
untuk
asidifikasi
urin.
Sembilan
puluh
sembilan
persen
sisanya
tidak
dapat
diekskresi
dalam
bentuk
ion
H*
bebas.
Oleh
karena
itu,
untuk
dapat
diekskresi
ion
H*
harus
berikatan
dengan
buffer.
HCO3
pada
lumen tubulus
tidak
dapat
menjadi buffer
seperti
pada plasma,
karena HCO3
dan
H.tidak
diekskresikan
secara
simultan.
Terdapat
dua buffer
urin
yaitu
fosfat
dan
ammonia.
Fosfast
difiltrasi
secara
bebas
melalui
glomerulus.
Rasio filtrasi
fosfat ini sepenuhnya
ditentukan
oleh
asupan
protein
individu. Tidak
ada
mekanisme
yang
secara spesifik
mengatur
filtrasi
fosfat.
Pada
keadaan
sekresi
H.
yang
tinggi,
jumlah
fosfat
yang
berikatan
dengan
H* akan
semakin
banyak.
Namun seperti
yang
I
{,rK{J,4
JAR,4j1{gs
rgsrCI& 86'
8/19/2019 Bab 7 Fisiologi Ginjal
22/25
disebutkan
di atas, tidak
ada mekanisme
khusus
bagiginjal
untuk meningkatkan
ekskresifosfat,
maka
untuk
meningkatkan konsentrasi fosfat
dalam lumen tubulus
ginjal
akan
mengurangi
reabsorbsinya.
Pada
keadaan
asidosis,
ginjal
akan mensekresi
NH3,
yang
pada
lumen tubulus
akan berikatan
dengan
H.dan
membentuk NH4+. Karena membran sel
tubulus
impermeabel
terhadap
NHo*,
maka
NHo.
ini
tidak akan direabsorbsi kembali dan dieksresikan melalui urin. Tidak
seperti
fosfat
yang
difitrasi dari
plasma,
NH. disintesis dari asam amino
glutamin
di dalam sel tubulus.
Setelah
disintesis
NH. dapat
berdifusi
sesuai
gradien
konsentrasinya
menuju
lumen tubulus.
Jumlah
sekresi
NHu
ini bergantung
pada
rasio
H.yang
disekresi
ginjal
melewati
seltubulus.
REGULASI
NEUROHORMONAL
FUNGSI
GINJAL
Terdapat
dua mekanisme
dependen
yang
bekerja
secara
berlawanan
yang
mengatur tekanan
darah,
volum
intravaskular
dan
homeostasis
air
dan
garam.
Mekanisme
ini
dimediasi
oleh
substansi-substansi
vasodilator dan vasokonstriktor
ginjal.
Sistem RAA
(renin-angiotensin-
aldosteron),
vasopresin
dan sistem
saraf simpatis
akan
menyebabkan
vasokonstriksi
dan
mencegah
keadaan
hipotensi dan hipovolemia. Sebaliknya,
prostaglandin
dan
ANP
(afrium
n atri
uretic
peptides)
akan
menyebabkan vasodilatasi sehingga mencegah hipertensi.
1.
Komponen
Vasokonstriktor
Sistem
ren in-ang
Top Related