8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
1/29
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN DIAGNOSA POLIP
CAVUM NASI DI RUANG RAWAT SEURENE II
RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2013
Laporan Hasil Studi Kasus
Mata Kuliah KMB II
Pendidikan Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
M. ANGGIAN
11712007T12030
AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IM
BANDA ACEH
2013
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
2/29
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan ini dibuat berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
kepada Ny. I dengan diagnosa Polip Cavum Nasi Sinistra di Ruang Rawat
Seurene II Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin.
Asuhan keperwatan ini telah disahkan dan disetujui oleh:
Mengetahui
Pembimbing akademik Pembimbing lahan
Ns. Wiwin Haryanti Ns. Saumalina
Mahasiswa
M. Anggian
NIM 11712007T12030
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
3/29
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kasih sayang-Nya, sehingga Laporan Pendahuluan ini dapat di selesaikan.
Terima kasih saya ucapkan kepada Kepada Pembimbing Akdemik Ibu Ns.
Wiwin Haryanti, S. Kep dan Pembimbing klinik ibu Ns. Saumalina
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan Laporan
Pendahuluan ini. Ucapan terima kasih tak lupa saya sampaikan kepada
seluruh pihak yang telah membantu proses pembuatan Laporan
Pendahuluan ini baik secara moral maupun materil.
Besar harapan saya Laporan Pendahuluan ini dapat memberi
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat
bagi masyarakat luas nantinya. Sebagai penyusun saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan. Terima
kasih
Banda Aceh, 02 Desember 2013
Penulis
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
4/29
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Trauma hidung banyak terjadi akibat kecelakaan yang bersifat tumpul,
sehingga beresiko mengakibatkan berbagai macam komplikasi misalnya
infeksi, obstruksi hidung, jaringan parut dan fibrosis, deformitas sekunder,
sinekia, hidung pelana, obstruksi duktus nasoolakrimalis, dan perforasi
hidung. Berdasarkan waktu, trauma hidung terbagi atas trauma baru,
dimana kalus belum terbentuk sempurna; dan trauma lama, bila kalus
sudah mengeras. Berdasarkan hubungan dengan telinga luar, ada yang
disebut trauma terbuka dan trauma tertutup. Arah trauma menentukan
kerusakan yang terjadi, misalnya bila trauma datang dari lateral, akan
terjadi fraktur tulang hidung ipsilateral jika ringan, sedangkan trauma yang
berat akan menyebabkan deviasi septum nasi dan fraktur tulang hidung
kontralateral.
Septum hidung merupakan bagian dari hidung yang membatasi rongga
hidung kanan dan kiri. Septum nasi berfungsi sebagai penopang batang
hidung (dorsum nasi). Septum nasi dibagi atas dua daerah anatomi antara
lain bagian anterior, yang tersusun dari tulang rawan quadrangularis; dan
bagian posterior, yang tersusun dari lamina perpendikularis os ethmoidalis
dan vomer.
Dalam keadaan normal, septum nasi berada lurus di tengah tetapi pada
orang dewasa biasanya septum nasi tidak lurus sempurna di garis tengah.
Deviasi septum dapat menyebabkan obstruksi hidung jika deviasi yang
terjadi berat. Kecelakaan pada wajah merupakan faktor penyebab deviasi
septum terbesar pada orang dewasa.
Gejala yang paling sering timbul dari deviasi septum ialah kesulitan
bernapas melalui hidung. Kesulitan bernapas biasanya pada satu hidung,
kadang juga pada hidung yang berlawanan. Pada beberapa kasus, deviasi
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
5/29
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
6/29
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
7/29
2. Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif
atau reaksi atopik didalam selaput mukosa hidung. Kerusakan jaringan
setempat dalam mukosa menimbulkan produksi berlabihan cairan
interseluler dan cenderung membentuk polip. Faktor predisposisi
terjadinya polip antara lain :
a. Alergi terutama renitis alergi
b. Sinusitis kronik
c. Iritasi
d.
Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum
dan hipertrofi konka.
3. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan
terdapat didaerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan
interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses
terus berlanjut mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai sehingga
terbentuk polip. Polip dikavum nasi terbentuk akibat proses radang yang
lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronis dan renitis alergi. Dalam
jangka waktu yang lama vasodilatasi lama dari pembuluh darah
submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler
dan terdorong kesinus yang pada akirnya membentuk struktus yang
bernama polip.
Polip berasal dari pembengkakan mukosa hidung yang terdiri atas
cairan interseluler dan kemudian terdorong kedalam rongga hidung dan
gaya berat. Polip yang dapat timbul dari bagian mukosa hidung atau sinus
paranasal dan sering kali bilateral. Polip hidung sering berasal dari sinus
maksila (antrum) dapat keluar melalui ostium sinus maksila dan masuk
kerongga hidung dan membesar di koana dan nasofaring, polip ini disebut
polip koana.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
8/29
Secara makroskopis, polip merupakan massa bertangkai dengan
permukaan licin berbentuk bulat atau lonjong berwarna putih keabu-abuan
agak bening, lobular, dapat tunggal atau multipel dan tidak sensitif (bila
ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit).
Secara mikroskopis tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa
yang sembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil,
neotrofil dan makrofag. Polip yang sudah lama dapat mengalami
metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel
transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
4. Tanda dan gejala
a.
Sumbatan hidung
b. Menurunnya indra penciuman
c. Nyeri kepala
d.
Keluarnya sekret hidung yang berkepanjangan
e.
Iritasi hidung
f. Bersin-bersin
g.
Suara sengau
Polip hidung jinak menyerupai buah anggur biasanya bilateral dan
menggantung pada konka media dan masuk kerongga hidung. Apabila
disangka polip menyebabkan gangguan drainase sinus, maka
pembengkakan yang terjadi akan tertutup oleh nanah. Pada polip jinak
tidak terjadi ulserasi ataupun perdarahan dan biasanya tidak pernah
unilateral.
5. Komplikasi
Satu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran
besar ataudalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau
infeksi sinusitiskronis, mengorok dan bahkan sleep apnea - kondisi serius
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
9/29
nafas dimana akan stopdan start bernafas beberapa kali selama tidur.
Dalam kondisi parah, akan mengubah bentuk wajah dan penyebab
penglihatan ganda/berbayang.
6. Penatalakasanaan medis
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi adalah
menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah
rekurensi polip. Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi
disebut juga polipektomi medika mentosa. Dapat diberikan topical atau
sistemik. Polip tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik
terhadap pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip tipe
neurotrofilik.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip
yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah. Dapat dilakukan
ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cumin dengan
analgesic local, etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasaluntuk polip etmoid, operasi Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang
terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan
tindakan BSEF (bedah Sinus Endoskopi Fungsional).
Ada tiga macam penanganan polip nasi yaitu :
a. Cara konservatif
b.
Cara operatif
c. Kombinasi keduanya.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Foto sinar X
b. Tengkorak lateral
c.
CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
10/29
8. pengkajian
a. Diagnosa Keperawatan dengan Polip Hidung.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya masa dalam
hidung
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif dalam 10 15
menit setelah dilakukan tindakan.
Kriteria Hasil :
a. RR normal (16 20 x/menit).
b. Suara napas vesikuler.
c.
Pola napas teratur tanpa menggunakan otot bantu
pernapasan.
d.
Saturasi oksigen 100%
Intervensi :
a. Observasi RR tiap 4 jam, bunyi napas, kedalaman
inspirasi, dan gerakan dada.
R/ Mengetahui keefektifan pola napas.
b. Auskultasi bagian dada anterior dan posterior .
R/ Mengetahui adanya penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan.
c. Pantau status oksigen pasien.
R/ Mencegah terjadinya sianosis dan keparahan.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Berikan posis fowler atau semiflower.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
11/29
R/ Mencegah obstruksi/aspirasi, dan
meningkatkan ekspansi paru.
b.
Lakukan Nebulizing.
R/ Membantu pengenceran sekret.
c. Berikan oksigen (O2).
R/ Mengkompensasi ketidakadekuatan O2 akibat
inspirasi yang kurang maksimal.
Tindakan Kolaborasi :
a. Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik,
ekspetoran, bronkodilator.
R/ Mukolitik untuk menurunkan batuk,
ekspektoran untuk membantu memobilisasi
sekret, bronkodilator menurunkan spasme
bronkus dan analgetik diberikan untuk
meningkatkan kenyamanan.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d menurunnya
nafsu makan.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan setelah
dilakukan tindakan dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak merasa lemas.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
12/29
b.
Nafsu makan klien meningkat.
c.
Klien mengalami peningkatan BB minimal
1kg/2minggu.
d. Kadar albumin > 3.2, Hb > 11.
Intervensi :
a. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau
tidak disukai.
R/ Untuk mendukung peningkatan nafsu makan
pasien.
b.
Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan
secara pariodik.
R/ Mengetahui keseimbangan intake dan
pengeluaran asuapan makanan.
c. Kaji turgor kulit pasien.
R/ Sebagai data penunjang adanya perubahan
nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
d. Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin,
dan kadar glukosa darah.
R/ Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan
kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam
darah.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Pertahankan berat badan dengan memotivasi
pasien untuk makan.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
13/29
R/ Mempertahankan berat badan yang ada agar
tidak semakin berkurang.
b.
Menyediakan makanan yang dapat meningkatkan
selera makan pasien.
R/ Meningkatkan nafsu makan pasien
c.
Berikan makanan kesukaan pasien.
R/ Merangsang nafsu makan pasien.
Tidakan Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan tim analis medis untuk
mengukur kandungan albumin, Hb, dan kadar
glukosa darah.
R/ Mengetahui adanya bising atau peristaltik usus
yang mengindikasikan berfungsinya saluran
cerna.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan
diet seimbang TKTP pada pasien.
R/ Mengetahui kandungan biokimiawi darah
pasien.
c. Diskusikan dengan dokter mengeni kebutuhan
stimulasi nafsu makan atau makanan pelengkap.
R/ Memberikan asupan nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan pasien dan memberi
rangsangan pada pasien untuk menimbulkan
kembali nafsu makannya.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
14/29
Tindakan Edukasi :
a.
Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
R/ Agar pasien mengetahui kebutuhan nutrisinya
dan cara memenuhinya yang sesuai dengan
kebutuhan.
b. Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal.
R/ Agar pasien mendapatkan gizi yang seimbang
dengan harga yang relatif terjangkau.
c. Dukung keluarga untuk membawakan makanan
favorit pasien di rumah.
R/ Merangsang nafsu makan pasien.
3. Resiko infeksi b.d terhambatnya drainase sekret.
Tujuan : Meningkatnya fungsi indera penciuman klien.
Kriteria hasil:
a.
Klien tidak merasa lemas.
b. Mukosa mulut klien tidak kering.
Intervensi :
a. Pantau adanya gejala infeksi
R/ Menjaga timbulnya infeksi
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
15/29
b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan serangan
infeksi.
R/ Menjaga perilakudan keadaan yang
mendukung terjadinya infeksi.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Awasi suhu sesuai indikasi.
R/ Reaksi demam indicator adanya infeksi lanjut.
b. Pantau suhu lingkungan.
R/ Suhu ruangan atau jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
4. Hambatan interaksi sosial b.d suara sengau yang timbul
akibat sumbatan polip.
Tujuan: peningkatan sosialisasi.
Kriteria Hasil:
a. Menunjukkan keterlibatan sosial.
b. Menunjukkan penampilan peran.
Intervensi :
a. Kaji pola interaksi antara pasien dengan orang
lain.
R/ Mengetahui tingkat sosialisasi pasien dengan
orang lain.
Tindakan mandiri Perawat :
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
16/29
a.
Tetapkan jadwal interaksi
R/ Pasien dapat beristirahat dan bersosialisasi
dengan maksimal.
b. Identifikasi perubahan perilaku yang spesifik.
R/ Perawat dapat mengerti kondisi psikis pasien.
c. Libatkan pendukung sebaya dalam memberikan
umpan balik pada pasien dalam interaksi sosial.
d. R/ Keberadaan pendukung sebaya akan menjadi
teman untuk bersosialisasi.
Tindakan Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan psikolog untuk
memberikan motivasi diri pada pasien.
R/ Motivasi diperlukan dalam mengubah
persepsi pasien menjadi lebih baik.
.
5. Ansietas b.d kegelisahan adanya sumbatan pada hidung.
Tujuan : pengurangan ansietas.
Kriteria Hasil :
a. Pasien tidak menunjukkan kegelisahan.
b. Pasien dapat mengkomunikasikan kebutuhan
dan perasaan negatif.
c. Tidak terjadi insomnia.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
17/29
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
18/29
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
19/29
a.
Kaji tingkat nyeri klien
R/ Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Observasi tanda-tanda vital dan keluhan klien.
R/Mengetahui keadaan umum dan
perkembangan kondisi klien. TTV dapat
menunjukkan kualitas nyeri dan respon nyeri
oleh tubuh pasien tersebut.
c. Kaji pola tidur , pola makan, serta pola aktivitas
pasien.
R/ Untuk mengetahui pengaruh nyeri yang
timbul pada pola kesehatan pasien.
Tindakan Mandiri Perawat :
a. Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi (misal:
baca buku atau mendengarkan music).
R/ Klien mengetahui teknik distraksi dan
relaksasi sehingga dapat mempraktekannya bila
mengalami nyeri.
Tindakan Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan tim medis untuk terapi
konservatif: pemberian obat acetaminofen;
aspirin, dekongestan hidung; pemberian
analgesik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
20/29
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Desember 2013 adapun data
yang didapat adalah bahwa pasien masuk ruang rawat Seurene II Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin pada tanggal 11 Desember 2013 dengan
nomor register 0117013 dengan diagnosa medis Polip cavum Nasi
Sinistra.
Pasien bernama Ny. I yang berjenis kelamin Perempuan berusia 26
tahun, telah menikah, beragama Islam, suku Aceh, pendidikan terakhir
SMA. Pasien berkomunikasi dengan penulis dengan bahasa Indonesia
dan juga dapat berbahasa Aceh. Pasien mengatakan tinggal di Peung
Jreung Meuraxa.
Pasien mengatakan hidung gatal dan tersubat sejak 5 bulan yang lalu,
Pasien mengataan sebelumnya pasien pernah dirawat dan di lakukan
operasi dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak ada
riwayat kecelakaan dan juga sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat,
makanan, dan lain-lain.
Saat pasien sedang dirawat, pasien hanya dirawat oleh suaminya.
Dalam komunikasi terhadap keluarga, pasien tidak ada kendala. Pasien
biasanya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Ketika dirawat di ruangan, pasien merasa lelah dan bosan karna harus
terbaring di tempat tidur.
Pasien berharap cepat sembuh sehingga bisa segera kembali
kerumah. Selain itu juga pasien mengatakan selama sakit pasien tidak
dapat beribadah dengan baik.
Frekuensi makan pasien sebelum sakit dan sewaktu sakit tetap sama
3x sehari namun pada saat sakit frekuensi makan tetap sama, hal ini
dibuktikan pasien mampu menghabiskan semua porsi yang disediakan
rumah sakit.. Tidak ada pemasangan alat bantu (kateter). Selama di
rumah sakit pasien mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore hari. Tidak ada
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
21/29
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
22/29
Sistem integumen, turgor kulit pasien baik dengan suhu 38,0 oC,
warna kulit pucat, tidak terdapat lesi ataupun luka, tidak ada kelainan pada
kulit dan pada bagian ekstremitas yang terpasang infus tidak ada
permasalahan. Keadaan rambut pasien bersih.
Sistem muskuluskeletal, tidak ada masalah dalam hal pergerakan
namun pasien mengatakan terasa agak susah bergerak akibat terpasang
infus. Pasien mengatakan tidak ada atau belum pernah mengalami fraktur,
keadaan tonus otot baik dan pasien memilki kekuatan tonus otot skala 5.
Resume
Pasien datang ke Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin 11
Desember 2013, dengan keluhan utama saat masuk Rumah Sakit adalah
pasien mengatakan hidung gatal dan tersubat, dan saat melakukan ibadah
shald terutama sujud kepala terasa sakit sejak 5 bulan yang lalu, badan
pasien lemas dan terasa demam. Terapi yang diberikan adalah IVFD cairan
20 tetes/menit.
2. Data Fokus
Ny. I berusia 26 tahun dirawat di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin di ruang Seurene II dengan diagnosa medis Polip Cavum Nasi.
Klien mengatakan hidung terasa gatal dan tersumbat sejak 5 bulan yang
lalu, pasien mengatakan nyeri ada bagian insisi cavum, pasien
mengatakan badannya demam. Dari hasil observasi tampak pasien sedikit
pucat, hasil pemeriksaan suhu tubuh pasien 38,0oC.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
23/29
3. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Ds:
- Pasien mengatakan nyeri pada
bagian hidung setelah di OP
Do:
- K/U: Baik
- Sekla nyeri : 6
- Ekspresi : meringis
- RR : 26 x/i
- N : 75 x/i
- Post OP
- POD : (0)
- Luka post OP (+) di tutup verban/
hidung sebelah kiri terpasang
tempon
Nyeri Post Insisi cavum
nasi
2. Ds:
Pasien mengatakan sulit bernafas
Do:
- k/u : Baik
- Tempon terpasang si hidung
sebelah kiri
Inefektif jalan
nafas
- Post OP
- pemasangan
templon
3. Ds:
Pasien mengatakan kepala terasa
pusing
Resiko inveksi Post insisi
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
24/29
Do:
- k/u baik
- luka Post OP terpasang verban
dan Templon
-INFD (+)
4. Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan post insisi
b. Resiko infeksi BHD Post operasi
c. Inefektif jalan nafas BHD Pembendungan darah post operasi
(pemasangan tampon)
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
25/29
5. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawata
n
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. eri
berhubungan
dengan Post
insisi
Tujuan:
Sekala nyeri dapat di
kurangi.
Hasil yang diharapkan :
. pasien dapat rilek
. paseien dapat
mengontrol nyeri
. dapat tidur malam
dengan tenang
lakukan tindakan kenyamanan
dasar
. ajarkan klien manajemen
penatalaksanaan nyeri (teknik
nafas dalam)
evaluasi nyeri
meningkatkan rileksasi dan
mengalihkan fokus
terhadap nyeri.
b.meningkatkan partisipasi
klien secara aktif dalam
pemecahan maslah dan
meningkatkan kontrol diri
. mengurangi respon nyeri
. menimbang masalah klien.
2. Resiko
infeksi BHD
Post Insisi
Tujuan:
mengembalikan suhu
tubuh menjadi normal.
Hasil yang diharapkan:
- Suhu tubuh kembali
normal 36-37oC
Pantau suhu tubuh pasien dan
melaporkan peningkatan dari
nilai dasar suhu normal pasien.
Anjurkan pada pasien agar
tidak memakai pakaian /
selimut tebal.
Kolaborasi pemberian obat anti
infeksi dan antipiretik.
mendeteksi peningkatan
suhu tubuh dan mulainya
hipertermi.
Rasional : mengurangi
peningkatan suhu tubuh.
Membantu proses
pengembalian suhu pasien
3. Inefektif
jalan nafas
BHD
Pembendung
an darah post
operasi
Tujuan:
Inefektif jalan nafas
efektif
Kritea hasil yang
diharapkan :
a. Kaji bunyi atau kedalaman
pernafasan dan gerakan dada
catat kemampuan
mengeluarkan mukosa/ batuk
efektif
kaji bunyi nafas yang dapat
mnyebabkan atalektasisi.
seputum berdarah kental
atau cerah dapat di
akibatakan oleh kerusakan
paru atau luka broncial.
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
26/29
6. Efaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien selama 3 x 24
jam, didapatkan bahwa sekla nyeri pasien telah kembali normal, jalan
nafas kembali normal, dan resiko infeksi teratasi suhu tubuh pasienmenjadi normal 36,5o C.
(pemasangan
tampon)
. kuensi nafas normal berikan posisi fowler/ semi
fowler
bersihkan sekret dari mulut dan
trakea
posisi membantu
memaksimalkan ekspansi
paru dan menurunkan
upaya pernafasan
mencegah obstruksi/
aspirasi
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
27/29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kasus yang dikaji serta
membandingkan dengan teori yang didapat, untuk mengetahui sejauh
mana factor pendukung, factor penghambat dan solusinya dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan pada klien Ny.I dengan diagnosa
Polip Cavum nasi Seurene II Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Dalam pembahasan ini mencakup semua tahap proses keperawatan
yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. I dilakukan berdasarkan
pengamatan dan wawancara kepada pasien dan keluarga. Dalam proses
pengkajian, pasien dan keluarga sangat kooperatif dengan penulis.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, keluhan nyeri hidung di
bagian kiri, pasien mengatakan sebelumnya hidung tersumbat dan gatal
sejak 5 bulan yang lalu. Pasien mengataan sebelumnya pasien pernah
dirawat dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak ada riwayat
kecelakaan dan juga sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat, makanan,
dan lain-lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan, pasien mengatakan sulit
bernafas akibat luka insisi pasien mengatakan badannya demam. Dari
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
28/29
hasil observasi tampak pasien pucat, wajah pasien meringis, hasil
pemeriksaan suhu tubuh pasien 38,0oC.
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas (NANDA, 2005-2006) :
a.
Nyeri berhubungan dengan post insisi
b. Resiko infeksi BHD Post operasi
c. Inefektif jalan nafas BHD Pembendungan darah
post operasi (pemasangan tampon)
Menurut asumsi penulis, pasien mengalami nyeri akibat insisi post
OP untuk itu penulis memperioritaskan penanganan terhadap nyeri.
Suhu tubuh pasien lebih tinggi dari normal resiko infeksi 38,0oC
sehingga penulis mengangkat diagnosa resiko infeksi BHD Post OP .
Akibat dari pembendungan luka insisi pasien sulit bernafas, untuk itu
juga penulis mengangkat diagnosa inefektif jalan nafas BHD
pembendungan darah Post OP
3.
Perencanaan
Berdasarkan diagnosa prioritas yang didapat dari pasien, penulis
menyusun perencanaan untuk mengatasi keluhan rasa nyeri yang dialami
pasien, mengatasi pencegahan infeksi dan efektif jalan nafas.
4. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan terhadap pasien dilakukan berdasarkan
keadaan pasien. Implementasi diutamakan pada hal-hal aktual yang dapat
meringankan kondisi pasien.
5. Evaluasi
Berdasarkan penelitian yang didapatkan oleh penulis, setelah
melakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam kondisi pasien sudah
mulai membaik. Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada pasien
selama 3 x 24 jam, didapatkan bahwa sekala nyeri pasien telah kembali
8/10/2019 Asuhan Keperawatan Polip Cavum Nasi Sinistra Seurenee II
29/29
normal, jaan nafas kembali normal, dan resiko infeksi berkurang di
tandai dengan suhu tubuh pasien menjadi normal.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Mansjoer. 2000.Kapita Selekta Jilid II Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Brunner & Suddarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Karpenito, Lynda Jual. 2009.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakara: EGC