Askep Distres Spiritual
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL
Pengertian :
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain,
seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya
(Nanda, 2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan
diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
Patofisiologi :
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur
serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak
dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan
penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres,
otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang
disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988)
yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu
rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang
menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk
melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap
oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala
yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan
pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan
kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan,
kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all,
1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan
menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering
dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi
kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku
sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan
dengan timbulnya depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi
terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap
terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres
spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi
dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan
dasar yaitu :
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaian/ketenangan
d. Penerimaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,
mendengarkan musik, menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam
3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a
2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
5. Tiba-tiba berubah praktik agama
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi
7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah,
kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,
dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan
klien (Spencer, 1998).
Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual
History Tool (Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara
memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa
yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna
hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan
perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara
mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual
atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan
bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang
benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang
perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres
spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif
seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam
proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi
perkembangan spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,
pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan,
politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres
spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga,
kelompok maupun komunitas.
Penilaian Terhadap Stressor :
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat,
petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku
berdasarkan keyakinan spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan
dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk
(2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang
untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam
mencapai keterampilan koping yang efektif.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.
Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara
jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor
penyebab distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan
perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien
mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam
kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain,
bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUALNama Klien :Ruang :
No. Diagnosis
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi
1 2 3 4 5
Distres spritual
TUM : Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermaknaTUK I :Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip dan teknik komunikasi terapeutik :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janjif. Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanyag. Beri perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 :Setelah satu kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya.
2.1 Klien mampu a. Mengungkapkan
harapan masa depan yang positif.
b. Mengungkapkan arti hidup
c. Mengungkapkan optimis
d. Mengungkapkan keyakinan dalam diri
e. Mengungkapkan keyakinan kepada orang lain
f. Menentukan tujuan hidup
2.1.1 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan menunjukkan empati.
2.1.2 Menggunakan alat untukmemonitor dan mengevaluasi spiritual well-being sebagai pendekatan
2.1.3 Mendorong individu untuk melihat kembali masa lalu dan memfokuskan pada kejadian dan hubungan yang memberikan kekuatan dan dukungan spiritual
2.1.4 Rawat klien dengan bermartabat dan hormat dengan cara menghargai pendapat dan keyakinan klien.
2.1.5 Dorong partisipasi dalam
1 2 3 4 5
hubungan dengan anggota keluarga, teman dan orang lain.
2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan spiritual
2.1.7 Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual sesuai dengan keyakinan yang dianut.
TUK 3 : Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal penting yang memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.
1. Klien mampu a. Mencintai diri
sendiri dan orang lain dengan mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri maupunorang lain
b. Berdoa menurut keyakinannya masing-masing
c. Melakukan ibadah d. Berpartisipasi dalam
upcara keagamaan e. Berpartisipasi dalam
pengobatan f. Berinteraksi dengan
tokoh agamag. Berhubungan
dengan diri sendiri orang lain yang
h. Berhubungan dengan orang lain
i. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan
1. Berbagai keyakinan tentang arti dan tujuan dengan perawat
2. Diskusikan manfaat spiritual3. Beri kesempatan untuk
mendiskusikan berbagai hambatan yang dirasakan dalam menjalankan keyakinan
4. Bersikap terbuka dan menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang dikatakan individu
5. Dorong klien berdoa secara individu
TUK 4 :Setelag tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang spiritual
1. Klien mampu a. Melakukan ADL b. Melaksanakan
keyakinannya sesuai dengan perannya
c. Mengungkapkan perasaannya
1. Mendorong klien untuk menulis dalam daftar kegiatan hariannya setiap hari untuk mengekpresikan pemikiran dan saran refleksi.
2. Menyediakan musik, literatur, radio atau program TV spritual secara individu
3. Terbuka terhadap pernyataan
1 2 3 4 5
terkait dengan keyakinannya
d. Mengontrol aktifitas spiritualnya
e. Memilih pelayanan spiritual yang diperlukan
individu terhadap kesepian dan kekuatannya
4. Dorong menggunakan sumber-sumber spiritual seperti tokoh-tokoh agama, literatur-literatur atau buku yang sesuai dengan keyakinan, tersedianya tempat-tempat beribadah dan alat-alat dalam menjalankan ritual keyakinannya.
5. Menyerahkan ke tokoh agama yang pilih
6. Gunakan teknik klarifikasi untuk membantu individu mengklarifikasi keyakinan dan nilai
7. Mendengarkan perasaan individu 8. Menunjukkan empati 9. Fasilitas individu untuk meditasi,
berdoa, tradisi religius lainnya dan ritual
10. Dengarkan dengan hati-hati komunikasi individu dan mengembangkan waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan
11. Yakinkan individu bahwa perawat akan mendukung individu pada saat menderita/masa kulit
12. Terbuka kepada individu tentang sakit dan kematian
13. Bantu individu untuk mengungkapkan dan mengurangi kemaharan.
STRESS MANAGEMENT
Stress :
Setiap hari dampak dari kehidupan.
Stress bisa baik.
Stress yang berlebihan dapat membahayakan
Positive Stess Results :
Lebih konsentrasi lagi
Increases performance
Memberikan energi untuk termotivasi lagi
Negative Stress Results :
Loss of motivation
Kurang efektif
Physical, mental and behavioral problems
What Stresses You Out ?
Money
Traffic
Health/Medical issues
Lack of Free time
Relationship : family & friends
Job related stress :
Work load
Stress Signs
Physical Stress Signs :
Increased heart rate/ Increased blood preassere
Muchles tightening
Cold clammy hands
Fatigue
Sleepleeness
Longer recovery from injury
Stomach or bowel upset
Headaches
Backaces
Change in eating habiths : lost of appetite/overeating
Restlessbes/irrutabillity
Increased illness
Mental Stress Signs
Anxiety
Forgetfulness
Depression
Apathy/lack of interest
Confucion
Lowered sel esteem
Increased anger
Exessive fear
Worry
Decreased self-confidence
Behavioral Signs fo Stress
Hostility
Iriitability
Under/over eating
Decreased ability to concentrate
Memory problems/forgetfulness
Frequent use of cigarettes or alcohol
Clumsiness
Withdrawal form usual activities
Poor performance
Absenteeism
High accident raes
Making moro mistakes
Impact of Stress
Impact on health of an individual
Back pain
Headaches
Stomachahes
Ulcers
High Blood Preassure
Heart Attack or Stroke
Impact on the health of an organization
Increased health insurance costs
Lost work days
Stress related workfes compensation claims
Lower Productivity
Over 75 % of industrial accidents are rooted in stress.
How To Manage Stress
Mental Tehcniques
Time management
Organize
Problem solving attitude
Think Positive
Pengalihan
Music
Hobbies
Play
Learning
Vacation
Phyrical Techniques
Body scan – relax – let go
Deep breathing
Exercise
Meditation
Nutrition
Rest
Laughter
Workplace Skills
Delegate
Anticipate problems
Be assertive
Organize
Balance work and personal time
Organizational Stress Management Initiatives
Organisational Inititives
Improvements in the physical work environment
Changes in Job design
Changes in workloads an deadlines
Changes in work schedules
More flexible hours
Increased employee participation
Team building
Time management workshops
Job burnout workshops
Training in relaxtion techniques
Career counseling
MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF
Standar Asuhan Keperawatan Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
A. Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif
1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor,
pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam
menggunakan sumber-sumber yang tersedia (Nanda, 2005).
2. Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah
seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend,
1998)
3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua
beresiko mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak
mempunyai kemampuan secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et,
all, 2006).
B. Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif
Pengkajian :
1. Pengkajian Fisik
Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan
punggung, peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat,
tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala,
gangguan pada daerah lambung, suara yang bernada tinggi, mual, muntah, diare,
perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan frekwensi berkemih,
gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan dilatasi pupil.
2. Pengkajian Psikologis
Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan,
kehilangan kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan
motivasi, ketidakmampuan memenuhi peran yang diharpakan (mengalami
ketegangan peran, konplik peran), mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku
destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis, suka
berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005).
3. Pengkajian Sosial Budaya
Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi
budaya terhadap nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang
berbeda, atau adanya rasisme dimana terdapat perbedaan pencapaian individu
dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa lebih tinggi (Stuart, 2007).
4. Pengkajian Spritual
Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri.
Apakah keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Pengkajian spiritual ini berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa
dirasakan ketika seseorang mengalami kegagalan, perasaan tidak stabil,
ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan hampa.
C. Diagnosa Keperawata
D. Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi
generalis dan spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
1. Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien
dan keluarganya sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya
stressnya.
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
b. Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif
untuk mengatasi masalahnya
Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Kaji status koping yang digunakan klien
1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya
dengan peristiwa dan perubahannya
2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman
perilaku yang tidak menyenangkan
3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh,
kontrak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien.
4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan
tindakan yang dibutuhkan.
c. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
1. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk
dihadapi.
2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan
dan pandangan realistis.
d. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri
1. Apa yang positif pada dirinya
2. Apa yang perlu ditingkatkan
3. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement
e. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
1. Identifikasi masalah yang dirasakan
2. Identifikasi penyebab masalah
3. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
4. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
5. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
6. Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil
f. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :
1. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial
2. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
3. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif
4. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor
Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres
pada anggota keluarganya.
b. Tujuan Khusus
1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota
keluarganya.
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak
efektif pada anggota keluarganya.
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami
koping tidak etektif
4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah koping individu tidak efektif
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak
efektif
Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
b. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
c. Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif
dengan cara :
1. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
2. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
a. Bicara dengan orang lain
b. Melakukan aktivitas yang konstruktif
c. Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
e. Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
f. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak
dapat ditangani dirumah.
Terapi Spesialis
1. Terapi Individu
a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan
dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam.
b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan
perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba
berinteraksi dengan orang lain.
c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat
atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang
tidak terindentifikasi.
2. Terapi Keluarga
a. Family psychoeducation theraphy
b. Family system therapy
3. Terapi leompok : Group psycotherapy
4. Terapi komunitas : case management
MEKANISME KOPING
Fokus pada masalah
Negosiasi
Konfrontasi
Minat nasehat
Fokus pada kognitif
Banding dengan secara positif
Abaikan yang negatif
Subtitusi
Fokus pada emosi
Ego defence
1. Faktor Predisposisi
a. Biologik
o L.B. Genetik
o Kesehatan
o Terpapar Racun
b. Psikologik
o IQ
o Moral
o Koping
o Konsep Diri
o Kepribadian
o Pengalaman lalu
o Keterampilan verbal
c. SOS. BUD
o Umur
o Pendidikan
o Pekerjaan
o Pendapatan
o L.B. Bud-Sos
o Agama
o Politik
o HAM, Status sosial
2. Faktor Prespitasi (Stressor)
a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan,
perlu energi tensi dan stres.
b. Yang penting tentang stresor :
o Sifat : bio, psiko, sos-bud
o Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu)
o Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi
o Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu
3. Penilaian Primer terhadap Stresor
Evaluasi terhadap kemaknaan dari kejadian terhadap individu.
a. Kognitif
o Pemilihan koping
o Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku
o Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan
o Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan :
Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta
dan kontrol diri dan lingkungan.
Sumber untuk toleransi
4. Penialian Sekunder
a. Kognitif
o Kemampuan koping
o Efektifitas koping
o Koping yang tersedia
b. Afektif
o Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak
percaya, antisipasi, surprise.
o Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas
o Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati)
o Sikap (attitude) : jika lama
c. Fisiologik : berkaitan dengan homron
d. Perilaku :
Menurut capian 4 fase :
o Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful
o Perilaku yang memerlukan kemamuan baru
o Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan
o Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal
e. Sosial : significant others
o Evaluasi dukungan sosial
o Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa
Sistem Dukungan Sosial
Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan,
masyarakat), perawat dan tim kesehatan.
5 fungsi sistem dukungan emosional
a. Dukungan emosi (emotional support)
b. Membantu menyelesaikan masalah
c. Memberi umpan balik dan evaluasi
d. Hubungan sosial dan integrasi
e. Sumber informasi
4 penilaian sekunder terhadap sumber koping
Sumber Koping
a. Mechanic :
1. Model ekonomi
2. Tekanan koping
3. Kemampuan dan keterampilan
4. Dukungan sosial
5. Motivasi
b. Lazarus & Folkam
1. Kesehatan dan tenaga
2. Keyakinan positif
3. Sumber sosial dan materi
4. Keterampilan sosial
5. Keterampilan penyelesaian masalah :
a. Cari info
b. Indentifikasi maslah
c. Nilai alternatif
d. Laksanakan rencana
c. Antonousky
1. Kekuatan ego
2. Konsisten
3. Stabil
a. Budaya
b. Agama
c. Sistem Nilai
d. Keyakinan
ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI : BODY IMAGE
Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara
tentang keutuhan dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang
lalu tentang perasaan bentuk tubuh, ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen,
1991).
Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan
sosiokutural.
1. Faktor Biologis
Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.
2. Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing
dan impuls primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator
antara id dan super ego konflik emosional id dan super ego. Warning ego
tentang bahaya timbul gangguan BODY IMAFGE.
3. Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku Frustasi Konflik salah satu konfliknya adalah BODY
IMAGE.
Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
1. Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse
dimasa………. (Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
2. Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa
disebabkan oleh keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari
faktor presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor
Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua
dan sosial, dan yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan
valid….dengan melakukan hubungan teurapeutik dengan klien.
Sumber Koping
Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan
kekuatan untuk klien. Jika ditemukan ada sumber koping positif yang
dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien berusaha bersama-sama
untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset
materi dan keyakinan positif terhadap stressor.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image
Koping tidak efektif
Berduka
Intervensi dan Implementasi
1. Identifikasi dan ekpresi Dengarkan Empat
2. Pecahan masalah Alternatif …Tidak berbahaya
3. Perilaku & hati Identifikasi kembali Penilai Klien terhadap body image
4. Evaluasi diri Percaya diri Kemampuan diri