ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL
KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh:
MUKTI RIADI NIM. H14084016
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MUKTI RIADI. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan. Di bawah bimbingan SRI MULATSIH.
Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial dan untuk mengetahui pola maupun struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialiasi dengan menggunakan metode location quotient (LQ), shift share modifikasi Estaban Marquillas (SS-EM), model ratio pertumbuhan (MRP) dan analisis overlay.
Hasil penelitian menemukan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki keunggulan komparatif (analisis LQ) di OKU Timur. Dari sisi rasio pertumbuhan ekonominya (analisis MRP) sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas) dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kabupaten OKU Timur merupakan sektor ekonomi potensial terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Dampak kebijakan luar (external factor) selama periode penelitian berpotensi mengakibatkan kenaikan agregat PDRB sebesar Rp. 700,84 milyar, dengan realiasasi sebesar Rp. 612,98 milyar. Berdasarkan analisis SS-EM kenaikan tersebut didominasi oleh 4 sektor ekonomi; sektor pertanian (Rp. 313,15 milyar), sektor perdagangan ( Rp. 133,00 milyar), sektor jasa-jasa (Rp. 48,15 milyar) dan sektor bangunan (Rp. 37,60 milyar).
Berdasarkan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan ekonominya, maka subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Dari sisi sektor ekonomi belum ditemukan sektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan tipologi klassen, maka Kabupaten OKU termasuk dalam katagori kabupaten yang relatif tertinggal di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral berdasarkan tipologi klassen menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat, sedangkan subsektor yang maju dan tumbuh pesat adalah subsektor tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum.
ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh:
MUKTI RIADI NIM. H14084016
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh:
Nama : Mukti Riadi
NIM : H14084016
Departemen : Ilmu Ekonomi
Judul : Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. NIP. 131 849 397
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MAUPUN
LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2008
Penulis
Mukti Riadi
NIM. H14084016
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mukti Riadi lahir di Pinrang (Sulawesi Selatan) pada
tanggal 29 Juli 1974. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari
Bapak R. Tjus Abi Koesno Poejosoebroto (alm) dan Ibu Rr. Naniek Margini.
Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Tegal Arum, Baturaja Sumsel
pada tahun 1987, selanjutnya menamatkan jenjang SLTP pada SMP Negeri 3
Baturaja Sumsel pada tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis masuk ke
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam (1990-1994) dan menamatkan jenjang
SLTA pada SMA Assalaam, Surakarta Jawa Tengah pada tahun 1994.
Setelah tamat SMA, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke
Akademi Ilmu Statistik (AIS) Jakarta, tamat pada tahun 1997 dengan gelar Ahli
Madya Statistik (A.Md.Stat). Selanjutnya pada tahun 2000 penulis melanjutkan
pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta konsentrasi Statistika
Ekonomi, tamat pada tahun 2001 dengan gelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T),
penulis juga mengikuti pendidikan pada Universitas Terbuka Jakarta Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Statistika Terapan, tamat pada
2002 dengan gelar Sarjana Sains (S.Si).
Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sebagai bagian syarat memasuki jenjang
strata dua (S-2) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor,
maka penulis menyusun skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur yang tiada henti hanya terlimpah-curah kehadirat Allah
Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Sektor
Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi
Sumatera Selatan” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, September 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur yang tiada henti hanya terlimpah-curah kehadirat Allah
Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis berkewajiban
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
moral-spritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada:
1. Dr. Rusman Heriawan, M.S, sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya
yang telah memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis
melanjutkan studi ke IPB.
2. Dr. Satwiko Darmesto, M.Sc, sebagai Kepala Pusdiklat BPS beserta staf dan
jajarannya yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis guna
melanjutkan studi ke IPB.
3. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor beserta staf dan
jajarannya atas semua keramahtamahannya menerima penulis sebagai
peserta didiknya.
4. Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, selaku dosen pembimbing, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan cucuran pahala atas kesabaran, ketelatenan dan
kesungguhan dalam mendampingi penulis menyusun skripsi ini.
5. Toni Irawan, SE, M.App.Ec, selaku dosen penguji dalam sidang skripsi.
Terima kasih atas lontaran pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dan kritik
yang diberikan menjadi justifikasi ilmiah atas skripsi ini.
6. Ibundaku tercinta yang cucuran air mata dan rangkaian do’a dalam
munajatnya tiada pernah terputus senantiasa mengisi malam sunyi untuk
kebaikan penulis dan anak-cucunya. Restumu adalah kunci surga bagiku.
7. Yang penuh kesabaran, ketabahan dan kesetiaan selalu memberi motivasi
dan menyemangatiku, Ari Andriani istriku tersayang, R. Muchlas Mumtaz
Taqwa dan R. Fath Ittaqi Syamil jagoan sekaligus mutiara hatiku, semoga
Allah SWT senantiasa melindungi kalian. Bersama kalian hidupku semakin
bermakna dan berwarna.
8. Dosen dan staf pengajar selama matrikulasi; Mas Toni, Kang Alla, Bang
Dedi, Bang Parulian, Kang Firdaus, Mbak Wid, Mbak Henny, Teh Tantri,
Uda Fahmi, Bu Wiwiek, Bu Sri, Uni Fifi dan Teh Win, juga Kang Iwan
(beserta crew cleaning servisenya). Sungguh kolaborasi care dan share
yang anggun, hangat dan cantik. Bersamamu, IPB menjelma sebagai rumah
sendiri.
9. Mas Gugun, Dindo Dedi, Cece’ Parno dan Teh Nel_Gus serta teman-teman
seperjuangan lainnya. Canda dan ceria antar kita, menjadikan badai UTS
dan UAS yang datang silih berganti semakin menyejukkan dan
mempersatukan hati kita.
10. Rekan, sahabat dan staf yang senantiasa meneguhkan hati dan semangatku
dengan sapaan-sapaannya; fahar, kang ismet, yudhis, leni, suryo, rani, gatot,
fitri, ferti, fara, febri, fadli, fredy, desi, dila, dan tak lupa penjaga kantorku
rebo. Tegur sapa kalian membuatku bangkit dan berdaya.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………..…………….
DAFTAR TABEL………………………………………….…………..
DAFTAR GAMBAR……………………………………….………….
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
I. PENDAHULUAN ………………………………………..……………
1.1 Latar belakang …………………………………………………..
1.2 Perumusan masalah ……………………………………………..
1.3 Tujuan penelitian ………………………………………………..
1.4 Kegunaan penelitian …………………………………………….
II. KERANGKA PEMIKIRAN …………………………………………
2.1 Tinjauan teoritis …………………………………….…………..
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ……...
2.1.2 Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral ……………...
2.1.3 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial ……
2.2 Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif wilayah ….
2.3 Spesialisasi perekonomian ……………………………………...
2.4 Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah ……….………
2.5 Penelitian sebelumnya …………………………………..………
2.6 Kerangka pikir …………………………………………………..
III. METODE PENELITIAN …………………………………………….
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………
3.2 Jenis dan Sumber Data ……………………………….…………
3.3 Metode Analisis …………………………………………………
3.3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial ……………………...
a. Analisis Location Quotient (LQ) …………………..
b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ……….
c. Analisis Shift-Share ………………………………..
d. Analisis Overlay …………………………………...
x
xii
xiv
xv
1
1
8
8
8
10
10
10
15
16
18
20
21
23
25
28
28
28
29
30
30
32
35
40
3.3.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Regional ………………………………………………….
3.4 Definisi Operasional Variabel ………………………….………
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR ………….….
4.1 Kondisi Umum Kabupaten OKU Timur …………………….…..
4.2 Kondisi Kependudukan Kabupaten OKU Timur ………………..
4.3 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten OKU Timur ………………
4.4 Kondisi Sosial Kabupaten OKU Timur ………………………….
4.5 Kondisi Ekonomi Kabupaten OKU Timur ………………………
4.5.1 Struktur Ekonomi …………………………………………
4.5.2 Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………
4.5.3 Pendapatan Perkapita ……………………………..………
V. PEMBAHASAN ……………………………………………………….
5.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten OKU Timur ……
5.1.1 Analisis Location Quotient …………………….…………
5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan ………………………
5.1.3 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas …….
5.1.4 Analisis Overlay ………………………………………….
5.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur …………………………..…………………………
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….
6.1 Kesimpulan ………………………………………………………
6.2 Saran ……………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….
LAMPIRAN ……………………………………………………………
41
43
46
46
48
50
51
53
53
58
60
63
63
63
67
71
82
84
88
88
89
91
93
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 1.2 3.1 3.2 3.3 3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 5.1 5.2 5.3
PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam Jutaan Rupiah) …………………………….. PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ………………………………………………………… Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian …..……. Kemungkinan Hasil Penghitungan dari Efek Alokasi ..………………. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Klassen Typology ………………………………………………………………. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor (Subsektor) Ekonomi Menurut Klassen Typology ……………………………………………………... Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2007 ………………………………….. Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten OKU Timur tahun 2006-2007 ……… Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Timur Tahun 2004-2006 …………………………………………………….. Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) ………………………….. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) ………………………….. Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ……………………………………………… Hasil Perhitungan LQ Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2001 …... Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007 Luas Irigasi menurut Tipe dan Kecamatan di Kabupaten OKU Timur Tahun 2007 ……………………………………………………………
5
6
31
40
42
43
50
51
52
55
59
61
64
65
65
5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13
Belanja Pemerintah Kabupaten OKU Timur Untuk Tahun 2006-2007 . Hasil Penghitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten OKU Timur (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan (RPr)……………. Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ……………….. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) …………………………………………………………. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ……………………… Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 …………………………… Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) …………………………………………………………. Analisis Overlay Potensi Ekonomi Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 1998 – 2003 Dirinci per Subsektor ……………………………. Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 …… Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi menurut Tipologi Klassen di Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 …………………………
66
68
72
75
78
79
80
83
84
87
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 4.1 4.2
Kerangka Pikir Penelitian …………………………………………… Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 …………………………………………………………………. Jumlah Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 ……….
27
48
49
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 2 3 4
PDRB Kabupaten Ogan Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007 ……... PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2007 (Juta Rp.) Struktur Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ……………………….. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ………………
93
94
95
96
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan
kerja, memeratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi
regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke
sektor sekunder dan tersier. Dalam kerangka perekonomian daerah, Arsyad (1999)
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi
daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi
sumberdaya lokal.
Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas
masyarakat dalam pembangunan daerah maka pemerintah mengeluarkan
kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Otonomi daerah merupakan
perwujudan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 22 tahun
2
1999 juga mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan
desentralisasi.
Upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif
dan kuat telah tercantum dalam GBHN 1999-2004, yaitu dengan memberdayakan
pelaku dan potensi daerah serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun
sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah. Sejalan pula dengan isu lintas bidang yang
tercantum dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) bahwa
untuk meningkatkan dan mempercepat pembangunan daerah dilakukan dengan
konsep pembangunan lintas wilayah. Isu pembangunan lintas wilayah mencakup
upaya pengembangan wilayah untuk mendayagunakan potensi dan kemampuan
daerah dengan berbagai alat kebijakan yang mendukung perkembangan
perekonomian daerah, berkembangnya pemukiman, perkotaan, pedesaan, wilayah
cepat tumbuh, perbatasan dan wilayah tertinggal, serta pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat, meningkatkan hidup dan
kehidupannya.
Salah satu implementasi Propenas 2000-2004 mengenai isu pembangunan
lintas wilayah adalah upaya pengembangan wilayah. Dalam hal ini pemerintah
pusat telah mengakomodir keinginan pemerintah dan masyarakat daerah melalui
pemekaran wilayah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
Seperti di Provinsi Sumatera Selatan, sejak terbentuknya Provinsi Bangka
Belitung pada tahun 2000 maka wilayah Provinsi Sumatera Selatan hanya
memiliki 7 kabupaten/kota. Namun, seiring dengan keinginan masyarakat lokal
3
dan pemerintah daerah untuk mengelola dan mengembangkan pembangunan di
wilayahnya sendiri, maka hingga tahun 2007, telah terbentuk 3 kota dan 5
kabupaten baru, sehingga saat ini Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 15
kabupaten/kota. Perkembangan wilayah yang cukup pesat ini merupakan jawaban
sekaligus justifikasi dari isu pengembangan wilayah yang digulirkan pemerintah
pusat. Dengan adanya pengembangan wilayah kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Selatan diharapkan perekonomian daerah dapat berkembang pesat yang
pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di lain pihak, setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda baik dari
sisi potensi kandungan sumber daya alam, kondisi geografis maupun potensi khas
daerah lainnya. Oleh karena itu penyusunan kebijaksanaan pembangunan daerah,
terutama bagi daerah baru, tidak dapat secara serta merta mengadopsi
kebijaksanaan nasional, provinsi maupun daerah induknya atau daerah lain yang
dianggap berhasil. Untuk membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus
sesuai dengan masalah, kebutuhan dan potensi daerah yang bersangkutan. Oleh
karena itu penelitian yang mendalam harus dilakukan untuk memperoleh
informasi bagi kepentingan perencanaan pembangunan daerah (Arsyad, 1999).
Terkait dengan pentingnya identifikasi kebutuhan dan potensi dalam
proses perencanaan pembangunan daerah, maka berbagai pendekatan model
perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan untuk menentukan arah dan
bentuk kebijakan yang diambil. Salah satu model pendekatan pembangunan
daerah adalah pendekatan sektoral. Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994),
pendekatan sektoral dalam perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai
4
dengan pertanyaan “sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan”. Oleh karena
itu identifikasi dan analisis sektor ekonomi potensial menjadi hal penting bagi
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (selanjutnya disebut sebagai Kabupaten
OKU Timur) sebagai daerah otonom yang relatif baru.
Kabupaten OKU Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2003 ini adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Pembentukan Kabupaten OKU Timur ini dilakukan karena
keinginan masyarakat dan dilandasi oleh tujuan sebagai berikut:
1. memperpendek rentang kendali (span of contol) pemerintah, sehingga
azas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan bidang
pemerintahan dapat terwujud;
2. meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat;
3. meningkatkan kemampuan daerah melalui eksploitasi sumber daya
alam yang ada pada daerah tersebut secara optimal, guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempercepat
pembangunan;
4. meningkatkan fungsi pengawasan yang efektif terhadap sistem
pertahanan dan keamanan wilayah sebagai bagian integral dari sistem
pertahanan dan keamanan nasional.
Kabupaten OKU Timur merupakan wilayah yang memiliki luas 3.370
km2. Pada tahun 2007, kabupaten ini memiliki 269 desa dan 7 kelurahan, dengan
sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai leading sektor
yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian wilayah. Hal ini terlihat
5
dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kabupaten OKU Timur dari
tahun 2002-2007.
Tabel 1.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
Sektor Ekonomi 2002 2003 2004 2005 r) 2006*) 2007 **)
1. Pertanian 959.650 1.054.644 1.190.354 1.352.205 1.568.480 1.845.223 2. Pertambangan & penggalian 56.862 62.168 69.099 75.067 81.853 90.261 3. Industri pengolahan 154.957 164.386 172.878 195.438 221.542 252.777 4. Listrik, gas & air bersih 2.818 3.514 3.818 4.015 4.243 4.498 5. Bangunan 135.030 145.098 163.064 192.417 232.151 283.990 6. Perdag, hotel & restoran 233.636 256.677 283.761 345.057 429.232 534.855 7. Pngngkutn & komunikasi 24.327 30.795 39.258 51.260 62.916 76.056 8. Keu, persewaan, & jasa persh 69.667 75.551 83.226 94.026 106.446 120.840 9. Jasa-jasa 202.511 223.824 262.243 303.724 356.245 421.182
PDRB 1.839.458 2.016.657 2.267.701 2.613.209 3.063.108 3.629.682 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten
OKU Timur selama tahun 2007 mampu menciptakan nilai tambah bruto (NTB)
sebesar Rp. 3,63 trilyun. Secara sektoral kegiatan ekonomi di Kabupaten OKU
Timur didominasi oleh 2 sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian yang memberikan
kontribusi PDRB sebesar Rp. 1,84 triliun (atau sekitar 50,84 persen) dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 534,86
milyar (16,49 persen). Kondisi ini cukup beralasan, karena Kabupaten OKU
Timur dikenal sebagai salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan
yang memiliki sarana irigasi teknis dan didukung oleh dua bendungan modern
yaitu Bendung Belitang dan Bendung Perjaya. Selain itu Kabupaten OKU Timur
juga merupakan market area yang cukup berpotensi sehingga sektor perdagangan,
hotel dan restoran menjadi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar dalam
penciptaan PDRB. Subsektor pertambangan migas tidak terdapat di Kabupaten
6
OKU Timur ini. Akibatnya kontribusi subsektor pertambangan migas dalam
pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur tidak ada (nol).
Selanjutnya jika dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
pada tahun 2007 tercipta PDRB Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 2,00 triliun.
Jika dihitung rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur selama
periode 2001-2007 maka laju pertumbuhan rata-ratanya sebesar 6,31 persen per
tahun (lihat Tabel 1.2).
Tabel 1.2 PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
Sektor Ekonomi 2002 2003 2004 2005 r) 2006*) 2007 **) Rata-rata
Pertumbuhan*** (persen/tahun)
1. Pertanian 777.287 814.541 863.128 910.584 964.535 1.023.356 6,30 2. Pertambangan & penggalian 44.650 46.547 48.484 50.554 52.733 55.137 5,50 3. Industri pengolahan 122.011 125.859 129.094 136.264 144.070 152.341 4,53 4. Listrik, gas & air bersih 1.784 1.820 1.869 1.920 1.986 2.055 3,51 5. Bangunan 112.920 115.653 119.382 125.566 133.753 142.808 5,11 6. Perdag, hotel & restoran 222.015 236.331 254.460 274.285 300.736 329.988 9,64 7. Pngngkutn & komunikasi 16.591 18.503 19.993 21.293 23.003 25.044 12,46 8. Keu, perswaan, & jasa persh 59.617 60.825 62.435 65.209 68.355 71.720 4,45 9. Jasa-jasa 154.543 160.831 167.339 175.888 186.770 199.223 4,55
PDRB 1.511.418 1.580.910 1.666.184 1.761.563 1.875.941 2.001.672 6,31 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
*** Rata-rata pertumbuhan dihitung dari tahun 2001-2007 Jika dilihat secara sektoral maka sektor pertanian dan sektor perdagangan,
hotel dan restaurant tetap mendominasi kontribusi PDRB atas dasar harga konstan
Kabupaten OKU Timur. Selama tahun 2001-2007 rata-rata pertumbuhan ekonomi
sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran
cukup agresif yaitu sebesar 12,46 persen dan 12,64 persen, sektor pertanian dan
sektor pertambangan dan penggalian menyusul di urutan ketiga dan keempat
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,30 persen dan 5,50 persen per tahun.
Sementara sektor ekonomi lainnya hanya memiliki laju rata-rata pertumbuhan
dibawah 5 persen.
7
Dengan melihat pembangunan ekonomi Kabupaten OKU Timur melalui
deskripsi struktur dan pertumbuhan ekonomi, maka tampak bahwa Kabupaten
OKU Timur merupakan wilayah pusat pertumbuhan baru yang berkembang cukup
pesat. Namun pembangunan ekonomi suatu wilayah, tidak cukup hanya dilihat
dari sisi struktur dan pertumbuhan ekonomi saja. Menurut Thoha dan Soekarni
(2000), selain struktur dan pertumbuhan ekonomi, kemampuan (potensi) ekonomi
suatu wilayah dapat diukur melalui track record indikator-indikator ekonomi
seperti: income per kapita, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan
lain-lain. Selain itu sebagai wilayah baru, sangat penting untuk mengetahui
bagaimana kinerja perekonomian, pola struktur pertumbuhan ekonomi baik secara
wilayah (posisi relatif) maupun secara sektoral (antar sektor) dan bagaimana pula
tingkat spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU Timur.
Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi dan analisis sektor maupun
subsektor ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Kabupaten OKU
Timur, dengan melakukan perbandingan terhadap kondisi perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan sangat penting untuk dikaji secara lebih terinci, sehingga
kegiatan-kegiatan ekonomi potensial Kabupaten OKU Timur dapat lebih
dikembangkan. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang layak dikembangkan,
maka penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur diharapkan
lebih terarah sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).
8
1.2 Perumusan Masalah
Sejalan dengan latar belakang dan uraian sebelumnya, maka masalah-
masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:
1. Sektor dan subsektor ekonomi apa yang potensial di Kabupaten OKU
Timur, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan
kompetitif, dan spesialisasi?
2. Bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
OKU Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap
Provinsi Sumatera Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor/subsektor ekonomi potensial
di Kabupaten OKU Timur, berdasarkan kriteria keunggulan
komparatif, keunggulan kompetitif, dan spesialisasi.
2. Mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU
Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi
Sumatera Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Melalui informasi mengenai sektor dan subsektor ekonomi potensial
berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif,
9
dan spesialisasi serta berdasarkan pola dan struktur pertumbuhan
ekonomi Kabupaten OKU Timur, dapat menjadi masukan bagi
Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam rangka penyusunan
perencanaan pembangunan ekonomi daerah.
2. Hasil penelitian ini dapat pula digunakan sebagai bahan acuan untuk
penelitian-penelitian serupa selanjutnya.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pada awal pemikiran tentang pembangunan ekonomi sering ditemukan
adanya pandangan yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan
(pertumbuhan). Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan,
dimana pembangunan dan pertumbuhan, secara keseluruhan mengandung unsur
perubahan. Kedua hal tersebut memiliki perbedaan prinsipil, karena masing-
masing memiliki latar belakang, hakikat dan prinsip kontinuitas yang berbeda,
meskipun keduanya memiliki bentuk refleksi perubahan (Bratakusumah, 2003).
Menurut Jhingan (1988), beberapa ahli ekonomi seperti Schumpeter dan
Ursula Hicks, telah membuat perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan menurut Schumpeter merupakan perubahan
secara spontan dan terputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah
dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sementara
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan
melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor nonekonomi lainnya
(Mangiri, 2000). Namun seiring perkembangan dan era globalisasi seperti
sekarang ini, konsep pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berjalan seiring,
dimana jika terjadi pembangunan, maka pertumbuhan merupakan sisi dampak dari
adanya suatu pembangunan.
11
Selanjutnya, dalam konteks pembangunan ekonomi daerah maka
pengertian daerah (region) itu sendiri berbeda-beda tergantung pada aspek
tinjauannya. Dari aspek ekonomi oleh Arsyad (1999) daerah mempunyai tiga
pengertian yaitu:
1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi
dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang
sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan
per kapita, sosial budaya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam
pengertian seperti ini disebut daerah homogen.
2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai
oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam
pengertian ini disebut daerah nodal.
3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu
administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian
administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini
dinamakan daerah administrasi.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka pengertian ketiga lebih banyak
digunakan dalam praktek pembangunan ekonomi daerah. Wilayah daerah
biasanya lebih terbuka dibandingkan dengan wilayah nasional. Pergerakan sumber
daya antar daerah lebih bebas bila dibandingkan dengan pergerakan sumber daya
antar negara. Hal ini dimungkinkan karena halangan berupa tarif, kuota, lisensi
ekspor dapat dikatakan tanpa hambatan antar daerah.
12
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pelaksanaan pembangunan
ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas peluang kerja
bagi masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan
masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh
potensi yang ada secara optimal dalam membangun daerah untuk kesejahteraan
masyarakat. Sjafrizal (1997) mengatakan untuk mencapai tujuan pembangunan
daerah, kebijaksanaan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan
semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Hal ini perlu diusahakan karena potensi pembangunan yang
dihadapi oleh masing-masing daerah sangat bervariasi. Karena itu, bila prioritas
pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-
masing daerah, maka sumber daya yang ada kurang dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan relatif lambatnya proses pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi dikatakan berjalan jika ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi daerah, maka teori-teori
pembangunan daerah banyak membahas penggunaan alat analisis dan metode
statistik dalam menganalisis perekonomian suatu daerah serta teori tentang
berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Todaro (2000)
mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan
ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis
investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya
manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan
13
sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan
teknologi.
Lebih lanjut Kuznets (1999) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi bagi penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian
kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya (Jhingan, 1999). Suatu
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila
tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa
sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan (tingkat output) dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah
besar pada tahun-tahun berikutnya.
Menurut Syafrizal (2002), teori pertumbuhan ekonomi daerah dapat dibagi
atas empat kelompok besar, yang masing-masing didasarkan pada asumsi yang
berbeda, sehingga memberikan kesimpulan yang berlainan pula. Kelompok
pertama dinamakan sebagai export base models yang dipelopori oleh North pada
tahun 1956. Dalam teori export base dijelaskan adanya perbedaan sumber daya
dan keadaan geografis antara daerah, yang menyebabkan masing-masing daerah
mempunyai keuntungan lokasi dalam beberapa sektor atau jenis kegiatan
produksi. Keuntungan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan basis ekspor
dan sebagai sektor potensial (sektor basis) bagi pertumbuhan ekonomi yang
bersangkutan bila kegiatan tersebut dapat didorong pertumbuhannya. Untuk
mengetahui keuntungan lokasi suatu wilayah, dapat dilakukan melalui studi
14
terhadap sumber daya alam yang terdapat di wilayah yang bersangkutan, seperti
tingkat kesuburan tanah, keadaan geografis, jaringan jalan dan kualitas sumber
daya manusia. Selanjutnya untuk mengetahui secara kualitatif dapat diketahui
melalui teknik statistik antara lain dengan perhitungan Location Quotient.
Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran neo
classic. Teori ini dipelopori oleh Stein pada tahun 1964, kemudian dikembangkan
lebih lanjut oleh Roman pada tahun 1965 dan Siebert pada tahun 1969. Model neo
classic mendasarkan analisisnya pada fungsi produksi. Sama halnya dengan
analisis pada pertumbuhan ekonomi nasional, kelompok ini berpendapat bahwa
unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah modal,
sumber daya alam, sumber daya manusia dan lalu lintas terhadap pertumbuhan
ekonomi regional.
Kelompok ketiga menggunakan alur pemikiran ala Keynes dan
menamakan pendekatannya sebagai cumulative causation models. Teori ini
dipelopori oleh Myrdal pada tahun 1957 dan kemudian diformulasikan lebih
lanjut oleh Kaldor pada tahun 1970. Penganut teori cumulative causation
berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak
dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar sebagaimana yang dikemukakan oleh
kaum neo classic. Bagaimanapun pemerintah perlu melakukan campur tangan
secara aktif dalam bentuk program pembangunan wilayah, terutama untuk daerah
yang tergolong masih terbelakang.
Kelompok keempat lazim dinamakan sebagai core periphery models yang
mula-mula diajukan oleh Friedman pada tahun 1966. Kelompok core periphery
15
models menekankan analisisnya pada hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi antar pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut
teori ini gerak pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh
keadaan desa-desa di sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan
juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan daerah perkotaan. Dengan
demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan.
2.1.2 Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral
Secara teoritis, struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai
sisi. Dumairy (1996) membagi struktur ekonomi berdasarkan empat macam sudut
tinjauan. Pertama, berdasarkan tinjauan makro sektoral, yang membagi
perekonomian menjadi struktur agraris (agriculture), industri (industrial) atau
niaga (commerce), tergantung pada sektor yang menjadi tulang punggung
perekonomian suatu wilayah. Kedua, berdasarkan tinjauan keruangan (spasial),
yang membagi perekonomian menjadi struktur pedesaan (tradisional) atau
perkotaan (modern). Ketiga, berdasarkan tinjauan penyelenggaraan, yang
menjadikan perekonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis. Predikat ini
tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam
kegiatan perekonomian suatu wilayah. Keempat, struktur ekonomi dapat dilihat
berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, yaitu struktur ekonomi
yang sentralistik atau desentralistik.
Dalam kaitannya dengan struktur ekonomi suatu wilayah, Todaro (2000)
mengatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan erat dengan
16
perubahan struktural dan sektoral. Beberapa perubahan komponen utama
struktural ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktifitas pertanian ke
sektor nonpertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah yang
sedang berkembang proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari
penggeseran sektor ekonominya. Yaitu tercermin dari pergeseran sektor ekonomi
tradisional dimana sektor pertanian akan mengalami penurunan di satu sisi dan
peningkatan peran sektor nonpertanian di sisi lainnya.
Terkait dengan proses pembangunan daerah, maka struktur ekonomi
memiliki peran penting dalam konsep pendekatan model pembangunan daerah.
Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994), pendekatan sektoral dalam
perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai dengan pertanyaan yang
menyangkut sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan, kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan di mana aktivitas sektor tersebut akan dijalankan dan
kebijakan (strategi dan langkah-langkah) apa yang perlu diambil dalam mencapai
tujuan pembangunan.
2.1.3 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial
Salah satu teori ekonomi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan
perekonomian daerah adalah teori basis ekspor (atau teori basis ekonomi).
Menurut Arsyad (1999), teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan
barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan
sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan
17
menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation).
Daerah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumber daya yang
dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk dari luar daerah
dalam upaya meningkatkan peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori
basis ekonomi biasanya menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan
menentukan sektor potensial. Apabila sektor potensial tersebut dikembangkan
dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah
secara optimal.
Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2008)
menjelaskan bahwa teknik location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi
suatu daerah menjadi dua golongan yaitu:
1. kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri
maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini
dinamakan sektor ekonomi potensial (basis);
2. kegiatan sektor ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di daerah
itu sendiri dinamakan sektor ekonomi tidak potensial (non basis) atau
local industry.
Menurut Syafrizal (2002), dalam kerangka teori basis ekspor ini, diketahui
bahwa peningkatan ekspor terjadi apabila suatu daerah memiliki keuntungan
kompetitif (competitive advantage) yang cukup besar pada beberapa sektor
ekonomi. Dijelaskan pula bahwa dengan teori basis ekspor ini, bahwa untuk
18
melihat besarnya keuntungan kompetitif perekonomian suatu daerah dapat
dilakukan dengan penaksiran multiplier ekspor dan analisis shift share.
2.2 Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Wilayah
Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki
kebebasan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi wilayah.
Untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah
sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi
wilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan
berbagai sektor maupun subsektor ekonomi di wilayah tersebut. Sektor ekonomi
yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk
dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor ekonomi lain untuk
berkembang. Keunggulan perekonomian wilayah tersebut secara garis besar
terdiri atas keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif (daya saing).
Istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) mula-mula
dikemukakan oleh Ricardo (1917) terkait dengan bahasan perdagangan antar dua
wilayah. Ricardo membuktikan bahwa bila dua wilayah yang saling berdagang
masing-masing mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki
keunggulan komparatif, maka kedua wilayah tersebut akan mendapatkan
keuntungan. Ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional
tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional.
Pengetahuan terhadap keunggulan komparatif suatu daerah dapat
digunakan untuk mendorong perubahan struktur ekonomi daerah ke arah sektor
19
yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yang memiliki
keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah teridentifikasi maka pembangunan
sektor tersebut dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan mekanisme pasar yang
sering berjalan terlambat (Tarigan, 2003).
Pada era perdagangan bebas seperti sekarang ini, keunggulan kompetitif
mendapat perhatian lebih besar daripada keunggulan komparatif. Keunggulan
kompetitif menunjukkan kemampuan daerah untuk memasarkan produknya ke
luar daerah. Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai
sebagai kemampuan daya saing kegiatan ekonomi suatu daerah terhadap kegiatan
ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin
dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya
yang dijadikan benchmark dalam suatu kurun waktu (Thoha, 2000). Dalam
kaitannya dengan keunggulan kompetitif, maka keunggulan komparatif suatu
kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi
tersebut punya prospek untuk juga memiliki keunggulan kompetitif. Jika suatu
sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya potensi sektor tersebut
maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan kegiatan ekonomi
tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan kompetitif. Kegiatan
ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif
akan sangat menguntungkan perekonomian suatu wilayah.
Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, maka
berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis
20
keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu
atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan, 2003);
1. Memiliki potensi sumber daya alam.
2. Penguasaan masyarakat terhadap teknologi mutakhir dan
keterampilan-keterampilan khusus lainnya.
3. Aksesibilitas wilayah yang baik.
4. Memiliki market yang baik atau dekat dengan market.
5. Wilayah yang memiliki sentra-sentra produksi tertentu atau
terdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi.
6. Ketersediaan buruh (tenaga kerja) yang cukup dan memiliki
keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah.
7. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, terbuka,
bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin.
8. Kebijaksanaan pemerintah yang mendukung pada terciptanya
keunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah
2.3 Spesialisasi Perekonomian
Perekonomian suatu wilayah dikatakan terspesialisasi jika suatu wilayah
memprioritaskan pengembangan suatu sektor ekonomi melalui kebijakan yang
mendukung kemajuan sektor tersebut (Muzamil, 2001). Pengembangan sektor
prioritas tersebut dapat dilakukan melalui investasi dan peningkatan sumber daya
manusia pada sektor tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal
penting dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan,
21
jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada sektor tertentu maka wilayah
tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari spesialisasi sektor tersebut
(Soepono, 1993).
Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap
perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui
proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melalui
penciptaan spesialisasi antar daerah.
Berbagai macam alat analisis telah dikembangkan untuk melihat tingkat
spesialisasi regional. Marquillas dalam Soepono (1993) memodifikasi analisis
shift share klasik dengan memasukkan efek alokasi untuk melihat spesialisasi
suatu sektor dalam suatu wilayah. Selanjutnya Kim dalam Kuncoro (2002)
mengembangkan indeks krugman untuk melihat spesialisasi regional di Amerika
Serikat.
2.4 Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan
analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah.
Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dapat tergambar potensi
relatif perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral terhadap
daerah lain di sekitarnya. Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
daerah, para ahli ekonomi biasanya menggunakan analisis Klassen Typology.
22
Syafrizal (1997) mengemukakan bahwa analisis ini digunakan untuk membagi
serta membedakan suatu daerah menjadi empat klasifikasi yaitu:
1. Daerah maju dan tumbuh cepat (rapid growth region) apabila
kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi;
2. Daerah maju tapi tertekan (retarded region) apabila laju pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota lebih kecil dari pada laju pertumbuhan
ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota
lebih besar dari pendapatan per kapita provinsi;
3. Daerah berkembang cepat (growing region) yaitu daerah yang
berkembang dengan cepat apabila laju pertumbuhan ekonomi
kabupaten/kota lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan
ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota
lebih rendah dari pendapatan per kapita provinsi;
4. Daerah relatif tertinggal (relatively backward region) apabila
kabupaten/kota memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi
dan pendapatan perkapita provinsi.
Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral dapat
dilakukan melalui pendekatan analisis klassen typology seperti yang dilakukan
oleh Apriliyanto (2003), dengan membedakan suatu sektor ekonomi menjadi
empat klasifikasi yaitu;
23
1. Sektor potensial dan tumbuh cepat apabila suatu sektor memiliki laju
pertumbuhan dan kontribusi lebih tinggi dibandingkan dengan
pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi;
2. Sektor maju tapi tertekan apabila laju pertumbuhan suatu sektor lebih
kecil dari pada laju pertumbuhan sektor yang sama pada tingkat
provinsi akan tetapi kontribusinya di wilayah tersebut lebih besar dari
kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi;
3. Sektor berkembang cepat yaitu sektor yang berkembang dengan cepat
apabila laju pertumbuhan sektor kabupaten/kota lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pada tingkat provinsi
akan tetapi strukturnya pada tingkat kabupaten/kota lebih rendah dari
struktur sektor yang sama pada tingkat provinsi;
4. Sektor relatif tertinggal apabila kabupaten/kota memiliki sektor yang
tingkat pertumbuhan dan kontribusinya lebih rendah dari tingkat
pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk mengidentifikasi sektor
dan subsektor potensial yang dilakukan di luar negeri antara lain oleh Coughlin
dan Pollard di Amerika Serikat (2001). Dengan memakai alat analisis shift share
dan dilanjutkan dengan perluasan dari Gazel dan Schwer, mereka
membandingkan pertumbuhan ekspor industri manufaktur di berbagai negara
bagian di Amerika Serikat dan faktor apa saja yang menimbulkan perbedaannya.
24
Hasil yang didapat adalah selama tahun 1988 sampai 1998 kinerja ekspor negara
bagian menunjukkan banyak variasi yang disebabkan oleh distribusi industri dari
sebagian besar negara bagian semakin serupa dengan distribusi secara nasional
pada tahun penelitian. Kemiripan ekspor secara geografis mengalami sedikit
perubahan, arti penting efek tujuan luar negeri mungkin menjadi lebih penting
dalam kaitannya dengan efek bauran industri.
Yusuf (1999) dalam studinya menggunakan analisis Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi potensial di
Provinsi Bangka Belitung. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa
perekonomian Kabupaten Bangka didominasi oleh sektor industri pengolahan,
listrik, gas dan air minum, sedangkan sektor ekonomi potensial yang dapat
dikembangkan terdiri atas sektor pertanian, angkutan dan komunikasi, dan jasa-
jasa. Hal serupa dilakukan juga oleh Nugraha (2003) dalam mengidentifikasi
sektor ekonomi potensial di Kota Prabumulih. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor ekonomi potensial yang sesuai dengan kondisi Kota
Prabumulih sebagai penghasil minyak bumi bagi Provinsi Sumatera Selatan.
Disamping itu, Kota Prabumulih juga sebagai kota satelit bagi Kota Palembang
sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran berkembang pesat.
Melalui analisis LQ yang diteliti oleh Marwa (2000) diketahui bahwa
sektor basis di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor pertanian, pertambangan
migas dan perdagangan. Namun berdasarkan analisis shift-share, sektor dan
subsektor yang relatif bisa dikembangkan adalah sektor pertanian, subsektor
25
penggalian nonmigas, subsektor industri migas, sektor perdagangan dan sektor
jasa. Kemudian Aswandi (2002), melakukan penelitian mengenai evaluasi
penetapan kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam penelitiannya
digunakan alat analisis LQ, tipologi klassen dan indeks spesialisasi regional.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa berdasarkan analisis tipologi
klassen, dari ketiga kawasan andalan yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada klasifikasi
daerah cepat maju dan tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kawasan andalan sebagai daerah yang memiliki keterkaitan perekonomian
sektoral dengan daerah lainnya masih lemah.
Selanjutnya dengan analisis shift share modifikasi Estaban Marquillas
yang digunakan Saimima (2003) untuk mengetahui sektor ekonomi potensial di
Kota Ambon diperoleh kesimpulan bahwa sebelum konflik, perekonomian di
Kota Ambon berspesialisasi pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan,
sedangkan sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki
keunggulan kompetitif di Kota Ambon. Pada periode setelah konflik, hanya sektor
perdagangan yang mempunyai spesialisasi namun tidak memiliki keunggulan
kompetitif, sedangkan sektor pertambangan mempunyai keunggulan kompetitif
yang cukup besar.
2.6 Kerangka Pikir
Model pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pendekatan
sektoral. Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral selalu dimulai
26
dengan pertanyaan sektor apa yang harus dikembangkan (Aziz, 1994). Dalam
penelitian ini sektor/subsektor yang harus dikembangkan disebut sebagai
sektor/subsektor potensial. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor potensial di
Kabupaten OKU Timur digunakan analisis data PDRB baik dari sisi kontribusi
maupun sisi pertumbuhan. Sektor ekonomi potensial tidak dapat dilihat dari sisi
pertumbuhan dan kontribusi saja.
Untuk menentukan sektor potensial perlu diperhatikan keunggulan
komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi sektor tersebut terhadap sektor
yang sama pada tingkat provinsi. Untuk melihat keunggulan komparatif suatu
sektor digunakan analisis location quotient, untuk melihat spesialisasi dan
keunggulan kompetitif digunakan analisis shift share dan model rasio
pertumbuhan, sedangkan untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
sektoral digunakan modifikasi tipologi Klassen. Penggunaan tipologi Klassen ini
untuk mengklasifikasikan sektor/subsektor potensial yang merupakan gabungan
keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi berdasarkan struktur
dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur terhadap Provinsi Sumatera
Selatan.
27
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Model Pendekatan Pembangunan Ekonomi Daerah
Pendekatan sektoral
PDRB
Pertumbuhan Sektoral
Struktur Ekonomi (Kontribusi Sektoral)
Analisis Shift-Share dan MRP
Analisis LQ Tipologi Klassen (Sektoral)
Sektor/Subsektor Ekonomi Potensial
Implikasi Kebijakan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan ruang lingkup lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten
OKU Timur, dengan melihat keterbandingannya dalam ruang lingkup Provinsi
Sumatera Selatan. Yang menjadi objek penelitian adalah sektor dan subsektor
ekonomi potensial. Sektor dan subsektor ekonomi potensial tersebut merupakan
kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif
dan spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Disamping itu juga dikaji mengenai
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur dibandingkan
dengan kondisi seluruh Provinsi Sumatera Selatan. Objek penelitian diamati
selama delapan tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Kurun waktu
selama 8 (delapan) tahun ini dilandasi oleh tersedianya data hasil perhitungan
PDRB Kabupaten OKU Timur dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan dari
tahun 2000 hingga tahun 2007.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi; data PDRB Kabupaten OKU Timur (tahun 2000-2007), data PDRB
Provinsi Sumatera Selatan (tahun 2000-2007), baik atas dasar harga berlaku
(ADHB) maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK). Selain itu juga
dikumpulkan data sekunder mengenai karakteristik wilayah, seperti kondisi
geografis dan potensi sumber daya di Kabupaten OKU Timur. Seluruh data
29
sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur,
baik yang berasal dari publikasi OKU Timur dalam Angka (2006 dan 2007),
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) OKU Timur (2006 dan 2007) maupun data
hasil kompilasi yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi
Sumatera Selatan.
3.3 Metode Analisis
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini maka metode analisis dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis
sektor dan subsektor ekonomi potensial untuk menjawab permasalahan pertama
serta analisis pola dan struktur pertumbuhan ekonomi regional untuk menjawab
permasalahan kedua. Disamping itu juga dianalisis berbagai indikator turunan dari
PDRB seperti, pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan pendapatan per
kapita penduduk Kabupaten OKU Timur. Secara garis besar dapat dijelaskan
bahwa PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten OKU
Timur yang perhitungannya telah dipisahkan dari PDRB Kabupaten Ogan
Komering Ulu (kabupaten induk sebelum pemekaran).
Mengacu pada metode penghitungan PDRB kabupaten/kota di Indonesia
(BPS, 2003) maka metode yang digunakan dalam pemisahan PDRB atas dasar
harga berlaku Kabupaten OKU Timur terhadap PDRB atas dasar harga berlaku
Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dengan menggunakan metode tidak
langsung atau metode alokasi (indirect method). Sedangkan untuk PDRB atas
30
dasar harga konstan digunakan teknik indikator tunggal dengan metode
ekstrapolasi (extrapolation method).
3.3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial
Secara garis besar, analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi
potensial dari sisi kontribusi PDRB (aspek keunggulan komparatif) melalui alat
analisis location quotient (LQ) serta penentuan sektor dan subsektor ekonomi
potensial dari sisi pertumbuhan PDRB (aspek keunggulan kompetitif) melalui alat
analisis MRP dan analisis Shift-Share Estaban Marquillas (SS-EM). Khusus
mengenai identifikasi dan pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah akan
dijelaskan melalui analisis Shift-Share Estaban Marquillas.
Selanjutnya setelah aspek keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif
dan spesialisasi teridentifikasi, maka dilakukan analisis overlay yang bertujuan
untuk melihat potensi sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur
berdasarkan gabungan dari ketiga alat analisis tersebut. Secara ringkas, metode
analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang dibahas pada skripsi
ini ditampilkan pada Tabel 3.1.
a. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya
peranan sektor perekonomian suatu region dengan membandingkan sektor yang
sama pada wilayah yang lebih besar. Metode ini digunakan untuk
31
mengidentifikasi sektor ekonomi potensial yang menjadi unggulan yang dapat
dikembangkan pada suatu wilayah dan dipergunakan untuk mengidentifikasi
keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah (Thoha dan
Soekarni, 2000).
Tabel 3.1. Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian
Alat Analisis Tujuan/kegunaan Data yang Digunakan
1. Analisis Location
Quotient (LQ)
2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
3. Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas
4. Analisis Overlay
5. Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi
Menunjukkan besar kecilnya peranan dan mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial (sektor basis), yang memiliki comparative advantage di suatu region. Mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB (competitive advantage) Mengidentifikasi competitive advantage dan mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu region Kelanjutan dari analisis LQ dan MRP bertujuan untuk memperoleh deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan ( RPs dan RPr) dan kontribusi . Mengetahui potensi relatif sektor/subsektor Kabupaten OKU Timur terhadap kabupaten/kota lain se Provinsi Sumatera Selatan dengan bantuan analisis Klassen Typology.
Pengolahan data PDRB ADHB Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (kontribusi sektoral) Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan) Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan) Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP dan Shift Share Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP, Shift Share dan overlay
Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada formulasi yang
dikemukakan oleh Arsyad (1999).
32
Yi,k / Yi,p LQ = ….…………….….………...… (1)
Yk / Yp Keterangan; Yi,k : Nilai tambah PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur Yk : Total PDRB di Kabupaten OKU Timur Yi,p : Nilai tambah PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan Yp : Total PDRB di Provinsi Sumatera Selatan
Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) maka didapat kesimpulan:
1. Jika nilai LQ > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor potensial,
yang menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam
maupun di luar Kabupaten OKU Timur;
2. Jika nilai LQ < 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor
potensial, yang menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani
pasar di Kabupaten OKU Timur;
3. Jika nilai LQ = 1, berarti suatu sektor hanya mampu melayani pasar di
Kabupaten OKU Timur saja atau belum dapat memasarkan hasil sektor
tersebut ke luar daerah lain.
b. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Selain alat analisis LQ yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan
subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria kontribusi PDRB, alat analisis
lain dirasakan penting dipergunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor
ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Hal ini mengacu kepada
rekomendasi Yusuf (1999), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih dari
satu alat analisis dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di suatu
33
wilayah. Oleh karena itu, analisis MRP turut digunakan untuk menganalisis sektor
dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB
Kabupaten OKU Timur.
MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik
dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis
MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu:
1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandingan
antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Kabupaten OKU
Timur dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi
Sumatera Selatan.
2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) perbandingan rata-rata
pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera
Selatan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di Provinsi
Sumatera Selatan.
Analisis MRP ini merupakan modifikasi dari komponen proportional shift
dan differential shift dalam analisis shift-share (Yusuf, 1999). Komponen
proportional shift dan differential shift yang dalam analisis shift-share Estaban
Marquillas disimbolkan dengan Mij dan Cij ini memberikan nilai perubahan baik
pengurangan maupun penambahan PDRB. Dengan demikian, Mij dan Cij
menunjukkan perubahan nilai yang besar (bukan rasio). Melalui modifikasi maka
akan didapat nilai yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan 1 (rasio).
Formulasi dari RPs dan RPr yang merupakan penurunan dari persamaan
sebagai berikut (Yusuf, 1999):
34
1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr):
ijn
n
n i
inij E
EE∆
EE∆M
−= …………………….…………...……... (2)
−=
nin
inn
nin
nin
ij
ij
E EE E∆
E EE E∆
EM
………………………….….……. (3)
n
n
nin
nin
ij
ij
EE∆
E∆ EE E∆
EM
−= 1 …………………………...…….…… (4)
n
n
in
in
n in
nin
ijn
ijn
EE∆
EE∆
E∆EE E∆
E E∆ ME
==+1 ………..………..……….… (5)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) =
n
n
in
in
EE∆
EE∆
……. (6)
2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) :
ijin
in
ij
ij ij E
EE∆
EE∆
C
−= ………………….……….……….….…....... (7)
in
ijinijij E
E E∆E∆C −= …….…………..………….……..…....…...... . (8)
in
ijin
ijin
inijij E
E E∆1
E E∆E E∆
C
−= ………………...……………..….... (9)
in
in
ij
ij
ij in
inij
ijin
ijin
EE∆
EE∆
E∆EE E∆
EE∆CE
==+1 …….…………………...…....... (10)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) =
n
n
ij
ij
EE∆
EE∆
….….… (11)
dimana : ∆Eij = Eij,t - Eij …………..…………...………..………..…….… (12) ∆Ein = Ein,t - Ein …………..…………...……………….….….… (13) ∆En = En,t – En …………..…………...……………………….… (14) Keterangan: ∆Eij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur Eij,t : PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur pada tahun
akhir analisis.
35
∆Ein : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan. Ein,t : PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
akhir analisis. ∆En : Perubahan PDRB Provinsi Sumatera Selatan. En,t : Total PDRB tahun akhir analisis di Provinsi Sumatera Selatan Mij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur
yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan
Cij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur.
c. Analisis Shift-Share
Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di
suatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian regional maupun
nasional digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat
mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar
wilayah, maka keunggulan kompetitif (competitive advantage) suatu wilayah juga
dapat diketahui melalui tenik analisis Shift-Share ini (Thoha dan Soekarni, 2000).
Metode analisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai
tambah bruto atau PDRB suatu sektor-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi
(Soepono, 1993):
Dij = Nij + Mij + Cij …………………….………..………..….. (15) di mana: Nij = Eij. rn …..………………………………...………. (16) Mij = Eij (rin - rn) ...……..……………………….……..…….. (17) Cij = Eij (rij – rin) ….…..…………….…………..……..…….. (18) Dari persamaan (16) sampai (18), rij mewakili pertumbuhan
sektor/subsektor-i di Kabupaten OKU Timur, sedangkan rn dan rin masing-masing
laju pertumbuhan agregat Provinsi Sumatera Selatan dan pertumbuhan
36
sektor/subsektor i Provinsi Sumatera Selatan, yang masing-masing dapat
didefinisikan sebagai berikut:
rij = (Eij,t – Eij)/Eij …...…..…………………..………....……….. (19) rin = (Ein,t – Ein)/Ein …………..…...………..………....…..……... (20) rn = (En,t - En)/En ………..…………..……..…………….……... (21) Keterangan; Di,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur Ni,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang
disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan.
Mi,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i Provinsi Sumatera Selatan.
Ci,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur.
Eij : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun awal analisis Ein : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis En : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis Eij,t : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun akhir analisis Ein,t : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis En,t : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis
Persamaan (19) sampai (21) juga menunjukkan bahwa peningkatan nilai
tambah suatu sektor di Kabupaten OKU Timur (Dij) dapat diuraikan (decompose)
menjadi 3 faktor berpengaruh, yaitu (Syafrizal, 2008):
1. Regional Share (Nij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah
yang disebabkan oleh faktor luar yaitu; peningkatan kegiatan ekonomi
daerah akibat kebijaksanaan nasional atau provinsi yang berlaku pada
seluruh daerah.
2. Proportional Shift (Mij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi
daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu
berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional
atau provinsi.
37
3. Differential Shift (Cij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi
daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur
pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat
mendorong pertumbuhan ekspor daerah.
Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau unsur
pertumbuhan mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai
masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah
keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (2) sampai (8) di atas, maka untuk suatu
wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri (industrial mix) dan
keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor-i atau dijumlahkan
untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Persamaan Shift-Share untuk
sektor-i di wilayah-j adalah:
Dij = Eij.rn + Eij (rin –rn) + Eij (rij –rin) ……………...…………… (22)
Selanjutnya menurut Oppenheim dalam Yusuf (1999), analisis
pertumbuhan ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan differential
shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini karena DS
digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah
studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari perubahan tersebut
dapat dilihat berapa besar pertambahan atau pengurangan pendapatan dari
kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu
kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi.
38
Dari kedua komponen ini jika besaran PS dan DS dinyatakan dalam suatu bidang
datar, dengan nilai PS sebagai sumbu horisontal dan nilai DS sebagai sumbu
vertikal, akan diperoleh empat kategori posisi relatif dari seluruh daerah atau
sektor ekonomi tersebut. Keempat kategori tersebut adalah (dalam Freddy, 2001):
Kategori I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan
pertumbuhan sangat pesat (rapid growth region).
Kategori II (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan
kecepatan pertumbuhan terhambat tapi berkembang (depressed region
yang berkembang).
Kategori III (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan
kecepatan pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi
(depressed region yang berpotensi).
Kategori IV (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor
depressed region dengan daya saing lemah dan juga peranan terhadap
wilayah rendah.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu
daerah dapat dilakukan dengan modifikasi analisis shift-share ini. Estaban
Marguillas pada tahun 1972 telah melakukan modifikasi terhadap teknik analisis
Shift-share untuk memecahkan masalah pengaruh efek alokasi dan spesialisasi
(Soepono, 1993). Dengan mengacu kepada persamaan di atas, maka modifikasi
persamaan Shift-Share menurut Estaban Marguillas mengandung unsur baru yang
diberi notasi E*ij didefinisikan sebagai suatu variabel wilayah (Eij), bila struktur
39
wilayah sama dengan struktur nasional atau Eij=E*ij maka E*ij dirumuskan
menjadi:
E*ij = Ej (Ein/En) ……………....…………………………………. (23)
Apabila Eij diganti dengan E*ij maka persamaan Cij = Eij (rij – rin) dapat
pula diganti menjadi:
C*ij = E*ij (rij – rin) ………………….……...…………………… (24)
Cij adalah untuk mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di
sektor-i pada perekonomian suatu wilayah menurut analisis Shift-share klasik.
Pengaruh efek alokasi (allocation effect) belum dijelaskan dari suatu variabel
wilayah untuk sektor-i di wilayah j (Aij), untuk mengetahui efek alokasi tersebut
didekati dengan menggunakan rumus (Soepono, 1993):
Aij = (Eij – E*ij) (rij – rin) ……….…………….…………………. (25) dimana: (Eij –E*ij) : menggambarkan tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten OKU
Timur, jika rij > rin (rij – rin) : menggambarkan tingkat keunggulan kompetitif sektor i di
Kabupaten OKU Timur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aij sebagai pengaruh alokasi
dapat dilihat dalam dua bagian yaitu tingkat spesialisasi sektor i di wilayah j (Eij –
E*ij) yang dikalikan dengan keunggulan kompetitif (rij – rin). Persamaan tersebut
dapat bermakna bahwa bila suatu wilayah mempunyai suatu spesialisasi di sektor
tertentu, maka sektor tersebut pasti akan menikmati pula keunggulan kompetitif
yang lebih baik.
Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari efek alokasi akan
dijelaskan pada Tabel 3.2. Dari hasil modifikasi Estaban-Marquillas terhadap
analisis Shift-Share dapat dirumuskan sebagai berikut (Soepono, 1993):
40
Dij = Eij (rn)+Eij (rin – rn)+E*ij (rij – rin)+(Eij –E*ij) (rij – rin) ………...… (26)
Tabel 3.2 Kemungkinan hasil penghitungan dari Efek Alokasi
No. rij – rin Eij–E*ij Keunggulan Kompetitif Spesialisasi
1 2 3 4
> 0 > 0 < 0 < 0
> 0 < 0 > 0 < 0
√ √ x x
√ x √ x
d. Analisis Overlay
Setelah melakukan analisis LQ dan MRP, analisis dilanjutkan dengan
menggunakan analisis Overlay yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi
kegiatan ekonomi potensial dalam suatu wilayah yang didasarkan atas kriteria
pertumbuhan (hasil analisis wilayah studi atau RPs) dan kriteria kontribusi (hasil
analisis LQ). Menurut Yusuf (1999) terdapat empat kemungkinan dalam analisis
ini yaitu kombinasi antara sektor/subsektor ekonomi potensial yang
menggambarkan keadaan suatu daerah sebagai berikut:
1. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu sektor
(subsektor) yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari
kontribusinya.
2. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu sektor
(subsektor) yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil.
3. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu sektor
(subsektor) yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar.
41
4. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu sektor
(subsektor) yang tidak potensial baik kriteria pertumbuhan maupun
kontribusinya.
Namun analisis overlay tersebut belum mengakomodasi hasil analisis SS-
EM yang merepresentasikan keunggulan kompetitif dan spesialisasi
perekonomian suatu wilayah. Sebagaimana yang pernah dilakukan Saimima
(2003), analisis overlay digunakan dengan pertimbangan memasukkan hasil
analisis SS-EM, sehingga akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi potensial
suatu wilayah berdasarkan rasio pertumbuhan wilayah studi, keunggulan
komparatif, keunggulan kompetitif serta spesialisasi.
3.3.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Regional
Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
OKU Timur dapat diketahui dengan mengggunakan analisis Klassen Typology.
Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan terlihat potensi
relatif perekonomian di Kabupaten OKU Timur terhadap kabupaten/kota lainnya
di Provinsi Sumatera Selatan. Sjafrizal (1997) mengemukakan bahwa analisis ini
digunakan untuk membedakan suatu daerah menjadi empat klasifikasi yaitu
daerah maju dan cepat tumbuh (rapid growth region), daerah berkembang
(growing region), daerah maju tapi tertekan (retarded region) dan daerah relatif
tertinggal (relatively backward region). Keempat klasifikasi ini ditentukan
berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita suatu
42
wilayah. Secara rinci pengklasifikasian suatu wilayah berdasarkan Klassen
Typology dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Klassen Typology
Pendapatan per
Kapita (y) Laju Pertumbuhan (r)
yi › y yi ‹ y
ri › r Daerah maju dan tumbuh cepat
(Rapid Growth Region) Daerah maju tapi tertekan
(Retarded Region)
ri ‹ r Daerah Berkembang Cepat
(Growing Region)
Daerah relatif tertinggal (Relatively Backward
Region)
Sumber : Sjafrizal (1997) Keterangan; ri : Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur r : Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan yi : Income per kapita Kabupaten OKU Timur y : Income per kapita Provinsi Sumatera Selatan
Kemudian untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan berdasarkan
sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur dilakukan melalui
pendekatan modifikasi analisis Klassen Typology. Analisis ini dilakukan dengan
melihat pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor dan subsektor
ekonomi di Kabupaten OKU Timur dengan dibandingkan terhadap pertumbuhan
dan kontribusi sektor maupun subsektor ekonomi yang sama pada tingkat Provinsi
Sumatera Selatan. Penggunaan dan interprestasi alat analisis ini dapat dilihat pada
Tabel 3.4.
43
Tabel 3.4. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor (Subsektor) Ekonomi Menurut Klassen Typology
Kontribusi (p)
Laju Pertumbuhan (r)
pi › p pi ‹ p
ri › r Sektor dan subsektor Maju dan cepat tumbuh
Sektor dan subsektor Maju tapi tertekan
ri ‹ r Sektor dan subsektor Berkembang cepat
Sektor dan subsektor Relatif tertinggal
Sumber : Apriliyanto(2003) Keterangan : ri : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektoral Kab Ogan Komering Ulu Timur r : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektoral Provinsi Sumatera Selatan pi : Rata-rata kontribusi PDRB sektoral Kabupaten OKU Timur p : Rata-rata kontribusi PDRB sektoral Provinsi Sumatera Selatan
3.4 Definisi Operasional Variabel
Beberapa variabel yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini
memiliki konsep dan definisi sebagai berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku maupun
Atas Dasar Harga Konstan merupakan nilai produksi barang dan jasa
akhir dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini menggunakan
periode data satu tahunan. Dinamakan bruto karena masih
memasukkan komponen penyusutan. Disebut domestik karena
menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang
digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000) dan
dinamakan berlaku karena menggunakan harga tahun berjalan (tahun
44
sesuai dengan referensi waktu yang diinginkan). PDRB juga sering
disebut dengan NTB (Nilai Tambah Bruto).
2. Sektor Ekonomi menyatakan lapangan usaha pembentuk PDRB
sektoral di suatu wilayah. Sektor atau lapangan usaha pada tulisan ini
sama dengan konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik terdiri
dari sembilan sektor yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air
bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
perbankan dan sektor jasa-jasa.
3. Sektor dan subsektor ekonomi potensial merupakan sektor dan
subsektor ekonomi yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti
keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, spesialisasi jika
dibandingkan dengan sektor dan subsektor ekonomi yang sama pada
wilayah lainnya.
4. Keunggulan Kompetitif berarti kemampuan daya saing kegiatan
ekonomi yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan
ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif juga
merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan “benchmark”
5. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi suatu daerah
yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi perekonomian
daerah tersebut. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan
45
kontribusi nilai tambah bruto suatu sektor/subsektor ekonomi suatu
daerah yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya.
6. Spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi di suatu wilayah, dimana
suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut
mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun
andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang
sama pada daerah lainnya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi
sumber daya alam yang besar maupun peran permintaan pasar yang
besar terhadap output-output lokal.
7. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan suatu pola dan
posisi relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor ekonomi
berdasarkan struktur dan pertumbuhannya jika dibandingkan dengan
wilayah lainnya atau sektor dan subsektor ekonomi di wilayah lainnya.
Biasanya untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi baik
regional maupun sektoral digunakan klasifikasi dari klassen (Tipologi
Klassen).
8. Dalam penelitian ini, sesuai rekomendasi Syafrizal, dkk (1997), maka
unsur minyak dan gas bumi (pertambangan migas dan industri migas)
tidak diikutsertakan. Apalagi kondisi Kabupaten OKU Timur yang
tidak memiliki sumber daya migas potensial.
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR
4.1 Kondisi Umum Kabupaten OKU Timur
Kabupaten OKU Timur dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 37
Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Sebelum menjadi daerah otonom,
Kabupaten OKU Timur merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Ogan
Komering Ulu. Secara geografis Kabupaten OKU Timur terletak 1030 40’ Bujur
Timur sampai dengan 1040 33’ Bujur Timur dan antara 30 45’ sampai dengan 40
55’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 3.370 km2.
Dilihat dari ketinggian terhadap permukaan laut, maka Kabupaten OKU
Timur termasuk daerah yang berada di wilayah dataran rendah, dimana ketinggian
maksimal dari permukaan laut hanya mencapai 67 meter, yaitu berada di sebagian
wilayah Kecamatan Bunga Mayang dan Kecamatan Martapura. Selanjutnya jika
dilihat dari derajat kemiringan tanah, maka pada umumnya Kabupaten OKU
Timur memiliki dataran yang cenderung landai, dengan derajat kemiringan yang
relatif kecil.
Seperti kebanyakan iklim di Indonesia, iklim Kabupaten OKU Timur
terdiri atas iklim tropis dan basah. Pada Bulan Juni sampai September, arus angin
lebih banyak berasal dari Australia yang tidak banyak mengandung uap air,
sehingga mengakibatkan musim kemarau di Kabupaten OKU Timur. Sebaliknya
pada Bulan Desember sampai dengan Maret, angin pada umumnya bertiup dari
Asia dan Samudera Pasifik, yang melewati beberapa lautan, sehingga banyak
mengandung uap air, dan mengakibatkan terjadinya musim penghujan. Sepanjang
47
tahun 2007, suhu udara rata-rata pada siang hari di Kabupaten OKU Timur
berkisar antara 220 C - 310 C.
Pada awal terbentuknya kabupaten ini, wilayah Kabupaten OKU Timur
terdiri atas 10 kecamatan dengan 204 desa dan 3 kelurahan. Pada tahun 2007 telah
terjadi pemekaran kecamatan dan desa/kelurahan. Kini jumlah kecamatan
mencapai 20 kecamatan dan jumlah desa menjadi 269 desa serta jumlah kelurahan
menjadi 7 kelurahan. Adapun batas wilayah Kabupaten OKU Timur adalah
sebagai berikut; Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Way Kanan,
Provinsi Lampung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering
Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten
Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan kondisi tersebut maka Kabupaten OKU Timur berada di
wilayah bagian Selatan Provinsi Sumatera Selatan dan berbatasan langsung
dengan Provinsi Lampung bagian Utara. Jarak Kota Martapura (ibukota
kabupaten) ke Kota Palembang (ibukota provinsi) sekitar 200 km atau sekitar 5
jam perjalanan darat dengan menggunakann kendaraan umum. Hampir di
sepanjang wilayah Kabupaten OKU Timur dilalui oleh Sungai Komering. Sungai
Komering memberikan keberkahan tersendiri bagi Kabupaten OKU Timur.
Dengan adanya Sungai Komering, maka mulai jaman penjajahan Kolonial Belanja
telah dibangun sarana irigasi teknis, yang Bendung Belitang. Kemudian pada
awal tahun 1990-an Bendung Perjaya yang lebih modern juga telah dibangun oleh
48
pemerintah RI. Kedua bendung tersebut mengandalkan Sungai Komering sebagai
sumber airnya. Tak pelak jika Kabupaten OKU Timur kini menjadi salah satu
lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan.
0,93 0,95
1,401,45
1,78
1,28 1,20 1,21
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007
4.2 Kondisi Kependudukan Kabupaten OKU Timur
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten
OKU Timur jumlah penduduk Kabupaten OKU Timur dari tahun 2000-2007
mengalami laju pertumbuhan yang berfluktuasi (lihat Gambar 4.1). Penurunan
laju pertumbuhan terjadi penduduk mulai tahun 2005, yaitu dari 1,28 persen pada
tahun 2005, turun menjadi 1,20 persen tahun 2006, tapi pada tahun 2007 kembali
naik sedikit hingga menjadi 1,21 persen. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa jumlah
penduduk Kabupaten OKU Timur sebesar 533.392 jiwa pada 2000, tahun 2003
menjadi 553.914 jiwa, tahun 2005 menjadi 570.990 jiwa, dan tahun 2007 menjadi
584.834 jiwa.
Pers
en
49
Persebaran penduduk di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 menurut
kecamatan tampak tidak merata (lihat Tabel 4.1). Kecamatan Buay Madang Timur
memiliki jumlah penduduk terbesar, mencapai 53.095 jiwa (9,08 persen),
menyusul di urutan kedua Kecamatan Belitang I dengan jumlah penduduk 46.974
jiwa (8,03 persen) dan di tempat ketiga Kecamatan Martapura dengan jumlah
penduduk 44.095 jiwa (7,54 persen).
500.000
510.000
520.000
530.000
540.000
550.000
560.000
570.000
580.000
590.000
Penduduk 533.392 538.459 545.997 553.914 563.774 570.990 577.842 584.834
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007
Persebaran jumlah penduduk di Kabupaten OKU Timur tidak diiringi
dengan kepadatan penduduk menurut kecamatan, perhatikan Tabel 4.1.
Kecamatan Martapura sebagai ibukota kabupaten memiliki kepadatan penduduk
tertinggi yaitu 431,63 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Buay Madang dengan
tingkat kepadatan penduduk sebesar 347,04 jiwa/km2 dan berikutnya adalah
Kecamatan Buay Madang Timur sebesar 339,81 jiwa/km2. Adapun 3 kecamatan
Jiw
a
50
yang penduduknya masih jarang adalah Kecamatan Bunga Mayang (32,26
jiwa/km2) dan Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja (51,41 jiwa/km2).
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten OKU Timur, 2007
Kecamatan Jumlah
Penduduk (Jiwa)
Luas Wilayah
(Km2)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Jumlah Penduduk
(%)
Luas Wilayah
(%) 1. Martapura 44.095 102,16 431,63 7,54 3,03 2. Bunga Mayang 15.870 113,54 139,77 2,71 3,37 3. Jaya Pura 7.426 230,17 32,26 1,27 6,83 4. BP Peliung 28.964 154,13 187,92 4,95 4,57 5. Buay Madang 39.688 114,36 347,04 6,79 3,39 6. Buay Madang Timur 53.095 156,25 339,81 9,08 4,64 7. B P Bangsa Raja 9.920 192,95 51,41 1,70 5,73 8. Madang Suku II 28.395 129,34 219,54 4,86 3,84 9. Madang Suku III 20.093 195,32 102,87 3,44 5,80 10. Madang Suku I 34.652 211,25 164,03 5,93 6,27 11. Belitang Mdg Raya 36.783 163,59 224,85 6,29 4,85 12. Belitang I 46.974 354,50 132,51 8,03 10,52 13. Belitang Jaya 19.402 91,97 210,96 3,32 2,73 14. Belitang III 29.040 153,87 188,73 4,97 4,57 15. Belitang II 35.799 153,59 233,08 6,12 4,56 16. Belitang Mulya 19.193 45,97 417,51 3,28 1,36 17. Semendawai Suku III 36.981 297,77 124,19 6,32 8,84 18. Semendawai Timur 31.115 183,27 169,78 5,32 5,44 19. Cempaka 28.119 101,00 278,41 4,81 3,00 20. Semendawai Barat 19.230 225,00 85,47 3,29 6,68
Jumlah 584.834 3370,00 173,54 100,00 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
4.3 Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten OKU Timur
Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja di Kabupaten OKU
Timur tahun 2007 meningkat dibandingkan tahun 2006, perhatikan Tabel 4.2.
Tahun 2006 penduduk yang bekerja sebanyak 253.007 orang, sementara pada
tahun 2007 meningkat menjadi 254.722 orang. Kondisi ini cukup
menggembirakan karena sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mengurangi
tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
51
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten OKU Timur tahun 2006-2007
Lapangan Usaha
2006 2007
Jumlah (Jiwa) Persen Jumlah
(Jiwa) Persen
Pertanian 202.788 80,13 203.207 79,78 Pertambangan dan Penggalian 1.391 0,55 1.457 0,57 Industri Pengolahan 4.000 1,58 4.188 1,64 Listrik Gas dan Air 467 0,18 489 0,19 Kontruksi Bangunan 3.415 1,35 2.938 1,15 Perdagangan 29.200 11,54 30.117 11,82 Transportasi dan Komunikasi 5.422 2,14 5.631 2,21 Lembaga Keuangan 592 0,23 620 0,24 Jasa-jasa 5.802 2,29 6.075 2,38 JUMLAH 253.077 100,00 254.722 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Dari sisi sektoral tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten
OKU Timur terserap pada lapangan kerja primer. Pada tahun 2006 sebesar 80,13
persen penduduk bekerja di sektor pertanian, sementara pada tahun 2007 terjadi
pergeseran daya serap lapangan kerja. Akibatnya penduduk yang bekerja di sektor
pertanian pada tahun 2007 turun hingga menjadi 79,78 persen. Berbeda dengan
sektor pertanian yang persentase penyerapan tenaga kerjanya menurun, pada
sektor perdagangan justru terjadi peningkatan penyerapan relatif terhadap sektor
lainnya. Jika pada tahun 2006 sebanyak 29.200 penduduk (11,54 persen) bekerja
di sektor perdagangan, maka pada tahun 2007 meningkat menjadi 30.117 orang
(11,82 persen).
4.4 Kondisi Sosial Kabupaten OKU Timur
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, penduduk Kabupaten OKU
Timur cukup heterogen baik dari sisi etnis maupun agama. Etnis utama penduduk
52
Kabupaten OKU Timur adalah Jawa, Sunda, Bali, Komering, Ogan, Minang, dan
lain-lain, sementara itu agama terbesar adalah agama Islam. Hampir 95 persen
penduduk Kabupaten OKU Timur beragama Islam. Perkembangan agama Islam
di Kabupaten OKU Timur tumbuh dengan baik, hal ini didukung oleh
berkembangnya pondok pesantren hampir di setiap kecamatan.
Indikator sosial penduduk ditunjukkan oleh Tabel 4.3. Dari tabel tersebut
terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten OKU Timur selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 angka harapan hidup penduduk sebesar
67,8 tahun dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 68,1 tahun. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa derajat kesehatan penduduk Kabupaten OKU Timur
semakin membaik.
Tabel 4.3. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Timur Tahun 2004-2006
Tahun Harapan
Hidup (Tahun)
Melek Huruf
(Persen)
Lamanya sekolah (tahun)
Pengeluaran Riil per Kapita/bln
(000 Rp)
2004 67,8 90,9 6,3 573,0 2005 67,8 91,2 6,5 573,9 2006 68,1 94,5 6,8 587,5
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Peningkatan kualitas hidup penduduk Kabupaten OKU Timur juga
ditunjukkan oleh peningkatan angka melek huruf dari tahun 2004-2006. Pada
tahun 2004 angka melek huruf di Kabupaten OKU Timur baru mencapai 90,9
persen, pada tahun 2005 meningkat menjadi 91,2 persen dan pada tahun 2006
mengalami lonjakan hingga mencapai 94,5 persen. Kondisi melek huruf
merupakan entry point bagi penduduk dalam mengembangkan dan meningkatkan
53
taraf hidupnya. Peningkatan angka melek huruf di Kabupatn OKU Timur sejalan
dengan angka lama sekolah seluruh penduduk Kabupaten OKU Timur. Jika pada
tahun 2004 angka lama sekolah baru mencapai 6,3 tahun, maka pada tahun 2005
meningkat menjadi 6,5 tahun dan tahun 2007 meningkat kembali menjadi 6,8
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten OKU Timur
telah mengikuti pendidikan pada jenjang SLTP.
Tingkat pengeluaran riil per kapita per bulan penduduk Kabupaten OKU
Timur, yang merupakan proxy daya beli penduduk (purchasing power parity) juga
mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2004 pengeluaran riil per kapita per
bulan penduduk Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 573.000, pada tahun 2005
meningkat menjadi Rp. 573.900 dan pada tahun 2006 meningkat kembali hingga
mencapai Rp.587.500. Peningkatan pengeluaran riil penduduk merupakan sinyal
yang baik guna menggapai tujuan pembangunan yaitu tercapainya masyarakat
yang makmur dan sejahtera.
4.5 Kondisi Ekonomi Kabupaten OKU Timur
4.5.1 Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Semakin
maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi sektor primer cenderung
mengalami penurunan sedangkan kontribusi sektor sekunder dan sektor tersier
menunjukkan peningkatan. Di Indonesia struktur ekonomi biasanya dilihat dengan
pendekatan makro sektoral, yaitu berdasarkan kontribusi sektor ekonomi terhadap
pembentukan PDRB.
54
Secara makro sektoral, perekonomian Kabupaten OKU Timur masih
mengandalkan potensi sektor pertanian. Hal ini tercermin dari kontribusi sektor
pertanian yang lebih dari 50 persen selama tahun 2000 sampai 2007. Namun jika
dilihat polanya maka secara berangsur ketergantungan perekonomian Kabupaten
OKU Timur terhadap sektor pertanian mulai berkurang. Pada awal pembentukan
kabupaten ini (2003), sektor pertanian mampu menyumbang 52,30 persen PDRB,
tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 52,49 persen dan selanjutnya pada
tahun 2005, 2006 dan 2007 mengalami penurunan mulai dari 51,75 persen, turun
menjadi 51,21 persen dan turun lagi hingga menjadi 50,84 persen dari PDRB
agregat.
Pergeseran dominasi sektor pertanian secara perlahan yang mulai terjadi
pada tahun 2005 tersebut, berimplikasi pada peningkatan kontribusi sektor
ekonomi lainnya. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.4, sektor kedua yang paling
berperan dalam penciptaan PDRB Kabupaten OKU Timur adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2000 sektor ini mampu menyumbang
sebesar 14,19 persen dari PDRB agregat, selanjutnya pada tahun 2001 turun
hingga menjadi 13,24 persen, tahun 2002 turun lagi menjadi 12,70 persen, tetapi
pada tahun 2003 mulai meningkat menjadi 12,73 persen. Pada tahun 2005
kontribusi sektor ini terus meningkat yaitu sebesar 13,20 persen, tahun 2006
meningkat menjadi 14,01 persen dan tahun 2007 meningkat kembali hingga
menjadi 14,74 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari Kabupaten OKU Timur
sebagai daerah pemekaran baru yang mengalami penataan berbagai sektor
ekonomi dan pemerintahan. Pusat-pusat akitifitas perdagangan bertumbuh mulai
55
dari Kota Martapura, kawasan Gumawang, kawasan Sri Wangi dan Cempaka. Hal
ini merupakan implikasi dari kondisi Kabupaten OKU Timur sebagai daerah
otonom baru yang mulai membangun.
Tabel 4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci per Sektor dan Subsektor Tahun 2000-2007 (dalam persen)
Sektor/Subsektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 r) 2006*) 2007 **)
1. Pertanian 51,14 51,44 52,17 52,30 52,49 51,75 51,21 50,84 a. Tanaman Bahan Makanan 25,38 25,75 25,54 25,11 23,91 23,05 22,42 21,68 b. Tanaman Perkebunan 15,78 15,33 16,23 16,93 18,31 18,95 19,62 20,54 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 5,01 5,25 5,19 4,94 4,87 4,52 4,13 3,79 d. Kehutanan 1,22 1,13 1,11 1,08 1,11 1,02 0,91 0,82 e. Perikanan 3,76 3,98 4,10 4,24 4,28 4,21 4,12 4,01 2. Pertambangan & Penggalian 2,87 3,06 3,09 3,08 3,05 2,87 2,67 2,49 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - c. Penggalian 2,87 3,06 3,09 3,08 3,05 2,87 2,67 2,49 3. Industri Pengolahan 8,33 8,57 8,42 8,15 7,62 7,48 7,23 6,96 a. Industri Migas - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas 8,33 8,57 8,42 8,15 7,62 7,48 7,23 6,96 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,12 0,12 0,15 0,17 0,17 0,15 0,14 0,12 a. Listrik 0,11 0,12 0,14 0,17 0,16 0,15 0,13 0,12 b. Gas - - - - - - - - c. Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 5. Bangunan 7,58 7,56 7,34 7,19 7,19 7,36 7,58 7,82 6. Perd, Hotel & Restoran 14,19 13,24 12,70 12,73 12,51 13,20 14,01 14,74 a. Perdag. Besar & Eceran 13,31 12,39 11,90 11,91 11,72 12,42 13,26 14,01 b. Hotel 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 c. Restoran 0,85 0,82 0,78 0,79 0,77 0,76 0,73 0,71 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,96 1,13 1,32 1,53 1,73 1,96 2,05 2,10 a. Pengangkutan 0,73 0,92 1,09 1,27 1,39 1,65 1,76 1,80 b. Komunikasi 0,23 0,22 0,23 0,25 0,34 0,31 0,30 0,30 8. Keu. Prswan & Jasa perush 3,94 3,64 3,79 3,75 3,67 3,60 3,48 3,33 a. Bank 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 b. Lembaga Keuangan non Bank 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - - d. Sewa Bangunan 3,71 3,42 3,58 3,54 3,47 3,40 3,28 3,14 e. Jasa Perusahaan 0,08 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05 9. Jasa-Jasa 10,88 11,24 11,01 11,10 11,56 11,62 11,63 11,60 a. Pemerintahan Umum 6,93 7,42 7,38 7,51 8,16 8,40 8,63 8,84 b. Swasta 3,95 3,82 3,63 3,59 3,41 3,22 3,00 2,76
J U M L A H 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sektor ekonomi lainnya yang cukup berperan besar dalam perekonomian
Kabupaten OKU Timur adalah sektor jasa-jasa. Sejak tahun 2003 sektor ini
mengalami peningkatan peran dalam penciptaan PDRB Kabupaten OKU Timur.
Pada tahun 2003 sektor ini memiliki kontribusi sebesar 11,10 persen, kemudian di
56
tahun 2004, 2005, dan 2006 terus mengalami peningkatan kontribusi yaitu
menjadi 11,56 persen, 11,62 persen dan 11,63 persen. Namun pada tahun 2007
kontribusi sektor ini mengalami sedikit penurunan hingga menjadi 11,60 persen.
Sementara itu, sektor-sektor ekonomi lainnya hanya memiliki peran di bawah 10
persen dalam penciptaan PDRB agregat.
Jika ditinjau berdasarkan subsektor maka kondisi perekonomian di
Kabupaten OKU Timur tidak menunjukkan perbedaan jika dibandingkan secara
sektoral. Hal ini disebabkan bahwa kegiatan ekonomi dominan yang
diklasifikasikan per subsektor pun merujuk pada subsektor turunan dari sektor
ekonomi yang dominan pula. Berdasarkan subsektor maka subsektor tanaman
bahan makanan mampu menyumbang 25,38 persen (tahun 2000) dalam
pembentukan PDRB di Kabupaten OKU Timur. Walaupun perannya dalam
pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur dari tahun ke tahun selalu
mengalami penurunan, namun subsektor ini tetap merupakan subsektor yang
paling berperan dalam penciptaan PDRB di Kabupaten OKU Timur.
Subsektor tanaman perkebunan juga turut berperan besar dalam
perekonomian Kabupaten OKU Timur. Subsektor ini mampu menyumbang 15,78
persen dalam penciptaan PDRB pada tahun 2000. Di tahun-tahun berikutnya
kontribusi subsektor ini terus mengalami peningkatan, terutama mulai tahun 2003
hingga 2007. Secara berturut-turut kontribusi subsektor ini adalah sebesar 16,93
persen (2003), 18,31 persen (2004), 18,95 persen (2005), 19,62 persen (2006) dan
20,54 persen (2007). Jika melihat fenomena perkembangan peran subsektor
ekonomi di Kabupaten OKU Timur dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2007
57
ini, bukan tak mungkin beberapa tahun ke depan dominasi subsektor tanaman
bahan makanan akan tergeser oleh subsektor tanaman perkebunan, terlebih harga
karet dan CPO dunia belakangan ini mengalami perbaikan cukup signifikan.
Kondisi tersebut menjadikan petani karet dan kelapa sawit di Kabupaten OKU
Timur semakin bergairah membudidayakan tanaman karet dan kelapa sawit.
Subsektor lain yang turut berperan penting dalam perekonomian di
Kabupaten OKU Timur adalah subsektor perdagangan. Peranan subsektor ini
sempat mengalami penurunan pada tahun 2000 hingga 2002. Namun mulai tahun
2004 hingga 2007 peran subsektor ini mengalami peningkatan secara pasti.
Secara berturut-turut peran subsektor ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten
OKU Timur sebesar 11,72 persen (2004), 12,42 persen (2005), 13,26 persen
(2006) dan 14,01 persen (2007).
Dominasi kegiatan ekonomi pada subsektor perdagangan, subsektor
tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan memiliki keterkaitan
yang erat. Keterkaitan ini dapat dijelaskan bahwa meningkatnya peran
perdagangan di Kabupaten OKU Timur tak terlepas dari peningkatan peran
pengusahaan tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan, karena input
terbesar dalam penghitungan Nilai Tambah Bruto subsektor perdagangan di
Kabupaten OKU Timur adalah output dari sektor pertanian (BPS, 2004). Oleh
karena itu kegiatan pertanian di Kabupaten OKU Timur memiliki “forward
linkages” yang besar bagi subsektor perdagangan.
58
4.5.2 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur sempat mengalami
penurunan pada tahun 2003. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003, yaitu dari 4,93 persen pada tahun 2002
menjadi 4,60 persen pada tahun 2003. Penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun
2003 ini sangat dipengaruhi oleh penurunan hasil produksi (output) sektor
pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Penurunan
pertumbuhan ekonomi tersebut tergambar pada penurunan pertumbuhan PDRB
dari masing-masing subsektornya.
Pertumbuhan ekonomi yang sempat melambat di tahun 2003 ternyata tidak
terjadi di tahun-tahun berikutnya. Perekonomian Kabupaten OKU Timur pada
tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan kinerja yang membaik. Hal ini ditunjukkan
oleh pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,39 persen (2004), 5,72 persen (2005),
6,49 persen (2006) dan 6,70 persen (2007). Selama kurun waktu tersebut
pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur menunjukkan trend yang
meningkat.
Selanjutnya jika melihat Tabel 4.5 lebih rinci secara sektoral, pada tahun
2007 sektor yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 9,73 persen, kemudian
disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 8,87
persen dan sektor bangunan yang tumbuh sebesar 6,77 persen.
59
Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam persen)
Sektor/Subsektor 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Rata2
(%) 1. Pertanian 3,77 5,47 4,79 5,96 5,50 5,92 6,10 6,30 a. Tanaman Bahan Makanan 1,83 4,41 2,95 3,35 3,21 3,65 3,81 3,66 b. Tanaman Perkebunan 6,40 7,52 8,15 9,66 8,77 9,13 9,22 10,84 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,25 2,47 2,23 3,95 4,10 4,25 4,37 4,08 d. Kehutanan 2,45 6,32 5,31 9,83 3,69 3,71 3,40 5,73 e. Perikanan 5,62 7,32 5,29 7,32 6,82 7,13 7,20 8,16 2. Pertambangan & Penggalian 7,32 4,52 4,25 4,16 4,27 4,31 4,56 5,50 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - c. Penggalian 7,32 4,52 4,25 4,16 4,27 4,31 4,56 5,50 3. Industri Pengolahan 3,29 2,10 3,15 2,57 5,55 5,73 5,74 4,53 a. Industri Migas - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas 3,29 2,10 3,15 2,57 5,55 5,73 5,74 4,53 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,33 4,63 2,02 2,69 2,73 3,44 3,47 3,51 a. Listrik 3,25 4,59 2,10 2,59 2,64 3,36 3,41 3,44 b. Gas - - - - - - - - c. Air Bersih 4,55 5,22 0,83 4,10 3,94 4,55 4,35 4,42 5. Bangunan 3,56 3,64 2,42 3,22 5,18 6,52 6,77 5,11 6. Perd, Hotel & Restoran 5,38 6,95 6,45 7,67 7,79 9,64 9,73 9,64 a. Perdag. Besar & Eceran 5,50 7,04 6,43 7,83 7,93 9,85 9,92 9,84 b. Hotel 2,30 4,00 4,81 3,67 3,76 4,26 4,50 4,38 c. Restoran 3,52 5,62 6,76 5,26 5,62 6,33 6,51 6,71 7. Pengangkutan & Komunikasi 12,30 10,42 11,52 8,05 6,50 8,03 8,87 12,46 a. Pengangkutan 13,09 11,02 12,50 8,19 5,32 6,77 6,87 11,95 b. Komunikasi 9,83 8,50 8,30 7,57 10,60 12,18 15,13 14,04 8. Keu. Prswan & Jasa perush 4,29 4,53 2,03 2,65 4,44 4,82 4,92 4,45 a. Bank 4,55 5,85 5,88 4,33 8,67 9,64 10,00 8,60 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 3,55 6,17 3,23 4,54 4,19 4,60 4,67 5,05 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - - d. Sewa Bangunan 4,32 4,48 1,86 2,56 4,31 4,66 4,74 4,31 e. Jasa Perusahaan 2,65 4,34 3,80 3,24 4,46 5,13 5,33 4,68 9. Jasa-Jasa -0,09 2,39 4,07 4,05 5,11 6,19 6,67 4,55 a. Pemerintahan Umum -1,66 2,60 3,43 4,10 5,14 6,75 7,15 4,38 b. Swasta 2,66 2,04 5,14 3,95 5,06 5,25 5,85 4,86
Pertumbuhan OKU Timur 3,73 4,93 4,60 5,39 5,72 6,49 6,70 6,31 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Kemudian jika dirinci per subsektor maka pada tahun 2007 subsektor
komunikasi merupakan subsektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan paling
pesat, yaitu sebesar 15,13 persen. Selain subsektor komunikasi, subsektor bank
juga mampu tumbuh sebesar 10,00 persen. Kegiatan ekonomi lain yang tumbuh
cukup signifikan di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 adalah subsektor
perdagangan yang tumbuh 9,92 persen dan subsektor tanaman perkebunan yang
mampu tumbuh sebesar 9,22 persen. Sementara kegiatan ekonomi lainnya
mengalami pertumbuhan kurang dari 8,00 persen per tahun. Tingginya laju
60
pertumbuhan subsektor perdagangan dan subsektor tanaman perkebunan di
Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 dipengaruhi oleh membaiknya harga
produk perkebunan (karet dan kelapa sawit) di pasaran nasional maupun
internasional. Kondisi tersebut merangsang peningkatan daya beli masyarakat
yang menumbuhkan peningkatan permintaan (konsumsi) terhadap barang dan
jasa. Akibatnya subsektor perdagangan mendapatkan stimulus positif untuk
bangkit.
Dari berbagai deskripsi di atas maka dapat dinyatakan bahwa selama 7
tahun (2001-2007) Kabupaten OKU Timur mengalami pertumbuhan ekonomi
dengan laju rata-rata 6,31 persen. Selama periode tersebut, sektor pengangkutan
dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian
memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling besar dibandingkan sektor ekonomi
lainnya. Dalam kurun waktu tersebut sektor pengangkutan dan komunikasi
mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 12,46 persen, sektor perdagangan, hotel
dan restoran sebesar 9,64 persen dan sektor pertanian sebesar 6,30 persen.
4.5.3 Pendapatan per Kapita
Pertumbuhan ekonomi tidak hanya menunjukkan peningkatan output
produksi atau tingkat pendapatan secara makro, tapi pertumbuhan ekonomi yang
tidak dibarengi laju pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi sinyal
peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui indikator pendapatan per kapita.
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa baik dihitung atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan, maka pendapatan per kapita masyarakat
61
Kabupaten OKU Timur selama tahun 2000-2007 selalu mengalami peningkatan.
Pada tahun 2000 pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten
OKU Timur hanya sebesar Rp. 2.712.601, delapan tahun kemudian, yaitu pada
tahun 2007 telah meningkat menjadi Rp. 6.426.218. Ini berarti selama tahun
2000-2007 rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten
OKU Timur adalah sebesar 19,56 persen setiap tahunnya. Sementara bila dihitung
atas dasar harga konstan, pendapatan per kapita di Kabupaten OKU Timur pada
tahun 2000 sebesar Rp. 2.712.601 dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp.
3.543.886. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2000-2007 telah terjadi rata-
rata pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 4,38 persen setiap tahunnya.
Tabel 4.6 Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Tahun
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
Nilai (Rp)
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
Nilai (Rp)
Rata-rata Pertumbuhan
(%) 2000 2.712.601 - 2.712.601 - 2001 3.092.603 14,01 2.763.045 1,86 2002 3.479.045 12,50 2.858.609 3,46 2003 3.734.128 7,33 2.927.280 2,40 2004 4.110.746 10,09 3.020.353 3,18 2005 4.631.502 12,67 3.122.093 3,37 2006 5.423.119 17,09 3.321.284 6,38 2007 6.426.218 18,50 3.543.886 6,70
Rata-rata 4.201.245 19,56 3.033.644 4,38 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Jika dilihat pertumbuhan pendapatan per kapita tahunan, tampak bahwa
pada tahun 2003 terjadi penurunan pertumbuhan pendapatan perkapita di
Kabupaten OKU Timur, baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
62
harga konstan. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU
Timur yang juga melambat pada tahun 2003.
Beberapa ahli ekonomi regional, termasuk Syafrizal (1997) menyatakan
bahwa masuknya faktor migas dalam analisis dan penghitungan pendapatan
regional perkapita penduduk menyebabkan ketimpangan antar region penghasil
dan bukan penghasil sumber daya migas. Selain itu dijelaskan bahwa transfer
income (pendapatan) dari kegiatan pertambangan migas dalam penghitungan
pendapatan regional per kapita kurang mencerminkan kondisi riil kesejahteraan
masyarakat suatu wilayah. Dengan demikian, karena Kabupaten OKU Timur
bukan daerah penghasil migas maka pendapatan per kapita tersebut dapat
mencerminkan kondisi riil kesejahteraan masyarakat Kabupaten OKU Timur.
V. PEMBAHASAN
5.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten OKU Timur
Untuk mengidentifikasi dan menganalisa sektor/subsektor ekonomi yang
potensial di Kabupaten OKU Timur akan digunakan 3 macam alat analisis, yaitu
Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan
Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban Marquillas (SS-EM). Secara lebih rinci
pembahasan melalui ketiga alat analisis tersebut akan dijelaskan berikut ini.
5.1.1 Analisis Location Quotient
Alat analisis Location Quotient (LQ) ini digunakan untuk mengidentifikasi
keunggulan komparatif kegiatan ekonomi (biasa disebut juga sebagai sektor basis)
di Kabupaten OKU Timur dengan membandingkannya terhadap Provinsi
Sumatera Selatan. Berdasarkan analisis LQ sebagaimana termaktub pada Tabel
5.1 maka di Kabupaten OKU Timur terdapat dua sektor ekonomi yang memiliki
keunggulan komparatif, yaitu: sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Jika dilihat
per subsektor, maka keunggulan komparatif pada sektor pertanian di Kabupaten
OKU Timur sangat dipengaruhi oleh subsektor tanaman bahan makanan,
perkebunan dan peternakan, hal ini terlihat dari nilai LQ subsektor-subsektor
tersebut. Tingginya nilai LQ pada subsektor tanaman bahan makanan ini (yaitu
sebesar 3,57) disebabkan oleh kontribusi subsektor ini dalam perekonomian
Kabupaten OKU Timur yang sangat dominan. Hal tersebut karena salah satu
komoditi tanaman bahan makanan yang menjadi andalan Kabupaten OKU Timur
64
adalah tanaman padi. Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura (lihat Tabel 5.2) diperoleh data luas tanam padi ladang pada tahun
2006 seluas 2.047 hektar dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 2.224 hektar.
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan LQ Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor Tahun
Rata2 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 1,88 1,86 1,84 1,89 1,91 1,90 1,88 1,90 1,88 a. Tanaman Bahan Makanan 3,75 3,67 3,66 3,75 3,72 3,56 3,31 3,18 3,57 b. Tanaman Perkebunan 1,37 1,33 1,33 1,39 1,50 1,55 1,67 1,81 1,49 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,41 2,39 2,29 2,28 2,27 2,26 2,10 1,84 2,23 d. Kehutanan 0,44 0,45 0,47 0,48 0,51 0,47 0,37 0,33 0,44 e. Perikanan 0,92 0,92 0,92 0,96 0,95 0,98 0,96 0,98 0,95 2. Pertambangan & Penggalian 0,43 0,48 0,52 0,53 0,52 0,50 0,48 0,46 0,49 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - - - - - c. Penggalian 1,60 1,63 1,60 1,62 1,62 1,58 1,45 1,31 1,55 3. Industri Pengolahan 0,47 0,44 0,44 0,44 0,42 0,42 0,40 0,38 0,43 a. Industri Migas - - - - - - - - - b. Industri Tanpa Migas 0,47 0,44 0,44 0,44 0,42 0,42 0,40 0,38 0,43 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 0,17 0,16 0,18 a. Listrik 0,22 0,20 0,20 0,20 0,20 0,19 0,19 0,18 0,20 b. Gas - - - - - - - - - c. Air Bersih 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 5. Bangunan 0,82 0,80 0,78 0,77 0,76 0,76 0,83 0,87 0,80 6. Perd, Hotel & Restoran 0,82 0,82 0,79 0,77 0,75 0,77 0,81 0,85 0,80 a. Perdag. Besar & Eceran 0,84 0,83 0,80 0,79 0,76 0,79 0,84 0,89 0,82 b. Hotel 0,20 0,20 0,20 0,22 0,21 0,21 0,20 0,18 0,20 c. Restoran 0,69 0,68 0,64 0,65 0,64 0,61 0,58 0,53 0,63 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,20 0,24 0,27 0,29 0,32 0,33 0,34 0,34 0,29 a. Pengangkutan 0,19 0,24 0,28 0,31 0,35 0,38 0,39 0,42 0,32 b. Komunikasi 0,26 0,24 0,23 0,22 0,23 0,19 0,18 0,16 0,21 8. Keu. Prswan & Jasa perush 0,77 0,76 0,76 0,76 0,74 0,71 0,70 0,66 0,73 a. Bank 0,37 0,36 0,36 0,35 0,30 0,29 0,31 0,32 0,33 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,57 0,56 0,56 0,56 0,56 0,59 0,59 0,63 0,58 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - - - - d. Sewa Bangunan 0,88 0,88 0,87 0,86 0,84 0,81 0,78 0,74 0,83 e. Jasa Perusahaan 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 9. Jasa-Jasa 0,97 1,05 1,07 1,03 1,06 1,08 1,06 1,02 1,04 a. Pemerintahan Umum 0,97 1,12 1,20 1,11 1,14 1,16 1,13 1,08 1,11 b. Swasta 0,97 0,93 0,89 0,91 0,91 0,91 0,91 0,86 0,91
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Sementara luas tanam padi sawah meningkat dari 107.052 hektar tahun
2006 menjadi 107.925 hektar pada tahun 2007. Peningkatan luas tanam padi
sawah tersebut didukung oleh perluasan jaringan irigasi teknis (lihat Tabel 5.3).
Panjang irigasi di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 adalah; irigasi primer
sepanjang 13.000 meter, irigasi sekunder sepanjang 219.079 meter, irigasi sub
sekunder sepanjang 35.908 meter dan irigasi tersier sepanjang 182.710 meter.
65
Tabel 5.2 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007
Jenis Tanaman Padi
(tahun) Luas Tanam
(Ha) Luas Panen
(Ha) Produksi
(Ton GKG) Produktifitas
(Ton/ha) Padi Ladang 2006 2007 Padi Sawah 2006 2007
2 047,00 2.224,00
107.052,00 107.925,00
1 998,00 2.213,00
104.634,00 107.626,00
5 664,38 6.234,56
617.943,46 657.451,46
2,84 2,82
5,91 6,11
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. OKU Timur
Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan
subsektor peternakan juga cukup potensial di Kabupaten OKU Timur karena
memiliki nilai LQ lebih dari satu (LQ > 1). Subsektor perkebunan memiliki nilai
LQ sebesar 1,49 dan subsektor peternakan memiliki nilai LQ yang lebih
signifikan yaitu sebesar 2,23. Dengan demikian keunggulan komparatif sektor
pertanian di Kabupaten OKU Timur disumbang oleh tiga subsektornya, yaitu
subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan peternakan.
Tabel 5.3. Luas Irigasi menurut Tipe dan Kecamatan di Kabupaten OKU Timur Tahun 2007
Jenis Irigasi Luas Sawah yang
terairi irigasi (ha)
Panjang Irigasi (m)
1. Irigasi Primer 2. Irigasi Sekunder 3. Irigasi Sub Sekunder 4. Irigasi Tersier
2.293 15.856
6.056 57.317
13.000 219.079
35.908 182.710
Jumlah 81.522 450.697 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten OKU Timur
Adapun keunggulan komparatif pada sektor jasa-jasa dipengaruhi oleh
subsektor pemerintahan umum. Nilai LQ sektor jasa-jasa ini sebesar 1,04, yang
66
disumbang oleh subsektor pemerintahan umum sebagai subsektor basis/potensial
dengan nilai LQ sebesar 1,11. Potensialnya subsektor pemerintahan umum di
Kabupaten OKU Timur disebabkan oleh agresifnya pemerintah kabupaten dalam
melakukan penataan dan pembangunan di hampir seluruh lini. Hal tersebut
bertujuan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan Kabupaten OKU Timur
dibandingkan kabupaten lain yang sudah lebih dahulu maju. Dari Tabel 5.4 dapat
diketahui bahwa belanja pemerintah kabupaten pada tahun 2007 bertumbuh
sebesar 24,46 persen dibandingkan tahun 2006. Belanja pembangunan tumbuh
lebih cepat (sebesar 25,46 persen) jika dibandingkan dengan belanja rutin (sebesar
21,90 persen). Instrumen belanja pemerintah tersebut juga dimaksudkan sebagai
stimulans sekaligus sebagai investasi pemerintah dalam menumbuhkan potensi
ekonomi Kabupaten OKU Timur secara lebih luas.
Tabel 5.4 Belanja Pemerintah Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007
Jenis Pengeluaran 2006 (Rp)
2007 (Rp)
Pertumbuhan(%)
Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pmbangunan
188.392.846.211 319.671.880.641
229.655.101.900 401.049.582.662
21,90 25,46
Jumlah 508.063.726.852 630.724.684.560 24,14 Sumber: Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten OKU Timur (Data diolah)
Secara umum tampak bahwa perekonomian Kabupaten OKU Timur masih
bercirikan ekonomi tradisional dimana sektor pertanian menjadi andalan
perekonomian daerah. Di sisi lain, belanja pemerintah tampaknya juga masih
menjadi faktor dominan dalam menggerakkan perekonomian daerah. Sinyal ini
memberikan petunjuk pentingnya penelitian ini guna mengidentifikasi
sektor/subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur.
67
5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan
Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan alat analisis yang digunakan
untuk melihat potensi sektor ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan. Menurut
Yusuf (1999), analisis MRP terdiri atas 2 instrumen pengukuran yaitu Rasio
Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio pertumbuhan antara
wilayah studi dengan wilayah referensi yang lebih besar. Dalam hal ini adalah
Kabupaten OKU Timur terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya
instrumen kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) yaitu rasio
pertumbuhan suatu sektor/subsektor ekonomi pada wilayah referensi terhadap
pertumbuhan ekonomi agregat pada wilayah referensi.
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa RPs sektor pertanian di Kabupaten OKU
Timur memiliki nilai kurang dari 1. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sektor
pertanian bukan merupakan kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten OKU
Timur berdasarkan kriteria pertumbuhan. Namun subsektor perkebunan,
kehutanan dan perikanan merupakan subsektor yang potensial, karena memiliki
nilai RPr yang lebih dari 1. Untuk Provinsi Sumatera Selatan sektor pertanian juga
bukan merupakan sektor yang potensial, karena memiliki nilai RPr yang kurang
dari 1. Sementara subsektor perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan
subsektor yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan.
Sektor pertambangan dan penggalian (bukan migas) di Kabupaten OKU
Timur ternyata memiliki nilai RPs lebih dari 1, yang berarti menunjukkan bahwa
sektor ini merupakan sektor potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan. Kondisi
ini berbeda jika dibandingkan dengan seluruh wilayah di Provinsi Sumatera
68
Selatan, karena nilai RPr sektor pertambangan dan penggalian (bukan migas)
menunjukkan nilai kurang dari 1. Dengan demikian sektor pertambangan dan
penggalian secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan juga kurang potensial
dari sisi pertumbuhannya.
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten OKU Timur (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan (RPr)
Sektor/Subsektor RPs RPr
1. Pertanian 0,96 0,91 a. Tanaman Bahan Makanan 0,66 0,77 b. Tanaman Perkebunan 1,26 1,20 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,71 0,79 d. Kehutanan 2,00 0,40 e. Perikanan 1,60 0,71 2. Pertambangan & Penggalian 1,59 0,48 a. Minyak dan Gas Bumi - - b. Pertambangan tanpa Migas - 0,29 c. Penggalian 0,76 1,00 3. Industri Pengolahan 0,58 1,08 a. Industri Migas - - b. Industri Tanpa Migas 0,58 1,08 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,45 1,09 a. Listrik 0,44 1,09 b. Gas 0,00 57,63 c. Air Bersih 0,98 0,62 5. Bangunan 0,59 1,20 6. Perd, Hotel & Restoran 1,18 1,13 a. Perdag. Besar & Eceran 1,22 1,12 b. Hotel 0,69 0,88 c. Restoran 0,69 1,34 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,94 1,83 a. Pengangkutan 1,68 0,99 b. Komunikasi 0,36 5,42 8. Keu. Prswan & Jasa perush 0,59 1,05 a. Bank 0,64 1,87 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,86 0,82 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,48 d. Sewa Bangunan 0,59 1,02 e. Jasa Perusahaan 0,73 0,89 9. Jasa-Jasa 0,93 0,68 a. Pemerintahan Umum 1,31 0,46 b. Swasta 0,64 1,05
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Potensialnya sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten OKU
Timur ternyata tidak didukung oleh subsektor penggalian yang membentuk
69
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi ini disebabkan oleh
pertumbuhan PDRB subsektor penggalian Kabupaten OKU Timur yang jauh lebih
cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian untuk Provinsi Sumatera Selatan. Subsektor penggalian di Kabupaten
OKU Timur ternyata tidak potensial (RPs = 0,76) namun untuk seluruh Provinsi
Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,00).
Selanjutnya sektor industri pengolahan merupakan sektor yang kurang
potensial di Kabupaten OKU Timur (RPs = 0,58), tetapi untuk seluruh Provinsi
Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,08). Hal ini identik dengan subsektor
industri (tanpa migas) Provinsi Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,08),
sementara subsektor yang sama di Kabupaten OKU Timur kurang potensial (RPs
= 0,58).
Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten OKU Timur juga bukan
sektor yang potensial jika dilihat dari nilai RPs-nya. Demikian juga semua
subsektor pembentuknya tidak potensial dari sisi pertumbuhan. Kondisi yang
berbeda jika dilihat secara keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Selatan, sektor
listrik, gas dan air bersih berpotensi dari sisi pertumbuhan, dengan nilai RPr
sebesar 1,09. Potensi sektor listrik, gas dan air bersih Provinsi Sumatera Selatan
ternyata didukung oleh subsektor listrik (RPr = 1,09) dan subsektor gas (RPr =
57,63), sementara subsektor air bersih Provinsi Sumatera Selatan kurang potensial
(RPr = 0,62). Potensi subsektor listrik Provinsi Sumatera Selatan tersebut, selaras
dengan program pemerintah provinsi untuk menjadikan Provinsi Sumatera Selatan
70
sebagai lumbung energi dan lumbung pangan nasional yang dicanangkan sejak
tahun 2005.
Sektor bangunan di Kabupaten OKU Timur juga bukan sektor yang
potensial (RPs = 0,59) dari sisi pertumbuhan, jika dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor bangunan seluruh Provinsi Sumatera Selatan (RPr = 1,20).
Adapun sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup potensial di Kabupaten
OKU Timur dengan RPs sebesar 1,18. Potensi sektor ini di Kabupaten OKU
Timur didukung oleh potensi subsektor perdagangan (RPs = 1,22), adapun
subsektor hotel dan restoran kurang potensial di kabupaten ini (RPs < 1). Potensi
sektor perdagangan, hotel dan restoran Provinsi Sumatera Selatan cukup
signifikan (RPr > 1).
Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi Kabupaten OKU Timur
tampaknya juga kurang potensial. Namun untuk subsektor pengangkutan di
Kabupaten OKU Timur cukup potensial (RPs = 1,68), sementara subsektor
komunikasi kurang potensial (RPs = 0,36). Sementara untuk Provinsi Sumatera
Selatan maka sektor pengangkutan dan komunikasi sangat potensial (RPr = 1,83),
potensi sektor ini dipengaruhi oleh subsektor komunikasi dengan nilai RPr sebesar
5,42, sementara subsektor pengangkutan kurang potensial (RPr = 0,99).
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kabupaten OKU
Timur tampaknya juga tidak berpotensi (RPs = 0,59), kondisi ini didorong oleh
subsektor pembentuknya yang kesemuanya tidak potensial. Sebaliknya di Provinsi
Sumatera Selatan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan cukup
potensial (RPr = 1,05). Subsektor lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
71
keuangan dan jasa perusahaan merupakan subsektor yang tidak berpotensi (RPr <
1), sementara subsektor bank dan sewa bangunan sangat berpotensi (RPr > 1).
Adapun sektor jasa-jasa di Kabupaten OKU Timur juga bukan merupakan
sektor yang potensi dari sisi pertumbuhannya (RPs < 1). Sebagai daerah otonom
yang relatif baru, peran belanja pemerintah cukup besar dalam mempengaruhi
perekonomian daerah. Maka subsektor pemerintahan umum di Kabupaten OKU
Timur cukup potensial (RPs = 1,31), tetapi subsektor swasta tidak potensial (RPs
< 1). Sementara di Provinsi Sumatera Selatan sektor jasa-jasa tidak potensial (RPr
= 0,68). Subsektor pemerintahan umum tidak potensial (RPr = 0,46), tetapi
sebaliknya subsektor swasta justru cukup potensial (RPr = 1,05).
5.1.3 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas
Peningkatan kegiatan ekonomi yang diindikasikan oleh kenaikan PDRB
suatu wilayah dapat diperluas (decompose) atas 3 faktor pengaruh (Syafrizal,
2002). Secara rinci ketiga faktor pengaruh tersebut adalah peningkatan PDRB
yang disebabkan oleh faktor luar (kebijakan nasional/provinsi) atau sering disebut
dengan efek pertumbuhan ekonomi regional (Nij). Pengaruh kedua adalah
pengaruh struktur pertumbuhan sektor dan subsektor, atau disebut dengan
industrial mix-effect (efek bauran industri-Mij) dan terakhir adalah pengaruh
keuntungan kompetitif wilayah studi (Cij). Namun dalam perkembangannya ketiga
pengaruh ini bertambah lagi, yaitu pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah
(Aij). Penambahan komponen pengaruh pertumbuhan ini telah dikembangkan oleh
72
Estaban Marquillas (dalam Soepono, 1993) yang direpresentasikan dalam model
analisis shift-share modifikasi Estaban Marquillas (Analisis SS-EM).
Tabel 5.6 Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah)
Sektor/Subsektor
Dampak Pertmbhan Ekonomi Regional
(Nij)
Dampak Bauran Industri
(Mij)
Cij Total Peningkatan PDRB (Dij)
Competitive Advantage
(Cij')
Spesia-lisasi (Aij)
1. Pertanian 358.428 -38.594 28.908 -35.594 313.148 a. Tanaman Bahan Makanan 177.848 -40.086 -12.640 -34.786 90.336 b. Tanaman Perkebunan 110.599 21.580 25.011 9.152 166.342 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 35.110 -7.251 -3.316 -4.660 19.883 d. Kehutanan 8.536 -5.149 7.756 -4.361 6.781 e. Perikanan 26.335 -7.688 12.098 -939 29.806 2. Pertambangan & Penggalian 20.089 -15 -2.959 -1.783 15.332 a. Minyak dan Gas Bumi 0 0 0 0 0 b. Pertambangan tanpa Migas 0 0 0 0 0 c. Penggalian 20.089 -15 -2.959 -1.783 15.332 3. Industri Pengolahan 58.384 5.837 -57.187 29.622 36.656 a. Industri Migas 0 0 0 0 0 b. Industri Tanpa Migas 58.384 5.837 -57.187 29.622 36.656 4. Listrik, Gas & Air Bersih 833 45 -2.536 2.063 405 a. Listrik 777 66 -2.112 1.639 371 b. Gas 0 0 -416 416 0 c. Air Bersih 56 -21 -9 8 34 5. Bangunan 53.097 10.624 -31.905 5.783 37.599 6. Perd, Hotel & Restoran 99.417 12.792 23.893 -3.105 132.997 a. Perdag. Besar & Eceran 93.268 10.779 27.729 -4.439 127.338 b. Hotel 197 -23 -269 214 120 c. Restoran 5.952 2.036 -3.568 1.119 5.539 7. Pengangkutan & Komunikasi 6.752 6.205 -19.621 18.329 11.665 a. Pengangkutan 5.119 -860 2.118 2.108 8.485 b. Komunikasi 1.633 7.065 -21.740 16.221 3.180 8. Keu. Prswan & Jasa perush 27.600 1.080 -14.832 3.184 17.032 a. Bank 776 677 -1.428 901 926 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 284 -52 -57 24 199 c. Jasa Penunjang Keuangan 0 0 -3 3 0 d. Sewa Bangunan 26.007 515 -12.428 1.468 15.561 e. Jasa Perusahaan 533 -60 -915 788 346 9. Jasa-Jasa 76.244 -24.086 -3.323 -686 48.149 a. Pemerintahan Umum 48.571 -26.014 7.134 -196 29.496 b. Swasta 27.673 1.927 -10.457 -490 18.653
J U M L A H 700.844 -26.113 -79.561 17.813 612.983 Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2007 terjadi
peningkatan PDRB sebesar Rp. 612,98 milyar di Kabupaten OKU Timur.
Berdasarkan hasil analisis SS-EM maka kenaikan PDRB ini didominasi oleh 4
73
sektor ekonomi yaitu: sektor pertanian yang meningkat Rp. 313,15 milyar, sektor
perdagangan yang meningkat Rp. 133,00 milyar, sektor jasa-jasa yang meningkat
Rp. 48,15 milyar dan sektor bangunan yang meningkat Rp. 37,60 milyar
Jika dilihat per subsektor maka peningkatan PDRB sebesar Rp. 612,98
milyar ini tak terlepas dari peran subsektor-subsektor yang dominan di Kabupaten
OKU Timur, yaitu subsektor tanaman perkebunan yang meningkat sebesar Rp.
166,34 milyar, subsektor perdagangan sebesar Rp. 127,34 milyar dan subsektor
tanaman bahan makanan sebesar Rp. 90,34 milyar.
Selanjutnya berdasarkan analisis SS-EM, maka peningkatan PDRB di
Kabupaten OKU Timur sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: dampak
pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Sumatera Selatan (faktor eksternal)
yang mampu meningkatkan agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 700,84
milyar, dampak pertumbuhan ekonomi sektoral (industrial mix) di Provinsi
Sumatera Selatan yang mampu mengakibatkan pertumbuhan negatif agregat
PDRB OKU Timur sebesar Rp. 26,11 milyar, dampak keunggulan kompetitif
(competitive advantage) yang mampu mengakibatkan pertumbuhan negatif
agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 79,56 milyar serta dampak spesialisasi
perekonomian di Kabupaten OKU Timur, yang mampu mengakibatkan
pertumbuhan agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 17,81 milyar.
a. Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Perekonomian Kabupaten OKU Timur Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syafrizal (2002) bahwa peningkatan
kegiatan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kebijakan regional atau
74
wilayah yang lebih luas (nasional/provinsi). Kebijakan-kebijakan ini secara
langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kinerja
perekonomian daerah. Maka perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera
Selatan yang diindikasikan oleh laju pertumbuhan ekonomi akan berdampak bagi
perkembangan perekonomian kabupaten/kota dalam Provinsi Sumatera Selatan.
Hal ini tentu akan berpengaruh pula pada aktifitas perekonomian di
Kabupaten OKU Timur. Dampak atau pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi
Sumatera Selatan ini dapat dikatakan sebagai pengaruh yang bersumber dari luar
Kabupaten OKU Timur (di luar kebijakan daerah), oleh karena itu pengaruh ini
sering pula disebut faktor eksternal.
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa pengaruh kinerja perekonomian Provinsi
Sumatera Selatan, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi memiliki
kontribusi yang besar bagi kinerja perekonomian Kabupaten OKU Timur. Secara
riil, pengaruh eksternal ini telah mengakibatkan peningkatan PDRB Kabupaten
OKU Timur sebesar Rp. 700,84 milyar. Kondisi ini menunjukkan bahwa 114,33
persen peningkatan PDRB (pertumbuhan ekonomi) Kabupaten OKU Timur
disebabkan oleh pengaruh perekonomian agregat Provinsi Sumatera Selatan. Hal
ini menunjukkan pula bahwa kinerja perekonomian Kabupaten OKU Timur
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Secara sektoral, pengaruh perekonomian Provinsi Sumatera Selatan sangat
kentara terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur,
kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Pada sektor pertanian terlihat bahwa subsektor tanaman bahan
75
makanan merupakan subsektor yang paling dipengaruhi oleh faktor eksternal
(196,87 %). Faktor eksternal ini sesungguhnya dapat meningkatkan PDRB
subsektor bahan makanan di Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 177,85 milyar,
namun secara riil subsektor ini hanya mampu meningkat Rp. 90,34 milyar.
Tabel 5.7 Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor
Dampak Faktor luar/Pertumbuhan Ekonomi Regional
(Nij)
Total Peningkatan
PDRB (Dij)
Pengaruh Dampak
Faktor Luar (%)
1. Pertanian 358.428 313.148 114,46 a. Tanaman Bahan Makanan 177.848 90.336 196,87 b. Tanaman Perkebunan 110.599 166.342 66,49 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 35.110 19.883 176,58 d. Kehutanan 8.536 6.781 125,88 e. Perikanan 26.335 29.806 88,36 2. Pertambangan & Penggalian 20.089 15.332 131,03 a. Minyak dan Gas Bumi - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - c. Penggalian 20.089 15.332 131,03 3. Industri Pengolahan 58.384 36.656 159,28 a. Industri Migas - - - b. Industri Tanpa Migas 58.384 36.656 159,28 4. Listrik, Gas & Air Bersih 833 405 205,61 a. Listrik 777 371 209,49 b. Gas - - - c. Air Bersih 56 34 163,28 5. Bangunan 53.097 37.599 141,22 6. Perd, Hotel & Restoran 99.417 132.997 74,75 a. Perdag. Besar & Eceran 93.268 127.338 73,24 b. Hotel 197 120 164,44 c. Restoran 5.952 5.539 107,45 7. Pengangkutan & Komunikasi 6.752 11.665 57,88 a. Pengangkutan 5.119 8.485 60,33 b. Komunikasi 1.633 3.180 51,36 8. Keu. Prswan & Jasa perush 27.600 17.032 162,05 a. Bank 776 926 83,82 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 284 199 142,78 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - d. Sewa Bangunan 26.007 15.561 167,13 e. Jasa Perusahaan 533 346 154,03 9. Jasa-Jasa 76.244 48.149 158,35 a. Pemerintahan Umum 48.571 29.496 164,67 b. Swasta 27.673 18.653 148,35
J U M L A H 700.844 612.983 114,33 Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
76
Pengaruh eksternal yang besar pada kegiatan subsektor bahan makanan
disebabkab kebijakan dari luar yang menyangkut biaya input pertanian, seperti
subsidi pupuk dan harga-harga sarana produksi tanaman bahan makanan.
Disamping itu, kegiatan subsektor tanaman bahan makanan juga dipengaruhi oleh
faktor musim. Oleh karena itu faktor luar sangat mendominasi peningkatan PDRB
subsektor ini. Demikian pula yang terjadi dengan subsektor peternakan,
sebenarnya dengan adanya pengaruh faktor luar PDRB subsektor ini dapat
meningkat sebesar Rp. 35,11 milyar, namun riilnya hanya mampu meningkat
sebesar Rp. 19,88 milyar.
Selanjutnya subsektor yang paling dipengaruhi oleh faktor eksternal pada
sektor listrik, gas dan air bersih adalah subsektor listrik. Pengaruh faktor luar
terhadap sektor ini sebesar 209,49 persen. Adapun subsektor lain yang PDRB-nya
dipengaruhi secara signifikan oleh faktor luar secara berurut adalah; subsektor
sewa bangunan (118,73), pemerintahan umum (116,98 persen), hotel (116,82), air
bersih (115,99), dan industri tanpa migas (113,15 persen).
Secara umum, membaiknya kondisi perekonomian Provinsi Sumatera
Selatan dalam kurun waktu tahun 2000-2007 sangat mempengaruhi kinerja
seluruh sektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur. Beberapa sektor atau
subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur terpengaruh secara sangat
signifikan, tetapi beberapa sektor atau subsektor lainnya terpengaruh tidak terlalu
signifikan. Tidak ada satu sektor/subsektor pun yang mengalami penurunan akibat
faktor luar tersebut tersebut.
77
b. Dampak Bauran Industri di Provinsi Sumatera Selatan terhadap Perekonomian di Kabupaten OKU Timur Dampak bauran industri (industrial mix-effect) atau struktur pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh secara negatif terhadap
peningkatan PDRB di Kabupaten OKU Timur sebagaimana terlihat pada Tabel
5.8. Akibat dampak bauran industri tersebut PDRB Kabupaten OKU Timur
menurun sebesar Rp. 26,11 milyar selama periode 2000-2007.
Penurunan PDRB sebesar ini menunjukkan bahwa struktur pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sumatera Selatan justru melemahkan perekonomian Kabupaten
OKU Timur sebesar 4,26 persen. Namun pengaruh ini jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan dampak pertumbuhan ekonomi agregat Provinsi Sumatera
Selatan yang mampu mempengaruhi peningkatan kinerja perekonomian
Kabupaten OKU Timur sebesar 114,33 persen.
Sektor ekonomi Kabupaten OKU Timur yang paling besar memperoleh
imbas negatif bauran industri dari Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor
pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian menurun sebesar Rp. 38,59 milyar
dan sektor jasa-jasa menurun sebesar Rp. 24,09 milyar akibat industrial mix effect
tersebut. Kemudian disusul oleh sektor-sektor lainnya seperti sektor pertambangan
dan penggalian yang menurunkan PDRB sebesar Rp. 15,33 milyar. Adapun sektor
yang memperoleh imbas bauran industri positif yang cukup kuat adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 12,79 milyar, sektor bangunan
sebesar Rp. 10,62 milyar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 6,20
milyar dan sektor industri pengolahan sebesar Rp. 5,84 milyar.
78
Tabel 5.8 Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor Dampak
Industrial Mix (Mij)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
Pengaruh Dampak Industrial Mix
(%) 1. Pertanian -38.594 313.148 -12,32 a. Tanaman Bahan Makanan -40.086 90.336 -44,37 b. Tanaman Perkebunan 21.580 166.342 12,97 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya -7.251 19.883 -36,47 d. Kehutanan -5.149 6.781 -75,93 e. Perikanan -7.688 29.806 -25,79 2. Pertambangan & Penggalian -15 15.332 -0,10 a. Minyak dan Gas Bumi - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - c. Penggalian -15 15.332 -0,10 3. Industri Pengolahan 5.837 36.656 15,92 a. Industri Migas - - - b. Industri Tanpa Migas 5.837 36.656 15,92 4. Listrik, Gas & Air Bersih 45 405 11,21 a. Listrik 66 371 17,87 b. Gas - - - c. Air Bersih -21 34 -61,54 5. Bangunan 10.624 37.599 28,26 6. Perd, Hotel & Restoran 12.792 132.997 9,62 a. Perdag. Besar & Eceran 10.779 127.338 8,46 b. Hotel -23 120 -19,10 c. Restoran 2.036 5.539 36,75 7. Pengangkutan & Komunikasi 6.205 11.665 53,20 a. Pengangkutan -860 8.485 -10,14 b. Komunikasi 7.065 3.180 222,18 8. Keu. Prswan & Jasa perush 1.080 17.032 6,34 a. Bank 677 926 73,13 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank -52 199 -26,26 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - d. Sewa Bangunan 515 15.561 3,31 e. Jasa Perusahaan -60 346 -17,39 9. Jasa-Jasa -24.086 48.149 -50,02 a. Pemerintahan Umum -26.014 29.496 -88,19 b. Swasta 1.927 18.653 10,33 Jumlah -26.113 612.983 -4,26
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
c. Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melalui analisis SS-EM dapat
dideteksi sektor dan subsektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif dan
spesialisasi pada suatu wilayah. Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sektor
pertambangan dan penggalian (tanpa migas) memiliki keunggulan kompetitif
79
sekaligus spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Keunggulan tersebut didukung
oleh subsektor penggalian.
Tabel 5.9 Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor rij - rin Eij - Eij*
Ada/Tidak*)
Keunggulan Kompetitif Spesialisasi
1. Pertanian -0,02 353.441 tidak ada a. Tanaman Bahan Makanan -0,13 258.477 tidak ada b. Tanaman Perkebunan 0,16 58.706 ada ada c. Peternakan dan Hasil-hasilnya -0,11 40.646 tidak ada d. Kehutanan 0,20 -21.732 ada tidak e. Perikanan 0,21 -4.389 ada tidak 2. Pertambangan & Penggalian 0,14 14.967 ada ada a. Minyak dan Gas Bumi - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - c. Penggalian -0,12 14.967 tidak ada 3. Industri Pengolahan -0,23 -132.453 tidak tidak a. Industri Migas - - - - b. Industri Tanpa Migas -0,23 -132.453 tidak tidak 4. Listrik, Gas & Air Bersih -0,30 -6.899 tidak tidak a. Listrik -0,31 -5.343 tidak tidak b. Gas -29,09 -14 tidak tidak c. Air Bersih -0,01 -1.541 tidak tidak 5. Bangunan -0,25 -23.290 tidak tidak 6. Perd, Hotel & Restoran 0,10 -42.154 ada tidak a. Perdag. Besar & Eceran 0,13 -35.223 ada tidak b. Hotel -0,14 -1.539 tidak tidak c. Restoran -0,21 -5.392 tidak tidak 7. Pengangkutan & Komunikasi -0,05 -38.579 tidak tidak a. Pengangkutan 0,34 -29.352 ada tidak b. Komunikasi -1,75 -9.226 tidak tidak 8. Keu. Prsewaan & Jasa perush -0,22 -16.525 tidak tidak a. Bank -0,34 -2.626 tidak tidak b. Lembaga Keuangan tanpa Bank -0,06 -419 tidak tidak c. Jasa Penunjang Keuangan -0,24 -12 tidak tidak d. Sewa Bangunan -0,21 -6.900 tidak tidak e. Jasa Perusahaan -0,12 -6.567 tidak tidak 9. Jasa-Jasa -0,02 -4.594 tidak tidak a. Pemerintahan Umum 0,07 -2.715 ada tidak b. Swasta -0,19 -1.879 tidak tidak
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: *) ada, berarti memiliki keunggulan dan Tidak, berarti tidak memiliki keunggulan
Suatu sektor ekonomi memiliki keunggulan kompetitif sekaligus
spesialisasi jika pertumbuhan dan peranannya lebih baik dibandingkan dengan
pertumbuhan dan peranan sektor yang sama dalam perekonomian di Provinsi
Sumatera Selatan. Adapun subsektor ekonomi yang memiliki keunggulan
80
kompetitif sekaligus spesialisasi di Kabupaten OKU Timur hanya satu yaitu
subsektor tanaman perkebunan. Keunggulan kompetitif sekaligus spesialisasi pada
subsektor tanaman perkebunan ini tampak anomali, dimana sektor pertaniannya
justru justru tidak memiliki kedua keunggulan secara bersamaan. Sektor pertanian
di OKU timur memiliki spesialisasi, tetapi tidak punya daya saing.
Tabel 5.10 Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor Dampak
Keunggulan Kompetitif
(C’ij)
Dampak Alokasi
(Aij)
Total Peningkatan
PDRB (Dij)
Pengaruh Dampak
Keunggulan Kompetitif
(%)
Pengaruh Dampak Alokasi
(%)
1. Pertanian 28.908 -35.594 313.148 9,23 -11,37 a. Tanaman Bahan Makanan -12.640 -34.786 90.336 -13,99 -38,51 b. Tanaman Perkebunan 25.011 9.152 166.342 15,04 5,50 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya -3.316 -4.660 19.883 -16,68 -23,44 d. Kehutanan 7.756 -4.361 6.781 114,37 -64,32 e. Perikanan 12.098 -939 29.806 40,59 -3,15 2. Pertambangan & Penggalian -2.959 -1.783 15.332 -19,30 -11,63 a. Minyak dan Gas Bumi - - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - - c. Penggalian -2.959 -1.783 15.332 -19,30 -11,63 3. Industri Pengolahan -57.187 29.622 36.656 -156,01 80,81 a. Industri Migas - - - - - b. Industri Tanpa Migas -57.187 29.622 36.656 -156,01 80,81 4. Listrik, Gas & Air Bersih -2.536 2.063 405 -626,28 509,47 a. Listrik -2.112 1.639 371 -569,24 441,88 b. Gas - - - - - c. Air Bersih -9 8 34 -26,04 24,30 5. Bangunan -31.905 5.783 37.599 -84,85 15,38 6. Perd, Hotel & Restoran 23.893 -3.105 132.997 17,97 -2,33 a. Perdag. Besar & Eceran 27.729 -4.439 127.338 21,78 -3,49 b. Hotel -269 214 120 -223,75 178,41 c. Restoran -3.568 1.119 5.539 -64,41 20,21 7. Pengangkutan & Komunikasi -19.621 18.329 11.665 -168,21 157,13 a. Pengangkutan 2.118 2.108 8.485 24,97 24,84 b. Komunikasi -21.740 16.221 3.180 -683,64 510,10 8. Keu. Prswan & Jasa perush -14.832 3.184 17.032 -87,08 18,70 a. Bank -1.428 901 926 -154,22 97,26 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank -57 24 199 -28,82 12,29 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - d. Sewa Bangunan -12.428 1.468 15.561 -79,87 9,43 e. Jasa Perusahaan -915 788 346 -264,48 227,85 9. Jasa-Jasa -3.323 -686 48.149 -6,90 -1,42 a. Pemerintahan Umum 7.134 -196 29.496 24,19 -0,66 b. Swasta -10.457 -490 18.653 -56,06 -2,63
Jumlah -79.561 17.813 612.983 -12,98 2,91 Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
81
Hal ini dapat dijelaskan bahwa meskipun subsektor tanaman perkebunan
memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi, namun keunggulannya masih
kurang kuat untuk mendongkrak ketidakunggulan subsektor lainnya. Sehingga
sektor pertanian masih belum memiliki daya saing secara sektoral. Dari Tabel
5.10 tampak bahwa dampak keunggulan kompetitif terhadap peningkatan PDRB
Kabupaten OKU Timur dipengaruhi sektor pertanian (sebesar 9,23 persen) dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (sebesar 17,97 persen). Adapun dampak
spesialisasi terhadap peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur dipengaruhi
sektor industri pengolahan (sebesar 80,81 persen), sektor listrik, gas dan air bersih
(sebesar 509,47 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi (sebesar 157,13
persen) dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (sebesar 18,70
persen).
Pengaruh keunggulan kompetitif pada sektor perdagangan, hotel dan
restauran tak terlepas dari peran subsektor perdagangan yang telah meningkatkan
PDRB sebesar Rp. 27,73 milyar. Sementara pada sektor pertanian peran subsektor
tanaman perkebunan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan juga sangat
membantu meningkatkan PDRB Kabupaten OKU Timur. Masing-masing
subsektor berkontribusi sebesar Rp. 25,01 milyar (tanaman perkebunan), Rp. 7,76
milyar (kehutanan) dan Rp. 12,10 milyar (perikanan).
Dengan teridentifikasinya spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU
Timur, maka dampak alokasi yang direpresentasikan pada Tabel 5.10 dapat
digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh dampak alokasi terhadap
peningkatan PDRB di Kabupaten OKU Timur. Tabel 5.10 tersebut
82
memperlihatkan bahwa walaupun sektor listrik, gas dan air bersih memiliki
dampak alokasi cukup besar (Rp. 509,47 milyar), namun dengan
mempertimbangkan Tabel 5.12, maka sektor tersebut sesungguhnya tidak
memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Kabupaten OKU Timur.
Dampak alokasi yang besar pada sektor listrik, gas dan air bersih lebih disebabkan
faktor perhitungan matematis, karena nilai (rij-rin) dan (Eij-Eij*) yang negatif
menyebabkan dampak alokasi menjadi positif.
5.1.4 Analisis Overlay
Analisis overlay merupakan analisis yang digunakan untuk melihat sektor
dan subsektor ekonomi potensial baik dari sisi kontribusi maupun dari sisi
pertumbuhan PDRB. Dalam penelitian ini, analisis overlay juga merupakan bahan
komparasi berbagai alat analisis yang digunakan untuk melihat sektor dan
subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur.
Untuk melihat potensi ekonomi di Kabupaten OKU Timur secara lebih
komprehensif, maka analisis overlay dilakukan dengan pertimbangan
memasukkan hasil analisis SS-EM, sehingga analisis overlay yang dipergunakan
untuk melihat keunggulan dan potensi ekonomi di Kabupaten OKU Timur ini
merupakan integrasi antara analisis LQ (aspek keunggulan komparatif), analisis
MRP (Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi-RPs) dan analisis SS-EM (aspek
spesialisasi dan keunggulan kompetitif).
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis overlay tidak
diperoleh satupun sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten OKU Timur dan
83
hanya terdapat satu subsektor ekonomi yang berpotensi, yaitu subsektor tanaman
perkebunan. Potensi yang besar pada subsektor tanaman perkebunan tersebut
karena dari berbagai alat analisis yang digunakan menunjukkan bahwa subsektor
ekonomi ini memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi
sekaligus memiliki rasio pertumbuhan yang baik jika dibandingkan dengan
perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 5.11 Analisis Overlay Potensi Ekonomi Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor
Rasio Pertumbuhan
(RPs) “MRP”
Keunggulan Komparatif
(LQ)
Analisis SS-EM
Overlay Potensi*) Keungglan
Kompetitif (rij-rin)
Spesialisasi (Eij - Eij
*)
1. Pertanian 0,96 1,88 -0,02 353.441 - + - + a. Tanaman Bahan Makanan 0,66 3,57 -0,13 258.477 - + - + b. Tanaman Perkebunan 1,26 1,49 0,16 58.706 + + + + c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,71 2,23 -0,11 40.646 - + - + d. Kehutanan 2,00 0,44 0,20 -21.732 + - + - e. Perikanan 1,60 0,95 0,21 -4.389 + - + - 2. Pertambangan & Penggalian 1,59 0,49 0,14 14.967 + - + + a. Minyak dan Gas Bumi - - - - b. Pertambangan tanpa Migas - - - - c. Penggalian 0,76 1,55 -0,12 14.967 - + - + 3. Industri Pengolahan 0,58 0,43 -0,23 -132.453 - - - - a. Industri Migas - - - - b. Industri Tanpa Migas 0,58 0,43 -0,23 -132.453 - - - - 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,45 0,18 -0,30 -6.899 - - - - a. Listrik 0,44 0,20 -0,31 -5.343 - - - - b. Gas - - - - c. Air Bersih 0,98 0,07 -0,01 -1.541 - - - - 5. Bangunan 0,59 0,80 -0,25 -23.290 - - - - 6. Perd, Hotel & Restoran 1,18 0,80 0,10 -42.154 + - + - a. Perdag. Besar & Eceran 1,22 0,82 0,13 -35.223 + - + - b. Hotel 0,69 0,20 -0,14 -1.539 - - - - c. Restoran 0,69 0,63 -0,21 -5.392 - - - - 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,94 0,29 -0,05 -38.579 - - - - a. Pengangkutan 1,68 0,32 0,34 -29.352 + - + - b. Komunikasi 0,36 0,21 -1,75 -9.226 - - - - 8. Keu. Prswan & Jasa perush 0,59 0,73 -0,22 -16.525 - - - - a. Bank 0,64 0,33 -0,34 -2.626 - - - - b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,86 0,58 -0,06 -419 - - - - c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - d. Sewa Bangunan 0,59 0,83 -0,21 -6.900 - - - - e. Jasa Perusahaan 0,73 0,13 -0,12 -6.567 - - - - 9. Jasa-Jasa 0,93 1,04 -0,02 -4.594 - + - - a. Pemerintahan Umum 1,31 1,11 0,07 -2.715 + + + - b. Swasta 0,64 0,91 -0,19 -1.879 - - - -
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: Tanda (+), berarti berpotensi dan tanda (-) berarti tidak berpotensi
84
5.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur
Melalui perbandingan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita
penduduk Kabupaten OKU Timur dengan Provinsi Sumatera Selatan, maka dapat
diperoleh pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur yang
ditunjukkan oleh posisi relatif perekonomian Kabupaten OKU Timur dalam
konteks perekonomian Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 5.12 Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan per Kapita Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Tahun
Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan
PertumbuhanEkonomi
(%)
Pendapatan Perkapita
(Rp.)
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
Pendapatan Perkapita
(Rp.) 2000 - 2.712.601 - 3.794.958 2001 3,73 3.092.603 2,93 4.253.576 2002 4,93 3.479.045 4,44 4.727.304 2003 4,60 3.734.128 5,74 5.242.660 2004 5,39 4.110.746 6,79 5.872.473 2005 5,72 4.631.502 6,91 6.716.525 2006 6,49 5.423.119 7,31 7.706.540 2007 6,70 6.426.218 8,04 8.869.920
Rata-rata 6,31 4.201.245 7,21 5.897.994 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan (diolah)
Tabel 5.12 menginformasikan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi
Kabupaten OKU Timur selama tahun 2000-2007 sebesar 6,31 persen per tahun,
dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp. 4.201.245 per tahun.
Sementara di Provinsi Sumatera Selatan terjadi rata-rata pertumbuhan
ekonominya lebih tinggi yaitu sebesar 7,21 persen per tahun selama tahun 2000-
2007, dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.897.994 per tahun.
85
Berdasarkan kondisi ini maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten OKU
Timur memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada Provinsi
Sumatera Selatan dan pendapatan per kapita yang relatif lebih kecil dibandingkan
pendapatan per kapita kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh
karena itu berdasarkan tipologi klassen maka dalam konteks wilayah Provinsi
Sumatera Selatan, Kabupaten OKU Timur masuk dalam klasifikasi daerah yang
relative tertinggal.
Selain untuk melihat klasifikasi pola dan struktur pertumbuhan ekonomi
regional, tipologi klassen juga dapat digunakan untuk melihat pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi secara sektoral maupun subsektoral. Dengan modifikasi
tipologi klassen dapat diklasifikasikan sektor dan subsektor ekonomi di suatu
daerah (region). Klasifikasi sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU
Timur berdasarkan tipologi klassen adalah:
1. Sektor/subsektor yang maju dan tumbuh cepat, yaitu
sektor/subsektor yang memiliki laju pertumbuhan dan kontribusinya
lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi
sektor/subsektor tersebut secara keseluruhan di Provinsi Sumatera
Selatan. Sektor yang termasuk klasifikasi ini adalah sektor pertanian.
Sedangkan subsektornya adalah subsektor tanaman perkebunan dan
subsektor pemerintahan umum.
2. Sektor/subsektor yang maju tapi tertekan, yaitu sektor/subsektor
yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari laju pertumbuhan
sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan, akan tetapi kontribusi
86
sektor/subsektor tersebut lebih besar dari kontribusi sektor/subsektor
di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor ekonomi yang termasuk dalam
klasifikasi ini adalah sektor jasa-jasa. Sedangkan subsektornya
adalah subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, dan
penggalian.
3. Sektor/subsektor yang berkembang cepat, yaitu sektor/subsektor
yang laju pertumbuhannya lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan, akan
tetapi kontribusi sektor/subsektor tersebut lebih rendah dari
kontribusi sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor
yang termasuk klasifikasi ini adalah sektor pertambangan dan
penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan
subsektornya adalah subsektor kehutanan, subsektor perikanan,
perdagangan dan pengangkutan.
4. Sektor/subsektor yang relatif tertinggal, yaitu sektor/subsektor
yang memiliki laju pertumbuhan dan kontribusinya lebih rendah dari
laju pertumbuhan dan kontribusi sektor/subsektor tersebut di
Provinsi Sumatera Selatan. Sektor dan subsektor selain yang masuk
katagori di atas termasuk dalam kelompok sektor/subsektor yang
relatif tertinggal (selengkapnya lihat Tabel 5.13).
Melalui pengklasifikasian tersebut, maka dapat pula diketahui potensi
sektor/subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur sehingga dapat menjadi
87
tolok ukur sekaligus acuan bagi Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam
menentukan perencanaan dan kebijakan pembangunan.
Tabel 5.13 Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi menurut Tipologi Klassen di Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor
Kab. OKU Timur Prov. Sumsel
Keterangan*) Kontr Pert Kontr Pert
1. Pertanian 51,67 32,48 27,45 27,89 1 Maju dan tumbuh cepat a. Tanaman Bahan Makanan 24,10 3,66 6,75 5,58 2 Maju tapi tertekan b. Tanaman Perkebunan 17,71 10,84 11,88 8,62 1 Maju dan tumbuh cepat c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,71 4,08 2,11 5,72 2 Maju tapi tertekan d. Kehutanan 1,05 5,73 2,40 2,86 3 Berkembang cepat e. Perikanan 4,09 8,16 4,31 5,10 3 Berkembang cepat 2. Pertambangan & Penggalian 2,90 5,50 5,94 3,46 3 Berkembang cepat a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 4,07 2,11 4 Relatif tertinggal c. Penggalian 2,90 5,50 1,87 7,20 2 Maju tapi tertekan 3. Industri Pengolahan 7,85 4,53 18,39 7,75 4 Relatif tertinggal a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 7,85 4,53 18,39 7,75 4 Relatif tertinggal 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,14 3,51 0,82 7,86 4 Relatif tertinggal a. Listrik 0,14 3,44 0,69 7,82 4 Relatif tertinggal b. Gas 0,00 0,00 0,02 415,53 4 Relatif tertinggal c. Air Bersih 0,01 4,42 0,12 4,49 4 Relatif tertinggal 5. Bangunan 7,45 5,11 9,35 8,65 4 Relatif tertinggal 6. Perd, Hotel & Restoran 13,41 9,64 16,81 8,15 3 Berkembang cepat a. Perdag. Besar & Eceran 12,61 9,84 15,45 8,04 3 Berkembang cepat b. Hotel 0,02 4,38 0,12 6,37 4 Relatif tertinggal c. Restoran 0,78 6,71 1,24 9,68 4 Relatif tertinggal 7. Pengangkutan & Komunikasi 1,60 12,46 5,41 13,20 4 Relatif tertinggal a. Pengangkutan 1,33 11,95 4,10 7,11 3 Berkembang cepat b. Komunikasi 0,27 14,04 1,31 39,04 4 Relatif tertinggal 8. Keu. Prswan & Jasa perush 3,65 4,45 4,97 7,59 4 Relatif tertinggal a. Bank 0,10 8,60 0,31 13,50 4 Relatif tertinggal b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,04 5,05 0,07 5,88 4 Relatif tertinggal c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 3,47 4 Relatif tertinggal d. Sewa Bangunan 3,44 4,31 4,13 7,35 4 Relatif tertinggal e. Jasa Perusahaan 0,06 4,68 0,46 6,40 4 Relatif tertinggal 9. Jasa-Jasa 11,33 4,55 10,86 4,89 2 Maju tapi tertekan a. Pemerintahan Umum 7,91 4,38 7,11 3,35 1 Maju dan tumbuh cepat b. Swasta 3,42 4,86 3,75 7,59 4 Relatif tertinggal
Jumlah 100,00 6,31 100,00 7,21 4 Relatif tertinggal Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: *) katagori menurut tipologi klassen
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan melalui berbagai alat analisis pada
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif,
spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan ekonominya, maka
subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor ekonomi
potensial di Kabupaten OKU Timur. Dimana subsector perkebunan
merupakan bagian dari sector pertanian, namun sector pertaniannya
justru bukan merupakan sector potensial. Lebih lanjut, dari sisi sektor
ekonomi belum ditemukan satupun sektor ekonomi potensial di
Kabupaten OKU Timur.
2. Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan tipologi Klassen, maka
Kabupaten OKU Timur memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita yang lebih rendah daripada Provinsi Sumatera
Selatan, oleh karenanya Kabupaten OKU Timur termasuk dalam
katagori kabupaten yang relatif tertinggal di Provinsi Sumatera
Selatan.
3. Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral berdasarkan tipologi
Klassen menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang
maju dan tumbuh pesat di Kabupaten OKU Timur, sedangkan
89
subsektor ekonomi yang maju dan tumbuh pesat adalah subsektor
tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum.
6.2 Saran
Hasil temuan dalam penelitian ini memunculkan satu implikasi pokok,
yaitu pembentukan kerangka pengelolaan ekonomi makro jangka panjang di
Kabupaten OKU Timur. Secara garis besar, pengelolaan ekonomi makro jangka
panjang ini diaplikasikan melalui penerapan perencanaan pembangunan daerah
yang komprehensif. Secara operasional perencanaan pembangunan daerah yang
komprehensif dimulai dari penentuan skala prioritas pembangunan ekonomi
sektoral yang dapat berpijak dari hasil studi ini. Hal ini sangat penting dalam
upaya memacu pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan dan memeratakan
pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten OKU Timur
perlu melakukan perencanaan pembangunan daerah dengan bahan masukan dan
implikasi kebijakan sebagai berikut:
1. Menjadikan subsektor tanaman perkebunan sebagai subsektor
ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur sebagai prioritas
pembangunan ekonomi yang perlu ditumbuhkembangkan dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan
pendapatan masyarakat.
2. Dengan tetap mengacu pada rencana strategis yang ada, Pemerintah
Kabupaten OKU Timur harus tetap memacu dan mengembangkan
kegiatan ekonomi lain secara lintas sektoral dan terintegrasi untuk
mengejar ketertinggalan pembangunan dibanding daerah lainnya di
90
Provinsi Sumatera Selatan. Langkah dimaksud adalah melalui
penciptaan “forward linkage dan backward linkage” atau saling
keterkaitan antar berbagai kegiatan ekonomi, yang dapat menimbulkan
multiplier effect yang positif. Pembangunan infrastruktur jalan,
jembatan, pasar, penyediaan sarana transportasi, informasi pasar serta
jaminan keamanan berusaha bagi masyarakat merupakan simpul bagi
kepastian keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardo. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Graha
Ilmu, Jakarta Arsyad, Lincolyn. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, BPFE, Yogyakarta Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya Di
Indonesia, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta Badan Pusat Statistik. 2003. Pedoman Penghitungan PDRB Kabupaten/Kota:
Pengertian Dasar (Buku 1). BPS, Jakarta Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 (Draft Publikasi). BPS, Palembang
Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur. 2008. Produk Domestik Regional
Bruto Kabupaten OKU Timur Tahun 2007. BPS, Martapura __________________ 2007. Kabupaten OKU Timur dalam Angka Tahun 2007
(Draft Publikasi). BPS, Martapura Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah.
Gramedia Press, Jakarta Budiharsono, Sugeng. 1995. Perencanaan Pembangunan Daerah. PAU-EK-UI,
Jakarta Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta Jaya, Wihana Kirana. 1993. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur,
Perilaku dan Kinerja Pasar. BPFE, Yogyakarta Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Press,
Jakarta Kuncoro, Mudrajad dan Hairul Aswandi. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan
Andalan: Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 17, Nomor 1, Tahun 2002 : 27-45, BPFE, Yogyakarta
Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah,
Edisi Kedua, BPS, Jakarta
92
Marwah, Taufik dan Syirod Saleh. 2002. Potensi Relatif Sektor-Sektor Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan. Kajian Ekonomi, Vol 1, Nomor 1, Tahun 2002: 1-13, Universitas Sriwijaya, Palembang
Muzamil. 2001. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Musi Rawas. Tesis
(Unpublished), Universitas Sriwijaya, Palembang Nugraha, Yudhistira Arya. 2003. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kota
Prabumulih, Tesis (Unpublished). Universitas Sriwijaya, Palembang Republik Indonesia .1999. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.
IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004. Pustaka Setia, Bandung
Saimima, Habiba. 2003. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Dalam Perencanaan
Pembangunan Di Kota Ambon (Perbandingan Dengan Kabupaten Lain Di Propinsi Maluku), Tesis (Unpublished). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Sinar Grafika. 2001. Propenas 2000-2004, UU No.25 Th.2000 Tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004. Sinar Grafika, Jakarta. Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBI). Nomor 1, Tahun III : 43-54, BPFE, Yogyakarta
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Prisma, No. 3, Tahun XXVI : 27-38, LP3ES, Jakarta
___________ 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta Tarwiyanto, Junaidi. 1998. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan, Tesis (Unpublished). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Todaro, M.P. 2000. Economic Development. Seventh Edition, New York University,
Longman, London and New York Yusuf, Maulana. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu Alat
Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, Aplikasi Model: Wilayah Bangka-Belitung. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol XLVII, Nomor 2, Tahun 1999 : 219-233
93
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007
Lapangan Usaha Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 710.208 829.377 959.650 1.054.644 1.190.354 1.352.205 1.568.480 1.845.223 7.627.133 8.824.572 10.120.900 11.111.295 12.495.630 14.358.881 17.300.120 20.080.335 a. Tanaman Bahan Makanan 352.397 415.082 469.714 506.292 542.149 602.219 686.891 786.902 1.892.587 2.243.014 2.497.455 2.687.544 2.925.392 3.417.772 4.299.814 5.113.040 b. Tanaman Perkebunan 219.147 247.116 298.492 341.476 415.239 495.286 600.931 745.454 3.233.036 3.691.904 4.372.764 4.882.162 5.544.702 6.464.934 7.452.310 8.504.813 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 69.569 84.710 95.497 99.701 110.549 118.025 126.570 137.442 582.818 703.010 811.334 869.214 975.112 1.054.465 1.251.997 1.543.626 d. Kehutanan 16.913 18.249 20.497 21.686 25.254 26.546 27.913 29.865 778.737 798.879 840.218 901.976 997.983 1.149.021 1.563.352 1.868.394 e. Perikanan 52.182 64.220 75.450 85.489 97.163 110.129 126.175 145.560 1.139.955 1.387.765 1.599.129 1.770.399 2.052.441 2.272.689 2.732.647 3.050.462 2. Pertambangan & Penggalian 39.805 49.264 56.862 62.168 69.099 75.067 81.853 90.261 1.886.247 2.042.112 2.141.406 2.355.404 2.652.719 3.016.555 3.527.925 4.036.942 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas 1.385.737 1.442.852 1.449.464 1.592.349 1.798.463 2.056.366 2.359.360 2.613.043 c. Penggalian 39.805 49.264 56.862 62.168 69.099 75.067 81.853 90.261 500.510 599.260 691.942 763.055 854.256 960.189 1.168.565 1.423.899 3. Industri Pengolahan 115.685 138.173 154.957 164.386 172.878 195.438 221.542 252.777 5.000.224 6.216.724 6.828.693 7.491.801 8.261.404 9.293.354 11.390.661 13.690.964 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 115.685 138.173 154.957 164.386 172.878 195.438 221.542 252.777 5.000.224 6.216.724 6.828.693 7.491.801 8.261.404 9.293.354 11.390.661 13.690.964 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.650 2.010 2.818 3.514 3.818 4.015 4.243 4.498 172.262 222.499 303.184 380.447 425.332 469.827 528.033 592.068 a. Listrik 1.540 1.878 2.659 3.343 3.630 3.811 4.021 4.257 138.697 182.768 253.244 325.540 362.129 398.054 443.832 494.578 b. Gas 288 655 4.307 4.912 8.476 11.361 16.048 21.958 c. Air Bersih 110 132 159 171 188 204 222 241 33.277 39.076 45.633 49.995 54.727 60.412 68.153 75.532 5. Bangunan 105.209 121.854 135.030 145.098 163.064 192.417 232.151 283.990 2.589.373 3.013.564 3.383.156 3.762.967 4.300.361 5.079.274 5.810.671 6.742.083 6. Perd, Hotel & Restoran 196.991 213.396 233.636 256.677 283.761 345.057 429.232 534.855 4.819.001 5.186.493 5.778.870 6.605.709 7.622.541 9.051.350 10.941.014 12.919.872 a. Perdag. Besar & Eceran 184.807 199.755 218.827 240.234 265.761 324.691 406.059 508.466 4.433.820 4.758.275 5.299.980 6.071.697 7.022.768 8.336.020 10.066.454 11.833.200 b. Hotel 391 422 453 495 542 610 693 789 38.883 41.676 43.303 45.708 51.115 58.861 71.436 90.713 c. Restoran 11.793 13.219 14.356 15.948 17.458 19.756 22.480 25.600 346.298 386.542 435.587 488.304 548.658 656.469 803.124 995.959 7. Pengangkutan & Komunikasi 13.379 18.263 24.327 30.795 39.258 51.260 62.916 76.056 1.317.334 1.513.458 1.776.317 2.120.056 2.479.595 3.131.687 3.891.921 4.556.115 a. Pengangkutan 10.143 14.793 20.094 25.683 31.580 43.159 53.802 65.326 1.066.212 1.232.586 1.411.722 1.647.254 1.823.229 2.278.342 2.856.137 3.176.356 b. Komunikasi 3.236 3.470 4.233 5.112 7.678 8.101 9.114 10.730 251.122 280.872 364.595 472.802 656.366 853.345 1.035.784 1.379.759 8. Keu. Prswan & Jasa perush 54.688 58.666 69.667 75.551 83.226 94.026 106.446 120.840 1.435.016 1.521.785 1.776.339 1.980.596 2.261.167 2.653.394 3.162.870 3.750.156 a. Bank 1.538 1.772 1.912 2.092 2.187 2.528 2.954 3.458 83.918 96.652 104.203 119.449 148.153 175.837 198.685 221.251 b. Lembaga Keuangan non Bank 563 671 784 855 950 1.150 1.399 1.704 19.785 23.690 27.383 30.624 33.813 39.328 48.838 55.622 c. Jasa Penunjang Keuangan 247 259 272 353 393 438 518 581 d. Sewa Bangunan 51.531 55.117 65.786 71.364 78.777 88.886 100.459 113.850 1.177.447 1.238.567 1.470.232 1.641.969 1.876.357 2.213.883 2.657.020 3.184.092 e. Jasa Perusahaan 1.056 1.106 1.185 1.240 1.312 1.462 1.634 1.828 153.619 162.617 174.249 188.201 202.451 223.908 257.809 288.610 9. Jasa-Jasa 151.074 181.242 202.511 223.824 262.243 303.724 356.245 421.182 3.136.865 3.418.844 3.665.124 4.305.340 4.972.017 5.672.353 6.946.853 8.536.735 a. Pemerintahan Umum 96.242 119.594 135.688 151.405 184.959 219.552 264.428 320.857 1.994.080 2.108.891 2.201.233 2.722.395 3.261.621 3.809.152 4.862.807 6.138.385 b. Swasta 54.832 61.648 66.823 72.419 77.284 84.172 91.817 100.325 1.142.785 1.309.953 1.463.891 1.582.945 1.710.396 1.863.201 2.084.046 2.398.350
PDRB tanpa migas 1.388.689 1.612.245 1.839.458 2.016.657 2.267.701 2.613.209 3.063.108 3.629.682 27.983.455 31.960.051 35.773.989 40.113.615 45.470.766 52.726.675 63.500.068 74.905.270 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
94
Lampiran 2. PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-
2007 (Juta Rp.)
Lapangan Usaha Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 710.208 736.990 777.287 814.541 863.128 910.584 964.535 1.023.356 7.627.133 7.950.978 8.311.409 8.725.687 9.261.544 9.805.678 10.437.334 11.113.699 a. Tanaman Bahan Makanan 352.397 358.850 374.692 385.746 398.668 411.465 426.484 442.733 1.892.587 1.890.127 1.960.628 2.050.621 2.220.002 2.323.232 2.446.207 2.632.452 b. Tanaman Perkebunan 219.147 233.172 250.707 271.142 297.343 323.420 352.948 385.489 3.233.036 3.484.243 3.672.740 3.876.578 4.118.864 4.441.783 4.830.883 5.183.054 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 69.569 72.526 74.317 75.974 78.975 82.213 85.707 89.452 582.818 602.925 631.364 662.363 696.608 726.980 769.461 816.210 d. Kehutanan 16.913 17.327 18.422 19.401 21.308 22.094 22.914 23.694 778.737 788.471 807.234 836.940 874.268 907.403 931.358 934.675 e. Perikanan 52.182 55.115 59.149 62.278 66.834 71.392 76.482 81.988 1.139.955 1.185.212 1.239.443 1.299.185 1.351.802 1.406.280 1.459.425 1.547.308 2. Pertambangan & Penggalian 39.805 42.719 44.650 46.547 48.484 50.554 52.733 55.137 1.886.247 1.888.068 1.886.430 1.986.004 2.080.164 2.166.072 2.254.058 2.343.445 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas 1.385.737 1.366.337 1.338.873 1.407.290 1.466.959 1.514.787 1.556.141 1.590.532 c. Penggalian 39.805 42.719 44.650 46.547 48.484 50.554 52.733 55.137 500.510 521.731 547.557 578.714 613.205 651.285 697.917 752.913 3. Industri Pengolahan 115.685 119.496 122.011 125.859 129.094 136.264 144.070 152.341 5.000.224 5.163.793 5.379.253 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 115.685 119.496 122.011 125.859 129.094 136.264 144.070 152.341 5.000.224 5.163.793 5.379.253 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.650 1.705 1.784 1.820 1.869 1.920 1.986 2.055 172.262 189.392 197.460 205.662 216.931 231.369 248.673 267.073 a. Listrik 1.540 1.590 1.663 1.698 1.742 1.788 1.848 1.911 138.697 154.744 158.396 165.366 173.783 185.426 200.056 214.667 b. Gas 288 655 4.273 4.600 6.139 7.308 7.969 8.665 c. Air Bersih 110 115 121 122 127 132 138 144 33.277 33.993 34.791 35.696 37.009 38.635 40.648 43.741 5. Bangunan 105.209 108.954 112.920 115.653 119.382 125.566 133.753 142.808 2.589.373 2.718.842 2.877.078 3.069.555 3.332.309 3.585.898 3.845.876 4.157.657 6. Perd, Hotel & Restoran 196.991 207.586 222.015 236.331 254.460 274.285 300.736 329.988 4.819.001 5.053.572 5.333.740 5.618.867 5.967.998 6.429.518 6.939.621 7.567.159 a. Perdag. Besar & Eceran 184.807 194.978 208.705 222.129 239.518 258.512 283.975 312.145 4.433.820 4.650.284 4.902.800 5.157.180 5.469.969 5.899.908 6.373.082 6.930.089 b. Hotel 391 400 416 436 452 469 489 511 38.883 39.502 39.724 40.231 42.646 45.738 49.425 56.227 c. Restoran 11.793 12.208 12.894 13.766 14.490 15.304 16.272 17.332 346.298 363.786 391.216 421.456 455.383 483.872 517.114 580.843 7. Pengangkutan & Komunikasi 13.379 15.025 16.591 18.503 19.993 21.293 23.003 25.044 1.317.334 1.385.282 1.469.749 1.612.040 1.797.325 2.005.038 2.216.756 2.534.185 a. Pengangkutan 10.143 11.471 12.735 14.327 15.501 16.325 17.430 18.628 1.066.212 1.097.374 1.136.972 1.219.197 1.315.074 1.401.592 1.492.152 1.596.752 b. Komunikasi 3.236 3.554 3.856 4.176 4.492 4.968 5.573 6.416 251.122 287.908 332.777 392.843 482.251 603.446 724.604 937.433 8. Keu. Prswan & Jasa perush 54.688 57.032 59.617 60.825 62.435 65.209 68.355 71.720 1.435.016 1.476.031 1.536.138 1.617.057 1.732.202 1.859.817 2.013.374 2.197.304 a. Bank 1.538 1.608 1.702 1.802 1.880 2.043 2.240 2.464 83.918 87.746 92.747 102.910 127.371 141.781 150.032 163.220 b. Lembaga Keuangan non Bank 563 583 619 639 668 696 728 762 19.785 20.594 21.612 22.887 23.784 24.535 25.906 27.934 c. Jasa Penunjang Keuangan 247 250 255 263 266 274 288 307 d. Sewa Bangunan 51.531 53.757 56.165 57.210 58.675 61.204 64.056 67.092 1.177.447 1.208.061 1.255.175 1.316.302 1.397.386 1.500.328 1.631.457 1.783.450 e. Jasa Perusahaan 1.056 1.084 1.131 1.174 1.212 1.266 1.331 1.402 153.619 159.380 166.349 174.695 183.395 192.899 205.691 222.393 9. Jasa-Jasa 151.074 150.932 154.543 160.831 167.339 175.888 186.770 199.223 3.136.865 2.978.164 3.092.067 3.235.779 3.353.552 3.578.911 3.861.690 4.211.579 a. Pemerintahan Umum 96.242 94.641 97.101 100.436 104.558 109.928 117.348 125.738 1.994.080 1.779.631 1.830.057 1.908.892 1.947.437 2.077.473 2.249.280 2.461.461 b. Swasta 54.832 56.291 57.442 60.395 62.781 65.960 69.422 73.485 1.142.785 1.198.533 1.262.010 1.326.887 1.406.115 1.501.438 1.612.410 1.750.118
PDRB tanpa migas 1.388.689 1.440.439 1.511.418 1.580.910 1.666.184 1.761.563 1.875.941 2.001.672 27.983.455 28.804.122 30.083.324 31.810.725 33.969.083 36.317.674 38.971.024 42.106.149Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
95
Lampiran 3. Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %)
Lapangan Usaha Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1. Pertanian 51,14 51,44 52,17 52,30 52,49 51,75 51,21 50,84 27,26 27,61 28,29 27,70 27,48 27,23 27,24 26,81 a. Tanaman Bahan Makanan 25,38 25,75 25,54 25,11 23,91 23,05 22,42 21,68 6,76 7,02 6,98 6,70 6,43 6,48 6,77 6,83 b. Tanaman Perkebunan 15,78 15,33 16,23 16,93 18,31 18,95 19,62 20,54 11,55 11,55 12,22 12,17 12,19 12,26 11,74 11,35 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 5,01 5,25 5,19 4,94 4,87 4,52 4,13 3,79 2,08 2,20 2,27 2,17 2,14 2,00 1,97 2,06 d. Kehutanan 1,22 1,13 1,11 1,08 1,11 1,02 0,91 0,82 2,78 2,50 2,35 2,25 2,19 2,18 2,46 2,49 e. Perikanan 3,76 3,98 4,10 4,24 4,28 4,21 4,12 4,01 4,07 4,34 4,47 4,41 4,51 4,31 4,30 4,07 2. Pertambangan & Penggalian 2,87 3,06 3,09 3,08 3,05 2,87 2,67 2,49 6,74 6,39 5,99 5,87 5,83 5,72 5,56 5,39 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas 4,95 4,51 4,05 3,97 3,96 3,90 3,72 3,49 c. Penggalian 2,87 3,06 3,09 3,08 3,05 2,87 2,67 2,49 1,79 1,88 1,93 1,90 1,88 1,82 1,84 1,90 3. Industri Pengolahan 8,33 8,57 8,42 8,15 7,62 7,48 7,23 6,96 17,87 19,45 19,09 18,68 18,17 17,63 17,94 18,28 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 8,33 8,57 8,42 8,15 7,62 7,48 7,23 6,96 17,87 19,45 19,09 18,68 18,17 17,63 17,94 18,28 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,12 0,12 0,15 0,17 0,17 0,15 0,14 0,12 0,62 0,70 0,85 0,95 0,94 0,89 0,83 0,79 a. Listrik 0,11 0,12 0,14 0,17 0,16 0,15 0,13 0,12 0,50 0,57 0,71 0,81 0,80 0,75 0,70 0,66 b. Gas 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 c. Air Bersih 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,12 0,12 0,13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,10 5. Bangunan 7,58 7,56 7,34 7,19 7,19 7,36 7,58 7,82 9,25 9,43 9,46 9,38 9,46 9,63 9,15 9,00 6. Perd, Hotel & Restoran 14,19 13,24 12,70 12,73 12,51 13,20 14,01 14,74 17,22 16,23 16,15 16,47 16,76 17,17 17,23 17,25 a. Perdag. Besar & Eceran 13,31 12,39 11,90 11,91 11,72 12,42 13,26 14,01 15,84 14,89 14,82 15,14 15,44 15,81 15,85 15,80 b. Hotel 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,14 0,13 0,12 0,11 0,11 0,11 0,11 0,12 c. Restoran 0,85 0,82 0,78 0,79 0,77 0,76 0,73 0,71 1,24 1,21 1,22 1,22 1,21 1,25 1,26 1,33 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,96 1,13 1,32 1,53 1,73 1,96 2,05 2,10 4,71 4,74 4,97 5,29 5,45 5,94 6,13 6,08 a. Pengangkutan 0,73 0,92 1,09 1,27 1,39 1,65 1,76 1,80 3,81 3,86 3,95 4,11 4,01 4,32 4,50 4,24 b. Komunikasi 0,23 0,22 0,23 0,25 0,34 0,31 0,30 0,30 0,90 0,88 1,02 1,18 1,44 1,62 1,63 1,84 8. Keu. Prswan & Jasa perush 3,94 3,64 3,79 3,75 3,67 3,60 3,48 3,33 5,13 4,76 4,97 4,94 4,97 5,03 4,98 5,01 a. Bank 0,11 0,11 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,30 0,30 0,29 0,30 0,33 0,33 0,31 0,30 b. Lembaga Keuangan non Bank 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,05 0,07 0,07 0,08 0,08 0,07 0,07 0,08 0,07 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. Sewa Bangunan 3,71 3,42 3,58 3,54 3,47 3,40 3,28 3,14 4,21 3,88 4,11 4,09 4,13 4,20 4,18 4,25 e. Jasa Perusahaan 0,08 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 0,05 0,55 0,51 0,49 0,47 0,45 0,42 0,41 0,39 9. Jasa-Jasa 10,88 11,24 11,01 11,10 11,56 11,62 11,63 11,60 11,21 10,70 10,25 10,73 10,93 10,76 10,94 11,40 a. Pemerintahan Umum 6,93 7,42 7,38 7,51 8,16 8,40 8,63 8,84 7,13 6,60 6,15 6,79 7,17 7,22 7,66 8,19 b. Swasta 3,95 3,82 3,63 3,59 3,41 3,22 3,00 2,76 4,08 4,10 4,09 3,95 3,76 3,53 3,28 3,20
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
96
Lampiran 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %)
Lapangan Usaha Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 RATA2 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 RATA2
1. Pertanian 3,77 5,47 4,79 5,96 5,50 5,92 6,10 6,30 4,25 4,53 4,98 6,14 5,88 6,44 6,48 6,53 a. Tanaman Bahan Makanan 1,83 4,41 2,95 3,35 3,21 3,65 3,81 3,66 -0,13 3,73 4,59 8,26 4,65 5,29 7,61 5,58 b. Tanaman Perkebunan 6,40 7,52 8,15 9,66 8,77 9,13 9,22 10,84 7,77 5,41 5,55 6,25 7,84 8,76 7,29 8,62 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4,25 2,47 2,23 3,95 4,10 4,25 4,37 4,08 3,45 4,72 4,91 5,17 4,36 5,84 6,08 5,72 d. Kehutanan 2,45 6,32 5,31 9,83 3,69 3,71 3,40 5,73 1,25 2,38 3,68 4,46 3,79 2,64 0,36 2,86 e. Perikanan 5,62 7,32 5,29 7,32 6,82 7,13 7,20 8,16 3,97 4,58 4,82 4,05 4,03 3,78 6,02 5,10 2. Pertambangan & Penggalian 7,32 4,52 4,25 4,16 4,27 4,31 4,56 5,50 1,84 -0,17 -0,06 0,41 0,42 0,36 0,25 3,46 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas -1,40 -2,01 5,11 4,24 3,26 2,73 2,21 2,11 c. Penggalian 7,32 4,52 4,25 4,16 4,27 4,31 4,56 5,50 4,24 4,95 5,69 5,96 6,21 7,16 7,88 7,20 3. Industri Pengolahan 3,29 2,10 3,15 2,57 5,55 5,73 5,74 4,53 1,73 3,58 4,55 5,87 4,75 5,30 5,70 7,75 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 3,29 2,10 3,15 2,57 5,55 5,73 5,74 4,53 3,27 4,17 6,71 8,48 6,88 7,49 7,83 7,75 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,33 4,63 2,02 2,69 2,73 3,44 3,47 3,51 9,94 4,26 4,15 5,48 6,66 7,48 7,40 7,86 a. Listrik 3,25 4,59 2,10 2,59 2,64 3,36 3,41 3,44 11,57 2,36 4,40 5,09 6,70 7,89 7,30 7,82 b. Gas 127,43 552,37 7,65 33,46 19,04 9,04 8,73 415,53 c. Air Bersih 4,55 5,22 0,83 4,10 3,94 4,55 4,35 4,42 2,15 2,35 2,60 3,68 4,39 5,21 7,61 4,49 5. Bangunan 3,56 3,64 2,42 3,22 5,18 6,52 6,77 5,11 5,00 5,82 6,69 8,56 7,61 7,25 8,11 8,65 6. Perd, Hotel & Restoran 5,38 6,95 6,45 7,67 7,79 9,64 9,73 9,64 4,87 5,54 5,35 6,21 7,73 7,93 9,04 8,15 a. Perdag. Besar & Eceran 5,50 7,04 6,43 7,83 7,93 9,85 9,92 9,84 4,88 5,43 5,19 6,07 7,86 8,02 8,74 8,04 b. Hotel 2,30 4,00 4,81 3,67 3,76 4,26 4,50 4,38 1,59 0,56 1,28 6,00 7,25 8,06 13,76 6,37 c. Restoran 3,52 5,62 6,76 5,26 5,62 6,33 6,51 6,71 5,05 7,54 7,73 8,05 6,26 6,87 12,32 9,68 7. Pengangkutan & Komunikasi 12,30 10,42 11,52 8,05 6,50 8,03 8,87 12,46 5,16 6,10 9,68 11,49 11,56 10,56 14,32 13,20 a. Pengangkutan 13,09 11,02 12,50 8,19 5,32 6,77 6,87 11,95 2,92 3,61 7,23 7,86 6,58 6,46 7,01 7,11 b. Komunikasi 9,83 8,50 8,30 7,57 10,60 12,18 15,13 14,04 14,65 15,58 18,05 22,76 25,13 20,08 29,37 39,04 8. Keu. Prswan & Jasa perush 4,29 4,53 2,03 2,65 4,44 4,82 4,92 4,45 2,86 4,07 5,27 7,12 7,37 8,26 9,14 7,59 a. Bank 4,55 5,85 5,88 4,33 8,67 9,64 10,00 8,60 4,56 5,70 10,96 23,77 11,31 5,82 8,79 13,50 b. Lembaga Keuangan non Bank 3,55 6,17 3,23 4,54 4,19 4,60 4,67 5,05 4,09 4,94 5,90 3,92 3,16 5,59 7,83 5,88 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,21 2,00 3,14 1,14 3,01 5,11 6,60 3,47 d. Sewa Bangunan 4,32 4,48 1,86 2,56 4,31 4,66 4,74 4,31 2,60 3,90 4,87 6,16 7,37 8,74 9,32 7,35 e. Jasa Perusahaan 2,65 4,34 3,80 3,24 4,46 5,13 5,33 4,68 3,75 4,37 5,02 4,98 5,18 6,63 8,12 6,40 9. Jasa-Jasa -0,09 2,39 4,07 4,05 5,11 6,19 6,67 4,55 -5,06 3,82 4,65 3,64 6,72 7,90 9,06 4,89 a. Pemerintahan Umum -1,66 2,60 3,43 4,10 5,14 6,75 7,15 4,38 -10,75 2,83 4,31 2,02 6,68 8,27 9,43 3,35 b. Swasta 2,66 2,04 5,14 3,95 5,06 5,25 5,85 4,86 4,88 5,30 5,14 5,97 6,78 7,39 8,54 7,59
Pertumbuhan tanpa migas 3,73 4,93 4,60 5,39 5,72 6,49 6,70 6,31 2,93 4,44 5,74 6,79 6,91 7,31 8,04 7,21 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Top Related