ANALISIS MAKNA BAHASA PUISI CHAIRIL ANWAR PADA KUMPULAN PUISI
KERIKIL TAJAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI
SMA
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Program Strata Satu (S1) PendidikanBahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
OLEH
CENDRA GAYATRI
E1C114019
PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
ANALISIS MAKNA BAHASA PUISI CHAIRIL ANWAR PADA KUMPULAN PUISI
KERIKIL TAJAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI
SMA
Oleh:
Cendra Gayatri, Anang Zubaidi Soemerep, Murahim
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mesdeskripsikan makna bahasa yang terkandung dalam puisi Chairil
Anwar yang berjudul “Kepada Peminta-Minta, Diponegoro, dan Tak Sepadan”. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa analisis makna
bahasa dan hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMA yang terdapat di dalam puisi karya
Chairil Anwar Kerikil Tajam. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik kajian pustaka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan hermeneutik. Berdasarkan hasil analisis data menyimpulkan
bahwa makna bahasa tiga puisi yang diteliti pada kumpulan puisi Kerikil Tajam karya Chairil Anwar
Puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar, menggambarkan seseorang yang telah
berbuat salah kepada peminta-minta. Seseorang itu harus memberi kasih sayang kepada
sesama dan harus memiliki perasaan akan belas kasihan kepada peminta-minta. Oleh karena seseorang pernah berbuat salah. Maka ia harus bertaubat atas dosa yang pernah dilakukannya.
Puisi Diponegoro karya Chairil Anwar menggambarkan perjuangan Diponegoro dalam
medan perang, berjuang demi tanah air dan kemerdekaan. Beliau tak gentar meskipun musuh
jauh lebih banyak. Lewat puisi tersebut, Chairil Anwar mengajak generasi muda untuk
menghayati lagi semangat perjuangan para pahlawan. Puisi Tak Sepadan karya Chairil Anwar
menggambarkan tentang Chairil Anwar yang menempatkan dirinya sebagai tokoh utama.
Disebutkan secara tersirat bahwa sang tokoh ‘aku’ mengalami penderitaan secara batiniah
karena ditinggalkan oleh seseorang yang sangat dicintainya. Tokoh ‘aku’ mengalami
keputusasaan yang mengalami ketidaklancaran dalam masalah percintaan. Puisi tersebut
melebih-lebihkan sebuah perasaan cinta yang bisa mempengaruhi keadaan tubuh sang
penderita. Puisi Chairil Anwar yang berjudul ‘Kepada Peminta-Minta’, ‘Diponegoro’, dan
‘Tak Sepadan’, makna dan nilai ekstrinsiknya berhubungan dengan pengembangan
pendidikan imajinasi, kecerdasan, perasaan, moral dan keimanan. Pembelajaran sastra harus
dititik beratkan pada pembinaan apresiasi anak didik.
Kata kunci : Makna Bahasa, Puisi, Pembelajaran Sastra
ABSTRACT
This study aims to describe the meaning of the language contained in Chairil Anwar's poem
entitled "To Requesters, Demonegoro, and Not Worthy". The type of research used in this
study is qualitative research. This research data is in the form of analysis of the meaning of
language and its relationship with literary learning in high school contained in the poem by
Chairil Anwar Kerikil Tajam. The methods and data collection techniques used in this study
are library research techniques. The data analysis technique used in this study is a descriptive
method with a hermeneutic approach. Based on the results of data analysis concluded that the
meaning of the three poetic languages examined in the collection of Kerikil Tajam poetry by
Chairil Anwar Poetry to Requesters by Chairil Anwar, describes someone who has wronged
the beggar. Someone must give love to others and must have a feeling of mercy on the
beggar. Because someone has done something wrong. So he must repent for the sin he has
committed. Diponegoro's poem by Chairil Anwar describes Diponegoro's struggle on the
battlefield, fighting for the homeland and independence. He was not afraid even though there
were far more enemies. Through the poem, Chairil Anwar invites the young generation to
appreciate the spirit of the struggle of the heroes. The poem Tak Sepadan by Chairil Anwar
describes Chairil Anwar, who placed himself as the main character. It is implied that the
character "I" experiences suffering inwardly because it is abandoned by someone who he
deeply loves. The character ’I’ experienced despair who experienced an incompetence in the
matter of romance. The poem exaggerates a feeling of love that can affect the patient's body
condition. Chairil Anwar's poem entitled "To Requesters", "Diponegoro", and "Not Worthy",
his extrinsic value and meaning are related to the development of imagination, intelligence,
feelings, morals and faith education. Literary learning must be focused on fostering student
appreciation.
Keywords: Meaning of Language, Poetry, Literature Learning
A. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu aspek
kehidupan yang sangat penting dipelajari
karena bahasa mempunyai fungsi dan
peranan yang berarti dalam kehidupan
manusia. Bahasa adalah alat komunikasi
yang bersifat arbitrer atau bersifat mana
suka. Dengan demikian, bahasa merupakan
identitas bangsa yang harus dikembangkan
dan diperlihatkan kepada bangsa lain
dengan cara memakai bahasanya.
Permasalahannya, tidak semua orang
menerima pesan atau pikiran tersebut
mengerti makna dari pesan yang
sesungguhnya. Begitu juga halnya dalam
puisi sebagai karya sastra. Berdasarkan
materi sastra, dapatlah dicapai kompetensi
dasar dan indikator dalam Silabus Bahasa
Indonesia revisi Tahun 2016 kelas X, yaitu
: KD 3.16 Mengidentifikasi suasana, tema,
dan makna beberapa puisi yang
terkandung dalam antologi puisi yang
diperdengarkan atau dibaca. Sedangkan
Indikatornya (1) Menentukan suasana
dalam puisi yang terdapat dalam sebuah
antologi puisi. (2) Menentukan tema puisi
yang terdapat dalam sebuah antologi
puisi. (3) Menentukan makna puisi yang
terdapat dalam sebuah antologi puisi. Hal
inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk membahas puisi sebagai bahan
kajiannya dalam pembelajaran sastra di
SMA. Karena, para penikmat puisi Chairil
Anwar tidak semua dapat mengerti makna
dan pesan moral apa yang terdapat dalam
setiap baitnya. Begitu banyak nilai estetika
dalam puisi Chairil Anwar untuk dikaji
dan sangat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas,
penelitian ini dirumuskan dalam judul
“Analisis Makna Bahasa Puisi Chairil
Anwar Pada Kumpulan Puisi Kerikil
Tajam dan Hubungannya dengan
Pembelajaran Sastra Di SMA”.
B. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
tidak menggunakan perhitungan. Dasar
penelitian kualitatif berwujud kata-kata,
kalimat, wacana, serta teks yang terdapat
dalam sumber data. Sumber pengambilan
data tersebut berasal dari beberapa puisi
karya Chairil Anwar dalam kumpulan
puisi Kerikil Tajam. Penelitian kualitatif
ini dipergunakan untuk memperoleh
penjelasan tentang kajian makna bahasa
beberapa puisi karya Chairil Anwar Kerikil
Tajam.
Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti
adalah dilakukan dengan teknik kajian
pustaka. Teknik kajian pustaka adalah
teknik penelitian yang menggunakan
sumber data tertulis untuk memperoleh
data. Jadi pengumpulan data bersumber
pada kumpulan puisi Chairil Anwar
Kerikil Tajam untuk menelaah secara
cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber
data tersebut. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode analisis deskriptif
yang artinya hasil data yang dianalisis
dalam penelitian ini berbentuk dekripsi
fenomena, bukan berupa angka-angka atau
koefisien tentang hubungan antar variabel.
Data yang sudah terkumpul berbentuk
kata-kata dan bukan angka-angka.
Pada penelitian ini, masalah yang akan
dikaji hanya dibatasi pada analisis makna
denotatif dan konotatif yang terdapat pada
puisi, sehingga dapat dilihat dari
kehidupan maupun kata-kata, dan
percakapan yang terdapat dalam puisi
(Kerikil Tajam) karya Chairil Anwar,
selanjutnya hal tersebut akan
direlevansikan dengan pembelajaran sastra
di SMA.
Adapun langkah-langkah dalam
menganalisis data yaitu :
1. Mengidentifikasi puisi yang
mengandung makna bahasa.
2. Mendeskripsikan makna bahasa yang
terdapat dalam puisi.
3. Mengklasifikasi puisi yang
mengandung makna bahasa.
4. Menganalisis makna bahasa yang
terdapat di dalam puisi.
5. Membuat simpulan.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Memahami karya sastra kita harus
mengerti makna denotatif dan makna
konotatif kata yang terdapat dalam
karya sastra yang ingin dipahami.
Puisi sebagai bentuk karya sastra
dalam usaha untuk memahami makna
yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan
dibahas makna bait-perbait puisi
dengan memperhatikan makna
denotatif dan konotatif kata-kata kunci
yang terdapat dalam larik-larik puisi.
1. Puisi “Kepada Peminta-Minta”
Ia berharap si peminta-minta
tersebut tidak lagi bercerita
kepada orang lain akan perbuatan
yang dilakukan, karena si aku
merasa bahwa kesalahannya sudah
diketahui orang banyak seperti
halnya cacar bernanah yang
terdapat di muka si peminta-minta
yang selalu diusapnya sambil
berjalan. Si aku merasa bahwa
perasaan dosa tersebut selalu
mengusiknya dan terasa menyiksa
dirinya. Akhirnya si aku berjanji
bahwa ia akan beribadah kepada
Tuhan dan akan menjalankan
perintah Tuhan (termasuk
mengasihi/menghormati peminta-
minta) serta akan bertaubat
terhadap perbuatan yang telah
dilakukan dan ia tidak bisa
berbuat apa-apa atau merasa
bahwa dirinya telah mati karena
kesalahan yang dilakukannya.
2. Puisi “ Diponegoro”
Diponegoro karya Chairil
Anwar tersebut
menggambarkan semangat
perjuangan rakyat Indonesia
dalam melawan penjajah saat
itu agar mencapai kemerdekaan
Indonesia. Menurut Taba and
Squire dalam aspek kognitif,
ketika pembaca membaca puisi
tersebut maka intelektualnya
akan jalan. Misalnya, ketika
membaca judul puisi, baris
puisi pertama dan kedua
mereka menjadi teringat ketika
masa penjajahan dahulu.
Betapa besarnya perjuangan
dari Diponegoro kala itu.
Sehingga mereka dapat
menghayati benar makna dari
baris puisi tersebut. Apalagi
dengan memahami baris puisi
keenam belas dan tujuh belas,
punah di atas menghamba,
binasa di atas ditinda. Hal ini
menyebabkan pembaca lebih
menggali ingatan kembali
mengenai pengetahuan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah. Betapa
malangnya bangsa Indonesia
ketika menjadi budak para
penjajah dan ditindas oleh
mereka. Sehingga pembaca
juga mengetahui tujuan dari
penulis ini yaitu untuk
menunjukkan dan
membangkitkan semangat para
pejuang Indonesia dalam
meraih kemerdekaan saat itu.
Kemudian aspek yang kedua
yaitu emotif. Hal ini
ditunjukkan oleh baris puisi ke
lima, enam, dan tujuh, yaitu,
Tak gentar, lawan banyaknya
seratus kali // Pedang di kanan,
keris di kiri // Berselempang
semangat yang tak bisa mati.
Dengan meresapi makna baris
puisi tersebut makna emosi dari
pembaca pun mulai muncul.
Mereka juga terpengaruh untuk
membacakan puisi dengan
intonasi yang keras dan
bersemangat. Karena emosi
mereka terbakar oleh baris puisi
tersebut. Seolah-olah
merekalah yang saat itu sedang
melawan para penjajah.
Dilanjutkan lagi oleh bait
terakhir yang makna dari isi
bait tersebut yaitu berupa
seruan bagi bangsa Indonesia
agar bangkit untuk melawan
penjajah. Dengan emosi yang
dikuasai oleh pembaca, maka
mereka pun ikut menggebu-
gebu semangatnya saat
membacakan bait puisi
terssebut. Jadi emosi pembaca
itu lebih menonjol atau terlihat
saat membaca bait terakhir.
Disamping itu, ada satu aspek
lagi yaitu aspek evaluatif.
Setelah pembaca mengetahui
makna dari puisi Diponegoro,
kemudian menerapkan dua
aspek di atas, maka pembaca
pun akan menerapkan aspek
ketiga ini, yakni mengevaluasi
puisi tersebut. Mereka tentunya
akan memberikan suatu
penilaian terhadap puisi
tersebut. Misalnya dari segi
bahasa yang digunakan oleh
penulis. Chairil Anwar
termasuk penulis yang cukup
mahir dalam mengolah bahasa
sehingga puisinya pun
mengandung makna-makna
tersirat yang cukup padat.
Sehingga dapat menimbulkan
berbagai persepsi dari masing-
masing pembaca. Lalu dari segi
makna dari isi puisinya, ia
menunjukkan dirinya memiliki
jiwa nasionalisme yang tinggi.
Artinya, penulis pun
menggambarkan semangat
perjuangan yang ia rasakan saat
itu, tidak hanya semangat para
pahlawan saat itu tetapi juga
dirinya.
3. Puisi “Tak Sepadan”
Si aku sudah tidak berarti
apa-apa sekarang karena
lelahnya dia berjuang dan
akhirnya dia menyerah maka
tidak tersisa apapun dari dirinya
hanya tinggal rangka yang
mungkin dimaksudkan sebagai
penyokong hidupnya, yaitu
jiwa dan ruh sang "aku" dalam
puisi ini. Semakin menegaskan
bahwa apapun yang terjadi
dengan tokoh aku, si kekasih
(lebih tepatnya mantan
kekasihnya) tidak akan pernah
lagi peduli.
4. Hubungan Puisi dengan
Pembelajaran Sastra
Sebagimana telah
dikemukakan bahwa aspek yang
harus ditentukan pada
pembelajaran sastra adlah aspek
efektif, maka pembelajaran
apresiasi sastra harus dapat
membentuk atau menimbulkan
beberapa kesadaran:
1) Kesadaran tentang
kompleksnya perwatakan manusia
2) Kesadaran pembentukan
nilai-nilai
3) Kesadaran tentang arti yang
benar akan keindahan dari
kehidupan sehari-hari (Muksin
Ahmadi, 1990:87).
Korelasi atau hubungan
pengembangan pendidikan anak
didik, melalui pembelajaran sastra
khususnya puisi, tidak lagi agar
anak didik menjadi lebih dewasa
dan menyadari tentang
kompleksnya watak manusia,
tentang macam-macam nilai,
tentang keindahan dan tentang arti
kehidupan. Sehingga dengan
kesadaran tersebut anak didik akan
mengetahui bagaimana seharusnya
memelihara hubungan manusia
dengan manusia lainnya, hubungan
manusia dengan lingkungannnya,
hubungan manusia dengan dirinya
dan hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya. Pada tingkat apresiasi,
anak didik dapat memahami puisi
berdasarkan bahasa yang
digunakan dalam puisi serta
pengaruhnya bagi anak didik
D. PENUTUP
a. Simpulan
Puisi Kepada Peminta-
Minta karya Chairil Anwar,
menggambarkan seseorang
yang telah berbuat salah
kepada peminta-minta.
Seseorang itu harus memberi
kasih sayang kepada sesama
dan harus memiliki perasaan
akan belas kasihan kepada
peminta-minta. Oleh karena
seseorang pernah berbuat
salah. Maka ia harus bertaubat
atas dosa yang pernah
dilakukannya. Puisi
Diponegoro karya Chairil
Anwar menggambarkan
perjuangan Diponegoro dalam
medan perang, berjuang demi
tanah air dan kemerdekaan.
Beliau tak gentar meskipun
musuh jauh lebih banyak.
Lewat puisi tersebut, Chairil
Anwar mengajak generasi
muda untuk menghayati lagi
semangat perjuangan para
pahlawan. Puisi Tak Sepadan
karya Chairil Anwar
menggambarkan tentang
Chairil Anwar yang
menempatkan dirinya sebagai
tokoh utama. Disebutkan
secara tersirat bahwa sang
tokoh ‘aku’ mengalami
penderitaan secara batiniah
karena ditinggalkan oleh
seseorang yang sangat
dicintainya. Tokoh ‘aku’
mengalami keputusasaan yang
mengalami ketidaklancaran
dalam masalah percintaan.
Puisi tersebut melebih-
lebihkan sebuah perasaan cinta
yang bisa mempengaruhi
keadaan tubuh sang penderita.
Puisi Chairil Anwar yang
berjudul ‘Kepada Peminta-
Minta’, ‘Diponegoro’, dan
‘Tak Sepadan’, makna dan
nilai ekstrinsiknya
berhubungan dengan
pengembangan pendidikan
imajinasi, kecerdasan,
perasaan, moral dan keimanan.
Pembelajaran sastra harus
dititik beratkan pada
pembinaan apresiasi anak
didik
b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
dan beberapa simpulan yang
dikemukakan di atas maka
usaha meningkatkan apresiasi
anak didik dan kinerja para
guru disarankan:
1. Pembelajaran sastra jangan
terpisah dengan tujuan
pendidikan Nasional
2. Pembelajaran sastra jangan
berupa teori saja, guru
hendaknya memberikan
anak didik untuk
berekspresi sastra baik lisan
dan tulisan.
3. Guru harus meningkatkan
kemampuan dan
wawasannya dalam bidang
teori dan strategi serta
metode dalam pembelajaran
sastra
4. Guru hendaknya dapat
menambah buku-buku
sastra pada perpustakaan
sekolah dan rajin
memotivasi siswa agar rajin
membaca di perpustakaan.
DAFTARA PUSTAKA
Ahmadi Mukhsin. 1990.Strategi
Belajar Mengajar Keterampilan
Berbahasa dan Apresiasi
Sastra.Malang : Yayasan Asah
Asih Asuh
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Metode
Penelitian Sastra: Sebuah
Pengantar. Hand Out Kuliah.
Surakarta: FKIP – UMS.
Aminuddin, 2009. Pengantar Apresiasi
Karya Sastra. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Amri, Khairul. 2014. “Analisis Nilai
Pendidikan dan Sejarah Syair
Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru karya TGKH.
M. Zainuddin Abdul Madjid dan
Relevansinya dengan
Pembelajaran Sastra di SMA”.
Skripsi Mataram : Universitas
Mataram.
Anwar, Chairil. 2018. Kerikil Tajam
dan Yang Terampas dan Yang
Putus. Yogyakarta : PT Buku
Seru.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Erawan, Aziz. 2012. “Analisis Motif
dan Aspek Pendidikan yang
Terkandung dalam Cerita
Rakyat Suku Sasak “Loq
Dawit”. Skripsi Mataram :
Universitas Mataram
Fitri. Yulidar. 2011.Analisis Diksi dan
Gaya Bahasa dalam kumpulan
Puisi Chairil Anwar Aku
Binatang Jalang dan
Hubungannya dengan
Pembelajaran Apresiasi Sastra di
SMA. Skripsi Mataram:
Universitas Mataram.
Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra
Indonesia: Jakarta: Depdikbud
Ghofur, Muhammad. 2014. Pemakaian
Diksi Dan Gaya Bahasa Pada
Lirik Lagu “L’arc~En~Ciel”.
Skripsi. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Irwansyah, Putra. 2014. Analisis Unsur
Instrinsik dan Nilai Sosial Novel
Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu
Menyekolahkanmu Karya
Wiwid Prasetyo dan
Implikasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA.
Skripsi Mataram : Universitas
Mataram.
Kemendiknas. 2011. Pendidikan Karakter
Berbasis Sastra. Kegiatan
Naskah Bahan Kerjasama,
Informasi dan Publikasi. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar Kementrian Pendidikan
Nasional.
Keraf, Gorys. 2005. “Diksi Dan Gaya
Bahasa”. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Mariani. 2017. Analisis structural dan
Nilai Pendidikan Moral dalam
Novel Sebuah Penantian Karya
Septia Khoirunnisa dan
Relevansinya Terhadap
Pembelajaran Sastra di SMP.
Skripsi Mataram : Universitas
Mataram
Rahmanto, B. 1989. Metode Pengajaran
Sastra. Yogyakarta: Kanisius
Rusyana, Yus. 1982. Metode
Pengajaran Sastra. Bandung:
PT. ManglePanglipur
Slamet, St.Y. 2007. Dasar-Dasar
Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Indonesia Di Sekolah
Dasar. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan
(UNS Press).
Suciati, Nining. 2012. “Analisis Aspek
Nilai-Nilai pendidikan Pada
Lagu Sasak dan Hubungannya
dengan Pembelajaran Sastra di
SMA”.Skripsi Mataram :
Universitas Mataram.
Sugiyono. 2001. Statistik Untuk
Penelitian. Jakarta: Alfabeta
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta
Siswanto, Wahyudi. 2013. Pengantar
Teori Sastra. Cetakan pertama.
Yogyakarta: Aditya Media
Publishing.
Sumaryono, E. 1999. Hermeneutik:
Sebuah Metode Filsafat.
Yogyakarta: Kanisius
Suwartiningrum, Dwi. 2017. “Nilai-
Nilai Pendidikan dalam Cerita
Rakyat “Calon Arang” Karya
Pramoedya Ananta Toer Serta
Implikasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMAN 1
Melaya”. Skripsi Mataram :
Universitas Mataram.
Palmer, F.R. Semantics, A New
Outline. Cambridge: Cambridge
University Press, 1977.
Pradopo, Rachmad Djoko. 2002.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta:
Gadjah mada University Press
Pusat Bahasa Depdiknas. 2003. Buku
Praktis Bahasa Indonesia.
Jakarta : Intan Pariwara
Wahyuni, Hilmi. 2006. “Wujud dan
Makna Syair Tari Rudat Sasak
serta Relevansinya dengan
Pembelajaran Satra di Lama di
SMA”. Skripsi Mataram :
Universitas Mataram.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan
Apresiasi Puisi. Jakarta:
Airlangga
Wellek, Rene & Werren, Austin. 1995.
Kesusastraan. Jakarta:
Gramedia
Zulkarnaen. 2009. Jenis dan Makna Gaya
Bahasa Lirik-lirik Lagu Band
Padi. Skripsi. Fkip, Pend.
Bahasa, Sastra Indonesia.
Universitas Mataram.
Top Related