ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA
(Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran,
Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI
H34076084
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
RINGKASAN
JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan
Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus
Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)
Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam
perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber devisa
negara dan penyedia bahan pangan. Peranan penting peternakan menyebabkan
peternakan menjadi sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan bisnis
sumber penghasilan utama maupun sampingan.
Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler
karena memiliki permintaan yang tinggi. Bogor merupakan salah satu daerah di
Indonesia yang memiliki permintaan ayam broiler tinggi karena jumlah
penduduknya yang mencapai 5 juta jiwa dan harga daging ayam di tingkat
konsumen lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan domba,
sehingga ayam broiler memiliki potensi pasar di Bogor.
Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki masalah-masalah yaitu: (1)
Persaingan pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input dan; (3) Penurunan harga
produk. Permasalahan-permasalahan tersebut sering membuat peternakan ayam
broiler terutama peternakan ayam broiler rakyat mengalami kerugian bahkan
kebangkrutan.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama bisnis
antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama, namun dalam
kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah
pihak.
Usaha peternakan Agus Suhendar adalah peternakan ayam broiler rakyat
di Bogor yang memiliki kapasitas 9.000 ekor ayam per periodenya. Peternakan
Agus Suhendar bergabung dengan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm untuk
mengatasi permasalahan persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan
penurunan harga produk. Pada sistem kemitraannya, peternakan Agus Suhendar
mendapat sistem harga kontrak tetap penjualan ayam. Harga tersebut
menghindarkan peternakan Agus Suhendar dari penurunan penerimaan akibat
jatuhnya harga di pasar tetapi juga menyebabkan penerimaan tetap. Sementara itu,
biaya DOC dan pakan terus meningkat setiap periodenya. Penerimaan tetap tetapi
harus menutpi biaya yang terus meningkat setiap periodenya menyebabkan
pendapatan peternakan Agus Suhendar menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai kelayakan pada peternakan Agus Suhendar untuk melihat
apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan
atau harus dilakukan evaluasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha
peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem kemitraan pola inti plasma. (2)
Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar terhadap
kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan serta penurunan
harga jual.
Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa
Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor,
Kabupaten Bogor, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF). Pengambilan data
dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2011.
Metode pengumpulan data menggunakan metode study case. Respondennya adalah manajer CV. TMF, pemilik peternakan Agus Suhendar dan
karyawan peternakan.
Penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Kriteria aspek
non finansial berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi,
aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, dan aspek ekonomi dan sosial.
Kriteria aspek finansial yang digunakan adalah net present value (NPV), internal
rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback period, dan analisis
sensitivitas deskriptif menggunakan switching value .
Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler Agus
Suhendar layak dijalankan. Aspek pasar layak karena peternakan Agus Suhendar
aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar, tidak menghadapi
masalah distribusi produk, dan menghasilkan produk yang berkualitas. Aspek
teknis dan produksi layak karena peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan
kandang yang memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu
dan berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur,
ketersediaan bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki
tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi
yang sistematis. Aspek manajemen dan organisasi layak karena memiliki
pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha
berjalan dengan baik. Aspek hukum layak karena memiliki ketentuan kerjasama
tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan
izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan sosial layak karena tidak
merugikan lingkungan sekitar.
Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar layak
dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 45.021.751,00, Net B/C lebih
besar dari 1 yaitu 1,99, IRR lebih besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu
sebesar 41,46 persen, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan. Hasil
analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga DOC
lebih dari 16,6 persen dan kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan
penurunan harga jual ayam lebih dari 1,2 persen.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER POLA KEMITRAAN INTI PLASMA
(Studi kasus plasma Agus Suhendar di Desa Patambran,
Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor)
JULIARTI SETYO MURTI KARMIDI
H34076084
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola
Kemitraan Inti Plasma (Studi Kasus Plasma Agus Suhendar di
Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor).
Nama : Juliarti Setyo Murti Karmidi
NIM : H34076084
Disetujui,
Pembimbing
Ir. Anita Ristianingrum, MSi
NIP 19671024 199302 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kursnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi
Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten
Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi
H34076084
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ambarawa 04 Juli 1986. Penulis adalah anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Karmidi dan Ibunda Sunaryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sasana Wiyata II Bogor
pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001
di SLTPN 2 Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Bogor
diselesaikan pada tahun 2004.
Penulis diterima pada Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan
Jurusan Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan pada Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma (Studi
Kasus Plasma Agus Suhendar di Desa Patambran, Kecamatan Bogor, Kabupaten
Bogor)”.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha secara non finansial
dan finansial peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma, studi kasus
plasma Agus Suhendar.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk
rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Burhanuddin, MM., yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh
dosen dan staf Departemen Agribisnis.
3. Orangtua dan adik tercinta Letda Infanteri Deddy Setya Wijaya untuk setiap
dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi
persembahan yang terbaik.
4. Pihak CV. Tunas Mekar Farm dan Agus Suhendar Farm, terutama Pak Agus
atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
5. Fazriah dan Bima, Ima, Ipop, Indra, Choy, Citay, Derry, Intan, Fitria, Ayu dan
Saud atas semangat, motivasi dan bantuan yang sangat berarti selama
penyusunan skripsi.
6. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Agribisnis angkatan tiga atas
semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor, April 2012
Juliarti Setyo Murti Karmidi
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... v
I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ...................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 9
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler ..... 10
2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler ....................... 10
2.1.2. Kemitraan .......................................................... 10
2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler ............................... 12
2.2. Faktor-faktor Produksi .................................................. 13
2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick) ............................ 13
2.2.2. Pakan ................................................................. 14
2.2.3. Obat-obatan, Vaksin dan Vitamin ..................... 14
2.2.4. Tenaga Kerja ..................................................... 15
2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik dan bahan
Bakar) ................................................................ 15
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................ 16
2.3.1. Kemitraan .......................................................... 16
2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha ................................. 19
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 23
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 23
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek .................................... 23
3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat .............................. 23
3.1.3. Laba Rugi .......................................................... 24
3.1.4. Aspek-aspek Analisis Kelayakan ...................... 25
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................. 30
IV METODE PENELITIAN ....................................................... 33
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 33
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 33
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data .............. 33
4.3.1. Analisis Kualitatif ............................................. 34
4.3.2. Analisis Kuantitatif ........................................... 35
4.4. Asumsi-asumsi Dasar .................................................... 38
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................. 40
5.1. CV. Tunas Mekar Farm ................................................. 40
ii
5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm ........................ 40
5.1.2. Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm .............. 41
5.1.3. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm .... 41
5.2. Peternakan Agus Suhendar ........................................... 44
5.2.1. Sejarah Peternakan Agus Suhendar .................. 44
5.2.2. Lokasi Peternakan Agus Suhendar ................... 45
5.2.3. Sumber Daya Manusia ...................................... 45
5.3. Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan
Peternakan Agus Suhendar ........................................... 46
5.3.1. Prosedur Penerimaan Plasma ............................ 46
5.3.2. Isi Kontrak Perjanjian ....................................... 46
VI ANALISIS NON FINANSIAL ............................................... 49
6.1. Aspek Pasar dan Pemasaran .......................................... 49
6.1.1. Permintaan dan Penawaran ............................... 49
6.1.2. Harga ................................................................. 51
6.1.3. Produk ............................................................... 52
6.2. Aspek Teknis dan Produksi ........................................... 53
6.2.1. Lahan dan Kandang ........................................... 53
6.2.2. Bibit (DOC) ....................................................... 55
6.2.3. Pakan ................................................................. 56
6.2.4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin ..................... 57
6.2.5. Bahan Penunjang Lainnya (Sekam, Listrik dan
Gas) ..................................................................... 59
6.2.6. Tenaga Kerja ..................................................... 59
6.2.7. Proses Produksi ................................................. 60
6.3. Aspek Manajemen dan Organisasi ................................ 63
6.4. Aspek Hukum ............................................................... 64
6.5. Aspek Ekonomi dan Sosial ........................................... 64
VII ANALISIS FINANSIAL ......................................................... 66
7.1. Inflow (Arus Manfaat) ................................................... 66
7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam ............................ 66
7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam .............. 68
7.1.3. Penerimaan Insentif ........................................... 68
7.1.4. Nilai Sisa ........................................................... 70
7.2. Outflow (Arus Biaya) .................................................... 70
7.2.1. Biaya Investasi .................................................. 70
7.2.2. Biaya Operasional ............................................. 72
7.2.3. Analisis Laba Rugi ............................................ 75
7.3. Analisis Kelayakan Finansial ........................................ 75
7.4. Analisis Sensitivitas (Switching Value) ........................ 77
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 79
8.1. Kesimpulan ................................................................... 79
8.2. Saran ............................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 81
LAMPIRAN ......................................................................................... 83
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan
Pekerjaan Tahun 2011 ................................................................ 1
2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan
Oktober 2011 .............................................................................. 2
3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009 ...................................... 2
4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-
komoditinya Tahun 2008-2010 ................................................. 3
5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009 . 4
6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor ...................................... 4
7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar
2009 ............................................................................................. 6
8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009 .......... 7
9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan
Peternakan Agus Suhendar ......................................................... 47
10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009 ............. 48
11. Keperluan Temperatur DOC ...................................................... 61
12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup .............................. 67
13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam ....................................... 68
14. Penerimaan Insentif Mortalitas .................................................. 69
15. Penerimaan Insentif FCR ........................................................... 69
16. Biaya Investasi, Nilai Sisa dan Penyusutan ................................ 71
17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar ....... 72
18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar ..... 73
19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar ..... 74
20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar ........ 75
21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus
Suhendar ..................................................................................... 76
22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar ..... 77
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 32
2. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm .............................. 43
3. DOC (Day Old Chick) ................................................................ 56
4. Pemberian Pakan pada Fase Starter ........................................... 57
5. Pemberian Pakan pada Fase Finisher ......................................... 57
6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata .......................................... 58
7. Vaksinasi ND Perlakuan Suntik Subcutaneous .......................... 58
8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum ................................... 58
9. Struktur Organisasi Peternakan Agus Suhendar ........................ 63
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Tabel FCR Peternakan Peternakan Agus Suhendar ................... 84
2. Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar ......... 86
3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar ................... 87
4. Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar ......................... 89
5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar ......................................... 90
6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6
Persen ......................................................................................... 92
7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1
Persen ......................................................................................... 94
8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam
1,2 persen .................................................................................... 96
9. Kuesioner Penelitian ................................................................... 98
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk
mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada
faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan
penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaan,
sumber devisa negara dan penyedia bahan pangan.
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan
Pekerjaan Tahun 2011
No. Lapangan Pekerjaan 2011 Persentase (%)
1. Peternakan dan pertanian 39.328.915 36
2. Pertambangan 1.465.376 1,5
3. Industri pengolahan 14.542.081 13
4. Listrik, gas dan air 239.636 0,7
5. Bangunan 6.339.811 5
6. Perdagangan dan perhotelan 23.396.537 21
7. Transportasi dan komunikasi 5.078.822 5
8. Keuangan 2.633.362 3
9. Jasa Kemasyarakatan dan sosial 16.645.859 15
Total 109.670.399
Sumber: BPS Indonesia (2011)
Tabel 1 menunjukkan tenaga kerja yang bekerja di bidang peternakan dan
pertanian pada tahun 2011 berjumlah 39.328.915 jiwa atau 36 persen dari total
tenaga kerja yang bekerja di bidang lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
peternakan merupakan salah satu bidang penyedia lapangan pekerjaan di
Indonesia.
Peternakan juga memiliki peranan dalam penyumbang devisa bagi negara
Indonesia. Data ekspor pertanian dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2. Ekspor Pertanian Indonesia Menurut Sektor pada Bulan Oktober 2011
No. Sektor Oktober 2011
Volume (Kg) Nilai (US$)
1. Tanaman Pangan 53.275.710 55.301.104
2. Holtikultura 40.277.942 48.836.472
3. Perkebunan 2.257.739.662 3.183.129.268
4. Peternakan 91.725.895 147.386.267
5. Pertanian 2.443.019.209 3.434.653.111
Sumber: BPS Indonesia (2011)
Indonesia melakukan ekspor peternakan pada Oktober 2011 sebesar
91.725.895 kg yang bernilai US$ 147.386.267,00. Nilai tersebut menunjukkan
peternakan merupakan salah satu sektor sumber devisa negara yang menghasilkan
pemasukan cukup besar bagi Indonesia.
Peternakan juga berperan sebagai penghasil produk pangan sumber protein
hewani yang berperan dalam pembangunan sumber daya manusia dari pemenuhan
kebutuhan gizi rakyat Indonesia. Jumlah produksi peternakan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Pangan Nasional Tahun 2009
No. Jenis Komoditi Produksi
(ton)
Persentase
(%)
1. Perikanan 556.123 1,7
2. Sayur-sayuran 11.863.919 35
3. Buah-buahan 16.672.519 50
4. Peternakan
(daging, telur, susu) 4.627.060 13,3
Total 33.719.621
Sumber: Deptan dan BPS (2009)
Berdasarkan data produksi pangan pada tahun 2009, peternakan
menghasilkan produk sebanyak 13,3 persen dari total keseluruhan produksi
pangan dan merupakan penghasil protein hewani tertinggi jika dibandingkan
dengan produk perikanan. Hal tersebut menunjukkan peternakan adalah salah satu
sektor yang berperan penting dalam penyediaan pangan.
3
Peranan penting peternakan seperti yang disebutkan di atas menyebabkan
peternakan menjadi salah satu sektor yang diminati pengusaha untuk dijadikan
bisnis sumber penghasilan utama maupun sampingan. Hal tersebut terlihat dari
jumlah populasi ternak yang terus meningkat setiap tahunnya (Tabel 4).
Tabel 4. Populasi Peternakan Nasional Berdasarkan Komoditi-komoditinya
Tahun 2008-2010
No. Komoditi 2008
(ekor)
2009
(ekor)
2010
(ekor)
1. Ayam buras 243.432.000 249.963.400 257.544.000
2. Ayam broiler 902.052.400 1.206.378.500 1.386.872.000
3. Ayam petelur 107.955.100 111.417.600 105.210.000
4. Babi 6.837.529 6.974.732 7.477.000
5. Domba 9.605.338 10.198.766 10.725.000
6. Itik 39.839.500 40.679.500 44.302.000
7. Kambing 15.147.433 15.815.317 16.620.000
8. Kerbau 1.930.716 1.932.927 2.000.000
9. Kuda 392.864 398.758 419.000
10. Sapi perah 457.577 474.701 488.000
11. Sapi potong 12.256.604 12.759.838 13.582.000
Jumlah 1.339.907.061 1.656.994.039 1.845.239.000
Sumber: Departemen Pertanian (2011)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat jumlah populasi ternak tahun 2008
sampai dengan tahun 2010 terus meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan
semakin meningkatnya kegiatan dalam bisnis peternakan.
Salah satu komoditi peternakan yang terus meningkat dan memiliki
populasi terbanyak berdasarkan data di atas adalah ayam broiler. Hal tersebut
dikarenakan permintaan masyarakat akan ayam broiler cukup tinggi di setiap
daerahnya.
Kota Bogor sebagai daerah yang berpenduduk terbanyak di Jawa Barat
menurut data Badan Pusat Statistik Jawa Barat yang mencapai kurang lebih 5 juta
merupakan salah satu daerah yang memiliki permintaan rata-rata akan ayam
4
broiler yang tinggi. Permintaan rata-rata daging kota Bogor dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. Permintaan Rata-rata Daging di Kota Bogor pada Tahun 2009
No. Daging Jumlah Permintaan (kg/bulan)
1. Sapi 150.000
2. Kerbau 20.000
3. Kambing 275.000
4. Domba 250.000
5. Ayam broiler 550.000
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor 2009
Dinas Perikanan dan Peternakan kota Bogor pada tahun 2009 mencatat
permintaan rata-rata daging ayam broiler adalah 550.000 kg/bulan. Harga daging
ayam broiler di Bogor juga lebih rendah dari harga daging lainnya (Tabel 6).
Tabel 6. Harga Rata-rata Daging di Kota Bogor
Daging Harga Konsumen (Rp/Kg)
2007 2008 2009
Sapi 50.200,00 51.600,00 52.500,00
Kerbau 50.200,00 51.600,00 52.500,00
Kambing 39.700,00 40.100,00 30.000,00
Domba 39.700,00 40.100,00 30.000,00
Ayam Broiler 15.000,00 16.000,00 17.000,00
Sumber: Dinas Perikanan dan Peternakan Kota Bogor Tahun 2007-2009
Berdasarkan data diatas ayam broiler memiliki harga yang lebih rendah
dibandingkan daging lainnya. Harga yang lebih rendah, permintaan rata-rata yang
tinggi dan jumlah penduduk yang tinggi, menyebabkan usaha peternakan ayam
broiler memiliki potensi pasar di Bogor. Faktor-faktor tersebut menyebabkan
Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi bagi berkembangnya usaha ayam
broiler.
5
Usaha peternakan ayam broiler juga memiliki permasalahan.
Permasalahan dalam usaha peternakan ayam broiler yaitu : (1) Persaingan
pemasaran produk; (2) Kenaikan harga input; (3) Penurunan harga produk.
Permasalahan-permasalahan di atas sering membuat usaha peternakan
terutama peternakan rakyat yaitu peternakan dengan modal kecil yang memiliki
populasi ternak sampai dengan 15.000 ekor mengalami kebangkrutan. Melihat
kondisi ini pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan, salah satunya
adalah kebijakan mengenai kerjasama kemitraan. Kemitraan adalah suatu
kerjasama bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak
yang terlibat harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama (Suharno,
1999).
Kerjasama dalam perusahaan kemitraan dibagi menjadi tiga jenis menurut
Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
472/Kpts/TN/330/6/1996 yaitu Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti
plasma, perusahaan pengelola dan perusahaan penghela.
Peternak dapat memilih salah satu jenis pola kemitraan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka untuk menghindari kerugian dan kebangkutan. Namun apakah
peternak yang bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dapat tetap
mendapatkan laba yang diinginkan, mengingat dalam kerjasama kemitraan
terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga
kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap,
sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang
meningkat. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu
peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah
kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan
kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak atau melakukan kemitraan
mandiri.
6
1.2. Perumusan Masalah
Peternakan Agus Suhendar adalah usaha peternakan rakyat yang didirikan
pada tahun 2004 awal oleh Agus Suhendar di Bogor. Pada awal mulanya
peternakan Agus Suhendar berdiri sendiri dengan kapasitas produksi peternakan
9.000 ekor ayam. Setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan
berdirinya usaha peternakan, peternakan Agus Suhendar mengalami permasalahan
persaingan pemasaran. Sebagai usaha peternakan rakyat yang baru merintis,
peternakan Agus Suhendar belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap.
Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan
produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi
dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan.
Akibatnya, pemilik mengalami kerugian penurunan kualitas, karena ayam
broilernya tidak dapat segera dipasarkan. Pemilik akhirnya menjual ayam broiler
dengan harga yang murah untuk menghindari kerugian yang lebih besar kepada
pengumpul.
Masalah juga timbul dari harga input utama yaitu DOC dan pakan yang
terus meningkat, dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Peningkatan Harga DOC dan Pakan Peternakan Agus Suhendar 2009
Input Periode Rata-
rata
kenaik-
an
Rata-
rata
Harga
(Rp) 1 2 3 4 5
DOC
(Rp/ekor) 3.100,00 3.300,00 3.310,00 3.500,00 3.500,00 4.3 % 3.303,00
Pakan
(Rp/kg) 4.400,00 4.500,00 4.650,00 4.710,00 4.710,00 2 % 4.565,00
Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2009)
Setelah beberapa periode berjalan dan menghadapi permasalahan di atas,
peternakan Agus Suhendar memutuskan untuk bergabung dengan CV. Tunas
Mekar Farm. CV. TMF adalah perusahaan peternakan pola kemitraan inti plasma
yang melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi,
kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani dan bimbingan peternakan sambil
menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri. CV. Tunas Mekar
7
Farm juga menetapkan sistem harga kontrak tetap, sehingga peternakan Agus
Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar.
Pada tahun 2009, peternakan Agus Suhendar mulai merasakan penurunan
pendapatan. Penetapan sistem harga kontrak tetap pada Rp 12.350,00-
13.230,00/kg yang mencegah usaha peternakan Agus Suhendar mengalami
kerugian akibat penurunan harga pasar, seringkali menjadi halangan bagi pemilik
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal saat harga pasar ayam broiler
meningkat (Tabel 6).
Harga input DOC dan pakan yang terus mengalami peningkatan dan harga
kontrak tetap menyebabkan penurunan pendapatan peternakan Agus Suhendar,
kenyataan yang cukup membuat pemilik mulai mengkhawatirkan bagaimana
kelangsungan usahanya di masa yang akan datang dengan sistem kemitraan inti
plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm (Tabel 8).
Tabel 8. Biaya dan Pendapatan Peternakan Agus Suhendar 2009
No
. Keterangan Periode
Rata-
rata
Persen
(%)
1
(000) 2
(000) 3
(000) 4
(000) 5
(000) Jumlah (000)
(000)
Biaya
variabel 8.800 9.000 9.000 9.000 5000
1 DOC 27.280 29.700 29.790 31.500 17.500 135.770 27.154 18,3
2 Pakan 137.000 116.500 137.250 116.000 64.325 571.075 114.215 74
3 Obat-obatan 485 628,1 2.170 818 370,2 4.471,8 894 0,6
4 Sekam 1.760 1.800 1.800 1.800 1.000 8.160 1.632 1
5 Gas 3.080 3.150 3.150 3.150 1.750 14.280 2.856 1,8
Biaya tetap
1 Gaji kepala karyawan
675 675 675 675 675 3.375 675 0,4
2 Gaji karyawan
5.400 5.400 5.400 5.400 5.400 27.000 5.400 3,5
3 Listrik 500 500 500 500 500 2.500 500 0,3
4 Sewa lahan 167 167 167 167 167 835 167 0,1
Total pendapatan
40.225 33.894 39.353 30.146 11.601 767.466
Sumber: CV. TMF 2009
Untuk mengetahui seberapa besar sensitivitas usaha peternakan Agus
Suhendar terhadap kenaikan harga DOC dan pakan perlu dilakukan analisis
8
sensitivitas terhadap variabel kenaikan harga DOC dan pakan karena variabel
tersebut merupakan biaya terbesar dari keseluruhan biaya operasional yaitu biaya
DOC sebesar 18,3 persen dan pakan pakan sebesar 74 persen (Tabel 8) serta
penurunan harga jual ayam.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian
sebagai berikut :
1) Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar sistem
kemitraan pola inti plasma dilihat dari aspek-aspek dalam studi kelayakan
yaitu aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek
teknik dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum serta
ekonomi dan sosial serta aspek finansial ?
2) Bagaimana sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar
terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan
serta penurunan harga jual ayam?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1) Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar
sistem kemitraan pola inti plasma.
2) Menganalisis sensitivitas usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar
terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan harga input DOC dan pakan
serta penurunan harga jual.
1.4. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ini diharapkan berguna bagi
pihak-pihak :
1) Perusahaan : sebagai bahan masukan bagi peternakan untuk mengadakan
evaluasi dan bahan pertimbangan untuk melanjutkan kerjasama pola
kemitraan atau mandiri.
2) Perusahaan inti : agar tercipta kerjasama yang lebih menguntungkan bagi
kedua belah pihak.
3) Investor : sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modal dan
investasi ke usaha peternakan ayam broiler.
9
4) Penulis : sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan
dalam usaha peternakan ayam broiler.
5) Peneliti selanjutnya : sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji analisis kelayakan non finansial dan
finansial peternakan Agus Suhendar sejak tahun 2009 dan perkiraan 5 tahun ke
depan untuk mengetahui apakah kerjasama pola inti plasma yang dilakukan
dengan perusahaan kemitraan CV. Tunas Mekar Farm yang memberlakukan harga
kontrak tetap penjualan ayam layak untuk dilanjutkan mengingat harga input
utama DOC dan pakan yang terus meningkat.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Usaha Peternakan Ayam Broiler
2.1.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler
Menurut Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan atau
budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat,
yang dilakukan secara terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk
menghasilkan bibit/ternak potong, telur, susu, serta menggemukkan suatu jenis
ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkan.
Dalam rangka membantu mewujudkan tujuan komersil dari usaha
peternakan, pemerintah mengeluarkan Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Usaha
Peternakan Ayam Broiler dalam bentuk SK Menteri Pertanian No.
472/Kpts/TN.330/6/96, yang isinya antara lain tentang pengelompokan usaha
peternakan menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil
peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat yaitu usaha peternakan
ayam yang jumlahnya tidak melebihi 15.000 ekor ayam pedaging per siklus.
Pengusaha kecil peternakan adalah usaha budidaya ayam ras yang jumlahnya
tidak melebihi dari 65.000 per siklus. Pengusaha peternakan adalah perusahaan
budidaya ayam pedaging yang jumlahnya lebih besar dari 65.000 ekor per siklus.
2.1.2. Kemitraan
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat permasalahan-
permasalahan yang seringkali muncul dalam menjalankan usaha peternakan ayam
broiler seperti persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input, penurunan
harga produk yang menyebabkan usaha peternakan mengalami kerugian bahkan
kebangkrutan, pemerintah banyak mengeluarkan program dan kebijakan-
kebijakan yang isinya mengenai peraturan-peraturan untuk melindungi para
peternak terutama peternak usaha kecil. Salah satu program yang telah
dikeluarkan pemerintah adalah program pengembangan kemitraan pada usaha
perunggasan dan sapi potong. Selain untuk mengatasi permasalahan, program
pengembangan kemitraan juga dirancang untuk membantu peternak dalam
11
meningkatkan produksi ternak atau daging dan meningkatkan pendapatan
peternak.
Program tersebut tertuang dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8)
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yaitu : “Kerjasama usaha antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan.”1
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 472/Ktps/TN.330/6/1996 membagi
tiga jenis perusahaan kemitraan yaitu:
1) Perusahaan Inti Rakyat (PIR) atau pola inti plasma yaitu perusahaan yang
melakukan fungsi perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi,
kredit, pengolahan dan pemasaran hasil tani yang dibimbing sambil
menjalankan usahatani yang memiliki dan dikelola sendiri.
2) Perusahaan pengelola, yaitu perusahaan yang melakukan fungsi perencanaan
bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengelolaan dan pemasaran
hasil usahatani yang dibimbingnya tetapi tidak menyelenggarakan usahatani
sendiri.
3) Perusahaan penghela yaitu perusahaan yang hanya melakukan fungsi
perencanaan, bimbingan dan pemasaran hasil.
Fadilah (2007) mengartikan kemitraan sebagai usaha beternak ayam
dengan cara menjalin kerjasama baik dengan pemodal, perusahaan pakan, maupun
perusahaan pembibitan. Beberapa pola kemitraan yang sering dilakukan sebagai
berikut :
1) Pola simpan pinjam yaitu peternak meminjam sejumlah modal untuk usaha
budidaya ayam kepada pihak pemodal seperi bank. Pada akhir periode jangka
waktu tertentu, pinjaman harus dikembalikan dengan tambahan persentase
bunga atau persentase keuntungan yang besarnya telah disepakati lebih
dahulu.
------------------------------------------------- 1Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995
12
2) Pola kemitraan dengan perusahaan pakan yaitu pola kemitraan dimana
peternak hanya bermitra sebatas suplai pakan untuk usaha ayam tersebut.
Selebihnya peternak yang menyediakan. Peternak memiliki wewenang
sepenuhnya untuk mengelola usahanya, tetapi biasanya peternak memberikan
jaminan kepada perusahaan pakan senilai pakan yang digunakan.
3) Pola kemitraan bagi hasil yaitu pola kemitraan yang terjadi antara peternak
dan pihak lain, seperti pemodal atau perusahaan peternakan dengan sistem
sharing. Contohnya peternak hanya memiliki sejumlah kandang, semua biaya
operasional dan sarana produksi ternak disuplai dari pemodal atau perusahaan
peternakan.
4) Pola kemitraan inti plasma yaitu pola kemitraan dimana peternak bermitra
dengan perusahaan peternakan selaku inti. Banyak pola kerjasama yang
ditawarkan, seperti bagi hasil atau sistem harga kontrak. Namun, prinsipnya
semua sama, yaitu perusahaan peternakan berperan sebagai inti untuk
membina peternak yang menjadi plasmanya agar lebih maju dan bisa mandiri.
Suharno (1999) menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu kerjasama
bisnis antara peternak dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama
tersebut harus dilakukan secara adil sehingga masing-masing pihak yang terlibat
harus mempunyai posisi dan kepentingan yang sama. Saragih (1998)
mengemukakan syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat
keharusan yang menginvestsasikan dalam wujud kebiasaan yang kuat antara
mereka yang bermitra dan bersyarat kecukupan berupa adanya peluang saling
menguntungkan bagi pihak-pihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan.
2.1.3. Karakteristik Ayam Broiler
Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal dalam masyarakat kita dengan
sebutan ayam broiler, dewasa ini telah banyak diusahakan dan dikembangkan.
Menurut Rasyaf (2004), ayam ras pedaging adalah ayam jantan dan betina muda
yang berumur di bawah 8 minggu ketika dijual, dengan bobot tubuh tertentu,
mempunyai pertumbuhan cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan
pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,4-1,7 kg walaupun laju
pertumbuhan belum mencapai maksimum, karena ayam broiler yang terlalu berat
13
sulit dijual. Ciri khas ayam broiler adalah: (a) Rasanya khas dan enak; (b)
dagingnya empuk dan banyak; dan (c) Pengolahannya mudah tetapi cepat hancur
dalam perebusan terlalu lama. Selain itu, Fadillah (2004) menyatakan bahwa
keunggulan ayam ras pedaging (broiler) terlihat dari pertumbuhan berat badan
yang cepat. Pertumbuhan berat badan yang cepat tersebut didukung oleh: (a)
Temperatur udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26˚C); (b)
Kuantitas dan kualitas pakan terjamin sepanjang tahun; (c) Teknik pemeliharaan
yang tepat guna (dihasilkan produk yang memberikan keuntungan maksimal); dan
(d) Kawasan peternakan terbebas dari penyakit.
2.2. Faktor-faktor Produksi
Fadilah (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan
dalam usaha peternakan ayam ras pedaging adalah bibit ayam, pakan, tenaga
kerja, obat-obatan, vaksin, dan vitamin serta bahan penunjang (sekam, listrik, dan
bahan bakar).
2.2.1. Bibit Ayam (Day Old Chick)
Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil
perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa
dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai
penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang
baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Cahyono (2004) menyatakan bahwa umumnya jenis-jenis ayam ras yang
banyak beredar di Indonesia adalah jenis ayam ras unggul yang merupakan
turunan terakhir hasil perkawinan silang dari pejantan ras White cornish yang
berasal dari Inggris dengan induk betina ras Plymouth rock yang berasal dari
Amerika. Hasil perkawinan silang yang dikembangbiakan dari kedua ras tersebut
menghasilkan DOC yang mempunyai daya tumbuh dan produksi yang tinggi
terutama dalam hal kemampuannya mengubah ransum menjadi daging dengan
sangat cepat dan hemat.
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa pedoman untuk memilih DOC yaitu
anak ayam berasal dari induk yang sehat agar tidak membawa penyakit bawaan,
14
ukuran atau bobot ayam yaitu bobot normal DOC sekitar 35-40 gram, mata cerah
dan bercahaya, aktif dan tampak segar, DOC tidak memperlihatkan cacat fisik
seperti kaki bengkok, mata buta atau kelainan fisik lainnya yang mudah dilihat
serta tidak ada lekatan tinja di duburnya. Adapun keuntungan yang diperoleh
apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan
morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan
keuntungan yang diperoleh akan baik.
Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging yang
berkualitas, yaitu : (a) Anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) Berasal
dari induk yang matang umur; (c) Anak ayam yang terlihat aktif, mata cerah dan
lincah; (d) Anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) Bulu cerah,
tidak kusam dan penuh; (f) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g)
Keadaan tubuh ayam normal; dan (h) Berat anak ayam sesuai dengan standar
strain, biasanya di atas 37 g/ekor. (Rasyaf, 2004).
2.2.2. Pakan
Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga
bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu;
(b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal
sampai masa pertumbuhan; dan (c) pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa
akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher.
2.2.3. Obat-obatan, Vaksin, dan Vitamin
Antibiotika adalah jenis obat-obatan yang merupakan bahan kimia,
dihasilkan dari bakteri, yang berfungsi mencegah datangnya penyakit dan sebagai
pemacu pertumbuhan ayam (Ensminger, 1992). Adapun cara penggunaan obat-
obatan yaitu melalui air minum, pakan dan suntikan (Rasyaf, 2004).
Abidin (2002) menyatakan bahwa untuk lebih spesifik meningkatkan daya
tahan tubuh ayam terhadap bibit penyakit yang lebih spesifik, terutama penyakit
yang disebabkan virus perlu dilakukan vaksinasi. Vaksinasi adalah proses
memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (disebut vaksinasi pasif) atau bibit
penyakit yang sudah dilemahkan (disebut vaksinasi aktif) ke dalam tubuh ayam
baik melalui injeksi (suntikan), campuran air minum, maupun tetes mata. Pada
15
peternakan ayam ras pedaging, jenis vaksin yang sering dipakai hanya new castle
disease (ND) atau tetelo atau gumboro (Fadilah, 2004).
2.2.4. Tenaga Kerja
Rasyaf (2004) menyatakan bahwa peternakan ayam ras pedaging
mempunyai kesibukan yang temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas
khusus seperti vaksinasi. Oleh karena itu, di suatu peternakan dikenal beberapa
jenis tenaga kerja, antara lain : tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, dan tenaga
kerja harian lepas dan kontrak. Umumnya tenaga kerja tetap adalah staf teknis
atau peternak itu sendiri, karena sifatnya sebagai tenaga kerja atau karyawan
bulanan, maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan
bukan biaya variabel. Tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang
ditekuni, sedangkan tenaga kerja harian lepas dan kontrak bekerja hanya untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak ada ikatan lagi. Menurut
Fadillah (2004), untuk peternakan dengan skala 4.000 ekor diperlukan tenaga
kerja berilmu peternakan dan terampil (terbiasa bekerja di peternakan) dan satu
tenaga kerja kasar harian untuk pekerjaan seperti vaksinasi, tangkap ayam,
membersihkan brooder (tempat indukan), menjual ayam dan sebagainya.
2.2.5. Bahan Penunjang (sekam, listrik, dan bahan bakar)
Menurut Abidin (2002), cahaya terbaik bagi pertumbuhan ayam adalah
bersumber dari cahaya matahari, yang secara langsung membantu membentuk
vitamin D di dalam tubuh ayam dan secara tidak langsung membantu ayam dalam
menemukan pakan dan minum di dalam kandang. Pada malam hari atau jika cuaca
sedang gelap, dibutuhkan sumber cahaya buatan baik berupa listrik maupun lampu
minyak. Selanjutnya, Fadillah (2004), mengatakan bahwa intensitas cahaya pada
malam hari yang diperlukan dari lampu harus setara dengan satu lampu bohlam
150 watt untuk luas lantai 93 m². Selama masa pemeliharaan awal (21 hari) per
1.000 ekor bibit ayam dibutuhkan gas LPG 50 kg sebanyak 5-7 tabung, minyak
tanah 100-120 liter dan batubara 100-130 kg.
Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan
ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal
(sistem liter), sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat
16
beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam.
Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil penelitian terdahulu mengenai kemitraan untuk
mengetahui bagaimana pola kemitraan pada usaha-usaha lain dan analisis
kelayakan usaha, selanjutnya dibandingkan untuk melihat apa saja metode analisis
yang digunakan oleh peneliti-peneliti dalam usaha yang berbeda dan bagaimana
hasil penelitian terhadap kelayakan usaha yang telah diteliti dilihat dari aspek-
aspek studi kelayakan untuk menjadi referensi dalam penelitian. Selain itu juga
menekankan penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan
penelitian sebelumnya.
2.3.1. Kemitraan
Yustiarni (2011) dalam Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan
Usahatani Penangkaran Padi bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri
Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang), menggunakan metode IPA
dan analisis pendapatan usahatani. Kerjasama kemitraan yang dilakukan pola inti
plasma, PT Sang Hyang Seri (SHS) menyediakan lahan sewa untuk digarap oleh
petani dengan luas 2 hektar, memberikan modal biaya panen, pinjaman sarana
produksi dan benih sedangkan petani berhak mengelola lahan yang disediakan dan
berkewajiban menyerahkan hasil panennya kepada PT. SHS, manfaat yang
diperoleh bagi inti PT.SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga
kerja. Manfaat yang diperoleh petani mitra mendapatkan bantuan modal dalam
panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta
mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya.
Mekanisme pelaksananaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra
ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerkasama yang dapat
diperbaharui setiap musim. Untuk memulai kemitraan, petani mengajukan surat
permohonan usulan penggarapan, PT. SHS melakukan evaluasi apakah petani
layak, jika layak PT. SHS akan mengeluarkan surat pengabulan yang harus
ditandatangani kepala desa. Kemudian dilakukan penandatangan kerjasama antara
PT. SHS dan petani mitra.
17
Peraturan terdiri dari peraturan tertulis dan tidak tertulis. Peraturan tertulis
tercantum pada Surat Perjanjian kerjasama, yaitu:
1) Pembinaan dan pengawalan teknis yaitu PT. SHS diwajibkan untuk
melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi tiap hari.
2) Pembayaran benih pokok dimana petani diwajibkan membeli benih pokok 25
kg per hektar per musim dari PT. SHS.
3) Pembayaran bagi hasil dimana petani mitra diwajibkan untuk membayar bagi
hasil sebesar 1.200 kg per hektar per musim sebagai biaya sewa atas lahan
yang digunakan.
4) Pembayaran biaya operasional yang terdiri dari roguing, sanitasi, materai dan
PHT, jumlahnya sebesar Rp 130.000,00 per hektar per musim dibayarkan
setelah panen.
5) Penjualan hasil panen yaitu petani diharuskan menjual hasil tani pada PT.
SHS sesuai kebutuhan PT. SHS.
6) Pengelolaan areal lahan oleh petani mitra tidak boleh dipindah tangankan
tanpa prosedur dan harus sepengetahuan PT. SHS.
7) Sanksi terhadap pelanggaran aturan bagi petani adalah diberhentikan
kerjasama.
Peraturan tidak tertulis yaitu kesepakatan antara PT. SHS dan petani mitra
yang tidak tercantum di Surat Perjanjian Kerjasama terdiri dari :
1) Penerapan jadwal tebar, tanam dan panen semuanya ditetapkan oleh PT. SHS.
2) PT. SHS menyediakan sarana produksi selain bibit seperti pupuk dan obat-
obatan dalam bentuk pinjaman.
3) Kerjasama pembasmian tikus yang dilakukan 2 kali seminggu.
4) Pembagian resiko budidaya, resiko yang diakibatkan bencana alam, iklim,
cuaca dan serangan hama ditanggung bersama.
Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan terdapat enam poin yang masih
menimbulkan masalah yaitu: 1) Penjualan hasil panen; 2) Penyediaan sarana
produksi; 3) Kegiatan pembasmian tikus; 4) Respon terhadap keluhan; 5)
Pengangkutan hasil panen; 6) Pembayaran hasil panen. Terdapat enam atribut
yang harus menjadi prioritas utama yaitu harga sarana produksi, ketersediaan dan
kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan,
18
penyediaan sarana transportasi panen, harga beli hasil panen dan dan ketepatan
waktu pembayaran hasil panen. Secara umum diketahui bahwa petani merasa
cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08. Analisis pendapatan
usahatani menunjukkan usahatani sudah layak untuk dijalankan karena nilai R/C
petani mitra maupun non mitra lebih besar dari 1.
Putra (2011) dalam Pola Kemitraan antara Petani dengan UBH-KPWN
dalam Usaha Hutan Rakyat Jati Unggul Nusantara di Desa Ciaruteun Ilir,
Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis kelayakan
non finansial menganalisis aspek ekonomi, teknis dan sosial, dan finansial dengan
alat analisis NPV.
Pola kemitraan yang diterapkan UBH-KPWN dengan petani yaitu pola
yang dilaksanakan melalui kerjasama antara investor, pemilik lahan, petani
penggarap, perangkat desa dan UBH-KPWN yang bertindak sebagai lembaga
fasilitator dan lembaga penjamin, dengan pembagian hasil panen secara
proporsional dan menguntungkan para pihak.
UBH-KPWN memiliki hak bagi hasil panen 15 persen dari total pohon
yang ditanam, kewajibannya adalah melakukan inventarisasi dan identifikasi
calon lokasi dan pemilik lahan serta petani penggarap peserta budidaya JUN,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan budidaya JUN, melaksanakan
pendampingan kepada petani penggarap, menarik calon investor, mengelola dana,
memasarkan pohon jati siap panen, melaksanakan pembagian hasil.
Investor memiliki hak bagi hasil panen 40 persen dari total pohon yang
ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian.
Kewajibannya adalah menanamkan modal minimal 100 pohon.
Pemilik lahan memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang
ditanam, tidak menanggung resiko jika ada tanaman yang mati karena kelalaian.
Kewajibannya adalah memberikan ijin lahannya untuk dikelola selama enam
tahun dan turut mengawasi tanaman dari gangguan.
Petani penggarap memiliki hak bagi hasil 25 persen dari total jumlah
pohon yang ditanam, mendapat bimbingan dan pelatihan. Kewajibannya adalah
melaksanakan budidaya JUN, bila terjadi kematian/kehilangan keuntungan petani
19
dikurangi 0,5 persen per tanaman yang mati atau hilang. Pemerintah desa
memiliki hak bagi hasil 10 persen dari total pohon yang ditanam.
Hasil penelitiannya adalah usaha JUN yang dilaksanakan oleh petani dan
UBH-KPWN layak, dengan nilai NPV Rp 1.678.390.947,00 dan hubungan
kemitraannya termasuk kemitraan prima madya.
Saputra (2011) dalam Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola
kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di
Kabupaten Bogor, analisis kepuasan menggunakan importance performance
analysis (IPA) dan costumer satisfaction index (CSI).
Mekanisme pelaksanaan kemitraan, perusahaan inti menyeleksi petani
berdasarkan lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan kandang dengan kapasitas
minimal 1.500 ekor, milik sendiri atau pinjaman, peternak diharuskan memiliki
pengalaman dan menyerahkan jaminan berupa bukti kepemilikan tanah, BPKB
atau uang tunai.
Pihak inti memiliki hak menentukan harga sapronak dan hasil panen ayam,
jadwal pengiriman DOC, pakan dan panen ayam. Kewajiban inti adalah
menentukan dan menyusun program pemeliharaan, memberikan bimbingan
teknis, dan memberikan pelayanan kesehatan ternak.
Pihak plasma yaitu peternak memiliki hak bantuan modal berupa
sapronak, mendapatkan bimbingan teknis dan pelayanan ternak. Kewajiban
peternak adalah mengelola usaha ternaknya dengan baik.
Peternak tidak diperbolehkan menggunakan sapronak yang berasal dari
pihak lain dan juga dilarang menjual hasil panen ke pihak lain, sehingga
keuntungan yang diperoleh peternak adalah selisih antara penjualan ayam dengan
pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Harga jual ayam adalah harga kontrak
tetap yaitu Rp 15.000,00/kg.
Hasil penelitian menunjukkan peternak merasa puas dengan pola
kemitraan Dramaga Unggas Farm.
2.3.2. Analisis Kelayakan Usaha
Setiawan (2010) dalam Analisis Kelayakan Finansial Peternak Ayam
Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis,
menggunakan dua metode analisis yaitu pendapatan dan R/C ratio. Hasil dari
20
penelitiannya adalah pola kemitraan Cikahuripan sudah cukup baik, namun tidak
tertulis sehingga kekuatan hukumnya lemah. Karakteristik peternak terbanyak
berumur 25-45 tahun (74,07 persen), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah
lulusan SD (44,44 persen), pengalaman beternak selama 5-10 tahun (74,07 persen)
dan usaha peternakan dijalankan sebagai usaha sampingan (77,78 persen).
Kemitraan yang dijalankan berhasil, karena hasil analisis pendapatan
menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan
September-Oktober Rp 3.111,92/ekor atau Rp 1.618,34/kg.
Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan
Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, BCR,
PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya adalah usaha peternakan Abdul
Djawad Farm tahun 2007-2017 bahwa dengan menggunakan modal sendiri
(tingkat suku bunga 6,25 persen) maka didapat NPV sebesar Rp 931.398.142,05,
BCR 1,04, dan payback period 3 tahun 6 bulan, serta IRR 29,27 persen. Jika
menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5 persen) maka didapat
NPV sebesar Rp 438.192.975,74 dan BCR 1,03 dan payback period 4 tahun 4
bulan, serta IRR sebesar 29,27 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana
NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak
dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan
terhadap peningkatan harga DOC cateris paribus lebih dari 19,50 persen (modal
sendiri) dan lebih dari 13,04 persen (modal pinjaman), peningkatan harga pakan
cateris paribus lebih dari 7,00 persen (modal sendiri) dan lebih dari 4,68 persen
(modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler cateris paribus lebih
dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari 2,90 persen (modal pinjaman) akan
menyebabkan kerugian.
Sulaiman (2010) dalam Analisis Kelayakan Pengusaha Ikan Kerapu
Macan di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta, menggunakan metode NPV,
IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 3 skenario penelitian dengan
tingkat suku bunga 6,5 persen dan umur proyek 5 tahun. Skenario 1 (pendederan)
adalah benih ikan kerapu macan yang berukuran 13-15 cm dari benih yang
21
berukuran 3-5 cm dengan harga jual Rp 13.300,00/ekor, NPV sebesar Rp
1.395.344,00, IRR 94 persen, Net B/C 1,06, dan PBP 5 tahun, berdasarkan kriteria
kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku, Net B/C lebih dari satu, usaha tersebut layak secara finansial dan
non-finansial. Skenario 2 (pembesaran) produk yang dihasilkan adalah ikan
kerapu macan ukuran 0,5 kg (ukuran konsumsi) dari benih yang berukuran 3-5 cm
dengan harga jual Rp 110.000,00/kg berdasarkan harga yang berlaku pada saat
penelitian, NPV sebesar Rp 11.755.487,00, IRR 54 persen, Net B/C 1,58 dan PBP
3,17, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C lebih dari satu usaha tersebut layak
secara finansial dan non-finansial. Skenario 3 adalah pendederan dan pembesaran
ikan kerapu macan, NPV sebesar Rp 17.012.251,00, IRR 72 persen, Net B/C 2,02
dan PBP 2,48, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR
lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, usaha tersebut layak secara
finansial dan non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap
penurunan harga jual di bawah 21,08 persen, kenaikan harga bibit di atas 32,44
persen dan penurunan SR di bawah 31,61 persen. Hasil analisis sensitivitas
skenario 2 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah 3,43 persen, kenaikan
harga bibit di atas 50 persen, dan penurunan SR di bawah 3,5 persen. Hasil
analisis sensitivitas skenario 3 rentan terhadap penurunan harga jual di bawah
4,96 persen, kenaikan harga bibit di atas 38,28 persen dan penurunan SR 4,09
persen.
Zulfah (2010) dalam Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik Kelompok
Tani Bhineka I, Desa Blendung, Kabupaten Subang menggunakan metode NPV,
IRR, Net B/C, PBP dan Analisis Sensitivitas pada 2 skenario umur proyek 10
tahun. Skenario 1 tanpa penambahan kapasitas produksi 25 ton/bulan, modal
menggunakan modal sendiri ditambah bantuan pemerintah Rp 32.000.000,00,
suku bunga deposito 7 persen, NPV Rp 156.197.316,00, IRR 65 persen, PBP 2,7,
Berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan non-
finansial. Skenario 2 dengan kondisi usaha peningkatan kapasitas produksi
menjadi dua kali lipat dari 25 ton menjadi 50 ton/bulan dan penambahan luas
22
bangunan pengomposan dan alat produksi, modal pinjaman dengan suku bunga
kredit 16 persen, NPV Rp 164.690.803,00, Net B/C 4,09, IRR 68 persen PBP
3,18, berdasarkan kriteria kelayakan dimana NPV bernilai positif, IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku usaha tersebut layak secara finansial dan
non-finansial. Hasil analisis sensitivitas skenario 1 rentan terhadap kenaikan harga
biaya bahan baku/tahun di atas 4,41 persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 19,2
persen dan penurunan harga jual di bawah 14,4 persen. Hasil analisis sensitivitas
skenario 2 rentan terhadap kenaikan harga biaya bahan baku/tahun di atas 4,16
persen, kenaikan upah kerja/tahun di atas 17,85 persen dan penurunan harga jual
di bawah 11,25 persen.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah analisis kelayakan dilakukan pada
usaha peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama kemitraan pola inti
plasma yang memberlakukan harga tetap kontrak. Penelitian dilakukan pada usaha
yang sedang berjalan untuk memproyeksi kelayakan usaha lima tahun ke depan
sejak tahun 2009 untuk mengetahui apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan
layak untuk dilanjutkan. Laba rugi dan cashflow diproyeksikan menggunakan
harga DOC dan pakan yang meningkat pada tiap tahunnya masing-masing 4,3
persen dan 2 persen, persentase kenaikan berdasarkan data keuangan usaha pada
tahun 2009. Analisis sensitivitas switching value menggunakan variabel kenaikan
harga DOC dan pakan dan penurunan harga jual ayam.
23
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek
Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan
dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber daya
untuk mendapatkan benefit. Proyek juga berarti kegiatan usaha yang rumit karena
menggunakan sumberdaya-sumberdaya untuk memperoleh keuntungan atau
manfaat. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah
siklus proyek yang terdiri dari identifikasi, persiapan, dan analisis penilaian,
pelaksanaan dan evaluasi (Gittingger, 1986). Evaluasi proyek sangat penting,
evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), studi kelayakan proyek adalah
penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (proyek investasi) dilaksanakan
dengan berhasil. Studi kelayakan proyek merupakan suatu analisis yang dapat
menunjukkan apakah suatu proyek pembangunan yang direncanakan atau yang
sedang berjalan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan kelangsungan
hidupnya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan manfaat dan biaya yang
diakibatkan oleh bisnis atau proyek pembangunan tersebut.
Tujuan analisis proyek adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan yang
dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek, menghindari pemborosan
sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak
menguntungkan, mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada
sehingga kita dapat memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
menentukan prioritas investasi. Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu calon
proyek perlu dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek
(Gray, et. al,. 1999).
3.1.2. Analisis Biaya dan Manfaat
Menurut Gittingger (1986), tujuan analisis dalam suatu proyek harus
disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Biaya adalah suatu yang
mengurangi tujuan. Biaya yang umumnya dimasukkan dalam analisis proyek
24
adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara
lain seperti biaya operasional dan biaya investasi.
Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan biaya operasional
adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada umur proyek. Biaya
operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).
Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi
yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu,
penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.
Menurut Nurmalina et al. (2009), manfaat proyek dapat dibagi menjadi
dalam tiga bagian yaitu : Tangible benefit, indirect benefit, dan intangible benefit.
Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur, misalnya disebabkan oleh
adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan
lokasi penjualan, perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, pengurangan
biaya transportasi dan penurunan atau menghindari kerugian. Indirect benefit
adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri, sehingga mempengaruhi
keadaan eksternal di luar bisnis. Intangible benefit adalah manfaat yang riil yang
ada tetapi sulit diukur, seperti bisnis pertamanan dimana manfaat keindahan
kenyamanan dan kesegaran, kesehatan serta pendidikan.
3.1.3. Laba Rugi
Menurut Nurmalina et al. (2009), laporan laba rugi berisi tentang total
penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu usaha
dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan
dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi
merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan dalam suatu bisnis, meliputi :
a) Penerimaan dari penjualan produk dan jasa.
b) Beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual.
c) Beban yang timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk atau jasa
pada konsumen, serta yang berkaitan dengan beban administratif dan
operasional.
25
d) Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, contohnya bunga yang
dibayarkan bank, penyusutan dan lainnya.
Adapun laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran
kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, untuk menghitung berapa penjualan
minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai
produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even
point), dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cash flow.
3.1.4. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan
Studi kelayakan atas suatu proyek harus dilakukan untuk semua aspek
yang terkait sehingga penilaian kelayakan terhadap suatu proyek tidak hanya
berdasarkan kelayakan finansial saja. Untuk melakukan studi kelayakan perlu
memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana
keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Haming dan
Basalamah (2010), mengklasifikasikan aspek-aspek tersebut menjadi enam aspek
yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan produksi, aspek manajemen
dan organisasi, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek finansial.
Menurut Gittinger (1986), aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek
finansial.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek-aspek studi kelayakan
proyek terdiri aspek pasar, aspek teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara.
Namun tergantung pada besar dan kecilnya dana yang tertanam dalam investasi
tersebut, maka juga terkadang ditambah dengan studi dampak sosial.
1) Aspek pasar dan pemasaran
Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba
mempelajari tentang :
a) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis
konsumen, perusahaan besar pemakai dan perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
b) Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga berasal
dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana
perkembanganya di masa yang akan datang.
26
c) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi
dalam negeri lainnya.
d) Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan
dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus
kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan
dibuat.
e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang
biasa dikuasai perusahaan.
2) Aspek teknis dan produksi
Analisis secara teknis dan produksi berhubungan dengan penyediaan
input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986).
Input dari usaha peternakan ayam broiler adalah pakan, bibit, obat-obatan,
vaksin dan vitamin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya. Bagaimana
strategi dalam mendapatkan bahan baku di atas dalam hal kualitas dan
kuantitas, dan juga manajemen produksinya agar penggunaan input-input
tersebut menghasilkan output yang berkualitas dengan tingkat kuantitas
maksimal. Output dari usaha ini adalah ayam broiler dan kotoran ayam,
bagaimana peternak dapat menghasilkan produk yang berkualitas yaitu ayam
yang bebas penyakit, bersih dan higienis, segar, dan memiliki bobot yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Analisis secara teknis juga dapat
mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi
yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal
pelaksanaan.
3) Aspek manajemen dan organisasi
Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen dan organisasi
mempelajari tentang manajemen dan organisasi dalam masa pembangunan
bisnis dan manajemen dan organisasi dalam masa operasi. Manajemen dan
organisasi dalam masa pembangunan bisnis, terkait dengan siapa pelaksana
bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan
studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dan organisasi
dalam masa operasi, terkait bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha
bisnis yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi
27
masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan
dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.
Kadariah et al. (1999), menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya
dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak
mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi
pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang
direncanakan.
4) Aspek hukum
Studi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang
berkaitan dengan msalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan
industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban
pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming, 2010).
5) Aspek ekonomi dan sosial
Aspek sosial menyangkut dampak sosial, budaya dan lingkungan yang
disebabkan adanya bisnis yang akan dilaksanakan dan kesesuaian dengan
pola sosial budaya dan lingkungan masyarakat setempat. Gittinger (1986),
menyatakan bahwa pertimbangan-pertimbangan sosial harus difikirkan secara
cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap
(responsive) terhadap keadaan sosial tersebut. Sebab tidak ada proyek yang
akan bertahan lama bila tidak tanggap terhadap sosial. Aspek sosial juga
dapat berkenaan dengan kontribusi bisnis terhadap manfaat ekonomi seperti
penyerapan tenaga kerja, pemerataan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
6) Aspek finansial
Aspek finansial berkenaan dengan pengaruh-pengaruh finansial bisnis
terhadap petani sebagai pelaku dalam bisnis tersebut. Husnan dan Suwasono
(2000), menyebutkan bahwa analisis terhadap aspek finansial dilakukan untuk
melihat apakah proyek tersebut mampu memenuhi kewajiban finansial ke
dalam dan keluar perusahaan serta dapat mendatangkan keuntungan yang
layak bagi perusahaan atau pemiliknya. Aspek finansial ditentukan berapa
jumlah dana modal tetap dan modal awal kerja yang dibutuhkan, struktur
28
permodalan, sumber pinjaman yang diharapkan dan persyaratan, serta
kemampuan proyek memenuhi kewajiban finansial.
Husnan dan Suwarsono (2000), pada umumnya ada lima metode yang
biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi, metode
tersebut yaitu metode avarage rate of return, payback period, internal rate
return, net benefit and cost ratio, dan profitability indeks. Selain itu Gittinger
(1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak
akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost
ratio, dan internal rate of return.
a) Net Present Value (NPV)
Net present value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi
dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dari masa yang
akan datang (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Gittinger (1986), net
present value adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan
oleh penanaman investasi, untuk menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat
bunga yang relevan.
Terdapat tiga penilaian investasi dalam metode NPV, yaitu jika NPV
lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika NPV
kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini
dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang
dikeluarkan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek dapat dilaksanakan
tetapi dengan konsekuensi hanya dapat memberikan manfaat atau keuntungan
yang cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.
b) Net benefit and cost ratio (Net B/C)
Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat
dibagi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 1986). Net B/C ratio
didefinisikan sebagai angka perbandingan antara jumlah NPV positif sebagai
pembilang dengan jumlah NPV negatif sebagai penyebut. Nilai Net B/C
menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya
sebesar satu rupiah (Husnan dan Suwarsono, 2000). Untuk menggunakan
metode Net B/C ratio perlu menentukan tingkat bunga yang dipergunakan.
Nilai Net B/C ratio mengandung dua arti penting, yaitu :
29
i) Net B/C > 1, maka proyek layak atau menguntungkan.
ii) Net B/C = 1, maka proyek layak tetapi proyek tidak memberikan
keuntungan.
iii) Net B/C < 1, maka proyek tidak layak atau tidak menguntungkan.
c) Internal rate of return (IRR)
Perhitungan internal rate of return (tingkat pengembalian internal)
adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk
sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk
biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang
modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui
persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan
kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Suatu investasi
dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak
layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.
d) Payback period (PP)
Menurut Gittinger (1986), payback period adalah jangka waktu
kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan, dan
dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto
produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal
yang ditanamkan.
e) Analisis switching value
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value.
Menurut Gittinger (1986), analisis switching value adalah suatu analisis untuk
dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang
berubah-ubah. Pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis
ini mencari beberapa perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar proyek
masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan normal.
Perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat
produksi, harga jual output maupun kenaikan harga input. Analisis ini
dilakukan dengan teknik coba-coba terhadap perubahan terjadi, sehingga
30
dapat diketahui tingkat kenaikan dan penurunan maksimum yang boleh
terjadi pada usaha peternakan ayam broiler agar memperoleh keuntungan.
Pengujian analisis switching value dilakukan sampai mencapai tingkat
maksimum, dimana proyek dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa
besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang
menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR
menjadi sama dengan tingkat suku bunga yang ditentukan (IRR=suku bunga)
dan Net B/C rasio menjadi sama dengan satu (Net B/C = 1).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha peternakan ayam broiler mandiri skala kecil memilih untuk
bekerjasama dengan perusahaan kemitraan dengan harapan bisa mengatasi
masalah persaingan pemasaran produk, kenaikan harga input dan penurunan harga
jual ayam, agar terhindar dari kerugian bahkan kebangkrutan. Dengan
bekerjasama dengan perusahaan kemitraan peternak tidak perlu memikirkan
bagaimana pemasaran produk dan penurunan harga jual ayam.
Namun, sebagai plasma dari sebuah perusahaan kemitraan pun, peternak
tetap menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan usahanya. Peternak
plasma menghadapi harga jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti
sehingga penerimaan tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan
cenderung meningkat. Hal tersebut seringkali menyebabkan peternak plasma
memperoleh keuntungan tetap bahkan berkurang dari periode sebelumnya,
walaupun harga jual di pasar meningkat.
Usaha peternakan ayam brolier Agus Suhendar merupakan peternakan
ayam broiler skala kecil yang memilih bergabung dengan usaha kemitraan inti
plasma untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, peternakan Agus
Suhendar bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sejak tahun 2005
hingga sekarang. Sebagai plasma, peternakan Agus Suhendar menghadapi harga
jual ayam broiler tetap atau kontrak dari perusahaan inti sehingga penerimaan
tetap, tetapi harus menutupi biaya produksi yang besar dan cenderung meningkat.
Untuk itu dibutuhkan analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler pola inti
plasma untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai dalam usaha
31
peternakan ayam broiler, apakah usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan
berdasarkan arus penerimaan dan biaya.
Kerangka pemikiran operasional digambarkan pada Gambar 1. Analisis
kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar dilakukan berdasarkan aspek-
aspek studi kelayakan, baik non finansial meliputi aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknik dan produksi, aspek hukum, aspek manajemen dan organisasi, serta
aspek ekonomi dan sosial maupun finansialnya dengan menggunakan perhitungan
NPV, Net B/C, IRR, Payback period, dan Switching value untuk menilai apakah
usaha peternakan layak dan melanjutkan kerjasama dengan CV. TMF atau
melakukan evaluasi. Analisis sensitivitas menggunakan pendekatan Switching
value untuk melihat kelayakan usaha ayam broiler dalam menghadapi kenaikan
harga DOC dan harga pakan serta penurunan harga jual. Apabila hasil analisis
menunjukkan hasil usaha sesuai dengan kriteria kelayakan, maka usaha tersebut
layak, dan tetap bekerjasama dengan CV. TMF.
32
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Kemitraan
Peternakan Agus Suhendar Mengalami Penurunan Pendapatan
Akibat Penerimaan Tetap Harus Menutupi Biaya Meningkat
Kerjasama Dilanjutkan Evaluasi Kemitraan
Usaha Peternakan Ayam Broiler:
- Persaingan pemasaran produk
- Kenaikan harga input
- Penurunan harga jual ayam
Kemitraan Peternakan Agus
Suhendar dengan CV. Tunas Mekar
Farm
- Harga Sapronak Meningkat
- Harga jual ayam tetap
Analisis Kelayakan Usaha
Analaisis Kelayakan Non Finansial
- Aspek pasar dan pemasaran
- Aspek teknik dan produksi
- Aspek hukum
- Aspek manajemen dan organisasi
- Aspek ekonomi dan sosial
Analisis Kelayakan Finansial
- NPV
- Net B/C
- IRR
- Payback period
- Switching value
Layak Tidak layak
33
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan Agus Suhendar, Desa
Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat, plasma dari CV. Tunas Mekar Farm (TMF).
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
berdasarkan data CV. Tunas Mekar Farm, peternakan Agus Suhendar adalah
plasma yang mengalami permasalahan penurunan pendapatan akibat penerimaan
tetap karena harga kontrak tetap tetapi harus menutupi biaya meningkat karena
harga sapronak yang meningkat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari
2011 hingga Maret 2011.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan manajer CV.Tunas
Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar, dan karyawan peternakan dan
pengamatan. Data Primer yang diperlukan antara lain penerimaan dan biaya yang
dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Data sekunder diperoleh dari catatan
peternakan Agus Suhendar Farm dan CV. Tunas Mekar Farm dan literatur lainnya
seperti buku, majalah peternakan, Dinas Peternakan Kabupaten Bogor,
Perpustakaan IPB, internet dan instansi lainnya. Data sekunder yang diperlukan
antara lain keadaan geografis, demografis, dan data lain.
4.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode study case.
Responden dipilih secara sengaja dan memiliki kontribusi besar dalam
pelaksanaan kegiatan usaha peternakan ayam broiler di usaha peternakan Agus
Suhendar yang sedang berjalan. Adapun pihak yang dijadikan responden adalah
manajer CV. Tunas Mekar Farm, pemilik peternakan Agus Suhendar dan
karyawan peternakan. Pemilihan responden dilakukan dengan alasan bahwa
responden tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan untuk
34
mendukung penelitian dan wewenang untuk memberikannya. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
4.3.1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran dari aspek-
aspek berikut :
1) Aspek pasar dan pemasaran
Analisis pasar dan pemasaran akan memberikan gambaran mengenai
permintaan dan penawaran ayam broiler di Bogor serta bagaimana peternakan
Agus Suhendar menghadapi fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar,
harga pasar yang sedang terjadi dan harga jual kontrak, dan pemasaran
produk yang dihasilkan.
2) Aspek teknik dan produksi
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana lahan dan kandang,
pengadaan input, dan proses produksi peternakan Agus Suhendar.
3) Aspek hukum
Analisis aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang
berkaitan dengan masalah ligitasi, kesepakatan-kesepakatan; hubungan
industrial; perizinan; status perusahaan; desain mengenai hak dan kewajiban
pendiri; pemegang saham, tim manajemen dan karyawan (Haming dan
Basalamah, 2010). Penilaian aspek hukum pada penelitian ini difokuskan
pada bagaimana hubungan kemitraan antara peternakan Agus suhendar
sebagai plasma dengan CV. Tunas Mekar Farm sebagai inti, kesepakatan-
kesepakatan yang dibuat di dalamnya dan status hukum CV. Tunas Mekar
Farm.
4) Aspek manajemen dan organisasi
Analisis mengenai aspek organisasi dan manajemen dilakukan untuk
mengetahui apakah fungsi organisasi dan manajemen dapat diterapkan
dengan baik pada kegiatan operasional usaha peternakan ayam broiler pada
usaha peternakan Agus Suhendar.
5) Aspek ekonomi dan sosial
Analisis aspek ekonomi dan sosial bertujuan untuk mengemukakan
pengaruh positif proyek terhadap perekonomian dan masyarakat sekitar
35
proyek, apakah proyek tanggap terhadap keadaan sosial masyarakat, seperti
penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, pembangunan jasa-jasa
umum seperti jalan raya.
4.3.2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis
kelayakan usaha peternakan ayam broiler dari aspek finansial. Dalam analisis
aspek finansial terdapat beberapa metode yang akan digunakan untuk
menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam Agus Suhendar yaitu NPV, Net
B/C, IRR, Payback period dan analisis sensitivitas menggunakan metode
Switching value.
1) Net present value (NPV)
Net present value (NPV) adalah keuntungan yang akan diperoleh selama
umur investasi. Metode ini dihitung dengan cara mengurangi nilai
penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dengan biaya arus tunai pada
waktu sekarang selama waktu tertentu. Kriteria kelayakan investasi
berdasarkan nilai NPV yaitu bila NPV>0, maka proyek tersebut
menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah sebagai berikut :
Keterangan :
= Penerimaan total pada tahun tertentu. Penerimaan didapatkan dari
` perkalian harga ayam broiler dengan jumlah penjualan ayam
dijumlahkan dengan penerimaan dari penjualan kotoran ayam
dan insentif.
= Biaya total pada tahun tertentu, biaya total didapatkan dari jumlah
biaya variabel dan biaya tetap.
= Waktu (Tahun analisis)
= Suku bunga deposito karena menggunakan modal sendiri, yang
merupakan Opportunity cost of capital (discount rate)
n = Jumlah umur ekonomis
Kriteria :
NPV > 0, maka usaha peternakan ayam broiler menguntungkan dan layak
dilaksanakan.
36
NPV < 0, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak
dilaksanakan.
NPV = 0, maka usaha peternakan ayam broiler tidak untung namun tidak
juga merugi.
2) Net benefit cost ratio (Net B/C)
Net benefit cost ratio (Net B/C) adalah tingkat besarnya manfaat
tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan berupa
perbandingan antara jumlah NPV yang positif (sebagai pembilang) dengan
NPV yang negatif (sebagai penyebut). Kriteria kelayakan investasi
berdasarkan nilai Net B/C yaitu semakin besar Net B/C, maka usaha tersebut
semakin menguntungkan dan layak dijalankan.
Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate)
n = Jumlah Tahun
Kriteria :
Net B/C > 1, maka usaha peternakan ayam broiler layak dijalankan
Net B/C < 1, maka usaha peternakan ayam broiler merugi dan lebih baik tidak
dijalankan
Net B/C = 1, maka usaha peternakan ayam tidak untung namun juga tidak
merugi
3) Internal rate of return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah kemampuan suatu proyek untuk
menghasilkan pengembalian atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas
investasi bersih yang dapat dicapainya. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar
dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat
suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menggunakan IRR adalah
sebagai berikut :
37
+
( )
Keterangan : = discount rate yang menghasilkan NPV positif
= discount rate yang menghasilakn NPV negatif
= NPV positif
= NPV negatif
4) Payback period
Payback period (masa pembayaran kembali) didefinisikan sebagai jangka
waktu kembalinya keseluruhan investasi yang ditanamkan, melalui
keuntungan yang diperoleh suatu proyek. Kriteria investasi semakin cepat
tingkat pengembalian investasinya, maka investasi tersebut semakin baik
dilaksanakan.
Payback period dihitung menggunakan metode arus kumulatif (Haming
dan Basalamah, 2010). Metode arus kumulatif :
Payback period = n +
x 1 tahun
Keterangan : n = Tahun terakhir dimana arus kas masih belum bisa
menutupi investasi mula-mula
a = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke - n+1
Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar memiliki umur proyek 5
tahun. Hal tersebut berdasarkan umur ekonomis bangunan kandang ayam.
Apabila selama umur proyek modal kembali sebelum berakhirnya umur
proyek maka proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika
sampai saat proyek berakhir modal belum kembali, maka sebaiknya proyek
tersebut tidak dilaksanakan.
5) Switching value
Analisis nilai pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu
variabel. Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir agar
proyek masih bisa dilaksanakan dan masih bisa memberikan keuntungan
normal. Perubahan-perubahan yang terjadi misalnya, perubahan pada tingkat
produksi, harga jual output maupun harga input. Penelitian ini akan
38
menggunakan variabel analisis kenaikan harga DOC dan pakan serta
penurunan harga jual.
4.4. Asumsi-asumsi Dasar
Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Lahan yang digunakan adalah lahan sewa seluas 1.500 m².
2) Umur proyek adalah lima tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis
kandang yang konstruksinya sebagian besar terbuat dari bambu. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang merupakan aset penting dalam
usaha peternakan ayam broiler yang memerlukan biaya besar.
3) Sumber modal usaha peternakan Agus Suhendar berasal dari modal sendiri
sehingga yang digunakan adalah suku bunga deposito rata-rata acuan Bank
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 6,5 persen.
4) Kapasitas kandang 9.000 DOC per periodenya.
5) Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini berasal dari penjualan
ayam hidup dan kotoran ayam serta insentif sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup
ayam jika angka mortalitas sama dengan 4,5 persen, dan Rp 190,00/kg bobot
hidup jika angka FCR (feed convertion ratio) sama dengan 1,8.
6) Setiap ayam hidup yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya, hal ini
dikarenakan TMF menyalurkan semua hasil penjualan peternakan Agus
Suhendar kepada pembeli.
7) Siklus produksi adalah 1,5 bulan per periode, dan hasilnya dijual pada akhir
periode. Masa persiapan kandang dua minggu setelah panen. Dalam satu
tahun terjadi enam kali panen.
8) Tingkat mortalitas 4,5 persen berdasarkan pengalaman peternakan Agus
Suhendar, yang angka mortalitasnya tidak pernah melebihi 4,5 persen dan
FCR tidak pernah melebihi 1,8.
9) Rata-rata hasil panen ayam broiler adalah 8.595 ekor. Angka ini didasarkan
pada jumlah DOC yang dipelihara dikurangi angka mortalitas 4,5 persen.
10) Ayam dipanen pada saat umur 4-5 minggu dengan asumsi bobot rata-ratanya
adalah 1,6 kg/ekor berdasarkan rata-rata bobot panen pada peternakan Agus
Suhendar pada periode tahun 2009.
11) Harga jual ayam hidup adalah Rp 12.500,00/kg.
39
12) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam broiler terdiri dari
biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu
biaya pembangunan kandang, pembelian peralatan, instalasi listrik dan air,
sedangkan biaya operasional per periode seperti pembelian DOC, pakan,
obat-obatan dan vitamin, pembayaran gaji, listrik.
13) Harga DOC pada tahun pertama diasumsikan Rp 3.303,00/ekor, meningkat
4,3 persen setiap tahun. Harga pakan diasumsikan Rp 4.565,00/kg pada tahun
pertama, meningkat 2 persen setiap tahun. Biaya pakan per DOC diasumsikan
Rp 13.147,20, didapatkan dari bobot panen 1,6 kg dikalikan FCR 1,8
dikalikan harga pakan Rp 4.565,00/kg. Biaya obat-obatan diasumsikan tetap
yaitu sebesar Rp 900.000,00 per periodenya. Harga dan persentase
peningkatan didasarkan pada rata-rata harga yang terjadi pada tahun 2009,
karena proyeksi cashflow dibuat sejak tahun 2009 hingga lima tahun ke
depan. Biaya lain diasumsikan tetap.
14) Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 2b tentang tarif umum PPH
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang menetapkan pajak sebesar 25 persen
berlaku sejak tahun 2010.
40
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. CV. Tunas Mekar Farm
5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm
Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler
yang menerapkan sistem kemitraan pola inti plasma. Berdasarkan panduan
mengenai pola kemitraan Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian
(2002) tentang pola kemitraan inti plasma, TMF sebagai inti melakukan kegiatan-
kegiatan menampung hasil produksi, membeli hasil produksi, memberikan
bimbingan teknis dan pembinaan manajemen, memberikan pelayanan berupa
permodalan atau kredit, menyediakan lahan, sarana produksi dan teknologi bagi
plasmanya, serta mempunyai usaha budidaya.
TMF didirikan pada tanggal 10 April 2004 oleh Ir. Muslikin dengan kantor
pusat terletak di jalan Kenari blok A2, Perum Ciluar Kecamatan Ciluar,
Kabupaten Bogor. TMF didirikan dengan menggunakan modal milik sendiri.
Tujuan didirikan TMF adalah untuk membantu peternak-peternak kecil
mengembangkan usahanya dan mendapatkan keuntungan.
Pada awal berdirinya TMF hanya memiliki 2 karyawan yaitu pendirinya
Bapak Ir. Muslikin dan Bapak Agus. Mereka bekerjasama dan bekerja keras
mencari peternakan atau plasma dengan target per minggunya mendapatkan 3-4
peternakan dengan kapasitas 10.000 – 15.000 ekor ayam selama 7 minggu.
Dengan kegigihan mereka berhasil mencapai target tersebut, dalam 7 minggu
TMF telah memiliki plasma sekitar 20 peternakan. TMF memastikan peternakan-
peternakan tersebut mendapatkan pelayanan terbaik, mendengarkan keluhan-
keluhan peternak, memberikan solusi, kemudian membantu mewujudkan solusi
tersebut. Dedikasi mereka membuat TMF pun berkembang menjadi perusahaan
kemitraan yang memiliki reputasi baik di mata plasma-plasmanya. Sebuah
perusahaan kemitraan dengan karyawan 2 dan 20 plasma sekarang berkembang
menjadi perusahaan kemitraan yang memiliki karyawan sebanyak 100 orang dan
150 plasma yang tersebar hampir di seluruh Kabupaten Bogor dengan kapasitas
mulai dari 5.000 hingga 200.000 ekor ayam per peternakan.
41
TMF pernah mengalami masa-masa sulit pada tahun 2005, isu flu burung
merebak di bulan Februari. Isu tersebut menyebabkan tingkat permintaan lebih
rendah daripada penawaran sehingga TMF kesulitan dalam memasarkan hasil-
hasil panen plasmanya, ditambah lagi harga ayam broiler menurun pada titik
paling lemah yaitu Rp 6.088,00/ekornya. TMF berhasil mendapatkan cara untuk
mencegah terjadinya kerugian besar, yaitu bekerjasama dengan Rumah
Pemotongan Ayam (RPA) yang memiliki fasilitas cold storage. TMF menyimpan
ayam potongnya di cold storage, kemudian baru mendistribusikannya setelah
harga ayam membaik.
5.1.2. Visi dan Misi CV. Tunas Mekar Farm
Menurut Wibisono (2006), visi adalah rangkaian kalimat yang menyatakan
cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di
masa datang. Visi merupakan hal yang sangat krusial dalam menjaga kelestarian
kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi untuk jangka panjang. Sedangkan
misi adalah apa sebabnya sebuah perusahaan ada. Menurut Prasetyo dan
Benedicta (2004), misi adalah bagaimana cara produk dan jasa dapat dihasilkan
oleh perusahaan, kemana pasar sasaran dan teknologi apa yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar tersebut. Pernyataan misi harus
mampu menentukan kebutuhan apa yang dipuaskan oleh perusahaan, siapa yang
memiliki kebutuhan tersebut, dimana mereka berada dan bagaimana pemuasan
tersebut dilakukan.
TMF memiliki visi membantu mencerdaskan bangsa dengan penyediaan
protein hewani dan bersama-sama menjaga kontinuitas pasokan ayam pedaging di
pasar. Misi CV. Tunas Mekar Farm adalah menjadi mitra terbaik bagi plasma-
plasmanya dengan memberikan pelayanan yang memuaskan dan saling
menguntungkan.
5.1.3. Struktur Organisasi CV. Tunas Mekar Farm
Struktur organisasi sebuah perusahaan merupakan gambaran mengenai
prosedur bagaimana perusahaan menata kerja dan tugas karyawannya. Struktur
organisasi harus terdefinisi dengan jelas karena menentukan mekanisme
pengambilan keputusan, hubungan dengan pihak ketiga, hubungan pimpinan
42
perusahaan dengan bawahannya, begitu juga sebaliknya, dan hubungan antar
karyawan. Selain itu, struktur organisasi juga menunjukkan hak dan kewajiban
setiap karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga tercipta harmoni
pelaksanaan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya di dalam
perusahaan.
Tunas Mekar Farm adalah suatu usaha perorangan yang bergerak dalam
bidang peternakan dengan produk ayam broiler. Dalam menjalankan usahanya,
TMF memiliki struktur organisasi yang menjadi pedoman pembagian kewajiban,
sehingga usaha dapat berjalan dengan lancar. Struktur organisasi TMF sederhana,
sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departemensialisasi yang rendah,
rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan
sedikit formalisasi. Kekuatan dari struktur ini adalah kesederhanaannya yang
tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan dalam pengelolaan,
dan kejelasan akuntabilitas. Satu kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit
untuk dijalankan dimanapun selain di organisasi kecil karena struktur sederhana
menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang karena
formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung
menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak. Struktur organisasi CV. TMF
tersaji pada Gambar 2.
43
Gambar 2. Struktur Organisasi CV.Tunas Mekar Farm Sumber: CV. Tunas Mekar Farm (2011)
Pimpinan utama CV. Tunas Mekar Farm yang juga adalah pemilik,
memegang kendali dalam pengambilan seluruh keputusan penting yang berkaitan
dengan kelangsungan usaha. Beliau bermusyarawah dengan Manajer, dan juga
menerima masukan dari bagian pemasaran, administrasi serta penyuluh lapangan.
Pimpinan menerapkan kepemimpinan yang terbuka terhadap segala ide maupun
permasalahan yang dihadapi karyawan-karyawannya.
Manajer di TMF adalah tangan kanan dari pimpinan utama. Tugas manajer
meliputi seluruh lini dari sistem yang ada di TMF, mulai dari pengadaan input,
produksi, distribusi output, dan pemasaran. Memastikan seluruh kegiatan tersebut
berjalan lancar, tepat waktu, sesuai dengan target dan berkualitas. Manajer juga
sebagai figur yang mendengarkan serta menyampaikan segala keluhan-keluhan
dan permasalahan yang dihadapi bawahan maupun plasmanya kepada pimpinan,
serta mencari solusi dengan cara bermusyawarah dengan pimpinan dan pihak-
pihak terkait. Manajer dibantu oleh bagian administrasi yang bertugas mencatat
seluruh kegiatan administratif, bagian marketing yang bertugas memasarkan
produk dan berhubungan langsung dengan pihak penangkap, serta penyuluh
lapangan yang langsung ke peternak untuk mengawasi jalannya proses produksi di
setiap peternakan.
Pimpinan utama
Manajer
Marketing Administrasi PPL PPL
Karyawan Karyawan
Plasma Plasma
44
5.2. Peternakan Agus Suhendar
5.2.1. Sejarah Peternakan Agus Suhendar
Berawal dari PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) sebuah bank swasta, di
pertengahan tahun 2003, Bapak Agus mendirikan peternakan sebagai mata
pencaharian utama. Dengan uang pesangon, tabungan dan penjualan aset pribadi,
Bapak Agus berhasil mengumpulkan modal untuk mendirikan peternakan yang
memiliki dua kandang berkapasitas 9.000 ekor. Peternakan tersebut berdiri di atas
lahan sewa seluas 1.500 m² yang terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak
Barat, Kemang utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor.
Pengetahuan yang terbatas mengenai peternakan ayam broiler dan
pemasarannya, tidak menghentikan langkah Bapak Agus untuk menjalankan
peternakan secara mandiri. Keberanian, niat membuka lapangan kerja dan
mencapai kesejahteraan menguatkan tekadnya. Prinsipnya adalah kegagalan
merupakan hal yang tidak boleh ditakuti tetapi dihadapi dan dipelajari, sehingga
ketakutan akan kebangkrutan yang sering menghinggapi pengusaha-pengusaha
yang baru merintis menjadi hilang.
Dengan semangat di atas, periode pertama pun dimulai pada tahun 2004.
Seperti burung yang baru belajar terbang, Bapak Agus pun mengalami kesulitan
dalam menjalankan usaha peternakannya, mulai dari pengadaan input, manajemen
produksi, distribusi dan pemasarannya. Tetap tegar dan berusaha memperbaiki
keadaan dengan belajar dari kesalahan periode pertama, Bapak Agus melanjutkan
hingga beberapa periode. Teapi juga tetap tidak memberikan hasil yang
memuaskan, bahkan mengalami kerugian.
Akhirnya seorang kerabat memberi informasi tentang TMF, perusahaan
kemitraan pola inti plasma yang baru berdiri tetapi sudah banyak membantu
peternak-peternak kecil. Setelah bertemu dengan pemilik TMF dan membaca
kontrak kerjasama, Bapak Agus resmi menjadi plasma TMF di akhir tahun 2004.
Walaupun dari segi pengembangan usaha peternakan Agus Suhendar belum dapat
meningkatkan kapasitas produksinya, tetapi selama menjadi plasma TMF Bapak
Agus puas terhadap pelayanan TMF.
45
5.2.2. Lokasi Peternakan Agus Suhendar
Peternakan Agus Suhendar terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak
Barat, Kemang Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Luas lahannya ±
1.500 m², merupakan lahan sewa yang dulunya adalah lahan gambut. Lahan
tersebut disewa dari penduduk sekitar seharga Rp 1.000.000,00/tahun selama lima
tahun. Sebagian lahan yang tidak digunakan untuk kandang ayam, ditanami
tanaman seperti ubi dan jagung.
5.2.3. Sumber Daya Manusia
Pada peternakan Agus Suhendar kepala karyawannya berumur 40 tahun
pendidikan terakhir adalah SLTP, ketrampilan dalam usaha peternakan ayam
broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di usaha peternakan sejak berumur 25
tahun. Karyawan terdiri dari tiga orang yang berumur 25, 34 dan 24 tahun.
Pendidikan terakhir adalah SD, dan tidak tamat SD. Ketrampilan dan pengetahuan
dalam usaha peternakan ayam broiler didapatkan dari pengalaman bekerja di
peternakan lain, dan arahan dari kepala kandang.
Kepala karyawan bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan yang
terjadi di peternakan Agus Suhendar dan memastikan karyawan menjalankan
seluruh proses produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan CV.
Tunas Mekar Farm. Kepala karyawan juga orang yang mengambil keputusan jika
di dalam pemeliharaan terjadi permasalahan seperti jika terjadi angka mortalitas di
atas yang ditetapkan (4,5 persen), maka harus segera melapor ke TMF untuk
mendapat pelayanan bimbingan kesehatan. TMF biasanya akan mendatangkan
petugas penyuluh lapangan dokter hewan. Kepala karyawan juga diwajibkan
mencatat seluruh kegiatan produksi dan panen.
Karyawan merupakan ujung tombak dari usaha peternakan ayam broiler,
karena mereka yang melakukan seluruh proses produksi. karyawan bertugas
mengerjakan semua manajemen pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan
jadwal, juga melaksanakan perintah dari kepala karyawan.
46
5.3. Pola Kemitraan antara CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus
Suhendar
5.3.1. Prosedur Penerimaan Plasma
CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sebagai perusahaan kemitraan yang
bertindak sebagai inti memiliki prosedur dalam proses penerimaan peternak
menjadi plasma. Peternak yang ingin menjadi plasma datang ke kantor TMF,
kemudian mendaftarkan diri dan membuat janji dengan Petugas Penyuluh
Lapangan (PPL) TMF untuk melakukan seleksi dan survei lapangan. PPL akan
melakukan seleksi terhadap peternak dengan beberapa pertimbangan yaitu:
1) Peternak memiliki pengetahuan mengenai usaha peternakan ayam broiler.
2) Peternak memiliki kandang beserta peralatan dengan kapasitas minimal 2.000
ekor ayam dengan kepadatan kandang maksimal 10 ekor/m2 pada lahan yang
memiliki radius minimal 200 m dari rumah penduduk.
3) Lokasi kandang harus memiliki akses transportasi dan komunikasi, memiliki
sumber air dan listrik, mudah mendapatkan faktor-faktor produksi yang tidak
disuplai inti seperti sekam dan gas.
4) Peternak menyediakan karyawan yang memiliki pengalaman.
Pada tanggal yang telah disetujui PPL akan melakukan survei dan
menyeleksi peternak berdasarkan pertimbangan di atas, hasilnya dicatat dalam
bentuk form oleh PPL. Hasil catatan PPL akan diajukan ke Manajer TMF
kemudian ditandatangani jika peternak memenuhi persyaratan untuk selanjutnya
diminta datang kembali ke kantor TMF untuk membawa persyaratan administratif
yaitu KTP, KK, BPKB kendaraan bermotor atau jaminan surat tanah.
Langkah selanjutnya adalah tandatangan kontrak perjanjian. Calon plasma
dipersilahkan untuk membaca kontrak dan mengajukan secara lisan keinginan-
keinginannya. Setelah kesepakatan terjadi dan keinginan calon plasma tertampung
maka kedua belah pihak menandatangani kontrak perjanjian tersebut, dimulailah
kerjasama kemitraan.
5.3.2. Isi Kontrak Perjanjian
Kontrak perjanjian adalah kontrak yang ditandatangani di atas materai
Rp 6.000,00 isinya bersifat mengikat dan pelanggar aturan dikenakan sanksi
sesuai yang tertulis pada kontrak perjanjian tersebut. Isi kontrak perjanjian terdiri
47
dari data TMF sebagai inti dan peternak sebagai plasma, hak dan kewajiban kedua
belah pihak dan sanksi bagi pihak yang tidak memenuhi kewajibannya. Hak dan
kewajiban TMF sebagai Inti dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hak dan Kewajiban CV. Tunas Mekar Farm dan Peternakan Agus
Suhendar
Pihak No. Hak Kewajiban
TMF 1. Menentukan jadwal kedatangan
DOC, pakan dan waktu panen.
Menyediakan sapronak berkualitas dan
mengirimkan sapronak tepat waktu
sesuai dengan jadwal.
2. Menentukan besarnya harga jual
ayam (harga jual ayam tetap).
Memberikan bimbingan teknis dan
pelayanan kesehatan ternak.
3. Jika terjadi kegagalan produksi
akibat kelalaian, tetap mendapatkan
pembayaran sapronak dari
peternak.
Memberikan bantuan permodalan jika
dibutuhkan.
4. Mendapatkan catatan data-data
harian kandang dan melaporkan
seluruh kegiatan pemeliharaan
secara benar dan aktual pada form
yang telah disediakan TMF.
Menyediakan sarana transportasi dan
memasarkan seluruh hasil panen ayam
broiler.
Agus
Suhendar
1. Mendapatkan sapronak berkualitas
dan tepat waktu pengirimannya.
Membayar sapronak setelah panen
selambat-lambatnya sebelum periode
baru dimulai.
2. Mendapatkan bimbingan teknis dan
pelayanan kesehatan.
Melaksanakan program pemeliharaan
sebaik-baiknya.
3. Jika terjadi kegagalan produksi
akibat penyakit yang bukan
disebabkan kelalaian dan musibah
bencana alam atau pencurian maka
kerugian ditanggung bersama.
Tetap membayar biaya sapronak jika
terjadi kegagalan produksi akibat
kelalaian, pembayaran boleh diangsur.
4. Mendapatkan bantuan permodalan
jika dibutuhkan.
Menanggung biaya untuk bongkar
muat, panen dan sarana penunjang.
5. Mendapatkan penerimaan
penjualan ayam setelah dikurangi
biaya sapronak selambat-lambatnya
sebelum periode baru dimulai.
Mencatat data-data harian kandang dan
melaporkan seluruh kegiatan
pemeliharaan secara benar dan aktual
pada form yang telah disediakan TMF.
6. Mendapatkan pelayanan
transportasi dan pasar bagi hasil
panen ayam broiler.
Tidak boleh menjual atau
meminjamkan sapronak ke pihak lain
dan menjual hasil panen ke pihak lain.
Sanksi bagi kedua belah pihak jika tidak memenuhi kewajibannya adalah
kerjasama dapat dibatalkan dan pihak yang dirugikan berhak mendapatkan ganti
rugi 10 persen dari total biaya penggunaan sapronak per periode dikalikan sisa
48
periode yang batal dilakukan akibat pembatalan kontrak. Kontrak perjanjian ini
diperbaharui setiap satu tahun sekali atau setelah melakukan 6 kali periode.
Peternak dapat memutuskan untuk melanjutkan atau berhenti bekerjasama setelah
melakukan 6 periode produksi.
Penetapan harga kontrak tetap didasarkan pada rata-rata bobot tubuh ayam
pada saat panen. Penetapan harga tetap dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Penetapan Harga Tetap CV. Tunas Mekar Farm 2009
No. Bobot panen rata-rata (kg) Harga (Rp/kg)
1. ≤ 1,09 13.230,00
2. 1,10 - 1,19 13.010,00
3. 1,20 – 1,29 12.870,00
4. 1,30 – 1,39 12.780,00
5. 1,40 – 1,49 12.710,00
6. 1,50 - 1,59 12.610,00
7. 1,60 – 1,69 12.500,00
8. 1,70 – 1,79 12.460,00
9. 1,80 – 1,89 12.420,00
10. 1,90 – 1,99 12.380,00
11. 2 ≤ 12.350,00 Sumber: CV. Tunas Mekar Farm 2009
Berdasarkan tabel harga kontrak didasarkan pada bobot saat panen,
semakin rendah bobot per ekornya maka harga jualnya semakin tinggi. Harga
tetap ini dapat dirubah saat revisi kontrak di akhir periode keenam, harga
disesuaikan dengan harga pasar dan kesepakatan kedua belah pihak. Selama
kerjasama belum mencapai satu tahun atau telah melakukan enam periode maka
kedua belah pihak tidak diperkenankan merubah atau meminta perubahan pada
harga tetap tersebut.
49
VI. ANALISIS NON FINANSIAL
Dalam melakukan analisis kelayakan suatu bisnis, tidak hanya dilakukan
analisis finansial saja tetapi juga analisis non finansial. Analisis non finansial
dilakukan untuk melihat kelayakan suatu bisnis atau proyek dari segi pasar dan
pemasaran, teknik dan produksi, manajemen dan organisasi, hukum, ekonomi dan
sosial.
6.1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran dalam suatu usaha merupakan hal yang sangat
penting untuk dijadikan pertimbangan layak atau tidaknya suatu usaha, karena
pasar dan pemasaran adalah tujuan dari hasil produksi. Jika suatu produk yang
dihasilkan melimpah dan berkualitas namun tidak memiliki pasar atau daerah
pemasaran maka suatu usaha tidak dapat dikatakan layak.
Komponen dari aspek pasar dan pemasaran adalah permintaan dan
penawaran ayam broiler, harga dan produk.
6.1.1. Permintaan dan Penawaran
Permintaan ayam broiler di daerah Bogor tinggi (Tabel 5), karena ayam
broiler merupakan pemenuh kebutuhan protein hewani masyarakat yang cukup
diminati, sehingga TMF tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan produk-
produknya.
Penawaran dari luar negeri datang dari negara Brasil yang dalam beberapa
tahun terakhir mengalami kelebihan produksi ayam dan tidak dapat memasuki
pasar Eropa yang peraturan impornya sangat ketat. Ekspansi dalam negeri Brasil
berjalan lambat dalam mengatasi kelebihan produksi tersebut, sehingga mereka
berusaha masuk ke dalam pasar Indonesia dengan menawarkan harga yang
kompetitif yaitu unggas hidup Rp 8.500,00-9.350,00/kg dan karkas ayam
Rp12.250,00/kg.
Brasil berusaha memenuhi persyaratan-persyaratan impor Indonesia dan
jika Brasil berhasil memasuki pasar Indonesia termasuk daerah Bogor dengan
harga tersebut maka peternak Indonesia akan sangat dirugikan karena tidak dapat
bersaing dengan harga tersebut. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai
50
upaya untuk mencegah Brasil memasukkan produk unggasnya ke pasar Indonesia
seperti menekankan bahwa permasalahan flu burung di Indonesia belum selesai1.
Berdasarkan permasalahan penawaran di atas dapat dilihat pemasaran dan
pasar merupakan hal yang penting dalam suatu usaha. Keseimbangan penawaran
dan permintaan dibutuhkan untuk menjaga harga dan pasokan, sehingga produsen
dalam hal ini peternak terlindung dari kerugian dan konsumen mendapatkan
produk dengan mudah. Produk yang berlimpah harus diimbangi dengan ekspansi
pasar dan kelangkaan produk harus diatasi dengan peningkatan produksi yang
cukup.
TMF menjaga keseimbangan penawaran produknya dengan melakukan
perhitungan periode beternak plasmanya. TMF membuat jadwal masuk DOC
yang berbeda setiap peternak, sehingga memiliki masa panen yang berbeda pula.
Dengan cara tersebut masalah kelebihan produksi dapat dihindari, turut serta
menjaga kestabilan pasokan di pasar, dan mencegah terjadinya kejatuhan harga.
Mengenai permintaan, TMF telah memiliki pelanggan tetap yang memesan ayam
hidup secara periodik, setiap hari, setiap minggu ataupun setiap bulan. Selain itu,
TMF juga memasarkan produknya ke pasar-pasar di daerah Bogor, seperti pasar
Ciluar, pasar Anyar, pasar Jambu dua, pasar Kemang, pengiriman ke pasar sekitar
Jabodetabek. Dalam memasarkan produknya, sebagai perusahaan kemitraan inti
plasma yang bertanggung jawab dalam pendistribusian seluruh produk hasil dari
plasmanya, TMF langsung mendatangkan pembeli/penangkap ke peternakan.
Namun, bagi pembeli yang ingin produknya diantar, TMF juga menyediakan
fasilitas antar dengan tambahan biaya antar yang dibebankan pada pembeli.
Keuntungan sebagai plasma dari TMF, peternakan Agus Suhendar tidak
perlu mengkhawatirkan fluktuasi permintaan dan penawaran di pasar, karena
TMF yang mengurus penyalurannya, setiap produk yang dihasilkan baik produk
utamanya yaitu ayam broiler maupun produk sampingan seperti kotoran ayam
seluruhnya disalurkan dengan harga kontrak tetap.
------------------------------------------ 1Dawarni A. Juni 2011. Tolak Impor Harga Mati. Trobos
51
Pada peternakan Agus Suhendar, pembeli langsung datang ke kandang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan usaha peternakan Agus
Suhendar layak dijalankan, karena sebagai plasma perusahaan kemitraan,
peternakan Agus Suhendar akan selalu dapat menjual seluruh produknya.
6.1.2. Harga
Selama tahun 2009 hingga tahun 2011 harga ayam di daerah Jabodetabek
berkisar Rp 11.000,00-18.000,00/kg. Rata-rata harga sebesar Rp 12.000,00-
14.000,00/kg. Harga meningkat mencapai Rp 18.000,00 saat hari-hari raya atau
pasokan ayam di pasar sedang menurun. Harga turun pada Rp 11.000,00-
12.000,00/kg pada bulan Maret 2009 dan November 2010 sampai Februari 20111.
Pada bulan Maret 2012 berdasarkan data Dinas Peternakan Jawa Barat harga rata-
rata daging ayam untuk kota-kota di Jawa Barat adalah Rp 25.440,00, harga
terendah ayam Rp 22.000,00, dan tertinggi Rp 30.000,00.
Sebagai plasma TMF, peternakan Agus Suhendar mendapatkan harga
kontrak yaitu Rp 12.350,00-13.230,00/kg bobot hidup, penentuan harga
didasarkan pada bobot rata-rata saat panen (Tabel 10). Harga kontrak ini
memperkecil usaha peternakan Agus Suhendar dari kerugian yang diakibatkan
dari penurunan harga di pasar, seperti yang terjadi pada bulan Maret 2009 dan
November 2010 hingga Februari 2011, harga Rp 11.000,00-12.000,00/kg di
bawah harga kontrak yang disepakati Agus Suhendar Farm dengan TMF. Harga
kontrak hanya bisa dirubah setelah satu tahun kerjasama atau setelah enam
periode produksi.
Berdasarkan wawancara dengan manajer, TMF menutupi kerugian saat
terjadi penurunan harga ayam dengan menyimpan ayamnya di cold storage yang
ada di RPU, dan menyalurkannya ketika harga pasar di atas atau minimal
mendekati Rp 12.350,00. Selain itu TMF menutupi kerugian akibat harga kontrak
ini ketika harga ayam broiler di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak.
----------------------------------------- 1Setiabudi P. 1 Desember 2011. Menjadi Pemenang dalam Percaturan Perunggasan. Trobos
52
Pada saat harga di pasar tinggi atau melebihi harga kontrak, peternakan
Agus Suhendar tidak dapat ikut menikmati keuntungan maksimal. Walaupun
begitu, TMF selalu memberikan pelayanan pengadaan sapronak yang baik,
bimbingan teknis dan produksi serta kesehatan sehingga penekanan biaya dapat
dilakukan, dengan harga kontrak peternakan Agus Suhendar dapat menutupi biaya
dan mendapatkan keuntungan.
Dapat disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan,
selama dengan harga kontrak Bapak Agus masih mendapatkan keuntungan yang
sesuai.
6.1.3. Produk
Produk yang dihasilkan usaha peternakan Agus Suhendar berupa ayam
broiler hidup dan kotoran ayam. Ayam broiler hidup langsung diambil oleh
pembeli ke peternakan. Pembeli datang saat ayam sudah siap dipanen sesuai
dengan bobot hidup dan umur yang ingin mereka beli. Pembeli adalah orang
perorang yang memiliki kios atau penyalur, dan perusahaan makanan siap saji
atau makanan beku.
Ayam broiler hidup yang dipanen pada peternakan Agus Suhendar
biasanya memiliki bobot panen rata-rata 1,6 kg per ekornya, dengan umur 4
sampai 6 minggu. Waktu panen ditentukan oleh TMF sesuai dengan permintaan
pembeli dan harga ayam broiler di pasar. Untuk menjaga kepercayaan pembeli
TMF senantiasa menjaga kualitas ayam broiler hidup yang dihasilkannya. TMF
selalu memastikan ayam broiler hidup yang dijual adalah ayam broiler yang
berkualitas baik. Setiap waktu panen, perwakilan langsung dari TMF atau PPL
akan datang dan ikut mengawasi proses panen. Berikut adalah ciri-ciri fisik ayam
broiler yang disyaratkan TMF : (1) Bebas dari penyakit; (2) Mata cerah; (3)
Terlihat aktif; (4) Bulu cerah dan penuh.
Sementara itu, produk sampingan peternakan yaitu kotoran ayam, diambil
oleh pembeli sendiri ketika panen telah usai. Pembeli kotoran ayam adalah
penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani. Kotoran ayam ini merupakan
salah satu bahan untuk pembuatan pupuk kandang yang mudah didapat, atau bagi
sebagian petani pupuk ini langsung digunakan bagi tanaman mereka.
53
Berdasarkan hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri permintaan dan
penawaran pasar, harga dan produk ayam broiler hidup, usaha peternakan yang
dilakukan peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan, karena sebagai
plasma sebuah perusahaan kemitraan yang memiliki kinerja dan manajemen yang
baik seperti TMF, peternakan Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya
harga, memiliki pasar, tidak menghadapi permasalahan distribusi produk, dan
menghasilkan produk yang berkualitas.
6.2. Aspek Teknis dan Produksi
Analisis secara teknis berhubungan dengan penyediaan input proyek dan
output (produksi) berupa barang dan jasa (Gittinger, 1986). Analisis teknis dan
produksi meliputi penilaian kelayakan terhadap lahan dan kandang sebagai tempat
seluruh proses produksi terjadi, penyediaan input utama yaitu DOC, pakan, obat-
obatan,vitamin dan vaksin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya serta proses
produksi.
6.2.1. Lahan dan Kandang
Lahan dan kandang adalah bagian terpenting dari usaha peternakan ayam
broiler, karena tanpa lahan dan kandang usaha tidak dapat dijalankan. Oleh karena
itu, lahan dan kandang yang digunakan dalam usaha peternakan ayam broiler
harus memenuhi persyaratan standar yang ditentukan TMF ataupun pada
umumnya kelayakan sebuah lahan dan kandang sebagai penunjang pertumbuhan
yang baik bagi ayam broiler.
Lahan yang baik untuk usaha peternakan ayam broiler menurut Fadillah
(2007) adalah lahan yang terletak jauh dari pemukiman, tujuannya untuk
menghindari konflik dengan lingkungan akibat dari polusi bau atau polusi debu,
serta ayam terhindar dari kontaminasi penyakit yang dibawa manusia atau
binatang lainnya. Kemudian lahan berada pada areal yang relatif datar agar
memudahkan transportasi dan pembangunan kandang. Lahan juga harus dekat
dengan atau memiliki sumber air yang memadai, karena air merupakan kebutuhan
mutlak bagi ayam. Lahan harus memiliki akses jalan, jaringan listrik dan telepon,
dekat dengan tempat pemasaran dan sumber bahan baku. Terakhir, lahan harus
54
mendapatkan izin dari lingkungan masyarakat sekitar dan aman dari segala
gangguan keamanan kriminal maupun gangguan keamanan lainnya.
Usaha peternakan ayam broiler Agus Suhendar berada pada radius ± 300
m dari pemukiman. Letaknya yang jauh sengaja dipilih untuk menghindari konflik
dengan penduduk sekitar karena usaha peternakan ayam broiler selalu
menimbulkan bau yang tidak sedap. CV. Tunas Mekar Farm (TMF) menetapkan
persyaratan bagi setiap plasma yang akan bergabung agar lahannya minimal
berada di radius 200 m.
Desa Patambran, tempat dimana letak lahan berada pada daerah yang
relatif datar sehingga memudahkan pembangunan kandang dan memudahkan
usaha dari segala akses yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha, terutama
akses transportasi untuk pengadaan input maupun distribusi ayam broiler. Selain
itu fasilitas telekomunikasi pun mudah, walaupun peternakan Agus Suhendar
tidak memiliki telepon rumah, tetapi sinyal bagi telepon selular yang dimiliki oleh
kepala karyawan dan karyawan mudah didapat. Ketersediaan listrik dan air pun
terjamin, air yang digunakan pada peternakan Agus Suhendar bersumber pada air
tanah atau sumur, tersedia sepanjang tahun. Selain karena curah hujan kota Bogor
yang cukup tinggi sebesar 3.500-5.000 mm/tahun, tetapi juga karena sumur
sengaja dibuat hingga kedalaman 20 m, dengan menggunakan mesin pompa super
jet pump yang dapat menghisap air hingga kedalaman 50 m. Jika tetap terjadi
kekeringan biasanya sumur akan digali lagi.
Sebelum mendirikan usaha peternakan, Bapak Agus Suhendar telah
meminta izin dari RT/RW setempat secara informal, dan beberapa penduduk
sekitar yang letaknya terdekat dengan areal peternakan. Dengan pendekatan dan
penjelasan yang informatif, Bapak Agus berhasil mendapatkan izin dari RT/RW
setempat dan penduduk terdekat areal peternakan.
Untuk menjaga peternakan dari gangguan kriminal dan keamanan lainnya
Bapak Agus Suhendar mengandalkan siskamling Desa Patambran yang
mengadakan ronda setiap malam serta memerintahkan anak kandang untuk
bergantian menjaga kandang. Untuk menghalau binatang seperti ayam atau anjing
memasuki areal peternakan seluruh lahan dipagari dengan pagar bambu setinggi 1
meter.
55
Luas lahan peternakan Agus Suhendar adalah 1.500 m², yang merupakan
lahan sewa bekas lahan gambut. Di atasnya berdiri dua buah kandang. Kandang
pertama adalah kandang bertingkat sebagai tempat pemeliharaan, gudang dan juga
tempat menginap anak kandang, dan satu buah kandang panggung. Kandang
bertingkat luasnya adalah 432 m², dengan ukuran 54x8 m dan kandang panggung
300 m², dengan ukuran 50x6 m, tinggi kaki 1,6 m dan tinggi kandang 1,8 m.
Populasi 6.000 dan 3.000 ekor per kandang berarti memiliki kepadatan sekitar 10
ekor per meter persegi. Menurut Cahyono (2004), lebar kandang sebuah kandang
panggung lebih baik berada pada kisaran 6-8 m dengan kepadatan kandang
maksimal 10 ekor/m², dan menurut TMF panjang kandang tidak boleh melebihi
dari 100 m agar jangkauan pemanenan tidak terlalu luas. Untuk sirkulasi dan juga
kemudahan dalam pemanenan, Fadillah (2007) mengatakan syarat ketinggian
kaki dan dinding adalah antara 1,5 hingga 1,8 m.
Kandang pada peternakan Agus Suhendar menggunakan atap genting,
dinding kawat ram dan bambu dan kayu sebagai kerangka serta lantainya, tirai
terpal untuk manajemen buka tutup tirai sebagai usaha untuk menjaga suhu dalam
kandang. Menurut Aak (1986), atap genting memiliki kelebihan daya refleksi
terhadap sinar matahari yang cukup baik, tahan lama, pertukaran udara cukup baik
melalui celah-celah genting dan tidak mudah menjadi sarang tikus. Dinding kawat
ram dan bambu sebagai kerangka dipilih agar sirkulasi udara dapat berjalan
dengan baik. Dilihat dari segi lahan dan perkandangan, kandang yang dimiliki
peternakan Agus Suhendar telah sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan
sehingga layak untuk menjalankan usaha peternakan ayam broiler.
6.2.2. Bibit (DOC)
Usaha peternakan ayam broiler menggunakan bibit ayam berumur 1 hari
atau DOC (Day Old Chick). DOC yang digunakan pada peternakan Agus
Suhendar adalah strain Hobb (Gambar 3). Strain tersebut dipilih berdasarkan
kualitas yang dinilai dari sejarah penggunaan strain Hobb pada periode
sebelumnya baik di peternakan Agus Suhendar maupun plasma-plasma yang lain.
Berdasarkan pengalaman pemeliharaan sebelumnya, strain Hobb memiliki tingkat
mortalitas yang baik, jarang melebihi 4,5 persen dan FCR ± 1,8, yang artinya
strain tersebut cukup baik, memenuhi standar target yang ditetapkan TMF yaitu
56
mortalitas maksimal 4,5 persen dari seluruh jumlah bibit dan FCR di bawah 1,8.
Suplai Hobb didapatkan dari rekanan CV. Tunas Mekar Farm yaitu PT.
Cimanggis. Jika terjadi kelangkaan DOC atau PT. Cimanggis tidak memiliki stok
DOC pada saat periode baru akan dimulai, maka TMF akan menghubungi
rekanan-rekanan lain yang memiliki stok DOC, seperti PT. Multibreeder Adirama
Indonesia, atau PT. Charoen Pokhpand. Untuk mencegah keterlambatan
kedatangan DOC, TMF selalu memesan jauh hari sebelum masa periode terakhir
berakhir. Peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan tentang
pengadaan DOC.
Gambar 3. DOC (Day Old Chick)
6.2.3. Pakan
Pakan adalah asupan atau makanan bergizi yang diberikan kepada hewan
ternak. Pakan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha peternakan
ayam broiler, yaitu 70 persen dari pengeluaran. Untuk itu manajemen pakan yang
baik sangat dibutuhkan supaya dapat menekan biaya yang dikeluarkan sehingga
margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar.
TMF menetapkan FCR standar bagi setiap plasmanya, kemudian
melakukan kontrol melalui PPL secara rutin, memberikan bimbingan agar tingkat
FCR bisa sesuai dengan standar (Lampiran 1). Kontrol dilakukan dengan
mengecek jumlah pakan yang telah terpakai dengan bobot ayam saat dilakukan
pengecekan. Jika terjadi pemberian pakan berlebihan namun bobot tidak sesuai
maka dilakukan evaluasi. Apakah dikarenakan panas yang kurang saat periode
pemanasan sehingga DOC tidak dapat maksimal mencerna makanannya, atau ada
57
faktor-faktor lain. Setelah ditemukan masalahnya, PPL akan memberikan saran
dan terus memantau saran untuk diterapkan.
Pakan yang digunakan di peternakan Agus Suhendar diproduksi oleh PT.
Japfa Comfeed Indonesia yang terdiri dari jenis pakan BBR-I fine untuk umur 1-
10 hari dan BBR-I untuk umur 10-21 hari (masa starter, Gambar 4) yaitu pakan
yang berbentuk fine crumble dan BR II yang diberikan umur 22 hari sampai panen
(masa finisher, Gambar 5). Sama seperti pengadaan bibit, TMF sebagai inti
bekerja sama dengan beberapa perusahaan, selain PT. Japfa Comfeed Indonesia,
TMF juga bekerjasama dengan PT. Charoen Pokhpand. Untuk pencegahan
penumpukan pakan, kekurangan atau keterlambatan pakan, TMF melakukan
perencanaan kemudian menentukan kapan pakan habis, kapan pakan harus diganti
jenisnya, dan kapan pakan harus datang. Beberapa hari sebelum tanggal pakan
habis, TMF menghubungi pihak perusahaan rekanan suplai pakan dan memesan
pakan untuk kedatangan dua hari sebelum pakan habis.
Gambar 4. Pemberian Pakan Pada Fase Starter Gambar 5. Pemberian Pakan
Pada Fase Finisher
6.2.4. Obat-obatan, Vitamin dan Vaksin
Obat-obatan dan vaksin merupakan bagian dari pencegahan dan
penanggulangan penyakit yang terjadi pada suatu peternakan ayam. Sementara
vitamin digunakan untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh ayam dari
penyakit, mengurangi tingkat stress pada ayam, dan meningkatkan performa
ayam. Pemberian vaksin pada Agus Suhendar Farm terdiri dari 2 macam vaksin
yaitu ND (new castle disease) dan gumboro. Pelaksanaan vaksinasi di peternakan
menggunakan aturan yang berlaku sesuai dengan kebutuhan. Vaksinasi sudah
58
dimulai sejak ayam berumur 4 hari, DOC diberikan vaksin ND dengan cara tetes
mata (Gambar 6) dan suntik bawah kulit (subcutaneous) (Gambar 7) pada sore
hari dengan suhu ruang 27oC. Tujuannya agar vaksin yang digunakan tetap hidup
karena tidak terkena matahari langsung dan fase ini adalah fase yang menjadi
awal dalam keberhasilan terhadap kesehatan ternak dan persentase ayam terkena
penyakit relatif rendah.
Gambar 6. Vaksinasi ND Perlakuan Tetes Mata Gambar 7. Vaksinasi ND
Perlakuan Suntik
Subcutaneous
Vaksinasi dilanjutkan pemberian vaksin gumboro pada ayam berumur 14
hari dengan cara memberikannya melalui air minum (Gambar 8). Vaksinasi
diberikan melalui air minum pada waktu sore hari yaitu pukul 18.00 WIB.
Gambar 8. Vaksinasi Gumboro Melalui Air Minum
Untuk pengendalian terhadap hama dan ekstoparasit seperti kutu ataupun
lalat dilakukan penyemprotan dengan desinfektan setiap harinya. Program
vaksinasi dan pemberian obat yang dilakukan pada peternakan ayam broiler ini
dapat dilihat pada Lampiran 2.
59
Pemberian vitamin dilakukan secara terus menerus mulai dari ayam
berumur satu hari sampai panen yang disesuaikan dengan berat badan ayam dan
standar pakan. Vitamin yang digunakan di peternakan Agus Suhendar bermacam-
macam, salah satunya yaitu vitamin elektrolit. Vitamin ini berbentuk serbuk halus
berwarna kuning kemerahan. Cara pemberian vitamin ini pada pagi hari
bersamaan dengan pakan.
Selain melalui pakan, pemberian vitamin dilakukan melalui air minum
karena cara ini sangat lazim dan praktis dalam pemberian obat pada ayam.
Vitamin berfungsi untuk mengurangi stres dan menambah kekebalan tubuh ayam.
Pemberian awal yang dilakukan untuk DOC yang baru datang adalah dengan
memberikan air minum yang telah dicampur dengan vitamin yang dapat
memulihkan kondisi tubuh ayam sebagai penyuplai energi.
6.2.5. Bahan Penunjang Lainnya (sekam, listrik dan gas)
Menurut Fadillah (2004), sekam berperan penting dalam pemeliharaan
ayam ras pedaging, terutama ayam yang dipelihara di dalam kandang postal
(sistem liter). Sekam berfungsi sebagai tempat tidur, tempat istirahat, dan tempat
beraktifitas ayam serta tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam.
Sekam harus selalu dijaga agar tetap kering, tidak basah dan menggumpal. Sekam
pada peternakan Agus Suhendar didapatkan dari penduduk sekitar peternakan
yang pekerjaanya sebagian besar adalah petani padi. Listrik digunakan untuk
lampu, dan gas digunakan untuk menghangatkan kandang pada periode
pemanasan.
6.2.6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau karyawan pada peternakan Agus Suhendar terdiri dari
empat orang yaitu satu orang kepala karyawan berumur 40 tahun dengan
pendidikan terakhir SLTP dan tiga karyawan yang berumur 25 tahun, 34 tahun
dan 24 tahun. Ketiga karyawan telah bergabung dengan peternakan Agus
Suhendar sejak tahun 2004. Pendidikan terakhir mereka adalah SD dan tidak
tamat SD. Ketiganya bisa membaca, tulis dan menghitung dengan baik dan cukup
terlatih dan memiliki banyak pengetahuan mengenai pemeliharaan ayam broiler
karena sebelum bergabung pernah bekerja di peternakan lain. Mereka memiliki
60
sifat yang jujur dan pekerja keras, serta bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
6.2.7. Proses Produksi
Proses produksi pada peternakan Agus Suhendar meliputi persiapan
kandang, masa pemeliharaan dan pemanenan.
6.2.7.1. Persiapan Kandang
Persiapan kandang merupakan kegiatan paling awal dari suatu siklus
periode dalam beternak ayam broiler. Setelah periode sebelumnya usai, kandang
pasti dalam keadaan kotor dan penuh dengan kuman penyakit, untuk itu
diperlukan persiapan kandang agar kandang bersih dan minimal dari kuman
penyakit.
Persiapan kandang di peternakan Agus Suhendar dimulai dengan
membuang segala kotoran dari kandang, mengeluarkan seluruh peralatan,
menyapu bersih semua bagian kandang, lalu menyemprot seluruh bagian kandang
dengan mesin penyemprot bertekanan tinggi sehingga tidak ada kotoran yang
tertinggal. Dilanjutkan dengan menyikat lantai dengan air detergen.
Semua peralatan kandang dicuci dengan desinfektan kemudian
dikeringkan. Kandang yang telah bersih, kemudian disemprot dengan formalin,
setelah kering, seluruh permukaan kandang ditaburi kapur. Kegiatan selanjutnya
adalah memasang lingkar pembatas, alat pemanas, menaburkan sekam setebal 5
cm. Penyemprotan desinfektan dilakukan sekali lagi, kemudian meletakkan alas
koran di atas sekam dan memasang peralatan kembali. Kandang diistirahatkan
selama 10-14 hari.
6.2.7.2. Proses Pemeliharaan
Empat belas hari kemudian setelah kandang diistirahatkan, DOC
didatangkan dari perusahaan pembibitan. Strain DOC yang digunakan pada
peternakan Agus Suhendar adalah Hobb. Menurut anak kandang, biasanya DOC
datang pada pagi atau sore hari, untuk mengurangi tingkat stres DOC akibat panas
matahari. Upaya pengurangan tingkat stres juga dilakukan dengan memberikan air
minum yang dicampur dengan air gula.
61
Pada minggu pertama pemeliharaan atau periode pemanasan adalah
periode paling penting dalam siklus kehidupan ayam, karena DOC mengalami
proses adaptasi dengan lingkungan baru. Periode ini juga masa pembentukan
kekebalan tubuh dan masa awal pertumbuhan semua organ tubuh. Pemanas
dipasang baik siang dan malam, tirai penutup tidak dibuka untuk mencapai suhu
yang diinginkan. Keperluan temperatur DOC dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Keperluan Temperatur DOC
Sumber: Roni Fadillah (2007)
Pada umur 4-6 hari dilakukan vaksinasi ND, kemudian lapisan koran di
atas sekam dibuka. Sekam diganti secara rutin jika dirasa bau amoniak menyengat
dan mulai basah serta luas brooder disesuaikan dengan pertambahan berat badan
dan kepadatan.
Pada minggu kedua tirai mulai dibuka sepertiga bagian bawahnya,
pemanas hanya dipasang pada malam hari saja atau jika udara dingin, dan
dilakukan vaksin Gumboro pada umur 13-14 hari. Pemberian pakan mulai
diberikan di piringan tempat pakan. Pada minggu ini dilakukan penimbangan
berat badan ayam dengan mengambil beberapa sampel ayam broiler. Sekam sudah
mulai diangkat sedikit demi sedikit agar ayam tidak stres dan bau amoniak dapat
berkurang.
Pada minggu ketiga tirai dibuka 2/3 bagian bawahnya atau dibuka semua
jika cuaca panas pada siang hari, pemberiaan pakan diletakkan pada tempat pakan
yang digantung setinggi jangkauan ayam untuk memudahkan ayam makan.
Setelah itu dilakukan penyemprotan desinfektan dan antiseptik. Pada minggu
keempat dan minggu kelima tirai sudah dibuka seluruhnya dan penggunaan
pemanas sudah dihentikan.
Umur (hari) Temperatur (˚C)
0-3 32-35
4-7 29-34
8-14 27-31
15-21 25-27
62
Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ayam dilakukan
penimbangan berat badan setiap minggunya, namun menjelang panen
penimbangan lebih sering dilakukan. Kegiatan umum yang dilakukan setiap hari
dari minggu pertama hingga kelima adalah mengamati tingkat laku ayam, tinja,
keseragaman pertumbuhan, mendengar suara ayam, memisahkan ayam yang
kerdil dan yang sakit, membuang ayam jauh dari kandang dan menghitung
mortalitas dan penggunaan pakan (Lampiran 3).
6.2.7.3. Proses Pemanenan
Panen merupakan fase akhir pemeliharaan ayam broiler, sehingga perlu
penanganan yang serius dan ekstra hati – hati. Hal pertama dilakukan adalah
mempersiapkan peralatan (timbangan dan sekat bambu) dan tenaga untuk panen.
Pada saat penimbangan dilakukan sedikit demi sedikit dengan menggunakan sekat
bambu sebagai pembatas sesuai dengan jumlah tenaga kerja pada saat panen dan
jenis kendaraan. Ayam yang belum ditimbang harus tetap diberi air minum.
Waktu pemanenan ini sebelumnya telah direncanakan pada masa awal
pemeliharaan, biasanya saat umur ayam 4-6 minggu atau sampel ditimbang
dengan berat rata-rata mencapai 1,6 kg/ekor. Waktu panen yang direncanakan
sering berubah karena situasi dan kondisi saat pemanenan, seperti bobot yang
diinginkan penangkap/pembeli atau harga ayam di pasar. Harga hasil produksi
ayam broiler bagi peternak ditentukan oleh harga kontrak atau sesuai kesepakatan
TMF dengan peternak, dan harga bagi penangkap sesuai kesepakatan antara TMF
dan pembeli, disebut juga harga posko jika penangkap langsung datang ke
peternakan untuk mengambil ayam.
Berdasarkan analisis aspek teknis dan produksi, lahan dan kandang yang
memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan
berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur,
pengadaan bahan-bahan penunjang tanpa mengesampingkan kegunaannya tetap
mengutamakan bahan yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang
berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis dapat
disimpulkan usaha peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
63
6.3. Aspek Manajemen dan Organisasi
Untuk mencapai manajemen sumberdaya yang baik dalam menjalankan
suatu usaha, dibutuhkan struktur organisasi yang jelas dan terperinci menjelaskan
fungsi masing-masing karyawan. Struktur organisasi Agus Suhendar Farm adalah
struktur organisasi sederhana, karena Agus Suhendar Farm merupakan usaha
peternakan skala kecil yang hanya terdiri dari empat karyawan. Bapak Agus
sebagai pemilik hanya bertindak sebagai pengawas dan pengambil keputusan,
datang seminggu dua atau tiga kali untuk mengecek kondisi dan jalannya usaha
peternakan. Beliau menyerahkan pelaksanaan pekerjaan lapangan pada kepala
karyawan yang tinggal di kandang, di bawahnya adalah tiga orang karyawan,
yang masing-masing menjaga satu kandang. Gambar struktur organisasi Agus
Suhendar Farm dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Struktur organisasi peternakan Agus Suhendar Sumber: Peternakan Agus Suhendar (2011)
Kepala karyawan bertugas mengontrol manajemen pemeliharaan yang
terjadi di peternakan Agus Suhendar, memastikan karyawan menjalankan seluruh
proses produksi sesuai dengan jadwal kegiatan yang ditetapkan CV. Tunas Mekar
Farm. Kepala karyawan harus segera melapor ke pemilik dan TMF jika terjadi
permasalahan seperti angka mortalitas di atas yang ditetapkan (4,5 persen). TMF
biasanya akan mendatangkan petugas penyuluh lapangan dokter hewan (PPL).
Kepala karyawan juga diwajibkan mencatat seluruh kegiatan produksi dan panen.
Karyawan merupakan ujung tombak dari usaha peternakan ayam broiler,
karena mereka lah yang melakukan seluruh proses produksi. Karyawan bertugas
mengerjakan semua manajemen pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan
Kepala karyawan
karyawan karyawan karyawan
Pemilik Peternakan
Agus Suhendar
64
jadwal, juga melaksanakan perintah dari kepala karyawan. Tugas masing-masing
karyawan tertulis sebagai kegiatan manajemen usaha peternakan (Lampiran 3).
Dilihat dari aspek manajemen dan organisasi, usaha peternakan Agus
Suhendar layak dijalankan, karena memiliki pembagian tugas yang jelas,
terperinci dan tertulis, sehingga manajemen usaha berjalan dengan baik.
6.4. Aspek Hukum
Usaha peternakan Agus Suhendar adalah plasma dari sebuah perusahaan
kemitraan yang bernama CV. Tunas Mekar Farm (TMF) sebagai inti. Dalam
hubungan kemitraan inti dan plasma terdapat ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak hitam di atas putih dalam bentuk kontrak
bermaterai Rp 6.000,00 yang ditandatangani kedua belah pihak. Apabila terjadi
permasalahan atau perselisihan selama hubungan berlangsung maka akan
diselesaikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati tersebut
dengan jalan bermusyawarah. Jika tidak terjadi kesepakatan dalam penyelesaian
sengketa secara bermusyawarah, pihak yang merasa tidak puas diperkenankan
untuk melapor ke pihak yang berwajib. Mengenai perizinan peternakan sendiri,
menurut manajer TMF, peternakan Agus Suhendar telah mendapatkan izin dari
RT/RW setempat dan penduduk sekitar.
Dilihat dari aspek hukum, usaha peternakan Agus Suhendar layak
dijalankan karena memiliki ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling
memuaskan kedua belah pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW
maupun penduduk sekitar, sehingga meminimalisir kemungkinan terjadi konflik
akibat limbah usaha.
6.5. Aspek Ekonomi dan Sosial
Suatu usaha peternakan ayam broiler pasti akan memiliki dampak bagi
lingkungan sekitar baik secara ekonomi maupun sosial. Peternakan Agus
Suhendar yang terletak di Desa Patambran RT 02/04 Semplak Barat, Kemang
Utara, Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor berdiri di atas lahan seluas 1.500 m²
yang dulunya adalah lahan gambut yang tidak produktif kemudian disewa oleh
Bapak Agus dan dijadikan sebuah usaha peternakan. Peternakan ini, memiliki satu
Kepala karyawan dan tiga karyawan yang berasal dari penduduk sekitar. Hal
65
tersebut membuktikan bahwa peternakan Agus Suhendar memiliki dampak secara
ekonomi pada daerah sekitar dalam hal pengurangan jumlah pengangguran
walaupun hanya empat orang, pemanfaatan lahan gambut menjadi lahan produktif
dan memberikan tambahan penghasilan bagi pemilik lahan.
Dampak negatif peternakan ayam broiler adalah limbah kotoran ayam dan
sekam padi. Pada peternakan Agus Suhendar, limbah-limbah tersebut dijual.
Kotoran ayam dan sekam padi tersebut dijual ke petani-petani yang memiliki
sawah dan kebun di daerah sekitar sehingga dapat menambah penghasilan bagi
Bapak Agus. Meskipun peternakan ayam berdiri di radius 300 m² dari rumah
warga, peternakan tetap menimbulkan polusi udara yang membuat perumahan
warga di sekitar mencium bau tidak sedap karena limbah kotoran ayam, tetapi
karena sebelumnya Bapak Agus sudah mendapatkan restu dari beberapa warga
yang rumahnya terdekat dengan peternakan, warga tidak protes.
Hasil dari analisis aspek ekonomi dan sosial dapat dikatakan usaha
peternakan ayam broiler yang dilakukan oleh peternakan Agus Suhendar tidak
merugikan lingkungan sekitar, sehingga dapat dikatakan layak untuk dijalankan.
66
VII. ANALISIS FINANSIAL
Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis
ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya.
Skala usaha peternakan Agus Suhendar adalah skala usaha peternakan rakyat
dengan jumlah ayam yang diternakkan sebanyak 9.000 ekor/periode. Untuk
menjaga kelangsungan usahanya peternakan Agus Suhendar bergabung dengan
perusahaan kemitraan pola inti plasma Tunas Mekar Farm (TMF). Kerjasama
dengan TMF telah berlangsung selama hampir 7 tahun. Di bawah naungan TMF
usaha berlangsung dengan baik, menghasilkan keuntungan, namun dikarenakan
penetapan harga kontrak penjualan ayam maka penerimaan peternakan Agus
Suhendar tetap, dikhawatirkan dapat membuat keuntungan yang diterima semakin
berkurang karena harga DOC dan pakan yang semakin meningkat (Tabel 7).
Untuk itu dibutuhkan analisis finansial secara terperinci tentang kelayakan
usahanya selama berada di bawah naungan TMF.
Analisis kelayakan ini berkaitan dengan perhitungan keuangan terperinci
untuk mengetahui apakah tetap bekerjasama dengan TMF menggunakan harga
kontrak tetap Rp 12.350,00-13.230,00/kg ayam broiler hidup dapat menjadikan
peternakan Agus Suhendar tetap berlangsung dengan menikmati keuntungan
maksimal sementara harga-harga input peternakan seperti bibit (DOC) dan pakan
terus meningkat. Kriteria yang digunakan dalam penelitian meliputi NPV, Net
B/C, IRR, payback period, serta analisis switching value. Berdasarkan informasi
yang diberikan oleh manajer TMF umur proyek adalah 5 tahun, berdasarkan umur
ekonomis kandang.
7.1. Inflow (Arus Manfaat)
Inflow merupakan segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan
sebuah proyek. Inflow dari usaha peternakan ayam broiler ini berasal dari
penerimaan dan nilai sisa.
7.1.1. Penerimaan Penjualan Ayam
Penerimaan peternakan Agus Suhendar berasal dari penjualan ayam
broiler, kotoran ayam, dan insentif dari TMF. Penjualan ayam dihitung dari
67
jumlah bibit atau DOC yang dipelihara dikurangi dengan angka mortalitas 4,5
persen, dikalikan dengan harga kontrak rata-rata yaitu Rp 12.500,00/kg. Harga
kontrak Rp 12.500,00/kg merupakan harga kontrak yang paling banyak digunakan
pada usaha peternakan Agus Suhendar pada tahun 2009. Kapasitas pemeliharaan
ayam broiler per periodenya adalah 9.000 ekor. Menggunakan batas angka
mortalitas, dan riwayat kematian ayam di peternakan Agus Suhendar maka angka
mortalitas setiap periode adalah 4,5 persen, sehingga ayam broiler yang dihasilkan
adalah 8.595 ekor, dengan harga tetap Rp 12.500,00/kg, yang diambil dari harga
rata-rata kontrak yang paling sering digunakan TMF dan peternakan Agus
Suhendar dalam perhitungan penjualan ayam broiler hidup. Pemanenan dilakukan
saat ayam berumur 6 minggu, diasumsikan bobot rata-rata telah mencapai 1,6 kg
per ekornya. Dalam satu tahun terjadi 6 kali masa panen. Pembeli langsung datang
ke kandang untuk memanen ayamnya, diawasi oleh PPL dan dibantu oleh kepala
dan karyawan kandang.
Adapun penerimaan penjualan ayam broiler hidup peternakan Agus
Suhendar dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penerimaan Penjualan Ayam Broiler Hidup
Tahun Panen per
periode (ekor)
Bobot
Panen
(kg/ekor)
Harga
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
2 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
3 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
4 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
5 8.595 1,6 12.500,00 6 1.031.400.000,00
Total penerimaan ayam broiler hidup 5.157.000.000,00
Berdasarkan perhitungan penerimaan pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
penerimaan yang berasal dari penjualan ayam adalah sebesar
Rp 1.031.400.000,00/tahun. Hasil tersebut didapat dari perkalian antara jumlah
ayam broiler yang dipanen per periode setelah dikurangi angka mortalitas 4,5
persen yaitu 8.595 ekor dengan bobot panen sebesar 1,6 kg/ekor dengan harga jual
68
tetap Rp 12.500,00/kg dengan jumlah periode yang dilakukan dalam 1 tahun yaitu
6 periode. Total penerimaan ayam broiler selama 5 tahun adalah sebesar
Rp 5.157.000.000,00.
7.1.2. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Penerimaan juga didapat dari penjualan kotoran ayam yang dijual dengan
harga Rp 5000,00/karung atau per 50 kg. Setiap periode rata-rata menghasilkan 40
karung kotoran ayam. Petani daerah sekitar datang dan mengambil sendiri kotoran
ayam yang akan dibelinya. Berikut adalah penerimaan peternakan Agus Suhendar
yang berasal dari penjualan kotoran ayam (Tabel 13) .
Tabel 13. Penerimaan Penjualan Kotoran Ayam
Tahun Kotoran per
periode
(Karung)
Harga
(Rp/50kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 40 5.000,00 6 1.200.000,00
2 40 5.000,00 6 1.200.000,00
3 40 5.000,00 6 1.200.000,00
4 40 5.000,00 6 1.200.000,00
5 40 5.000,00 6 1.200.000,00
Total penerimaan penjualan kotoran ayam 6.000.000,00
Berdasarkan data dari Tabel 13 dapat dilihat penerimaan dari penjualan
kotoran ayam per tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Hasil tersebut didapat
dari perkalian antara hasil kotoran ayam per periode yaitu sebanyak 40 karung
dengan harga per karungnya Rp 5.000,00 dan jumlah periode per tahun yaitu
sebanyak 6 periode. Total penerimaan penjualan kotoran ayam selama 5 tahun
adalah sebesar Rp 6.000.000,00.
7.1.3. Penerimaan Insentif
Peternakan Agus Suhendar mendapatkan penerimaan tambahan dari uang
insentif yang diberikan TMF jika memiliki angka mortalitas di bawah atau sama
dengan 4,5 persen yaitu sebesar Rp 30,00/kg bobot hidup dan angka FCR di
69
bawah angka 1,8 sebesar Rp 190,00/kg bobot hidup. Penerimaan yang berasal dari
insentif mortalitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penerimaan Insentif Mortalitas
Tahun
Panen per
periode
(ekor)
Bobot panen
(kg/ekor)
Insentif
mortalitas
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
2 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
3 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
4 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
5 8.595 1,6 30,00 6 2.475.360,00
Total penerimaan insentif mortalitas 12.376.800,00
Penerimaan insentif mortalitas per tahun adalah sebesar Rp 2.475.360,00.
Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595
ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas
Rp 30,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan
insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 12.376.800,00.
Penerimaan insentif, selain berasal dari insentif mortalitas juga didapatkan
dari insentif FCR. Perhitungan penerimaan insentif FCR dapat dilihat pada Tabel
15.
Tabel 15. Penerimaan Insentif FCR
Tahun Panen per
periode
(ekor)
Bobot panen
(kg/ekor)
Insentif
FCR
(Rp/kg)
Jumlah
periode
Penerimaan
(Rp)
1. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
2. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
3. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
4. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
5. 8.595 1,6 190,00 6 15.677.280,00
Total insentif FCR 78.386.400,00
70
Penerimaan insentif FCR per tahun adalah sebesar Rp 16.657.110,00.
Hasil tersebut didapatkan dari perkalian panen per periode yaitu sebanyak 8.595
ekor dengan bobot panen per ekor yaitu 1,6 kg dengan insentif mortalitas
Rp 190,00/kg dan jumlah periode per tahun sebanyak 6 periode. Total penerimaan
insentif mortalitas selama 5 tahun adalah Rp 78.386.400,00.
7.1.4. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha
berjalan. Nilai sisa dihitung di akhir proyek, dan dimasukkan ke dalam komponen
inflow. Penentuan umur ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman
pengelola dalam pemakaian alat investasi tersebut. Perkiraan nilai sisa didasarkan
pada harga jual pada tingkat tukang loak. Total nilai sisa pada usaha peternakan
Agus Suhendar adalah sebesar Rp 3.615.000,00. (Tabel 16)
7.2. Outflow (Arus Biaya)
Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan usaha. Outflow usaha
peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya
operasional.
7.2.1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan barang
modal ketika memulai suatu usaha. Biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha
peternakan ayam broiler meliputi biaya pembangunan kandang, gudang, tempat
pakan, tempat minum otomatis, feeder tray, gasolec, genset, seng, drum air,
ember, garpu pembalik sekam, sprayer, termometer, timbangan, pisau dan kipas
angin (Tabel 16).
71
Tabel 16. Biaya Investasi, Nilai sisa dan Penyusutan
No. Ket
Umur
teknis
(Thn)
Harga satuan
(Rp) Q
Nilai investasi
(Rp) Penyusutan
Perkiraan nilai
sisa (Rp)
1. Kandang
bertingkat 5 135.000,00/m² 1 58.320.000,00 11.664.000,00 0
2. Kandang
panggung 5 100.000,00/m² 1 30.000.000,00 6.000.000,00 0
3. Instalasi
listrik 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 1.000.000,00
4. Instalasi air 10 2.000.000,00 1 2.000.000,00 200.000,00 500.000,00
5. Tempat
pakan 5 12.000,00 270 3.240.000,00 648.000,00 0
6.
Tempat
minum
otomatis
5 60.000,00 144 8.640.000,00 1.728.000,00 0
7. Feeder
Tray 5 8.000,00 180 1.440.000,00 288.000,00 0
8. Gasolec 5 750.000,00 12 9.000.000,00 1.800.000,00 0
9. Genset 10 4.000.000,00 1 4.000.000,00 400.000,00 1.500.000,00
10. Seng 3 10.000,00 90 900.000,00 300.000,00 315.000,00
(@3500)
11. Drum air 5 80.000,00 2 160.000,00 32.000,00 0
12. Ember 2 10.000,00 4 40.000,00 20.000,00 0
13.
Garpu
pembalik
sekam
5 75.000,00 2 150.000,00 30.000,00 0
14. Sprayer 5 500.000,00 1 500.000,00 500.000,00 0
15. Termo
meter 5 300.000,00 2 600.000,00 300.000,00
16. Timbangan 10 200.000,00 2 400.000,00 40.000,00 300.000,00
(@150.000)
17. Pisau 1 10.000,00 2 20.000,00 20.000,00 0
18. Kipas angin 5 150.000,00 4 600.000,00 120.000,00 0
Total 122.010.000,00 24.290.000,00 3.615.000
Berdasarkan Tabel 16, biaya investasi untuk usaha peternakan Agus
Suhendar adalah sebesar Rp 122.010.000,00 dengan investasi utama adalah dua
buah kandang, yaitu kandang bertingkat yang terdiri dari gudang dan kamar serta
kandang panggung dengan kapasitas ayam 9.000 ekor. Nilai investasi terbesar
adalah untuk pembangunan kandang yaitu sebesar Rp 88.320.000,00. Bangunan
termasuk bangunan tidak permanen karena sebagian besar bahannya terbuat dari
bambu yang memiliki ketahanan terbatas. Bangunan dikategorikan bangunan
tidak permanen dengan umur teknis 5 tahun. Lahan yang digunakan adalah lahan
sewa maka lahan tidak dimasukkan ke dalam biaya investasi, tetapi dimasukkan
ke dalam biaya operasional.
72
7.2.2. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan.
Biaya operasional usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua jenis yaitu
biaya tetap dan biaya variabel.
7.2.2.1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak terkait
langsung dengan jumlah produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha
peternakan Agus Suhendar terdiri dari gaji kepala karyawan dan karyawan, biaya
listrik dan biaya sewa lahan.
Tabel 17. Biaya Tetap yang Dikeluarkan Peternakan Agus Suhendar
No. Jenis biaya tetap
Jumlah
biaya/periode
(Rp)
Periode per
tahun
Jumlah biaya/tahun
(Rp)
1. Gaji kepala karyawan 675.000,00 6 4.050.000,00
2. Gaji karyawan 5.400.000,00 6 32.400.000,00
3. Listrik 500.000,00 6 3.000.000,00
4. Sewa lahan - - 1.000.000,00
Total 6.575.000,00 6 40.450.000,00
Berdasarkan tabel di atas biaya tetap terbesar pada usaha peternakan Agus
Suhendar adalah untuk gaji karyawan. Gaji karyawan Rp 1.800.000,00 per
periode atau Rp 900.000,00 per bulan. Karyawan pada peternakan Agus Suhendar
terdiri dari tiga orang, sehingga biaya tetap gaji karyawan yang harus dikeluarkan
per periodenya adalah Rp 1.800.000,00 dikali tiga yaitu sebesar Rp 5.400.000,00.
Dalam setahun terjadi 6 kali periode, maka biaya gaji karyawan dalam setahun
Rp 5.400.000,00 dikali dengan 6 yaitu sebesar Rp 32.400.000,00.
Gaji kepala karyawan lebih kecil dibanding dengan karyawan, karena
pekerjaan kepala karyawan lebih ringan dibanding dengan karyawan yang
meliputi seluruh kegiatan manajemen pemeliharaan, seperti memberi makan dan
minum, menjaga suhu terutama pada masa pemanasan, mencegah penyebaran
penyakit, membantu pemanenan dan lain-lain. Tugas kepala karyawan lebih
73
kepada pengawas yang memerintahkan agar segala kegiatan dijalankan dengan
baik sehingga hasil panen baik. Gaji kepala karyawan adalah sebesar
Rp 675.000,00 per periode atau Rp 335.000,00 per bulannya. Dalam setahun
karena terjadi 6 kali periode, maka gaji untuk kepala karyawan Rp 675.000,00
dikali 6, yaitu sebesar Rp 4.040.000,00.
Biaya tetap selanjutnya adalah biaya listrik dengan biaya per periode
kurang lebih Rp 500.000,00 sehingga dalam setahun biaya listrik yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 3.000.000,00 hasil dari biaya listrik per periode
dikali 6 periode. Listrik pada usaha peternakan ayam broiler digunakan untuk
menjalankan mesin pompa air yang langsung dihubungkan ke tempat minum
otomatis dan lampu, baik sebagai penerang maupun pembantu pengatur suhu,
penggerak sprayer, kipas angin, tv dan lainnya. Terakhir adalah biaya sewa lahan
seluas 1.500 m² yaitu sebesar Rp 1.000.000,00 per tahun.
7.2.2.2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah sesuai dengan jumlah
produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha peternakan Agus Suhendar
terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, sekam dan LPG. Rincian harga dan
biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Harga dan Biaya Variabel pada Peternakan Agus Suhendar
Tahun
Harga
DOC
per ekor
(Rp)
Harga
pakan
(Rp/kg)
Bobot
panen
(kg)
FCR
Biaya
pakan per
ekor (Rp)
Biaya
obat-
obatan per
periode
(Rp)
Biaya
sekam
(Rp/ekor)
Biaya
LPG
(Rp/
ekor)
1 3.303,00 4.565,00 1,6 1,8 13.147,20 900.000,00 200 350
2 3.445,00 4.656,30 1,6 1,8 13.410,14 900.000,00 200 350
3 3.593,00 4.749,43 1,6 1,8 13.678.35 900.000,00 200 350
4 3.750,00 4.844,42 1,6 1,8 13.951,92 900.000,00 200 350
5 3.911,00 4.941,30 1,6 1,8 14.230,94 900.000,00 200 350
Harga DOC pada tahun pertama sebesar Rp 3.303,00/ekor adalah harga
rata-rata DOC pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga DOC
74
meningkat sebesar 4,3 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata
harga DOC yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009.
Harga pakan pada tahun pertama sebesar Rp 4.565,00/kg adalah harga
rata-rata pakan pada peternakan Agus Suhendar periode tahun 2009. Harga pakan
meningkat sebesar 2 persen per tahunnya berdasarkan peningkatan rata-rata harga
pakan yang terjadi pada peternakan Agus Suhendar tahun 2009. FCR per periode
diasumsikan 1,8 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg bobot ayam dibutuhkan
pakan sebanyak 1,8 kg. Bobot panen adalah 1,6 kg/ekor maka pakan yang
dibutuhkan untuk 1 ekor DOC adalah 1,6 dikalikan 1,8 yaitu sebesar 2.88 kg/ekor,
maka biaya pakan untuk 1 ekor DOC pada tahun pertama adalah kebutuhan pakan
per ekor 2,88 kg/ekor dikalikan harga pakan Rp 4.565,00 yaitu sebesar
Rp 13.147,20.
Biaya obat-obatan per periode adalah Rp 900.000,00, biaya sekam per
ekor DOC adalah Rp 200,00 dan biaya untuk pemanas yang menggunakan bahan
bakar gas per ekor adalah Rp 350,00. Berikut adalah tabel biaya variabel yang
dikeluarkan per tahunnya untuk 9.000 DOC berdasarkan harga dan biaya di atas
(Tabel 19).
Tabel 19. Total Biaya Variabel per Tahun Peternakan Agus Suhendar
Thn Biaya DOC
(Rp) Biaya pakan
(Rp) Biaya obat-obatan (Rp)
Biaya sekam (Rp)
Biaya LPG (Rp)
Total (Rp)
Persen-
tase Kenaikan
(%)
1 178.362.000,00 709.948.800,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 923.410.800,00
2 186.030.000,00 724.147.560,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 945.277.560,00 2,36
3 194.022.000,00 738.630.900,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 967.752.900,00 2,37
4 202.500.000,00 753.403.680,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 991.003.680,00 2,40
5 211.194.000,00 768.470.760,00 5.400.000,00 10.800.000,00 18.900.000,00 1.014.764.760,00 2,40
Berdasarkan Tabel 19 kenaikan harga DOC sebesar 4,3 persen per
tahunnya dan kenaikan harga pakan sebesar 2 persen per tahunnya menyebabkan
peningkatan biaya variabel setiap tahunnya sebesar 2,36, 2,37 persen dan pada
tahun keempat dan kelima kenaikan menjadi 2,40 persen.
75
7.2.3. Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya
operasional, penyusutan, dan biaya lain di luar usaha dan pajak penghasilan.
Rincian perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha
yang akan mempengaruhi hasil perhitungan cashflow.
Tabel 20. Hasil Perhitungan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar
Thn Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Laba (Rp) Pajak (Rp) Laba bersih
(Rp)
Persen-
tase
penu-
runan
(%)
1 1.050.752.640,00 988.150.800,00 62.601.840,00 15.650.460,00 46.951.380,00
2 1.050.752.640,00 1.010.017.560,00 40.735.080,00 10.183.770,00 30.551.310,00 35
3 1.050.752.640,00 1.032.492.900,00 18.259.740,00 4.564.935,00 13.694.805,00 55
4 1.050.752.640,00 1.055.743.680,00 -4.991.040,00 0 -4.991.040,00 136
5 1.050.752.640,00 1.079.504.760,00 -28.752.120,00 0 -28.752.120,00 476
Total Laba bersih 57.454.335,00
Laba bersih yang didapatkan pada tahun pertama adalah sebesar
Rp 46.951.380,00, menurun sebesar 35 persen pada tahun kedua menjadi
Rp 30.551.310,00. Pada tahun ketiga laba bersih sebesar Rp 13.694.805,00,
menurun dari tahun sebelumnya dengan persentase 55 persen. Penurunan kembali
terjadi pada tahun keempat sebesar 136 persen yaitu menjadi rugi
Rp 4.991.040,00, dan pada tahun kelima kembali rugi Rp 28.752.120,00, dengan
persentase penurunan sebesar 476 persen. Total laba bersih selama 5 tahun adalah
sebesar Rp 57.454.335,00. Kenaikan harga DOC 4,3 persen dan pakan 2 persen
per tahunnya telah menyebabkan penurunan laba bersih setiap tahunnya, dan pada
tahun keempat dan kelima menyebabkan kerugian.
7.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini dinilai berdasarkan kriteria
NPV (net present value), Net B/C (net benefit cost Ratio), IRR (internal rate of
return), dan payback period. Discount Rate yang digunakan adalah sebesar 6,5
76
persen berdasarkan suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2011,
karena merupakan suku bunga acuan bagi bank-bank di Indonesia. Hasil analisis
kelayakan finansial peternakan Agus Suhendar dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Peternakan Agus Suhendar
Kriteria Hasil
NPV (net present value) Rp 45.021.751,00
Net B/C (net benefit cost ratio) 1,99
IRR (internal rate of return) 41,46 persen
Payback period 1,98627
Berdasarkan hasil analisis kelayakan pada tabel di atas, peternakan Agus
Suhendar memiliki nilai NPV Rp 45.021.751,00. Nilai NPV tersebut bernilai
positif atau NPV > 0, yang artinya peternakan Agus Suhendar layak dijalankan
atau memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan discount rate 6,5
persen.
Net B/C bernilai 1,99 atau Net B/C > 1 yang artinya proyek memberikan
keuntungan bahwa setiap pengeluaran selama umur proyek sebesar Rp 1,00 maka
akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 1,99. Nilai tersebut menunjukkan
peternakan Agus Suhendar layak untuk dijalankan.
Hasil IRR (internal rate of return) peternakan Agus Suhendar adalah
41,46 persen, Nilai tersebut lebih besar dari suku bunga 6,5 persen, karena nilai
IRR lebih besar dari suku bunga maka peternakan Agus Suhendar dinyatakan
layak atau memberikan manfaat selama umur proyek yang diperhitungkan.
Payback Period menunjukkan kemampuan tingkat pengembalian usaha
atau modal. Payback Period peternakan Agus Suhendar adalah 1,98627 yang
artinya tingkat pengembalian modal investasi adalah satu tahun 11 bulan. Umur
proyek usaha peternakan adalah 5 tahun dan tingkat pengembalian modal masih
dalam umur proyek yaitu satu tahun 11 bulan maka usaha dapat dikatakan layak.
Berdasarkan empat kriteria analisis kelayakan finansial NPV, Net B/C,
IRR, dan payback period maka peternakan Agus Suhendar layak dijalankan.
77
7.4. Analisis Sensitivitas (Switching value)
Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan
switching value pada kenaikan harga DOC dan pakan serta penurunan harga jual
ayam. Analisis ini merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas atau
kepekaan suatu usaha apabila keadaan diubah. Analisis dilakukan sampai
memperoleh NPV mendekati nol, IRR 6,5 persen dan Net B/C mendekati satu.
Nilai peubah dalam analisis ini adalah kenaikan harga DOC, kenaikan
harga pakan dan penurunan harga jual ayam. Pertimbangan penggunaan nilai
pengganti kenaikan harga DOC dan kenaikan harga pakan didasarkan pada
analisis perubahan harga yang terjadi pada tahun 2009 dimana DOC dan pakan
merupakan komponen biaya terbesar dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan
peternakan Agus Suhendar dan terus mengalami peningkatan dapat dilihat pada
Tabel 7 dan penurunan harga jual ayam untuk melihat berapa penurunan harga
jual ayam yang dapat ditoleransi. Analisis Switching value dapat dilihat pada
Tabel 22.
Tabel 22. Hasil Analisis Switching Value Peternakan Agus Suhendar
Perubahan Persentase (%)
Kenaikan harga DOC 16,6
Kenaikan harga pakan 6,1
Penurunan harga jual ayam 1,2
Hasil analisis sensitivitas switching value menunjukkan peternakan Agus
Suhendar sensitif terhadap kenaikan harga DOC lebih dari 16,6 persen dan
kenaikan harga pakan lebih dari 6,1 persen dan penurunan harga jual ayam lebih
dari 1,2 persen.
Penurunan harga jual ayam memiliki persentase rendah dan terendah
diantara persentase kenaikan harga DOC dan pakan, hal ini menunjukkan usaha
sangat sensitif terhadap penurunan harga jual ayam, tetapi karena harga kontrak
tetap peternakan Agus Suhendar berada pada Rp 12.350,00-13.230,00/kg,
sedangkan penurunan harga jual ayam maksimal 1,2 persen yaitu pada harga
Rp 12.341,52/kg berada di bawah harga kontrak tetap terendah yaitu
78
Rp 12.350,00/kg maka peternakan Agus Suhendar tidak perlu mengkhawatirkan
penurunan harga jual ayam.
Toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis switching value pada
peternakan Agus Suhendar adalah 16,6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan
jika terjadi kenaikan harga DOC diatas 16,6 persen maka usaha peternakan Agus
Suhendar menjadi tidak layak.
Toleransi kenaikan harga pakan berdasarkan analisis switching value pada
peternakan Agus Suhendar adalah 6,1 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan
jika terjadi kenaikan harga pakan diatas 6,1 persen maka usaha peternakan Agus
Suhendar menjadi tidak layak.
79
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Analisis kelayakan non finansial usaha peternakan ayam broiler peternakan
Agus Suhendar dengan sistem kemitraan pola inti plasma bersama CV. Tunas
Mekar Farm layak dijalankan. Analisis non finansial ditinjau dari aspek pasar,
aspek teknis dan produksi, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum,
dan aspek ekonomi sosial. Aspek pasar dikatakan layak karena peternakan
Agus Suhendar aman dari kerugian akibat jatuhnya harga, memiliki pasar,
tidak menghadapi permasalahan distribusi produk, dan menghasilkan produk
yang berkualitas. Aspek teknis dan produksi layak dijalankan karena
peternakan Agus Suhendar memiliki lahan dan kandang yang memenuhi
kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas,
pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan
bahan-bahan penunjang yang terbaik dan tepat waktu, memiliki tenaga kerja
yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, dan proses produksi yang
sistematis. Aspek manajemen dan organisasi dikatakan layak karena memiliki
pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga manajemen
usaha berjalan dengan baik. Aspek hukum dikatakan layak karena memiliki
ketentuan kerjasama tertulis yang jelas dan saling memuaskan kedua belah
pihak, dan mendapatkan izin pendirian dari RT/RW. Aspek ekonomi dan
sosial dikatakan layak karena tidak merugikan lingkungan sekitar.
2) Hasil analisis kelayakan finansial usaha peternakan Agus Suhendar dengan
sistem kemitraan pola inti plasma bersama CV. Tunas Mekar Farm layak
dijalankan. Nilai NPV positif yaitu sebesar Rp 45.021.751,00, IRR lebih
besar dari discount rate (6,5 persen) yaitu sebesar 41,46 persen, Net B/C lebih
besar dari 1 yaitu 1,99, dan payback period 1,98627 atau satu tahun 11 bulan.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan usaha rentan terhadap kenaikan harga
DOC di atas 16,6 persen, kenaikan harga pakan di atas 6,1 persen, penurunan
harga jual ayam diatas 1,2 persen. Peternakan Agus Suhendar sangat
80
dipengaruhi kenaikan harga DOC dan pakan, karena akibat kenaikan dua
variabel tersebut yang melebihi 16,6 persen dan 6,1 persen maka peternakan
Agus Suhendar mengalami kerugian.
8.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian peternakan Agus Suhendar sangat
dipengaruhi oleh kenaikan harga DOC dan pakan, karena akibat kenaikan dua
variabel tersebut yang melebihi 16,6 persen dan 6,1 persen maka peternakan Agus
Suhendar mengalami kerugian. Untuk itu, peternakan Agus Suhendar sebaiknya
meminta revisi harga kontrak tetap jika terjadi kenaikan harga DOC melebihi 16,6
persen dan pakan melebihi 6,1 persen.
81
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta : Kanisius.
Abidin Z. 2002. Meningkatkan produktifitas ayam ras pedaging. Jakarta : PT.
Agromedia pustaka.
Cahyono B. 2004. Cara meningkatkan budidaya ayam ras pedaging (broiler).
Yogyakarta : Pustaka Nusatama.
[DP] Departemen Pertanian. Peraturan Perundang-undangan Peternakan. Jakarta
Departemen Pertanian.
[DP] Departemen Pertanian. 1997. Pedoman kemitraan usaha pertanian
940/kpts/OT.210/10/97. Jakarta : Departemen Pertanian.
Disnakan. 2009. Permintaan Daging Kota Bogor.
http//www.disnakan.bogorkab.go.id [22 Januari 2011]
Ensminger ME. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). Illnois :
Interstate Publisher, Inc.
Fadillah R. 2004. Ayam broiler komersial. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Fadillah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2007. Sukses beternak ayam broiler.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Gittinger P. 1986. Evaluasi proyek. Jakarta : Bhineka Cipta.
Haming M, Basalamah S. 2010. Studi kelayakan investasi dan proyek. Jakarta :
Bumi Akasara.
Husnan S, Suwarsono M. 2000. Studi kelayakan proyek. Ed ke-4. Yogyakarta :
Unit Penerbit dan Percetakan.
Kadariah L, Karlina dan Grey, C. 1999. Pengantar evaluasi proyek. Jakarta :
LPFEUI.
Kadariah. 2001. Evaluasi proyek analisis ekonomi. Jakarta : LPFEUI.
North MO, Bell DD. 1990. Commercial chicken production manual. Ed ke-4.
New York : Chapman and Hall.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi kelayakan bisnis. Bogor :
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Prasetyo C, Benedicta J. 2004. Perancangan strategy map. Jakarta : Gramedia
Pustaka.
82
Putra AR. 2011. Pola kemitraan antara petani dengan UBH-KPWN dalam usaha
hutan rakyat jati unggul nusantara di Desa Ciaruteun Ilir, Kabupaten
Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Rasyaf M. 2004. Beternak ayam pedaging. Jakarta : Swadaya.
Saputra D. 2011. Analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan
ayam broiler studi kasus kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten
Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Saragih B. 1998. Agribisnis berbasis peternakan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Setiawan P. 2010. Analisis kelayakan finansial peternak plasma ayam broiler pola
kemitraan inti plasma Cikahuripan ps, Kabupaten Ciamis. Bogor :
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sugiarti S. 2008. Analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler
Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Suharno B. 2004. Agribisnis ayam ras. Jakarta : Swadaya.
Sulaiman MS. 2010. Analisis kelayakan pengusahaan ikan kerapu macan di
kepulauan seribu provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sumastuti, AM. 2006. Keunggulan NPV sebagai alat analisis uji kelayakan
investasi dan penerapannya. Jurnal Universitas Budiluhur (Agustus) 3:1-
20.
Wibisono D. 2006. Manajemen kinerja : konsep, design, dan teknik meningkatkan
daya saing perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Yustiarni, AK. 2011. Evaluasi kemitraan dan analisis pendapatan usahatani
penangkaran benih padi bersertifikat (kasus kemitraan: PT. Sang Hyang
Seri regional manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor:
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Yuwono J. 2005. Analisis kelayakan dan potensi pengembangan usaha peternakan
itik petelur desa Rejoagung Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Jawa
Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Zulfah S. 2010. Analisis kelayakan usaha pupuk organik kelompok tani bhineka 1,
Desa Blendung, Kabupaten Subang [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar
MORT
(%) FCR
AGE
(DAYS)
AVG.
B.W
MORT.
(%) FCR
AGE
(DAYS)
AVG.
B.W
MORT.
(%) FCR
3 1.012 27 1.15 3.8 1.656 36 1.76 4.7 1.843
3 1.062 27 1.16 3.8 1.659 36 1.77 4.7 1.846
3 1.111 28 1.17 3.9 1.662 37 1.78 4.8 1.849
3 1.159 28 1.18 3.9 1.665 37 1.79 4.8 1.852
3 1.208 28 1.19 3.9 1.668 37 1.8 4.8 1.855
3 1.256 28 1.2 3.9 1.672 37 1.81 4.8 1.859
3 1.305 28 1.21 3.9 1.675 37 1.82 4.8 1.862
3 1.353 28 1.22 3.9 1.678 37 1.83 4.8 1.865
3 1.381 28 1.23 3.9 1.681 37 1.84 4.8 1.868
3 1.408 29 1.24 4 1.684 38 1.85 4.9 1.871
3 1.434 29 1.25 4 1.687 38 1.86 4.9 1.874
3 1.461 29 1.26 4 1.69 38 1.87 4.9 1.877
3 1.487 29 1.27 4 1.692 38 1.88 4.9 1.881
3 1.492 29 1.28 4 1.695 38 1.89 4.9 1.885
3 1.497 29 1.29 4 1.698 38 1.9 4.9 1.889
3.1 1.502 29 1.3 4 1.701 39 1.91 5 1.893
3.1 1.508 30 1.31 4.1 1.704 39 1.92 5 1.897
3.1 1.514 30 1.32 4.1 1.707 39 1.93 5 1.9
3.1 1.519 30 1.33 4.1 1.71 39 1.94 5 1.903
3.1 1.524 30 1.34 4.1 1.712 39 1.95 5 1.906
3.2 1.529 30 1.35 4.1 1.715 39 1.96 5 1.909
3.2 1.534 30 1.36 4.1 1.718 39 1.97 5 1.912
3.2 1.54 31 1.37 4.2 1.721 40 1.98 5.1 1.915
3.2 1.543 31 1.38 4.2 1.724 40 1.99 5.1 1.918
3.2 1.546 31 1.39 4.2 1.727 40 2 5.1 1.921
3.2 1.549 31 1.4 4.2 1.731 40 2.01 5.1 1.925
3.3 1.552 31 1.41 4.2 1.734 40 2.02 5.1 1.928
3.3 1.555 31 1.42 4.2 1.737 40 2.03 5.1 1.931
3.3 1.558 31 1.43 4.2 1.74 40 2.04 5.1 1.934
3.3 1.56 32 1.44 4.3 1.743 41 2.05 5.2 1.937
3.3 1.563 32 1.45 4.3 1.746 41 2.06 5.2 1.94
3.3 1.566 32 1.46 4.3 1.749 41 2.07 5.2 1.943
3.4 1.569 32 1.47 4.3 1.752 41 2.08 5.2 1.947
3.4 1.572 32 1.48 4.3 1.755 41 2.09 5.2 1.951
3.4 1.575 32 1.49 4.3 1.758 41 2.1 5.2 1.955
3.4 1.579 32 1.5 4.3 1.761 42 2.11 5.3 1.959
85
Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan)
MORT
(%) FCR
AGE
(DAYS) AVG. B.W
MORT
(%) FCR
AGE
(DAYS)
AVG.
B.W
MORT(
%) FCR
3.4 1.582 33 1.51 4.4 1.764 42 2.12 5.3 1.963
3.4 1.585 33 1.52 4.4 1.767 42 2.13 5.3 1.966
3.5 1.588 33 1.53 4.4 1.77 42 2.14 5.3 1.969
3.5 1.591 33 1.54 4.4 1.773 42 2.15 5.3 1.973
3.5 1.594 33 1.55 4.4 1.776 42 2.16 5.3 1.977
3.5 1.597 33 1.56 4.4 1.779 43 2.17 5.4 1.981
3.5 1.6 33 1.57 4.4 1.782 43 2.18 5.4 1.985
3.5 1.603 34 1.58 4.5 1.785 43 2.19 5.4 1.988
3.6 1.606 34 1.59 4.5 1.788 43 2.2 5.4 1.991
3.6 1.609 34 1.6 4.5 1.791 43 2.21 5.4 1.994
3.6 1.612 34 1.61 4.5 1.794 43 2.22 5.4 1.997
3.6 1.616 34 1.62 4.5 1.797 43 2.23 5.4 2
3.6 1.619 34 1.63 4.5 1.8 44 2.24 5.5 2.003
3.6 1.622 34 1.64 4.5 1.803 44 2.25 5.5 2.006
3.6 1.625 35 1.65 4.6 1.806 44 2.26 5.5 2.009
3.7 1.628 35 1.66 4.6 1.809 44 2.27 5.5 2.013
3.7 1.631 35 1.67 4.6 1.812 44 2.28 5.5 2.017
3.7 1.633 35 1.68 4.6 1.815 44 2.29 5.5 2.021
3.7 1.635 35 1.69 4.6 1.819 45 2.3 5.6 2.025
3.7 1.638 35 1.7 4.6 1.823 45 2.31 5.6 2.029
3.7 1.641 36 1.71 4.7 1.827 45 2.32 5.6 2.032
3.8 1.644 36 1.72 4.7 1.831 45 2.33 5.6 2.035
3.8 1.647 36 1.73 4.7 1.834 45 2.34 5.6 2.039
3.8 1.65 36 1.74 4.7 1.837 45 2.35 5.6 2.043
3.8 1.653 36 1.75 4.7 1.84 46 2.36 5.7 2.047
86
Lampiran 2. Program Vaksin dan Vitamin Peternakan Agus Suhendar
Umur Obat / Vaksin Waktu
1 Chickofit (Vitamin) 07.00 & 17.00
2 Chickofit (Vitamin) 07.00 & 17.00
3 Chickofit (Vitamin) 07.00 & 17.00
4 Vaksin Chickopest Sore hari
5 Chickofit (Vitamin) Habis Vaksin
6 Chickofit (Vitamin) 07.00 & 17.00
7 Chickofit (Vitamin) 07.00 & 17.00
8 Rovabio (Vitamin) 07.00 & 17.00
9 Rovabio (Vitamin) 07.00 & 17.00
10 Rovabio (Vitamin) 07.00 & 17.00
11 Enoquyl (Antibiotik) 07.00 & 17.00
12 Enoquyl (Antibiotik) 07.00 & 17.00
13 Enoquyl (Antibiotik) 07.00 & 17.00
14 Rovabio LC (Antibiotik) 07.00 & 17.00
14 Gumboro-IBDBlen(Vaksin) Sore hari
15 Rovabio LC (Antibiotik) 07.00 & 17.00
16 Rovabio LC (Antibiotik) 07.00 & 17.00
17 Rovabio LC (Antibiotik) 07.00 & 17.00
18 Rovabio LC (Antibiotik) 07.00 & 17.00
19 Enoxan ( Antibiotik) 07.00 & 17.00
20 Enoxan ( Antibiotik) 07.00 & 17.00
21 Enoxan ( Antibiotik) 07.00 & 17.00
22 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
23 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
24 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
25 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
26 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
27 Rhodivit (Vitamin) 07.00 & 17.00
87
Lampiran 3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar
Umur Waktu Kegiatan yang dilakukan
1
S
a
m
p
a
i
7
05.30 Membangunkan ayam
06.00 Pakan diayak, Pakan yang kotor dan sekam dimasukkan kedalam karung kemudian ditempatkan
/ditaruh disebelah barat gudang
11.00 Tempat pakan dibersihkan dengan sapu lidi
13.30 Beri pakan secukupnya dan diperkirakan 2 - 2,5 jam habis untuk efisiensi pakan
16.00 Sekam basar dan kotor di area brooder dimasukkan kedalam karung dan dibuang
18.30 Tempat minum dilap bagian atas dan pinggir
21.00 Air untuk membersihkan dibuang ke ember
23.30 Ayam di grading/diseleksi setelah vaksin ND-KILL dan ND-LIVE, selain itu ayam jantan dan betina
sudah mulai diipisahkan
02.00 Setelah semua kegiatan diatas selesai maka harus
keliling kandang untuk mengontrol
88
Lampiran 3. Program Pemeliharaan Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan)
Umur Waktu Kegiatan yang dilakukan
8
S
a
m
p
a
i
05.30
Membangunkan ayam, Pakan diayak, Pakan yang kotor dan sekam dimasukkan kedalam karung
kemudian ditempatkan/ditaruh disebelah barat gudang
Tempat pakan dibersihkan dengan sapu lidi
06.00 Sekam basah/kotor/menggumpal dimasukkan karung dan kemudian ditempatkan disebelah barat
gudang
12.00 Beri pakan secukupnya dengan diperkirakan 3 jam habis
21.00 Tempat minum dibersihkan/dilap bagian atas dan bagian pinggir air tadi untuk memebersihkan
tempat minum dibuang ke ember
14
23.00 setelah selesai kegiatan diatas ayam dironda supaya makan dan minum ayam yang stunting/slow
growth dipisahkan dan beri makan secukupnya buka tutup tirai melihat kondisi ayam atau
kenyamanan ayam
24.00 pelebaran brooding diperhatikan sesuai kebutuhan ayam
Umur Waktu Kegiatan yang dilakukan
15
S
a
m
p
a
i
Panen
05.30 Membangunkan ayam
06.00 Pemberian pakan sampai piring penuh dan diperkirakan habis selama 3 jam,dan jangan ditambah
sebelum habis
12.00 Tempat minum dibershkan/dilap bagian atas dan bagian pinggirnya dan airnya dibuang ke ember
15.00 Turun sekam dilakukan bertahap selama 2 hari
17.000 Kotoran dibawah kandang dimasukkan kedalam karung dan ditaruh disebelah barat gudang
18.00
Buka tutup tirai melihat kondisi ayam
Panen dan keliling kandang
89
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi Peternakan Agus Suhendar
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan ayam broiler hidup 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000
2 Penerimaan kotoran Ayam 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Penerimaan insentif mortalitas 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360
4 Penerimaan insentif FCR 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280
TOTAL INFLOW 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640
B OUTFLOW
a Biaya variabel
1 Biaya DOC 178.362.000 186.030.000 194.022.000 202.500.000 211.194.000
2 Biaya pakan 709.948.800 724.147.560 738.630.900 753.403.680 768.470.760
3 Biaya obat-obatan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
4 Sekam 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
5 LPG 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000
Total Biaya Variabel 923.410.800 945.277.560 967.752.900 991.003.680 1.014.764.760
b Biaya Tetap
1 Gaji kepala karyawan 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000
2 Gaji karyawan 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000
3 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Sewa lahan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
5 Beban penyusutan 24.290.000 24.290.000 24.290.000 24.290.000 24.290.000
Total Biaya Tetap 64.740.000 64.740.000 64.740.000 64.740.000 64.740.000
TOTAL OUTFLOW 988.150.800 1.010.017.560 1.032.492.900 1.055.743.680 1.079.504.760
Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT)
62.601.840 40.735.080 18.259.740 -4.991.040 -28.752.120
Bunga 0 0 0 0 0
Laba Sebelum Pajak (EBT) 62.601.840 40.735.080 18.259.740 -4.991.040 -28.752.120
Pajak 15.650.460 10.183.770 4.564.935 0 0
Laba Bersih (EAT) 46.951.380 30.551.310 13.694.805 -4.991.040 -28.752.120
90
Lampiran 5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan ayam
broiler hidup 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000
2 Penerimaan kotoran ayam
1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Penerimaan insentif
mortalitas 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360
4 penerimaan insentif FCR
15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280
Nilai sisa
3.615.000
TOTAL INFLOW 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.054.367.640
B OUTFLOW
a Biaya Investasi
1 Kandang panggung
bertingkat 58.320.000
2 Kandang panggung 30.000.000
3 Instalasi listrik 2.000.000
4 Instalasi air 2.000.000
5 Tempat pakan 3.240.000
6 Tempat minum
otomatis 8.640.000
7 Feeder tray 1.440.000
8 Gasolec 9.000.000
9 Genset 4.000.000
10 Seng 900.000
900.000
11 Drum air 160.000
12 Ember 40.000
40.000
40.000
13 Garpu pembalik
sekam 150.000
14 Sprayer 500.000
15 Termometer 600.000
16 Timbangan 400.000
17 Pisau 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
18 Kipas angin 600.000
Total Investasi 122.010.000 20.000 60.000 920.000 60.000
B Biaya Operasional
I Biaya Variabel
1 Pembelian DOC 178.362.000 186.030.000 194.022.000 202.500.000 211.194.000
2 Biaya pakan 709.948.800 724.147.560 738.630.900 753.403.680 768.470.760
3 Biaya obat-obatan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
4 Sekam 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
5 LPG 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000
91
Lampiran 5. Cashflow Peternakan Agus Suhendar (Lanjutan)
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
6 Pajak penghasilan usaha
15.650.460 10.183.770 4.564.935 0 0
Total Biaya
Variabel 939.061.260 955.461.330 972.317.835 991.003.680 1.014.764.760
II Biaya Tetap
1 Gaji kepala
karyawan 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000
2 Gaji karyawan 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000
3 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Sewa lahan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Biaya
Tetap 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000
TOTAL
OUTFLOW 979.511.260 995.911.330 1.012.767.835 1.031.453.680 1.055.214.760
Net Benefit -50.768.620 54.821.310 37.924.805 18.378.960 -907.120
Discount Factor
(i= 6,5 %) 0,93897 0,88166 0,82785 0,77732 0,72988
PV DF 6,5 % -47.670.211 48.333.756 31.396.050 14.286.333 -662.089
PV Negatif -48.332.300
PV Positif 93.354.050
NPV 45.021.751
Net B/C 1.99
Payback period 1,98627
IRR 41.46%
92
Lampiran 6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 persen
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan ayam broiler hidup
1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000
2 Penerimaan
kotoran ayam 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Penerimaan insentif mortalitas
2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360
4 Penerimaan
insentif FCR 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280
Nilai sisa
3.615.000
TOTAL
INFLOW 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.054.367.640
B OUTFLOW
a Biaya Investasi
1
Kandang
panggung bertingkat
58.320.000
2 Kandang
panggung 30.000.000
3 Instalasi listrik 2.000.000
4 Instalasi air 2.000.000
5 Tempat pakan 3.240.000
6 Tempat minum
otomatis 8.640.000
7 Feeder tray 1.440.000
8 Gasolec 9.000.000
9 Genset 4.000.000
10 Seng 900.000
900.000
11 Drum air 160.000
12 Ember 40.000
40.000
40.000
13 Garpu pembalik sekam
150.000
14 Sprayer 500.000
15 Termometer 600.000
16 Timbangan 400.000
17 Pisau 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
18 Kipas angin 600.000
Total Investasi 122.010.000 20.000 60.000 920.000 60.000
b Biaya
Operasional
I Biaya Variabel
1 Pembelian DOC 207.902.700 207.902.700 207.902.700 207.902.700 207.902.700
2 Biaya pakan 709.948.800 724.147.560 738.630.900 753.403.680 768.470.760
3 Biaya obat-obatan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
4 Sekam 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
5 LPG 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000
93
Lampiran 6. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga DOC 16,6 persen
(Lanjutan)
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
6 Pajak penghasilan usaha 8.265.285 4.715.595 1.094.760 0 0
Total Biaya Variabel 961.216.785 971.865.855 982.728.360 996.406.380 1.011.473.460
II Biaya Tetap
1 Gaji kepala karyawan 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000
2 Gaji karyawan 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000
3 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Sewa lahan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Biaya Tetap 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000
TOTAL OUTFLOW 1.001.666.785 1.012.315.855 1.023.178.360 1.036.856.380 1.051.923.460
Net Benefit -72.924.145 38.416.785 27.514.280 12.976.260 2.384.180
Discount Factor( i= 6,5%) 0,93897 0,88166 0,82785 0,77732 0,72988
PV DF 6,5 % -68.473.584 33.870.543 22.777.697 10.086.706 1.740.165
PV Negatif -68.473.584
PV Positif 68.475.111
NPV 1.527
Net B/C 1
Payback period -
IRR 6,5 %
94
Lampiran 7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 6,1 Persen
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
A INFLOW
1 Penerimaan ayam broiler
hidup 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000 1.031.400.000
2 Penerimaan kotoran
ayam 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3 Penerimaan insentif mortalitas
2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360
4 Penerimaan insentif FCR 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280
Nilai sisa
3.615.000
TOTAL INFLOW 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.050.752.640 1.054.367.640
B OUTFLOW
a Biaya Investasi
1 Kandang panggung
bertingkat 58.320.000
2 Kandang panggung 30.000.000
3 Instalasi listrik 2.000.000
4 Instalasi air 2.000.000
5 Tempat pakan 3.240.000
6 Tempat minum otomatis 8.640.000
7 Feeder tray 1.440.000
8 Gasolec 9.000.000
9 Genset 4.000.000
10 Seng 900.000
900.000
11 Drum air 160.000
12 Ember 40.000
40.000
40.000
13 Garpu pembalik sekam 150.000
14 Sprayer 500.000
15 Termometer 600.000
16 Timbangan 400.000
17 Pisau 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
18 Kipas angin 600.000
Total Investasi 122.010.000 20.000 60.000 920.000 60.000
b Biaya Operasional
I Biaya Variabel
1 Pembelian DOC 178.362.000 186.030.000 194.022.000 202.500.000 211.194.000
2 Biaya pakan 752.704.358,40 752.704.358,40 752.704.358,40 752.704.358,40 752.704.358,40
3 Biaya obat-obatan 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
4 Sekam 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
5 LPG 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000
95
Lampiran 7. Hasil Analisis Switching Value Kenaikan Harga pakan 6,1 Persen
(Lanjutan)
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
6 Pajak penghasilan usaha 4.961.570 3.044.570 1.046.570 0 0
Total Biaya Variabel 971.127.929 976.878.929 982.872.929 990.304.358 998.998.358
II Biaya Tetap
1 Gaji bapak kandang 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000
2 Gaji anak kandang 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000
3 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Sewa lahan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Biaya Tetap 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000
TOTAL OUTFLOW 1.011.577.929 1.017.328.929 1.023.322.929 1.030.754.358 1.039.448.358
Net Benefit -82.835.289 33.403.711 27.369.711 19.078.282 14.859.282
Discount Factor( i= 6,5%) 0,93897 0,88166 0,82785 0,77732 0,72988
PV DF 6,5 % -77.779.851 29.450.716 22.658.015 14.829.930 10.845.492
PV Negatif -77.779.851
PV Positif 77.784.154
NPV 4.303
Net B/C 1
Payback period -
IRR 6,5 %
96
Lampiran 8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam 1,2
persen
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
A INFLOW
1
Penerimaan
ayam broiler
hidup 1.018.323.498 1.018.323.498 1.018.323.498 1.018.323.498 1.018.323.498
2 Penerimaan kotoran ayam 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
3
Penerimaan
insentif
mortalitas 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360 2.475.360
4 Penerimaan insentif FCR 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280 15.677.280
Nilai sisa 3.615.000
TOTAL
INFLOW 1.037.676.138 1.037.676.138 1.037.676.138 1.037.676.138 1.041.291.138
B OUTFLOW
A Biaya Inveatasi
1
Kandang
panggung bertingkat
58.320.000
2 Kandang
panggung 30.000.000
3 Instalasi listrik 2.000.000
4 Instalasi air 2.000.000
5 Tempat pakan 3.240.000
6 Tempat minum
otomatis 8.640.000
7 Feeder tray 1.440.000
8 Gasolec 9.000.000
9 Genset 4.000.000
10 Seng 900.000
900.000
11 Drum air 160.000
12 Ember 40.000
40.000
40.000
13 Garpu pembalik sekam
150.000
14 Sprayer 500.000
15 Termometer 600.000
16 Timbangan 400.000
17 Pisau 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000
18 Kipas angin 600.000
Total Investasi 122.010.000 20.000 60.000 920.000 60.000
b Biaya
Operasional
I Biaya Variabel
1 Pembelian DOC 178.362.000 186.030.000 194.022.000 202.500.000 211.194.000
2 Biaya pakan 709.948.800 724.147.560 738.630.900 753.403.680 768.470.760
3 Biaya obat-obatan
5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000
4 Sekam 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000
5 LPG 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000 18.900.000
97
Lampiran 8. Hasil Analisis Switching Value Penurunan Harga Jual Ayam
1,2 persen (Lanjutan)
No Keterangan Tahun
1 2 3 4 5
6 Pajak penghasilan usaha 12.381.335 6.914.645 1.295.810 0 0
Total Biaya Variabel
935.792.135 952.192.205 969.048.710 991.003.680 1.014.764.760
II Biaya Tetap
1 Gaji bapak kandang 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000 4.050.000
2 Gaji anak kandang 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000 32.400.000
3 Listrik 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000
4 Sewa lahan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Total Biaya Tetap 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000 40.450.000
TOTAL OUTFLOW 976.242.135 992.642.205 1.009.498.710 1.031.453.680 1.055.214.760
Net Benefit -60.575.997 45.013.934 28.117.429 5.302.458 -13.983.622
Discount Factor( i= 6,5%) 0,93897 0,88166 0,82785 0,77732 0,72988
PV DF 6,5 % -56.879.043 39.686.985 23.277.013 4.121.707 -10.206.366
PV Negatif -67.085.409
PV Positif 67.085.704
NPV 295
Net B/C 1
Payback period -
IRR 6,5 %
98
Lampiran 9. Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
POLA KEMITRAAN INTI PLASMA
(Studi Kasus Peternakan Agus Suhendar Farm Desa Patambran, Kecamatan
Bogor, Kabupaten Bogor)
Tanggal: No. Kuesioner:
Saya, Juliarti Setyo Murti Karmidi (H34076084) mahasiswi tingkat
akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan riset
bisnis untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi
sebagai tugas akhir.
Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara
lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.kuesioner ini
digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian.
Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas kesediaan anda
dalam mengisi kuesioner ini.
KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PIHAK YANG BERWENANG
DARI CV. TUNAS MEKAR FARM, KECAMATAN CILUAR, BOGOR
Nama Perusahaan :
Badan Usaha :
Alamat :
Tanggal Pendirian Perusahaan :
Nama Pemilik :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat Pemilik :
Sejarah dan Profil Usaha :
1) Alasan berdirinya perusahaan CV. Tunas Mekar Farm?
2) Apa pekerjaan pemilik sebelum mendirikan perusahaan?
3) Investasi awal berasal dari mana? berapa banyak?
4) Dimanakah lokasi kantor pertama kali didirikan dan pernahkah berpindah
tempat, alasannya?
5) Berapa karyawan yang dimiliki saat perusahaan didirikan dan hingga
sekarang?
6) Berapa peternak plasma yang dimiliki pada saat berdiri dan hingga sekarang?
7) Apakah pemilik dan karyawan memiliki usaha peternakan sendiri?
8) Pernahkah mengalami kerugian, kapan, dan bagaimana mengatasinya?
9) Bagaimana struktur organisasi CV.Tunas Mekar Farm?
10) Pola kemitraan seperti apa yang dijalankan CV. Tunas Mekar Farm?
99
11) Apakah CV. Tunas Mekar Farm memiliki rekanan dalam hal penyediaan
faktor-faktor produksi?
Visi dan Misi :
1) Apa visi yang ingin dicapai perusahaan?
2) Apa misi untuk mencapai visi tersebut?
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
1) Pasar mana saja yang dikuasai CV. Tunas Mekar Farm?
2) Berapa jumlah permintaan pasar per bulan?
3) Berapa jumlah produksi Plasma-plasma yang dimiliki CV. Tunas Mekar
Farm?
4) Menurut CV. Tunas Mekar Farm, perusahaan kemitraan dan non kemitraan
mana yang dapat menjadi pesaing?
5) Bagaimanakah upaya CV. Tunas Mekar Farm mengatasi persaingan?
6) Berapakah harga pasar ayam broiler?
7) Khusus Agus Suhendar Farm, kemanakah ayam broiler disalurkan?
8) Apakah CV. Tunas Mekar Farm memiliki alternatif saluran distribusi lainya
bagi Agus Suhendar Farm?
9) Berapakah permintaan yang harus dipenuhi?
10) Berapakah harga kontrak yang ditetapkan bagi Agus Suhendar Farm pada
tahun 2009 dan sekarang?
11) Apakah CV. Tunas Mekar Farm melakukan promosi penjualan dan
Kemitraanya?
12) Bagaimana sistim pendistribusian hasil peternakan Agus Suhendar Farm,
berapa kendaraan yang digunakan?
100
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
POLA KEMITRAAN POLA INTI PLASMA
(Studi Kasus Peternakan Agus Suhendar Farm Desa Patambran, Kecamatan
Bogor Kabupaten Bogor)
Tanggal: No. Kuesioner:
Saya, Juliarti Setyo Murti Karmidi (H34076084) mahasiswi tingkat
akhir pada program studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sedang melakukan riset
bisnis untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi
sebagai tugas akhir.
Kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner penelitian ini sangat saya harapkan untuk memberikan informasi secara
lengkap dan benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.kuesioner ini
digunakan untuk memperoleh informasi sebagai data primer dalam penelitian.
Informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya
digunakan untuk kepentingan akademik. Terimakasih atas kesediaan anda
dalam mengisi kuesioner ini.
KUESIONER INI UNTUK DIISI OLEH PEMILIK AGUS SUHENDAR
FARM, DESA SEMPLAK, KECAMATAN BOGOR
Nama Pemilik :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat Pemilik :
Alamat Peternakan :
Tanggal Berdirinya Peternakan :
Sejarah dan profil usaha:
1) Alasan mendirikan usaha peternakan ?
2) Pekerjaan sebelum mendirikan usaha peternakan?
3) Apakah usaha peternakan merupakan usaha utama atau sampingan?
4) Modal berasal dari modal sendiri atau pinjaman?
5) Berapa luas lahan? Sewa atau milik sendiri?
6) Berapa kapasitas kandang saat pertama kali berdiri hingga sekarang?
7) Apakah sudah bergabung dengan CV. Tunas Mekar Farm semenjak berdiri
dan alasan bergabung?
8) Apakah pemilik puas dengan pelayanan CV. Tunas Mekar Farm? Pernahkah
merasa tidak puas?
9) Berapa karyawan yang dimiliki semenjak berdiri hingga sekarang?
10) Bagaimana struktur organisasi peternakan?
11) Pernahkan mengalami kerugian dan bagaimana mengatasinya?
101
ASPEK FINANSIAL
PENERIMAAN USAHA
No. Sumber Penghasilan Satuan Jumlah produksi
(Per periode) Harga Jual (Rp)
Total
(Rp)
1 Penjualan Ayam
2 Kotoran Ayam
3 Karung goni
4 Lain-lain
BIAYA INVESTASI
1) Bangunan
No.
Bangunan
Yang
dimiliki
Peternakan
Tanggal
dan tahun
pembuatan
Daya
tahan
(tahun)
Jumlah
Biaya
pembuatan
satuan (Rp)
Total
(Rp)
2) Peralatan
No. Jenis
Peralatan
Tanggal
dan tahun
pembelian
Daya
tahan
(tahun)
Jumlah
Harga
(Rp)
Total
(Rp)
Biaya Operasional
1) Biaya Variabel per periode
No. Bahan
baku Satuan
Harga per
satuan Jumlah
2) Biaya tetap per periode
No. Biaya Satuan Harga per
satuan
Jumlah
102
ASPEK MANAJEMEN DAN ORGANISASI
1) Bagaimana struktur organsisasi Agus Suhendar Farm?
2) Bagaimana tugas dan wewenang masing-masing karyawan?
ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI
1) Bagaimana manajemen pemeliharaan di Agus Suhendar Farm?
2) Berapa angka mortalitas dan FCR per periodenya pada tahun 2009?
3) Berapa kapasitas produksi pada tahun 2009 per periode?
ASPEK HUKUM
1) Sumber modal...**)
a) Keluarga
b) Teman
c) Bank
d) Pemerintah
e) Lainnya...
2) Apakah sudah ada izin menjalankan usaha? Ya/tidak*)
Jika ya, sebutkan!
3) Apakah sudah ada izin mendirikan bangunan? Ya/tidak*)
4) Apakah Agus Suhendar Farm memiliki NPWP? Ya/Tidak*)
Jika ya, Berapa pajak yang harus dibayarkan?
5) Bagaimana hubungan kerja antara Agus Suhendar Farm sebagai plasma
dengan CV. Tunas Mekar Farm?
KETERANGAN :*) Pilih salah satu
**) Jawaban boleh lebih dari satu
Top Related