ANALISIS CAPITAL BUDGETING DAN KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode
2009 dan 2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Mohamad Reza Palevi
1112081000032
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
iii
LEMBAR PE NGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu Tanggal 19 Bulan Oktober Tahun Dua Ribu Enam Belas telah
dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Mohamad Reza Palevi
2. NIM : 1112081000032
3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 dan 2010)”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Oktober 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002
(_____________________)
Ketua
2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 200112 1 003
(_____________________)
Sekretaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 19690203 200112 1 003
(_____________________)
Pembimbing
4. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc
NIP.
(_____________________)
Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohamad Reza Palevi
No. Induk Mahasiswa : 1112081000032
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Oktober 2016
Mohamad Reza Palevi
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap :
2. Tempat, Tanggal lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Nama Ayah :
5. Nama Ibu :
6. Anak ke :
7. Agama :
8. Alamat :
9. Telepon :
10. Email :
Mohamad Reza Palevi Muharam
Sukabumi, 20 Juni 1993
Laki-laki
Salamto
Siti Komariah
1 dari 2 saudara
Islam
Kp. Siluman, Desa Mangun Jaya RT
005/013 No.4, Kec. Tambun Selatan, Kab.
Bekasi
089636691672
II. PENDIDIKAN FORMAL
1998-1999 :
1999-2005 :
2005-2008 :
2008-2011 :
2012-2016 :
TK Muma 08
SDN Mangun Jaya 05
SMPN 3 Tambun Selatan
SMAN 1 Tambun Selatan
S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis (4 tahun) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat
2. HMJ Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Anggota Pengusaha Kampus
vi
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Kursus Bahasa Inggris International English Course (IEC)
2. Peserta Company Visit to Bank Indonesia
3. Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas)
4. Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”
5. Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi
menggunakan metode capital budgeting, yaitu melalui perhitungan payback
period, discounted payback period, net present value, internal rate of return, dan
profitability index terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public
offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan
laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta dibandingkan
dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 16 perusahaan yang
melakukan IPO pada periode 2009 dan 2010, dimana metode yang digunakan
adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang
mengambil obyek dengan kriteria tertentu, yaitu perusahaan menerbitkan laporan
keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan
mempublikasikan secara lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan
IPO dan perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO untuk
keperluan proyek investasi.
Hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan perusahaan
menunjukkan bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian
besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yaitu beberapa perusahaan
seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance
Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
(BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO),
PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan juga
memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan
dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk
(APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara
analisis capital budgeting kedua perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria
kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak
menghasilkan nilai rasio keuangan yang negatif.
Kata Kunci : Initial Public Offering, Prospektus, Analisis Capital Budgeting,
Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, Kelayakan Investasi.
viii
ABSTRACT
This study aims to analyze the feasibility of investment using capital
budgeting methods, namely through the calculation of the payback period,
discounted payback period, net present value, internal rate of return, and
profitability index against the companies which made an initial public offering
(IPO) in the period 2009 dan 2010 using prospectus and financial statements as a
calculation and analysis, and compared with the performance of the company for
five years after an IPO.
Samples used in this study as many as 16 companies which did an IPO in
the period 2009 and 2010, where the method used is purposive sampling is a
sampling method that takes an object with certain criteria, namely the company
publishes audited financial statements ending on 31 December and publish
complete for at least five years after an IPO and the company is using the proceeds
from the IPO for the purposes of investment projects.
The results of the analysis of capital budgeting and financial performance,
we can conclude that the results of each of these financial ratios largely in line
with the results of the analysis of capital budgeting are some companies like
Alfaria Trijaya Resources Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
(BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP ), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) meets the eligibility criteria of investment and also
have a good financial performance in terms of individual financial ratios and do
not produce a negative value, just Agung Podomoro Land Tbk (APLN) and Bumi
Citra Permai Tbk (BCIP) were not accordingly, because the result of capital
budgeting analysis the two companies have not met the eligibility criteria for
investment, but has a good financial performance and does not produce a negative
value of financial ratios.
Keywords: Initial Public Offering, Prospectus, Capital Budgeting Analysis,
Company Performance, Financial Ratios, Investment Feasibility.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada
kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh alam
semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita semua
pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2015)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini
dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar
sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun berkat
bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada
penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih
atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.
2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Salamto dan Ibu Siti Komariah
yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat besar
untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam
mendidik dan membesarkan penulis dengan disiplin serta rela bekerja keras
demi pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga
semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Aamiin
x
3. Abah dan umi tercinta, K.H Ijaz Djajri Abdul Aziz dan H. Nenah Masluhah
yang selalu menyemangati, memberikan support baik moril dan materil
kepada penulis sampai akhir hayat mereka.
4. Adikku, Satria Novian Lesmana yang selalu menyemangati, memberikan
dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
segala masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala
motivasi dengan tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada
penulis selama ini.
8. Ibu Ela Patriana, MM sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah
bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang dilalui
oleh penulis.
9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada
penulis.
10. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.
11. Sahabatku yang paling hebat, Maksum Sutisno, Rangga Permana, Ahmad
Mansyur Pane, Putri Hasibuan, Eka Setifani, Ehan Asbiannur, Dwi Aryani
Oktavia, Zahra Afifah, dan Ibnu Kamal Adin. Terima kasih yang sebesar-
besarnya atas semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga
arahan yang selalu kalian berikan. Terima kasih telah menerimaku menjadi
sahabat kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun
xi
sedih. Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan
selalu ku kenang di masa tua nanti.
12. Sahabatku di Bekasi, Nur Ari Setiawan, Reggy Laras Sucipto, Yudianto
Adha, Rahmat Arifin, Asep Handoko, Deny Gunawan, Dwi Saputra,
Aditya Janata Priya, Sulistyo Pratomo, Chaerul Bobby Umam, Muhamad
Najib, Muhamad Andar, Andhes, Idham Katiasan Robi, Panji Yuwana
Adam. Terima kasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan
juga arahan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi
orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang Terbaik.
13. Teman-teman Manajemen 2012, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan nya selama ini.
14. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2012, Terima kasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
15. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Oktober 2016
Mohamad Reza Palevi
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF. ................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI. ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH. ........................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL. ......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR. ................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................... xviii
BAB. I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Permasalahan ......................................................................................... 8
1. Identifikasi Masalah. ....................................................................... 8
2. Batasan Masalah. ............................................................................. 9
3. Perumusan Masalah. ...................................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 10
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
A. Landasan Teori ................................................................................... 12
1. Keputusan Investasi ...................................................................... 12
2. Capital Budgeting ........................................................................ 14
a. Payback Period. ...................................................................... 17
xiii
b. Discounted Payback Period. ................................................... 20
c. Net Present Value. ................................................................... 21
d. Internal Rate of Return. ........................................................... 25
e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 26
f. Profitability Index. .................................................................. 28
3. Arus Kas. ....................................................................................... 29
a. Arus Kas yang Relevan. .......................................................... 30
b. Arus Kas Inkremental. ............................................................. 30
c. Arus Kas Bebas. ...................................................................... 31
4. Initial Public Offering. .................................................................. 32
a. Tahap Sebelum Emisi. ............................................................. 35
b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik. ........................................... 36
c. Tahap Setelah Emisi. ............................................................... 39
B. Pengukuran Kinerja Perusahaan. ......................................................... 40
1. Rasio Profitabilitas. ....................................................................... 40
a. Operating Profit Margin. ........................................................ 40
b. Net Profit Margin. ................................................................... 41
c. Return On Asset. ...................................................................... 41
d. Return On Equity. .................................................................... 41
e. Earning per Share. .................................................................. 41
2. Rasio Leverage. ............................................................................. 42
a. Total Debt to Equity Ratio. ..................................................... 42
b. Total Debt to Total Asset Ratio. .............................................. 42
C. Penelitian Terdahulu. .......................................................................... 43
D. Kerangka Pemikiran. ........................................................................... 49
BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 51
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 54
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 54
xiv
1. Analisis Capital Budgeting. .......................................................... 54
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. ....................................... 55
BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................ 56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. . 56
1. Innitial Public Offering. ................................................................ 56
2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting. .......................................... 61
a. Tingkat Inflasi. ........................................................................ 61
b. Nilai Tukar Mata Uang Asing. ................................................ 62
c. Tingkat Suku Bunga. ............................................................... 63
d. Laporan Keuangan Arus Kas. ................................................. 63
B. Hasil Analisis dan Pembahasan. .......................................................... 65
1. Perhitungan Capital Budgeting. .................................................... 65
a. Payback Period. ...................................................................... 65
b. Discounted Payback Period. ................................................... 68
c. Net Present Value. ................................................................... 72
d. Profitability Index.. ................................................................. 74
e. Modified Internal Rate of Return.. .......................................... 77
2. Kinerja Keuangan Perusahaan. ..................................................... 80
a. Net Profit Margin. ................................................................... 80
b. Operating Profit Margin. ........................................................ 82
c. Return On Equity. .................................................................... 83
d. Return On Asset. ...................................................................... 84
e. Debt to Equity Ratio. ............................................................... 85
f. Debt to Asset Ratio. ................................................................. 87
g. Earning per Share. .................................................................. 88
3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan. .................................................................................... 90
BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................. 91
A. Kesimpulan .......................................................................................... 91
B. Implikasi. ............................................................................................. 93
xv
C. Saran .................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 96
LAMPIRAN . .................................................................................................. 99
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 43
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ............................................................................. 53
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan. ............................................................... 53
Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015. .................................. 61
Tabel 4.2 Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015. .............................. 62
Tabel 4.3.Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015. ............................. 63
Tabel 4.4 Payback Period ................................................................................. 65
Tabel 4.5 Discounted Payback Period. ............................................................. 69
Tabel 4.6 Net Present Value. ............................................................................. 72
Tabel 4.7 Profitability Index. ............................................................................ 74
Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return. ..................................................... 77
Tabel 4.9 Net Profit Margin. ............................................................................. 80
Tabel 4.10 Operating Profit Margin. ................................................................. 82
Tabel 4.11 Return on Equity. ............................................................................ 83
Tabel 4.12 Return on Asset. .............................................................................. 84
Tabel 4.13 Debt to Equity Ratio. ....................................................................... 85
Tabel 4.14 Debt to Asset Ratio. ......................................................................... 87
Tabel 4.15 Earning per Share. .......................................................................... 88
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Corporate Goal, financial management and capital budgeting ... 43
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran. ..................................................................... 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabel Perusahaan Yang Diteliti
Lampiran 2 : Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan
Lampiran 3 : Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan
Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil
analisis capital budgeting riil.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keputusan paling penting bagi pengelolaan keuangan yang
menjadi tanggung jawab manajer keuangan adalah keputusan tentang investasi
(investment decision). Keputusan investasi merupakan keputusan yang paling
penting bagi pengelolaan keuangan. Semua bagian dari aktivitas perusahaan
yaitu produksi, pemasaran, dan lain-lain, juga sangat terpengaruh terhadap
keputusan investasi ini (Rodoni, 2010). Dengan demikian semua eksekutif
terlepas dari tanggung jawab utamanya harus mengetahui bagaimana keputusan
investasi ini dilakukan.
Sebuah perusahaan dapat mengalami kerugian atau kehilangan pasar.
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya karena terdapat
kesalahan dalam manajemen keuangan, terutama dalam hal penganggaran modal
(Capital budgeting). Capital budgeting digunakan untuk mempertimbangkan
apakah suatu rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan
(Clauss, 2010). Penganggaran modal yang efektif dapat meningkatkan ketepatan
waktu maupun mutu dari akuisisi aktiva. Jika sebuah perusahaan meramalkan
kebutuhannya akan aktiva-aktiva modal sebelumnya, perusahaan tersebut akan
dapat membeli dan memasang aktiva sebelum aktiva dibutuhkan. Penganggaran
modal umumnya melibatkan pengeluaran-pengeluaran yang substansial, dan
sebelum dapat menghabiskan sejumlah besar uang, perusahaan harus
menyediakan dana tersebut terlebih dahulu. Sebuah perusahaan yang sedang
2
mempertimbangkan untuk menjalankan sebuah program pengganggran modal
utama sebaiknya merencanakan pendanaannya cukup jauh sebelumnya untuk
memastikan adanya ketersediaan dana.
Bidang keuangan relatif kompleks dan sedang mengalami perubahan
konstan sebagai respon atas terjadinya pergeseran pada kondisi-kondisi
perekonomian. Semua ini membuat masalah keuangan menjadi menggairahkan
dan juga menarik, tetapi juga menantang dan terkadang membingungkan,
disamping itu risiko yang muncul dalam mengelola keuangan semakin tinggi
karena tingkat persaingan dan perubahan gejolak ekonomi, politik dan kebijakan
pemerintah yang tidak menentuh sehingga membuat para pemilik modal selalu
berhati-hati dalam berinvestasi dan memilih jenis investasi yang akan
dijalankan.
Capital budgeting adalah proses dimana perusahaan menentukan
bagaimana untuk menanamkan modalnya. Termasuk dalam proses ini adalah
keputusan untuk berinvestasi ke perusahaan-perusahaan baru, menilai jumlah
modal yang telah diinvestasikan dalam investasi yang ada, mengalokasikan dan
mendistribusikan modal ke seluruh divisi, dan mengakuisisi perusahaan lain
(Clauss, 2010). Pada intinya, proses capital budgeting mendefinisikan jumlah
dan ukuran aset riil perusahaan, yang pada gilirannya menghasilkan arus kas
yang pada akhirnya menentukan profitabilitas, nilai, dan kelangsungan hidup
perusahaan.
Pada prinsipnya, keputusan investor untuk berinvestasi di perusahaan
baru harus dibuat sesuai dengan apakah investasi tersebut meningkatkan
3
kekayaan pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh, net present value
(NPV) menentukan proses obyektif agar perusahaan dapat menilai investasi
untuk membuat investasi modal baru yang diharapkan. Perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional tidak akan terlepas dari masalah pemenuhan
kebutuhan dana untuk pembiayaan. Faktor ketersediaan dana harus terpenuhi
dengan baik agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Fakta tidak selalu sejalan
dengan harapan. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat
mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari
eksternal.
Kelangsungan hidup maupun kemampuan berkembang suatu perusahaan
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Kebutuhan atas modal yang
diperlukan oleh suatu perusahaan dapat diperoleh antara lain dengan
mengajukan kredit kepada bank, pinjaman kepada lembaga keuangan atau
menggabungkan, meleburkan maupun mengalihkan perusahaannya kepada
perusahaan lain (Sudana, 2011). Namun, terdapat alternatif lain yang dapat
dilakukan dalam mencari tambahan modal, yaitu mencari pihak yang bersedia
membeli sebagian kepemilikan perusahaan. Penjualan kepemilikan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya yaitu melalui penjualan
sebagian dari saham perusahaan dalam bentuk efek kepada masyarakat luas yang
dalam hal ini disebut dengan investor atau pemodal.
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan
yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk keperluan
pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan. Para investor yang
4
mempunyai dana lebih dan ingin menyimpannya sebagai investasi diharapkan
akan memberikan keuntungan memilih pasar modal sebagai sarana berinvestasi.
Oleh karena itu, pasar modal mempunyai peran penting sebagai lahan
penyaluran dana secara efisien.
Perusahaan yang berniat untuk menjual efek kepada investor dapat
melakukannya di pasar modal melalui penawaran umum saham perdana atau
initial public offering (IPO). Ketika akan menerbitkan efek, perusahaan harus
menjadi perusahaan terbuka agar dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(selanjutnya ditulis dengan istilah BEI). Persyaratan utama untuk melakukan
initial public offering (selanjutnya ditulis dengan istilah IPO) adalah
mendapatkan pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
(Tandelilin, 2010). Seluruh informasi mengenai perusahaan harus disampaikan
kepada Bapepam dan berbagai dokumen perusahaan akan diperiksa. Selain
pernyataan efektif dari Bapepam, perusahaan yang bermaksud mencatatkan
sahamnya di bursa efek harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang
ditetapkan oleh bursa efek tersebut. Setelah semua persyaratan dipenuhi barulah
sebuah perusahaan dapat menjual surat-surat berharga atau efek. Terdapat dua
tahap dalam penjualan efek-efek tersebut. Tahap pertama adalah pada saat
efek-efek tersebut untuk pertama kalinya ditawarkan ke publik dan biasa disebut
initial public offering, yang penjualannya dilakukan pada pasar perdana
(primary market). Tahap kedua pada saat surat-surat berharga telah berpindah
tangan dan diperdagangkan di pasar sekunder (secondary market). Initial public
offering atau penawaran umum saham perdana merupakan salah satu usaha yang
5
lebih disukai dalam menghimpun dana untuk membiayai keberlangsungan
perusahaan.
Namun pada prakteknya penetapan harga saham perdana pada IPO atau
saat go public sangat sulit, karena tidak ada harga pasar sebelumnya yang dapat
diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan penawaran, selain itu kebanyakan
dari perusahaan yang akan go public mempunyai sedikit atau bahkan tidak ada
pengalaman terhadap penetapan harga saham tersebut dan pada umumnya dalam
melakukan penjualan saham di pasar perdana, perusahaan menyerahkannya
kepada underwriter yang merupakan perantara antara perusahaan yang
membutuhkan dana dengan investor sebagai penyedia dana, sedangkan investor
di pasar perdana dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar
dapat secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO (Isfaatun
dan Hatta, 2010). Informasi merupakan salah satu hal yang sangat penting di
dalam aktivitas pasar modal. Investor tentunya menginginkan tingkat
keuntungan yang optimal atas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dengan adanya informasi publik investor dapat mereaksi informasi yang
berkaitan dengan efisiensi di pasar modal. Salah satu sumber informasi bagi para
investor berasal dari pihak manajemen perusahaan yang akan menerbitkan
saham. Manajemen perusahaan harus menjelaskan kondisi perusahaan secara
menyeluruh sebelum menawarkan sahamnya dengan cara menerbitkan
prospektus.
Prospektus merupakan salah satu ketentuan yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang harus dipenuhi oleh sebuah
6
perusahaan yang akan melakukan IPO. Propektus berisi sejumlah informasi
akuntansi dan informasi non-akuntansi dari perusahaan yang akan melakukan
proses IPO. Informasi akuntansi adalah laporan keuangan yang terdiri atas
neraca, perhitungan laba rugi, laporan arus kas, dan penjelasan laporan
keuangan, sedangkan informasi non-akuntansi berisi informasi selain laporan
keuangan seperti underwriter (penjamin emisi), auditor independent, konsultan
hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur
perusahaan dan informasi lainnya (Nasirwan, 2012).
Prospektus merupakan gabungan antara profil perusahaan dan laporan
tahunan yang menjadi sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu
lembaga atau perusahaan untuk memberikan gambaran tentang saham yang
ditawarkan untuk dijual kepada publik. Selain saham, prospektus juga berisikan
tentang penjelasan bidang usaha perusahaan, laporan keuangan, biografi dari
dewan komisaris dan dewan direksi, informasi terinci mengenai kompensasi
mereka, perkara-perkara yang sedang dihadapi perusahaan, daftar aset
perusahaan, dan informasi yang bersifat material. Suatu prospektus harus
mencakup semua informasi mengenai penawaran umum dari emiten atau
perusahaan publik. Prospektus mengenai IPO akan didistribusikan oleh
penjamin emisi atau pialang saham kepada investor potensial. Salah satu sumber
informasi yang relevan untuk digunakan dalam menilai perusahaan yang akan
go public adalah laporan keuangan yang terdapat di prospektus. Perusahaan
tersebut akan menerbitkan bukan hanya saham pertama, namun bisa juga
menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan akan merekrut seorang bankir
7
investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat
untuk membantu menulis prospektus. Penjualan saham diatur oleh pihak
berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan diatur oleh sebuah bursa
saham (Brealey et al., 2011: 472).
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja perusahaan. Dari
informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus itulah investor dapat
menganalisis atau melakukan penilaian terhadap perusahaan tersebut. Hasil
analisis atau penilaian prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat
berbagai keputusan atau kesimpulan. Misalnya, apakah investor akan membeli
saham perusahaan tersebut, apakah prospek perusahaan tersebut bagus, dan
apakah harga saham perdana yang ditawarkan relatif sesuai atau wajar dengan
kondisi perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian menggunakan
analisis capital budgeting terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan
initial public offering (IPO) periode 2009 dan 2010 dengan menggunakan
prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisis, serta
dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun setelah
melakukan IPO, sehingga penulis memilih judul penelitian tentang “Analisis
Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 dan
2010)”.
8
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dana yang diambil dari internal perusahaan sering tidak dapat
mencukupi sehingga diperlukan usaha untuk mencari sumber
tambahan dari eksternal, sehingga mendorong perusahaan untuk
melakukan IPO agar bisa memperoleh dana tambahan yang
dibutuhkan untuk mengembangkan perusahaan.
b. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan bagi perusahaan
yang sedang berkembang guna mendapatkan tambahan dana untuk
keperluan pembiayaan dan pengembangan usaha perusahaan.
c. Kesulitan yang dialami oleh investor dalam menilai perusahaan yang
baru saja melakukan IPO, sedangkan investor di pasar perdana
dituntut untuk menggunakan berbagai sumber informasi agar dapat
secara wajar menilai harga saham yang ditawarkan pada saat IPO.
d. Kegunaan capital budgeting untuk mempertimbangkan apakah suatu
rencana penanaman modal layak atau tidak untuk dilaksanakan.
e. Informasi akuntansi dan non akuntansi dalam prospektus dapat
digunakan investor untuk menganalisis atau melakukan penilaian
terhadap kinerja perusahaan tersebut. Hasil analisis atau penilaian
prospektus ini dapat digunakan investor untuk membuat berbagai
keputusan atau kesimpulan.
9
2. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti memberi batasan sebagai berikut :
a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO
pada periode 2009 dan 2010.
b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang
berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap
selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.
c. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO
untuk proyek investasi.
d. Penggunaan metode capital budgeting untuk menganalisis apakah
proyek suatu perusahaan layak atau tidak untuk dilaksanakan.
e. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO
dilihat melalui rasio profitabilitas untuk melihat bagaimana kinerja
perusahaan dalam mengahasilkan laba dan rasio leverage untuk
mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan tingkat utang
mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Apakah perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO telah
memenuhi kriteria kelayakan investasi analisis capital budgeting
dengan menggunakan metode payback period, discounted payback
period, net present value, internal rate of return, profitability index ?
10
b. Bagaimana kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia ?
c. Bagaimana hasil analisis capital budgeting yang digunakan dalam
penelitian ini apabila dibandingkan dengan hasil kinerja keuangan
perusahaan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis kelayakan investasi perusahaan yang melakukan IPO
menggunakan metode capital budgeting.
b. Menganalisis kinerja perusahaan setelah melakukan IPO
menggunakan rasio-rasio keuangan.
c. Menganalisis hasil dari perhitungan menggunakan metode capital
budgeting yang digunakan dibandingkan dengan hasil analisis kinerja
keuangan perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik apa saja yang
digunakan dalam melakukan analisis capital budgeting serta dapat
mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah.
b. Bagi investor/calon investor di pasar modal, hasil Penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor yang ingin
menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana. Dengan
beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat
11
mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih
perusahaan yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis
capital budgeting dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan
IPO.
c. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam
menilai kelayakan investasi yang tepat untuk menambah nilai
perusahaan dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi.
d. Bagi bidang akademik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumber referensi dan dasar untuk melakukan pengembangan
penelitian lebih lanjut mengenai metode capital budgeting dan
kinerja perusahaan setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung
penelitian serta berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi
pemaparan teori serta argumentasi yang disusun sebagai tuntunan dalam
memecahkan masalah penelitian.
1. Keputusan Investasi
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana yang
dimiliki saat ini dengan harapan dapat menghasilkan arus dana pada
masa yang akan dating yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah dana
yang dikeluarkan pada saat investasi awal.
Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu
perusahaan ke dalam suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh
pendapatan dimasa yang akan datang. Investasi jika dilihat dari jenis
aktivanya, dibedakan ke dalam investasi aktiva riil dan investasi pada
aktiva non riil (aktiva finansial). Investasi pada aktiva riil misalnya
investasi dalam tanah, gedung, mesin dan peralatan-peralatan. Investasi
pada aktiva finansial misalnya investasi ke dalam surat-surat berharga,
sedangkan apabila dilihat dari jangka waktunya, dibedakan menjadi 3
macam, yaitu investasi jangka pendek, investasi jangka menengah, dan
investasi jangka panjang.
Keputusan investasi mempunyai dimensi waktu jangka panjang,
sehingga keputusan yang akan diambil harus dipertimbangkan dengan
13
baik, karena mempunyai konsekuensi berjangka panjang pula. Keputusan
investasi sering disebut sebagai capital budgeting yakni keseluruhan
proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran
dana yang jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi satu tahun.
Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena
beberapa hal : (Sutrisno, 2007: 121-122)
a. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan investasi sangat besar,
dan jumlah dana yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali
dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus;
b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang,
sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka cukup lama
untuk memperoleh dana tersebut;
c. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil
keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam
mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan
terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan
merugikan perusahaan;
d. Keputusan investasi jangka berjangka panjang, sehingga
kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat
yang panjang dan berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak
dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian yang besar.
14
2. Capital Budgeting
Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan
memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang
yang akan dilakukan oleh perusahaan dan diharapkan untuk
menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Keputusan capital budgeting
melibatkan penggunaan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk
suatu komitmen dalam jangka panjang. Ketika keputusan tersebut akan
dilaksanakan maka perusahaan tersebut harus dapat menetapkan kondisi
sekarang dan kemungkinan pengeluaran dana di masa depan. Capital
budgeting dibagi dalam empat tahapan yaitu project definition & cash
flow estimation, project analysis & project selection, project
implementation, project review (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012).
Gambar 2.1
Corporate Goal, financial management and capital budgeting
Sumber : Clauss, 2010
15
Capital budgeting memainkan suatu peranan penting dalam
menentukan apakah suatu perusahaan akan meraih sukses atau tidak.
Komitmen terhadap dana yang dikeluarkan pada suatu investasi sangat
besar dan bahkan tidak dapat diubah. Meskipun ada beberapa keputusan
capital budgeting yang rutin dan tidak mengubah risiko yang dihadapi
oleh perusahaan, tetapi ada pula beberapa keputusan capital budgeting
yang cukup berpengaruh pada posisi pasar di masa depan.
Keputusan investasi yang dilakukan dengan perhitungan capital
budgeting melibatkan dana yang besar dan periode waktu yang panjang.
Capital budgeting melibatkan alokasi dana atas waktu yang bertujuan
untuk memaksimalkan market value dari common stock perusahaan, atau
dengan kata lain adalah meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham
kemudian diterjemahkan menjadi prinsip capital budgeting sebagai
berikut (Shapiro, 2010):
a. Pilih investasi-investasi yang serupa dan memiliki ketersediaan
informasi yang serupa.
b. Ambil seluruh investasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham.
c. Tolak seluruh investasi yang dapat menurunkan kesejahteraan
pemegang saham.
16
Setelah diketahui bahwa konsistensi tujuan dari analisis capital
budgeting adalah bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham, kriteria yang dipenuhi harus sebagai berikut (Shapiro,
2010):
a. Penempatan beban yang lebih tinggi pada cash flows awal
daripada cash flows di waktu mendatang. Sebaiknya tidak
dibebankan cash flows yang berbeda pada periode waktu yang
sama.
b. Dilakukan perhitungan terhadap cash inflows dan cash outflows
yang diasosiasikan dengan proyek. Sebaiknya mengabaikan
elemen pada reported earnings yang tidak merefleksikan cash
flows, dan faktor dalam cash inflows dan cash outflows yang
tidak muncul dalam reported earnings.
c. Mengharapkan cash flows yang lebih tinggi pada proyek
yang berisiko tinggi. Sebaiknya membuat urutan risiko atas
proyek-proyek, dan risiko terbesar memiliki prioritas terendah.
Keputusan capital budgeting harus dihubungkan dengan
perencanaan strategi perusahaan yang menyeluruh. Strategi meliputi
perencanaan untuk masa depan perusahaan. Capital budgeting secara
inheren memerlukan komitmen terhadap masa depan. Sejumlah faktor
digabungkan untuk membuat capital budgeting menjadi salah satu
fungsi yang mungkin paling penting diantara keseluruhan fungsi yang
harus dilakukan oleh para manajer keuangan dan staf-stafnya, karena
17
hasil keputusan dari capital budgeting akan terus berlangsung selama
bertahun-tahun, dan perusahaan akan kehilangan sebagian
fleksibilitasnya.
Capital budgeting harus diintegrasikan dengan perencanaan
strategi karena investasi yang berlebihan atau investasi yang tidak
mencukupi akan mempunyai konsekuensi yang serius terhadap masa
depan perusahan.
Menurut Keown et. al. (2011) ada tujuh kriteria paling umum
yang dapat digunakan untuk menentukan apakah sebaiknya proyek itu
diterima atau ditolak di dalam capital budgeting, yaitu: payback period,
discounted payback period, net present value, profitability index,
internal rate of return, modified internal rate of return yang masing-
masingnya akan dijelaskan lebih lanjut.
a. Payback Period
Payback period adalah metode yang digunakan untuk
mengetahui jangka waktu pengembalian uang yang ditanamkan
dalam investasi (Ross et.al, 2008). Metode ini cenderung untuk
menghasilkan suatu ukuran waktu ekonomis dari investasi yang
dilakukan. Semakin lama umur ekonomis investasi melewati
payback period, maka investasi ini akan semakin menarik.
Metode ini bukanlah alat pengukuran profit yang akan
diperoleh tetapi lebih merupakan alat mengukur tingkat likuiditas
yang diharapkan sehingga dapat diperoleh urutan proyek dari
18
yang memiliki periode terpendek hingga yang terpanjang.
Metode ini hanya untuk digunakan sebagai alat seleksi awal
untuk memilih investasi (Brigham & Houston, 2009 ).
(2.1)
Saat arus kas masuk tidak sama dari tahun ke tahun,
payback period dilakukan dengan menghitung kumulasi dari arus
kas masuk hingga sama dengan jumlah kas bersih yang
dikeluarkan. Jika payback akan digunakan sebagai batasan untuk
menghilangkan beberapa pillihan investasi, periode yang
digunakan harus konsisten dengan siklus dari produk yang
dihasilkan, potensi perubahan teknologi atau preferensi
konsumen. Metode ini memiliki beberapa kelemahan sebagai
berikut:
1) Metode ini tidak mempertimbangkan pendapatan yang
akan didapat setelah payback period yang ditetapkan oleh
perusahaan
2) Metode ini tidak mempertimbangkan time value of money
3) Metode ini tidak membedakan antara proyek yang
membutuhkan investasi kas yang berbeda
4) Metode ini tidak mempertimbangkan tingkat likuiditas
perusahaan secara keseluruhan
19
5) Metode ini mengabaikan biaya yang digunakan untuk
mendukung investasi, bahkan selama payback period
Meskipun metode payback period ini memiliki banyak
kelemahan, namun metode ini masih cukup populer untuk
digunakan. Hal ini dikarenakan keunggulan yang dimilikinya
antara lain (Cooper, Morgan & Alonzo, 2012):
1) Metode ini sangat sederhana
2) Para manajer mempunyai kesulitan untuk melakukan
estimasi terhadap cash flow yang akan terjadi 2-5 tahun
ke depan dan melakukan estimasi dari data historis
3) Banyak perusahaan mempunyai masalah dengan likuiditas
dan sangat mementingkan seberapa cepat dana yang
diinvestasikan akan kembali
4) Sangat sederhana untuk melakukan kompensasi terhadap
perbedaaan risiko dari beberapa alternatif investasi yang
ditawarkan: investasi dengan tingkat risiko yang lebih
tinggi dievaluasi dengan menggunakan payback period
yang lebih rendah
5) Beberapa perusahaan memiliki external financing yang
tinggi dan harus mencari dana dari internal perusahaan
untuk membiayai investasinya
20
b. Discounted Payback Period
Discounted payback period adalah waktu yang
dibutuhkan untuk membayar kembali investasi yang telah
dilakukan melalui arus kas masuk masa depan yang telah
didiskontokan (Ross et.al, 2008).
Setiap arus kas masuk didiskontokan kembali ke awal
masa investasi pertama kali dilakukan, yang didasarkan pada
suatu persentase yang mencerminkan konsep time value of money
dan ketidakpastian dari arus kas masuk pada masa depan. Seperti
analisis payback period, discounted payback period merupakan
analisis yang mengukur jangka waktu pengembalian uang yang
ditanamkan dalam suatu investasi.
Sehingga ada anggapan bahwa semakin cepat waktu yang
diperlukan untuk memperoleh kembali modal semula yang
ditanamkan maka akan semakin baik investasi itu untuk
dilaksanakan.
Arus kas masuk untuk setiap periode harus dihitung
dengan menggunakan rumus:
( ) ( )
Keterangan :
i = Discounted rate
n = Tahun periode kas masuk
21
Setelah itu, baru kita menghitung discounted payback
periodnya dengan rumus sebagai berikut :
( )
Keterangan :
A = Tahun periode terakhir dengan hasil diskonto arus kas
kumulatif negatif
B = Nilai dari discounted cash flow pada akhir periode A
C = Discounted cash flow selama periode setelah A.
Metode ini mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
1) Metode ini mempertimbangkan time value of money
2) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk
pada masa depan untuk pengembalian modal investasi
Metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu :
1) Melalui perhitungan dengan metode ini tidak dapat
diketahui dengan bukti yang jelas bahwa investasi yang
dilakukan dapat menaikkan nilai dari perusahaan
2) Metode ini mengesampingkan pendapatan yang akan didapat
setelah payback period yang ditetapkan oleh perusahaan
c. Net Present Value
Menurut Kasmir (2012:182) Net Present Value (NPV)
atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas
bersih dengan PV Investasi selama umur investasi, sedangkan
22
menurut Ibrahim (2009:142) Selisih yang didapatkan antara
nilai yang ditanamkan atas investasi tersebut dengan present
value dari arus kas masuk yang diperkirakan didapat dari
investasi yang ditanamkan dan itulah yang disebut dengan net
present value. Rumus NPV adalah sebagai berikut :
∑
( )
( )
Keterangan :
Ct = Arus kas pada periode t
t = Waktu periode tahun ke t
Cₒ = Jumlah investasi awal
r = Tingkat suku bunga
Hasil positif dari Net Present Value (NPV) berarti
investasi yang akan dilakukan pada akhirnya dapat
meningkatkan nilai dari perusahaan, sehingga sebaiknya
perusahaan menerima investasi tersebut. Hasil negatif dari Net
Present Value (NPV) berarti investasi yang akan dilakukan pada
akhirnya dapat mengurangi nilai dari perusahaan, sehingga
sebaiknya perusahaan menolak proyek investasi tersebut. Jika
hasil yang didapat Net Present Value (NPV) sama dengan nol
maka investasi yang akan dilakukan tidak akan mengubah nilai
dari perusahaan tersebut.
23
Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Metode ini dapat menunjukkan bukti secara jelas bahwa
investasi yang dilakukan dapat menaikkan nilai
perusahaan
2) Metode ini mempertimbangkan semua arus kas masuk
yang ada
3) Metode ini mempertimbangkan konsep time value of
money
4) Metode ini mempertimbangkan risiko dari arus masuk
pada masa depan untuk pengembalian modal investasi
Kelemahan dari metode ini antara lain:
1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari
arus kas bebas proyek.
2) Sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto.
Menurut Francis J. Clauss (2010) penerapan metode NPV
dalam berbagai kasus memiliki keunggulan, seperti:
1) Dalam masalah keterbatasan dana
Apabila dana terbatas, yang ditunjukkan dengan adanya
anggaran yang disediakan pada suatu periode tertentu,
maka perusahaan terpaksa melakukan pengalokasian dana
untuk usulan-usulan investasi yang ada. Pada kondisi ini,
tujuan perusahaan adalah memilih kombinasi berbagai
24
usulan investasi yang memberikan NPV tertinggi,
dengan segala keterbatasan dana yang ada. Apabila
batasan dana ini benar-benar harus dipenuhi, mungkin
sekali perusahaan lebih baik memilih beberapa usulan
investasi kecil dari pada satu atau dua usulan investasi
besar.
2) Dalam masalah penggantian aktiva
Dalam masalah penggantian aktiva dari berbagai kasus
yang dialami atau direncanakan oleh suatu perusahaan,
menurut praktek yang sudah dijalankan oleh beberapa
perusahaan, kasus penggantian aktiva tetap ini hanya
dapat secara representative menggunakan alat analisis
dengan metode net present value (NPV). Menurut
Sumastuti (2001) pada kasus ini rumus NPV yang
digunakan adalah:
( )
Penaksiran aliran kas masuk (proceed) dan keluar
(outlays) yang kita gunakan adalah dengan menggunakan
taksiran selisih (incremental).
3) Inflasi pada penilaian investasi
Pada umumnya inflasi akan mengganggu keputusan
pengujian investasi dengan NPV yang memperhatikan
nilai waktu uang. Alasan yang utama adalah karena
25
beban penyusunan didasarkan atas nilai historis dan bukan
nilai pengganti (replacement cost). Apabila keuntungan
meningkat, maka semakin besar pula pajak yang akan
dikenakan, yang mengakibatkan aliran kas yang
sebenarnya tidak bisa menyesuaikan diri dengan inflasi.
d. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang
menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai
sekarang dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai
sekarang dari ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR
merupakan tingkat bunga yang membuat nilai NPV yang dihitung
menjadi sama dengan nol.
Rumus umum dari Internal Rate of Return adalah :
∑
( )
( )
Keterangan :
FCFt = arus kas bebas tahunan yang dihasilkan oleh proyek
Iₒ = present value dari biaya investasi setelah pajak
IRR = tingkat pengembalian proyek (internal rate of return)
T = periode waktu
Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari tingkat bunga
maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan
menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga
26
perusahaan sebaiknya menerima proyek tersebut. IRR yang lebih
kecil dari tingkat bunga menggambarkan investasi yang
dilakukan akan menghasilkan return lebih kecil dari yang
diharapkan, sehingga perusahaan sebaiknya menolak investasi
tersebut, sedangkan untuk IRR yang sama dengan tingkat bunga
maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan
return sebesar yang diharapkan (Peterson, 2002).
Keunggulan IRR menurut Keown et. al. (2011) adalah:
1) Menggunakan arus kas bebas.
2) Memperhitungkan nilai waktu uang.
3) Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Kelemahan IRR adalah:
1) Membutuhkan perkiraan jangka panjang terperinci dari
arus kas bebas proyek.
2) Kemungkinan ada banyaknya IRR atau IRR berganda.
3) Mengasumsikan arus kas selama umur proyek yang
diinvestasikan kembali pada tingkat IRR.
e. Modified Internal Rate of Return (MIRR)
Metode NPV dan IRR akan menghasilkan keputusan
penerimaan/penolakan yang sama untuk investasi yang
independen, tetapi jika proyek-proyek tersebut saling eksklusif,
maka dapat terjadi konflik peringkat. Jika terjadi konflik
peringkat, maka sebaiknya menggunakan metode NPV. Metode
27
NPV dan IRR lebih unggul daripada metode pembayaran
kembali, tetapi NPV lebih unggul dari IRR, karena NPV
berasumsi arus kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat
biaya modal perusahaan, sedangkan IRR berasumsi arus kas akan
diinvestasikan kembali pada tingkat IRR dari investasi tersebut.
Investasi kembali pada tingkat modal umumnya adalah asumsi
yang lebih baik karena lebih mendekati kenyataan. Setelah
mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR
tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk
melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang
disebut MIRR (Modified Internal Rate of Return). Metode IRR
yang dimodifikasi memperbaiki masalah yang terdapat dalam
IRR biasa. MIRR melibatkan perhitungan nilai akhir (TV) dari
arus kas masuk yang dimajemukkan pada tingkat biaya modal
perusahaan dan kemudian menentukan tingkat diskonto yang
memaksa nilai sekarang TV menjadi sama dengan nilai sekarang
arus kas keluar. Menurut Keown et. al. (2011) secara matematis,
IRR yang dimodifikasi didefinisikan sebagai nilai MIRR dalam
persamaan sebagai berikut:
(2.7)
28
Keterangan :
ACOFt = arus kas keluar tahunan setelah pajak pada periode t
ACIFt = arus kas masuk tahunan setelah pajak pada periode t
TV = nilai akhir ACIF dimajemukan pada tingkat
pengembalian yang disyaratkan diakhir investasi
n = usia investasi yang diharapkan
MIRR = tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi.
k = tingkat diskonto yang tepat
Keunggulan MIRR menurut Keown et. al. (2011) adalah:
1) Menggunakan arus kas bebas.
2) Memperhitungkan nilai waktu uang.
3) Konsisten dengan tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Kelemahan MIRR adalah membutuhkan perkiraan jangka
panjang terperinci dari arus kas bebas proyek.
f. Profitability Index
Profitability Index (PI) merupakan rasio nilai sekarang
dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal
(Arthur, 2010). Walaupun kriteria investasi NPV memberikan
suatu nilai absolut jumlah yang diinginkan dari suatu proyek,
profitability index menjadi ukuran relatif yang diinginkan
proposal investasi, yang merupakan rasio nilai sekarang dari
manfaat masa depannya terhadap biaya awal.
29
Rumus umum dari profitability index (Ross et.al., 2008;
181) :
( )
Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu proyek
lebih besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV proyek
tersebut akan positif, menandakan bahwa proyek tersebut bisa
diterima, maka hal ini juga akan terlihat pada profitabililty index
yang menunjukkan nilai lebih dari 1, sebagai nilai sekarang dari
arus kas bebas yang lebih besar dari pengeluaran awalnya.
Kriteria NPV dan profitability index pada dasarnya sama,
keduanya mempunyai keunggulan yang sama dibandingkan
metode lainnya. Kedua metode ini melakukan penghitungan arus
kas, mengenal pemilihan waktu arus kas, dan konsisten dengan
tujuaannya yaitu memaksimalkan kekayaan pemilik saham.
Kelemahan utama dari metode ini yaitu membutuhkan perincian
perkiraan arus kas bebas selama masa hidup proyek.
3. Arus Kas
Analisis arus kas sangat diperlukan mengingat beban biaya yang
diperlukan dan arus kas masuk bersih yang akan dihasilkan dari masing-
masing perusahaan yang melakukan IPO yang terdapat dilaporan
keuangan mereka. Untuk mengevaluasi investasi masing-masing
perusahaan yang melakukan IPO berdasarkan estimasi arus kas yang
30
akan diperoleh, pertama-tama harus ditetapkan pedoman yang akan
digunakan untuk mengukur nilai dari setiap investasi.
a. Arus Kas yang Relevan
Menurut Brigham dan Houston (2009), langkah yang
paling penting dan paling sulit dalam capital budgeting adalah
mengestimasi arus kas perusahaan, pengeluaran investasi dan
arus kas masuk bersih tahunan setelah proyek dijalankan, hal ini
disebabkan karena banyaknya variabel, individu dan departemen
yang berpartisipasi dalam proses ini.
Langkah awal dalam estimasi arus kas adalah
mengidentifikasi arus kas yang relevan, yaitu arus kas khusus
yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan. Dalam
hal ini, yang akan digunakan adalah arus kas bebas, bukan laba
akuntansi, sebagai alat ukur. Perusahaan menerima dan mampu
mereinvestasikan arus kas bebas, sedangkan laba akuntansi
hanya tampak ketika didapatkan bukan ketika uang itu benar-
benar ada di tangan. Arus kas bebas dengan tepat mencerminkan
waktu dari manfaat dan biaya, yakni ketika uang diterima, kapan
dapat direinvestasikan dan kapan harus dibayarkan (Arthur,
2010).
b. Arus Kas Inkremental
Arus kas harus diukur berdasarkan inkremental, yaitu arus
kas dari suatu proyek tertentu harus diukur berdasarkan selisih
antara arus kas perusahaan dengan atau tanpa proyek yang
31
bersangkutan. Meskipun dalam beberapa kasus suatu proyek baru
mungkin mengambil penjualan dari proyek perusahaan yang ada
sekarang, namun dalam kasus lain usaha baru mungkin benar-
benar bisa membawa penjualan baru ke lini yang sudah ada.
Intinya adalah arus kas apa pun yang masuk ke bagian mana pun
dari perusahaan itu yang mungkin dihasilkan dari keputusan
yang diambil harus diperhitungkan pada saat mengambil
keputusan itu (Arthur, 2010).
c. Arus Kas Bebas
Menurut Dayananda (2002), secara umum arus kas bebas
suatu proyek akan termasuk ke dalam salah satu dari tiga kategori
berikut ini:
1) Pengeluaran awal
Pengeluaran awal mencakup arus kas keluar yang
langsung diperlukan untuk membeli aktiva dan untuk
mengoperasikannya. Jumlah ini mencakup biaya
memasang aktiva itu (harga pembelian aktiva plus
pengeluaran apa pun yang terkait dengan pengiriman atau
pemasangan) dan pengeluaran tunai non biaya seperti
kenaikan kebutuhan modal kerja. Biaya setelah pajak dari
berbagai pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari
investasi baru juga harus dimasukkan sebagai arus kas
keluar.
32
2) Arus kas bebas tahunan
Arus kas bebas tahunan berasal dari arus kas operasi,
perubahan dalam modal kerja, dan pengeluaran modal apa
pun yang terjadi. Dalam perhitungan akan dimulai dengan
laporan pro forma lalu setelah itu dilakukan penyesuaian
untuk depresiasi bunga, dan modal kerja, serta
pengeluaran modal apa pun yang terjadi.
3) Arus kas akhir
Perhitungan arus kas akhir umumnya mencakup nilai
akhir perusahaan ditambah atau dikurangi pendapatan
atau kerugian kena pajak apa pun yang terkait dengan
penjualannya. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi
arus kas akhir antara lain nilai sisa proyek setelah pajak,
pengeluaran kas yang terkait dengan penghentian proyek
dan pendapatan kembali atas pengeluaran non biaya yang
terjadi pada saat awal proyek dimana hal ini mencakup
investasi modal kerja.
4. Initial Public Offering
Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi
korporasi perusahaan adalah mencari modal dari pihak luar dengan
melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO).
IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan
oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau
33
efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU
Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.
Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan
waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran
saham. Serta, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus dapat
memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah
membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang
penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek
yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance
yang baik.
Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh
sejumlah keuntungan seperti:
a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan
saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan
mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga proyek investasi
perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini.
b. Menciptakan instrumen keuangan yang sifatnya dapat
dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan
perusahaan lain seperti merger, konsolidasi, dan sebagainya.
c. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam melakukan
pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan
modal ekuitas lebih cepat.
34
d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya
IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata
para investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang
diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan
bagi investor juga.
Dalam penelitian Ritter dan Welch (2002), alasan mengapa
perusahaan melakukan IPO terbagi kedalam 2 teori, yaitu Life Cycle
Theories dan Market-Timing Theories. Teori yang pertama menjelaskan
bahwa dengan going public, perusahaan akan membantu menaikkan
value dari perusahaan itu sendiri dibandingkan dengan apa yang didapat
dari penjualan langsung. Yang dimaksud dengan value disini adalah nilai
kepercayaan perusahaan dimata para shareholders dan stakeholders atas
return yang dihasilkan, sedangkan menurut teori yang kedua adalah
bahwa perusahaan tidak akan melakukan IPO jika mereka mengetahui
bahwa mereka sedang dalam kondisi undervalued. Artinya perusahaan
akan melakukan IPO jika kondisi waktu pasar memang sedang
menguntungkan. Hal ini membuat perusahaan untuk semakin waspada
dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IPO.
Proses IPO di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 Bab IX mengenai Emiten dan Perusahaan
Publik, perusahaan di Indonesia mengatur tahapan dalam melakukan
penawaran umum. Kusumawardhani (2009) merangkum tahapan-tahapan
tersebut sebagai berikut:
35
a. Tahap Sebelum Emisi (pra-IPO)
Yaitu tahap persiapan dokumentasi serta pemantapan proses IPO.
1) Membuat rencana awal penawaran saham perdana,
termasuk jumlah saham yang ditawarkan, persentase
dilusi pemegang saham, tujuan penggunaan dana IPO,
persiapan penilaian harga saham, dan harapan target
investor.
2) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
yang tujuannya untuk memperoleh persetujuan mayoritas
pemegang saham dalam rangka mengundang investor lain
untuk memiliki saham.
3) Penunjukkan penjamin emisi, profesi penunjang, dan
lembaga penunjang. Pihak-pihak ini akan membantu
emiten dalam mempersiapkan dokumen serta
memberikan pendapat/opini profesional sesuai bidangnya.
Penjamin Emisi Efek adalah pihak yang membantu emiten
dan berperan sebagai pemandu yang berkomitmen dalam
menjual saham tersebut.
4) Konfirmasi sebagai agen penjual oleh penjamin emisi. Hal
ini merupakan bukti keseriusan peminat saham melalui
agen penjual maupun penjamin emisi efek.
5) Kontrak pendahuluan dengan bursa efek. Sebelum
melakukan kontrak dengan bursa efek, BEI selaku tempat
36
transaksi jual beli saham memerlukan dokumen yang
disampaikan kepada BAPEPAM LK
6) Penandatanganan perjanjian dalam rangka IPO, yaitu
perjanjian penjaminan emisi efek, perjanjian agen penjual,
perjanjian antara Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) dengan emiten, perjanjian, pencetakan saham dan
prospektus.
7) Ekspos publik, terbagi menjadi 2 yakni Due Dilligence
Meeting (DDM), dan Paparan Publik (PP). DDM
merupakan ekspos publik emiten bersama dengan
Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon penjamin
emisi efek dalam rangka pembentukan sindikasi penjamin
emisi efek. PP merupakan ekspos publik emiten kepada
Penjamin Pelaksana Emisi Efek kepada calon investor.
b. Tahap Saat Emisi Efek ke Publik
1) Pasar Perdana
Setelah memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM
dan LK, emiten bersama dengan penjamin pelaksana
emisi mulai melakukan penawaran umum.
(a) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen
penjual. Pada tahap ini investor melakukan
permohonan alokasi pemesanan pembelian saham
dengan melakukan pengisian formulir pemesanan
37
pembelian saham dan pembayaran uang
pemesanan.
(b) Penjatahan atau alokasi pemesanan saham.
Penjatahan merupakan tahapan untuk
membandingkan pemesanan saham sebagai
permintaan dengan jumlah saham yang akan
ditawarkan. Ada 3 kondisi terkait penjatahan
saham:
Oversubscribed, yaitu kondisi dimana
jumlah pemesanan melebihi jumlah
penjualan. Manajer penjatahan akan
mengembalikan uang pemesanan yang
tidak memperoleh penjatahan
Fully subscribed, yaitu kondisi dimana
jumlah pemesanan sama dengan jumlah
penjualan.
Undersubscribed, yaitu kondisi dimana
jumlah pemesanan berada dibawah jumlah
penawaran. Pada kondisi ini, penjamin
emisi akan membeli porsi saham yang
tidak dibeli investor (dalam full
commitment basis)
38
(c) Pembayaran kembali uang pemesanan. Tahapan
ini terjadi apabila oversubscribed.
(d) Penyerahan efek kepada pembeli. Setelah tanggal
alokasi pemesanan saham, setiap investor yang
telah teralokasi untuk mendapat saham akan
tercatat sebagai pemilik saham yang baru. Saat ini
dimana pola perdagangan tanpa warkat telah
diterapkan, maka setiap pemegang saham akan
memperoleh tanda bukti kepemilikan saham dari
KSEI. Setiap pemegang saham emiten akan
tercatat pada Biro Administrasi Efek (BAE).
2) Pasar Sekunder
Pasar sekunder mulai sejak pertama kalinya saham
ditransaksikan di Bursa Efek. Hal yang mendasar suatu
pasar sekunder adalah bahwa perdagangan saham
dilakukan antara investor, serta setiap dana transaksi
perdagangan tidak masuk kedalam ekuitas perusahaan
emiten.
(a) Pencatatan efek di bursa, sebagai tahapan dimana
saham perusahaan dicatat untuk dapat
diperdagangkan di bursa efek.
(b) Perdagangan efek di bursa. Sejak perusahaan
mencatatkan sahamnya di bursa efek, maka
39
investor dapat melakukan jual beli saham tersebut
melalui pasar bursa efek.
c. Tahap Setelah Emisi (post-IPO)
Kewajiban yang perlu dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK
adalah:
1) Laporan keuangan tahunan, laporan penggunaan dana
hasil IPO, laporan tengah tahunan, RUPS (Tahunan dan
Luar Biasa), pemenuhan prosedur transaksi, keterbukaan
informasi serta corporate action.
2) Keterbukaan dan transparansi. Kewajiban lain yang perlu
dilaporkan kepada BAPEPAM dan LK mewakili investor
publik dan pihak minoritas adalah:
(a) Memperhatikan setiap potensi terjadinya benturan
kepentingan.
(b) Memperhatikan kesesuaian pernyataan dalam
prospektus dengan keputusan manajemen serta
pemegang saham yang akan dilakukan.
(c) Melakukan asas keterbukaan (disclosure).
(d) Mendistribusikan saham kepada koperasi.
(e) Memberikan informasi yang relevan dan material
kepada publik.
(f) Memonitor pergerakan harga saham.
40
(g) Membentuk corporate secretary untuk melayani
pertanyaan investor, analis saham, dan pihak
eksternal lainnya.
B. Pengukuran Kinerja Perusahaan
Dalam ukuran kuantitatif, peningkatan nilai organisasi meliputi estimasi
aliran cash flows yang akan datang dan mendiskontokannya dengan faktor
kapitalisasi yang sesuai (Ross et.al, 2010).
1. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan dan mengukur kemampuan
sebuah perusahaan dalam menghasilkan profit. Rasio ini menggunakan
margin analysis dan menunjukan return on sales dan capital yang
terpakai. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penulisan ini antara
lain:
a. Operating Profit Margin
Rasio ini menunjukan efektivitas dari manajemen dalam
mengatur income statement dari suatu perusahaan dengan
mengukur operating profit relatif terhadap sales, dengan
rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010):
( )
41
b. Net Profit Margin
Rasio ini mengukur berupa profit yang diperoleh dari penjualan
setelah dikurangi biaya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross
et.al, 2010) :
( )
c. Return On Asset
Rasio ini mengukur berapa persentase profit yang dihasilkan
oleh perusahaan dengan jumlah investasi yang ditempatkan.
Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010) :
( )
d. Return On Equity
Rasio ini mengukur berapa return yang dapat diterima oleh
stockholders dengan cara membandingkan net profit dengan
common equity. Dengan rumus sebagai berikut (Ross et.al, 2010):
( )
e. Earning per Share
Rasio ini mengukur berapa tingkat keuntungan bersih untuk tiap
lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat
menjalankann operasinya. Dengan rumus sebagai berikut (Ross
et.al, 2010) :
( )
42
2. Rasio Leverage
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana
perusahaan dengan menggunakan hutang. Apabila perusahaan tidak
mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya
menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan utang. Ada
beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage suatu
perusahaan, yaitu :
a. Total Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukan kinerja dari pihak manajemen dalam
mengatur jumlah utang mereka dibandingkan dengan jumlah
ekuitas yang mereka miliki, atau dapat dikatakan sebagai balance
antara total hutang dan total ekuitas. Dengan rumus sebagai
berikut (Ross et.al, 2010) :
( )
b. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio ini menunjukan mengenai menilai penggunaan pinjaman
kredit yang digunakan untuk membiayai investasi. Jika sebuah
perusahaan memiliki rasio ini lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio rata-rata industri, maka perusahaan akan kesulitan dalam
melakukan pinjaman tambahan. Dengan rumus sebagai berikut
(Ross et.al, 2010) :
( )
43
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai
penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu
mengenai capital budgeting.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul
Penelitian
Sampel Alat
Statistik
Hasil
1 Sven-Olov Daunfeldt
dan Fredrik Hartwig
(2010), “What
Determines the Use of
Capital Budgeting
Methods? Evidence from
Swedish listed
companies”.
Perusahaan
yang terdaftar
di Stockholm
Stock
Exchange
(SSE)
Multivariate
Regression
Kedua metode capital
budgeting yang
direkomendasi dan
tidak direkomendasi
ditemukan bahwa
metode tersebut
umum digunakan,
dengan perusahaan
besar menggunakan
metode capital
budgeting lebih
sering daripada
perusahaan kecil.
Pilihan metode
capital budgeting
juga dipengaruhi oleh
leverage, growth
opportunities, dividen
pay-out ratio, pilihan
rasio utang sasaran,
tingkat kepemilikan
manajemen,
penjualan asing,
industri, dan
karakteristik individu
dari CEO. Total
penggunaan metode
capital budgeting
lebih rendah di
perusahaan Swedia
dibandingkan dengan
AS dan perusahaan-
perusahaan di Eropa.
44
2 Maruf Hasan (2012),
“Capital Budgeting
Techniques Used by
Small Manufacturing
Companies”.
Pilihan acak
dari 360
perusahaan
manufaktur
yang dipilih
dari Direktori
Kompass
Bisnis dari
Australia
Multivariate
Regression
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
sementara ada
indikasi penggunaan
Payback Period
dengan Discounted
Cash Flow (DCF)
teknik, ada kebutuhan
untuk lebih sering
penggunaan analisis
risiko serta ilmu
manajemen yang
ditemukan kurang
dalam proses
penganggaran modal
dari perusahaan kecil.
3 Mohsen Bayan
Abushaban (2013), “The
Use of Capital Budgeting
Techniques in Selecting
Investment Projects: An
Applied Study on The
Palestinian Corporations
Working in Gaza
Provinces”
Delapan belas
perusahaan
publik
Palestina yang
terdaftar di
kementerian
ekonomi gaza
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perusahaan publik
Palestina di Jalur
Gaza menggunakan
teknik penganggaran
modal ketika memilih
proyek-proyek
investasi, bahwa
penggunaan teknik ini
adalah dalam kisaran
61-80%, dan bahwa
indeks profitabilitas
adalah teknik yang
paling banyak
digunakan saat net
nilai sekarang
ditemukan menjadi
teknik yang paling
sedikit digunakan.
Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa
perusahaan publik
Palestina di Jalur
Gaza tidak
menggunakan
weighted average
cost of capital
(apakah disesuaikan
atau disesuaikan)
45
untuk menentukan
tingkat diskonto yang
dibutuhkan dalam
penggunaan beberapa
teknik. Penelitian
juga menemukan
bahwa perusahaan-
perusahaan Palestina
di Jalur Gaza
mempertimbangkan
banyak faktor
sebelum mengadopsi
teknik penganggaran
modal sebagai dasar
untuk
membandingkan
proyek-proyek
investasi yang
berbeda dan bahwa
ketersediaan data dan
informasi untuk
perusahaan, diikuti
dengan preferensi
CBT yang
berkonsentrasi pada
arus kas dan
keyakinan
manajemen teknik,
ditemukan menjadi
faktor yang paling
penting yang
dipertimbangkan
sebelum mengadopsi
teknik penganggaran
modal sebagai dasar
untuk mengevaluasi
proyek-proyek
investasi yang
diusulkan.
4 Tomonari Shinoda
(2010), “Capital
Budgeting Management
Practices in Japan”.
Survey kepada
225 orang
yang
bertanggung
jawab atas
penganggaran
modal pada
Ordinary
least square
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perusahaan-
perusahaan Jepang
mengelola
pengambilan
keputusan mereka
46
perusahaan
yang terdaftar
di Bursa Efek
Tokyo
dengan kombinasi
metode payback
period dan metode
net present value.
Sementara sebagian
besar manajer
keuangan
memanfaatkan
beberapa alat dalam
proses capital
budgeting, hasil ini
mencerminkan
keselarasan yang
lebih baik dari
pandangan antara
akademisi dan bisnis.
5 Morris dan Jonathan
(2011), “The Capital
Budgeting Decisions of
Small Businesses”.
Perusahaan
kecil yang
terdaftar pada
National
Federation of
Independent
Business
Multivariate
Regression
Sementara
perusahaan besar
cenderung
mengandalkan
analisis discounted
cash flow disukai
oleh pelaku
keuangan, banyak
perusahaan kecil
mengevaluasi proyek
menggunakan
payback period atau
berdasarkan
keberanian pemilik.
Latar belakang
pendidikan yang
terbatas dari beberapa
pemilik usaha dan
staf kecil ukuran
sebagian menjelaskan
mengapa perusahaan
kecil menggunakan
alat-alat evaluasi
proyek relatif unso-
phisticated. Namun,
mereka juga
mengidentifikasi
alasan bisnis yang
spesifik termasuk
kekhawatiran
47
likuiditas dan
tantangan estimasi
arus kas untuk
menjelaskan mengapa
perusahaan kecil
tidak secara eksklusif
menggunakan analisis
discounted cash flow
ketika mengevaluasi
proyek. Hasil
penelitian ini
menyatakan bahwa
prosedur evaluasi
investasi yang
optimal untuk
perusahaan besar dan
kecil mungkin
berbeda.
6 Simon Gervais (2009),
“Behavioral Finance:
Capital Budgeting and
Other Investment
Decisions”.
Responden
dari penelitian
ini adalah
manajer-
manajer
perusahaan
besar di
Amerika
Penelitian ini
merupakan survey
tentang efek bias
perilaku pada capital
budgeting. Sebuah
gambaran besar
literatur psikologi
menemukan bahwa
orang cenderung
percaya diri dan
terlalu optimis.
Karena seleksi diri,
manajer perusahaan
cenderung lebih
dipengaruhi oleh
bias-bias ini daripada
populasi umum.
Memang, literatur
menemukan bahwa
manajer bias
overinvest arus kas
bebas perusahaan
mereka, memulai
terlalu banyak
merger, mulai lebih
banyak perusahaan
dan proyek-proyek
baru yang lebih, dan
48
cenderung untuk tetap
dengan kebijakan
investasi yang tidak
menguntungkan lagi.
langkah-langkah
perbaikan untuk
mengurangi efek dari
bias manajer
termasuk belajar,
diskon tarif
meningkat, dan
insentif kontrak,
tetapi efektivitas
mereka dalam
mengendalikan
overinvestment
tampaknya terbatas.
8 Patricia dan Glenn
(2008), “Capital
Budgeting Practices of
the Fortune 1000: How
Have Things Changed?”
Responden
penelitian ini
1000
perusahaan
terbesar di
amerika
Ordinary
least square
Pandangan akademisi
dan manajer
keuangan senior
perusahaan di Fortune
1000 pada teknik
penganggaran modal
dasar di perusahaan
lebih kuat dari
sebelumnya. Metode
capital budgeting
dengan tingkat
diskonto umumnya
lebih disukai teknik
non-diskonto.
Meskipun
dimungkinkan hasil
survei mencerminkan
peningkatan
kecanggihan
keuangan dan
ketersediaan
teknologi komputer
murah, itu
menunjukkan bahwa
NPV adalah alat
penganggaran modal
yang paling sering
dipilih, diikuti oleh
IRR. Selain itu,
49
perusahaan dengan
anggaran modal yang
lebih besar cenderung
mendukung NPV dan
IRR. Sebagian besar
responden setuju
bahwa WACC adalah
titik awal terbaik
untuk menentukan
tingkat diskonto yang
sesuai. metode
tambahan populer
termasuk analisis
sensitivitas, analisis
skenario, arus kas
inflasi disesuaikan,
nilai tambah
ekonomi, dan IRR
tambahan. Hal ini
menarik untuk
melacak
perkembangan MIRR
selama dekade
berikutnya untuk
melihat apakah teknik
ini keuntungan
penerimaan yang
lebih, terutama bagi
perusahaan-
perusahaan dengan
anggaran modal
besar.
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menganalisa perusahaan-perusahaan yang melakukan
initial public offering (IPO) periode 2009-2015 dengan menggunakan
prospektus dan laporan keuangan sebagai bahan perhitungan dan analisa capital
budgeting, lalu dibandingkan dengan kinerja perusahaan tersebut selama 5 tahun
setelah melakukan IPO. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang melakukan
go public di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2009 dan 2010. Dimana di BEI
(Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan
keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Penelitian dilakukan
terhadap laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut, yang telah
diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009 dan 2010.
Adapun metode analisis yang digunakan dalam proses pengolahan data adalah
capital budgeting atau penganggaran modal dengan menggunakan beberapa
teknik capital budgeting, yaitu Payback Period (PP), Discounted Payback
Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability
Index (PI) dan dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan menggunakan
rasio-rasio keuangan yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin
(OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Earning per Share (EPS).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dengan kata lain populasi adalah keseluruhan dari objek
52
penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
perusahaan yang melakukan go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009-
2015.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan
sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan
peneliti untuk dapat meneliti populasi. Teknik sampling yang diambil adalah
teknik sampling purposive sampling. Yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam
penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria berikut:
a. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang melakukan IPO
pada periode 2009 dan 2010.
b. Perusahaan diambil terdaftar dan tidak mengalami delisting
(Konsisten) selama periode 2009-2015.
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang
berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap
selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.
d. Pada laporan keuangan dan prospektus, terdapat kelengkapan data
keuangan untuk melakukan pengukuran menggunakan metode
capital budgeting dan kinerja perusahaan.
e. Perusahaan tersebut menggunakan dana yang diperoleh dari IPO
untuk proyek investasi.
53
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel
No Kriteria Sampel Jumlah
1 Perusahaan yang melakukan IPO pada
periode 2009 dan 2010
36
2 Perusahaan tidak mengalami delisting
(Konsisten) selama periode 2009-2015
(4)
3 Perusahaan mempublikasikan secara lengkap
data laporan keuangan selama minimal 5
tahun semenjak melakukan IPO.
(6)
4 Perusahaan tersebut menggunakan dana yang
diperoleh dari IPO untuk proyek investasi
(10)
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 16
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 BCIP Bumi Citra Permai Tbk
3 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
4 BRAU Berau Coral Energy Tbk
5 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
6 BWPT BW Plantation Tbk
7 GREN Evergreen Invesco Tbk
8 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
10 KRAS Krakatau Steel Tbk
11 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
12 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
13 PTPP PP (Persero) Tbk
14 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
15 TRIO Trikomsel Oke Tbk
16 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
54
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian
ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder, dan data
tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan
yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan dipublikasikan secara
lengkap selama minimal 5 tahun semenjak melakukan IPO.
Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi
sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu
data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan
yaitu suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh data dengan
menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal-jurnal
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Capital Budgeting
Menurut Francis J. Clauss (2010), capital budgeting merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menganalisis (mengidentifikasi dan
memilih) kelayakan suatu proyek/jenis investasi dalam jangka panjang
yang akan dilakukan oleh perusahaan dan diharapkan untuk
menghasilkan benefit lebih dari satu tahun. Menurut Keown et. al. (2011)
ada tujuh kriteria paling umum yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah sebaiknya proyek itu diterima atau ditolak di dalam analisis
capital budgeting, yaitu: payback period, discounted payback period, net
55
present value, profitability index, internal rate of return, modified
internal rate of return. Hasil analisis menggunakan metode capital
budgeting tersebut menghasilkan keputusan apakah proyek investasi
tersebut layak diterima atau tidak, sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
2. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di
analisis menggunakan rasio profitabilitas, yaitu Net Profit Margin
(NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE),
Return on Asset (ROA), dan Earning per Share (EPS) untuk melihat
bagaimana kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan rasio
leverage, yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset Ratio
(DAR) untuk mengetahui kemampuan perusahaan mengendalikan
tingkat utang mereka dan meminimalkan resiko gagal bayar. Semakin
tinggi nilai rasio profitabilitas semakin bagus untuk perusahaan,
sedangkan untuk rasio leverage semakin rendah hasilnya semakin baik
kinerja perusahaan tersebut.
56
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Initial Public Offering
Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi
korporasi perusahaan, yaitu mencari modal dari pihak luar dengan
melakukan penawaran saham perdana (selanjutnya disebut sebagai IPO).
IPO adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan
oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau
efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang ditetapkan oleh
UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.
Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan
waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran
saham. Selain itu, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus
dapat memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah
membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang
penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek
yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance
yang baik.
Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh
sejumlah keuntungan seperti :
a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan
saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan
57
mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga investasi
perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini.
b. Menciptakan instrument keuangan yang sifatnya dapat
dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan
perusahaan lain seperti merger, konsolidasi dan sebagainya.
c. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam melakukan
pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan
modal ekuitas lebih cepat.
d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya
IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata
investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang
diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan
bagi investor juga.
Menurut Kusumawardhani (2009) dalam proses IPO calon emiten
harus melewati empat tahapan yaitu:
a. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum mengajukan pernyataan
pendaftaran ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK). Dalam tahapan ini, Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) merupakan langkah awal untuk
mendapat persetujuan pemegang saham mengenai rencana go
public. Anggaran dasar perseroan juga harus diubah sesuai
58
dengan anggaran dasar perusahaan publik. Kegiatan lain dalam
tahapan ini antara lain menunjuk underwriter serta lembaga dan
profesi pasar modal yang dibutuhkan seperti akuntan publik,
konsultan hukum, penilai, notaris, dan lainnya. Kegiatan terakhir
dalam tahap ini adalah perusahaan mengadakan perjanjian
pendahuluan dengan bursa efek untuk mencatatkan saham
perseroan guna diperdagangkan di pasar sekunder dan perjanjian
pendahuluan dengan underwriter.
b. Tahap Pemasaran
Langkah penting yang dilakukan pada tahapan ini antara lain:
1) Due dilligence meeting yaitu pertemuan dengar pendapat
antara calon emiten dan underwriter dimana dilakukan
pertukaran informaasi yang dimiliki kedua belah pihak
sehingga emiten mampu menjawab pertanyaan yang
nantinya diajukan oleh investor.
2) Public expose merupakan tindakan pemasaran kepada
masyarakat pemodal dengan mengadakan pertemuan
untuk mempresentasikan dan menyebarkan informasi
penawaran saham kepada investor. Rangkaian public
expose yang dilakukan secara berkesinambungan dari satu
lokasi ke lokasi lainnya disebut istilah roadshow, dimana
calon emiten dapat menyebarkan info memo dan
prospektus awal.
59
3) Book building merupakan proses pengumpulan jumlah
saham yang diminati investor atau investor yang sudah
menyatakan kesediaan untuk membeli sejumlah saham
pada harga tertentu.
4) Penentuan harga perdana yang dilakukan antara
underwriter dan calon emiten.
c. Tahap Penawaran Umum
Pada tahap ini, calon emiten menerbitkan prospektus ringkas di
dua media cetak yang berbahasa Indonesia, dilanjutkan dengan
penyebaran prospektus perusahaan lengkap final, penyebaran
FPPS (Formulir Pemesanan Pembeli Saham), menerima
pembayaran, melakukan penjatahan, membayar kembali (refund)
dan akhirnya penyerahan Surat Kolektif Saham (SKS) bagi pihak
yang memperoleh penjatahan saham.
d. Tahap Perdagangan di Pasar Sekunder
Tahap ini meliputi tahapan melakukan pendaftaran ke bursa efek
untuk mencatatkan sahamnya sesuai dengan ketentuan. First
issue adalah pencatatan saham yang ditawarkan kepada publik
pada saat IPO yang biasanya berjumlah sekitar 10% sampai
dengan 40% sedangkan sisa saham belum dapat diperdagangkan
sampai perusahaan melakukan pencatatan saham tersebut.
Terdapat dua cara pencatatan sisa saham tersebut agar dapat
diperdagangkan di pasar sekunder yaitu, partial listing, dimana
perusahaan melakukan pencatatan sahamnya secara secara partial
60
(sebagian) dan company listing, dimana perusahaan mencatatkan
seluruh sisa saham yang dimilkinya sehingga seluruh saham
dapat diperdagangkan di pasar saham.
Proses IPO Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya
ke publik disebut melakukan penawaran perdana (IPO). Sebelum
perusahaan go public, awalnya saham–saham perusahaan tersebut
dimiliki oleh manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai–pegawai
kunci dan hanya sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor. Keputusan
perusahaan untuk menjadi perusahaan publik (go public) merupakan
suatu keputusan yang harus dengan perhitungan yang matang karena
dengan go public perusahaan dihadapkan pada beberapa konsekuensi
langsung baik yang bersifat menguntungkan (benefits) maupun yang
merugikan.
Pada bab ini, peneliti menganalisis data-data yang diperoleh
berdasarkan model dan metode capital budgeting yang telah ditetapkan
pada bab sebelumnya. Pada bab ini akan dilakukan interpretasi atas hasil
perhitungan dan pengolahan data mengenai analisis capital budgeting
yang dilakukan pada perusahaan yang melakukan IPO tersebut. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sampel data didapatkan dengan
metode purposive sampling. Metode tersebut dilakukan agar sampel
yang diperoleh benar-benar memiliki kriteria yang dibutuhkan.
Berdasarkan data dari situs Bursa Efek Indonesia, jumlah
populasi emiten BEI yang IPO ditahun antara periode 2009 dan 2010 ada
61
sebanyak 36 perusahaan. Dari jumlah tersebut peneliti mengurangi
sebanyak 20 perusahaan dikarenakan perusahaan tersebut mengalami
delisting dan data laporan keuangan perusahan tidak memenuhi kriteria
minimal yaitu berjumlah minimal 5 tahun setelah IPO dan perusahaan
tidak menggunakan dana yang diperoleh IPO untuk proyek investasi.
Sehingga peneliti mengeluarkannya dari sampel penelitian, sehingga
total sampel penelitian menjadi 16 perusahaan.
2. Dasar Perhitungan Capital Budgeting
a. Tingkat Inflasi
Inflasi merupakan hal yang penting untuk dipantau karena berkaitan
erat dengan daya beli masyarakat. Penentuan tingkat inflasi
didasarkan pada nilai rata-rata laju inflasi tujuh tahun terakhir yaitu
dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode 2015 sebagaimana
dimuat dalam tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1
Tingkat Inflasi Indonesia Periode 2009-2015
Periode Tingkat Inflasi Indonesia Target BI
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
4.8%
5.1%
5.4%
4.3%
8.4%
8.4%
3.4%
4.5%
5.0%
5.0%
5.0%
4.5%
4.5%
4.0%
Rata-rata 5.7% 4.6%
Sumber : Laporan Tahunan Bank Indonesia (periode 2009-2015)
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/, diakses
20 Agustus 2016, 19.00)
62
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata tingkat inflasi
Indonesia 7 tahun terakhir (periode 2009-2015) adalah 5.7% dimana
angka tertinggi terdapat pada tahun 2013 dan angka terendah terdapat
pada tahun 2012 yang disebabkan oleh fluktuasi harga komoditi yang
cukup tinggi sepanjang tahun 2013 dan penyumbang utamanya
adalah kenaikan harga BBM dan menurunnya nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing.
b. Nilai Tukar Mata Uang Asing
Nilai tukar rupiah terhadap United States Dollar (USD) akan
digunakan dalam perhitungan laporan keuangan perusahaan yang
sebagian disajikan dalam bentuk USD, bukan dalam bentuk Rupiah.
Berikut ini tabel rata-rata kurs tahunan Bank Indonesia dari tujuh
tahun terakhir yaitu dimulai dari periode 2009 sampai dengan periode
2015, sebagaimana dimuat dalam tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2
Nilai Tukar Rupiah ke USD periode 2009-2015
Periode Rata-rata Kurs Tahunan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
9447
9879
9336
9718
12171
12502
13864
Rata-rata 10988
Sumber : Kurs Transaksi Bank Indonesia Mata Uang IDR-USD
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Kurs+Bank+ Indonesia
/Kurs+Transaksi/, diakses 20 Agustus 2016, 19.00)
63
c. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang digunakan dalam perhitungan analisis
capital budgeting akan menggunakan suku bunga Bank Indonesia
dengan mengambil rata-rata dari tujuh tahun sebelumnya yaitu
dimulai dari periode 2009 sampai dengan 2015. Rinciannya dapat
dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3
Suku Bunga Bank Indonesia periode 2009-2015
Periode Suku Bunga Bank Indonesia
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
6.50%
6.50%
6.00%
5.75%
7.50%
7.75%
7.50%
Rata-rata 6.8%
d. Laporan Keuangan Arus Kas
Menurut Syafri (2008), Laporan Keuangan adalah output dan
hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang
menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu
bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai
informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban
atau accountability. Sekaligus mengambarkan indikator
kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Sumber : Data Suku Bunga Indonesia Tahunan
(http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/,
diakses 20 Agustus 2016, 19.00)
64
Berdasarkan hasil analisis laporan arus kas perusahaan-
perusahaan yang melakukan IPO dalam periode 2009-2015, maka
dapat diperoleh informasi sebagai berikut :
1) Aktifitas Operasi :
Semua transaksi yang terkait dengan operasional utama
perusahaan, dengan kata lain: yang tergolong ke dalam
aktifitas opersional adalah segala transaksi yang akan masuk
ke dalam laporan laba/rugi , mulai dari “pendapatan”, “harga
pokok penjualan”, sampai dengan “biaya operasional”.
2) Aktifitas Investasi :
Semua transaksi yang terkait dengan penjualan dan pembelian
aktiva tetap, penerimaan kas dari piutang, pengembalian cash
advance, pengeluaran kas yang mengakibatkan piutang
meningkat, termasuk juga dalam hal ini adalah pemberian
cash bon (cash advance), deposit, dan uang muka biaya.
3) Aktifitas Pendanaan :
Transaksi-transaksi yang terkait dengan modal dan
kewajiban, yaitu : pengeluaran kas untuk pelunasan utang,
penerimaan kas dari hasil utang baru (bank loans & credit
loans). Penerimaan atas penjualan saham atau surat berharga
lainnya.
65
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Perhitungan Capital Budgeting
Analisis laporan keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode
2009 dan 2010 dilakukan dengan metode capital budgeting sebagai berikut :
a. Payback Period
Payback period untuk sebuah investasi adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali seutuhnya uang yang telah
diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. Periode waktunya adalah sejak
waktu awal mulanya dikeluarkan dana investasi oleh perusahaan sampai
kepada tercapainya jumlah dana yang sama dengan arus keluar yang
diperoleh oleh arus masuk hasil dari investasi yang dilakukan. Pada
umumnya, semakin cepat waktu yang dibutuhkan payback period maka
investasi tersebut makin baik. Perhitungan payback period untuk masing-
masing perusahaan seperti dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Payback Period
Kode Perusahaan Payback Period
AMRT 2,19
APLN -
BCIP -
BPFI 5,36
BRAU 2,27
BUVA 1,79
BWPT 3.48
GREN -
GTBO 3,69
ICBP 3,83
IPOL -
KRAS -
NIKL -
PTPP 4,86
66
ROTI -
TRIO 5,25
Berdasarkan hasil perhitungan payback period yang telah
dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria
perhitungan payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria
Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai payback period sebesar 2,19 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,19 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia
Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai payback period sebesar
5,36 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali
modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,36
tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau
Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai payback period sebesar 2,27
yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal
dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,27 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit
Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai payback period sebesar 1,79
yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal
dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 1,79 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW
Plantation Tbk (BWPT) dengan nilai payback period sebesar 3,48 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar
Sumber : Data Diolah
67
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,48 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda
Tujuh Buana Tbk (GTBO) dengan nilai payback period sebesar 3,69
yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal
dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,69 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai payback period sebesar
3,83 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali
modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,83
tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu
PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai payback period sebesar 4,86
yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal
dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 4,86 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai payback period sebesar 5,25
yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal
dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,25 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya
dengan kode perusahaan seperti APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan
NIKL belum bisa memenuhi kembali modal dasar yang disetorkan
perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak
bisa diperoleh nilai payback period nya.
68
Perlu diperhatikan bahwa payback period juga memiliki beberapa
kelemahan. Pertama, tidak sesuai dengan prinsip nilai waktu uang (time
value of money). Contohnya, disaat uang tersebut diterima ternyata uang
tersebut memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan nilai uang yang
diterima pada tahun sebelumnya. Dalam payback period, nilai waktu
uang tidak diperhitungkan. Kedua, tidak adanya kriteria yang objektif
dalam payback period apabila investasi diterima atau disetujui. Investasi
yang sama dengan data input yang sama dapat mengalami perbedaan
hasil perhitungan investasi, dalam hal ini antara memilih empat atau lima
tahun sebagai waktu dan hasil investasi. Ketiga, aliran kas setelah
payback period tidak memiliki pengaruh berarti dalam perhitungan
payback period, sebatas hanya sampai perhitungan waktu
pengembaliannya saja. Payback period dapat menjadi alat ukur yang
baik untuk menghitung risiko likuiditas dalam sebuah investasi, tetapi
metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan. Maka
digunakanlah metode yang lebih baik lagi untuk mengukur risiko
likuiditas dalam sebuah investasi yaitu discounted payback period, yang
merupakan bentuk penyempurnaan dari payback period dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang.
b. Discounted Payback Period
Discounted payback period dikembangkan dari payback period
dan dibuat berdasarkan perhitungan dari nilai waktu uang. Discounted
payback period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bagi nilai bersih
69
aliran kas perusahaan saat ini (net cash flow’s present value) untuk
menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap investasi bersih
yang ada. Nilai saat ini dihitung secara khusus dengan mengurangi aliran
kas bersih pada tingkat pengembalian yang dibutuhkan. Pada umumnya,
semakin pendek waktu pengembalian maka semakin baik investasi
tersebut. Langkah pertama dalam proses perhitungan discounted payback
period yaitu mengurangi aliran kas bersih perusahaan dalam tingkat
pengembalian yang dibutuhkan dengan menghitung nilai bersih aliran
kas saat ini, kemudian discounted payback period dihitung menggunakan
cara yang sama seperti payback period tetapi menggunakan nilai
sekarang dari arus kas. Hasil perhitungan masing-masing perusahaan
seperti tergambar dalam tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5
Discounted Payback Period
Kode
Perusahaan Discounted Payback Period
AMRT 2,37
APLN -
BCIP -
BPFI 5,98
BRAU 2,60
BUVA 1,98
BWPT 5,24
GREN -
GTBO 3,92
ICBP 4,40
IPOL -
KRAS -
NIKL -
PTPP 5,62
ROTI -
70
TRIO 5,33
Tidak jauh berbeda dari hasil yang ditunjukkan dengan
menggunakan metode payback period, berdasarkan hasil perhitungan
discounted payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan discounted
payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
(AMRT) dengan nilai discounted payback period sebesar 2,37 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,37 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia
Prosperindo Finance Tbk (BPFI) dengan nilai discounted payback period
sebesar 5,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi
kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu
5,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT.
Berau Coral Energy Tbk (BRAU) dengan nilai discounted payback
period sebesar 2,60 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa
memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 2,60 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,
selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) dengan nilai
discounted payback period sebesar 1,98 yang artinya perusahaan tersebut
sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan
dalam jangka waktu 1,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek
Sumber : Data Diolah
71
Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk (BWPT) dengan
nilai discounted payback period sebesar 5,24 yang artinya perusahaan
tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan
perusahaan dalam jangka waktu 5,24 tahun sejak melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk
(GTBO) dengan nilai discounted payback period sebesar 3,92 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar
yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,92 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dengan nilai discounted payback
period sebesar 4.4 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa
memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 4.4 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,
selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk (PTPP) dengan nilai discounted
payback period sebesar 5,62 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa
memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 5,62 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia,
selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) dengan nilai
discounted payback period sebesar 5,33 yang artinya perusahaan tersebut
sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan
dalam jangka waktu 5,33 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti
APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi
72
kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai discounted
payback period nya.
c. Net Present Value
Net Present Value (NPV) adalah penjumlahan dari nilai sekarang
arus kas perusahaan ditingkat pengembalian yang diinginkan dikurangi
dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang pada suatu investasi,
memberikan suatu ukuran nilai bersih (net value) dari investasi
perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan sekarang. Karena semua
arus kas didiskontokan kembali ke nilai sekarang, membandingkan
perbedaan antara jumlah nilai sekarang dari arus kas akhir tahunan dan
pengeluaran awal adalah memadai. Menurut Freddy Rangkuti
(2012:159) menyatakan bahwa net present value mempunyai keunggulan
dalam mengetahui profitabilitas investasi, yaitu :
a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah
yang akan diterima dimasa yang akan datang.
b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu
investasi.
c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran
yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate.
d. Bersifat value-additivitty principle, masing-masing NPV suatu
investasi dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan.
73
e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan
nilai suatu investasi.
Ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi
perusahaan tersebut layak dan diterima, sedangkan ketika NPV suatu
investasi hasilnya negatif, maka tidak disarankan untuk berinvestasi di
perusahaan tersebut. Perhitungan NPV kepada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dapat terlihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 4.6
Net Present Value
Kode
Perusahaan Net Present Value
AMRT 2444531984874,94
APLN -218137678627,02
BCIP -241436088361,25
BPFI 3082918704,09
BRAU 9032959073950.24
BUVA 19951471405335,90
BWPT 91065810388,67
GREN -931539397379,76
GTBO 90492283964,91
ICBP 8001410223531,96
IPOL -965150677346,07
KRAS -7272443625013,66
NIKL -109718835100,60
PTPP 773943953935,26
ROTI -145555732642,39
TRIO 143749522965,67
Berdasarkan hasil perhitungan net present value dalam tabel 4.6
diatas, dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan, diantaranya PT Sumber
Sumber : Data Diolah
74
Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa
Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana
Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero
Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai NPV yang
lebih besar dari nol dan telah memenuhi kriteria, yaitu ketika NPV suatu
investasi lebih besar dari nol, maka investasi kepada perusahaan tersebut
layak dan diterima, dan juga memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan
investasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan hasil positif yang
diperoleh dari perhitungan NPV menggambarkan investasi yang akan
dilakukan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai dari perusahaan
tersebut, sedangkan sisanya yaitu PT. Agung Podomoro Land Tbk
(APLN), PT. Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Evergreen Invesco
Tbk (GREN), PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), PT.
Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT. Latinusa Tbk (NIKL), PT. Nippon
Indosari Corpindo Tbk (ROTI) memiliki nilai NPV yang masih
menunjukkan hasil yang negatif sampai dengan periode laporan
keuangan terakhir yakni tahun 2015, maka kepada para investor tidak
disarankan untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.
d. Profitability Index
Indeks profitabilitas (PI) atau rasio manfaat biaya merupakan
rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran
awal. Meskipun kriteria investasi NPV memberikan suatu ukuran nilai
75
absolut yang diinginkan dari suatu investasi, indeks probabilitas menjadi
ukuran relatif yang dinginkan investor yang merupakan rasio nilai
sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya investasi awal.
Indeks probabilitas juga menghasilkan keputusan menerima atau
menolak sebuah investasi yang sama dengan kriteria NPV. Ketika nilai
sekarang dari arus kas bersih suatu investasi sama dengan atau lebih
besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV dari investasi tersebut akan
positif, dan nilai indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai
lebih dari 1 (satu). Jadi, dua kriteria keputusan ini akan selalu
menghasilkan keputusan yang sama, baik itu menerima maupun tidak
disarankan berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Perhitungan indeks
profitabilitas dalam pengambilan keputusan investasi terhadap
perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar
dalam tabel 4.7 berikut dibawah ini :
Tabel 4.7
Profitability Index
Kode
Perusahaan Profitability Index
AMRT 3,009
APLN 0,228
BCIP 0,136
BPFI 1,011
BRAU 2,001
BUVA 8,748
BWPT 1,103
GREN 0,068
GTBO 1,071
ICBP 1,457
IPOL 0,413
76
KRAS 0,635
NIKL 0,862
PTPP 1,085
ROTI 0,773
TRIO 1.094
Berdasarkan hasil perhitungan profitability index dalam tabel 4.7
diatas dapat disimpulkan bahwa sejumlah perusahaan yaitu PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa
Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana
Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero
Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) yang memiliki nilai
profitability index lebih dari 1 (satu), hal itu bertepatan dengan asumsi
bahwa ketika nilai sekarang dari arus bersih suatu investasi sama dengan
atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, NPV dari investasi tersebut
akan positif, menandakan bahwa investasi kepada perusahaan tersebut
bisa diterima, maka indeks probabilitas investasi tersebut juga akan
bernilai lebih dari 1 dan investasi diterima. Dari tabel 4.7 juga dapat
dilihat bahwa skor tertinggi dimiliki oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
(BUVA) yakni dengan skor 8,748 hal ini menandakan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang baik setelah melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia.
Sumber : Data Diolah
77
e. Modified Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah metode yang menghitung
tingkat bunga (discount rate) yang membuat nilai sekarang dari seluruh
perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai
ekspektasi arus kas keluar (Hazen, 2009). IRR merupakan tingkat bunga
yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol.
Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari discount rate maka
menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan
return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga investor sebaiknya
menerima investasi tersebut. IRR yang lebih kecil dari discount rate
menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return
yang lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga investor disarankan tidak
berinvestasi kepada perusahaan tersebut, sedangkan IRR yang sama
dengan discount rate maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan
menghasilkan return sebesar yang diharapkan (Peterson,2002). Namun
metode ini memiliki kelemahan, yaitu :
a. Metode ini membutuhkan nilai discount rate dalam
perhitungannya.
b. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika
harus memperbandingkan mutually exclusive projects.
c. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika
harus memilih suatu proyek yang capitalnya berupa rasio.
78
Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh
metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk
melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut
MIRR (Modified Internal Rate of Return). Penggunaan metode ini
mengkonversikan seluruh arus kas sesudah initial investment atau
investasi awal dengan asumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan
kembali pada discount rate menjadi arus kas tunggal pada akhir masa
investasi tersebut (Lefley, 2007). MIRR diperoleh dengan
mengasumsikan arus kas keluar ditahun nol (0) dan arus kas masuk pada
saat sesudah investasi. Arus kas masuk pada akhir masa investasi
diasumsikan memiliki rate yang sama dengan discount rate, bukan
dengan menggunakan IRR (dimana umumnya lebih besar dari discount
rate), sehingga hasil yang diperoleh akan lebih mendekati realistis
dengan menggunakan metode ini.
Hubungan antara NPV dengan MIRR adalah jika NPV positif
maka MIRR harus lebih besar dari tingkat diskonto. Dengan demikian,
semua kriteria arus kas yang didiskonto akan konsisten dan memberikan
hasil yang sama seperti metode net present value yaitu keputusan
menerima atau menolak suatu investasi. Perhitungan modified internal
rate of return dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan yang
melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel berikut
dibawah ini :
79
Tabel 4.8
Modified Internal Rate of Return
Kode
Perusahaan MIRR Discount Rate
AMRT 9,4910% 6,83%
APLN -23,0599% 6,83%
BCIP -38,1760% 6,83%
BPFI 7,0570% 6,83%
BRAU 34,9541% 6,83%
BUVA 94,7990% 6,83%
BWPT 11,1950% 6,83%
GREN -54,3990% 6,83%
GTBO 9,2800% 6,83%
ICBP 18,5990% 6,83%
IPOL -16,7400% 6,83%
KRAS -7,7873% 6,83%
NIKL 1,3490% 6,83%
PTPP 9,4910% 6,83%
ROTI 0,7850% 6,83%
TRIO 9,4760% 6,83%
Kriteria dari MIRR sama dengan IRR yaitu akan menerima suatu
investasi jika tingkat pengembalian internal lebih besar atau sama dengan
tingkat diskonto, sedangkan apabila tingkat pengembalian internalnya
kurang dari tingkat diskonto maka tidak disarankan untuk berinvestasi ke
perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
pengembalian internal yang telah dilakukan terdapat beberapa
perusahaan, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT. Batavia
Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU),
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT),
PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur
Sumber : Data Diolah
80
(ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
yang memiliki nilai MIRR diatas tingkat diskonto yang telah ditetapkan,
maka dari itu segala bentuk investasi kepada perusahaan tersebut layak
dan bisa diterima, karena perusahaan mampu memiliki tingkat
pengembalian internal yang baik dan mampu memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage yaitu Net Profit Margin
(NPM), Operating Profit Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on
Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan
Earning per Share (EPS). Berikut ini hasil perhitungan kinerja keuangan dari
masing-masing perusahaan :
a. Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
bersih. Warren Buffet (2002) mengatakan, “Perusahaan yang menarik
adalah perusahaan yang menikmati margin laba yang tinggi dan
menghasilkan keuntungan kas pada pemiliknya". Semakin besar NPM
maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut.
81
Tabel 4.9
Net Profit Margin
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 1.82 1.98 2.06 1.63 1.37 1.26
APLN 14.54 17.91 17.94 18.98 18.58 18.70
BCIP 22.14 4.31 9.05 18.17 14.13 3.13
BPFI 28.76 18.18 18.45 17.41 18.17 25.72
BRAU 16.30 14.25 12.52 10.50 10.03 12.24
BUVA 24.52 24.99 25.28 26.27 10.84 18.72
BWPT 34.20 36.07 27.77 15.89 8.60 8.27
GREN 1.07 0.86 0.42 0.37 0.19 -9.30
GTBO 10.79 2.90 3.30 4.07 1.79 1.32
ICBP 9.48 10.67 10.58 8.91 8.43 9.21
IPOL 8.28 9.70 -11.72 -11.38 -6.98 -2.34
KRAS 7.14 1.45 -0.86 -0.65 -8.40 -24.70
NIKL 5.48 -1.52 -4.57 0.16 -4.39 2.44
PTPP 4.58 3.85 3.87 3.61 4.28 5.95
ROTI 3.28 23.10 117.09 -21.13 -15.46 -8.92
TRIO 3.71 4.26 3.98 4.82 2.99 3.09
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil net profit margin dari
masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk
(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan net profit margin nya ada yang
negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel
Tbk (KRAS) dengan nilai net profit margin -24,70%.
Sumber : Data Diolah
82
b. Operating Profit Margin (OPM)
Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktivitas operasi perusahaan.
Tabel 4.10
Operating Profit Margin
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 2.21 2.73 2.60 2.71 2.80 2.67
APLN 15.12 23.23 23.39 24.01 17.72 19.07
BCIP 30.03 15.63 18.21 25.57 25.17 47.57
BPFI 35.98 23.93 24.42 22.72 24.00 26.52
BRAU 20.53 18.84 16.74 15.44 15.88 20.83
BUVA 34.45 36.64 38.38 39.09 22.42 32.65
BWPT 52.10 54.37 44.19 28.46 15.65 14.60
GREN 4.53 5.50 11.37 14.44 18.23 15.52
GTBO 17.10 4.07 7.27 7.42 5.83 6.06
ICBP 14.72 13.47 13.17 11.05 10.42 12.58
IPOL 29.41 32.37 33.09 14.94 11.06 12.76
KRAS 6.68 2.00 -0.70 -0.50 -3.77 -13.89
NIKL 5.65 -1.16 -4.77 1.79 -2.71 3.75
PTPP 8.91 10.51 8.88 9.21 10.11 11.23
ROTI -7.37 41.59 59.27 5.71 -10.92 -6.45
TRIO 7.44 8.22 8.63 9.89 10.03 9.11
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil operating profit margin
dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Krakatau Steel Tbk
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan operating profit margin nya ada
yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau
Sumber : Data Diolah
83
Steel Tbk (KRAS) dengan nilai operating profit margin sebesar -
13,89%.
c. Return on Equity (ROE)
Return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal
sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau
investor.
Tabel 4.11
Return on Equity (ROE)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 23.58 24.70 15.52 21.85 19.04 18.52
APLN 6.69 13.62 13.25 12.90 11.63 12.80
BCIP 12.14 1.30 4.93 14.51 12.19 2.10
BPFI 17.20 14.19 15.53 16.44 9.36 13.75
BRAU 21.91 21.22 22.37 20.07 19.64 22.76
BUVA 8.90 10.47 7.43 7.66 3.15 5.42
BWPT 21.50 22.47 15.74 8.32 2.80 0.19
GREN 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05 -2.29
GTBO 16.52 4.59 5.31 6.28 2.65 2.44
ICBP 33.40 19.29 19.04 16.85 16.83 17.84
IPOL 24.84 30.69 -74.09 -202.27 246.01 32.83
KRAS 11.41 2.52 -1.75 -1.29 -17.59 -18.26
NIKL 15.30 -4.34 -15.16 0.65 -20.02 8.93
PTPP 19.02 16.85 18.70 21.20 22.26 16.52
ROTI 0.33 22.55 74.20 -8.15 -6.72 -4.28
TRIO 23.91 27.74 20.74 24.64 13.59 4.85
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on equity dari
masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk
(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk
Sumber : Data Diolah
84
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on equity nya ada yang
negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Indopoly
Swakarsa Industry Tbk (IPOL) dengan nilai return on equity -202.27%.
d. Return on Asset (ROA)
Return on asset adalah rasio antara laba bersih setelah pajak
dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergunakan.
Tabel 4.12
Return on Asset (ROA)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 6.00 7.19 6.41 5.19 4.09 3.80
APLN 3.63 6.35 5.54 4.73 4.15 4.60
BCIP 9.72 1.01 2.78 7.56 5.17 0.80
BPFI 9.05 6.32 5.53 4.54 3.82 6.24
BRAU 17.56 15.27 12.38 8.67 8.80 10.00
BUVA 4.63 6.23 4.66 4.32 1.67 3.34
BWPT 9.17 8.93 5.34 2.93 1.19 0.08
GREN 0.44 0.38 0.11 0.09 0.04 -1.66
GTBO 7.90 2.01 2.65 3.42 1.44 1.41
ICBP 14.50 13.57 12.86 10.51 10.16 11.01
IPOL 4.77 7.81 -8.36 -8.10 -3.86 -1.48
KRAS 6.03 1.21 -0.76 -0.57 -6.04 -10.35
NIKL 8.13 -2.09 -5.85 0.22 -5.88 2.94
PTPP 3.70 3.46 3.62 3.39 3.64 4.42
ROTI 0.19 15.91 57.70 -6.74 -5.79 -2.93
TRIO 8.54 7.95 7.14 6.07 3.56 1.28
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on asset dari
masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
Sumber : Data Diolah
85
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk
(GREN), Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ( ROTI) hasil perhitungan return on asset nya ada yang
negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel
Tbk (KRAS) dengan nilai return on asset -10,35%.
e. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan hutang dan
modal untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio,
maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh
pemegang saham, sedangkan dari perspektif kemampuan membayar
kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio DER maka semakin
baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya.
Debt to equity ratio (DER) dengan angka dibawah 1,00 (satu)
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki hutang yang lebih kecil
dari ekuitas yang dimilikinya. Tetapi investor juga harus jeli dalam
menganalisis DER ini, sebab jika total hutang lebih besar dari ekuitas,
maka harus dilihat lebih lanjut apakah hutang lancar atau hutang jangka
panjang yang lebih besar. Hal yang perlu juga diperhatikan adalah
perusahaan dibidang keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan
investasi cenderung memiliki DER tinggi karena sebagian besar dana
86
yang dikelola adalah dana pihak ketiga dan secara akuntansi dana
tersebut dianggap liabilities.
Tabel 4.13
Debt to Equity Ratio (DER)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 2.93 2.43 1.42 3.21 3.65 3.25
APLN 0.84 1.15 1.39 1.73 1.80 1.70
BCIP 0.25 0.30 0.77 0.92 1.36 1.63
BPFI 0.90 1.24 1.81 2.62 1.45 1.03
BRAU 0.25 0.39 0.81 1.32 1.23 1.28
BUVA 0.92 0.68 0.60 0.77 0.89 0.72
BWPT 1.08 1.52 1.95 1.84 1.36 1.41
GREN 0.19 0.21 0.22 0.29 0.36 0.37
GTBO 1.06 1.28 1.01 0.83 0.84 0.83
ICBP 0.45 0.42 0.48 0.60 0.66 0.62
IPOL 4.06 2.93 7.87 23.97 -64.71 -36.82
KRAS 0.88 1.08 1.30 1.26 1.91 1.07
NIKL 0.88 1.07 1.59 1.90 2.40 2.04
PTPP 3.31 3.86 4.16 5.26 5.11 2.74
ROTI 0.74 0.42 0.29 0.21 0.18 0.22
TRIO 1.80 2.49 1.90 3.06 2.82 2.79
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil debt to equity ratio dari
masing-masing perusahaan terlihat relatif besar selama periode 2010
sampai 2015, dan berdasarkan hasil perhitungan DER hanya ada
beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA),
dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang hasil perhitungan debt
to equity ratio nya konsisten dibawah 1,00 (satu), hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki rasio hutang yang lebih
kecil dari ekuitas yang dimilikinya dan kemampuan perusahaan dalam
Sumber : Data Diolah
87
membayar kewajiban jangka panjangnya cukup baik. Kinerja yang
sangat tidak stabil justru ditunjukkan oleh Indopoly Swakarsa Industry
Tbk (IPOL) karena nilai debt to equity ratio perusahaan tersebut
bergerak naik dan turun sangat tajam.
f. Debt to Total Asset Ratio (DAR)
Debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total
hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan, sehingga semakin besar juga risiko
finansial perusahaan gagal untuk mengembalikan pinjaman.
Tabel 4.14
Debt to Asset Ratio (DAR)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 0.75 0.71 0.59 0.76 0.79 0.52
APLN 0.46 0.53 0.58 0.63 0.64 0.63
BCIP 0.20 0.23 0.44 0.48 0.58 0.62
BPFI 0.47 0.55 0.64 0.72 0.59 0.47
BRAU 0.20 0.28 0.45 0.57 0.55 0.56
BUVA 0.16 0.18 0.18 0.22 0.27 0.28
BWPT 0.57 0.60 0.66 0.65 0.58 0.58
GREN 0.48 0.40 0.37 0.44 0.47 0.42
GTBO 0.51 0.56 0.50 0.45 0.46 0.45
ICBP 0.30 0.30 0.32 0.38 0.40 0.38
IPOL 0.78 0.75 0.89 0.96 1.02 0.93
KRAS 0.46 0.52 0.56 0.56 0.66 0.52
NIKL 0.47 0.52 0.61 0.65 0.71 0.67
PTPP 0.77 0.79 0.81 0.84 0.84 0.73
ROTI 0.42 0.29 0.22 0.17 0.15 0.23
TRIO 0.64 0.71 0.66 0.75 0.74 0.74
Sumber : Data Diolah
88
Bisa dilihat dari tabel dihalaman sebelumnya bahwa hasil debt to
asset ratio dari masing-masing perusahaan terlihat relatif kecil yaitu
dibawah 1,00 (satu) selama periode 2010 sampai 2015, terkecuali
Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL) karena pada tahun 2014 nilai
debt to asset ratio nya 1,02 dan perusahaan tersebut memiliki nilai debt
to asset ratio pertahun yang tertinggi dibanding perusahaan lainnya. Dari
grafik tersebut dapat dilihat juga bahwa nilai debt to asset ratio terbaik
dimiliki oleh 3 perusahaan yaitu Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
(ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk (ROTI). Hal ini juga menunjukkan bahwa jumlah aset
yang dibiayai oleh hutang dari ketiga perusahaan tersebut rendah
sehingga risiko kegagalan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang
dari masing-masing perusahaan juga rendah.
g. Earning per Share (EPS)
Earning per share adalah rasio yang mengukur berapa tingkat
keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Salah satu alasan investor
membeli saham adalah untuk mendapatkan dividend, jika nilai EPS kecil
maka kecil pula kemungkinan perusahaan membagikan dividen.
Sehingga investor akan meminati saham yang memiliki EPS yang tinggi
dibanding saham yang memiliki EPS yang rendah. Earning per share
rendah cenderung membuat harga saham juga turun.
89
Tabel 4.15
Earning per Share (EPS)
2011 2012 2013 2014 2015
AMRT 74.55 105.10 127.41 142.61 13.82
APLN 11.76 28.30 41.04 41.53 47.99
BCIP 15.50 1.93 6.64 22.64 21.34
BPFI 25.95 23.28 29.26 36.28 29.94
BRAU 106.38 114.52 147.33 31.22 37.26
BUVA 16.78 18.87 18.32 20.99 9.68
BWPT 60.34 79.35 64.71 44.86 6.01
GREN 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05
GTBO 34.26 7.79 11.25 17.33 7.17
ICBP 338.77 373.80 381.63 446.62 514.62
IPOL 0.0038 0.0015 -50.13 -58.18 -27.39
KRAS 0.81 0.65 -12.53 -10.88 -118.10
NIKL 29.55 -7.63 -24.79 1.35 -35.21
PTPP 42 49.61 63.95 86.88 109.85
ROTI 0.34 29.55 376.76 -29.26 -22.93
TRIO 46.15 68.27 80.22 100.56 66.03
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP) merupakan perusahaan yang menghasilkan earning
per share tertinggi dengan rata-rata 411,09 rupiah per tahun, beberapa
perusahan seperti Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Berau Coral
Energy Tbk (BRAU), BW Plantation Tbk (BWPT), PP (Persero) Tbk
(PTPP), Trikomsel Oke Tbk (TRIO) memiliki nilai earning per share
yang cukup tinggi dibanding perusahaan lainnya. Namun ada beberapa
perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk (GREN), Indopoly Swakarsa
Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk (KRAS), Pelat Timah
Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang
Sumber : Data Diolah
90
nilai earning per share sangat kecil, bahkan sampai bernilai negatif pada
tahun-tahun tertentu.
3. Perbandingan Analisis Capital Budgeting dan Kinerja Keuangan
Perusahaan
Berdasarkan hasil perhitungan kinerja keuangan perusahaan dapat
kita lihat bahwa hasil dari masing-masing rasio keuangan tersebut sebagian
besar sesuai dengan hasil analisis capital budgeting yang sebelumnya yaitu
beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT.
Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk
(BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk
(BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses
Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT. Trikomsel Oke Tbk
(TRIO) sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi dan memiliki kinerja
keuangan yang cukup baik ditinjau dari masing-masing rasio keuangan dan
tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya Agung Podomoro Land Tbk
(APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP) yang tidak sesuai, karena secara
analisis capital budgeting perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria
kelayakan investasi namun memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak
menghasilkan nilai yang negatif. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai
macam hal dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal
tersebut.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan analisis capital budgeting terhadap
perusahaan-perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) periode
2009 dan 2010 dengan menggunakan prospektus dan laporan keuangan sebagai
bahan perhitungan dan analisa, serta dibandingkan dengan kinerja perusahaan
tersebut selama 5 tahun setelah melakukan IPO. Dari hasil analisis capital
budgeting dan kinerja keuangan pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia periode 2009 dan 2010 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dari prospektus dan laporan
keuangan perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010
didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Hasil perhitungan payback period, discounted payback period, net
present value, modified internal rate of return, dan profitability index
menunjukkan bahwa PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT.
Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau Coral Energy
Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT BW
Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP),
PT. Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan
investasi yang sudah ditetapkan.
92
b) Perusahaan lainnya seperti Agung Podomoro Land Tbk (APLN),
Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), Evergreen Invesco Tbk (GREN),
Indopoly Swakarsa Industry Tbk (IPOL), Krakatau Steel Tbk
(KRAS), Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ( ROTI) belum memenuhi kriteria kelayakan investasi
yang sudah ditetapkan.
2. Berdasarkan hasil kinerja keuangan dari perusahaan selama lima tahun
sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia didapatkan hasil sebagai
berikut:
a) Hasil perhitungan Net Profit Margin (NPM), Operating Profit
Margin (OPM), Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA),
dan Earning per Share (EPS) menunjukkan perusahaan yang
memiliki kinerja profitabilitas yang baik yaitu Agung Podomoro
Land Tbk (APLN), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Bumi
Citra Permai Tbk (BCIP), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk
(BPFI), PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu
Villa Tbk (BUVA), PT BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda
Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Indofood CBP Sukses Makmur
(ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), dan PT. Trikomsel Oke Tbk
(TRIO).
b) Hasil perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Asset
Ratio (DAR) menunjukkan perusahaan yang memiliki tingkat hutang
terhadap aset dan ekuitas yang baik yaitu Indofood CBP Sukses
93
Makmur Tbk (ICBP), Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), dan Nippon
Indosari Corpindo Tbk (ROTI).
3. Berdasarkan hasil analisis capital budgeting dan kinerja keuangan
perusahaan dapat disimpulkan bahwa hasil dari masing-masing rasio
keuangan tersebut sebagian besar sesuai dengan hasil analisis capital
budgeting yaitu beberapa perusahaan seperti PT Sumber Alfaria Trijaya
Tbk (AMRT), PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Berau
Coral Energy Tbk (BRAU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), PT
BW Plantation Tbk (BWPT), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), PT PP Persero Tbk (PTPP), PT.
Trikomsel Oke Tbk (TRIO) telah memenuhi kriteria kelayakan investasi
dan juga memiliki kinerja keuangan yang baik ditinjau dari masing-
masing rasio keuangan dan tidak menghasilkan nilai yang negatif, hanya
Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dan Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
yang tidak sesuai, karena secara analisis capital budgeting kedua
perusahaan tersebut belum memenuhi kriteria kelayakan investasi namun
memiliki kinerja keuangan yang baik dan tidak menghasilkan nilai rasio
keuangan yang negatif.
B. Implikasi
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian
selanjutnya dan dasar untuk melakukan pengembangan penelitian lebih
lanjut mengenai metode capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak
94
hanya setelah melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia.
2. Bagi investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi investor
yang ingin menanamkan modalnya pada penawaran umum perdana.
Dengan beracuan pada hasil penelitian ini, diharapkan investor dapat
mengambil keputusan dalam berinvestasi agar dapat memilih perusahaan
yang tepat untuk diinvestasikan berdasarkan analisis capital budgeting
dan kinerja perusahaan tersebut setelah melakukan IPO.
3. Bagi perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menilai kelayakan
investasi yang tepat untuk menambah nilai perusahaan, memaksimalkan
laba dan meminimalkan risiko pada saat melakukan investasi.
C. Saran
Berdasarkan hasil dan analisa yang telah dilakukan oleh peneliti,
penelitian ini masih ada kekurangan, sehingga ada yang perlu diperbaiki dan
diperhatikan lagi untuk penelitan berikutnya. Adapun saran dari penulis untuk
penelitan berikutnya adalah:
1. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah
data, sehingga akan mendapatkan hasil data yang lebih akurat.
2. Melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai metode
capital budgeting dan kinerja perusahaan tidak hanya setelah
melakukan IPO tapi juga sebelum melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia.
95
3. Melakukan alat analisis yang lebih baik dan teliti sehingga akan
menghasilkan data yang lebih akurat.
4. Melakukan proyeksi selama beberapa tahun ke depan terhadap
proyek investasi sebelum investasi tersebut dilakukan, data proyeksi
bisa dilihat dari data laporan keuangan pada tahun-tahun sebelumnya
dan mempertimbangkan kondisi ekonomi pada saat ini, serta
membuat proyeksi kondisi ekonomi ditahun-tahun mendatang.
96
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, R. & Hernandez, P. 1993. The Aftermarket Performance Of
InitialPublic Offering In Latin America. Financial Management 22:42-
53.
Alkaraan, F. and D. Northcott (2006) “Strategic Capital Investment Decision -
Making : A Role for Emergent Analysis Tools? A Study of Practice in
Large UK Manufacturing Companies,” The British Accounting Review,
38(2), pp.149-173.
Arifin, Zaenal, “Potret IPO di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.
14, No. 1, Jakarta, 2010.
Bennouna, K., Meredith, G.G., and Marchant, T. (2010), “Improved
capital budgeting decision making: evidence from Canada”,
Management Decision, Vol. 48 (2), pp. 225-247.
Bierman, H. and Smidt, S. (1993), The Capital Budgeting Decision: Economic
Analysis of Investment Projects, 8th ed., Prentice Hall, Toronto.
Bodie, Z., Kane, A. and A. Marcus, 2005, Investments, 6th edition. New York:
McGraw-Hill.
Bodie ZVI, Kane Alex, and Alan J. Marcus, Investment, 7th edition, McGraw-
Hill, 2008.
Brealey, R., S. Myers, and F. Allen (2007) Principles of Corporate Finance,
McGraw-Hill.
Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2009) ”Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan”, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Brigham, F, Eugene, dan Houston, F, Joel. (2010). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, Fundamentals of Financial
Management, South-Western, 2004.
Clark, John J., Hinderlang Thomas J., Pritchard Robert E., Capital
Budgeting:Planning and Control of Capital Expenditures, 3rd ed. US :
Prentice Hall International, Inc., 1989.
Cooper, William D., Morgan, Robert G., Redman, Capital Budgeting Models:
Theory Vs Practice, Journal of Business Forum, 2002.
Damodaran, Aswath, Investment Valuation: Tools and Technique for
Determining the value of Any Asset, John Wiley & Sons, 2002.
Dayananda, D. Richard I., Steve H., Capital Budgeting: Financial Appraisal of
Investment Project, Cambridge University Press, 2002.
97
Emery, Douglas R., and John D. Finnerty, Corporate Financial Management,
Pearson Education, 3rd ed., 2007.
Freeman, M. and Hobbes, G. (2001), “Capital budgeting: theory versus
practice”, Australian Accountant, Vol. 61, No. 8, pp. 36-41.
Graham, J. R. and Harvey, C. R. (2001) “The Theory and Practice of Corporate
Finance: Evidence from the Field,” Journal of Financial Economics, 60
(1-2), pp.187-243.
Hanafi, Mamduh, M., dan Halim, Abdul, (2005). ”Analisis Laporan Keuangan”,
Edisi Kedua, Unit Penerbit Dan Percetakan AMP-YKPN: Yogyakarta.
Holland, K.M dan Horton, J.G, “Initial Public Offerings on The Unlisted
Securities Market: The Impact of Profesional Advisor”, Accounting
and Business Research, Vol 24, No. 93, p 19-34, 1993.
Holmén, M., and Pramborg, B. (2009), “Capital Budgeting and Political Risk:
Empirical Evidence”, Journal of International Financial Management
& Accounting, Vol. 20 (2), pp. 105–134.
Husein Umar, 2005, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Kannadhasan M, Asha P., Effects of Inflation on Capital Budgeting Decisions-
an Analytical Study, National Conference on Financial Economics,
ICFAL, 2006.
Lefley, Frank, The sometimes overlooked discounted payback method, Journal
of Financial Management; pg. 36, 1997.
Libby, Robert, Patricia A. Libby and Daniel G. Short, Financial Accounting,
Fourth edition, McGraw-Hill, 2004.
Lowry, Michelle, Micah S.O, dan Schwert, G.W, “The Variability of IPO Initial
Returns”, The Journal of Finance, 2008.
Mills, Geofrey T., The Impact of Inflation on Capital Budgeting and Working
Capital,Journal of Financial and Strategic Decisions, Vol. 9, No. 1,
Spring 1996.
Payne, J.D., Heath, W.C. and Gale, L.R. (1999), “Comparative financial
practice in the US and Canada: capital budgeting and risk assessment”,
Financial Practice and Education, Vol. 9, No. 10, pp. 16-24.
Peterson, P.P., and Fabozzi, F.J., Capital Budgeting: Theory and Practice, John
Wiley and Sons, 2002.
Picken, David H., Mak, Stephen, Risk analysis in cost planning and its effect on
efficiency in capital cost budgeting, Journal of Enterprise Information
Management, pg.318, 2001.
98
Pike, R. (1989), “Do Sophisticated Capital Budgeting Approaches Improve
Investment Decision-Making Effectiveness?”, The Engineering
Economist, Vol. 34 (2), pp 149-161.
Rodoni, Ahmad, “Modul Institusi Depositori dan Pasar Modal”, UIN, Jakarta,
2008.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. (2010). Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Ross, Westerfield, Jaffe, Jordan, Modern Financial Management, Mc.Graw Hill
International, 2008.
Ross, S.A. (2007). Fundamentals of Corporate Finance, 4th Aust ed., McGraw
Hill, Sydney.
Ross, S.A., Westerfield, R.W. and Jaffe, J.F. (2010). Corporate Finance, 10th
ed., McGraw Hill, New York.
Ryan, P.A., and Ryan, G.P. (2002), “Capital budgeting practices of Fortune
1000: how have things changed?”, Journal of Business and Management,
Vol. 8 (4), pp. 355-364.
Schall, L.D., and Sundem, G.L. (1980), “Capital budgeting methods and risk: a
further analysis”, Financial Management, Vol. 9 (1), pp. 7-11.
Smart, S. B., Megginson, W.L., and Gitman, L.J. (2006), Corporate
Finance, 2nd edition, Thomson Learning, New York.
Stanley, M., and S. Block (1984), "A Survey of Multinational Capital
Budgeting", Financial Review, Vol. 19 (1), pp. 36-54.
www.idx.co.id
www.bi.go.id
99
Lampiran 1 : Tabel Perusahaan Yang Diteliti
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk
2 BCPI Bumi Citra Permai Tbk
3 BPFI Batavia Prosperindo Finance Tbk
4 BRAU Berau Coral Energy Tbk
5 BUVA Bukit Uluwatu Villa Tbk
6 BWPT BW Plantation Tbk
7 GREN Evergreen Invesco Tbk
8 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk
9 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk
10 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
11 KRAS Krakatau Steel Tbk
12 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
13 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk
14 PTPP PP (Persero) Tbk
15 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
16 TRIO Trikomsel Oke Tbk
100
Lampiran 2 : Tabel Penggunaan Dana IPO Oleh Perusahaan
Nama Perusahaan
Penggunaan dana IPO
Agung Podomoro Land Tbk
Pengembangan proyek baru, akusisi tiga proyek properti. Ketiganya yaitu Green Lake, Green Permata Residences, dan Grand Taruma. Penyelesaian proyek Central Park, Podomoro City extension dan superblok Kuningan City.
Bumi Citra Permai Tbk
Proyek pembangkit listrik berbahan bakar gas dan fasilitas pengolahan air dengan investasi total Rp 159 miliar di Kawasan Industri (KI) Millenium Industrial Estate di Cikupa, Tangerang. Pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur itu untuk menarik investor Tiongkok di era pasar perdagangan bebas kawasan Asean-Tiongkok (AC-FTA).
Batavia Prosperindo Finance Tbk
Proyek perluasan cabang perusahaan dari 19 kantor cabang diseluruh Indonesia menjadi 50 kantor cabang diseluruh Indonesia, diantaranya Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Baturaja, Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jakarta, Jambi, Kendari, Lubuk Linggau, Makassar, Malang, Manado, Medan, Palembang, Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Gorontalo, Baturaja, Bengkulu, Palu, Lhoksuemawe, Solo, Purwokerto, Bogor, Padang, Pematang Siantar, Palangkaraya, Sidoarjo, Mataram, Depok, Pare-pare dan Kudus. dan 2 Kantor Perwakilan di Bekasi dan Tangerang. Proyek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia atas pembiayaan kendaraan bermotor, BPF terus menerus mengembangkan jaringan usahanya sehingga menjangkau setiap kota besar dan prospektif di Indonesia.
Berau Coral Energy Tbk
Proyek pembangunan terminal batubara di Suaran sebesar Rp69,45 miliar, pembangkit listrik tenaga batubara di Suaran Rp5,03 miliar, dan pembelian fasilitas transhipper Rp10,45 miliar. Penambahan kapasitas fasilitas pengolahan batu bara, loading conveyor, dan hauling road di Lati, Binungan, dan Sambarata,
Bukit Uluwatu Villa Tbk
Membangun dua proyek utama di Bintan dan Manado senilai Rp350 miliar. Dua proyek yang dimaksud yakni, Alila Villas Bintan di Lagoi Bay, Bintan Resort dengan luas sekira 13 hektare (Ha) dengan investasi Rp250 miliar, menambah 12 unit vila di Alila Ubud, mengakuisisi 100 persen saham PT Buana Megawisatama dan PT Verizon Indonesia.
BW Plantation Tbk
Membiayai proyek penanaman kelapa sawit di lahan milik anak usaha, dengan target lahan tertanam sebanyak 64 ribu hektare termasuk plasma di seluruh anak perusahaan, sisanya digunakan untuk modal kerja.
Evergreen Invesco Tbk
Investasi dan proyek perluasan usaha, untuk pembelian mesin pemintalan benang dan pembelian bahan baku, mengembangkan usahanya dari yang selama ini hanya pemintalan benang dari serat sintetis menjadi penambahan pemintalan serat alam
Garda Tujuh Buana Tbk
Dipergunakan untuk belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan, Capex yang ada lebih banyak akan dipergunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi, seperti flick, ada tracking, dan dryer itu sendiri (untuk mengurangi kandungan air di batubara)
101
Indopoly Swakarsa Industry Tbk
Dana IPO digunakan untuk investasi proyek untuk segmen biaxially oriented polyster (Bopet) agar lebih menunjang kegiatan produksi perseroan. Pengoperasian lini produk Bopet merupakan upaya mendiversifikasi produk secara horizontal dengan menawarkan pilihan yang lebih beragam kepada pelanggan. Bopet berproduksi komersial memiliki kapasitas 20.000 ton per tahun.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
iCBP berdiri sebagai entitas terpisah pada bulan september 2009 dan tercatat sebagai perusahaan publik di BEi pada tanggal 7 oktober 2010. iCBP didirikan melalui proses restrukturisasi internal Grup CBP dari indofood, perusahaan induk yang tercatat sebagai perusahaan publik di BEi sejak tahun 1994. Adapun dana IPO digunakan untuk proyek dalam rangka meningkatkan kapasitas pabrik beberapa produk seperti mi instan, susu, penyedap makanan, dan nutrisi serta makanan kaleng.
Krakatau Steel Tbk
Untuk mendanai sebesar 35 persen investasi barang modal sehubungan dengan rencana modernisasi dan ekspansi kapasitas prosuk di Pabrik Baja Lembaran Canai Panas serta meningkatkan modal kerja dengan membeli bahan baku, dan membiayai pematangan lahan serta penyertaan modal pada anak perusahaan.
Nippon Indosari Corpindo Tbk
Dana hasil IPO digunakan untuk ekspansi usaha dan investasi, yaitu untuk proyek pembangunan pabrik baru di Medan dan Semarang menjadi total 4 pabrik selain di Cikarang dan Pasuruan. Pembangunan kedua pabrik tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan menjaga produk roti lebih segar karena lokasi pabrik lebih dekat ke konsumen.
Pelat Timah Nusantara Tbk
Dana hasil IPO digunakan untuk proyek revamping atau peningkatan kapasitas dan mesin produksi serta penambahan mesin baru. Melalui proyek tersebut diharapkan kapasitas produksi meningkat menjadi 160.000 ton per tahun dari 130.000 ton per tahun dan kecepatan mesin produksi bertambah menjadi 330 meter per menit dari 250 meter per menit.
PP (Persero) Tbk
Untuk proyek pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 4.000 MW hingga tahun 2020.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Seluruh dana IPO dialokasikan untuk proyek penambahan 400 gerai perseroan dan tiga pusat distribusi. Pusat distribusi akan dibangun di Palembang, Jawa, dan Bali, untuk mengembangkan usaha perseroan, demi menjangkau tempat-tempat strategis di seluruh Indonesia.
Trikomsel Oke Tbk
Dana hasil penawaran umum sebesar untuk proyek pengembangan OkeShop dengan menambah 200 gerai menjadi total 1000 gerai di seluruh Indonesia, dan sisanya untuk investasi dan pengembangan infrastruktur perseroan.
102
Lampiran 3 : Tabel Perhitungan Kinerja Keuangan Perusahaan
Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 1.82 1.98 2.06 1.63 1.37 1.26
OPM 2.21 2.73 2.60 2.71 2.80 2.67
ROE 23.58 24.70 15.52 21.85 19.04 18.52
ROA 6.00 7.19 6.41 5.19 4.09 3.80
DER 2.93 2.43 1.42 3.21 3.65 3.25
DAR 0.75 0.71 0.59 0.76 0.79 0.52
Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 14.54 17.91 17.94 18.98 18.58 18.70
OPM 15.12 23.23 23.39 24.01 17.72 19.07
ROE 6.69 13.62 13.25 12.90 11.63 12.80
ROA 3.63 6.35 5.54 4.73 4.15 4.60
DER 0.84 1.15 1.39 1.73 1.80 1.70
DAR 0.46 0.53 0.58 0.63 0.64 0.63
Bumi Citra Permai Tbk (BCIP)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 22.14 4.31 9.05 18.17 14.13 3.13
OPM 30.03 15.63 18.21 25.57 25.17 17.57
ROE 12.14 1.30 4.93 14.51 12.19 2.10
ROA 9.72 1.01 2.78 7.56 5.17 0.80
DER 0.25 0.30 0.77 0.92 1.36 1.63
DAR 0.20 0.23 0.44 0.48 0.58 0.62
Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 28.76 18.18 18.45 17.41 18.17 25.72
OPM 35.98 23.93 24.42 22.72 24.00 26.52
ROE 17.20 14.19 15.53 16.44 9.36 13.75
ROA 9.05 6.32 5.53 4.54 3.82 6.24
DER 0.90 1.24 1.81 2.62 1.45 1.03
DAR 0.47 0.55 0.64 0.72 0.59 0.47
103
Berau Coral Energy Tbk (BRAU)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 16.30 14.25 12.52 10.50 10.03 12.24
OPM 20.53 18.84 16.74 15.44 15.88 20.83
ROE 21.91 21.22 22.37 20.07 19.64 22.76
ROA 17.56 15.27 12.38 8.67 8.80 10.00
DER 0.25 0.39 0.81 1.32 1.23 1.28
DAR 0.20 0.28 0.45 0.57 0.55 0.56
Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 24.52 24.99 25.28 26.27 10.84 18.72
OPM 34.45 36.64 38.38 39.09 22.42 32.65
ROE 8.90 10.47 7.43 7.66 3.15 5.42
ROA 4.63 6.23 4.66 4.32 1.67 3.34
DER 0.92 0.68 0.60 0.77 0.89 0.72
DAR 0.48 0.40 0.37 0.44 0.47 0.42
BW Plantation Tbk (BWPT)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 34.20 36.07 27.77 15.89 8.60 8.27
OPM 52.10 54.37 44.19 28.46 15.65 14.60
ROE 21.50 22.47 15.74 8.32 2.80 0.19
ROA 9.17 8.93 5.34 2.93 1.19 0.08
DER 1.08 1.52 1.95 1.84 1.36 1.41
DAR 0.57 0.60 0.66 0.65 0.58 0.58
Evergreen Invesco Tbk (GREN)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 1.07 0.86 0.42 0.37 0.19 -9.30
OPM 4.53 5.50 11.37 14.44 18.23 15.52
ROE 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05 -2.29
ROA 0.44 0.38 0.11 0.09 0.04 -1.66
DER 0.19 0.21 0.22 0.29 0.36 0.37
DAR 0.16 0.18 0.18 0.22 0.27 0.28
104
Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 10.79 2.90 3.30 4.07 1.79 1.32
OPM 17.10 4.07 7.27 7.42 5.83 6.06
ROE 16.52 4.59 5.31 6.28 2.65 2.44
ROA 7.90 2.01 2.65 3.42 1.44 1.41
DER 1.06 1.28 1.01 0.83 0.84 0.83
DAR 0.51 0.56 0.50 0.45 0.46 0.45
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 9.48 10.67 10.58 8.91 8.43 9.21
OPM 14.72 13.47 13.17 11.05 10.42 12.58
ROE 33.40 19.29 19.04 16.85 16.83 17.84
ROA 14.50 13.57 12.86 10.51 10.16 11.01
DER 0.45 0.42 0.48 0.60 0.66 0.62
DAR 0.30 0.30 0.32 0.38 0.40 0.38
Indopoly Swakarsa Industry (IPOL)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 8.28 9.70 -11.72 -11.38 -6.98 -2.34
OPM 29.41 32.37 33.09 14.94 11.06 12.76
ROE 24.84 30.69 -74.09 -202.27 246.01 32.83
ROA 4.77 7.81 -8.36 -8.10 -3.86 -1.48
DER 4.06 2.93 7.87 23.97 -64.71 -36.82
DAR 0.78 0.75 0.89 0.96 1.02 0.93
Krakatau Steel Tbk (KRAS)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 7.14 1.45 -0.86 -0.65 -8.40 -24.70
OPM 6.68 2.00 -0.70 -0.50 -3.77 -13.89
ROE 11.41 2.52 -1.75 -1.29 -17.59 -18.26
ROA 6.03 1.21 -0.76 -0.57 -6.04 -10.35
DER 0.88 1.08 1.30 1.26 1.91 1.07
DAR 0.46 0.52 0.56 0.56 0.66 0.52
105
Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 5.48 -1.52 -4.57 0.16 -4.39 2.44
OPM 5.65 -1.16 -4.77 1.79 -2.71 3.75
ROE 15.30 -4.34 -15.16 0.65 -20.02 8.93
ROA 8.13 -2.09 -5.85 0.22 -5.88 2.94
DER 0.88 1.07 1.59 1.90 2.40 2.04
DAR 0.47 0.52 0.61 0.65 0.71 0.67
PT PP Persero Tbk (PTPP)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 4.58 3.85 3.87 3.61 4.28 5.95
OPM 8.91 10.51 8.88 9.21 10.11 11.23
ROE 19.02 16.85 18.70 21.20 22.26 16.52
ROA 3.70 3.46 3.62 3.39 3.64 4.42
DER 3.31 3.86 4.16 5.26 5.11 2.74
DAR 0.77 0.79 0.81 0.84 0.84 0.73
Nippon Indosari Cospindo Tbk (ROTI)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 3.28 23.10 117.09 -21.13 -15.46 -8.92
OPM -7.37 41.59 59.27 5.71 -10.92 -6.45
ROE 0.33 22.55 74.20 -8.15 -6.72 -4.28
ROA 0.19 15.91 57.70 -6.74 -5.79 -2.93
DER 0.74 0.42 0.29 0.21 0.18 0.22
DAR 0.42 0.29 0.22 0.17 0.15 0.23
Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
2010 2011 2012 2013 2014 2015
NPM 3.71 4.26 3.98 4.82 2.99 3.09
OPM 7.44 8.22 8.63 9.89 10.03 9.11
ROE 23.91 27.74 20.74 24.64 13.59 4.85
ROA 8.54 7.95 7.14 6.07 3.56 1.28
DER 1.80 2.49 1.90 3.06 2.82 2.79
DAR 0.64 0.71 0.66 0.75 0.74 0.74
106
Lampiran 4 : Hasil uji banding antara proyeksi capital budgeting dan hasil
analisis capital budgeting riil.
Payback Period
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 2.81 2.19
APLN - -
BCIP - -
BPFI 4.57 5.36
BRAU 2.65 2.27
BUVA 2.73 1.79
BWPT 3.52 3.48
GREN - -
GTBO 4.28 3.69
ICBP 3.12 3.83
IPOL - -
KRAS - -
NIKL - -
PTPP 4.16 4.86
ROTI - -
TRIO 5.50 5.25
107
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Proyeksi 16 2.0838 2.02950 .00 5.50
Riil 16 2.0450 2.10630 .00 5.36
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Riil - Proyeksi
Negative Ranks 6a 4.00 24.00
Positive Ranks 3b 7.00 21.00
Ties 7c
Total 16
a. Riil < Proyeksi
b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi
Test Statisticsa
Riil - Proyeksi
Z -.178b
Asymp. Sig. (2-tailed) .859
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -0,178 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,859,
di mana 0,859 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.
108
Discounted Payback Period
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 3.16 2.37
APLN - -
BCIP - -
BPFI 5.13 5.98
BRAU 3.52 2.60
BUVA 2.43 1.98
BWPT 5.20 5.24
GREN - -
GTBO 4.38 3.92
ICBP 4.12 4.40
IPOL - -
KRAS - -
NIKL - -
PTPP 5.24 5.62
ROTI - -
TRIO 5.72 5.33
109
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Proyeksi 16 2.4313 2.35792 .00 5.72
Riil 16 2.3400 2.40313 .00 5.98
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Riil - Proyeksi
Negative Ranks 5a 6.20 31.00
Positive Ranks 4b 3.50 14.00
Ties 7c
Total 16
a. Riil < Proyeksi
b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi
Test Statisticsa
Riil - Proyeksi
Z -1.007b
Asymp. Sig. (2-tailed) .314
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -1,007 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,314,
di mana 0,314 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.
110
Net Present Value
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 2411941282475.95 2444531984874.94
APLN -216042033357.87 -218137678627.02
BCIP -241793683414.35 -241436088361.25
BPFI -6573151463.80 3082918704.09
BRAU 911968684.93 921730517.75
BUVA 19473540452149.00 19951471405335.90
BWPT 92902068504.89 91065810388.67
GREN -931647638487.09 -931539397379.76
GTBO 70202474570.85 90492283964.91
ICBP 7708422177465.73 8001410223531.96
IPOL -971771274419.05 -965150677346.07
KRAS -7295601763799.98 -7272443625013.66
NIKL -110213795733.43 -109718835100.60
PTPP 624666282637.30 773943953935.26
ROTI -156279419053.53 -145555732642.39
TRIO 112425408683.33 149851612209.67
111
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Proyeksi 16 1285318084715.1800 5619131610628.19600 -
7295601763799.98
19473540452149.00
Riil 16 1351424368062.0244 5740515093549.75600 -
7272443625013.66
19951471405335.89
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Riil - Proyeksi
Negative Ranks 2a 5.50 11.00
Positive Ranks 14b 8.93 125.00
Ties 0c
Total 16
a. Riil < Proyeksi
b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi
Test Statisticsa
Riil - Proyeksi
Z -2.947b
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -2.947 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003,
di mana 0,003 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan
menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital
budgeting dan hasil capital budgeting riil.
112
Profitability Index
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 3.009 3.037
APLN 0.228 0.234
BCIP 0.136 0.137
BPFI 1.011 1.213
BRAU 2.001 2.012
BUVA 8.748 8.938
BWPT 1.103 1.101
GREN 0.059 0.068
GTBO 1.071 1.090
ICBP 1.457 1.457
IPOL 0.413 0.417
KRAS 0.635 0.636
NIKL 0.862 0.862
PTPP 1.085 1.106
ROTI 0.773 0.788
TRIO 1.094 1.124
113
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Proyeksi 16 1.48031 2.071962 .059 8.748
Riil 16 1.51375 2.113417 .068 8.938
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Riil - Proyeksi
Negative Ranks 1a 3.00 3.00
Positive Ranks 13b 7.85 102.00
Ties 2c
Total 16
a. Riil < Proyeksi
b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi
Test Statisticsa
Riil - Proyeksi
Z -3.108b
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -3.108 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,002,
di mana 0,002 < 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menolak H0 dan
menerima H1 atau yang berarti terdapat perbedaan antara proyeksi capital
budgeting dan hasil capital budgeting riil.
114
Modified Internal Rate of Return
Kode Perusahaan Proyeksi Riil
AMRT 11.80% 9.4910%
APLN 13.40% -23.0599%
BCIP -1.20% -38.1760%
BPFI 9.80% 7.0570%
BRAU 27.50% 34.9541%
BUVA 68.10% 94.7990%
BWPT 20.20% 11.1950%
GREN -21.50% -54.3990%
GTBO 8.70% 9.2800%
ICBP 19.20% 18.5990%
IPOL -2.60% -16.7400%
KRAS 0.80% -7.7873%
NIKL 3.20% 1.3490%
PTPP 1.05% 9.4910%
ROTI 1.90% 0.7850%
TRIO 7.90% 9.4760%
115
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Proyeksi 16 .10516 .190443 -.215 .681
Riil 16 .04150 .327717 -.544 .948
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Riil - Proyeksi
Negative Ranks 11a 9.14 100.50
Positive Ranks 5b 7.10 35.50
Ties 0c
Total 16
a. Riil < Proyeksi
b. Riil > Proyeksi
c. Riil = Proyeksi
Test Statisticsa
Riil - Proyeksi
Z -1.681b
Asymp. Sig. (2-tailed) .093
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z
yang didapat sebesar -1.681 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,093,
di mana 0,093 > 0,05, sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau
yang berarti tidak terdapat perbedaan antara proyeksi capital budgeting dan hasil
capital budgeting riil.
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Sumber : Data Diolah
Top Related