i
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TERHADAP PERENCANAAN
LABA PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA
KABUPATEN BANTAENG
AHMAD KADRI
10572 031 2111
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
ii
ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TERHADAP PERENCANAAN
LABA PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA
KABUPATEN BANTAENG
AHMAD KADRI
10572 031 2111
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2015
iii
iv
iii
ABSTRAK
Ahmad Kadri, 1057 0312 111 Analisis Break Even Point Terhadap Perencanaan
Laba Pada Kawasan Wisata Pantai Marina Di Kabupaten Bantaeng, Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat Break Even Point dalam
kaitannya terhadap Perencanaan Laba Pada Kawasan Pantai Marina Di Kabupaten
Bantaeng selama lima tahun anggaran yaitu tahun anggaran2010 hingga tahun
anggaran 2014.
Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah Adapun populasi
dan sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan laporan keuangan
yakni data penjualan/pendapatan, biaya variabel, dan biaya tetap pada
KAWASAN PANTAI MARINA selama 5 tahun (2010 -2014). Pengambilan data
dilakukan dengan metode wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
dilakukan dengan menggunakan perhitungan-perhitungan dengan terlebih dahulu
mengklasifikasi biaya, yakni biaya tetap dan biaya variabel serta harus
memerhatikan volume penjualan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan berpatokan pada
perencanaan laba sebesar 5% untuk setiap tahun maka perusahaan dapat
memperhitungkan besarnya pendapatan yang mampu diterima. Pada tahun 2010
laba yang direncanakan sebesar Rp 16.975.250,- maka jumlah pendapatan yang
harus dicapai sebesar Rp 319.289.730,55. Sedangkan untuk tahun 2011 laba yang
direncanakan sebesar Rp 17.259.400 maka jumlah pendapatan yang harus dicapai
sebesar Rp 309.002.031,16. Kemudian pada tahun berikutnya perencanaan laba
yang ditetapkan lebih rendah yakni pada tahun 2012 laba yang direncanakan
sebesar Rp16.988.750,- dengan setoran yang harus dicapai sebesar Rp
193.695.000. Pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar Rp 26.914.550
dengan setoran yang harus dicapai sebesar Rp 299.003.445,94, meskipun
pendapatan yang harus dicapai tetap rendah hal ini disebabkan biaya tetap dan
biaya variabel yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun
2014 meskipun perencanaan laba yang direncanakan meningkat sebesar Rp
27.097.375,- dengan jumlah pendapatan yang harus diterima lebih rendah yakni
Rp 203.857.436,7 hal ini disebabkan karena biaya tetap dan biaya variabel
kembali menurun. Jadi dapat dinyatakan pendapatan yang siap diterima dari hasil
perencanaan laba dari tahun 2010 s/d 2014 tidak menetap atau berfluktuasi
disebabkan beberapa faktor yakni tarif, total biaya dan perencanaan laba itu
sendiri.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala nikmat yang tiada
hentinya dialirkan kepada penulis, mulai dari awal penciptaan hingga di hari akhir
yang niscaya adanya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
penghulu sekian manusia, junjungan rasulullah Muhammad SAW, manusia
pilihan yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia. Skripsi ini
dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana S1 pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan judul “ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TERHADAP
PERENCANAAN LABA PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA
KABUPATEN BANTAENG”.
Skripsi ini khusus saya dedikasikan buat kedua orang tuaku tercinta yang
senantiasa memberikan nasihat, motivasi, serta doa yang tiada henti-hentinya dan
jasa-jasa beliau memelihara, mendidik, dan membesarkan penulis demi menjadi
orang yang berguna, semoga jerih payah beliau mendapat nilai ibadah yang
berlipat ganda di sisi Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa selama merampungkan skripsi ini tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang dihadapi, akan tetapi dengan pertolongan Allah Swt.
yang datang lewat dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga seluruhnya dapat teratasi dengan baik. Untuk itu, melalui
v
kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Dr.H.Abd. Rahman Rahim,S.E,M.M., Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk selalu memberikan arahan dan
petunjuk serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini sejak awal sampai
akhir penulisan.
2. Ibu Hj.Naidah,S.E.M.M., Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan saran
yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar beserta jajarannya atas segala fasilitas perkuliahan yang
menunjang sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di universitas ini.
4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Dekan, serta
seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
kemudahan dalam rangka penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Moh. Aris Pasigai, S.E., M.M., Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis
khususnya Dosen Program Studi Manajemen yang telah membekali ilmu
yang berharga kepada penulis dalam proses perkuliahan dan akademik.
7. Teman-teman di Manajemen 4 – 2011 yang selalu menemani selama tiga
tahun terakhir ini.
vi
8. Teman-teman seperjuangan di kampus UNISMUH Jurusan Manajemen
angkatan 2011 , semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk
bertemu dan berkumpul kembali, serta memberikan kesuksesan bagi kita
semua. Amin ya Allah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan proposal ini.
Semoga Allah Swt. meridai kita semua sehingga skripsi ini bermanfaat
dan memberi nilai tambah bagi yang membutuhkan, terutama bagi penulis, Amin.
Makassar, Oktober 2015
Ahmad Kadri
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis-jenis biaya .............................................................. 5
B. Unsur-unsur Biaya ................................................................................... 7
C. Pengertian Break Even Point (BEP)……………………………………11
D. Kegunaan dan Tujuan Break Even Point (BEP)………………………..15
E. Pengertian Margin Of Safety…………………………………………..18
F. Pengertian Laba………………………………………………………...22
G. Hubungan Break Even Point (BEP) Dengan Perencanaan Laba……….23
viii
H. Kerangka Pikir………………………………………………………….25
I. Hipotesis………………………………………………………………..27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………...28
B. Metode Pengumpulan Data……………………………………………..28
C. Jenis dan Sumber Data………………………………………………….29
D. Populasi dan Sampel……………………………………………………30
E. Metode Analisis………………………………………………………...30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah perusahaan……………………………………………………...32
B. Visi-Misi………………………………………………………………...33
C. Tujuan………………………………………………………...................33
D. Saran……………………………………………………….....................34
E. Strategi………………………………………………………..................35
F. Struktur organisasi………………………………………………………35
G. Tugas-tugas pokok (Job Deskription)…………………………………..37
H. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………44
I. Analisis Break Even Point........................................................................48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………...62
B. Saran…………………………………………………………………….63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Data Rretribusi Kawasan Wisata Pantai Marina Selama Lima Tahun Terakhir
(2010 s/d 2014) .............................................................................................. 45
2. Rincian Biaya Tetap Dan Biaya Variabel Pada Kawasan Wisata Pantai
Marina Selama 5 Tahun Terakhir .................................................................. 47
3. Perhitungan Break Even Point Tahun 2010 ................................................... 48
4. Perhitungan Break Even Point Tahun 2011................................................. .. 49
5. Perhitungan Break Even Point Tahun 2012………………………………. .. 49
6. Perhitungan Break Even Point Tahun 2013 ................................................... 50
7. Perhitungan Break Even Point Tahun 2010 ................................................... 51
8. Hasil Analisa Break Even Point Pada Kawasan Wisata Pantai Marina Selama
5 Tahun Terakhir (2010 S/D 2014)............................................................... 51
9. Hasil Analisa Margin Of Safety Pada Kawasan Wisata Pantai Marina Selama
5 Tahun Terakhir (20010 S/D 2014) .............................................................. 55
10. Hasil Analisa Terhadap Perencanaan Laba Pada Kawasan Wisata
Pantai Marina Selama 5 Tahun Terakhir (2010 S/D 2014) ........................... 58
x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Skema Kerangka Pikir ..................................................................................... 27
2. Struktur Organisasi Kawasan Wisata Pantai Marina ...................................... 37
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala nikmat yang tiada
hentinya dialirkan kepada penulis, mulai dari awal penciptaan hingga di hari akhir
yang niscaya adanya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
penghulu sekian manusia, junjungan rasulullah Muhammad SAW, manusia pilihan
yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada umat manusia. Proposal penelitian
ini dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana S1 pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
dengan judul “ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) TERHADAP
PERENCANAAN LABA PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA
KABUPATEN BANTAENG”.
Proposal penelitian ini khusus saya dedikasikan buat kedua orang tuaku
tercinta yang senantiasa memberikan nasihat, motivasi, serta doa yang tiada henti-
hentinya dan jasa-jasa beliau memelihara, mendidik, dan membesarkan penulis demi
menjadi orang yang berguna, semoga jerih payah beliau mendapat nilai ibadah yang
berlipat ganda di sisi Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa selama merampungkan proposal penelitian ini tidak
sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi, akan tetapi dengan pertolongan Allah
Swt. yang datang lewat dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga seluruhnya dapat teratasi dengan baik. Untuk itu, melalui
kesempatan ini penulis menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Bapak Dr.H.Abd. Rahman Rahim,S.E,M.M., Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk selalu memberikan arahan dan petunjuk
serta koreksi dalam penyusunan proposal ini sejak awal sampai akhir
penulisan.
2. Ibu Hj.Naidah,S.E.M.M., Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan saran yang
sangat berharga dalam penyusunan proposal ini.
3. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar beserta jajarannya atas segala fasilitas perkuliahan yang menunjang
sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di universitas ini.
4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M.A., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar dan para Pembantu Dekan, serta
seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
kemudahan dalam rangka penyusunan proposal ini.
5. Bapak Moh. Aris Pasigai, S.E., M.M., Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya
Dosen Program Studi Manajemen yang telah membekali ilmu yang berharga
kepada penulis dalam proses perkuliahan dan akademik.
7. Teman-teman di Manajemen 4 – 2011 yang selalu menemani selama tiga
tahun terakhir ini.
8. Teman-teman seperjuangan di kampus UNISMUH Jurusan Manajemen
angkatan 2011 , semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk bertemu
dan berkumpul kembali, serta memberikan kesuksesan bagi kita semua. Amin
ya Allah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih terdapat
banyak kekurangan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan proposal ini.
Semoga Allah Swt. meridai kita semua sehingga proposal ini bermanfaat dan
memberi nilai tambah bagi yang membutuhkan, terutama bagi penulis, Amin.
Makassar, Januari 2015
Ahmad Kadri
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba
yang dapat di pergunakan untuk kelangsungan hidup. Mendapatkan keuntungan
atau laba dan besar kecilnya laba sering menjadi ukuran kesuksesan suatu
manajemen. Hal tersebut didukung oleh kemampuan manajemen di dalam melihat
kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang.
Manajemen dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang
menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan serta mempercepat
perkembangan perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan untuk
perusahaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Ukuran yang sering dipakai untuk
menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dari laba yang
diperoleh perusahaan.
Manajer perusahaan harus dapat membuat perencanaan secara terpadu atas
semua aktivitas yang sedang maupun akan dilakukan dalam upaya mencapai laba
yang diharapkan. Dalam perencanaan maupun realisasinya manajer dapat
memperbesar laba melalui langkah – langkah sebagai berikut:
1. Menekan biaya operasional serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat
harga jual dan volume penjualan yang ada.
2. Menentukan tingkat harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
1
2
3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
Ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secara terpisah atau sendiri-sendiri
sebab ketiganya mempunyai hubungan yang erat bahkan saling berkaitan.
Salah satu perencanaan yang dibuat manajemen adalah perencanaan laba.
Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan
untuk mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Laba merupakan tujuan
utama dari perusahaan karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang
diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan
laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Dalam
perencanaan laba hubungan antara biaya, volume, dan laba memegang peranan
yang sangat penting. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba
yang di kehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan
volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi
mempengaruhi laba.
Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa analisis biaya-volume-
laba. Salah satu teknik analisis biaya-volume-laba adalah analisis Break Even
Point (BEP). Impas sendiri di artikan keadaan suatu usaha yang yang tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain suatu usaha di
katakan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya. Dengan
demikian analisis Break Even Point (BEP) adalah suatu alat yang di gunakan
untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
volume penjualan. Dengan melakukan analisis Break Even Point (BEP),
manajemen akan memperoleh informasi tingkat penjualan minimal yang harus
3
dicapai, agar tidak mengalami kerugian. Dari analisis tersebut, juga dapat
diketahui sampai seberapa jauh volume penjualan yang direncanakan boleh turun,
agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis Break Even Point (BEP)
menyajikan informasi hubungan biaya, volume dan laba kepada manajemen.
Sehingga memudahkan dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi
pencapaian laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Kawasan Wisata Pantai Marina Kabupaten Bantaeng adalah perusahaan
yang melakukan berbagai upaya ke arah peningkatan volume penjualan dengan
tujuan untuk meningkatkan keuntungan. Bertolak dari latar belakang diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: ”Analisis
Break Even Point (BEP) terhadap Perencanaan Laba Pada Kawasan Wisata Pantai
Marina Kabupaten Bantaeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi masalah pokok
yang digunakan penulisan ini adalah :
"Apakah pengelolaan usaha pada Kawasan Wisata Pantai Marina
Kab.Bantaeng berada dalam keadaan Break Even Point (BEP) terhadap
perencanaan laba?”.
4
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
"Untuk mengetahui tingkat Break Even Point (BEP) dalam kaitannya terhadap
perencanaan laba pada Kawasan Wisata Pantai Marina Kab.Bantaeng”.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan hasil analisis yang bersifat positif serta berguna bagi pihak
perusahaan dalam melihat hubungan antara biaya, laba dan volume dalam
unit dan rupiah.
2. Sebagai salah satu bahan informasi bagi perusahaan dan semua pihak yang
menemukan serta berkepentingan dalam pengambilan keputusan untuk
manajemen perusahaan dimasa yang akan datang.
3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi pada jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar .
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis – Jenis Biaya
Untuk menghasilkan sesuatu apakah itu barang atau jasa maka perlulah
dihitung dan diketahui besarnya biaya yang dikeluarkan atau yang diperlukan dan
kemungkinan memperoleh pendapatan yang mungkin diterima. Setiap
pengorbanan biaya selalu diharapkan dapat mendatangkan hasil yang lebih besar
dari pada yang telah dikorbankan tersebut pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang pengusaha hendaknya dapat mengetahui
bagaimana besarnya pengorbanan dalam proses produksi pada setiap pengeluaran
merupakan komponen biaya perusahaan. Dalam hal ini, total biaya selalu dapat
dihitung dan dapat dibandingkan dengan total penerimaan yang mungkin dapat
diperoleh dengan kemungkinan laba yang akan diperoleh.
Berbicara mengenai masalah biaya merupakan suatu masalah yang cukup
luas, oleh karena itu di dalamnya terdapat dua pihak yang saling berhubungan.
Menurut Winardi, (2000: 147), menyatakan bahwa bilamana kita memperhatikan
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu proses produksi, maka dapat
dibagi ke dalam dua sifat, yaitu merupakan biaya bagi produsen adalah mendapat
bagi pihak yang memberikan faktor produksi yang terbaik pada perusahaan
bersangkutan.
Demikian halnya bagi konsumen, biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh alat pemuas kebutuhannya atau merupakan pendapatan bagi pihak
5
6
yang memberikan alat pemuas kebutuhan tersebut. Oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia, (1997: Pasal I ayat 1) dikatakan bahwa biaya (cost) adalah :
Jumlah yang diukur dalam satuan uang, yaitu pengeluaran-pengeluaran dalam
bentuk konstan atau dalam bentuk pemindahan kekayaan pengeluaran modal
saham, jasa-jasa yang disertakan atau kewajiban-kewajiban yang ditimbulkannya,
dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang diperoleh atau yang akan
diperoleh pada masa yang datang, karena mengeluarkan biaya berarti
mengharapkan pengembalian lebih banyak.
Dari definisi dan pengertian biaya di atas, dapatlah dikatakan bahwa
pengertian biaya yang dikemukakan di atas adalah suatu hal yang masih
merupakan pengertian secara luas oleh karena semua yang tergolong dalam
pengeluaran secara nyata keseluruhannya termasuk biaya.
Sejalan dengan definisi dan pengertian di atas, maka Hartanto, ( 2002 :
89), memberikan atasan tentang biaya (cost) dan ongkos (expense), yaitu: cost
adalah biaya-biaya yang dianggap akan memberikan manfaat atau service
potensial di waktu yang akan datang dan karenanya merupakan aktiva yang
dicantumkan dalam neraca pada periode tertentu. Sehubungan dengan jenis-jenis
biaya tersebut.
Maka Hartanto, (2002 : 37) mengelompokkan biaya menurut tujuan
perencanaan dan pengawasan, sebagai berikut :
"1. Biaya variabel dan biaya tetap
2. Biaya yang dapat dikendalikan".
7
Sedangkan menurut Mulyadi, (2000 : 57) menetapkan biaya adalah sejumlah
pengeluaran yang tidak bisa dihindari yang menghubungkan tingkah laku biaya
dengan perubahan volume kegiatan sebagai berikut biaya variabel adalah
sejumlah biaya yang secara total berfluktuasi secara langsung sebanding dengan
volume penjualan atau produksi atau ukuran kegiatan yang lain.
Sedangkan biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk
mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas
tertentu utamanya dalam kapasitas biaya dalam proses produksi perusahaan.
Dari gambaran umum di atas, maka dapat diketahui sebagai berikut :
1) Biaya variabel adalah sejumlah biaya yang ikut berubah untuk mengikuti
volume produksi atau penjualan dalam kegiatan perusahaan. Misalnya atau
bahan langsung yang hanya ikut dalam proses produk, atau bahan baku
langsung yang dipakai dalam proses produksi biaya tenaga kerja langsung.
2) Biaya tetap adalah sejumlah biaya yang tidak berubah walaupun ada
perubahan volume produksi atau penjualan. Misalnya gaji bulanan,
asuransi, penyusutan, biaya umum dan lain-lain. Sifat-sifat biaya tersebut
sangat penting untuk diketahui oleh seorang manajer dalam perencanaan
usaha pengembangan karena akan diperoleh suatu gambaran klasifikasi
biaya yang baik untuk tujuan dan perencanaan serta pengawasan.
B. Unsur - Unsur Biaya
Untuk menggambarkan tentang unsur-unsur dalam proses produksi, pihak
perusahaan telah memperhitungkan terhadap biaya-biaya yang dikorbankan,
8
sehingga proses produksi tidak mengalami hambatan yang berarti, dapat
memperoleh hasil penjualan dan hasil produksi bisa memperoleh laba.
Menurut Mulyadi, (2000 : 159) dalam suatu proses produksi melibatkan
suatu unsur- unsur biaya yang dibebankan menurut kelompok biaya tertentu guna
menyusun harga pokok produksi dapat digabungkan ke dalam unsur-unsur biaya.
Tetapi ini tidaklah dapat dipandang sebagai biaya, melahir harus sesuai dengan
faktor biaya, karena biaya tersebut harus sesuai dengan faktor biaya yang dianut
oleh perusahaan.
Unsur - unsur biaya tersebut di atas, adalah sebagai berikut :
1. Manufacturing cost, adalah semua biaya yang muncul sejak pembelian
bahan-bahan sampai produk selesai (final product)
Manufacturing cost terbagi atas :
a. Prime cost (biaya utama) adalah biaya dari bahan-bahan secara langsung
dan upah tenaga kerja langsung dalam kegiatan pabrik.
Prime cost terdiri dari :
I. Direct material yaitu semua bahan baku yang membentuk
keseluruhan bahan yang secara langsung di masukkan dalam
perhitungan kerja pokok.
II. Direct cost, yaitu setiap tenaga kerja yang ikut secara langsung
pemberian sumbangan pada proses produksi.
b. Manufacturing expenses dapat juga disebut factory over head cost atau
biaya pabrikasi tidak langsung.
9
Yang termasuk golongan biaya ini adalah
I. Indirect labour, yaitu tenaga kerja yang tidak terlibat langsung
dalam proses produksi, misalnya kepada bagian bengkel, mandur,
pembantu umum dan sebagai dasar untuk menyelesaikan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi.
II. Other manufacturing expenses, yaitu biaya - biaya tidak langsung
selain dari indirect labour dan indirect material, seperti biaya atas
penggunaan tanah, pajak penghapusan, pemeliharaan dan perbaikan
2. Commercial expenses, yang meliputi :
a. Selling expenses adalah semua ongkos yang dikeluarkan setelah
selesainya proses produksi sampai pada saat terjualnya. Ongkos-
ongkos ini meliputi penyimpangan, pengangkutan penagihan dan
ongkos yang menyangkut fungsi penjualan.
b. Administration expenses adalah semua ongkos yang meliputi ongkos
perencanaan dan pengawasan.
Biasanya semua ongkos yang tidak dibebankan pada bagian
produksi atau penjualan dipandang sebagai ongkos administrasi.
Sedangkan menurut Horngren, ( 1999: 15 ) unsur-unsur biaya dapat
diklasifikasikan ke dalam :
1. Kapan waktu berkompromi :
a. Biaya yang harus dikeluarkan
b. Anggaran Biaya
2. Kelakuan dihubungkan dengan adanya fluktuasi dalam aktivitas :
10
a. Biaya variabel
b. Biaya tetap
c. Biaya lain-lain
3. Resiko dalam pengeluaran biaya :
a. Total biaya
b. Biaya per unit
4. Fungsi manajemen :
a. Biaya pabrik
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi
5. Mudah untuk mengubahnya :
a. Biaya langsung
b. Biaya tak langsung
6. Perubahan biaya pajak tentang keuntungan :
a. Biaya produksi
b. Biaya Industri
Adapun penjelasan dari unsur-unsur biaya tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
1. Historical cost, merupakan biaya yang telah terjadi dimasa lalu sedangkan
budgeting cost adalah biaya yang diperkirakan terjadi pada masa yang akan
datang.
2. Variabel cost, adalah biaya yang secara keseluruhan akan berubah-sesua
dengan berubahnya volume produksi atau penjualan. Sedangkan fixed cost
11
adalah biaya yang secara keseluruhan tidak akan mengalami perubahan
pada suatu tingkat produksi atau penjualan.
3. Total cost, adalah sejumlah biaya yang dibebankan pada seluruh biaya
obyektif. Sedangkan unit cost adalah biaya rata-rata dari setiap unit dari
obyektif.
4. Manufacturing cost adalah sejumlah biaya yang diperlukan untuk
menghasilkan barang (dengan menggunakan mesin, peralatan dan tenaga
kerja).Manufacturing cost terdiri dari direct cost, material cost, direct
labour cost dan inderect cost/overhead cost. Sedangkan administratif cost
adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk pengelolaan perusahaan secara
keseluruhan.
5. Direct cost adalah biaya-biaya yang mudah ditelusuri terhadap suatu
obyek tertentu.
Indirect cost adalah biaya - biaya yang tidak ditelusuri hubungannya
dengan obyek tertentu. Sedangkan priod cost merupakan biaya-biaya yang
timbul akibat berjalannya waktu. Dengan kata lain, period cost adalah
setiap biaya yang dialokasikan berdasarkan waktu.
C. Pengertian Break Even Point (BEP)
Pengertian Break Even Point (BEP) adalah suatu analisis titik yang
menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan jumlah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
12
Sehubungan dengan itu, untuk lebih mengetahui tentang pengertian biaya,
dibawah ini akan dikemukakan secara luas oleh Mulyadi, (2000 : 3) yang
membahas tentang penentuan harga pokok, dikemukakan bahwa di dalam arti luas
Break Even Point (BEP) adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang mana laba
dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan tidak
memperoleh laba tetapi juga tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan
keuntungan.
Pengertian yang telah dikemukakan oleh Sigit, (2001 : 24) menyatakan
bahwa dalam proses produksi memang mengeluarkan sejumlah biaya untuk
menghasilkan barang dan jasa. Sehingga perusahaan biasanya menghitung
sebelum menjalankan kegiatan apakah perusahaan itu dapat menguntungkan atau
tidak. Dalam teori mengenai titik pulang pokok (Break Even Point) pada suatu
perusahaan yaitu tidak mengalami kerugian dan keuntungan (Impas).
Perusahaan yang mengalami hal demikian pasti memikirkan hal-hal
tentang pengembangan diri akan adanya kelebihan, bagaimana pada masa yang
akan datang Analisis titik pulang pokok adalah suatu analisis titik yang
menunjukkan keseimbangan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dan jumlah
pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan.
Juga dapat dikatakan analisis ini menunjukkan keadaan di mana
perusahaan tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian.
Pengertian Break Even Point (BEP) ini menurut Sigit, (2001: 217) dikemukakan
bahwa suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat
perhitungan rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha
13
tertentu, perusahaan tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mendapatkan
keuntungan.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh Suhardi Sigit di atas dapatlah
dikatakan bahwa jumlah biaya yang dikeluarkan sama besarnya dengan jumlah
hasil penjualan yang diperoleh hanya dapat menutupi seluruh biaya yang
dikeluarkan (tidak terjadi laba kerugian). Dari analisis pulang pokok (impas) ini
kita dapat mengetahui atau dapat memberikan penjelasan tentang besarnya jumlah
barang yang harus diproduksi atau banyaknya barang yang harus dijual dalam
suatu periode tertentu di mana perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak
mendapatkan keuntungan.
Selain istilah-istilah yang ada, dalam analisis Break Even Point (BEP)
juga sering digunakan istilah cost volume profit. Analisis ini menunjukkan
hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan volume produksi yang
dihasilkan dan besarnya laba/keuntungan yang diperoleh. Jika pada volume
tertentu terdapat perolehan penjualan sama besarnya dengan biaya yang
dikeluarkan, maka pada titik ini disebut titik impas.
Menurut Hartanto, (2002 : 217) beliau menekankan pada penentuan biaya
atau alokasi dikemukakan bahwa penyelidikan atas hubungan yang terdapat
antara biaya, laba, dan volume adalah sangat penting bagi manajemen untuk dapat
membuat suatu perencanaan yang baik. Selanjutnya dari penyelidikan ini kita
dapat mendapat sesuatu klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan manajerial
planning dan strategi untuk dapat meningkatkan keuntungan.
14
Definisi yang dikemukakan oleh Hartanto diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dengan mengadakan penyelidikan antara hubungan biaya, volume dan
biaya itu akan sangat berguna bagi manajemen karena dalam hal ini penyelidikan
tersebut akan memberikan informasi bagi perencanaan yang baik demi
kelancaran usaha dalam penyampaian tujuan yang diinginkan.
Walaupun terdapat berbagai kegunaan pada analisis pulang pokok, akan
tetapi terdapat pula beberapa kelemahan. Perencanaan mempersiapkan sebuah
Break Even Point (BEP) yang membutuhkan banyak perkiraan dan asumsi yang
dapat mengakibatkan ketidak tepatan hasil yang disajikan oleh bagan tersebut.
Beberapa keterbatasan sistem pulang pokok oleh Mulyadi, (2000 : 89) sebagai
berikut :
a. Garis keseluruhan, yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya
tetap dan biaya variabel, seharusnya tidak digambarkan sebagai garis
lurus. Oleh karena itu pada kenyataan biasanya biaya tersebut tidak
berubah secara proposional.
b. Sistem Break Even Point (BEP) menunjukkan gambaran statis,
sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis. Oleh karena itu
perubahan-perubahan setiap waktu dapat terjadi.
c. Pengklasifikasian biaya semi variabel dan semi tetap sering kali
diabaikan, kemudian dimasukkan saja dalam golongan biaya variabel
atau biaya tetap.
d. Bilamana perusahaan menghasilkan berbagai jenis produksi maka
timbul masalah lain disamping masalah-masalah yang telah dijelaskan
15
di atas misalnya bauran produk cenderung mengeluarkan biaya yang
berbeda, sehingga tiap perusahaan bauran produk akan cenderung
mengubah fakta yang terdapat dalam bagan break even point.
D. Kegunaan dan Tujuan Break Even Point (BEP)
Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian-uraian terdahulu bahwa
tujuan titik pulang pokok sangat penting/ berguna bagi pimpinan perusahaan
untuk mengetahui besarnya volume produksi/ penjualan perusahaan dalam
keadaan pulang pokok. Dan selanjutnya analisa tersebut dapat juga digunakan
untuk mengetahui besarnya volume produksi/ penjualan perusahaan, apakah
mencapai laba tertentu atau kerugian tertentu selain dari pada itu tujuan pulang
pokok dapat juga digunakan sebagai suatu cara atau tehnik untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume dan laba. Dengan diketahui titik Break Even Point
(BEP), pimpinan perusahaan dapat mengambil keputusan untuk menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya sehubungan dengan kegiatan operasi perusahaan untuk
mencapai tujuan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat
mengenai kegunaan dari pada analisis pulang pokok bagi manajemen adalah
sebagai berikut, menurut Djahidin, (2000: 120) dinyatakan bahwa analisa Break
Even Point (BEP) sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui
besarnya tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah
penjualan. Atau dengan kata lain bahwa dengan mengetahui break even point,
dapat kita ketahui kaitan-kaitan antara penjualan, produksi, harga, biaya, rugi atau
16
laba, sehingga memudahkan pimpinan perusahaan untuk mengambil
kebijaksanaann dalam peningkatan laba.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa selain dari kegunaan tersebut di atas,
Break Even Point (BEP) juga berguna bagi pimpinan untuk :
a. Dasar atau landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang akan di
peroleh (profit planning).
b. Dasar untuk menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam
arti bahwa pada tingkat produksi tertentu perusahaan akan memperoleh
laba (di atas titik break even point) dan mencegah tingkat
produksi/penjualan yang lebih rendah dari titik break even point.
c. Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan
(controlling).
Sedangkan menurut Soemita, (1999: 29) mengemukakan bahwa alat-alat
lain untuk membantu manager keuangan dalam proses pengendalian dan
perencanaan, diantaranya adalah analisa Break Even Point (BEP) yang terutama
berguna untuk perluasan pabrik dan keputusan untuk memproduksi produk baru
sebagai percontohan.
Dengan bertitik tolak dari uraian beberapa pendapat tersebut di atas, maka
dapatlah disimpulkan bahwa analisa titik pulang pokok tidaklah semata-mata
berguna bagi pimpinan untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even
saja akan tetapi lebih dari pada itu dapat digunakan sebagai suatu cara atau tehnik
untuk mengetahui hubungan antara biaya, volume, harga jual serta laba dan rugi
atau dengan kata lain untuk menghadapi berbagai kemungkinan perubahan
17
kondisi dan keadaan yang dapat mempengaruhi laba dan tingkat pencapaian
tujuan perusahaan.
1. Menghitung analisis pulang pokok dengan cara coba - coba (trial and
error). Dalam hal ini, kita menghitung keuntungan netto berdasarkan
volume produksi/ penjualan tertentu. Apabila perhitungan masih
menghasilkan keuntungan, maka dapat dapat diturunkan sampai pada
tingkat produksi tertentu dan tingkat berapa kita mengalami Break Even
Point (BEP). Sebaliknya bila dalam perhitungan kita mendapatkan rugi
pada tingkat tertentu, untuk mendapatkan break even point, maka tingkat
produksi harus dinaikkan hingga mencapai break even point (BEP). pada
tingkat tertentu
2. Perhitungan berdasarkan rumus Aljabar menurut Mulyadi (2000 : 119)
dengan formulasi, sebagai berikut:
a. Atas dasar jumlah unit produksi
FC
Rumus BEP (Q) =
P - V
dimana :
BEP = Break Even Point
FC = Biaya tetap
V = Biaya variabel
P = Harga jual per unit
Q = Jumlah unit yang dihasilkan
b. Perhitungan BEP atas dasar sales, dalam rupiah (Rp), yaitu :
FC
18
BEP ( Rp ) =
VC
1 -
S
dimana :
BEP = Break even point
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
S = Volume / nilai hasil penjualan
Q = Jumlah rupiah yang dihasilkan
E. Pengertian Margin Of Safety (Batas Keamanan)
Margin of safety merupakan alat yang dapat memberikan informasi
tentang berapa besar volume penjualan yang dianggarkan atau hasil penjualan
tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian. Angka margin of
safety akan memberikan petunjuk mengenai jumlah maksimun penurunan volume
penjualan yang direncanakan atau dianggarkan sekaligus tidak mengakibatkan
kerugian.
Dengan mengetahui margin of safety akan diperoleh manfaat bagi
kemajuan perusahaan. Dalam hal ini margin of safety bagi perusahaan yang
merupakan syarat bagi manajemen untuk mengetahui batas keamanan dari kondisi
penjualannya dan juga dapat diketahui berapa yang harus diproduksi agar
penjualan mendekati titik break even point.
Sebagaimana dikemukakan oleh Riyanto (2004 : 299) mengemukakan
bahwa margin of safety adalah merupakan angka yang menunjukkan jarak antara
penjualan yang direncanakan dengan penjualan Break Even Point (BEP).
19
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan
margin of safety adalah batas jarak keamanan dimana jumlah penjualan tidak
melebihi tidak pula mengalami kerugian.
Pengertian batas Break Even Point (impas) adalah impas suatu keadaan
dimana suatu usaha tidak menderita rugi atau untung. Dengan kata lain suatu
usaha dikatakan impas apabila jumlah penghasilan sama dengan biaya atau
apabila menutu biaya tetap saja.
Menurut Sigit, (2001 : 1) menyatakan bahwa analisis break even point
adalah suatu cara atau untuk tehnik yang digunakan oleh seseorang
petugas/manajer perusahaan untuk mengetahui besarnya volume (jumlah)
produksi dan volume penjualan pada beberapa perusahaan yang bersangkutan
sehingga tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba.
Menurut Machfoedz, (2000 : 125) menyatakan bahwa break even point
adalah suatu keadaan dimana jumlah penjualan sama dengan jumlah biaya atau
keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba atau tidak menderita kerugian,
atau laba perusahaan sama dengan nol.
Kemudian Menurut Djahidin, (2001 : 125) menyatakan bahwa suatu
perusahaan dikatakan Break Even Point (BEP).apabila dalam usahanya pada suatu
periode adalah jumlah biaya dengan jumlah hasil penjualannya adalah sama pula.
Keadaan ini berarti bahwa perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
memperoleh laba. Kegiatan perusahaan nampaknya tidak ada suatu hasil yang
dicapai karena keuntungan yang diharapkan oleh pihak perusahaan tidak ada dan
tidak juga merugi.
20
Menurut Riyanto, (2004 : 291) menyatakan bahwa analisis break even
point adalah suatu tehnik analisa untuk mempelajari hubungan biaya, keuntungan
dan volume kegiatan.
Oleh karena analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya,
keuntungan volume kegiatan, maka analisa tersebut sering pula disebut cost profit
analysis (C.P.Y. Analysis). Dalam perencaaan keuntungan, analisis break even
merupakan profit Planning Approach yang berdasarkan pada hubungan antara
biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue).
Untuk melaksanakan titik impas atau break even point (BEP) tersebut
dijelaskan beberapa anggapan (asumsi), sebagai berikut :
a. Biaya dalam perusahaan dapat dibagi dalam golongan biaya variabel dan
golongan biaya tetap.
b. Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proposional
dengan volume produksi/penjualan. Berarti bahwa biaya variabel per
unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
c. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada
perubahan volume/penjualan. Berarti bahwa biaya tetap per unitnya
berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
d. Harga jual per unit tidak berubah-ubah selama periode yang dianalisis.
e. Apabila perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk, maka
pertimbangan dalam menghasilkan penjualan antara masing-masing
produk atau “sales mixnya” adalah tetap konstan.
21
Analisis Break Even Point (BEP) sangat penting bagi pimpinan
perusahaan seperti dikemukakan Djahidin, (2001 : 154), sebagai berikut :
a. Dasar atau landasan dalam merencanakan tingkat keuntungan yang
diperoleh (profit planning)
b. Dasar untuk menentukan tingkat produksi yang menguntungkan dalam arti
bahwa pada tingkat produksi tertentu perusahaan akan memperoleh laba di
atas BEP dan mencegah tingkat produksi/ penjualan yang lebih rendah dari
titik BEP.
c. Dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan
(control).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa analisis Break Even Point
(BEP).adalah suatu alat analisis yang sangat bermanfaat dan penting diketahui
oleh manajer perusahaan, karena dengan demikian dapat menunjukkan sebab-
sebab keadaan yang menguntungkan dan merugikan.
Tujuan analisis Break Even Point (BEP) .ini penting untuk diketahui
keuntungan ataupun atau kerugian yang dialami perusahaan. Dalam hubungannya
dengan penurunan omzet penjualan, titik impas sebenarnya adalah merupakan
lampu tanda bahaya bagi perusahaan. Artinya pada penjualan sebesar titik impas
perusahaan mengalami keuntungan. Dan bilamana omzet penjualannya terus
menerus menurun sehingga dibawah titik impas maka perusahaan akan menderita
kerugian. Selanjutnya bila pihak perusahaan tidak menaikkan omzet pejualannya
di atas titik impas untuk jangka waktu yang lama, maka kemungkinan perusahaan
22
akan mengalami kegagalan. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha untuk
mempertahankan agar omzet penjualan tetap berada di atas titik impas.
F. Pengertian Laba
Konsep mengenai laba dari hasil penjualan yang telah dikurangi dengan
biaya dalam proses produksi, sehingga selisihnya adalah merupakan keuntungan
(laba), karena laba itu sebagai hasil yang sudah dikurangi dengan seluruh
komponen biaya yang digunakan dalam proses produksi.
Dengan demikian, laba tersebut sebagai nilai atau hasil yang diperoleh dari
pertukaran ( penjualan ) atas barang dan jasa yang dihasilkan, menurut Baridwan,
(2000 : 215), menyatakan bahwa keuntungan (laba) yang dihasilkan dengan
penjualan barang dan jasa jumlahnya dapat diukur dengan pembebanan yang
dilakukan terhadap atas pembeli, klien atau penyewa untuk barang-barang atau
jasa-jasa yang diserahkan kepada mereka.
Dalam pendapatan (laba) juga termasuk penjualan atau penukaran aktiva
diluar barang-barang dagangan, bunga dan deviden atau pembagian laba untuk
penanaman dan penambahan lain daripada kekayaan pemilik dalam usaha yang
bersangkutan. Di luar penambahan dan penyesuaian atau transaksi-transaksi
lainnya dalam rangka kegiatan yang merupakan tujuan dari usaha yang
bersangkutan disebut dengan istilah laba operasi.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai
berikut :
23
a. Laba dapat terjadi setiap saat, dan dapat pula terjadi dalam waktu
tertentu atau secara berkala.
b. Pendapatan diperoleh melalui penjualan barang-barang dagangan atau
jasa diserahkan kepada pembeli dan dapat diperoleh karena pertukaran
aktiva, sebagai hasil dari penanaman-penanaman atau investasi seperti
bunga, deviden dan lain-lain.
c. Laba dalam pembebanannya kepada pembeli atau langganan, harus
diukur dengan satuan mata uang tertentu yang telah diperoleh.
d. Pendapatan mempunyai sifat menaikkan atau menambah nilai
kekayaan pembeli perusahaan. Namun perlu diketahui bahwa idak
semuanya yang menaikkan atau menambah nilai kekayaan pemilik itu,
dapat dikatagorikan sebagai pendapatan, seperti halnya dengan
penilaian aktiva tetap yang mengakibatkan naiknya atau meningkatnya
nilai kekayaan pemilik dengan jalan menimbulkan perkiraan baru yaitu
perkiraan penyesuaian modal.
G. Hubungan Break Even Point (BEP) Dengan Perencanaan Laba
Dengan mengetahui titik pulang pokok (break even point) dari suatu
perusahaan, maka sangatlah besar artinya bagi pimpinan, karena dapat
memberikan gambaran yang bermanfaat untuk melaksanakan beberapa
kebijaksanaan perusahaan, utamanya di dalam merencanakan laba. Oleh karena
itu, keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan
manajemen di dalam melihat kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan dimasa
24
yang akan datang. Oleh sebab itu manajer harus mampu merencanakan masa
depan perusahannya. Adapun yang sering digunakan dalam menilai sukses
tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh dari
kegiatannya. Sedangkan untuk semua laba, selalu dipengaruhi oleh tiga faktor
yaitu harga jual, biaya-biaya dalam proses produksi dan volume produksi.
Faktor tersebut di atas, sangat erat kaitannya di mana biaya perencanaan
harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual untuk
mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi biaya.
Melalui analisis break even point dapat diketahui hubungan antara volume
produksi dan penjualan dengan jumlah biaya serta keuntungan sehingga sering
pula disebut cost profit, volume analysis.
Dalam merencanakan laba analisis ini merupakan profit planning
approach, sebagaimana yang dikemukakan oleh Riyanto, (2004 : 91) analisa
break even point mempunyai hubungan antara biaya – keuntungan – dan volume
kegiatan, maka analisa tersebut sering disebut CPV Analysis.
Dalam merencanakan keuntungan, analisa break even point merupakan
dasar profit planning approach yang berdasarkan hubungan antara biaya (cost)
dan penghasilan (revenue), keuntungan yang diharapkan perusahaan tergantung
dari cepatnya proses produksi berjalan.
Merencanakan laba hubungan antara biaya, volume dan laba, break even
memegang peranan yang sangat penting terutama di dalam pemilihan alternatif,
tindakan dan perumusan kebijaksanaan untuk masa yang akan datang. Dalam hal
ini Hartanto, (2001 : 67) mengatakan bahwa penyelidikan atas hubungan yang
25
terdapat antara biaya, laba dan volume penjualan sangat penting bagi manajemen
untuk dapat membuat suatu rencana yang baik. Berdasarkan penyelidikan ini akan
mendapat gambaran mengenai suatu klasifikasi biaya yang baik untuk tujuan
manajerial planning dan strategi.
H. Kerangka Pikir
Berhasil tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dengan kesempatan dimasa
yang akan datang. Oleh sebab itu, manajemen bertugas untuk merencanakan
masa depan perusahaannya. Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan
perusahaan adalah pengambilan keputusan dalam pemilihan berbagai macam
alternatif dan perumusan kebijaksanaan. Laba yang diperoleh dalam suatu
perusahan menjadi ukuran sukses atau tidaknya manajemen dalam mengelola
perusahaannya. Laba dipengaruhi tiga faktor yaitu harga produk jual, biaya dan
volume penjualan. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang
dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan. Sedangkan penjualan
langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi
biaya.
Tiga faktor tersebut saling berkaitan sehingga di dalam perencanaan
hubungan antara biaya, volume, laba memegang peranan sangat penting. Untuk
memilih alternatif tindakan dan perumusan kebijakan masa yang akan datang
manajemen memerlukan data untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang
berakibat pada laba.
26
Analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu bagian dari konsep
analisis biaya, volume, laba. Analisis Break Even Point (BEP) menitik beratkan
pada tingkat penjualan minimum sesuai dengan laba yang direncanakan dan
penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak menderita kerugian,
sedangkan dalam analisis biaya volume laba titik berat analisisnya diletakkan
pada sampai seberapa jauh perubahan biaya volume dan harga jual yang
mengakibatkan laba perusahaan berubah. Perencanaan perusahaan dapat efektif
bila manajemen dapat memperkirakan bagaimana pengaruh faktor-faktor dalam
analisis hubungan biaya volume laba terhadap laba perusahaan. Pembuatan
anggaran penghasilan dan biaya pada setiap tahun dapat digunakan sebagai acuan
bagi manajer dalam menjalankan usahanya secara nyata selama periode berjalan.
Maka perencanaan laba melalui analisis Break Even Point (BEP) sangat
diperlukan oleh manajemen perusahaan.
Perhitungan Break Even Point (BEP) dalam perencanaan laba dapat lebih
besar daripada produksi, sehingga laba yang direncanakan meningkat agar supaya
proses produksi perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi. Untuk
menentukan perencanaan laba yang lebih tinggi, analisis yang digunakan metode
Break Even Point (BEP).
27
Untuk lebih jelasnya kerangka pikir digambarkan dalam bagan alur
kerangka pikir, sebagai berikut :
KAWASAN WISATA
PANTAI MARINA (Kab. Bantaeng)
Analisis B i a y a dan Penjualan
Biaya Volume Penjualan
Break Even
Point (BEP)
Perencanaan
Laba
I. Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
penulis mengajukan hipotesis, sebagai berikut :
“Diduga bahwa pengelolaan usaha pada kawasan wisata pantai marina kabupaten
Bantaeng berada dalam keadaan Break Even Point (BEP) terhadap perencanaan
laba”.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Bantaeng, dimana Wisata Pantai Marina
berlokasi, tepatnya di Desa Baruga Kecamatan Pa’jukukang.
Sedangkan waktu penelitian dan penyusunan laporan ini dilaksanakan
pada bulan April – Juni 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data serta keterangan yang di perlukan dalam
penyusunan proposal ini, dalam menggunakan metode penelitian studi kasus
(Case study method) dan pengumpulan data melalui penelitian, yaitu sebagai
berikut :
a. Penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan jalan mengadakan telaah secara langsung terhadap beberapa buku
sebagai bahan pustaka, serta karangan ilmiah yang erat kaitannya dengan
masalah yang di atas.
b. Penelitian lapang (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan
jalan mengadakan kunjungan secara langsung kepada obyek penelitian
yang telah ditetapkan.
Untuk mengumpulkan data lapang yang diperlukan, digunakan tehnik/
metode, sebagai berikut :
28
29
1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
obyek penelitian.
2. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan beberapa staf
yang langsung menangani masalah penjualan dan produksi.
C. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Jenis data
a. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi,
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk angka-angka.
2. Sumber data
a. Data primer
Data yang diperoleh melalui observasi berupa pengamatan beserta
wawancara dengan pimpinan dan karyawan Wisata Pantai Marina
b. Data sekunder
Data yang diperoleh berupa informasi tertulis dan dokumentasi
serta laporan-laporan Wisata Pantai Marina.
30
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah
suatu himpunan atau bagian dari unit populasi. Sampel penelitian diambil secara
purposive sampling yaitu mengambil sampel sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Adapun populasi dan sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan
laporan keuangan yakni data penjualan/pendapatan, biaya variabel, dan biaya
tetap pada Wisata Pantai Marina selama 5 tahun (2008 -2012).
E. Metode Analisis
Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya maka dalam
menganalisis dan membuktikannya penulis menggunakan perhitungan-
perhitungan dengan terlebih dahulu mengklasifikasi biaya, yakni biaya tetap dan
biaya variabel serta harus memerhatikan volume penjualan. Dalam perhitungan
tersebut penulis menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Mulyadi (2000 :
119) :
1. Untuk menghitung break even point dalam kuantitas penjualan atas
dasar unit barang :
FC
BEP ( Unit ) =
P - V
dimana :
BEP = Break even point (penjualan pada titik impas dalam unit)
P = Harga jual per unit (Price)
31
V = Biaya variabel per unit (Variable cost)
FC = Total biaya tetap (Fixed cost).
2. Untuk menentukan penjualan minimal ( rupiah ) di dalam menentukan
laba yang direncanakan adalah :
FC
BEP ( Rupiah ) =
VC
1 -
S
dimana :
BEP = Break even point (Penjualan pada titik impas dalam rupiah)
FC = Total biaya tetap (Fixed cost)
VC = Biaya variabel keseluruhan (variable cost)
S = Volume / nilai hasil penjualan keseluruhan (sales)
1 = Konstanta
3. Untuk menentukan penjualan minimal di dalam menentukan laba
yang direncanakan adalah :
FC + Laba
BEP (Penjualan Minimal) =
VC
1 -
S
Dimana :
FC = Biaya tetap (Fixed cost)
VC = Biaya variabel (Variable cost)
S = Volume penjualan (Sales)
1 = Konstanta
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Daerah Bantaeng di Provinsi Sulawesi Selatan terkenal akan keindahan
wisatanya. Salah satunya Kawasan Wisata Pantai Marina yang berlokasi di
Kabupaten Bantaeng. Kawasan Wisata Pantai Marina terletak di Jalan Poros
Sulawesi selatan arah Timur dari kota Makasar, tepatnya Kecamatan
Pa’jukukang, dusun Korong Batu, Desa Baruga. Pantai Marina dulunya hanya
pantai yang tak terawat namun sangat bersejarah karena kawasan ini adalah salah
satu tempat kunjungan ketujuh Raja Bantaeng. Pantai Marina dulunya hanya
bernama Korong Batu. karena di dalam kawasan ini terdapat batu yang terbentuk
seperti alat masak para orang terdahulu namun dari zaman ke zaman kawasan ini
terus di kembangkan oleh pemda maka di gantilah namanya menjadi Pantai
Marina saat ini Pantai Marina adalah kawasan Wisata yang sangat di gemari para
wisatawan local maupun dari luar karena pantainya yang terawatt bersih serta
pasilitas di dalam kawasan ini sangat memadai dan dapat membuat wisatawan
merasa nyaman liburan di pantai ini.
32
33
Visi – Misi
a. Visi
“Terwujudnya Kabupaten Bantaeng Sebagai Salah Satu Daerah Tujuan
Wisata Di Provinsi Sulawesi Selatan Yang Berdaya Saing Dan Religius”.
b. Misi
Untuk mencapai visi yang telah dijabarkan di atas, maka Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantaeng akan melaksanakan misi
sebagai berikut:
a. Peningkatan Sumber Daya Manusia Sebagai Modal Utama Dalam
Modal Pengembangan Kebudayaan Dan Pariwisata.
b. Peningkatan pelayanan teknis dan administrasi di bidang
kebudayaan dan kepariwisataan.
c. Pengembangan dan pelestarian nilai – nilai budaya daerah.
d. Pengembangan potensi objek dan daya tarik wisata.
e. Pembderdayaan masyarakat dalam mengelola sektor kebudayaan
dan kepariwisataan melalui pola kemitraan yang saling
menguntungkan.
2. Tujuan
Sesuai dengan visi, misi, dan tugas pokok maka tujuan yang ingin dicapai
adalah:
a. Meningkatkan dan memberdayakan tenaga profesionalisme disektor
Kebudayaan dan Pariwisata.
34
b. Meningkatkan Pelayanan Tekhnis dan Adminstrasi disektor
Kebudayaan dan Kepariwisataan.
c. Mengoptimalkan pengembangan dan pelestarian nilai – nilai budaya
daerah.
d. Mengoptimalkan pengembangan potensi objek dan daya tarik wisata.
e. Memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan sektor
Kebudayaan dan Kepariwisataan melalui pola kemitraan yang saling
menguntungkan.
f. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor
Kebudayaan dan Pariwisata.
3. Sasaran
a. Meningkatnya dan diberdayakannya tenaga professional disektor
kebudayaan dan pariwisata.
b. Meningkatnya pelayanan teknis dan Adminstrasi disektor Kebudayaan
dan Kepariwisataan.
c. Optimalnya pengembangan dan pelestarian nilai – nilai budaya daerah.
d. Optimalnya pengembangan potensi objek dan daya tarik wisata
e. Diberdayakannya masyarakat dalam mengembangkan sektor
Kebudayaan dan Kepariwisataan melalui pola kemitraan yang saling
menguntungkan.
f. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor
Kebudayaan dan Pariwisata.
35
4. Strategi
Strategi yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian visi yang telah
disebutkan di atas dalam pengembangan sektor Kebuyaan dan Kepariwisataan
adalah :
a. Reformasi kebijakan tentang kualifikasi pendidkan dan kemampuan
yang harus dimiliki oleh tenaga tekhnis pengelola sector kebudayaan
dan Kepariwisataan.
b. Reformasi regulasi standar tentang pelayanan publik sektor
Kebudayaan dan Pariwisata.
5. Struktur Organisasi
Secara umum dapat dikemukakan bahwa organisasi adalah suatu sistem
hirarki dari satuan-satuan administrasi dan operasional dari perusahaan. Dalam
Struktur Organisasi suatu Perusahaan dapat memberikan gambaran yang singkat
tentang seluruh kegiatan perusahaan baik mengenai tugas wewenang serta
tanggung jawab dari personilnya. Struktur Organisasi yang baik akan mendukung
kelancaran kegiatan-kegiatan dan juga jasa akan mendukung tercapainya tujuan
perusahaan. Dengan adanya organisasi yang baik mendorong tercapainya tujuan
perusahaan dengan sebaik-baiknya, karena organisasi merupakan suatu kelompok
orang-orang yang mau bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama.
Struktur Organisasi adalah gambaran yang menunjukkan organisasi formal
dalam suatu perusahaaan mengenai tugas dan tanggungjawab serta hubungan
36
antara karyawan/bagian satu sama lain sesuai dengan dasar aturan yang telah
ditetapkan.
Oleh karena itu, maka pihak Pemda pada Kawasan Wisata Panyai Marina
menyusun suatu Struktur Organisasi dengan tujuan untuk memperjelas tugas dan
tanggung jawab para karyawannya. Selain dari pada itu dengan adanya Struktur
Organisasi maka menunjang tercapainya sasaran yang telah ditetapkan secara
efektif dan efesien.
37
Struktur Organisasi Kawasan Wisata Pantai Marina dapat dilihat pada
skema berikut ini :
DINAS KEBUDAYAN DAN
PARIWISATA
KAB. BANTAENG
KOORDINATOR
Pengelolah Data Sarana Pengelolah Objek
Wisata Wisata
Petugas Loket Objek Pengolah Data Promosi
Wisata dan Informasi
Pengolah Sarana Dan Prasarana Pengolah Data Bidang
Promosi Pariwisata
Pengolah Data Pengembangan Pasar
Pariwisata
Sumber : Data diolah kembali, 2015
Gambar 2. Struktur Organisasi Kawasan Wisata Pantai Marina, 2015
6. Tugas-Tugas Pokok (Job Deskription)
Setiap bagian dari struktur organisasi mempunyai tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan bidang keahlian masing-masing agar aktivitas kerja
perusahaan dapat berjalan dengan baik.
38
Adapun tugas pokok dari masing-masing bagian pada Kawasan Wisata
Alam Ompo secara garis besar sebagai berikut :
a. Pengolah Data Sarana Wisata
1) Mempelajari satandar, pedoman dan prosedur kerja yang berkaitan
dengan tugas pengolah data sarana wisata;
2) Mengumpulkan dan mengolah data dalam rangka perencanaan
program kegiatan pengembangan sarana wisata;
3) Menginventarisir sarana wisata sebagai laporan untuk
penegembangan dan penambahan sarana;
4) Menyiapkan bahan persiapan pelaksanaan standarisasi dan
klasifikasi sarana wisata;
5) Membuat laporan berdasarkan sarana wisata yag ada untuk
dipromosikan dan diinformasikan;
6) Mengajukan perbaikan dan pengadaan kepada atasan langsung
sarana yang memerlukan perawatan dan perbaikan berdasarkan
hasil inventarisir sarana;
7) Melaksanakan tugas kedinasan yang lain diperintahkan oleh atasan
baik lisan maupun tertulis.
b. Pengelola Objek Wisata
1) Mempelajari standar, pedoman dan prosedur kerja yang
berkaitan dengan petugas pengelolah objek wisata;
2) Menyiapakan dan menyediakan sarana pada objek wisata;
39
3) Mendistribusikan karcis pada setiap loket untuk penarikan
retribusi kepada pengunjung;
4) Menginventarisir karcis yang laku dan belum kepada masing -
masing petugas loket;
5) Menyortir yang belum laku dan menyimpan bonggol karcis
untuk dicocokkan dengan karcis yang telah laku;
6) Memberikan pelayanan yang ramah kepada pengunjung;
7) Melakukan pembersihan disekitar kawasan objek wisata serta;
8) Melakukan penataan disekitar kawasan objek wisata untuk
menambah keindahan dan daya tarik wisatawan;
9) Mengontrol stok retribusi dan mengusulkan permintaan benda
berharga berupa karcis ke DPPKAD melalui bendahara barang;
10) Mengelola kas penerimaan PAD melalui pembelian karcis
untuk semua jenis karcis;
11) Membuat laporan penerimaan PAD untuk selanjutnya
diserahkan kepada bendahara penerima;
12) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
c. Petugas Loket Objek Wisata
1) Mempelajari standar, pedoman dan prosedur kerja yang
berkaitan dengan petugas loket objek wisata;
2) Menyiapkan karcis kepada pengunjung yang akan masuk ke
lokasi objek wisata;
40
3) Membuat catatan informasi tentang tarif/sewa karcis masuk
dan fasilitas lain yang ada dalam kawsan objek wisata;
4) Melayani dan memandu pengunjung dalam kawasan objek
wisata;
5) Menginventarisir stok karcis yang ada di loket dan meminta
persediaan karcis sebelum stok habis;
6) Menerima dan menghitung uang, baik pada saat transaksi
maupung setekah transaksi dilakukan;
7) Mengelola kas yang diterima dan mempertanggung jawabkan;
8) Menyimpann dan mengarsipkan potongan karcis (bonggol)
sebagai bahan laporan pertanggung jawaban;
9) Melakukan pembersihan di sekitar loket untuk menjaga
keindahan kenyamanan pengunjung;
10) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dipeintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
d. Pengolah Data Promosi dan Informasi
1) Mempelajari standar, pedoman dan prosedur kerja yang
berkaitan dengan tugas pegolah data promosi dan informasi;
2) Mengumpulkan dan mengolah data dalam rangka perencanaan
dibidang promosi dan informasi;
3) Menyiapkan sarana promosi dan informasi baik melalui media
cetak maupun media elektronik;
41
4) Menyiapkan bahan pelaksanaan kegiatan bahan informasi
bidang kepariwisataan melalui berbagai kegiatan;
5) Menginventarisasi data yang lengkap, benar, akurat dan
dipertanggung jawabkan untuk selanjutnya mensistematiskan
analisis data promosi dan informasi;
6) Melengkapi kantor dinas kebudayaan dan pariwisata dengan
informasi kepariwisataan berupa brosur/leaflet, laporan atau
dokumen lainnya;
7) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dipeintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
e. Pengolah Sarana dan Prasarana Promosi
1) Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan atasan
secara seksama agar terhindar dari kesalhan dan kekeliruan
dalam pelaksanaan pekerjaan;
2) Menginventarisir sarana dan prasarana yang dapat digunakan
untuk promosi agar informasi kepariwisataan dapat diketahui
masyarakat luas;
3) Menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk
promosi untuk pelaksanaan operasional pekerjaan;
4) Membantu seksi dalam mengolah sarana dan prasarana dalam
memasarkan kepariwisataan;
5) Melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan
prasaran yang dikelola sebagai bahan untuk promosi ;
42
6) Membuat blanko tanda terima peminjaman sarana prasarana
promosi jika ada pihak lain yang membutuhkan;
7) Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas baik baik secara lisan
maupun tertulis kepada atsan lansung untuk memberi
gambaran akhir pelakasanaan tugas;
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dipeintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
f. Pengolah Data Bidang Pariwisata
1) Mempelajari prosedur dan uraian tugas yang menjadi pedoman
daklam pelaksanaan tugas;
2) Menginventarisir data objek pariwisata unggulan dan potensi
pariwisata lainnya untuk dipromosikan;
3) Menyiapkan informasi kepariwisataan sebagai bahan pelayanan
jasa informasi dan investasi;
4) Menyiapkan konsep perumusan kerjasama dibidang
kepariwisataan kepada atasan langsung;
5) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan dalam rangka
penyelenggaraan pameran/ event kepariwisataan;
6) Menyiapkan sarana informasi kepariwisataan yang mudah
diakses oleh masyarakat baik media cetak maupun elektronik /
teknologi informasi;
7) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasansebagai
pertanggungjawaban;
43
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dipeintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
g. Pengolah Data Pengembangan Pasar Pariwisata
1) Mempelajari prosedur dan uraian tugas yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan tugas;
2) Menginventarisir data jaringan jalan / akses jalan menuju
daerah tujuan wisata untuk pengembangan pasar pariwisata;
3) Membantu seksi menyusun rencana pengembangan pasar
pariwisata melalui internet marketing / pemasaran langsung
yang diakses secara global;
4) Menyiapkan konsep perumusan kerjasama agen / biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan
mengatur wisata ke tempat wisata;
5) Mengusahakan penyelenggaraan semua bentuk periklanan
sebagai strategi promo dalam rangka pengembangan pasar
pariwisata;
6) Menyiapkan pelayanan informasi dengan menyebarluaskan dan
mendistribusikan bahan kepariwisataan sebagai bentuk
pengembangan pasar pariwisata;
7) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban;
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang dipeintahkan oleh
atasan baik lisan maupun tertulis.
44
B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Peningkatan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari peningkatan
jumlah pendapatan yang diperoleh. Namun di sisi lain peningkatan jumlah
pendaptan yang diperoleh tersebut harus dibarengi dengan peningkatan jumlah
biaya atau dengan kata lain peningkatan volume/aktivitas perusahaan berbanding
lurus dengan peningkatan jumlah biaya. Alasannya “karena tanpa mengeluarkan
biaya /penigkatan biaya yang dikeluarkan perusahaan maka sangat tidak mungkin
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dapat menjalankan kegiatan/aktivitasnya secara
efektif dan efisien”.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan laba adalah
pertimbangan terhadap jumlah pendapatan yang akan diperoleh dan jumlah biaya
yang akan dikeluarkan dalam periode tersebut untuk memperoleh selisih yang
dinamakan laba. Hal ini tentu akan memudahkan pihak manajemen perusahaan
dalam pengambilan keputusan terhadap penetapan besarnya jumlah pendapatan
yang harus ditetapkan agar dapat menutupi seluruh elemen biaya baik biaya tetap
maupun biaya variable yang kemudian menetapkan besarnya laba yang ingin
didapat sehingga ditetapkanlah besarnya jumlah pendapatan dan lamanya masa
angsuran sebagai dasar dari perhitungan BEP dalam perencanaan laba.
45
Table 1 : Data Rretribusi Kawasan Wisata Pantai Marina Selama Lima Tahun
Terakhir (2010 s/d 2014)
KETERANGAN
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
Dewasa 127,507,500 109,800,000 156,175,000 282,135,000 348,495,000
anak-anak 67,494,000 56,869,500 63,807,000 106,281,000 50,037,000
K. Ruang Makan 12,420,000 12,420,000 11,540,000 282,135,000 15,150,000
K. Ban Renang Besar 15,897,000 19,797,000 12,696,000 14,795,000 11,765,000
K. Ban Renang Kecil 4,818,000 6,818,000 9,568,000 5,061,000 6,048,000
T.M Kendaraan Roda 6 - - 12,545,000 270000 405,000
T.M Kendaraan Roda 4 7,860,000 10,735,000 19,490,000 24,050,000 20,430,000
T.M Kendaraan Roda 2 7,697,500 9,372,500 65,812,000 34,220,000 22,665,000
K. Kamar Ganti/ WC 95,811,000 119,376,000 270,000 56,429,000 66,952,500
Total ( TR )
339,505,000
345,188,000
351,903,000
538,291,000
541,947,500
Sumber: Data diolah kembali, 2015.
46
Adapun pengelompokan biaya tetap menurut Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata adalah biaya yang tetap akan dikeluarkan perusahaan meskipun
perusahaan mengalami peningkatan atau penurunan jumlah pendapatan. Akan
tetapi besarnya biaya tetap sewaktu-waktu dapat berubah sesuai keperluan
perusahaan dan situasi serta kondisi yang dihadapi. Penggolongan biaya tetap
meliputi gaji dan tunjangan, administrasi umum, aktiva tetap, dan pemeliharaan,
sedangkan biaya variable adalah biaya yang cenderung berubah-ubah sesuai
dengan tingkat pemakaian yang dilakukan perusahaan. Biaya variable meliputi
seluruh biaya operasional yakni biaya tenaga kerja harian dalam kegiatan
perusahaan.
Adapun jenis-jenis atau unsur-unsur daripada biaya pada tahun 2010 s/d
2014 yang ada dalam perusahaan ini terbagi atas dua bagian :
1. Biaya tetap
2. Biaya variabel
47
Tabel 2 : RINCIAN BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR
JENIS BIAYA
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pimpinan Dan Staf 102000000 - 102000000 - 102000000 - 102000000 - 102000000 -
Administrasi Umum
Biaya Telepon 4500000 - 3000000 - 1000000 - 1000000 - 1000000 -
Biaya Listrik 9600000 - 5280000 - 6800000 - 6800000 - 6800000 -
Biaya Air 4800000 - 1900000 - 1600000 - 1600000 - 1000000 -
Aktiva Tetap
Pembayaran Stnk
Motor 150000 - 150000 - 150000 - 150000 - 150000 -
Biaya Bahan Baku
Bangunan 42965356 - 40000000 - - - - - - -
Biaya Mesin
Pemotong Rumput 6000000 - - - - - - - - -
Biaya Konsultasi
Perencanaan - - 48342164 - - - - - - -
Biaya Pipa Dan
Dinamo - - - - - - 7000000 - - -
Pengadaan Taman - - - - - - 50000000 - - -
Amplifier - - - - - - 3000000 - - -
Biaya Tenaga Kerja Harian - 96000000 - 81000000 - 81000000 - 140400000 - 108000000
Pemeliharaan 42900000 - 20000000 - 20000000 - 23000000 - 23000000 -
Total Biaya
212,915,356.00
96,000,000.00
220,672,164.00
81,000,000.00
131,550,000.00
81,000,000.00
194,550,000.00
140,400,000.00
133,950,000.00
108,000,000.00
Sumber : Data diolah kembali, 2015
48
1. Analisis Break Even Point
a. Break even point pada tahun 2010
Dengan data yang ada kita dapat mengetahui tingkat break even point
pada Kawasan Wisata Pantai Marina. Untuk memudahkan perhitungannya,
terlebih dahulu penulis menyajikan total biaya yang dapat mendukung dalam
perhitungan break even point , yaitu :
Total biaya Tetap: Rp. 212,915,356,-
Total biaya Variabel : Rp. 96.000.000,-
TABEL 3 : PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT TAHUN 2010
Produk Tarif
(Harga) Vc Vc/Unit 1-Vc/P Pendapatan
Hasil
Penjualan
%
Bobot
Kontribusi
1 2500 235 0.094 0.906 127507500 0.38 0.34
2 1500 266 0.177333 0.822667 67494000 0.20 0.16
3 20000 19323 0.96615 0.03385 12420000 0.04 0.00
4 3000 2264 0.754667 0.245333 15897000 0.05 0.01
5 2000 4981 2.4905 -1.4905 4818000 0.01 -0.02
6 - - - - - - -
7 5000 7623 1.5246 -0.5246 7860000 0.02 -0.01
8 2500 3897 1.5588 -0.5588 7697500 0.02 -0.01
9 1000 125 0.125 0.875 95811000 0.28 0.25
JUMLAH 339505000 1.00 0.72
Sumber : Data diolah kembali, 2015
= 212,915,356
0,72
= 295.715.772
b. Break Even Point pada tahun 2011
Total biaya Tetap: Rp. 220.672.164,-
Total biaya Variabel : Rp. 81.000.000,-
49
TABEL 4 : PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT TAHUN 2011
Sumber : Data diolah kembali, 2015
= 220.672.164
0,77
= 286.587.225,97
c. Break Even Point untuk 2012
Total biaya Tetap: Rp. 131.550.000,-
Total biaya Variabel : Rp. 81.000.000,-
TABEL 5 : PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT TAHUN 2012
Produk tarif
(harga) Vc vc/unit 1-vc/p pendapatan
hasil
penjualan
%
bobot
kontribusi
1 2500 144 0.0576 0.9424 156175000 0.38 0.35
2 1500 211 0.140667 0.859333 63807000 0.20 0.17
3 20000 15597 0.77985 0.22015 11540000 0.04 0.01
4 3000 2126 0.708667 0.291333 12696000 0.05 0.01
5 2000 1895 0.9475 0.0525 9568000 0.01 0.00
6 15000 500000 33.33333 -32.3333 270000 0.00 -0.03
7 5000 3587 0.7174 0.2826 12545000 0.02 0.01
8 2500 1154 0.4616 0.5384 19490000 0.02 0.01
9 1000 143 0.143 0.857 65812000 0.28 0.24
JUMLAH 351903000 1.00 0.77
produk tarif
(harga) Vc vc/unit 1-vc/p pendapatan
hasil
penjualan
%
bobot
kontribusi
1 2500 230 0.092 0.908 109,800,000 0.38 0.34
2 1500 267 0.178 0.822 56,869,500 0.20 0.16
3 20000 16304 0.8152 0.1848 12,420,000 0.04 0.01
4 3000 1534 0.485 0.515 19,797,000 0.05 0.02
5 2000 2970 0.213 0.787 6,818,000 0.01 0.01
6 - - - - - - -
7 5000 4715 0.943 0.057 10,735,000 0.02 0.00
8 2500 2700 1.08 -0.08 9,372,500 0.02 0.00
9 1000 84 0.084 0.916 119,376,000 0.28 0.26
JUMLAH 351.903.000 1.00 0.77
Sumber : Data diolah kembali, 2015
50
= 131.550.000
0,77
= 170.844.155,84
d. Break Even Point untuk tahun 2013
Total biaya Tetap: Rp. 194.550.000,-
Total biaya Variabel : Rp. 140.400.000,-
TABEL 6 : PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT TAHUN 2013
Produk
Tarif
(Harga
)
Vc Vc/Unit 1-Vc/P Pendapatan
Hasil
Penjuala
n %
Bobot
Kontribusi
1 5000 276 0.0552 0.9448 282,135,000 0.38 0.35
2 3000 440 0.146667 0.853333 106,281,000 0.20 0.17
3 50000 51827 1.03654 -0.03654 15,050,000 0.04 0.00
4 5000 5277 1.0554 -0.0554 14,795,000 0.05 0.00
5 3000 9247 3.082333 -2.08233 5,061,000 0.01 -0.03
6 15000 78000 5.2 -4.2 270000 0.00 0.00
7 10000 6486 0.6486 0.3514 24,050,000 0.02 0.01
8 5000 2279 0.4558 0.5442 34,220,000 0.02 0.01
9 1000 276 0.276 0.724 56,429,000 0.28 0.20
JUMLAH 538,291,000 1.00 0.71
Sumber : Data diolah kembali, 2015
= 194.550.000
0,74
= 262.905.405,41
e. Break Even Point untuk 2014
Total biaya Tetap: Rp. 133.950.000,-
Total biaya Variabel : Rp. 108.000.000,-
51
TABEL 7 : PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT TAHUN 2014
Produk Tarif
(Harga) Vc Vc/Unit 1-Vc/P Pendapatan
Hasil
Penjualan
%
Bobot
Kontribusi
1 5000 172 0.0344 0.9656 348,495,000 0.64 0.62
2 3000 719 0.239667 0.760333 50,037,000 0.09 0.07
3 50000 39603 0.79206 0.20794 15,150,000 0.03 0.01
4 5000 5099 1.0198 -0.0198 11,765,000 0.02 0.00
5 3000 5952 1.984 -0.984 6,048,000 0.01 -0.01
6 15000 444444 29.6296 -28.6296 405,000 0.00 -0.02
7 10000 5873 0.5873 0.4127 20,430,000 0.04 0.02
8 5000 2647 0.5294 0.4706 22,665,000 0.04 0.02
9 1000 268 0.268 0.732 66,952,500 0.12 0.09
JUMLAH 541947500 1.00 0.79
Sumber : Data diolah kembali, 2015
= 133.950.000
0,79
= 169.556.962,03
Tabel 8: Hasil Analisa Break Even Point Pada Kawasan Wisata Pantai Marina
Selama 5 Tahun Terakhir (2010 S/D 2014)
Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya BEP
2010 212,915,356 96,000,000 308,915,356 295.715.772,22
2011 220,672,164 81,000,000 301,672,164 286.587.225,97
2012 131,550,000 81,000,000 212,550,000 170.844.155,84
2013 194,550,000 40,400,000 334,950,000 262.905.405,41
2014 133,950,000 108,000,000 241,950,000 169.556.962,03
Sumber : Data diolah kembali, 2015.
Dari perhitungan break even point dalam bentuk rupiah yang telah
diuraikan di atas, maka dengan menggunakan rumus aljabar atas dasar sales (Rp)
pada Kawasan Wisata Pantai Marina selama 5 tahun terakhir (2010 s/d 2014)
52
dapat diketahui pendapatan pada break even point (BEP) mengalamai perubahan
dari tahun ketahun disebabkan total biaya yang seiring tahun mengalami
perubahan. Artinya semakin tinggi total biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun
dalam kegiatan perusahaan maka akan tinggi pula nilai titik impasnya dan
begitupun sebaliknya. Maka dengan demikian untuk perencanaan laba
perusahaan ini dapat diketahui, yaitu berpatok pada besarnya volume pendapatan
dari hasil perhitungan tadi. Sehingga apabila perusahaan menghasilkan
pendapatan lebih besar dari pendapatan berdasarkan analisis titik impasnya (break
even point) maka perusahaan akan memperoleh laba.
b. Margin Of Safety
Angka margin of safety (margin keamanan) adalah selisih angka yang
menunjukkan jumlah pendapatan yang dikehendaki atau yang diperoleh dengan
tingkat pendapatan pada nilai titik pulang pokok. Adapun rumus margin of safety
(mos) yaitu sebagai berikut:
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
Dimana:
Cs = Jumlah Pendapatan
Bs = Jumlah/nilai BEP
Adapun besarnya margin of safety (MOS) selama lima tahun terakhir (2010
s/d 2014 yaitu sebagai berikut :
a. Mos tahun 2010
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
53
Mos = 339.505.000 – 295.715.772 × 100%
339.505.000
Mos = 12,89 %
Hal ini menunjukkan bahwa selama pendapatan tidak turun dengan
suatu persentase atau lebih besar dari 12,89% maka perusahaan berada
dalam keadaan aman karena perusahaan melaksanakan kegiatannya di atas
titik impas (BEP).
b. Mos tahun 2011
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
Mos = 345.188.000 – 286.587.225,97 × 100%
345.188.000
Mos = 16.97%
Hal ini menunjukkan bahwa selama pendapatan tidak turun dengan
suatu persentase atau lebih besar dari 16.97% maka perusahaan berada
dalam keadaan aman karena perusahaan melaksanakan kegiatannya di atas
titik impas (BEP).
c. Mos tahun 2012
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
Mos = 351.903.000 – 170.844.155,84 × 100%
351.903.000
Mos = 51,45%
54
Hal ini menunjukkan bahwa selama pendapatan tidak turun dengan
suatu persentase atau lebih besar dari 51,45% maka perusahaan berada
dalam keadaan aman karena perusahaan melaksanakan kegiatannya di atas
titik impas (BEP).
d. Mos tahun 2013
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
Mos = 538.291.000 – 262.905.405,41 × 100%
538.291.000
Mos = 51,15%
Hal ini menunjukkan bahwa selama pendapatan tidak turun dengan
suatu persentase atau lebih besar dari 51,15% maka perusahaan berada
dalam keadaan aman karena perusahaan melaksanakan kegiatannya di atas
titik impas (BEP).
e. Mos tahun 2014
Cs – Bs
Mos = × 100 %
Cs
Mos = 541.947.500 – 169.556.962,03 × 100%
541.947.500
Mos = 68,71%
Hal ini menunjukkan bahwa selama pendapatan tidak turun dengan
suatu persentase atau lebih besar dari 68,71% maka perusahaan berada
55
dalam keadaan aman karena perusahaan melaksanakan kegiatannya di atas
titik impas (BEP).
Berikut rincian hasil analisis margin of safety pada kawasan wisata
pantai marina selama 5 tahun terakhir (2010 s/d 2014) dalam bentuk tabel:
Tabel 9 : Hasil Analisa Margin Of Safety pada Kawasan Wisata Pantai
Marina Selama 5 Tahun Terakhir (20010 S/D 2014)
Tahun Pendapatan BEP MOS
2010 339.505.000 295.715.772,22 12,89 %
2011 345.188.000 279.331.853,16 16,97%
2012 351.633.000 168.653.846,15 51,45%
2013 538.021.000 252.662.337,66 51,15%
2014 541.947.500 169.556.962,03 68,71%
Sumber : Data diolah kembali, 2015.
Dari data hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
perhitungan margin of safety (MOS) hal yang perlu dicermati oleh pihak
manajemen Kawasan Wisata Pantai Marina untuk memperoleh nilai MOS tetap
berada di atas nilai titik impas adalah peningkatan antara pendapatan yang
diperoleh dan biaya yang dikeluarkan harus sebanding agar tetap stabil dan sesuai
dengan perencanaan yang telah dilakukan.
2. Analisis Perencanaan Laba
Perencanaan laba yang dilakukan oleh Dinas kebudayaan dan pariwisata
pada Kawasan Wisata Pantai Marina yaitu sebesar 5% dari pendapatan tiap tahun.
Untuk mencapai laba sekitar 5% maka Dinas kebudayaan dan pariwisata harus
56
melakukan berbagai strategi untuk mencapai target laba tersebut. Salah satunya
yaitu menentukan besarnya pendapatan (setoran) untuk mencapai laba yang
diinginkan dengan menggunakan analisis break even point (BEP) dalam
perencanaan laba maka dapat dilihat pada rumus berikut :
Untuk menentukan penjualan minimal dalam menentukan laba yang
direncanakan adalah :
FC + Laba
BEP (Penjualan Minimal) =
VC
1 -
S
Dimana :
FC = Biaya tetap (Fixed cost)
VC = Biaya variabel (Variable cost)
S = Volume penjualan (Sales)
1 = Konstanta
a. Perencanaan Laba untuk 2010 yaitu target laba sebesar 5% dari
Rp.339.505.000,- maka perhitungan sebagai berikut :
= 212.915.356 + 16.975.250
96.000.000
1 –
339.505.000
= 222.010.815,7
0.72
= 319.289.730,55
57
b. Perencanaan Laba untuk 2011 yaitu target laba sebesar 5% dari
Rp.345.188.000,- maka perhitungan sebagai berikut :
= 220.672.164 + 17.259.400
81.000.000
1 –
345.188.000
= 237.931.564
0.77
= 309.002.031,16
c. Perencanaan Laba untuk 2012 yaitu target laba sebesar 5% dari
Rp.351.903.000,- maka perhitungan sebagai berikut :
= 131.550.000 + 17.595.150
81.000.000
1 –
351.903.000
= 149.145.150
0,77
= 193.695.000
d. Perencanaan Laba untuk 2013 yaitu target laba sebesar 5 % dari
Rp.538.291.000,- maka perhitungan sebagai berikut :
= 194.550.000 + 26.914.550
140.400.000
1 –
538.291.000
58
= 221.262.550
0.74
= 299.003.445,94
e. Perencanaan Laba untuk 2014 yaitu target laba sebesar 5% dari
Rp.541.947.500,- maka perhitungan sebagai berikut :
= 133.950.000 + 27.097.375
108.000.000
1 –
541.947.500
= 161.047.375
0.79
= 203.857.436,7
Berikut rincian hasil analisis terhadap perencanan laba pada kawasan
wisata pantai marina selama 5 tahun terakhir (2010 s/d 2014) dalam bentuk tabel :
Tabel 10 : Hasil analisa terhadap perencanaan laba pada kawasan wisata
Pantai Marina selama 5 tahun terakhir (2010 s/d 2014)
Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Pendapatan Perencanaan
laba 5% Setoran
2010 212.915.356 96.000.000 339.505.000 16.975.250 319.289.730,55
2011 220.672.164 81.000.000 345.188.000 17.259.400 309.002.031,16
2012 131.550.000 81.000.000 351.903.000 16.988.750 193.695.000
2013 194.550.000 140.400.000 538.291.000 26.914.550 299.003.445,94
2014 133.950.000 108.000.000 541.947.500 27.097.375 203.857.436,7
Sumber : Data diolah kembali, 2015.
Dari hasil perhitungan di atas untuk setiap tahunnya dapat disimpulkan
dengan berpatokan pada perencanaan laba sebesar 5% untuk tiap tahun maka
perusahaan dapat memperhitungkan besarnya pendapatan yang mampu diterima.
59
Pada tahun 2010 laba yang direncanakan sebesar Rp 16.975.250,- maka jumlah
pendapatan yang harus dicapai sebesar Rp 319.289.730,55. Sedangkan untuk
tahun 2011 laba yang direncanakan sebesar Rp 17.259.400 maka jumlah
pendapatan yang harus dicapai sebesar Rp 309.002.031,16. Kemudian pada tahun
berikutnya perencanaan laba yang ditetapkan lebih rendah yakni pada tahun 2012
laba yang direncanakan sebesar Rp16.988.750,- dengan setoran yang harus
dicapai sebesar Rp 193.695.000. Pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar Rp
26.914.550 dengan setoran yang harus dicapai sebesar Rp 299.003.445,94,
meskipun pendapatan yang harus dicapai tetap rendah hal ini disebabkan biaya
tetap dan biaya variabel yang lebih besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada
tahun 2014 meskipun perencanaan laba yang direncanakan meningkat sebesar Rp
27.097.375,- dengan jumlah pendapatan yang harus diterima lebih rendah yakni
Rp 203.857.436,7 hal ini disebabkan karena biaya tetap dan biaya variabel
kembali menurun. Jadi dapat dinyatakan pendapatan yang siap diterima dari hasil
perencanaan laba dari tahun 2010 s/d 2014 tidak menetap atau berfluktuasi
disebabkan beberapa faktor yakni tarif, total biaya dan perencanaan laba itu
sendiri.
60
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan maka dapat ditarik kesimpulan
yaitu sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada Kawasan Wisata Pantai Marina
berdasarkan data yang diperoleh lima tahun terakhir 2010 s/d 2014, maka
besarnya jumlah pendapatan yang harus dicapai Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata pada Kawasan Wisata Pantai Marina untuk mencapai titik impas
(BEP) pada tahun 2010 sebesar Rp 295.715.772,22,- pada tahun 2011 sebesar Rp
286.587.225,97,- pada tahun 2012 sebesar Rp 170.844.155,- pada tahun 2013 Rp
262.905.405,- dan terakhir pada tahun 2014 sebesar Rp 169.556.962,03,-.
Sehingga tingkat pendapatan pada Kawasan Wisata Pantai Marina dapat
dikatakan berada dalam keadaan break even point dalam kaitannya terhadap
perencanaan laba.
2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan dengan berpatokan perencanaan laba
sebesar 5% untuk tiap tahun maka perusahaan dapat memperhitungkan besarnya
pendapatan yang mampu diterima. Pada tahun 2010 laba yang direncanakan
sebesar Rp 16.975.250,- maka jumlah pendapatan yang harus dicapai sebesar Rp
319.289.730,55. Sedangkan untuk tahun 2011 laba yang direncanakan sebesar Rp
17.259.400 maka jumlah pendapatan yang harus dicapai sebesar Rp
309.002.031,16. Kemudian pada tahun berikutnya perencanaan laba yang
ditetapkan lebih rendah yakni pada tahun 2012 laba yang direncanakan sebesar
60
61
Rp16.988.750,- dengan setoran yang harus dicapai sebesar Rp 193.695.000.
Pada tahun 2013 kembali meningkat sebesar Rp 26.914.550 dengan setoran
yang harus dicapai sebesar Rp 299.003.445,94, meskipun pendapatan yang harus
dicapai tetap rendah hal ini disebabkan biaya tetap dan biaya variabel yang lebih
besar dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2014 meskipun perencanaan
laba yang direncanakan meningkat sebesar Rp 27.097.375,- dengan jumlah
pendapatan yang harus diterima lebih rendah yakni Rp 203.857.436,7 hal ini
disebabkan karena biaya tetap dan biaya variabel kembali menurun. Jadi dapat
dinyatakan pendapatan yang siap diterima dari hasil perencanaan laba dari tahun
2010 s/d 2014 tidak menetap atau berfluktuasi disebabkan beberapa faktor yakni
tarif, total biaya dan perencanaan laba itu sendiri.
3. Penerapan analisis Break Even Ponit dapat diterapkan apabila Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata selaku mobilitas pada Kawasan Wisata Pantai Marina
mengklasifikasikan terlebih dahulu biaya-biaya yang dikeluarkan ke dalam biaya
tetap dan biaya variabel sebagai dasar perhitungan dalam proses analisis Break
Even Point.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya dapat
dikemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :
1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku mobilitas pada Kawasan Wisata Pantai
Marina sebaiknya menerapkan analisis Break Even Point dalam melakukan
perencanaan laba agar hasil yang dicapai perusahaan khususnya pendapatan,
62
biaya, dan laba yang diperoleh sesuai dengan total aktiva yang digunakan agar
kegiatan perusahaan dapat lebih dengan perencanaan yang dilakukan.
2. Sebaiknya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata selaku mobilitas pada Kawasan
Wisata Pantai Marina mengklasifikasikan terlebih dahulu biaya-biaya yang
dikeluarkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel sebagai dasar perhitungan
dalam proses analisis Break Even Point.
63
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 2000, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketujuah, Cetakan Kedua,
Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Djahidin, Farid, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit
Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Horngren, Charles, T, 1999, Cost Accounting, A.Managerial Emphasis, Fourth
Edition, Prentice-Hall, of India Private Limited, New Delhi.
Mas’ud, Machfoeds, 2000, Analisa Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Edisi Kelima, Bagian
Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke Dua.
Yayasan Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
R. Soemita, 1999, Pembemlanjaan Perusahaan, Edisi Revisi. Jakarta Ghalia
Indonesia.
Sigit, Soehardi, 2001, Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ke II, Bagian
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Kapita Selecta, Alumni, Bandung.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, LPFE,
Universitas Indonesia, Jakarta.
64
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 2000, Akuntansi Manajemen, Edisi Ketujuh, Cetakan Kedua,
Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Djahidin, Farid, 2001, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Hartanto, D, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Bagian Penerbit
Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Horngren, Charles, T, 1999, Cost Accounting, A.Managerial Emphasis, Fourth
Edition, Prentice-Hall, of India Private Limited, New Delhi.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 1997, Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia, LPFE,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Mas’ud, Machfoeds, 2000, Analisa Keuangan Perusahaan, Edisi Ketujuh, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Mulyadi, 2000, Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok, Edisi Kelima, Bagian
Penerbit Fakultas Ekonomi, UGM, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2004, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke Dua.
Yayasan Badan Penerbit Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
R. Soemita, 1999, Pembemlanjaan Perusahaan, Edisi Revisi. Jakarta Ghalia
Indonesia.
Sigit, Soehardi, 2001, Akuntansi Biaya, Edisi Keempat, Cetakan Ke II, Bagian
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Winardi, 2000, Kapita Selecta, Alumni, Bandung.
LAMPIRAN
-
LAMPIRAN
Retribusi kawasan wisata pantai marina 2010
1. K. Tanda Masuk Dewasa 51003 Lbr x Rp. 2,500 = Rp. 127,507,500
2. K. Tanda Masuk anak - anak 44996 Lbr x Rp. 1,500 = Rp. 67,494,000
3. K. Ruang Makan 621 Lbr x Rp. 20,000 = Rp. 12,420,000
4. K. Ban Renang Besar 5299 Lbr x Rp. 3,000 = Rp. 15,897,000
5. K. Ban Renang Kecil 2409 Lbr x Rp. 2,000 = Rp. 4,818,000
6 K.K. Roda 4 (Empat) 1572 Lbr x Rp. 5,000 = Rp. 7,860,000
7 K.K. Roda 2 (Dua) 3079 Lbr x Rp. 2,500 = Rp. 7,697,500
8 K. Kamar Ganti/ WC 95811 Lbr x Rp. 1,000 = Rp. 95,811,000
J u m l a h Rp. 339,505,000
Retribusi kawasan wisata pantai marina 2011
1. K. Tanda Masuk Dewasa 43920 Lbr x Rp. 2,500 = Rp. 109,800,000
2. K. Tanda Masuk 37913 Lbr x Rp. 1,500 = Rp. 56,869,500
Anak-anak 81833
3. K. Ruang Makan 621 Lbr x Rp. 20,000 = Rp. 12,420,000
4. K. Ban Renang Besar 6599 Lbr x Rp. 3,000 = Rp. 19,797,000
5. K. Ban Renang Kecil 3409 Lbr x Rp. 2,000 = Rp. 6,818,000
10008
6 K.K. Roda 4 (Empat) 2147 Lbr x Rp. 5,000 = Rp. 10,735,000
7 K.K. Roda 2 (Dua) 3749 Lbr x Rp. 2,500 = Rp. 9,372,500
5896
8 K. Kamar Ganti/ WC 119376 Lbr x Rp. 1,000 = Rp. 119,376,000
J u m l a h Rp. 345,188,000
Retribusi Kawasan Wisata Pantai Marina 2013
1. K. Tanda Masuk Dewasa 56427 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
282,135,000
2. K. Tanda Masuk 35427 Lbr x Rp. 3,000 = Rp.
106,281,000
3. K. Ruang Makan 301 Lbr x Rp. 50,000 = Rp.
15,050,000
4. K. Ban Renang Besar 2959 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
14,795,000
5. K. Ban Renang Kecil 1687 Lbr x Rp. 3,000 = Rp.
5,061,000
6. K.K. Roda 6 (Enam) 20 Lbr x Rp. 15,000 = Rp.
270.000
7. K.K. Roda 4 (Empat) 2405 Lbr x Rp. 10,000 = Rp.
24,050,000
8. K.K. Roda 2 (Dua) 6844 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
34,220,000
9 K. Kamar Ganti/ WC 56429 Lbr x Rp. 1,000 = Rp.
56,429,000
J u m l a h Rp. 538,291,000
Retribusi kawasan wisata pantai marina 2012
1. K. Tanda Masuk Dewasa 62470 Lbr X Rp. 2,500 = Rp.
156,175,000
2. K. Tanda Masuk anak - anak 42538 Lbr X Rp. 1,500 = Rp.
63,807,000
3. K. Ruang Makan 577 Lbr X Rp. 20,000 = Rp.
11,540,000
4. K. Ban Renang Besar 4232 Lbr X Rp. 3,000 = Rp.
12,696,000
5. K. Ban Renang Kecil 4784 Lbr X Rp. 2,000 = Rp.
9,568,000
6. K.K. Roda 4 (Empat) 2509 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
12,545,000
7. K.K. Roda 2 (Dua) 7796 Lbr x Rp. 2,500 = Rp.
19,490,000
8. K. Kamar Ganti/ WC 65812 Lbr x Rp. 1,000 = Rp.
65,812,000
9 K.K. Roda 6 (Enam) 18 Lbr x Rp. 15,000
= Rp.
270,000
J u m l a h Rp. 351.903.000
Retribusi kawasan wisata pantai marina 2014
1. K. Tanda Masuk Dewasa 69699 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
348,495,000
2. K. Tanda Masuk 16679 Lbr x Rp. 3,000 = Rp.
50,037,000
3. K. Ruang Makan 303 Lbr x Rp. 50,000 = Rp.
15,150,000
4. K. Ban Renang Besar 2353 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
11,765,000
5. K. Ban Renang Kecil 2016 Lbr x Rp. 3,000 = Rp.
6,048,000
6. K.K. Roda 6 (Enam) 27 Lbr x Rp. 15,000 = Rp.
405,000
7. K.K. Roda 4 (Empat) 2043 Lbr x Rp. 10,000 = Rp.
20,430,000
8. K.K. Roda 2 (Dua) 4533 Lbr x Rp. 5,000 = Rp.
22,665,000
9 K. Kamar Ganti/ WC 44635 Lbr x Rp. 1,500 = Rp.
66,952,500
J u m l a h Rp. 541,947,500
RINCIAN BIAYA TETAP DAN BIAYA VARIABEL PADA KAWASAN WISATA PANTAI MARINA SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR
JENIS BIAYA
TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
BIAYA
TETAP
BIAYA
VARIABEL
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pimpinan Dan Staf 102000000 - 102000000 - 102000000 - 102000000 - 102000000 -
Administrasi Umum
Biaya Telepon 4500000 - 3000000 - 1000000 - 1000000 - 1000000 -
Biaya Listrik 9600000 - 5280000 - 6800000 - 6800000 - 6800000 -
Biaya Air 4800000 - 1900000 - 1600000 - 1600000 - 1000000 -
Aktiva Tetap
Pembayaran Stnk Motor 150000 - 150000 - 150000 - 150000 - 150000 -
Biaya Bahan Baku
Bangunan 42965356 - 40000000 - - - - - - -
Biaya Mesin Pemotong
Rumput 6000000 - - - - - - - - -
Biaya Konsultasi
Perencanaan - - 48342164 - - - - - - -
Biaya Pipa Dan Dinamo - - - - - - 7000000 - - -
Pengadaan Taman - - - - - - 50000000 - - -
Amplifier - - - - - - 3000000 - - -
Biaya Tenaga Kerja Harian - 96000000 - 81000000 - 81000000 - 140400000 - 108000000
Pemeliharaan 42900000 - 20000000 - 20000000 - 23000000 - 23000000 -
Total Biaya 212,915,356.00 96,000,000.00 220,672,164.00 81,000,000.00 131,550,000.00 81,000,000.00 194,550,000.00 140,400,000.00 133,950,000.00 108,000,000.00
Top Related