BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H dan O,
terutama terdapat didalam tumbuh-tumbuhan yaitu kira-kira 75%. Dinamakan
karbohidrat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa
tersebut perbandingan antara H dan O sering 2 berbanding 1 seperti air. Jadi C 6H12O6
dapat ditulis C6(H2O)6, C12H22O11 sebagai C12 (H2O)11dan seterusnya, dan perumusan
empiris ditulis sebagai CnH2nOn atau Cn (H2O)n (Sastrohamidjojo, H., 2005)
Karbohidrat adalah senyawa karbonil alami dengan beberapa gugus hidroksil.
Yang tergolong karbohidrat adalah gula (monosakarida) dan polimernya yaitu
oligosakarida dan polisakarida. Berdasarkan letak gugus karbonilnya, dapat dibedakan 2
jenis monosakarida yaitu: aldosa yang gugus karbonilnya berada di ujung rantai dan
berfungsi sebagai aldehida dan keosa yang gugus karbonilnya berlokalisasi di dalam
rantai (Koolman,1995)
Menurut Purnomo et al(2006) karbohidrat mempunyai beberapa fungsi yaitu
sebagai sumber bahan bakar, sumber energi utama dan dapat diganti dengan sumber
energy yang lain pada beberapa organ tubuh manusia, yaitu otak, lensa mata dan sel
saraf, bahan sintesis senyawa organic lainnya. Pati dan glikogen berperan sebagai
cadangan makanan. Karbohidrat juga berperan menjaga keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh, membantu proses penyerapan kalsium, sebagai materi pembangun.
Karbohidrat berperan penting dalam penurunan sifat, misalnya karbohidrat dengan atom
C lima buah merupakan komponen asam nukleat (DNA dan RNA). Polimer karbohidrat
yang tidak larut berperan sebagai unsur struktural dan penyangga dalam dinding sel
bakteri dan tanaman. Karbohidrat juga sebagai pelumas sendi kerangka.
Metode Nelson Somogyi dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga arseno molibdat. Kupri mula-mula direduksi
menjadi bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk
selanjutnya dilarutkan dengan arseno molibdat menjadi molibdenum berwarna biru
yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dan membandingkannya dengan larutan
standar sehingga konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang
terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur
absorbansinya. (Sudarmadji.S.1984)
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya prktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil
pertanian
2. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel yang akan dianalisa
(homogenisasi)
3. Untuk mengetahui cara ekstraksi gula reduksi di dalam preparasi sampel
bahan pangan dan hasil pertanian yang akan dianalisis kadar gula reduksinya
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA
2.1 Bahan
2.1.1 Bahan Pangan yang dianalisa
1. Pisang
Pisang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai prospek yang
cukup cerah, dimana setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Tanaman pisang
dapat hidup dengan baik di daerah yang mempunyai iklim tropis sampai ketinggian
1000 meter diatas permukaan laut. Pada keadaan kering pun masih bisa hidup, ini
hubungannya dengan batangnya yang mengandung air.
(Sumartono, 1981).
Manfaat pisang bagi kesehatan cukup potensial karena buah pisang mengandung
makanan yang bergizi lengkap. Menurut ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins di
Amerika Serikat bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat membantu
memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga akan cepat
menurunkan tekanan darah (Mulyanti, 2005)
Kandungan gizi buah pisang mengandung energi, protein, lemak, berbagai
vitamin dan mineral, komposisi zat gizi pisang per 100 gram bahan.
Tabel 3. Kandungan Gizi Buah Pisang, per 100 gram bahan
Senyawa Kompetensi
Air (gram) 75
Energi (K) 88
Karbohidrat (gram) 23
Protein (gram) 1,2
Lemak (gram) 0,2
Ca (mg) 8
P (mg) 28
Fe 0,6
Vitamin A 439
Vitamin B - 1 0,04
Vitamin C 78
(Mulyanti, 2005)
2. Pepaya
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang
berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan
Coasta Rica. Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub
tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan
(sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang
tinggi (Prihatman, 2000).
Dalam sistematika tumbuhan pepaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L.
Nama lokal : Pepaya (Tjitrosoepomo, 2004)
Tabel 2. Komposisi kimia pepaya per 100 g bahan
Komposisi Jumlah
Kalori (kal) 46
Protein (g) 0,5
Lemak (g) -
Karbohidrat (g) 12,2
Kalsium (mg) 23
Fosfor (mg) 12
Besi (mg) 2
Vitamin A (SI) 365
Vitamin B (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 78
Air (g) 86,7
BDD (%) 75
2.1.2 Bahan Kimia yang digunakan
1. Arsenomolybdat
Penambahan reagen arsenomolybdat pada proses analisis kadar gula reduksi
menggunakan metode Nelson-Somogyi bertujuan agar bisa bereaksi dengan endapan
kuprooksida. Reaksi inilah yang menyebabkan warna larutan menjadi biru. Warna biru
inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrometer.
3. BaOH
Dalam analisa karbohidrat BaOH berfungsi untuk memisahkan endapan dan
cairan.
4. Nelson Somogyi
Reagen Nelson Somogyi dibuat dengan mencampurkan 25 ml Nelson A dan 1 ml
Nelson B. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara kuprooksida yang
bereaksi dengan gula reduksi sehingga akan membentuk endapan merah bata. Reaksi
warna yang terbentuk dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan
mengukur absorbansinya.
5. ZnSO4
ZnSO4 berfungsi untuk mendegradasi pigmen larutan.
6. Larutan Glukosa
Larutan glukosa digunakan untuk membuat kurva standar sehingga diketahui nilai
sebenarnya.
7. CaCO3
Pada analisa karbohidrat senyawa ini dapat berfungsi untuk menetralkan pH
Pengukuran absorbansi 540 nm
0;0,1;0,25;0,5;0,75;1;1,25;1,5;1,75 Larutan glukosa 10mg/100ml
Penambahan 1ml Nelson somogy (25 ml nelson A +1ml nelson B
Pemanasan 20 menit
Pendinginan
Penambahan 1ml Arsenomolybdat
Vortex
Peneraan dengan aquades hingga 10 ml hingga 10ml
Penghomogenan
2.2 Persiapan Bahan
1. Kurva Standar
Pembuatan kurva standart dilakukan dengan cara larutan glukosa dengan berbagai
konsentrasi 0;0,1;0,25;0,5;0,75;1;1,25;1,5;1,75. Kemudian larutan glukosa dilarutkan
larutan Nelson. Nelson Somogy sebagai indikator adanya gula reduksi. Selanjutnya,
dipanaskan selama 20 menit untuk mempercepat reaksi dan didinginkan. Setelah dingin
tambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, yang nantinya larutan ini akan bereaksi
dengan endapan kuprooksida. Setelah itu dilanjutkan untuk ditera hingga 10 ml
aquadest agar larutan tidak terlalu pekat dan untuk mempermudah spektrofotometer.
Selanjutnya, dikocok dengan vortek untuk menghomogenkan larutan dan pengukuran
nilai absorbannya 540 nm dengan spektrofotometri serta buat kurva standarnya.
Penambahan 1 gr CaCO3
Pemanasan 20 menit
Pendinginan
Penyaringan
Penambahan aquades 25ml
Stirer 15 menit
Penyaringan 3
Filtrat
Penambahan aquades 25ml
Stirer 15 menit
Penyaringan 2
Residu
2. Persiapan Bahan
Persiapan sampel yang dilakukan adalah bahan dihaluskan dengan mortar untuk
memaksimalkan hasil ekstraksi. Kemudian ditimbang 5 gram. ditera dengan aquadest
25 ml 3 kali dan distirer agar homogen dan disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dan residu. Kemudian ditambahkan 1 gr CaCO3. Penambahan
Pepaya/pisang
Penghalusan
Penambahan aquades 25ml
Penimbangan 5 gr
Stirer 15 menit
Penyaringan 1
Residu
Penambahan Ba(OH) dan ZnSO4
Pengendapan
Penyaringan
Filtrat
Peneraan hingga 100 ml
Pengambilan 1 ml
Peneraan hingga 10 ml
Pengukuran absorbansi 540 nm
0;0,1;0,25;0,5;0,75;1;1,25;1,5;1,75 Larutan sampel
Penambahan 1ml Nelson somogy (25 ml nelson A +1ml nelson B
Pemanasan 20 menit
Pendinginan
Penambahan 1ml Arsenomolybdat
Vortex
Peneraan dengan aquades hingga 10ml
Penghomogenan
CaCO3 untuk menjaga gula reduksi agar tidak bereaksi ketika asam. Setelah itu,
dipanaskan selama 20 menit untuk melarutkan dan mempercepat reaksi hidrolisis,
kemudian didinginkan. Setelah dingin dilakukan penyaringan untuk mengambil filtrat
dan tambahkan dengan 3 ml BaOH yang berfungsi untuk mengendapkan non gula
reduksi dan ditambahkan 10 ml ZnSO4 yang berfungsi untuk mendegradasi pigmen
larutan. Kemudian didiamkan hingga terbentuk endapan, lalu disaring untuk
memperoleh gula reduksi kemudian ditera dengan aquadest hingga 100 ml untuk
pengenceran. Dan selanjutnya, diambil sampel dan ditera hingga 10 ml untuk
mempermudah pengujian spektofotometri.
2.3 Prosedur Analisa
Sampel yang telah dipersiapkan dimasukkan dalam tabung reaksi dengan
konsentrasi 0;0,1;0,25;0,5;0,75;1;1,25;1,5;1,75. Lalu ditambahkan reagen nelson
sebanyak 1 ml fungsinya sebagai penanda adanya gula reduksi, larutan kuprioksida
dengan gula reduksi menjadi kuprooksida. Selanjutnya, dipanaskan 20 menit. Hal ini,
untuk mempercepat reaksi dan untuk mempercepat reaksi. Setelah itu, didinginkan.
Setelah dingin, ditambahkan 1 ml larutan arsenomolibdat untuk membentuk warna biru
dan dikocok agar homogen. Kemudian ditera hingga 10 ml aquadest untuk
mempermudah proses pengukuran pada spektrofotometer dan dikocok agar homogen.
Dan yang terakhir diuji spektrofotometer untuk mengukur absorbansi.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Volum
e
AbsorbansiRata-rata Absorban (y) Konsentrasi (x)
1 2
0 0,070 0,072 0,071
0,1 0,172 0,210 0,191 0,120 0,010
0,25 0,449 0,347 0,398 0,327 0,025
0,5 0,643 0,625 0,634 0,563 0,050
0,75 0,915 0,876 0,896 0,825 0,075
1 1,329 1,118 1,224 1,153 0,100
1,25 1,542 1,392 1,467 1,396 0,125
1,5 1,627 1,621 1,624 1,553 0,150
1,75 2,030 2,041 2,036 1,965 0,175
0 0.5 1 1.5 2 2.50
0.020.040.060.08
0.10.120.140.160.18
0.2
f(x) = 0.092416347748334 x − 0.00251691942321403R² = 0.994847653573823
Konsentrasi (x)
Konsentrasi (x)Linear (Konsentrasi (x))Linear (Konsentrasi (x))
Volume Absorbansi Rata- Absorban Konsentrasi
rata (y) (x)1 2
0 0,052 0,064 0,058
0,1 0,177 0,225 0,201 0,143 0,01
0,25 0,326 0,354 0,340 0,282 0,025
0,5 0,612 0,624 0,618 0,560 0,05
0,75 0,855 0,878 0,867 0,809 0,075
1 1,079 1,107 1,093 1,035 0,1
1,25 1,323 1,483 1,403 1,345 0,125
1,5 1,622 1,676 1,649 1,591 0,15
1,75 2,081 1,942 2,012 1,954 0,175
0 0.5 1 1.5 2 2.50
0.020.040.060.08
0.10.120.140.160.18
0.2
f(x) = 0.0927633153831628 x − 0.000743408515906291R² = 0.997080666914112
Konsentrasi (x)
Konsentrasi (x)Linear (Konsentrasi (x))
x= Konsentrasi
Bahan PersamaanCuplikan
(ml)Ulangan
Absorban (y)
Konsentrasi (x) (mg)
Kandungan gula
pereduksi (%)
Pisang 1
y = 0,092x - 0,002
0,1 1 0,219 2,402 4,804 2 0,183 2,011 4,022
0,25 1 0,39 4,261 8,522
2 0,284 3,109 6,217
Rata-Rata 5,891SD 1,9750
RSD 33,5245
Pisang 2
y = 0,092x - 0,000
0,1 1 0,553 2,902 5,804 2 0,432 2,239 4,478
0,25 1 1,591 6,522 13,043
2 1,013 6,707 13,413
Rata-rata 9,185SD 4,7027
RSD 51,2011
Pepaya 1
y = 0,092x - 0,002
0,1 1 0,733 7,989 15,978 2 0,477 5,207 10,413
0,25 1 0,947 10,315 20,630
2 0,71 7,739 15,478
Rata-Rata 15,625SD 4,1779
RSD 26,7387
Pepaya 2
y = 0,092x - 0,000
0,1 1 0,267 2,902 5,804 2 0,206 2,239 4,4780,25 1 0,6 6,522 13,043
2 0,617 6,707 13,413Rata-rata 9,185
SD 4,7027RSD 51,2011
Pisang 1(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,002 y = 0,092x - 0,002
0,219 = 0,092x - 0,0020,183
=0,092x - 0,002
x = 0,219+0,002 x = 0,183+0,002
0,092 0,092
= 2,402 mg = 2,011 mg
Pisang 1 (Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,002 y = 0,092x - 0,002
0,39 = 0,092x - 0,0020,284
=0,092x - 0,002
x = 0,39+0,002 x = 0,284+0,002
0,092 0,092
= 4,261 mg = 3,109 mg
Kandungan Gula Pereduksi
%gula reduksi =
konsentrasi (x)
(mg)x
volume akhir
(ml)x
F
Px 100%
cuplikan (ml)
berat sampel
(g)
Pisang 1(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1
= 2,402x
10x
1
0x 100%
0,1 5
= 480,4x 100%
1000
= 48,0435 %
Ulangan 2
= 2,011x
10x
1
0x 100%
0,1 5
= 402,174x 100%
1000
= 40,2174 %
Pisang 1(Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1
= 4,261x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 340,870x 100%
1000
= 34,0870 %
Ulangan 2
= 3,109x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 248,696x 100%
1000
= 24,8696 %
Pisang 2(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,000 y = 0,092x - 0,000
0,553 = 0,092x - 0,0000,432
=0,092x - 0,000
x = 0,553+0,000 x = 0,432+0,000
0,092 0,092
= 6,011 mg = 4,696 mg
Pisang 2 (Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,000 y = 0,092x - 0,000
1,591 = 0,092x - 0,0001,013
=0,092x - 0,000
x = 1,591+0,000 x = 1,013+0,000
0,092 0,092
= 17,293 mg = 11,011 mg
Kandungan Gula Pereduksi
%gula reduksi =
konsentrasi (x)
(mg)x
volume akhir
(ml)x
F
Px 100%
cuplikan (ml)
berat sampel
(g)
Pisang 2 (Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1
= 6,011x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 1202,17x 100%
1000
= 120,217 %
Ulangan 2
= 4,696x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 939,13x 100%
1000
= 93,913 %
Pisang 2(Cuplikan 0,25ml)
Ulangan 1
= 17,293x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 1383,48x 100%
1000
= 138,348 %
Ulangan 2
= 11,011x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 880,87x 100%
1000
= 88,087 %
Pepaya 1(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,002 y = 0,092x - 0,002
0,733 = 0,092x - 0,0020,477
=0,092x - 0,002
x = 0,733+0,002 x = 0,477+0,002
0,092 0,092
= 7,989 mg = 5,207 mg
Pepaya 1(Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,002 y = 0,092x - 0,002
0,947 = 0,092x - 0,0020,71
=0,092x - 0,002
x = 0,947+0,002 x = 0,71+0,002
0,092 0,092
= 10,315 mg = 7,739 mg
Kandungan Gula Pereduksi
%gula reduksi =
konsentrasi (x)
(mg)x
volume akhir
(ml)x
F
Px 100%
cuplikan (ml)
berat sampel
(g)
Pepaya 1(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1
= 7,989x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 1597,83x 100%
1000
= 159,783 %
Ulangan 2
= 5,207x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 1041,30x 100%
1000
= 104,130 %
Pepaya 1(Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1
= 10,315x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 825,22x 100%
1000
= 82,522 %
Ulangan 2
= 7,739x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 619,13x 100%
1000
= 61,913 %
Pepaya 2(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,000 y = 0,092x - 0,000
0,267 = 0,092x - 0,000 0,206 = 0,092x - 0,000
x = 0,267+0,000 x = 0,206+0,000
0,092 0,092
= 2,902 mg = 2,239 mg
Pepaya 2(Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1 Ulangan 2
y = 0,092x - 0,000 y = 0,092x - 0,000
0,6 = 0,092x - 0,000 0,617 = 0,092x - 0,000
x = 0,6+0,000 x = 0,617+0,000
0,092 0,092
= 6,522 mg = 6,707 mg
Kandungan Gula Pereduksi
%gula reduksi =
konsentrasi (x)
(mg)x
volume akhir
(ml)x
F
Px 100%
cuplikan (ml)
berat sampel
(g)
Pepaya 2(Cuplikan 0,1 ml)
Ulangan 1
= 2,902x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 580,43x 100%
1000
= 58,043 %
Ulangan 2
= 2,239x
10x 10 x 100%
0,1 5
= 447,83x 100%
1000
= 44,783 %
Pepaya 2(Cuplikan 0,25 ml)
Ulangan 1
= 6,522x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 521,74x 100%
1000
= 52,174 %
Ulangan 2
= 6,707x
10x 10 x 100%
0,25 5
= 536,52x 100%
1000
= 53,652 %
Rata-rata Kandungan Gula Reduksi (%)
Rata-rata = Ulangan 1 + Ulangan 2 + Ulangan 1 + Ulangan 2
4
Pisang 1
Rata-rata = 48,0435+40,2174+34,0870+24,8696
4
= 36,8043 %
Pisang 2
Rata-rata = 120,217+93,913+138,348+88,087
4
= 110,141 %
Pepaya 1
Rata-rata = 159,783+104,130+82,522+61,913
4
= 102,087 %
Pepaya 2
Rata-rata = 58,043+44,783+52,174+53,652
4
= 52,163 %
Standar Deviasi
Pisang 1 Pisang 2
S
D = SD =
=
=
9,7944= 23,4299
Pepaya 1 Pepaya 2
SD = SD =
= =
= 42,1494 = 5,5157
Relative Standard Deviation (RSD)
RSD = SDx 100%
Rata-rata
Pisang 1
RSD = 9,7944x 100%
36,8043
=
26,6120
%
Pisang 2
RSD = 23,4299x 100%
110,141
=
21,2726
%
Pepaya 1
RSD = 42,1494x 100%
102,087
=
41,2877
%
Pepaya 2
RSD = 5,5157x 100%
52,163
= 10,5739
%
3.2 Pembahasan
3.2.1 Kurva Standar
Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi nilai
absorbansinya. Konsentrasi yang tinggi karena tingginya kadar gula reduksi dalam
larutan. Sehingga saat ditambahkan tembaga arsenol molybdat, terjadi reaksi yang
menyebabkan warna biru. Sehingga semakin tinggi konsentrasi semakin banyak gula
pereduksi yang bereaksi sehingga nilai absorbansinya tinggi.
3.2.2 Gula Reduksi
Rata-rata yang didapat dari pengukuran kadar karbohidrat dengan bahan pisang
sampel 1 adalah 5,891% dan sampel 2 adalah 9,185%. Kemudian untuk Standart
Deviasi didapatkan 1,9750 untuk sampel 1 dan 4,7027 untuk sampel 2. SD yang tinggi
menandakan ketepatan yang kurang. Ketepatan yang rendah menandakan adanya
kesalahan sistematik. Sehingga rata-rata data yang diperoleh menyimpang dari angka
sebenarnya. Kesalahan sistematik dapat disebabkan oleh metode yang digunakan, alat
yang tidak dikalibrasi dan bahan kimia yang tidak standar. Sedangkan RSD yang tinggi
dikarenakan dikarenakan ketelitian yang kurang. Ketelitian yang rendah menandakan
adanya kesalahan acak. Sehingga data yang dihasilkan saling berjauhan antar setiap
pengulangannya. Hal ini dikarenakan dalam melakukan pengulangan, jumlag cuplikan
yang digunakan berbeda. Sehingga kadar karbohidrat setiap cuplikannya berbeda.
Kesalahan acak dapat dikarenakan pembacaan meniskus yang salah. Kesalahan acak
dapat dikurangi dengan memperbanyak pengulangan hingga nilai RSD turun.
Nilai SD pada sampel Pepaya 1 dan 2 yaitu sebesar 4,1779 dan 4,7027. Ini
menunjukkan data yang diperoleh kurang tepat. Dan untuk nilai RSD pada keduanya
memiliki niali yang besar. Ini dikarenakan ketelitian yang kurang sehingga data yang
didapatkan acak. Baik pada perbedaan cuplikan maupun pada tiap sampel dari jenis
bahan yang sama.
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari prekatikum ini yaitu:
1. Kadar karbohidrat dalam suatu bahan pangan dan hasil pertanian dapat
diketahui dengan metode Nelson Somogyi.
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka semakin tinggi kadar gula
pereduksi.
3. Semakin tinggi kadar gula pereduksi maka semakin tinggi nilai absorbansinya.
4. Ketepatan dalam praktikum dapat diketahui melalui perhitungan Standar
Deviasi.
5. Ketelitian dalam praktikum dapat diketahui melalui perhitungan RSD.
6. Ketepatan yang kurang menandakan terjadinya kesalahan sistematik (metode
yang digunakan, kalibrasi alat).
7. Ketelitian yang kurang menandakan terjadinya kesalahan acak (pembacaan
meniskus).
4.2 Saran
Praktikum selanjutnya sebaiknya diperhatikan dalam menggunakan konsentrasi
dan sempel. Karena sampel dan konsentrasi yang berbeda menyebabkan nilai RSD yang
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2004. DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan).
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Jan Koolman dan Klaus-Heinrich Rohm, atlas berwana & Teks .1995.BIOKIMIA.
Jakarta: Hipokrates.
Mulyanti S., 2005. Teknologi Pangan. Surabaya: Trubus Agri Sarana.
Prihatman, K. 2000. Pepaya (Carica papaya L.). Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, Jakarta: BAPPENAS.
Purnomo et all. 2006. Biologi .Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sudarmadji, S., 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Liberty.
Sumartono, 1981. Pisang.Jakarta: Bumi Restu.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) Cet. Ke 8.
Yogyakarta: UGM Press.
Top Related