TESIS
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIFOLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
HARYANI
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
iv
TESIS
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIFOLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
HARYANI
NIM 1292161024
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
ii
TESIS
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIFOLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM
NUSA TENGGARA BARAT
Tesis untuk Memperoleh Gelar MagisterPada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana Universitas Udayana
HARYANI
NIM 1292161024
PROGRAM MAGISTERPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2014
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
TESIS INI TELAH DISETUJUIPADA TANGGAL: 3 Juli 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA(K) dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPHNIP. 19461231196902001 NIP. 197806272003012002
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister DirekturIlmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana
Program Pascasarjana Universitas Udayana,Universitas Udayana,
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp. S (K)NIP. 194810101977021001 NIP. 194810101977021001
iv
Tesis Ini Telah DiujiTanggal: 3 Juli 2014
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK RektorUniversitas Udayana, No: 2060/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 3 Juli 2014
Ketua : Prof. Dr. Dr. Mangku Karmaya, M. Repro., PA (K)
Anggota :1. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si4. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
v
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT
NAMA : Haryani
NIM : 1292161024
PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
JUDUL TESIS : ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIFOLEH IBU BEKERJA DI KOTA MATARAM NUSATENGGARA BARAT
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya
bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 3 Juli 2014Yang Membuat Pernyataan,
HaryaniNIM. 1292161024
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyeselesaikan tesis yang berjudul “Alasan Tidak
Diberikan ASI Eksklusif Oleh Ibu Bekerja Di Kota Mataram Nusa Tenggara
Barat” ini tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr.
Mangku Karmaya, M. Kes. Repro sebagai pembimbing I yang telah penuh
perhatian telah memberi dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama
penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Ibu dr. Luh Putu
Lila Wulandari, MPH sebagai pembimbing II yang telah dengan penuh perhatian
dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suatika, SpPD(KEMD) atas kesempatan dan fasilitas
yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan
terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K)
atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa
Program Magister pada Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan,
MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator
Peminatan KIA-Kespro PS MIKM UNUD dan semua para dosen dan staf PS
MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para
penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, Ibu Dr.
dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
yang telah memberikan masukan dan koreksi. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Wali Kota Mataram dan Bapak Kepala BAPPEDA Kota
Mataram yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian di Kota Mataram.
vii
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi dan Kopertis Wilayah Bali dan Nusa Tenggara melalui
Program BPPS di Jakarta dan juga Civitas Akademika STIKES Yarsi Mataram,
yang telah memberikan bimbingan dan bantuan finansial sehingga meringankan
beban penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru, mulai dari SD sampai
perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang
telah mengasuh dan membesarkan penulis hingga seperti sekarang ini. Akhirnya
penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada suami tersayang (Alm)
Muhammad Matrapi Sibawae, SH., serta anak-anak tersayang Rudinal Muhtar
Sibawae dan Nauril Qolby Hasniah dan keluargaku, yang dengan penuh
pengorbanan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih
berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh informan yang membantu terlaksananya proses penelitian
khusunya dalam pengambilan data penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini
dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Denpasar,
Haryani
viii
ABSTRAK
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJADI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidakmemberikan ASI eksklusif pada bayinya dan hal-hal yang menghambat di dalampemberiannya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Cakupan ASIeksklusif di Kota Mataram tahun 2011 sebesar 50,68%, namun pencapaiantersebut masih di bawah target Nasional yaitu sebesar 80% .
Metodelogi : Studi ini menggunakan rancangan kualitatif denganpendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data pada penelitian ini denganmenggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam(indepth interview). Sumber informasi terdiri dari dua yaitu informan kunci daninforman lain. Jumlah sampel ditentukan oleh ”tersaturasinya” data daripernyataan sumber informan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakanadalah pedoman FGD, pedoman wawancara mendalam, kaset, alat perekam, bukucatatan dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan tidak diberikanya ASI Ekslusifoleh ibu yang bekerja antara lain karena adanya rasa malas dari ibu, beban kerjayang tinggi, waktu cuti terbatas, sarana prasarana yang kurang dan tuntutankebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan hal-hal yang menghambat ibu bekerjadidalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dipengaruhi oleh berbagaimacam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor fisik ibu, faktor psikologis danfaktor kurangnya sarana dan prasarana pendukung, serta meningkatnya promosisusu formula.
Simpulan penelitian ini adalah alasan ibu bekerja tidak memberikan ASIeksklusif pada bayinya karena rasa malas, beban kexrja, waktu cuti terbatas,sarana dan prasarana kurang dan tuntutan ekonomi. Sedangkan hal yangmenghambat pemberian ASI tersebut adalah faktor ekonomi, keadaan fisik ibu,psikologis, sarana prasarana pendukung dan peningkatan promosi susu formula.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Ibu Bekerja, Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif.
ix
REASONS BEHIND NON-EXCLUSIVE BREASTFEEDING BYWORKING WOMEN, MATARAM
WEST NUSA TENGGARA (NTB) PROVINCE
ABSTRACT
Statictics of exclusive breastfeeding in Mataram 2011 to 50.68%, and thenthe proportion low targets for national for breasfeeding exlusivity to 80%. Thepurpose of this study was to determine why working mothers choose to notexclusively breast feed their infants in Mataram, NTB.
The study used a qualitative design with a phenomenological approach.Data collection in this study involved 2 Focus Group Discussions comprising of10 and 11 respondents (husbands, in-laws, mother’s family, healthcare provider,workplace representatives, religious and community leaders) and in-depthinterviews with 9 working women. In this study, the instruments used were FGDguidelines, in-depth interview guides, cassettes, tape recorder, notebook anddocumentation.
Study findings indicated that the primary reason for working women to notexclusively breastfeed, because of a lack of individual motivation, pressures of ahigh workload, lack of permitted time off, lack of infrastructure and concernsabout losing employment due to time off. Obstacles included fear of losingemployment, maternal physical factors (low/no milk production), psychologicalfactors (stress/anxiety/frustration), lack of facilities and supporting infrastructure,and the constant promotion of infant formula.
The predominant reasons behind non-exclusive breastfeeding were lack ofpersonal motivation, high workload, lack of permitted time off, lack of supportinginfrastructure and fear of losing employment.
The external obstacles for providing exclusive breastfeeding were economicfactors, the mother’s ability to produce milk, psychological factors, lack ofsupporting infrastructure and the increasing promotion of infant formula.
Keywords: exclusive breastfeeding, working women, reasons, obstacles, NTB.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. i
PRASYARAT GELAR.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS................................................... iv
SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT .............................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH.......................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat .................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Akademik ..................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................... 7
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN .................................................................. 8
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................... 8
2.2 Konsep Penelitian .................................................................... 21
2.2.1 ASI Eksklusif ............................................................... 21
2.2.2 ASI Non Eksklusif ...................................................... 21
2.2.3 Ibu Bekerja................................................................... 21
2.3 Landasan Teori ........................................................................ 22
2.3.1 Teori Lawrence Green ................................................. 22
2.3.2 Teori WHO 1998.......................................................... 22
2.3.3 Teori Kurt Lewin ........................................................ 23
2.4 Model Penelitian ...................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 25
3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................. 25
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 26
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................ 26
3.3.1 Populasi ......................................................................... 26
3.3.2 Sampel ............................................................................ 27
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 27
3.4.1 Jenis Data........................................................................ 27
3.4.2 Sumber Data ................................................................... 28
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................ 28
3.6 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 29
3.6.1 Cara Pengumpulan Data ................................................. 29
xii
3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data........................................... 29
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................ 31
3.7.1 Pengolahan Data ............................................................ 31
3.7.2 Analisis Data ................................................................... 31
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .................. 32
3.9 Keabsahan Data ........................................................................ 33
3.10 Etika Penelitian ....................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 35
4.1 Gambaran Umum Kota Mataram ............................................. 35
4.2 Karakteristik Informan ............................................................. 37
4.3 Hasil Penelitian ......................................................................... 38
4.3.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya ............................................................................ 38
4.3.1.1 Pernyataan dari informan lain ........................... 38
4.3.1.2 Pernyataan dari informan kunci .......................... 44
4.3.2 Hambatan ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya ................................................... 50
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 52
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 53
5.1 Simpulan ................................................................................... 53
5.2 Saran ......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 55
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 61
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam .............................. 37
Tabel 4.2 Karakteristik Informan FGD pertama ........................................... 38
Tabel 4.3 Karakteristik Informan FGD kedua ............................................... 38
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja TidakMemberikan ASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota MataramProvinsi Nusa Tenggara Barat .................................................... 24
xv
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu IbuBPS : Badan Pusat StatistikDisdikpora : Dinas Pendidikan dan Olah RagaFGD : Focus Group DiscusionKemenkes : Keputusan Menteri KesehatanMP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu IbuNCI : National Cancer InstituteNTB : Nusa Tenggara BaratOR : Odd RatioPP-ASI : Peraturan Pemerintah tentang Air Susu IbuPNS : Pegawai Negeri SipilSDKI : Survey Demografi dan Kesehatan IndonesiaTOGA : Tokoh AgamaTOMA : Tokoh MasyarakatUNICEF : United Nations Children’s FundUNUD : Universitas UdayanaUSA : United States AmericanUSAID : United States Agency for International DevelopmentWHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan........................................................................ 61
Lampiran 2 Informed Consent ..................................................................... 62
Lampiran 3 Pedoman FGD Untuk informan lain yaitu suami, mertua,keluarga, kader, pimpinan, TOGA dan TOMA........................ 63
.Lampiran 4 Pedoman wawancara mendalam untuk ibu bekerja
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. .............. 71
Lampiran 5 Hasil Pengolahan data FGD dan wawancara mendalam.......... 76
Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik ....................................................... 104
Lampiran 7 Ijin Rekomendasi Dari BAPPEDA Kota Mataram .................. 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan salah satu tugas
dalam perawatan kesehatan anak (bayi), namun pada kenyataannya tidak semua
ibu dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik,tidak berhasil menyusui atau
menghentikan menyusui lebih dini. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada
kesehatan bayi tetapi pada beberapa perempuan juga dapat menganggu konsep
diri sebagai ibu, karena tidak dapat berperan optimal dalam perawatan kesehatan
bayinya. Gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan konsep diri yang dialami
perempuan pada usia produktif sering berhubungan dengan perannya sebagai
isteri,ibu dan pekerja (Hamid,1998)
ASI memegang peranan penting untuk menjaga kesehatan dan
kelangsungan hidup bayi karena ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi.
ASI adalah pilihann makanan yang tepat ubtuk bayi, karena bayi yang diberikan
akan membuat bayi jarang menderita penyakit dan terhindar dari kurang gizi
dibandingkan dengan bayi yang diberi susu lainnya (Bobak, 2000; Prakoso, 2002;
Masoara, 2003). Ibu yang menyusui secara ekslusif mempunyai kontribusi yang
cukup besar terhadap peningkatan derajat kesehatan bayi terutama menurunkan
jumlah kematian bayi (Diharjo, 1998). Oleh karena itu sangat disayangkan apabila
sesudah persalinan ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan
menghentikan sama sekali pemberian ASI kepada bayinya.
2
Hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, dinyatakan
bahwa situasi pemberian ASI di Indonesia masih kurang memuaskan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tercatat bahwa
cakupan ASI ekslusif sebesar 40,2% (SDKI 2007), menurun dari kondisi tahun
2002-2003 yaitu 39,5% dari keseluruhan bayi, sementara jumlah bayi dibawah 6
bulan yang diberikan susu formula meningkat dari 16,7% (SDKI 2002-2003)
menjadi 27,9% (SDKI 2007).Dan hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa bayi
umur 0-1 bulan yang diberikan ASI dan susu lain sebesar 31,5%, umur 2 – 3
bulan sebesar 18% dan umur 4 – 5 bulan sebesar 7,6%. Ini adalah merupakan
angka yang cukup penting untuk diwaspadai dan diperhatikan.
Begitu juga dengan hasil pendataan Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa
cakupan ASI ekslusif rata-rata Nasional baru sekitar 15,3%. Data SDKI 2007
mencatat 32,4% ASI ekslusif 24 jam sebelum interview, ibu-ibu di desa lebih
banyak yang ASI ekslusif. Ibu-ibu yang berpendidikan SMA lebih sedikit (40,2%)
yang ASI eksklusif dibandingkan yang tidak berpendidikan (56%). Data yang
menarik dari DHS adalah bahwa ibu-ibu yang melahirkan ditolong oleh petugas
kesehatan terlatih, ASI ekslusifnya lebih sedikit (42,7%) dari pada ibu-ibu yang
tidak ditolong tenaga kesehatan (54,7%). (USAID, Indonesian Nutrition
Assessment Report, 2010). Data terakhir pemberian ASI ekslusif (0 - 6 bulan) di
Indonesia sebesar 61,5% (Kemenkes RI, 2012).
Beberapa faktor diduga menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI dengan
baik. Faktor tersebut adalah faktor karakteristik ibu, faktor bayi, lingkungan,
dukungan keluarga, pendidikan kesehatan, sosial ekonomi dan budaya (Budiharjo,
3
2003).
Selain itu berdasarkan beberapa laporan studi tentang permasalahan
pemberian ASI eksklusif menemukan faktor-faktor tidak diberikannya ASI
ekslusif pada bayi adalah karena ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah,
gencarnya periklanan tentang penggunaan susu formula,kurangnya sekresi ASI,
persepsi tentang bayi tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar dan
pengetahuan ibu tentang ASI kurang (Kearney, 1991; Diharjo, 1998).
Tenaga kerja perempuan yang meningkat menjadi salah satu kendala
dalam mensukseskan program ASI Eksklusif, hal ini karena cuti melahirkan hanya
12 minggu, dimana 4 (empat) minggu diantaranya sering harus diambil sebelum
melahirkan (Suradi, 2003). Dengan demikian, ibu yang bekerja hanya dapat
mendampingi bayinya secara intensif hanya 2 (dua) bulan, termasuk dalam
penyusuan bayinya. Setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa
berhenti menyusui.
Faktor ibu bekerja sering menjadi faktor penting dalam kegagalan
menyusui. Hal ini ditunjukkan oleh hasil studi yang dilakukan Old (2000) tentang
perilaku menyusui dari 140 sampel yang terbagi 2 kelompok (75,4% kelompok
kontrol dan 73,2% kelompok intervensi) dimana ditemukan responden yang tidak
bekerja menyusui jumlahnya 3(tiga) kali responden yang bekerja dan tetap
menyusui.
Di daerah perkotaan dimana relatif lebih banyak ibu yang bekerja untuk
mencari nafkah mengakibatkan ibu tidak dapat menyusui bayinya dengan baik
dan teratur. Hal ini menjadi signifikan karena situasi tempat kerja belum
4
mendukung praktik pemberian ASI, misalnya tidak tersedianya tempat memerah
dan menyimpan ASI, belum banyak tersedia atau tidak adanya tempat penitipan
bayi agar ibu pekerja dapat menyusui bayinya pada saat-saat tertentu (Tumbelaka
(1977) dalam Diharjo, 1998).
Baik di negara maju maupun negara berkembang seperti halnya di
Indonesia, ibu bekerja sering dihadapkan pada suatu masalah,dimana ia harus
meninggalkan bayinya untuk jangka waktu tertentu. Hal ini karena ibu dihadapkan
pada 2 (dua) pilihan yang dilematik yaitu tetap menyusui atau bekerja untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi namun tidak menyusui secara teratur atau tidak
sama sekali. Tentunya hal tersebut berpengaruh pada kepuasan ibu dalam
menyusui. Dilaporkan oleh Kearney (1991) bahwa bagaimanapun ada perbedaan
kepuasan psikologis dalam penyusuan bayi anatara ibu yang bekerja dan ibu yang
tinggal dirumah.
Adapun cakupan pencapaian ASI ekslusif pada tahun 2008 di Provinsi
NTB pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 28%, pada tahun 2009 sebesar 35,8%, pada
tahun 2010 49,86%. Di Kota Mataram sendiri cakupan ASI eksklusif memang
mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2009 sebesar
19,12%, pada tahun 2010 sudah lebih dari 39%. Sedangkan pada tahun 2011
cakupan ASI eksklusif sebesar 50,68%. Namun pencapaian tersebut masih di
bawah target Nasional yaitu sebesar 80% setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) tentang
“faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberian ASI ekslusif pada
ibu bayi usia 6 – 9 bulan di Kota Mataram” di dapatkan hasil bahwa hasil empat
5
variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan risiko
kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-9 bulan yaitu: Ibu bekerja,
persepsi yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang dan dukungan keluarga yang
kurang. Dan berdasarkan besaran nilai OR menunjukkan bahwa ibu bekerja
memiliki risiko kegagalan pemberian ASI ekslusif sebesar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Sri (2008) tentang studi
fenomenologi: pengalaman menyusui eksklusif ibu bekerja di wilayah Kendal
Jawa Tengah disimpulkan bahwa praktik menyusui secara eksklusif dipengaruhi
oleh persepsi dan pemahaman serta pengetahuan ibu tentang manfaat menyusui,
pengawetan ASI dan bagaimana cara agar ASI tetap produksi secara baik.
Berbagai perasaan dapat muncul karena ibu terpaksa meninggalkan bayi dirumah,
seperti perasaan tidak tega, berat, kasihan dan rasa penyesalan karena harus
bekerja. Beberapa hambatan yang dirasakan ibu bekerja dalam praktik menyusui
secara eksklusif adalah jarak rumah yang jauh, tidak ada fasilitas ditempat kerja
agar ibu dapat menyusui bayinya.
Beberapa alasan yang membuat penulis merasa perlu untuk meneliti
masalah ini adalah masih rendahnya cakupan pencapaian ASI eksklusif dan
besarnya risiko kegagalan pada ibu bekerja serta kompleksitasnya masalah yang
ada seperti diuraikan di atas. Adanya pemahaman dan kesadaran yang masih
rendah tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi pada ibu bekerja
sangat penting untuk menentukan perencanaan pengembangan program KIA,
pengambilan kebijakan pemerintah terkait hak cuti dan dan pengadaan sarana
6
prasarana pendukung bagi keberhasilan ASI eksklusif di NTB, terutama di Kota
Mataram, oleh karena itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut “ Alasan apa saja dan faktor penghambat apa yang mendasari ibu bekerja
sehingga tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat ”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui alasan dan faktor penghambat ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
Secara khusus penelitian ini ingin mengetahui
1. Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Faktor apa saja yang menghambat ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
1. Menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang alasan ibu
bekerja tidak memberikan ASI tidak eksklusif pada bayinya di Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
7
2. Sebagai acuan yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis dan lebih
spesifik lagi tentang ASI eksklusif pada bayi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi institusi
Sebagai masukan bagi instansi Dinas Kesehatan Kota Mataram dan
Puskesmas khususnya dalam melaksanakan intervensi penyusunan
program terutama untuk peningkatan program pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat pada umumnya dapat meningkatkan
pengetahuannya, memperbaiki persepsi yang keliru dan keluarga dapat
memberikan dukungan yang baik kepada ibu bayi sehingga pemberian
ASI eksklusif dapat ditingkatkan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 ASI Eksklusif
Menurut Purwati (2004) menyatakan bahwa ibu yang memiliki
pengetahuan kurang tentang pemberian ASI ekslusif cenderung memiliki perilaku
yang kurang baik dalam pemberian ASI ekslusif dan beranggapan makanan
pendamping ASI(susu formula) baik diberikan kepada bayinya. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ifa dkk tahun 2011 di Kabupaten Demak disimpulkan bahwa
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebagian besar dalam kategori
kurang yaitu sebanyak 45,7%. Sebagian besar tidak dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya hingga usia 6 bulan yaitu sebanyak 85,7% sehingga
didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi hingga umur 6 bulan bagi ibu yang
bekerja dengan nilai p sebesar 0,044.
Pada Tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF
memberikan/klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly
(WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian
ASI eksklusif selama 6 bulan dan setelah 6 bulan bayi boleh diperkenalkan
dengan makanan pendamping ASI dan ibu tetap menyusui bayinya sampai
berumur 2 tahun (Roesli, 2005)
9
Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak
ditemukan bukti yang menyokong pada pemberian makanan padat 4 atau 5 bulan
lebih menguntungkan, bahkan sebaliknya hal ini akan mempunyai dampak yang
negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan pertumbuhannya (Roesli, 2005).
Cox (2006) mengatakan, Bahwa dalam 48 jam kehidupannya, bayi tidak
membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat
pertama menyusu dan 1-2 sendok teh di hari kedua. Cairan kental yang sangat
sedikit tersebut akan mampu melapisi saluran pencernaan bayi dan menghentikan
masuknya bakteri ke dalam darah sehingga dapat mencegah timbulnya infeksi
pada bayi. Dan banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bayi yang
diberikan ASI lebih sedikit yang terkena infeksi jika dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberikan ASI.
Masalah rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak
faktor salah satunya adalah karena masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu
mengenai pentingnya ASI, hal ini disebabkan karena kurang atau salah informasi
mengenai pentingnya manfaat ASI, banyak ibu yang merasa bahwa susu formula
lebih baik daripada ASI sehingga ibu lebih percaya bahwa susu formula bisa
menambah gizi pada bayinya padahal promosi penambahan Arachidonic Acid
(AA), Decosahexanoic Acid (DHA), Arachinoid Acid (ARA), pada susu formula
ternyata sudah terkandung dalam komposisi ASI.
Demikian juga dengan zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk ketahanan
10
tubuh bayi. Ibu juga memberikan tambahan makanan selain ASI yaitu diberi
pisang dan nasi lembut karena dengan pemberian makanan tambahan kepada
bayinya ibu merasa bayinya akan lebih tercukupi kebutuhan gizinya (Roesli,
2005). Adapun dampak jika bayi tidak diberi ASI secara eksklusif yaitu bayi akan
lebih mudah terkena resiko terjadinya penyakit infeksi seperti infeksi saluran
pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga serta
menghambat sistem kekebalan tubuh bayi dan terjadinya karies dentis (kerusakan
gigi) pada bayi (Dwi, 2009).
Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI eksklusif
bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan pralaktal,
memberikan tambahan susu formula karena ASI tidak keluar, menghentikan
pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu ingin
mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati dan Syafiq melaporkan faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting
yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi
melakukan IMD (Fikawati, 2009)
Hasil studi kualitatif yang dilakukan oleh Farohiatul pada tahun 2011 di
Kabupaten Kudus, diperoleh hasil bahwa penyebab pemberian ASI non ekslusif
adalah pngetahuan ibu, kondisi kesehatan ibu, dukungan suami, sosial budaya
(meliputi adanya kepercayaan pemberian makanan prelaktal, anggapan yang salah
tentang kolostrum, serta anggapan tentang bayi yang menangis ketika sudah
disusui berarti bayi masih lapar dan harus diberi tambahan), adanya promosi susu
11
formula terutama dari petugas kesehatan, serta adanya tanggapan positif dari ibu
terhadap susu formula dan pengaruh orang tua. Penyebab paling dominan adalah
anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sehingga bayi masih lapar dan harus diberi
tambahan berupa susu formula atau MP-ASI.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI
non eksklusif dapat berasal dari faktor ibu sendiri dari faktor dari luar. Faktor dari
dalam ibu meliputi pengetahuan, pendidikan, sikap, dari persepsi ibu tentang ASI
non eksklusif. Sedangkan faktor yang berasal dari luar adalah adanya dukungan
dari keluarga (ibu, mertua, suami) dan adanya dukungan dari tenaga kesehatan.
Persepsi ibu dari pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI eksklusif dari
kerugian MP-ASI dini dapat mempengaruhi ibu dalam mengambil tindakan untuk
memberikan ASI eksklusif atau tidak (Afifah, 2009).
Peranan keluarga (suami, ibu mertua, ibu, dan ipar) dapat mempengaruhi
perilaku ibu untuk memberikan ASI non Eksklusif. Jika keluarga memberikan
dorongan dan arahan pada ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, maka
kemungkinan besar ibu akan memberikan ASI non Ekslusif, demikian pula
sebaliknya jika keluarga tidak memberikan dorongan dan arahan kemungkinan ibu
akan memberikan ASI Eksklusif (Roesli, 2005).
Selain itu peranan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam menentukan
perilaku ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, dimana sejauh mana tenaga
kesehatan memberikan KIE yang diarahkan untuk membentuk sikap,
kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk
12
memberikan ASI eksklusif dan ibu tidak memilih memberikan ASI non eksklusif
(susu formula) bagi bayinya (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif
2.1.2.1 Umur
Umur adalah lama hidup atau ada (sejak dilahirkan). Proses degenerasi
payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli mengalami regresi yang dimulai
pada usia 30 tahun. Sehingga dengan proses tersebut payudara cenderung kurang
menghasilkan air susu. Makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Ibu yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi
ASI dibandingkan dengan ibu- ibu yang sudah tua. (Prakoso, 2002)
2.1.2.2 Pendidikan
Berdasarkan GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah yang
berlangsung seumur hidup. Sedangkan tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah
formal yang ditamatkan oleh seseorang. Sementara menurut Notoaatmodjo
(2003), pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan
membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu
informasi. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang
berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah
13
memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal
yang berhubungan dengan ASI Eksklusif.
2.1.2.3 Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup di luar rahim. Semakin banyak anak yang dilahirkan akan mempengaruhi
produkvitias ASI karena berhubungan dengan status kesehatan ibu dan kelelahan.
Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi peningkatan atau
penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan dalam pengeluaran ASI
(Roesli, 2005)
2.1.2.4 Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun
berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap memberia ASI
secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja
(Soetjiningsih, 2004)
2.1.2.5 Kepercayaan Ibu
Menurut Notoatmodjo (2010) kepercayaan adalah komponen kognitif
dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan dapat bersifat rasional dan irasional.
Kepercayaan yang rasional apabila kepercayaan orang terhadap sesuatu tersebut
masuk akal. Sebaliknya seorang mempunyai kepercayaan irasional bila ia
mempercayakan air yang diberi mantera oleh dukun dapat menyembuhkan
penyakit. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan.
14
Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai
pengetahuan tentang hal itu.
2.1.2.6 Penyuluhan / Konseling di Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu pemberian
informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (panduan penyuluh,
2003) dalam meningkatkan penggunaan ASI, masalah utama dan prinsipil adalah
bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi yang mendukung sehingga
menambah keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses
(Soetjiningsih, 2004)
2.1.2.7 Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara
bertindak. Kebijakan merupakan pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan. Kebijakan adalah aturan tertulis yang
merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat dan mengatur
prilaku yang bertujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat
(Pudjihardjo, 2007)
Bila kebijakan di Puskesmas mendukung program ASI Eksklusif maka
ASI Eksklusif selama 6 bulan lebih mudah dilaksanakan. Akan tetapi apabila
belum ada kebijakan, walaupun pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan sudah
baik terhadap praktek pemberian ASI Eksklusif, bila tidak ada kebijakan yang
mendukung akan tetap mengalami hambatan.
15
2.1.2.8 Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan
kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah
mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat
mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang
mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif
6,533 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat
dukungan keluarga akan meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif (Mardiyanti, 2007).
2.1.2.9 Dukungan Petugas Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003), prilaku terbentuk karena faktor pendorong
yang terwujud dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain
yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Sebagai seorang yang
dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi, tenaga kesehatan hendaknya
memberikan nasehat kepada seorang ibu permulaan menyusui agar dapat
mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan menyusui dan bersikap
mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu fungsi alamiah yang
sempurna.
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahusilawane dkk tahun 2013
di Ambon. Didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
16
mastitis, dukungan keluarga, dukungan lingkungan masyarakat, paparan media
dan penyuluhan dengan pemberian PASI(susu formula) pada bayi dibawah usai 6
bulan. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Rahmawati (2009) didapatkan
hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan Banyumanik kota
Semarang antara lain status pekerjaan, usia ibu, dukungan petugas kesehatan dan
urutan kelahiran bayi. Dan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemberian
ASI eksklusif adalah status pekerjaan ibu dimana responden yang tidak bekerja
berpeluang untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya 4 kali lebih besar
dibanding responden yang bekerja.
2.1.3 Ibu Bekerja
Jumlah ibu bekerja di seluruh dunia mencapai 54,3 % pada tahun 2001
(OECD, 2001). Peran ganda ibu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari
nafkah semakin dibutuhkan seiring dengan kemajuan teknologi. Menurut Bower
(2001) dalam Reynolds et. al. (2003), selain faktor ekonomi, partisipasi para ibu
di lapangan kerja juga dipengaruhi oleh faktor sosial, politik dan demografi. Pada
tahun 2000, 35% dari ibu dengan anak balita bekerja selama 31 jam atau lebih
(Reynolds et. al., 2003).
Di negara maju dan negara industri seperti Inggris dan Amerika Serikat dua
pertiga dari jumlah ibu adalah seorang pekerja. Menurut data statistik Office for
National Statistics (ONS, 2008), di Inggris terdapat 57% ibu yang memiliki anak
dengan umur di bawah lima tahun. Menurut angka statistik tersebut, di Inggris
terdapat 71% dari ibu yang memiliki anak paling muda berumur lima sampai
17
sepuluh tahun merupakan seorang pekerja. Sedangkan di Amerika Serikat, 60%
wanita (35% ibu dengan anak di bawah 18 tahun dan 45% ibu dengan anak balita)
adalah seorang pekerja (AAP, 1984). Mereka yang bekerja memiliki alasan
bahwa, bekerja merupakan suatu pilihan atau suatu kebutuhan.
Berbeda dengan negara maju, seorang ibu yang bekerja demi menambah
hasil pendapatan keluarga merupakan suatu keharusan. Di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia tingkat kemiskinan yang semakin meningkat dan
merebaknya pengangguran menjadi salah satu alasan mengapa banyak ibu yang
bekerja (Tjaja, 2000). Didapati 29% dari populasi Indonesia di bawah garis
kemiskinan internasional pada tahun 1994-2008 (UNICEF, 2010). Menurut Data
Statistik Indonesia (2005), lebih kurang 34 juta penduduk berumur di atas 15
tahun dan berjenis kelamin perempuan adalah seorang pekerja. Sedangkan di
Sumatera Utara, menurut Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (2010),
terdapat 35,7% wanita yang berumur 20-34 tahun adalah seorang pekerja.
Menurut data BPS kota mataram tahun 2013, di dapatkan data distribusi
perempuan dari segi jenis pekerjaan atau profesi yang dijalani, yang terbanyak
adalah ibu rumah tangga yaitu sekitar 40 %, PNS sebesar 25 % dan sisanya
adalah pegawai swasta dan pedagang yaitu sebesar 35 %.
Status ibu bekerja tentu saja memilki dampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan anak, khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua
yaitu dampak positif dan dampak negatif. Adapun jika ditinjau dari segi dampak
negatif ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif adalah, terjadinya status gizi
kurang atau gizi buruk yang dialami balita sebagai akibat dari memendeknya
18
durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu karena harus bekerja (Glick, 2002).
Hogart et al. (2000) dalam Reynolds (2003) juga mengatakan bahwa sekitar satu
pertiga dari ibu yang bekerja saat mengandung, kembali bekerja penuh waktu saat
anak mereka berusia 11 bulan. Mereka kembali bekerja pada saat awal kehidupan
bayi mereka, yaitu saat-saat kritis dimana perkembangan otak sedang berlangsung
dan membutuhkan ASI sebagai nutrisi utama. Rekomendasi dari WHO, ASI
eksklusif sebaiknya diberikan dalamenam bulan pertama kelahiran, diteruskan
sampai umur 1-2 tahun (Ong et al., 2001). Sedangkan rekomendasi dari The
American Academy of Pediatrics (AAP), diharapkan para ibu untuk memberikan
ASI eksklusif enam bulan setelah kelahirandan diteruskan sampai anak berumur
satu tahun. Ong et al. (2001), dalam penelitiannya mendapatkan bahwa faktor
pendidikan ibu juga mempengaruhi lamanya durasi pemberian ASI oleh ibu-ibu
yang bekerja.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Rohani tahun 2010 di Kota
Mataram, NTB. Dari hasil analisis menunjukkan empat variabel yang terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatkan risiko kegagalan pemberian
ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan adalah ibu bekerja dengan nilai
OR=7,89, persepsi ibu yang keliru dengan nilai OR=3,42, pengetahuan ibu yang
kurang dengan nilai OR=3,31 dan dukungan keluarga yang kurang dengan nilai
OR=2,68.Sedangkan dukungan tenaga kesehatan tidak terbukti meningkatkan
resiko kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Sementara hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Mardiyanti tahun
2007 tentang pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadap pemberian
19
ASI ekslusif di Tanggerang, dan Ita S, dkk (2008) di Semarang, disimpulkan
bahwa ibu yang tidak bekerja lebih besar peluangnya untuk memberikan ASI
ekslusif dan berpeluang kecil untuk memberikan PASI atau susu formula kepada
bayinya.
Penelitian kualitatif lainnya yang dilakukan oleh Agus (2008) di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan kesimpulan bahwa menyusui masih populer di
Kecamatan Sukoharjo Kota, tetapi eklsklusifitasnya rendah. Terdapat perbedaan
yang bermakna dalam hal eksklusifitas menyusui antara kelompok ibu bekerja
pabrik dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. Pada kelompok pekerja, faktor
yang berhubungan degan eksklusifitas menyusui adalah tingkat pendidikan dan
kesempatan menyusui pada saaat bekerja, yang didukung oleh jarak tempat
tinggal responden yang dekat serta kepemilikan sarana transportasi. Menyusui
tidak langsung (ASI perahan) belum dikenal secara luas di kalangan ibu-ibu di
Kecamatan Sukoharjo Kota.
Penelitian serupa yang dilakukan Dewi tahun 2009 di Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa kegagalan praktik pemberian ASI eksklusif
disebabkan karena praktik pemberian ASI yang keliru seperti belum adanya
praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan, bayi masih
diberi prelaktal setelah bayi lahir yakni susu formula oleh tenaga kesehatan di
rumah bersalin, sebagian subyek meninggalkan susu formula di TPA, kurangnya
motivasi ibu untuk rutin menjenguk bayinya yang dititipkan di TPA diwaktu jam
istirahat, sebagian subyek masih percaya mitos mengenai pemberian MP-ASI dini
sebelum bayi genap usia 6 bulan, kurang adanya realisasi PP-ASI pekerja wanita
20
di tempat kerja, kurang dukungan dokter anak di TPA, serta adanya subyek yang
mengalami masalah produksi ASI.
Studi fenomenologi dengan judul Atribusi tentang kegagalan pemberian
ASI pada ibu pekerja yang dilakukan oleh Laily (2008) dapat disimpulkan sebagai
berikut:penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian berasal dari
tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal, tidak stabil dan
dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami stress, kurangnya
usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
manajemen laktasi, kurangnya keterampilan menyusui, kurangnya ketekunan dan
kesabaran dalam berlatih menyusui, persepsi yang salah tentang menyusui,dan
tidak adanya motivasi untuk menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya
eksternal, tidak stabil dan dapat dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik
menyusu. (c) faktor penyebab yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan
adalah belum dimilikinya pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu
yang efektif untuk menyusui.
Disamping itu juga hasil penelitian yang dilakukan Erlina tahun 2011 di
Surakarta didapatkan hasil bahwa motivasi internal wanita bekerja dalam
memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan yaitu disebabkan oleh
kurangnya pemahaman ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan motivasi
eksternal dalam memberikan susu formula yaitu karena faktor ekonomi yang
menuntut ibu bekerja, petugas kesehatan yang kurang memberikan sosialisasi
terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, serta pemberian MP-ASI pada usia
yang tepat dan faktor budaya yang mempengaruhi informan dalam pemberian
21
susu formula.
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang “penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal” didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
2.2 Konsep Penelitian
2.2.2 ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja pada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan, tanpa diberikan makanan tambahan dalam bentuk
apapun.
2.2.3 ASI Non Eksklusif
Pengertian ASI non eksklusif adalah pemberian ASI yang ditambahkan
dengan jenis makanan atau minuman lainnya mulai bayi lahir sampai usia 6 bulan.
Jadi tidak hanya diberi ASI saja, tetapi diberikan tambahan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh dan lain-lain.
2.3.3 Definisi Ibu Bekerja
Ibu bekerja adalah seorang ibu yang bekerja untuk mendapatkan
penghasilan tambahan.
22
2.3 Landasan Teori
2.3.2 Teori Lawrence Green
Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors) yang mencakup pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, norma sosial, budaya dan sebagainya, faktor
pendukung (enabling factor) yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, pelatihan dan sebagainya serta
faktor pendorong (reinforcement factor) yang meliputi sikap dan perilaku petugas
kesehatan, kelompok referensi, dan tokoh masyarakat.
Teori Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni
faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Bahwa perilaku seseorang atau perilaku
masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi,
sikap, dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap,
ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
2.3.3 Teori WHO 1998
Hasil analisis tim ahli WHO menunjukkan bahwa terdapat empat penyebab
orang berperilaku, antara lain sebagai berikut :
23
1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), meliputi pengetahuan,
persepsi, kepercayaan, sikap, dan nilai.
2. Orang penting sebagai referensi. Hal ini berarti perilaku seseorang banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi. Individu cenderung
melakukan atau mencontoh perilaku orang lain yang penting untuknya.
3. Sumber daya yang mencakup fasilitas (uang, waktu, tenaga kerja, pelayanan
dan keterampilan, atau kemampuan petugas).
4. Kebudayaan, yaitu berupa perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan
penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilakan
pola hidup tertentu. Kebudayaan selalu berubah, baik cepat atau lambat
mengikuti peradaban umat manusia.
2.3.4 Teori Kurt Lewin
Teori kurt Lewin dikenal dengan teori medan magnet, yang merupakan
sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan
psikologis. Dalam penerapannya konsep ini dapat mencakup semua bentuk
tingkah laku dan sekaligus cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu
dalam situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu
metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk
membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri- ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah
laku itu terjadi
24
2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian
komponennya dipisahkan
3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara
matematis.
2.4 Model Penelitian
Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Alasan Ibu Bekerja Tidak MemberikanASI Eksklusif pada Bayinya Di Kota Mataram Provinsi NusaTenggara Barat.
Model penelitian ini menggunakan Teori Lawrence green dan Kurt Lewin
untuk mengetahui alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya.
Faktor Presdisposisi
- Umur- Paritas- Pendidikan- Pekerjaan- Pengetahuan- Persepsi- Keyakinan- Nilai-nilai- Tingkah laku- Kepercayaan diri
Faktor Penguat
- Dukungan keluarga- Dukungan tenaga
kesehatan- Dukungan Suami- Pemimpin masyarakat- Pengambil keputusan
Faktor Pemungkin
- Ketersediaan sumberdaya kesehatan
- Keterjangkauansumber dayakesehatan
- Hukum, prioritas dankomitmen masyarakatatau pemerintah
- Keterampilan yangberkaitan dengankesehatan
Alasan ibu bekerja tidakmemberikan ASI eksklusifpada bayinya
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Rancangan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk
mendiskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu
secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. Penelitian kualitatif memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya kealamiahan data yang
diperoleh dan semua kenyataan yang ada terkait erat dengan pengalaman manusia
dalam hidupnya (Djam’an dan Aan, 2012).
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologi yaitu
penelitian yang berfokus pada penemuan fakta yang ada. Fenomenologi
merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada
secara sistematis (Speziale dan Carpenter, 2003 dalam Saryono dan Anggraeni,
2013).
Pengalaman dalam penelitian fenomenologi meliputi semua pengalaman
tentang persepsi manusia yang meliputi : penglihatan, pendengaran, perabaan,
pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti mempercayai,
mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian,
mencintai, menghayalkan dan mendambakan atau menginginkan (Meleong,
2013).
Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam mengenai gambaran
pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada partisipan yang
26
digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang alasan ibu bekerja tidak
memberikan ASI ekslusif pada bayinya.
Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975 dalam Speziale dan
Carpenter, 2003) memiliki tiga tahapan yaitu : Intuiting, analyzing dan
describing.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Mataram yang merupakan Ibu Kota
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dimana pengambilan data dilakukan selama dua
bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014. Peneliti memilih Kota Mataram
sebagai lokasi tempat penelitian karena cakupan pemberian ASI eksklusif tahun
2011 sebesar 50,68%, dan pemberian ASI non eksklusif sebesar 49,32% . Angka
ini merupakan angka yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka
pemberian ASI eksklusif secara nasional masih dibawah target yaitu 80%. Kota
Mataram sebagai ibu kota Provinsi memiliki mobilitas penduduk yang cukup
tinggi dan secara komposisi pekerjaan penduduknya berkerja di bidang
pendidikan, perkantoran, perdagangan dan sebagian kecil dipertanian dan buruh
( BPS Provinsi NTB, 2012).
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu bekerja yang
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, bertempat tinggal di wilayah Kota
Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.
27
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil secara purposive
sampling, yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian. Sampel pada
penelitian ini adalah informan kunci dan informan lain. Sebagai informan kunci
dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan informan
lain dalam penelitian ini adalah suami, mertua dan keluarga ibu bekerja, tokoh
agama, tokoh masyarakat serta pimpinan. Dalam penelitian ini jumlah sampel
ditentukan oleh ”tersaturasinya” sumber informan, dalam penelitian ini jumlah
informan kunci sebanyak 9 orang yang terdiri dari ibu bekerja di perkantoran/PNS
sebanyak 4 orang dan ibu bekerja di swasta/non PNS sebanyak 5 orang. Dan
informan lain adalah: suami, mertua, keluarga, tenaga kesehatan atau kader,
pimpinan, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebanyak 21 orang yang dibagi
dalam dua kelompok besar.
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa
data primer dan data sekunder yang didapat dari hasil wawancara dengan
informan yang telah dipilih menjadi sampel. Data pada penelitian ini bersifat
narasi dan uraian serta penjelasan dari informan baik lisan maupun data dokumen
yang tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam
pengumpulan hasil pada penelitian ini.
28
3.4.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer didapatkan dari informan kunci yaitu ibu bekerja
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Informan lain dalam
penelitian ini adalah suami, mertua , keluarga, tokoh agama dan tokoh
masyarakat serta pimpinan lembaga atau instansi baik swasta dan pemerintahan.
Adapun dalam penelitian ini melibatkan suami, mertua dan kelurga dari ibu
bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dimana pada FGD
kedua dihadirkan juga keluarga dari ibu bekerja yang memberikan ASI eksklusif,
sebagai pembanding dan triangulasi sumber untuk mendapatkan pernyataan yang
variatif dari informan. Untuk data sekunder didapatkan dari dokumen atau data -
data yang berkaitan dengan penelitian yang dipergunakan sebagai pendukung
penelitian ini.
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Informan yang dipilih dalam penelitian ini memiliki
karakteristik sebagai berikut : dapat berkomunikasi dengan baik, ibu bekerja yang
tinggal diwilayah Kota Mataram dan bersedia menjadi informan.
3.5 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan
menggunakan alat pengumpulan data yaitu pedoman FGD dan pedoman
wawancara mendalam. Dimana sebagai sumber data utama penelitian ini adalah
ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Penggunaan
metode FGD dan wawancara mendalam (indepth interview) untuk memperoleh
29
informasi mengenai alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya. Dalam pelaksanaan penelitian ini, alat atau instrumen lainnya yang
digunakan adalah kaset, alat perekam, buku catatan dan dokumentasi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur
pengumpulan data, dan alat pengumpulan data. Hal ini dijelaskan sebagai berikut :
3.6.1 Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan metode
FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan melakukan FGD pertama dengan
10 orang peserta dan FGD kedua dengan 11 orang peserta informan lain.
Sedangkan untuk pelaksanaan wawancara mendalam dilakukan secara bertahap
dan hari yang berbeda pada 9 orang informan kunci.
Alat bantu yang digunakan adalah pedoman FGD dan pedoman wawancara,
alat tulis dan perekam atau handphone. Wawancara mendalam dilakukan untuk
mengeksplorasi secara mendalam partisipan dan peneliti akan menangkap arti
yang diberikan partisipan pada pengalamannya (Raco, 2010).
3.6.2 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah mendapatkan surat keterangan
lulus uji etik dan surat ijin penelitian dari Fakultas Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana. Setelah mendapatkan ijin penelitian, kemudian
peneliti akan menyerahkan ke Dinas Kesehatan Kota Mataram. Sebelum informan
memberikan persetujuan, terlebih dahulu peneliti menjelaskan berbagai hal dalam
30
penelitian sampai mereka mengerti dan memahami secara maksimal serta setelah
bersedia menjadi informan kemudian diminta untuk menandatangani surat
persetujuan (informed consent) yang telah disediakan.
Tahapan intuiting, merupakan langkah awal peneliti untuk dapat
menyatukan secara keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti.
Intuiting memerlukan konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti
untuk melihat, mendengar dan sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena (Asih,
2005). Pada tahap ini peneliti akan mengamati, mendengarkan setiap ungkapan
ibu bekerja tentang alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya melalui proses wawancara, mempelajari data yang dideskripsikan,
mengulang kembali serta memahami fenomena yang disampaikan oleh informan
kunci dan informan lainnya.
Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan FGD dengan suami, mertua,
keluarga, tenaga kesehatan atau kader, pimpinan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat. Tiap-tiap kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen).
FGD dilakukan untuk mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari informan.
FGD dilakukan sebanyak dua kali dengan partisipan yang berbeda. Untuk
wawancara mendalam dilakukan pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Wawancara mendalam dilakukan satu kali untuk setiap
informan kunci dengan lama wawancara antara 30-40 menit pada setiap
pertemuan. Apabila ada data yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan
member checking. Wawancara mendalam dilakukan satu per satu. Informasi yang
diperoleh dalam wawancara mendalam direkam dalam kaset, catatan lapangan,
31
dan foto sebagai dokumentasi. Transkrip hasil wawancara langsung disusun
setelah selesai melakukan wawancara. Wawancara mendalam dilakukan sendiri
oleh peneliti tanpa bantuan orang lain.
3.7 Metode dan Teknik Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dimulai dengan pemrosesan dokumentasi. Hasil
FGD dan wawancara mendalam yang telah direkam dalam alat perekam atau
handphone didengarkan berulang-ulang dan dipindahkan ke dalam bentuk
verbatim yang kemudian digabung dengan catatan lapangan. Hasil verbatim
dibuat dalam bentuk transkrip. Hasil transkrip dibaca berulang-ulang dan
mendengarkan kembali hasil rekaman secara berulang untuk memastikan
keakuratannya. Data kemudian dipindahkan ke dalam file khusus di komputer dan
dilakukan back up dengan flash disc untuk menghindari kehilangan data. Data
yang telah terkumpul diberikan kode (coding). Coding dilakukan untuk
memudahkan analisa data terhadap kata kunci dari partisipan satu dengan
partisipan lainnya. Coding dilakukan dengan memberikan angka 1, 2, 3 dan
seterusnya pada kata kunci member kode P1 pada partisipan 1, P2 pada partisipan
2, P3 pada partisipan 3 dan kepada partisipan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk
membeda-bedakan antara transkrip partisipan satu dengan partisipan yang lainnya.
3.7.2 Analisis data
Dalam proses analisis peneliti mengidentifikasi tema-tema, arti dan makna
penjelasan mengenai alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya dan munculnya faktor penghambat ibu bekerja dalam memberikan ASI
32
eksklusif pada bayinya serta harapan ibu terhadap dukungan dalam pemberian
ASI eksklusif. Peneliti selanjutnya menelaah data secara berulang-ulang untuk
meyakinkan keaslian dan keakuratan deskripsi informan.
Adapun tahapan yang dilakukan dimulai dari tahap pertama yaitu dilakukan
pengumpulan data dan membuat transkrip data dengan cara mendengarkan secara
cermat dan berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian membuat hasil
wawancara dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti
membaca berulang-ulang kali transkrip data yang ada sehingga peneliti dapat
menemukan makna data yang signifikan dan memberikan garis bawah pada
pernyataan-pernyataan penting informan. Tahap ketiga menentukan kategori/
tema. Dalam penentuan tema ini adalah merupakan proses yang agak sulit, disini
peneliti harus mampu mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema.
Selanjutnya tema yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang
potensial. Tahap kelima adalah menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti
harus mampu menulis setiap frase, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat
sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa.
3.8 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Untuk hasil analisis data disajikan dalam bentuk naratif, dimana hasil
dianalisis dengan uraian atau kata-kata biasa, sesuai dengan hasil FGD dan
wawancara mendalam serta tema yang telah ditentukan. Penyajian hasil analisis
juga mengikuti proses deduktif dan induktif dengan tujuan agar pemaparan yang
dilakukan tidak monoton.
Dalam Describing ini, peneliti mengkomunikasikan dan menggambarkan
33
secara tertulis dalam bentuk narasi yang luas dan mendalam, tentang deskripsi,
verbal, kejelasan dan elemen atau esensi yang kritikal dari sebuah fenomena
(Speziale dan Carpenter, 2003). Dalam tahap ini peneliti mendeskripsikan elemen
kritis atau esensi dari penjelasan alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif, dan penghambat serta harapan ibu bekerja terhadap dukungan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, sehingga didapatkan pemahaman yang
mendalam tentang fenomena yang menjadi alasan ibu bekerja tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya.
3.9 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik
Triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam teknik triangulasi
yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada
informan lain yaitu suami, mertua, keluarga, kader, pimpinan, tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
3.10 Etika Penelitian
Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan
Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan
Perlindunan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Kota Mataram. Karena
peneliti melibatkan masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari
34
Komisi Etik FK UNRAM. Peneliti melakukan koordinasi dan mengurus surat
rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Mataram.
Sebelum memulai wawancara mendalam informan menandatangani
pernyataan kesediaan menjadi partisipan penelitian, setelah dibacakan pernyataan
penelitian oleh peneliti. Pada akhir wawancara informaan diberikan bingkisan
sebagai ucapan terimakasih dan penghargaan karena telah ikut berpartisipasi
dalam penelitian.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Mataram
4.1.1 Data Demografi
Berdasarkan data sementara yang ada di BPS tahun 2013, jumlah
penduduk Kota Mataram tercatat 362.243 jiwa. Dimana distribusi jumlah
pendududk menurut jenis kelamin terdiri dari laki-laki berjumlah 156.720 jiwa
dan perempuan berjumlah 205.523 jiwa. Dan bila dilihat dari distribusi
perempuan dari segi jenis pekerjaan atau profesi yang dijalani, yang terbanyak
adalah ibu rumah tangga yaitu sekitar 40 %, PNS sebesar 25 % dan sisanya
adalah pegawai swasta dan pedagang yaitu sebesar 35 %. Perkembangan jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk Kota Mataram dalam kurun waktu lima tahun
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Hal tersebut tidak lepas dari
selain adanya pertumbuhan penduduk alami juga karena adanya migrasi.
Kedudukan dan fungsi Kota Mataram sebagai Ibukota Provinsi, pusat
pemerintahan, pendidikan serta perdagangan dan jasa menjadi penyebab tingginya
migrasi. Khususnya wilayah kecamatan pagesangan dan mataram, merupakan
kecamatan dengan tingkat mobilisasi penduduk yang tinggi, dimana kedua
kecamatan ini menjadi pusat pendidikan dan perdagangan selain kecamatan
cakranegara, hal inilah yang menjadi alasan sehingga peneliti memilih tempat
tersebut sebagai lokasi untuk mengambil informan dalam penelitian ini.
36
4.1.2 Sarana dan prasarana yang tersedia
Derajat kesehatan masyarakat selama lima tahun terakhir menunjukkan
adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator bidang
kesehatan, di mana angka kematian bayi selama lima tahun mengalami penurunan
dari 41,58 per 1000 kelahiran hidup pada 2007 menjadi 40,25 per 1000 kelahiran
hidup pada 2010. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pelayanan kesehatan.
Umur Harapan Hidup Kota Mataram mengalami peningkatan dari sebesar 64,90
tahun pada 2007 menjadi 66.60 tahun pada 2010. Untuk fasilitas kesehatan
khususnya di Kota Mataram cukup baik, hal ini dapat dilihat dari sarana gedung
puskesmas yang telah diperbaiki dan dilengkapi sesuai dengan standar yang ada.
Namun demikian khusus untuk sarana dan prasarana pendukung dalam
pemberian ASI eksklusif belum banyak tersedia, seperti adanya pojok ASI pada
tempat pelayanan publik. Pojok ASI hanya ada di tempat pelayanan kesehatan,
sementara di tempat lain belum tersedia. Seperti pada instansi pemerintah dan
swasta, keberadaan pojok ASI belum disediakan. Untuk saranan TPA (tempat
penitipan anak), baru tersedia pada 2 instansi saja yaitu di Kantor Gubenur NTB
dan di Universitas Mataram, sementara keberadaan TPA lainnya diadakan oleh
pihak swasta atau perorangan yang tempatnya berbeda dengan tempat kerja dari
ibu ( Disdikpora, Kota Mataram, 2012)
Sementara itu untuk keberadaan kurir ASI, secara umum di Nusa Tenggara
Barat dan khususnya di wilayah Kota Mataram belum ada, masyarakat bahkan
belum mengenai adanya istilah kurir ASI tersebut.
37
4.2 Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci
dan informan lain. Untuk informan kunci, pengambilan data dilakukan dengan
wawancara mendalam. Karakteristik informan wawancara mendalam dapat dilihat
dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan informan dan alamat informan yang
berjumlah 9 orang.
Tabel 4.1
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
No. KodeInforman
Umur Pendidikan PekerjaanInforman
Alamat Informan
1. P 1 40 Sarjana Dosen Jl. Krakatau No. 7x,Mataram
2. P 2 27 Sarjana Dosen Pejeruk Sejahtera,Ampenan
3. P 3 28 Sarjana Guru BTN Lingkar Permai,Mataram
4. P 4 31 Sarjana Dosen Karang Baru, Rembiga,Mataram
5. P 5 42 Sarjana Staff Adm. Jl. Seroja No. 5 ,Ampenan
6. P 6 25 SMA Pedagang Kr. Kateng , Punia7. P 7 24 SMA Pegawai Koperasi Punia Saba8. P 8 24 Sarjana Pegawai toko Kr. Kateng, Punia9. P 9 33 SMA Pegawai Salon Punia Saba
Pengambilan data pada informan lain yaitu : suami, mertua, keluarga, kader,
pimpinan, TOGA dan TOMA dilakukan dengan FGD, dimana dilakukan
sebanyak 2 kali. Dimana pada pelaksanaan FGD pertama sebanyak 10 orang
peserta dan pada FGD kedua sebanyak 11 orang peserta. Karakteristik informan
lain dapat dilihat dari umur, kedudukan dalam keluarga atau masyarakat dan
alamat informan. Karakteristik informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah
ini.
38
Tabel 4.2
Karakteristik Informan FGD pertama
No Kode Informan Umur (th) Kedudukan Alamat Informan1. RFA 1 39 Suami Kr. Kateng , Punia2.3.4.5.6.7.8.9.10.
RFA 2RFA 3RFA 4RFA 5RFA 6RFA 7RFA 8RFA 9RFA 10
434434657029393334
SuamiTOGA
KeluargamertuaTOMA
KeluargaPemilik toko
KaderKader
Kr. Kateng, PuniaPunia Saba
Kr. Kateng, PuniaKr. Kateng, Punia
Punia SabaPunia Saba
Kr. Kateng, PuniaKr. Kateng, Punia
Punia Saba
Tabel 4.3
Karakteristik Informan FGD kedua
No Kode Informan Umur (th) Kedudukan Alamat Informan
1. RFB 1 46 TOGA Gomong Lama, Mataram2. RFB 2 43 Suami Jl. Matahari, Gomong3. RFB 3 50 Kepala Sekolah Jl. Sakura, Gomong Lama4. RFB 4 32 Keluarga Gomong Lama, Mataram5. RFB 5 43 Suami Gomong Lama, Mataram6. RFB 6 47 Mertua Jl. Pemuda, Gomong7. RFB 7 60 Mertua Jl. Matahari, Gomong8.9.10.11.
RFB 8RFB 9RFB 10RFB 11
62423139
TOMAKeluarga
KaderKeluarga
Gomong Lama, MataramJl. Pemuda, GomongJl. Sakura, Gomong LamaGomong Lama, Mataram
4.3 Hasil dan Pembahasan
4.3.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Nusa Tenggara Barat.
4.3.1.1 Pernyataan dari informan lain
Hasil FGD dengan informan lain yang dilakukan pada : suami, mertua,
keluarga, kader, TOGA, dan TOMA serta pimpinan, mengenai hal-hal yang
39
menyebabkan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya, dapat
dilihat dari pernyataan sebagai berikut.
1. Pendapat yang dikemukanan oleh suami, dapat dilihat pada pernyataan berikut.
Pertama, mungkin pengetahuan tentang manfaat dari ASI. Kedua, sepertiyang dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari ibu-ibu yang bekerjadisamping kurangnya pemahaman sehingga lalai dalam memberikan ASI itusendiri.
(RFA 1 )
Ini juga seperti buah simalakama, karena kita harus memenuhi kebutuhankeluarga, tapi kita tidak mampu kalau dari hasil saya saja jadi ibunya bantu-bantu sedikit dengan bekerja, sehingga menyusui bayinya kurang.
( RFB 2 )
Saya sudah bilang sama ibunya untuk menyusui bayi dengan eksklusif, tapikatanya tidak bisa karena air susunya sedikit dan terburu-buru untukberangkat kerja. Jadi terpaksa diberikan juga susu botol.
( RFA 2)
Kebutuhan ekonomi yang meningkat, sering menjadi faktor utama ibu harus
bekerja, sehingga pemberian ASI eksklusif tidak dapat sepenuhnya dilakukan. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Qin (2009) di China
didapatkan kesimpulan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh tempat
tinggal dari keluarga tersebut, rendahnya pendidikan, usia dan pendapatan dari
keluarga.
2. Pendapatan yang dikemukanan oleh mertua, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Sekarang ini mereka tidak mau repot, jadi diberi susu botol. Padahal itukanpemborosan, suami jadi susah utuk cari uang. Padahal air susunya kadangdibuang-buang, tidak diberikan ke bayinya
( RFA 6)
Perempuan sekarang berbeda, solekannya saja diperhatikan anak kurangdiurus, susunya dia tidak diberikan ke anaknya, sibuk-sibuk saja katanya danmalas menampung air susunya untuk anak, jadi anak dikasi susu kaleng.
40
( RFB 5)
Kita yang gendong anak merasa kasihan kalau anak nangis, jadi terpaksadiberikan susu botol atau teh karena air susu ibunya tidak disediakan dandisimpan untuk anaknya, cepat-cepat berangkat kerja. Dan diberi nyusu lagikalau sudah pulang.
( RFB 6)
Mertua merupakan orang terdekat didalam keluarga, khususnya di Indonesia,
keberadaan mertua juga sebagai pengambil keputusan juga sering dimanfaatkan
oleh anak atau menantu sebagai orang yang membantu didalam mengurus anak-
anaknya. Dan sebagai orang tua, mertua juga dapat mempengaruhi ibu di dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Afifah tahun 2009, dikatakan bahwa faktor eksternal yang
mempengaruhi ibu di dalam memberikan ASI non eksklusif adalah adanya
dukungan keluarga yaitu ibu, mertua dan suami.
3. Pernyataan yang dikemukanan oleh keluarga, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena kesibukan, bisa terjadi sampaidia tidak bisa memberikan ASI dan juga mungkin dari segi manfaatnya diabelum tahu. Kadang-kadang ya mungkin juga karena kegengsian ibu ini takutmungkin ya mohon maaf aja payudaranya melembek atau gimana gitu kan bisajadi juga seperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan, memang banyakfactor-faktor yang dapat mempengaruhi si ibu ini sampai tidak memberikanASI kepada bayinya.
(RFA 9)Ibunya yang malas, seperti ipar saya, sudah dikasi tahu air susunya jangandibuang-buang kasi bayinya, eh katanya terlalu banyak yang keluar, sayasuruh simpan dia tidak mau, dibilang nanti basi. Padahal tidak seperti itu kan.
( RFB 9 )
Saya lihat juga mereka tidak mau repot dalam memberikan ASI pada bayinya,kan bisa izin sebentar dari tempat kerja untuk nyusuin, dibilang sibuk dansusah, akhirnya bayi diberi susu sapi.
( RFA 9)
41
Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang diberikan
kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak pernah
mendapatkan nasehat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya dapat
mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya (Lubis, 2000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmijati (2007) menyebutkan ibu yang
mendapat dukungan keluarga memiliki kemungkinan memberikan ASI Eksklusif
6,533 kali lebih besar dibanding dengan ibu yang tidak mendapat dukungan
keluarga. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu yang tidak mendapat
dukungan keluarga akan meningkatkan resiko untuk tidak memberikan ASI
Eksklusif (Mardiyanti, 2007)
4. Pendapat yang dikemukanan oleh kader, dapat dilihat pada pernyataan berikut.
Ibu-ibu itu kadang ada rasa malas dalam memberikan ASI pada bayinya,mereka bilang repot harus menyusui bayi karena bekerja, padahal kan sudahdiberitahu, air susunya bisa diperas dan disimpan di kulkas.
( RFB 8)Kita sudah beritahu cara menyiapkan susu perah, tapi ibunya tidak maumelakukan, katanya susahlah, terburu-buru karena harus cepat jalan bekerjadan ada yang mau tapi selang seling melakukan, akhirnya bayi diberitambahan susu formula.
( RFA 8)
Para ibu juga kurang punya keinginan yang besar untuk memberikan ASIeksklusif pada bayinya, sehingga malas berusaha untuk dapat memenuhikebutuhan bayinya akan ASI eksklusif, padahal kalau dipiki-pikir semuanyabisa sejalan walaupun ibu harus bekerja.
( RFA 7 )
Peranan tenaga kesehatan juga sangat penting dalam menentukan
perilaku ibu untuk memberikan ASI non eksklusif, dimana sejauh mana tenaga
kesehatan memberikan KIE yang diarahkan untuk membentuk sikap,
42
kemungkinan ibu akan mempunyai pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif
dan dengan pengetahuan yang benar maka ibu akan bisa merubah perilaku untuk
memberikan ASI eksklusif dan ibu tidak memilih memberikan ASI non
ekslusif(susu formula) bagi bayinya (Notoatmojo, 2003).
Ketika peran tersebut telah dilakukan, keputusan akan ada pada ibu
sendiri didalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh O’ Brien et. al. tahun 2008, dikatakan bahwa
strategi keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh
kepercayaan diri ibu, pikiran positif, mampu mengatasi masalah, pencapaian
tujuan dan keberhasilan dalam pelaksanaannya.
5. Adapun pendapat yang dikemukanan oleh TOMA, dapat dilihat pada
pernyataan berikut.
Kita lihat ibu-ibu terlalu mengabaikan kebutuhan anaknya karena ada sususapi itu, yang gampang untuk dibeli dan anaknya juga mau, ya walaupunmampu dibeli oleh orang tua tapi itu kan tidak baik untuk kesehatan anaknya.
( RFA 10 )
Kalau saya perhatikan ini juga karena sudah zamannya yang dianggapmodern, sehingga kalau memberikan susu ibu dianggap kuno. Jadi ibu merasagengsi dan tidak mau direpotkan.ini kan tidak baik untuk tanggung jawabnya.
( RFB 10)
Tokoh masyarakat merupakan orang yang cukup dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan seorang individu atau keluarga, dimana keberadaannya
dapat memberikan kontribusi yang positif untuk perubahan prilaku kesehatan
masyarakat. Dalam teori perilaku kesehatan menurut WHO dikatakan bahwa,
orang penting sebagai referensi. Hal ini berarti perilaku seseorang banyak
dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Orang-orang yang dianggap
43
penting ini sering disebut kelompok referensi. Individu cenderung melakukan atau
mencontoh perilaku orang lain yang penting untuknya.
6. Pendapat lain yang dikemukanan oleh TOGA, dapat dilihat pada pernyataan
berikut:
Mereka juga ada yang gengsi dan lebih memilih pekerjaan daripadamemikirkan bayinya, kan ini salah. Secara agama memberikan susu ke bayiadalah kewajiban dan ini ada dalam Al-Quran.
(RFA 3)
Air susu ibu ya untuk bayi dan air susu sapi untuk anak sapi kan, jadi sudahdiberikan juga aturan oleh ALLAH bahwa, bayi itu diberikan air susu olehibunya sampai berusia 2 tahun. Ini kewajiban ibu jadi jangan karena alasanpekerjaan dan kesibukan, kewajibannya dilalaikan, kan ini berdosa jadinya.
( RFB 1)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bai et. al tahun 2009
di USA disimpulkan bahwa penyebab berhentinya pemberian ASI eksklusif salah
satunya karena kepercayaan dan tata nilai yang ada disekitarnya, hal ini dapat
mempengaruhi seseorang di dalam mengambil keputusan.
Menurut teori Lawrence Green menyatakan bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Perilaku itu sendiri terbentuk dari
tiga factor, dimana salah satu faktornya adalah faktor predisposisi (predisposing
factors) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan,
norma sosial, budaya dan sebagainya
7. Pendapat yang dikemukanan oleh Pimpinan, dapat dilihat pada pernyataan
berikut.
Kita juga melihat aturan cuti memang kurang dan hanya 3 bulan, tapi memangitu sudah peraturan pemerintah, jadi tidak dapat dirubah, hanya saja ibu bolehizin dengan tidak meninggalkan tanggung jawab kerjanya, itu saja.
44
( RFB 3 )
Ini kita swasta, toko kan harus buka terus kita harus dagang, untuk menyusuibayi, ibu harus pandai membagi waktu dan kesempatan dong, tidak bisa liburatau izin terlalu lama. Memang untuk cuti istilahnya kita beri hanya 1 bulansaja kan kalau terlalau lama, saya bisa rugi dan kerepotan nantinya.
( RFA 8 )
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang “penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal” didapatkan bahwa hak tenaga
kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI kepada
anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951, dan diperkuat
dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984 Ps.10, hanya 25%
pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran SPSI yang belum optimal mendukung kepentingan tenaga kerja
perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha memberikan
perlindungan kesehatan reproduksi bagi karyawannya, terutama para pekerja
wanita.
4.3.1.2 Pernyataan dari informan kunci.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam pada ibu di dapatkan bahwa dari 9
informan, mempunyai tanggapan yang beragam tentang alasan yang
menyebabkan mereka tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Pernyataan
45
informan tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Adanya alasan karena kemalasan dari ibu, seperti yang dikemukan dalam
pernyataan sebagai berikut :
Ya saya sebenarnya tahu ASI eksklusif penting, tapi kita kan bekerja daripagi sampai siang kadang sore, capek, jadi malas kita nyusuin dan anaksaya sudah biasa minum susu dot, jadi ndak mau nyusu disaya.
( wawancara mendalam, P2 )
Ndak bisa kita beri ASI terus, apalagi harus diperes tadi mbak bilang itu,tidak banyak dapatnya, padahal bayinya butuh susu banyak, ya kitatambah dengan susu formula saja supaya cukup.
( wawancara mendalam, P7)
Kalau ASI terus sepertinya susah mbak, karena saya kan repot dan sibuk,harus kerja, jadi pilih yang praktis dan mudah saja gitu, supaya semuabisa jalan maksudnya.
( wawancara mendalam, P4 )
Studi fenomenologi dilakukan oleh Laily (2008) di Jawa Tengah,
Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja disimpulkan
sebagai berikut: penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian
berasal dari tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal,
tidak stabil dan dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami
stress, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan
menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui,
persepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk
menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya eksternal, tidak stabil dan dapat
dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik menyusu. (c) faktor penyebab
yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan adalah belum dimilikinya
pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu yang efektif untuk
46
menyusui.
Menurut teori perilaku menurut Lawrence Green Kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan
faktor di luar perilaku. Bahwa perilaku seseorang atau perilaku masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, sikap,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat tersebut. Di samping itu, sikap,
ketersediaan fasilitas dan perilaku petugas terhadap masyarakat juga akan
mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
b. Adanya tuntutan ekonomi keluarga, hal ini seperti yang dikemukakan dalam
pernyataan ini :
Gimana ya, kita kan butuh uang untuk makan, sepertinya serba susahmilihnya, karena penghasilan suami saya tidak cukup, jadi saya jugabantu-bantu seperti itu dengan ikut bekerja juga.
( wawancara mendalam, P9 )
Pekerjaan penting tapi anak juga penting, saya bingung juga ini, cumankita butuh mempersiapkan masa depan untuk anak, terpaksa ada yangdikorbankan, tuntutan kebutuhan juga kan ini.
( wawancara mendalam, P1 )
Kita punya kemampuan untuk bekerja dan mendapat uang, jadi tidak adasalahnya kan kita bekerja, ini juga dapat meningkatkan kesejahteraananak-anak nantinya.
( wawancara mendalam, P8)
Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Rahmawati (2009)
didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan
Banyumanik kota Semarang antara lain status pekerjaan, usia ibu, dukungan
petugas kesehatan dan urutan kelahiran bayi. Dan faktor yang sangat
47
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan ibu
dimana responden yang tidak bekerja berpeluang untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya 4 kali lebih besar dibanding responden yang bekerja.
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maria,
et. al. tahun 2006 di Brazil, didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada 3 bulan pertama adalah rendahnya pendapatan
keluarga yang berkaitan dengan pendidikan dan kemauan dari ibu sendiri.
c. Karena tanggung jawab pekerjaan, hal ini seperti pernyataan berikut :
Sebagai pegawai kita kan harus disiplin dan tanggung jawab, jadi tidakbisa juga sering izin atau tidak masuk kerja.
( wawancara mendalam, P3)
Kalau saya tidak masuk kerja, pekerjaan saya semakin menupuk jadinyadan bisa stress nanti, jadi harus diselesaikan dengan baik dan tepatwaktu.
( wawancara mendalam, P5)
Penelitian kualitatif lainnya yang dilakukan oleh Agus (2008) di
Kabupaten Sukoharjo didapatkan kesimpulan bahwa menyusui masih populer di
Kecamatan Sukoharjo Kota, tetapi eklsklusifitasnya rendah. Ditemukan perbedaan
yang bermakna dalam hal eksklusifitas menyusui antara kelompok ibu bekerja
pabrik dengan kelompok ibu yang tidak bekerja. Pada kelompok pekerja, faktor
yang berhubungan dengan eksklusifitas menyusui adalah tingkat pendidikan dan
kesempatan menyusui pada saaat bekerja, yang didukung oleh jarak tempat
tinggal responden yang dekat serta kepemilikan sarana transportasi. Menyusui
tidak langsung (ASI perahan) belum dikenal secara luas di kalangan ibu-ibu di
Kecamatan Sukoharjo Kota.
48
d. Kendala waktu cuti yang tidak mencukupi, dimana hal ini seperti pernyataan
berikut :
Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 bulan dan itu sudah aturan, jadiya mau tidak mau harus masuk kembali kalau udah habis cutinya. Jadiya terpaksa anak saya tinggal dirumah, ASI ndak full diberikan 6 bulan.
( wawancara mendalam, P7)
Saya kan dagang, jadi mau ndak mau tetap harus jualan di pasar. Tidakada libur-liburan atau apa tadi itu, bayi saya titip di ibu saya sampaisiang.
( wawancara mendalam, P6)
Kalau kita di toko itu dikasi izin istilahnya 1 bulan saja, bukan cuti katatokenya, gaji dikasi sekedarnya tidak seperti biasa, makanya sayaberusaha cepet masuk kerja supaya gaji dapat penuh.
( wawancara mendalam, P8)
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Tinuk (2012) tentang “penerapan
hak cuti melahirkan bagi pekerja di sektor formal” didapatkan bahwa hak
tenaga kerja perempuan dalam mendapatkan kesempatan memberikan ASI
kepada anaknya sampai usia 1 tahun yang diatur oleh PP No.4 Tahun 1951,
dan diperkuat dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.409 Tahun 1984
Ps.10, hanya 25% pengusaha yang telah memberlakukan kepada tenaga
kerjanya.
Adapun hambatan dalam penerapan hak cuti melahirkan adalah
(a) Pengusaha belum semuanya memahami tentang hak cuti melahirkan,
(b) Kurangnya Disnaker dalam pengawasan/pembinaan terhadap pengusaha,
(c) Lemahnya penegakan hukum dan sanksi bagi pengusaha yang melanggar,
(d) Peran SPSI yang belum optimal mendukung kepentingan tenaga kerja
perempuan. Dimana kesimpulan ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Dewi (1996), yang mendapatkan bahwa tidak semua pengusaha
49
memberikan perlindungan kesehatan reproduksi bagi karyawannya, terutama
para pekerja wanita.
e. Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung bagi ibu bekerja, hal ini seperti
pernyataan berikut :
Di tempat kerja saya tidak ada TPA, untuk pojok ASI saja yang khusubelum ada, jadi kita kadang-kadang pakai ruangan yang kebetulankosong saja, ini bikin susah.
( wawancara mendalam, P3)
Pojok ASI disini tidak disediakan, tadi untuk kurir ASI di lombok inibelum ada sama sekali, paling kita bisa minta keluarga yang ambilASInya, cuman kadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan juga akhirnya.
( wawancara mendalam, P9)
Disini memang tidak mancet dan jalanan rata-rata bagus, tapi saya tidakada kendaraan untuk pulang pergi sendiri supaya bisa ngasi anak susu,jadi terpaksa pakai susu dot itu sebagai tambahan.
( wawancara mendalam, P7)
Penelitian serupa yang dilakukan Dewi tahun 2009 di Jawa Tengah.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa kegagalan praktik pemberian ASI
eksklusif disebabkan karena praktik pemberian ASI yang keliru seperti belum
adanya praktik pemberian ASI pada satu jam pertama setelah melahirkan,bayi
masih diberi prelaktal setelah bayi lahir yakni susu formula oleh tenaga
kesehatan di rumah bersalin, sebagian subyek meninggalkan susu formula di
TPA, kurangnya motivasi ibu untuk rutin menjenguk bayinya yang dititipkan
di TPA diwaktu jam istirahat, sebagian subyek masih percaya mitos mengenai
pemberian MP-ASI dini sebelum bayi genap usia 6 bulan, kurang adanya
realisasi PP-ASI pekerja wanita di tempat kerja, kurang dukungan dokter anak
di TPA, serta adanya subyek yang mengalami masalah produksi ASI.
50
4.3.2 Hambatan yang menyebabkan ibu bekerja tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram
Hasil wawancara mendalam pada ibu di dapatkan hasil bahwa dari 9
informan, mempunyai tanggapan yang berbeda-beda tentang faktor penghambat
ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Pernyataan informan tersebut diuraikan
sebagai berikut :
Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saat itu juga sedang sakit,saat anak saya umur 2 bulan saya opname karena saya kekurangan kalium,kalau memberikan ASI kan harus membutuhkan nutrisi yang banyaksementara saya mengalami kekuranga kalium, jalan satu-satunya ya denganmemberikan susu formula
(wawancara mendalam, P 1 )
Kayanya kalau saya yang paling ini manajemen waktu dan kemalasan sayakayaknya
(wawancara mendalam, P 2 )
Hambatan pemberian salah satunya karena pengaturan waktu yang tidakefektif, yang seharusnya kita mengurus bayi tapi kita harus bekerja diluar
(wawancara mendalam, P 4 )
Karena ini anak pertama mungkin maslah psilogisnya dari yang tidak punyaanak menjadi punya anak dan yang kedua adalah maslah pekerjaan karenajaraknya lumayan jauh antara rumah dan tempat kerja jadinya tidak bisasemaksimal mungkin bersama anak
(wawancara mendalam, P 5 )Bagi saya, ya bagi saya adalah bayi tidak bisa berkembang secara baik dankedua waktunya sangat terbatas untuk menyusui
(wawancara mendalam, P 4)
Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama ini di tempat kerjapisikiskan mempengaruhi reproduksi ASI gitu,jadinya kalau dia kerja capekstres bekerja
(wawancara mendalam, P 6)
Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasi ASInya , ASInya harus cepetkalau ndak kan waktu kerja kita kan telat , namanya juga kita diantar jemput
(wawancara mendalam, P 9)
Studi fenomenologi dilakukan oleh Laily (2008) di Jawa Tengah,
51
Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibu pekerja disimpulkan
sebagai berikut: penyebab kegagalan pemberian ASI pada subjek penelitian
berasal dari tiga sumber yaitu: (a) faktor penyebab yang sifatnya internal,
tidak stabil dan dapat dikendalika adalah kondisi psikis ibu yang mengalami
stress, kurangnya usaha atau persiapan ibu semasa kehamilan, kurangnya
pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi, kurangnya keterampilan
menyusui, kurangnya ketekunan dan kesabaran dalam berlatih menyusui,
persepsi yang salah tentang menyusui, dan tidak adanya motivasi untuk
menyusui. (b) faktor penyebab yang sifatnya eksternal, tidak stabil dan dapat
dikendalikan adalah kegagalan dalam tehnik menyusu. (c) faktor penyebab
yang eksternal, stabil dan tidak dapat dikendalikan adalah belum dimilikinya
pengalaman menyusui dan kesulitan mencari waktu yang efektif untuk
menyusui.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena kesibukan, bisa terjadisampai dia tidak bisa memberikan ASI dan juga mungkin dari segimanfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang ya mungkin juga karenakegengsian ibu ini takut mungkin ya mohon maaf aja payudaranya melembekatau gimana gitu kan bisa jadi juga seperti itu. Penampilannya kurang okegitu kan, memang banyak factor-faktor yang dapat mempengaruhi si ibu inisampai tidak memberikan ASI kepada bayinya.
(RFA 9)
Pertama, mungkin pengetahuan tentang manfaat dari ASI. Kedua, sepertiyang dikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dari ibu-ibu yang bekerjadisamping kurangnya pemahaman sehingga lalai dalam memberikan ASI itusendiri”
(RFB 10 )
Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Sri (2008) di wilayah
Kendal Jawa Tengah disimpulkan bahwa praktik menyusui secara eksklusif
dipengaruhi oleh persepsi dan pemahaman serta pengetahuan ibu tentang manfaat
52
menyusui, pengawetan ASI dan bagaimana cara agar ASI tetap produksi secara
baik. Berbagai perasaan dapat muncul karena ibu terpaksa meninggalkan bayi
dirumah, seperti perasaan tidak tega, berat, kasihan dan rasa penyesalan karena
harus bekerja. Beberapa hambatan yang dirasakan ibu bekerja dalam praktik
menyusui secara ekslusif adalah jarak rumah yang jauh, tidak ada fasilitas
ditempat kerja agar ibu dapat menyusui bayinya.
Hasil penelitian tentang tanggapan ibu dalam pemberian susu formula
didapatkan hasil bahwa ibu memiliki tanggapan yang sangat bervariasi. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohani (2010) di Kota Mataram
didapatkan empat variabel yang terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif yaitu: Ibu bekerja, persepsi
yang keliru, tingkat pengetahuan ibu kurang, dan dukungan keluarga yang kurang.
Dan berdasarkan besaran nilai OR menunjukkan bahwa ibu bekerja memiliki
risiko kegagalan pemberian ASI eksklusif sebesar 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada
peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi penelitian makna
yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga
kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Dan perlunya variasi informan kunci
berdasarkan jenis pekerjaan dan tempat bekerja sehingga informasi yang di
dapatkan lebih beragam dan maksimal.
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Alasan ibu bekerja tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya di
Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya,
ditemukan beberapa alasan, antara lain: adanya rasa malas dari ibu, karena
tuntutan beban kerja yang tinggi, waktu cuti yang sedikit, sarana prasarana
yang kurang dan adannya tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga
para ibu tersebut memilih untuk tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya, sebagian besar memberikan ASI hanya 1 bulan saja dan
selanjutnya pemberian ASI dicampur atau diganti dengan susu formula
5.1.2 Hal-hal yang menghambat ibu bekerja didalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara
Barat.
Faktor-faktor yang menghambat ibu bekerja dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayinya di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti : faktor ekonomi, faktor
fisik ibu, faktor psikologis dan faktor kurangnya sarana dan prasarana
pendukung, waktu cuti yang terbatas, meningkatkan promosi susu
formula.
54
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, perlu mengembangkan program yang menarik dan
variatif dalam meningkatkan motivasi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif bagi bayinya.
5.2.2 Bagi Dinas Kesehatan
Diharapkan bagi pengambil kebijakan khususnya dinas kesehatan
memberikan dukungan dalam hal penyediaan sarana dan prasarana pendukung
dalam pemberian ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan anak.
5.2.3 Bagi Masyarakat
Agar meningkatkan partisinya dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah
dalam bentuk pemberian kebijakan bagi ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI
eksklusif dengan baik. Dan melibatkan TOGA dalam memberikan motivasi dan
pemahaman kepada ibu bekerja untuk dapat memberikan ASI eksklusif sebagai
tanggung jawab sebagai orang tua.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor yang dapat
menghambat ibu bekerja dalam memberikan bayinya ASI Eksklusif secara cukup
dan maksimal.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Dewi. 2009 penelitian ”faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalanpemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja (studi kualitatif di tempatpenitipan anak (TPA) Dian Dharma Putra Provinsi Jawa Tengah).Skripsi. Undip Semarang.
Afifah, D. N. 2009. ”Faktor yang berperan dalam Kegagalan Praktik PemberianASI Eksklusif’(tesis).Universitas Dipenogoro. Semarang
Arifah, N. D. 1996. “ Perlindungan Hukum tenaga Kerja Wanita di PT NyoyaMeneer Semarang. Skripsi. Fakultas Hukum Unisulla.Semarang.
Asih, Y. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Numed.
Asmijati, 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusifdi wilayah kerja puskesmas Tiga raksa Tangerang. Tesis FKM UI. Depok.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2007. Survei Demografi dan Kesehatan indonesia2006-2007, Jakarta.
______________________, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia,Jakarta.
______________________, 2013. Hasil Survei sementara Data Demografi danDistibusi Penduduk Kota Mataram, NTB. Mataram
______________________, 2010. Sumatera Utara Dalam Angka, Medan.Sumatera Utara.
Bai. Y.K., Middlestadt, S.E., Peng J. C.Y. and Flys A.D ( 2009), PsychososialFactor Undrlying the Mothers decision to continue exclusive breasfeedingfor 6 months: an elicitation study. Journal of Human Nutrition andDietetics. USA
Bobak. 2000. Maternity and Gynecology Care. 5.ed. Philadelphia.Mosby
Budiharjo, N. S. D. 2003 Masalah-masalah dalam menyusui, PerkumpulanPernatologi Indonesia.Jakarta
Chubley, J. 2004. Panduan Para Ibu Untuk Menyusui dan Mengenalkan BayiPada Susu Botol. Jakarta.Erlangga
Cox, S. 2006. Breasfeeding wiyh Confidence, Panduan untuk belajar menyusuidengan percaya diri. PT. Elex Media komputindo. Jakarta
56
Cresswell, J. 2010. Research Design : Qualitative, Quantitative, and MixedMethods Approaches. SAGE
Departemen Kesehatan RI. 2001. Buku Panduan Manajemen Laktasi. Jakarta: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2005, Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidandan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Jakarta:Dit.Gizi Masyarakat-DepkesRI.
Diharjo, K, Riyadi, S., dan Media, Y. (1998) Masalah di seputar pemberian ASIsecara eksklusif, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.XXVI, AprilNo.3
Djam’an, S. dan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.Alfabeta.
Dinas Kesehatan Propinsi NTB, 2011. Laporan tahunan bidang pelayananKesehatan Propinsi NTB, Mataram.
Dinkes Kota Mataram. 2011. Profil Kesehatan 2012 Pemerintah Kota Mataram,Mataram.
Disdikpora Kota Mataram, 2012. Laporan tahunan sarana dan prasaranapelayanan pendidikan informal, Mataram
Dwi L., Yuliarti. 2008. Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilakupemberian ASI eksklusif. Universitas Sebelas Maret.
Fikawati S., Syafiq A., 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu IbuEksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia. Jakarta
Green, L. W. Kreutter, M. W. 1991. Health Promoting Planning An EducationalAnd Environmental Approach, Second Edition Mayfield PublishingCompany, London, p. 142-147
Hamid, S. A. (1998) Adaptasi psikologis masa kehamilan dan nifas, JurnalKeperawatan Indonesia.Vol.1 No.4 bulan Juli.
Indiarti, M. T 2008. ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi. Yogyakarta. ElmateraPublishing.
Ita S. E., dkk., 2008. Gambaran pengetahuan,sikap dan perilaku BUTEKI padakalangan pekerja terhadap pemberian ASI ekslusif di perusahaan X,Jurnal Kesehatan Masyarakat, Skripsi. Semarang.
57
Kearney, M. H. and Cronenwett, L. (1991) “ Breasfeeding and Employment”.Jurnal Obstet-Gynecol-Neonatal-Nurs, 471-480
Lubis, 2000. Pengaruh pengetahuan keluarga tentang ASI dan sikap ibu didalam memberikan ASI pada bayinya. Universitas Sumatra Utara. Medan
Mardiyanti., 2007. Pengaruh karakteristik dan dukungan keluarga terhadappemberian ASI ekslusif di Tanggerang. Tesis.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2089/2/reference.pdf,jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.(Diakses pada tanggal 30 April2013).
Mascarenhas M.L.,Albernaz E.P.,da Silva M.B., da Silveira R.B. ( 2006), “Prevalence of exclusive breasfeeding and its determiners in the fist 3months of life in the south of Brazil”. Jornal de pediatria. Brazil
Masoara, S. 2003 Manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga.ProgramManajemen Laktasi. Perkumpulan Perinatologi Indonesia.Jakarta
Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
O’ Brien, L. M., Buikstra E.,Fallon T. And Hegney D., (2008), Stategies forsuccess : a toolbox of coping stategies used by breastfeeding women.Journal of Clinical Nursing. Blackwell Publishing, Ltd. Australia
OECD. 2001. BALANCING WORK AND FAMILY LIFE.www.oecd.org/dataoedc/11/12/2079435.pdf. Diakses pada tanggal 20 Mei2014.
Old. 2000. Maternal newborn nursing a family and community based approach.6.ed. Philadelphia Prentice Hall.
Ong et. al. (2001). The role of breastfeeding on nutrition education andprevention of childhood obesity. Congresso Latino on Americano deNutricao Comutaria. Porto. Portugal
Prakoso, H. 2002. Penggunaan ASI dan rawat gabung dalam Ilmu Kebidanan,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.
Prasetyono, S. D. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press, Yogyakarta.
Purwati., 2008. Konsep penerapan ASI ekslusif, EGC.Jakarta
Qin, L., Zhao Y., Binns W. C., Lee H. A. And Xie X., (2009). “Iniation of
58
breasfeeding and prevalence of exclusive breasfeeding at hospitaldischarge in urban. Suburban and rural arens of Zhejiang, China”.International Breasfeeding Journal, Australia.
Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan.Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Rahmah, Laily . 2008. Atribusi tentang kegagalan pemberian ASI pada ibubekerja (Sebuah Studi Fenomenologi). Skripsi. Fakultas PsikologiUniversitas Islam Sultan Agung. Jawa Tengah.
Rahmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : Shindunata
Rahmawati, M. D. 2010 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASIeksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan KecamatanBanyumanik Kota Semarang. Skripsi. STIKES Kusuma Husada Surakarta.
Rejeki, Sri . 2008 penelitian” Studi fenomenologi: pengalaman menyusui eksklusifibu bekerja di wilayah kendal Jawa Tengah.Universitas MuhamadiyahSemarang. Dalam Media Ners,Volume 2,Nomor 1, Mei 2008.
Reynolds et.al. 2003. FI Research Summary: Fathers, Mothers, Work, AndFamily. http://www.fatherhoodinstitute.org/2011/fi.research-summary-fathers-mothers-work-and-family.html. Diakses pada tanggal 20 Mei 2014.
Rikesdas. 2010. Cakupan pemberian ASI dan MP-ASI pada bayi. Jakarta.
Riksani, R. 2012, Keajaiban ASI,Penerbit: Naga Swadaya.Jakarta
Robin, P. S. 2001. Perilaku Organisasi, Jilid I, PT. Prenhalindo, Jakarta.
Roesli. U. 2005. Mengenai ASI Eklusif. Trubus Agriwidya.Jakarta
Rohani. 2010. ” Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kegagalan pemberianASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-9 bulan di Kota Mataram Provinsi NusaTenggara Barat.Tesis. Universitas Udayana.Bali
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sari I., Mulyono B., Andarsari W., 2011. Hubungan tingkat pengetahuan ibubekerja dengan pemberian ASI eksklusif di Desa Sumberejo KecamatanMrenggen Kabupaten Demak. Skripsi. Program Studi Diploma IIIKebidanan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang.
59
Sahusilawane H., Abdullah T. H. M., 2013. Faktor yang mempengaruhipemberian PASI pada bayi usia 0 – 6 bulan di Puskesmas ChristinaMartha Tiahahu, Ambon.Tesis.UNHAS,Makasar.
Saryono dan Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatifdalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Numed
Sartono, Agus 2008. Praktek menyusui ibu pekerja pabrik dan ibu tidak bekerja diKecamatan Sukoharjo Kota Kabupaten Sukoharjo.Skripsi. Program studigizi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan UniversitasMuhammadiyah Semarang.
Sholichah, F. 2011. Studi kualitatif penyebab pemberian ASI non Ekslusif padaibu rumah tangga di Desa Ngemplak Kecamatan undaan KabupatenKudus,Tesis.Universitas Negeri Semarang.
Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta : BumiAksara
Soetjiningsih. 2004. ASI petunjuk untuk tenaga Kesehatan, EGC.Jakarta
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Suradi, R. 2003. Peranan Lingkungan untuk Menunjang Keberhasilan Laktasi,Bunga Rampai Menyusui dan Rawat Gabung. Jakarta
Sutopo. 2006. Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya DalamPenelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Tjaja P.R., 2000. Wanita Bekerja dan Implikasi Sosial. Deputi I BidangPertumbuhan dan Kuantitas Penduduk Kantor Menteri NegaraTransmigrasi dan Kependudukan. Naskah no.20, Juni – Juli 2000.
UNICEF. 2006. Maternal and Fetal death in the World. Jenewa.Swiss
WHO. 2005. Modul Safe Motherhood. Jakarta: Depkes RI.
WHO-UNICEF, 2010. Pelatihan Konselor Laktasi”Breasfeeding Counselling: ATranning Course”. Jakarta.
Widyastuti, Erlina. 2011.”motivasi wanita bekerja dalam memberikan susuformula pad bayiusia 0-6 bulan.Skripsi. STIKES Kusuma HusadaSurakarta.
Widjaja, M. C. 2004. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan KesehatanBalita. Jakarta:Kawan Pustaka.Hal: 1-29
60
Wulandari, Y. 2012, Kontroversi susu formula pada ibu hamil dan bayi, Artikelmajalah Bunda, Jakarta.
Wulandari, W. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI EksklusifDengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan DiWilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang. UniversitasMuhammadiyah Semarang, Semarang.
61
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN
No KegiatanTahun 2014
Januari Februari Maret April1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul2 Survey Awal3 Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I s/d III4 Sidang Proposal5 Revisi Proposal6 Penelitian7 Penyelesaian dan Bimbingan Tesis8 Sidang Hasil9 Sidang Tesis
61
62
Lampiran 2
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS UDAYANA
Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian
yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana, yang bernama Haryani, dengan judul “Alasan
Ibu Bekerja Tidak Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6 – 9 Bulan di Kota
Mataram Provinsi Nusa tenggara Barat”. Saya mengetahui dan menyadari bahwa
informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan
peneliti.
Demikian pernyataan saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Mataram,…………..2014
Partisipan
63
Lampiran 3
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJADI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD)UNTUK INFORMAN LAIN (SUAMI, MERTUA, KELUARGA, TOGA,
TENAGA KESEHATAN, TIEM PENGGERAK PKK,PIMPINAN/ATASAN DI TEMPAT KERJA)
1. Nama Fasilitator :
2. Tanggal FGD :
3. Nama Informan :
NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
64
A. Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Haryani , mahasiswa Program
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan kami adalah untuk
mendapatkan informasi tentang hal-hal yang dapat menghambat ibu
bekerja dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan alasan tidak
diberikan ASI Eksklusif oleh ibu bekerja pada bayinya.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat kami jaga kerahasiannya dan hanya
untuk konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara
terbuka dan tidak ada yang disembunyikan.
4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
5. Setelah tercipta suasana kondusif dan nyaman maka FGD baru dapat
dimulai
B. Pertanyaan yang diajukan
No. Tema Pertanyaan Probing
1. Pemahaman
tentang ASI
eksklusif yaitu:
Ceritakan apa yang
saudara ketahui
tentang ASI
Eksklusif?
Tanyakan pandangan
mereka tentang ASI
eksklusif.
Tanyakan apa
manfaat menyusui
bayi atau ASI
eksklusif
Tanyakan apa yang
sering memotivasi
para ibu untuk tidak
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.
65
Apakah saudara
pernah mendengar
tentang ASI Eksklusif
Ceritakan apa yang
saudara ketahui
tentang manfaat ASI
bagi bayi dan
keluarga?
Apabila pernah
mendengar, tanyakan
dari mana
mendapatkan
informasi mengenai
ASI eksklusif.
Tanyakan apa itu
ASI dan manfaat bagi
bayi.
Tanyakan manfaat
ASI bagi keluarga.
Tanyakan pada ibu
tentang susu formula.
Tanyakan tentang
keunggulan ASI
dibandingkan dengan
susu formula.
Tanyakan hal yang
membuat para ibu
memberikan susu
formula pada bayinya.
2. Tanggung
Jawab
memberikan
ASI eksklusif
yang merupakan
hak bayi.
Menurut pandangan
saudara, apakah ASI
eksklusif penting bagi
bayi dan merupakan
tanggung jawab bagi
ibu untuk
memberikannya?
Apabila penting ,
tanyakan alasannya.
Apabila tidak
penting, tanyakan
alasannya.
Tanyakan bagaimana
pendapat saudara
tentang ibu yang
tidak memberikan
ASI eksklusif pada
bayinya.
66
Kondisi yang
mendorong dan
menghambat
pemberian ASI
eksklusif oleh ibu
bekerja bayinya?
Bagaimana dengan
lamanya waktu cuti
pada ibu bekerja.
Dengan pemberian
ASI eksklusif?
Apakah disediakan
pojok ASI ditempat
kerja? Tanyakan
alasannya
Bagimana dengan
tanggung jawab
dalam pekerjaan? Jika
ada kebijakan apa
bentuknya
3. Masalah-
masalah yang
berkaitan
dengan
pemberian ASI
eksklusif oleh
ibu bekerja.
Ceritakan hal-hal
yang menjadi
masalah bagi ibu
bekerja dalam
memberikan ASI
eksklusif pada bayi?
Tanyakan tentang
hambatan-hambatan
yang pernah dilihat
dan diamati pada Ibu
bekerja berkaitan
dengan pemberian
ASI eksklusif pada
bayinya?
Tanyakan apakah ada
keluhan yang pernah
diungkapkan oleh ibu
bekerja selama
memberikan ASI pada
bayinya.
Tanyakan tentang
usaha yang pernah
dilakukan dalam
67
mendukung ibu
bekerja untuk
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya.
Bagaimana dengan
ASI perah/disimpan
dalam lemari es
selama ibu bekerja?
Tanyakan tentang
keberadaan dari
tempat penitipan
anak(TPA) selama ibu
bekerja dan
pemberian ASI
Eksklusif.
Tanyakan sarana dan
prasarana yang
dianggap penting
sebagai dukungan ibu
bekerja untuk
pemberian ASI
eksklusif pada
bayinya?
Tanyakan tentang
kurir ASI?
Apakah kurir ASI
penting? Apa
alasannya?
68
4. Dukungan atau
support yang
diberikan pada
ibu bekerja
dalam
memberikan
ASI eksklusif
pada bayinya.
Menurut pandangan
saudara, apa bentuk
dukungan dan support
yang penting bagi ibu
bekerja dalam
memberikan ASI
eksklusif pada
bayinya?
Bentuk dukungan dari
suami dan alasannya.
Bentuk dukungan dari
mertua/keluarga dan
alasannya.
Bentuk dukungan dari
teman-teman sekerja
yang memberikan
ASI eksklusif dan
alasannya.
Bentuk dukungan
TOGA dan TP-PKK
dan alasannya.
Bentuk dukungan
dari pimpinan atau
atasan di tempat kerja
dan alasannya.
Bentuk dukungan dari
tenaga kesehatan yang
ada?
5. Apakah yang
menjadi
prioritas dalam
menjalani
kehidupan.
Ceritakan bagaimana
pandangan saudara
tentang ibu bekerja
yang tidak
memberikan ASI
Eksklusif pada
bayinya
Tanyakan tentang arti
penting pekerjaan
dan alasannya?
Tanyakan tentang ibu
bekerja yang tidak
memberikan ASI
eksklusif, apakah baik
atau tidak? Apa
alasannya?
Jika ibu tidak bekerja
apa yang dirasakan
69
dan dampaknya bagi
keluarga?
Bagaimana
seharusnya sikap ibu
bekerja didalam
memenuhi kebutuhan
ASI eksklusif bagi
bayinya?
Khusus bagi pimpinan
atau atasan : tanyakan
pendapatnya tentang
PP-ASI tahun 2013?
Bagaimana
penerapannya di
tempat/instansi
tersebut?
Tanyakah apakah
pernah mendapatkan
sosialisasi atau
informasi tentang PP-
ASI oleh dinas
terkait?
Tanyakan bentuk
kebijakan yang
diberikan pada ibu
bekerja dalam
kaitannya dengan ASI
eksklusif ?
Apakah pernah ada
evaluasi dari dinas
terkait tentang
70
penerapan aturan
tersebut?
Bagaimana dengan
sanksi yang ada dari
peraturan tersebut?
71
Lampiran 4
ALASAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF OLEH IBU BEKERJADI KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
PANDUAN WAWANCARA MENDALAMUNTUK IBU BEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF
PADA BAYINYA
Nama Pewawancara :
Tanggal Wawancara :
Identitas Informan :
Pendahuluan
1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Haryani, mahasiswa Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
2. Memberitahukan maksud dan tujuan wawancara. Tujuan kami adalah untuk
mendapatkan informasi tentang “Alasan Tidak Diberikan ASI Eksklusif oleh
Ibu Bekerja Pada Bayinya”.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan
responden pada hari ini akan sangat dijaga kerahasianya dan hanya untuk
kebutuhan pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara terbuka
dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang
dibantu oleh pendamping peneliti.
5. Setelah tercipta suasana kondusif dan nyaman maka wawancara baru bisa
dimulai.
72
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Panduan Wawancara Mendalam
Tema Pertanyaan
Alasan tidak diberikan
ASI eksklusif oleh ibu
bekerja pada bayinya.
1. Ceritakan pandangan Anda berkaitan dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0- 6
bulan..
2. Apa manfaat dari pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0 - 6 bulan tersebut?
3. Menurut saudara apakah pemberian ASI
eksklusif tersebut penting bagi bayi? Sebutkan
alasannya.
4. Bagaimana dengan pemberian susu formula
bagi bayi usia 0 – 6 bulan? Apa akibatnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dimasa
depan?
5. Apakah ada beban secara ekonomi yang ibu
rasakan karena memberikan susu formula? Apa
alasannya?
6. Adakah beban secara tanggung jawab profesi/
pekerjaan yang dirasakan oleh ibu sehingga
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
7. Apakah ada beban secara psikologis yang ibu
rasakan karena bekerja sehingga tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi?
73
8. Menurut pendapat saudara apa yang dapat
dilakukan oleh ibu bekerja di dalam
memberikan ASI eksklusif bagi bayinya?
9. Apakah yang menjadi hambatan bagi ibu
bekerja di dalam memberikan ASI eksklusif
bagi bayinya?
10. Apa yang mendasari ibu bekerja tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi?
11. Bagaimana pendapat saudara tentang susu
formula dan iklannya yang ada saat ini?
12. Bentuk dukungan seperti apakah yang dapat
saudara harapkan dalam mendukung ibu
bekerja untuk menunjang keberhasilan
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 – 6
bulan?
13. Ceritakan apa yang saudara rasakan ketika
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
14. Menurut saudara jika ibu bekerja apa yang
harus dilakukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan bayi akan ASI selama ditinggal oleh
ibunya?
15. Menurut saudara mengapa pada ibu bekerja
sering terjadi kegagalan di dalam memberikan
ASI eksklusif pada bayinya?
16. Bagaimanakah pendapat saudara tentang
wanita karir dan keluarga?
17. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari suami?
18. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari suami?
74
19. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari mertua?
20. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari keluarga?
21. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari teman sekerja?
22. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari TOGA dan TP-PKK?
23. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari tenaga kesehatan?
24. Dukungan dan suport yang seperti apa yang
saudara harapkan dari pimpinan/ atasan di
tempat kerja?
25. Bentuk dukungan dari segi sarana dan
prasarana seperti apa yang saudara harapkan
untuk mendukung pemberian ASI eksklusif
pada bayi?
26. Apa yang saudara ketahui tentang susu perah?
27. Bagaimana pendapat saudara tentang kurir
ASI?
28. Bagaimana pendapat ibu tentang tempat
penitipan anak (TPA) ?
29. Apa arti penting kesehatan bayi dan anak bagi
saudara?
30. Bagimana persaan yang saudara rasakan ketika
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
31. Bagaimana dengan tanggung jawab ibu untuk
memberikan ASI eksklusif yang merupakan
hak bagi seorang bayi?
32. Apa usaha yang pernah dilakukan ibu dalam
memberikan ASI eksklusif pada bayi?
75
33. Apakah usaha yang dilakukan tersebut
berhasil? Apa alasannya?
34. Apa arti pentingnya pekerjaan bagi saudara?
Apa alasannya?
35. Jika ibu tidak bekerja apa yang dirasakan dan
dampaknya bagi keluarga?
36. Selama saudara bekerja siapakah yang
membantu merawat anak dan memenuhi
kebutuhan bagi bayi? Apa asalsannya?
37. Hal apa yang dirasakan paling menghambat ibu
bekerja dalam memberikan ASI eksklusif ? apa
alasannya?
38. Menurut ibu hal apa yang paling mendorong
ibu sehingga tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayi? Apa alasannya?
39. Apakah ibu pernah merasa bersalah karena
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi?
Apa alasannya?
40. Apa yang menjadi prioritas dalam hidup ibu?
Apa alasannya?
76
Lampiran 5
KONTROL PENGOLAHAN DATA KUALITATIF FGD 1 DAN 2
Pertanyaan Partisipan Transkripsi/ Jawaban1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui
tentang ASI EksklusifRFA 1
RFB 2
ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan oleh ibudari anak bayi baru lahir sampai usia 6 bulandengan tidak diberikan tambahan susu apapunhanya ASI saja
ASI Eksklusif itu ASI yang pertama kali teluardan jernih.
2. Ada pendapat lain RFB 4 ASI yang lebih pekat karena banyakmengandung anti body
3. Ada pendapat lain lagi yangdiketahui tentang manfaatASI Eksklusif?
RFB 6
RFA 5
Manfaat asi eksklusif untuk mempertahankan daya tahantubuh anak agar lebih kuat, tidak mudahterkena penyakit, dan juga dengan mengiringiimunisasi yang diterima
Untuk kekebalan tubuh
4. Penting tidak ASI Eksklusifdiberikan pada bayi
Sangat penting untuk memberi kenyamananuntuk bayi
5. Apakah ibu tidakmemberikan ASI karenabenar-benar tidak ada ataubagaimana
RFB 7Ada sih ada ASI nya dan saya juga seringbilang “terus aja dikasi biar ASI nya banyakkeluar” tapi dibantu dengan air nasi yangmembuat anak tampak gemuk tetapi tampaktidak ada tenaga
6. Kira-kira kenapa ASInyatidak mau keluar? Apakahkarena sakit atau apa
RFA 9Ada yang sakit, ada juga yang karena putingsusunya itu kependekan jadi tidak bisa dihisapoleh bayi sehingga itu menjadi kendala
7. Kalau menurut Bapak / ibuapa yang diketahui tentangalasaan ibu bekerja tidakmemberikan ASI Eksklusif?
RFA 1
RFB 2
RFA 2
Pertama, mungkin pengetahuan tentangmanfaat dari ASI. Kedua, seperti yangdikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dariibu-ibu yang bekerja disamping kurangnyapemahaman sehingga lalai dalam memberikanASI itu sendiri.
Ini juga seperti buah simalakama, karena kitaharus memenuhi kebutuhan keluarga, tapi kitatidak mampu kalau dari hasil saya saja jadiibunya bantu-bantu sedikit dengan bekerja,sehingga menyusui bayinya kurang.
Saya sudah bilang sama ibunya untuk menyusuibayi dengan eksklusif, tapi katanya tidak bisakarena air susunya sedikit dan terburu-buruuntuk berangkat kerja. Jadi terpaksa diberikanjuga susu botol.
8. Dimana Bapak-Ibu pernahmendengar informasi tentangASI Eksklusif
RFA 7Di Puskesmas dan Posyandu
9. Apakah dari informasi yang Iya pernah, karena dari petugas Puskesmas
77
didapatkan juga disebutkanmanfaat dari ASI itu sendiri
RFB 11 diberikan penyuluhan dan juga kertasbergambar ( kayak brosur atau leaflet)
10. Apa manfaat ASI bagikeluarga RFB 6
Banyak sekali manfaat ASI, untuk mengurangipengeluaran dari segi ekonomi
11. Menurut ibu apakah SusuFormula itu mahal atau tidak RFA 2
Mahal, karena 1 kotak itu saja habis selama 3hari dan harus beli lagi
12. Apa manfaat ASI Eksklusifdari segi agama RFA 3
Dari segi agama, dalam Al-Qur’an dianjurkanuntuk menyusui anak selama 2 tahun yangbermanfaat bagi kekebalan tubuh dan menjagadari segala macam penyakit, dan prosespertumbuhan intelektual.
13. Apa yang Bapak-Ibu ketahuitentang Susu Formula RFB 3
Susu Formula itu menggunakan pengawet,kalau untuk ASI itu sendiri jika seorang ibubekerja memerah air susunya kedalam botoldan disimpan dalam lemari pendingin akanbertahan cukup lama karena tidak akan bisabasi bahkan sampai 6 bulan. Saya pernahdengar dari ibu-ibu yang pulang dari pasar adayang membuang ASInya karena takut basimungkin disebabkan oleh kurangnyapengetahuan
14. Apa keunggulan ASIdibandingkan dengan SusuFormula
ASI untuk kecerdasan anak, kalau untuk SusuFormula mungkin untuk membantu saat kitapergi begitu
15. Apa alasan ibu tidakmemberikan ASI Eksklusif RFB 8
Dari segi ekonomi karena untuk memenuhikebutuhan keluarga jadi para ibu lebih memilihuntuk bekerja dari pada menyusui anakdirumah, mungkin itu faktor utamanya
16. Menurut pandangan Bapak-Ibu sekalian penting tidakASI Eksklusif itu diberikankepada anak
RFA 10Sangat penting
17. Kemudian apa pendapatBapak-Ibu sekalian tentangIbu yang tidak memberikanASI Eksklusif kepadabayinya kalau dilihat daritanggung jawab
RFB 5
RFA 9
RFA 10
Perempuan sekarang berbeda, solekannya sajadiperhatikan anak kurang diurus, susunya diatidak diberikan ke anaknya, sibuk-sibuk sajakatanya dan malas menampung air susunyauntuk anak, jadi anak dikasi susu kaleng.
Saya lihat juga mereka tidak mau repot dalammemberikan ASI pada bayinya, kan bisa izinsebentar dari tempat kerja untuk nyusuin,dibilang sibuk dan susah, akhirnya bayi diberisusu sapi.
Pemberian ASI juga bisa dijadikan sebagai KBalami
18. Bagaimana pendapat Ibutentang Ibu yang tidakmemberikan ASI Eksklusif
RFB 11
RFA 9
Mungkin karena banyak uang jadi berfikiruntuk tidak memberikan ASI.
Banyak yang mempengaruhi, disamping karenakesibukan, bisa terjadi sampai dia tidak bisamemberikan ASI dan juga mungkin dari segimanfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang yamungkin juga karena kegengsian ibu ini takutmungkin ya mohon maaf aja payudaranya
78
RFB 9
RFB 8
RFA 8
melembek atau gimana gitu kan bisa jadi jugaseperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan,memang banyak factor-faktor yang dapatmempengaruhi si ibu ini sampai tidakmemberikan ASI kepada bayinya.
Ibunya yang malas, seperti ipar saya, sudahdikasi tahu air susunya jangan dibuang-buangkasi bayinya, eh katanya terlalu banyak yangkeluar, saya suruh simpan dia tidak mau,dibilang nanti basi. Padahal tidak seperti itukan.
Ibu-ibu itu kadang ada rasa malas dalammemberikan ASI pada bayinya, mereka bilangrepot harus menyusui bayi karena bekerja,padahal kan sudah diberitahu, air susunya bisadiperas dan disimpan di kulkas.
Kita sudah beritahu cara menyiapkan susuperah, tapi ibunya tidak mau melakukan,katanya susahlah, terburu-buru karena haruscepat jalan bekerja dan ada yang mau tapiselang seling melakukan, akhirnya bayi diberitambahan susu formula.
19. Apa kira-kira yangmenyebabkan Ibu bekerjatidak memberikan ASIEksklusif
RFB 4
RFA 5
Sekarangkan zamannya Baby Sister, karenaada orang yang mau memegang anak itu danmemberikan Susu Formula sementara Ibuharus bekerja mungkin itu yang menyebabkanIbu malas memberikan ASI
Sekarang ini mereka tidak mau repot, jadidiberi susu botol. Padahal itukan pemborosan,suami jadi susah utuk cari uang. Padahal airsusunya kadang dibuang-buang, tidakdiberikan ke bayinya.
20. Apa yang menghambat ibumemberikan bayinya ASIEksklusif.
RFB 6
RFA 7
RFA 6
Kita yang gendong anak merasa kasihan kalauanak nangis, jadi terpaksa diberikan susu botolatau teh karena air susu ibunya tidakdisediakan dan disimpan untuk anaknya, cepat-cepat berangkat kerja. Dan diberi nyusu lagikalau sudah pulang.
Para ibu juga kurang punya keinginan yangbesar untuk memberikan ASI eksklusif padabayinya, sehingga malas berusaha untuk dapatmemenuhi kebutuhan bayinya akan ASIeksklusif, padahal kalau dipiki-pikir semuanyabisa sejalan walaupun ibu harus bekerja.
Karena banyak pekerjaan dan banyak uangmungkin, sehingga fasilitas mungkin jugamemuaskan bagi Ibu
Banyak yang mempengaruhi, disamping karena
79
RFA 9
RFB 10
kesibukan, bisa terjadi sampai dia tidak bisamemberikan ASI dan juga mungkin dari segimanfaatnya dia belum tahu. Kadang-kadang yamungkin juga karena kegengsian ibu ini takutmungkin ya mohon maaf aja payudaranyamelembek atau gimana gitu kan bisa jadi jugaseperti itu. Penampilannya kurang oke gitu kan,memang banyak factor-faktor yang dapatmempengaruhi si ibu ini sampai tidakmemberikan ASI kepada bayinya.
Pertama, mungkin pengetahuan tentangmanfaat dari ASI. Kedua, seperti yangdikatakan tadi karena tuntutan ekonomi dariibu-ibu yang bekerja disamping kurangnyapemahaman sehingga lalai dalam memberikanASI itu sendiri.
21. Bagaimana pendapat Bapak-Ibu tentang cuti dalambekerja.
RFB 3 Nah, pada saaat cuti itu kita bisa memberikanASI kan.
22. Menurut Bapak-Bapak sudahcukup untuk 2-3 bulantersebut atau ada pandanganlain mengenai hal tersebut
RFB 11Pada dasarnya masih tidak cukup kalau hanya3 bulan, padahal dalam agama diperintahkan 2tahun menyusui. Tapi yang utama disini adalahpemberian yang pertama itu yang terpentingkarena ASI pertama baik untuk kekebalan tubuhkarena mengandung kolostrum. Kemudian yangkedua adalah untuk mengatasi hambatan daritempat kerja itu sendiri bagaimana kitamembangun komunikasi dengan Bos, mungkinnanti akan ada Perserikatan Buruh yangdimana Perusahaan bisa memberikankelonggaran bagi para Ibu yang menyusui.
23. Cukup tidak diberikan waktu3 bulan untuk pemberian ASIEksklusif
RFA 1 Tidak cukup, mungkin harus ditambah.
24. Bagaimana strateginya agarbisa memberikan ASIEksklusif
RFA 9 Mengatur waktu agar bisa memberikan ASI danbisa menyediakan ASI perah untuk cadanganbagi bayi
25. Bagaimana pendapat Bapak-Ibu sekalian tentang pojokASI.
RFB 1 Sangat bagus dan dapat dijadikan solusi untukmengatur waktu bekerja dan memperhatikankesehatan anak. Pekerjaan tidak terbengkalaidan kesehatan anak juga terjamin
26. Bagaimana menurut ibukaitannya dengan tanggungjawab dalam bekerja jika adakebijakan dari pimpinan,bentuk kebijakan seperti apayang di inginkan oleh ibubekerja
RFB 4Komunikasikan dengan atasan agar kita bisameluangkan waktu untuk anak
27. Bagaimana dengan yangbekerja ditoko RFA 8
Nah, tergantung bagaimana cara kitamengkomunikasikan dengan atasan sebenarnyadan rasa saling pengertian. Karena memangdisatu sisi ada tanggung jawab pekerjaan dandisisi lain adanya tanggung jawab untukkesehatan anak
80
28. Kira-kira apa Pak bentukkebijakan yang diharapkan RFB 8
Kebijakan yang kita harapkan mungkin kalaudari sisi Undang-undang itu sendiri sudah ada,Undang-undang dalam dunia kerja dimanaPerusahaan memberikan waktu khusus untukIbu hamil dan melahirkan. Kemudian yangkedua dari sisi Perusahaan, bagaimanapunjuga kualitas dari pekerjaan itu akanterpengaruh kalau konsenterasi Ibu terbagidengan anaknya, karena persoalan kesehatananak bukan hanya memberikan ASI saja tapidalam proses perkembangan anak itu jugasangat rentan dengan penyakit jadi bentukkebijakan bisa lebih focus pada waktu yangdiberikan. Dari segi Psikologis juga ibu jaditidak bisa konsen
29. Apa yang menghambat ibudalam memberikan bayinyaASI EKSklusif.
RFA 2
RFA 10
RFB 10
Karena faktor pekerjaan dan harusmenyelesaikan pekerjaan
Kita lihat ibu-ibu terlalu mengabaikankebutuhan anaknya karena ada susu sapi itu,yang gampang untuk dibeli dan anaknya jugamau, ya walaupun mampu dibeli oleh orang tuatapi itu kan tidak baik untuk kesehatananaknya.
Kalau saya perhatikan ini juga karena sudahzamannya yang dianggap modern, sehinggakalau memberikan susu ibu dianggap kuno.Jadi ibu merasa gengsi dan tidak maudirepotkan.ini kan tidak baik untuk tanggungjawabnya.
30. Apa keluhan ibu terkaitdengan pemberian ASIEksklusif
RFA 2Mungkin kebanyakan ada juga yang kesaldengan suami jadi anak juga terkena imbasnya
31. Apa usaha yang pernahdiberikan untuk mendukungIbu dalam memberikan ASIEksklusif bagi Ibu bekerja
RFB 2
RFA 3
RFB 1
Memberikan pengertian kepada Ibu agar bisamenangani anak dalam pemberian ASI secarateratur tanpa harus mengurangi tanggungjawab pada keluarga.
Mereka juga ada yang gengsi dan lebihmemilih pekerjaan daripada memikirkanbayinya, kan ini salah. Secara agamamemberikan susu ke bayi adalah kewajiban danini ada dalam Al-Quran.
Air susu ibu ya untuk bayi dan air susu sapiuntuk anak sapi kan, jadi sudah diberikan jugaaturan oleh ALLAH bahwa, bayi itu diberikanair susu oleh ibunya sampai berusia 2 tahun.Ini kewajiban ibu jadi jangan karena alasanpekerjaan dan kesibukan, kewajibannyadilalaikan, kan ini berdosa jadinya.
32. Bagaimana pendapat Bapak-Ibu sekalian tentang ASIperah?
RFA 4 Bagus juga untuk anak, dan misalnya saat anakkita titipkan ketetangga dan rewel bisadiberikan ASI perah itu tadi tanpa harus
81
mengeluarkan biaya untuk membeli SusuFormula
33. Bagaimana pendapat Bapak-Ibu sekalian tentang tempatpenitipan anak selama ibubekerja berkaitan denganpemberian ASI Eksklusifnya
RFB 2Kita sebagai orang tua tidak boleh terlalumengandalkan orang lain dan harus terusdipantau. Walaupun dalam keadaan bekerjajuga harus tetap di cek untuk melihatkondisinya pada saat waktu istirahat
34. Bagaimana menurut Ibutentang tempat penitipananak berkaitan dengan ASIEksklusif
RFB 9Sepertinya tidak diberikan ASI, kebanyakanyang saya liat diberikan Susu Formula
35. Kalau ibu tidak dapat datangapa yang harus dilakukanagar dapat memberikan ASIkepada anak
RFA 9Bisa memerah ASI untuk dititipkan di TPA dandisimpan dalam lemari pendingin
36. Menurut Bapak-Ibu sekalianbagaimana dengan sarana danpra-sarana baik yangdisediakan oleh pemerintahmaupun swasta dalampemberian ASI Eksklusif
RFA 7TPA seperti PAUD disekitar lingkungan kerjaatau pojok ASI juga bisa
37. Kalau untuk PAUD mungkinanak usia 3 tahun yang bisamasuk, tapi kira-kira saranadan pra-sarana apa yang diinginkan kira-kira
RFB 7Mungkin dari kendaraan seperti motor agarlancer dalam perjalanan yang mengharuskanuntuk kesana-kemari dari tempat kerja menujutempat anak
38. Selain motor, sarana dan pra-sarana apa yang diinginkandari pemerintah untukmelancarkan pemberian ASIpada anak
RFB 11 Mungkin berkaitan dengan jalan raya yangharus bagus, dari sisi peraturan jugapemerintah itu harus derpihak pada kesehatanibu dan anak sehingga harus ada undang-undang yang mengatur perusahaan agar bisamenyediakan fasilitas. Kemudian danaoprasional untuk karyawan terutama para Ibu
39. Bagaimana pendapat Bapak-Ibu sekalian tentang kurirASI
RFA 4 Bagus juga untuk mengatasi kesulitan yangdialami Ibu bekerja ditempat kerja, jadi baguskalau ada kurir yang bisa mengantarkan ASI
40. Bagaimana bentuk dukungandari suami Ibu dalammemberikan ASI Eksklusif
RFA 1 Suami akan lebih senang melihat Istrinyamemberikan ASI dari pada Susu Formula
41. Bagaimana bentuk dukungandari mertua atau keluargaanda dalam memberikan ASIEksklusif.
RFB 6Mungkin memberikan sayur yang sudah matangitu juga merupakan dukungan untuk Ibu, ikutmembantu menggendong
42. Bagaimana kalau dari temankerja apakah ada bentukdukungan yang diberikan
RFA 2 Memberikan semangat
43. Kalau dari pimpinan ditempatkerja bentuk dukungan yangpenting seperti apa
RFB 11
RFB 3
Mungkin itu tadi memberikan izin pada waktuyang diperlukan saat menyusui danmemberikan hadiah kepada karyawan yangmelahirkan sebagai bentuk penghargaan,karena kalau diperhatikan seperti itu karyawanjuga akan bekerja lebih giat lagi
Kita juga melihat aturan cuti memang kurangdan hanya 3 bulan, tapi memang itu sudah
82
RFA 8
peraturan pemerintah, jadi tidak dapat dirubah,hanya saja ibu boleh izin dengan tidakmeninggalkan tanggung jawab kerjanya, itusaja.
Ini kita swasta, toko kan harus buka terus kitaharus dagang, untuk menyusui bayi, ibu haruspandai membagi waktu dan kesempatan dong,tidak bisa libur atau izin terlalu lama. Memanguntuk cuti istilahnya kita beri hanya 1 bulansaja kan kalau terlalau lama, saya bisa rugidan kerepotan nantinya.
44. Kalau dari tenaga kesehatanbentuk dukungannya sepertiapa
RFB 10 Memberikan pengertian tentang pentingnya ASIEksklusif untuk bayi
45. Bapak-Ibu sekalian kaitannyadengan pekerjaan bagiseorang ibu, terkadang adaprioritas dalam pekerjaan.Kalau menurut Bapak-Ibusekalian apa arti penting daripekerjaan?
RFA 1 Sangat penting karena untuk menopangkehidupan rumah tangga dan kebutuhan baikuntuk bayi maupun Ibu
46. Bagaimana pendapatibu/bapak tentang ASIEksklusif jika dikaitkandengan pekerjaan.
RFB 4 Tidak baik
47. Baik tidak kalau seorang ibutidak memberikan ASI
RFA 9 Tidak baik karena kurangnya rasa kasih sayangdari Ibu, asupan gizi juga berkurang
48. Apa dampak yang Bapak /Ibu dirasakan jika Ibu itutidak bekerja dagi keluarga
RFB 9Selama suaminya masih mampu untukmencukupi kebutuhan mungkin tidak akanterlalu mempengaruhi, tapi jika sebaliknyatentu dampaknya akan cukup besar dalamartian tidak dapat mencukupi kebutuhan
49. Bagaimana seharusnyasikap seorang Ibu yangbekerja dalam memberikanASI Eksklusif.
RFB 4Biasanya Ibu yang menyusui mengurangi jamkerja yang biasanya satu hari menjadi setengahhari sehingga kebutuhan anak bisa terpenuhi
50. Bagaimana kaitannyadengan peraturan pemberianASI dan bagaimanapenerapannya di tempatkerja
RFA 4Jadi terkadang Perusahaan juga kurang fahamdengan peraturan pemerintah terkait denganberapa lama cuti, terkadang perusahaankurang faham. Kemudian terkait denganpemerintah harus bisa memantau terutamapada perusahaan-perusahan besar
51. Mengenai hal cuti, apakahpernah diberikan tidak padakaryawan
RFB 2 Pernah, tapi karena tidak bisa mencukupi jadiIbu harus tetap bekerja
52. apakah pernah adasosialisasi dari dinaskesehatan, dinas socialterkait dengan peraturanpemberian ASI itu sendiri.
RFA 6Tidak ada sosialisasi maupun penyuluhanterkait dengan pemberian ASI dan memangbelum pernah ada
53. Apa kebijakan yang pernahdiberikan terkait dengankebijakan pada Ibu bekerja
RFB 3 Hanya diberikan cuti itu saja, kalau untukminta izin tidak pernah
83
tentang pemberian ASIEksklusif.
54. Bagaimana peraturan daridinas terkait tentangperaturan dalam pemberianASI terkait dengan cuti
RFA 3 Disini pemerintah belum ada yang menerapkanperaturan, tapi disini Posyandu dalammeningkatkan kesehatan anak, menimbang dansebagainya tapi kalau untuk penyuluhan terkaitdengan ASI mungkin ada tapi kurang maksimal
55. Bagainama dengan sangsiyang ada terkait peraturantersebut? Ada tidak sangsiyang diberikan olehpemerintah pada perusahaanyang melanggar ataupimpinan yang tidakmemberikan keleluasaanterkait peraturan tersebut
RFB 3Belum ada saya lihat, karena di media punbelum ada yang saya baca terkait kasusmemberikan sangsi oleh pemerintah terkaitdengan masalah tersebut. Mungkin juga belumada laporan dari masyarakat
56. Apakah ibu/ bapak pernahtidak mendengar ada sangsiyang diberikan kepadapimpinan.
RFA 8Belum ada, belum pernah mendengar. Lebihbanyak yang memberi motivasi atau dorongankepada IIbu yang menyusui
84
KONTROL PENGOLAHAN DATA KUALITATIF (WAWANCARA MENDALAM)
Pertanyaan Transkripsi/ Jawaban1. Apa pandangan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif padabayi usia 0-6 bulan
P1 : Memberikan ASI eksklusif sangat penting buat anak,selain untuk lebih mempererat ikatan antara ibudan anak juga bisa memberikan daya tahan tubuhanak menjadi lebih bagus
P2 : Kalau menurut saya sih, sangat penting ASIeksklusif sebenarnya, Cumakan kadang-kadangada beberapa hal yang menyebabkan kita ibu-ibu,apalagi yang bekerja gk bias ngasih Asi, Cumakalau saya sendiri pengennya sih Asi eksklusif gitu.Cuma kebetulan anak saya yang pertama samasekali, bukan sama sekali sih Cuma dia Asi itu gknyampe 1 bulan, kalau yang no. 2 ini yang asieksklusif saya kasihnya 4 bulan setelah itu sayabalik bekerja
P3 : Kalau menurut saya ASI Eksklusif sangat penting,terkait dengan system kekebalan tubuh bayi ketikasudah besar
P4 : Pemberian ASI ekslusif itu artinya memberikan ASIsampai umur 6 bulan artinya tidak pakai susupendamping hanya pakai ASI saja
P5 : Saya pribadi, saya mewajibkan diri untukmemberikan asi ekslusif. Rasanya gak klop yakalau tanpa asi. Jadi, anak pertama anak kedua asisemua sampai genap 2 tahun. Tapi berhubung sayakerja, jadi saya pakai formula tambahan untukpendampingnya. Untuk menjaga agar ditinggalkantidak dalam kondisi lapar kan nanti kalau sudahpulang baru dikasi asi lagi
P6 : Ya bagus untuk pertumbuhan bayi, tidak mudahterkena penyakit dan merupakan anugerahpertama bagi ibu menyusui
P7 : Pandangan saya sih terhadap pemberia ASIeksklusif adalah ASI eksklusif sangatlah pentingbagi bayi 0 sampai 6 bulan karena, karena asi itumakanan terbaik bagi bayi dan asi juga dapatmembantu pertumbuhan dan perkembangan padasi bayi tersebut
P8 : Pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan ituharus diberikan sebenarnya,karna akanmempengaruhi pertumbuhan dan perkembangananak nantinya
P9 : Lebih bagus ASI ekslusif nggeh karena untuk sisitemkekebalan tubuhnya
2. Dari segi manfaat ASIeksklusif bagaimana?
P1 : Manfaat ASI eksklusif bagi sang ibu bisa mencegahterjadinya kehamilan, manfaatnya juga bagusuntuk kesehatan anak
P2 : Kalau yang saya rasakan sih kalau untuk anak sayayang pertama bedanya kelihatan sekali memanguntuk anak saya yang 1 sama yg ke 2 walaupun
85
untuk yang kedua gk nyampe 6 bulan, Cumamemang keliatan perbedaannya banyak. Kalauanak saya yang pertama disbanding ama yang kedua. Yang pertama cenderung lebih seringg sakitterutama yang seperti untuk pencernaan kayadiare, atau pilek, dll. Dia gk secepat kakaknyakena kalau menurut saya sih begitu
P3 : Untuk manfaat sangat banyak, salah satunya untukkekebalan tubuh itu tadi jadi dapat mencegah bayidari berbagai penyakit infeksi
P4 : Kalau di lihat dari kandunganya memang sangatkomplit,system pencernaannyabagus,perkembangannya juga bagus terutamauntuk ibu dan bayi itu seperti ada ikatan batinyadan juga pada ikatan emosinya
P5 : Untuk saya sendiri secara pribadi badan saya jadilebih segar, terasa lebih enak selama memberikan.Memang ribet ya, memang repot, Cuma adakelegaan tersendiri dalam memberikan asi,kepuasan tersendiri, dan lega rasanya ssudahmemberikan sekalipun gak bisa ngomong apa gituselama menimang anak, bisa sambil ngomong ya.Kadang-kadang capek tu gak ngomong apa apapunkasi asi rasanya cukup. Kita ngomong dalam hatiaja deh
P6 : Manfaatnya bagus juga. tidak mudah terkenapenyakit dan pertumbuhan bayi bagus
P7 : Manfaat dari asi pertama bisa menjaga kekebalantubuh, terus kedua asi juga dapat mencegahberbagai penyakit dan tidak mudah sakit,terusyang ketiga asi juga berguna bagi pertumbuhandan perkembangan kesehatan anak, dan keempatasi juga bisa menjalin kedekatan ibu dan anaksecara emosional
P8 : Kalau dari mamfaatnya setau saya sih,karnadidalam ASI itu ada anti bodinya.jadinya bayi ituakan jarang sakit
P9 : Manfaatnya banyak..untuk kesehatan anak samaniki menjaga sisitem bodynya.
3. Menurut ibu, apakahpemberian ASI eksklusif itupenting bagi bayi
P1 : Sangat penting, karena kebutuhan nutrisi bayi yangpaling mendasar adalah ASI, bayi apabiladiberikan makanan selain ASI belum cocok jadiyang paling cocok ya ASI
P2 : Sangat penting, karena bisa memperkuat imun anak.Yang saya rasakan kalau kita kasih asi eksklusifsama anak hubungan rasa kasih saying antaraanak sama ibu itu lebih kuat, ya biasanya sihbegitu disbanding yang tidak di kasi asi.
P3 : Sangat penting, karena Yang pertama selain untukkekebalan, merupakan salah satu bentuk rasasayayang ibu kepada anaknya
P4 : Sangat penting terutama untuk perkembangan anakdan untuk kesehatan karena semua kandungan ASIitu semuanya diserap oleh tubuh
P5 : Penting penting penting, alasannya dengan dasar
86
ilmu pengetahuan itu saya jadi tahu bahwa asieksklusif itu memberikan manfaat terhadap datatahan / imunitas tubuh anak-anak
P6 : Penting, Karena bagus untuk perkembangan bayidan otaknya
P7 : Penting sekali, karena sudah saya bilang, kalau asiitu banyak sekali manfaatnya dibandingkan dengansusu formula, karena asi adalah makanan terbaikbagi bayi, dan asi juga dapat menc mencegahberbagai penyakit (suara anak) karna didalamsusu ibu itu terdapat colostrum atau kekebalantubuh pada si bayi
P8 : Sangat Penting, karena di dalamnya ada anti bodyjadi jarang sakit anak itu dan juga pertumbuhandan perkembangannya bagus dibanding anak yangpake susu formula
P9 : Sangat penting, biar untuk jaga tenaganya juga kanbiar bagus perkembangan anak untuk otaknya apasegala macem
4. Bagaimana tanggapan ibutentang susu formula pada bayiusia 0-6 bulan
P1 : Menurut saya, alangkah lebih bagusnya tidakmenggunakan susu formula bila ibunya mungkintidak bekerja atau ibu hanya diam dirumah, tidakperlulah menggunakan susu formula apalagi harusmemperhatikan kebersihan botolnya, kemudianairnya tapi kalau ASI kan bisa langsung diberikan
P2 : Dibilang gk boleh juga gk sebenarnyakan memangdianjurkan asi eksklusif tetapi untuk beberapa hal,misalkan tadi kita bekerja, mungkin ya boleh-bolehsaja, karena suatu alasan tertentu juga Cumakalau menurut saya kalau anak dengan formulakita sebagai ibu harus teliti lagi ya itu tadi, iadapat susunya tidak langsung dari si ibu, kankebersihannya jadi sangat perlu di perhatikan. Ibu-ibu itu kan kita kadang-kadang malas untuk yangmau rebus dulu, bersihkan dulu, kalau menurutsaya sih itu yang penting, gk papa yang pentinganaknya cocok kemudian orang tua sanggup gkpapa tergantung dari keadaan
P3 : Pada dasarnya pemberian susu formula tidak baikdiberikan kepada bayi, mungkin salah satu alasandiberikan karna ibu juga bekerja. Tetapi jikamemungkinkan lebih baik diberikan ASI Eksklusif
P4 : Tidak bagus,karena bermasalah di systempencernaan karena bisa menyebabkan mencret danberbahanya
P5 : Saya pakai komparasi ya, jadi komparasi antaraanak-anak saya yang pakai dot, susu formuladengan asi. Tidak ada yang asi saja memang sayadampingi dengan susu formula. Yang terakhir inihanya susu formula saja, anak saya jauh lebihrewel ya, lebih membangkang gitu lo
P6 : Sebenarnya tidak bagus sih, tapi apa boleh buatkalau bayi tidak mau
P7 : Menurut saya kalau kita berikan susu formula padabayi bahkan bayi itu sangat rentang pada penyakit
87
dan memang kalau kita berikan susu formula padabayi pertumbuhanan, e pertumbuhan danperkembangannya sangat baik, (suara anak) tapitidak kalah baiknya kalau kita berikan (suaraanak) secara eksklusif
P8 : Sebenarnya susu formula itu hanya alternatif bagiibu-ibu yang tidak memiliki ASI atau ASInyakurang
P9 : Kaitannya sebenarnya sih ndak bagus ya ..lebihbagus asi.
5. Menurut ibu, ada tidakakibatnya susu formula padatumbuh kembang anak
P1 : Kalau menurut saya, iya. Dari pembuatan susuformula yang tidak bersih dapat menyebabkan anakitu sakit , apabila anak itu sudah sakit otomatisperkembangan dan pertumbuhannya bisaterganggu.
P2 : Kalau yang tumbuhnya kalau anak saya karenaminum susu, jadi dia makannya yang kurang, kalaumasalah kembangnya sih saya gk ada masalah, yaitu karena dia banyak susu
P3 : Kalau untuk pengalaman saya sendiri, semua anaksaya alergi terhadap susu formula. Jadi yang sayalihat dari pertumbuhan yang seharusnya sudah bisaduduk atau berdiri, karena sering sakit jadimenghambatnya
P4 : Kalau untuk pertumbuhan sperti yang di alami anaksaya pada pertumbuhanya agak kurang terutamapsikologisnya itu akan lebih keras untuk anak yangmengunakan susu formula dan berat badanya jugakurang
P5 : Saya pakai komparasi ya, jadi komparasi antaraanak-anak saya yang pakai dot, susu formuladengan ASI. Tidak ada yang ASI saja memang sayadampingi dengan susu formula. Yang terakhir inihanya susu formula saja, anak saya jauh lebihrewel ya, lebih membangkang gitu lo
P6 : Baik-baik saja saya lihatP7 : Menurut saya kalau kita berikan susu formula pada
bayi bahkan bayi itu sangat rentang pada penyakitdan memang kalau kita berikan susu formula padabayi pertumbuhanan, e pertumbuhan danperkembangannya sangat baik, (suara anak) tapitidak kalah baiknya kalau kita berikan (suaraanak) secara eksklusif
P8 : Akibatnya gini anak sering sakit kalau dikasiformula, itu dah batuk pilek itu cepet sekali dapet
P9 : Seperti yang saya rasakan saat ini,anak saya sudahsakit baru umur 2 bulan setengah,sudah sakit.
6. Ada tidak beban secaraekonomi pada saat memberikansusu formula tersebut, apaalasannya
P1 : Pada saat memberikan susu formula tentunya adabeban. Pada saat itu saya sedang sekolah, butuhbiaya untuk membayar kos dan biaya hidup jugatinggi kemudian diharuskan membelikan susuformula
P2 : Ya pasti kalau saya, itu pasti apalagi kita tambahanak ya misalkan kalau sudah anak lewat umur 6bulan misalkan belum lewat 6 bulan, kalau anak
88
kita pake formulakan pasti ada tambahan biayaterutama ibu-ibu yang mungkin membiarkananaknya dengan susu formula yang berhargalumayan gitukan.
P3 : Jadi awalnya saya mencoba susu yang palingmurah tetapi anak saya jadi BAB terus. Akhirnyasaya coba dengan susu yang lebih mahal, kalausaya boleh jujur
P4 : Sangat beban,terutama bebanya saat pembeliannyayang terlalu mashal dan juga otomatis anak jugaakan benyak kencing jadi biaya untuk pampers nyajuga mahal dan juga kalau tidak memakai pamperkita capek nyucinyadan kenyamanannya jugatergangu karena tidak banyak di serap kalaumenggunakan susu formula
P5 : Mungkin setiap orang selalu menganggap setiappengeluaran itu adalah beban ya, kalau untuk anaksaya membuang jauh-jauh fikiran bahwa duuhhharus ini harus itu. Dalam kondisi seperti apapunsaya harus selalu menyiapkan gitu. Dalam yabagaimanalah caranya agar susu itu selalutersedia
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi yaterpaksa
P7 : Ada, disisi lain kan harga susu formula sangatmahal dan saya merasa risih karna setiap kitamenyediakan dot yang bersih dan harus di stresterilkan setiap kali ingin membuat susu, dan bagisaya susu formula itu tidak (suara anak) baikkarena kekebalan tubuh si bayi kurang dan mudahsakit dibandingkan dengan susu asi, kedua repotcara penyajiannya
P8 : Sangat terbebani, karena gaji suami kan gak banyakya secukupnya lah.kalau pake beli ASI yaa harusirit-irit sedemikian rupa supaya dapet beli iniitu,harus irit
P9 : Sangat berat, karena harga susu dampaknya keanak ini susunya aduuhh...ndak cukup ee..berapakilo dah satu bulan itu.
7. Kaitannya dengan tanggungjawab pekerjaan yang iburasakan sehingga menyebabkanibu tidak memberi ASIeksklusif bagaimana? Adatidak bebannya?
P1 : Bebannya ada sih, terpaksa kita berikan karena itujuga tuntutan pekerjaan, mau sering-sering pulangjuga tidak enak izin-izin terus sama kantor, atasan,nanti kalau diberikan surat peringatan tidak enakjuga.
P2 : kalo anak saya yang pertama alasannya tidak kasiASI eksklusif bukan karena saya nggak mau cumawaktu itu kebetulan saya bersalin itu kan dalamkeadaan yang dibuat, istilahnya persalinan buatan,memang saya dulu belum waktunya bersalin tetapiharus bersalin dan kebetulan waktu itu anak sayayang pertama itu lahir itu dalam keadaan airketuban saya kotor dan masuk ke saluranpernafasan, akhirnya harus di saction dan tidakdikasi mimi dulu, tidak langsung ASI
P3 : Sebagai pegawai kita kan harus disiplin dan
89
tanggung jawab, jadi tidak bisa juga sering izinatau tidak masuk kerja. Yang pertama harusberangkat kerja pagi, kemudian pulang jam sekian.Jadi waktunya tidak bisa kita atur. Disamping itujuga ibu-ibu bekerja itu banyak stresnya, sehinggaproduksi ASI itu sedikit
P4 : Sebenarnya dari factor kerja bebanya tidak terlalubesar, namun factor keluarga dan lingkungan jugamempengaruhi dan factor setrees juga karena ituanak pertama dan factor air susu juga tidak keluar
P5 : Kalau saya tidak masuk kerja, pekerjaan sayasemakin menupuk jadinya dan bisa stress nanti,jadi harus diselesaikan dengan baik dan tepatwaktu.
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi yaterpaksa.
P7 : Ya memang ada, kalo tidak memberikan ASI karnamenurut saya beban utama (suara anak) adalahpada si bayi, karena si bayi tersebut lagimembutuhkan perhatian dalam tumbuhkembangnya si bayi mba.
P8 : Sebenarnya kalo ASI saya banyak gak ada bebansih, kalo bisakan kita pake pompa masukin dalamdot masukin kulkaskan bisa dikasik tapi saya karnaberhubung ASInya yang kurang jadi sedotpuncuma 2 sendok dapetnya itu terpaksa kasik susuformula jadinya.
P9 : Pandangannya gitu , karena kita sibuk bekerja nikejadi ndak terlalu full di kasi asi
90
8. Apa beban psikologis yang iburasakan karena ibu bekerjasehingga tidak dapatmemberikan ASI eksklusifpada bayi
P1 : Beban psikologisnya sendiri sih karena kita menjadiibu ya tetap ada, itu kan tanggung jawab kitasebagai ibu , seharusnya bisa memberikan ASIeksklusif, cuma kan kendalanya itu
P2 : Ya penting, misalkan kalau sekarang-karang ajamisalkan anak saya yang walaupun tidak ASIeksklusif yang terakhir yang no 2, kalau misalkandia nggak menyusui pada malam hari kemudiansaya langsung berangkat kerja dan dia tidakmenyusui lagi saya pasti tidak merasa nyamankarena, mungkin karena ASI saya masih cukuplumayan banyak jadi di daerah payudara sayamasih sakit banget, apalagi kalau kita bekerja gknyaman harus basah-basah gitu saya sihmerasanya gitu
P3 : Kalau untuk saya sendiri, mungkin karena bekerjadari pagi sampai siang. Melihat anak itu lebihdekat dengan bapaknya karna setiap hari ketemudengan bapaknya, jadi mereka lebih akrab denganbapaknya.
P4 : Sebenarnya berpengaruh,karena kita tidak bisamemberikan ASI secara ekslusif pada anaakkarena tuntutan ekonomi
P5 : Terasa sekali, saya suka sedih sendiri melihat anaksaya seperti itu aduuh rasanya terenyuh. Ini sajadibahas rasanya terenyuh Kasian ya anakku yangini. Meskipun setiap hari digendong tapi tidakmemberikan asi itu kan diganti dengan dot sajakan terasa itu
P6 : Ya sedih, kepikiran gitu, ndak seperti anak seumurdia masih ASI sedangkan dia sudah mimikformula.
P7 : Iya biasa saja, biasa saja nggak ngasi asi eksklusifP8 : Ada sih perasaan bersalah karna gak ngasik ASI
itu,tapi bukan maunya kita gak ngasik itu tapikarna keadaan yaa,kondisi yang tidak mendukunguntuk ngasik kalau sekedar ASI dia nagis ajakkarna ASI sedikit.terpaksa kasik susu formula barudia tenang
P9 : Ya bebannya kasian juga ya kerena kita kasi trusiitu apa formula , jadi ndak netek sama kita ,paling malem baru dia netek gitu
9. Apa yang menjadi hambatanibu sehingga ibu tidakmemberikan ASI eksklusifpada bayi
P1 : Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saatitu juga sedang sakit, saat anak saya umur 2 bulansaya opname karena saya kekurangan kalium,kalau memberikan ASI kan harus membutuhkannutrisi yang banyak sementara saya mengalamikekuranga kalium, jalan satu-satunya ya denganmemberikan susu formula
P2 : Ya saya sebenarnya tahu ASI eksklusif penting, tapikita kan bekerja dari pagi sampai siang kadangsore, capek, jadi malas kita nyusuin dan anak sayasudah biasa minum susu dot, jadi ndak mau nyusudisaya.
P3 : Hambatan pemberian salah satunya karena
91
pengaturan waktu yang tidak efektif, yangseharusnya kita mengurus bayi tapi kita harusbekerja diluar
P 4: Kalau ASI terus sepertinya susah mbak, karenasaya kan repot dan sibuk, harus kerja, jadi pilihyang praktis dan mudah saja gitu, supaya semuabisa jalan maksudnya.
P5 : Banyak hambatan ya, kita masuk dilingkunganbekerja itu kan ada aturan-aturan harus kita ikuti.Tidak mungkin setiap saat kita akan pulang,sebentar ya pergi menyusui. Kecuali jika sayapimpinannya. Atau ada tempat penitipan anakyang bisa kita pakai sewaktu-waktumemperbolehkan kita, ada undang-undangnya, adaperaturannya, ini tempat-tempat titip anak, nantidari jam sekian sampai jam sekian bisa khususuntuk ibu-ibu menyusui bisa diberikan waktu untukmenyusui. Misalnya seperti itu, mungkin saya akanpakai itu. Kesempatan itu akan saya pergunakan.Cuman kita 1 jauh. Saya di Lombok tengah kerja dimataram. Tidak mungkin setiap hari bisa terbangkan. Kalau ingin ya ingin memberikan. Yang keduaya aturan. Kalau misalnya rumah saya disebelahkantor aturannya saya tidak boleh keluar setiapwaktu, tidak mungkin saya kasi
P6 : Ya karena ekonomi jugaP7 : Ndak bisa kita beri ASI terus, apalagi harus diperes
tadi mbak bilang itu, tidak banyak dapatnya,padahal bayinya butuh susu banyak, ya kitatambah dengan susu formula saja supaya cukup.
P8 : Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama inidi tempat kerja pisikiskan mempengaruhireproduksi asi gitu,jadinya kalau dia kerja capeksetres bekerja
P9 : Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasiasinya , Asinya harus cepet kalau ndak kan waktukerja kita kan telat , namanya juga kita diantarjemput.
10. Dari segi dukungan, menurutibu dukungan apa yang pentinguntuk ibu sehingga menunjangkeberhasilan pemberian ASIeksklusif?
P1 : Mungkin kalau dirumah ada neneknya dan bibinya,dukungan yang saya inginkan mereka dapatmaksimal dalam merawat anak-anak, misalkandalam memberikan susu formula ini, sebelum sayaberangkat ke kantor saya buatkan dulu susuny,saya steril dulu botolnya kemudian tinggaldiberikan nanti oleh neneknya.
P2 : Mungkin ya kalo memang bisa, mungkin dariinstitusi sendiri bisa memberikan satu tempatkhusus, daeraah khusus untuk menyusui. Mungkinmisalkan nantinya kalo gk sempat pulang, mintadibawakan bayinya ada tempat khusus yang kita gkmerasa risih ataupun mungkin ibu-ibu yangmemerah, jadi ada tempat yang nyaman gk haruskekamar mandi, jadi kalo saya pas merah di kamarmandi itu saya kurang giman gitu rasanya. :
P3 : Kembali seperti yang tadi untuk diberikan waktu
92
cuti yang lebih lama sampai dengan waktupemberian ASI Eksklusif selesai
P4 : Untuk dalam pekerjaan saya harap mendapatkancuti yang lebih panjang dan juga belajar mandiridari keluarga karena itu juga pencetus kitamenjadi bingung dalam pengambilan keputusandalam merawat anak
P5 : Tenaga ya, tenaga dalam artian tenaga sayapribadi dan tenaga dari orang lain dirumah.
P6 : Ya . . . membutuhkan bantuan kurir atau memompaterlebih dahulu air susu kita sebelum berangkatbekerja dan menaruhnya di dalam frizer
P7 : Dukungan seperti penuluhan ato penyuluhan daritenaga kesehatan bagi ibu yang tidak bisa ato sulitmemberikan asi (suara panggilan) demikelancaran dan keberhasilan pemberian asieksklusif pada bayi 0-6 bulan.
P8 : Apa ya ? yang baik-baik lah.jangan bikin setresmaksutnya jangan menyinggung hati kita lah apaatau bagemna karna kalo kita sosialisasi kanpisikis pendukung reproduksi ASI
P9 : Saya kepingin didukung sama suami, biar terusdiberi asi tapi ya gimana ..karena kita ekonominyakurang ya terpaksa kita harus keluar.
11. Menurut ibu, kenapa sering ibubekerja itu gagal memberikanASI eksklusif?
P1 : Ya karena tuntutan pekerjaan, jam sekian harussudah di kantor. Kita telat saja menjadi bahanmasalah apalagi sering tidak dating, telat sedikitsaja kita tidak enak, jadi omongan.
P2 : Mungkin karena itu tadi karena tuntutan, tanggungjawab
P3 : Sebenarnya jika ada keinginan, bisa kitamemberikan ASI Eksklusif
P4 : Mungkin karna factor pekerjaan yang terlalu sibukdan juga di kasi istirahat Cuma 2 bulan itumenyebabkab pemberian ASI tidak maksimal
P5 : Nah itu dia, karena banyak factor yang salahduanya bukan salah satunya ya. Yaitu Karenajarak bekerja dengan rumah, kemudian aturan-aturan, sekalipun tadi ada solusi pernah saya bacadisebuah media ibu itu tetap memberikan asieksklusif, mungkin disini ada contoh yang begitukalau tidak salah, yang tetap memberikan asiperah yang disimpan di freezer kemudiandiberikan. Jadi tetap mendapatkan asi.
P6 : Ya karena dia, kenapa ya, karena dia jarang maunetek trus dia suka sama susu formula ya akhirnyasaya bekerja, itu aja.
P7 : Karena faktor utamanya adalah kesibkan bekerjadalam berkarir (suara anak), terus kedua waktuuntuk menyusui terbatas.
P8 : Karna seperti sebelum-sebelumnya saya katakanlagikan waktu,pekerjaan yang terlalu menumpukitukan yang bikin stress mungkin .
P9 : Na karena mungkin pada males begini sudah..males memberikan anaknya asi kan ya kayak
93
katanya bu sophi tadi ,capek lupa urus anak gitu.12. Mengenai wanita karir dan
keluarga bagaimana pendapatibu tentang itu
P1 : Sebagai wanita karir harus tetap mengutamakankeluarga karena bagaimanapun kita perempuanhanya sebagai pemberi nafkah tambahan saja.Tapi karena sudah terikat kontrak dengan instansitempat bekerja juga tidak boleh semena-mena.Keluarga tetap diutamakan, caranya mungkin yangharus disiasati seperti apa.
P2 : Karir gimana ya, wanita karir wanita berkarir, kalomenurut saya sih boleh-boleh saja, asalkan yaitutadi keluarga dan anak khususnya tetap dapatporsinya, perhatiannya tetap dapat, jadi gkmasalah sih kalo menurut saya wanita karir cumajangan terlalu, karenakan pada hakekatnya wanitasenarnyakan tidak memiliki kewajiban untukberkarir mungkin untuk mengisi waktu luang ataumemang karena kebutuhan tetap kalo menurut sayakeluarga ya tetap no 1.
P3 : Wanita karir itu sebenarnya rugi, karena ibu rumahtangga pada dasarnya dituntut bekerja dirumahuntuk mengurus anak, rumah, suami dan akanmengurangi beban pekerjaan. Justru denganbekerja diluar kita menambah beban pekerjaan itusendiri, tapi untuk alasan mengapa harus bekerjamungkin karena ada hal-hal urgen yang dimiliki
P4 : Kalau dalam keluarga wanita karir adlah wanitayang hebat di samping harus mengurus anak jugaharus bekerja dan harus bisa juga memenuhikebutuhan keluarga
P5 : Kalau bisa seimbang dan berjalan secaraberiringan ya Alhamdulillah, karena menjadiwanita karir tidak artinya semua waktu diluarrumah tapi mempunyai sebuah pekerjaan yangtetap dan terus eksis disitu itu pandangan sayatentang wanita karir tapi keluarga tetap ada dalamlingkup kehidupannya sehari-hari menjadiprioritas, orang ibu itu bekerja pun kadang-kadang, bukan kadang-kadang tapi sering sekalikarena alasan kebutuhan dirumah ya kan, jadi mautidak mau dia harus bekerja
P6 : Wanita karir itu, wanita yang ingin membantukebutuhan keluarga
P7 : Ya, wanita karir menurut saya adalah wanita yangsangat menunjang perekonomian keluarga dankeluarga adalah waktu yang sangat singkatdibandingkan dengan wanita karir, dan menurutsaya adalah keluarga adalah hidupku
P8 : Wanita karir itu bagus juga, tapi harus seimbangantara pekerjaan dan keluarga. Jangan mentang-mentang bekerja terus keluarga di telantarkanbegitu saja seperti i ni sudah capek kerja sampekrumah aaaa capek tidur harus seimbang dua-duanya
P9 : Pendapatnya ya sebenernya kalo bisa sih harus ini ,tapi ada dukungan dari suami kita bekerja terus
94
disebelahnya harus inget keluarga13. Kalau dukungan dari suami,
apa yang ibu harapkanP1 : Suami kan tidak bekerja full time dikantor karena
dia bekerja di lapangan, mungkin pada saat sayatidak dirumah dia juga memperhatikan anak-anaknya
P2 : Kalau suami saya sebenarnya dia sangatmensupport untuk ASI eksklusif, sangat-sangatkalau suami saya bahkan dia yang selalu anu ajaperah anu lagi ASI nya, ini lagi Cuma ya ini itukadang-kadang awal-awal umur 1, 2, 3 bulanmasih cape-capenya kita kan untuk malam yang gkbangun sayanya yang lemah, kalau suami sayaselama ini untuk anak pertama dan keduawalaupun ana yang pertama tidak mendapat ASIeksklusif suami saya tetap. Sebenarnya suami sayasangat mensupport Cuma lagi-lagi sayanya gk bisamengatur waktu, sehingga ssaya mungkin merasacape gitukan sehingga gk sempat mungkin begitu,kalau suami saya dia selalu support, bahkan diakalau saya anu sedikit misalnya terlalu banyak kasidot yang rewel gitu
P3 : Kalau untuk saya sendiri karena anak-anak lebihakrab dengan bapaknya, jadi untuk minum susudan makan mereka cenderung kebapaknya. Dankarena kita sama-sama bekerja jadi harus salingmembantu
P4 : Suami harus bisa membantu mengurus rumahtangga dan mengasuh bayi agar kita juga merasasenang karena suami kita memperhatikan.
P5 : Ya mendukung kerja dan mendukung dirumah, tidakterlalu banyak tuntutan, ya kita saling bertoleransilah, telaransi kalau kondisi istri bekerja teruspulangnya juga harus mengurus anak itu pasti ituya kayaknya dimana-mana ibu Indonesia itu begitukeluarga lagi sibuk lagi dari bangun subuh sampaitengah malam ngurus dot ngurus ini belum ngurussuami, jadi saling bertoleransi lah kalau capek yaada waktu istirahat bergiliran misalnya jaga anak.
P6 : Ingin selalu didukung lah.P7 : Kalau dari suami sih menerima dan memahami
proses pemberian asi kepada anaknya tidakeksklusif dan selalu memberikan asupan gizimelalui susu formula
P8 : Bantu-bantu nyuci, bantu jaga anak ketika sayamandi atau nyuci seperti itu
P9 : Saya kepingin didukung sama suami, biar terusdiberi asi tapi ya gimana ..karena kita ekonominyakurang ya terpaksa kita harus keluar
95
14. Kemudian dari mertua,dukungan apa yang ibuharapkan
P1 : Kalau dari mertua tanpa saya harapkan pun diasudah memberikan perhatian yang sangat luarbiasa, bahkan dia juga tidak mau cucu-cucunyadiasuh leh pembantu, jadi dia sangat maksimalsekali dalam membentu merawat anak-anakdirumah.
P2 : Kalo mertua saya kan jauh dan waktu saya, apa yakalo mertua saya tetap dia selalu mensupport diaselalu bilang ini, misalkan saya harus makan apa,biar ASI saya banyak.
P3 : Menganjurkan untuk memberikan susu dot atauformula itu tadi bu, karena katanya agar anaktidak rewel. Kalau anak terbiasa diberi ASI nantisusah memberikan susu formula seperti itu katabeliau
P4 : Untuk memberikan pengarahan atau komunikasiyang lebih bagus
P5 : Saya tidak bisa menyatakan saya butuh dukunganapa karna mereka fine-fine saja, kasi asi. Ohmalah mereka memberikan apa istilahnya sayamalah dikritik. Kok gak dikasi asi kasian donganakmu, sebagian besar terutama ibu saya bapaksaya. Kasian tuh anak kok gak dikasi asi. Sudah iniobatnya sudah minum, ini makan, dukungannyasangat besar malah, saya diberikan sayuran apa,malah dalam kondisi mateng, ini supaya asi mulancar, ini supaya asi mu bisa keluar, saya bilangsaya butuh, mereka sudah memberikan gitu lo
P6 : Ya Selalu memberikan dukungan agar rumahtangga rukun dan aman.
P7 : Yang saya inginkan adalah memberikan leluasa atokebebasan dalam memberikan asi.
P8 : Kalau dari mertua di pijitin ini punggungnya. Katabidankan di pijit-pijit biar ASInya banyak keluar,makanya di pijit sama mertua
P9 : Ia dukungannya sama gini dah kayaktadi sayangomong itu biar dukung untuk keluaraga gitu,jaga anak lah ,bantu-bantu jaga anak
15. Kalau dari keluarga lainbagaimana ?
P1 : Kalau keluarga lan tidak ada, dari suami danmertua saja.
P2 : :Palingan kalo kami sih kumpul-kumpul paling iniaja sih sering-sering aja. Bagaimana gitu kalo inigk mau mimi, bagaimana caranya gitu-gitu aja sih
P3 : Kalau dari keluarga, saya berharap bisa dibantudalam menyelesaikan pekerjaan rumah, danmenjaga anak-anak untuk mengurangi bebanpsikologis juga
P4 : Mungkin hanya membutuhkan pehatian sepertidukungan dan motivasi tapi tidak menjastis
P5 : Saya tidak bisa menyatakan saya butuh dukunganapa karna mereka fine-fine saja, kasi asi. Ohmalah mereka memberikan apa istilahnya sayamalah dikritik. Kok gak dikasi asi kasian donganakmu, sebagian besar terutama ibu saya bapaksaya. Kasian tuh anak kok gak dikasi asi. Sudah ini
96
obatnya sudah minum, ini makan, dukungannyasangat besar malah, saya diberikan sayuran apa,malah dalam kondisi mateng, ini supaya asi mulancar, ini supaya asi mu bisa keluar, saya bilangsaya butuh, mereka sudah memberikan gitu lo.
P6 : Ya selalu mensupport lah.P7 : Memberi motivasi dalam menunjang karir
pekerjaan .P8 : Selama ini di perhatikan misalnya dibeliin apa
tablet buat susuP9 : Nggeh sama pengen di dukung gini dah karir sama
keluarga aja kita kepingin di dukungan gitu kayakapa
16. Kalau dari teman kerja apadukungan dan support yangdiberikan
P1 : Kalau dari teman-teman yang sudah menikahbiasanya mengerti ya mereka memberi dukungan,disuruh pulang saja bagi yang menyusui. Jadi kanbisa lega juga pulangnya
P2 : Kalo rekan kerja sebagian besar memang, tetapigini, sebenarnya saya lihat kalo teman-teman dikantor saya tau sebenarnya mereka semua adakeinginan untuk ASI eksklusif bahkan ada salahsatu teman yang bu widya itu dia bahkan bolakbalik, bolak balik hanya untuk menyusui gitukan,kami sangat iri sekali tapi memang posisinya jarakdari rumah sangat dekat di samping ya jadimemungkinkan untuk mobilitasnya cepat, bolakbalik gitu, sebenarnya kami di kantor kalo sayarasa bagi ibu-ibu yang punya bayi sebenarnyapingin cuman kembali lagi ya itu
P3 : Kalau dari teman-teman karena rata-ratamemberikan susu formula juga kepada anakmereka. Untuk bentuk dukungan ada, tetapi tidaksecara langsung. Mereka hanya memberikaninformasi tentang susu formula yang menurutmereka bagus itu yang lebih sering
P4 : Tukar informasi bagi teman yang mempunyai anaklebih dari satu dan menjelaskan teknik atau caraagar ASI keluar dengan lancar
P5 : Dari rekan kerja ya, hal biasa rasanya jika kitamembicarakan tentang memberikan asi kecuali jikatidak memberikan asi malah pergi jalan-jalan yalain cerita. Mungkin jadi gunjingan
P6 : Memberikan dukungan jugaP7 : Kalo dari teman sih, semoga ini,kelancaran untuk
mencapai apa yang saya inginkan dan berdoa jugaP8 : Dukungan moril aja kalu bisa materi di kasi hahaha
kalau bisa materi di kasiP9 : Yah suportnya paling nanyain kesehatan anak-anak
aja seperti itu.17. Kalau dari tokoh agama atau
tim PKK pernah tidak ibumendapat support ataudukungan apa yang ibuharapkan.
P1 : Kalau dari mereka sih jarang karena kita kantinggal di perumahan jarang dengan masyarakatsocial.
P2 : Kalo saya sih di rumah itu, mungkin karena sayajarang ikut ini ya, karena kan kegiatan posyanduitukan pagi, pas kerja jadi kalo kadang-kadang
97
saya sempat ya mungkin saya kalo saya sempat,saya hanya antar anak saya timbang nah setelahitu langsung saya tinggal gitukan, geh saya jadi gksempat untuk yang lama-lama gitu
P3 : Dari kelompok PKK belum pernah, tapi dari tokohagama pemberian ASI sangat dianjurkan. Karenakatanya ibu yang mengurus anaknya, menyiapkanmakanan untuk anak tanpa harus membeli, anakitu akan lebih berbakti kepada orang tuanya
P4 : Memang selama ini tidak pernah orang PKK datingke rumah saya dan sayamengharapkan dukunganseperti bagaimana cara memberikan ASI yang baikapalagi saya baru mempunyai anak pertama dankurang pengalaman
P5 : Kebetulan saya tidak aktif di lingkungan yangseperti itu jadi mau bilang apa ya
P6 : Apa ya . . .P7 : Tidak adaP8 : Kalo saya sih, dapat memberikan program
tambahan pada ibu yang tidak memberikan asieksklusif pada bayi
P9 : Suportnya yang kepingin saya anuk biar di suportsaya untuk pemberian asinya harus di suport tapigimana karena kita sibuk bekerja jadi ndak adayang urus gitu-gitu
18. Kalau dari tenaga kesehatankebetulan ibu juga kan darikesehatan juga
P1 : Ya sangat menganjurkan untuk memberikan ASIeksklusif tapi ya memang kondisi yang tidakmemungkinkan
P2 : Kalau menurut saya karenakan banyak ya terutamaswasta-swasta mereka tidak inisiasi menyusuidinikan kadang-kadang seperti itu IMD nya ya,harapan saya mau kita yang bersalinnyadimanapun, karena kan kebetulan teman itukemarin kan melahirkan padahal dia ituriwayatnya dari anak pertamanya itu dia menyusuiASI eksklusif itu sampe umur 2 tahunkan baru yangdisapinya umur 1 tahun lebih, itu dia eksklusif dia
P3 : Disetiap rumah sakit menuntut pemberian ASIEksklusif, tapi nyatanya jika ASI ibu tidak keluar 1-2 hari mereka menganjurkan untuk memberikansusu formula
P4 : Intinya saja sepeti informasi cara cara tekhnikmenyusui yang benar itu seperti apa,memberikanpenyuluhan
P5 : Biasanya lewat penyuluhanP6 : Ya penting sekali, karena dia adalah buah hati saya
dan suamiP7 : Memberikan ini pelayanan keehatan secara rutin,
terus kedua melakukan penanganannya terhadapbayi, terus ketiga memberikan asupan gizitambahan terhadap bayi
P8 : Gak ada,Cuma dia bilang makan-makanan yangmengandung apa yang bisa menunjang reproduksiasi gitu ajak.
P9 : Untuk pemberian asinya ya kita harus dikasi
98
makanan yang bergizi-bergizi gitu kali gitu biarbanyak asinya , jadi dukungannya harus di suruhmakan ini-makan ini.
19. Kalau support dari pimpinanbagaimana bu
P1 : Diberikan cuti hanya 2 bulan tapi masih kurangkarena ASI eksklusif kan harus 6 bulan
P2 : Ya itu tadi disediakan tempat, harapan nya sih biarbisa disediakan tempat
P3 : Mungkin cutinya lebih lama dan untuk jam kerja,khusus untuk ibu yang memberikan ASI Eksklusifbisa diberikan kelonggaran waktu
P4 : Saya harapkan di berikan pengertian kalau kitamempunyai anak yang membutuhkan ASI ekslusifdi berikan waktu kerja yang lebih fleksibel dankelonggaran dalm pekerjaan
P5 : Hhmm, kalau berbalik kepada asi eksklusif yangartinya tidak atau tanpa susu formula tambahan,kalau disini di lingkungan sekolah kayaknya sulitya, ya sulit untuk memberikan kelonggaran setiapjam harus pulang, harus pulang memberikan asi.Ya mungkin kalaupun diadakan ada tempatpenitipan anak pun akan sulit juga, akan banyakkendala seperti jarak tempuh si bayi ke kantor itu
P6 : Dukungannya sih yang baik-baik saja, yang pentingkerjaan kantor selesai dan tanggung jawabsebagai istri dan ibu selesai
P7 : Dukungan yang bisa membangkitkanmenggairahkan kerja bagi saya
P8 : Kalau atasan sih materi heheheP9 : Kepingin asinya harus tetep di suruh misalnya di
suruh pulang gitu biar ngasi asinya tapi gak adagitu
20. Dari segi sarana dan prasarana, kalau menurut ibu ditempat kerja perlu tidak adanyaTPA (Tempat Penitipan Anak)atau tempat pemberian ASI
P1 : Sangat perlu, karena itu sangat menunjang, buatkita tenang juga saat kita bekerja, begitu anakbutuh ASI kita tinggal jalan sedikit sudah sampai,tidak perllu banyak waktu. Itu sebenarnya sangatpenting kalau memang ada
P2 : Disediakan pojok ASIP3 : Menurut saya sarana yang disediakan sudah cukup
mendukung karena sudah ada pojok ASI yang disediakan
P4 : Yang saya harapkan di dekat kantor di sediakantempat untuk penitipan anak ada yang menagsuhwalaupun kita bayar setidaknya nanti kita bisalihat anak karena lokasinya yang dekat dan adatempat di sediakan untuk menyusui (Pojok ASI )
P5 : Yes, ya mungkin itu dia. Mungkin ya untuk sebagianorang yang memberi itu ada tempat khususruangan yang sekarang kan ada itu sedangdiusulkan oleh DPR RI, anggota bagi untuk ibu-ibuyang ada ruangan khusus untuk menyusui.
P6 : Ya, tidak mudah sering macet aja gituP7 : Kalo dari sarana (suara anak) mungkin,
memberikan alat untuk pemerah susu yang cepat,cara proses keluarnya asi, terus dari segiprasarananya mungkin ibu bisa menyiapkan waktu
99
dan memberikan perhatian kepada si bayi.P8 : Sarana pompa ASIP9 : Harapkan ya gini kayak tadi biar tumbuh
kembangnya baik21. Bagaimana pendapat ibu
tentang kesehatan bayiP1 : Kesehatan bayi itu sangat penting, apalagi di tahun
pertama itu sangat rentan sekali dengan masalah.Karena mereka sangat butuh perhatian sekali padausia 1 tahun pertama itu
P2 : Penting sekali kalo menurut saya karena mulai bayiitu kita bisa mempersiapkan anak kita menjaditumbuh kembang yang baik kalo menurut saya gitu.
P3 : Kesehatan bayi itu harus sesuai dengan tumbuhkembangnya, seperti anak sudah bisa duduk dankesehatan anak itu sangat penting
P4 : Pentingnya akan membantu pertumbuahan danperkembangan anak terutama perkembanganotaknya,kalau anak itu sehat maka cepatperkembanganya
P5 : Oo penting sekali. Sangat penting. Anak sehat,bahagia, itu tandanya orang tuanya siap menjadiorang tua gitu atau peduli apalagi bahasanya yanglain ndak lalai (care) kadang-kadang kita cerewetorang tua tempat menitip anak tempatmenitipkannya itu bsa sembarangan. Tetap sajaakhirnya yang salah orang tua juga, ah lu sih pilihorang begini, yang bantuin seperti ini, udah taukemproh masih dipekerjakan misalnya, orang tualagi yang salah, sakit, diare, karena makan sesuatuyang diberikan si bibi misalnya, tetep aja sayayang salah, aduuuhh bisa nggak tapi nggasemudah itu cari orang baru yang bisa pedulisemuaaa kebutuhan si anak seperti ibunya itu gakmungkin kan ya, jadi anak sehat biasanya ibunyaitu cerewet lah ya. Cerewet terhadap yang bantuin.Gak boleh ini gak boleh itu, gini gini gini gini.Seperti apa yang supaya anak itu aman. Jangansampai anak kena barang panas kan sakit, nangisjadi sehat nomer satu.
P6 : Ya penting sekali, karena dia adalah buah hati sayadan suam.
P7 : Arti penting kesehatan bayi dan anak bagi sayaadalah suatu yang berharga bagi kenyamananuntuk berkeluarga yang sangat-sangat berharga.
P8 : Penting skali sih kesehatan anak, kaerna anak kantitian ilahi jadi kita harus memberikan yangterbaik untuk dia.
P9 : Ya penting kan karena kesehatan anak kita yangmenunjang juga dri ibu , dan dari makanannya apa
100
22. Bagaimana perasaanibu ketika tidakmemberikan ASIeksklusif pada bayi
P1 : Perasaannya miris ya, kenapa saya tidak bisa memberikan?.Sebenarnya sih ingin memberikan Cuma kan kendalanya ya itutadi. Banyak sekali.
P2 : Gimana ya, dibilang iya tetap sebenarnya, kalo dibilang gimanatetap saja ibunya salah, ya. Cuma ya itu tadi lah alasannyatetap kalo kita mau bilang salah ya pasti salah.
P3 : Tidak sempat, disamping produksi yang sedikit tapi jika seringdiberikan lama-kelamaan akan mnjadi bnyak juga produksi ASInya. Hanya tidak ada kesempatan saja sih sebenarnya
P4 : Sangat berasa bersalah karena meras menjadi ibu yang tidaksempurna
P5 : Perasaannya ya, saya tidak punya perasaan apapun itu wajibsaya harus ngasi sesuatu yang lain. Mau merasa bersalahpunkondisi akan terus seperti ini. Itu ya
P6 : Sebenarnya kasihan sih, tapi ya karena ekonomi ya terpaksaP7 : Merasa apa namanya, pertama saya merasa gagal dalam
memberikan hak bagi seorang bayi, terus kedua merasabersalah dan merasa berdosa, iya itu sih
P8 : Waktu yang pertama waktu, kecapean,kecapean jadi kanyakyang tadi itu pulang bekerja,karna kecapean tidur ajak kasikformua tidur hahaha
P9 : Kasihan anak kita kan ndak di kasi asi itu23. Apa usaha yang ibu
katakana untukmemberikan ASIeksklusif
P1 : Pulang lebih cepat, memberikan ASI walaupun sudah diberikansusu formula tapi kan kasihan ASInya dibuang begitu saja
P2 : Kalo yang air susunya banyak saya rasa diusahakan untuk dipompa sebanyak-banyaknya, susuh perah. Tapi kadang-kadangibu-ibu banyak yang gk tau caranya itu mungkin yangmenyebabkan kebingungan takut atau gimana
P3 : Dari penyuluhan yang pernah saya dengar, untuk pemberianASI Eksklusif dapat dilakukan oleh ibu bekerja dengan caramelakukan susu perah karena ASI dapat disimpan dalamlemari pendingin. Tapi mungkin karna stress jadi produksinyasedikit sehingga yang diperah juga sedikit, sehingga tidakmaksimal
P4 : Pernah,mungkin karena awalnya sudah salah anak menjadibingung putting beda dengan susu formula anak lebih senangkarena rasanya yanglebih manis sudah di coba sampai 2bulanan anaknya mau tapi cepat enagis mungki karena kurangpuas karena ASI yang keluar juga sedikit
P5 : Untuk rentan waktu yang pendek itu? Rentang waktu yang sayaberikan kepada anak saya selama cuti saja ya, selama cutijadinya kan? Tanpa adanya campuran susu formula, sayamakan yang memang harusnya dimakan ibu-ibu menyusui,istirahat yang cukup, sering memberikan katanya teorinya,sering memberikan asi akan memicu produksi asi menjadi lebihbanyak kan
P6 : Pergi ke orang pintar, itu dibacain apa itu biar terus dianuksusu kita udah 2 kali tapi sayang ndak mau.
P7 : Pertama usahanya seperti memakan makanan yang sangat apanamanya? Memakan makanan yang membuat merangsangagar air susu cepat keluar dan banyak, terus kedua harusminum yang banyak supaya air susunya keluar, ketiga membelialat-alat pemerah susu terus keempat melakukan rangsangandan memberikan bayi untuk menyusu secara berkala.
P8 : Terus menerus saya berikan ASI ditunjang makanan-makanan
101
yang menunjang produksinya.P9 : Tak perah ngfgeh tak perah bawa pulang , kasi mbahnya suruh
bawa pulang24. Menurut ibu pekerjaan
ibu penting tidakP1 : Ya penting sih, selain untuk menambah pendapatan dalam
keluarga kita juga bisa bersosialisasi dengan teman-teman,kalau diam sendiri dirumah kan cepat bosan, gampang stress,ada masalah sedikit cepat tersinggung karena tidak adaaktifitas
P2 : Ini konteks dalam pekerjaan tanggung jawabnya saja ya bukanmaksud saya apa yang kita dapat dalam pekerjaan bukan kan
P3 : Kalau kita sebagai seorang ibu, pekerjaan diluar itu tidakterlalu penting sih menurut saya, kecuali ada beberapa halyang sudah saya katakana tadi. Tapi sebenarnya kalau suamisudah bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, kita sebagaiibu tidak perlu bekerja diluar.
P4 : Untuk menunjang ekonomi terutama u tuk mas depan anak yanglebih baik dan bisa sekolah tinggi
P5 : Penting sekali, ya kalo kayak seperti yang sudah saya singgungdi awal tadi juga untuk kehidupan anak-anak saya juga,penting untuk tabungan mereka juga, bekerja juga untukmereka. Satu kebutuhan untuk saat ini, dua untuk kebutuhanmereka kelak, kalau ada yang bisa kita sisihkan untuk mereka,Cuma untuk anak-anak semua untuk anak-anak. Nggak cumanuntuk saya saja saat ini
P6 : Penting sekali karena dapat membantu kebutuhan keluargaP7 : Kalo pentingnya pekerjaan bagi saya adalah kewajiba sangat
penting sekali itupun kewajiban karena dapat menunjangperekonomian keluarga
P8 : Sangat penting lah kan dapat menunjang prekonomian keluarganambah uang jajan hehe
P9 : Ndak, prioritas diantara dua itu pilih salah satu mba atik,prioritas kan ndak boleh dua
25. Kalau ibu tidakbekerja dampak yangibu rasakan bagikeluarga
P1 : Pekerjaan penting tapi anak juga penting, saya bingung jugaini, cuman kita butuh mempersiapkan masa depan untuk anak,terpaksa ada yang dikorbankan, tuntutan kebutuhan juga kanini.
P2 : Pastinya saya agak sedikit kebingungan ya dalam arti sayamengatur pemasukan atau pengeluaran, ya itu tadi karenakembali lagi saya tidak bekerja, misalkan anak saya butuhdibelikan susu misalkan begitukan dalam posisi misalkan tidakmencukupi dari suami saya pasti saya akan kebingungan dankedua kalo saya tidak bekerja terusterang saya merasa tidaknyaman saya bukan tipe orang yang senang diam gitu ya saya
P3 : Karena sedah terbiasa diluar, jadi ada rasa jenuh juga kalautidak bekerja
P4 : kalau tidak bekerja maka kebutuhan sehari-hari tidak akanterpenuhi
P5 : Ada dong besar. Banyak dong dampaknya. Besar dongdampaknya.
P6 : Ya . . . gajinya segini, sedangkan anak membutuhkan susu yangbanyak, membelikan pampers gitu, belanja
P7 : Yang saya rasakan adalah merasa bosan dan risih terhadaplingkungan keluarga
P8 : Kita punya kemampuan untuk bekerja dan mendapat uang, jaditidak ada salahnya kan kita bekerja, ini juga dapat
102
meningkatkan kesejahteraan anak-anak nantinya.Gaji suamikan gak banyak seperti tak bilang tadi menambah
uang jajan,apa lagi sekarang dia gak netek kan jadi harus belisusu
P9 : Gimana ya, kita kan butuh uang untuk makan, sepertinya serbasusah milihnya, karena penghasilan suami saya tidak cukup,jadi saya juga bantu-bantu seperti itu dengan ikut bekerja juga.
Sangat berat banget bagi saya soal tanggung jawab juga kitaharepin suami ya gajinya pas-pasan.
26. Selama ibu bekerja,siapa yang membantumerawat anak ibuuntuk memenuhikebutuhannya
P1 : Ada neneknyaP2 : PengasuhP3 : BapaknyaP4 : Sementara saya bekerja saya titipkan anak saya di rumah orang
tua karena disana lebih amanP5 : BibiP6 : KeluargaP7 : NeneknyaP8 : Mertua dan iparP9 : Ibu kandung
27. Selama ibu berusahamemberikan ASIeksklusif hambatanapa yang paling iburasakan
P1 : Hambatannya itu ya karena pekerjaan itu, pada saat itu jugasedang sakit, saat anak saya umur 2 bulan saya opname karenasaya kekurangan kalium, kalau memberikan ASI kan harusmembutuhkan nutrisi yang banyak sementara saya mengalamikekuranga kalium, jalan satu-satunya ya dengan memberikansusu formula
P2 : Manajemen waktu dan kemalasan saya kayanya.P3 : Hambatan pemberian salah satunya karena pengaturan waktu
yang tidak efektif, yang seharusnya kita mengurus bayi tapi kitaharus bekerja diluar
P4 : Bagi saya, ya bagi saya adalah bayi tidak bisa berkembangsecara baik dan kedua waktunya sangat terbatas untukmenyusui
P5 : Karena ini anak pertama mungkin masalah psilogisnya dariyang tidak punya anak menjadi punya anak dan yang keduaadalah maslah pekerjaan karena jaraknya lumayan jauhantara rumah dan tempat kerja jadinya tidak bisa semaksimalmungkin bersama anak
P6 : Sepertinya kalau orang kerja itu waktunya sama ini di tempatkerja psikiskan mempengaruhi reproduksi ASI gitu,jadinyakalau dia kerja capek stres bekerjaSaya kan dagang, jadi mau ndak mau tetap harus jualan dipasar. Tidak ada libur-liburan atau apa tadi itu, bayi saya titipdi ibu saya sampai siang.Ya karena ekonomi juga.
P7 : Memang kita diberi cuti, disini cuma 3 bulan dan itu sudahaturan, jadi ya mau tidak mau harus masuk kembali kalau udahhabis cutinya. Jadi ya terpaksa anak saya tinggal dirumah, ASIndak full diberikan 6 bulan.
P8 : Kalau kita di toko itu dikasi izin istilahnya 1 bulan saja, bukancuti kata tokenya, gaji dikasi sekedarnya tidak seperti biasa,makanya saya berusaha cepet masuk kerja supaya gaji dapatpenuh.
P9 : Hambatannya waktu aja, Waktu..jadi kita ngasi ASInya , ASInyaharus cepet kalau ndak kan waktu kerja kita kan telat ,namanya juga kita diantar jemput.
103
28. Kemudian apa halyang palingmendorong ibusehingga tidakmemberikan ASIeksklusif pada bayinya
P1 : Yang mendorong adalah kesehatan saya yang pada saat itu sayasedang rawat inap
P2 : Kalo yang dulu-dulu baru saya baru saya mulai mencoba untukpake formula saya coba berpikir nya ah gk masalah lah tosaya juga sudah perah susu saya, walaupun tidak cukup anaksaya juga gk begitu doyan sih sama susu formula saya bilangbegitu aja sih sebenarnya.
P3 : Di tempat kerja saya tidak ada TPA, untuk pojok ASI saja yangkhusus belum ada, jadi kita kadang-kadang pakai ruanganyang kebetulan kosong saja, ini bikin susah.
P4 : Karena jaraknya yang cukup jauh dan waktu tempuh satu jamP5 : Mungkin itu tapi, saya tidak merasa wajib pergi bekerja ya.
Bukan terdorong karena itu ya, bukan terdorong sehingga tidakmemberikan asi, karena kondisi yang mengharuskan. Sayaharus pergi kerja, jadi itu
P6 : Menurut saya sih, anak saya yang tidak mau ASI karenakebiasaan memimik susu formula dari bayi .
P7 : Disini memang tidak mancet dan jalanan rata-rata bagus, tapisaya tidak ada kendaraan untuk pulang pergi sendiri supayabisa ngasi anak susu, jadi terpaksa pakai susu dot itu sebagaitambahan.
P8 : Yaa ASI yang sedikitP9 : Mendorong karena malesnya itu ,jadi di dorong cepet kerja aja ,
jadi anak di abaikan terus. Pojok ASI disini tidak disediakan,tadi untuk kurir ASI di lombok ini belum ada sama sekali,paling kita bisa minta keluarga yang ambil ASInya, cumankadang bisa dan tidak. Jadi kesulitan juga akhirnya.
29. Apakah ibu pernahmerasa bersalahkarena tidakmemberikan ASI
P1 : Sangat, sangat merasa bersalah karena pertumbuhan anak yangtidak diberikan ASI eksklusif itu berbeda dengan saudaranyayang mendapat ASI, baik dari pertumbuhan maupunkemampuannya
P2 : Saya merasa bersalah saya besar, kalo sama anak saya yangpertama, Cuma kalo anak yang ke dua ini saya merasa tidakbersalah saya seperti anak saya yang pertama, Cuma yang kedua ini karena saya masih tetap intens dia nya juga gk sukasusu formula jadi saya masih agak ringan
P3 : Merasa bersalah juga sebenarnya, karena kita melihat anakorang tampak terurus oleh orang tuanya tapi anak kita tidak.Jadi ada rasa bersalah disitu
P4 : Merasa bersalah karena tidak meberikan ASI anak juga kurangkontak kepada kita beda lalau pakai ASI itu ikatam batinyalebih menyatu
P5 : Ada rasa bersalah sedikitP6 : Rasa bersalah juga sih. Tapi apa boleh buat karena bayi ndak
mauP7 : Saya merasa tidak mampu menjadi seorang ibu dan merasa
bersalah karena hak seorang bayi tidak saya penuhi.P8 : Ada sih perasaan bersalah karna gak ngasik ASI itu,tapi bukan
maunya kita gak ngasik itu tapi karna keadaan yaa,kondisiyang tidak mendukung untuk ngasik kalo sekedar ASI dia nagisajak karna ASI sedikit.terpaksa kasik susu formula baru diatenang.
P9 : Merasa bersalah, karena ndak pernah dikasi asi, ujung-ujungnya anak berhenti sendiri minum asi.
104
Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik
104
Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik
104
Lampiran 6 Keterangan Kelaikan Etik
105
Lampiran 7 Ijin Rekomendasi Dari BAPPEDA Kota Matara
Top Related