8/17/2019 Acuan Artikel
1/103
ANALISIS BENTUK-BENTUK CORPORATE SOCIALRESPONSIBILITY SERTA PENGUNGKAPANNYA PADA
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN PEMENANG INDONESIASUSTAINABILITY REPORTING AWARDS (ISRA) 2008
Disusun oleh :Dewi Ayuningtyas NIM. 0510233040
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG2010
8/17/2019 Acuan Artikel
2/103
8/17/2019 Acuan Artikel
3/103
8/17/2019 Acuan Artikel
4/103
8/17/2019 Acuan Artikel
5/103
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul : “ ANALISIS BENTUK-
BENTUK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SERTA
PENGUNGKAPANNYA PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
PEMENANG INDONESIA SUSTAINABILITY REPORTING AWARDS
(ISRA) 2008 ” . Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
dalam meraih derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya.
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini,
penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat
adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Mama dan Papa tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dalam
bentuk apapun, yang selalu mendoakan tanpa mengenal lelah. Mama, papa
semoga aku diberi kesempatan untuk membahagiakan kalian.
2. Bapak Syaiful Iqbal, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Unti Ludigdo, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Brawijaya Malang.
4. Ibu Dra. Endang Mardiati, M.Si., Ak selaku dosen penguji 1 (satu) yang
sudah banyak membantu memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan
skripsi saya.
5. Ibu Dra. Lilik Purwanti, M.Si., Ak selaku dosen penguji 2 (dua) yang juga
banyak membantu memberikan masukan di dalam perbaikan skripsi.
6. Kedua adikku yang menjadi motivasi bagi penulis untuk memberikan yang
terbaik. Kalian adalah peri-peri yang selalu memberikan keceriaan.
7. Orangtuaku di Mojo 4, Mik dan Bud, terima kasih telah menjadi orang tua
kedua bagiku.
8/17/2019 Acuan Artikel
6/103
8. Fariz Hadi Wibowo, SE, terima kasih atas segala bantuan yang telah
diberikan, kesetiaan, dan semua usaha untuk menjadikan penulis menjadi
lebih baik. Masa-masa sulit dalam hidupku terlewati dengan baik atas
bantuan darimu.
9. Teman-teman yang selalu mengisi masa-masa kuliahku: Vira, Cici,
Tumik, Bulan, Ririn, Vonny, Lita, Intan, Sekar, Dinny. Kalian semua
membuat masa kuliahku menjadi berbeda.
10. Teman yang juga menjadi “dosen” bagi penulis, Mamad dan Reo, terima
kasih telah meluangkan waktu untuk mebagi ilmu padaku.
11. Tim Futsal FE “Saweri Gading” , yang banyak mengajarkan aku hal barudan mempertemukan aku dengan orang yang tepat.
12. Semua orang yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan. Dan
terakhir, semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 27 Januari 2010
Penulis
8/17/2019 Acuan Artikel
7/103
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iiiDAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vABSTRAK ........................................................................................................... viBAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah............................................................................................ 6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 61.5. Sistematika Penulisan.................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 9
2.1. Corporate Social Responsibility .................................................................... 9
2.1.1. Beberapa Pendekatan Terkait dengan Tanggung Jawab
Perusahaan............................................................................................. 16
2.1.2. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR) ...................... 17
2.1.3. Aktivitas dalam Akuntansi Sosial ......................................................... 232.2. Pengungkapan ............................................................................................. 252.2.1. Definisi Pengungkapan ......................................................................... 272.2.2. Tujuan Pengungkapan ........................................................................... 282.2.3. Kuantitas dan Kualitas Pengungkapan .................................................. 292.2.4. Metode Pengungkapan .......................................................................... 312.2.5. Manfaat Pengungkapan ......................................................................... 33
2.3. Pengungkapan Sosial sebagai Tanggung Jawab Perusahaan ...................... 352.4. Pelaporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan .................................... 402.5. Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) ................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 44
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 44
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 453.3. Populasi dan Sampel ................................................................................... 463.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 483.5. Analisis Data ............................................................................................... 48
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH ................................................................ 50
4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ........................................................ 504.1.1. PT. Telekomunikasi Indonesia (persero), Tbk ...................................... 50
8/17/2019 Acuan Artikel
8/103
4.1.2. PT. Apexindo Pratama Duta, Tbk ......................................................... 514.1.3. PT. Aneka Tambang (persero), Tbk ...................................................... 534.1.4. PT. Kaltim Prima Coal .......................................................................... 54
4.2. Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Serta
Pengungkapannya ........................................................................................ 55 4.2.1. PT. Telekomunikasi Indonesia (persero), Tbk ...................................... 574.2.2. PT. Apexindo Pratama Duta, Tbk ......................................................... 674.2.3. PT. Aneka Tambang (persero), Tbk ...................................................... 724.2.4. PT. Kaltim Prima Coal .......................................................................... 75
4.3. Karakteristik Laporan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial yangMendukung Terwujudnya Corporate Social Responsibility (CSR) ............ 83
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 88
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 88
5.2. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 885.3. Saran ......................................................................................................... 89
8/17/2019 Acuan Artikel
9/103
ABSTRAK
ANALISIS BENTUK-BENTUK CORPORATE SOCIAL RESPONSIB I L I TY SERTA PENGUNGKAPANNYA PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAANISRA 2008
Oleh:Dewi Ayuningtyas
0510233040
Dosen Pembimbing:Syaiful Iqbal, SE., M.Si., Ak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk corporate socialresponsibility (CSR) pada perusahaan-perusahaan ISRA 2008. Penelitian inimenggunakan metode penelitian kualitatif. CSR adalah mekanisme bagi suatuorganisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungandan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders , yangmelebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum. Untuk meningkatkan
penerapan CSR, beberapa institusi dalam negeri memberi penghargaan, salahsatunya adalah Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA). ISRA adalah
penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disampingaspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itusendiri. Pemberian penghargaan tersebut bertujuan untuk memberikan pengakuanterhadap organisasi-organisasi yang melaporkan dan mempublikasikan informasimengenai lingkungan, sosial, dan informasi keberlanjutan terintegrasi; mendukung
pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan; serta meningkatkankesadaran perusahaan terhadap transparansi dan pengungkapan. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk dari corporate social responsibility pada perusahaan-perusahaan ISRA 2008 pada umumnya berupa kegiatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, pelayanan umum, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana umum, kepedulian sosial, serta pemeliharaanlingkungan hidup yang diungkapkan dalam bentuk Laporan PertanggungjawabanSosial serta diuraikan secara terinci dan konsisten dalam suatu Laporan Tahunanataupun Laporan Pembangunan Berkelanjutan.
Kata Kunci: bentuk, corporate social responsibility , pengungkapan, ISRA,laporan tahunan, laporan pembangunan berkelanjutan.
8/17/2019 Acuan Artikel
10/103
ABSTRACT
ANALYSIS FORMS AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIB I L I TY INITS DISCLOSURE ISRA-2008 COMPANIES
By:Dewi Ayuningtyas
0510233040
Advisor Lecturer:Syaiful Iqbal, SE., M.Si., Ak
This study has purposes to determine the forms of corporate social responsibility (CSR) in companies ISRA 2008. Qualitative research methods has used to
determine the forms of corporate social responsibility (CSR) in companies ISRA2008. CSR is a mechanism for an organization to voluntarily integrate concern forthe environment and the social into the operations and interaction with
stakeholders, which exceeds the organization's responsibilities in the field of law.Improving the implementation of CSR, some domestic institutions to award, oneof which is Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA). ISRA is the awardgiven to companies that have made reporting on activities related toenvironmental and social aspects in addition to maintaining the economic aspectsof sustainability (sustainability) the company itself. This Award aims to giverecognition to organizations that report and publish information regardingenvironmental, social, and sustainability of integrated information; support in the
field of environmental reporting, social, and sustainability; and increasingawareness of corporate transparency and disclosure. The results from this studyindicate the forms of corporate social responsibility on companies ISRA 2008 ingeneral the form of activity in education, health, religious, public services,increase and improvement of public infrastructure, social care, as well as
preserving the environment is expressed in the form of Social ResponsibilityReport and described in detail and consistently in an Annual Report orSustainability Report.
Keywords: form, corporate social responsibility, disclosure, ISRA, annual report,
sustainability report.
8/17/2019 Acuan Artikel
11/103
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melaksanakan kegiatan operasinya, perusahaan tidak terlepas
dengan lingkungan sosialnya. Keberadaan perusahaan di tengah-tengah
lingkungan sosial dan masyarakat terkait dalam kontrak, dimana perusahaan
berkewajiban untuk menjalankan kewajiban kontrak sosial yang pada umumnya
merupakan transaksi-transaksi non commercial . Transaksi-transaksi non
commercial tersebut merupakan transaksi yang sangat erat kaitannya dengan
lingkungan sosial di mana perusahaan tersebut berada. Eksistensi perusahaan
dalam masyarakat dapat memberikan aspek positif dan negatif. Aspek positif
tersebut meliputi perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh
masyarakat, serta menciptakan lapangan kerja baru. Namun, di sisi lain tidak
jarang masyarakat mendapatkan dampak buruk dari aktivitas bisnis perusahaan.
Banyak kasus ketidakpuasan publik yang bermunculan, baik yang berkaitan
dengan pencemaran lingkungan, keamanan dan kualitas produk, serta eksploitasi
besar-besaran terhadap energi dan sumber daya alam.
Masalah lingkungan hidup berkaitan secara kompleks dengan masalah
pembangunan ekonomi dan sosial budaya. Persoalannya tidak terlepas dari
keterkaitan dengan pihak lain, seperti: produsen dan jaringan penyalur bahan
kimia yang beracun, pihak pemberi dana dan kredit, dan sebagainya. Contoh
dalam beberapa perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan
keberpihakan perusahaan kepada pemlik modal mengakibatkan perusahaan
8/17/2019 Acuan Artikel
12/103
melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber alam dan manusia (sosial) secara
tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan alam dan pada akhirnya
mengganggu kehidupan manusia.
Dalam perspektif tujuan perusahaan yang mengejar profit, dampak-
dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas operasional perusahaan bukan
merupakan hal yang dipertimbangkan dan tidak jarang hal tersebut bahkan
diabaikan. Hal tersebut disebabkan karena orientasi utama mereka adalah
bagaimana memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dengan
mengabaikan efek yang ditimbulkannya.
Perubahan masyarakat yang semakin memahami hak-hak mereka
mendorong timbulnya tuntutan-tuntutan terhadap kepedulian sosial perusahaan.
Perusahaan diminta untuk bertanggungjawab atas penggunaan sumber daya yang
diambil dari lingkungan sosial kepada lingkungan sosialnya atau masyarakat. Atas
masalah sosial yang ditimbulkannya, maka sudah selayaknya entitas bisnis
bersedia untuk menyajikan suatu laporan yang dapat mengungkapkan bagaimana
kontribusi mereka terhadap berbagai permasalahan sosial yang ada disekitarnya.
Namun, laporan tahunan yang selama ini dianggap sebagai media yang paling
tepat untuk mengkomunikasikan berbagai informasi yang berasal dari manajemen
perusahaan, tampaknya belum dimanfaatkan secara optimal untukmengungkapkan masalah-masalah yang berhubungan dengan lingkungan sosial.
Belum optimalnya pemanfaatan laporan tersebut, sangat mungkin disebabkan
rendahnya kesadaran perusahaan dalam mengungkapkan permasalahan sosial dan
lingkungan yang terjadi. Rendahnya kesadaran perusahaan untuk mengungkapkan
masalah lingkungan dan sosial salah satunya disebabkan karena sampai saat ini
8/17/2019 Acuan Artikel
13/103
pengungkapan sosial merupakan suatu bentuk pengungkapan yang bersifat
sukarela, sehingga timbul suatu anggapan bahwa tidak menjadi soal apabila suatu
perusahaan tidak melakukan pengungkapan sosial. Padahal, pengungkapan
masalah sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh suatu perusahaan merupakan
suatu bentuk akuntabilitas perusahaan tersebut kepada publik dan juga sebagai
usaha untuk menjaga eksistensi perusahaan tersebut di masyarakat.
Dua prinsip utama pengelolaan perusahaan adalah transparansi dan
akuntabilitas yang menuntut diungkapkannya informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat, dan dapat dibandingkan kepada stakeholders .
Transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya informasi keuangan
perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan mengungkapkan infirmasi
mengenai dampak ( externalities ) sosial dan lingkungan hidup yang diakibatkan
operasional perusahaan. Sedangkan, prinsip akuntabitilas menuntut perusahaan
untuk mempertanggungjawabkan segala informasi mengenai kinerja perusahaan
secara wajar. Menurut Hikmah (2004), beberapa latar belakang mengenai
perlunya pengungkapan sosial dan lingkungan hidup perusahaan adalah: (1)
masalah-masalah sosial yang selalu muncul karena ketidakpuasan terhadap
kebijakan perusahaan baik terhadap lingkungan alam maupun lingkungan
masyarakat sosial, (2) untuk meminimalisasi masalah tersebut salah satunyaadalah perusahaan harus peduli dengan lingkungan sosial, dan (3) salah satu
media yang bisa digunakan untuk pengungkapan sosial adalah laporan tahunan.
Beberapa penelitian mengenai corporate social responsibility di Indonesia
telah beberapa kali dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang bersifat
mendukung penerapan CSR, diantaranya, Mirfazli dan Nurdiono (2007), menguji
8/17/2019 Acuan Artikel
14/103
apakah ada perbedaan jumlah penyajian pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial antara perusahaan dalam kelompok aneka industri
dasar yang tergolong industry high-profile dan low-profile . Hasil dari penelitian
ini terbukti bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian
jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok
aneka industri hihg-profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri
low-profile . Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak sosial yang muncul
pada sebagian perusahaan dalam dua kelompok di atas yang termasuk dalam tipe
high-profile yang mendorong mereka untuk melakukan dan mengungkapkan
pertanggungjawaban sosial perusahaan.
Harmoni dan Andriyani (2008) , dalam penelitiaanya, “ Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi
Pada PT. Unilever Indonesia ”, meneliti apakah apakah perusahaan telah
memanfaatkan official website -nya untuk mengungkapkan program CSR yang
dilakukan, dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan, dan sosial. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan Unilever telah mencoba memanfaatkan laman
resminya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi
tata kelola perusahaan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yangtransparan, semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai
aktivitas sosialnya dan kewajiban terhadap pelaksanaan corporate social
responsibility (CSR). Pada intinya CSR merupakan kewajiban setiap perusahaan
untuk ikut serta dalam kegiatan yang bertujuan untuk melindungi serta
meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, di samping kegiatan-kegiatan
8/17/2019 Acuan Artikel
15/103
bisnis yang bertujuan untuk keperluan perusahaan dengan tetap memenuhi hukum
dan prinsip-prinsip ekonomi.
Dari permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul: “Analisis Bentuk -Bentuk Corpor ate Social
Responsibility Serta Pengungkapannya Pada Perusahaan-Perusahaan
Pemenang Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) 2008” .
1.2 Perumusan Masalah
Keberadaan perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai dampak dari era
globalisasi saat ini, di mana aktivitas mereka tidak dapat dipisahkan dari
lingkungan dan masyarakat, memerlukan adanya mekanisme pelaporan suatu
informasi yang tidak hanya berguna bagi aspek finansial, tetapi juga bagi usaha-
usaha yang bertujuan melindungi serta meningkatkan kesejahteraan secara
keseluruhan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaporkan aktivitas sosial
mereka dalam berbagai bentuk sesuai dengan jenis entitas bisnis mereka. Sesuai
aktivitas perusahaan yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan dan masyarakat,
maka muncullah pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan
yang ada pada perusahaan-perusahaan pemenang ISRA 2008?2. Bagaimana pengungkapan dari pertanggungjawaban sosial yang telah
dilakukan perusahaan pemenang ISRA 2008 dalam suatu laporan tahunan?
3. Hal-hal apa sajakah yang ada dalam Laporan Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan?
8/17/2019 Acuan Artikel
16/103
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul dan untuk membatasi
ruang lingkup dari penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana
bentuk-bentuk dari corporate social responsibility serta pengungkapannya untuk
mengkomunikasikan corporate social responsibility yang ada pada perusahaan-
perusahaan pemenang ISRA 2008. Sehingga, nantinya dapat diketahui hal-hal apa
sajakah yang ada dalam Laporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dari pertanggungjawaban sosial
perusahaan-perusahaan pemenang ISRA 2008.
2. Mengetahui bagaimana pengungkapan dari pertanggungjawaban sosial
yang telah dilakukan oleh perusahaan pemenang ISRA 2008.
3. Mengetahui hal-hal apa sajakah yang ada dalam laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Bagi penulis:
1)
Menambah wawasan pengetahuan mengenai konsep pertanggungjawabansosial perusahaan pemenang ISRA 2008.
2) Memperoleh tambahan pengetahuan tentang bagaimana bentuk serta
pengungkapan CSR pada perusahaan-perusahaan pemenang ISRA 2008.
8/17/2019 Acuan Artikel
17/103
Bagi Perusahaan:
1) Membantu pihak manajemen perusahaan untuk ikut serta dalam program
corporate social reponsibility untuk meningkatkan kesejahteraan
lingkungan secara keseluruhan.
2) Mendorong perusahaan untuk memanfaatkan CSR sebagai salah satu
sarana untuk menunjukkan kinerjanya dan untuk kepentingan long term
plan perusahaan.
Bagi Pihak-Pihak Lain yang Berkepentingan:
1) Sebagai bahan acuan untuk penelitian lain yang berhubungan dengan tema
corporate social rersponsibility .
2) Mendorong para peneliti untuk ikut serta dalam mewacanakan program
corporate social responsibility sebagai upaya pembangunan dan
pengembangan masyarakat.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti yang nantinya akan digunakan sebagai dasar pemikiran dalam
pembahasan dari penelitian yang dilakukan.
8/17/2019 Acuan Artikel
18/103
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tenatang metodologi yangyang digunakan dalam
penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik penulisan, dan metode analisis data.
BAB IV Pembahasan
Pada bab ini, dimulai dengan penjelasan mengenai gambaran umum
perusahaan sampel. Kemudian dilanjutkan dengan bentuk-bentuk CSR
yang ada pada perusahaan-perusahaan pemenang ISRA 2008 serta
pengungkapannya sebagai upaya untuk mengkomunikasikan CSR
yang ada pada perusahaan-perusahaan tersebut.
BAB V Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan. Selain itu, juga dijelaskan mengenai saran dan rekomendasi
penulis mengenai permasalahan yang ada dan bagi penelitian
selanjutnya, serta keterbatasan penelitian ini.
8/17/2019 Acuan Artikel
19/103
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Corporate Social Responsibil ity
Tanggungjawab sosial atau corporate social responsibility (CSR)
perusahaan dapat didefinisikan sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk
secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke
dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders , yang melebihi
tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Anggraini, 2006). Tanggung jawab
sosial secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai timbal balik perusahaan
kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan telah mengambil
keuntungan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam proses
pengambilan keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan
lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.
Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern berkembang pesat selama dua
puluh tahun terakhir ini, lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat
sipil dan jaringannya di tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan
adalah perilaku korporasi, demi maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-
cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam banyak kasus bahkan dapat
dikategorikan sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa korporasi
transnasional sempat merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam
skala global tersebut.
Pada tahun 1970-an, muncul sebuah pemikiran bahwa bumi tempat kita
tinggal memiliki daya dukung yang terbatas dimana manusia terus berkembang
8/17/2019 Acuan Artikel
20/103
dan bertambah padat. Oleh karena itu, ekploitasi perlu dilakukan secara hati-hati
(Wibisono, 2007). Pada dasarwarsa tersebut disadari timbulnya tanggung jawab
sosial dengan pemikiran bahwa untuk meningkatkan sektor produksi perlu
didukung oleh peningkatan permintaan masyarakat. Peningkatan tersebut salah
satunya dapat diperoleh dengan berubahnya masyarakat yang miskin menjadi
mampu. Perubahan ini mungkin dapat dilakukan dengan adanya bantuan dari luar,
misalnya atas perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan.
Pada tahun 1980-an terjadi perubahan atas bentuk kegiatan sosial dari
yang berupa kegiatan pendermaan menjadi ke arah pemberdayaan masyarakat.
Menurut Elkingto dalam Wibisono (2007) jika perusahaan ingin bertahan maka
perlu memperhatikan 3P, yakni bukan hanya profit yang diburu, namun juga harus
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat ( people ) dan ikut aktif menjaga
kelestarian lingkungan ( planet ).
Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth Summit) di Rio de Janeiro
Brazilia 1992, menyepakati perubahan paradigma pembangunan, dari
pertumbuhan ekonomi ( economic growth ) menjadi pembangunan yang
berkelanjutan ( sustainable development ). Dalam perspektif perusahaan, di mana
keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program sebagai dampak dari usaha-
usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari masing-masing stakeholder. Ada lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi
penting, di antaranya adalah; (1) ketersediaan dana, (2) misi lingkungan, (3)
tanggung jawab sosial, (4) terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat,
korporat, dan pemerintah), (5) mempunyai nilai keuntungan/manfaat.
8/17/2019 Acuan Artikel
21/103
Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, yaitu nilai perusahaan ( corporate value ) yang direfleksikan
dalam kondisi keuangannya ( financial ) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan
harus berpijak pada triple bottom lines . Di sini bottom lines lainnya selain
finansial juga adalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak
cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan ( sustainable ).
Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan
memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta
bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke
permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan hidupnya.
Ebert (2003) dalam Sembodo (2007) mendefinisikan corporate social
responsibility sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-
komitmennya terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual dalam
lingkungan perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan,
perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya
dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum (Darwin,
2006).Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan masyarakat kepada
perusahaan agar mereka melakukan pembenahan sistem operasi perusahaan
menjadi suatu sistem yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap
sosial sangat kuat, perkembangan teknologi dan industri yang pesat dituntut untuk
memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam
8/17/2019 Acuan Artikel
22/103
perusahaan-perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada
pemilik atau pemegang saham ( shareholders ), tapi juga memiliki komitmen sosial
terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu
bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan dan keputusan menteri, yaitu UU No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal LN No.67 TLN No.4274, UU No.40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003
tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
ekonomi.
Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan
partisipasi masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR.
Hal ini dikarenakan masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh
dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling
merasakan dampak dari kegiatan produksi suatu perusahaan, baik itu dampak
positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam bidang sosial, ekonomi,
politik maupun lingkungan. Adapun tujuan dari CSR adalah:1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya
secara implisit, asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental
adalah baik.
8/17/2019 Acuan Artikel
23/103
2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya
kontrak sosial di antara organisasi dan masyarakat. Keberadaan kontrak
sosial ini menuntut dibebaskannya akuntabilitas sosial.
3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
adalah untuk memberikan informasi kepada investor.
Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu
diungkapkan dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial
kepada masyarakat. Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam
laporan yang disebut Sustainability Reporting . Sustainability Reporting adalah
pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan
kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik
yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability
Development yang membawanya menuju kepada core business dan sektor
industrinya.
Milton Friedmans pernah mengkritisi bahwa tugas seorang manajer
hanyalah memaksimumkan return bagi para pemegang sahamnya. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk tujuan altruistik dipandang sebagai sosialisme. Di masa itu,
isu-isu sensitif seperti good governance, health and safety, environmentalimpacts, labor rights, social and ethical issues, corruption, dan social
development impacts , memang bukanlah “santapan” dunia bisnis. Kalaupun
tanggung jawab sosial perusahaan dijalankan, lebih didasari motif utilitarian
mengejar commercial benefit di balik simpati publik dan pemerintah.
8/17/2019 Acuan Artikel
24/103
Saat ini iklim bisnis telah banyak berubah. Entitas bisnis dituntut untuk
lebih transparan dan akuntabel dalam interaksin ya. Ia menjadi “pusat perhatian”
media, kosumen, dan bahkan pemerintah. Dan karena entitas bisnis mempunyai
pengaruh kuat terhadap komunitas, sudah selayaknya entitas bisnis tersebut
memiliki tanggung jawab kepada komunitasnya.
Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan menurut
Lawrence et. al . (2005:46) adalah bahwa perusahaan seharusnya menyajikan tiap
kegiatan mereka yang membawa dampak terhadap manusia, komunitas, dan
lingkungan mereka secara akuntabel. Hopkins (2002) dalam Prasetyawati (2007:
7) CSR diartikan sebagai suatu tindakan etis atau tanggung jawab perusahaan
terhadap stakeholders . Tindakan etis atau tanggung jawab tersebut dimaksudkan
agar mendapat penerimaan dari masyarakat luas. Tanggung jawab sosial meliputi
aspek sosial dan lingkungan, dalam hal ini aspek ekonomi telah tercakup dalam
aspek sosial. Stakeholders terdiri dari pihak dalam dan luar perusahaan. Tujuan
utama dari tanggung jawab sosial adalah untuk meningkatkan standar hidup, tanpa
mengesampingkan pencapaian keuntungan untuk semua pihak baik yang berada di
dalam ataupun di luar perusahaan.
Sedangkan menurut Darwin (2006), secara luas CSR diartikan sebagai
suatu mekanisme yang mengintegrasikan isu sosial dan isu lingkungan ke dalamoperasi perusahaan, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan pada
stakeholders . Dimana ruang lingkup CSR itu terkait erat dengan dampak
lingkungan dan sosial yang ditimbulkan oleh akibat operasi perusahaan. Oleh
sebab itu, CSR mencakup pula tanggung jawab dan komitmen perusahaan
terhadap para stakeholders nya (terutama pemegang saham, pelanggan, pemasok,
8/17/2019 Acuan Artikel
25/103
karyawan, dan masyarakat). Djogo (2005) CSR diartikan sebagai pengambilan
keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan
keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan.
Menurut Wibisono (2007) perusahaan memperoleh beberapa keuntungan
karena menerapkan tanggung jawab sosialnya antara lain: untuk mempertahankan
dan mendongkrak reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin
untuk beroperasi ( social license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan;
melebarkan akses ke sumber daya; membentangkan akses menuju market;
mereduksi biaya; memperbaiki hubungan dengan stakeholders, memperbaiki
hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan produktifitas
karyawan.
Penerapan CSR sangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai
CSR. Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang perusahaan terhadap
CSR, yaitu: (1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan
CSR karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven /karena ingin mendongkrak citra
perusahaan); (2) Sebagai upaya memenuhi kewajiban ( compliance ); (3) CSR
diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam ( internal
driven ).Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi CSR menjadi 4 model,
yaitu keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan,
bermitra dengan pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu
konsorsium. Sementara itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR
8/17/2019 Acuan Artikel
26/103
yang dilakukan oleh perusahan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
Beberapa pendapat di atas mengandung pengertian bahwa CSR adalah
sebuah tindakan yang diambil oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawab
perusahaan terhadap stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan baik dalam maupun luar perusahaan) atas berbagai dampak terhadap
sosial maupun lingkungan yang ditimbulkan oleh operasi perusahaan, juga
sebagai wujud kesadaran perusahaan atas posisinya sebagai bagian dari suatu
masyarakat yang juga turut bertanggung jawab atas kemajuan dan kelestarian
lingkungan dan masyarakat tempatnya beroperasi.
2.1.1 Beberapa Pendekatan Terkait dengan Tanggung Jawab Perusahaan
Ada beberapa pendekatan terkait dengan perubahan tanggung jawab
perusahaan menurut Glautier dan Underdown (2000) dalam Utami (2004: 17-18):
1. Pendekatan Ekonomi Klasik
Pendekatan ini berpandangan bahwa perusahaan hanya memiliki satu
tujuan, yaitu memaksimalkan keuntungan. Dalam hal ini tujuan
perusahaan harus mampu memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.
2.
Pendekatan ManajerialPendekatan ini berpandangan bahwa manajer perusahaan harus membuat
keputusan yang memelihara keseimbangan yang wajar antara klaim
pemegang saham, karyawan, pelanggan, suplier, dan masyarakat umum.
Perusahaan berusaha menjembatani kepentingan dan membuat
pertimbangan yang wajar tentang kepentingan yang beragam dari koalisi
8/17/2019 Acuan Artikel
27/103
ini. Hal tersebut merupakan satu cara untuk memastikan tujuan
memaksimumkan keuntungan jangka panjang.
3. Pendekatan Lingkungan Sosial
Pendekatan ini beranggapan bahwa laba adalah salah satu alat atau cara
untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan tujuan itu sendiri.
Pendekatan ini memandang bahwa laba bukan merupakan tujuan akhir,
melainkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebih luas, yaitu
tercapainya sasaran-sasaran sosial. Konsekuensinya, perusahaan
diharapkan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang ada di lingkungannya, seperti pengangguran, sistem
pendidikan, pencemaran, perumahan, dan sebagainya.
2.1.2 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibi l i ty (CSR)
Menurut Ernst dan Ernst (2001) dalam Utami (2004: 18-21) antara lain:
1. Lingkungan
Aspek-aspek lingkungan dalam operasi merupakan tanggung jawab
manajemen. Antara lain dapat diwujudkan dengan melakukan
pengendalian polusi yang berkaitan dengan aktivitas usaha, pencegahanatau perbaikan kerusakan lingkungan sebagiai akibat pemrosesan sumber
daya alam dan konservasinya.
2. Tujuan sosial perusahaan
Dapat dilihat dari usaha pengurangan efek sosial eksternalitas negatif
akibat industri dan dalam mengadopsi teknologi yang efisien untuk
8/17/2019 Acuan Artikel
28/103
meminimalkan penggolongan sumber daya yang tidak dapat digantikan
dan meminimumkan produksi limbah.
3. Energi
Perusahaan bertanggung jawab atas usaha penghematan energi yang
berkaitan dengan aktivitas usaha perusahaan. Perusahaan juga bertanggung
jawab atas peningkatan efisiensi penggunaan energi pada produk-produk
perusahaan.
4. Praktik usaha yang sehat
Meliputi hubungan perusahaan yang berkaitan dengan kelompok-
kelompok yang mempunyai kepentingan khusus, meliputi:
a. Jabatan bagi kelompok minoritas
b. Jabatan bagi kaum wanita
c. Jabatan bagi kelompok yang berkepentingan lainnya
d. Promosi bagi kelompok minoritas
e. Dukungan bagi pengusaha
5. Sumber daya manusia
Pada area ini, tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan efek
dari aktivitas perusahaan, yaitu terhadap orang-orang yang menyangkutterhadap sumber daya manusia dari perusahaan. Aktivitas-aktivitasnya
meliputi:
a. Praktik perekrutan
b. Praktik pelatihan
c. Tingkat gaji dan upah
8/17/2019 Acuan Artikel
29/103
d. Kesehatan pekerja
e. Keamanan kerja dan stabilitas angkatan kerja
f. Peningkatan pengalaman rotasi pekerjaan
g. Kebijakan transfer dan promosi
6. Keterlibatan masyarakat
Tanggung jawab sosial perusahaan pada sektor ini meliputi aktivitas-
aktivitas kemasyarakatan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan,
seni dan pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
7. Produk dan jasa
Meliputi aspek kualitatif produk, sebagai contoh adalah kegunaan, daya
tahan umur, keselamatan dan kemudahan servis dan efek-efek produk
tersebut pada pencemaran. Di damping itu, termasuk pula kepuasan
konsumen, nilai kebenaran iklannya, juga kelengkapan dan kejelasan label
dan kemasan.
Menurut Darwin (2006) ruang lingkup CSR terdiri dari lima pokok, yaitu:
1. Hak Asasi Manusia (HAM). Bagaimana perusahaan menyikapi masalah
HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di perusahaan yang
bersangkutan.2. Tenaga Kerja (Buruh). Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain , di
pabrik sendiri, dan di kantor pusat mulai dari soal sistem penggajian,
kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan keterampilan
dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan tenaga kerja
di bawah umur.
8/17/2019 Acuan Artikel
30/103
3. Lingkungan Hidup. Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan
dengan masalah lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi
dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai dari pengadaan bahan
baku sampai buangan limbah, dan dampak lingkungan yang diakibatkan
oleh proses produksi dan distribusi produk.
4. Sosial – masyarakat. Strategi dan kebijakan dalan bidang sosial dan
pengembangan masyarakat setempat ( community development ), dampak
operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat
setempat.
5. Dampak Produk dan Jasa terhadap Pelanggan. Apa saja yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari
dampak negatif, seperti: mengganggu kesehatan, mengancam keamanan,
dan produk terlarang.
Menurut Gloutie (2000) dalam Zuhroh (2003) tema-tema yang
diungkapkan dalam wacana akuntansi tanggungjawab sosial adalah:
1. Kemasyarakatan, tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang
diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,
pendidikan, dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan
lainnya.2. Ketenagakerjaan, tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada
orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi
rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, mutasi dan promosi,
dan lainnya.
8/17/2019 Acuan Artikel
31/103
3. Produk dan konsumen, tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk
atau jasa, antara lain kegunaan, durability , pelayanan, kepuasan pelanggan,
kejujuran dalam iklan, kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan, dan
lainnya.
4. Lingkungan hidup, tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses
produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi
bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat
pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.
Sedangkan menurut Harahap (2002), keterlibatan sosial yang dilakukan
oleh perusahaan berdasarkan keadaan di negara Indonesia, yaitu:
1. Lingkungan hidup, antara lain: pengawasan terhadap efek polusi,
perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam, keindahan lingkungan,
pengurangan polusi suara, penggunaan tanah, pengelolaan sampah dan air
limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerjasama dengan energi,
yaitu antara lain: konservasi dan penghematan energi yang dilakukan oleh
perusahaan dalam aktivitasnya.
2. Sumber daya manusia dan pendidikan, antara lain: keamanan dan
kesehatan karyawan, pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan
rekreasi karyawan, menambah dan memperluas hak-hak karyawan, usahauntuk mendorong partisipasi, perbaikan pensiun, beasiswa, bantuan pada
sekolah, pendirian sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan
pengembangan, pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, dan
peningkatan karir karyawan.
8/17/2019 Acuan Artikel
32/103
3. Praktek bisnis yang jujur, antara lain: memperhatikan hak-hak karyawan
wanita, jujur dalam iklan, kredit, service , produk, jaminan, mengontrol
kualitas produk, pemerintah, universitas, dan pembangunan lokasi
rekreasi.
4. Membantu masyarakat lingkungan antara lainnya: memanfaatkan tenaga
ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak
campur tangan dalam struktur masyarakat, membangun klinik kesehatan,
sekolah, rumah ibadah, perbaikan desa atau kota, sumbangan kegiatan
sosial masyarakat, perbaikan perumahan desa, bantuan dana, perbaikan
sarana pengangkutan pasar.
5. Kegiatan seni dan kebudayaan, antara lain: membantu lembaga seni dan
budaya, sponsor kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya
dalam iklan, merekrut tenaga yang berbakat dalam seni dan olah raga.
6. Hubungan dengan pemegang saham, antara lain: sifat keterbukaan direksi
pada semua persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan, pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.
7. Hubungan dengan pemerintah, antara lain: menaati peraturan pemerintah,
membatasi kegiatan lobbying , mengontrol kegiatan politik perusahaan,
membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan,membantu secara umum peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat,
membantu proyek dan kebijakan pemerintah, meningkatkan produktivitas
sektor informal, pengembangan dan inovasi manajemen.
Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
di Indonesia (Saidi dan Abidin, 2004) sebagai berikut:
8/17/2019 Acuan Artikel
33/103
1. Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat
seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau
menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan
untuk operasional yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga/organisasi non pemerintah, instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya
oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktifmencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan
program yang telah disepakati.
2.1.3 Aktivitas dalam Akuntansi Sosial
8/17/2019 Acuan Artikel
34/103
Terdapat lima jenis aktivitas dalam akuntansi sosial menurut Mathew
(2000) dalam Utami (2004: 22), yaitu:
1. Social Responsibility Acounting (SRA)
SRA adalah pengungkapan informasi secara sukarela baik informasi yang
bersifat kualitatif maupun informasi yang bersifat kuantitatif yang dibuat
oleh organisasi yang bertujuan untuk memberi informasi ataupun
mempengaruhi sekelompok pengguna informasi tersebut. Sub disiplin ini
bertujuan untuk mengungkapkan item-item individual yang mempunyai
dampak sosial pada sektor privat dalam jangka pendek. Ukuran yang
digunakan bersifat non keuangan dan kualitatif, contoh: laoran tentang
karyawan, akuntansi sumber daya manusia, dan demokrasi industrial.
2. Total Impact Accounting (TIA)
TIA meliputi pengukuran seluruh biaya yang ditanggung perusahaan
akibat operasi usaha yang dijalankan, baik biaya privat maupun biaya
publik (eksternalitas). Displin ini juga disebut Cost Benefit Analysis
(CBA) untuk menilai seberapa besar social cost dan social benefit yang
terjadi karen aaktivitas operasional perusahaan, seperti biaya pengobatan
karena polusi yang ditimbulkan oleh limbah pabrik. Sedangkan social
benefit adalah manfaat yang diterima dan dirasakan oleh pihak dalammaupun pihak luar perusahaan sebagai akibat kegiatan sosial perusahaan.
3. Socio Economic Accounting (SEA)
Sub displin ini dipergunakan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang
didanai oleh masyarakat, baik yang menggunakan ukuran-ukuran finansial
maupun non finansial. Biasanya digunakan dalam sektor manufaktur. SEA
8/17/2019 Acuan Artikel
35/103
merupakan proses pengukuran, pengaturan dan pengungkapan dampak
pertukaran antara perusahaan dengan lingkungannya. SEA timbul dari
dampak penerapan akuntansi dalam ilmu sosial. Ini menyangkut peraturan,
pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari
kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang
bersifat makro dan mikro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur
dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social
accounting dan reporting , serta peranan akuntansi dalam pembangunan
ekonomi.
4. Socio Indicator Accounting
Sub disiplin ini digunakan untuk mengukur aktivitas dalam skala makro.
Indikator-indikator yang disusun dipergunakan untuk pengambilan
keputusan mengukur pencapaian tujuan.
5. Societal Accounting
Ditujukan untuk mencari gambaran yang tepat tentang hubungan akuntansi
dengan lingkungannya, dimana hubungan tersebut sangat tergantung pada
budaya setempat.
2.2 Pengungkapan
Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Statement
Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, tujuan pelaoran keuangan adalah
untuk memberikan informasi yang berguna bagi investor, calon investor, kreditor,
calon kreditor dan para pemakai lain dalam membuat keputusan investasi, kredit,
8/17/2019 Acuan Artikel
36/103
dan keputusan lainnya secara rasional. Informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sangat penting sebagai dasar mengalokasikan dana-dana investasi
secara efisien dan produktif. Perusahaan-perusahaan memberikan laporan
keuangan kepada berbagai stakeholders dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang relevan dan tepat waktu agar berguna dalam pengambilan
keputusan investasi, monitoring, penghargaan kerja dan pembuatan kontrak-
kontrak.
Kualitas keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan
perusahaan yang diberikan melalui laporan tahunan. Scott (1997: 92)
menunjukkan dua manfaat pengungkapan penuh; yang pertama, pengungkapan
memungkinkan investor membuat keputusan investasi lebih baik dan kedua,
pengungkapan meningkatkan kemampuan pasar modal untuk investasi langsung
yang paling produktif. Pengungkapan tidak hanya penting untuk masa sekarang,
tetapi juga untuk masa yang akan datang. Wolk et. al. dalam Subroto (2004: 83)
alasan semakin pentingnya pengungkapan pada masa mendatang adalah karena
lingkungan bisnis tumbuh semakin kompleks, dan pasar modal mampu menyerap
dan mencerminkan informasi baru dalam harga saham secara cepat.
Pengungkapan penting bagi investor, karena dengan adanya pengungkapan
maka resiko informasi yang diterima investor lebih kecil. Berkurangnya resikoinformasi ini dapat meningkatkan rasa aman investor untuk melakukan investasi
pada sekuritas perusahaan publik tersebut. Dengan demikian, investor akan
memberikan kepercayaan lebih tinggi pada perusahaan yang memberikan
pengungkapan laporan keuangan secara lebih lengkap daripada perusahaan yang
laporan keuangannya kurang lengkap. Pengungkapan juga diperlukan oleh
8/17/2019 Acuan Artikel
37/103
investor untuk meningkatkan kualitas investasi mereka, karena dengan adanya
pengungkapan semua informasi yang relevan tersedia lebih banyak.
Bukan hanya investor yang berkepentingan dengan adanya pengungkapan
laporan keuangan. Pihak-pihak lain di luar perusahaan ( stakeholders ) juga sangat
membutuhkan. Dengan adanya pengungkapan maka pemerintah sebagai
pemegang kendali peraturan bisa mengambil kebijakan yang terkait dengan
perusahaan/bidang usaha yang bersangkutan secara tepat. Selain itu, pihak lain
seperti pengamat lingkungan, masyarakat umum (pengguna hasil perusahaan)
dapat memberi penilaian kepada perusahaan secara lebih objektif.
2.2.1 Definisi Pengungkapan
Hendriksen (1987: 203) pengungkapan merupakan penyajian informasi
yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Dalam
interpretasi yang lebih luas pengungkapan terkait dengan informasi baik yang
terdapat dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan ( supplementary
communication ) yang terdiri atas catatan kaki, informasi kejadian setelah tanggal
laporan, analisis manajemen atas operasi di masa mendatang, perkiraan keuangan
serta operasi dan operasi lainnya. Menurut Wolk et. al. dalam Subroto (2004: 84)
pengungkapan merupakan informasi yang ada dalam laporan keuangan maupunkomunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa setelah pelaporan,
analisa manajemen atas operasi yang akan datang, peramalan keuangan dan
operasi, serta laporan keuangan tambahan.
Pengungkapan ada yang bersifat wajib ( mandatory ), yaitu pengungkapan
informasi yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan
8/17/2019 Acuan Artikel
38/103
atau standar tertentu. Menurut SAK, pengungkapan yang wajib meliputi
pengungkapan dalan laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan dan
informasi pelengkap yang diwajibkan. Selain bersifat wajib, pengungkapan juga
ada yang bersifat sukarela ( voluntary ) yang merupakan pengungkapan informasi
yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku. Pengungkapan
ini merupakan wujud dari pemenuhan terhadap tekanan masyarakat untuk
meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Suripto dan Baridwan dalam
Subroto (2004: 85) mengatakan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pilihan
bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan
informasi lainnya yang dipandang relevan sebagai dasar untuk membuat
keputusan oleh para pemakai laporan tahunan.
2.2.2 Tujuan Pengungkapan
Tujuan pengungakapan menurut SEC ( Security Exchange Commision )
dikategorikan menjadi dua:
1. Protective Disclosure , yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan
terhadap investor.
2. Informative Disclosure , yang bertujuan memberikan informasi yang layak
kepada pengguna laporan.Sedangkan menurut Belkaoui (2000) tujuan pengungkapan ada enam,
yaitu:
2 Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran
yang relevan dari item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan
keuangan.
8/17/2019 Acuan Artikel
39/103
3 Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan
ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
4 Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor
dalam menentukan rasio dan item-item yang potensial untuk diakui dan
yang belum diakui.
5 Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh
pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antar perusahaan.
6 Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar
di masa mendatang.
7 Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasi.
2.2.3 Kuantitas dan Kualitas Pengungkapan
Tuntutan para stakeholders terhadap akuntabilitas perusahaan publik
semakin hari semakin tinggi. Kondisi ini semakin memaksa perusahaan untuk
lebih memperhatikan berap banya informasi yang harus diungkapkan. Dalam hal
ini perusahaan harus mengetahui tentang informasi mana yang seharusnya
diungkap dan informasi mana yang tidak perlu diungkap. Tuanakota (1986:221)
menyatakan tiga konsep umum tentang pengungkapan yang umumnya diusulkan:
1.
Pengungkapan yang cukup ( adequate ) merupakan pengungkapan yangminimal cukup untuk membuat laporan yang tidak menyesatkan.
2. Pengungkapan yang wajar ( fair ) merupakan pengungkapan yang
memberikan perlakukan yang sama bagi semua pembaca yang potensial.
3. Pengungkapan yang lengkap ( full ) merupakan penyajian semua informasi
yang relevan. Bagi beberapa pihak pengungkapan yang lengkap ini
8/17/2019 Acuan Artikel
40/103
dikatakan sebagai penyajian informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa
dikatakan layak.
Dalam PSAK tahun 2007 dinyatakan bahwa karakteristik kualitatif
merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk
maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian,
informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan
tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakaidengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini
atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
3. Keandalan
8/17/2019 Acuan Artikel
41/103
Agar dapat bermanfaat, informasi juga harus andal ( reliable ). Informasi
memiliki kualitas handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus dan jujur ( faithful representation ) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat diperbandingkan.
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan ( trend ) posisi dan
kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan
tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang
berbeda.
2.2.4 Metode Pengungkapan
Pedoman umum yang dipakai untuk memilih atau menentukan metode
pengungkapan adalah bahwa informasi seharusnya disajikan dalam bentuk yangdapat dengan mudah dipahami oleh seseorang dengan pengetahuan rata-rata,
relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Ada tujuh metode pengungkapan menurut
Hendriksen (1987):
1. Bentuk dan susunan laporan formal
8/17/2019 Acuan Artikel
42/103
Bentuk dan susunan laporan formal mencakup tiga laporan utama, yaitu:
laporan posisi ( position statement ), laporan arus kas ( income statement ),
dan laporan perubahan posisi keuangan ( funds statement ).
2. Terminologi dan penyajian terinci
Dalam laporan keuangan harus digunakan istilah-istilah yang jelas dan
umum digunakan dalam analisis keuangan, dan informasinya harus terinci.
3. Informasi selipan (Parenthical information)
Informasi yang sangat penting seharusnya disajikan langsung dalam
ikhtisar keuangan yang bersangkutan bukan dalam catatan kaki ( footnotes )
ataupun dalam bentuk daftar tambahan ( suplementary schedule ). Apabila
judul atau nama pos-pos neraca dan ikhtisar laba/rugi terlalu panjang
untuk disajikan maka dapat disajikan sebagai catatan setelah judul dalam
laporan.
4. Catatan kaki ( footnotes )
Catatan kaki merupakan sarana menyajikan pengungkapan yang tidak
dapat ditempatkan dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan dan tidak
boleh bertentangan atau bersifat pengulang terhadap informasi yang
disajikan dalam ikhtisar keuangan.
5.
Ikhtisar dan skedul pelengkap ( Supplementary statement and supplementary schedule )
Supplementary statement merupakan informasi tambahan atau informasi
yang disajikan dalam bentuk yang agak berbeda dari ikhtisar keuangan
dasar.
6. Sertifikasi Auditor
8/17/2019 Acuan Artikel
43/103
Sertifikasi auditor bukan merupakan tempat yang tepat untuk
mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai
perusahaan, namun ia berperan sebagai satu metode untuk
mengungkapkan jenis informasi sebagai berikut:
a. Pengaruh yang material dari penggunaan metode akuntansi yang
berbeda dari yang diterima umum.
b. Pengaruh yang material dari perubahan satu metode akuntansi yang
lazim ke metode akuntansi yang lazim lainnya.
c. Perbedaan pendapat antara auditor dengan klien mengenai dapat
diterima atau tidaknya suatu prinsip akuntansi dalam laporan tersebut.
7. Surat Direktur Utama ( The president letter )
Untuk jenis informasi tertentu dapat disajikan secara langsung oleh
manajemen dalam bentuk surat dari direktur utama. Informasi tambahan
ini mencakup:
a. Kejadian-kejadian non keuangan dan perubahan-perubahan selama
tahun tersebut yang memepengaruhi operasi perusahaan.
b. Harapan dan perkiraan di masa mendatang dari industri yang
bersangkutan dan ekonomi serta peran perusahaan dalam harapan ini.
c.
Rencana pertumbuhan dan perubahan dalam operasi pada periode atau periode-periode berikutnya.
d. Jumlah dan pengaruh yang diharapkan dengan adanya pengeluaran
untuk barang-barang modal saat ini dan yang diantisipasi dilakukan
serta usaha-usaha penelitian.
8/17/2019 Acuan Artikel
44/103
2.2.5 Manfaat Pengungkapan
Tujuan dari pengungkapan laporan keuangan adalah untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pemakai laporan keuangan dan juga pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. IAI dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan menyatakan pemakai laporan keuangan meliputi
investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok
dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan
masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan informasi yang berbeda.
1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan
dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu
menentukah apakah harus membeli, menahan, atau menjual inevstasi
tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
mmungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk
membayar deviden.
2. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilaikemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun
dan kesempatan kerja
3. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar setelah jatuh tempo.
8/17/2019 Acuan Artikel
45/103
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
5. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama jika mereka terlibat dengan perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai
dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti kepada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan terhadap penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan(trend ) atau perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
2.3 Pengungkapan Sosial sebagai Tanggung Jawab Perusahaan
8/17/2019 Acuan Artikel
46/103
Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga dalam
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan
kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka berada.
Perusahaan bertanggung jawab secara sosial ketika manajemennya memiliki visi
atas kinerja operasionalnya, tidak hanya mengutamakan atas laba/profit
perusahaan tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya, memperhatikan
lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba
sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai
tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang
saham (Gray et. al., 1987).
Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai
Corporate social reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan
lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al.,
1987). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan
informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungansebagai tanggung jawab perusahaan.
Menurut Gray et. al., (1995) ada dua pendekatan yang secara signifikan
berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi
8/17/2019 Acuan Artikel
47/103
konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat
keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial
yang dilaporkan.
Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan
masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber
utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Gray et. al., (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan mengapa
perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan
aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh emiten tersebut, yaitu:
1. Decision-userfulnes study
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa
informasi sosial dibutuhkan users , seperti analis, banker, dan pihak lain
yang terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas
sosial perusahaan berada pada posisi moderately important.
2. Economic theory studyStudi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada
Economic agency theory dan Accounting positivism theory yang
menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu prinsipal. Prinsipal
diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun,
pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group
8/17/2019 Acuan Artikel
48/103
perusahaan yang bersangkutan sebagai agen, manajemen akan berupaya
mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik ( stakeholder) .
3. Social and political theory studies
Bidang ini menggunakan teori stakeholder , teori legitimasi organisasi, dan
teori ekonomi publik. Teori stakeholder mengamsusikan bahwa
perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam
menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder ,
semakin besar kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap
keinginan stakeholder nya.
Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu
dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari
kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-
sumber sosial ( social resources ). Jika aktivitas perusahaan menyebabkan
kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya biaya sosial ( social
cost ) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila perusahaan
meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit
(manfaat sosial).
Beberapa alasan lain perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya, antara
lain:1. Jika perusahaan tidak mengungkapkan CSR secara sukarela,
dikhawatirkan pengungkapan tersebut akan menjadi kebijakan pemerintah
yang bersifat wajib.
2. Sebagai legitimasi atas kegiatan yang dilakukan perusahaan.
3. Untuk mengalihkan perhatian pemakai laporan dari isu lain.
8/17/2019 Acuan Artikel
49/103
4. Untuk meningkatkan citra perusahaan di hadapan publik.
5. Untuk meningkatkan keuntungan kompetitif.
6. Pemenuhan hak para stakeholder untuk mengetahui aktivitas perusahaan.
7. Untuk mendapat keuntungan politik.
8. Dorongan untuk mengkomunikasikan aktivitas perusahaan kepada
khalayak.
9. Untuk menjelaskan pola pengeluaran perusahaan.
Pengungkapan kinerja sosial perusahaan menurut Ikhsan dan Ishak dalam
Syam (2007), baik secara internal maupun eksternal, dapat ditempuh melalui
beberapa pendekatan, yaitu:
1. Audit sosial, yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi , sosial,
dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi
perusahaan yang reguler. Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat
daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut
dihasilkan, auditor sosial kemudian mengukur dan menilai dampak-
dampak dari kegiatan sosial perusahaan.
2. Laporan-laporan sosial. Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan
hubungan perusahaan dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya
oleh David Linowes. Ia membagi laporannya dalam tiga kategori:hubungan dengan manusia, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan
dengan produk.
3. Pengungkapan dalam laporan tahunan. Beberapa perusahaan menerbitkan
laporan tahunan kepada pemegang saham disertai beberapa infomrasi
sosial yang dilakukan. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam
8/17/2019 Acuan Artikel
50/103
laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan
secara komprehensif, karena kebanyakan informasi yang diungkapkan
dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa
jadi perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan mengabaikan
dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas usahanya.
2.4 Pelaporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan
oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah ungkapan
wajib ( mandatory disclosure ), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh
emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara. Sedangkan yang
kedua adalah ungkapan sukarela ( voluntary disclosure ), yaitu ungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang
ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi
yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk
mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar
modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang dikelola
oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalamkaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat.
Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum
mempunyai standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang
berhubungan dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat sendiri
model pelaporan pertanggungjawaban sosialnya.
8/17/2019 Acuan Artikel
51/103
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990) mengidentifikasi
hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan. Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan
pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi,
pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi
alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
2. Energi. Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi
dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi
terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi,
dan lain-lain.
3. Praktik bisnis yang wajar. Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan
perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial
4. Sumber daya manusia. Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan
karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas
di dalam suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program
pelatihan dan peningkatan keterampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan
gaji serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan
keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.5. Produk. Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain.
2.5 I ndonesia Sustainabil ity Reporting Awards (ISRA)
Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan
yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas
8/17/2019 Acuan Artikel
52/103
kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi
untuk memelihara keberlanjutan ( sustainability ) perusahaan itu sendiri. ISRA
merupakan penghargaan terhadap perusahaan-perusahaan yang telah
menyelenggarakan laporan keberlanjutan ( sustainability report ), baik yang
diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan ( annual
report ).
Tujuan ISRA adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengakuan terhadap organisasi-organisasi yang melaporkan
dan mempublikasikan informasi mengenai lingkungan, sosial, dan
informasi keberlanjutan terintegrasi.
2. Mendukung pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan.
3. Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dengan menekankan
tanggungjawab terhadap pemangku kepentingan utama ( key stakeholders ).
4. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap transparansi dan
pengungkapan.
Penghargaan tahunan ini terselenggara atas kerjasama Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (IAMI – d/h IAI-KAM) dan National Center for
Sustainability Reporting (NCSR). ISRA 2008 akan melakukan penilaian terhadap pelaporan keberlanjutan ( sustainability reporting ) termasuk pelaporan kegiatan
tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan 2007. Penilaian
tersebut akan dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari berbagai pemangku
kepentingan utama, termasuk: Institut Akuntan Publik Indonesia, Kementerian
Negara Lingkungan Hidup, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
8/17/2019 Acuan Artikel
53/103
Keuangan-Departemen Keuangan RI, Bursa Efek Indonesia, Perguruan Tinggi,
National Comitte on Governance , press media , dan lembaga swadaya masyarakat.
Tahun 2008, merupakan tahun keempat penyelenggaraan ISRA. Sejak
Tahun 2005, telah terjadi beberapa perubahan dalam kriteria penilaian dan
kategori pemenang. Kriteria penilaian untuk laporan keberlanjutan yang
digunakan dalam ISRA 2008 mengacu kepada Global Reporting Initiative (GRI)
Sustainability Reporting Guidelines versi 3.0. Sementara itu, kategori pemenang
ISRA dibagi menjadi:
1. Best Sustainability Report 2007 ,
2. Best Environmental and Social Reporting 2007 ,
3. Best Environmental Reporting 2007 ,
4. Best Social Reporting 2007 , dan
5. Best Website 2008 .
Khusus untuk tahun 2008, ISRA menambahkan satu kategori baru, yaitu
“ Best CSR Reporting in Annual Report 2007.” Penambahan kategori ini
merupakan tanggapan terhadap kewajiban pelaporan pelaksanaan tanggung jawab
sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan Perseroan Terbatas di Indonesia
melalui Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Melalui penambahan kategori ini diharapkan Perseroan Terbatas yangada di Indonesia menjadi lebih terpacu untuk membuat laporan keberlanjutan
yang akuntabel dan transparan di samping laporan tahunan. Proses penjurian
dalam ISRA terdiri dari penilaian atas laporan dan interview dengan manajemen
perusahaan-perusahaan peserta.
8/17/2019 Acuan Artikel
54/103
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian yang bersifat
deskriptif kualitatif. Dinamakan penelitian bersifat deskriptif karena dilakukan
tanpa hipotesa yang dirumuskan secara ketat dengan tujuan untuk
mendeskripsikan secara terperinci mengenai fenomena sosial tertentu. Pada
penelitian deskriptif, data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak
hipotesis melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala yang
diamati. Jadi peneltiian deskriptif merupakan penelitian yang tidak dimaksudkan
untuk menguji atau merumuskan hipotesis tertentu, tetapi hanya untuk
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaaan, dalam
hal ini mengenai bentuk-bentuk corporate social responsibility serta
pengungkapannya pada perusahaan-perusahaan pemenang ISRA 2008.
Lain halnya dengan penelitian yang bersifat kuantitatif, dalam penelitian
kualitatif tidak terdapat aturan yang mengikat dalam mengembangkan metode
penelitian secara pasti berurutan serta pengolahan data dan uji hipotesis yang
menggunakan analisis statistik. Namun, dalam penelitian kualitatif peneliti
mempunyai kebebasan dalam mengembangkannya dan menyimpulkan hasil
penelitian. Seperti diungkapkan dalam Mulyana dalam Sembodo (2007),
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak berdasarkan logika
matematis, prinsip angka, atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan
untuk mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisa kualitas-
8/17/2019 Acuan Artikel
55/103
kualitas, alih-alih mengubahnya menjadi entitas kuantitatif. Dalam penelitian
kualitaitf tidak ada hipotesa yang spesifik pada saat penelitian dimulai; hipotesa
justru terjadi dan dibangun selama tahap-tahap penelitian, setelah diuji atau
dikonfrontasi dengan data-data yang diperoleh peneliti selama penelitian tersebut.
Menurut Molloy (2002) dalam Sembodo (2007), pada penelitian yang
bersifat kualitatif ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan antara lain:
cohort studies , panel studies , case studies , life history studies , dan documentary
analysis . Namun dalam penelitian ini peneliti menggunanakan pendekatan yang
mengarah ke documentary analysis . Documentary analysis merupakan suatu
pendekatan yang secara luas menggunakan analisisnya pada dokumen-dokumen
material. Sumber-sumber dokumen yang digunakan adalah bersifat statik di mana
peneliti dapat dimungkinkan untuk menggali lagi isi dari dokumen-dokumen
tersebut. Meskipun demikian, analisisnya dapat menempatkan satu poin tersendiri
karena berusaha menemukan untuk dapat memperbandingkannya dengan bukti-
bukti dokumen dari satu atau lebih periode waktu. Hal ini jelas bahwa penelitian
kualitatif untuk penelitian sosial, berhubungan dengan luasnya strategi penelitian.
Sementara itu, menurut Supomo dan Indriantoro (2002) penelitian deskriptif
merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari
suatu populasi.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dokumenter. Data dokumenter adalah jenis data penelitian yang antara lain
berupa: faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk
8/17/2019 Acuan Artikel
56/103
laporan program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian atau
transaksi, serta siap yang terlibat dalam suatu kejadian (Supomo & Indriantoro,
2002). Dalam penelitian ini data dokumenter yang digunakan berupa laporan
tahunan, jurnal, substainability report , buku, majalah, dan artikel publikasi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Data sekunder menurut Supomo dan Indriantoro (2002) merupakan
sumber data yang dipeloeh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini diambil
dari:
4. Teks lengkap, yang terdapat dalam buku, artikel, jurnal, dan data on-line
dari internet.
5. Rangkuman artikel atau tulisan peneliti lain.
3.3 Populasi dan Sampel
Penentuan populasi dan sampel dalam penelitian ini mengacu pada kriteria
yang ditetapkan oleh Dewan Juri ISRA 2008. Penulis memilih tahun 2008 karena
pada tahun 2008 ada penambahan satu kategori pemenang yaitu Best CSR
Reporting in Annual Report 2007. Dalam konteks penelitian ini, populasi adalah
empat belas perusahaan yang lolos seleksi ISRA 2008, yaitu sebagai berikut:1. PT Kaltim Prima Coal
2. PT Aneka Tambang (persero), Tbk
3. PT Timah (persero), Tbk
4. PT Astra International, Tbk
5. PT Tambang Batubara Bukit Asam (persero), Tbk
8/17/2019 Acuan Artikel
57/103
6. PT Holcim Indonesia, Tbk
7. PT Telekomunikasi Indonesia (persero), Tbk
8. PT Freeport Indonesia
9. PT Apexindo Pratama Duta, Tbk
10. PT Sucofindo (persero)
11. PT Indosat, Tbk
12. PT Bank Negara Indonesia (persero), Tbk
13. PT Bank Danamon, Tbk
14. PT Bank Internasional Indonesia,Tbk
Dengan menggunakan pendekatan purposive sampling dengan metode
penelitian sampel berdasar pertimbangan (peneliti mempunyai tujuan atau target
tertentu dalam memilih sampel tidak acak dimana informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu). Adapun kriteria yang ditetapkan penulis
untuk memperoleh sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan pemenang ISRA 2008 kategori Best CSR Reporting in Annual
Report 2007.
2. Perusahaan pemenang ISRA 2008 kategori Best Substainability Report
2007.
Alasan yang mendasari mengapa penulis memilih kategori di atas, karena penulis menganggap perusahaan pemenang dari dua kategori tersebut merupakan
perusahaan yang telah melaksanakan CSR mereka dengan baik dan benar serta
melaporkannya secara konsisten dalam laporan pertanggungjawaban sosialnya
sebagai wujud dari pertanggungjawaban sosial mereka.
Top Related