STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Muslimah
Umur : 40 tahun
Pendidikan : Tamat SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Alamat : Trunan RT 02/ RW 21 Magelang 56215
Nama suami : Tn. Muhaimin
Umur suami : 40 tahun
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Pedagang
Tanggal masuk : 26 Juli 2010 pukul 21.15 WIB
II. ANAMNESIS ( tanggal 26 Juli 2010 pukul 21.30)
Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya perdarahan yang keluar dirasa tidak
banyak, berwarna merah segar dan tidak disertai prongkol-prongkol. 2 jam
sebelum masuk rumah sakit perdarahan dari jalan lahir dirasa semakin banyak,
berwarna merah segar dan di sertai prongkol-prongkol. Pasien juga mengeluhkan
adanya sakit perut dan mules saat perdarahan. Pasien juga megeluh pusing, mual
dan muntah. Pasien mengaku tidak berhubungan suami istri sebelum terjadinya
perdarahan. Riwayat trauma sebelum perdarahan disangkal. pasien merasa hamil 3
bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit hepatitis (+) sedangkan Riwayat sakit asma, hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung, TBC tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat asma, psikosa,
riwayat keganasan dalam keluarga tidak ada.
Riwayat Menstruasi
Umur menarche : 18 th
Siklus : 30 hari
Lama : 7 hari
Jumlah darah : 50 cc
Sakit waktu menstruasi : sakit
Pola gangguan haid : tidak ada
HPHT : 26 – 04 - 2010
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, umur pernikahan dengan suami sekarang 7 Tahun
Riwayat Obstetri
no Kahamilan,persalinan,keguguran
dan nifas
Umur
sekarang/
tanggal
Keadaan
anak
Tempat
perawatan
dan no
daftar
1 Aterm,spontan, ♂, 3200 gram,
nifas baik
4 tahun
(2005)
Hidup,
sehat
bidan
2 5 bulan, keguguran Tahun 2006 dukun
3 2 bulan, keguguran Tahun 2007 Tidak
dikuret
4 Hamil ini
Riwayat operasi dan penyakit yang pernah dijalani :
Pasien belum pernah menjalani operasi
Riwayat kehamilan Sekarang :
Riwayat ANC : belum pernah
Hari perkiraan lahir (HPL) : 03 – 01 - 2011
Riwayat KB
KB Suntik per 3 bulan selama 9 bulan. (2005-2006) di bidan
III. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik
kesadaran : Compos Mentis.
Vital Sign : TD :110/70 mmHg, N : 76 x/mnt, Rr : 20 x/mnt, t : 360 C
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 156 cm
Status Generalis
Kepala : Mesochepal
Mata : Conjungtiva Anemis (-) / (-), Sklera Ikterik (-) / (-)
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada sekret
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe leher, tidak ada
peningkatan JVP, tidak ada deformitas
Dada
Inspeksi : Bentuk simetris , tidak ada deformitas, tidak ada
ketertinggalan gerak
Palpasi : vokal fremitus paru – paru kanan = paru – paru
kiri, ictus
cordis di SIC V linea medioclavicularis sinistra.
Perkusi : Sonor pada paru - paru kanan dan kiri
Auskultasi :
Paru : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan ( - ).
Jantung : S1/S2 murni, tunggal, bising
jantung ( - ).
Abdomen :
Inspeksi : Datar, striae ( - ), sikatrik ( - )
Auskultasi : Peristaltik ( + ), Bising usus ( + )
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien
tak
teraba.
Perkusi : Tympani
Anggota Gerak
Reflek fisiologis : atas (+) / bawah (+)
Edema : atas (-)/ bawah (-)
Varises : (-)/(-)
Status Ginekologis
Vaginal Touche: flx : (+) fl : (-)
v/u/v tenang
portio sebesar jempol tangan, lunak
OUE terbuka 2 jari, teraba jaringan
corpus uteri setelur bebek
AP/CD tenang
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah:
Hb : 11,9 g / dl
AL : 10.400 / ul
AT : 359.000 / ul
HbsAg : +
V. DIAGNOSIS
G4P1A2 umur 40 tahun hamil 11 minggu
Abortus Inkompletus
Abortus Habitualis
VI. TERAPI
Kuretase
Skin test Penisilin dan streptomisin
Bila skin test (-) dilanjutkan Injeksi penisillin 1 jt dan streptomicin ½
gram -> pagi dan sore
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Follow up
27 – 07 -2010 jam 06.00
Keluhan : Tidak ada
KU : Baik, Compos Mentis
Px Fisik : TD : 120/90 mmHg
N : 72 x/menit
t : 36,5o C
Rr : 20 x/menit
Conjungtiva anemis : (-)
Palpasi abdomen : Supel,
nyeri tekan (+), massa (-), TFU sulit diraba
Perdarahan pervaginam: sedang, warna merah segar
BAB/BAK : +/+
VIII. LAPORAN OPERASI
Diagnosis Pre-Operasi : G4P1A2 umur 40 tahun hamil 11 minggu,
Abortus inkompletus
Diagnosis Post Operasi : G4P1A3 umur 40 tahun
Post Kuretase a.i Abortus inkompletus
Macam Operasi : Kuretase
LAPORAN OPERASI :
1. Pasien tidur di meja operasi dengan posisi lithotomi dengan General
Anesthesi
2. Disinfektan daerah yang akan di operasi
3. Tutup daerah sekitar yang akan di operasi dengan duk steril
4. Pasang speculum Sims posterior
5. Pasang speculum Sims anterior
6. Disinfektan daerah portio uterus
7. Jepit portio anterior dengan kogel tang
8. Melepas speculum anterior
9. Sondage 8 cm Antefleksi
10. Kuretase seluruh permukaan uterus searah jarum jam secara perlahan ,
keluar sisa Jaringan 25 cc
11. Sondase ulang 7 cm , terdapat tahanan seluruh permukaan
12. Melepas kogel tang
13. Melepas spekulum Sims Posterior
14. Antisepsis kembali
15. Hitung alat lengkap
16. Operasi selesai
X. DIAGNOSIS
G4 P1A3 umur 40 tahun
Post Kuretase a/i Abortus Inkompletus Hari ke 0
XI. TERAPI
- Amoxycillin 3 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Metil Ergometrin 3 x 1
Follow up
29 – 07 – 2010 jam 06.00
Keluhan : Tidak ada
KU : Baik, Compos Mentis
Px Fisik : TD : 110/70 mmHg
N : 72 x/menit
t : 35,8o C
Rr : 20 x/menit
Conjungtiva anemis : (-)
Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (-), massa (-), TFU
tak
teraba
Perdarahan pervaginam: Sedikit, warna merah
BAB/BAK : - /+
Terapi : Amoxycillin 3 x 500 mg
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
Metil Ergometrin 3 x 1
Dx : G4 P1A3 umur 40 tahun
Post Kuretase a/i Abortus Inkompletus Hari ke 1
TINJAUAN PUSTAKA
I. ABORTUS
Definisi
Abortus didefinisikan sebagai sebagai pengakhiran kehamilan sebelum
janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
Frekwensi
Frekwensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak yang
tidak dilaporkan kecuali apabila terjadi komplikasi ; juga karena sebagian abortus
spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat Lebih dari 80%
abortus terjadi dalam 12 minggu pertama. Diperkirakan frekuensi abortus spontan
berkisar 10-15%.
Etiologi
Penyebab abortus adalah :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan
adalah :
a. Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spontan adalah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
b. Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium di
sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat
makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c. Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obatan dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu
Pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dapat menyebabkan
abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta
masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin kemudian terjadilah
abortus. Anemia berat, keracunan, laparatomi, peritonitis, bruselosis,
mononukleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan
walaupun lebih jarang.
4. Kelainan traktus genitalis.
Retroversio uteri gravidi inkarserata, mioma submukosa, atau kelainan
bawaan uterus dapat menyebabkan abortus, seperti serviks inkompeten
yang sering menyebabkan abortus berulang.
Kelainan uterus lain yang dapat menyebabkan abortus adalah leiomioma,
perlekatan intrauteri, defek perkembangan uterus.
- Leiomioma dapat dianggap sebagai faktor kausatif hanya bila
pemeriksaan klinis lainnya negatif dan histerogram menunjukkan
adanya defek pengisian dalam kavum endometrium.
- Perlekatan intrauteri paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada
abortus yang terinfeksi atau pada missed abortion atau akibat
komplikasi postpartum. Abortus pada keadaan ini terjadi karena
endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implantasi hasil
pembuahan.
- Defek perkembangan uterus seperti uterus unikornis, uterus septus atau
uterus bikornis dapat menyebabkan abortus.
5. Nutrisi
Hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinannya
menjadi predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Namun tidak
didapatkan bukti yang menyatakan bahwa defisiensi salah satu nutrien
dalam makanan atau defisiensi semua nutrien merupakan penyebab
abortus yang penting.
6. Obat-obat rekreasional dan toksin lingkungan
a. Tembakau, diidentifikasi sebagai zat yang berkaitan dengan kejadian
abortus
b. Alkohol juga terlibat dalam peningkatan kejadian abortus sekalipun
jumlah yang dikonsumsi tidak banyak. Hal ini menunjukkan bahwa
tembakau dan alkohol merupakan embriotoksin.
c. Radiasi dalam dosis yang cukup telah diketahui dapat menyebabkan
abortus. Dosis yang tepat untuk manusia tidak diketahui tetapi dosis
letal minimum diyakini sekitar 5 rads.
d. Kontrasepsi. Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan kenaikan
kejadian abortus septik setelah kegagalan kontrasepsi.
e. Beberapa toksin lingkungan, seperti arsen, timah hitam, beberapa jenis
senyawa aldehid, benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan
abortus.
7. Laparatomi
Trauma akibat laparatomi dapat mencetuskan terjadinya abortus. Pada
umumnya, semakin dekat tempat pembedahan tersebut dengan organ
panggul, semakin besar kemungkinan terjadinya abortus.
8. Pengaruh endokrin
Abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidisme, diabetes mellitus dan
defisiensi progesteron. Diabetes mellitus tidak menyebabkan abortus jika
kadar gula dikendalikan dengan baik. Defisiensi progesteron karena
kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, dapat
menyebabkan abortus. Sebab progesteron berfungsi mempertahankan
desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi sehingga berperan terhadap kematian janin.
9. Gamet yang menua
Umur sperma dan umur ovum dapat mempengaruhi kejadian abortus
spontan. Abortus dapat terjadi bila inseminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3
hari sesudah waktu peralihan temperatur basal tubuh. Sehingga gamet
yang bertambah tua di dalam traktus genitalis wanita sebelum fertilisasi
berpengaruh terhadap kejadian abortus.
10. Trauma fisik dan trauma emosional
Bila abortus disebabkan khususnya oleh trauma, kemungkinan trauma
tersebut bukan peristiwa yang baru terjadi namun lebih merupakan
kejadian yang terjadi beberapa minggu sebelum abortus.
Patofisologi
Abortus terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan
nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut. Hal tersebut
menyebabkan hasil konsepsi terlepas seluruhnya atau sebagian yang
diinterpretasikan sebagai benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan
uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Jika terjadi sebelum minggu ke 8, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vilii koriales belum menembus desidua secara mendalam Pada
kehamilan antara 8 sampai 14 minggu vili koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya
yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu
kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,
yakni :
1. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan
plasenta.
2. Kantong amnion dan isinya (janin) keluar, meninggalkan korion dan
desidua.
3. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin keluar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
4. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
Yaitu berupa :
- Kantong amnion yang berisi air ketuban tanpa janin (blighted ovum).
- Mola kruenta. Yaitu bila hasil konsepsi yang telah mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dapat dilapisi oleh bekuan
darah.
- Mola karnosa bila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya
terjadi organisasi, sehingga nampak seperti daging.
- Mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak bebenjol-benjol karena
terjadi hematoma antara korion dan amnion.
- Nasib janin yang mati bermacam-macam, jika masih sangat kecil dapat
diabsorbsi dan hilang. Jika sudah agak besar, cairan amnion diabsorbsi
sehingga janin tertekan (fetus compressus), dalam tingkat lanjut dapat
menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Klasifikasi
Abortus dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja, tidak memakai obat-obatan
maupun alat-alat, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
Abortus Spontan terdiri dari :
a. Abortus Imminens
Abortus yang membakat atau mengancam akan terjadi. Hasil konsepsi
seutuhnya masih di cavum uteri
b. Abortus Insipien
Abortus yang sedang berlangsung, tanpa pengeluaran hasil konsepsi
atau hasil konsepsi masih di dalam cavum uteri
c. Abortus Inkompletus
Proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui
jalan lahir, namun sebagian masih tertinggal intrauterine
d. Abortus Kompletus
Apabila keseluruhan jaringan hasil konsepsi telah keluar secara
lengkap
e. Abortus Habitualis
Adalah dimana penderita mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau
lebih
f. Missed Abortion
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 6-7 minggu.
2. Abortus Provokatus (induced abortion)
Yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Medisinalis (therapeutica abortion)
Adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin menjadi viabel dengan
tujuan untuk melindungi kesehatan ibu.
b. Abortus Kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis yakni tidak berdasarkan
gangguan kesehatan ibu ataupun penyakit pada janin.
3. Abortus Infeksiosa atau septik
Adalah abortus yang disertai infeksi genital. Abortus septik adalah abortus
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Manajemen dan Diagnosis
Seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan per
vaginam setelah mengalami haid terlambat, mual dan muntah, sering terdapat rasa
mules, harus dicurigai abortus. Kecurigaan dapat diperkuat dengan ditentukannya
kehamilan dengan pemeriksaan tanda-tanda kehamilan, tes kehailan secara
biologis atau imunologik. Harus dipertimbangkan macam dan banyaknya
perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam cavum uteri atau
vagina.
Sebab kemungkinan diagnosis lain harus dipikirkan kehamilan ektopik
yang ternganggu, mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan pada serviks.
Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang-
kadang agak sulit dibedakan dari abortus dengan posisi retroversi. Dalam kedua
keadaan tersebut ditemukan amenore, perdarahan per vaginam, rasa nyeri di perut
bagian bawah, dan tumor di belakang uterus. Namun, keluhan nyeri biasanya
lebih hebat pada kehamilan ektopik. Bila gejala-gejala menunjukkan kehamilan
ektopik terganggu dapat dilakukan kuldosintesis dan darah dapat dikeluarkan
dengan tindakan ini, diagnosis dapat ditegakkan. Pada mola hidatidosa uterus
biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Bila
ada kecurigaan mola hidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Karsinoma serviks uteri, polip serviks dapat menyertai kehamilan.
Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan
inspekulo, sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis.
Secara klinis dapat dibedakan antara abortus iminens, insipiens,
inkompletus, kompletus, missed abortion, habitualis, infeksiosa dan septik. Secara
lebih lanjut akan dibahas mengenai abortus inkompletus.
Komplikasi abortus
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
2. Perforasi
Perforasi uterus yang terjadi pada kuret dapat terjadi terutama pada uterus
dengan posisi hiperrtofleksi. Jika ada bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan dikerjakan penjahitan luka perforasi atau bila perlu
histerektomi.
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, namun
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan
antisepsis. Bila infeksi menyebar dapat terjadi peritonitis umum atau
sepsis dan kemudian berlanjut menjadi syok.
4. Syok
Syok dapat terjadi akibat perdarahan dan akibat infeksi berat.
II. ABORTUS INKOMPLETUS
Abortus Inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada tertinggal sisa dalam uterus.
Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi
sebelum minggu ke 10, tetapi setelah itu, pengeluaran janin akan terpisah.
Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal dalam uterus, maka
perdarahan cepat atau lambat akan terjadi dan memberikan gejala utama abortus
inkompletus. Sedangkan pada abortus dengan usia kehamilan yang lebih lanjut,
sering perdarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga
terjadi hipovolemia berat.
Diagnosis Abortus Inkompletus
1. Adanya terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Perdarahan pervaginam disertai jaringan.
3. Dapat disertai nyeri perut ataupun tidak.
4. Tanda dan gejala kehamilan yang sesuai dengan umur kehamilan.
5. Sebagian hasil konsepsi telah keluar, namun sebagian masih tertinggal di
intrauterine.
6. Ostium uteri eksternum pada abortus yang baru terjadi dijumpai terbuka.
7. Serviks teraba lunak.
8. Teraba adanya jaringan, atau jaringan menonjol di ostium uteri eksternum.
Penanganan Abortus Inkompletus
1. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti bila hasil konsepsi
belum dikeluarkan. Bila terjadi hal tersebut berikan segera cairan infus
kristaloid sepert NaCl atau Ringer Laktat yang disusul dengan transfusi.
2. Setelah syok teratasi, dapat dilakukan kuretase.
3. Tentukan besar uterus untuk menaksir usia gestasi, atasi setiap komplikasi
yang dapat terjadi.
4. Hasil konsepsi yang tertinggal pada serviks yang disertai perdarahan dapat
dikeluarkan secara digital atau kuretase dengan sendok kuret. Harus
diusahakan agar seluruh kavum uteri dikerok, agar tidak ada jaringan yang
terlewat, kerokan dilakukan secara sistematis menurut putaran jarum jam.
Setelah hasil konsepsi terlepas dari dinding uterus maka hasil tersebut
dapat dikeluarkan atau diambil dengan cunam abortus.
Selain dengan menggunakan sendok kuret, dapat pula menggunakan
aspirasi vakum. Keuntungan penggunaan aspirasi vakum adalah
pelaksanaannya lebih cepat, mempunyai angka perforasi yang rendah,
tidak banyak menimbulkan perdarahan dan rasa nyeri saat dilakukan
tindakan dan lebih jarang menimbulkan infeksi yang terjadi sesudah
tindakan.
Namun bila dengan aspirasi vakum masih ada jaringan yang tertinggal,
maka pengeluaran dilakukan dengan cara kuretase biasa.
5. Setelah tindakan berikan suntikkan ergometrin intramuskular atau
metilergometrin per oral untuk mempertahankan kontraksi otot uterus.
6. Untuk antibiotika profilaksis dapat diberikan amoxicilin 3 x 500 mg.
7. Bila terjadi infeksi, beri ampicilin injeksi 1 g dan metronidazole 500 mg
oral masing-masing tiap 8 jam.
8. Bila pasien nampak anemis atau Hb dibawah normal, berikan sulfas
ferosus atau pemberian transfusi darah.
Prognosis
Dengan penanganan yang tepat dan selama tidak terjadi komplikasi,
prognosis dari abortus inkompletus baik.
PEMBAHASAN
Diagnosis abortus inkompletus pada pasien ini ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis yaitu pasien merasa hamil 3 bulan, terlambat haid 3 bulan,
mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak 3 hari sebelum masuk Rumah
Sakit. Perdarahan yang keluar banyak, perut mules disertai keluar
prongkol-prongkol seperti daging, yang menandakan sebagian hasil
konsepsi sudah ada yang keluar, namun karena perdarahan hingga saat ini
belum berhenti, ini menunjukkan bahwa ada sebagian hasil konsepsi yang
masih tertinggal di uterus.
2. Palpasi abdomen :
Dinding abdomen supel, tidak ada nyeri tekan, TFU sulit dinilai.
3. Vaginal Touche :
v/u tenang, dinding vagina licin, servix lunak, OUE terbuka 2 jari, teraba
jaringan di OUE, corpus uteri setelur bebek, parametrium kanan-kiri
lemas, fluxux (+) flour (-)
Riwayat keluarnya jaringan, dimana perdarahan hingga saat ini belum
berhenti. Lalu dari Vaginal Touche didapatkan tanda-tanda diagnosis dari abortus
inkompletus. Pada pasien ini penegakkan diagnosis dapat didukung dari
pemeriksaan USG yang menampilkan kesan telah terjadi kehamilan dengan
abortus inkompletus, tetapi tidak dilakukan.
Untuk menyingkirkan diagnosis banding, dapat terlihat jelas bahwa
abortus insipien perdarahan yang keluar banyak namun tidak disertai keluarnya
jaringan atau hasil konsepsi dan bila abortus kompletus perdarahan telah berhenti
dengan riwayat pengeluaran jaringan yang lengkap.
Dari pemeriksaan pada abortus insipien juga terdapat dilatasi serviks
seperti pada abortus inkomplet namun tidak disertai pengeluaran jaringan seperti
pada abortus inkomplet. Sedangkan pada abortus komplet tidak terdapat
pembukaan serviks.
Terapi pada pasien ini telah benar yaitu dilakukan kuretase, dan diberikan
antibiotika sebagai pencegahan infeksi. Dari hasil follow up pasien, keluhan
perdarahan sudah berkurang banyak dan keadaan umum pasien ketika pulang
baik. Artinya penanganan pada pasien ini sudah tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuningham, F, G., MacDonald, P, C., Gant, N, F. 1995. Obstetri William. EGC.
Jakarta. 2. Norwitz, Errol & Schorge,John.2007. at a Glance Obstetri & Ginekologi
edisi kedua. EMS. Jakarta .3. Saifuddin, A.B., Wiknjosastro, H., Affandi B., Waspodo, D., 2006. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
4. Wikjosastro, H., Saifuddin, B, A., Rachimhadhi, T. 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.