7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
1/109
ANALISIS DAYA SAING PRODUK INDONESIA YANG SENSITIFTERHADAP LINGKUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
FANYA TAMARA KARINAH14104104
DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
2/109
RINGKASAN
FANYA TAMARA KARINA. Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang
Sensitif Terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya(dibimbing oleh YETI LIS PURNAMADEWI)
Pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) telahmemunculkan isu baru yaitu kaitan antara perdagangan dan lingkungan. Green
Economicsadalah konsep baru dari ekonomi yang mengedepankan keseimbanganekonomi dan ekologi melalui kesinambungan sumber daya alam dan kelestarianlingkungan. Dalam konteks ini, keterkaitan aspek lingkungan di dalam
perdagangan adalah bahwa lingkungan dan sumber daya alam merupakan salahsatu komoditi yang diperdagangkan. Seiring terbukanya akses globalisasi,
perdagangan internasional telah menjadi ajang persaingan yang besar diantaranegara-negara. Salah satu ukuran terpercaya untuk menghadapi tantangan iniadalah daya saing. Kebijakan lingkungan suatu negara akan berdampak padaakses pasar dan daya saing internasional khususnya pada negara berkembang.Beberapa persyaratan lingkungan yang ditujukan untuk melindungi kepentingankonsumen domestik suatu negara akan menjadi penghambat negara eksportir.Contohnya pada penerapan standarisasi ekolabel dan ISO14000 pada produk
berbasis kehutanan yang dikhawatirkan dapat memicu deforestasi besar-besaran.Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan bahwa penebangan hutan
secara liar/deforestasi merupakan permasalahan lingkungan yang paling utamadan paling memprihatinkan yang terjadi di Indonesia, sehingga produk-produkyang berkaitan langsung dengan permasalahan lingkungan tersebutdiklasifikasikan sebagai produk yang mempunyai kadar sensitifitas tinggiterhadap lingkungan yang dalam pengelolaannya diperlukan perhatian lebih agardapat lebih meminimalisir efek negatifnya terhadap lingkungan (KLH, 2007).
Faktanya PDB dari sektor kehutanan relatif besar, sektor industri kayuterutama menyumbangkan devisa yang relatif tinggi. Pada tahun 2006 ekspor
produk kayu Indonesia mencapai lebih dari US$ 3 milyar. Sektor ini juga sangatberperan dalam penyerapan tenaga kerja. Menurut Asosiasi Pengusaha KayuIndonesia, pada tahun 2006 industri sektor kehutanan mampu menyerap tenagakerja sebanyak lebih dari 1 juta orang (APKINDO, 2006). Namun bagi negara
eksportir khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, ketentuantersebut akan menyulitkan karena terkadang tidak sesuai dengan kondisi produkyang dihasilkan.
Semenjak diberlakukannya kebijakan ekolabel, rata-rata produk Plywoodconsisting solely of sheets (kayu lapis),Semi-bleached or bleached Pulp of Paper(bubur kertas), Coniferous of Wood (kayu serabut),dan Palm kernel or babassuoil and frac (minyak sawit) mengalami fluktuasi pada volume ekspornya daritahun ke tahun dan sebagian besar mengalami penurunan. Permasalahan yangdiangkat pada penelitian ini adalah (1) bagaimana posisi daya saing produkIndonesia yang sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia? dan (2) faktor apakahyang paling mempengaruhi laju pertumbuhan ekspor produk Indonesia yang
sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
3/109
Penelitian ini menggunakan data sekunder time series sejak tahun 2000-2006. Metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage(RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis keunggulankomparatif dan kompetitif, dan pendekatan Constant Market Share (CMS) yang
digunakan untuk menganalisis faktor yang paling mempengaruhi lajupertumbuhan ekspor produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan di pasardunia.
Berdasarkan analisis daya saing komparatif dan kompetitif, dari empatproduk yang dianalisis, hanya satu produk yang memiliki keunggulan komparatifdan kompetitif yang tinggi, yaitu produk Palm kernel or babassu oil and frac(Minyak Sawit). Dua diantaranya lebih memiliki keunggulan komparatif, produktersebut adalah Plywood consisting solely of sheets (Kayu Lapis) dan Semi-
bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas. Sedangkan produk Coniferousof Wood (kayu serabut) tidak mempunyai keunggulan komparatif maupunkompetitif. Hasil analisis CMS berdasarkan studi ini menunjukan bahwa daya
saing keempat produk yang dianalisis dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impordan faktor komposisi komoditi selama periode 2000-2006, kecuali untuk produkPalm kernel or babassu oil and frac(minyak sawit) yang paling dipengaruhi olehfaktor pertumbuhan impor saja.
Bagi para pelaku eksportir disarankan dalam jangka panjang agar mampumeningkatkan daya saing produk yang akan diekspor dengan cara mulaimemperhatikan dan menerapkan secara nyata berbagai persyaratan perdaganganyang diajukan oleh pihak importir, baik dari segi kualitas maupun peningkatan
penerapan standarisasi terhadap keselamatan lingkungan hidup jika tidak inginterjadi peralihan pangsa pasar ke negara pesaing.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
4/109
ANALISIS DAYA SAING PRODUK INDONESIA YANG SENSITIFTERHADAP LINGKUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
FANYA TAMARA KARINAH14104104
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMIFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
5/109
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Fanya Tamara Karina
Nomor Registrasi Pokok : H14104104
Program studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang
Sensitif terhadap Lingkungan dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc
NIP. 131 967 243
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Rina Oktaviani, Ph.D
NIP. 131 846 872
Tanggal kelulusan :
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
6/109
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2009
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
7/109
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fanya Tamara Karina lahir pada tanggal 6 April 1986 di
Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, dari
pasangan Dedy Achwandi dan Yulia Risdiani. Jenjang pendidikan penulis dilalui
seluruhnya di Kota Bogor. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Pengadilan V
Bogor pada tahun 1993. Kemudian melanjutkan SLTP Negeri V Bogor dan lulus
pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri II Bogor
dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi
dan Institut Pertanian Bogor merupakan pilihan yang utama. Penulis masuk IPB
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru dan diterima sebagai
mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di berbagai kepanitiaan seperti
Economics Contest dan Hipotex-R. Penulis juga pernah menjadi pengurus pada
organisasi Himpunan Profesi dan Peminat Ekonomi Studi Pembangunan
(Hipotesa).
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
8/109
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat
dan karunia - Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Masalah daya saing produk
Indonesia di pasar dunia merupakan suatu hal yang sangat krusial dalam upaya
peningkatan ekspor produk Indonesia khususnya produk yang sensitif terhadap
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya pun sangat penting diketahui
untuk membantu membuat kebijakan dalam rangka peningkatan daya saing.
Keterkaitan itulah yang ingin diteliti. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah
sabar dalam memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.
2.
Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
kritik yang membangun bagi kesempurnaan karya ini.
3. Jaenal Effendi, MA sebagai dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah
memberikan saran mengenai tata cara penulisan yang baik dan benar.
4. Rina Oktaviani, Ph.D dan M. Firdaus, Ph.D atas ilmu yang telah banyak
diberikan selama ini.
5.
Staf Departemen Ilmu Ekonomi dan staf Fakultas Ekonomi danManajemen atas kerjasamanya selama penulis menuntut ilmu di
Departemen Ilmu Ekonomi.
6. Keluarga tercinta, HM. Dedy Achwandi dan Hj. Yulia Risdiani, atas
segala kasih sayang dan doanya untuk keberhasilan penulis dan selalu
memberikan dukungan sehingga karya ini bisa terselesaikan juga adik-adik
Arsya dan Adli.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
9/109
7. Teh Lea, Heri dan Indah yang telah banyak memberikan bantuan-bantuan
dan kebersamaan selama ini.
8. Teman-teman IE 41, Della, Dilla, Hana, Heni, Rani, Mair, Chai, Dora,
Baba, Nisa, Septi, Yeli, Tika, Mamieh, Iyo, Uunk, Abi, Dani, Dado, Islam,
Siera, Sigit, Soli, Dewi, Maxy dan IE lainnya yang bukan dilupakan tapi
tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Sahabat-sahabatku Rini, Yeni, Asri, Diana, Rere, Minceu, Abs, Tatang.
Thank you for our never ending friendship.
10.Untuk semua pihak yang telah membantu dan mengisi hidupku. You may
not be written but youre not forgotten.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang
membutuhkan.
Bogor, Januari 2009
Fanya Tamara Karina
H14104104
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
10/109
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 131.5. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 13
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................... 14
2.1. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14
2.1.1. Ekonomi Versus Lingkungan.............................................. 14
2.1.2. Internalisasi Aspek Lingkungan Hidup dalam Perdagangan 16
2.1.3. Teori Perdagangan Internasional......................................... 18
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor ...... 22
2.1.5. Konsep Daya Saing ............................................................. 24
2.2. Studi Penelitian Terdahulu............................................................. 28
2.2.1. Penelitian Mengenai Daya Saing........................................ 28
2.2.2. Penelitian Mengenai Ekonomi dan Lingkungan ................ 32
2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 34
III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 39
3.1. Jenis dan Sumber Data... ................................................................ 39
3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data... ....................................... 403.2.1. Revealed Comparative Advantage(RCA) .......................... 41
3.2.2. Constant Market Share Analysis(CMS)............................. 41 3.2.3. Export Product Dynamic(EPD) ......................................... 42
IV. GAMBARAN UMUM ............................................................................. 45
4.1. Pertumbuhan Ekspor Indonesia di Pasar Dunia ............................ 45
4.2. Pertumbuhan Produk Indonesia yang Sensitif TerhadapLingkungan ................................................................................... 46
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
11/109
4.2.1. Pertumbuhan Ekspor Wood and Articles of Wood(Kayu dan Artikel Kayu) ................................................. 46
4.2.2. Pertumbuhan Ekspor Pulp (Bubur Kertas) ..................... 50
4.2.3. Pertumbuhan EksporVegetable Fats and Oils(Minyak Nabati) .............................................................. 53
4.3. Perkembangan Impor Dunia ......................................................... 56
4.3.1. Perkembangan Impor Plywood Consisting Solely ofSheets(Kayu Lapis) Dunia ............................................ 56
4.3.2. Perkembangan ImporConiferous of Wood(Kayu Serabut) Dunia ...................................................... 57
4.3.3. Perkembangan Impor Semi Bleached or Bleached PulpOf Paper (Bubur Kertas) Dunia....................................... 59
4.3.4. Perkembangan Impor Palm Kernel or Babassu Oil andFrac(Minyak Sawit) Dunia ............................................ 61
V. ANALISIS DAYA SAING PRODUK INDONESIA YANG SENSITIFTERHADAP LINGKUNGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANGMEMPENGARUHINYA ......................................................................... 63
5.1. Analisis Daya Saing Produk Indonesia yang Sensitif TerhadapLingkungan ................................................................................... 63
5.1.1. Analisis Keunggulan Komparatif (Revealed ComparativeAdvantage) ......................................................................... 64
5.1.1.1. Analisis Produk Plywood Consisting Solely ofSheets (Kayu Lapis) ........................................... 64
5.1.1.2. Analisis Produk Semi-Bleached or BleachedPulp of Paper (Bubur Kertas) ............................ 68
5.1.1.3. Analisis Produk Coniferous of Wood(Kayu Serabut) .................................................. 70
5.1.1.4. Analisis Produk Palm Kernel or Babassu Oiland Frac (Minyak Sawit)................................... 73
5.1.2. Analisis Keunggulan Kompetitif Produk Ekspor Dinamis
(Export Product Dynamic)................................................ 75
5.2. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Saing ProdukIndonesia yang Sensitif Terhadap Lingkungan ............................ 77
5.2.1. Analisis Pangsa Pasar Konstan (Constant Market Share) 77
5.2.1.1. Analisis CMS Produk Plywood ConsistingSolely of Sheets(Kayu Lapis)........................... 77
5.2.1.2. Analisis CMS ProdukSemi-Bleached orBleached Pulp of Paper (Bubur Kertas)........... 79
5.2.1.3. Analisis CMS ProdukConiferous of Wood
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
12/109
(Kayu Serabut) .................................................. 81
5.2.1.4. Analisis CMS ProdukPalm Kernel or BabassuOil and Frac(Minyak Sawit)........................... 84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 866.1. Kesimpulan .................................................................................... 86
6.2. Saran .............................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 89
LAMPIRAN ..................................................................................................... 92
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
13/109
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB ) Sektor Kehutanan Tahun2000-2006 ................................................................................................ 2
2. Produk Domestik Bruto (PDB ) Sektor Perikanan dan PerkebunanTahun 2000-2006 ..................................................................................... 3
3. Volume Ekspor Produk Indonesia yang Sensitif TerhadapLingkungan di Pasar Dunia ($ 000)........................................................ 11
4. Matriks Posisi Pasar ................................................................................. 44
5. Estimasi RCA Produk Plywood Consisting solely of sheets(Kayu Lapis) ............................................................................................ 65
6. Estimasi RCA Produk Semi-bleached or bleached Pulp of Paper(Bubur Kertas).......................................................................................... 68
7. Estimasi RCA Produk Coniferous of Wood(Kayu Serabut) ................... 71
8. Estimasi RCA Produk Palm Kernel or Babassu Oil and Frac(Minyak Sawit) ........................................................................................ 74
9. Hasil EstimasiExport Product Dynamic(EPD) ...................................... 77
10. Estimasi CMS Produk Plywood Consisting solely of sheets(Kayu Lapis) ............................................................................................ 78
11. Estimasi CMS Produk Semi-bleached or bleached Pulp of Paper(Bubur Kertas).......................................................................................... 80
12. Estimasi CMS Produk Coniferous of Wood(Kayu Serabut) ................... 82
13. Estimasi CMS Produk Palm Kernel or Babassu Oil and Frac(Minyak Sawit) ........................................................................................ 84
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
14/109
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Analisis Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional ................... 22
2. Kerangka Pemikiran................................................................................ 37
3. Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2000-2006...................... 46
4. Perkembangan Nilai Ekspor Wood and articles of wood(Kayu dan Artikel Kayu) Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006.. 47
5. Perkembangan Ekspor Plywood consisting solely of sheets(Kayu Lapis)Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006 ........................................... 48
6. Perkembangan Ekspor Coniferous of Wood (Kayu Serabut)
Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006 ........................................... 50
7. Perkembangan Ekspor Pulp Indonesia di Pasar DuniaTahun 2000-2006 .................................................................................... 51
8. Perkembangan Ekspor Semi Bleached or Bleached Pulp of Paper(Bubur Kertas) Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006.................. 52
9. Ekspor Vegetable Fats and Oils Indonesiake Pasar DuniaTahun 2000-2006 ................................................................................... 54
10. Perkembangan Ekspor Palm Kernel or Babassu Oil and Frac(Minyak Sawit) Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006................. 55
11. Perkembangan Impor Plywood consisting solely of sheets(Kayu Lapis)Dunia Tahun 2000-2006 ......................................................................... 56
12. Perkembangan Impor Coniferous of Wood (Kayu Serabut)DuniaTahun 2000-2006 .................................................................................... 58
13. Perkembangan Impor Semi Bleached or Bleached Pulp of Paper(Bubur Kertas) Dunia Tahun 2000-2006 ................................................ 60
14. Perkembangan Impor Palm Kernel or Babassu Oil and Frac(Minyak Sawit) Dunia Tahun 2000-2006 ............................................... 61
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
15/109
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Estimasi Produk Plywood consisting solely of sheets(Kayu Lapis) 93
2. Hasil Estimasi Produk Semi-bleached or bleached Pulp of Paper(Bubur Kertas)........................................................................................... 93
3. Hasil Estimasi Produk Coniferousof Wood (Kayu Serabut) .................... 94
4. Hasil Estimasi Produk Palm kernel or babassu oil and frac(Minyak Sawit) ......................................................................................... 94
5. Kompilasi Data Ekspor Indonesia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006 ...... 94
6. Kompilasi Data Ekspor Dunia di Pasar Dunia Tahun 2000-2006 ........... 95
7. Kompilasi Data Impor Dunia Tahun 2000-2006 ..................................... 95
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
16/109
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pengembangan hasil bumi dan sumber daya alam demi peningkatan
ekonomi bukan lagi merupakan suatu sistem pembangunan yang hanya
mementingkan keuntungan semata, namun melalui konsep pembangunan yang
berkelanjutan, kehidupan di masa yang akan dating pun turut diperhatikan.
Pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) adalah
pembangunan yang menitikberatkan pada pembangunan dalam jangka panjang
dimana implementasinya sangat erat terkait dengan kesadaran lingkungan. Era
globalisasi yang baru dimulai, telah memunculkan isu baru yang berkaitan dengan
pembangunan yang berkelanjutan, yaitu isu tentang perdagangan dan lingkungan,
dimana tema Green Economics sedang di galakan di dunia internasional. Green
Economics adalah konsep baru dari ekonomi yang mengedepankan keseimbangan
ekonomi dan ekologi melalui kesinambungan sumber daya alam dan kelestarian
lingkungan.
Sektor pertanian sebagai sektor yang berbasis sumber daya alam,
merupakan salah satu diantara ketiga sektor utama yang menyumbang
perekonomian Indonesia, yaitu sektor pertanian, industri pengolahan dan
perdagangan. Bila digabungkan ketiganya mempunyai peran lebih dari separuh
dari total perekonomian yaitu sebesar 58.5 persen pada tahun 2004, 56.1 persen
(2005), 55.5 persen (2006) dan 55.7 (2007) dengan sektor pertanian memberikan
kontribusi terhadap total perekonomian sebesar 13.8 persen pada tahun (2007).
Subsektor kehutanan khususnya, menyumbang perekonomian relatif besar.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
17/109
Terlihat pada Tabel 1bahwa PDB sektor kehutanan terus meningkat dari tahun
2000-2006 dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 33
persen dari tahun sebelumnya dan mampu menyumbang devisa lebih dari 30
trilyun rupiah dengan kontribusi terhadap PDB rata-rata sebesar 4 persen per
tahun.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB ) Sektor Kehutanan Tahun 2000-2006
Produk Domestik Bruto (PDB)No TahunKehutanan (Milyar Rupiah) Persentase Perubahan (%)
1 2000 16,343.0 -
2 2001 16,962.1 3.78
3 2002 17,602.4 3.77
4 2003 18,414.6 4.61
5 2004 20,290.0 10.18
6 2005 22,561.8 11.20
7 2006 30,017.0 33.04Sumber : Departemen Kehutanan, 2006
Faktanya PDB dari sektor kehutanan sangat besar, sektor industri kayu
terutama menyumbangkan devisa yang relatif tinggi. Pada tahun 2006, ekspor
produk kayu Indonesia mencapai lebih dari US$ 3 milyar. Sektor ini juga sangat
berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Menurut APKINDO (Asosiasi Panel
Kayu Indonesia), pada tahun 2006 industri sektor kehutanan mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak lebih dari 5 juta orang (APKINDO, 2006), bila
dibandingkan dengan subsektor lainnya seperti sektor perikanan dan perdagangan.
Sektor perikanan mampu hanya mampu menyumbang rata-rata 2.5 persen per
tahunnya terhadap total PDB, sedangkan sektor perkebunan menyumbang rata-
rata 3.5 persen terhadap PDB per tahunnya.
Tabel 2. Produk Domestik Bruto (PDB ) Sektor Perikanan dan
Perkebunan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
18/109
Tahun 2000-2006Perikanan PerkebunanNo Tahun
PDB(MilyarRupiah)
KontribusiPDB (%)
PDB(Milyar Rupiah)
KontribusiPDB (%)
1 2003 20,283.8 2.6 30,968.3 3.22 2004 25,764.6 2.1 32,321.1 3.8
3 2005 28,498.1 2.4 42,675.9 3.7
4 2006 29,298.9 2.9 47,736.8 3.9Sumber : BPS, 2006
Terkait dengan tema Green Economicsdan Sustainable Developmentyang
sebelumnya dipaparkan, beberapa produk seperti produk hasil hutan, dan
eksplorasi sumber daya alam lainnya, sangat dikhawatirkan kelangsungannya
karena kecenderungannya yang sangat tinggi dalam kerusakan lingkungan.
Perkebunan kelapa sawit pun mulai dikhawatirkan keberadaannya karena adanya
kebijakan pengambilan lahan hutan untuk dialihkan menjadi lahan sawit Di satu
sisi, produktifitas dari industri yang berbasis sumber daya alam ini sangat
berperan penting dalam peningkatan perekonomian.
Di sisi lain, produktifitas dari industri yang berbasis sumber daya alam ini
menimbulkan beberapa eksternalitas yang negatif. Kebijakan-kebijakan yang
diambil untuk kepentingan dan atas nama perdagangan sering kali berbenturan
dengan kepentingan lingkungan. Contohnya, perdagangan untuk produk-produk
yang terkait dengan Multilateral Environmental Agreements (MEAs) seperti
perpindahan limbah bahan berbahaya dan beracun lintas batas, perdagangan
makhluk hidup yang dilindungi, perdagangan bahan perusak lapisan ozon dan
sebagainya. Selain itu untuk memacu peningkatan volume perdagangan, sering
kali terjadi pengurasan sumber daya alam yang melebihi kapasitas ekosistemnya
sehingga terjadi pembangunan yang tidak berkelanjutan (Unsustainable).
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia menyatakan bahwa masalah
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
19/109
Lingkungan hidup di Indonesia saat ini adalah penebangan hutan secara
liar/pembalakan hutan, polusi air dari limbah industri dan pertambangan, polusi
udara di daerah perkotaan (Jakarta merupakan kota dengan udara paling kotor ke
3 di dunia), asap dan kabut dari kebakaran hutan, kebakaran hutan permanen/tidak
dapat dipadamkan dan perambahan suaka alam/suaka margasatwa, penghancuran
terumbu kerang, pembuangan sampah. Beberapa data mengenai kondisi
lingkungan di Indonesia menunjukan tingginya tingkat pemanfaatan sumber daya
alam yang menimbulkan peningkatan kerusakan serta pencemaran lingkungan
hidup adalah sebagai berikut (Rachmawati et. al., 2004):
a.
Menurut statistik Indonesia 2001, pertambahan penduduk dari tahun 1980
s/d 2000 meningkat cepat. Pada tahun 1980 penduduk Indonesia berjumlah
146,935,000 jiwa bertambah sebesar 1.97 persen menjadi 178,500,000
jiwa pada tahun 1990. Pada tahun 2000 jumlahnya menjadi 205,845,000
jiwa atau naik 1.49 persen dengan kepadatan mencapai 109 jiwa per
kilometer persegi. Hal itu telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan
pangan dan lapangan kerja serta telah mendorong peningkatan eksploitasi
sumber daya alam secara besar-besaran yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan lingkungan.
b.
Selain masalah ketersediaan air yang semakin terbatas dari segi volume,
pencemaran terhadap air juga menyebabkan semakin berkurangnya
kualitas air yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Terutama
disebabkan oleh kegiatan industri, pertambangan, pembukaan lahan dan
pertanian.
c. Pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia menduduki ranking lima
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
20/109
terbesar di dunia (WHO, 2001) yang diakibatkan oleh kegiatan
transportasi, industri dan kebakaran hutan.
d.
Lahan kritis di luar kawasan hutan mencapai 15.11 juta hektar dan di
dalam kawasan hutan sebanyak 8.14 juta hektar. Hutan rusak dalam areal
HPH sudah mencapai 11.66 juta hektar dan lahan eks-HPH yang
diserahkan kepada BUMN sebesar 2.59 juta hektar. Areal bekas tebangan
dalam areal HPH mencapai 11.09 juta hektar dan eks-HPH yang
diserahkan ke BUMN sebesar 2.5 juta hektar. Total hutan yang rusak
sudah mendekati angka 57 juta hektar akibat dari illegal logging yang
meliputi pencurian, penebangan liar, peredaran serta perdagangan kayu
secara illegal.
e.
Terumbu karang di laut Indonesia kondisinya semakin mencemaskan,
sekitar 14 persen dalam kondisi kritis dan 46 persen telah mengalami
kerusakan. Hutan mangrove Indonesia diperkirakan tinggal sekitar 3.24
juta hektar dari 4.25 juta hektar. Hal ini salah satunya disebabkan oleh
pertambangan dan eksplorasi minyak di lepas pantai.
f. Pengalihan pemanfaatan lahan untuk pembangunan terus berlanjut yang
mengakibatkan berkurang atau hilangnya lahan-lahan yang berfungsi
sebagai penopang keseimbangan lingkungan. Areal air tawar dari 11.5 juta
Ha telah berkurang menjadi 5.1 juta Ha. Danau telah berkurang sekitar
774.000 Ha menjadi 308.000 Ha.
Penebangan hutan secara liar/deforestasi merupakan masalah paling utama
dan paling memprihatinkan yang terjadi di Indonesia. Dengan laju deforestasi 3.4
juta hektar per tahun yang mengakibatkan berbagai bencana alam seperti banjir,
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
21/109
kekeringan dan tanah longsor akibat penggundulan hutan. Produk-produk industri
dan perdagangan yang berkaitan langsung dengan permasalahan lingkungan
tersebut diklasifikasikan sebagai produk yang mempunyai kadar sensitifitas tinggi
terhadap lingkungan yang dalam pengelolaannya diperlukan perhatian lebih agar
dapat meminimalisir efek negatifnya terhadap lingkungan (KLH, 2007).
Seiring dengan terbukanya akses globalisasi, perdagangan internasional
telah menjadi ajang persaingan yang besar diantara negara-negara. Salah satu
ukuran terpercaya untuk menghadapi tantangan ini adalah daya saing. Krugman
(1996) terkenal menyebut daya saing sebagai obsesi berbahaya pada kritiknya
yang ditujukan terhadap kebijakan industri. Sebaliknya, Porter (1990) berpendapat
bahwa keunggulan kompetitif sebagai kunci daya saing, baik itu dalam
perusahaan, industri, maupun ekonomi secara keseluruhan.
Perdagangan secara umum sendiri didefinisikan sebagai proses jual beli
atau perpindahan arus barang dan jasa antara penjual dan pembeli. Dalam konteks
ini, keterkaitan aspek lingkungan di dalam perdagangan adalah bahwa lingkungan
dan sumber daya alam merupakan salah satu komoditi yang diperdagangkan.
Contohnya sumber daya alam yang merupakan bahan baku dan komoditi prioritas
pada sektor-sektor pertanian, kehutanan, manufaktur, pertambangan dan
sebagainya, yang juga merupakan primadona ekspor Indonesia selama ini.
Daya saing merupakan suatu konsep dinamis yang berhubungan dengan
kebijakan dan lembaga ekonomi yang dibutuhkan oleh suatu negara untuk
mempercepat perdagangan dan pertumbuhan ekonominya. Hal tersebut itulah
yang memacu terbentuknya pola perdagangan yang sekarang berkembang, yaitu
pola perdagangan bebas. Dengan perkembangan perdagangan bebas, aspek
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
22/109
lingkungan tidak lagi terisolasi sebagai komoditi, tetapi lebih meluas dan
kompleks terkait dengan penyediaan jasa, perjanjian internasional tentang
lingkungan maupun kebijakan lingkungan pada tingkat nasional maupun regional.
Sesuai dengan sifatnya, lingkungan hidup akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan suatu praktek perdagangan. Kebijakan lingkungan suatu
negara akan berdampak pada akses pasar dan daya saing internasional khususnya
pada negara berkembang. Beberapa persyaratan lingkungan yang ditujukan untuk
melindungi kepentingan konsumen domestik suatu negara sering kali menjadi
penghambat negara eksportir.
Ekolabel mulai berperan secara penuh di industri dan perdagangan
Indonesia semenjak tahun 2000. Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) juga berperan
sebagai lembaga akreditasi mulai tahun 2000. Setelah sistem sertifikasi selesai
dikembangkan, langkah yang dilakukan LEI untuk memperoleh pengakuan di
pasar internasional adalah mengembangkan dan mempertahankan hubungan,
diantaranya dengan Forest Stewardship Council (FSC), asosiasi-asosiasi
perdagangan dan industri di negara-negara pengimpor dan kelompok pembeli
produk kayu bersertifikasi (Buyers Group of Certified Wood Products) yang
disponsori oleh WWF di berbagai negara (LEI, 2005)
Bagi negara eksportir khususnya negara-negara berkembang seperti
Indonesia, ketentuan tersebut akan menyulitkan karena tidak sesuai dengan
kondisi produk yang dihasilkan. Walaupun untuk mengatasi hal ini negara
eksportir dapat meningkatkan daya saing produknya dengan mengadopsi
kebijakan dan tindakan-tindakan lingkungan yang tepat yang berlaku secara
nasional maupun internasional, misalnya dengan segera menerapkan standar
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
23/109
ekolabel untuk produk tertentu, sehingga akan mendorong peningkatan kualitas
produk ekspornya.
1.2.
Perumusan Masalah
Kekhawatiran munculnya perekonomian bebas yang merugikan, melahirkan
isu-isu baru yang dihembuskan melalui kampanye-kampanye lingkungan. Kini,
pembatasan perdagangan dilakukan dengan penghalang yang lebih beralasan
ilmiah seperti dampak kesehatan maupun kelestarian alam. Satu hal yang pasti
dalam era perdagangan bebas sekarang ini dan dikemudian hari adalah bahwa, di
satu sisi semua hambatan perdagangan dalam bentuk tarif atau bea masuk impor
(BMM) akan hilang, namun di sisi lain, hambatan non tarif (NTB) akan semakin
banyak. NTB ini secara eksplisit tersirat dalam isu-isu seperti standar lingkungan
atau kelestarian (alam maupun binatang).
Dalam masalah lingkungan, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa isu
ini menjadi salah satu bagian penting dalam setiap kesepakatan perdagangan, baik
dalam bentuk bilateral atau multilateral, pada tingkat regional maupun global.
Sudah banyak kasus khususnya untuk ekspor komoditas-komoditas pertanian dan
kehutanan yang menunjukan kesulitan yang dihadapi oleh Indonesia untuk
memenuhi standar yang diminta oleh pihak pembeli. Indonesia juga sering
mengalami kesulitan dalam mengekspor produk-produk industri karena isu
lingkungan. Misalnya dalam hal industri kayu dan pulp. Sebagai negara tropis,
Indonesia seharusnya memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi
bahan baku kertas (pulp). Namun tidak mudah bagi Indonesia untuk
megekspornya. Praktik pembalakan liar sering kali dipakai oleh negara-negara
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
24/109
maju untuk menekan industri pulp dan kayu nasional. Hal itu pun terjadi pada
industri lainnya.
Dalam masalah standar kualitas, disadari bahwa kualitas sangat penting
untuk mendorong daya saing produk Indonesia agar bisa unggul di pasar dunia,
sedangkan, di sisi lain, Indonesia sampai saat ini masih mempunyai masalah
serius untuk memenuhi persyaratan tersebut. Hingga Agustus 2007, pemerintah
Indonesia telah menetapkan 3.200 standar nasional industri (SNI), tetapi baru 215
SNI produk yang diwajibkan. SNI yang diwajibkan itu pun sebagian besar masih
berlaku sukarela karena baru 34 SNI produk yang dinotifikasi ke Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Tanpa notifikasi, tidak ada mekanisme pengawasan
dan sanksi yang dapat diterapkan (www.menlh.go.id).
Produk-produk yang sering kali dipermasalahkan dalam perdagangan
internasional adalah produk-produk yang sensitif terhadap isu lingkungan, apalagi
semenjak kebijakan ekolabel mulai diperhatikan secara penuh di dunia
internasional dan khususnya di Indonesia sejak tahun 2000, Produk tersebut
adalah (1) Plywood consisting solely of sheets (kayu lapis),(2) Semi-bleached or
bleached pulp of paper (bubur kertas), (3) Coniferous of Wood (kayu serabut) ,
dan (4) Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit). Dimana produk-
produk tersebut mempunyai kecenderungan yang tinggi terhadap hubungannya
antara peningkatan volume perdagangan dan kerusakan lingkungan (deforestasi)
serta besarnya volume ekspor produk-produk tersebut ke dunia. Terlihat dari
Tabel 3, rata-rata keempat produk tersebut mengalami volume ekspor yang sangat
berfluktuasi dari tahun ke tahun dan sebagian besar mengalami penurunan.
http://www.menlh.go.id/http://www.menlh.go.id/7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
25/109
Penurunan volume ekspor terjadi khususnya pada komoditi Plywood
consisting solely of sheets (kayu lapis),Semi-bleached or bleached pulp of paper
(bubur kertas) dan Coniferous of Wood (kayu serabut), ketiga produk tersebut
rata-rata sempat mengalami penurunan ekspor yang sangat signifikan pada
rentang waktu 2000-2006. Penurunan tertinggi volume ekspor produk Plywood
consisting solely of sheets (kayu lapis) terjadi pada tahun 2004, adalah sebesar
US$ 1,178,467,834 di tahun 2004 dan pada tahun berikutnya menjadi US$
974,424,627 atau turun 17.31 persen. Pada produk Semi-bleached or bleached
pulp of paper (bubur kertas), penurunan tertinggi terjadi pada periode 2003-2004
dimana terjadi penurunan volume ekspor sebesar 25.78 persen dari semula US$
789,079,873 menjadi hanya US$ 585,659,163. Sedangkan untuk komoditi
Coniferous of Wood (kayu serabut), penurunan tertinggi terjadi pada periode
2004-2005 dimana penurunan produk tersebut mencapai 97.22 persen dari semula
US$ 2,204,895 menjadi US$ 61,235.
Tabel 3. Volume Ekspor Produk Indonesia yang Sensitif TerhadapLingkungan di Pasar Dunia ($ 000)
Tahun Plywood consisting
solely of sheets
Semi Bleached or
Bleached Pulp of
paperConiferous of
Wood
Palm kernel or
babassu oil and
frac
2000 1,501,021.458 706,910.619 7,382.051 169,550.221
2001 1,330,285.568 561,062.592 10,333.129 111,937.376
2002 1,289,258.255 705,383.847 6,260.231200,997.230
2003 1,235,127.450 789,079.873 13,126.892 206,241.794
2004 1,178,467.834 585,659.163 2,204.895 385,997.314
2005 974,424.627 886,026.319 61,235 448,954.959
2006 1,011,491.745 1,054,148.869 466.209 506,001.876
Sumber : Comtrade, 2007
Persoalan menyangkut lingkungan memang hal yang rumit. Hal ini terkait
salah satunya dengan masalah daya saing. Permintaan eksportir/konsumen negara-
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
26/109
negara maju terhadap komoditas ekspor Indonesia terutama yang berbasis sumber
daya alam, tidak lagi hanya didasarkan pada kualitas, harga, desain, dan delivery.
Bahkan kini perlu diwaspadai adanya hambatan yang mempersoalkan asal-usul
bahan baku. Daya saing produk-produk yang sensitif terhadap lingkungan
merupakan suatu hal yang sangat krusial bagi keberlanjutan perdagangan produk
Indonesia di pasar dunia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa hambatan non tarif
atau NTB seperti isu lingkungan saat ini merupakan isu penting bagi negara-
negara maju untuk meng-impor produk-produk tersebut dari negara peng-ekspor.
Mengidentifikasi faktor/determinan yang mempengaruhi pertumbuhan ekspornya
juga merupakan satu hal penting untuk membantu para pembuat kebijakan dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong agar produk-produk
Indonesia tersebut dapat bersaing di pasar global dan volume ekspor serta
kegiatan produksi di dalam negeri dapat ditingkatkan sehingga mendorong
pertumbuhan sektor riil. Maka diperlukan perhatian yang kontinu dalam
peningkatan kinerja pengelolaan lingkungan hidup untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
Berdasarkan pemaparan yang dilakukan sebelumnya, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana posisi daya saing produk Indonesia yang sensitif terhadap
lingkungan di pasar dunia ?
2. Faktor apakah yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspor produk
Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia ?
1.3.
Tujuan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
27/109
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, ada beberapa hal yang
menjadi fokus dalam penelitian ini:
1.
Menganalisis posisi daya saing produk Indonesia yang sensitif terhadap
lingkungan di pasar dunia,
2. Mengidentifikasi faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekspor
produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia
1.4. Manfaat
Hasil penelitian selain berguna untuk kepentingan peneliti juga diharapkan
dapat menjadi rekomendasi kebijakan agar Indonesia dapat turut serta dalam
perdagangan dunia secara kompetitif dengan negara lain, dengan tetap
mempertahankan kelestarian lingkungan. Selain itu juga diharapkan penelitian ini
dapat berguna untuk mengantisipasi tuntutan eksportir/konsumen luar negeri dan
meningkatkan daya kristis masyarakat (pelaku bisnis, dan pemerintah) terhadap
pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sehingga ke depan dapat
meningkatkan pangsa pasar dan daya saing komoditas ekspor Indonesia.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya membahas tentang daya saing produk Indonesia yang
sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia dan faktor yang mempengaruhinya
pada tahun 2000-2006 dan tidak membahas secara khusus dampak langsungnya
terhadap lingkungan. Produk-produk yang akan dianalisis dibatasi hanya empat
produk (HS 6 Digits) yaitu (1) Plywood consisting solely of sheets (kayu lapis),
(2) Semi-bleached or bleached pulp of paper (bubur kertas), (3) Coniferous of
Wood(kayu serabut) dan (4) Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit),
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
28/109
berdasarkan besarnya nilai ekspor keempat produk tersebut ke dunia serta
klasifikasi produk yang mempunyai kadar sensitifitas tinggi terhadap lingkungan
khususnya deforestasi (KLH, 2007).
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
29/109
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Ekonomi Versus lingkungan
Pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan sering
bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan, sehingga sering dikatakan
bahwa antara pembangunan ekonomi dan lingkungan terkesan kontradiktif. Tapi
hal ini tidaklah selalu benar karena antara dua kepentingan ini bisa saling
berinteraksi atau diintegrasikan sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan
bisa sama-sama tercapai. Kuatnya saling interaksi dan ketergantungan antara dua
faktor tersebut memerlukan pendekatan yang tepat bagi kepentingan
pembangunan berkelanjutaan atau pembangunan berwawasan lingkungan, yang
kita kenal dengan sebutan Sustainable Development.
Secara teoritis dan praktis, penilaian ekonomi sumber daya alam dengan
berdasarkan biaya moneter dari kegiatan ekstraksi dan distribusi sumber daya saja
seringkali mengakibatkan kurangnya insentif bagi penggunaan sumberdaya yang
sustainable. Selanjutnya kegiatan konsumsi yang berlebihan terhadap sumber
daya untuk kegiatan produksi dapat mengakibatkan terjadinya degradasi
lingkungan yang menjadi beban dan biaya lingkungan serta masyarakat. Untuk
mendukung pengembangan sumber daya yang sustainablemaka biaya lingkungan
akibat degradasi itu harus diintegrasikan dalam seluruh aspek kegiatan ekonomi,
tidak hanya pada pola konsumsi perdagangan, tetapi juga terhadap sumber daya
lainnya. Menurut Lonergan dalam Yakin (1997), untuk menjamin terlaksananya
pembangunan yang berwawasan lingkungan, ada tiga dimensi penting yang harus
dipertimbangkan. Pertama adalah dimensi ekonomi yang menghubungkan antara
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
30/109
pengaruh unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan
bagaimana sumber daya alam diberlakukan dalam analisis ekonomi. Kedua adalah
dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan penampilan dan
sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan degradasi lingkungan pada
semua negara. Dimensi ini juga termasuk peranan agen masyarakat, struktur sosial
dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Ketiga adalah dimensi sosial dan budaya
yang mengkaitkan antara tradisi atau sejarah, dominasi ilmu pengetahuan barat
serta pola pemikiran dan tradisi agama. Ketiga dimensi ini berinteraksi satu sama
lain untuk mendorong terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Dari sudut pandang pembangunan berkelanjutan, suatu pembangunan di
wilayah tertentu dapat berlangsung secara berkelanjutan jika permintaan total
manusia terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui
kemampuan suatu ekosistem untuk menyediakannya dalam kurun waktu tertentu.
Permasalahan lingkungan akan muncul jika permintaan manusia terhadap sumber
daya alam dan jasa-jasa lingkungan, melebihi kemampuan ekosistem wilayah
untuk menyediakan sumber daya alam dan jasa lingkungan tersebut (Yakin,
1997).
Perlindungan lingkungan hidup yang bertujuan untuk memperoleh
kualitas lingkungan yang baik, sekarang maupun masa yang akan datang,
memerlukan usaha yang sungguh-sungguh terutama dalam hal : (1) Inventarisasi
situasi lingkungan saat ini, (2) Lembaga serta organisasi yang khusus menangani
masalah lingkungan baik di pusat maupun daerah, terutama menentukan
penyimpangan, (3) Penyelesaian permasalahan secara ilmiah, terencana dan
politis, serta (4) Evaluasi terus menerus terhadap program-program lingkungan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
31/109
serta persyaratan pembangunan proyek yang harus dipenuhi. Selain dampak
ekonomi, dampak lingkungan pada proyek juga harus diperhatikan (Suparmoko,
1998).
2.1.2. Internalisasi Aspek Lingkungan Hidup dalam Perdagangan
Ditinjau dari kepentingan sektor perdagangan global, aspek lingkungan
hidup merupakan bagian yang penting bagi daya saing barang dan jasa
(competitiveness dan comparativeness) dan akses pasar. Beberapa contoh dari
makin ketatnya persyaratan perdagangan antar negara, antara lain adalah
persyaratan lingkungan seperti ISO seri 14001 dan ecolabeling. Agar barang-
barang dan jasa dapat bersaing di pasar global dan volume ekspor serta kegiatan
produksi di dalam negeri dapat ditingkatkan sehingga mendorong pertumbuhan
sektor rill, maka diperlukan perhatian yang kotinu dalam peningkatan kinerja
pengelolaan lingkungan hidup untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Untuk mengantisipasi dan merespon perkembangan aspek lingkungan hidup
dalam kaitannya dengan perdagangan global, perlu dilakukan (Dewanthi dalam
Rachmawati. et. al., 2004) :
1. Liberalisasi di bidang perdagangan dan lingkungan hidup
dilaksanakan secara bertahap (progressive liberalization).
2. Liberalisasi, khususnya perundingan di bidang perdagangan dan
lingkungan, dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan kebijaksanaan
nasional antara lain dengan memperhatikan tingkat pembangunan
(level of development) Indonesia serta harus diupayakan untuk
mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
32/109
3. Penerapan standar lingkungan tidak boleh dijadikan hambatan dalam
perdagangan bebas, tidak diskriminatif, transparan dan tidak
mempunyai konflik dengan alat perdagangan yang diperlukan untuk
perlindungan lingkungan.
4. Peningkatan akses pasar bagi produk-produk Indonesia harus lebih
mengarah kepada pengalokasian sumber daya alam yang lebih baik
guna membantu perlindungan lingkungan hidup.
5. Penerapan label lingkungan dalam perdagangan bebas dilaksanakan
dengan tujuan efisiensi di dalam pemanfaatan maupun penggunaan
sumber daya alam. Penerapan tersebut bersifat secara sukarela dan
bertahap dengan mengutamakan kepentingan pengelolaan lingkungan
hidup.
6. Pendekatan pemanfaatan teknologi didasarkan pada pemilihan
teknologi yang tepat guna, yaitu teknologi yang menggunakan metode
best applicable technologyserta didasarkan pada pertimbangan upaya
pencegahan dini (eco-technology).
2.1.3. Teori Perdagangan Internasional
Pasal 1 Undang-undang NO. 32 Tahun 1964 tentang peraturan lalu lintas
devisa menyebutkan bahwa ekspor adalah pengiriman barang ke luar Indonesia.
Dari segi perspektif permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi dari
permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh
suatu negara, sedangkan kegiatan impor diasumsikan sebagai fungsi permintaan
suatu negara terhadap suatu komoditi pasar internasional.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
33/109
Ekspor merupakan penjualan barang yang dihasilkan oleh suatu negara ke
negara lain. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke
negara lain yang tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang yang dihasilkan
oleh negara pengekspor. Dalam perdagangan internasional khususnya, ekspor
mempunyai peranan penting yaitu sebagai motor penggerak perekonomian
nasional. Sebab ekspor dapat menghasilkan devisa, yang selanjutnya dapat
digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor
di dalam negeri. Sedangkan impor merupakan pembelian barang yang dilakukan
oleh suatu negara ke negara lain yang menghasilkan barang tersebut. Impor terjadi
karena suatu negara tidak bisa menghasilkan barang-barang modal dan berbagai
jenis barang untuk keperluan negaranya. Jika impor lebih besar daripada ekspor,
maka cadangan devisa akan berkurang atau neraca perdagangan akan defisit
(Amir, 1995).
Ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional (ekspor impor) suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan
untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi
kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara
dan tidak semua negara mampu menyediakan kebutuhan masyarakatnya akibat
adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu.
Teori mengenai perdagangan diantara dua negara yang dikenal luas
dengan teori keunggulan absolut dikemukakan oleh Adam Smith. Asumsi yang
menjadi dasar dalam teori ini adalah perdagangan internasional hanya dapat
terjadi pada negara yang memiliki keuntungan absolut. Jika suatu negara lebih
efisien atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lainnya dalam
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
34/109
memproduksi suatu komoditas, namun kurang efisien dibandingkan negara lain
dalam memproduksi komoditi lain, maka kedua negara tersebut dapat
memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi
dalam komoditi unggulan dan menukarkannya dengan komiditi lain yang tidak
memiliki keunggulan absolut dalam suatu mekanisme perdagangan internasional
(Salvatore, 1997).
Kenyataannya dalam forum perdagangan global, fakta menunjukan bahwa
tidak semua negara di dunia mempunyai keunggulan absolut dalam perdagangan.
Kelemahan teori keunggulan absolut ini dikoreksi oleh David Ricardo melalui
buku yang berjudul Principal of Political Economy and Taxation. Teori tersebut
dalam perkembangannya disebut sebagai teori keunggulan komparatif. Menurut
hukum keunggulan komparatif, meskipun suatu negara kurang efisien (memiliki
kerugian absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas,
namun masih terdapat asumsi keunggulan komparatif yang dapat mendasari
dalam perdagangan internasional. Asumsi ini diaplikasikan melalui spesialisasi
dalam kegiatan produksi produk ekspor dengan kerugian absolut lebih kecil
(keunggulan komparatif) dan sebaliknya melakukan impor terhadap komoditas
yang memiliki kerugian absolut (kerugian komparatif) yang lebih besar.
Beberapa asumsi lain yang dikemukakan oleh Ricardo adalah (1) hanya
terdapat dua negara dengan dua komoditas, (2) perdagangan bersifat bebas, (3)
Terdapat mobilitas antar dua negara tersebut, (4) biaya produksi konstan, (5) tidak
terdapat biaya transportasi, (6) teknologi konstan, (7) menggunakan teori nilai
tenaga kerja.
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
35/109
Perkembangan dalam teori perdagangan internasional selanjutnya
dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin (H-O). Menurut Hecksher-Ohlin, terdapat
perbedaan opportunity cost suatu produk antar suatu negara dengan negara lain
yang disebabkan karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi yang dimiliki
masing-masing negara. Negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif
banyak dan murah dalam produksinya akan melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor
barang tertentu apabila negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif
langka dan mahal dalam produksinya (Salvatore, 1997).
Analisis penawaran ekspor dan permintaan impor pada pasar
internasional dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep
dasar fungsi penawaran dan permintaan domestik untuk kasus dua negara dengan
suatu komoditi perdagangan tertentu. Misalnya adalah penawaran dan permintaan
komoditi i di pasar domestik (Gambar 1), masing-masing adalah SA dan DA di
Negara A serta SB dan DBdi negara B.
Tanpa perdagangan terbuka, keseimbangan I negara A di capai pada
kondisi EAdengan volume transaksi QAdan harga PA. Di Negara B keseimbangan
dicapai pada kondisi EBdengan volume transaksi QBdan harga PB, dengan asumsi
bahwa harga domestik di negara A lebih murah dibandingkan dengan harga
domestik yang terjadi di Negara B.
Harga diatas PA, produsen di negara A akan menghasilkan lebih banyak
daripada yang bersedia di beli konsumen di negara tersebut, jadi penawaran SAdi
titik EAdapat excess supply function(OEA), di negara A. Sementara untuk harga
dibawah harga PB, konsumen di negara B akan meminta lebih banyak daripada
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
36/109
yang ingin dihasilkan produsen di negara tersebut. Jadi fungsi permintaan DB
dibawah titik EB dapat mencerminkan excess demand function (OEB).
Perdagangan internasional dalam hal ini menyeimbangkan antara excess demand
dan excess supply, karena besarnya segitiga OAE = segitiga OEB.
Selanjutnya, dimisalkan ada perdagangan antara negara A dan negara B,
dengan asumsi biaya transportasi adalah nol. Penawaran ekspor pada pasar
internasional digambarkan oleh SW yang merupakan excess supply functiondari
negara A, dan permintaan impor digambarkan oleh DW yang merupakan excess
demand functiondari negara B, keseimbangan di pasar dunia terjadi pada titik EW
yang menghasilkan harga dunia sebesar PW, dimana negara A mengekspor (QA1-
QA2) yang sama dengan jumlah yang diimpor negara B (QB1-QB2). Jumlah
ekspor dan impor tersebut ditunjukan oleh volume perdagangan sebesar QWpada
pasar internasional.
P P P
SA Sw SB PB
oEA EW EB
PW o
PA o Dw DBDA
QA1 QA QA2 Q QW Q QB1 Q QB2 Q
Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 1. Analisis Keseimbangan Parsial Perdagangan Internasional
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
37/109
Penawaran suatu komoditi merupakan jumlah komoditi yang ditawarkan
oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu
tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi adalah
harga komoditi yang bersangkutan, harga faktor produksi, tingkat teknologi, pajak
dan subsidi.
Ekspor suatu komoditi selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri,
penawaran suatu komoditas juga dimaksudkan untuk memenuhi permintaan
masyarakat luar negeri. Penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara
merupakan selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik. Di
lain pihak, negara lain membutuhkan komoditi tersebut sebagai akibat dari
kelebihan permintaan di negara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka teori
penawaran ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran ekspor suatu negara.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
SXt = Qt Ct + St-1 ...............................................
(2.1.5.1)
Dimana : SXt= Jumlah ekspor komoditi periode waktu t
Qt = Jumlah produksi domestik periode waktu t
Ct = Jumlah konsumsi domestik periode waktu t
St-1 = Stok periode waktu sebelumnya (t-1)
Dari persamaan 2.1.5.1 dapat terlihat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran ekspor pada dasarnya terdiri dari faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, konsumsi dan stok (Lipsey et, al,. 1995).
Permintaan ekspor suatu komoditi merupakan hubungan yang menyeluruh
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
38/109
antara kuantitas komoditi yang akan dibeli konsumen selama periode tertentu
pada suatu tingkat harga. Permintaan pasar suatu komoditi merupakan
penjumlahan secara horizontal dari permintaan-permintaan individu suatu
komoditi. Namun jika dilihat dari segi permintaan, kegiatan ekspor diasumsikan
sebagai fungsi permintaan pasar internasional terhadap suatu komoditi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Permintan ekspor adalah permintaan pasar
internasional atau suatu negara tertentu terhadap suatu komoditi. Teori permintaan
ekspor bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor suatu negara. Sebagai sebuah permintaan, ekspor suatu negara dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya harga domestik negara tujuan ekspor (HDI t),
harga impor negara tujuan (HIt), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan
ekspor (YPIt) dan selera masyarakat negara tujuan (CPIt). Secara keseluruhan
fungsi permintaan ekspor suatu komoditi dapat dirumuskan sebagai berikut
(Lipsey et, al,. 1995) :
PXt = f (HDIt , HIt , YPIt , CPIt) ..........................
(2.1.6.1)
2.1.5.
Konsep Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar
luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam
artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang
banyak diminati konsumen. Dilihat dari keberadaannya mengenai keunggulan
dalam daya saing, maka keunggulan daya saing dari suatu komoditi
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (natural advantage) keunggulan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
39/109
alamiah/keunggulan absolut dan (acquired advantage) keunggulan yang
dikembangkan
Pada saat ini keunggulan alamiah atau keunggulan absolut yang dimiliki
oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya tidak secara langsung
menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa pasar dunia, ini
dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi ada beberapa
negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan kondisi
keunggulan alamiah yang sama. Daya saing suatu komoditas dapat
diukur dengan menggunakan pendekatan keunggulan komparatif dan kompetitif.
Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh David
Ricardo untuk menjelaskan efisiensi alokasi sumberdaya di suatu negara dalam
sistem ekonomi yang terbuka. Hukum keunggulan komparatif dari Ricardo
menyatakan bahwa sekalipun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut
dalam memproduksi dua jenis komoditas jika dibandingan negara lain, namun
perdagangan yang saling menguntungkan masih bisa berlangsung, selama rasio
harga antar negara masih berbeda jika dibandingkan tidak ada perdagangan
(Lindert dan Kindleberger, 1993)
Ricardo menganggap keabsahan teori nilai berdasar tenaga kerja (Labor
theory of value) yang menyatakan hanya satu faktor produksi yang penting
menentukan nilai suatu komoditas, yaitu faktor tenaga kerja. Nilai suatu
komoditas adalah proporsional (secara langsung) dengan jumlah tenaga kerja
yang diperlukan untuk menghasilkannya. Teori keunggulan komparatif Ricardo
disempurnakan oleh teori biaya imbangan (opportunity cost theory). Argumentasi
dasarnya adalah bahwa harga relatif dari komoditas yang berbeda ditentukan oleh
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
40/109
perbedaan biaya. Biaya disini menunjukan produksi komoditas alternatif yang
harus dikorbankan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.
Selanjutnya teori Heckscher Ohlin tentang pola perdagangan menyatakan
bahwa komoditi-komoditi yang dalam produksinya memerlukan faktor produksi
(yang melimpah) dan faktor produksi (yang langka) diekspor untuk ditukar
dengan barang-barang yang membutuhkan faktor produksi dalam produksi yang
sebaliknya. Jadi secara tidak langsung faktor produksi yang melimpah diekspor
dan faktor produksi yang langka diimpor (Ohlin dalam Lindert dan Kindleberger,
1993).
Konsep keunggulan komparatif menurut Sudaryanto dan Simatupang
(1993) merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial dalam arti daya
saing yang akan dicapai pada perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali.
Keunggulan komparatif tidak stabil dan cenderung berubah seiring berjalannya
waktu dan perubahan produksi. Menurut Wilcox, Cochrane dan Hardt dalam Dahl
dan Hammond (1977), ada beberapa alasan dalam perubahan keunggulan
komparatif, yaitu (1) perubahan sumber daya alam seperti erosi tanah (2)
perubahan dalam faktor-faktor biologis seperti peningkatan hama dan penyakit (3)
perubahan harga input (4) peningkatan mekanisasi tanah dan (5) peningkatan
transportasi yang lebih efisien dan lebih murah yang memberikan lebih banyak
kemudahan bagi area jauh dari pasar.
Aspek yang terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah
kelayakan ekonomi, dan yang terkait dengan keunggulan kompetitif adalah
kelayakan finansial dari suatu aktifitas. Sudaryanto dan simatupang (1993)
mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
41/109
finansial adalah keunggulan kompetitif atau Revealed Competitive Advantage
yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian
aktual. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia maka suatu komoditi harus
memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah, yaitu keunggulan
kompetitif.
Berbeda dengan konsep keunggulan komparatif (comparative advantage)
yang menyatakan bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu produk
apabila produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan lebih baik,
unggul, dan efisien secara alami, konsep keunggulan kompetitif adalah sebuah
konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk dijadikan
penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan
ditandingkan (dikompetisikan) dengan berbagai perjuangan/usaha. Dan
keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di
dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat
bersaing di pasar (Porter, 1990).
Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing dapat diidentifikasikan
dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang
digunakan. Peningkatan produktifitas ini dapat disebabkan oleh peningkatan
jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas input yang
digunakan dan peningkatan teknologi. Daya saing suatu industri dari suatu bangsa
atau negara tergantung pada keunggulan dari empat atribut yang dimilikinya yang
terkenal dengan sebutan Porters Diamond, yang terdiri dari (1) kondisi faktor;
(2) Kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur
dan persaingan perusahaan. Keempat atribut tersebut secara bersama-sama dan
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
42/109
ditambah dengan kesempatan, serta kebijakan pemerintah yang kondusif untuk
mempercepat keunggulan dan koordinasi antar atribut tersebut, akan
mempengaruhi kemampuan bersaing suatu industri di suatu negara.
Menurut Sahin, et.al (2006), daya saing sebuah negara didefinisikan
sebagai suatu kemampuan bertahan dalam rangka mendapatkan keunggulan
komparatif dalam perdagangan dan investasi. Efisiensi institusi publik, basis
pendidikan yang kuat sebagai dasar untuk investasi sumber daya manusia jangka
panjang dan pembangunan keterampilan, merupakan faktor-faktor pendukung dan
penunjang daya saing. Sedangkan menurut National Competitiveness
Council (2006), daya saing didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerima
keberhasilan sebagai pemimpin pasar untuk memberikan standar kehidupan yang
lebih baik untuk setiap orang. Definisi ini kemudian diterangkan melalui sebelas
kriteria yang harus dipenuhi dalam membangun daya saing, yaitu performa
ekonomi, internasionalisasi, modal, pendidikan, produktivitas, kompensasi tenaga
kerja dan biaya tenaga kerja per unit, biaya perusahaan non tenaga kerja,
perpajakan, ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi kemasyarakatan,
infrastruktur transportasi, serta pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.
Kesebelas kriteria tersebut kemudian dilengkapi dengan dua kriteria krusial
lainnya yaitu kondisi regulasi dalam suatu negara dan kualitas kehidupan.
Tambahan kedua kriteria tersebut merupakan hal yang tidak mungkin dipisahkan
dalam membangun daya saing, karena apalah arti dari sebelas kriteria lainnya jika
kondisi regulasi dalam suatu negara dan kualitas kehidupan di dalamnya tidak
saling berkesinambungan dengan yang lainnya.
2.1.
Studi Penelitian Terdahulu
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
43/109
2.2.1. Penelitian Mengenai Daya Saing
Telah banyak dilakukan penelitian-penelitan tentang daya saing, beberapa
diantaranya adalah penelitian Meryana (2007) tentang daya saing kopi robusta
Indonesia di pasar internasional. Jenis data yang digunakan adalah berupa data
sekunder. Dari hasil analisis struktur pasar dengan menggunakan nilai Herfindhal
Indexdan Concentration Ratiodiperoleh hasil bahwa struktur pasar kopi robusta
di pasar kopi internasional menunjukan kecenderungan ke arah pasar persaingan
dengan dengan bentuk pasar oligopoly. Hasil ini ditunjukan dengan skor
Herfindhal Index sebesar 0.2 dan nilai Concentration Ratio dari empat produsen
terbesar sejumlah 70 persen. Industri kopi nasional memiliki keunggulan
komparatif yang ditunjukan dengan nilai RCA yang lebih besar dari 1 yaitu
sebesar 9.70. Akan tetapi, daya saingnya masih rendah dibandingkan dengan
negara Pantai Gading dan Uganda yang merupakan negara produsen dan eksportir
utama kopi robusta di dunia. Hasil analisis keunggulan kompetitif industri kopi
robusta Indonesia adalah bahwa secara keseluruhan atribut seperti faktor sumber
daya, kondisi permintaan domestik dan struktur industri kopi dalam negeri
mendukung industri ini untuk berkembang..
Penelitian tentang daya saing juga telah dilakukan oleh Koerdianto (2008).
Penelitiannya tentang analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah
terhadap komoditas sayuran unggulan, kasus Kecamatan Ciwidey, kabupaten
Bandung dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Menggunakan
data primer dan sekunder dengan alat analisis Policy Analysis Matrix (PAM).
Hasil analisisnya menunjukan bahwa Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan
Lembang memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif untuk
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
44/109
menghasilkan komoditas sayuran unggulan tomat dan cabai merah. Berdasarkan
kriteria keunggulan komparatif, Kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki
keunggulan komparatif untuk tomat dan cabai merah dibandingkan Kecamatan
Lembang. Sementara berdasarkan kriteria keunggulan kompetitif, kecamatan
Lembang relatif memiliki keunggulan kompetitif untuk komoditas tomat
dibanding Kecamatan Lembang. Sedangkan untuk cabai merah, walaupun
perbedaannyya tidak signifikan, Kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki
keunggulan kompetitif dibanding Kecamatan Lembang.
Penelitian Kartikasari (2008) dalam analisis daya saing komoditi tanaman
hias dan aliran perdagangan anggrek Indonesia di pasar internasional
mengungkapkan bahwa dengan metode RCA, perkembangan industri tanaman
hias Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan Thailand sebagai kompetitor
utama di pasar tanaman hias dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Hal tersebut
dilihat dari perolehan nilai ekspor tanaman hias Indonesia selama periode 1996-
2006 jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Thailand. Selain itu pangsa
ekspor tanaman hias Indonesia di negara tujuan secara umum lebih rendah
dibandingkan dengan Thailand. Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk
komoditi tanaman hias di pasar Korea, sementara di pasar jepang, Amerika
Serikat dan Belanda, Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif. Hal ini
berarti tanaman hias Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar Korea.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk komoditi tanaman hias di pasar
Singapura pada tahun 1996 dan 1999 selanjutnya sampai dengan akhir periode
daya saing tanaman hias Indonesia di keunggulan komparatif untuk komoditi
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
45/109
tanaman hias pada periode 2004-2006. Sedangkan di pasar Amerika Serikat pada
periode 2005-2006.
Firdaus (2007) melakukan penelitian tentang analisis daya saing dan
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di
Pasar Amerika Serikat. Untuk menentukan aspek-aspek yang paling signifikan
dalam mempengaruhi pertumbuhan ekspor digunakan analisa Constant Market
Share. Berdasarkan hasil kalkulasi CMS, pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain
lembaran dan benang Indonesia ke Amerika Serikat periode 1999-2005 lebih
dipengaruhi oleh efek daya saing dan efek pertumbuhan impor atau efek pangsa
makro dari Amerika Serikat. Sedangkan efek komposisi komoditi atau efek
pangsa mikro kurang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekspor pakaian jadi, kain lembaran dan benang Indonesia.
Adapun penelitian tentang daya saing lainnya dilakukan oleh Suprihatini
(2000). Dalam penelitiannya tentang analisis daya saing ekspor teh Indonesia di
pasar teh dunia melalui pendekatan Constant Market Share (CMS). Hasil
penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah
pertumbuhan ekspor teh dunia bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi
tersebut disebabkan karena (1) Komposisi produk teh yang diekspor Indonesia
kurang mengikuti kebutuhan pasar yang tercermin dari angka komposisi
komoditas teh Indonesia yang bertanda negatif (-0.032); (2) negara-negara tujuan
ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang
memiliki pertumbuhan import teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi yang
bertanda negatif (-0.045); dan (3) daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
46/109
cukup lemah yang tercermin dari angka faktor persaingan yang bertanda negatif (-
0.211)
2.2.2. Penelitian Mengenai Ekonomi dan Lingkungan
Penelitian tentang ekonomi dan dampak lingkungan juga telah dilakukan
oleh beberapa peneliti, di antaranya adalah Ansahar (2005). Dalam penelitiannya
tentang valuasi ekonomi dan dampak lingkungan pada penambangan pasir darat
kota Tarakan propinsi Kalimantan Timur, terdapat beberapa dampak yang terjadi
akibat penambangan pasir darat di kota Tarakan, yaitu: (1) Penurunan dan
kehilangan jumlah pasir darat, (2) Penurunan jumlah dan kualitas air, (3) Erosi
pasir, (4) Sedimentasi dan (5) Kerusakan lahan. Menggunakan teknik korelasi
Spearmen, didapatkan sejumlah fakta bahwa sebagian besar dari responden
memiliki keinginan untuk membayar Rp 2,000/bulan untuk komponen-komponen
lingkungan yang terkena dampak penambangan pasir. Keuntungan secara
langsung dari penambangan pasir ini adalah sebesar Rp 691,375,000/tahun.
Sementara biaya kerusakan lingkungan akibat penambangan pasir adalah sebesar
Rp 80,945,000/ tahun. Rasio antara keuntungan secara langsung dan tak langsung
dari penambangan pasir darat di kota Tarakan dengan biaya pengganti (B/C ratio)
akibat penambangannya adalah 8.5 (>1). Nilai tersebut berarti penambangan pasir
darat di kota Tarakan, masih layak untuk dilakukan secara ekonomi, namun secara
dampak lingkungan beresiko negatif untuk dilanjutkan. Hal ini terlihat dari level
bahaya erosi yang saat ini masuk kategori sedang, akan berubah menjadi tinggi
atau sangat tinggi di tahun-tahun mendatang.
Ridwan (2008) dalam penelitiannya tentang analisis usaha tani padi ramah
lingkungan dan padi anorganik (Kasus kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
47/109
Barat, Kota Bogor), diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi
anorganik lebih besar dibandingkan peneriman total usahatani padi ramah
lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi.
Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani pemilik padi
anorganik lebih besar dibandingkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan
atas biaya total usaha tani organik. Sedangkan untuk petani penggarap,
pendapatan usaha tani padi ramah lingkungan lebih besar daripada pendapatan
usahatani anorganik. Hal ini disebabkan karena besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh petani penggarap.
Berdasarkan analisis R/C rasio, usahatani padi ramah lingkungan dan padi
anorganik di Kelurahan Situgede sama-sama menguntungkan untuk dilaksanakan
karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk
petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2.392 sedangkan nilai
R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani anorganik hanya
sebesar 2.275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik
usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan penerimaan yang
lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani anorganik. Untuk
Petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai dan nilai R/C rasio atas
biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio
atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya tota usahatani anorganik. Artinya
usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani anorganik.
Perbedaan mendasar penelitian mengenai analisis daya saing produk
Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dengan penelitian-penelitian lainnya adalah pada jenis
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
48/109
produk/komoditi yang diteliti. Dimana dalam penelitian ini, produk/komoditi yang
diteliti merupakan produk berbasis kehutanan yang berkaitan langsung dengan
permasalahan lingkungan (deforestasi), namun tidak membahas dampak
langsungnya terhadap lingkungan. Juga pada penggunaan metode analisis
penelitian yang menggunakan RCA dan EPD sebagai alat analisis daya saing
komparatif dan kompetitif, serta pendekatan pangsa pasar konstan (CMS) untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.2.
Kerangka Pemikiran
Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai kekayaan sumber daya
alam yang berlimpah. Tidak mengherankan jika pemerintah Indonesia
mengandalkan kekayaan alamnya sebagai salah satu aspek krusial dalam
mendorong laju perekonomian. Dependensi performa ekspor Indonesia terhadap
produk ekspor berbasis sumber daya alam sangatlah tinggi, terlihat dari volume
perdagangan produk eksport tersebut ke pasar dunia yang tidak sedikit.
Menjadikan perdagangan produk berbasis sumber daya alam ini sebagai idola bagi
pendapatan negara. Munculnya era baru perdagangan bebas, lebih mendorong
Indonesia untuk meningkatkan performa ekspor produk Resources based ini.
Terlebih lagi karena Indonesia unggul di bidangnya. Dengan munculnya era baru
perdagangan yaitu era perdagangan bebas, muncul pula suatu fenomena baru dari
hal tersebut, yaitu suatu konsep mengenai pembangunan yang berkelanjutan
(Sustainable Development), yang mengusung tema Green Economics di
dalamnya.
Green Economics merupakan konsep terapan dalam pembangunan yang
tidak hanya memikirkan keuntungan jangka pendek namun juga sangat
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
49/109
memperhatikan keuntungan jangka panjang, dimana dalam hal ini
mengedepankan prinsip keseimbangan ekonomi dan ekologi melalui
kesinambungan dan kelestarian lingkungan. Konsep ini terbangun akibat dari
semakin memprihatinkannya efek dari pertumbuhan ekonomi yang cenderung
berbasiskan sumber daya alam dengan cara eksploitasi besar-besaran, yang
berujung kepada ketidakpedulian para pelaku ekonomi terhadap kelestarian
lingkungan karena hanya mengutamakan keuntungan semata. Konsep tersebut
diperkuat dengan diimplementasikannya aspek standarisasi internasional
lingkunganan hidup seperti ISO 14000 dan ekolabel, untuk mengurangi dampak
negatif dari hasil eksplorasi sumber daya untuk kebutuhan manusia yang pada
akhirnya mengarahkan pada produksi yang lebih bersih/Cleaner Production.
Penerapan standarisasi tersebut sendiri mulai diberlakukan di Indonesia semenjak
tahun 2000.
Mengacu kepada permasalahan lingkungan dan kaitannya antara
pertumbuhan ekonomi (ekspor) dan kelestarian lingkungan, analisis terhadap daya
saing produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya dirasa perlu untuk mengetahui arah kebijakannya serta
mendukung implikasi Green Economics di Indonesia. Produk-produk tersebut
mencakup, (1) Plywood consisting solely of sheets (Kayu Lapis), (2) Semi-
bleached or bleached pulp of paper(bubur kertas), (3) Coniferous of Wood (kayu
serabut) dan(4) Palm kernel or babassu oil and frac (minyak sawit).
Cakupan keempat produk tersebut berdasarkan besarnya volume ekspor ke
pasar dunia dan klasifikasi produk yang mempunyai kadar sensitifitas tinggi
terhadap lingkungan khususnya deforestasi karena keempat produk tersebut
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
50/109
merupakan produk yang berbasis kehutanan maupun perkebunan dengan
pengambil alihan lahan kehutanan (KLH, 2007). Walaupun pemerintah telah
menerapkan standarisasi internasional tentang keamanan lingkungan hidup dalam
kegiatan eksplorasi ekonomi berbasis sumber daya alam, namun terdapat
kecenderungan bahwa standarisasi keamanan lingkungan tersebut tidak
diaplikasikan dengan semestinya yang mengakibatkan produk-produk Indonesia
yang sensitif terhadap lingkungan tersebut pada tahun-tahun terakhir mengalami
fluktuasi pada volume ekspornya dan sebagian besar mengalami penurunan.
Penelitian ini mencakup dua kegiatan utama, yaitu menganalisis daya saing
produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dari segi komparatif dan
kompetitif dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Identifikasi daya saing produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan dari
segi keunggulan komparatif adalah dengan menggunakan metode Reaveled
Comparative Advantage (RCA). Metode Export Product Dynamic (EPD)
digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis daya saing produk Indonesia
yang sensitif terhadap lingkungan dari segi keunggulan kompetitif di pasar dunia.
Sedangkan identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya
dilakukan dengan menggunakan pendekatan pangsa pasar konstan atau Constant
Market Share Analaysis(CMS).
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
51/109
Sustainable Developmentdan TrenGreen Economics MemunculkanStandarisasi Lingkungan Hidup
(Ekolabel, ISO 14000)
Produk yang berkaitan dengan masalahlingkungan (deforestasi) mempunyai
kadar sensitfitas tinggi terhadaplingkungan (KLH, 2007).
Implikasi Kebijakan Penelitian
Analisis posisi daya saing secarakomparatif dan kompetitif produk
ekspor sensitif lingkungan Indonesia
Identifikasi faktor/determinan yangmempengaruhi daya saing produk sensitif
lingkungan Indonesia di pasar dunia.
Constant Market Share Analysis
(CMS)Revealed Comparative Advantage
(RCA)
Export Product Dynamic (EPD)
Daya Saing Produk Sensitif Lingkungan Indonesia, mencakup:
(1) Plywood consisting solely of sheets (Kayu Lapis)(2) Semi-bleached or bleached Pulp of Paper (Bubur Kertas)(3) Coniferous of Wood (Kayu Serabut) dan(4) Palm kernel or babassu oil and frac (Minyak Sawit)
Terjadi Fluktuasi dan penurunan volumeekspor semenjak diberlakukannya
standarisasi lingkungan hidup.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Pendekatan CMS digunakan untuk mengukur dinamika tingkat daya saing
suatu industri dari suatu negara. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada
7/25/2019 AAnalisis Daya Saing Produk Indonesia Yang Sensitif Terhadap Lingkungan Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhin
52/109
pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu
Top Related